sajuli_andreas

17
1 © 2005 Sajuli Andreas Posted 8 Juni, 2005 Makalah individu Filsafat Sains, t.a. 2004/2005 Program MM, Pasca Sarjana Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Dosen: : Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENENTUKAN BEBAN PAJAK YANG EFISIEN PADA PERUSAHAAN Oleh: Sajuli Andreas [email protected] BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dengan meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia dan untuk lebih menengakkan kemandirian dalam membiayai pembangunan nasional dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan Negara melalui sektor perpajakan, maka pemerintah sejak tahun 2000 telah melakukan pembaharuan sistem perpajakan nasional. Dalam Undang-undang Perpajakan tahun 2000 tersebut digunakan sistem Self Assessment”, dimana setiap Wajib Pajak diwajibkan menghitung, mengisi, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan pajak, sehingga penentuan besarnya pajak terhutang berada pada Wajib Pajak sendiri. Dengan demikian baik bagi wajib Pajak Badan maupun Wajib Pajak Perorangan mempunyai tanggung jawab penuh atas pajak yang dibayarkannya. Dengan sistem self assessment tersebut secara tidak langsung Wajib Pajak dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Untuk memperhitungkan besarnya pajak yang harus disetor ke Kas Negara seorang wajib Pajak harus mengetahui besarnya penghasilan kena pajak terlebih dahulu dari laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip dan ketentuan yang berlaku. Makin pentingnya variabel pajak sebagai komponen yang harus diperhitungkan, membuat banyak perusahaan melakukan perencanaan pajak (Tax

Upload: desukajo

Post on 05-Jul-2015

87 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sajuli_andreas

1© 2005 Sajuli Andreas Posted 8 Juni, 2005 Makalah individu Filsafat Sains, t.a. 2004/2005 Program MM, Pasca Sarjana Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta. Dosen: : Prof Dr Ir Rudy C Tarumingkeng

PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENENTUKAN BEBAN PAJAK YANG EFISIEN PADA PERUSAHAAN

Oleh:

Sajuli Andreas [email protected]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan Dengan meningkatnya perkembangan dunia usaha di Indonesia dan untuk

lebih menengakkan kemandirian dalam membiayai pembangunan nasional

dengan jalan lebih mengarahkan segenap potensi dan kemampuan dari dalam

negeri, khususnya dengan cara meningkatkan penerimaan Negara melalui sektor

perpajakan, maka pemerintah sejak tahun 2000 telah melakukan pembaharuan

sistem perpajakan nasional.

Dalam Undang-undang Perpajakan tahun 2000 tersebut digunakan sistem

“Self Assessment”, dimana setiap Wajib Pajak diwajibkan menghitung, mengisi,

membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terhutang sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan pajak, sehingga penentuan besarnya pajak

terhutang berada pada Wajib Pajak sendiri. Dengan demikian baik bagi wajib

Pajak Badan maupun Wajib Pajak Perorangan mempunyai tanggung jawab penuh

atas pajak yang dibayarkannya.

Dengan sistem self assessment tersebut secara tidak langsung Wajib Pajak

dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang peraturan dan perundang-undangan

yang berlaku. Untuk memperhitungkan besarnya pajak yang harus disetor ke Kas

Negara seorang wajib Pajak harus mengetahui besarnya penghasilan kena pajak

terlebih dahulu dari laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan prinsip

dan ketentuan yang berlaku.

Makin pentingnya variabel pajak sebagai komponen yang harus

diperhitungkan, membuat banyak perusahaan melakukan perencanaan pajak (Tax

Page 2: sajuli_andreas

2Planning). Meskipun Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa Tax Planning

bagi perusahaan hal ini dianggap benar sepanjang tidak menyalahi peraturan

perpajakan yang berlaku. Karena harus diakui tidak ada satu pasalpun dalam

Undang-undang Perpajakan yang melarang dilakukannya perencanaan pajak.

Pada dasarnya ada dua hal yang perlu dilakukan perusahaan yang berkaitan

dengan perpajakan. Pertama kegiatan Administrasi Pajak, yaitu

menyelenggarakan administrasi perpajakan misalnya memperoleh NPWP,

mengisi SPT dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan aktivitas masa lalu. Kedua

adalah Perencanaan Pajak yang intinya ialah pengaruh yang dihadapi oleh

perusahaan terhadap pajak bila mengambil keputusan tertentu dan keputusan apa

yang akan perusahaan ambil setelah mengetahui dampak pajaknya. Ini berkaitan

dengan masa yang akan datang. Jadi perencanaan pajak tidak berarti

penyelundupan pajak.

