s kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran bahasa
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN
BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1 SAWAHAN MADIUN
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011
SKRIPSI
Oleh :
ITA WIDYAWATI
K7407186
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Ita Widyawati. “ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA MATA
PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1 SAWAHAN
MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011”. Skripsi,
Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret,
Desember 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) Mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar
dalam memahami menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris
dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure dan Writing yang dialami siswa
kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun, (2) Mengetahui penyebab kesulitan belajar
siswa dalam mempelajari konsep dan kosakata yang dialami siswa kelas VIII
SMP N 1 Sawahan Madiun, (3) Mengetahui upaya-upaya pemecahan masalah
dalam kesulitan belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun.
Metode penelitian yang digunakan ini adalah Metode Deskriptif Kualitatif.
Subyek penelitian adalah siswa dan guru kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun
tahun ajaran 2010/2011. Strategi Penelitian yang digunakan penelitian ini adalah
Tunggal Terpancang. Sumber Data yang digunakan adalah Informan, Tempat dan
Peristiwa serta Dokumen dan Arsip.Teknik sampling yang digunakan adalah
Teknik sampel tujuan (purpose sampling). Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah Wawancara, Observasi, dan Analisis dokumen. Teknik analisis
data yang digunakan adalah Teknis Analisis Interaktif.
Hasil dari penelitian ini adalah (1) Jenis-jenis kesulitan belajar yang
dialami siswa dalam menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris
dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure, dan Writing yaitu memahami
konsep dan kosakata, (2) Yang menjadi faktor-faktor penyebab siswa mengalami
kesulitan belajar berupa aspek kognitif yaitu kemampuan keterampilan
menghafal, kemampuan penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah.
Untuk aspek afektif yang menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar
adalah kurang minat terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan perhatian,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
menghindari tanggung jawab, malas belajar dan sering bolos. Untuk aspek
psikomotorik yang berupa terganggunya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran adalah menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar.
Lingkungan keluarga yang menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan
belajar adalah fasilitas meja belajar dan ruang untuk belajar. Untuk lingkungan
sekolah yang menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar adalah
perhatian guru kepada siswa, hubungan guru dengan siswa, cara mengajar guru
dan fasilitas belajar di sekolah, (3) Upaya-upaya yang dilakukan guru oleh siswa
kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah dengan menggunakan pengajaran
perbaikan. Bentuk pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk pengajaran yang
sifatnya memperbaiki. Bentuk perbaikan yang digunakan guru adalah berupa
diskusi dan tugas kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
HALAMAN PENGAJUAN………………………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN……………………………………………….. iii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………… iv
HALAMAN REVISI…………………………………………………………. v
HALAMAN ABSTRAK……………………………………………………… vi
HALAMAN ABSTACT……………………………………………………… viii
HALAMAN MOTTO………………………………………………………… x
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………… xi
KATA PENGANTAR………………………………………………………... xii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xv
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xviii
DAFTAR BAGAN…………………………………………………………... xx
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….…………… xxi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………… 8
C. Tujuan Penelitian ………………………………………………... 8
D. Manfaat Penelitian ………………………………………………. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ………………………………………………… 10
1. Tinjauan Tentang Belajar…….………………………………. 10
2. Tinjauan Tentang Metode Mengajar………..………………... 18
3. Tinjauan Tentang Prestasi Belajar ……………………….…... 25
4. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Presatasi Belajar
Siswa …………..……………….……………………………. 27
5. Tinjauan Tentang Kesulitan …………………………………. 29
B. Penelitian yang Relevan …………………………………………. 32
C. Kerangka Pemikiran ……………………………………………... 35
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………... 38
1. Tempat Penelitian …………………………………………… 38
2. Waktu Penelitian ……………………………………………. 38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian …………………………………. 38
1. Bentuk Penelitian …………………………………………… 38
2. Strategi Penelitian …………………………………………… 39
C. Sumber Data …………………………………………………….. 40
D. Teknik Sampling ………………………………………………… 41
E. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………… 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
F. Validitas Data …………………………………………………... 45
G. Teknik Analisis Data …………………………………………..... 45
H. Prosedur Penelitian ……………………………………………… 48
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian …………………………………….. 49
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian …………………………….. 64
C. Temua Studi yang dihubungkan dengan Kajian Teori ………… 85
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan ………………………………………………………... 94
B. Implikasi ………………………………………………………... 95
C. Saran ……………………………………………………………. 96
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 98
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sendiri (Muhibbin Syah, 2006). Pendidikan selalu
mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur kurikulum, sistem
pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya tersebut antara
lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para pendidik dan peserta
didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan nasional di Indonesia
tidak hanya bertugas membentuk warga negara yang baik, tetapi juga bertugas
mencerdaskan bangsa secara terus menerus, khusus untuk kepentingan generasi muda
di seluruh Indonesia. Menurut UUD 1945 pasal 31 dijelaskan bahwa pendidikan atau
pengajaran merupakan hak dari tiap-tiap warga Negara, tidak ada pihak yang dapat
melarang tiap-tiap warga Negara untuk mendapatkan pengajaran. Pemerintah
membuat sistem pengajaran nasional yang dalam pelaksanaannya sudah diatur
dengan Undang-undang.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia melalui tiga jalur, yaitu pendidikan
formal, pendidikan non formal dan pendidikan informal. Pendidikan formal
merupakan jalur pendidikan yang diselenggarakan di sekolah yang berjenjang dan
berkelanjutan. Pendidikan non formal merupakan jalur pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat yang tidak terlalu sistematis dan terencana,
sedangkan pendidikan informal merupakan jalur pendidikan yang dilakukan
seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar maupun tidak sadar dari
seseorang lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan yang dilakukan di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
merupakan wujud penyelenggaraan pendidikan formal, proses belajar mengajar di
sekolah terjadi apabila terdapat interaksi antara guru dan siswa.
SMP N 1 SAWAHAN merupakan sekolah negeri yang mempunyai input atau
masukan siswa dengan prestasi belajar yang bervariasi, Prestasi belajar yang
bervariasi ini menjadikan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar dikelas
menjadi berbeda. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas,
dalam hal ini dapat berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di
suatu ruangan dalam melaksanakan KBM. Kelas dalam arti luas mencakup interaksi
guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar dan implementasi kurikulum
serta evaluasinya. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang
menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan,
sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. Menurut Syaiful Bahri Djamarah,
belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor.
Proses belajar yang dilakukan siswa SMP meliputi berbagai mata pelajaran
salah satunya adalah mata pelajaran Bahasa Inggris. Mata Pelajaran Bahasa Inggris
yang diselenggarakan di sekolah pada umumnya sulit untuk dimengerti. Banyak
siswa yang beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Inggris itu membosankan. Sehingga
pada waktu proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris banyak yang tidak
memperhatikan penjelasan guru. Pelajaran Bahasa Inggris tidak diminati para siswa,
karena siswa beranggapan bahwa pelajaran Bahasa Inggris menegangkan sehingga
siswa menjadi tegang dan akhirnya mengganggu konsentrasi belajar. Selain itu dalam
proses belajar mengajar guru tidak menggunakan metode mengajar yang bervariasi
dan menggunakan media pengajaran yang tidak menarik. Hal tersebut menyebabkan
proses belajar mengajar Bahasa Inggris menjadi pasif serta tidak merangsang
terjadinya interaksi antara guru dan siswa. Selain itu guru dalam mengajar kurang
mengalokasikan waktu untuk menyampaikan tujuan pembelajaran dan membagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
materi ke dalam kegiatan tatap muka seperti tujuan yang diharapkan, sehingga
menjelang ujian banyak bahan yang belum terselesaikan dan guru harus mengejar
untuk menyelesaikannya dan hal ini menyebabkan siswa tidak siap untuk menerima
materi pelajaran yang banyak dalam waktu yang singkat. Seharusnya pada saat proses
belajar mengajar pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, siswa memperhatikan
penjelasan dari guru, tidak bicara sendiri atau tiduran dikelas. Di samping itu guru
dalam penggunaan media atau metode pembelajaran harus bervariasi supaya dapat
menciptakan suasana belajar yang baik, siswa akan lebih aktif pada saat proses
belajar mengajar berlangsung. Tapi kenyataannya, berdasarkan wawancara dengan
beberapa siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun menyatakan bahwa pada saat
proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris berlangsung, siswa tersebut
tidak memperhatikan penjelasan dari guru, mereka cenderung melihat guru yang
sedang berbicara tetapi mereka tidak menyerap materi yang disampaikan guru
tersebut. Selain itu guru dalam memberikan pelajaran cenderung membosankan
karena tidak menggunakan metode dan media yang bervariasi sehingga membuat
suasana belajar menjadi pasif sehingga tidak menimbulkan interaksi antar guru dan
siswa.
