sakit dalam pandangan islam
TRANSCRIPT
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
1/10
Sakit dalam Pandangan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang1. Sakit dalam Pandangan IslamSeiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan umat manusia
secara beramai-ramai memburu kemewahan hidup, disisi lain masih banyak manusia yang
terkungkung dengan penderitaan hidup. Akibat ketidak mampuan mengatasi kesulitan hidupbanyak manusia yang mengalami kegoncangan jiwa karena tertekan oleh suatu kondisi. Kondisi
yang menekan ini membuat jiwanya goncang lalu menimbulkan penderitaan bathin atau muncul
bermacam-macam penyakit pada fisik.
Dalam perjalanan hidupnya didunia, manusia menjalani tiga keadaan penting: sehat, sakit ataumati. Kehidupan itu sendiri selalu diwarnai oleh hal-hal yang saling bertentangan, yang saling
berganti mengisi hidup ini tanpa pernah kosong sedikit pun. Sehat dan sakit merupakan warna
dan rona abadi yang selalu melekat dalam diri manusia selama dia masih hidup. Tetapikebanyakan manusia memperlakukan sehat dan sakit secara tidak adil. Kebanyakan merekamenganggap sehat itu saja yang mempunyai makna. Sebaliknya sakit hanya dianggap sebagai
beban dan penderitaan, yang tidak ada maknanya sama sekali. Orang yang beranggapan
demikian jelas melakukan kesalahan besar, sebab Allah SWT selalu menciptakan sesuatu ataumemberikan suatu ujian kepada hambanya pasti ada hikmah / pelajaran dibalik itu semua. (Q.S.
Shaad : 27).
Walaupun demikian tidak seorang pun menginginkan dirinya sakit, namun kalau dia datangmanusia tidak kuasa untuk menolaknya. Dalam keadaan sakit seseorang selain mengeluhkan
penderitaan fisiknya juga biasanya disertai gangguan/guncangan jiwa dengan gejala ringan
seperti stes sampai tingkat yang lebih berat. Hal ini wajar karena secara fisik seseorang yang
sedang sakit akan dihadapkan kepada tiga alternatif kemungkinan yang akan dialaminya, yaitu :sembuh sempurna, sembuh disertai cacat sehingga terdapat kemunduran menetap pada fungsi-
fungsi organ tubuhnya, atau meninggal dunia. Alternatif meninggal umumnya cukup
menakutkan bagi mereka yang sedang sakit, karena mereka seperti juga kebanyakan diantara kitabelum siap menghadapi panggilan malakul maut. Kecemasan atau ketakutan pada penderita ini,
dapat menyebabkan timbulnya stess psikis yang justru akan melemahkan respons imonologi
(daya tahan tubuh) dan mempersulit proses penyembuhan diri bagi mereka yang sakit.
Menghadapi kondisi seperti ini bimbingan ruhani sangat diperlukan agar jiwa manusia tidakterguncang dan menjadi lebih kuat, yang pada akhirnya akan membantu proses kesembuhan.
Gangguan psikis lainnya yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa, terutama
bagi penderita yang kronis dan susah sembuh. Karena tipisnya aqidah (keimanan) kemudian
muncul keinginan pada diri orang sakit untuk mengakhiri hidup dengan jalan yang tidak diridhaiAllah SWT. Semua ini diakibatkan oleh hilangnya keyakinan kepada rahmat Allah SWT,
sehingga kadang kala ada pasien yang sengaja meninggalkan ibadah sehari-hari, seperti doa,
dzikir, atau sholat. Akibatnya semakin gersanglah nurani orang sakit tersebut dari sibghah ilahirabbi.
Sakit sebagai salah satu ciptaan Allah SWT yang ditimpakan kepada manusia juga pasti ada
maksudnya. Salah satu hikmah Allah SWT kepada hamba-Nya adalah sebagai ujian dan cobaanuntuk membuktikan siapa-siapa saja yang benar-benar beriman. Firman Allah SWT :
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
2/10
Artinya : 214- Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang
kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa
oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnyapertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S. Al Baqarah
: 214).
