sacciolepis interrupta

4
 Bul eti n Tekni k Per tania n Vol. 13 No. 1, 200 8 19 K endala dalam pengembangan lahan lebak selain masalah  air adalah masalah permukaan air tanah terus menurun  pada musim kemarau, yang menyebabkan terjadiny a berbagai  pr oses ok si dasi se hi ng ga pH ta na h men ur un . Hal in i se- lanjutnya mengakibatkan ketersediaan hara untuk keperluan tanaman menurun. Di samping itu, ketersediaan hara seperti  N, P, da n K di la ha n ra wa umu mny a ju ga sa ng at ren da h (Moehansyah dan Londong 1983). Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tum-  bu h pa da te mp at ya ng ti da k di ke he nd aki. Ka re na si fa t merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Sebenarnya bila di- kelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Bourlang et al. (1992) melaporkan bahwa gulma jenis rumput seperti akar wangi (V etivera zizanoides ) dapat digunakan untuk konser- vasi tanah, dan daun yang muda untuk pakan ter nak. Bahar dan Abidin (1992) melaporkan bahwa sisa penyiangan gulma dapat menjadi media penyimpan unsur hara. Di samping itu,  beberapa j enis gulma d apat dima nfaatkan s ebagai mul sa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai tinggi. Yasin et al. (1993) mendapatkan kandungan N, P , dan K pada gulma jen is rumput V .  zizanoide s masing-masing sebesar 1,23; 0,13; dan 2,43%. Berdasarkan kenyataan ini, pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat me- nurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetapi di sisi lain dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi  beb era pa akt ivi tas mak hlu k hid up. Keg iat an ini ber tuj uan untuk mengidentifikasi jenis gulma dominan dan status ketersediaan hara makro N, P, dan K pada beberapa jenis gulma yang tumbuh di lahan lebak Kalimantan Selata n. BAHAN DAN METODE Kegiatan dilaksanakan di lahan rawa lebak Kecamatan Nagara Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kecamatan Labuan Amas Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kecamatan Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan pada bulan Desember 2005. Bahan dan alat yang digunakan adalah kantong plastik untuk tempat contoh gulma yang diambil, paralon untuk membuat petak kuadrat  berukur an 1 m x 1 m, pisau u ntuk memot ong gulma , alkoh ol 75% untuk menyemprot gulma yang dikumpulkan agar tidak layu, serta karung plastik sebagai tempat contoh gulma yang telah diambil. Contoh gulma diambil dengan cara menempatkan petak kuadrat berukuran 1 m x 1 m sebanyak tiga kali pada setiap desa terpilih. Pada setiap desa terpilih diambil contoh gulma  pa da lo ka si le ba k da ng ka l da n te ng ah an. Set ia p sp es ie s gulma yang terdapat pada petak kuadrat diidentifikasi ber- dasarkan spesies, kemudian dihitung jumlahnya dan di- timbang bobot keringnya. Identifikasi gulma mengacu pada Sastrapradja dan Afriastini (1980), Barnes dan Chandapillai (1972), Anonim (1987), Dinas Pertani an Tanaman Pangan Propinsi Dati I Kalimantan Selatan (1992), serta meng- gunakan herbarium gulma yang tersimpan di laboratorium hama dan penyakit tanaman Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. Setelah itu dihitung frekuensi masing-masing spesies  pada petak ku adrat. Berd asarkan indi kator terse but, selan jut- nya dihitung frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan nisbah  jumla h domi nasi (P ablic o dan Moody 1 983). Jumlah frekuensi adanya satu spesies Frekuensi relatif = x 100% (FR) Jumlah frekuensi seluruh spesies Jumlah populasi satu spesies Kerapatan relatif = x 100% (KR) Jumlah seluruh spesies Bobot kering satu spesies Bobot kering relatif = x 100% (BKR) Jumlah BK seluruh spesies FR + KR + BKR  Nisbah jumlah domin asi = (NJD)  3 Spesies yang mempunyai nilai NJD di atas nilai rata-rata golongan dinyatakan sebagai spesies yang dominan. TEKNIK IDENTIFIKASI JE NIS GULMA DOMINAN DAN STA TUS KETERSEDlAAN HARA NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM BEBERAPA JENIS GULMA DI LAHAN RAWA LEBAK Haryatun 1 1 Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jalan Kebun Karet Loktabat Utara, Kotak Pos 31, Banjarbaru 70712, Telp. (0511) 4772534, Faks. (0511) 4772534