Menurut Jerome S. Bruner dalam Muhibbin Syah (1999:109) siswa
menempuh 3 tahap dalam proses belajar yaitu (1). Tahap Informasi (tahap
penerimaan materi) (2). Tahap Transformasi (Tahap pengubahan materi) (3). Tahap
Evaluasi (Tahap penilaian ). Hambatan-hambatan yang dihadapi siswa dalam proses
belajar mengajar dikelas disebut sebagai kesulitan belajar siswa dalam mempelajari
konsep Bahasa Inggris yang akan dipelajari oleh siswa VIII ada tiga konsep, yaitu
Reading, Structure, dan Listening. Konsep-konsep tersebut harus dipelajari dalam
waktu 2 semester, tetapi kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa konsep tersebut
tidak dipelajari secara mendalam sehingga menyebabkan siswa kesulitan dalam
mempelajarinya. Kesulitan belajar pada peserta didik dapat terjadi pada siswa yang
berkatagori “di luar rata-rata“ (sangat pintar dan sangat bodoh) yang dipengaruhi oleh
tingkat kecerdasan, pengetahuan, bakat, kepribadian, sikap, kebiasaan, sifat dan latar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
belakang kehidupan keluarga, sosial dan emosional. Kesulitan belajar dapat
dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari
psikofisik dan psikologis. Faktor eksternalnya terdiri dari lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat dsb. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam mempelajari
konsep Bahasa Inggris dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka guru sebagai
seorang pendidik haruslah berupaya agar kesulitan-kesulitan belajar tersebut dapat
dikurangi atau bahkan dihilangkan. Upaya yang dilakukan guru dapat berhasil apabila
ada kerjasama yang harmonis antara guru dan siswa, sehingga siswa dapat mencapai
prestasi belajar yang diharapkan.
Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas
dan wawancara dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII di SMP N 1
Sawahan Madiun tahun ajaran 2010-2011 semester genap menunjukkan bahwa
pencapaian kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris siswa belum semuanya sesuai
dengan KKM yaitu 65.
Tabel 1 : Daftar Rata-rata Nilai ujian Semester Genap Mata Pelajaran Bahasa Inggris
Kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun Tahun Ajaran 2010-2011.
Kelas VIII A VIII B VIII C VIII D VIII E VIII F
Nilai
rata-rata
80 75 78 76 75 74
Sumber : Daftar nilai Ujian Semester Genap siswa kelas VIII Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
Berdasarkan Tabel 1, maka dapat diketahui bahwa siswa kelas VIII F nilai
rata-ratanya paling rendah dibandingkan dengan nilai rat-rata siswa kelas VIII yang
lain. Sedangkan untuk presentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII dalam mata
pelajaran Bahasa Inggris dapat diuraikan sebagai berikut :
Tabel 2: Daftar ketuntasan Belajar siswa kelas VIII F SMP N 1 Sawahan Madiun
pada mata pelajaran Bahasa Inggris Tahun Ajaran 2010-2011.
Kriteria Jumlah siswa Persantase
Tuntas 10 35,71%
Tidak tuntas 18 64,28%
Jumlah 28 100% Sumber : Daftar nilai Semester Genap kelas VIII F Mata Pelajaran Bahasa Inggris .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk meningkatkan kualitas pada bidang pendidikan dipengaruhi oleh
banyak faktor, seperti kualitas masukan pendidikan, kualitas sumber daya pendidikan
serta kemampuan pengelola pendidikan untuk mengantisipasi dan menangani
berbagai pengaruh lingkungan dalam kaitannya dengan Bimbingan dan Konseling.
Syahril (1991 : 45) mengemukakan bahwa “Diagnosis kesulitan belajar itu
merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan
menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap
siswa yang mengalami kesulitan belajar. Sedangkan "Menurut Burton, seorang siswa
dapat juga diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan
menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan belajarnya.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance ) yang memuaskan. Namun dari
kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa sistem itu memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan
pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antar seorang siswa dengan
siswa lainnya. Fenomena kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari
menurunnya prestasi belajar. Menurut Mulyono (1999:9) anak berkesulitan belajar
memperoleh prestasi belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Atau menurut
Burton (1952) dalam Abin Syamsudin (2003:307), siswa diduga mengalami kesulitan
belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam
mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:11) secara
garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu: (1).
Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning
disabilities ), kesulitan belajar ini mencakup gangguan motorik & persepsi, kesulitan
belajar bahasa & komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyelesaian perilaku
sosial (2). Kesulitan belajar akademik (academic learning disabilities), kesulitan
belajar ini menunjuk pada adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang
sesuai dengan kapasitas yang di harapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Kesulitan belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kesulitan belajar
akademik, karena adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang tidak sesuai
dengan yang diharapkan dalam mata pelajaran. Kegagalan ini karena adanya faktor-
faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari konsep Bahasa
Inggris. Kesulitan belajar yang dirasakan siswa bermacam-macam dapat di lihat dari
segi kesulitan belajar, dari segi mata pelajaran yang dipelajari, dari segi sifat
kesulitannya, dan dari segi faktor penyebab. Kesulitan belajar (learning difficulty)
terjadi karena siswa tidak mendapat kesempatan dalam mempelajari Bahasa Inggris
yang bersumber pada :
1. Kesulitan membaca kalimat dan kosa kata yaitu Kesulitan membaca terutama
bila kalimat itu merupakan kalimat pasif, kalimat aktif lebih mudah di mengerti
oleh siswa. Pengertian istilah menurut kamus bahasa Inggris adalah kata atau
gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan sesuatu makna konsep,
keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Seringkali siswa tidak
memahami benar istilah yang digunakan. Beberapa siswa hanya menghafal saja
tanpa memahami apa maksud sebenarnya. Misalnya dari segi aspek listening,
grammer.
2. Kesulitan memahami konsep yaitu dalam Bahasa Inggris banyak ditemukan
banyak konsep, Konsep adalah gagasan mengenai materi yang dapat dinyatakan
dengan kata atau istilah. Sedangkan pengertian teori menurut kamus Bahas
Inggris adalah asas-asas dan hukum-hukum yang menjadi dasar sesuatu ilmu
pengetahuan. Misalnya dari segi aspek Structure, reading.
Menurut Muhibbin Syah (2006:173) faktor-faktor yang menyebabkan
kesulitan belajar meliputi :
1. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,
misalnya rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa, labilnya emosi dan
sikap dan tertanggungnya alat-alat indera penglihatan dan pendengar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
a. Lingkungan Keluarga, contohnya : ketidakharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan
kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan Sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
Model pelayanan berkesulitan belajar pada umumnya dan anak berkesulitan
belajar pada khususnya dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu (1) lingkungan belajar
(2) program penempatan (3) jenis guru yang menangani (Anton Sukarno, 1999).
Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari lingkungan belajar dapat dibedakan
menjadi tiga lingkungan belajar yaitu sistem integrasi, segregasi, dan campuran (JM
Kauffman, 1988). Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari program
penempatan terdapat tiga model yaitu kelas regular, kelas khusus dan sekolah khusus
(Cecil D Mercer,1983). Pelayanan anak ditinjau dari jenis guru yang menangani ada
model guru sebagai berikut (1) guru kelas (2) guru kunjung (3)guru khusus (4)
konsultan dan tutor. Dalam kesempatan penelitian ini dibatasi model pelayanan
dengan program penempatan kelas khusus, kelas regular dan kelas konvensional.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “ANALISIS KESULITAN BELAJAR PADA
MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS KELAS VIII DI SMP N 1
SAWAHAN MADIUN SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2010-2011”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
B. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah
dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Jenis-jenis kesulitan belajar apakah yang dialami siswa kelas VIII dalam
memahami menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat
dari aspek Reading, Listening, Structure?
2. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan kesulitan belajar siswa kelas VIII
dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris
dilihat aspek Reading, Listening, Structure?
3. Bagaimana upaya-upaya pemecahan masalah dalam kesulitan belajar siswa
kelas VIII dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran
Bahasa Inggris dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian yang ingin
dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar siswa dalam memahami
menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat dari aspek
Reading, Listening, Structure.
2. Untuk mengetahui penyebab kesulitan belajar siswa dalam memahami
menyelesaiakan materi pada mata pelajaran Bahasa Inggris dilihat dari aspek
Reading, Listening, Structure.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya pemecahan masalah dalam kesulitan belajar
siswa kelas VIII dalam memahami menyelesaikan materi pada mata pelajaran
Bahasa Inggris dilihat dari aspek Reading, Listening, Structure.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
D. Manfaat Penelitian
Hasil kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik
teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan wawasan
ilmu-ilmu pendidikan yang berhubungan dengan peningkatan kompetensi
belajar siswa dan peran serta siswa dalam proses pembelajaran.
2. Manfaat Praktis.
a. Bagi Sekolah
Sebagai masukan kepada siswa, guru, kepala sekolah, dan staf lainnya
untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan pembelajaran yang sesuai
dengan materi pelajaran.
b. Bagi Guru
Memberikan berbagai manfaat pembelajaran dalam meningkatkan peran
serta siswa dalam proses belajar mengajar.
c. Bagi Siswa
Untuk lebih meningkatkan kompetensi belajar siswa dengan perbaikan
pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran.
d. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan ilmu pengetahuan yang diterima dibangku
perkuliahan yang berupa teori terutama yang berkaitan dengan Bahasa
Inggris. Sebagai calon guru, belajar untuk menerapkan pembelajaran
yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Mengkaji teori-teori yang relevan dalam suatu penelitian sangat diperlukan.
Kajian teoritis pada dasarnya merupakan pengkajian terhadap pengetahuan ilmiah
yang sudah ada. Hal yang dikaji dapat berupa teori-teori berbentuk suatu konsep,
hukum dan prinsip yang relevan dengan masalah yang dirumuskan pada langkah awal
untuk mencari jawaban atas permasalahan tersebut.
1. Tinjauan tentang Belajar
a. Pengertian Belajar
Pendidikan sebagai indikator kemajuan bangsa yang dipandang sangat penting
dalam proses pembangunan. Oleh sebab itu, perlu adanya penyempurnaan terus-
menerus dan berkesinambungan agar kualitas pendidikan semakin meningkat.
Pendidikan harus dirancang sedemikian rupa untuk memungkinkan para peserta didik
mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh
kebebasan, kebersamaan dan tanggung jawab sehingga bermanfaat bagi diri sendiri
dan masyarakat pada umumnya. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
dan budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus-menerus ini menuntut
perlunya peningkatan mutu pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang mampu
bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
Pendidikan selalu mengalami pembaharuan dalam rangka mencari struktur
kurikulum, sistem pendidikan dan metode pengajaran yang efektif dan efisien. Upaya
tersebut antara lain peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan mutu para
pendidik dan peserta didik serta perubahan dan perbaikan kurikulum. Pendidikan
Nasional di Indonesia tidak hanya bertugas membentuk warga negara yang baik,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tetapi juga bertugas mencerdaskan bangsa secara terus menerus, khusus untuk
kepentingan generasi muda di seluruh Indonesia. Menurut UUD 1945 pasal 31
dijelaskan bahwa pendidikan atau pengajaran merupakan hak dari tiap-tiap warga
Negara, tidak ada pihak yang dapat melarang tiap-tiap warga Negara untuk
mendapatkan pengajaran. Pendidikan disini merupakan usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan pembelajaran, suasana belajar dan proses belajar agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya sendiri.
Dalam pengertian yang umum, belajar merupakan suatu aktivitas yang
menimbulkan perubahan yang relatif permanen sebagai akibat dari upaya-upaya yang
dilakukannya. Di dalam kenyataan perubahan dalam bentuk respon-respon sebagai
hasil belajar ada yang mudah terlihat tetapi juga yang sifatnya potensial, artinya tidak
tepat.
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa “Belajar ialah proses usaha yang di
lakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan
“James O.Whittaker mengemukakan bahwa, “ Belajar adalah proses di mana tingkah
laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”. “Belajar adalah suatu
usaha untuk menguasai suatu kecakapan, baik jasmaniah maupun rohaniah dengan
jalan mengorganisasikan atau mereorganisasikan materi, hingga menjadi milik orang
yang belajar dan mengubah tingkah laku yang lebih baik”.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian belajar di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses usaha untuk mendapat suatu kecakapan,
kepandaian atau pengertian dimana individu berubah perilakunya sebagai akibat dari
pengalaman yang dikaitkan dengan materi yang sudah dimiliki oleh individu.
Perubahan yang dialami individu banyak sekali, namun tidak setiap perubahan itu
sebagai kegiatan belajar. Perubahan yang terjadi dalam aspek-aspek kematangan,
pertumbuhan, dan perkembangan tidak termasuk perubahan dalam arti belajar.
Belajar adalah suatu proses, bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung
secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mencapai suatu tujuan. Dengan demikian terdapat ciri-ciri khusus sehingga
perubahan tingkah laku itu disebut belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo (1991:
121-122) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar, yaitu :
1. Perubahan yang terjadi secara sadar.
2. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
4. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.
5. Perubahan dalam belajar bertujuan dan berarah.
6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
b. Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa atau peserta didik itu sendiri, hal ini mengakibatkan suasana kelas
menjadi kondusif dimana masing-masing siswa dapat melibatkan kemampuannya
semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa mengakibatkan pula
terbentuknya pengetahuan dan ketrampilan yang akan mengarah pada peningkatan
prestasi. Dalam memasuki proses belajar tidak mungkin seorang tidak mempunyai
pengetahuan awal yang telah didapat dari proses belajar sebelumnya. Jadi tidak
pernah ada seorang pelajar yang bisa disamakan dengan kertas putih tanpa isi.
Dengan demikian, proses belajar adalah suatu proses konstruksi dan rekonstruksi.
Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar
secara efektif dan efisien mengenai pada tujuan yang diharapkan. Satu langkah untuk
memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik atau metode mengajar.
Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan tidak hanya bergantung pada
faktor guru saja, tetapi berbagai faktor yang lainnya juga berpengaruh untuk
menghasilkan keluaran atau output proses pengajaran yang bermutu. Namun pada
hakikatnya guru tetap merupakan unsur kunci utama dalam sistem pendidikan yang
sangat mempengaruhi pendidikan. Disini dalam proses belajar mengajar guru
diharapkan untuk memilih metode-metode untuk mencapai tujuan instruksional.
