samuel halomoan_0207322.pdf

141
PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG DRAFT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Disusun Oleh: Nama : Samuel Halomoan NRP : 02.07.322 FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN UNIVERSITAS WIDYATAMA Terakreditasi (Accredited) SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007 Tanggal 19 Mei 2007 2012

Upload: dinhdan

Post on 20-Dec-2016

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Samuel Halomoan_0207322.pdf

PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN

PASIEN PADA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG

DRAFT SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam

Menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

Pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama

Disusun Oleh:

Nama : Samuel Halomoan

NRP : 02.07.322

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

Terakreditasi (Accredited)

SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)

Nomor : 010/BAN-PT/AK-X/S1/V/2007

Tanggal 19 Mei 2007

2012

Page 2: Samuel Halomoan_0207322.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta naiknya tingkat

pendapatan, telah membuka cakrawala pemikiran dan kesadaran masyarakat akan

pentingnya hidup sehat. Dewasa ini, kesehatan dipandang sebagai salah satu indikator

penting dari tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup seseorang.

Seiring dengan keadaan sosial masyarakat yang semakin meningkat, dimana

masyarakat semakin sadar akan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang lebih

berorientasi pada kepuasan konsumen. Artinya pelayanan kesehatan berupaya untuk

memberikan pelayanan yang terbaik dan mengevaluasi berdasarkan sudut pandang

konsumen.

Salah satu lembaga kesehatan yang menangani masyarakat adalah rumah

sakit. Rumah sakit merupakan tempat konsentrasi berbagai ahli kesehatan,

kedokteran, dan pasien yang sakit. Rumah sakit mengalami pertumbuhan yang begitu

pesat sejak badan hukum perseroan terbatas diizinkan untuk mendirikan rumah sakit.

Dengan diizinkannya badan hukum perseroan terbatas untuk mendirikan

rumah sakit menyebabkan terjadinya persaingan antara rumah sakit dalam

meningkatkan jumlah pemakai jasa rumah sakit. Persaingan ini memaksa pihak

manajemen harus membuat suatu konsep rencana pemasaran yang berorientasi

kepada konsumen bagi rumah sakit yang dikelolanya sehingga rumah sakit tersebut

akan mempunyai suatu keunggulan yang dapat dipergunakan untuk menghadapi

persaingan.

Taraf kehidupan yang membaik membuat masyarakat menjadi kritis terhadap

jasa atau layanan kesehatan. Mereka mulai menuntut penyediaan layanan kesehatan

yang berkualitas. Bagi kalangan menengah keatas, mereka tidak segan - segan pergi

keluar negeri demi memperoleh kesehatan yang baik, meskipun kemampuan tenaga

Page 3: Samuel Halomoan_0207322.pdf

medis dalam negeri tidak kalah dengan tenaga medis asing. Maka dari itu pihak

manajemen rumah sakit harus memiliki strategi agar mampu bertahan dan

memenangkan persaingan.

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung adalah salah satu rumah sakit yang

sedang berkembang di daerah Bandung saat ini. RS ini selalu berusaha meningkatkan

kualitas pelayanannya untuk mendapatkan kepuasan pelanggan. Kualitas harus

dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan (Kotler:

2005).

Untuk dapat meningkatkan kepuasan pasien, pihak RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung harus dapat meningkatkan kualitas layanan jasa kesehatan yang

diberikan kepada pasien dimana kualitas layanan jasa kesehatan ini didukung oleh

beberapa faktor antara lain, faktor reability, responsiveness, asurance, emphaty dan

tangibles.

Kenyataan yang terjadi di lapangan, RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

ini masih memiliki tingkat complain/ pengaduan yang tinggi. Hal ini dapat

mengindikasikan bahwa RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung belum mampu

memberikan kepuasan kepada pelanggannya. Berdasarkan data dari pihak RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung pada tahun 2009 pengguna jasa/ pasien RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang memberikan komplain terhadap kualitas

jasa pelayanan rumah sakit tersebut sebanyak 92 orang dari 71277 pasien atau

0,13%. Pada tahun 2010 jumlah komplain menurun menjadi 50 orang dari 71091

pasien atau 0,070%. (Sumber : SIM & REKAM MEDIS RUMKIT

BHAYANGKARA SARTIKA ASIH).

Jumlah komplain pasien ini merupakan masalah buat rumah sakit ini. Hal ini

dapat dilihat dari perbandingan komplain dengan rumah sakit pesaing yang sejenis

yaitu RS dr. Salamun Bandung. Pada tahun 2009 pengguna jasa/ pasien RS dr.

Salamun Bandung yang memberikan komplain terhadap kualitas jasa pelayanan

rumah sakit tersebut sebanyak 63 orang dari 83780 pasien atau 0,075%. Pada tahun

Page 4: Samuel Halomoan_0207322.pdf

2010 jumlah komplain menurun menjadi 37 orang dari 85092 pasien atau 0,043%.

( Sumber : RS. Dr. Salamun )

Dari data tersebut kita dapat melihat bahwa jumlah komplain yang diterima

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung lebih besar dibandingkan RS dr. Salamun

Bandung. Selain itu dari data dapat dilihat kunjungan/ jumlah pasien RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung pada tahun 2010 menurun sebesar 0,13%

dibandingkan tahun 2009. Sedangkan kunjungan/ jumlah pasien RS dr. Salamun

Bandung pada tahun 2010 meningkat sebesar 0,78%. Dari persentase kunjungan/

jumlah pasien di kedua rumah sakit diatas dapat disimpulkan bahwa persentase

kunjungan/ jumlah pasien RS dr. Salamun Bandung lebih besar dari RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung.

Dari data yang kami terima, keluhan-keluhan yang berpengaruh terhadap

kepuasan pelanggan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung diantaranya: kualitas

jasa pelayanan terdiri dari perawat dan bidan bersifat kurang ramah dalam melayani

pasien, kedatangan dokter yang terlambat dari jadwalnya, sarana umum yang kurang

memadai seperti aliran air yang kurang lancar dan masalah kebersihan toilet serta

parkir yang kurang luas. Hal ini mengakibatkan dampak yang serius, yakni RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung mengalami penurunan pendapatan serta

kehilangan pasien dan menyebabkan perpindahan pasien lama dengan yang baru,

sehingga hal tersebut berkaitan dengan jasa pelayanan, dimana jasa pelayanan

tersebut dapat mempengaruhi kepuasan konsumen (Sumber: AKBP Dr.W.

Kustiawan., Sp., Rad., M., Kes., DFM).

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka saya tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai kualitas jasa pelayanan di RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung. Penelitian ini mengambil judul :

Page 5: Samuel Halomoan_0207322.pdf

”PENGARUH KUALITAS JASA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN

PASIEN PADA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA SARTIKA ASIH

BANDUNG ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka yang menjadi masalah penelitian

adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggapan pasien mengenai kualitas jasa pelayanan pada RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung?

2. Bagaimana tingkat kepuasan pasien pada RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung?

3. Berapa besar pengaruh kualitas jasa pelayanan terhadap kepuasan pasien pada

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung?

1.3 Maksud dan Tujuan Masalah

Maksud penelitian ini dilakukan adalah untuk mengumpulkan data,

mengelolah, menganalisa, dan menginterprestasikan untuk mengetahui lebih jauh

tentang kualitas pelayanan serta kepuasan pasien pada RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung.

Adapun tujuan dalam penelitan ini adalah :

1. Untuk mengetahui tanggapan pasien mengenai kualitas jasa pelayanan pada

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

2. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien pada RS Bhyangkara Sartika Asih

Bandung.

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pasien pada RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Page 6: Samuel Halomoan_0207322.pdf

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Rumah sakit

Dengan hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam

melakukan kegiatan evaluasi kualitas pelayanan terhadap keputusan

menggunakan jasa.

2. Bagi Peneliti

Sebagai penambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan ilmu yang

berkaitan dengan bidang pemasaran yaitu tentang kualitas pelayanan di bidang

jasa pelayanan rumah sakit.

3. Bagi Fakultas

Untuk menambah informasi dan perbendaharaan kepustakaan Jurusan

Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen , Univesitas Widyatama.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

Tujuan rumah sakit dapat dicapai melalui upaya memuaskan pasien. Untuk

mencapai tujuan tersebut rumah sakit tidak semata-mata hanya menekankan pada

aspek keuntungan saja tetapi lebih berfokus pada aspek relational. Kepuasan pasien

merupakan suatu hal yang sangat berharga demi mempertahankan eksistensi rumah

sakit dimasa yang akan datang. Layanan yang diberikan kepada pasien akan memacu

puas tidaknya seseorang pasien atas pelayanan yang diberikan.

Pengertian jasa menurut Kotler (2005:111) :

“Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh

satu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan

tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan

atau tidak dikaitkan dengan suatu produk fisik.”

Pada perusahaan jasa, dalam menentukan strategi pemasaran tidak cukup

hanya dengan menggunakan pendekatan pemasaran tradisional 4P yaitu product,

Page 7: Samuel Halomoan_0207322.pdf

price, place, promotion tetapi harus ditunjang dengan sistem pelayan yang lebih baik

sehingga konsumen merasa puas dan loyal terhadap perusahaan, selain 4P diperluas

lagi menjadi 7P untuk pemasaran perusahaan jasa. Adapun 7P tersebut adalah

Product (produk), Price (harga), Place (saluran distribusi), Promotion (promosi),

People (orang), Physical Evidence (bukti fisik), Process (proses).

Pada dasarnya usaha pelayanan untuk memuaskan kebutuhan konsumen

merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kualitas produk atau jasa perusahaan,

arah pemuas kebutuhan pelanggan sesuai atau melebihi harapan yang diinginkan

konsumen. Definisi kualitas jasa menurut Alma (2004:293) menyatakan :

“Kualitas jasa adalah semacam tingkat kemampuan suatu jasa dengan

segala atributnya dengan secara riil disajikan sesuai dengan harapan

pelanggan”

Menurut Kotler (2005:123) menyatakan bahwa ada lima penentu suatu

kualitas jasa, yaitu:

1. Berwujud (tangible)

Benda berwujud dalam jasa merupakan bagaimana penampilan fisik,

perlengkapan, karyawan, dan bahan komunikasi.

2. Keandalan (reliability)

Keandalan merupakan bagaimana kemampuan dalam melaksanakan layanan yang

dijanjikan secara meyakinkan dan akurat.

3. Daya tanggap (responsiveness)

Daya tanggap dalam jasa merupakan suatu kesediaan membantu pelanggan dan

memberikan jasa dengan cepat.

4. Kepastian (assurance)

Kepastian merupakan bagaimana pengetahuan dan kesopanan karyawan dan

kemampuan mereka menyampaikan kepercayaan dan keyakinan.

Page 8: Samuel Halomoan_0207322.pdf

5. Empati(empathy)

Perusahaan jasa tersebut bersedia memberikan perhatian yang mendalam dan

khusus kepada masing-masing pelanggan.

Kualitas memiliki hubungan erat dengan kepuasan konsumen dan nantinya

kepuasan konsumen dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas konsumen kepada

perusahaan yang memberikan kualitas memuaskan.

Kepuasan menurut Kotler (2005:70) adalah”

“Perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah

membandingkan antara kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap

kinerja atau hasil yang diharapkan.”

Menurut Tjiptono (2004:146) mengungkapkan kepuasan sebagai berikut:

“Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna beli diamana alternatif

yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil (outcome)

tidak memenuhi harapanya.”

Atas penilaian yang diberikan terhadap jasa yang diterimanya pelanggan dapat

merasakan kepuasan atau ketidakpuasan. Kepuasan adalah fungsi kedekatan antara

harapan atas produk yang diberikan dengan kinerja produk yang dirasakan. Fungsi

kepuasan menurut Alma (2004:285) apabila dirumuskan adalah sebagai berikut :

S=f(E,P)

Dimana :

S = satisfaction (kepuasan)

E = expectation (harapan)

P = perceive performance (kinerja produk yang dirasakan)

Page 9: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Jika:

E > P, pelanggan merasa tidak puas

E = P, pelanggan merasa puas

E < P, pelanggan merasa sangat puas

Keberhasilan suatu perusahaan dapat terlihat dalam kemampuanya untuk

dapat memberikan jasa yang berkualitas sehingga dapat memuaskan konsumenya.

Kemampuan dalam memberikan jasa yang berkualitas, akan menanamkan citra yang

baik di masyarakat secara luas dan konsumen pada khususnya.

Tingkat kepuasan pelanggan dapat diukur dengan melihat apakah kualitas jasa

yang perusahaan berikan telah memenuhi harapan atau tidak. Oleh karena itu

perusahaan dapat mengetahui unsur-unsur jasa mana yang harus ditingkatkan

kualitasnya dan meminimalkan ketidakpuasan pelanggan dengan memberikan jasa

yang semakin hari semakin baik untuk memenuhi harapan pelanggan.

Melihat hal di atas penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Kualitas pelayanan jasa berpengaruh positif terhadap kepuasaan

pelanggan.”

1.6 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan

pendekatan survey. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

sekelompok kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh.Nazir, 2005:54).

Page 10: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah verifikatif. Verifikatif yaitu suatu

penelitian untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang juga berarti menguji

kebenaran teori. Dengan demikian akan diperoleh kesimpulan tepat dan akurat

(Nazir, 2003:74).

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah :

Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan meninjau langsung ke perusahaan

guna mengetahui permasalahan yang terjadi, adapun data dan informasi dikumpulkan

dengan cara sebagai berikut:

a. Observasi

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung oleh peneliti dengan cara

melihat, mengamati objek penelitian guna melengkapi data sekunder sehingga

data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

b. Wawancara

Yaitu penelitian yang diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan langsung

dengan pihak perusahaan dan responden.

c. Kuesioner

Yaitu data yang diperoleh dengan cara menjabarkan suatu daftar pertanyaan

yang cukup terperinci dan lengkap tentang objek yang diteliti pada responden.

Page 11: Samuel Halomoan_0207322.pdf

1.6.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang tersedia dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu:

1. Data primer

Data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang berupa

tanggapan, saran, kritik pertanyaan dan penilaian konsumen sebagai

responden, penjelasan, dan keterangan dari pihak manajemen Telkomsel serta

keterangan hasil penelitian pengamatan.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dengan mengumpulkan data

teoritis yang didapat dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah

yang diteliti.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian di RS

Bhayangkara Sartika Asih yang berlokasi di Jl. Moch. Toha No. 369 Bandung 40255 -

Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan terhitung pada Bulan Maret 2011 sampai

dengan penyusunan skripsi ini berakhir.

Page 12: Samuel Halomoan_0207322.pdf

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Dalam kegiatan bisnis selalu ada kompetisi. Perusahaan akan terus mencari

pasar dan tidak akan pernah puas dengan pasar yang telah didapatnya. Aktivitas

pemasaran diarahkan untuk menciptakan pertukaran yang memungkinkan perusahaan

dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam hal ini, pemasaran memegang

peranan penting dalam menentukan sukses atau tidaknya suatu bisnis. Dibawah ini

terdapat beberapa pengertian pemasaran menurut para ahli.

Pengertian pemasaran menurut American Marketing Association (AMA)

yang dikutip oleh Kotler dan Keller (2007:6) yang diterjemahkan oleh Benyamin

Molan adalah sebagai berikut :

“Satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan

mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan

organisasi dan para pemilik sahamnya”.

Sedangkan menurut Marketing Association of Australia and New Zealand

(MAANZ) yang dikutip oleh Buchari Alma (2007:3), memberikan pengertian

pemasaran sebagai berikut :

“Pemasaran adalah aktivitas yang memfasilitasi dan memperlancar suatu

hubungan pertukaran yang saling memuaskan melalui penciptaan,

pendistribusian, promosi dan penentuan harga dari barang, jasa, dan ide”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran

merupakan suatu kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

melalui proses penciptaan, penawaran dan pertukaran nilai (produk) dengan yang

Page 13: Samuel Halomoan_0207322.pdf

lain, dimana dalam pemasaran ini kegiatan bisnis dirancang untuk mendistribusikan

barang-barang dari produsen kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan

organisasi.

Manajemen di sebuah perusahaan memiliki peran penting dalam mencapai

tujuan. Tugas manajemen pemasaran adalah melakukan perencanaan mengenai

bagaimana mencari peluang pasar untuk melakukan pertukaran barang dan jasa

dengan konsumen. Setelah itu, manajemen mengimplementasikan rencana tersebut

dengan cara melakukan strategi pemasaran untuk menciptakan dan mempertahankan

pertukaran yang menguntungkan dengan konsumen demi tercapainya tujuan

perusahaan.

Berikut ini pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler dan Keller

yang dikutip oleh Molan (2007:6) :

“Manajemen Pemasaran adalah sebagai seni dan ilmu memilih pasar

sasaran dan mendapoatkan, menjaga dan menumbuhkan pelanggan

dengan menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai

pelanggan yang unggul”.

Berdasarkan definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa manajemen

pemasaran merupakan suatu proses merencanakan dan melaksanakan konsep tentang

produk, harga, promosi, distribusi dari barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan

dan keinginan pelanggan dan memenuhi tujuan organisasi serta merupakan suatu seni

dan ilmu dalam menentukan target pasar dan membangun hubungan yang

menguntungkan dengannya.

2.1.1 Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran merupakan bagian dari aktivitas pemasaran yang

mempunyai peranan yang cukup penting dalam mempengaruhi konsumen untuk

membeli produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Di bawah ini dikemukakan

beberapa definisi bauran pemasaran menurut beberapa ahli :

Page 14: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Menurut Alma (2007;205) dalam bukunya Manajemen Pemasaran dan

Pemasaran Jasa, menjelaskan bauran pemasaran adalah sebagai berikut :

“Marketing Mix merupakan strategi mencampur kegiatan-kegiatan

marketing, agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan

hasil paling memuaskan”.

Kotler-Keller mendefinisikan Bauran Pemasaran dialihbahasakan oleh

Molan (2007:23) sebagai berikut :

“Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran

yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan

pemasarannya di pasar sasaran.”

Sedangkan menurut Rambat dan Hamdani (2006;70) dalam manajemen

Pemasaran Jasa menyatakan bauran pemasaran adalah sebagai berikut :

“Bauran Pemasaran (Marketing Mix) adalah alat bagi pemasar yang

terdiri atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu

dipertimbangkan agar implementasi strategi pemasaran dab positioning

yang ditetapkan dapat berjalan sukses”.

Dari beberapa definisi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bauran

pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang dilakukan dengan mencampur

kegiatan-kegiatan pemasaran, agar dapat dicari kombinasi maksimal untuk mencapai

tujuan pemasaran di pasar sasaran sehingga dapat mendatangkan hasil yang

memuaskan. Elemen dari bauran pemasaran menurut Kotler dan Amstrong

(2007;52) diklasifikasikan menjadi 4P yaitu (Product, Price, Place, Promotion).

Adapun pengertian dari masing-masing bauran pemasaran adalah sebagai berikut :

Page 15: Samuel Halomoan_0207322.pdf

1. Produk (Product)

Penawaran yang berwujud dari perusahaan kepada pasar yang mencakup

keragaman produk, kualitas produk, design, ciri, warna merek, kemasan, ukuran,

garansi dan imbalan.

2. Harga (Price)

Sejumlah uang yang dibayar pelanggan untuk produk tertentu. Perusahaan

menentukan harga seperti memberikan daftar harga, diskon, potongan harga

khusus, periode pembayaran, syarat kredit.

3. Tempat (Place)

Berbagai kegiatan yang mengakibatkan produk dapat diperoleh dan tersedia bagi

pelanggan sasaran, yaitu dengan menyediakan saluran pemasaran, cakupan pasar,

pengelompokkan, lokasi, persediaan, transportasi.

4. Promosi (Promotion)

Meliputi semua kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mengkomunikasikan

produknya kepada pasar sasaran. Promosi penjualan, periklanan, tenaga penjual,

public relation, pemasaran langsung yang merupakan unsur-unsur bauran

pemasaran langsung.