Upload: kenzy-ribbon

Post on 06-Jan-2016

83 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

MATERI LAH

TRANSCRIPT

7/17/2019 SACCIOLEPIS INTERRUPTA

http://slidepdf.com/reader/full/sacciolepis-interrupta 1/4

 Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008 19

K endala dalam pengembangan lahan lebak selain masalah

  air adalah masalah permukaan air tanah terus menurun

 pada musim kemarau, yang menyebabkan terjadinya berbagai

 proses oksidasi sehingga pH tanah menurun. Hal ini se-

lanjutnya mengakibatkan ketersediaan hara untuk keperluan

tanaman menurun. Di samping itu, ketersediaan hara seperti

 N, P, dan K di lahan rawa umumnya juga sangat rendah

(Moehansyah dan Londong 1983).

Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tum- buh pada tempat yang tidak dikehendaki. Karena sifat

merugikan tersebut, maka di mana pun gulma tumbuh selalu

dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Sebenarnya bila di-

kelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan

manfaat dan meningkatkan produktivitas lahan. Bourlang et 

al. (1992) melaporkan bahwa gulma jenis rumput seperti akar 

wangi (Vetivera zizanoides) dapat digunakan untuk konser-

vasi tanah, dan daun yang muda untuk pakan ternak. Bahar 

dan Abidin (1992) melaporkan bahwa sisa penyiangan gulma

dapat menjadi media penyimpan unsur hara. Di samping itu,

 beberapa jenis gulma dapat dimanfaatkan sebagai mulsa atau

untuk membuat kompos dengan status ketersediaan hara

sedang sampai tinggi. Yasin et al. (1993) mendapatkan

kandungan N, P, dan K pada gulma jenis rumput V . zizanoides

masing-masing sebesar 1,23; 0,13; dan 2,43%.

Berdasarkan kenyataan ini, pengelolaan gulma perlu

diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat me-

nurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetapi di sisi

lain dapat memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi

 beberapa aktivi tas makhluk hidup. Kegiatan ini bertujuan

untuk mengidentifikasi jenis gulma dominan dan status

ketersediaan hara makro N, P, dan K pada beberapa jenis

gulma yang tumbuh di lahan lebak Kalimantan Selatan.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan dilaksanakan di lahan rawa lebak Kecamatan Nagara

Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kecamatan Labuan Amas

Selatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kecamatan

Danau Panggang Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan

Selatan pada bulan Desember 2005. Bahan dan alat yang

digunakan adalah kantong plastik untuk tempat contoh

gulma yang diambil, paralon untuk membuat petak kuadrat

 berukuran 1 m x 1 m, pisau untuk memotong gulma, alkohol

75% untuk menyemprot gulma yang dikumpulkan agar tidak 

layu, serta karung plastik sebagai tempat contoh gulma yang

telah diambil.

Contoh gulma diambil dengan cara menempatkan petak kuadrat berukuran 1 m x 1 m sebanyak tiga kali pada setiap

desa terpilih. Pada setiap desa terpilih diambil contoh gulma

 pada lokasi lebak dangkal dan tengahan. Set iap spesies

gulma yang terdapat pada petak kuadrat diidentifikasi ber-

dasarkan spesies, kemudian dihitung jumlahnya dan di-

timbang bobot keringnya. Identifikasi gulma mengacu pada

Sastrapradja dan Afriastini (1980), Barnes dan Chandapillai

(1972), Anonim (1987), Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Propinsi Dati I Kalimantan Selatan (1992), serta meng-

gunakan herbarium gulma yang tersimpan di laboratorium

hama dan penyakit tanaman Balai Penelitian Pertanian Lahan

Rawa. Setelah itu dihitung frekuensi masing-masing spesies

 pada petak kuadrat. Berdasarkan indikator tersebut, selanjut-

nya dihitung frekuensi relatif, kerapatan relatif, dan nisbah

 jumlah dominasi (Pablico dan Moody 1983).

Jumlah frekuensi adanya

satu spesiesFrekuensi relatif = x 100%

(FR) Jumlah frekuensi seluruh

spesies

Jumlah populasi satu spesies

Kerapatan relatif = x 100%(KR) Jumlah seluruh spesies

Bobot kering satu spesiesBobot kering relatif = x 100%

(BKR) Jumlah BK seluruh spesies

FR + KR + BKR  Nisbah jumlah dominasi =

(NJD)   3

Spesies yang mempunyai nilai NJD di atas nilai rata-rata

golongan dinyatakan sebagai spesies yang dominan.