Pada dasarnya usaha penghematan pajak berdasarkan the least and latest

rule yaitu Wajib Pajak selalu berusaha menekan pajak sekecil mungkin dan

menunda pembayaran selambat mungkin sebatas masih diperkenankan peraturan

perpajakan.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dapat disimpulkan bahwa perencanaan

pajak adalah suatu langkah yang tepat untuk perusahaan, dengan kemungkinan

untuk melakukan penghematan pajak atau tax saving sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku.

Adapun pokok permasalahan dalam penulisan ini adalah sejauh mana

manfaat dan pengaruh diterapkannya perencanaan perpajakan atas Pajak

Penghasilan dalam penentuan beban pajak yang paling efisien pada perusahaan.

Page 3: sajuli_andreas

3BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian dan Administrasi Perpajakan Sistem self assessment yang diterapkan pada saat ini memberikan peran

aktif kepada Wajib Pajak untuk menghitung, mengisi, membayar, dan melaporkan

sendiri jumlah beban pajak yang terhutang. Pada sistem self assessment Wajib

Pajak mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Untuk memenuhi tanggung

jawab tersebut, Wajib Pajak seharusnya mengetahui dan mengerti permasalahan

yang berhubungan dengan pajak, baik itu mengenai definisi pajak, asas-asasnya,

jenis-jenis pajak ataupun tata cara perpajakan yang berlaku.

1. Pengertian Pajak

Ada beberapa pengertian mengenai pajak (waluyo dan wirawan, 2000)

yang antara lain :

- Definisi pajak menurut Rochmat Soemitro, yaitu

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum”

- Definisi pajak menurut R. Santoso Brotodihardjo, adalah

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Dari definisi diatas, dapat dilihat ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

adalah sebagai berikut :

1. Pajak dipungut berdasarkan dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya.

2. Dalam pembayarannya tidak adanya kontraprestasi individual oleh

pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat atau pemerintah

daerah (Dati I atau Dati II)

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila

dari pemasukkannya masih terdapat kelebihan (surplus), akan

dipergunakan oleh pemerintah untuk membiayai investasi umum.

Page 4: sajuli_andreas

42. Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak

dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu :

1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi

pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. Contoh :

dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan

di bidang sosial dan ekonomi. Contoh : dikenakannya pajak yang tinggi

terhadap minuman keras, sehingga konsumsi minuman keras dapat

ditekan. Demikian pula terhadap barang mewah.

2.2 Pengertian dan Tujuan Perencanaan Pajak Perencanaan pajak dapat diartikan sebagai upaya membayar pajak sebatas

hanya diwajibkan. Dapat juga diartikan sebagai upaya memanfaatkan hal-hal yang

belum diatur dalam undang-undang. Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa

perencanaan pajak adalah proses mengorganisasi usaha Wajib Pajak atau

kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga hutang pajaknya baik pajak

penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam posisi yang minimal,

sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan atau dilakukan secara legal yang dapat diterima oleh aparat

perpajakan.

Manfaat perencanaan pajak dan untuk menghemat pajak dapat dilakukan

dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Penghematan kas keluar; perencanaan pajak dapat menghemat pajak yang

merupakan biaya bagi perusahaan.

2. Mengatur aliran kas (cash flow); perencanaan pajak dapat mengestimasi

kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat pembayaran sehingga

perusahaan dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

Sedangkan untuk menghemat pajak dapat dilakukan dengan menggunakan

prinsip-prinsip sebagai berikut :

1. Memanfaatkan secara optimal ketentuan-ketentuan perpajakan yang

berlaku

2. Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk-bentuk usaha yang tepat.

3. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat diatur

secara keseluruhan penggunaan tarif pajak dan potensi penghasilan.

Page 5: sajuli_andreas

54. Menyebar penghasilan ke beberapa tahun untuk menghindari pengenaan

tarif pajak tertinggi.

Yang dimaksud dengan tax saving (penghematan pajak) adalah suatu usaha

untuk menghemat hutang pajak dengan cara menahan diri untuk tidak

mengkonsumsi barang-barang atau dengan cara mengurangi pengeluaran-

pengeluaran dalam bentuk pemberian kenikmatan (natura), karena biaya-biaya

yang bersifat sebagai kenikmatan (natura) tidak dapat diakui sebagai biaya untuk

tujuan fiskal, sehingga biaya-biaya tersebut akan dikoreksi sebagai penambahan

pendapatan.

