salinan - depkop.go.id · ras, suku, agafrta', kebangsaan, keanggotaan kelompok sosial...

23
SALINAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125TAHUN 2016 TENTANG PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI DENGAN RAHMATTUHANYANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasel 27 ayat (21 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, perlu menefapkan Peraturan Presiden tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri; Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945; Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3882); 2. MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI. PENANGANAN BAB I

Upload: phunghuong

Post on 31-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SALINAN

PRESIDENREPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 125TAHUN 2016

TENTANG

PENANGANAN PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI

DENGAN RAHMATTUHANYANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasel 27 ayat (21

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan

Luar Negeri, perlu menefapkan Peraturan Presiden tentang

Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri;

Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

IndonesiaTahun 1945;

Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang

Hubungan Luar Negeri (kmbaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan kmbaranNegara Republik Indonesia Nomor 3882);

2.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN PRESIDEN TENTANG

PENGUNGSI DARI LUAR NEGERI.

PENANGANAN

BAB I

rr t{ E ti )El.JRtr Pl.l R L,.li( INI-lOl'll:-iil/\

-2-BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:

1. Pengungsi dari Luar Negeri, yang selanjutnya disebutPengungsi adalah orang asing yang berada di wil,ayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia disebabkan karenaketakutan yang beralasan akan persekusi dengan alasanras, suku, agafrta', kebangsaan, keanggotaan kelompoksosial tertentu, dan pendapat politik yang berbeda sertatidak menginginkan perlindungan dari negara asalnyadan/atau telah mendapatkan status pencari suaka ataustatus pengungsi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa melaluiKomisariat Tinggi Urusan Pengungsi di Indonesia.

2. Pemulangan Sukarela adalah kegiatan memulangkanPengungsi ke negara asal Pengungsi secara sukarela.

3. Notifikasi Kekonsuleran adalah komunikasi resmi yangdisampaikan oleh menteri yang menyelenggaralan urusanpemerintahan di bidang hubungan luar negeri dan politjkluar negeri kepada perwakilan negara asing atau sebaliknyayang berisi pemberitahuan tentang warga negara asing yangbermasalah atau meninggal.

4. Pencarian dan Pertolongan adalah segala usaha dankegiatan mencari, menolong, menyelamatkan, danmengevakuasi manusia yang menghadapi keadaan daruratdan/atau bahaya dalam kecelakaan, bencana, atau kondisimembahayakan manusia.

5. Menteri adalah menteri yang mengoordinasikan urusanpemerintahan di bidang politik, hukum, dan keamanan.

6. Rumah. . .

6.

7.

(1)

(2)

rrRE:itDEt..iF{EPt J Lt t_tt(. ..lDO t.t E.i tA

-3-Rumah Detensi Imigrasi adalah unit kerja di lingkungankementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang hukum dan hak asasi manusia yangmelaksanakan urusan pendetensian orang asing.

Kantor Imigrasi adalah unit keq'a di lingkungankementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang hukum dan hak asasi ranusia yangmelaksanakan urusan keimigrasian.

Pasal 2

Penanganan Pengungsi dilakukan berdasarkan kerja samaantara pemerintah pusat dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi diIndonesia dan/atau organisasi internasional.

Organisasi internasional sebagaimana dimaksud pada ayat(1) merupakan organisasi intemasional di bidang urusanmigrasi atau di bidang kemanusiaan yang memilikipe{anjian dengan pemerintah pusat.

Penanganan

Pasal 3

Pengungsi memperhatikan ketentuaninternasional yang berlaku umum dan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 4

(1) Penanganan Pengungsi dikoordinasikan oleh Menteri.

(2) Koordinasi sebagqimana dimaksud pada ayat (1) dilakukandalam rangka perumusan kebijakan, meliputi:

a. Penemuan;

b. Penampungan;

c. Pengamanan . . .

#pPRESIDEI.I

llF,PUtsLll( i DO t.r l'_'i lA

-4-c. Pengamanan; dan

d. Pengawasan keimigrasian.

(3) Dalam perumusan kebiiakan sebagaimana dimaksud padaayat (2) menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang hubungan luar negeri dan politikluar negeri menyampa.ikan pertimbangan kepada Menteri.

BAB II

PENEMUAN

Pasal 5

Penemuan Pengungsi dalam keadaan darurat di perairanwilayah Indonesia dikoordinasikan dan dilaksanakan olehlembaga yang menyelen urusan di bidang Pencariandan Pertolongan.

