safe injection refreshing
DESCRIPTION
safe for good...safe for all...safe injectionTRANSCRIPT
PENDAHULUANImunisasi yang aman
•Sasaran imunisasi memperoleh kekebalan terhadap suatu penyakit dalam rangka menurunkan prevalensi penyakit.•Tidak ada dampak negative berupa kecelakaan atau penularan penyakit pasca imunisasi pada sasaran maupun petugas• Secara tidak langsung tidak menimbulkan kecelakaan atau penularan infeksi pada masyarakat dan lingkungan.
Penyakit menular lewat jarum suntik bekas Hepatitis B
Hepatitis C AIDS
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan kualitas vaksin
•Kualitas Vaksin•Keamanan Rantai Vaksin•Kebijakan multi dosis•Peranan Pelarut Dalam Imunisasi•Kontra Indikasi Imunisasi
Kualitas Vaksin
Cara menentukan kualitas vaksin•Belum Kadaluarsa•Belum rusak oleh paparan suhu:
•VVM atau VCCM & Tidak terpapar Sinar Matahari Langsung•Belum pernah beku
•Kemasan vaksin masih utuh (termasuk label)•Belum melewati ketentuan masa pakai vaksin sisa
Vaksin merupakan produk biologis
Kerusakan terutama oleh paparan suhu yang tidak benar (panas maupun beku)
Vaksin rusak:•Efektifitas vaksin menurun•Reaksi lokal meningkat•Tidak bisa dikembalikan potensinya (meskipun disimpan lagi pada suhu yang sesuai)
VACCINE VIAL MONITOR (VVM)
B A I K B U R U K
Indikator kimiawi terkait dengan waktu – suhuMenunjukkan paparan suhu panas yang berlebih terhadap waktuPerubahan warna berlangsung secara bertahap dan menetap
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Keamanan Rantai Vaksin
Pengiriman/ Transport :Dari Distributor ke Dinkes Provinsi Dari Dinkes Provinsi ke Dinkes Kab/KotaDari Dinkes Kab/kota ke Puskesmas Dari Puskesmas ke Sasaran
Indikator Pengiriman Freeze tag, VVM, VCCM dll
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Kebijakan Multi Dose
Hanya berlaku untuk vaksin sisa pelayanan statisSyarat:
•Vaksin tidak melewati masa kadaluarsa•Vaksin tetap disimpan pada suhu +2 OC s.d +8 OC•Sterilitas vaksin dapat terjamin•Vial vaksin tidak pernah terendam dalam air•VVM masih menunjukan kondisi A atau B •Dicantumkan waktu /tanggal pertama vaksin dibuka
Vaksin sisa pelayanan dinamis harus dibuang
KETENTUAN MASA PAKAI
NAMA VAKSIN MASA PEMAKAIAN KETERANGAN
POLIO 2 MINGGU
DICANTUMKAN TANGGAL PERTAMA DIBUKADPT-HB-Hib 4 MINGGU
DT, TT, Td 4 MINGGU
CAMPAK 6 JAMDICATUMKAM JAM
PELARUTANBCG 3 JAM
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Peran Pelarut
Rekomendasi untuk pelarut:•Pelarut harus dikemas, disimpan dan didistribusikan bersama dengan vial vaksin yang akan dilarutkannya.•Pelarut tidak boleh dibekukan dan harus didinginkan pada suhu 2 – 8oC sebelum dilarutkan.•Pelarut dari vaksin jenis lain atau dari pabrik yang berbeda tidak boleh digunakan•Air suling untuk suntikan (aquabidest) tidak boleh dipakai sebagai pengganti pelarut vaksin.
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Kandungan pelarutPenstabil untuk menjamin stabilitas vaksin, Bakterisida untuk menjaga sterilitas vaksin yang sudah dilarutkanBahan kimia untuk membantu pelarutan vaksin ke dalam cairan dan bufer untuk memelihara pH yang tepat (keseimbangan asam basa).
