s02200-pekerjaan tanah

21
S02200-| 1 Wika Realty Kav 2 BAGIAN S02350 – PEKERJAAN TANAH 1.1. PENDAHULUAN Pekerjaan tanah adalah bagian pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan sebuah proyek dan perlu dipersiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis karena hal ini mempengaruhi performa dan keamanan dari proyek secara keseluruhan. 1.2. SYARAT-SYARAT UMUM A. Persiapan daerah yang akan dikerjakan meliputi perbaikan tempat-tempat dimana bangunan akan didirikan, penebasan atau pembabatan terhadap semua pohon-pohon, belukar, sampah yang tertanam serta material lain yang merugikan dan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau dibuang dengan cara-cara yang disetujui Direksi. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, batang pohon, rumput-rumput dan sebagainya; harus dihilangkan sampai kedalaman 50 cm di bawah tanah dasar yang direncanakan. B. Semua daerah urugan harus dipadatkan baik untuk urugan yang ada maupun terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau PT. TIARA HANDALAN LARASADI

Upload: joko-sudirmanns-s

Post on 18-Nov-2015

228 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Gambar 1 : Bumi.Pernahkah Anda mengalami gempa? Jika pernah, apa yang Anda rasakan? Benar, bumi atau lantai yang kita pijak terasa bergoyang. Gempa bumi bisa terjadi siang atau malam hari. Mungkin saja di siang hari Anda sedang duduk di kursi, tiba-tiba kursi bergoyang, air dalam gelas bergoyang dan tumpah, gantungan listrik berayun, pintu dan jendela berderak, dan tiba-tiba di luar orang-orang berteriak, gempa... gempa... Gempa seperti ini mungkin pernah atau sering terjadi di daerah Anda. Bahkan gempa bisa menimbulkan petaka yang hebat, misalnya menyebabkan tanah longsor, bangunan roboh, banjir, gelombang pasang, bahkan bisa menelan korban mahluk hidup termasuk manusia. Misalnya gempa yang terjadi di Tokyo Jepang tahun 1933 menelan korban 60.000 manusia dan 300.000 rumah hancur. Sekarang coba Anda sebutkan di daerah mana saja gempa yang terjadi di Indonesia! Ya benar, misalnya gempa yang terjadi di Bengkulu, atau di Nusa Tenggara Timur yang menewaskan banyak orang.Tahukah Anda apa yang menyebabkan terjadinya gempa? Zaman dulu di beberapa daerah konon ada yang percaya bahwa gempa disebabkan bumi ini terletak di ujung tanduk sapi (dewa). Sang Sapi mendapat laporan bahwa bumi ini sudah kosong oleh orang-orang baik. Bumi ini hanya diisi oleh orang jahat. Sehingga Sang Sapi menggoyangkan kepalanya untuk memberikan peringatan pada manusia melalui gempa.Tentunya Anda tidak akan percaya dengan cerita di atas. Sesungguhnya gempa terjadi akibat getaran kulit bumi yang disebabkan oleh kekuatan dari dalam bumi. Bagaimana getaran itu terjadi? Kerak bumi ini merupakan lempengan yang kaku. Di daerah yang labil, lapisan litosfer ini mengalami perubahan letak. Misalnya di satu bagian terangkat ke atas, sedangkan di bagian sebelahnya menurun atau bertahan pada kedudukannya. Pelengkungan pada perbatasan antara dua bagian yang bergeser ini menimbulkan ketegangan yang lama-kelamaan akan patah yang mendadak. Patahan yang mendadak itulah yang menimbulkan getaran gempa.Gempa bumi adalah getaran atau guncangan yang terjadi di permukaan bumi. Gempa bumi biasa disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut. Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.Tenaga dari dalam bumi yang menyebabkan gempa ini bermacam-macam. Karena itu gempa dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya, bentuk episentrumnya, letak hiposentrumnya, jarak, dan letak episentrumnya.Berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya, gempa dibagi menjadi gempa tektonik, gempa vulkanik, dan gempa runtuhan:1) Gempa tektonik merupakan jenis gempa yang terkuat dan bisa meliputi wilayah yang luas. Gempa ini merupakan akibat dari gerakan gempa tektonik yaitu berupa patahan atau retakan.2) Gempa vulkanik yaitu gempa yang terjadi sebelum atau pada saat gunung berapi meletus. Gempa ini hanya terasa di daerah sekitar gunung berapi, sehingga tidak begitu kuat jika dibandingkan dengan gempa tektonik.3) Gempa runtuhan yaitu gempa yang terjadi akibat runtuhnya atap gua yang terdapat di dalam litosfer, seperti gua kapur atau terowongan tambang. Gempa ini relatif lemah dan hanya terasa di sekitar tempat runtuhan terjadi.Masih banyak penggolongan jenis gempa. Misalnya berdasarkan bentuk episentrumnya, dibedakan menjadi 2 macam, yaitu gempa linier dan gempa sentral. Gempa linier yaitu episentrumnya berupa garis. Sedangkan gempa sentral yaitu episentrumnya berbentuk suatu titik. Berdasarkan letak kedalaman hiposentrumnya dibedakan menjadi tiga macam gempa, yaitu gempa dalam, gempa intermedier (menengah), dan gempa dangkal. Berdasarkan jarak episentrumnya, gempa dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gempa setempat, gempa jauh, dan gempa sangat jauh. Berdasarkan letak episentrumnya, gempa dapat dibedakan menjadi gempa laut dan gempa darat.Tipe gempa bumiGempa Vulkanik