TEKNIK IDENTIFIKASI JENIS GULMA DOMINAN DAN STATUS KETERSEDlAAN HARA

NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM BEBERAPA JENIS GULMA

DI LAHAN RAWA LEBAK 

Haryatun1

1Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Balai Penelitian Pertanian

Lahan Rawa, Jalan Kebun Karet Loktabat Utara, Kotak Pos 31,

Banjarbaru 70712, Telp. (0511) 4772534, Faks. (0511) 4772534

7/17/2019 SACCIOLEPIS INTERRUPTA

http://slidepdf.com/reader/full/sacciolepis-interrupta 2/4

20  Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008

Untuk mengetahui kandungan hara N, P, K, dan C-

organik dari gulma yang didapat, dilakukan analisis jaringan

gulma di laboratorium. Contoh gulma yang berasal dari

lapang dibersihkan dengan air bebas ion untuk menghilang-

kan debu dan kotoran lainnya, kemudian dikeringkan dengan

cara dioven selama 2 x 24 jam pada suhu 60°C. Gulma yang

telah kering kemudian dimasukkan ke dalam mesin penggiling

dengan kehalusan 0,5 mm. Hasil penggilingan lalu dimasuk-

kan ke dalam plastik dan ditutup rapat agar tidak ter-

kontaminasi, kemudian diberi nomor urut sesuai dengan

nomor contoh gulma yang diambil. Contoh gulma yang telah

dihaluskan selanjutnya dianalisis kandungan unsur hara N,

P, K, dan C-organik. Analisis kandungan hara N, P, K, dan C-

organik dilakukan dengan cara pengabuan basah mengguna-

kan H2SO

4 dan H

2O

2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gulma Dominan

Ada 25 spesies gulma yang ditemukan di lahan lebak di lokasi

 penelitian, yang terdiri atas 17 spesies gulma berdaun lebar,

lima spesies gulma golongan rerumputan, dan tiga spesies

gulma golongan teki. Dari 25 spesies gulma tersebut, ada 14

spesies gulma yang dominan, yakni 10 spesies gulma

 berdaun lebar, tiga spesies gulma golongan rerumputan, dan

satu spesies gulma golongan teki (Tabel 1). Hasil penelitian

ini memberikan gambaran bahwa pengendalian gulma dilahan rawa perlu memperhatikan jenis-jenis gulma yang

dominan.

Kandungan Hara N, P, K, dan C-organik 

Hasil analisis jaringan beberapa spesies gulma yang diper-

oleh di tiga kabupaten yang disurvei menunjukkan bahwa

kandungan hara N, P, dan K umumnya cukup tinggi (Tabel 2).

Gulma berdaun lebar yang dominan, seperti  Ageratum

conyzoides, Heptis brevipis,  Pistia stratiotes, dan Polygonom

barbatum mempunyai kandungan N, P, dan K yang cukuptinggi, yaitu masing-masing (2,60%, 0,33%, 1,03%); (2,69%,

0,23%, 1,08%); (2,67%, 0,30%, 1,12%); dan (2,74%, 0,24%,

1,22%). Kandungan N, P, dan K dari gulma berdaun lebar ini

lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan N, P, dan K 

 pupuk organik (Noor et al. 1996), seperti kompos jerami padi,

 jerami jagung, jerami kacang tanah, dan Flemingia  sp. yaitu

masing-masing sebesar (1,21%, 0,16%, 1,26%); (0,84%,

0,16%, 0,99%); (2,37%, 0,21%, 0,77%) dan (2,42%, 0,23%,

1,45%).

Hakim et al . (1986) mengemukakan bahwa bila rasio C/

 N bahan organik rendah, maka proses dekomposisi bahan

organik berlangsung cepat, sebaliknya bila rasio C/N tinggi,maka proses dekomposisi bahan organik berjalan lambat.

Rasio C/N gulma berdaun lebar berkisar antara 16,09-24,79%,

lebih rendah dibandingkan dengan rasio C/N  jerami padi

yaitu 40,83%, kompos jerami padi 26,19%, dan jerami jagung

62,59% (Noor et al. 1996). Hal ini menunjukkan bahwa gulma

dominan dari golongan berdaun lebar, selain sebagai sumber 

hara juga berpotensi sebagai sumber bahan organik. Gulma

dominan berdaun lebar  Ipomea aquatica   dan  Cyperus

distans dari golongan teki, walaupun rasio C/N cukup tinggi

Tabel 1. Nisbah jumlah dominasi (NJD) gulma di lahan lebak 

Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan

Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, MH 2005

Golongan/spesies gulma Nama umum NJD (%)

