sambutan menteri pertanian · pertanian pjku yang termuat pada dokumen perencanaan masterplan dan...
TRANSCRIPT
i
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN
Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2015-2019 menyatakan bahwa salah satu tantangan pembangunan pertanian ke depan adalah bagaimana
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dan bahan baku industri dan energi di tengah dinamika kondisi perekonomian global dan perubahan iklim yang
mungkin akan memengaruhi upaya-upaya pembangunan pertanian menuju swasembada dan kedaulatan pangan. Guna mengatasi tantangan tersebut, salah
satu pendekatan yang dilakukan adalah melalui pengembangan kawasan pertanian yang telah diatur melalui Permentan No. 50 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Kawasan pertanian perlu dikembangkan agar kegiatan pembangunan pertanian dapat dilakukan secara utuh
dan terpadu, serta fokus pada pencapaian sasaran pembangunan berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif wilayah.
Sebagai tindak lanjut rencana pengembangan kawasan pertanian, Pemerintah Provinsi diharuskan menyusun Masterplan yang menjabarkan rencana pembangunan
kawasan selama lima tahun ke depan, dan Pemerintah Kabupaten/Kota menyusun Rencana Aksi yang berisi langkah-langkah kegiatan tahunan yang dilakukan di tiap
kawasan. Dalam hal ini, Kementerian Pertanian telah menyusun Atlas Peta Pengembangan Kawasan Pertanian Skala 1:250.000 sebagai acuan Pemerintah Daerah dalam
penyusunan Masterplan dan Atlas Peta Pengembangan Kawasan Pertanian Skala 1:50.000 untuk penyusunan Rencana Aksi. Atlas tersebut secara garis besar memuat
kondisi eksisting lahan yang dapat dikembangkan khususnya padi, jagung, kedelai dan ubi kayu berdasarkan informasi spasial tentang kondisi sumber daya lahan dan
tingkat kesesuaian komoditas, potensi pengembangan kawasan pertanian serta informasi mengenai potensi peningkatan produksi melalui peningkatan IP dan/atau
produktivitas.
Semoga atlas ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta dan masyarakat dalam mendukung pencapaian target-target
pembangunan melalui pengembangan kawasan pertanian.
Jakarta, November 2015
Menteri Pertanian,
A. Amran Sulaiman
ii
KATA PENGANTAR
Pada hakikatnya pendekatan kawasan merupakan upaya pengembangan komoditas pertanian pada suatu wilayah yang memenuhi persyaratan
agroekologis, memenuhi kelayakan agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan diseconomic-externality yang
ditimbulkannya dapat dikendalikan agar kawasan yang terbangun berkelanjutan. Untuk itu, informasi daya dukung lahan menjadi sangat penting
yang dibangun dari analisis potensi sumber daya lahan.
Peraturan Menteri Pertanian No.50/Permentan/OT.140/8/2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian menekankan bahwa
pengembangan komoditas unggulan perlu dilaksanakan dengan pendekatan kawasan. Ciri-ciri pengembangan kawasan pertanian, antara lain: (a)
berbasis agroekosistem (komoditas yang dikembangkan sesuai dengan agroekosistem setempat); (b) agregat hamparan/populasi ditentukan dengan batasan tertentu
dan dapat ditentukan secara lintas batas kabupaten; (c) pengembangan kawasan bersifat menyeluruh/tidak parsial yang mencakup aspek hulu hingga hilir; (d) sistem
pertanian dapat dilakukan secara terintegrasi; (e) program dan kegiatan pada kawasan terpadu baik antara Eselon I Kementerian Pertanian maupun antara Pusat dan
Daerah; dan (f) pengembangan kawasan bersifat partisipatif melibatkan Kementerian Pertanian dan Kementerian/Lembaga terkait, Pemda Provinsi, Pemda
Kabupaten/Kota, dan pelaku usaha.
Pembangunan pertanian khususnya pengembangan kawasan pertanian padi, jagung, kedelai dan ubi kayu (PJKU) sangat membutuhkan data dan informasi dalam
bentuk tabular dan spasial (peta). Untuk itu Kementerian Pertanian telah menyusun Atlas Peta Pengembangan Kawasan Pertanian Skala 1:50.000 yang memuat
informasi spasial tentang kondisi sumber daya lahan, tingkat kesesuaian komoditas, arahan pengembangan komoditas sampai potensi peningkatan produksi melalui
peningkatan IP dan/atau produktivitas. Atlas ini sangat bermanfaat bagi perencana di tingkat Pusat dan Daerah dalam menentukan arah pengembangan kawasan
pertanian PJKU yang termuat pada dokumen perencanaan Masterplan dan Rencana Aksi.
Kepada semua pihak yang telah berperan aktif membantu tersusunnya Atlas ini disampaikan penghargaan dan terima kasih. Akhirnya semoga Atlas ini dapat
bermanfaat dalam mendukung pencapaian swasembada padi, jagung, kedelai serta peningkatan produksi ubi kayu mendukung pertanian bioindustri.
Jakarta, November 2015
Sekretaris Jenderal,
Hari Priyono NIP. 19581214 198403 1 002
iii
SUSUNAN TIM
Tim Pengarah
Tim Pengarah : Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian
Wakil Ketua : Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Sekretaris : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
Tim Pelaksana
Ketua I : Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan
Pertanian
Ketua II
Sekretaris I
Sekretaris II
:
:
:
Kepala Biro Perencanaan, Kementerian Pertanian
Kepala Bagian Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Penelitian, Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian
Kepala Bagian Penyusunan Kebijakan, Program dan Wilayah, Kementerian
Pertanian
Tim Penyusun
Penulis : Hikmatullah, Kurmen S., Soleh, Cahaya Budiman
Aplikasi SIG dan Basisdata : Sudiarto, Adi Priyono
Disain dan Layout : Adi Priyono
iv
INFORMASI UMUM
A. Proyeksi Map : Transverse Mercotor TM
B. Sumber Dana : Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian TA. 2015
C. Diterbitkan oleh : Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian
Website : www.pertanian.go.id/sikp
ISBN : 978-979-582-051-2
Cetakan pertama, November 2015
v
DAFTAR ISI Halaman
SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN i
KATA PENGANTAR ii
SUSUNAN TIM iii
INFORMASI UMUM iv
DAFAR ISI v
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR PETA vi
I. PENDAHULUAN 1
II. BAHAN DAN METODE 3
2.1. Bahan dan Alat 3
2.2 . Metode 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 7
3.1. Kondisi Sumberdaya Lahan
3.2. Potensi Lahan
3.3. Kawasan Pertanian
3.4. Permasalahan dan Kendala Sumberdaya Lahan
7
8
8
9
Halaman
3.5. Kesenjangan Produktivitas dan Indeks Pertanaman
3.6. Rekomendasi Teknologi
3.6.1. Sumberdaya Air
3.6.2. Konservasi Tanah dan Air
3.6.3. Pemupukan
9
10
10
10
12
IV. PENUTUP 16
DAFTAR PUSTAKA 17
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kriteria tingkat kesenjangan produktivitas dan IP serta perluasan
lahan pengembangan kawasan PJKU Kabupaten
Tabel 2. Alternatif teknik konservasi tanah dan air menurut
kemiringan lahan, kedalaman solum (D), dan kepekaan
tanah terhadap erosi (E)
4
5
Tabel 3. Luas pengembangan pertanian PJKU di Kabupaten Bantaeng 8
Tabel 4. Luas pengembangan Kawasan Jagung di Kab. Bantaeng 9
Tabel 5. Kesenjangan Produkasi, IP, dan Prioritas Perluasan Lahan di Kab.
Bantaeng 10
Tabel 6. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Kab. Bantaeng 11
Tabel 7. Kebutuhan pupuk sesuai dengan status hara tanah 13
Tabel 8. Status hara tanah dan rekomendasi pemupukan untuk padi
sawah di Kab. Bantaeng
14
Tabel 9. Waktu pemberian pupuk 14
Tabel 10. Dosis Pemupukan Jagung Berdasarkan Status Hara P dan K 15
DAFTAR GAMBAR
Halaman
DAFTAR PETA
Halaman
Peta 1. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng 18
Peta 2. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-1 19
Peta 3. Peta PengembanganKawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-2 20
Peta 4. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-3 21
Peta 5. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-4 22
Peta 6. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-5 23
Peta 7. Peta Pengembangan Kawasan Jagung Kab. Bantaeng Lembar-6 24
Gambar 1. Prosedur Penyusunan Peta Pengembangan Kawasan
Pertanian PJKU Kabupaten
5
Gambar 2. Pengukuran tingkat kebutuhan pupuk N dengan
BWD
13
1
I. PENDAHULUAN
Kementerian Pertanian RI telah menetapkan salah satu kebijakan operasional
pembangunan pertanian melalui pendekatan kawasan, sebagaimana dituangkan
dalam Permentan Nomor 50 tahun 2012, tentang Pedoman Pengembangan
Kawasan Pertanian. Pendekatan kawasan ini lebih merupakan upaya reorientasi
manajemen pembangunan pertanian yang merubah cara pandang pembangunan
pertanian dari sudut pandang kawasan sentra produksi yang segregatif menjadi
cara pandang kerja sama jaringan kelembagaan antar wilayah dengan komoditas
unggulan sebagai perekat utamanya. Selain itu, pendekatan kawasan juga
mewacanakan diterapkannya revolusi perencanaan dengan digunakannya
instrumen perencanaan teknokratis dalam pembangunan pertanian, khususnya
komoditas padi, jagung, kedelai, dan ubi kayu (PJKU). Melalui pendekatan kawasan
ini, daya saing wilayah dan komoditas akan dapat dirancang secara optimal, karena
dirumuskan sesuai dengan potensi dan prospek daya dukung sumberdaya wilayah
hingga mencapai titik optimumnya.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pengembangan kawasan pertanian sangat
membutuhkan data, informasi, rekomendasi, dan arahan penataan sistem
pertanian yang operasional di lapangan. Khusus data dan informasi komoditas
PJKU sangat diperlukan untuk mendukung kedaulatan pangan serta pencapaian
swasembada padi, jagung, dan kedelai (Pajale). Saat ini, ketersediaan data dan
informasi yang berbasis spasial kawasan pertanian yang telah ditetapkan masih
terbatas pada skala 1:250.000 yang kurang operasional dan hanya merupakan
indikatif potensi pengembanagan kawasan pertaian PJKU. Untuk mendukung
pengembangan kawasan pertanian PJKU yang operasional di lapangan sangat
diperlukan data dan informasi sumberdaya lahan spasial dan sosial ekonomi
wilayah pada skala 1:50.000 dengan cakupan tingkat kecamatan dalam satu
kabupaten. Data dan informasi tersebut sangat bermanfaat untuk mengetahui
wilayah potensial dan pengembangan budidaya pertanian PJKU serta meramu
alternatif teknologi pengelolaan lahan pertanian yang dapat diterapkan di setiap
wilayah pengembangan kawasan, seperti peningkatan produktivitas, indeks
pertanaman (IP), dan perluasan lahan yang dapat digunakan sebagai titik ungkit
dalam peningkatan produksi pertanian PJKU.