TRANSCRIPT

1

Wika Realty Kav 2

BAGIAN S02350 PEKERJAAN TANAH

1.1. PENDAHULUAN

Pekerjaan tanah adalah bagian pekerjaan yang dilakukan dalam pembangunan sebuah proyek dan perlu dipersiapkan sesuai dengan spesifikasi teknis karena hal ini mempengaruhi performa dan keamanan dari proyek secara keseluruhan.

1.2. SYARAT-SYARAT UMUM

A. Persiapan daerah yang akan dikerjakan meliputi perbaikan tempat-tempat dimana bangunan akan didirikan, penebasan atau pembabatan terhadap semua pohon-pohon, belukar, sampah yang tertanam serta material lain yang merugikan dan berada dalam daerah yang akan dikerjakan, harus dihilangkan, ditimbun dan kemudian dibakar atau dibuang dengan cara-cara yang disetujui Direksi. Semua sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, batang pohon, rumput-rumput dan sebagainya; harus dihilangkan sampai kedalaman 50 cm di bawah tanah dasar yang direncanakan.

B. Semua daerah urugan harus dipadatkan baik untuk urugan yang ada maupun terhadap urugan yang baru. Tanah urugan harus bersih dari sisa-sisa tumbuhan atau bahan-bahan yang dapat menimbulkan pelapukan di kemudian hari.

1.3. RUANG LINGKUP

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat-alat dan pengangkutan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua Pekerjaan Tanah, seperti tertera dalam gambar-gambar rencana dan spesifikasi ini; semua pekerjaan pembersihan dan penebasan atau pembabatan, galian dan urugan untuk jalan, galian dan urugan untuk bangunan atau pekerjaan tanah lainnya (dinding penahan tanah) yang ditentukan oleh Direksi.2. GALIAN

A. Galian harus dilakukan sesuai dengan panjang, kedalaman, kemiringan kelengkungan yang diperlukan untuk melaksanakan sesuatu pekerjaan dan atau sesuai yang tercantum dalam gambar-gambar rencana. Galian harus bebas dari genangan air selama proses pekerjaan berlangsung. Tanah bekas galian jika tidak terpakai untuk bahan urugan harus segera dibuang keluar dari lokasi proyek.

B. Pemborong harus menjaga supaya tanah di bawah dasar elevasi seperti pada gambar rencana atau yang ditentukan oleh Direksi tidak terganggu. Jika terganggu Pemborong harus menggali dan mengurug kembali dan harus dipadatkan sampai memenuhi syarat yang ditentukan Direksi.

C. Dalam hal dijumpai adanya muka air tanah yang terletak diatas dasar galian, maka Pemborong harus merencanakan sistem dewatering untuk menurunkan permukaan air tanah sampai dengan 1.0 meter dibawah dasar galian. Durasi/lamanya pekerjaan dewatering akan ditentukan oleh direksi.D. Dalam pelaksanaan pekerjaan galian dan dewatering, harus dilakukan sistem monitoring terhadap kondisi lingkungan sekitar dan dilakukan upaya-upaya agar pekerjaan galian dan dewatering tersebut tidak menggangu dan menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan / bangunan sekitar (pergerakan tanah lateral, penurunan muka air tanah, penurunan bangunan, dll). Jika dipandang perlu, harus dibuat juga recharging well diluar / sekitar area galian.3. URUGAN

A. Material urugan / timbunan adalah material tanah yang layak digunakan sebagai material timbunan yang layak dan memenuhi persyaratan yang diberikan. Dalam pekerjaan ini diupayakan material timbunan berasal dari daerah di dekat lokasi proyek.