Sedangkan yang dimaksud dengan tax avoidance (penghindaran pajak)

adalah usaha meminimalkan beban pajak dengan cara menggunakan alternatif-

alternatif yang riil yang dapat diterima oleh fiskus.

Tax evasion (penyelundupan pajak) mengantung arti sebagai usaha

memanipulasi secara illegal beban pajak dengan tidak melaporkan sebagian dari

penghasilan, sehingga dapat memperkecil jumlah pajak terhutang yang

sebenarnya.

Pengertian penyelundupan pajak tidak hanya terbatas pada penggelapan

dan kecurangan dalam segala bentuknya, tetapi juga meliputi kelalaian dalam

memenuhi kewajiban perpajakan antara lain :

a. Ketidaktahuan atau ignorance, yaitu Wajib Pajak tidak menyadari atau tidak

tahu akan adanya suatu ketentuan perundang-undangan perpajakan yang

baru.

b. Kesalahan atau error, yaitu suatu kesalahan dalam menghitung data yang

telah tersedia oleh Wajib Pajak, meskipun Wajib Pajak telah mengerti dan

memahami mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

c. Kesalahpahaman atau miss understanding, yaitu suatu kesalahan yang

dilakukan oleh Wajib Pajak karena salah menafsirkan arti yang dimaksud

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

d. Kealpaan atau negligence, yaitu Wajib Pajak alpa untuk menyimpan buku-buku

berikut dengan bukti pendukungnya secara lengkap.

Berdasarkan dua alternatif yang dilakukan dalam suatu perencanaan pajak,

maka dapat dikatakan bahwa tujuan dari perencanaan pajak pada dasarnya

adalah meminimalkan beban pajak yang terhutang oleh Wajib Pajak tanpa

melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan yang

berlaku, selain untuk suatu rencana investasi perusahaan dimasa yang akan

datang.

Page 6: sajuli_andreas

6BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pendekatan Perencanaan Pajak Prinsip utama yang harus diingat dalam merencanakan pajak adalah

perencanaan pajak merupakan suatu tindakan yang harus direncanakan dengan

cermat sehingga tiadk terperangkap dalam penghindaran pajak yang bisa ditindak

oleh Negara. Ada dua pandangan terhadap pajak yang terhutang oleh suatu

perusahaan. Pandangan pertama memperlakukan pajak tersebut sebagai biaya

sedangkan pandangan kedua memperlakukan pajak bukan sebagai biaya.

Pandangan pertama ini menganggap dalam menjalankan usaha, keputusan yang

harus diambil oleh manajemen hendaknya berdasarkan pada taksiran laba bersih

setelah pajak. Begitu pula dalam keputusan investasi, faktor pajak penghasilan

harus dipertimbangkan dengan baik. Pandangan kedua mendasarkan pada

asumsi bahwa pajak penghasilan tidak berkaitan langsung dengan penghasilan

atau fungsi mencari penghasilan, namun berkaitan dengan penetapan jumlah

yang didistribusikan sebagai dividend dan lain-lainnya sehingga pendapat terakhir

ini memandang pajak penghasilan lebih mirip sebagai pembagian laba yang

hanya dibayar apabila diperoleh laba.

Terlepas dari asumsi pendekatan pajak tersebut di atas kesalahan dalam

pengambilan keputusan dibidang perpajakan bisa berakibat serius.

Contoh :

Suatu biaya yang dibebankan dalam laporan rugi laba sebesar Rp. 100.000.000,-

tidak dapat dilakukan pencatatan karena tidak ada bukti. Dalam hal ini beban

pajak yang harus dibayar akan bertambah setelah dilakukan koreksi fiskal. Selain

jumlah Rp. 100.000.000,- yang tidak diakui sebagai biaya, maka jumlah

kekurangan pajak yang harus dilunasi adalah :

10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

Rp. 12 .500.000,-

Dengan demikian jumlah kerugian seluruhnya adalah Rp. 100.000.000,- + Rp.

12.500.000,- = Rp. 112.500.000,-

Perkiraan laba bersih perusahaan akan lain jika tidak memasukkan unsur pajak

penghasilan yang harus dibayar perusahaan.

Page 7: sajuli_andreas

73.2 Kerangka Dasar Perencanaan Pajak

Pengertian perencanaan pajak masih merupakan konsep yang abstrak,

sehingga untuk dapat mengimplementasikan harus dijabaran ke dalam variabel-

variabel yang lebih kongkrit.

Variabel yang dipilih untuk menjelaskan perencanaan pajak adalah melalui

pendekatan formula umum, sebelum dilakukan tindakan pajak.