Pasal 6

Lembaga yang menyelenggarakan urusan di bidang Pencarian

dan Pertolongan melaksanalan operasi Pencarian danPertolongan terhadap kapal yang diduga berisi Pengungsi yang

melakukan panggilan darurat,

Pasal 7

Operasi Pencarian dan Pertolongan sebrgaimena dimaksuddalam Pasal 6 dapat melibatkan instansi terkait, meliputi:

a. Tentara Nasional Indonesia;

b. Kepolisian Negara Republik Indonesia;

c. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang perhubungan;

d. lembaga. , .

d.

I II? I::] ID ENIl:11:-trl-l []l.l l( ll I l)ol.l [1; l,/\

-5-lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang keamanan dan keselamatan laut atau yang disebutdengan nama Badan Keamanan L€.ut; ataukementerian/lembaga pemerintah nonkementerian terkaitlainnya yang melaksanakan tugas di perairan wilayahIndonesia.

Pasal 8

Instansi terkait sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 yutgmenemukan Pengungsi dalam keadaan daruratberkoordinasi dengan lembega yang menyelenggarakanurusan di bidang Pencarian dan Pertolongan.

Masyarakat yang menemukan' Pengungsi dalam keadaandarurat melaporkan kepada lembagamenyelenggarakan urusan di bidang PencarianPertolongan.

Pasal 9

Pengungsi yang ditemukan dalam keadaan darurat segeradilakukan tindakan berupa:

a. memindahkan Pengungsi ke kapal penolong jika kapal akantenggelam;

b. membawa ke pelabuhan atau daratan terdekat jika aspekkeselamatan nyawa Pengungsi dalam keadaan terancam;

c. mengidentilikasi Pengungsi yang membutuhkan bantuanmedis gawat darurat;

d. menyerahkan orang asing yang diduga Pengungsi kepadaRumah Detensi Imigrasi di pelabuhan atau daratanterdekat.

(1)

(21

yang

dan

Pasal 1O;

ffiF't<E:itDE.t\l

Ht-rrlJ r,] l { It.lD o I lt,_ 1; t/\

-6-Pasal 10

Dalam hal di pelabuhan atau daratan terdekat belum terdapatRumah Detensi Imigrasi sebagoim6rr" dimaksud dalam Pasal 9huruf d, penyerahan Pengungsi dilakukan kepada KantorImigrasi di wilayah setempat.

Pasal 11

Dalam hal di pelabuhan atau daratan terdekat belum terdapatRumah Detensi Imigrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9huruf d dan Kantor Imigrasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 10, penyerahan Pengungsi dilakukan kepada KepolisianNegara Republik Indonesia setempat.

Pasal 12

Kantor Imigrasi selagaim€ul4 dimaksud dalam Pasal 1O danKepolisian Negara Republik Indonesia yang menerimapenyerahan Pengungsi segera menghubungi Rumah DetensiImigrasi di wilayah kerjanya untuk menyerahkan Pengungsi.

Pasal 13

(1) Tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal t huruf d,Pasal 10, Pasal 11, dan Pasal 12 dituangkan dalam beritaacara.

(2) Petugas Rumah Detensi Imigrasi melakukan pendataanmelalui pemeriksaan:

a. dokumen peq'alanan;

b. status keimigrasian; dan

c. identitas.

(3) Dalam . . .

PRESIDEN]Il EPU B LII( IN DO N ESIA

-7 -

(3) Dalam hal hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud padaayat (21 terdapa.t orang asing yang menyatakan diri sebagaiPengungsi, petugas Rumah Detensi Imigrasi berkoordinasidengan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kantorKomisariat Tinggi Urusan Pengungsi di Indonesia.

Pasal 14

Dalam hal Pengungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ditemukan meninggal, lembaga yang menyelenggarakan urusandi bidang Pencarian dan Pertolongan berkoordinasi dengan:

a. IGpolisian Negara Republik Indonesia melalui timidentifikasi korban bencana (disaster victim identifimtiorluntuk melakukan identifikasi; dan

b. Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang hukum dan hak asasi manusia melalui RumahDetensi Imigrasi untuk melakukan pendataan.

Pasal 15

Tim identifikasi korban bencana ldisa,ster victim identification)dan Rumah Detensi Imigrasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 14 menyampaikan informasi atas hasil identifikasi danpendataan kepada kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hubungan luar negeri danpolitik luar negeri.