B. Semua material yang diperlukan untuk urugan atau urugan kembali harus bersih dari bekas akar-akar pohon, kayu, tanaman dan material logam dan akan mendapat persetujuan dari Direksi sebelum dipergunakan.

C. Urugan harus dilakukan untuk memenuhi elevasi yang diperlukan untuk melakukan sesuatu pekerjaan dan atau seperti yang tercantum dalam gambar-gambar rencana.

D. Tanah bekas tanaman harus dikupas sedalam minimum 50 cm, kemudian tanah di bawahnya harus dipadatkan seperti yang disyaratkan dalam bagian pekerjaan ini sebelum diadakan pengurugan di atas lapisan tersebut.

E. Jika tidak ditentukan lain, material urugan harus terdiri dari bahan tanah merah dengan klasifikasi SM atau SC (klasifikasi menurut USCS).F. Syarat teknis material urugan/timbunan untuk proyek ini adalah :

Tidak bersifat ekspansif

Tidak bersifat dispersif

Mencapai nilai CBR minimum 6%

Mencapai kohesi minimum sebesar 0.5 kg/cm2 untuk tanah lempung yang dipadatkan

Mencapai kohesi minimum sebesar 1.0 kg/cm2 dan sudut geser dalam minimum sebesar 18( untuk soil-cement yang dipadatkan

4. UJI LABORATORIUM UNTUK PENENTUAN KELAYAKAN TANAH URUGANA. Uji Sifat Fisis Tanah

Uji sifat fisis tanah meliputi uji untuk penentuan berat jenis tanah (Gs), penentuan batas-batas Atterberg (batas cair dan batas plastis atau LL dan PL), penentuan kadar air alami tanah dan penentuan persentase atau kadar tanah lempung dan lanau dengan menggunakan uji hidrometer. Uji kadar air juga dilakukan sebagai kontrol terhadap kadar air yang digunakan pada pemadatan tanah.

B. Uji Pemadatan Tanah di Laboratorium

Uji pemadatan tanah di laboratorium seperti uji kompaksi standar (Standard Proctor) atau uji kompaksi Modified Proctor dilakukan untuk menentukan kadar air optimum (OMC) dan kepadatan tanah kering maksimum ((dry max).

Uji kompaksi dilakukan pada beberapa sampel dengan kadar air yang berbeda, dengan memberikan energi pemadatan tertentu sesuai uji standar Proctor ataupun modified Proctor hingga diperoleh kadar air optimum (OMC) dan kepadatan tanah kering maksimum ((dry max).

C. Uji CBR (California Bearing Ratio) di Laboratorium

Setelah diperoleh nilai OMC dari uji kompaksi, maka selanjutnya perlu dilakukan uji CBR pada kondisi tidak terendam (unsoaked) dan pada kondisi terendam air (soaked). Pembuatan atau pemadatan sampel untuk uji CBR dilakukan pada kadar air tertentu, yang umumnya adalah berkisar antara kadar air optimum (OMC) ( 5%. Kondisi unsoaked menggambarkan kondisi timbunan yang paling baik, sedangkan kondisi soaked menggambarkan kondisi terburuk dimana timbunan atau tanah terendam dalam air. Pada uji CBR dalam kondisi soaked, sebelum dilakukan penetrasi terhadap sampel uji CBR, perubahan volume tanah dalam mold saat mulai direndam dalam air harus senantiasa dicatat dan digambarkan terhadap waktu, hingga perubahan volume yang terjadi tersebut telah menjadi sangat kecil terhadap waktu. Perendaman ini dapat berlangsung hingga beberapa hari.

Sifat pengembangan tanah atau swelling dan sifat dispersif dari tanah yang dipadatkan dapat dievaluasi dengan menbandingkan hasil uji CBR pada kondisi unsoaked dan pada kondisi soaked.