Analisis sumberdaya lahan dan sosial ekonomi wilayah kawasan pertanian
PJKU Kabupatan berasal dari data dan informasi sumberdaya lahan dan sosial
ekonomi yang diperoleh dari hasil verifikasi lapangan dan laboratorium, sehingga
permasalahan dan isu strategis teknis, sosial, ekonomi, dan budaya tersaji secara
spasial sampai tingkat kecamatan. Hasil analisis tersebut menghasilkan rekomedasi
peningkatan produksi PJKU yang disajikan per kabupaten pada skala 1:50.000.
Kegiatan penyusunan peta pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten
ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk menyajikan data dan informasi
mengenai potensi biofisik (tanah, iklim, terrain, dan vegetasi) dan sosial ekonomi
serta rekomendasi dalam peningkatan produksi PJKU.
2
Tujuan kegiatan penyusunan peta pengembangan kawasan pertanian PJKU
Kabupaten adalah :
(1) Menyusun dan mengembangkan data dan informasi sumberdaya lahan dan
sosial ekonomi pertanian kawasan PJKU Kabupaten.
(2) Menyusun peta pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten.
(3) Memperkuat Sistem Informasi Kawasan Pertanian (SIKP).
Keluaran dari penyusunan peta pengembangan kawasan pertanian PJKU
Kabupaten adalah:
(1) Tersedianya data dan informasi (data base) sumberdaya lahan dan sosial
ekonomi kawasan pertanian PJKU Kabupaten.
(2) Tersedianya peta pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten.
(3) Tersedianya rekomendasi peningkatan produksi pertanian PJKU Kabupaten.
3
II. BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan peta pengembangan
kawasan pertanian PJKU Kabupaten antara lain:
1. Peta dasar (base map)/Rupabumi Indonesia, skala 1:50.000 atau 1:25.000 dari
Badan Informasi Geospasial (BIG).
2. Peta tanah skala 1: 50.000 dan 1:250.000 dari Balai Besar Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian (BBSDLP, 1989-2014).
3. Peta AEZ, skala 1:50.000 (BPTP, 2012-2014).
4. Data luasan potensi lahan (BBSDLP, 2014).
5. Peta audit lahan sawah Pulau Jawa skala 1:5.000 dan luar Pulau Jawa skala
1:10.000 (Kementerian Pertanian, 2010 dan 2012).
6. Peta daerah irigasi (DI) (Kementerian PUPR, 2012).
7. Digital Elevation Model (DEM) dari SRTM resolusi 30 meter.
8. Citra landsat ETM-8/Spot 5/6/ikonos liputan terbaru.
9. Peta status hara P dan K, skala 1:50.000.
10. Peta Status Kawasan Hutan (Kementerian Kehutanan, 2013).
11. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi (Bappeda Kabupaten).
Peralatan yang diperlukan dalam penyusunan peta pengembangan kawasan
pertanian PJKU Kabupaten adalah: komputer PC atau Laptop yang dilengkapi
software ArcGIS atau ArcView dan Microsoft Office. Peralatan untuk verifikasi
lapangan terdiri atas: Peta kerja/ kawasan hasil analisis, GPS, bor tanah, Buku
Munsell Soil Color Chart, Abney level, pH Truogh, kantong plastik contoh tanah,
formulir isian, dll.
2.2. Metode
Pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten diperoleh dari analisis
sumberdaya tanah skala 1:50.000 (BBSDLP, 2013). Satuan tanah hasil pemetaan
sumberdaya lahan digunakan sebagai pendekatan dalam menganalisis potensi
sumberdaya lahan. Satuan tanah dioverlay dengan Peta Audit Lahan Sawah skala
1:5.000-1:10.000 menghasilkan Peta Analisis Satuan Tanah. Peta Analisis Satuan
Tanah merupakan peta kerja lapangan. Verifikasi lapangan dilakukan terhadap
karakteristik lahan dan penggunaan lahan. Karakteristik lahan tersebut antara lain:
curah hujan, suhu udara, drainase tanah, kelerengan, tekstur tanah, kedalaman
tanah, tingkat kematangan gambut, ketebalan gambut, reaksi tanah (pH), dan
karakteristik lingkungan lainnya. Disamping itu, juga dilakukan pengambilan
contoh tanah pewakil. Selain itu dikumpulkan pula data yang terkait dengan
produktivitas, IP, pola tanam, varietas, pemupukan, dan sumberdaya air.
Contoh tanah yang telah diambil dilakukan seleksi untuk analisis sifat-sifat
fisik-kimia tanah di laboratorium meliputi penetapan tekstur (3 fraksi), pH-H2O
dan KCl, bahan organik (C dan N), kandungan P2O5 dan K2O potensial, kandungan
basa-basa (Ca, Mg, K, Na) dapat ditukar, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa,
dan kandungan Al dapat ditukar, serta retensi fosfat. Jenis analisis contoh tanah
mengikuti Petunjuk Teknis Analisa Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk (Eviati dan
Sulaeman, 2011).
4
Kegiatan evaluasi lahan atau penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan
cara membandingkan (matching) antara karakteristik lahan (land characteristics)
dengan persyaratan tumbuh tanaman (landuse/crop requirements), yaitu padi,
jagung, kedelai, dan ubi kayu. Metode penilaian kesesuaian lahan menggunakan
kerangka FAO (1976) dan dilakukan secara bio-fisik (kualitatif). Sistem kesesuaian
lahan dibedakan menjadi ordo sesuai (S) dan ordo tidak sesuai (N). Lahan yang
tergolong ordo sesuai (S) dibedakan atas kelas lahan sangat sesuai (S1), cukup
sesuai (S2), dan sesuai marginal (S3), sedangkan lahan tergolong ordo tidak sesuai
(N) tidak dibedakan. Kriteria kesesuaian lahan tanaman mengacu pada Petunjuk
Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian (Ritung et al., 2011). Hasil
kegiatan evaluasi lahan berupa Kelas Kesesuaian Lahan untuk komoditas PJKU.
Lahan-lahan yang diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian PJKU
adalah (1) Lahan yang tergolong kelas S1 dan S2, (2) Areal Penggunaan Lain (APL),
Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK), (3) Tegalan, tanah terbuka, padang
rumput, sawah, hutan, dan semak belukar non HGU, dan (4) Lahan budidaya. Peta
peningkatan produksi PJKU merupakan dasar untuk delineasi Peta Pengembangan
Kawasan Pertanian PJKU Kabupaten.
Konsep dasar penyusunan Peta Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU
adalah sebagai beriku: (1) Delineasi ditentukan berdasarkan luasan minimal dan
konektivitas yang tidak dibatasi oleh batas wilayah administratif (Permentan No:
50/2012), dan (2) Batasan luasan minimum untuk kawasan padi sebesar 5.000 ha,
jagung 5.000 ha, kedelai 2.000 ha, dan ubi kayu 5.000 ha. Delineasi kawasan
tersebut dilakukan secara manual langsung di layar monitor (on screen digitizing).
Kawasan pertanian PJKU adalah wilayah pengembangan komoditas PJKU yang
terbangun dalam satu kesatuan konektivitas (kelembagaan dan infrastruktur) yang
mencakup lahan potensial dan lahan yang secara eksisting sudah dibudidayakan
untuk komoditas PJKU. Komoditas PJKU pada kawasan tersebut adalah komoditas
dominan dengan penyebaran >50%. Peta pengembangan kawasan PJKU untuk
setiap komoditas merupakan peta bernilai tunggal (single value map) artinya pada
lahan yang sama dinilai untuk berbagai komoditas. Sebagai contoh, lahan sawah
irigasi pada satu poligon (hamparan yang sama) dinilai untuk komoditas padi,
komoditas jagung atau komoditas kedelai. Prosedur penyusunan peta potensi
pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten disajikan pada Gambar 1.