Pasal 16

(1) Berdasarkan informasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 15, menteri yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang hubungan luar negeri dan politikluar negeri menyampa.ikan Notilikasi Kekonsuleran yangberisikan informasi kematian dan penangan an jenazahkorban kepada perrrakilan diplomatik negara asal korban.

(2) Dalam. . .

Fl{L.Sll)El.l11[PrJ [J t_ ( It.]DOHI._..-;I/\

-8-(2) Dalam hal negara asal korban menyepakati pemakaman

dilakukan di wilayah Indonesia, Kepolisian Negara RepublikIndonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerahkabupaten/kota setempat untuk memakamkan jenazahkorban meninggal.

(3) Apabila dalam jangka walctu 1x24 (satu kali dua puluhempat) jam negara asal korban tidak memberikan klarilikasipenanganan jenazah korban, Kepolisian Negara RepublikIndonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerahkabupaten/kota setempa.t untuk memakamkan jenazah

korban meninggal.

(4) Dalam hal terdapat permintaan keluarga korban untukmemulangkan jenaz,ah korban ke negara asal namunperwakilan diplomatik negara asal korban tidak dapatmemprroses pemulangan tersebut, menteri yangmenyelenggarakan uruaan pemerintahan di bidanghubungan luar negeri dan politik luar negeri melakukankeqia sama dengan organisasi intemasional yangmenangani urusan kemanusiaan untuk memulangkanjenezeh korban.

Pasal 17

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penemuanPengungsi dalam keadaan darurat di perairan wilrvahIndonesia diatur dengan Peraturan Kepala lembaga yangmenyelenggarakan urusan di bidang Pencarian dan PertolonganseteLah berkoordinasi dengan Menteri.

Pasal 18

(1) Instansi terkait yang menemukan Pengungsi di daratanberkoordinasi dengan Kepolisian Negara RepublikIndonesia, untuk pengamanan.

(2) Masyarakat . . .

(2t

FTRE5IDEI.]Ittrt,l.r E l_t t1. I r'l Dor.t E'it/\

-9-Masyarakat yang menemukan Pengungsi di daratanmelaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia,untuk pengamanan.

Pasal 19

Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimanadimaksud dalam Pasal 18 menyerahkan Pengungsi kepadaRumah Detensi Imigrasi.

Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkandalam berita acara.

Pasal 20

Petugas Rumah Detensi Imigrasi melakukan pendataanmelalui pemeriksaan terhadap:

a. dokumen pe{alanan;

b. status keimigrasian; dan

c. identitas.

Dalam hal hasil pemeriksaan ssfageimana dimalsud pada

ayat (i) terdapat orang asing yang menyatakan diri sebagaiPengungsi, petugas Rumah Detensi Imigrasi berkoordinasidengan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui kantorKomisariat Tinggi Urusan Pengungsi di Indonesia.

Pasal 21

Dalam hal Pengungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal18 ditemukan meninggal Kepolisian Negara RepublikIndonesia menugaskan tim identifikasi korban bencana

{disaster uictim identification/ untuk melakukan identilikasi.

(1)

(21

(1)

(21

(i)

(2) Kepolisian . . .

f,,"i"-

PRESIDEI.]REtrLlHL.tl{. Ir.tDor'lr tSrA

-10-

(2) Kepolisian Negara Republik Indonesia berkoordinasi dengankementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintatrandi bidang hukum dan hak asasi manusia melalui RumahDetensi Imigrasi untuk melakukan pendataan.

Pasel22

Tim identifikasi korban bencana (diso.ster uictim identificahon)dan Rumah Detensi Imigrasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 21 menyampaikan informasi atas hasil identilikasi danpendataan kepada kementerian yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hubungan luar negeri danpolitik luar negeri.

Pasal 23

(1) Berdasarkan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

22 menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang hubungan luar negeri dan politik luar negerimenyampaikan Notifrkasi Kekonsuleran yang berisikaninformasi kematian dan penanganan jenazah korbankepada perwakilan diplomatik negara asal korban.

(2) Dalam hal negara asal korban menyepakati pemakarnandilakukan di wilayah Indonesia, Kepolisian Negara RepublikIndonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerahkabupaten/kota setempat untuk memakamkan jenazah

korban meninggal.