Uji CBR dilakukan pada sampel yang dipadatkan pada OMC atau pada kadar air yang dikehendaki, sesuai dengan kadar air saat pemadatan di lapangan kelak. Uji CBR dilakukan pada dua buah kondisi, yaitu kondisi tidak terendam (unsoaked) dan kondisi terendam (soaked). Pengembangan volume tanah atau swelling dari sampel tanah yang direndam tidak boleh lebih besar dari 2% atau lebih dari nilai yang disyaratkan.

Nilai CBR dari sampel uji yang direndam pada proyek ini tidak boleh kurang dari 6% atau kurang dari nilai yang disyaratkan.D. Uji Kuat Geser Tanah yang Dipadatkan di Laboratorium

Kuat geser atau parameter kuat geser dari tanah yang dipadatkan dapat dilakukan di laboratorium dengan prinsip yang sama dengan uji kuat geser tanah yang umum dilakukan di laboratorium. Uji ini mempunyai tujuan utama untuk memperoleh parameter kuat geser dari tanah timbunan yang dipadatkan, sehingga digunakan sampel uji yang diambil dari tanah hasil kompaksi, baik dalam kondisi tidak terendam air (unsoaked) maupun pada kondisi terendam air (soaked).

Uji kuat geser yang digunakan adalah uji triaksial UU, dengan menggunakan sampel-sampel uji dari hasil pemadatan pada OMC, baik pada kondisi unsoaked maupun pada kondisi soaked, dan bukan pada kondisi aslinya.

Uji kuat geser lain seperti uji geser langsung (DS, direct shear test) dan uji triaksial CU juga dapat dilakukan. Tidak direkomendasikan untuk menggunakan uji kuat tekan bebas (UCT), terutama pada sampel uji dari kondisi soaked.

E. Ketentuan Jumlah Pengujian untuk Tanah Timbunan

Disyaratkan minimum satu set pengujian lengkap terhadap material tanah dari sumber lokasi pengambilan tanah (quarry) setiap volume maksimum sebesar 5000 m3.

5. PEMADATAN

A. Pelaksanaan pekerjaan dan pemadatan urugan tidak boleh dilakukan sewaktu cuaca hujan. Pemadatan dapat dilanjutkan setelah hujan dengan syarat ketentuan mengenai persyaratan kadar air maksimumnya tidak terlampaui.

B. Pemadatan semua bagian daerah urugan dan timbunan harus diatur berlapis demikian, sehingga dicapai suatu lapisan setebal 30 cm dan dalam keadaan padat.

Tiap lapisan harus dipadatkan sebelum lapisan berikutnya diurug atau ditimbun.

Pemadatan dapat dilakukan dengan wales atau compactor vibratory type yang mempunyai kapasitas minimum 20 ton.6. PENGAWASAN MUTU PEMADATAN TANAH TIMBUNANA. Jumlah Pengujian

Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi, penelitian tersebut dilaksanakan setiap 100 m3 dari timbunan dan setiap 200 m2 dari daerah yang dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm. Test kepadatan dapat dilakukan mengikuti prosedur ASTM D1556 atau D2167. Sedikit bagian permukaan tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada saat pemadatannya.

B. Uji Kepadatan Tanah

Daerah urugan atau daerah yang terganggu harus dipadatkan dengan alat pemadat atau compactor vibratory type yang disetujui oleh Direksi atau wakilnya.

Pemadatan dilakukan sampai mencapai hasil kepadatan lapangan pada kedalaman lapisan 30 cm di bawah elevasi yang direncanakan supaya tidak kurang dari 95% dari kepadatan maksimum hasil laboratorium untuk bagian daerah yang digali/dipotong (cut); 85 % untuk bagian daerah yang akan dipergunakan untuk jalan orang dan taman; 95 % untuk bagian daerah pavement (perkerasan), 100 % untuk dasar pondasi atau lantai beton.

C. Uji Kadar Air Pemadatan Tanah

Kadar air material tanah yang akan digunakan dalam pemadatan harus diketahui terlebih dahulu. Material timbunan dengan kadar air yang lebih tinggi dari OMC atau lebih tinggi dari kadar air yang disyaratkan untuk pemadatan di lapangan tidak boleh digunakan, dan harus dikeringkan terlebih dahulu hingga sesuai dengan kadar air yang disyaratkan.