1. Formula Umum

Formula penghitungan pajak yang dapat digunakan untuk mendesain

perencanaan pajak dapat dilakukan dengan mendasarkan pada penghitungan

pajak penghasilan yang terhutang atas penghasilan kena pajak. Selengkapnya

formula tersebut adalah sebagai berikut :

Sasaran pembuatan perencanaan pajak dalam meminimalkan pajak

terhutang untuk mencapai income after tax yang optimal. Karena itu dalam

menyusun perencanaan pajak harus mencakup hal-hal bagaimana

memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan dan memaksimalkan biaya-biaya

fiskal serta meminimalkan tarif pajak.

Dengan mendasarkan pada kerangka formula di atas, maka tindakan

perencanaan pajak yang dapat dilakukan adalah meminimalkan jumlah

penghasilan kena pajak yang dikenakan tarif pajak penghasilan.

2. Langkah-langkah dalam Perencanaan Pajak

Setelah mengetahui komponen-komponen dari formula penghitungan pajak,

tindakan selanjutnya adalah mencari peluang penghindaran pajak dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

a Jumlah Seluruh Penghasilan b - Penghasilan yang Dikecualikan c = Penghasilan Bruto d - Biaya Fiskal e = Penghasilan Neto f - Kompensasi Kerugian g = Penghasilan Kena Pajak h x Tarif Pajak i = Penghasilan Kena Pajak j - Kredit Pajak k = Pajak yang lebih/kurang dibayar l (a – d – i ) Penghasilan Setelah Pajak

Page 8: sajuli_andreas

8a. Maksimalkan penghasilan yang dikecualikan

Usaha maksimalisasi penghasilan yang dikecualikan adalah usaha

memaksimalkan penghasilan yang bukan objek pajak dengan mendasarkan

pada variabel penghasilan yang bukan sebagai objek pajak. Peluang ini

tercantum dalam pasal 4 ayat (3) Undang-undang No. 17 tahun 2000 tanggal 2

Agustus 2000, yang mengatur tentang penghasilan yang tidak termasuk objek

pajak.

b. Masimalisasi biaya-biaya fiskal

Tindakan ini berupa tindakan yang dilakukan dengan meningkatkan biaya-

biaya yang dapat dikurangkan atau menekan biaya yang tidak dapat

dikurangkan / dialihkan ke biaya-biaya yang dapat dikurangkan.

Peluang ini tercantum dalam Undang-undang No. 17 tahun 2000 Pasal 6 yang

mengatur tentang biaya-biaya yang dapat dikurangkan dan Pasal 9 yang

mengatur tentang biaya-biaya yang tidak dapat dikurangkan.

c. Minimalkan tarif pajak

Tindakan ini dapat dimungkinkan dengan upaya pengenaan pajak dengan tarif

seminimal mungkin. Hal ini dapat ditempuh antara lain dengan

mengalokasikan penghasilan dalam beberapa tahun, atau dalam beberapa

perusahaan yang masih satu grup.

Dari ketiga alternatif tersebut di atas, alternatif pertama dan kedua relatif

lebih dapat diterapkan.

Langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan dalam perencanaan pajak

perusahaan adalah :

a. Mengusahakan agar terdapat penghasilan yang stabil untuk menghindarkan

pengenaan pajak dari kelas penghasilan yang tarifnya tinggi (top rate brackets)

b. Mempercepat atau menunda beberapa penghasilan dan biaya-biaya untuk

memperoleh keuntungan dari kemungkinan perubahan tarif pajak yang tinggi

atau rendah, seperti penangguhan pengenaan PPN, PPN yang ditanggung

pemerintah dan seterusnya.

c. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan dari beberapa wajib pajak,

seperti pembukaan grup-grup perusahaan.

d. Menyebarkan penghasilan menjadi penghasilan beberapa tahun untuk

mencegah penghasilan tersebut termasuk dalam kelas penghasilan yang

tarifnya tinggi dan tunda pembayaran pajaknya, seperti penjualan cicilan, kredit

dan seterusnya.

e. Transpormasikan penghasilan biasa menjadi capital gain jangka panjang.

Page 9: sajuli_andreas

9f. Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan-ketentuan

mengenai pengecualian dan potongan-potongan.

g. Mempergunakan uang dari hasil pembebasan pengenaan pajak untuk

keperluan perluasan perusahaan yang mendapatkan kemudahan-kemudahan.

h. Memilih bentuk usaha yang terbaik untuk operasional usaha.

i. Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sedemikian rupa sehingga

dapat diatur secara keseluruhan penggunaan tarif pajak, potensi

menghasilkan, kerugian-kerugian dan asset yang dapat dihapus.