(3) Apabila dalam jangka waktu 1x24 (satu kali dua puluhempat) jam negara asal korban tidak memberikan klarilikasipenanganan jenazah korban, Kepolisian Negara RepublikIndonesia berkoordinasi dengan pemerintah daerahkabupaten/kota setempat untuk memakamkan jenazahkorban meninggal.

(4) Dalam . . .

trR[5lDEt'.1RE.Pl.t U r..[( ! Do I'tE1j tA

- 11-

(a) Dalam hal terdapat permintaan keluarga korban untukmemulangkan jenazah korban ke negara asal namunperwakilan diplomatik negara asal korban tidak dapatmemproses pemulangan tersebut, menteri yangmenyelenggarirkan urusan pemerintahan di bidanghubungan luar negeri dan politik luar negeri melakukanke{a sarna dengan organisasi internasional yangmenangani urusan kemanusiaan untuk memulangkanjenazah korban.

BAB III

PENAMPUNGAN

Pasal 24

Rumah Detensi Imigrasi berkoordinasi dengan pemerintahdaerah kabupaten/kota setempat untuk membawa danmenempatkan Pengungsi dari tempat ditemukan ke tempatpenampungan.

Dalam hal tempat penampungan belum tersedia, Pengungsi

dapat ditempatkan di tempat akomodasi sementara.

Tempat akomodasi sementara sebagaimana dimaksud padaayat (2) ditetapkan oleh bupati/walikota.

Dalam hal pemerintah daerah memanfatkaan barang milikdaerah untuk tempat penampungan bagi Pengungsi,penggunaannya dalam bentuk pemanfaatan pinjam pakaiantara pemerintah daerah dengan Menteri sebagaipemerintah pusat sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

(1)

(21

(3)

(4)

Pasal 25 .

Pt{F_:illlENll L.- Ir I I l,.l L.l l( ll.lDol.lt.-'ilA

-12-

Pasal 25

Penempatan Pengungsi pada tempat penampungan dilakukandengan prosedur:

a. Penyerahan Pengungsi oleh Rumah Detensi Imigrasi kepadapejabat yang ditunjuk oleh pemerintah daerahkabupaten/kota disertai dengan berita acara serah terimaPengungsi dengan melampirkan bukti tanda terima barangmilik Pengungsi kecuali dokumen keimigrasian berupadokumen pe4'alanan, dokumen izin tinggal, dan visa;

b. Penerimaan Pengungsi di tempat penampungan dicatatdalam buku register penampungan;

c. Penyimpanan dan penyerahan barang milik Pengungsidicatat dalam buku register penyimpanan dan penyerahanbarang;

d. Pencatatan Pengungsi bag yang meninggalkan tempatpenampungan untuk sementara dalam buku register keluarmasuk izin sementara;

e. Penempatan Pengungsi dalam ruangan didasarkan padaaspek keluarga, jenis kelamin, usia, kebangsaan, ras, suku,dan agama;

f. Pemisahan Pengungsi yang menderita penyakit menulardan berbahaya untuk dirujuk ke rumah sakit atau fasilitaspelayanan kesehatan tertentu Lainnya;

g. Pemberian kartu identitas khusus untuk Pengungsi olehRumah Detensi Imigrasi; dan

h. Penetapan tata tertib di tempat penampungan oleh pejabatyang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada huruf a.

Pasal 26

(1) Pemerintah daerah kabupaten/kota menentukan tempatpenampungan bagi Pengungsi.

(2) Tempat. . .

t4l

(s)

(2)

(3)

(6)

(1)

PRESIDEI..]RE Ir Il E Llf\ Il'.lDOllESlA

-13_

Tempat penampungan bagi Pengungsi sebageimenadimaksud pada ayat (1) harus memenuhi kriteria:a. dekat dengan fasilitas pelayanan kesehatan dan ibadah;b. berada pada satu wilayah kabupaten/kota dengan

Rumah Detensi Imigrasi; danc. kondisi keamanan yang mendukung.Tempat penampungan sebagairnsna dimaksud pada ayat (l)dapat difasilitasi oleh organisasi internasional di bidangurusan migrasi melalui kementerian yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukumdan hak asasi manusia setelah berkoordinasi denganMenteri.Fasilitasi oleh organisasi intemasional selagaiman4dimaksud pada ayat (3) berupa fasilitas kebutuhan dasarbagi Pengungsi di tempat penampungan.Fasilitas kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud padaayat (4) paling sedikit meliputi:a. penyediaan air bersih;b. pemenuhan kebutuhan makan, minum, dan pakaian;c. pelayanan kesehatan dan kebersihan; dand. fasilitas ibadah.Dalam hal fasilitas kesehatan dan fasilitas ibadahsebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf c dan huruf dtidak tersedia, pemerintah daerah kabupaten/kota dapatmengupayakan di luar tempat penampungan denganmemperhatikan kemudahan akses jangkauan.