Demikianlah Allah SWT akan menguji hamba-hamba-Nya dengan kebaikan dan keburukan. Diamenguji manusia berupa kesehatan, agar mereka bersyukur dan mengetahui keutamaan Allah
SWT serta kebaikan-Nya kepada mereka. Kemudian Allah SWT juga akan menguji manusia
dengan keburukan seperti sakit dan miskin, agar mereka bersabar dan memohon perlindunganserta berdo'a kepada-Nya.
Amat banyak orang yang tidak memahami kenapa ia harus sakit, sehingga secara tidak sadar ia
menganggap bahwa penyakit yang dideritanya tersebut sebagai malapetaka atau kutukan Allah
yang dijatuhkan kepadanya. Tidak sedikitpun orang yang tatkala ditimpa penyakit menjadi putusasa, kehilangan pegangan, bahkan berburuk sangka kepada Allah SWT. Lalu timbul rasa tidak
puas kepada Allah SWT, merasa bahwa dengan sakitnya itu Allah bersikap tidak adil, sehingga
ia tidak lagi menjalankan kewajiban-kewajiban-Nya sebagai hamba Allah. Padahal di waktusehat, ia selalu mengucapkan dalam salatnya :
Artinya : "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta
alam" (Q.S. Al An'am : 162)
Dalam pandangan Islam, penyakit merupakan cobaan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-
Nya untuk menguji keimanannya. Ketika seseorang sakit disana terkandung pahala, ampunan
dan akan mengingatkan orang sakit kepada Allah SWT. Aisyah pernah meriwayatkan, bahwaRasulullah SAW bersabda : 'Tidak ada musibah yang menimpa diri seorang muslim, kecuali
Allah mengampuni dosa-dosanya, sampai-sampai sakitnya karena tertusuk duri sekalipun" (H.R.
Buchari).
Allah SWT menciptakan cobaan antara lain untuk mengingatkan manusia terhadap rahmat-rahmat yang telah diberikan-Nya. Allah SWT memberikan penyakit agar setiap insan dapat
menyadari bahwa selama ini dia telah diberi rahmat sehat yang begitu banyak. Namun kesehatan
yang dimilikinya itu sering kali di abaikan, bahkan mungkin disia-siakan. Padahal ia mempunyai
harga yang sangat bernilai tiada tolak ukur dan bandingannya.
Disamping itu, sakit juga digunakan oleh Allah SWT untuk memperingatkan manusia atas segala
dosa-dosa dan perbuatan jahatnya selama hidup di dunia. Kalau dahulu seorang insan yangbanyak berbuat kesalahan tidak berfikir tentang dosa dan pahala, maka disaat sakit biasanya
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
3/10
manusia teringat akan dosa-dosanya sehingga ia berusaha untuk bertaubat dan memohon
ampunan kepada Allah SWT.
B. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana cara mendampingi atau menghadapi orang yang sakit, sakaratul
maut dan meninggal dunia dalam pandangan agama islam.
BAB II
ISI
A. Cara Beribadah Orang Sakit
Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat,membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup,
wajib dalam melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke
tiang atau tongkat. Berikut cara-cara shalatnya :
Jika tidak sanggup shalat berdiri hendaklah ia shalat dengan duduk.Lalu pada waktu berdiridan ruku sebaiknya duduk bersila sedangkan pada waktu sujud sebaiknya dia duduk iftirasy.
Jika tidak sanggup shalat sambil duduk boleh shalat sambil berbaringbertumpu pada sisibadan menghadap kiblat. Dan bertumpu pada sisi kanan lebih utama daripada sisi kiri. Jika tidak
memungkinkan untuk menghadap kiblat boleh menghadap ke mana saja dan tidak perlumegulangi shalatnya.
Jika tidak sanggup shalat berbaring boleh shalat sambil terlentangdengan menghadapkankedua kaki ke kiblat. Dan yang lebih utama yaitu dengan mengangkat kepala untuk menghadap
kiblat.