Material timbunan dengan kadar air yang lebih rendah dari OMC atau lebih rendah dari kadar air yang disyaratkan untuk pemadatan di lapangan perlu ditambah hingga sesuai dengan kadar air pemadatan yang disyaratkan.D. Uji CBR Lapangan

Nilai CBR lapangan tidak boleh kurang dari 6% atau kurang dari nilai yang disyaratkan.

Pengujian dapat dilakukan menggunakan DCPT

7. PENELITIAN LAPANGAN

A. Direksi harus diberitahu bahwa penelitian di lapangan sudah dapat dilaksanakan untuk penentuan kepadatan relatif sebenarnya yang terjadi di lapangan.

B. Penelitian kepadatan di lapangan harus diawasi oleh Direksi, penelitian tersebut dilaksanakan setiap 100 m3 dari timbunan dan setiap 200 m2 dari daerah yang dipadatkan untuk setiap kedalaman tidak melebihi 50 cm. Test kepadatan dapat dilakukan mengikuti prosedur ASTM D1556 atau D2167.

Sedikit bagian permukaan tanah dibuang karena kemungkinan terganggu pada saat pemadatannya.

8. CAMPURAN TANAHSEMEN (Soil-Cement)

Jika dikehendaki lapisan tanah yang lebih kuat dan stabil, maka dapat digunakan campuran tanah dengan semen yang kemudian juga dipadatkan di lapangan. Untuk memperoleh berapa persentase semen yang diperlukan untuk mencapai kuat geser yang diinginkan, maka perlu dilakukan pengujian pendahuluan (trial tests) di laboratorium terhadap beberapa set sampel dengan kadar semen yang berbeda-beda. Jenis semen yang digunakan adalah semen Portland yang tersedia di pasaran.

A. Persiapan Spesimen (Sampel Uji)

Pada prinsipnya persiapan sampel uji dapat dilakukan setelah uji kompaksi dilakukan, sehingga nilai (dry maksimum dan OMC telah diperoleh. Sampel uji kemudian dapat mulai dibentuk dengan mencampurkan semen dengan tanah sesuai dengan persentase tertentu terhadap berat keringnya, tambahkan air hingga mencapai OMC atau kadar air tertentu yang dikehendaki, aduk tanah dengan semen, lakukan pemadatan dan kemudian lakukan curing jika diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dalam mold kompaksi untuk kemudian sampel uji diambil dari mold tersebut, atau dengan mencetak sampel uji secara langsung pada mold khusus sebesar ukuran sampel sesuai dengan kepadatan kering maksimum dan kadar air yang dikehendaki.B. Variasi Kadar Semen

Pembuatan sampel uji soil-cement dapat dilakukan pada berbagai kadar semen terhadap berat tanah alaminya. Disarankan untuk memberikan variasi kadar semen terhadap berat tanah dalam rentang 1% hingga 8%, walaupun penggunaan semen sebanyak 8% atau lebih umumnya akan menjadi tidak ekonomis.

C. Pengujian Kuat Geser dan Quality Control

Pengujian kuat geser dapat dilakukan serupa dengan uji kuat geser untuk tanah timbunan (compacted soils) pada umumnya. Untuk proyek ini disyaratkan campuran soil-cement yang dipadatkan agar mempunyai kohesi (c) minimum sebesar 1 kg/cm2 dan sudut geser dalam (() minimum sebesar 18(. Uji sondir di lapangan disyaratkan untuk memberikan tahanan ujung minimum sebesar 40 kg/cm2.

9. MATERIAL BERBATU

Apabila material urugan mengandung batu-batu tidak dibenarkan batu-batu yang besar bersarang menjadi satu, dan semua pori-pori harus diisi dengan batu-batu kecil atau tanah yang dipadatkan.

10. PEMBUANGAN MATERIAL KELEBIHAN

A. Kelebihan material galian jika tidak ditentukan lain harus dibuang oleh pemborong ke tempat-tempat pembuangan yang telah ditentukan oleh Direksi.

B. Bahan galian untuk mengisi di tempat lain (borrow) jika bahan galian yang ada tidak mencukupi harus diambil dari suatu daerah borrowpits yang sudah ditentukan oleh Direksi dengan tidak menimbulkan tambahan biaya pada owner.

11. POHON-POHON YANG ADA (EXISTING TREES)

A. Pohon-pohon yang ada pada lokasi sedapat mungkin dijaga oleh Pemborong terhadap pengrusakan.

B. Pohon-pohon dalam daerah bangunan harus dipindahkan dan bekas-bekasnya diurug kembali sampai rata dan padat. Lokasi penanaman kembali akan ditentukan oleh Direksi.