Tujuan instruksional merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran
serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Sasaran tersebut dapat terwujud dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menggunakan metode-metode pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi
siswanya. Kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu perubahan positif dalam diri siswa yang sedang menuju kearah
kedewasaan. Di dalam kegiatan belajar mengajar, interaksi yang terjadi antara guru
dan siswa sangat penting, di samping unsur-unsur yang lain yaitu kurikulum, bahan
ajar, evaluasi, interaksi dan prestasi. Guru sebagai seorang pengajar memiliki tugas
sebagai perancang dari peristiwa pengajaran yang juga sekaligus sebagai penilai
terhadap belajar siswa. Guru sebagai perancang kegiatan pengajaran, memiliki
peranan dalam membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan pemusatan
perhatian terhadap materi pelajaran yang diberikan. Salah satu di antaranya guru
harus dapat memilih suatu metode mengajar yang tepat sesuai dengan materi yang
akan diajarkan. Apabila metode yang diterapkan kurang sesuai, akan terjadi suatu
bentuk kebosanan dari siswa dan cenderung untuk mengabaikan pelajaran yang
diberikan guru yang pada akhirnya hasil belajar yang diperoleh kurang sesuai dengan
harapan.
Hasil belajar dalam pendidikan di sekolah biasanya diukur melalui prestasi
belajar yang dicapai siswa setelah siswa tersebut menempuh atau mengikuti suatu
proses belajar. Hasil belajar berfungsi untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran dan sebagai bahan dalam memperbaiki proses belajar mengajar.
Keberhasilan atau kegagalan siswa dalam mengikuti proses belajar akan timbul, hal
ini ditandai adanya suatu prestasi belajar yang dicapai oleh setiap siswa tidak sama.
Sekolah juga mempunyai peranan yang penting dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa. Peranan sekolah tersebut dapat ditujukkan melalui penyediaan sarana
dan prasarana sekolah maupun pengelolaan proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung. Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh setiap sekolah berbeda-beda,
sehingga setiap sekolah mempunyai kemampuan yang tidak sama dalam mengelola
sekolah untuk menciptakan proses belajar mengajar yang baik dan efesien.
Selama ini proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
khususnya pada mata pelajaran Bahasa Inggris menggunakan metode ceramah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Penggunaan metode tersebut kurang berjalan secara maksimal. Proses belajar
mengajar yang terfokus pada guru menyebabkan kurangnya peran serta siswa dalam
kegiatan belajar mengajar. Rata-rata siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Siswa cenderung tidak banyak bertanya dan menggali informasi dari guru maupun
sumber belajar lain. Siswa hanya menerima pengetahuan yang ada sehingga memiliki
prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1
Sawahan Madiun belum dapat maksimal karena penggunaan metode belum semuanya
dilaksanakan secara optimal dan masih banyak siswa yang perolehan nilainya belum
mencapai target yang diinginkan sekolah. Penetapan target nilai tersebut bertujuan
untuk memacu kompetitif belajar siswa dalam mencapai prestasi belajar yang baik.
Adapun salah satu upaya yang perlu dilakukan guru di kelas VIII SMP Negeri 1
Sawahan Madiun untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan
menggunakan metode yang bervariasi supaya siswa tidak jenuh dalam mengikuti
proses belajar mengajar.
c. Hakikat Kualitas Pembelajaran
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan. Menurut
Etzioni dalam Cepi Ryana (2006:http://cepiriyana.blogspot.com/hakikat-kualitas-
pembelajaran.htm), secara definitif efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Efektivitas ini sesungguhnya
merupakan suatu konsep yang lebih luas mencakup berbagai faktor di dalam maupun
di luar diri seseorang. Dengan demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi
produktivitas, akan tetapi juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap
orangnya. Efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu
memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam mencapai sasarannya
atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai. Dengan demikan,
yang dimaksud dengan efektivitas belajar adalah tingkat pencapaian tujuan
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran seni.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Menurut Cepi Ryana (2000) dapat dikemukan aspek-aspek efektivitas belajar
sebagai berikut : (1). Peningkatan pengetahuan, (2). Peningkatan ketrampilan, (3).
Perubahan sikap, (4). Perilaku, (5). Kemampuan adaptasi, (6). Peningkatan integrasi,
(7). Peningkatan partisipasi, dan (8). Peningkatan interaksi kultur.
Yenny Anjar Jayadi (2007: 13-18) mengemukakan bahwa “Kualitas didalam
pembelajaran yang meliputi faktor internal dan eksternal diwujudkan sebagai
indikator kualitas pembelajaran yang meliputi motivasi belajar dan partisipasi siwa
dalam kegiatan pembelajaran dan penguasaan konsep siswa”. Penilaian terhadap
proses belajar dan mengajar sering diabaikan, setidak-tidaknya kurang mendapat
perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Nana Sudjana (2008:56)
menyatakan bahwa “Penilaian kualitas pembelajaran tidak hanya berorientasi pada
hasil semata-mata, tetapi juga kepada proses”. Oleh sebab itu, penilaian terhadap
hasil dan proses belajar harus dilaksanakan secara seimbang. Suatu proses belajar
mengajar dikatakan baik bila proses tersebut dapat membangkitkan kegiatan belajar
yang efektif.
Dalam hal ini perlu disadari masalah yang menentukan bukan kolot atau
modernnya pengajaranan, bukan pula konvensional atau progresifnya pengajaran,
tetapi pengukuran suksesnya pengajarannya. Syarat utama adalah hasilnya. Dalam
menilai atau mendiskripsikan hasil di sinipun harus cermat dan tepat, yaitu dengan
memperhatikan bagaimana prosesnya. Dalam proses ini, siswa akan beraktivitas dan
berkreatifitas. Proses yang tidak baik atau benar akan menghasilkan capaian yang
tidak baik juga atau bisa dikatakan capaian yang semu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas
pembelajaran merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang berupa
peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap yang meliputi
motivasi belajar dan partispasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan
memperhatikan bagaimana proses pencapaian tujuan pembelajaran. Dalam penelitian
ini, indikator pencapaian kualitas pembelajaran antara lain : (1). Keaktifan siswa saat
mengikuti kegiatan apersepsi dan kegiatan dalam proses pembelajaran, (2). Ketelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, (3). Ketuntasan hasil belajar
(standar nilai 70).
d. Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Pengukuran suksesnya pengajaran, syarat utama adalah hasilnya. Pengertian
tolok ukur dan tingkat keberhasilan belajar mengajar menurut Moh Uzer dan Lilis
Setyawati dalam Dyah Rahayu Widiarni (2008) dikemukakan sebagai berikut:
Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filososfi. Untuk menyamakan persepsi sebaiknya berpedoman pada kurikulum
yang berlaku saat ini, bahwa suatu proses belajar mengajar tentang suatu
bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khusus
(TIK), guru perlu mengadakan tes formatif setiap selesai menyajikan satu
satuan bahasan kepada siswa.
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal adanya tujuan pengajaran atau yang
sudah umum dikenal dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan
hasil belajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar di bawah bimbingan guru
dalam situasiyang kondusif. Tujuan pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Pengertian TIU menurut SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.8/U/1975 yaitu tujuan-tujuan yang pencapaiannya dibebankan kepada
program pengajaran suatu bidang pelajaran. Sedangkan menurut Dick dan Carey
dalam Sardiman (2007), TIU adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
mengenai apakah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah ia selesai
mengikuti suatu pengajaran.
Briggs dalam Sadirman menyatakan bahwa TIU adalah pernyataan umum
mengenai tujuan akhir dari program pengajaran. Biasanya menggunakan kata-kata
yang dapat menunjukkan keumuman, misalnya: memahami, mengetahui,
menghayati dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
2) Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Merupakan tujuan-tujuan pengajaran yang bersifat khusus sebagai
penjabaran dari tujuan umum pengajaran. TIK lebih bersifat khusus dan konkret,
dalam arti dapat diukur atau dapat diamati hasilnya. Biasanya menggunakan kata-
kata yang menunjukkan pada sifat khusus atau dapat diamati, misal: menjelaskan,
menunjukkan, menerangkan dsb.