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
4/10
Jika tidak bisa menghadapkan kedua kakinya ke kiblat dibolehkan shalat menghadap ke mana
saja.Orang sakit wajib melaksanakan ruku dan sujud jika tidak sanggup cukup denganmembungkukkan badan pada ruku dan sujud dan ketika sujud hendaknya lebih rendah dariruku. Dan jika sanggup ruku saja dan tidak sanggup sujud dia boleh rukusaja dan
menundukkan kepala saat sujud. Demikian pula sebaliknya jika dia sanggup sujud saja dan tidaksanggup ruku dia boleh sujud saja dan ketika ruku dia menundukkan kepala. Isyarat denganmata ketika ruku dan dengan memejamkan lebih kuat ketika sujud. Jika tidak sanggup juga
shalat dengan menggerakkan kepala dan isyarat mata hendaknya ia shalat dengan hatinya dia
berniat ruku sujud dan berdiri serta duduk. Masing-masing orang akan diganjar sesuai dengan
niatnya.Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut
kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya
seperti layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamak
antara dzuhur dengan ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhirsesuai dengan kemampuannya. Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung
dengan dzuhur atau mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jikamau boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung engan shalat maghrib diwaktumaghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak boleh dijamak dengan shalat yang
sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat sebelumnya dan shalat
sesudahnya.Allah Subhanahu wa Taala berfirman yang artinya Dan dirikanlah salah dari sesudah
tergelincirnya matahari sampai gelap malam dan shalat shubuh. Sesungguhnya shalat shubuh itu
di saksikan.B. Pendampingan Terhadap Orang Sakit
Orang sakit biasanya mengalami krisis psikologis dalam dirinya, oleh karena itu hendaknya
didampingi dan diberi perhatian lebih, serta dorongan motivasi untuk kesembuhannya. Doa-doa
serta dzikir dirasa mampu mengurangi rasa sakit orang yang merasakannya. Karena dalam doadan dzikir tersebut terdapat ilmu ikhlas sebagai hamba Allah swt yang tidak mempunyai daya
dan upaya dihadapan-nya. Kita dapat mendampinginya sebagai wujud bertawaqal dan
menyerahkan diri kepada Allah swt dan menyadari segalanya kembali atas kehendaknya.
C. Bimbingan Terhadap Pasien Yang Sakaratul Maut
Mati adalah kata yang tidak disukai oleh kebanyakan orang. Banyak yang menghindar darinya.
Kematian itu sendiri tentunya lebih ditakuti dari sekadar kata mati. Tidak hanya oleh manusia,
binatang pun takut mati. Seakan tidak ada yang sudi mati.Hal ini wajar bagi makhluk yang bernyawa, karena mati merupakan sebab berpisahnya seorang
dari hal yang ia senangi, berpisah dari dunia dan segala isinya. Sementara manusia memang
mencintai dunia dan seisinya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata'ala, yang artinya;Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-
binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempatkembali yang baik (surga). (QS. Al-Imran: 14)
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
5/10
Di sisi lain, ada yang menyangka bahwa kematian menjanjikan ketenangan. Karenanya, kita
sering mendengar kasus bunuh diri. Orang itu mengira kematian merupakan solusi ampuh untuk
mengatasi semua masalah.Ada juga golongan manusia yang sepanjang harinya bermaksiat, seakan-akan maut tidak akan
menjemputnya.
a. Hidup tak kekalPerumpamaan hidup di dunia, sebagaimana yang dikatakan Al-Hafizh Ibnu Hajar
rahimahullah, ia bagaikan budak yang diperintahkan tuannya untuk ke kota lain agar menunaikan
tugasnya. Setelah selesai, tentu ia harus segera kembali, bukannya berlama-lama di kota itu. Jikabudak itu berusaha melarikan diri dari tuannya dan bersembunyi di kota tersebut, tentu ia akan
dicari dan dipaksa pulang kembali.
Begitu pun kehidupan ini. Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Manusia yang
asalnya dari tanah maka kepada tanahlah juga akan dikembalikan.Dari bumi (tanah) itulah kami menjadikan kamu dan kepadanya kami akan mengembalikan
kamu dan dari padanya kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain. (QS. Thaha: 55).
Kematian pasti akan menemui setiap orang, tiada yang mampu menghindar darinya. Allah
Subhaanahu Wata'ala berfirman, artinya, Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan
kematian. (QS. Ali Imran: 180).