Pasl27Pengungsi dengan berkebutuhan khusus dapatditempatkan di luar tempat penampungan yang difasilitasioleh organisasi intemasional di bidang urusan migrasisetelah mendapat izirr dari menteri yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukumdan hak asasi manusia mel,alui unit kerl'a yang menanganiurusan keimigrasian.

l2l lz1rr. . .

(2)

(s)

PRESIDENR ET]LJ R I,-II( INDONT::SI/\

-t4-Izin sebagaimana dimaksud pada ayat il) dikecualikandalam keadaan darurat dan penempatan di luar tempatpenampungan yang masih berada di satu wilayahkabupaten/kota.

Pengungsi dengan berkebutuhan khusus sebagaimanadimaksud pa.da ayat (1) meliputi Pengungsi:

a. sakit;

b. hamil;

c. penyandangdisabilitas;

d. anak; dan

e. lanjut usia.

Penempatan di luar tempat penampungan bagi Pengungsiyang berkebutuhan kleusus sebegairnana dimaksud padaayat (3) dilakukan dengan tujuan untuk memberikanperawatan khusus, dengan ketentuan:

a. diberikan perawatan oleh tenaga medis sesuai dengankebutuhan;

b. anak yang menjadi Pengungsi dibenkan perawatanberdasarkan pada asas kepentingan terbaik untukanak yang menjadi Pengungsi;

c. Pengungsi yang sakit dan memerlukan perawatanditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan; dan

d. Pengungsi yang menderita penyakit menular danberbahaya dirujuk ke rumah sakit atau fasilitaspelayanan kesehatan tertentu lainnya.

Pasal 28

Pengungsi dapat dipindahkan dari satu tempatpenampungan ke tempat penampungan lain dalam rangkapenyatuan keluarga, berobat ke rumah sakit, danpenempatan ke negara ketiga.

(4t

(1)

(2) ?emindahan . . .

(2t

(3)

PRL--SttJEt..lREPUBT_.[( tN tr O H [:3 t/\

- 15-

Pemindahan Pengungsi gslagaimana dimaksud padaayat (1) dikoordinasikan oleh Rumah Detensi Imigrasi.

Pemindahan Pengungsi geSqgaimana dimaksud padaayat (1) dapat difasilitasi oleh organisasi intemasional dibidang urusan migrasi setelah mendapat inn dari menteriyang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidanghukum dan hak asasi manusia melalui Kantor Imigrasi.

Pasal 29

Pencari suaka yang permohonan status pengungsinyaditolak dan ditolak final oleh Perserikatan Bangsa-Bangsamelalui Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi di Indonesiaditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi untuk proses

Pemulangan Sukarela atau deportasi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Selain pencari suaka yang permohonan statuspengungsinya ditolak dan ditolak final sebagaimanadimaksud pada ayat (1), Pengungsi untuk prosespenempatan ke negara ketiga dapat juga ditempatkan diRumah Detensi Imigrasi.

Pasal 30

Setiap Pengungsi wajib mematuhi tata tertib di tempatpenampungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25huruf h, adat istiadat yang berlaku dalam masyarakatsetempat, dan ketentuan peraturan perundang-undangan,

Setiap orang asing sebagai pengungsi yang tidakmematuhi tata tertib di tempat penampungan dan adatistiadat sebagaimena dimaksud pada ayat (1) dikenaitindakan berupa penempatan secara khusus.

(1)

(2)

(i)

(2t

(3) Tindakan. . .

(3)

(4)

PtlEStDEr.rftlr-Frt-lI]l-ll( I I.l D O l.l l'. 'i I /-\

_16_

Tindakan berupa penempatan secara khusus sebagaimanadimaksud pada ayat (2) ditentukan dalam tata tertib ditempat penampungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal25 huruf h.