3.3 Penerapan Perencanaan Pajak pada Perusahaan Dalam melakukan perencanaan pajak, Wajib Pajak harus mengikuti

perkembangan dan perubahan ketentuan dan peraturan perundang-undangan

perpajakan, agar dapat mengetahui apakah cara-cara yang lama masih sesuai

dengan ketentuan-ketentuan dan peraturan perundang-undangan perpajakan

yang berlaku atau memungkinkan munculkan keuntungan fiskal yang baru akibat

adanya perubahan tersebut.

Adapun beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mendisain suatu

perencanaan pajak, diantaranya sebagai berikut :

1. Mempertimbangkan pelaksanaan program-program tertentu Agar perusahaan dapat bertahan hidup dan berkembang, maka pada saat

tertentu perusahaan harus mengadakan program-program tertentu seperti

program pendidikan dan pelatihan karyawan, program penelitian dan

pengembangan, program pemasaran dan lain-lain. Tentu saja program tersebut

memerlukan analisis dari berbagai faktor untuk menentukan saat pelaksanaannya.

Disini dianalisis dari segi perpajakan.

Misalnya menjelang akhir tahun 2004 diperkirakan PT. XYZ memperoleh

laba usaha sebelum pajak Rp. 1.000.000.000,- dengan demikian PPh yang harus

dibayar adalah sebagai berikut :

10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 900.000.000,- = Rp. 270.000.000,-

Total PPh yang harus dibayar Rp. 282.500.000,-

Pada waktu itu PT. XYZ mempunyai program pemasaran untuk memperkenalkan

produk baru dan untuk lebih meningkatkan citra produknya yang belum

dilaksanakan. Perkiraan baiaya program tersebut Rp. 250.000.000,-, jika PT. XYZ

melaksanakan program tersebut pada periode mendatang, misalnya tahun 2005,

Page 10: sajuli_andreas

10maka pada tahun 2004 PT. XYZ akan membayar PPh sebesar Rp.

282.500.000,- dan pada tahun 2005 harus mengeluarkan dana sebesar Rp.

250.000.000,- untuk program tersebut.

Jika PT. XYZ melaksanakan program tersebut pada akhir tahun 2004, maka

Penghasilan Kena Pajak PT. XYZ menjadi Rp. 750.000.000,- (Rp. 1.000.000.000,-

- Rp. 250.000.000,-) sehingga PPh tahun 2004 adalah sebagai berikut :

10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 650.000.000,- = Rp. 195.000.000,-

Total PPh yang harus dibayar Rp. 207.500.000,-

Dengan demikian pelaksanaan program pemasaran pada akhir tahun 2004

berakibat menurunkan PPh (penghematan pajak) PT. XYZ sebesar Rp.

75.000.000,- yaitu Rp. 250.000.000,- x 30%. Diasumsikan penghematan pajak

tersebut digunakan untuk membiayai program pemasaran tersebut, maka program

tersebut hanya membutukan dana sebesar Rp. 175.000.000,- (Rp. 250.000.000,- -

Rp. 75.000.000,-).

Disamping itu, jika pelaksanaan program pemasaran tahun 2004 berhasil,

maka Penghasilan Kena Pajak pada tahun 2005 akan meningkat sehingga dapat

dipertimbangkan lagi program-program lainnya yang dirasa perlu. Namun pada

dasarnya perusahaan telah menikmati keuntungan berupa penghematan pajak,

terutama penundaan pembayaran pajak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program-program

tertentu lebih baik dilaksanakan pada saat perusahaan memperoleh Penghasilan

Kena Pajak yang besar karena pelaksanaan tersebut dapat menghemat pajak

yang paling besar (penghematan pajak sebesar total biaya program dikalikan

dengan tarif pajak paling tinggi yaitu 30%). Jika program dilaksanakan pada saat

Penghasilan Kena Pajak relatif kecil maka jumlah penghematan pajak juga kecil,

atau bahkan dapat terjadi NIHIL karena adanya pelaksanaan program tersebut

menyebabkan perusahaan rugi (PKP-nya negatif) yang dapat dikompensasikan

tahun berikutnya jika memperoleh laba, bahkan dapat diminta kembali (restitusi

pajak) jika perusahaan lebih bayar.

2. Mempertimbangkan Penghasilan Kena Pajak perusahaan melalui peningkatan penghasilan karyawan

Manajemen perusahaan yang sehat, selalu memperhatikan kesejahteraan

karyawannya, karena perusahaan akan memperoleh timbal balik dari para

karyawannya, seperti peningkatan motivasi dan prestasi serta peningkatan

Page 11: sajuli_andreas

11loyalitas karyawan pada perusahaan. Oleh karena itu manajemen perusahaan

lebih baik menaikkan penghasilan karyawannya daripada harus mengeluarkan

uang untuk pajak.