Indikator yang dijadikan sebagai tolok ukur dalam menyatakan bahwa
suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil menurut Dyah Rahayu Widiarni
(2008) adalah:
1. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi,
baik secara individu maupun kelompok.
2. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran (TIK) telah dicapai siswa.
Namun yang banyak dijadikan sebagai tolok ukur keberhasilan dari keduanya
adalah daya serap siswa terhadap pelajaran.
Salah satu indikator tercapainya kualitas pembelajaran adalah apabila
pembelajaran tersebut dapat berlangsung secara aktif dan efektif. Pembelajaran
aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk
interaksi antar peserta didik maupun dengan guru dalam proses pembelajaran.
Dalam hal ini, peserta didik secara aktif menggunakan otak, baik untuk
menemukan ide pokok dari materi pembelajaran, memecahkan persoalan, ataupun
menerapkan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada
dalam kehidupan nyata. Dengan adanya pembelajaran aktif maka dapat dikatakan
bahwa pembelajaran tersebut efektif. Menurut Raiser Robert dalam Dian
Hermawati (2009) pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan tertentu dengan proses yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
2. Tinjauan Tentang Metode Mengajar
a. Pengertian Metode Mengajar
Metode secara harfiah berarti “cara” yang dalam pemakaian umum diartikan
sebagai untuk melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Metode adalah cara atau
jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Mengajar itu sendiri
menurut Moh Uzer Usman (2006:6) menyatakan bahwa, ”Mengajar merupakan suatu
usaha mengorganisasikan lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan
bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar”. Sehingga metode mengajar
adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui didalam mengajar untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Sardiman A.M (2001 :46) mengajar adalah suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya
dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar. Sedangkan menurut T. Raka
Joni dalam Mulyani Sumantri (2001:21) merumuskan pengertian mengajar sebagai
pencipta dan suatu system lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar.
Mengajar merupakan kegiatan menyampaikan pesan berupa pengetahuan,
ketrampilan dan penanaman sikap-sikap tertentu dari guru kepada peserta didik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa mengajar
adalah aktivitas membimbing anak dan menciptakan system lingkungan yang
mendukung proses belajar mengajar sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Metode mengajar adalah cara-cara yang ditempuh guru untuk mencipatakan situasi
pengajaran yang benar-benar menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses
belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa yang memuaskan (Sunaryo dalam
Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 2001:114). Jadi metode mengajar merupakan
cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat
berlangsungnya pengajaran.
Ketepatan metode mengajar dalam proses belajar mengajar sangat penting
karena setiap metode mengajar mempunyai karakteristik sendiri-sendiri yang hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
memberikan hasil memuaskan apabila diterapkan dalam strategi belajar mengajar
yang cocok. Jadi seorang pendidik dituntut untuk memilih metode mengajar yang
lebih tepat setelah menetapkan topik pembahasan materi dalam tujuan pembelajaran,
sehingga perancangan dan pelaksanaan suatu strategi belajar-mengajar harus
dilandasi oleh pengetahuan, pemahaman,dan ketrampilan penggunaan metode
mengajar yang memadai. Karena penggunaan metode belajar disini juga merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
b. Macam-macam Metode Mengajar
Menurut Nana Sudjana (2005: 76), “Proses belajar mengajar yang baik
hendaknya menggunakan berbagai jenis metode mengajar secara bergantian”. Tugas
guru adalah memilih berbagai metode yang tepat untuk menciptakan proses belajar
mengajar yang baik dan benar. Metode mengajar dapat berfungsi secara maksimal
jika didukung oleh pengadaan fasilitas atau alat-alat yang memadai. Guru tidak dapat
memilih dan melaksanakan metode mengajar tertentu tanpa memperhatikan alat bantu
mengajar. Ketepatan penggunaan metode mengajar tersebut sangat bergantung pada
tujuan, isi proses belajar mengajar dan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Nana Sudjana (2005: 55), beberapa metode mengajar yang sering
digunakan oleh guru antara lain sebagai berikut:
1. Metode Ceramah
2. Metode Tanya Jawab
3. Metode Diskusi
4. Metode Tugas Belajar
5. Metode Kerja Kelompok
6. Metode Demonstrasi
7. Metode Eksperimen
8. Metode Simulasi
9. Metode Inquiri
10. Metode Pengajaran Unit
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan beberapa metode mengajar yang sering digunakan oleh guru di
atas dapat dijelasakan antara lain sebagai berikut :
1. Metode Ceramah (Preaching Method)
Metode Ceramah adalah penyajian pelajaran oleh guru dengan cara memberikan
penjelasan-penjelasan secara lisan kepada peserta didik. Metode ceramah
merupakan metode yang paling popular dan banyak dilakukan guru. Selain
mudah penyajiannya juga tidak banyak memerlukan media.
2. Metode Tanya Jawab
Metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam proses belajar
mengajar melalui transaksi dua arah atau two way traffics dari guru ke peserta
didik atau dari peserta didik kepada guru agar diperoleh jawaban kepastian materi
melalui jawaban lisan guru atau peserta didik.
3. Metode Diskusi (Discussion Method)
Metode Diskusi adalah proses interaksi antara dua atau lebih individu yang
terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah,
dapat terjadi juga semuanya aktif tidak ada yang pasif sebagai pendengar saja.
4. Metode Pemberian Tugas (Recitation Method)
Metode Pemberian Tugas adalah suatu cara interaksi belajar mengajar yang
ditandai dengan adaya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik di sekolah
ataupun di rumah secara perorangan atau kelompok.
5. Metode Kerja Kelompok
Metode Kerja Kelompok adalah suatu cara mengajar dimana siswa di dalam kelas
dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari beberapa siswa, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah
atau melaksanakan tugas tertentu untuk dibahas dalam kelompok tersebut.
6. Metode Demonstrasi (Demonstration Method)
Metode Demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instrumen atau tim
guru menunjukkan/memperlihatkan sesuatu proses.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
7. Metode Eksperimen (Experimental Method)
Metode Eksperimen atau percobaan adalah salah satu cara mengajar dimana siswa
melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan
hasil percobaannya kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.
8. Metode Simulasi (Simulation Method)
Metode Simulasi adalah cara pengajaran dengan menggunakan suatu tiruan untuk
menggambarkan situasi sebenarnya agar diperoleh pemahaman tentang hakikat
suatu konsep, prinsip atau ketrampilan tertentu.
9. Metode Inkuiri (Inquiri Method)
Metode Inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang member kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru yang
melibatkan peserta didik dalam proses mental dalam rangka penemuannya.
10. Metode Pengajaran Unit
Metode Pengajaran Unit adalah pengajaran yang mengarahkan kegiatan peserta
didik pada pemecahan suatu masalah yang dirumuskan dahulu secara bersama-
sama. Metode ini merupakan cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari
suatu masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga
pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.
c. Prinsip-prinsip Metode Mengajar
Menurut Nasution (2005 : 73), metode mengajar didasarkan atas prinsip-
prinsip yang sama dengan pengajaran individual lainnya, yaitu:
1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-
masing.
2. Membuka kemungkinan bagi siswa untuk mencapai penguasaan penuh atas bahan
yang dipelajari.
3. Mendorong siswa untuk menjalankan metode problem solving, jadi pemikiran
dalam melakukan tugas-tugas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4. Mengembangkan kesanggupan untuk mempunyai inisiatif dan mengatur diri
sendiri dalam belajar.
5. Memupuk kebiasaan untuk menilai diri sendiri dan mempertinggi motivasi untuk
belajar.