Sedangkan menurut Tjiptono (2006;145) dalam perusahaan jasa, bauran

pemasaran ditambah menjadi 7P, adapun 3P itu adalah :

5. Orang (People)

Perusahaan dapat membedakan dirinya dengan cara merekrut dan melatih

karyawan yang lebih mampu dan lebih dapat diandalkan dalam berhubungan

dengan pelanggan daripada karyawan pesaingnya

6. Bukti Fisik (Physical Evidence)

Merupakan lingkungan fisik dimana jasa disampaikan dan perusahaan

berinteraksi dengan konsumennya dan setiap komponen tangible memfasilitasi

penampilan atau komunikasi jasa.

Page 16: Samuel Halomoan_0207322.pdf

7. Proses (Process)

Merupakan sebuah prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas dengan mana

jasa disampaikan yang merupakan sistem pengujian atau operasi.

2.2 Jasa

2.2.1 Pengertian Jasa

Kita mengetahui bahwa yang disalurkan oleh para produsen, bukan benda-

benda berwujud saja, tapi juga jasa-jasa. Tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama,

yang mana keduanya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan dari

konsumen. Di dalam kehidupan perekonomian, peranan dalam sektor jasa makin

lama semakin luas. Adanya kemajuan perekonomian global dewasa ini semakin

mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor jasa.

Definisi jasa menurut Kotler & Keller (2007;42) adalah:

“Setiap tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan suatu pihak ke

pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan sesuatu”.

Sedangkan menurut Zeithalm dan Bitner (2007;243)

“Jasa adalah kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk

dikonsumsi secara bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan

nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan,santai,sehat) bersifat tidak

berwujud”.

Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan jasa pada dasarnya merupakan

suatu tindakan yang tidak berwujud, yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

konsumen. Dalam memproduksi suatu jasa dapat menggunakan bantuan suatu produk

fisik tetapi bisa juga tidak. Disamping itu juga jasa tidak mengakibatkan peralihan

hak suatu barang atau nyata, jadi jika sesorang pemberi jasa memberikan jasanya

kepada orang lain, maka tidak ada perpindahan hak milik secara fisik.

Page 17: Samuel Halomoan_0207322.pdf

2.2.2 Karakteristik Jasa

Jasa memiliki beberapa karakteristik yang khas yang membedakan dari

produk berupa barang dan berdampak pada strategi mengelola dan memasarkannya.

Karakteristik menurut Tjiptono (2006;15-18) dalam bukunya Manajemen Jasa

yaitu :

a. Tidak berwujud (intangibility)

Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium atau

didengar sebelum membeli dan jasa juga merupakan perbuatan, penampilan

atau sebuah usaha (a service is deed, a performance, and effort). Bila kita

membeli suatu barang, maka barang tersebut dipakai atau ditempatkan pada

suatu tempat. Tapi bila membeli jasa, maka umumnya tidak ada wujudnya.

b. Tidak terpisahkan (Inseparability)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan

jasa biasanya di jual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan konsumsi

secara bersamaan.

c. Bervariasi (variability)

Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-put,

artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan

dan dimana jasa tersebut dihasilkan.

d. Mudah lenyap

Sifat jasa itu mudah lenyap. Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan

dapat di simpan.

Page 18: Samuel Halomoan_0207322.pdf

2.2.3 Klasifikasi Jasa

Banyak pakar yang melakukan klasifikasi jasa, dimana masing-masing ahli

menggunakan dasar pembedaan yang disesuaikan dengan sudut pandangnya masing-

masing. Klasifikasi jasa dapat dilakukan berdasarkan tujuh kriteria, menurut

Lovelock 1987 yang dikutip oleh Fandy Tjiptono (2006: 8) dalam bukunya yang

berjudul Manajemen Jasa, yaitu:

a. Segmen pasar

Berdasarkan segmen pasar, jasa dapat dibedakan menjadi jasa kepada pelanggan

akhir ( misalnya taksi, asuransi jiwa, dan pendidikan ) dan jasa kepada pelanggan

organisasional (misalnya jasa akuntansi dan perpajakan, jasa konsultan

manajemen, dan jasa konsultan hukum).

b. Tingkat keberwujudan ( tangibility )

Kriteria ini berhubungan dengan tingkat keterlibatan produk fisik dengan

pelanggan. Berdasarkan kriteria ini, jasa dapat dibedakan menjadi tiga macam,

yaitu :

- Rented goods service

Dalam jenis ini, pelanggan menyewa dan menggunakan produk-produk

tertentu berdasarkan tarif tertentu selama jangka waktu tertentu pula.

Pelanggan hanya dapat menggunakan produk tersebut, karena kepemilikannya

tetap berada pada pihak perusahaan yang menyewakannya.Contohnya

penyewaan mobil, kaset video, laser disc, villa, dan apartemen.

- Owned goods service

Pada owned goods service, produk-produk yang dimiliki pelanggan direparasi,

dikembangkan atau ditingkatkan unjuk kerjanya, atau dipelihara / dirawat oleh

perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk pada produk

yang dimiliki pelanggan. Contohnya jasa reparasi (arloji, mobil, sepeda

motor, komputer, dan lain-lain.), pencucian mobil, perawatan rumput

lapangan golf, dan lain-lain.

Page 19: Samuel Halomoan_0207322.pdf

- Non-goods service

Karakteristik khusus pada jenis jasa ini adalah jasa personal bersifat

intangible (tidak berbentuk produk fisik) ditawarkan kepada pelanggan.

Contohnya supir, baby-sitter, dosen, tutor, pemandu wisata, ahli kecantikan,

dan lain-lain.

c. Keterampilan penyedia jasa

Berdasarkan tingkat keterampilan penyedia jasa, jasa terdiri atas professional

service (misalnya konsultan manajemen, konsultan hukum, konsultan pajak,

konsultan sistem informasi, dokter, perawat, dan arsitek) dan nonprofessional

service (misalnya supir taksi dan penjaga malam).

d. Tujuan organisasi jasa

Berdasarkan tujuan organisasi, jasa dapat dibagi menjadi commercial service atau

profit service (misalnya penerbangan, bank, dan jasa parsel) dan nonprofit service

(misalnya sekolah, yayasan dana bantuan, panti asuhan, panti wreda,

perpustakaan, dan museum).

e. Regulasi

Dari aspek regulasi, jasa dapat dibagi menjadi regulated service (misalnya

pialang, angkutan umum, dan perbankan) dan nonregulated service (seperti

makelar, katering, dan pengecatan rumah).

f. Tingkat intensitas karyawan

Berdasarkan tingkat intensitas karyawan (keterlibatan tenaga kerja), jasa dapat

dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu equipment-based service (seperti cuci

mobil otomatis, jasa sambungan telepon jarak jauh, ATM, vending machine, dan

binatu) dan people-based service (seperti pelatih sepakbola, satpam, jasa

akuntansi, konsultasi manajemen, dan konsultasi hukum).

g. Tingkat kontak penyedia jasa dan pelanggan.

Berdasarkan tingkat kontak ini, secara umum jasa dapat dibagi menjadi high-

contact service (seperti universitas, bank, dokter, dan pengadaian) dan low-

contact service (misalnya bioskop).

Page 20: Samuel Halomoan_0207322.pdf

2.2.4 Pemasaran Jasa

Bisnis jasa sangat bervariasi, karena banyak hal yang dapat

mempengaruhinya, antara lain kondisi internal organisasi, lingkungan fisik, kontak

personal, dan komentar dari mulut ke mulut.

Menurut Fandy Tjiptono (2008:144) menyatakan bahwa pemasaran jasa

terdiri atas tiga aspek, yaitu :

a. Pemasaran Eksternal

Menggambarkan aktivitas normal yang dilakukan oleh perusahaan dalam

mempersiapkan jasa, menetapkan harga, melakukan distribusi, dan

mempromosikan jasa yang bernilai superior kepada para pelanggan.

b. Pemasaran Internal

Menerapkan teori dan praktik pemasaran terhadap para karyawan. Manajer

harus mempekerjakan orang yang melayani pelanggan dan mereka harus

bekerja sebaik mungkin. Secara teknis pemasaran internal berarti

mengaplikasikan setiap aspek pemasaran di dalam perusahaan

c. Pemasaran interaktif

Pemasaran interaktif ini terjadi dalam rangka hubungan antara karyawan dan

pelanggan.

Page 21: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Gambar 2.1

Tiga Jenis Pemasaran Dalam Dunia Jasa

PEMEGANG SAHAM

(PEMILIK)

Pemasaran Internal Pemasaran Eksternal

KARYAWAN PELANGGAN

Pemasaran Interaktif

Sumber: Fandy Tjiptono (2008:77).

2.3 Kualitas Jasa

2.3.1 Pengertian Kualitas Jasa

Kualitas atau mutu suatu jasa adalah hal yang sangat dan wajib diperhatikan

oleh para produsen. Kualitas yang rendah akan menempatkan perusahaan pada posisi

yang kurang menguntungkan. Tanpa adanya kualitas dari suatu produk, maka

kemungkinan besar konsumen tidak akan tertarik menggunakan produk atau jasa

perusahaan lagi.

Definisi kualitas jasa berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi harapan

pelanggan. Pengertian kualitas jasa menurut Wyckof dalam Lovelock yang dikutip

Tjiptono (2006;59) adalah :

“Tingkat keungggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan.”

Page 22: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Sedangkan pengertian kualitas jasa menurut Lovelock-Wright

(2007;96),yaitu sebagai berikut :

“Kualitas Jasa adalah Evaluasi kognitif jangka panjang pelanggan

terhadap penyerahan jasa suatu perusahaan”.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa baik tidaknya

kualitas jasa tergantung pada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan

pelanggannya secara konsisten.

2.3.2 Mengukur Kualitas Jasa

Setiap konsumen selalu ingin menggunakan produk yang berkualitas, sama

halnya dengan mengkonsumsi jasa, konsumen ingin jasa yang dikomsumsinya

memiliki kualitas yang baik. Menurut Kotler-Keller (2008;56), mengatakan bahwa

ada lima penentu mutu kualitas jasa, yaitu :

1. Berwujud (tangible)

Yaitu penampilan fisik, peralatan, petugas dan materi komunikasi.

Penempilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan

keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang

diberikan oleh pemberi jasa.

2. Keandalan (reliability)

Yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan secara terpercaya

dan akurat. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti

ketetapan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan dengan

akurasi yang tinggi.

3. Daya tanggap (responsiveness)

Yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan

cepat. Hal ini menyangkut kesigapan dan kecepatan respon karyawan,

kesediaan membantu dalam segala hal.

Page 23: Samuel Halomoan_0207322.pdf

4. Kepastian (assurance)

Yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk

menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.

5. Empati (empathy)

Yaitu kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi kepada

pelanggan berupa kemudahan komunikasi dan pemehaman kebutuhan

pelanggan.

2.3.3 Model Kualitas Jasa (Gap Model)

Merupakan suatu model yang mengenali adanya lima kesenjangan yang dapat

menyebabkan masalah dalam menyajikan jasa dan mempengaruhi konsumen atas

kualitas jasa. Kotler-Keller (2008:55).

1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen

Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak selalu dapat

merasakan atau memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara tepat.

Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya

didesain, dan jasa-jasa pendukung apa yang diinginkan konsumen. Contohnya,

pihak perbankan mungkin berpikir bahwa nasabah menginginkan kecepatan

penanganan dalam setiap pelayanan, tetapi nasabah mungkin lebih mementingkan

kepedulian dari pihak perbankan untuk memberikan informasi tentang

keanekaragaman produk yang ditawarkan oleh Bank.

2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi

kualitas jasa.

Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh

pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinerja tertentu yang

jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu tidak adanya komitmen total

Page 24: Samuel Halomoan_0207322.pdf

manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumber daya, atau karena adanya

kelebihan permintaan. Contohnya, pihak perbankan meminta para karyawannya

agar memberikan pelayanan secara cepat tanpa menentukan standar atau ukuran

waktu pelayanan yang dapat dikategorikan cepat.

3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa.

Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini, misalnya karyawan kurang terlatih

(belum menguasai tugasnya), beban kerja melampaui batas, tidak dapat

memenuhi standar kinerja, atau bahkan tidak memenuhi standar kinerja yang

ditetapkan. Selain itu mungkin pula karyawan dihadapkan pada standar-standar

yang kadangkala saling bertentangan satu sama lain. Misalnya, para karyawan

diharuskan meluangkan waktu untuk mendengarkan keluhan atau masalah

nasabah tetapi di sisi lain mereka juga harus melayani nasabah dengan cepat.

4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi eksternal.

Sering harapan konsumen dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang

dibuat oleh perusahaan. Resiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila janji

yang diberikan ternyata tidak dapat dipenuhi. Misalnya, brosur suatu Bank yang

memperlihatkan ruangan yang baik, rapi, bersih dan terawat. Tetapi pada

kenyataannya ruangan yang ada tampak kusam, kotor, dan tidak terawat. Maka

sebenarnya komunikasi eksternal yang dilakukan pihak perbankan tersebut telah

mendistorsi harapan nasabah dan menyebabkan terjadinya persepsi negatif

terhadap kualitas jasa Bank tersebut.

5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan.

Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja atau prestasi perusahaan

dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa

tersebut. Misalnya, petugas customer service bisa saja terus mengunjungi

nasabahnya untuk menunjukkan perhatiannya. Akan tetapi nasabah dapat

Page 25: Samuel Halomoan_0207322.pdf

menginterpretasikannya sebagai suatu indikasi bahwa ada yang tidak beres

berkenaan dengan keluhan atau permasalahan yang sedang dialaminya.

Gambar 2.2.

Model Kualitas Jasa

2.3.4 Faktor-faktor Penyebab Kualitas Jasa yang Buruk

Tjiptono (2006;85) mengungkapkan ada berbagai macam faktor yang dapat

menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk. Faktor – faktor tersebut meliputi :

1. Produksi dan komunikasi yang terjadi secara simultan

Salah satu karakteristik jasa yang penting adalah inseparability. Artinya jasa

diproduksi dan dikomunikasi pada saat bersamaan. Dengan kata lain dalam

GAP 2

Penjabaran

Spesifikasi

Persepsi

Manajemen

GAP 1

GAP 3

PELANGGAN

Komunikasi dari

mulut kemulut

Kebutuhan

Personal

Pengalaman

yang lalu

Jasa yang

diharapkan

Jasa yang

dirasakan

Penyampaian

Jasa

Komunikasi

Eksternal

GAP 5

GAP 4 PEMASAR

Sumber : Kotler-Keller (2008;55)

Page 26: Samuel Halomoan_0207322.pdf

memberikan jasa dibutuhkan kehadiran dan partisipasi pelanggan. Akibatnya

timbul masalah-masalah sehubungan dengan interaksi produsen dan konsumen

jasa. Beberapa kekurangan yang mungkin ada pada karyawan pemberi jasa dan

dapat berpengaruh terhadap persepsi pelanggan pada kualitas jasa misalnya :

- Tidak terampil dalam melayani pelanggan.

- Tutur katanya kurang sopan atau bahkan menyebalkan.

2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi

Keterlibatan tenaga kerja yang intensif dalam penyampaian jasa dapat pula

menimbulkan masalah pada kualitas, yaitu tingkat variabilitas yagn tinggi. Hal-

hal yang bisa mempengaruhinya adalah upah rendah, pelatihan yang kurang

memadai atau bahkan tidak sesuai, tingkat turnover karyawan yang tinggi, dan

lain-lain.

3. Dukungan terhadap pelanggan internal (pelanggan perantara) kurang

memadai.

Karyawan frontline merupakan ujung tombak dari system pemberian jasa. Supaya

mereka dapat memberikan jasa yang efektif, maka mereka perlu mendapatkan

dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen (operasi, pemasaran, keuangan,

dan sumber daya manusia). Dukungan tersebut bisa berupa peralatan (perkakas,

material, pakaian seragam), pelatihan keterampilan, maupun informasi(misalnya

prosedur operasi). Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah unsure

pemberdayaan, baik terhadap karyawan frontline maupun para manajer.

4. Kesenjangan-kesenjangan komunikasi

Tak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi merupakan faktor yang sangat

esensial dalam kontrak dengan pelanggan. Bila terjadi gap/kesenjangan dalam

komunikasi, maka akan timbul penilaian atau persepsi negative terhadap kualitas

jasa.

5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama.

Pelanggan adalah manusia yang bersifat unik, karena mereka memiliki perasaan

dan emosi. Dalam hal interaksi dengan pemberi jasa, tidak sama pelanggan

Page 27: Samuel Halomoan_0207322.pdf

bersedia menerima pelayanan/ jasa yang seragam (standardized service). Hal ini

menimbulkan tantangan bagi perusahaan agar dapat memahami kebutuhan-

kebutuhan khusus pelanggan individual dan memahami perasaan pelanggan

sehubungan dengan pelayanan perusahaan kepada mereka.

6. Perluasan atau pengembangan jasa secara berlebihan

Di satu sisi, memperkenalkan jasa baru atau memperkaya jasa lama dapat

meningkatkan peluang pemasaran dan menghindari terjadinya pelayanan yang

buruk. Akan tetapi bila terlampau banyak menawarkan jasa baru dan tambahan

terdapat jasa yang sudah ada, maka hasil yang diperoleh tidaklah selalu optimal,

bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah-masalah seputar standar

kualitas jasa.

7. Visi bisnis jangka pendek

Visi jangka pendek bisa merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk untuk jangka

panjang. Sebagai contoh, kebijakan suatu bank untuk menekan biaya dengan cara

mengurangi jumlah kasir (teller) menyebabkan semakin panjangnya antrian di

bank tersebut.

2.4 Kepuasan Pelanggan

2.4.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Sebenarnya konsep kepuasan masih bersifat abstrak. Pencapaian kepuasan

dapat merupakan proses yang sederhana maupun kompleks. Dalam hal ini setiap

individu dalam suatu jasa sangatlah penting dan berpengaruh terhadap kepuasan yang

dibentuk. Banyak pakar yang memberikan definisi mengenai kepuasan pelanggan.

Menurut Lovelock-Wright (2007;102), yaitu :

“Kepuasan adalah keadaan emosional, reaksi pasca pembelian mereka

dapat berupa kemarahan, ketidakpuasan, kejengkelan, netralitas,

kegembiraan, atau kesenangan.”

Page 28: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Sedangkan menurut Kotler-Keller (2007;177) menyatakan bahwa :

“Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setalah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap

kinerja (hasil) yang diharapkan.”

Dan pengertian kepuasan menurut Engel, et al (1990) yang dikutip Fandy

Tjiptono (2006;146) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Jasa adalah :

“Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di mana alternatif

yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau

melampaui harapan pelanggan.”

Ada kesamaan di antara tiga definisi di atas, yaitu menyangkut komponen

kepuasan pelanggan (harapan dan kinerja/hasil yang dirasakan). Umumnya harapan

pelanggan merupakan perkiraan atau keyakinan pelanggan tentang apa yang akan

diterimanya bila ia membeli atau mengkonsumsi suatu produk (barang atau jasa).

Sedangkan kinerja yang dirasakan adalah persepsi pelanggan terhadap apa yang ia

terima setelah mengkonsumsi produk yang dibeli. Secara konseptual, kepuasan

pelanggan dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan dalam gambar 2.2.

Page 29: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Gambar 2.3

Konsep Kepuasan Pelanggan

Sumber : Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa (2006:147)

2.4.2 Mengukur Kepuasan Pelanggan

Menurut Fandy Tjiptono (2006:148) ada beberapa metode yang dapat

dipergunakan setiap perusahaan untuk mengukur dan memantau kepuasan

pelanggannya (juga pelanggan perusahaan pesaing). Ada empat metode untuk

mengukur kepuasan yaitu :

a. Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer-oriented) perlu

memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Informasi yang diperoleh

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan

Keinginan Pelanggan

Produk Harapan Pelanggan

Terhadap Produk

Nilai Produk

Bagi Pelanggan

Tingkat

Kepuasan Pelanggan

Page 30: Samuel Halomoan_0207322.pdf

melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru dan masukan yang berharga

kepada perusahaan, sehingga memungkinkan untuk memberikan respon secara

cepat dan tanggap terhadap setiap masalah yang timbul.

b. Survei kepuasan pelanggan

Melalui survai, perusahan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pelanggan dan sekaligus juga memberikan tanda (signal) positif

bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya.

c. Ghost Shopping

Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang (ghost

shopper) untuk berperan atau bersikap sebagai pelanggan/pembeli potensial

produk perusahaan dan pesaing. Lalu ghost shopper tersebut menyampaikan

temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahan dan

pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk

tersebut.

d. Lost customer analysis

Metode ini sedikit unik. Perusahaan berusaha menghubungi para pelanggannya

yang telah berhenti membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan

adalah akan diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut.