Tabel 1. Kriteria tingkat kesenjangan produktivitas dan IP serta perluasan lahan
Peluang Peningkatan Komoditas
Padi Jagung Kedelai Ubikayu Produktivitas ………………..…………% …………………………..…
Tinggi (T) >20 >20 >10 >25 Sedang (S) 10-20 10-20 5-10 15-25
Rendah (R) <10 <10 <5 <15
Indeks Pertanaman Tinggi (T) >100 >100 >100 >100
Sedang (S) 50-100 50-100 50-100 50-100
Rendah (R) <50 <50 <50 <50
Perluasan Lahan
Prioritas satu (P-1) Tegalan, rumput, semak, tanah kosong, lereng <3% Prioritas dua (P-2) Tegalan, rumput, semak, tanah kosong, lereng 3-8%
Semak belukar, lereng <3% Prioritas tiga (P-3) Tegalan, rumput, semak, tanah kosong, lereng 8-15%
Semak belukar, lereng 3-8%
Dalam jangka pendek peningkatan produksi PJKU dapat ditempuh melalui
peningkatan produktivitas dan peningkatan IP. Peluang peningkatan produktivitas
PJKU tergantung pada kesenjangan antara produktivitas potensial dan eksisting.
Semakin besar senjang produktivitas, maka semakin besar peluang peningkatan
produktivitas. Peluang peningkatan IP tergantung pada kesenjangan antara IP
potensial dan eksisting. Semakin besar senjang IP, maka semakin besar peluang
peningkatan IP.
5
Gambar 1. Prosedur Penyusunan Peta Pengembangan Kawasan Pertanian PJKU Kabupaten
Neraca air tanaman dilakukan untuk mengetahui kebutuhan air yang
digunakan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya dihitung berdasarkan indeks
kecukupan air yang merupakan pencerminan dari rasio antara evapotranspirasi
aktual tanaman dan evaportranspirasi maksimal yang dilakukan tanaman
(ETR/ETM). Penggunaan indeks kecukupan air didasarkan pada asumsi bahwa
apabila ETR/ETM mendekati satu berarti tanaman menggunakan air dengan efektif
yang pada akhirnya akan menghasilkan produksi yang tinggi. Sebaliknya apabila
ETR/ETM kurang dari 0,8 berarti tanaman mengalami kekurangan air (cekaman
air) dan akan berakibat terhadap rendahnya produksi (CIRAD dalam Irianto, 2000).
Untuk lahan kering berlereng, pemilihan teknologi konservasi tanah dan air
didasarkan kepada kemiringan lahan, kepekaan tanah terhadap erosi, dan
kedalaman solum/tanah, seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Alternatif teknik konservasi tanah dan air menurut kemiringan lahan, kedalaman solum (D), dan kepekaan tanah terhadap erosi (E)
Kemiringan D > 90 cm D = 40 – 90 cm D < 40 cm
(%) E.Kurang E.Tinggi E.Kurang E.Tinggi E.Kurang E.Tinggi
<15 B/G B/G B/G B/G G G
15 - 25 B/G B/G B/G G G G
25 – 40 B/G G G G G/AC AC
> 40 G/AC AC AC AC AC AC
Keterangan: B = teras bangku + rumput/legum penguat teras , G = Teras gulud + rumput/legum penguat teras, AC=Alley croping/system pertanaman lorong;Sumber : (Sukmana et al., 1990)
Penentuan kebutuhan pupuk optimal perlu dilakukan agar produktivitas
dapat ditingkatkan. Kebutuhan tersebut didasarkan pada kandungan unsur hara N
(total), P dan K tersedia di dalam tanah dengan menggunakan model perhitungan
kebutuhan pupuk berimbang.
DATA DAN INFORMASI SDLP
- Spasial - Tabular
PETA TANAH/SATUAN LAHAN
SKALA 1:50.000
VERIFIKASI LAPANGAN - Pengecekan penggunaan lahan
- Pengambilan contoh tanah - Produktivitas tanaman
- Indeks Pertanaman - Sumberdaya air
KESESUAIAN LAHAN
PERSYARATAN TUMBUH TANAMAN
- STATUS KAWASAN HUTAN
- HGU - RTRW
ARAHAN PENGEMBANGAN
KOMODITAS PJKU
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN PJKU
PENGEMBANGAN KAWASAN PERTANIAN PJKU
PETA AUDIT LAHAN SAWAH
LOKASI KABUPATEN
PENGGUNAAN LAHAN
PRODUKTIVITAS TANAMAN
INDEKS PERTANAMAN
ANALISIS TANAH
PENINGKATAN INDEKS
PERTANAMAN
PETA SATUAN EVALUASI LAHAN
SKALA 1:50.000
EVALUASI LAHAN
6
Data sosial ekonomi pertanian dianalisis untuk menghasilkan peluang
peningkatan luas tanam dan IP PJKU, peluang peningkatan produktivitas PJKU, dan
akhirnya dapat diketahui peluang peningkatan produksi PJKU. Permasalahan dan
kendala dalam peningkatan produksi PJKU harus sudah diketahui pada masing-
masing lokasi agar kegiatan peningkatan produksi PJKU lebih efektif, efisien, dan
tepat sasaran.
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Kondisi Sumberdaya Lahan
Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan mempunyai luas wilayah 39.583 ha.
Curah hujan di wilayah ini cukup bervariasi, rata-rata tahunan 1915,7 mm/tahun.
Curah hujan tertinggi terjadi bulan Desember (366 mm) dan terendah terjadi pada
bulan Agustus (36 mm). Bulan Agustus dan September curah hujan relatif rendah.
Berdasarkan kelas curah hujan tahunan sebagian besar wilayah termasuk kategori
sedang, hanya beberapa kecamatan termasuk dalam kategori kering, seperti di
Kecamatan Bissappu dan Sinoa, sedangkan satu kecamatan termasuk kategori
basah, yaitu Kecamatan Uluere. Pola sekuensial dari rata-rata curah hujan bulanan
mengikuti pola curah hujan equatorial yang mempunyai dua puncak curah hujan.
Jumlah bulan kering dengan intensitas <100 mm/bulan terjadi selama 3
bulan, dan bulan basah dengan intensitas >200 mm/bulan terjadi selama 4 bulan.
Dengan demikian kawasan tersebut menurut kriteria Oldeman dan Darmiyati
(1977) memiliki Zona Agroklimat D-2, dengan panjang potensi masa tanam untuk
tanaman pangan di lahan sawah dapat ditanami dua kali penanaman dengan
dengan tumpang gilir.
Berdasarkan tipe iklim menurut Schmidt Ferguson (1961) menunjukkan
bahwa sebagian besar wilayah beriklim tipe A (basah) yang meliputi Kecamatan
Uluere, Bantaeng, Eremerasa, Tompobulu, Pajukukang, dan Gantarangkeke.
Wilayah lainnya beriklim tipe C (agak basah) meliputi Kecamatan Bissapu dan
Sinoa. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25,80C-27,00C dengan suhu minimum
20,40C dan suhu maksimum 32,20C. Kelembaban udara bervariasi antara 78%
hingga 81%.
Landform wilayah kabupaten ini merupakan bagian dari kerucut volkan, dan
dikelompokkan ke dalam 4 Grup, yaitu: Aluvial, Marin, dan Volkanik. Grup Aluvial
terdiri atas jalur aliran sungai-sungai relatif kecil dalam pola radial, dan dataran
aluvial sempit. Grup marin merupakan pesisir lumpur dan pasir relatif sempit di
sepanjang pantai. Grup volkan merupakan bagian dari kerucut volkan dari
kompleks Lempobatang, terdiri atas lereng volkan atas, lereng volkan tengah,
lereng volkan bawah, dan kakai lereng. Sebagian wilayah merupakan aliran lahar
dan lava, yang dicirikan oleh banyaknya batuan bolder tersebar di permukaan
tanah.
Bentuk wilayah kabupaten ini sebagian besar mempunyai relief datar hingga
berbukit, dengan lereng datar <3% sampai sangat curam >40%. Wilayah datar
sampai bergelombang umumnya telah dimanfaatkan masyarakat untuk budidaya
tanaman pangan, berupa padi dan jagung. Sebagian telah dibuat teras-teras untuk
tanaman padi. Sedangkan wilayah berlereng curam digunakan untuk tanaman
tahunan dan hutan.
Tanah-tanah di wilayah kabupaten ini terbentuk dari bahan induk: (a)
endapan aluvium dan (b) batuan volkan. Tanah-tanah yang terbentuk dari bahan
endapan aluvium, berasal dari bahan volkan dari daerah hulu/atas. Sebagian tanah
dangkal berkerikil dan berbatu. Tanah yang telah disawahkan umumnya
dipengaruhi air permukaan, sehingga karakteristik tanah aslinya di lapisan bawah
masih tampak. Sebagian mengandung karatan dan konkresi besi dan Mn. Tanah-
tanah yang terbentuk dari bahan volkan telah menunjukkan perkembangan
struktur, sebagian berpenampang dangkal dengan kandungan bahan kasar (pasir,
kerikil, batu) pada daerah upland. Tanah-tanah di wilyah kabupaten ini
diklasifikasikan menurut Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2014) kedalam 3 Ordo,
8
yaitu: Entisols, Inceptisols, dan Alfisols, yang setara dengan Aluvial, Regosol,
Kambisol, Gleisol, dan Mediteran (BBSDLP, 2014). Tanah pada lahan sawah dan
lahan kering diklasifikasikan kedalam Grup Epiaquepts, Eutrudepts, dan
Hapludalfs, yang setara dengan tanah Gleisol, Kambisol, dan Mediteran.
3.2. Potensi Lahan
Kabupaten Bantaeng dijadikan kawasan jagung. Kawasan jagung berada pada
lahan datar sampai berombak (lereng <8%) dari bahan volkan.
Pengembangan kawasan PJKU diarahkan pada lahan eksisting dan lahan yang
tergolong kelas kesesuaiannya sangat sesuai (kelas S1) dan cukup sesuai (kelas S2)
yang berada pada APL, HPK, dan non HGU. Berdasarkan hal tersebut maka potensi
lahan untuk pengembangan pertanian PJKU di Kabupaten Bantaeng seluruhnya
mencakup luas 14.508 ha, yang terdiri atas lahan basah (sawah) eksisting seluas
8.992 ha dan lahan kering/tegalan seluas 5.516 ha (Tabel 3).