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
BUKAN KONTRA INDIKASI IMUNISASI
•Sakit ringan seperti infeksi saluran nafas akut atau diare, dengan demam < 38,5oC•Alergi, asma, hay fever atau bersin-bersin•Prematur, bayi berat lahir rendah >2000 gr•Kurang gizi Ringan •Anak yang sedang mendapat ASI•Riwayat keluarga dengan kejang •Dalam pengobatan antibiotik, kortikosteroid dosis rendah atau steroid kerja lokal (misalnya salep atau inhalasi)•Penyakit kulit, eksim atau infeksi kulit lokal•Penyakit kronis dari jantung, paru, ginjal dan hati ( Konsultasi dokter)•Kondisi nerologis yang stabil seperti cerebral palsy dan sindrom Down•Riwayat kuning setelah lahir ( FISIOLOGIS )
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
KONTRA INDIKASI IMUNISASI
Indikasi kontra imunisasi :Orang dengan riwayat reaksi anafilaksis (kesulitan bernafas, bengkak pada mulut dan tenggorokan, hipontensi atau syok) setelah memakan telur jangan diberikan vaksin yang terbuat dari jaringan telur ayam (misalnya vaksin demam kuning/ yellow fever dan influenza).
Anak dengan gejala infeksi HIV (AIDS) tidak diberikan imunisasi BCG, Polio Oral, Campak dan demam kuning.
KIPI yang berat setelah pemberian dosis pertama (reaksi anafilaksis) merupakan indikasi kontra absolut untuk pemberian selanjutnya dengan vaksin yang sama.
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Keamanan penyuntikan
•Kebijakan Keamanan Penyuntikan
•Saat Penyuntikan•Penanganan Limbah
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Kebijakan Keamanan penyuntikan
•Menggunakan ADS yang direkomendasikan oleh WHO Uniject TM, Soloshot TM, Destroject K, Univec TM, Terumo, K I , Medeco inject K
Mengunakan system Bundling suatu kondisi dimana : Vaksin dengan mutu terjamin Alat suntik auto disable syringe ( ADS ) Kotak pengaman limbah alat suntik
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
SAAT PENYUNTIKAN
Sesuai dengan SOP SCRENING : riwayat alergi, jadwal penyuntikan, tidak
ada kontra indikasi, petugas bekerja aseptis, penggunaan alat suntik benar, a. Cara melarutkan dan mengisi alat suntik b. Posisi anak benar dan amanc. Lokasi Suntikan tepat d. Cara Penyuntikan dan teknik penyuntikan benar
Intrakutan
Suntikan BCG diberikan pada lengan kanan atas.
• Dosis 0,05cc, disuntikkan ke dalam lapisan kulit dengan pelan-pelan (intrakutan).
• Untuk memberikan suntikan intrakutan secara tepat,harus menggunakan jarum pendek yang sangat halus (10mm, ukuran 26).
18Bab 4 Penyuntikan yang Aman
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Prosedur Skrining penjaringan Sasaran
Sasaran datang di Klinik/Tempat pelayann
Sehat Sakit
Status Imunisasi Status Imunisasi
Belum Belum Lengkap Belum Belum Lengkap Lengkap Lengkap
Indikasi Kontra Indikasi Kontra
Positif Negatif Positif Negatif
Tidak diimunisasi Motivasi Motivasi Motivasi utk datang pd Periode berikutnya Imunisasi Imunisasi
19
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
3. Konseling (lihat hal 15-22 buku Acuan)Lingkup konseling
• membantu klien agar dapat membuat suatu keputusan tentang imunisasi yang akan diterima
• mencakup komunikasi dua arah di antara klien dan konselor
• mengandung muatan informasi yang obyektif, pemahaman isi informasi tersebut di implementasikan oleh klien terhadap sesuai kebutuhan dan kondisinya
20
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
INGAT !!!! 4 pesan penting yg perlu disampaikan kepada orang tua
• Manfaat dari vaksin yang diberikan (contoh: BCG untuk mencegah TBC)
• Tanggal imunisasi dan pentingnya KMS disimpan secara aman dan bawa pada saat kunjungan berikut
• Apa akibat ringan dapat dialami, cara mengatasi dan tidak perlu khawatir.