2.5 Pengaruh Kualitas Jasa terhadap Kepuasan pelanggan

Seperti telah diketahui sebelumnya bahwa jasa tidak nyata (intangible)

dimana jasa tersebut tidak dapat dirasakan, dilihat, diraba sebelum membeli. Dengan

demikian pelanggan akan mencari tanda atau bukti dari kualitas jasa (pelayanan)

tersebut melalui orang lain. Sudah menjadi tugas para penyedia jasa untuk

“membuktikan” atau “menyatakan yang tidak nyata” dari produk yang ditawarkan.

Sesuatu yang dapat memberikan bukti fisik dan citra dari penawaran abstrak mereka,

sehingga pelanggan dapat merasakan jasa-jasa (pelayanan) yang diberikan

Page 31: Samuel Halomoan_0207322.pdf

perusahaan untuk kemudian dievaluasi oleh pelanggan, apakah jasa tersebut sesuai

dengan yang diharapkan, memberi harapan mereka ataukah berada di bawah harapan

mereka.

Menurut Kotler-Keller (2007;66-67) salah satu dari nilai utama yang

diharapkan oleh pelanggan dari perusahaan adalah kualitas produk dan jasa yang

tinggi. Kebanyakan Pelanggan tidak lagi bersedia menerima atau mentoleransi kinerja

kualitas yang biasa-biasa saja. Dengan demikian akan terdapat hubungan yang erat

antara kualitas jasa dan kepuasan pelanggan.

Apabila pelanggan merasa puas, maka mereka akan melakukan konsumsi

yang sama dengan yang sebelumnya atau melakukan konsumsi yang baru atau

pemakaian jasa yang lebih besar lagi, sehingga hubungan dengan pelanggan untuk

jangka panjang dan tahan lama akan tercapai. Apabila pelanggan merasa tidak puas

terhadap kualitas jasa yang ada, maka pelanggan tersebut akan meninggalkan

perusahaan untuk mencari dan mencoba jasa dari perusahaan lain dan kemudian

membandingkannya atau mereka benar-benar pergi meninggalkan perusahaan dan

tidak ingin kembali lagi.

Suatu hal yang perlu diketahui adalah jika para pelanggan melepas diri karena

merasa tidak puas, maka mereka bisa menyebarkan image buruk yang beredar dari

mulut ke mulut tentang perusahaan sehingga berakibat kerugian ekonomi yang besar

bagi perusahaan.Oleh karena itu maka kualitas jasa sangat berpengaruh terhadap

kepuasan pelanggan.

2.6 Rumah Sakit

2.6.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian

integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan

pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

Page 32: Samuel Halomoan_0207322.pdf

pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan

pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

Berdasarkan undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang

dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

2.6.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Rumah Sakit Umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang

bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya

pelayanan kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan

penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan

peningkatan dan pencegahan serta pelaksanaan upaya rujukan.

Dimana untuk menyelenggarakan fungsinya, maka Rumah Sakit umum

menyelenggarakan kegiatan :

a. Pelayanan medis

b. Pelayanan dan asuhan keperawatan

c. Pelayanan penunjang medis dan nonmedis

d. Pelayanan kesehatan kemasyarakatan dan rujukan

e. Pendidikan, penelitian dan pengembangan

f. Administrasi umum dan keuangan

Sedangkan menurut undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit,

fungsi rumah sakit adalah :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan seuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

Page 33: Samuel Halomoan_0207322.pdf

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka

peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahan bidang kesehatan.

Page 34: Samuel Halomoan_0207322.pdf

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Objek Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, objek penelitiannya adalah RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menganalisis pengaruh

kualitas jasa pelayanan terhadap kepuasan pasien pada RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung.

3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Keberadaan rumah sakit ini didorong oleh rasa, tanggung jawab dan panggilan

jiwa yang luhur dari para pendirinya. Setelah melalui berbagai pertimbangan akhirnya

pada hari Jumat, tanggal 15 Maret 1957, para pendiri tersebut mendirikan sebuah

yayasan yang diberi nama Yayasan Kesejahteraan Pegawai Polisi Karesidenan

Priangan dan diketahui oleh K.B.P. Moestafa Pane.

Yayasan ini dikukuhkan dengan Akte Notatis Noezar No.51 di Bandung,

bertujuan memelihara kesejahteraan dan perekonomian dalam arti seluas – luasnya,

termasuk pula perawatan kesehatan bagi anggotanya. Diatas lahan tanah Eigendom

Kotapradja Bandung No.159 tahun 1957 dijalan H.Wasyid No. 1, yayasan

mendirikan sebuah kraamkliniek. Setahun kemudian yaitu pada tanggal 15 Maret

1958 kraamkliniek ini selesai dibangun dan peletakan batu terakhirnya dilakukan oleh

Ibu Enoch Danoebrata.

Kraamkliniek ini diberi nama Klinik Bersalin Budi Bakti. Klinik bersalin ini

dalam pelayanan kesehatannya hanya melakukan perawatan ibu hamil dan

pertolongan persalinan oleh tenaga bidan dan para pembantunya. Dalam

perkembangan selanjutnya sesuai kebutuhan dinas maka Pimpinan Daerah Angkatan

Kepolisian Jawa Barat pada akhir tahun 1968 menambah bangunan dan

mengembangkan klinik bersalin tersebut menjadi sebuah rumah sakit, dengan nama

Page 35: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung (RSBSA) yang diresmikan pada

hari Rabu tangga 21 Mei 1969. Peresmian pembukaannya dengan cara peletakan batu

terakhir oleh Ibu H.A.R.Djajalaksana dan pengguntingan pita oleh Ibu M. Hoegeng,

sebagai kepala rumah sakit kemudian ditunjuk A.K.P.Dr.Tjandra Paramarta.

Dengan demikian mulailah RSBSA memberikan pelayanan perawatan

poliklinik dan rawat mondok bagi orang sakit serta pemeriksaan laboratorium

sederhana oleh Mitra Sasmita. Pada tahun 1970 A.K.P.Dr.Tjandra Paramarta

mengajukan permohonan berhenti, sebagai ganti kepala rumah sakit ditunjuk

A.K.P.Dr. Nanny Emran.

Tahun-tahun berikutnya terjadi penggantian Kepala RSBSA. Pada tahun

1971-1977 dipegang oleh Mayor Pol.Dr.Louis Tanudjaja. Tahun 1978 dijabat oleh

Letkol Pol.Dr.Diar Sidik yang kemudian dijabat oleh Kapten Pol.Dr.Basuki S.A.

hingga tahun 1984. Jabatan Karumkit RSBSA tahun 1984-1985 dipegang oleh Mayor

Pol.Dr. M. Ali Hanafiah, dari Juli 1985-Juli 1986 dipegang kembali oleh Mayor

Pol.Dr. Louis Tanudjaja, dan dari bulan Juli 1986 hingga tanggal 16 Agustus 1995

jabatan Karumkit dipegang oleh Letkol Pol. Dr.Argo S. Martosiswoyo.

Perkembangan fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan dimulai dengan

ditetapkannya RSBSA sebagai Rumkit ABRI tingakat IV berkapasitas 50 tempat

tidur pasien berdasarkan S.K. Menhankam/Pangab No. Skep/226/a/II/1977.

Pada tahun 1989 RSBSA mengalami renovasi besar-besaran pada bagian

depannya, yaitu bangunan untuk ruang rapat, kamar karumkit, ruang

staf/administrasi, Poliklinik Gawat Darurat dan bangunan untuk bagian

kandungan/kebidanan serta ruang kelas 1 dan 2 sehingga penampilan depan rumah

sakit dapat dibanggakan. Selain itu juga dibuat ruang rawat untuk tahanan, gudang

obat dan dapur peletakan batu pertama pembangunan/renovasi ini oleh Kapolri

jenderal Pol.Drs. M. Sanusi bersama Kapolda Jabar, serta peresmian selesainya

renovasi dalam Acara Hari Bhayangkara, tanggal 1 Juli 1989 oleh Kapolda Jabar

Mayor Jenderal Pol.Drs. Sidarto D. SH.

Page 36: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Sejalan dengan perkembangannya, pada masa Karumkit, Letkol Pol Dr.

Ismandiya, Sp.BS bulan desember tahun 1997 s/d 2000 RSBSA menjadi Rumah

Sakit tingkat III, dengan pengembangan beberapa fasilitasnya atas usaha serta

swadaya dari pimpinan Polda Jabar, dan dengan kemampuan 4 spesialis dasar,

menjadi Rumah Sakit tingkat III plus dengan kemampuan 15 spesialis ilmu

kedokteran dan dicanangkan sebagai Rumah Sakit dengan orientasi trauma centre

hospital.

Pada bulan Agustus 2000, lokasi RSBSA dipindahkan dari Jl. H. Wasid No.

01 ke Jl. Moch. Toha No. 369 Bandung, mendiami bangunan bekas Logistik Polda

Jabar, seluas 5000 M2, diatas lahan seluas 9000 M2. Sejak mendiami lokasi barunya,

sesuai dengan perkembangan situasi, dibentuklah bagian Hukas dan Hukum, dimana

kahumasnya adalah drg Nita Gianita.

Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, RS

Bhayangkara Sartika Asih Biddokkes Polda Jabar yang dipimpin Kombes Pol dr.

Suhadi Hasan dari 23 April s / d 3 januari 2005 terus berupaya mengembangkan

berbagai bidang pelayanan dengan merintis kerjasama dengan Universitas Maranatha.

Pada masa inilah RSBSA menjadi Rumah Sakit Pendidikan dimana RSBSA dijadikan

sarana untuk belajar bagi mahasiswa kedokteran dan Psikologi Universitas Katolik

Maranata, dengan timbal baliknya yaitu didirikannya bangunan berlantai dua dengan

luas : Lt1 386,83m2 , Lt 2 417.96m2 yang antara lain digunakan untuk Lt1: Instalasi

Rawat Jalan , Lt2 : Ruang Aula, yang dalam kesepakatannya disebutkan bahwa

setelah 10 tahun bangunan tersebut menjadi milik RSBSA.

Pada tahun 2005 Dr.Rullyanto sebagai Karumkit menandatangani perjanjian

kerjasama atau MOU dengan Universitas Maranatha dan menerima Penyerahan

gedung yang dilaksanakan pada tanggal 30 November 2005 dari Rektor Universitas

Katolik Maranata kepada Kapolda Jabar IrjenPol drs. Edy Darnadi. Upacara

penyerahan tersebut berbarengan dengan penandatanganan perjanjian kerjasama

Page 37: Samuel Halomoan_0207322.pdf

antara polda jabar dengan IDI wilayah Jabar dalam hal penanganan kasus – kasus

kedokteran.

Seiring dengan perkembangan situasi, dengan diundangkannya Praktek

Kedokteran No. 29 tahun 2004 maka masalah hukum kesehatan menjadi sangat

populer, dimana pasien sudah berani menuntut sarana kesehatan/tenaga kesehatan

karena perlakuan yang tidak sesuai dengan harapannya, maka karumkit dr.Rullyanto

MPH, DFM dan drg. Nita Gianita mengikuti pendidikan Hukum kesehatan di

Universitas Katolik Soegijapranata di Semarang. Tahun 2007 pendidikan tersebut

selesai dengan gelar Magister kesehatan, maka bagian hukum di RSBSA mulai

berkembang.

RSBSA membuka Poliklinik Rawat Jalan yang terdiri dari poliklinik spesialis

antara lain : paediatri (kesehatan anak), Interne (penyakit dalam), bedah umum, bedah

urology, bedah saraf, bedah orthopaedi (bedah tulang), bedah mulut, saraf, ODS (one

days surgery), obsgyn (kebidanan & kandungan), penyakit paru, mata, THT, kulit

kelamin, radiologi, psikiatri, psikologi, kardiologi (jantung), pathologi klinik,

pathologi anatomi, gigi, BKIA & KB, general check-up, fisioterapi dan instalasi Gizi.

Layanan tersebut dibuka untuk umum dan melayani setiap jam kerja.

Dengan diawali oleh self assesment I pada bulan Febuary 2008, selft

assesment dilakukan pada 5 bidang pelayanan yang akan dilakukan penilaian oleh tim

KARS, dilanjutkan dengan self assesment ke II pada Juni 2008. Dari hasil penilaian

sendiri atau selft assesment kemudian dilakukan bimbingan akreditasi oleh kars pada

tanggal 14, 15 nopember 2008 untuk memastikan kebenaran data yang disiapkan dan

lengkapnya syarat yang terdapat pada setiap standar pelayanan yang akan dinilai.

Pada akhirnya dilakukan survei akreditasi oleh tim kars pada tanggal 4 s/d 6 Mei

2009.

Kini untuk kedepannya RSBSA Biddokkes Polda Jabar, berharap dapat

melayani masyarakat lebih baik lagi, memahami tugas pokok dan melayani dengan

Page 38: Samuel Halomoan_0207322.pdf

sepenuh hati sehingga RSBSA menjadi Rumah Sakit kebanggaan Polri dan pilihan

masyarakat sesuai dengan visi dan misi RSBSA Biddokkes Polda Jabar.

3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung telah mempunyai visi bagi

arah pengembangan rumah sakit dan misi yang akan ditempuh untuk merealisasikan

visi tersebut.

Visi dan Misi Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung, yaitu

sebagai berikut :

VISI

RSBSA mampu memberikan dukungan kesehatan bagi operasional Polri,

serta memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi Polri, keluarga serta masyarakat

umum.

MISI

1. RSBSA mengemban misi untuk melaksanakan dukungan operasional

Polri, memberikan pelayanan kesehatan yang terbaik bagi anggota Polri

dan keluarga serta masyarakat umum.

2. RSBSA mengemban misi untuk pengembangan sumber daya manusia

yang mapan dan mandiri.

3. RSBSA mengemban misi untuk mewujudkan RSBSA menjadi trauma

centre di kota Bandung.

4. RSBSA mengemban misi kebersamaan dan pemberdayaan staf dalam

rangka mensejajarkan diri dengan rumah sakit lain yang telah mapan dan

modern di Indonesia.

Page 39: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi-fungsi dan

hubungan-hubungan yang menyatakan keseluruhan kegiatan-kegiatan untuk

mencapai suatu sasaran. Demikian pula halnya dengan Rumah Sakit Bhayangkara

Sartika Asih Bandung memiliki struktur organisasi tersendiri, untuk memudahkan

pengawasan terhadap pekerjaan yang dibebankan kepada masing-masing

karyawannya serta mempermudah KARUMKIT (Kepala Rumah Sakit) untuk

meminta pertanggungjawaban masing-masing bagian.

Page 40: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Gambar 3.1

STRUKTUR ORGANISASI

RS BHAYANGKARA SARTIKA ASIH BANDUNG

Sumber : RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

KARUMKIT

S P I

JUYAR / BENSAT APBN KATAUD

WAKA YANMED DAN DOKPOL WAKA UMUM DAN DIKLITKES KOMITE MEDIS

SUBBAG YAN

MED

SUBBAG YAN

WAT

INSTALASI BAG JANG

MED

BAG YAN

MED

SUBBAG JANG

MED

KABAG SDM &

DIKLITKES

KABAG

KEUANGAN

KABAG SIM & MEDREC

KA SUBBAG SDM &

DIKLITKES

KA SUBBAG KU/BENWAN NONNAP BN

KA SUBBAG SIM

& MEDREC

KABAG

LOGISTIK

KABAG PERENCA

NAAN

KABAG

HUMAS &

HUKUM

KASUBBAG

LOGISTIK

KASUBBAG PERENCA

NAAN

KASUBBAG

HUMAS &

HUKUM

Page 41: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.1.4 Deskripsi Jabatan Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung

1. KARUMKIT ( Kepala Rumah Sakit )

Kepala Rumah Sakit adalah Unsur pimpinan pada Rumah Sakit yang

memimpin Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung dalam

menyelenggarakan fungsi Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Karumkit Bhayangkara Sartika Asih mempunyai kewajiban :

a. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Kabid Dokkes Polda Jabar

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bidang tugasnya.

b. Memimpin Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih sehingga terjamin

pelaksanaan fungsi sesuai tugas pokok Rumah Sakit Bhayangkara Sartika

Asih.

c. Berdasarkan Rencana Kerja Polda dan petunjuk teknis pembina fungsi,

menetapkan rencana dan program kerja serta mengarahkan, mengawasi serta

mengendalikan pelaksanaannya guna menjamin tercapainya sasaran secara

berhasil dan berdaya guna.

d. Membina disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum di lingkungan Rumah

Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

e. Berdasarkan kebijaksanaan Kapolda dan petunjuk teknis pembina fungsi,

menyelenggarakan pembinaan dalam administrasi personil, logistik dan

anggaran/keuangan di lingkungan Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih

serta melaksanakan operasional organisasi.

Karumkit Bhayangkara Sartika Asih mempunyai wewenang :

a. Memberikan kebijakan yang menyangkut kegiatan pelayanan dan dukungan

kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

b. Mengawasi, memonitor, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan pelayanan

dan dukungan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

Page 42: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Menetapkan dan mengesahkan program kerja/Proja kegiatan pelayanan dan

dukungan kesehatan di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

d. Menyelenggarakan pembinaan terhadap kegiatan pelayanan dan dukungan

kesehatan, pembinaan personel dan pembinaan logistik, sismet dan anggaran

di Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

e. Mengesahkan dan menandatangani protap/SPO, surat-surat yang dibuat

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

2. SPI ( Satuan Pengawasan Internal )

Satuan Pengawas Internal adalah unsur pembantu pimpinan dan pelayanan

staf pada Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih yang mengawasi dan

mengendalikan pelaksanaan fungsi Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih. SPI

dipimpin oleh Kepala SPI disingkat KASPI, dan dalam melaksanakan kewajiban

serta tanggung jawabnya kepada Karumkit Bhayangkara Sartika Asih.

KASPI mempunyai kewajiban :

a. Mengajukan pertimbangan dan saran kepada Karumkit mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan bidang tugasnya.

b. Membantu Karumkit dalam mengarahkan, mengawasi serta mengendalikan

pelaksanaan fungsi sesuai tugas pokok Rumah Sakit Bhayangkara Sartika

Asih guna menjamin tercapainya sasaran secara berhasil dan berdaya guna.

c. Membina disiplin tata tertib dan kesadaran hukum personil Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih.

KASPI mempunyai Wewenang :

a. Memberikan pertimbangan dan saran mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan tugas-tugasnya.

b. Membantu mengarahkan, mengawasi serta mengendalikan pelaksanaan fungsi

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

Page 43: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Membantu membina disiplin tata tertib dan kesadaran hukum personel Rumah

Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

3. KATAUD ( Kepala Tata Urusan Dalam )

Tata Urusan Dalam adalah unsur pembantu pimpinan dan pelayanan staf pada

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih yang menyelenggarakan ketatausahaan

dan urusan dalam Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih. TAUD dipimpin oleh

Kepala TAUD disingkat KATAUD dan dalam melaksanakan kewajiban serta

tanggung jawabnya kepada Karumkit Bhayangkara Sartika Asih.