Tabel 3. Luas lahan pengembangan pertanian PJKU di Kabupaten Bantaeng
NO KECAMATAN SAWAH AKTUAL
LAHAN POTENSIAL TOTAL
P-1 P-2 --------------- Ha ---------------
1 BANTAENG 815 83 897 2 BISSAPPU 988 988
3 EREMERASA 969 641 157 1,768
4 GANTARANGKEKE 1,394 3,072 4,466
5 PA'JUKUKANG 3,457 408 3,865
6 SINOA 584 584
7 TOMPOBULU 443 1,154 1,597 8 ULUERE 342 342
T O T A L 8,992 5,276 240 14,508
Keterangan: P-1 = Prioritas 1, P-2 = Prioritas 2
Dari Tabel 3 terlihat bahwa dari 8 kecamatan yang ada, hanya 2 kecamatan
yang mempunyai lahan sawah luas >1000 ha, yaitu Kecamatan Pajukukang dan
Gantarangkeke. Kecamatan lainnya mempunyai luasan bervariasi antara 342-988
ha. Status lahan sawah di Kabupaten Bantaeng seluruhnya berada di kawasan APL
(Areal Penggunaan Lain). Lahan sawah di wilayah ini banyak ditanami jagung.
3.3. Kawasan Pertanian
Hasil penyusunan peta pengembangan kawasan pertanian PJKU Kabupaten
Bantaeng disajikan dalam bentuk tabel dan peta. Kabupaten Bantaeng merupakan
wilayah pengembangan kawasan jagung. Hasil penyusunan peta pengembangan
kawasan jagung di Kabupaten Bantaeng secara rinci per kecamatan disajikan pada
Tabel 4. Sebaran potensi pengembangan kawasan jagung di Kabupaten Bantaeng
terdapat di 6 wilayah kecamatan, yaitu: Kecamatan Pajukukang, Gantarengkeke,
Eremerasa, Bantaeng, Tompobulu, dan Bissappu dengan luas 6739 ha.
Potensi pengembangan kawasan jagung di Kabupaten Bantaeng berada pada
lahan sawah seluas 6.739 ha dan lahan kering kering seluas 5.503 ha, sehingga
lahan yang termasuk di dalam kawasan pengembangan jagung seluas 12.242 ha.
Wilayah kawasan pengembangan jagung terdiri atas lahan sawah eksisting
seluas 8.992 ha dan lahan potensi pengembangan jagung seluas 5.528 ha. Kawasan
jagung umumnya mempunyai IP-200 dengan pola tanam berupa jagung-jagung-
bera atau padi-jagung-bera.
9
Tabel 4. Luas pengembangan kawasan jagung di Kabupaten Bantaeng
URAIAN KECAMATAN SAWAH AKTUAL
LAHAN POTENSIAL TOTAL
P-1 P-2 …Ha…
KA
WA
SA
N J
AG
UN
G
SUB-TOTAL 6,739 5,263 240
12,242
BANTAENG 743 - 83
BISSAPPU 74 - EREMERASA 783 640 157
GANTARANGKEKE 1,309 3,066
PA'JUKUKANG 3,457 408 TOMPOBULU 373 1,149
NO
N K
AW
AS
AN
SUB-TOTAL 2,253 13 12
2,278
BANTAENG 72 -
BISSAPPU 914 - EREMERASA 186 2 2
GANTARANGKEKE 85 6 5
PA'JUKUKANG 1
SINOA 584 -
TOMPOBULU 70 5 5
ULUERE 342 -
T O T A L 8,992 5,276 252 14,520
Keterangan: P-1 = Prioritas 1, P-2 = Prioritas 2
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan jagung, tetapi berada di luar
kawasan, karena penyebarannya sporadis dan tidak adanya konektivitas, seluas
2.253 ha berupa lahan sawah eksisting, dan 25 ha berupa lahan kering. Lahan
tersebut umumnya mempunyai pola tanam jagung-jagung-bera.
3.4. Permasalahan dan Kendala Sumberdaya Lahan
Permasalahan dan kendala sumberdaya lahan di wilayah kabupaten ini untuk
pengembangan komoditas pertanian PJKU, antara lain berupa: (a) Ketersediaan air
irigasi yang kurang mencukupi terutama lahan sawah di posisi bawah/jauh dari
saluran irigasi; (b) Batuan di permukaan tanah; (c) Kesuburan tanah, yang
dicerminkan oleh kandungan NPK rendah.
Pemasalahan kekurangan air irigasi/kekeringan umum dijumpai di lereng
bawah, karena suplai air irigasi dari wilayah bagian atas/hulu kurang mencukupi,
terutama musim kemarau, sehingga lahan banyak menjadi bera, tetapi dengan
tanaman jagung dengan mengandalkan air hujan.
Pemasalahan batuan di permukaan yang relatif cukup banyak mengganggu
dalam pengolahan tanah dan luas tanam. Dengan pengaturan air melalui perbaikan
sistem drainase dan pintu-pintu air, pola tanam dapat ditingkatkan.
Pemasalahan kesuburan tanah pada lahan sawah dan lahan kering yang
terbentuk dari bahan volkan, yang dicerminkan oleh kandungan NPK, C organik
relatif rendah. Usaha untuk mengatasi kendala tersebut adalah menerapkan
teknologi pengelolaan lahan yang sudah tersedia saat ini, seperti pemupukan dan
penambahan bahan organik.
3.5. Kesenjangan Produktivitas dan Indeks Pertanaman
Upaya dalam peningkatan produksi pertanian PJKU dapat dilakukan melalui
peningkatan produktivitas, peningkatan IP, dan perluasan lahan. Ketiga upaya
tersebut dapat disajikan secara spasial (peta), sehingga upaya dalam peningkatan
produksi pertanian dapat dilaksanakan dengan tepat, cepat, dan akurat. Peluang
peningkatan produktivitas PJKU tergantung pada kesenjangan antara produktivitas
potensial dan eksisting. Semakin besar senjang produktivitas, maka semakin besar
peluang peningkatan produktivitas. Begitu juga, peluang peningkatan IP tergantung
pada kesenjangan antara IP potensial dan eksisting. Semakin besar senjang IP,
maka semakin besar pula peluang peningkatan IP. Sedangkan perluasan lahan
untuk peningkatan produksi pertanian PJKU dapat diupayakan melalui
ekstensifikasi lahan. Lahan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan PJKU
10
adalah lahan yang mempunyai kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) dan cukup
sesuai (S2), yang status lahannya APL atau HPK dan HP (sebagai cadangan) dan
areal non HGU.
Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan produksi jagung
di wilayah kabupaten ini dapat dilakukan melalui peningkatan produktivitas,
peningkatan IP, dan perluasan lahan (Tabel 5).
Tabel 5. Kesenjangan Produksi, IP, dan Prioritas Perluasan Lahan Jagung di Kabupaten Bantaeng
No KECAMATAN REKOMENDASI
PERLUASAN LAHAN TOTAL
TT TR ST SR RS P-1 P-2
…Ha…
1 BANTAENG 509
51 34 220
83 897
2 BISSAPPU
628 164 196
988 3 EREMERASA 450 626 348 160 11 15 157 1,768 4 GANTARANGKEKE 841 3,170 389
67
4,466
5 PA'JUKUKANG 636 1,752 1,363
113
3,865 6 SINOA
84 499
584
7 TOMPOBULU 1,161 398 38 1,597 8 ULUERE 250 93 342
T O T A L 2,436 6,709 3,511 988 427 196 240 14,508
Keterangan: TT = Peningkatan produktivitas dan IP tinggi, TR = Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendah, ST = Peningkatan produktivitas dan IP tinggi, SR = Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendah, RS = Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang, P-1 = Prioritas 1, P-2 = Prioritas 2, P-3 = Prioritas 3
Umumnya lahan di kabupaten ini masih dapat ditingkatkan produktivitasnya,
sekitar 12.656 ha (kombinasi TT, TR, ST, SR), seperti di Kecamatan Bantaneg,
Eremerasa, Gantarangkeke, dan Pajakukang. Sedangkan IP-jagung yang berpotensi
dapat ditingkatkan seluas 6.374 ha (kombinasi TT, ST, dan RS), meliputi
Kecamatan, yaitu Bantaeng, Bissappu, Eremerasa, Pajakukang, Gantarangekek, dan
Tompobulu.
3.6. Rekomendasi Teknologi
Rekomendasi teknologi dalam peningkatan produksi pertanian untuk
komoditas jagung adalah produksi biji kering pipil (BKP). Rekomendasi tersebut
berupa sumberdaya air, konservasi tanah dan air, dan pemupukan.
3.7.1. Sumberdaya air
Pemanfaatan sumberdaya air yang optimal dapat dipergunakan dalam
peningkatan IP tanaman. Sumberdaya air di Kabupaten Bantaeng berupa sumber
air yang berasal dari daerah hulu/atas Kompleks Gunung Lempobatang dengan
beberapa sungainya yang mengalir dengan pola radial. Potensi sumberdaya air
umumnya sudah dimanfaatkan untuk irigasi, tetapi belum optimal, karena sebagian
tempat masih kekurangan air. Untuk mengantisipasi kekeringan yang terjadi dapat
dilakukan beberapa cara dan tindakan di lapangan, antara lain: perbaikan saluran
irigasi, pembagian air secara bergilir, pembuatan pompa/sumur, terutama di
wilayah jauh dari saluran air irigasi.