Golongan berdaun lebar 

 Eichornia crassipes Eceng gondok 9,17*

Culcumis sp. - 1,57

 Polygonum barbatum Jukut carang 6,26*

Grangea maderaspatama Kembang paku konde 2,40

 Ludwigia perennis Cacabean 4,91*

 Ipomea aquat ica Kangkung 4,68*

 Ludwigia octovolvis Papisangan 2,11

Cleome rutidosperma Enceng-enceng 5,62*

Cleome viscosal  Enceng-enceng 0,82

 Ipomea tri lata Kangkung 0,63

Salvinia cuculata Kayambang 3,96*

 Pistia stratiotes Kiapu 5,11

 Altenanthera sessi lis Bayam kremeh, kasisap sayur 3,88*

 Ludwigia hyssopifolia Cacabean 1,11

 Heptis brevipis Godong puser, Kakuluman 4 ,6 0*

 Ageratum conyzo ides Babadotan, Kumpai salap 4, 44 *

 Hydrolea zeylaniea Gagabusan 4,08*

Jumlah 65,35

Golongan rumput

 Paspal idium punctatu m Kumpai babulu 9,06*

 Echinochloa crus-gall i Jajagoan 1,51

 Leptoch loa chinensi s Suket timunan 7,29*

Sacciolepis interupta Utulan, kumpai babulu 9,21*

 Lersia hexandra Banta 2,70

Jumlah 29,77

Golongan tekiCyperus distan Teki rawa 2,44*

Cyperus halpan Papayungan 1,32

Cyperus rotundus Teki 1,12

Jumlah 4,88

Total 100

*Gulma dominan

7/17/2019 SACCIOLEPIS INTERRUPTA

http://slidepdf.com/reader/full/sacciolepis-interrupta 3/4

 Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008 21

yaitu masing-masing 24,72% dan 37.91%, namun mempunyai

kandungan hara K yang cukup tinggi yaitu masing-masing

3% dan 2,58%. Kandungan hara K ini lebih tinggi dibanding-

kan dengan kandungan hara K pada kotoran sapi, kotoran

ayam, kompos jerami padi, Sesbania sp. dan Flemingia sp.,

yaitu masing-masing 1,03%, 2,46%, 0,91%, 2,75%, 1,45%

(Noor et al. 1996). Salah satu fungsi unsur hara K adalahuntuk mengatasi keracunan besi. Oleh karena itu, gulma ini

mempunyai potensi sebagai suplemen unsur hara K.

Golongan rumput Sacciolepis interupta mempunyai

kandungan N 2,79%, lebih tinggi dibandingkan dengan

 pupuk organik seperti kompos jerami padi, berangkasan

kacang tanah, dan Flemegia sp., yaitu masing-masing 0,84%,

2,37%, 2,42% (Noor et al. 1999), serta mempunyai rasio C/N

yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan bahwa gulma ini

 berpotensi sebagai suplemen unsur hara N. Untuk memper-

cepat proses dekomposisi gulma yang berpotensi sebagai

suplemen unsur hara N, P, dan K, sebaiknya gulma tersebut

diberikan dekomposer atau mikroorganisme perombak bahan

organik.

 KESIMPULAN DAN SARAN

Di lahan lebak Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai

Tengah, dan Hulu Sungai Utara ditemukan 25 spesies gulma,

yang terdiri atas 17 spesies gulma berdaun lebar, lima spesies

gulma golongan rumput, dan tiga spesies gulma golongan

teki. Gulma berdaun lebar yang dominan adalah Eichornia

crassipes,  Polygonom barbatum ,  Cleome rutidosperma,

Salvinia cuculata, Heptis brevipis, Ageratum Conyzoides,

 Hydrolea zeylanica, Pistia stratiotes, Ludwigea parennis,

dan Ipomea aquatica. Gulma yang dominan dari golongan

rumput adalah Leptochloa chinensis, Paspalidium punctatum,

dan  Sacciolepis interupta, dan dari golongan teki adalah

Cyperus distans,  Ageratum conyzoides, Heptis brevipis,

 Pis tia stratiotes, dan  Polygonom  barbatum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1987. Weeds of rice in Indonesia. In M. Soerjani , J.G.H.

Kostermans, and G. Tjitrosoepomo (Eds.). Balai Pustaka,

Jakarta.

Bahar, F.A. dan Z. Abidin. 1992. Kepentingan pengelolaan gulma

dalam pembangunan pertanian di Indonesia Bagian Timur.Makalah Utama Kongres dan Seminar Nasional HIGI XI.