KATAUD mempunyai kewajiban :

a. Melaksanakan korespondensi meliputi agenda surat masuk dan surat keluar,

penerimaan dan pendistribusian, ketatalaksanaan serta pulahta kearsipan.

b. Melaksanakan urusan dalam dan tatalaksana perawatan perkantoran termasuk

perencanaan kebutuhan dan pengadaan ATK dan cetak serta perawatan

lingkungannya.

c. Mengatur dan menyiapkan penyelenggaraan upacara, rapat/pertemuan dan

penataan peralatannya.

d. Mengatur penyelenggaraan pelayanan yang berkenaan dengan kepentingan

dinas meliputi penyiapan kendaraan, penerimaan telepon/tamu.

e. Melaksanakan pemeliharaan gedung/mako.

f. Mengatur kegiatan operasional ambulans.

KATAUD mempunyai Wewenang :

a. Menyiapkan, melengkapi dan mengajukan perawatan personel :

Usulan kenaikan pangkat.

Usulan gaji berkala.

Usulan cuti/ijin.

Page 44: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Usulan mutasi jabatan.

Usulan pensiun/MPP.

Usulan jabatan struktural/fungsional.

Usulan tanda kehormatan/Satya Lencana.

b. Mengajukan dan menyiapkan pembinaan personel :

Pembinaan rohtal.

Pelatihan/pendidikan.

Kesegaran jasmani.

c. Menyelenggarakan ketatausahaan dan urusan dalam Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih :

Korespondensi meliputi agenda surat masuk dan keluar.

Penerimaan dan pendistribusian surat.

Menyiapkan dan memberikan pelayanan yang berkenaan dengan

kepentingan dinas.

Menyelenggarakan ketatalaksanaan Pulahta Kearsipan, Penataan CB

Personel.

Mengatur dan menyiapkan penyelenggaraan upacara, rapat/pertemuan.

Mengatur dan menyiapkan kegiatan operasional ambulans.

Memeriksa/mengoreksi surat menyurat keluar dan memberikan paraf

konseptor.

4. JUYAR (Juru Bayar)

Juru Bayar adalah unsur pembantu pimpinan dan pelayanan staf pada Rumah

Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang menyelenggarakan urusan

administrasi dan pelayanan keuangan Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

Juru Bayar dipimpin oleh seorang Juyar dan dalam melaksanakan kewajiban dan

tanggung jawabya kepada Karumkit Bhayangkara Sartika Asih.

Page 45: Samuel Halomoan_0207322.pdf

JUYAR mempunyai kewajiban :

a. Melaksanakan urusan administrasi keuangan Rumah Sakit Bhayangkara

Sartika Asih.

b. Melaksanakan pelayanan keuangan Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih.

5. WAKA YAMED & DOKPOL ( Wakil Pelayanan Medis & Kedokteran

Kepolisian )

Wakil Kepala Pelayanan Medik dan Dokpol adalah unsur pelaksana pada

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang menyelenggarakan

Pelayanan Medis dan Kedokteran Kepolisian Rumah Sakit. WAKA YAMED &

DOKPOL dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada

Karumkit Bhayangkara Sartika Asih.

WAKA YAMED & DOKPOL mempunyai kewajiban :

a. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih menyiapkan kebijakan,

strategi, menyusun kerja dan anggaran, khususnya di bidang medis dan

dokpol.

b. Pengajuan saran dan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih mengenai hal yang berhubungan dengan tugasnya.

c. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam mengkoordinasikan,

mengawasi dan mengendalikan tugas pelayanan medis dan dokpol.

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Karumkit Bhayangkara

Sartika Asih.

WAKA YAMED & DOKPOL mempunyai Wewenang :

a. Membantu menyiapkan kebijakan, strategi, menyusun program kerja dan

anggaran dibidang pelayanan medis dan dokpol.

b. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih mengenai hal yang berhubungan dengan tugasnya.

Page 46: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam mengkoordinasikan,

mengawasi dan mengendalikan tugas pelayanan medis dan dokpol.

d. Mewakili Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam melaksanakan tugas-

tugas yang terkait dengan pelayanan medis dan dokpol.

e. Mengevaluasi pelaksanaan tugas pelayanan medis dan dokpol.

f. Mengonsep surat-surat keluar yang terkait dengan pelayanan medis dan

dokpol dan membubuhi paraf konseptor.

g. Menyelenggarakan pembinaan bimbingan terhadap kegiatan pelayanan medis

dan dokpol.

h. Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam pelaksanaan tugas.

i. Menyusun SPO/pilun-pilun yang terkait dengan pelayanan medik dan dokpol.

j. Merencanakan dan mengajukan kebutuhan logistik kesehatan dan logistik

umum serta pemeliharaannya yang terkait dengan pelayanan medis dan

dokpol.

6. KOMITE MEDIS

Kepala Komite Medis disingkat Ka Kom Med adalah unsur pembantu

pimpinan dan pelaksanaan pada Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung

yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Karumkit

Bhayangkara Sartika Asih. Ka Kom Med bertugas menyusun stándar pelayanan

medis dan membantu pelaksanaannya, melaksanakan pembinaan etika profesi,

mengatur kewenangan profesi anggota staf medis fungsional serta

mengembangkan fungsi pelayanan, pendidikan dan penelitian, membentuk panitia

kedensial dalam penerimaan tenaga fungsional.

Komite Medis mempunyai kewajiban :

a. Membentuk panitia-panitia untuk membantu pelaksanaan tugas Komite Medis

yang anggotanya terdiri dari tenaga profesi yang terkait.

Page 47: Samuel Halomoan_0207322.pdf

b. Membahas dan menyetujui stándar pelayanan medis yang telah disusun oleh

kelompok profesi, yang selanjutnya disahkan oleh Karumkit Bhayangkara

Sartika Asih serta memantau dan menilai pelaksanaannya.

c. Meningkatkan mutu pelayanan medis dengan cara mengembangkan program

pelayanan, penelitian dan pelatihan anggota staf medis fungsional.

d. Melaksanakan pembinaan etika profesi serta menertibkan tenaga profesi yang

melakukan pelanggaran etika profesi.

e. Memberikan usul dan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih tentang penerimaan tenaga profesi untuk bekerja di Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih.

f. Mengurus kepentingan anggota staf medis fungsional yang berkaitan dengan

pelayanan medis.

g. Memantau dan mengevaluasi penggunaan obat.

h. Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, pemeliharaan dan

penggunaan alat kesehatan serta memantau dan mengevaluasi efisiensi dan

efektivitasnya.

i. Memberikan rekomendasi tentang kerjasama antar RUMKITPOL dengan

Institusi Pendidikan.

Komite Medis mempunyai wewenang :

a. Menyelenggarakan pengajuan pertimbangan dan saran kepada Karumkit

Bhayangkara Sartika Asih tentang pelaksanaan tugas fungsional medis,.

b. Menyusun stándar pelayanan dan memantau pelaksanaannya, melaksanakan

pembinaan etika profesi, mengatur kewenangan profesi anggota staf medis

fungsional serta mengembangkan fungsi pelayanan.

c. Tugas Komite Medis dapat dibantu oleh panitia yang anggotanya dari staf

medis fungsional dan tenaga profesi lainnya.

Page 48: Samuel Halomoan_0207322.pdf

7. WAKA UMUM & DIKLITKES (Wakil Kepala Umum Dan Pendidikan

Pelatihan Kesehatan )

Wakil Kepala Umum Dan Pendidikan Pelatihan Kesehatan adalah unsur

pelaksana pada Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang

menyelenggarakan pelayanan bidang umum Rumah Sakit Bhayangkara Sartika

Asih Bandung dan menyelenggarakan pendidikan pelatihan kesehatan Wakil

Kepala Umum dan Pendidikan Pelatihan Kesehatan disingkat WAKA UMUM &

DIKLITKES. WAKA UMUM & DIKLITKES dalam melaksanakan

kewajibannya dan tanggung jawabnya kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih.

WAKA UMUM & DIKLITKES mempunyai kewajiban :

a. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih menyiapkan kebijakan,

strategi, menyusun kerja dan anggaran, khususnya dibidang Umdiklitkes.

b. Pengajuan saran dan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih mengenai hal yang berhubungan dengan tugasnya.

c. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam mengkoordinasikan,

mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan bagian SDM dan Pendidikan

Pelatihan dan Penelitian Pengembangan Kesehatan, Logistik, Keuangan,

Perencanaan, SIM dan Rekam Medik, Humas dan Hukum.

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang dibebankan oleh Karumkit Bhayangkara

Sartika Asih.

WAKA UMUM & DIKLITKES mempunyai Wewenang :

a. Membantu menyiapkan kebijakan, strategi, menyusun program kerja dan

anggaran dibidang pelayanan umum dan Diklitkes.

b. Mengajukan saran dan pertimbangan kepada Karumkit Bhayangkara Sartika

Asih mengenai hal yang berhubungan dengan tugasnya.

Page 49: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Membantu Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam mengkoordinasikan,

mengawasi dan mengendalikan tugas pelayanan umum dan diklitkes.

d. Mewakili Karumkit Bhayangkara Sartika Asih dalam melaksanakan tugas-

tugas yang terkait dengan pelayanan umum dan diklitkes.

e. Mengevaluasi pelaksanaan tugas pelayanan umum dan diklitkes.

f. Mengonsep surat-surat keluar yang terkait dengan pelayanan umum dan

diklitkes dan membubuhi paraf konseptor.

g. Menyelenggarakan pembinaan bimbingan terhadap kegiatan pelayanan umum

dan diklitkes.

h. Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam pelaksanaan tugas.

i. Menyusun SPO/pilun-pilun yang terkait dengan pelayanan umum dan

diklitkes.

j. Merencanakan dan mengajukan kebutuhan logistik kesehatan dan logistik

umum serta pemeliharaannya yang terkait dengan pelayanan umum dan

diklitkes.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan

pendekatan survey. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun

sekelompok kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Moh.Nazir, 2005:54).

Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah verifikatif. Verifikatif yaitu suatu

penelitian untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesis yang juga berarti menguji

kebenaran teori. Dengan demikian akan diperoleh kesimpulan tepat dan akurat

(Nazir, 2003:74).

Page 50: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk melakukan penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Riset Lapangan (Field Research)

Riset ini dilakukan dengan jalan mengadakan penelitian langsung kepada

objek yang hendak diteliti. Untuk memperoleh data, penulis lakukan dengan

cara:

a. Observasi

Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara langsung oleh peneliti

terhadap subjek yang diteliti tersebut untuk kelengkapan data dan untuk

mendapatkan gambaran mengenai perusahaan sehingga diharapkan data yang

diperoleh dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya.

b. Wawancara

Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan

langsung dengan pihak-pihak yang berkepentingan atau terkait yang dapat

memberikan keterangan-keterangan data yang diperlukan.

c. Kuesioner

Yaitu daftar pertanyaan mengenai gambaran umum dari responden serta satu

set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan

setiap pertanyaan merupakan jawaban yang mempunyai makna dalam

menguji hipotesis, guna mendapatkan data-data primer untuk diolah,

dianalisis dan ditarik kesimpulan.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku literatur yang

mendukung penelitian dan dapat dijadikan landasan teori guna mendapatkan

data-data sekunder untuk dijadikan sebagai tinjauan pustaka.

Page 51: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.2.2 Jenis dan Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder, yaitu:

1. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang berupa

tanggapan, saran, kritik, pernyataan dan penilaian dari konsumen sebagai

responden pada Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

2. Data Sekunder

Data yang diperoleh secara tidak langsung, didapatkan dari arsip Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Data yang berfungsi sebagai pelengkap

data primer. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku

dan catatan yang berkaitan erat dengan masalah yang akan diteliti.

3.2.3 Populasi dan Sampel

Dalam penelitian yang menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan

survey, tidaklah selalu perlu meneliti semua individu dalam populasi, karena

disamping memakan biaya yang besar juga membutuhkan waktu yang lama. Dengan

meneliti sebagian dari populasi, penulis mengharapkan hasil yang diperoleh akan

dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan.

Menurut Moh Nazir (2005;271), menyatakan bahwa :

”Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri

yang telah ditetapkan”.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien Rumah Sakit Bhayangkara

Sartika Asih Bandung, sedangkan pengertian sampel menurut Sugiyono (2004;73) :

”Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”.

Page 52: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode sampling aksidental. Menurut Riduwan (2003;19), sampling ialah teknik

penentuan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak

sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang

tersebut dapat digunakan sebagai sampel (responden).

Dalam menetukan jumlah anggota sampel penulis mengambil salah satu

pernyataan dari Sugiono (2007;74) yang menyatakan bahwa :

”Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai

dengan 500”.

Berdasarkan pernyataan di atas dan adanya keterbatasan waktu, biaya dan

tenaga maka untuk penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 50 orang.

3.3 Pengujian Validitas

Ada dua syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu keharusan

sebuah angket untuk validitas dan realibilitas.

Pengujian validitas menurut Simamora (2004:172), yaitu :

“Suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu

instrumen. Suatu instrumen dianggap valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu memperoleh data yang

tepat dari variabel yang diteliti.”

Semua item kuesioner yang digunakan untuk mengukur kualitas jasa dan

minat kepuasan pasien, akan diuji validitasnya. Nilai validitas masing-masing butir

pertanyaan dapat dilihat pada nilai corrected item-total correlation masing-masing

butir pertanyaan. Dengan r tabel untuk 50 responden sebesar 0,279 maka berdasarkan

data perhitungan SPSS koefisien korelasi (r) diketahui bahwa seluruh korelasi item

Page 53: Samuel Halomoan_0207322.pdf

variabel independent (X) lebih besar dari r tabel atau 0,279 maka instrumen

dinyatakan valid. Begitu pula untuk variabel dependent (Y), jika lebih besar dari r

tabel atau 0,279 maka instrumen dinyatakan valid.

Kriteria pengujian validitas menurut Suliyanto (2005:42) keputusan pada

sebuah butir pertanyaan dapat dianggap valid, dapat dilakukan dengan beberapa cara

sebagai berikut :

1. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α;n-2) n=jumlah sampel.

2. Nilai sig. > α.

Dalam pengujian realiabilitas menggunakan SPSS, langkah yang dapat

ditempuh yaitu sama dengan langkah pengujian validitas. Karena output keduanya

bersamaan muncul.

Pengertian Reliabilitas menurut Bilson Simamora (2004:177) adalah tingkat

keandalan kuesioner. Kuesioner yang reliabel adalah kuesioner yang apabila

dicobakan secara berulang-ulang kepada kelompok yang sama akan menghasilkan

data yang sama. Kelompok ganjil dan skor butirnya dijumlahkan sehingga

menghasilkan skor total antara kelompok ganjil dan genap dicari korelasinya.

Kriteria uji realibilitas :

Jika α (alpha) > 0,6 (artinya variabel dinyatakan reliabel)

Jika α (alpha) < 0,6 (artinya variabel dinyatakan tidak reliabel)

Page 54: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.3.1 Operasional Variabel

Tabel 3.1

Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Kualitas jasa

(Independent).

Kualitas jasa adalah

evaluasi kognitif

jangka panjang

pelanggan terhadap

penyerahan jasa

suatu perusahaan.

Lovelock-Wright

(2007;96).

Reliability

(Kehandalan).

- Kejelasan

informasi yang

disampaikan

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit

dalam

menjawab

pertanyaan

pasien.

- Kemudahan

dalam proses

administrasi.

- Kemudahan

pasien dalam

menyampaikan

keluhan secara

langsung.

- Dokter,

perawat dan

petugas rumah

sakit datang

tepat waktu.

- Rumah sakit

menyediakan

peralatan

kesehatan,

pemeriksaan

dan

laboratorium.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Page 55: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Responsiveness

(Daya Tanggap).

- Kecepatan

dokter, dan

perawat dalam

menanggapi

keluhan pasien.

- Kemampuan

dokter dan

perawat dalam

memberikan

pelayanan

dengan cepat,

tepat dan jelas.

- Kesigapan

dokter dan

perawat dalam

menangani

pasien.

- Dokter

memberikan

waktu

konsultasi buat

pasien.

- Dokter

merespon

masalah pasien

dan

memberikan

solusi/

pengobatan.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Page 56: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Assurance

(Jaminan).

- Jaminan atas

pengobatan

yang diberikan

pihak rumah

sakit.

- Tanggung

jawab pihak

rumah sakit

terhadap

kepentingan

pasien.

- Kejujuran

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit

terhadap

pasien.

- Keamanan

para pasien

saat menjalani

pengobatan.

- Pemberian

jaminan

terhadap

pelayanan

kepuasan

pasien.

Ordinal.

Ordinal

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Page 57: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Emphaty

(Empati).

- Sikap ramah

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit

dalam

melayani

pasien.

- Perhatian

secara khusus

yang diberikan

pihak rumah

sakit terhadap

kepentingan

pasien.

- Dokter dan

perawat

mendengarkan

masalah

pasien.

- Pemahaman

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit

akan

kebutuhan

pasien.

- Kesediaan

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit

untuk

mendengarkan

masukan dan

saran dari

pasien.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Page 58: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Tangibles

(Berwujud).

- Kerapihan dan

penampilan

dokter, perawat

dan petugas

rumah sakit.

- Kenyamanan

ruangan.

- Kebersihan

rumah sakit.

- Lokasi mudah

dijangkau oleh

pasien.

- Fasilitas

perawatan

yang tersedia.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Ordinal.

Kepuasan pasien

(Dependent).

Kepuasan

merupakan evaluasi

purna jual beli

dimana alternatif

yang dipilih

sekurang-kurangnya

sama atau

melampaui harapan

pelanggan,

sedangkan

ketidakpuasan

timbul apabila hasil

(out come) tidak

memenuhi harapan.

(Fandy Tjiptono,

3006;126).

- Harapan

Konsumen.

- Kinerja yang

dirasakan

konsumen.

Ordinal.

Ordinal.

Page 59: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.3.2 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan secara sederhana dari data yang diperoleh

baik yang berupa data primer maupun data sekunder, yang disajikan dalam bentuk

tabel, sehingga memudahkan penafsiran data mentah yang diperoleh. Penulis

mencoba untuk mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan

analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Maksud dari kedua analisis tersebut adalah :

1. Analisis kualitatif

Yaitu data yang berbentuk kalimat, kata, atau gambar.

2. Analisis kuantitatif

Yaitu analisis data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan.

Untuk keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data yang

diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap

pernyataan berdasarkan skala Likert. Menurut Simamora (2004:147) skala Likert

disebut juga rating scale. Skala ini banyak digunakan karena memberi peluang

kepada responden untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam membentuk

persetujuan untuk aggrement terhadap suatu pertanyaan. Untuk keperluan analisis ini

secara kuantitatif, maka jawaban yang diperoleh dari kuesioner akan diberikan bobot

penilaian berdasarkan skala likert seperti terlihat pada tabel 3.2 dibawah ini :

Page 60: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Jawaban Responden

Pernyataan Simbol Bobot untuk Pernyatan

Sangat Setuju SS 5

Setuju S 4

Cukup C 3

Tidak Setuju TS 2

Sangat Tidak Setuju STS 1

Dari nilai-nilai jawaban tersebut kemudian diproses dan dianalisis untuk

digunakan sebagai alat ukur variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Analisis data dilakukan baik secara kualitatif yaitu dengan cara mendeskripsikan

jawaban responden yang kemudian disajikan dalam bentuk tabel-tabel. Sedangkan

analisis data secara kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisi statistik, yang

terdiri dari :

A. Koefisien Korelasi

Koefisien korelasi adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui kuat atau

lemahnya serta arah dan hubungan antara kualitas jasa dengan kepuasan pasien.

Analisis ini menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.