3.7.2. Konservasi tanah dan air
Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air yang didasarkan pada
kemiringan lahan, kedalaman solum dan kepekaan tanah terhadap erosi serta
teknik konservasi tanah existing. Implementasi teknk konservasi tanah dan air
ditujukan terhadap lahan dengan kemiringan >3%. Padi sawah di Kabupaten
Bantaeng tersebar pada lahan sawah irigasi dan sawah tadah hujan, sedangkan
padi gogo tersebar di lahan kering dan areal tanaman kehutanan (sistim
tumpangsari. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air untuk kawasan dan
bukan kawasan pertanaman padi di Kabupaten Bantaeng dapat dikelompokkan
seperti disajikan pada Tabel 6.
11
Di areal sawah irigasi berteras, kebanyakan petani sudah menerapkan teknik
konservasi tanah dan air dengan membuat teras bangku datar (TBD). Namun TBD
tersebut belum sempurna karena tidak dilengkapi dengan komponen kelengkapan
teras, yaitu saluran pembuangan air (SPA) dan bangunan terjunan air (BTA). Oleh
karena itu, teknik konservasi tanah dan air yang direkomendasikan di kawasan ini
adalah pembuatan SPA dan BTA.
Tabel 6. Rekomendasi teknik konservasi tanah dan air di Kabupaten Bantaeng
Keterangan: TBD = teras bangku datar, SPA = saluran pembuangan air, kons = konservasi, BTA = Bangunan terjunan air
Di areal lahan sawah tadah hujan, petani juga kebanyakan sudah menerapkan
teknik konservasi tanah dan air berupa TBD. Areal ini mempunyai kemiringan yang
lebih curam dari areal sawah irigasi. Oleh karena itu teknik konservasi yang
direkomendasikan adalah teknik konservasi tanah kombinasi sipil teknik/mekanik
vegetatif berupa penanaman tanaman penguat teras dengan rumput pakan ternak
(Setaria sp, Bebe, Beer, Raja, Gajah) pada bibir dan tampingan teras, yang
dipangkas secara periodik untuk pakan ternak. Pada bibir teras, penanaman
rumput tersebut dapat dikombinasikan dengan leguminosa pohon atau semak
(Flemingia sp, Lamtoro, Glirisideae sp, dll) yang dipangkas secara periodik untuk
pupuk hijau dan atau pakan ternak. Selain itu juga direkomendasikan teknik
konservasi mekanik berupa pembuatan saluran teras, SPA dan BTA.
Padi yang ditanam di areal lahan kering berupa padi gogo. Kebanyakan
petani menanam padi gogo pada lahan baik yang sudah diteras bangku maupun
yang belum diteras. Untuk pertanaman padi gogo pada lahan yang sudah diteras
bangku, rekomendasi teknik konservasi tanah dan air sama dengan sawah tadah
hujan. Sedangkan pada areal pertanaman padi gogo yang belum menerapkan
teknik konservasi tanah dan air, direkomendasikan untuk menerapkan teknik
konservasi vegetatif berupa strip rumput atau sistem pertanaman lorong (alley
cropping).
Selain itu, padi gogo juga ditanam di areal kehutanan. Padi gogo ini ditanam
sebagai tanaman inisiasi sebelum tanaman kehutanan tersebut besar/tinggi,
sehingga tanaman padi gogo tersebut masih mendapatkan cahaya yang cukup. Padi
gogo ditanam diantara tanaman kehutanan yang masih kecil (sistim tumpangsari).
Di areal ini, teknik konservasi yang dapat direkomendasikan adalah teras kebun
yaitu teras yang dibuat pada jalur-jalur tanaman tahunan atau teras individu yang
dibuat pada masing-masing individu tanaman tahunan. Untuk pertanaman padi
gogo direkomendasikan untuk mengaplikasikan pengembaian sisa tanaman
sebagai mulsa dan atau pupuk hijau.
Pemanfaatan sisa tanaman berupa mulsa dan atau pupuk hijau
direkomendaskan juga pada seluruh tipe penggunaan lahan yang ada. Dengan
demikian jerami padi tidk disarankan untuk dibakar, melainan dikembalikan ke
Tata guna
lahan
Kelerengan
(%)
Kedalaman
Solum (cm)
Kepekaan
thd Erosi
Tek.Kons.
Existing
Teknik Konservasi,
Rekomendasi mulsa
Sawah irigasi 3-8 30 - 60 rendah TBD, tanpa SPA,
BTA
Pembuatan SPA dan BTA
Sawah Tanah
Hujan
8-15 60 - 100 sedang TBD, tanpa SPA,
BTA
Saluran teras, SPA, BTA,
tanaman penguat teras
Lahan Kering 3 – 8 >100 tinggi TBD, tanpa teras Strip rumput atau alley
cropig
8-15 >100 tinggi tanpa teras Tanaman searah kontur,
Strip rumput atau alley
cropping (AC)
15 - 25 >100 tinggi tanpa tindakan
konservasi , tan.
searah lereng
TBD, TBM, TG,
Agroforestry Teras kebun, teras
individu, LCC pada MK
Areal Tanaman
Hutan
>40 < 60 tinggi
12
tanah untuk efisiensi pemupkan kalium dan pengembalan bahan organik ke dalam
tanah, sehingga tanah dapat dipelihara kesuburannya.
3.7.3. Pemupukan
Pupuk termasuk komponen penting dalam budidaya padi. Pupuk diibaratkan
sebagai sumber makanan bagi tumbuhan. Kecukupannya harus terpenuhi agar
tanaman dapat berproduksi secara optimum. Pada umumnya pupuk diaplikasikan
ke dalam tanah, tetapi ada pula yang disemprotkan ke daun padi sebagai tambahan
atau suplemen.
Pemupukkan yang baik adalah dengan mempertimbangkan berapa potensi
produksi, kadar hara dalam tanah dan ketersediaan air (musim) untuk menghitung
kebutuhan pupuk. Potensi produksi diperoleh informasinya dari rata-rata
produktivitas lahan di sekitar wilayah tersebut selama 2 tahun berturutan. Kadar
hara dapat dilihat pada peta status hara P dan K, ataupun diukur dengan bantuan
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS), dan informasi mengenai ketersediaan air
berasal dari Kalender Katam (KATAM) atau berdasarkan pengalaman petani terkait
periode musim hujan dan musim kemarau. Agar tidak terjadi keterlambatan
pemupukan, sebaiknya pupuk telah disiapkan sebelum tanam.
Pemupukan yang baik dan benar adalah menambahkan sejumlah pupuk untuk
memenuhi kebutuhan dan sesuai waktu pemberiannya serta caranya. Target
produksi tinggi >8 t GKP/ha tentu saja memerlukan jumlah pemupukkan yang
cukup tinggi pula pada semua status hara tanah, dengan asumsi bahwa benih padi
yang dipergunakan mempunyai potensi hasil yang tinggi pula >8 t GKP/ha. Dan tak
kalah pentingnya adalah ketersediaan air. Tanpa adanya air, pupuk yang
diaplikasikan tidak akan larut dan tidak dapat diserap oleh tanaman. Air dijaga
dalam kondisi macak-macak saat pemupukan.
Jenis Pupuk
Jenis pupuk anorganik dan organik yang digunakan untuk MK dan MK tidak
berbeda. Untuk pemupukan anorganik diutamakan menggunakan pupuk majemuk
NPK + Urea. Karena jenis pupuk ini relatif lengkap dan relatif lepas lambat
dibanding pupuk tunggal. Pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah bisa
yang insitu ataupun mengadakan dari luar. Sebagai contoh mengembalikan jerami
ataupun ditambahkan dari luar seperti pupuk kandang maupun pupuk hijau yang
berfungsi tidak hanya menyumbangkan kadar karbon di tanah, tetapi juga
berperan memegang air. Takaran anjuran pupuk organik berupa pupuk kandang
sebanyak > 1t/ha, dan jerami sebanyak > 5 t/ha.
Jenis unsur hara N ditetapkan secara cepat dengan BWD, hara P dan K
menggunakan PUTS (Perangkat Uji Tanah Sawah), sedangkan untuk hara Ca, Mg, S,
Cu, Zn masih ditetapkan dengan cara analisa di laboratorium. Pengukuran tingkat
kebutuhan pupuk N dengan BWD disajikan pada Gambar 2.
Jumlah Pupuk
Jumlah air yang tersedia terutama pada MH sangat berpengaruh terhadap
tingkat efisiensi pemupukan. Pada MH suplai air yang berlebihan harus dikontrol
agar pupuk yang diaplikasikan tidak hilang melalui aliran permukaan, rembesan,
maupun volatilisasi.
13
Gambar 2. Pengukuran tingkat kebutuhan pupuk N dengan BWD
Tabel 7. Kebutuhan pupuk sesuai dengan status hara tanah
Status hara
P
Status hara
K
Produkvitas 6 t GKG/ha Produkvitas 10 t GKG/ha
NPK Urea NPK Urea
15-15-15 15-15-15
Rendah Rendah 300 100 650 200
Sedang 200 150 600 200
Tinggi 200 150 600 200
Sedang Rendah 300 100 550 200
Sedang 175 150 500 200
Tinggi 175 150 500 200
Tinggi Rendah 300 100 450 150
Sedang 150 150 400 150
Tinggi 150 150 400 150
Dari hasil analisis contoh tanah menujukkan bahwa status hara P dan K tanah
tinggi. Rekomendasi pemupukan lahan sawah di Kabupaten Bantaeng disajikan
pada Tabel 8.
Cara Pemupukan
- Pemupukan dilakukan pada saat air mencukupi sebagai pelarut. Air dalam
petakan sawah tidak boleh terlalu terlalu sedikit saat MK dan terlalu banyak saat
MH.