Misalnya, seharusnya PKP tahun 2004 sebesar Rp. 1.000.000.000,-

sehingga PPh yang harus dibayar adalah Rp. 282.500.000,- namun, perusahaan

mengambil kebijakan untuk menaikkan penghasilan setiap karyawannya menjadi

50% dari gaji mereka. Untuk hal tersebut perusahaan mengeluarkan dana sebesar

Rp. 350.000.000,-. Dengan kebijakan tersebut, PKP menurun menjadi Rp.

650.000.000,- yang berarti pula penghematan pajak sebesar Rp. 105.000.000,-.

Penghematan ini tentu dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan kebijakan

kenaikan gaji tersebut. Meskipun perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak

dana untuk pelaksanaan kebijakan tersebut dibandingkan dana yang harus

dibayar untuk pajak, namun perusahaan memperoleh manfaat yang sangat besar.

Jika ternyata dengan kebijakan kenaikan gaji tersebut menyebabkan

penghasilan karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, maka akan

menambah pajak penghasilan karyawan, namun tarif yang digunakan relatif kecil.

Hal yang sangat penting bagi perusahaan adalah perusahaan dapat mengalihkan

beban pajak perusahaan kepada karyawan-karyawannya dengan cara yang

menguntungkan karyawan dan perusahaan.

3. Membagi perusahaan menjadi beberapa perusahaan atau menggabungkannya

Perusahaan yang telah berkembang umumnya melakukan diversifikasi usaha

seperti mengembangkan jenis dan macam produk yang dihasilkan,

mengembangkan usaha yuang baru sama sekali. Perkembangan tersebut juga

mengakibatkan semakin kompleks dan rumitnya manajemen perusahaan tersebut.

Oleh karena itu pemilik perusahaan cenderung membagi perusahaannya yang

besar tersebut ke dalam pengelolaan manajemen yang terpisah sehingga

dihaarpkan lebih efisien dan efektif. Pembagian perusahaan tersebut

menghindarkan rentang manajemen (span of management) yang sangat luas di

luar kemampuan manajemen, dan menghindari terlalu banyaknya tingkat

manajemen

Dilihat dari segi perpajakan, pembagian perusahaan menjadi beberapa

perusahaan akan memberikan manfaat penghematan pajak, yaitu :

mengusahakan agar Penghasilan Kena Pajak yang rendah atau sedang (15%

atau 30%), jika perusahaan mempunyai keuntungan yang besar. Sedangkan jika

perusahaan yang produk-produknya menderita rugi diusahakan untuk digabung

Page 12: sajuli_andreas

12menjadi satu dengan perusahaan yang memperoleh laba yang cukup besar,

sehingga dapat menurunkan pengenaan pajak bagi perusahaan yang mempunyai

laba besar (karena PKP-nya dikurangi dengan PKP negatif perusahaan yang

rugi).

a. Menyebar penghasilan dengan membentuk grup-grup perusahaan

Dari uraian diatas, maka misalkan PT. XYZ memutuskan untuk membagi

perusahaan ke dalam divisi-divisi yang berdiri sendiri sesuai dengan lokasi

pemasaran yang ada dan sedang mencoba memprediksi pengaruh pajak atas

keputusan tersebut.

Jika perusahaan tetap dalam satu bentuk tunggal yaitu hanya PT. XYZ

maka pajak penghasilan yang harus disetor oleh PT. XYZ adalah :

Penghasilan Kena Pajak Rp. 750.000.000,-

Tarif Pajak :

PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 650.000.000,- = Rp. 195.000.000,-

Rp. 207.500.000,-

Jika perusahaan dibagi dalam beberapa kelompok maka pajak penghasilan

yang harus disetor sesuai dengan kontribusi laba masing-masing divisi

adalah Rp. 300.000.000,-, Rp. 250.000.000,-, dan Rp. 150.000.000,-

PT. XYZ - I PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 60.000.000,-

Rp. 72.500.000,-

PT. XYZ – II PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 150.000.000,- = Rp. 45.000.000,-

Rp. 57.500.000,-

PT. XYZ - III PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 15.000.000,-

Rp. 27.500.000,-

Page 13: sajuli_andreas

13Sehingga total pajak penghasilan dari divisi perusahaan ini adalah Rp.