Rumus :

NN

dirs

3

261

Page 61: Samuel Halomoan_0207322.pdf

keterangan :

rs = koefisien korelasi

di = selisih rank x dengan rank y

N = jumlah sampel

Apabila dalam penelitian ditemukan dua subjek atau lebih yang mempunyai nilai

yang sama, maka digunakan rumus sebagai berikut :

))((2 22

222

yx

diyxrs

keterangan :

rs = koefisien korelasi

x = variabel independen (kualitas jasa)

y = variabel dependen (kepuasan pasien)

di = selisih rank x dengan rank y

dimana :

TxNN

x

12

32

Page 62: Samuel Halomoan_0207322.pdf

keterangan :

Tx = Faktor koreksi x

Ty = Faktor koreksi y

N = Jumlah sampel

Rank kembar dapat dikatakan berpengaruh terhadap rs namun apabila

proporsi dari rank kembar ini cukup besar, maka dalam perhitungan (koefisien

korelasi) perlu dimasukkan faktor koreksinya, yang dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut :

12

3 ttT

keterangan :

T = faktor koreksi

t = menunjukkan jumlah rank kembar dan penelitian

Nilai koefisien korelasi rs berkisar antara -1 sampai 1, dimana nilai rs tersebut

mencerminkan tingkat korelasi antara variabel-variabel yang diteliti dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Terdapat korelasi yang kuat namun negatif antara variabel x dan variabel y jika rs

= -1 atau mendekati -1

b. Tidak terdapat korelasi atau korelasi lemah antara kedua variabel jika nilai rs = 0

atau mendekati 0

Page 63: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Terdapat korelasi yang kuat dan positif antara kedua variabel yang diteliti jika

nilai rs = 1 atau mendekati 1.

Perhitungan uji korelasi dilakukan dengan program SPSS 15. Untuk menentukan

kuat atau lemah hubungan antara variabel independent dan variabel dependent

dapat diukur berdasarkan pedoman berikut :

Tabel 3.3

Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000-0,199 Sangat Lemah

0,200-0,399 Lemah

0,400-0,599 Cukup Kuat

0,600-0,799 Kuat

0,800-1,000 Sangat Kuat

Sumber: Riduwan, dasar-dasar statistika, (2003:228)

B. Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya pengaruh atau kontribusi variabel independent

(kualitas jasa pelayanan) terhadap variabel dependent (kepuasan pasien), maka

digunakan koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut :

Kd = rs2

x 100%

keterangan :

kd = Koefisien Determinasi

rs = Koefisien korelasi Rank Spearman

Page 64: Samuel Halomoan_0207322.pdf

3.3.3 Rancangan Uji Hipotesis

Berdasarkan hipotesis penelitian, ditentukan kualitas jasa pelayanan sebagai

variabel independent dan kepuasan pasien sebagai variabel dependent. Adapun untuk

mengetahui apakah koefisien korelasi tersebut signifikan atau tidak signifikan

digunakan model statistik uji t yaitu dengan :

- Menentukan taraf signifikasi (α)

Menyatakan tingkat kekeliruan dalam pengujian hipotesis yang dapat ditolerir.

Tingkat kesalahan (α) yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 5%

(0,05), karena dianggap sudah cukup mewakili.

- Derajat Kebebasan (degree of freedom)

Df = n-(k+1)

Dimana :

Df = degree of freedom

n = jumlah sampel

k = Variabel Independent

l = Variabel Dependent

- Untuk menguji signifikansi (tingkat keberartian) variabel x dengan variabel y

digunakan statistik uji t dengan rumus :

Page 65: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Dimana :

rs = Koefisien korelasi spearmen

rs2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah sampel

Untuk mendapatkan suatu kesimpulan apabila terdapat pengaruh positif

antara kualitas jasa pelayanan terhadap kepuasan pasien di RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung maka hasil t (hitung) dibandingkan dengan t (tabel), dengan kriteria

sebagai berikut :

- t hitung < t tabel (α, df) ; maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti kualitas jasa

pelayanan tidak mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

- t hitung > t tabel (α, df) ; maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti kualitas jasa

pelayanan mempunyai pengaruh positif terhadap kepuasan pasien.

Adapun pengujian hipotesis yang digunakan adalah pengujian hipotesis satu

arah.

H0 : rs < 0 : Artinya kualitas jasa pelayanan tidak mempunyai pengaruh

positif terhadap kepuasan pasien.

Ha : rs > 0 : Artinya kualitas jasa pelayanan mempunyai pengaruh

positif terhadap kepuasan pasien.

Page 66: Samuel Halomoan_0207322.pdf

BAB IV

Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1 Unsur-unsur Kualitas Jasa Yang Diberikan Oleh Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung melakukan berbagai upaya

dalam meningkatkan kualitas jasa untuk memperoleh kepuasan pasiennya. Hal ini

dilakukan karena situasi persaingan yang semakin ketat dan setiap rumah sakit

melakukan usaha untuk dapat memuaskan para pasiennya.

Dalam usaha untuk memenangkan persaingan sekaligus memberikan

kepuasan kepada pasien, Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung

melakukan usaha dengan melalui keunggulan unsur-unsur jasa yang diberikan kepada

pasiennya. Adapun unsur-unsur kualitas jasa yang diberikan oleh Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung meliputi :

1. Kehandalan (Reliability)

a. Kejelasan informasi yang disampaikan dokter, perawat dan petugas rumah

sakit dalam menjawab pertanyaan pasien.

Untuk memberikan informasi kepada para pasien mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan rumah sakit, dokter, perawat dan petugas RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung diberikan training mengenai hal-hal

yang berhubungan dengan rumah sakit, sesuai di mana karyawan tersebut

ditempatkan. Hal ini bertujuan apabila pasien menginginkan informasi

mengenai rumah sakit, maka dokter, perawat dan petugas tersebut dapat

menerangkannya dengan jelas dan dimengerti oleh pasien.

Page 67: Samuel Halomoan_0207322.pdf

b. Kemudahan dalam proses administrasi.

Untuk memberikan pelayanan kepada pasiennya, RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung berusaha memberikan kemudahan bagi para pasiennya

dalam hal pembayaran. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai.

c. Kemudahan pasien dalam menyampaikan keluhan secara langsung.

Pasien dapat secara langsung mengajukan keluhan atas masalah yang

dihadapinya yaitu dengan cara mengajukan keluhan atas masalah yang

dihadapinya kepada dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang ada

untuk kemudian diberitahukan kepada Kadiv. Humas Rumah Sakit, atau

pasien dapat langsung mengajukannya sendiri kepada Kadiv. Humas

Rumah Sakit melalui via sms.

d. Dokter, perawat dan petugas rumah sakit datang tepat waktu.

Untuk memberikan pelayan kepada pasiennya, pihak RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung memberikan peraturan yang harus ditaati oleh

dokter, perawat dan petugas yang ada agar mereka dapat datang tepat

waktu pada jam kerja. Hal ini dimaksudkan agar dokter, perawat dan

petugas rumah sakit mempunyai kedisiplinan dalam bekerja sehingga

pasien pun dapat merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh

pihak rumah sakit.

e. Rumah sakit menyediakan peralatan kesehatan, pemeriksaan dan

laboratorium.

Pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung menyediakan peralatan

kesehatan, pemeriksaan dan laboratorium yang lengkap dan baik

kondisinya. Dengan adanya peralatan kesehatan, pemeriksaan dan

laboratorium yang lengkap dan baik kondisinya tersebut diharapkan dapat

memuaskan para pasien sesuai dengan kebutuhannya.

Page 68: Samuel Halomoan_0207322.pdf

2. Daya Tanggap (Responsiveness)

a. Kecepatan dokter dan perawat dalam dalam menanggapi keluhan pasien.

Setiap dokter dan perawat RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

mempunyai kemampuan dalam menghadapi setiap keluhan pasien sehingga

tidak terjadi pelemparan tanggung jawab dari para dokter dan perawat.

b. Kemampuan dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan dengan

cepat, tepat dan jelas.

Seiring dengan perkembangan zaman dimana masing-masing orang

mempunyai kesibukan yang tinggi, pihak rumah sakit dituntut untuk

melayani dengan cepat para pasiennya. Untuk itu, RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung berusaha memuaskan para pasiennya dengan cara

melaksanakan seefektif mungkin dalam melayani berbagai jenis pelayanan.

Disamping itu rumah sakit memberikan latihan-latihan dan penyuluhan

terhadap dokter dan perawat. Diharapkan hal tersebut dapat menjadikan

dokter dan perawat terampil dalam menjalankan tugas-tugasnya.

c. Kesigapan dokter dan perawat dalam menangani pasien.

Setiap pasien pasti ingin jika dokter dan perawat rumah sakit mau

membantu dalam menangani para pasien dengan sigap. Misalnya: pada saat

pasien mengeluh atas pelayanan yang diberikan oleh pihak rumah sakit,

karyawan harus bisa mendengarkan keluhan tersebut dengan seksama dan

memberikan tanggapan dengan jelas atas keluhan tersebut. Untuk itu RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung mengadakan training bagi para dokter

dan perawat sebagai usaha untuk meningkatkan pelayanan pada pasiennya.

d. Dokter memberikan waktu konsultasi buat pasien.

Kepedulian RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung kepada para pasiennya

diwujudkan dalam bentuk memberikan waktu konsultasi untuk

Page 69: Samuel Halomoan_0207322.pdf

menceritakan masalah yang dihadapi tanpa membeda-bedakan pasien yang

ada. Dalam hal ini pihak rumah sakit menekankan pada para dokternya

untuk menyelesaikan masalah yang ada dengan sesegera mungkin, agar

para pasien merasa puas masalah yang dihadapinya diperhatikan.

e. Dokter merespon masalah pasien dan memberikan solusi / pengobatan.

Setiap pasien pasti ingin mendapat kepedulian penuh dari pihak rumah

sakit dalam arti, rumah sakit tidak hanya menerima dan menampung

keluhan atau saran saja, tetapi para dokter rumah sakit juga harus bisa

merespon masalah pasien dan memberikan solusi / pengobatan. Hal ini,

memberikan peluang untuk mengubah seorang pasien yang tidak puas

menjadi pasien yang puas atau bahkan pasien yang loyal terhadap RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

3. Jaminan (Assurance)

a. Jaminan atas pengobatan yang diberikan pihak rumah sakit.

Bagi pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung jaminan atas

pengobatan yang diberikan merupakan suatu hal yang sangat penting

karena RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung juga menyadari bahwa

pasien menginginkan pengobatan yang benar dan efektif. Misalnya :

menjamin kebenaran, keamanan dan keefektifan pemberian resep obat atas

penyakit yang diderita pasien, memeriksa penyakit yang diderita pasien

dengan benar dan teliti, menjamin penyakit yang diderita pasien dapat

berangsur membaik dengan adanya pengobatan yang diberikan oleh pihak

rumah sakit, dll.

b. Tanggung jawab pihak rumah sakit terhadap terhadap kepentingan pasien.

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung dalam melayani pasiennya

berusaha memenuhi tanggung jawab terhadap kepentingan para pasiennya.

Page 70: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Hal dilakukan agar para pasien dapat merasa puas berobat di RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

c. Kejujuran dokter, perawat dan petugas rumah sakit terhadap pasien.

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung merupakan perusahaan jasa

sehingga setiap dokter, perawat dan petugas rumah sakit dituntut untuk

mempunyai sifat jujur sehingga dapat meningkatkan citra rumah sakit.

d. Keamanan para pasien saat menjalani pengobatan.

Dengan adanya petugas keamanan (satpam) dengan jumlah yang cukup,

merupakan salah satu bentuk pelayanan dalam menjamin keamanan para

pasien saat menjalani pengobatan sehingga pasien rumah sakit akan merasa

aman selama menjalani pengobatan.

e. Pemberian jaminan terhadap pelayanan kepuasan pasien.

Bagi RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung jaminan terhadap pelayanan

kepuasan pasien merupakan suatu hal yang sangat penting karena RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung juga menyadari bahwa pasien

menginginkan pelayanan yang memuaskan. Misalnya: menjamin keamanan

kendaraan yang di parkir dengan adanya satpam dan petugas parkiran,

petugas kebersihan selalu menjaga kebersihan lingkungan di areal rumah

sakit, dokter, perawat dan petugas memperbaiki kesalahan dan meminta

maaf apabila terjadi kesalahan dalam melayani pasien, dan lain-lain.

4. Empati (Emphaty)

a. Sikap ramah dokter, perawat dan petugas rumah sakit dalam melayani

pasien.

Page 71: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Setiap dokter, perawat dan petugas RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

diterapkan sikap ramah dalam melayani pasien, tanpa membeda-bedakan

status, ras, agama, kelas sosial, dll.

b. Perhatian secara khusus yang diberikan pihak rumah sakit terhadap

kepentingan pasien.

Pada umumnya pasien merasa senang apabila mereka diperhatikan secara

individual, dengan begitu pasien merasa dihargai oleh pihak rumah sakit.

Usaha-usaha yang dilakukan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung untuk

memberikan perhatian secara khusus terhadap kepentingan pasiennya yaitu

dengan memberikan ucapan selamat siang, sore, malam, dan ucapan „bisa

saya bantu‟, menyapa pasien atau melayani pasien dengan penuh senyum.

Hal ini dilakukan untuk menjadikan pasien sebagai asset rumah sakit.

c. Dokter dan perawat mendengarkan masalah pasien.

Dokter dan perawat RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung selalu

mendengarkan berbagai masalah dari pasien karena hal ini sangat penting

sebagai bahan masukan untuk kemajuan RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung.

d. Pemahaman dokter, perawat dan petugas rumah sakit akan kebutuhan

pasien.

Setiap dokter, perawat dan petugas rumah sakit memiliki kemampuan dan

pengetahuan untuk dapat melayani serta memenuhi kebutuhan pasien

sehingga kebutuhan pasien akan terpenuhi sesuai dengan apa yang

diinginkan.

e. Kesediaan dokter, perawat dan petugas rumah sakit untuk mendengarkan

masukan dan saran dari pasien.

Page 72: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Pihak rumah sakit selalu mendengarkan berbagai masukan dan saran dari

pasien karena hal ini sangat penting sebagai bahan untuk kemajuan RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

5. Bukti Langsung (Tangible)

a. Kerapihan dan penampilan dokter, perawat dan petugas rumah sakit.

Dalam hal ini penampilan dan kerapihan dokter, perawat dan petugas

rumah sakit sangatlah penting sehingga pihak rumah sakit menyediakan

pakaian seragam sesuai dengan bagiannya masing-masing.

b. Kenyamanan ruangan.

Agar para pasien merasa nyaman berada di dalam ruangan, Rumah Sakit

Bhayangkara Sartika Asih Bandung berusaha memenuhinya dengan

membuat sedemikian rupa penataan ruangan yang ada dengan cara

menyediakan ruangan yang memiliki jendela yang besar agar sirkulasi

udara lancar, kamar kecil, hiasan bunga, serta tempat duduk.

c. Kebersihan rumah sakit.

Dalam hal ini pihak rumah sakit memberikan pengarahan kepada para

petugas kebersihan agar selalu menjaga kebersihan tanpa mengenal waktu

untuk membersihkan lantai di setiap ruangan yang ada di rumah sakit, serta

membersihkan toilet.

d. Lokasi mudah dijangkau oleh pasien.

Lokasi Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih Bandung sangat strategis

dan mudah dijangkau oleh para pasien yang hendak berobat di rumah sakit

ini. Rumah sakit ini berada di Jln. Moch. Toha No. 369 Bandung 40255 -

Jawa Barat. Lokasi ini mudah dijangkau dan dekat dengan Gerbang Tol

Purbaleunyi serta rumah-rumah penduduk yang berada di sekitarnya.

Page 73: Samuel Halomoan_0207322.pdf

e. Fasilitas perawatan yang tersedia.

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung menyediakan fasilitas perawatan

bagi para pasiennya seperti : Rawat Inap, Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat

(UGD), Bedah Sentral, Perawatan Intensif, Radiologi, Laboratorium,

Farmasi, Rehab Medik, Gizi, Cuci dan Pusat Sterilisasi, Har. Sarana RS,

Patologi, Imbah, Wattah, Forensik, Narkoba. Dengan adanya fasilitas

perawatan tersebut maka pasien dapat menggunakan semua fasilitas yang

ada sesuai dengan kebutuhannya.

4.2 Gambaran Umum Responden

Tabel 4.1

Kelompok Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

Pria 26 52,0

Wanita 24 48,0

Total 50 100,0

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa komposisi jumlah responden

berdasarkan jenis kelamin, yaitu pria merupakan responden terbanyak yaitu

berjumlah 26 orang (52%), dan sisanya berjumlah 24 orang (48%) adalah wanita. Hal

ini menunjukan bahwa pasien RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung rata-rata

didominasi oleh pria.

Page 74: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.2

Kelompok Responden Berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Persentase

Kurang dari 20 tahun 9 18,0

21 - 30 tahun 18 36,0

31 - 40 tahun 19 38,0

Lebih dari 40 tahun 4 8,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

merupakan responden yang berusia 31 - 40 tahun yaitu berjumlah 19 orang (38%),

disusul kemudian responden dengan usia 21 – 30 tahun sebanyak 18 orang (36%),

responden yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 9 orang (18%), sedangkan

responden yang berusia lebih dari dari 40 tahun merupakan responden dengan jumlah

terkecil yaitu 4 orang (8%). Dari data ini menunjukan bahwa pasien RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung kebanyakan berusia 31 – 40 tahun.

Tabel 4.3

Kelompok Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Pegawai Negeri 7 14,0

Pegawai Swasta 11 22,0

Wiraswasta 17 34,0

Pelajar / Mahasiswa 12 24,0

Lainnya 3 6,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 75: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berstatus wiraswasta yaitu berjumlah 17 orang (34%), disusul dengan pelajar /

mahasiswa yaitu berjumlah 12 orang (24%) dan responden yang berstatus pegawai

swasta yaitu sebanyak 11 orang (22%), sedangkan responden yang berstatus sebagai

pegawai negeri yaitu sebanyak 7 orang (14%). Jumlah responden dengan status lain–

lain merupakan jumlah responden yang paling sedikit yaitu sebanyak 3 orang (6%).

Data ini menunjukan bahwa mayoritas pasien RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

yaitu kebanyakan berstatus wiraswasta.

Tabel 4.4

Kelompok Responden Berdasarkan Penghasilan

Penghasilan Perbulan Frekuensi Persentase

Kurang dari Rp. 1 Juta 9 18,0

Antara Rp. 1 Juta - 2,5 Juta 28 56,0

Antara Rp. 2,5 Juta - Rp5 Juta 12 24,0

Lebih dari Rp. 5 Juta 1 2,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas yang menjadi

pasien RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung mempunyai penghasilan rata-rata per

bulan Rp 1 juta – 2,5 juta. Hal ini sesuai dengan rata-rata pendapatan wiraswasta.

Page 76: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.5

Kelompok Responden Berdasarkan Frekuensi Berkunjung

Sudah berapa kali anda

berkunjung ke RS

Bhayangkara Sartika

Asih Bandung

Frekuensi Persentase

1 kali 9 18,0

2 kali 15 30,0

3 kali 8 16,0

Lebih dari 3 kali 18 36,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atas

kunjungannya ke RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung adalah lebih dari 3 kali

(36%). Hal ini mencerminkan bahwa RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung selalu

memberikan pelayanan yang baik sehingga dapat memuaskan para pasiennya.

Tabel 4.6

Kelompok Responden Berdasarkan Sumber Informasi RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung

Informasi tentang RS

Bhayangkara Sartika

Asih Bandung didapat

dari

Frekuensi Persentase

Teman / Saudara 36 72,0

Koran 0 0,0

Televisi 2 4,0

Radio 2 4,0

Lainnya 10 20,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 77: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mengetahui informasi RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung dari teman / saudara

yaitu berjumlah 36 orang (72%), disusul oleh mengetahui dari sumber lainnya yaitu

sebesar 10 orang (20%), dan yang mengetahuinya dari sumber televisi dan radio

berjumlah masing-masing 2 orang (4%), sedangkan tidak ada satupun responden

yang mengetahui dari sumber koran. Data ini memperlihatkan bahwa RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung telah memberikan pelayanan yang baik sehingga

para pasien yang pernah berkunjung, memberikan informasinya kepada teman /

kerabatnya.