- Tutup jalan keluar masuk air irigasi saat akan dilakukan pemupukan, air cukup
macak-macak. Pupuk setelah disebar harus segera dibenamkan ke dalam tanah
dengan cara diinjak-injak.
Waktu pemberian
Agar tidak terjadi kehilangan terutama untuk pupuk yang mudah menguap
seperti N, sangat diharapkan pada MK dilakukan pemupukan dengan cara displit
sebanyak 3 kali bila dalam bentuk Urea atau ZA (1/3 sebagai pupuk dasar, 1/3
pada umur 15-20 HST dan 1/3 bagian pada umur 35-40 HST). Pemupukan hara
selain hara yang mudah berubah seperti Urea dan ZA tidak terdapat perbedaan
waktu pemberiannya.
100 BWD = 4 75 BWD > 4
125 BWD < 4
Berdasarkan BWD, kg urea/ha
75 BWD = 4
50 BWD > 4
100 BWD < 4
Berdasarkan BWD, kg urea/ha
- 20 - 10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 DAT
Transplanting Anakan
aktif Primordia
Keluar malai
Panen Dasar Ke - 1 Ke - 2 Ke - 3
Dasar , ke - 1 sblm 14 HST
Ke - 2 23 – 28 HST
Ke - 3 38 – 42 HST
125 BWD = 4 125 BWD > 4
175 BWD < 4
Berdasarkan BWD, kg urea/ha
100 BWD = 4 75 BWD > 4
125 BWD < 4
Berdasarkan BWD, kg urea/ha
30 kg N/ha
0 - 20 kg N/ha *
Musim hasil tinggi
Target hasil = 7 t/ha
Musim hasil rendah
Target hasil = 6 t/ha
: - time
Pada tingkat kesuburan tanah yang sama apabila target hasil lebih tinggi maka kebutuhan urea dapat lebih banyak atau sebaliknya .
14
Tabel 8. Status hara tanah dan rekomendasi pemupukan untuk padi sawah di Kabupaten Bantaeng
STATUS HARA DOSIS PUPUK TUNGGAL (Kg/ha) DOSIS PUPUK MAJEMUK (Kg/ha)
No. Kecamatan NPK Tunggal NPK Tunggal + BO Jerami NPK Tunggal + BO Kohe NPK 15-15-15 NPK+komos jerami 2t/ha NPK+kompos Kohe 2t/ha
P K Urea ZA SP-36 KCl Urea SP-36 KCl Urea SP-36 KCl NPK Urea NPK Urea NPK Urea
1 BANTAENG T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175 2 BISSAPPU T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175
3 EREMERASA T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175
4 GANTARANGKEKE T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175 5 PAJUKUKANG T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175
6 SINOA T T 250 200 50 50 230 50 0 225 0 30 225 150 200 200 150 175
7 TOMPOBULU T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175 8 ULUERE T T 250 200 50 50 230 50 0 200 0 30 225 150 200 200 150 175
15
Tabel 9. Waktu pemberian pupuk padi
Dosis pemupukan jagung
Pengembangan jagung di Kabupaten Bantaeng dilakukan pada MT-II dan III.
Dosis pemupukan jagung didasarkan pada status hara P dan hara K tanah (Tabel
10).
Tabel 10. Dosis Pemupukan Jagung Berdasarkan Status Hara P dan K
UREA SP-36 KCl NPK 15-15-15
P K
R R 350 250 100 450
R S 350 250 75 400
R T 350 250 75 400
S R 350 175 100 400
S S 350 175 75 350
S T 350 175 75 350
T R 350 100 100 350
T S 350 100 75 300
T T 350 100 75 300
kg/ha
STATUS HARA
16
IV. PENUTUP
Pembangunan sektor pertanian di Indonesia merupakan suatu proses
pembangunan yang unik dibandingkan dengan pembangunan sektor lain, karena
ketergantungan dan pengaruh timbal baliknya yang besar pada kondisi lingkungan
dan sumber daya alam. Sumberdaya lahan sebagai salah satu komponen utama
sumber daya alam, mempunyai peranan penting dalam menunjang pengembangan
kawasan pertanian. Data dan informasi sumberdaya lahan, terutama data spasial
yang menyajikan karakteristik tanah/lahan, potensi dan tingkat kesesuaian lahan,
distribusi dan luasannya tersebut dibutuhkan dalam penentuan kebijakan
pengembangan kawasan pertanian PJKU.
Dengan tersedianya data sebaran pengembangan kawasan pertanian PJKU
yang secara agroekosistem sesuai dan layak untuk dikembangkan di wilayah serta
adanya ramuan teknologi, maka akan memudahkan dalam penyusunan,
pelaksanaan, dan pemantauan kegiatan pertanian dengan pendekatan kawasan
untuk pencapaian swasembada Pajale. Kegiatan penyiapan data dan informasi
SDLP sampai tersusunnya peta pengembangan kawasan pertanian PJKU skala
1:50.000 ini sudah terformat dalam database yang dinamis, sehingga ke depan bisa
di update menggunakan SIG untuk dapat memperkuat Sistem Informasi Kawasan
Pertanian (SIKP).
Lahan yang berpotensi untuk pengembangan komoditas jagung seluas 14.508
ha, yang terdiri atas lahan sawah eksisting 8.992 ha dan 5.528 ha lahan kering. Dari
luasan tersebut, lahan yang termasuk kawasan pengembangan jagung seluas
12.242 ha, yang sebarannya berada pada lahan sawah seluas 6.739 ha dan lahan
kering kering seluas 5.503 ha. Kawasan jagung umumnya dengan pola tanam
berupa jagung-jagung-bera atau padi-jagung-bera.
Produktivitas lahan masih dapat ditingkatkan sekitar 12.656 ha, seperti di
Kecamatan Bantaeng, Eremerasa, Gantarangkeke, dan Pajakukang. Sedangkan IP-
jagung yang berpotensi dapat ditingkatkan seluas 6374 ha, yang mencakup semua
Kecamatan, yaitu Bantaeng, Bissappu, Eremerasa, Pajakukang, Gantarangekek, dan
Tompobulu.
17
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pertanahan Nasional. 2013. Peta Penggunaan Lahan skala 1:250.000. BPN,
Jakarta.
BBSDLP (Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian). 2013. Peta-Peta
Sumberdaya Tanah dan Potensi Sumberdaya Lahan skala 1:250.000. BBSDLP,
Bogor
Balitklimat (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi). 2003. Peta sumberdaya
iklim Indonesia skala 1:1.000.000. Balitklimat, Puslitbang Tanah dan
Agroklimat, Bogor.
BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian). 2012-2014. Peta-Peta Zona Agro
Ekologi (AEZ) Kabupaten. Badan Litbang Pertanian, Bogor
Eviati dan Sulaeman. 2011. Petunjuk teknis analisa kimia tanah, tanaman, air, dan
pupuk. Edisi- 3. Balai Penelitian Tanah, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan
Pertanian, Bogor. 136 hal.
FAO. 1976. A Framework of land Evaluation. FAO Soil Bulletin No. 6, Rome.
Kementerian Kehutanan. 2013. Peta Kawasan Hutan skala 1:250.000. Kemenhut,
Jakarta.
Kementerian Pertanian. 2013. Peta Lahan Sawah Baku skala 1:5.000 (Jawa) dan
skala 1:20.000 (luar Jawa). Kementan, Jakarta.
Marsoedi, Ds, Widagdo, J. Dai, N. Suharta, Darul SWP, S. Hardjowigeno, J. Hof , dan
ER Jordens. 1997. Pedoman klasifikasi landfrom. Laporan Teknis No. 5 Versi 3.0.
Proyek LREP II, Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Bogor.
Oldeman, L.R. 1979. An agroclimatic map of Java and Madura, scale 1:2,500,000.
Contr. Res. Inst of Agric. Bogor.
Ritung, S., K. Nugroho, A. Mulyani, dan E. Suryani. 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi
Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Edisi Revisi. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 161 hal.
Schmidt, F.H., and J.H.A.Ferguson. 1951. Rainfall types based on wet and dry period
ratios for Indonesia with Western New Guinea. Verh. No. 42. Djawatan
Meteorologi dan Geofisik, Jakarta.
Soil Survey Staff. 2014. Keys to Soil Taxonomy. 12nd ed. USDA Natural Resources
Conservation Service. Washington DC.
Subardja, D., S. Ritung, M. Anda, Sukarman, E. Suryani, dan R.E. Subandiono. 2014.
Petunjuk teknis klasifikasi tanah nasional. Edisi Pertama. Balai Besar Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, Badan Litbang Pertanian, Bogor. 45 hal.