Ayat di atas mestinya bisa mejadi peringatan bagi seluruh makhluk akan adanya kematian. Danini sekaligus pembuktian bahwasanya dunia ini tak abadi. Di sinilah perlunya peringatan, dan
Allah Subhaanahu Wata'ala begitu banyak memberikan peringatan kepada manusia. Namun
terkadang manusia tidak menyadari peringatan itu. Atau pura-pura tidak tahu? Di antaraperingatan Allah Subhaanahu Wata'ala itu ialah umur yang semakin bertambah, munculnya
uban, penglihatan mulai rabun, kurangnya pendengaran, dan sakit. Allah Subhaanahu Wata'ala
berfirman, artinya:
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat. Kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu
lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang
Mahamengetahui lagi Mahakuasa. (QS. Ar-Rum: 54)Seperti bayi yang tak bisa apa-apa, tua renta dan kematian pun adalah kondisi yang kental
dengan kelemahan. Terutama kelemahan saat menghadapi sakaratul maut. Sakaratul maut yang
menjadi gerbang keluar dari kehidupan dunia begitu dahsyat hingga tidak sekadar melemahkanfisik tapi juga akal.
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan
bahwasanya ia bukanlah jasad semata, melainkan jiwa yang 'dibungkus' dalam jasad. Manusia
harus paham akan kematian jasadnyayang ia coba untuk miliki seakan-akan mau hidupselamanya di dunia yang sementara ini. Tubuh yang dianggap sangat penting ini akan membusuk
serta menjadi kerangka.
b. Tercabutnya ruh dari jasad
Ummul Mukminin Aisyahradiallahu anha, istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallampernah berkata:
"Aku belum pernah melihat seorang yang mengalami derita sebarat yang dialami oleh Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam." (HR. Bukhari dan Muslim)
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
6/10
Hadis di atas menggambarkan, sebelum semua orang sampai ke sana, ada prahara besarmenjelang kematian. Ada derita luar biasa. Iya, dia tidak lain adalah sakaratul maut. Semua itu
dapat disaksikan dan dirasakan oleh orang yang menjelang ajal. Allah Subhaanahu Wata'ala
berfirman, artinya:"Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu laridaripadanya". (QS. Qaaf: 19)
Hadits ini juga menyampaikan kepada kita bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pun
mengalaminya.Al-Hafifzh Ibnu Hajarrahimahullahberkata, "Berdasarkan hadits Aisyah tentang kondisi
wafatnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, menunjukkan bahwa sengsaranya seseorang
ketika sakaratul maut tidak menunjukkan rendahnya kedudukan di hadapan Allah Subhaanahu
Wata'ala, justru menunjukkan tambahan kebahagian baginya atau sebagai penebus atas dosa-dosanya."
Pernyataan Ibnu Hajar, diperkuat oleh sabda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang
artinya, Kebanyakan dalil yang menunjukkan bahwa kepayahan sekarat yang dialami oleh orangshalih hanya pada awal pencabutan ruh. Ketika ruh akan diangkat, para malaikat datang
memberikan ketenagan dan kabar yang menyenangkan. Pada saat itulah seorang mukmin
merasakan kegembiraan yang luar biasa hingga lenyap pula derita yang dirasakannya. Kemudian
ruhnya keluar dengan tenang dan mudah. Inilah kondisi kaum muslimin yang beriman kepadaAllah dan Rasul-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wata'ala yang artinya,
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan,"Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah
yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fushshilat: 30).
Menjelang kematian, seseorang menjadi dan keluarganya. Di saat itu, malaikat datang dan
memberikan kabar gembira kepada seorang mukmin. Yaitu dimintanya untuk keluar dengantenang dan kembali kepada ridha-Nya serta ia dimasukkan ke dalam surga Allah. Allah
Subhaanahu Wata'ala firman, artinya:
"Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke dalam surga-Ku." (QS. Al-Fajr: 28-30).