6. Menentukan dengan teliti taraf pengetahuan siswa sebelum diberikan tugas atau
kontrak tertentu.
7. Memberikan evaluasi yang sering secara individual untuk mengetahui dengan
segera hasil yang dicapai sebagai reinforcement bagi pelajar maupun guru, akan
tetapi juga untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh murid,
maupun kelemahan-kelemahan tugas itu sendiri.
Adapun prinsip-prinsip metode mengajar menurut Slameto (2003:35) adalah:
1. Perhatian
Didalam mengajar guru harus dapat membangkitkan perhatian siswa terhadap
pelajaran yang akan diberikan oleh guru.
2. Aktifitas
Dalam proses belajar mengajar, guru perlu menimbulkan aktifitas siswa dalam
berfikir maupun berbuat. Yang dimaksud berbuat disini siswa dapat menjelaskan
tugas, perintah dan sebagainya.
3. Appersepsi
Guru yang mengajar perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan
kepada pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki siswa.
4. Peragaan
Waktu guru mengajar didepan kelas, harus menunjukkan benda-benda yang asli.
Bila mengalami kesukaran boleh menunjukkan model, gambar, benda tiruan dal
lain-lain.
5. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan. Penjelasan materi perlu diulang, penjelasan yang
diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan tidak mudah untuk dilupakan
siswa.
6. Korelasi
Guru dalam mengajar wajib memperhatikan dan memikirkan hubungan antar
setiap pelajaran, begitu juga kenyataan hidup ilmu pengetahuan itu saling
berkaitan.
Sedangkan menurut Mussel dalam Slameto (2003:40), prinsip-prinsip metode
mengajar yaitu:
1. Konteks
Dalam belajar sebagian besar tergantung pada konteks itu sendiri. Situasi
problematis mencakup tugas untuk belajar hendaknya dinyatakan dalam
kerangka konteks yang dianggap penting dan memaksa bagi pelajar dan yang
melibatkan dia menjadi peserta yang aktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
2. Fokus
Dalam proses belajar mengajar perlu diorganisasikan bahan yang penting, artinya
harus menjumpai kunci dan pembuktian yang diperlukan. Belajar yang penuh
makna harus diorganisasikan pada suatu fokus.
3. Sosialisasi
Dalam proses belajar siswa melatih bekerja sama dalam kelompok diskusi,
mereka bertanggungjawab atas proses pemecahan masalah.
4. Individualisasi
Dalam mengorganisasikan belajar mengajar, guru memperhatikan taraf
kesanggupan siswa.
5. Evaluasi
Evalusai dilaksanakan untuk menelitri hasil dan proses belajar siswa untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang melekat pada proses belajar itu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di dalam mengajar guru
harus dapat membangkitkan perhatian dan motivasi siswa untuk melaksanakan
berbagai aktivitas seperti pemberian tugas. Dengan adanya perhatian terhadap
aktivitas yang akan dilakukan maka siswa akan lebih mudah memahami apa yang
harus dikerjakan, lalu melakukan appersepsi yaitu menghubungkan materi dengan
pengalaman siswa. Disamping itu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
materi, guru diharapkan menunjukkan benda asli atau contoh, sehingga akan timbul
ketrampilan terhadap materi pelajaran serta melakukan repetisi atau pengulangan
terhadap materi dan memberikan materi sesuai dengan urutan tertentu. Didalam
mengajar guru juga harus memperhatikan adnya perbedaan siswa supaya dapat
membantu siswa jika mengalami kesulitan. Untuk mengukur sejauh mana kemajuan
belajar siswa dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu metode pengajaran
maka guru harus mengadakan evaluasi, baik sumatif maupun formatif.
d. Pengajaran yang Efektif
Menurut Suryosubroto (1997 : 9-10), dalam proses pengajaran, efektivitas
dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
1. Mengajar guru. Menyangkut sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dapat terlaksana.
2. Belajar siswa. Menyangkut sejauh mana tujuan pengajaran yang diinginkan dapat
tercapai melalui kegiatan belajar-mengajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Sedangkan menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1993 :25), pengajaran yang
efektif dapat ditinjau dari :
1. Cara mengajar guru. Meliputi sejauh mana kegiatan belajar mengajar yang
direncanakan dapat terlaksana.
2. Cara belajar siswa. Meliputi sejauh mana tujuan pelajaran yang diinginkan dapat
tercapai.
Jadi dari kedua pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
pengajaran yang efektif dapat ditinjau dari dua segi, yaitu:
1. Cara mengajar guru
Sebelum mengajar guru harus merencanakan dengan sebaik-baiknya apa yang
hendak di sampaikan kepada siswanya, kemudian pada akhir pelajaran baru dapat
diketahui sejauh mana rencana tersebut dapat tercapai.
2. Cara belajar siswa
Taraf pencapaian tujuan pengajaran merupakan petunjuk praktis tentang sejauh
manakah interaksi belajar mengajar harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
akhir pengajaran.
Dalam efektivitas mengajar, tentunya tidak terlepas dari aspek-aspek yang
terdapat dalam pengajaran yang efektif, hal ini menyangkut berbagai aspek
kemampuan yang harus di kuasai guru dalam mengajar serta mengenai cara belajar
siswa yang baik dalam kegiatan belajar mengajar. Efektivitas mengajar adalah sejauh
mana siswa dapat menyerap apa yang telah diajarkan oleh guru sehingga tujuan
instruksional yang diinginkan dapat tercapai. Untuk itulah dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar, posisi guru sebagai tenaga pengajar sangat diperlukan agar kegiatan
belajar mengajar dapat berjalan secara efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Tinjauan tentang Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan tolok ukur keberhasilan belajar dan keberhasilan
pendidikan. Prestasi belajar terdiri dari dua rangkaian kata-kata yaitu prestasi dan
belajar. Prestasi berasal dari bahas Belanda “prestatie” yang artinya hasil usaha.
Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1993 : 768) prestasi berarti hasil yang telah dicapai
atau dilakukan.
Prestasi belajar menurut W.J.S. Poerwadarminta (1993:768) adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
yang lazim ditunjukkan dengan nilai angka yang diberikan oleh guru. Sedangkan
menurut Sutratinah Tirtonegoro (1994:43) bahwa prestasi belajar adalah hasil
pengukuran serta penilaian yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf, maupun
kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang dicapai anak dalam periode tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar
adalah hasil pengukuran dan penilaian tentang tingkat penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang diperoleh melalui proses belajar mengajar yang dinyatakan dengan
simbol, angka atau huruf yang diberikan oleh guru.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena
mempunyai fungsi utama, antara lain menurut Zainal Arifin (1990 : 3) yaitu:
1. Prestasi belajar sebagai kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Hal ini didasarkan
atas asumsi bahwa para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak didik dalam suatu program.
3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya
adalah bahwa prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi anak didik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi berperan sebagai umpan balik
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indikator tingkat produktivitas suatu instansi pendidikan. Asumsinya adalah
bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan
anak didik. Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar
dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan anak didik dimasyarakat. Asumsinya
adalah bahwa kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan
pembangunan masyarakat.
5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap gaya serap anak didik. Dalam
proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah yang utama dan pertama
karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran
yang telah diprogramkan dalam kurikulum.
c. Penentuan Prestasi Belajar
Penentuan prestasi belajar bukanlah merupakan hal yang baru dikalangan
dunia pendidikan. Masalah ini sudah ada sejak orang mengenal pendidikan. Orang
menentukan prestasi belajar mulai dari yang paling sederhana, dimana hasilnya tidak
perlu dicatat dan dimasukkan dalam skor sampai pada penentuan prestasi belajar yang
sangat kompleks yang hasilnya perlu diolah dan dikembangkan lagi.