4 5 6
2 3
1
KAB. BULUKUMBA
KAB. BANTAENG
KAB. JENEPONTO
KAB. GOWA
KAB. SINJAI
Kec. Bantaeng
Kec. Batang
Kec. Biringbulu
Kec. Bissappu
Kec. Bontolempangan
Kec. Bulukumpa
Kec. Bungaya
Kec. Eremerasa
Kec. Gantarang
Kec. Gantarangkeke
Kec. Kelara
Kec. Kindang
Kec. Manuju
Kec. Pa'Jukukang
Kec. Parigi
Kec. Rilau Ale
Kec. Rumbia
Kec. Sinjai BaratKec. Sinjai Borong
Kec. Sinjai Selatan
Kec. Sinoa
Kec. Tarowang
Kec. Tinggimoncong Kec. Tombolo Pao
Kec. Tompobulu
Kec. Turatea
Kec. Uluere
S. Banga
S. Baringang
S. Paleai
S. Dotara
S. M alino
S.Berang
S. Ponto
S. Bua
S. Bijawa ng
S.Kausisi
S. Ba lan tiye ng
S . Blalo
S.La
ntebo
ng
PULLAWENG
TOLO
Malino
Malakaji
SR
SR
ST
ST
RS
SR
STSR
SR
ST
ST
RS
TT
P-2
ST
P-1 TT
TR
ST
TRP-1
TT
P-1
TR
TR
TR
P-1
TR
ST
ST
ST
TR
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:150.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
PETUNJUK LETAK PETA
KAB. BANTAENG
0 2 4 6 8 101Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri
Jalan Kolektor
Jalan Lain
Jalan Lokal
Jalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas Kabupaten
!. Ibukota Kabupaten! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Makassar
Palopo
Kendari
Bau-Bau
Majene
Polewali Mandar
Mamasa
Mamuju
Mamuju Utara
Kepulauan Selayar
BulukumbaBantaeng
JenepontoTakalar
Gowa SinjaiMaros
Pangkajene Dan Kepulauan
BarruBone
Soppeng
Wajo
Sidenreng RappangPinrang
EnrekangLuwu
Tana Toraja
Luwu UtaraLuwu Timur
Toraja Utara
Banggai KepulauanMorowaliPosoSigi
Buton
Muna
Konawe
Kolaka
Konawe Selatan
Bombana
Kolaka Utara
Buton Utara
Konawe Utara
123°
123°
121°30'
121°30'
120°
120°
118°30'
118°30'
-3° -3°
-4°30
'
-4°30
'
-6° -6°
Batas KawasanKawasan Jagung2
Batas Kecamatan
Jalan Kereta Api Jalur Tunggal
Jalan Kereta ApiJalur Ganda
Ha %LAHAN INTENSIFIKASI
TT Peningkatan produktivitas dan IP tinggi 2.436 16,79TR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendah 6.709 46,24ST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggi 3.511 24,20SR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendah 988 6,81RS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang 427 2,95
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1 196 1,35P-2 Perluasan lahan prioritas 2 240 1,65
14.508 100,00
LEGENDALUAS
T O T A L
SIMBOL URAIAN
KAB. BULUKUMBA
KAB. BANTAENG
KAB. GOWA
KAB. SINJAI
KEC. BONTOLEMPANGAN
KEC. KINDANG
KEC. PARIGI
KEC. SINJAI BARAT
KEC. TINGGIMONCONG
KEC. TOMBOLO PAO
KEC. TOMPOBULU
KEC. ULUERE
Salo KausisiJene Berang
Kaloro Binjulang
Kaloro Arango
Salo Barekangang
Salo Jeppara
Kaloro Tassoso
Salo Porong
Salo Singgang
Lengkese
Parangkeke
BuluballeaLembanaSilanggaya Lembanna
BatuleppaAlluna
KanrojoTakjanjoa
Maddako
Tossoso
Patinoang
Balantijeng
Tabbuakang
Bulu Singgang
Bulu Panring
Bulu Ramma
Bulu Sarongan
Bulu Sarobaiya
Bulu Kalimbungang
Bulu Patinoang
Bulu Bawakaraeng
Bulu Baria
Bulu Ganting
Bulu KacaMoncong Assumpolong
Bulu Porong
Bulu Tinggi
Moncong Lompobattang
Salo B ij awangSalo Reang
Salo Jeppara
Salo BelluluSalo Arango
Salo Poron g
Salo Bintula
Salo
Mam i
ngko
Salo Takapala
Sa lo Takapa la
Balantijeng
Salo Barekangan g
Salo Singgang
Balang Kadaka
Balang Dondole
Balang Coro
SaloTanggara
Salo Manapa
Salo Kau sisi
Salo Paran g
120°
120°
119°58'30"
119°58'30"
119°57'
119°57'
119°55'30"
119°55'30"
119°54'
119°54'
119°52'30"
119°52'30"
-5°16
'30"
-5°16
'30"
-5°18
'
-5°18
'
-5°19
'30"
-5°19
'30"
-5°21
'
-5°21
'
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 1 )
BANTAENG 1
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN
KAB. BULUKUMBA
KAB. BANTAENG
KAB. JENEPONTO
KAB. GOWA
KEC. BANTAENG
KEC. EREMERASA
KEC. KINDANG
KEC. RUMBIA
KEC. SINOA
KEC. TOMPOBULU
KEC. ULUERE
Parangtallasa
BuakangpaliangKaciciKambutatoa
Kayucolo
KambutaberuBungayaBoro
Salekowa
Lamberia
Batupangkaya
Balewang
Buakamalong
Bongki
Kampungbaru
Bangkengponto
Lanying
Cidondong
Parringparring
Mapung
Panjang
Bawa
Lalejengang
Batumegung
Sangga Timur
Bontobuakang
Jambi
Timalang
Sarea
Pabentengan
Libboa
Pangngai
BengkengbukiParang
Teko
Barakassi
Pasui
Ballatujua
Jambua
Gamacaya
Kayuloe
Bontojongga
Babangeng
Bulobulo
Kassikassi
Pakalabbua
Binamongan
Borongtarampang
Rallang
Pabulengan
Parepareang
Balangtiddi
Bulobuloa
Sinoa
Parasangngangberu
Lapporo
Talakaya
Lapara
Bontoa
Bataya
Jannajannaya
Loka
Tamona
Paranga
Bungloe
Borontangnga
Barebe
Patumbu
Bukkulu
Garege
Pappuneangang
Torrobong
Ranaloe
KapasaTiu
Labagau
BorongloeSinea
Betabataya
Lembaya
Minasabaji
Buluporong
Biringbalang
LembangbuneParangtulauk
Borongbangkasa Parangkeke
Bengkengromang
Biringromang
Moncong Cibod Moncong Parringparring
Moncong Tallasi
Moncong Loduong
Moncong Gimbara
Moncong Tallasak
Moncong Biyanglowe
Moncong Samu
Moncong Lojong
Moncong BuakangMoncong Loka
Moncong Samabintung
Moncong Saraung
Bulu Panjang
Ba langP anaikang
Balang Kairu
BalangCalendu
Balang Sinoa
Balang Lembangcina
Balang Tino
Salo Maesa
Balang Kadaka
Balang Kadaka
Bal angK assikassi
Balang Bilanggu Balang Kassikassi
B alang
Pappu
neangang
Salo Singgang
Balang Tanrang
Balang Cinaiya
BalangKaliki
Balan
g Kayu
lo e
Balang Tinungang
Balang Biyanglowe
Balang Erasa
SR
ST
SR
SR
STSR
TR
SRSR
SR SR
ST
ST
ST
ST
SR
SR
ST
120°
120°
119°58'30"
119°58'30"
119°57'
119°57'
119°55'30"
119°55'30"
119°54'
119°54'
119°52'30"
119°52'30"
-5°24
'
-5°24
'
-5°25
'30"
-5°25
'30"
-5°27
'
-5°27
'
-5°28
'30"
-5°28
'30"
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 2 )
BANTAENG 2
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN
KAB. BULUKUMBA
KAB. BANTAENG
KEC. EREMERASA
KEC. GANTARANG
KEC. GANTARANGKEKE
KEC. KINDANG
KEC. RILAU ALE
KEC. TOMPOBULU
Tanetea
Enre
Nana
BiringngerePattaneteang
BontotalluBunging
Katabung
Taccepe
Kasimburang
Biringkulepang
Bungi
Borongrapoa
Galungboddong
Palipungan
Balimbing
Batubatu
Tokajang
Balleanging
Garantungan
Borongganjeng
Anrihua
Pajjerakangrompoa
Bangsalaya
Palaya
Bungin
Campaga
LokkaSeppang
Karangbulotong
Panaikang
Tonrong
MatiluOroAsaya
Panjang
Bontotappalang
Talle
Cempaga
Kampala
Tamarunang
Camimi
Taruntuk
Nangkaya
Balumbung
Bajeng
BontoaSalaparang
BangkengtabingGanting
Labbo Malewang
Pattiro
Buloa
Asayya
Erengereng
Banyorang
Kimbanong
Beru
Jatia
Dampang
Umbaungbaung
Kaluku
Pamunduran
MotiCoping
Taruttu
Bontobontoa
Taricok
Ompoa
BalangdidiBuki
Bandes KampungsosialPabbaengbaeng
Pasimbungang
Borolloe 1
Bontobulung
Dauling
Mamaungi
Sawere
Borong
Baru
Mattirowalie
Uluparang
Tujuang
Paleoi
Tabuwakang
Paralloe
Baruwa
Kassiloe
Pamanggolo
Borongkapala
Galumberu
Borolloe 2
Kantisang
Lembang
Batukombong
Landaya
Batulabbu
Gantarangkeke
Uluparangtujuang
Bulu Kayutaning
Bulu Buki
Bulu Panjang
Salo Maesa
Salo Erengereng
Salo Biyanglo e
Salo Kaloling
Salo Lu
mpang
an
Jene Lele
Jene B
anyora
ng
Sa lo Moti
Salo Turuwele
Salo
Nipani
pa
Sa lo Biyangkeke Salo Kalumeme