4.3 Analisis Tanggapan Responden Atas Kualitas Jasa yang Diberikan RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Untuk mendapatkan gambaran mengenai tanggapan responden atas kualitas

jasa yang diberikan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung digunakan pertanyaan

yang harus dijawab dengan skala penilaian sangat baik, baik, cukup, buruk, sangat

buruk terhadap unsur-unsur yang diteliti. Melalui 25 pertanyaan yang diberikan

penulis dalam kuesioner yang disebar, dapat diketahui tanggapan responden atas

kualitas jasa yang diberikan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung seperti terlihat

pada sub bab berikut ini :

a. Keandalan (Reliability)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Page 78: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.7

Tanggapan Responden Mengenai Kejelasan Informasi Yang Disampaikan

Dokter, Perawat dan Petugas Rumah Sakit Dalam Menjawab Pertanyaan

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 6 12,0

Baik 31 62,0

Cukup 11 22,0

Buruk 2 4,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik yakni sebanyak 6 orang (12%), mayoritas dari responden menyatakan

baik yakni sebanyak 31 orang (62%), menyatakan cukup sebanyak 11 orang (22%),

dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak ada

satupun yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan para dokter, perawat dan

petugas rumah sakit telah diberikan training mengenai hal-hal yang berhubungan

dengan rumah sakit sesuai dimana dokter, perawat dan petugas tersebut ditempatkan.

Dengan adanya training / pelatihan tersebut diharapkan para dokter, perawat dan

petugas rumah sakit menjadi lebih terampil memberikan kejelasan informasi dalam

menjawab pertanyaan pasien. Bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan pasien yang

datang cukup ramai sehingga sedikit sulit bagi para dokter, perawat dan petugas

rumah sakit untuk menjelaskan informasi dalam menjawab pertanyaan pasien.

Page 79: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.8

Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Dalam Proses Administrasi

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 2 4,0

Baik 18 36,0

Cukup 28 56,0

Buruk 2 4,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 2 orang (4%), menyatakan baik sebanyak 18 orang (36%),

mayoritas dari responden menyatakan cukup yakni sebanyak 28 orang (56%), dan

yang menyatakan buruk yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan responden masih

merasa ragu-ragu atas proses administrasi yang ada di RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung karena belum begitu efektif dan efisien. Bagi yang menyatakan buruk,

dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga sedikit sulit untuk melakukan

administrasi.

Page 80: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.9

Tanggapan Responden Mengenai Kemudahan Pasien Dalam Menyampaikan

Keluhan Secara Langsung

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 3 6,0

Baik 26 52,0

Cukup 20 40,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 3 orang (6%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 26 orang (52%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 20 orang

(40%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan pasien

dapat langsung mengajukan keluhan atas masalah yang dihadapinya kepada dokter,

perawat dan petugas rumah sakit yang ada untuk kemudian diberitahukan kepada

Kadiv. Humas Rumah Sakit atau pasien dapat langsung mengajukannya sendiri

kepada Kadiv. Humas Rumah Sakit melalui via sms. Bagi yang menyatakan buruk,

dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga sedikit sulit untuk

menyampaikan keluhan secara langsung.

Page 81: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.10

Tanggapan Responden Mengenai Dokter, Perawat dan Petugas Rumah Sakit

Datang Tepat Waktu

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 5 10,0

Baik 22 44,0

Cukup 22 44,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan baik dan

cukup masing-masing sebanyak 22 orang (44%), dan yang menyatakan buruk yakni

sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan

sangat buruk. Bagi yang menyatakan baik, hal ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung memberikan peraturan yang harus ditaati oleh dokter, perawat

dan petugas yang ada agar mereka dapat datang tepat waktu pada jam kerja supaya

dokter, perawat dan petugas rumah sakit mempunyai kedisiplinan dalam bekerja

sehingga pasien pun dapat merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak

rumah sakit. Bagi yang menyatakan cukup, hal ini dikarenakan responden masih

merasa ragu-ragu atas dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang datang tepat

waktu karena adanya saja beberapa dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang

tidak datang tepat waktu (telat) pada jam kerjanya sehingga membuat pasien menjadi

kesal karena lama untuk menunggu kedatangan mereka. Bagi yang menyatakan

buruk, dikarenakan adanya dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang sedang

berhalangan / sakit secara mendadak sehingga mereka tidak dapat bekerja / tidak

dapat datang tepat waktu pada jam kerjanya.

Page 82: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.11

Tanggapan Responden Mengenai Rumah Sakit Menyediakan Peralatan

Kesehatan, Pemeriksaan dan Laboratorium

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 11 22,0

Baik 23 46,0

Cukup 15 30,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 11 orang (22%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 23 orang (46%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan pihak RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung menyediakan peralatan kesehatan, pemeriksaan

dan laboratorium yang lengkap dan baik kondisinya agar dengan adanya peralatan

kesehatan, pemeriksaan dan laboratorium yang lengkap dan baik kondisinya

diharapkan dapat memuaskan para pasien sesuai dengan kebutuhannya. Bagi yang

menyatakan buruk, hal ini dikarenakan adanya peralatan kesehatan, pemeriksaan dan

laboratorium yang kondisinya rusak (sedang dalam perbaikan).

b. Daya Tanggap (Responsiveness)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Page 83: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.12

Tanggapan Responden Mengenai Kecepatan Dokter dan Perawat Dalam

Menanggapi Keluhan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 6 12,0

Baik 32 64,0

Cukup 12 24,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 6 orang (12%), mayoritas responden yang menyatakan baik

yakni sebanyak 32 orang (64%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 12

orang (24%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan

sangat buruk. Hal ini dikarenakan setiap dokter dan perawat rumah sakit harus

mempunyai kecepatan dalam menaggapi keluhan para pasien.

Tabel 4.13

Tanggapan Responden Mengenai Kemampuan Dokter dan Perawat Dalam

Memberikan Pelayanan Dengan Cepat, Tepat dan Jelas

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 4 8,0

Baik 31 62,0

Cukup 14 28,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 84: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 4 orang (8%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 31 orang (62%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 14 orang

(28%), dan responden yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%),

sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dapat

kita lihat pada setiap dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan yang cepat,

tepat dan jelas dari semua permintaan pasien. Dan yang menyatakan buruk, hal ini

dikarenakan jumlah pasien yang datang cukup ramai sehingga pelayanan yang

diberikan kurang cepat, tepat dan jelas.

Tabel 4.14

Tanggapan Responden Mengenai Kesigapan Dokter dan Perawat Dalam

Menangani Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 6 12,0

Baik 29 58,0

Cukup 15 30,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 6 orang (12%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 29 orang (58%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kesigapan dari para dokter dan perawat

rumah sakit dalam membatu menangani pasien dengan baik.

Page 85: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.15

Tanggapan Responden Mengenai Dokter Memberikan Waktu Konsultasi Buat

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 3 6,0

Baik 18 36,0

Cukup 27 54,0

Buruk 2 4,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 3 orang (6%), menyatakan baik sebanyak 18 orang (36%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 27 orang (54%), dan yang

menyatakan buruk yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukan bahwa responden

masih merasa ragu-ragu atas waktu yang diluangkan para dokter untuk memberikan

waktu konsultasi buat para pasien sehingga belum begitu memberikan kepuasan bagi

para pasien. Bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan pasien yang datang cukup

ramai, terbatasnya waktu yang dimiliki dokter, atau dokter mempunyai kepentingan

lain sehingga sedikit sulit bagi dokter meluangkan waktunya untuk memberikan

waktu konsultasi buat pasien.

Page 86: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.16

Tanggapan Responden Mengenai Dokter Merespon Masalah Pasien dan

Memberikan Solusi / Pengobatan

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 5 10,0

Baik 28 56,0

Cukup 16 32,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 28 orang (56%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 16 orang

(32%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa

para dokter memiliki respon yang baik terhadap masalah pasien dan memberikan

solusi / pengobatan atas masalah yang sedang dihadapi pasien. Bagi yang menyatakan

buruk, dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga sedikit sulit untuk

dokter merespon masalah dan memberikan solusi / pengobatannya.

c. Jaminan (Assurance)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Page 87: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.17

Tanggapan Responden Mengenai Jaminan Atas Pengobatan Yang Diberikan

Pihak Rumah Sakit

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 5 10,0

Baik 21 42,0

Cukup 19 38,0

Buruk 5 10,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 21 orang (42%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 19 orang

(38%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 5 orang (10%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal menunjukkan bahwa RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung berusaha untuk memberikan jaminan atas

pengobatan sesuai dengan masalah atau keluhan yang sedang dihadapi pasien. Bagi

yang menyatakan buruk, dikarenakan cukup ramaimya pasien yang datang sehingga

kemungkinan terjadi kesalahan terhadap jaminan atas pengobatan yang diberikan

pihak rumah sakit.

Page 88: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.18

Tanggapan Responden Mengenai Tanggung Jawab Pihak Rumah Sakit

Terhadap Kepentingan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 5 10,0

Baik 27 54,0

Cukup 17 34,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 27 orang (54%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 17 orang

(34%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa

adanya tanggung jawab yang baik yang diberikan oleh pihak rumah sakit terhadap

kepentingan pasiennya. Bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan adanya pasien

yang belum memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan oleh pihak rumah sakit

atau belum melunasi sebagian admistrasi sehingga pihak rumah sakit pun menjadi

lepas tanggung jawab terhadap kepentingan pasien tersebut.

Page 89: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.19

Tanggapan Responden Mengenai Kejujuran Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Terhadap Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 3 6,0

Baik 32 64,0

Cukup 15 30,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 3 orang (6%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 32 orang (64%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Hal ini menunjukkan bahwa setiap dokter, perawat dan petugas rumah sakit

diharuskan untuk mempunyai sifat yang jujur terhadap pasien sehingga dapat

memberikan image yang baik bagi RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Tabel 4.20

Tanggapan Responden Mengenai Keamanan Para Pasien Saat Menjalani

Pengobatan

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 8 16,0

Baik 27 54,0

Cukup 15 30,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 90: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 8 orang (16%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 27 orang (54%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Hal ini menyatakan bahwa dengan didukung jumlah petugas keamanan

(SATPAM) yang cukup dan dibekali kemampuan beladiri, sehingga terciptanya

keamanan para pasien saat menjalani pengobatan di rumah sakit.

Tabel 4.21

Tanggapan Responden Mengenai Pemberian Jaminan Terhadap Pelayanan

Kepuasan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 0 0,0

Baik 21 42,0

Cukup 28 56,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada satupun responden

yang menyatakan sangat baik, responden yang menyatakan baik sebanyak 21 orang

(42%), mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 28 orang (56%), dan

yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menyatakan bahwa responden

masih merasa ragu-ragu atas pemberian jaminan terhadap pelayanan kepuasan pasien

karena dirasakan responden belum begitu berjalan dengan lancar dan baik. Dan yang

Page 91: Samuel Halomoan_0207322.pdf

menyatakan buruk, dikarenakan banyaknya pasien yang datang sehingga sulit untuk

pihak rumah sakit memberikan jaminan pelayanan terhadap kepuasan pasien.

d. Empati (Emphaty)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Tabel 4.22

Tanggapan Responden Mengenai Sikap Ramah Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Dalam Melayani Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 7 14,0

Baik 28 56,0

Cukup 14 28,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 7 orang (14%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 28 orang (56%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 14 orang

(28%)), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa

setiap dokter, perawat dan petugas rumah sakit dituntut untuk bersikap ramah dalam

melayani semua pasien. Bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan pasien yang

Page 92: Samuel Halomoan_0207322.pdf

datang cukup ramai sehingga keramahan dokter, perawat dan petugas rumah sakit

dalam melayani kurang terlihat.

Tabel 4.23

Tanggapan Responden Mengenai Perhatian Secara Khusus Yang Diberikan

Pihak Rumah Sakit Terhadap Kepentingan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 1 2,0

Baik 24 48,0

Cukup 25 50,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 1 orang (2%), responden yang menyatakan baik sebanyak 24

orang (48%), dan mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 25 orang

(50%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Setiap orang ingin diperlakukan khusus begitu pula dengan pasien RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung, mereka ingin diperlakukan khusus seperti

diberikan pelayanan yang baik yang menyebabkan pasien tersebut menjadi nyaman.

Hal inilah yang masih diragukan oleh para responden karena mereka masih merasa

ragu-ragu atas perhatian secara khusus yang diberikan pihak rumah sakit terhadap

kepentingan pasien.

Page 93: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.24

Tanggapan Responden Mengenai Dokter dan Perawat Mendengarkan Masalah

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 4 8,0

Baik 29 58,0

Cukup 16 32,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 4 orang (8%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 29 orang (58%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 16 orang

(32%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menyatakan bahwa

dokter dan perawat bersedia dan bisa meluangkan waktunya untuk mendengarkan

berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh pasien. Dan bagi yang menyatakan

buruk, dikarenakan adanya beberapa dokter dan perawat rumah sakit yang tidak bisa

meluangkan waktunya untuk mendengarkan berbagai permasalahan yang sedang

dihadapi oleh pasien karena adanya kepentingan lain atau kesibukan lain.

Page 94: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.25

Tanggapan Responden Mengenai Pemahaman Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Akan Kebutuhan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 3 6,0

Baik 25 50,0

Cukup 20 40,0

Buruk 2 4,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 3 orang (6%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 25 orang (50%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 20 orang

(40%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menyatakan bahwa

dokter, perawat dan petugas rumah sakit dapat memahami dengan baik akan

kebutuhan pasien. Dan bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan adanya beberapa

dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang belum begitu memahami apa yang

sebenarnya pasien butuhkan.

Page 95: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.26

Tanggapan Responden Mengenai Kesediaan Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Untuk Mendengarkan Masukan dan Saran Dari Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 5 10,0

Baik 18 36,0

Cukup 24 48,0

Buruk 3 6,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 5 orang (10%), menyatakan baik sebanyak 18 orang (36%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 24 orang (48%), dan yang

menyatakan buruk yakni sebanyak 3 orang (6%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa responden

masih merasa ragu-ragu atas kesediaan dokter, perawat dan petugas rumah sakit

untuk mendengarkan masukan dan saran dari para pasien padahal hal ini begitu

penting guna kemajuan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Dan bagi yang

menyatakan buruk, dikarenakan tidak semua dokter, perawat dan petugas rumah sakit

mau menerima untuk mendengarkan masukan dan saran dari para pasien.

e. Berwujud (Tangibles)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Page 96: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.27

Tanggapan Responden Mengenai Kerapihan dan Penampilan Dokter, Perawat

dan Petugas Rumah Sakit

Ategori Frekuensi %

Sangat Baik 10 20,0

Baik 28 56,0

Cukup 12 24,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 10 orang (20%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 28 orang (56%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 12 orang

(24%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Hal ini menyatakan bahwa pihak rumah sakit mengharuskan kepada para

dokter, perawat dan petugas rumah sakit memiliki penampilan yang bersih dan rapih

sehingga pihak rumah sakit menyediakan pakaian seragam sesuai dengan bagiannya

masing-masing agar dapat terlihat indah dipandang oleh para pasien.

Page 97: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.28

Tanggapan Responden Mengenai Kenyamanan Ruangan

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 3 6,0

Baik 19 38,0

Cukup 27 54,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 3 orang (6%), menyatakan baik sebanyak 19 orang (38%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 27 orang (54%), dan yang

menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan responden masih

ragu-ragu mengenai kenyamanan ruangan di RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

karena ruangan-ruamgan yang dirancang belum begitu memberikan kenyamanan bagi

para pasien. Bagi yang menyatakan buruk, dikarenakan pasien yang cukup ramai

sehingga ruangan terasa kecil.

Page 98: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.29

Tanggapan Responden Mengenai Kebersihan Rumah Sakit

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 2 4,0

Baik 16 32,0

Cukup 22 44,0

Buruk 10 20,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 2 orang (4%), menyatakan baik sebanyak 16 orang (32%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 22 orang (44%), dan yang

menyatakan buruk yakni sebanyak 10 orang (20%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa responden

masih merasa ragu-ragu atas kebersihan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

karena adanya beberapa ruangan dan toilet yang masih kotor. Dan bagi yang

menyatakan buruk, dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga kebersihan

ruangan kurang terjaga.

Tabel 4.30

Tanggapan Responden Mengenai Lokasi Yang Mudah Dijangkau

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 15 30,0

Baik 23 46,0

Cukup 11 22,0

Buruk 1 2,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 99: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.30 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 15 orang (30%), mayoritas responden menyatakan baik yakni

sebanyak 23 orang (46%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 11 orang

(22%), dan yang menyatakan buruk yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak

ada satupun responden yang menyatakan sangat buruk. Hal ini dikarenakan lokasi

rumah sakit yang sangat strategis, dekat dengan dengan Gerbang Tol Purbaleunyi

serta rumah-rumah penduduk yang berada di sekitarnya.. Dan bagi yang menyatakan

buruk, dikarenakan tempat tinggal responden yang cukup jauh dari lokasi rumah

sakit.

Tabel 4.31

Tanggapan Responden Mengenai Fasilitas Perawatan Yang Tersedia

Kategori Frekuensi %

Sangat Baik 7 14,0

Baik 18 36,0

Cukup 25 50,0

Buruk 0 0,0

Sangat Buruk 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat baik sebanyak 7 orang (14%), responden yang menyatakan baik sebanyak 18

orang (36%), dan mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 25 orang

(50%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan buruk dan sangat

buruk. Hal ini menunjukkan bahwa responden masih merasa ragu-ragu atas fasilitas

perawatan yang tersedia di rumah sakit karena belum begitu memadai.

Page 100: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Setiap tanggapan responden dalam kuesioner tentang Kualitas Jasa Pelayanan

Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung (variabel X) diberikan

bobot nilai sebagai berikut :

Tabel 4.32

Skala Penilaian Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

SB = Sangat Baik 5

B = Baik 4

CB = Cukup 3

BR = Buruk 2

SBR = Sangat Buruk 1

Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk

memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut, maka dibuat interval. Dalam penelitian

ini penulis menentukan banyak kelas interval sebesar 5 (lima). Rumus yang

digunakan menurut Sudjana (2001:47) adalah sebagai berikut :

Panjang Kelas Interval = Rentang

Banyak Kelas Interval

Dimana :

P = Panjang kelas interval

Rentang = Data terbesar dikurangi data terkecil

Page 101: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Banyak kelas interval = 5

Berdasarkan rumus di atas, maka panjang kelas interval adalah :

P = 5-1

5

= 0,8

Berdasarkan perhitungan di atas, maka untuk mengetahui tanggapan

responden atas Kualitas Jasa Pelayanan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung, dan untuk memudahkan penilaian, dapat diperoleh skala

penafsiran rata-rata skor jawaban responden sebagai berikut:

Tabel 4.33

Skala Penilaian Skor Rata-rata Jawaban Responden Atas Kualitas Jasa Yang

diberikan oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Kelas Interval Penilaian

1,00 – 1,79 Sangat Buruk

1,80 – 2,59 Buruk

2,60 – 3,39 Cukup

3,40 – 4,19 Baik

4,20 – 5,00 Sangat Baik

Berikut hasil perolehan skor tanggapan responden atas Kualitas Jasa

Pelayanan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Page 102: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.34

Tanggapan Responden Atas Kualitas Jasa Yang Diberikan RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung

Item

Pernyataan

Frekuensi Skor

Total

Rata-

rata Keterangan

5 4 3 2 1

1 6 31 11 2 0 191 3,82 Baik

2 2 18 28 2 0 170 3,4 Baik

3 3 26 20 1 0 181 3,62 Baik

4 5 22 22 1 0 181 3,62 Baik

5 11 23 15 1 0 194 3,88 Baik

6 6 32 12 0 0 194 3,88 Baik

7 4 31 14 1 0 188 3,76 Baik

8 6 29 15 0 0 191 3,82 Baik

9 3 18 27 2 0 172 3,44 Baik

10 5 28 16 1 0 187 3,74 Baik

11 5 21 19 5 0 176 3,52 Baik

12 5 27 17 1 0 186 3,72 Baik

13 3 32 15 0 0 188 3,76 Baik

14 8 27 15 0 0 193 3,86 Baik

15 0 21 28 1 0 170 3,4 Baik

16 7 28 14 1 0 191 3,82 Baik

17 1 24 25 0 0 176 3,52 Baik

18 4 29 16 1 0 186 3,72 Baik

19 3 25 20 2 0 179 3,58 Baik

20 5 18 24 3 0 175 3,5 Baik

Rata-rata 183,5 3,7 Baik

Dalam hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata keseluruhan

mengenai tanggapan pasien atas Kualitas Jasa Pelayanan Yang Diberikan Oleh RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung, yaitu sebesar 3,70 yang berarti bahwa pasien

menyatakan baik atas Kualitas Jasa Pelayanan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara

Page 103: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Sartika Asih Bandung karena berada pada interval 3,40 - 4,19 sementara nilai rata-

rata tertinggi sebesar 3,88 pada item ke-5 dan ke-6. Sedangkan nilai terendah sebesar

3,40 pada item ke-2 dan ke-15

4.4 Analisis Kepuasan Responden Terhadap Kualitas Jasa Yang Diberikan

RS Bhayngkara Sartika Asih Bandung

Untuk mendapatkan gambaran mengenai kepuasan responen terhadap kualitas

jasa yang diberikan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung digunakan pertanyaan

yang harus dijawab dengan skala penilaian sangat setuju, setuju, cukup, tidak setuju,

sangat tidak setuju terhadap unsur-unsur pelayanan yang diteliti. Melalui 25

pertanyaan yang diberikan penulis dalam kuesioner yang disebar, dapat diketahui

kepuasan responden terhadap kualitas jasa yang diberikan RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung seperti terlihat pada sub bab berikut ini :

a. Keandalan (Reliability)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Page 104: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.35

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kejelasan Informasi Yang Disampaikan

Dokter, Perawat dan Petugas Rumah Sakit Dalam Menjawab Pertanyaan

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 6 12,0

Setuju 27 54,0

Cukup 16 32,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 6 orang (12%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 27 orang (54%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 16 orang

(32%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa para dokter, perawat dan petugas rumah sakit telah diberikan

training / pelatihan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung sehingga para pasien pun merasa puas atas kejelasan informasi

dalam menjawab pertanyaan. Bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan pasien yang

datang cukup ramai sehingga sedikit sulit bagi para dokter, perawat dan petugas

rumah sakit untuk menjelaskan informasi dalam menjawab pertanyaan pasien.