72.500.000,- + Rp. 57.500.000,- + Rp. 27.500.000,- = Rp. 157.500.000,-

Dapat disimpulkan bahwa jika dibentuk beberapa anak perusahaan (divisi)

maka penghematan pajak yang dapat dilakukan adalah sebesar Rp.

207.500.000,- – Rp. 157.500.000,- = Rp. 50.000.000,-

b. Menggabungkan beberapa perusahaan menjadi Satu

Jika diantara beberapa perusahaan memperoleh laba, ada perusahaan yang

mengalami kerugian, maka untuk menghemat laba dapat dilakukan

penggabungan. Dengan dilakukan penggabungan, maka pajak yang terutang

akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya jika tidak digabungkan.

Misalkan PT. XYZ - I laba Rp. 250.000.000,-, PT. XYZ – II Rugi Rp.

150.000.000,- dan PT. XYZ – III laba Rp. 200.000.000,-.

Maka perhitungan pajak penghasilan jika perusahaan berdiri sendiri adalah :

PT. XYZ - I PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 150.000.000,- = Rp. 45.000.000,-

Rp. 57.500.000,-

PT. XYZ – II PPh = Rp. 0,-

PT. XYZ - III PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 100.000.000,- = Rp. 30.000.000,-

Rp. 42.500.000,-

Total pajak penghasilan yang harus dipungut adalah Rp. 57.500.000,- + Rp.

42.500.000,- = Rp. 100.000.000,-

Perhitungan pajak penghasilan jika perusahaan digabung adalah Penghasilan

Kena Pajak : Rp. 250.000.000,- - Rp. 150.000.000,- + Rp. 200.000.000,- = Rp.

300.000.000,-

PPh - 10% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 5.000.000,-

15% x Rp. 50.000.000,- = Rp. 7.500.000,-

30% x Rp. 200.000.000,- = Rp. 60.000.000,-

Rp. 72.500.000,-

Page 14: sajuli_andreas

14Dari kasus diatas maka dapat dilihat jika perusahaan digabungkan maka PT.

XYZ akan dapat melakukan penghematan pajak sebesar Rp. 100.000.000,- –

Rp. 72.500.000,- = Rp. 27.500.000,-

4. Pemilihan bentuk usaha Dilihat dari segi perpajakan, maka bentuk usaha Perseorangan, Firma dan

Persekutuan Komanditer merupakan bentuk yang lebih menguntungkan

dibandingkan dengan bentuk Perseroan Terbatas (PT). Pajak penghasilan PT

dikenakan “dua kali” pertama pengenaan pajak dikenakan pada saat penghasilan

diperoleh atau diterima PT, sedangkan kedua, pada saat pemilik (pemegang

saham) menerima atau memperoleh dividen. Hal ini terjadi karena PT (sebagai

badan) dan pemiliknya dianggap oleh perpajakan sebagai Wajib Pajak yang

terpisah (Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak Perseorangan).

Disamping faktor pajak dalam pemilihan bentuk usaha ini juga harus

memperhatikan faktor non pajak lainnya seperti kredit, modal, dan lain-lain.

Contoh : berdasarkan data SPT tahun 2004 diperoleh keterangan bahwa PKP PT.

XYZ sebesar Rp. 750.000.000,- dengan PPh badan Rp. 207.500.000,-. Karena

perusahaan dalam bentuk PT, maka selain PPh sebesar Rp. 207.500.000,- maka

atas pembagian keuntungan kepada para pemegang saham akan dikenakan

pajak penghasilan lagi.

Laba bersih setelah pajak adalah 150.000.000,- (misalkan angka tersebut sesuai

dengan laba rugi tahun 2004 PT. XYZ). Jika proporsi kepemilikan saham 50% -

50% antara Tn A dan Tn B, maka laba untuk masing-masing pemegang saham

adalah 50% x Rp. 150.000.000,- = Rp. 75.000.000,-

Dengan demikian PPh pasal 23 yang harus dibayar oleh Tn. A adalah

15% x Rp. 75.000.000,- = Rp. 11.250.000,-

sehingga pajak penghasilan yang harus dibayar oleh Tn A jika usahanya dalam

bentuk usaha Perseroan Terbatas adalah Rp. 207.500.000,- + 2 x Rp.

11.250.000,- = Rp. 230.000.000,-

sedangkan pajak yang terutang atas PT. XYZ jika usahanya dalam bentuk usaha

perseroan adalah Rp. 207.500.000,-.

Penghindaran pajak berganda dapat juga dilakukan dalam bentuk usaha selain

perseroan yakni perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-

saham, firma, kongsi dan persekutuan.