Salo Katabung
Salo Bijawang
JeneBiyangp okol
Salo Batukanre
Salo Bintanaja
Salo Bialo
Salo Reang
Salo Kirasa
Salo Uluparang
SR
SR
ST
ST
SR
ST
ST
TR
TR
TR
ST
ST
ST
TR
TR
ST
ST
ST
STTR
TR
120°7'30"
120°7'30"
120°6'
120°6'
120°4'30"
120°4'30"
120°3'
120°3'
120°1'30"
120°1'30"
120°
120°
-5°24
'
-5°24
'
-5°25
'30"
-5°25
'30"
-5°27
'
-5°27
'
-5°28
'30"
-5°28
'30"
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 3 )
BANTAENG 3
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN
KAB. BANTAENG
KAB. JENEPONTO
KAB. GOWA
KEC. BATANG
KEC. BIRINGBULU
KEC. BISSAPPU
KEC. KELARA
KEC. RUMBIA
KEC. TAROWANG
KEC. TOMPOBULU
KEC. TURATEA
Benrong
Bontonompo
BontomanaiLantang
GantarangBungungtaipa
Campagaloe 1
KasisangSaroanging
Kanangkanang
Campagaloe 2
Pangi
Bontobangun
Tombotombolo
Lassangtene
Batulappo
Goyang
Laulo
TanggakangRara
Bontobaru
Cambalompoa
Bontowa
Beru
Bontokatangka
LabalabaBungungkoncia
Sepe
Taroang
Allu
Bendi
Bontorappo
Borongloe
Kalangko
Bumbungloe
BorongbilalangTolotoa
Bungunglompoa
Canda
Bontomanai Selatan
Bontolembang
Bontoparang
BongkigalungMataera
Bungungkanunang
Lembalemba
Mangngaungi
CampagaloeBatucidu
Katomara
BontoreaSaropo
Punagaya
Pamanjengan
Panrangpanrang
Rannaya
Sunggumanai
Kalonarang
Mattoangin
SungguarengPitape
Munteh
Bungungbarana
Aung
TalambuaLappara
BontolebangLantaka
Palambuta
Buloe
Mangepong
Paborongan
Gundanga
Tabassi
ParangparangUmah
Parasanganberu
Gantinga
Bunia
Saluka Balaloe
Kaluku
Bontojannang
KunjungmangeBontosunggu
Sarroangin
Parangsangberu Cambalangkasa
Labbotangnga
Ulugalung
Jonggea
Pao
Baru
Tompokelara
Bontomanai UtaraBalombong
Romangloe
Ballaborong
Bontosampiri
Bontorannu
Borongkaramasa
BangkengtabingCiniayo
Paranglabbua
TalemboBontobado
TonroritaSampakang
Papasangtiangotere
Kapoloe
Paranaking
Pataum
PanyawakanGiring
Bangkala
Cambajawa
KarampuangBungungcarameng
Samataring
TaringPaparigi
Ramba
Pabaengbaeng
Pasaukang
Lajaya
Bulobulo
Moncong Anginangin
Moncong Lompoa
Moncong Larangang
Moncong Pasaukang
Moncong Tabinggoyang
Ujungbori
Balang Likoloe
Balang Nara
Balan
g Ti no
Balang Cappong Balang KandoroBa langJokoBa
lang Bu
ngungc
amba
Bala ng Taring
Balang P ataum
Balang Loe
Balan
g All u
Balang
Palapalasa
Balang Sippringa
SR
ST
119°52'30"
119°52'30"
119°51'
119°51'
119°49'30"
119°49'30"
119°48'
119°48'
119°46'30"
119°46'30"
119°45'
119°45'
-5°31
'30"
-5°31
'30"
-5°33
'
-5°33
'
-5°34
'30"
-5°34
'30"
-5°36
'
-5°36
'
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 4 )
BANTAENG 4
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN
KAB. BANTAENG
KAB. JENEPONTO
KEC. BANTAENG
KEC. BISSAPPU
KEC. EREMERASA
KEC. PA'JUKUKANG
KEC. SINOA
KEC. TAROWANG
KEC. ULUERE
Bangkalaloe
Galunggalung
Pundinging
Parigi
Beru
Batunapara
BarabarayaSalekkoa
Bugis
Eraerasa
Parang
Pamilangang
Jannajannaya
Bissapu
Papuangkanunang
Bungungdande
Lemoa
Dokidoki
ParanglabbuaBeloparang
Bontobosi
Salluwang
Bungungkatamung
Karamaja
Panaikang
Parampang
Kalimbungang
Sasaya
Kaili
CabodoTanggatangga
Tappanjeng
Borongkalukua Lantebong
Tompong
LamalakkaPasarongi
Rapoa
LumpangangGusungBiringkasi
Lembang
Kalimbaung
Mappilawing
Sampara
Garegea
Lembangcina
Pabineang
BelangLebangparang
Talatala
Pattung
Bontorita
Erasa
Kasiping
Lembangloe
Borongganjing
Punrombo Samata
PabulengangBonde
BatupakeKaratuang
Baranaloe Baturuyung
AlluDapoko
Ulugalung
Mamampang
Bontosapiri
Bontoraja
BambalaMangempong
BontolonrongParoppi
Arakeke
Baraya
BontobontoPapangcamba
Malero
Jambua
Ceddo
Mattoanging
Bontobune
Pandangpandang
Saroanging
Kassikassi
Bontoujung
Paccinongan
TinotowaTaipacanika
Batulang
ParangsialaParanga
Balangloe
Kayuloe
Moncong Pontoatu
Ujung
Balang Panaikang
Balang Kairu
Balang
Tino
Balang Sinoa
Balang Kas sika
ssi
Balang Loe
Balang Tino
Binang
a Lamalakka
SR ST
RS
RS
RS
SR
SR
ST
SR
ST
ST
ST ST
RSST
ST
RS
SR
SRST
ST
ST
TT
RS
TT
P-2
ST
ST
P-1
ST
TTTR
ST
ST
TT
TT
120°
120°
119°58'30"
119°58'30"
119°57'
119°57'
119°55'30"
119°55'30"
119°54'
119°54'
119°52'30"
119°52'30"
-5°31
'30"
-5°31
'30"
-5°33
'
-5°33
'
-5°34
'30"
-5°34
'30"
-5°36
'
-5°36
'
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 5 )
BANTAENG 5
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN
KAB. BULUKUMBA
KAB. BANTAENG
KEC. GANTARANG
KEC. GANTARANGKEKE
KEC. PA'JUKUKANG
Landang
TabuwakangKandangkunyi Dampang
Borongkaluku
Pasangrangang Tombolo
Batukaraeng
Palanjung
Bateballajanaya
Papangcamba
Sabbanyangtua
KampungbaruBatuloe
Bungaya 1
Borongjatia
Paramoroa
Sabbanyang
Kassikassi
Tanetea
Nipanipa
BombongGallea
Bateballa
Makanninong
Beria
Batumanaik
Bakara
Ujungkatinting
PalingangMambalie
Bontosunggu
Bontobannaku
Bungaya 2
Bulobuloa
Papaloi
Langiria
Lele
Moti
Ganggangbaku
Saroanging
BorongrikasiDusoru
Sawere
Borongcendranae
Palimasang
Bontobontotanae
Paropoa
Lavoa
Tabukkeng Pundoli
Jampue
Kalebongaloe
Kampungberu
PasirputihSapamayo
Bungunroa
Kamangi
Borongpelenge
Batumasila
Bordan
PanoangKorongbatu
BalecoKalamassang
Lassanglassang
Panyutana
Bontomatene
Matoanging
Salo Lumpangan
Salo Moti
Salo Kalolin g
Sal o Tu ruwele
SaloN
ipanipa
Salo B
iyasa
Je neLe
le
S alo
Biyangkek
e
SaloP
omosa
SaloTa ru ng
ngatu
Salo Panoang
Salo
Tarun
gnga
tu
S alo Kalamassang
Salo Kaloroloe
Salo Korongbatu
ST
ST
TR
TR
TT
ST
ST
ST
STST
TR
TRP-1
TR ST
TR TT
TT
TT
TT
P-1
TR
TR
TR
TR
P-1
TT
ST
TR
ST TR
TR
ST
TRST TR
ST
ST
TR
TT
TT
120°7'30"
120°7'30"
120°6'
120°6'
120°4'30"
120°4'30"
120°3'
120°3'
120°1'30"
120°1'30"
120°
120°
-5°31
'30"
-5°31
'30"
-5°33
'
-5°33
'
-5°34
'30"
-5°34
'30"
-5°36
'
-5°36
'
PETA PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNGKABUPATEN BANTAENG
PROVINSI SULAWESI SELATAN
KEMENTERIAN PERTANIAN2015
1:50.000
:
Peta Dasar: Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:50.000, Badan Informasi Geo SpasialPeta Batas Administrasi: Peta wilayah administrasi desa digital, BPS, 2010Proyeksi Peta: Geografis
4 5 6
2 3
1
Kab. Bulukumba
Kab. Bantaeng
Kab. Jeneponto
Kab. Gowa
Kab. Sinjai
120°
120°
119°45'
119°45'
-5°15
'
-5°15
'
-5°30
'
-5°30
'
PETUNJUK LETAK PETA
( LEMBAR 6 )
BANTAENG 6
0 0,5 1 1,5 2 2,50,25Km
LEGENDA UMUM
Jalan Arteri Jalan KolektorJalan Lain Jalan LokalJalan Setapak
Jalan
Batas administrasi
!
! Batas Provinsi
!!
!! !
! Batas KabupatenBatas Kecamatan
!. Ibukota Kabupaten ! Ibukota Kecamatan# Gunung/Puncak
Sungai, saluran dan garis pantai
Jalan Tol
Batas Kawasan
Jalan Kereta Api Jalur TunggalJalan Kereta ApiJalur Ganda
Kawasan Jagung2
LAHAN INTENSIFIKASITT Peningkatan produktivitas dan IP tinggiTR Peningkatan produktivitas tinggi dan IP rendahST Peningkatan produktivitas sedang dan IP tinggiSR Peningkatan produktivitas sedang dan IP rendahRS Peningkatan produktivitas rendah dan IP sedang
LAHAN EKSTENSIFIKASIP-1 Perluasan lahan prioritas 1P-2 Perluasan lahan prioritas 2
LEGENDASIMBOL URAIAN