Page 105: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.36

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kemudahan Dalam Proses Administrasi

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 0 0,0

Setuju 23 46,0

Cukup 23 46,0

Tidak Setuju 4 8,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada satupun responden

yang menyatakan sangat puas dan sangat tidak puas, dan mayoritas responden

menyatakan puas dan cukup masing-masing sebanyak 23 orang (46%), sedangkan

responden yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 4 orang (8%). Bagi yang

menilai puas, dikarenakan bahwa responden merasa puas atas proses administrasi /

pembayaran secara tunai yang ada pada RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Bagi

yang menilai cukup, dikarenakan bahwa responden masih merasa ragu-ragu atas

proses administrasi / pembayaran di rumah sakit karena dirasakan belum begitu

efektif dan efisien. Dan bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan pasien yang datang

cukup ramai sehingga sedikit sulit untuk melakukan administrasi.

Page 106: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.37

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kemudahan Pasien Dalam Menyampaikan

Keluhan Secara Langsung

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 0 0,0

Setuju 28 56,0

Cukup 20 40,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tidak ada satupun responden

yang menyatakan sangat puas dan sangat tidak puas, mayoritas responden

menyatakan puas yakni sebanyak 28 orang (56%), dan responden yang menyatakan

cukup sebanyak 20 orang (40%), sedangkan yang menyatakan tidak puas yakni

sebanyak 2 orang (4%). Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas

kemudahan dalam menyampaikan keluhan secara langsung. Hal ini dikarenakan

pasien dapat langsung mengajukan keluhan atas masalah yang dihadapinya kepada

dokter, perawat dan petugas RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang ada untuk

kemudian diberitahukan kepada Kadiv. Humas Rumah Sakit atau pasien dapat

langsung mengajukannya sendiri kepada Kadiv. Humas Rumah Sakit melalui via

sms. Bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan pasien yang datang cukup ramai

sehingga sedikit sulit untuk menyampaikan keluhan secara langsung.

Page 107: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.38

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Dokter, Perawat dan Petugas Rumah Sakit

Datang Tepat Waktu

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 8 16,0

Setuju 20 40,0

Cukup 20 40,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 8 orang (16%), mayoritas responden menyatakan puas dan

cukup masing-masing sebanyak 20 orang (40%), dan responden yang menyatakan

tidak puas sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak ada satupun responden yang

menyatakan sangat tidak puas. Bagi yang menilai puas, dikarenakan pasien merasa

puas atas kedatangan dokter, perawat dan petugas rumah sakit pada jam kerjanya. Hal

ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung memberikan peraturan

yang harus ditaati oleh dokter, perawat dan petugas yang ada agar mereka dapat

datang tepat waktu pada jam kerja supaya mereka mempunyai kedisiplinan dalam

bekerja. Bagi yang menilai cukup, dikarenakan adanya beberapa dokter, perawat dan

petugas rumah sakit yang tidak menaati peraturan jam kerja yang sudah ditentukan

oleh pihak rumah sakit sehingga membuat para pasien menjadi dirugikan waktunya

karena harus menunggu mereka datang. Dan bagi yang menilai tidak puas,

dikarenakan adanya dokter, perawat dan petugas rumah sakit yang sedang

berhalangan / sakit secara mendadak sehingga mereka tidak dapat bekerja / tidak

dapat datang tepat waktu pada jam kerjanya.

Page 108: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.39

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Rumah Sakit Menyediakan Peralatan

Kesehatan, Pemeriksaan, dan Laboratorium

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 8 16,0

Setuju 25 50,0

Cukup 15 30,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 8 orang (16%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 25 orang (50%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas peralatan kesehatan, pemeriksaan dan

laboratorium yang disediakan oleh pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Hal

ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung menyediakan peralatan

kesehatan, pemeriksaan dan laboratorium yang lengkap dan baik kondisinya. Bagi

yang menilai tidak puas, dikarenakan adanya peralatan kesehatan, pemeriksaan dan

laboratorium yang kondisinya rusak (sedang dalam perbaikan).

Page 109: Samuel Halomoan_0207322.pdf

b. Daya Tanggap (Responsiveness)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Tabel 4.40

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kecepatan Dokter dan Perawat Dalam

Menanggapi Keluhan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 6 12,0

Setuju 30 60,0

Cukup 12 24,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 6 orang (12%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 30 orang (60%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 12 orang

(24%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas kecepatan dokter dan perawat dalam

menanggapi keluhan pasien. Hal ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung mengharuskan setiap dokter dan perawat rumah sakit harus mempunyai

kecepatan dalam menaggapi keluhan para pasien. Bagi yang menilai tidak puas,

dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga sedikit sulit bagi para dokter

dan perawat untuk menanggapi keluhan pasien secara cepat.

Page 110: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.41

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kemampuan Dokter dan Perawat Dalam

Memberikan Pelayanan Dengan Cepat, Tepat dan Jelas

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 8 16,0

Setuju 20 40,0

Cukup 20 40,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 8 orang (16%), mayoritas responden menyatakan puas dan

cukup masing-masing sebanyak 20 orang (40%), dan responden yang menyatakan

tidak puas sebanyak 2 orang (4%), sedangkan tidak ada satupun responden yang

menyatakan sangat tidak puas. Bagi yang menilai puas, dikarenakan pasien merasa

puas atas kemampuan dokter dan perawat dalam memberikan pelayanan dengan

cepat, tepat dan jelas. Hal ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung mengharuskan setiap dokter dan perawat memberikan pelayanan yang

cepat, tepat dan jelas dari semua permintaan pasien. Bagi yang menilai cukup,

dikarenakan pasien masih merasa ragu-ragu atas kemampuan dokter dan perawat

dalam memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan jelas karena masih saja ada

beberapa dokter dan perawat rumah sakit yang masih belum mampu untuk

memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan jelas. Dan yang menilai tidak puas,

dikarenakan jumlah pasien yang datang cukup ramai sehingga pelayanan yang

diberikan kurang cepat, tepat dan jelas.

Page 111: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.42

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kesigapan Dokter dan Perawat Dalam

Menangani Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 10 20,0

Setuju 19 38,0

Cukup 20 40,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 10 orang (20%), menyatakan puas sebanyak 19 orang (38%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 20 orang (40%), dan yang

menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

masih merasa ragu-ragu atas kesigapan dokter dan perawat dalam menangani pasien.

Hal ini dikarenakan adanya beberapa dokter dan perawat rumah sakit yang tidak

sigap dalam membatu menangani pasien dengan baik. Dan yang menilai tidak puas,

dikarenakan pasien yang datang cukup banyak sehingga sulit bagi para dokter dan

perawat untuk menangani pasien dengan sigap.

Page 112: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.43

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Dokter Memberikan Waktu Konsultasi Buat

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 3 6,0

Setuju 20 40,0

Cukup 23 46,0

Tidak Setuju 4 8,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 3 orang (6%), menyatakan puas sebanyak 20 orang (40%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 23 orang (46%), dan yang

menyatakan tidak puas yakni sebanyak 4 orang (8%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

masih merasa ragu-ragu atas adanya waktu yang diluangkan para dokter untuk

memberikan waktu konsultasi buat para pasien. Bagi yang menilai tidak puas,

dikarenakan pasien yang datang cukup ramai, terbatasnya waktu yang dimiliki dokter,

atau dokter mempunyai kepentingan lain sehingga sedikit sulit bagi dokter

meluangkan waktunya untuk memberikan waktu konsultasi buat pasien.

Page 113: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.44

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Dokter Merespon Masalah Pasien dan

Memberikan Solusi / Pengobatan

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 5 10,0

Setuju 26 52,0

Cukup 18 36,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 26 orang (52%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 18 orang

(36%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas respon yang diberikan dari dokter

terhadap masalah pasien dan memberikan solusi / pengobatan. Hal ini dikarenakan

bahwa para dokter memiliki respon yang baik terhadap masalah pasien dan

memberikan solusi / pengobatan atas masalah yang sedang dihadapi pasien. Bagi

yang menilai tidak puas, dikarenakan pasien yang datang cukup ramai sehingga

sedikit sulit untuk dokter merespon masalah dan memberikan solusi / pengobatannya.

Page 114: Samuel Halomoan_0207322.pdf

c. Jaminan (Assurance)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Tabel 4.45

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Jaminan Pengobatan Yang Diberikan Pihak

Rumah Sakit

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 6 12,0

Setuju 21 42,0

Cukup 18 36,0

Tidak Setuju 5 10,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 6 orang (12%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 21 orang (42%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 18 orang

(36%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 5 orang (10%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas jaminan pengobatan yang diberikan

pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

berusaha untuk memberikan jaminan atas pengobatan sesuai dengan masalah atau

keluhan yang sedang dihadapi pasien. Bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan

cukup ramaimya pasien yang datang sehingga kemungkinan terjadi kesalahan

terhadap jaminan atas pengobatan yang diberikan pihak rumah sakit.

Page 115: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.46

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Tanggung Jawab Pihak Rumah Sakit

Terhadap Kepentingan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 4 8,0

Setuju 26 52,0

Cukup 19 38,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 4 orang (8%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 26 orang (52%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 19 orang

(38%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas tanggung jawab pihak RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung terhadap kepentingan pasiennya. Hal ini dikarenakan adanya

tanggung jawab penuh yang diberikan oleh pihak RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung terhadap kepentingan pasiennya. Bagi yang menilai tidak puas,

dikarenakan adanya pasien yang belum memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan

oleh pihak rumah sakit atau belum melunasi sebagian admistrasi sehingga pihak

rumah sakit pun menjadi lepas tanggung jawab terhadap kepentingan pasien tersebut.

Page 116: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.47

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kejujuran Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Terhadap Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 4 8,0

Setuju 25 50,0

Cukup 19 38,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 4 orang (8%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 25 orang (50%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 19 orang

(38%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas kejujuran dokter, perawat dan petugas

rumah sakit terhadap pasien. Hal ini dikarenakan bahwa setiap dokter, perawat dan

petugas rumah sakit diharuskan untuk mempunyai sifat yang jujur terhadap pasien

sehingga dapat memberikan image yang baik bagi rumah sakit. Bagi yang menilai

tidak puas, dikarenakan adanya beberapa dokter, perawat dan petugas rumah sakit

yang mementingkan dirinya sendiri untuk mencari keuntungan sehingga mereka

berani untuk bersikap tidak jujur (membohongi) terhadap pasien.

Page 117: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.48

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Keamanan Para Pasien Saat Menjalani

Pengobatan

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 8 16,0

Setuju 27 54,0

Cukup 14 28,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 8 orang (16%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 27 orang (54%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 14 orang

(28%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas keamanan saat menjalani pengobatan di

rumah sakit. Hal ini dikarenakan dengan adanya keamanan yang sangat ketat, maka

pasien merasa terjamin keamanannya saat menjalani pengobatan. Bagi yang menilai

tidak puas, dikarenakan adanya beberapa petugas keamanan (SATPAM) yang sedang

sakit secara mendadak pada saat mereka seharusnya bekerja, oleh karena itu pasien

beranggapan bahwa keamanan kurang terjamin saat menjalani pengobatan.

Page 118: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.49

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Pemberian Jaminan Terhadap Pelayanan

Kepuasan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 3 6,0

Setuju 27 54,0

Cukup 16 32,0

Tidak Setuju 4 8,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 3 orang (6%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 27 orang (54%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 16 orang

(32%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 4 orang (8%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas pemberian jaminan terhadap pelayanan

kepuasan pasien. Hal ini dikarenakan pemberian jaminan terhadap pelayanan

kepuasan pasien sudah berjalan dengan lancar dan baik. Dan yang menilai tidak puas,

dikarenakan banyaknya pasien yang datang sehingga sulit untuk pihak rumah sakit

memberikan jaminan pelayanan terhadap kepuasan pasien.

Page 119: Samuel Halomoan_0207322.pdf

d. Empati (Emphaty)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Tabel 4.50

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Sikap Ramah Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Dalam Melayani Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 5 10,0

Setuju 28 56,0

Cukup 17 34,0

Tidak Setuju 0 0,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 5 orang (10%), mayoritas responden menyatakan puas

sebanyak 28 orang (56%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 17 orang

(34%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak puas dan

sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas sikap ramah

dokter, perawat dan petugas RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung dalam melayani

pasien. Hal ini dikarenakan setiap dokter, perawat dan petugas rumah sakit

diharuskan untuk bersikap ramah dalam melayani semua pasien.

Page 120: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.51

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Perhatian Secara Khusus Yang Diberikan

Pihak Rumah Sakit Terhadap Kepentingan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 4 8,0

Setuju 23 46,0

Cukup 19 38,0

Tidak Setuju 4 8,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 4 orang (8%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 23 orang (46%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 19 orang

(38%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 4 orang (8%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas perhatian secara khusus yang diberikan

pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung terhadap kepentingan pasien. Hal ini

dikarenakan bahwa setiap orang ingin diperlakukan khusus begitu pula dengan pasien

RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung, mereka ingin diperlakukan khusus seperti

diberikan pelayanan yang baik yang menyebabkan pasien tersebut menjadi nyaman

dan bahkan menjadi pasien yang dapat menyebarkan informasi mengenai keunggulan

kualitas yang ada di RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Dan yang menilai tidak

puas, dikarenakan pasien yang datang cukup banyak sehingga sedikit sulit bagi pihak

rumah sakit untuk memberikan perhatian secara khusus terhadap kepentingan pasien.

Page 121: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.52

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Dokter dan Perawat Mendengarkan Masalah

Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 2 4,0

Setuju 33 66,0

Cukup 15 30,0

Tidak Setuju 0 0,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 2 orang (4%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 33 orang (66%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 15 orang

(30%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak puas dan

sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas kesediaan

dokter dan perawat mendengarkan masalah pasien. Hal ini dikarenakan dokter dan

perawat bersedia dan bisa meluangkan waktunya untuk mendengarkan berbagai

permasalahan yang sedang dihadapi oleh pasien.

Page 122: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.53

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Pemahaman Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Akan Kebutuhan Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 3 6,0

Setuju 27 54,0

Cukup 18 36,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 3 orang (6%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 27 orang (54%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 18 orang

(36%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas pemahaman dokter, perawat dan

petugas rumah sakit akan kebutuhan pasien. Hal ini dikarenakan dokter, perawat dan

petugas rumah sakit dapat memahami dengan pasti dan benar akan kebutuhan pasien.

Dan bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan adanya beberapa dokter, perawat dan

petugas rumah sakit yang belum begitu memahami apa yang sebenarnya pasien

butuhkan.

Page 123: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.54

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kesediaan Dokter, Perawat dan Petugas

Rumah Sakit Untuk Mendengarkan Masukan dan Saran Dari Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 9 18,0

Setuju 19 38,0

Cukup 21 42,0

Tidak Setuju 1 2,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 9 orang (18%), menyatakan puas sebanyak 19 orang (38%),

mayoritas responden menyatakan cukup sebanyak 21 orang (42%), dan yang

menyatakan tidak puas yakni sebanyak 1 orang (2%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

masih merasa ragu-ragu atas kesediaan dokter, perawat dan petugas rumah sakit

untuk mendengarkan masukan dan saran dari pasien, padahal hal ini begitu penting

guna kemajuan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Dan yang menilai tidak puas,

dikarenakan tidak semua dokter, perawat dan petugas rumah sakit mau menerima

untuk mendengarkan masukan dan saran dari para pasien.

Page 124: Samuel Halomoan_0207322.pdf

e. Berwujud (Tangibles)

Pada kuesioner yang telah dibagikan akan mengukur 5 pertanyaan yang

tercantum pada beberapa tabel di bawah ini :

Tabel 4.55

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kerapihan dan Penampilan Dokter, Perawat

dan Petugas Rumah Sakit

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 12 24,0

Setuju 25 50,0

Cukup 13 26,0

Tidak Setuju 0 0,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 12 orang (24%), mayoritas responden menyatakan puas

sebanyak 25 orang (50%), dan responden yang menyatakan cukup sebanyak 13 orang

(26%), sedangkan tidak ada satupun responden yang menyatakan tidak puas dan

sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas kerapihan dan

penampilan dokter, perawat dan petugas RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Hal

ini dikarenakan pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung mengharuskan kepada

para dokter, perawat dan petugas rumah sakit memiliki penampilan yang bersih dan

rapih sehingga pihak rumah sakit menyediakan pakaian seragam sesuai dengan

bagiannya masing-masing agar dapat terlihat indah dipandang oleh para pasien.

Page 125: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.56

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kenyamanan Ruangan

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 2 4,0

Setuju 20 40,0

Cukup 24 48,0

Tidak Setuju 4 8,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 2 orang (4%), menyatakan puas sebanyak 20 orang (40%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 24 orang (48%), dan yang

menyatakan tidak puas yakni sebanyak 4 orang (8%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

masih merasa ragu-ragu atas kenyamanan ruangan yang ada di RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung. Hal ini dikarenakan adanya beberapa ruangan yang belum

memiliki kenyamanan bagi para pasien. Bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan

pasien yang cukup ramai sehingga ruangan terasa kecil.

Tabel 4.57

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Kebersihan Rumah Sakit

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 5 10,0

Setuju 13 26,0

Cukup 20 40,0

Tidak Setuju 12 24,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Page 126: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan tabel 4.57 dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 5 orang (10%), menyatakan puas sebanyak 13 orang (26%),

mayoritas responden menyatakan cukup yakni sebanyak 20 orang (40%), dan yang

menyatakan tidak puas yakni sebanyak 12 orang (24%), sedangkan tidak ada satupun

responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa pasien

masih merasa ragu-ragu atas kebersihan RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Hal

ini dikarenakan adanya beberapa ruangan dan toilet yang masih kotor sehingga

membuat pasien menjadi tidak betah. Dan bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan

pasien yang datang cukup ramai sehingga kebersihan ruangan kurang terjaga

.