Ujung Pandang.

Barnes, D.E. and M.M. Chandapillai. 1972. Common Malaysian

Weeds and Their Control. Ansul (M) Sdn Berhad, Kuala

Lumpur.

Bourlang, M.T., L. Rattan, G. Pimental, and L. Popenoe. 1992.

Vetiver grass. A thin grass line against erosion. Board Science

and Technology for International Development, Washington

D.C.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Dati I Kalimantan

Selatan. 1992. Laporan Tahunan 1991. Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Propinsi Dati I Kalimantan Selatan,Banjarbaru.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.R. Saul,

M.A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar 

Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung.

Moehansyah dan P. Londong. 1983. Keadaan tanah rawa dan

 potensi untuk per tanian di Kecamatan Sungai Pandan,

Kabupaten Hulu Sungai Utara. Jurusan Tanah, Fakultas

Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.

 Noor, A., A. Jumberi, dan R.D. Ningsih. 1996. Peranan pupuk 

organik dalam meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering.

hlm. 575-586. Dalam M. Sabran, H. Sutikno, A Supriyo, S.

Tabel 2. Kandungan hara N, P, K, dan C-organik gulma di lahan lebak 

Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, dan

Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan, MH 2005

Golongan/spesies gulmaKandungan hara (%) Rasio

C-org N P K   C/N

Golongan berdaun lebar 

 Ageratum conyzo ides* 41,84 2,60 0,33 1,03 16,09

 Altenanthera sessi lis 44,80 2,79 0,23 1,35 16,05

Cleome rutidosperma* 41,98 2,49 0,51 0,79 16,86

Cleome viscosal  42,22 2,77 0,18 0,80 15,24

Culcumis sp. 48,68 1,41 0,21 1,42 34,52

 Eichornia crassipes* 46,21 2,32 0,24 1,95 19,92

Grangea maderaspatama 47,29 1,64 0,14 1,55 28,83

 Heptis brevipis* 47,98 2,69 0,23 1,08 17,84

 Hydrole a zeylaniea* 34,43 2,95 0,10 2,24 11,67

 Ipomea aqu atica* 42,60 2,06 0,28 3,00 20,68

 Ipomea tri lata 27,02 2,74 0,72 1,93 9,86

 Ludwigia perennis* 46,42 2,00 0,12 1,17 23,21

 Ludwigia octovolv is 45,82 1,33 0,15 2,33 34,45 Ludwigia hyssopifolia 47,85 2,66 0,20 0,57 17,99

 Pistia stratiotes* 35,20 2,67 0,30 1,12 13,18

 Polygonum barbatum* 50,21 2,74 0,24 1,22 18,32

Salvinia cuculata* 41,97 2,58 0,28 0,87 16,27

Golongan rumput

 Pas pal idi um punctatum* 49,59 2,35 0,11 0,99 21,10

 Leptochloa chinensis* 54,49 1,41 0,06 1,68 38,64

 Echi noch loa crus-gall i 51,26 1,53 0,07 1,78 33,50

Sacciolepis interupta* 49,80 2,79 0,18 0,84 17,85

 Lersia hexandra 47,11 2,83 0,17 0,81 16,64

Golongan teki

Cyperus distans* 53,45 1,41 0,06 2,58 37,91

Cyperus halpan 50,32 1,23 0,08 2,32 40,91Cyperus rotundus 52,65 1,19 0,05 2,41 44,24

*Gulma dominan

7/17/2019 SACCIOLEPIS INTERRUPTA

http://slidepdf.com/reader/full/sacciolepis-interrupta 4/4

22  Buletin Teknik Pertanian Vol. 13 No. 1, 2008

Raihan, dan S. Abdussamad (Ed.). Prosiding Seminar Tekno-

logi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan Lahan Kering. Balai

Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa, Banjarbaru.

Pablico, P.P. and K. Moody. 1983. Sampling of weeds and

vegetation analysis. Lecture prepared for participants

attending the integrated pest management training course heldat the International Rice Research Institute, 15 August-24

 November 1983. Los Banos, Laguna, Philippines.

Sastrapradja, S. dan J.J. Afriastini. 1980. Jenis Rumput Dataran

Rendah. Lembaga Biologi Nasional, LIPI, Bogor.

Yasin, H.G., M. Yahya, M.S. Pandang, dan Subandi. 1993. Sistem

 pertanaman lorong sebagai penghasil pakan ternak pada lahan

kritis bergelombang. Penelitian Usahatani Balittan Maros,

Ujung Pandang. hlm. 22-22.