Berdasarkan berbagai bentuk penentuan prestasi belajar yang ada sebenarnya
mempunyai kesamaan dalam tujuan, yaitu untuk memperoleh data perkembangan
anak didiknya. Dalam suatu pendidikan formal yang lebih dikenal dengan proses
belajar mengajar hasil penentuan prestasi belajar merupakan cermin dari kemajuan
yang telah dicapai oleh anak didiknya.
Menurut Nana Sudjana (2005 : 111), untuk dapat menentukan tercapai
tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakukan usaha atau tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penilaia atau evaluasi. Penilaian dan evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan tau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai oleh siswa disekolah merupakan ukuran terhadap
penguasaan materi yang diberikan oleh guru disekolah. Prestasi belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik intern maupun ekstern. Menurut M. Ngalim Purwanto
(2002 : 107), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1. Faktor ekstern, meliputi:
a) Lingkungan, meliputi alam dan sosial seperti cuaca, tempat, pribadi guru
mengajar, sikap orang tua terhadap anak sedang belajar, dan lain-lain.
b) Instrumental, yaitu kurikulum atau bahan pelajaran, guru, saran serta fasilitas
dan adminstrasi.
2. Faktor Intern meliputi:
a) Fisiologi, meliputi kondisi fisik panca indra.
b) Psikologi, meliputi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan
kognitif.
4. Tinjauan tentang Upaya meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Ace Suryadi (1990) berpendapat tentang upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan sekolah sebagai berikut :
a. Peningkatan Mutu Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan akibat langsung dari tinggi rendahnya keinginan untuk
belajar sebagai bentuk terpenting dari hasil pendidikan. Keinginan belajar adalah
keinginan siswa untuk selalu terlibat secara aktif dalam mempelajari suatu
konsepsi termasuk perubahan-perubahannya yang mungkin terjadi dalam
konsepsi tersebut. Kemampuan belajar adalah kemampuan yang dijadikan sebagai
dasar untuk belajar secara berkelanjutan baik disekolah yang lebih tinggi maupun
dalam kehidupannya. Keinginan dan kemampuan belajar itu harus ada dalam diri
siswa sampai dengan lulus ujian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
b. Peningkatan Mutu Pengajaran
Suatu sekolah menciptakan mutu pengajaran yang tinggi, maka harus mampu
menciptakan mutu pengajaran yang tinggi. Faktor untuk meningkatkan mutu
pengajaran adalah :
1). Peningkatan Mutu Guru
Peningkatan mutu guru dapat ditunjukkan sebagai berikut :
a) Guru harus memiliki kemampuan professional yang tinggi seperti
intelegensi, sikap dan penguasaan ilmu.
b) Guru senantiasa berupaya secara profesional yaitu kemampuan guru
dalam menerapkan kemampuan profesinya menjadikan tindakan seperti
mengajar.
c) Guru mencurahkan waktu sebanyak mungkin untuk melaksanakan upaya
profesionalnya yaitu semakin banyak waktu guru mengajar, maka semakin
banyak waktu murid belajar.
2). Peningkatan Mutu Pengelolaan
Proses pengelolaan adalah proses pemanfaatan masukan-masukan pendidikan
termasuk sarana prasarana untuk menunjang proses pengajaran, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan belajar siswa. Peningkatan mutu
pengelolaan dapat dinilai dari kemampuan sekolah dalam menciptakan
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung dengan baik. Kegiatan tersebut
perlu adanya dukungan dalam penyediaan fasilitas belajar yang dapat
memberikan kemudahan siswa untuk belajar.
3). Peningkatan Mutu siswa
Mutu siswa dapat dinilai dari segi ciri-ciri yang dimiliki oleh siswa secara
individual. Ciri-ciri tersebut terdiri dari fisik dan kesehatan serta ciri
intelegensi yang dimiliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
5. Tinjauan tentang Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk
mencapai kinerja akademik (academic performance) yang memuaskan. Namun dari
kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa sistem itu memiliki perbedaan dalam hal
kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan
pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antar seorang siswa dengan
siswa lainnya.
Kesulitan belajar siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya prestasi
belajar. Menurut Mulyono (1999:9) anak berkesulitan belajar memperoleh prestasi
belajar jauh di bawah potensi yang dimilikinya. Atau menurut Burton (1952) dalam
Abin Syamsudin (2003:307), siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang
bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-
tujuan belajarnya.
Kesulitan belajar (Abu Ahmadi dan widodo supriyono, 1991:88) adalah suatu
kondisi proses belajar yang ditandai hambata-hambatan tertentu untuk mencapai
hasil belajar. Kesulitan belajar merupakan tingkatan-tingkatan yang berbeda-beda.
Ada yang ringan, sederhana atau simpel sifat dan rumit atau kompleks. Kompleksitas
kasus kesulitan belajar (Ishak dan Warji,1987:69) itu antara lain:
a. Jenis-jenis dan sifat kesulitan belajar itu sendiri.
b. Jenis-jenis dan faktor penyebab kesulitan belajar.
b. Jenis-jenis kesulitan belajar
Kesulitan belajar (learning difficulty) terjadi karena siswa tidak mendapat
kesempatan dalam mempelajari Bahasa Inggris yang bersumber pada :
1) Kesulitan membaca kalimat dan kosa kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kesulitan membaca terutama bila kalimat itu merupakan kalimat pasif, kalimat
aktif lebih mudah di mengerti oleh siswa. Pengertian kosa kata menurut para ahli
adalah gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan sesuatu makna
konsep, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Seringkali siswa
tidak memahami benar istilah yang digunakan. Beberapa siswa hanya menghafal
saja tanpa memahami apa maksud sebenarnya.
2) Kesulitan memahami konsep
Dalam Bahasa Inggris banyak ditemukan konsep, Konsep adalah gagasan
mengenai materi yang dapat dinyatakan dengan kata atau istilah. Sedangkan
pengertian teori menurut pendapat para ahli adalah asas-asas dan hukum-hukum
yang menjadi dasar sesuatu ilmu pengetahuan.
Menurut Mulyono Abdurrahman (1999:11) secara garis besar kesulitan
belajar dapat diklasifikasikan kedalam 2 kelompok yaitu: (1). Kesulitan belajar yang
berhubungan dengan perkembangan ( developmental learning disabilities ), kesulitan
belajar ini mencakup gangguan motorik & persepsi, kesulitan belajar bahasa &
komunikasi, serta kesulitan belajar dalam penyelesaian perilaku sosial (2). Kesulitan
belajar akademik (academic learning disabilities), kesulitan belajar ini menunjuk
pada adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas
yang diharapkan.
c. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa dengan kemampuan rendah
saja tetapi juga pada siswa berkemampuan rata-rata (normal) bahkan siswa dengan
kemampuan tinggi. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat
tercapainya kinerja akademik yang sesuai dengan harapan. Menurut Muhibbin Syah
(2006:173) faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar meliputi :
1. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa,
yakni :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual / intelegensi siswa.
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), anatara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti tertanggungnya
alat-alat indera penglihatan dan pendengar.
2. Faktor ekstern siswa
Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang
tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dapat di bagi menjadi tiga
macam, yaitu:
a. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah
dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
b. Lingkungan Perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan
kumuh (slum area), dan teman sepermainan yang nakal.
c. Lingkungan Sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah.
d. Hambatan-hambatan kesulitan belajar
Siswa yang mengalami kesulitan belajar memiliki hambatan-hambatan yang
berdampak langsung maupun tidak langsung dalam bentuk tingkah laku. Menurut
Abu Ahmadi dan Widodo (1991:89) beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan
gelaja kesulitan belajar antara lain :
1. Menunjukkan prestasi yang rendah atau di bawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh,berpura-
pura,dusta dan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti mudah tersinggung, murung,
pemarah, selalu sedih dan sebagainya.
e. Langkah-langkah untuk memecahkan kasus kesulitan belajar
Kesulitan belajar yang dialami siswa harus segera diketahui sedini mungkin,
sehingga tidak menghambat tercapainya tujuan belajar. Untuk menangani atau
memecahkan kasus kesulitan belajar menurut C.Ross dan J. Stenley (Ischak dan
Warji, 1987:2 ) dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
1. Diagnosis yang berisi tentang identifikasi kasus, lokalisasi jenis dan sifat
kesulitan dan menetapkan faktor penyebab kesulitan belajar.