Tabel 4.58

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Lokasi Yang Mudah Dijangkau Oleh Pasien

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 20 40,0

Setuju 17 34,0

Cukup 10 20,0

Tidak Setuju 3 6,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden

menyatakan sangat puas yakni sebanyak 20 orang (40%), menyatakan puas sebanyak

17 orang (34%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 10 orang (20%), dan

yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 3 orang (6%), sedangkan tidak ada

satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini menunjukkan bahwa

pasien merasa puas atas lokasi RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung yang mudah

dijangkau. Hal ini dikarenakan lokasi rumah sakit yang sangat strategis, dekat dengan

dengan Gerbang Tol Purbaleunyi serta rumah-rumah penduduk yang berada di

Page 127: Samuel Halomoan_0207322.pdf

sekitarnya.. Dan bagi yang menilai tidak puas, dikarenakan tempat tinggal responden

yang cukup jauh dari lokasi rumah sakit.

Tabel 4.59

Penilaian Kepuasan Pasien Atas Fasilitas Perawatan Yang Tersedia

Kategori Frekuensi %

Sangat Setuju 11 22,0

Setuju 20 40,0

Cukup 17 34,0

Tidak Setuju 2 4,0

Sangat Tidak Setuju 0 0,0

Total 50 100

Sumber : Data primer yang telah diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan

sangat puas sebanyak 11 orang (22%), mayoritas responden menyatakan puas yakni

sebanyak 20 orang (40%), responden yang menyatakan cukup sebanyak 17 orang

(34%), dan yang menyatakan tidak puas yakni sebanyak 2 orang (4%), sedangkan

tidak ada satupun responden yang menyatakan sangat tidak puas. Hal ini

menunjukkan bahwa pasien merasa puas atas fasilitas perawatan yang disediakan

oleh pihak RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Hal ini dikarenakan fasilitas

perawatan yang tersedia di rumah sakit cukup lengkap. Fasilitas perawatan tersebut

antara lain : Rawat Inap, Rawat Jalan, Unit Gawat Darurat (UGD), Bedah Sentral,

Perawatan Intensif, Radiologi, Laboratorium, Farmasi, Rehab Medik, Gizi, Cuci dan

Pusat Sterilisasi, Har. Sarana RS, Patologi, Imbah, Wattah, Forensik, Narkoba.

Pasien dapat menggunakan fasilitas perawatan yang ada sesuai dengan kebutuhannya.

Dan yang menilai tidak puas, dikarenakan adanya beberapa fasilitas perawatan yang

rusak / tidak berfungsi yang sedang dalam proses perbaikan.

Page 128: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Setiap tanggapan responden dalam kuesioner tentang Kepuasan Yang

Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung (variabel Y) diberikan bobot

nilai sebagai berikut :

Tabel 4.60

Skala Penilaian Kuesioner

Alternatif Jawaban Skor

SS = Sangat Setuju 5

S = Setuju 4

C = Cukup 3

TS = Tidak Setuju 2

STS = Sangat Tidak Setuju 1

Selanjutnya dicari rata-rata dari setiap jawaban responden. Untuk

memudahkan penilaian dari rata-rata tersebut, maka dibuat interval. Dalam penelitian

ini penulis menentukan banyak kelas interval sebesar 5 (lima). Rumus yang

digunakan menurut Sudjana (2001:47) adalah sebagai berikut :

Panjang Kelas Interval = Rentang

Banyak Kelas Interval

Dimana :

P = Panjang kelas interval

Rentang = Data terbesar dikurangi data terkecil

Banyak kelas interval = 5

Berdasarkan rumus di atas, maka panjang kelas interval adalah :

Page 129: Samuel Halomoan_0207322.pdf

P = 5-1

5

= 0,8

Berdasarkan perhitungan di atas, maka untuk mengetahui tanggapan

responden atas Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung, dan untuk memudahkan penilaian, dapat diperoleh skala penafsiran rata-

rata skor jawaban responden sebagai berikut :

Tabel 4.61

Skala Penafsiran Skor Rata-rata Jawaban Responden

Atas Tingkat Kepuasan Responden

Kelas Interval Penafsiran

1,00 – 1,79 Sangat Tidak Setuju

1,80 – 2,59 Tidak Setuju

2,60 – 3,39 Cukup

3,40 – 4,19 Setuju

4,20 – 5,00 Sangat Setuju

Berikut hasil perolehan skor tanggapan responden atas Kepuasan Yang

Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Page 130: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.62

Tingkat Kepuasan Pasien RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Item

Pernyataan

Frekuensi Skor

Total

Rata-

rata Keterangan

5 4 3 2 1

1 6 27 16 1 0 188 3,76 Setuju

2 0 23 23 4 0 169 3,38 Cukup

3 0 28 20 2 0 176 3,52 Setuju

4 8 20 20 2 0 184 3,68 Setuju

5 8 25 15 2 0 189 3,78 Setuju

6 6 30 12 2 0 190 3,8 Setuju

7 8 20 20 2 0 184 3,68 Setuju

8 10 19 20 1 0 188 3,76 Setuju

9 3 20 23 4 0 172 3,44 Setuju

10 5 26 18 1 0 185 3,7 Setuju

11 6 21 18 5 0 178 3,56 Setuju

12 4 26 19 1 0 183 3,66 Setuju

13 4 25 19 2 0 181 3,62 Setuju

14 8 27 14 1 0 192 3,84 Setuju

15 3 27 16 4 0 179 3,58 Setuju

16 5 28 17 0 0 188 3,76 Setuju

17 4 23 19 4 0 177 3,54 Setuju

18 2 33 15 0 0 187 3,74 Setuju

19 3 27 18 2 0 181 3,62 Setuju

20 9 19 21 1 0 186 3,72 Setuju

Rata-rata Skor Total 182,9 3,7 Setuju

Dalam hasil perhitungan di atas diperoleh nilai rata-rata keseluruhan

mengenai tanggapan pasien atas Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung, yaitu sebesar 3,70 yang berarti bahwa pasien menyatakan

setuju atas Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Page 131: Samuel Halomoan_0207322.pdf

karena berada pada interval 3,40 - 4,19 sementara nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,84

pada item ke-14, sedangkan nilai terendah sebesar 3,38 pada item ke-2.

4.5 Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Terhadap Kepuasan Pasien pada RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung

4.5.1 Analisis Korelasi Rank Spearman

Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara Kualitas Jasa Pelayanan

dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung,

maka dilakukan analisis korelasi Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut :

Rumus: rs =

2 2 2

2 22

ix y d

x y

Selanjutnya di bawah ini penulis akan merangking total Kualitas Jasa

Pelayanan dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung. Tabel 4.63 di bawah ini akan memperlihatkan hasilnya.

Page 132: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.63

Perhitungan Korelasi Variabel X dan Variabel Y

No

Resp X Y

Rank

X

Rank

Y Di di

2

1 94 94 32,0 28,0 4,0 16,0

2 87 88 16,5 18,0 -1,5 2,3

3 103 97 43,5 34,5 9,0 81,0

4 106 101 47,5 43,5 4,0 16,0

5 85 80 12,5 10,0 2,5 6,3

6 93 100 28,5 41,0 -12,5 156,3

7 75 75 1,5 2,5 -1,0 1,0

8 83 100 10,0 41,0 -31,0 961,0

9 99 101 40,0 43,5 -3,5 12,3

10 105 102 46,0 45,0 1,0 1,0

11 106 118 47,5 50,0 -2,5 6,3

12 78 70 4,0 1,0 3,0 9,0

13 85 90 12,5 22,0 -9,5 90,3

14 90 90 21,0 22,0 -1,0 1,0

15 97 98 37,5 37,5 0,0 0,0

16 90 95 21,0 29,5 -8,5 72,3

17 75 75 1,5 2,5 -1,0 1,0

18 112 103 50,0 46,5 3,5 12,3

19 87 84 16,5 12,5 4,0 16,0

20 93 87 28,5 17,0 11,5 132,3

21 92 98 25,5 37,5 -12,0 144,0

22 111 115 49,0 49,0 0,0 0,0

23 80 95 6,5 29,5 -23,0 529,0

24 99 114 40,0 48,0 -8,0 64,0

25 80 81 6,5 11,0 -4,5 20,3

Page 133: Samuel Halomoan_0207322.pdf

No

Resp X Y

Rank

X

Rank

Y Di di

2

26 92 92 25,5 26,0 -0,5 0,3

27 82 76 8,5 4,0 4,5 20,3

28 85 85 12,5 14,5 -2,0 4,0

29 97 90 37,5 22,0 15,5 240,3

30 94 79 32,0 7,5 24,5 600,3

31 100 103 42,0 46,5 -4,5 20,3

32 91 89 23,5 19,5 4,0 16,0

33 79 79 5,0 7,5 -2,5 6,3

34 104 86 45,0 16,0 29,0 841,0

35 82 79 8,5 7,5 1,0 1,0

36 95 97 34,5 34,5 0,0 0,0

37 103 100 43,5 41,0 2,5 6,3

38 95 97 34,5 34,5 0,0 0,0

39 99 96 40,0 31,5 8,5 72,3

40 85 78 12,5 5,0 7,5 56,3

41 76 79 3,0 7,5 -4,5 20,3

42 93 85 28,5 14,5 14,0 196,0

43 96 99 36,0 39,0 -3,0 9,0

44 86 84 15,0 12,5 2,5 6,3

45 93 89 28,5 19,5 9,0 81,0

46 91 96 23,5 31,5 -8,0 64,0

47 89 92 18,5 26,0 -7,5 56,3

48 90 91 21,0 24,0 -3,0 9,0

49 89 92 18,5 26,0 -7,5 56,3

50 94 97 32,0 34,5 -2,5 6,3

Sumber : Data primer yang sudah diolah 2 4739,0

Karena penelitian yang penulis lakukan di RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung terdapat angka yang sama pada masing-masing variabel, maka perlu

dilakukan faktor koreksi sebagai berikut :

Page 134: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Tabel 4.64

Perhitungan Faktor Koreksi Variabel X dan Variabel Y

Ranking yang sama

Rank

X T

TX

(t^3-t)/12

Rank

Y t

TY

(t^3-t)/12

1,5 2 0,5 2,5 2 0,5

6,5 2 0,5 6 4 5

8,5 2 0,5 12,5 2 0,5

12,5 4 5 14,5 2 0,5

16,5 2 0,5 19,5 2 0,5

18,5 2 0,5 22 3 2

21 3 2 26 3 2

23,5 2 0,5 29,5 2 0,5

25,5 2 0,5 31,5 2 0,5

28,5 4 5 34,5 4 5

32 3 2 37,5 2 0,5

34,5 2 0,5 41 3 2

37,5 2 0,5 43,5 2 0,5

40 3 2 46,5 2 0,5

43,5 2 0,5

47,5 2 0,5

Total TX 22 Total TY 21

Sumber : Data primer yang sudah diolah

Untuk perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dari data pada

lampiran dapat diperoleh nilai

2

id untuk perhitungan rumus koefisien korelasi

2

id = 4739.

Selanjutnya ditentukan nilai 2x dan 2y merupakan nilai yang diperoleh

dari angka-angka kembar pada skor X dan Y untuk menghitung faktor koreksi pada

nilai kembar. Dimana Tx = 22 sehingga dapat ditentukan nilai 2x sebagai

berikut :

Page 135: Samuel Halomoan_0207322.pdf

32

12

n nx Tx

32 50 50

2212

x

= 10391

Dan diperoleh Ty = 21 sehingga dapat ditentukan nilai 2y sebagai

berikut :

32

12

n ny Ty

32 50 50

2112

x

= 10392

Dari nilai yang diperoleh berdasarkan perhitungan di atas, selanjutnya

dihitung nilai koefisien korelasi antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan

Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung dengan rumus sebagai

berikut :

rs =

22

2

i

22

yx2

dyx

rs = 10391 10392 4739

2 10391 10392

rs = 0,772

Hubungan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan Yang Diberikan

Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung adalah sebesar 0,772. Nilai ini

menunjukkan kekuatan hubungan antara korelasi antara Kualitas Jasa Pelayanan

dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

Dapat tergolong dalam tingkat hubungan yang kuat yaitu berada di interval 0,700 –

0,899. Dengan arah hubungan yang positif maka dapat diartikan bahwa semakin baik

Kualitas Jasa Pelayanan maka Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung juga akan semakin tinggi atau baik begitu juga sebaliknya.

Page 136: Samuel Halomoan_0207322.pdf

4.5.2 Analisis Koefisien Determinasi

Setelah diketahui adanya hubungan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan

Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung, maka

besarnya hubungan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan Yang Diberikan

Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung dapat diketahui melalui nilai koefisien

determinasi.

KD = r2 x 100%

KD = 0,7722 x 100%

= 59,59%

Dari rumus di atas dapat kita ketahui besarnya koefisien determinasi yaitu

sebesar 59,59%. Nilai ini menunjukkan bahwa sebesar 59,59% perubahan-perubahan

Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung terhadap

responden disebabkan oleh Kualitas Jasa Pelayanan. Sedangkan sisanya sebesar

40,41% perubahan yang terjadi pada Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung terhadap responden disebabkan oleh faktor lain.

4.5.3 Pengujian Hipotesis

Untuk mengetahui kebermaknaan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan

Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung, dilakukan

pengujian hipotesis dengan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Kualitas Jasa Pelayanan

dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung

H1 : Terdapat hubungan yang signifikan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan

Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak hipotesis nol dilakukan

dengan membandingkan nilai statistik uji-t dengan nilai kritis t-tabel. Dari tabel

distribusi t- –2

Page 137: Samuel Halomoan_0207322.pdf

= 48 pada pengujian dua arah diperoleh nilai t-tabel = 2,011 (data terlampir

dilampiran tabel Distribusi t). Nilai statistik uji-t (t hitung) diperoleh dengan rumus

sebagai berikut :

2

2

1

nt rs

rs

2

50 20,762

1 0,762t

8,414t

Hasil perhitungan koefisien korelasi dan uji signifikansi hubungan

menggunakan statistik uji t dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.65

Uji Korelasi Rank Spearman antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan

Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

Hubungan

Koefisien

Korelasi Rank

Spearman

Kekuatan

hubungan

t

hitung t table Kesimpulan

X – Y 0,772 Kuat 8,414 2,011 Terdapat hubungan

yang Signifikan

Berdasarkan tabel diatas, diperoleh nilai koefisien korelasi Rank Spearman

sebesar 0,762. Berdasarkan pedoman interpretasi Guildford, koefisien korelasi 0,762

termasuk pada kategori hubungan yang kuat. Dari hasil tersebut diperoleh nilai thitung

> ttabel maka H0 ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung. Untuk lebih jelasnya, pengujian hipotesis

disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :

Page 138: Samuel Halomoan_0207322.pdf

Berdasarkan gambar di atas, t hitung = 8,414 dan t tabel = 2,011 berada di

daerah penolakan H0. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang berarti antara

Kualitas Jasa Pelayanan dengan Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara

Sartika Asih Bandung. Dengan demikian hipotesis yang penulis ajukan pada Bab I

yaitu : “Kualitas jasa pelayanan mempunyai pengaruh yang positif terhadap

kepuasan pasien” dapat diterima.

Daerah

penolakan Ho

Daerah Penerimaan H0

0 2,011

8,414

Page 139: Samuel Halomoan_0207322.pdf

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis mencoba

menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kualitas Jasa Pelayanan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih

Bandung diperoleh rata-rata skor dari 20 pertanyaan sebesar 3,7 Yang artinya

skor ini menunjukkan tanggapan responden atas kualitas jasa yang diberikan RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung dalam skala baik.

2. Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

diperoleh rata-rata skor dari 20 pertanyaan sebesar 3,7 Yang artinya skor ini

menunjukkan tanggapan responden atas kualitas jasa yang diberikan RS

Bhayangkara Sartika Asih Bandung dalam skala baik.

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara Kualitas Jasa Pelayanan dengan

Kepuasan Yang Diberikan Oleh RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung.

4. Pada latar belakang BAB I terdapat permasalahan kualitas pelayanan, tetapi hasil

penelitian dari kuesioner yang ada di BAB IV menunjukkan kebanyakan baik.

Hal ini dikarenakan latar belakang permasalahan yang ada di BAB I datanya

diambil sebelum RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung menjadi BLU (Badan

Layanan Umum), sementara data hasil kuesioner yang ada di BAB IV datanya

diambil setelah RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung menjadi BLU. Hal inilah

yang menyebabkan ketidakcocokan (tidak sinkron) antara data kuesioner kualitas

jasa pelayanan yang ada di BAB IV dengan latar belakang permasalahan yang

ada di BAB I.

Page 140: Samuel Halomoan_0207322.pdf

5.2 Saran

Saran yang penulis berikan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

pertimbangan sehingga bermanfaat bagi RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung

dalam memberikan pelayanan, sehingga dapat memberikan kepuasan bagi para

pasiennya.

Adapun saran yang penulis ajukan berdasarkan tanggapan responden dan analisis

penelitian mengenai kualitas jasa pelayanan antara lain :

1. Pihak rumah sakit perlu memberikan perhatian pada beberapa unsur kualitas jasa

yang dianggap masih belum optimal seperti : Sikap ramah dokter, perawat dan

petugas rumah sakit dalam melayani pasien, kedatangan dokter yang terlambat

dari jadwalnya, sarana umum yang kurang memadai seperti aliran air yang

kurang lancar dan masalah kebersihan toilet serta parkir yang kurang luas.

Sebaiknya diadakan peningkatan lebih baik lagi kualitas maupun kuantitasnya,

agar sesuai dengan harapan pasien sehubungan dengan kualitas jasa pelayanan

yang mempunyai pengaruh yang kuat dan searah terhadap kepuasan pasien, maka

perusahaan harus memperhatikan keaadaan tersebut.

2. RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung sebaiknya mengadakan survei berkala

untuk mengetahui sejauh mana jasa pelayanan yang diberikan dapat memenuhi

harapan dan memuaskan pasien serta mengetahui posisi RS Bhayangkara Sartika

Asih Bandung di mata para pasiennya.

3. RS Bhayangkara Sartika Asih Bandung mampu mempertahankan kualitas jasa

yang sudah dianggap baik dan memperbaiki kekurangan yang lain sehingga

dapat lebih memuaskan pasiennya.

Page 141: Samuel Halomoan_0207322.pdf

DAFTAR PUSTAKA

Alma dan Buchari, 2007, Manajemen Jasa dan Pemasaran Jasa, edisi revisi,

Bandung; Alfabeta.

Christopher H Lovelock dan Laurent K Wright, 2007, Manajemen Pemasaran

Jasa, Alih Bahasa Agus Widyantoro, cetakan kedua, Jakarta; PT INDEKS.

Kotler Philip dan Gary Amstrong, 2007, Dasar-Dasar Pemasaran, edisi Bahasa

Indonesia, Jakarta; Penerbit PT Prehallindo.

Kotler Philip dan Kevin Lane Keller, 2008, Manajemen Pemasaran, Alih Bahasa

Benyamin Molan, edisi dua belas, Jakarta; PT INDEKS.

Nazir M, 2005, Metode Penelitian, cetakan kelima, Jakarta; Penerbit Ghalia.

Rambat Lupiyoadi dan A Hamdani, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa, edisi

kedua, Jakarta; Salemba Empat.

Riduwan, 2004, Dasar-Dasar Statistika, edisi ketiga, Bandung; Alfabeta.

Simamora dan Bilson, 2004, Riset Pemasaran, cetakan pertama, Jakarta;

PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Bisnis, Bandung; CV ALVABETA.

Suliyanto, 2005, Analisis Data Dalam Aplikasi Pemasaran, edisi pertama, Bogor;

Ghalia Indonesia.

Tjiptono Fandy, 2006, Manajemen Jasa, edisi pertama, Yogyakarta; Andi.

Tjiptono Fandy, 2008, Strategi Pemasaran, edisi pertama, Yogyakarta; Andi.

Zeithalm dan Bitner, 2007, Sevice Marketing, Fourtnedition, Prentice Hall; exclusive

right by Mc Graw-Hill.