Hal ini pun pernah dikabarkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Dari Barra' bin Azibberkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Seorang mukmin ketika hendak meninggalkan dunia menuju akhirat, turunlah para malaikat
kepadanya dari langit, wajahnya putih bersih laksana sinar matahari. Para malaikat duduk di
depannya sejauh mata memandang. Kemudian datang malaikat maut duduk di dekatnya serayaberkata. "Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah." Lalu ruh
tersebut keluar dari tubuhnya laksana mengalirnya tetesan air dari mulut kendi. Kemudian
malaikat maut membawa ruh tersebut." (HR. Abu Daud & Al-Hakim, dinyatakan sahih oleh
Syaikh Al-Albani).
Nah, itu kondisi kaum mukminin. Lalu bagaimana kondisi orang kafir? Allah Subhaanahu
Wata'ala menggambarkan kondisi itu dalam firman-Nya:"Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
7/10
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
8/10
Karena kewajiban merawat jenazah yang pertama adalah keluarga terdekat, apalagi kalau yang
meninggal adalah orang tua atau anak kita. Kalau kita tidak bisa merawatnya sampai
menguburkannya berarti kita tidak (birrul walidaini) berbakti kepada kedua orang tua kita.Rasulullah saw telah bersabda :
apabila telah mati anak Adam, maka terputuslah amalnya. Kecuali tiga perkara, shodaqoh
jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mau mendoakan kedua orang tuanya.Disini lah kita harus menunjukkan bakti kita yang terakhir apabila orangtua kita meninggal, yaitudengan merawat sampai menguburkan serta mendoakannya.
Permasalahan yang lain dan mungkin bisa saja terjadi adalah, karena ajal bila sudah tiba saatnya,
pastilah tidak bisa ditunda kapanpun dan dimanapun. Bagaimana kalau kita seandainyasementara kita ditengah hutan belantara jauh dari permukiman dan kita punya teman Cuma
beberapa orang saja, sementara kita tidak tahu mayat ini harus diapakan, pastilah kita akan
berdosa.
Fenomena lain yang banyak terjadi sekarang, terutama di kota-kota besar. Pengurusan jenazahkebanyakan tidak dilakukan oleh keluarga dekat, bahkan keluarga tinggal terima bersih karena
sudah membayar orang untuk merawatnya, bahkan sampai mendoakannya juga orang lain yang
mendoakan.Inilah yang perlu kita pikirkan sepertinya di millist ini belum pernah ada yang memberikan
pencerahan. Mungkin diantara kita masih banyak yang belum tahu tentang tatacara merawat
jenazah dan kalaupun sudah tahu, semoga bisa mengingatkannya kembali. Dan ini harus kita
tanamkan pada diri kita masing-masing dan juga anak-anak kita untuk jadi anak yang sholeh dansholehah, bila kita mengkehendaki kalau kita mati nanti anak kita dan keluarga dekat kita yang
merawatnya.
Jadi yang jelas pengurusan jenazah adalah menjadi kewajiban keluarga terdekat si mayat, kalaukeluarga yang terdekat tidak ada, barulah orang muslim yang lainnya berkewajiban untuk
merawatnya.
a) Hukum Merawat Jenazah
Hukum merawat jenazah adalah wajib kifayah artinya cukup dikerjakan oleh sebagianmasyarakat, bila seluruh masyarakat tidak ada yang merawat maka seluruh masyarakat akan
dituntut dihadapan Allah swt. Sedang bagi orang yang mengerjakannya, mendapat pahala yang
banyak disisi Allah swt.b) Orang Yang Berhak Merawat Jenazah
Keluarga terdekat (Ayah, Ibu, suami/istrinya, Anak putra/putrinya, kakak/adiknya dst ) namun
sebaiknya yang sejenis pria oleh pria wanita oleh wanita kecuali suami/istrinya atau ayah danibunya. Bila urutan tersebut di atas tidak ada baru beralih kepada yang lain.
c) Waktu Penyelenggaraan
Sesegera mungkin, tidak ada keharusan menunggu berkumpulnya seluruh kerabat. Sabda
Rasulullah : ada 3 hal Hai Ali jangan ditunda, dilarang ditangguhkannya yaitu sholat bila telahdating waktunya, jenazah bila telah nyata kematiannya., dan wanita yang tidak ada suami bila
telah menemukan jodohnya(Al-Hadist)
Percepatan penyelenggaraan jenazah, bila ia seorang yang baik, perdekatkanlah kebaikannya dan
bila tidak demikian, maka kamu akan lepas kejelekannya tersebut dari bebanmu.