Page 15: sajuli_andreas

15BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dengan bertitik tolak dari hasil pembahasan uraian yang telah dilakuan diatas

mengenai perencanaan pajak untuk menentukan beban pajak yang efisien pada

perusahaan, maka penulis dapat menyimpulkan

1. Dirjen Pajak pernah mengungkapkan bahwa perencanaan pajak bagi

perusahaan berkonotasi pada penyelundupan pajak, tetapi bagi perusahaan

hal ini dapat dilakukan sepanjang tidak menyalahi peraturan perpajakan yang

berlaku.

2. Perencanaan perpajakan atas pajak penghasilan dalam penentuan beban

pajak yang paling efisien pada perusahaan adalah mengurangi beban pajak

atau menekan jumlah pajak yang terutang lebih kecil dari yang seharusnya

atau membayar kewajiban pajak dengan jumlah yang seminimal mungkin

tanpa melanggar undang-undang perpajakan.

3. Beberapa manfaat yang dapat diperoleh oleh perusahaan adalah :

a. Penghematan kas keluar, karena pajak merupakan unsur biaya dapat

dikurangi.

b. Mengatur aliran kas, karena dengan perencanaan pajak yang matang

dapat diestimasikan kebutuhan kas untuk pajak dan menentukan saat

pembayaran sehingga dapat menyusun anggaran kas secara lebih akurat.

4. Perencanaan pajak adalah suatu langkah yang tepat untuk perusahaan

dengan kemungkinan untuk melakukan penghematan pajak sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan

perpajakan yang berlaku.

4.2 Saran Dari pembahasan diatas, penulis memberikan beberapa saran yang mungkin

bermanfaat bagi perkembangan perusahaan, yaitu

1. Perusahaan senantiasa mengikuti perkembangan terbaru dari peraturan dan

ketentuan perpajakan yang senantiasa dinamis dan cepat mengalami

perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan iklim usaha dan kondisi

perekonomian sehingga dalam kegiatan perencanaan pajak untuk menentukan

beban pajak yang efisien pada perusahaan akan tetap berpijak pada rambu-

rambu perpajakan yang ada.

Page 16: sajuli_andreas

162. Pemberian kenikmatan kepada karyawan perusahaan hendaknya diberikan

dalam bentuk tunjangan berupa uang yang dalam hal ini berarti merupakan

penghasilan bagi karyawan, sehingga dapat dianggap sebagai biaya oleh

perusahaan dalam mengurangi laba kena pajak. pemberian kenikmatan dalam

bentuk natura (makanan, minuman, obat-obatan dan perawatan kendaraan)

bukan merupakan penghasilan bagi karyawan sehingga tidak adapt

dikurangkan sebagai biaya menurut fiskal.

3. Perusahaan sebaiknya membuat daftar nominatif serta mempunyai dokumen

yang mendukung atas pengeluaran “jamuan” sehingga terjadi penghematan

pajak penghasilan yang terhutang.

4. Dalam menerapkan langkah-langkah dalam perencanaan pajak, dari alternatif-

alternatif diatas, sebaiknya sudah diperhitungkan keuntungan dan kerugian

bagi perusahaan apabila menerapkan langkah-langkah tersebut.

Page 17: sajuli_andreas

17DAFTAR PUSTAKA

______________, Undang-undang No. 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Atas perubahan Undang-undang Nomor 6

Tahun 1983 beserta penjelasan, Penerbit Mitra Wacana Media, Bogor, 2004

______________, Undang-undang No. 17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan. Atas perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 beserta

penjelasan, Penerbit Mitra Wacana Media, Bogor, 2004

Business News 7188, Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-62/PJ./2005

tanggal 14 Maret 2005 tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 25 Sehubungan Dengan Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, 21 Maret 2005.

Gunadi, Akuntansi Pajak, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1997.

Ikatan Akuntan Indonesia, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat,

Jakarta, 2002.

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004, tanggal 29 November 2004, Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Kena Pajak, http://www.forumpajak.com/detil.asp?mode=print&no_id=fp_9866&A1=&A2=&A3, dikunjungi tanggal 17 Mei 2005

Mardiasmo, Perpajakan, Edisi 5, Penerbit Andi, Yogyakarta, 1997

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-62/Pj./2005, Tentang Angsuran Bulanan Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2005 Sehubungan Dengan Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak, Http://Www.Kanwilpajakkhusus.Depkeu.Go.Id/Content.Asp?Catid=140&Cont

enttypeid, dikunjungi tanggal 17 Mei 2005

Waluyo, Wirawan B. Ilyas, Perpajakan Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2000