Setiap Pengungsi yang melanggar ketentuan peraturanperundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat(i) diproses sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

BAB IV

PENGAMANAN

Pasal 31

Pengamanan terhadap Pengungsi pada saat ditemukandilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Instansi pemerintah dan masyarakat setempat yangmenemukan Pengungsi melakukan pengarunan yang

diperlukan dan berkoordinasi dengan atau melaporkankepada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Instansi pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

berkewajiban menciptakan kondisi yang aman gunamenghindari tindak kejahatan.

Pasal 32

Pengamanan terhadap Pengungsi pada tempat penampungandilaksanakan oleh pejabat yang ditunjuk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25 huruf a, berkoordinasi denganKepolisian Negara Republik Indonesia setempat:

a. menjaga agar Pengungsi tetap berada di tempatpenampungan;

b. menciptakan . . .

(1)

(21

(3)

b.

c.

trR[,-]tDEN[? EPLJ E t_tt( tN UT O N F. !i rz\

-77-

menciptakan rasa aman bagi lingkungan sekitar tempatpenampungan;

membuat dan menyosialisasikan tata tertib yang memuatkewajiban dan larangan bagi Pengungsi.

BAB V

PENGAWASAN KEIMIGRASIAN

Pasal 33

Petugas Rumah Detensi Imigrasi melakukan pengawasan

keimigrasian terhadap Pengungsi.

Pengawasan keimigrasian terhadap pengungsi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan padasaat ditemukan, di tempat penampungan dan diluartempat penampungan, diberanglatkan ke negara tujuan,Pemulangan Sukarela, dan pendeportasian.

Pasal 34

Pengawasan keimigrasian terhadap Pengungsi pada saatditemukan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pendataansebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) dan Pasal 2O

ayat (1).

Pasal 35

Pengawasan keimigrasian terhadap Pengungsi di tempatpenampungan dan di luar tempat penampungan dilakukandengan cara:

a. memeriksa ulang identitas dan dokumen Pengungsi sertapengambilan foto dan sidik jari.

(1)

(2t

b. meminta . . .

(1)

(21

c.

tJtltis J E t,lr? L-PU U r- ( .tDOt\l::.1rA

_18_

meminta keterangan yang dituangkan dalam berita acarapemeriksaan dan berita acara pendapat bagi Pengungsidalam rangka penempatan di Rumah Detensi Imigrasi; dan

memberikan surat pendataan atau kartu identitas khususbagi Pengungsi yang diterbitlan oleh kepala Rumah DetensiImigrasi sebagaimana dimaksud pada huruf b setempatyang berlalu selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjangsetiap tahun.

Pasal 36

Pengungsi wajib lapor diri setiap bulan kepada kepalaRumah Detensi Imigrasi sebagaimana dimaksud dalamPasal 35 huruf c setempat untuk mendapat stempel padakartu identitas Hlusus pada saat berada di tempatpenampungan.

Pengungsi yang tidak melaporkan diri selama 3 (tiga) kaliberturut-turut tanpa alasan yang dapat diterima,ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi.

Pasal 37

Pengawasan keimigrasian terhadap Pengungsi dalam rangkadiberangkatkan ke negara tujuan dilakukan dengan cara:

a. menerima pemberitahuan persetujuan PerserikatanBangsa-Bangsa melalui Komisariat Tinggi UrusanPengungsi di Indonesia yang memuat nama Pengungsi yangdisetujui dan akan ditempatkan ke negara tujuan;

b. menyelesaikan administrasi keberangftatan denganmenerakan izin keluar tidak kembali pada dokumenperl'alanan; dan

c. melakukan penga.waLan keberangkatan dari tempatpenampungan ke tempat pemeriksaan imigrasi terdekat.

Pasal 38 . .

(l)

PRESIDENREPUBLII( INDOI.]ESIA

-19-Pasal 38

Pengawasan keimigrasian terhadap Pengungsi dalamrangka Pemulangan Sukarela dilakukan dengan cara:

a. menerima permohonan Pengungsi yang akan kembalike negara asalnya secara sukarela;

b. menyelesaikan administrasi keberangkatan denganmenerakan izin keluar tidak kembali pada dokumenperjalanan; dan

c. melakukan pengawaLan keberangkatan ke tempatpemeriksaan imigrasi terdekat.