1) Kaifiat (cara perawatan jenazah)
Bila telah terang,nyata, jelas ajalnya seseorang, maka segerakanlah perawatannya, adapun yangperlu dilakukan adalah :
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
9/10
Pejamkan matanyaLemaskan terutama tangan, dan kakinya diluruskanDikatupkan mulutnya, dengan ikatkan kain, dan lingkarkan dagu, pelipis sampai ubun-ubun.Diutamakan ditelentangkan membujur menghadap kiblat dengan kepala disebelah kanan kiblat(untuk daerah sidangoli berarti kepala di sebelah utara)
Ditutup muka wajahnya, serta seluruh tubuhnyaMengucapkan kalimat tarji untuk istirja (pasrah dengan ikhlas daningat bahwa kita bersamaakhirnya juga akan mengalami kematian (Innalillahi Wainna ilaihi roojiuun (Al-baqaroh Ayat
156)
Mendoakannya (Allahumma ighfirlahu warhamhu waafihi wafu anhu)artinya : ya Allahsemoga Allah mengampuni, melimpahkan kasih sayangnya, memaafkannya serta
memulyakannya, Al Hadist
Menyebarluaskan berita kematiannya kepada keluarga/ ahli waris, kerabat dan masyarakat
lingkungannyaMempersiapkan keperluan/perlengkapan perawatan mayat/jenazahKeluarga / ahli waris segera menyelesaikan hak insane/Adam, utangpiutang, mengambil alihtanggung jawab hingga bagi yang telah wafat tiada lagi memiliki kewajiban. Kecualimempertanggung jawabkan amal perbuatnnya.2) Hak Dan Kewajiban terhadap Jenazah
1) Memandikannya/ mensucikannya
2) Mengkafaninya/ membungkus seluruh tubuhnya
3) Menshalatkannya4) Menguburkannya
3) Jenazah Yang Tidak Mendapat Perlakuan seperti Biasa
1) Mati sahid dalam peperangan tidak perlu dimandikan dan dikafani cukup dimakamkan denganpakaiannya yang melekat
2) Mati di atas perjalanan laut, tak perlu dibawa ke darat untuk dimakamkan apabila untuk
mencapai daratan perlu waktu lama3) Mati saat ihrom, maka kain kafannya cukup pakaian ihromnya dan tidak boleh diberi parfumsebagaimana jenazah biasa.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Orang yang sakit tetap dapat melaksanakan ibadah semampunya. Seperti berzikir, bershalawat,
-
8/14/2019 Sakit Dalam Pandangan Islam
10/10
membaca doa-doa, maupun melaksanakan shalat sekalipun. Jika masih maupun dan sanggup,
wajib dalam melaksanakan shalat fardhu dengan berdiri sekalipun bersandar ke dinding atau ke
tiang atau tongkat.Orang yang sakit wajib melaksanakan semua kewajiban shalat tepat pada waktunya menurut
kemampuannya. Jika termasuk orang yang kesulitan berwudhu dia boleh menjamak shalatnya
seperti layaknya seorang musafir. Jika dia sulit untuk shalat pada waktunya boleh menjamakantara dzuhur dengan ashar dan antara magrib dan isya baik jamak taqdim maupun jamak takhirsesuai dengan kemampuannya. Kalau dia mau dia boleh memajukan shalat asharnya di gabung
dengan dzuhur atau mengakhirkan dzuhurnya digabung dengan ashar di waktu shalat ashar. Jika
mau boleh juga dia memajukan shalat isya untuk digabung engan shalat maghrib diwaktumaghrib atau sebaliknya. Adapun shalat subuh maka tidak boleh dijamak dengan shalat yang
sebelumnya atau sesudahnya karena waktunya terpisah dari waktu shalat sebelumnya dan shalat
sesudahnya.
http://stikesmbbaksos.blogspot.com/2010/05/sakit-dalam-pandangan-islam.html