• Tujuan: minimal 5 kali kontak untuk menyelesaikan semua vaksinasi sebelum HUT 1 tahun. (Lihat hal buku acuan)
21
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Intramuskular
Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuskular dengan dosis 0,5 ccCara Pemberian :
• Letakkan bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh kaki telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.• Pegang paha dengan ibu jari dan jari
telunjuk.• Masukkan jarum dengan sudut 900.• Tekan seluruh jarum langsung ke bawah
melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
22Bab 4 Penyuntikan yang Aman
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
SubkutanSuntikan campak diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 ccCara Pemberian :• Atur bayi dengan posisi miring di atas
pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
• Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas (mencubit) lengan bayi
• Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450.
• Untuk mengontrol jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari dan jari telunjuk anda tetapi jangan sentuh jarum.
23
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi
Praktek tidak tepat
Suntikan tidak steril• Penggunaan kembali semprit dan jarum
sekali buang• Sterilisasi semprit dan jarum yang tidak
memadai• Vaksin atau pelarut yang terkontaminasi
Kesalahan pencampuran
• Kocokan vaksin yang tidak memadai• Pencampuran dengan pelarut yang tidak
tepat
• Obat mengganti vaksin atau pelarut
• Penggunaan kembali vaksin yang telah dicampur dengan pelarut pada pelayanan berikutnya
Reaksi hebat yang mungkin timbul setelah imunisasi
Infeksi seperti abses lokal di tempat suntikan, gejala sepsis, toxis shock syndrome atau kematian
Penyebaran infeksi melalui darah seperti hepatitis B,C, HIV
Abses lokalVaksin tidak efektif
Efek negatif dari obat, misal insulin, oksitosin, agen untuk mengurangi tegangan ototKematian 24Bab 4 Penyuntikan yang Aman
Contoh praktek imunisasi yg tidak tepat & reaksi
Praktek tidak tepat
Suntikan di tempat yang salah• BCG diberikan di bawah kulit
(subcutaneous)• DTP/DT/TT terlalu superfisial• Suntikan ke dalam pantat (bokong)
Pengangkutan/penyimpan vaksin yang salah
• VVM berubah warna• Gumpalan vaksin serab (adsorbed)
Reaksi hebat yang mungkin timbul setelah imunisasi
Reaksi lokal dari vaksin berlebihVaksin tidak efektif
Reaksi lokal atau abses
Reaksi lokal atau absesKerusakan syaraf statik
25Bab 4 Penyuntikan yang Aman
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
INGAT !!!Jangan meninggalkan jarum Jangan meninggalkan jarum
suntik tertanam dalam vial.suntik tertanam dalam vial.
•Jangan Menyiapkan suntikan Jangan Menyiapkan suntikan sebelum anak / sasaran hadirsebelum anak / sasaran hadir
Jangan Membuka Karet PenutupVaksin atau menyedot langsungdari vial
26Bab 4 Penyuntikan yang Aman
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Cara Mencegah Luka Tusukan Jarum dan Infeksi
1. Mengurangi keinginan untuk memegang jarum dan semprit
2. Memegang semprit dan jarum dengan aman
3. Membuang tutup jarum langsung setelah siap menyuntik ketempat sampah biasa.
4. Mengatur tataletak tempat pelayanan imunisasi bebas dari orang lewat.
5. Mengatur Posisi anak yang tepat untuk penyuntikan.
6. Membuang ADS setelah dipakai langsung kedalam safetybox
28
ad.2.Memegang semprit dan jarum dengan aman
PENTING: Jika anda menyentuh bagian-bagian ini, buang semprit dan jarum dan ambil semprit yang baru dan steril.
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
.