Pemulangan Sukarela sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pasal 39

Pengawasan keimigrasian terhadap pencari suaka yang ditolakpermohonan status pengungsinya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi diIndonesia dilakukan dengan cara:

a. menerima pemberitahuan penolakan status Pengungsi dariPerserikatan Bangsa-Bangsa melalui Komisariat TinggiUrusan Pengungsi di Indonesia;

b. berkoordinasi dengan pejabat yang ditunjuk sebagaimanadimaksud dalam Pasal 25 huruf a untuk mengeluarkanpencari suaka yang ditolak status pengungsinya daritempat penampungan dan menempati<an di Rumah DetensiImigrasi;

c. menyiapkan proses administrasi pendeportasian keluarwilayah Indonesia; dan

(2)

d. melakukan . . .

{iD

I]RESIDI.-I{R EPU B LII( II.IDOIII,:JIA

-20-melakukan pengawalan pendeportasian ke tempatpemeriksaan imigasi terdekat.

BAB VI

PENDANAAN

Pasal 40

Pendanaan yang diperlukan untuk penanganan Pengungsibersumber dari:

a. anggaran pendapatan dan belanja negara melaluikementerian/lembaga terkait; dan/atau

b. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 41

Penanganan Pengungsi pada semua tahapan dilakukan denganmemisahkan Pengungsi dengan kelompok penyelundupanmanusia.

Pasal 42

(1) Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang hubungan luar negeri dan politik luar negeribekeg'a sama dengan menteri yang menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasimanusia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa melaluiKomisariat Tinggr Urusan Pengungsi di Indonesiamenyampaikan data dan informasi Pengungsi kepadaMenteri.

(2). Data...

(21

I]RESIDEI']FlETJU Ei LIK II{ DO I'IES IA

-2t-

Data dan informasi Pengungsi sebagaimana dimaksudpada ayat (1) ditembuskan kepada:

a. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang dalam negeri;

b. menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi bidang hukum dan hak asasi manusial

c. Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan/atau

d. lembaga yang menyelenggaral<an urusan pemerintahandi bidang keamanan dan keselamatan laut atau yangdisebut dengan nama Badan Keamanan Laut.

Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

terdiri atas:

a. dala Pengungsi yang berasal dari Rumah DetensiImigrasi;

b. data Pengungsi yang terdaftar di Perserikatan Bangsa-Bangsa melalui Komisariat Tinggi Urusan Pengungsi diIndonesia;

c. data Pengungsi yang telah disetujui ditempatkan kenegara tujuan;

d. data pencari suaka yang ditolak dan ditolak final; dan

e. data Pengungsi yang kembali ke negara asalnya secarasukarela.

Pasal 43

Dalam hal Rumah Detensi Imigrasi akan melakukanPemulangan Sukarela atau deportasi terhadap deteni yangtidak memiliki dokumen pet'alanan berkoordinasi dengankementerian yang menyelenggarakan urusanpemerintahan di bidang hubungan luar negeri dan politikluar negeri.

(3)

(1)

(2) Kementerian.

I]RESIDEN[{EPII E LIK INDOI.]ESIA

-22-(21 Kementerian yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang hubungan luar negeri dan politikluar negeri melakukan koordinasi dengan perwakilannegara asal Pengungsi yang berada di wilayah Indonesiaatau yang merangkap wilayah Indonesia untukmemberikan dokumen perjalanan dan memfasilitasipemulangan bagi pencari suaka yang ditolak dan ditolakIinal serta pencari suaka yang menyatakan bersediadipulangkan.

(3) Dalam hal perwakilan negara asal Pengungsi tidak dapatmemfasilitasi pemulangan, kementerian yangmenyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukumdan hak asasi manusia bekeda sama dengan PerserikatanBangsa-Bangsa melalui Komisariat Tinggi UrusanPengungsi di Indonesia dan/atau organisasi intemasionaldi bidang urusan migrasi untuk memfasilitasi pemulanganPengungsi.

Pasal 44

Kementerian/lembaga terkait lainnya dapat dilibatkan dalampenanganan Pengungsi sesuai tugas dan fungsinya.

BAB VIII

ETENTUAN PENUruP

Pasal 45

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggaldiundangkan.

Agar . . .

REPUBLIK INDONESIA

-23-

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkanpengundangan Peraturan Presiden ini dengan penempatannya

dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakartapada tanggal 31 Desember 2016

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

JOKO WIDODO

Diundangkan di Jakartapada tanggal 31 Desember 2016

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

YASONNA H. LAOLY

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2016 NOMOR 368

Salinan sesuai dengan aslinyaKEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA

REPUBUK INDONESIAAsisten Deputi Bidang Politik, Hukum,

Deputi Bidang Hukumdanundangan,

q,D