C. Pohon-pohon diluar daerah bangunan tidak satupun yang dipotong. Lokasi dari bangunan konstruksi serta gudang fasilitas dipilih sesedikit mungkin untuk mengganggu atau melanggar pertumbuhan tanaman.

12. TAMBAHAN GALIAN DAN URUGAN

A. Bilamana dianggap perlu untuk keadaan tertentu diperlukan supaya memperdalam galian pondasi; pekerjaan tersebut harus dilakukan sesuai dengan petunjuk dari Direksi.

B. Setiap galian tambahan dan urugan tambahan yang tidak sesuai dari gambar rencana tidak dikenakan tambahan biaya.

13. PENGAWASANA. Setiap penggalian dan pengurugan kembali akan diawasi dan diberikan persetujuan dari Direksi sebelum pekerjaan berikutnya dimulai.

B. Pengurugan kembali tidak diperbolehkan sebelum Direksi memeriksa pekerjaan pondasi atau pekerjaan lainnya yang tertutup oleh galian.

C. Adalah satu keharusan bagi pemborong untuk bertanggung jawab terhadap pengaturan kebersihan jalan umum, truk-truk pengangkutan tanah, koordinasi dengan pejabat-pejabat yang terkait dengan pekerjaan ini dan segala dampak negatif yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut di atas.

14. PENURUNAN TANAH Pengawasan dan monitoring harus dilakukan terhadap penurunan tanah dimana terdapat 2 jenis penurunan tanah yaitu 1. Penurunan tanah akibat Dewatering

2. Penurunan tanah akibat berat konstruksi gedung

A. Penurunan Akibat Dewatering

Pengawasan dan monitoring terhadap penurunan tanah yang terjadi akibat dewatering sebaiknya dilakukan secara perkelanjutan selama proses dewatering berlangsung. Titik-titik monitoring dapat disebarkan di permukaan tanah sekitar batas lahan. Menurut analisis secara teoritis akan terjadi penurunan sebesar 2.8 cm pada permukaan tanah pada jarak 10.0 m dari galian dan 2.3 cm pada elevasi -12.8 pada jarak sama dari galian. Penurunan yang akan terjadi di lapangan tidak boleh lebih besar dari hasil teoritis, dan jika penurunan yang terjadi di lapangan lebih besar dari teoritis maka harus dilakukan recharge agar tidak terjadi penurunan yang berkelanjutan.

B. Penurunan Akibat Berat Konstruksi Gedung

Terdapat 3 jenis penurunan yang diakibatkan oleh berat konstruksi gedung yaitu :

1. Penurunan Segera ( immediate Settlement)

Mengingat struktur tanah di lokasi didominasi oleh jenis tanah berpasir maka penurunan mayoritas yang akan terjadi adalah penurunan segera. Dari analisis yang dilakukan menurut teoritis diperoleh penurunan segera maksimum sebesar 6.68 cm yang terletak di tengah bangunan. Pelaksana harus menyusun dan menyesuaikan tahapan pelaksanaan konstruksi terhadap penurunan segera yang akan terjadi. Pengawasan terhadap kondisi pada dasar pondasi raft agar tetap seperti aslinya atau tidak terjadi lumpur sehingga dapat memyebabkan penambahan penurunan yang akan terjadi.

2. Penurunan Konsolidasi ( Consolidation Settlement)

Penurunan konsolidasi umumnya terjadi setelah pekerjaaan struktur selesai atau dalam masa finishing bangunan tetapi tidak menutup kemungkin terjadi bersamaan dengan penurunan segera. Menurut perhitungan teoritis penurunan konsolidasi maksimum sebesar 2.17 cm yang berlokasi di pusat bangunan. Perlu dilakukan pengawasan dan monitoring terhadap penurunan konsolidasi dimana menurut teoritis waktu konsolidasi hingga 90% yaitu selama 1.40 tahun.3. Penurunan Total ( Total Settlement)

Penurunan total diperoleh dengan menjumlahkan penurunan segera dengan penurunan konsolidasi. Menurut toritis diperoleh penurunan total sebesar 8.83 cm yang berada di pusat bangunan.

PAGE PT. TIARA HANDALAN LARASADI