Posisi anak Posisi anak ketikaketika didivaksinasivaksinasi
Tungkai anakdijepit paha ibu
Lengan yg satudijepit ketiak ibu
Tangan yg laindipegang ibu, Kemudian anakdipeluk
ad.4. Mengatur posisi anak yang tepat untuk penyuntikan
31
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Pencegahan tertusuk jarum :Posisi bayi ketika diimunisasi
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
ad. 5. Pembuangan sampah semua benda medis tajam secara aman
33
Jangan membuang ADS dalam safety box melebihi ¾ box mencegah tertusuk jarum
34Bab 4 Penyuntikan yang Aman
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
Semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi setelah imunisasi dan diduga
karena imunisasi
D. Pemantauan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
36
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
•Penatalaksanaan/Penanganan KIPI•Surveilance KIPI•Pelaporan KIPI•Investigasi KIPI•Analisa Data•Klasifikasi lapangan KIPI
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
REAKSI VAKSIN• Reaksi bisa lokal atau sistemik• Bisa ringan, berat bahkan menimbulkan kematian.• Merupakan reaksi terhadap komponen dari vaksin
– Bahan aktif– Bahan tambahan
• Vaksin yang berkualitas baik (WHO) – Reaksi minimum– Kekebalan maksimum
• Bila terdapat reaksi yang berlebihan pada pemberian pertama, maka vaksin tersebut jangan diberikan lagi.
Penyakit
Cak
upan
imunis
asi
Kasus KIPI
KLB
Eradikasipenyakit
Pravaksinasi
Cakupanmeningkat
KIPI meningkatKepercayaan masyarakat
menurun,terjadi KLB
Kepercayaanmasyarakatmeningkat
kembali
Eradikasi
Imunisasistop
Bagan Maturasi Perjalanan Program Imunisasi
(Chen RT, 1999)
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Klasifikasi Lapangan KIPI, Penyebab KIPI (WHO, 1999)
• Reaksi vaksin– Kejadian yang disebabkan atau dipicu oleh
vaksin yang telah diberikan secara benar, yang disebabkan oleh sifat-sifat yang dimiliki vaksin.
• Kesalahan Program– Kejadian yang disebabkan oleh kesalahan
dalam menyiapkan, menangani atau cara pemberian vaksin.
41
STANDARISASI DQS DAN EVSMMODUL 3 – IMUNISASI YANG AMAN
Klasifikasi Lapangan KIPI (WHO, 1999) Lanjutan…
• Koinsiden– Kejadian yang terjadi sesudah imunisasi tetapi
bukan disebabkan oleh vaksin (faktor kebetulan).
• Reaksi suntikan– Kejadian, berupa kecemasan atau rasa sakit
karena penyuntikan dan bukan karena vaksin.
• Tidak diketahui– Penyebab kejadian belum dapat ditentukan.
42
Vaksin Reaksi Onset interval Angka per juta dosis
BCG Adenitis supuratifBCG osteitisDisseminated BCGitis
2 – 6 bulan1 – 12 bulan1 – 12 bulan
100 – 1.0001 – 7002
Hepatitis B AnafilaksisSindrom Guillan-Barré (jenis vaksin : plasma-derived)
0 – 1 jam1 – 6 minggu
1 – 2 5
Campak/ MMRa)
Kejang demamTrombositopenia (kurang platelet)Anafilaksis
5 – 12 hari15 – 35 hari0 – 1 jam
333331 – 50
Vaksin Polio oral
Vaccine Associated Paralytic Poliomyelitis (VAPP)
4 – 30 hari 1,4 – 3,4b)
Tetanus Neuritis brakhialisAnafilaksis Abses steril
2 – 28 hari0 – 1 jam1 – 6 minggu
5 – 101 – 66 - 10
DTP Menangis menjerit berkepanjangan (>3 jam)Kejang demamEpisode hipotonik hiporensponsifAnafilaksis/syokEnsefalopati
0 – 24 jam
0 – 3 hari0 – 24 jam0 – 1 jam0 – 3 hari
1.000 – 60.000
570c)
57020 0 – 1d) 43Bab 4 Penyuntikan yang Aman