2. Prognose, yaitu mengadakan estimasi tentang kesulitan belajar.
3. Terapi, yaitu menentukan berbagai kemungkinan dalam rangka penyembuhan
kesulitan, proses pemberian bantuan.
B. Penelitian yang Relevan
Nunik Lestio Rini (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis
kesulitan belajar dalam mengerjakan soal-soal serta materi Pada pelajaran Bahasa
Inggris ditinjau dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik di SMA N Batik 2
Surakarta tahun ajaran 2010-2011” menunjukkan bahwa analisis regresi memperoleh
persamaan garis regresi: Y = 30,410 + 1,148.X1 + 0,766.X2 + 0,723.X3. Persamaan
menunjukkan bahwa kesulitan belajar siswa dalam mengerjakan soal-soal pada mata
pelajaran Bahasa Inggris dipengaruhi oleh aspek kognitif, aspek afektif, aspek
psikomotorik. Kesimpulan yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1) Aspek
kognitif berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar
5,360 lebih besar dari ttabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 2) Aspek afektif
berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar 3,258
lebih besar dari ttabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 3) Aspek psikomotorik
berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Terbukti dari hasil uji t sebesar 3,970
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
lebih besar dari tabel (1,980) pada taraf signifikansi 5%; 4) Aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik berpengaruh terhadap kesulitan mengerjakan soal
pada siswa kelas X SMK Batik 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.
Sedangkan dalam penelitian Catherine McBride (2011) yang berjudul “Model
pelayanan berkesulitan belajar pada umumnya dan anak berkesulitan belajar pada
khususnya” menunjukkan bahwa Pelayanan anak berkesulitan belajar ditinjau dari
program penempatan terdapat tiga model yaitu kelas regular, kelas khusus dan
sekolah khusus. Pelayanan anak ditinjau dari jenis guru yang menangani ada model
guru sebagai berikut (1) guru kelas (2) guru kunjung (3)guru khusus (4) konsultan
dan tutor. Dalam kesempatan penelitian ini dibatasi model pelayanan dengan program
penempatan kelas khusus, kelas regular dan kelas konvensional. Dalam model
pelayanan ini anak berkesulitan belajar ringan dan anak normal ditempatkan dalam
satu kelas, mendapat pelayanan belajar yang sama oleh guru kelas yang telah dilatih
sesuai dengan prinsip falsafah normalisasi. Pelayanan kelas regular memberikan
kemudahan tumbuhnya kepribadian yang utuh dan penuh baik bagi anak normal
maupun anak berkesulitan belajar.
Pelayanan kelas khusus merupakan sistem pelayanan campuran antara system
integrasi dan sistem segresi. Anak berkesulitan belajar dilayani bersama anak normal,
tetapi pada waktu tertentu dilayani terpisah dengan anak normal. Pelayanan di kelas
khusus cocok untuk menangani kasus-kasus sulit yang ditangani dalam kelas regular,
kondisi lingkungan kelas khusus cocok untuk menangani anak berkesulitan belajar
ringan dan berat, kelas khusus dapat menguatkan harga diri dan tanggung jawab,
Guru dapat memusatkan perhatiannya secara penuh terhadap kebutuhan anak
berkesulitan belajar yang berbeda-beda.
Menurut Abu Ahmad dan Widodo (1991:89-91) untuk mengetahui adanya
kemungkinan siswa mengalami kesulitan belajar diadakan penyelidikan antara lain
dengan:
1. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek
(siswa).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2. Interview, yaitu melakukan wawancara langsung terhadap siswa yang di selidiki
atau terhadap orang lain yang dapat memberikan informasi tentang siswa yang di
selidiki.
3. Tes diagnostic, yaitu tes untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan
belajar. Tes ini dapat berupa tes buatan guru (teacher made test).
4. Dokumentasi, yaitu melihat catatan-catatan, arsip-arsip, dokumen-dokumen yang
berhubungan dengan siswa.
C. Kerangka Pemikiran
Kesulitan belajar siswa dalam memahami materi pelajaran dapat diidentifikasi
dengan dasar prinsip belajar tuntas. Di SMP N 1 SAWAHAN MADIUN, siswa
dikatakan telah mencapai pengusaan tuntas apabila telah mencapai pemahaman
minimal 60%-80% dari kompetensi dasar yang ditetapkan. Sedangkan siswa yang
belum mencapai tahap tersebut akan termasuk siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan memerlukan pengajaran remidiasi. Namun pada penelitian ini nanti, siswa
yang dikatakan sudah memperoleh ketuntasan belajar secara langsung adalah siswa
yang telah mencapai pemahaman 65%-90%.
Siswa yang dikatakan mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasi dari
nilai hasil evaluasi belajar yang kurang baik. Nilai yang kurang baik ini mungkin
disebabkan karena siswa mengalami kesulitan belajar atau mungkin karena siswa
tidak siap dalam menghadapi evaluasi tersebut (Muhibbin syah,2004:172). Siswa
mengalami kesulitan bisa dilihat dari faktor intern dan ekstern dalam proses belajar,
dari situ guru mencari solusi atau upaya untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak
didik. Upaya atau pemecahan masalah untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak
didik antara lain dengan adanya pengadaan perbaikan atau remidiasi, program
pengayaan, pengajaran individual dan sebagainya. Dari upaya-upaya yang dilakukan
oleh guru untuk memecahkan masalah dalam kesulitan belajar maka prestasi siswa
akan meningkat sesuai harapan yang diinginkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Kesulitan belajar dapat dikurangi dengan adanya upaya yang dilakukan guru
dengan cara pengajaran perbaikan, program pengayaan dan pengajaran individual.
Upaya yang dilakukan dapat berhasil apabila adanya kerjasama yang baik antara guru
dan siswa, sehingga akan berpengaruh dalam pencapaian prestasi belajar yang
maksimal. Untuk memperjelas alur pikiran diatas maka dapat disusun bagan kerangka
pikiran sebagai berikut:
Bagan 1 : Kerangka Pemikiran
Peningkatan Prestasi Belajar
Upaya untuk mengatasi Kesulitan Belajar
Faktor Intern Faktor Ekstern
Kesulitan Belajar
siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pendekatan penelitian merupakan upaya-upaya yang dikatakan oleh peneliti
dimulai sejak pencarian masalah, perumusan masalah, sampai pada penarikan
kesimpulan. Menurut Lexy J. Moleong (2007:6) mengatakan bahwa ”Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Pada dasarnya untuk mendapatkan kebenaran dari suatu penelitian
diperlukan adanya metodologi. Metodologi merupakan suatu pola yang berfungsi
untuk mengarahkan proses berfikir agar penelitian menghasilkan kebenaran yang
obyektif dan dapat menghantarkan peneliti ke arah tujuan yang diinginkan yaitu hasil
yang dapat dipertanggungjawabkan.
Beni Ahmad Saebani (2009:41) mengatakan bahwa “Penelitian adalah
merupakan suatu kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui seluk beluk sesuatu.
Kegiatan ini biasanya muncul dan dilakukan karena ada suatu masalah yang
memerlukan jawaban atau ingin membuktikan sesuatu yang telah dialami selama
hidup atau mengetahui berbagai latar belakang terjadinya sesuatu”. Sedangkan
menurut Sigit Santoso (2011:25) “Metodologi penelitian adalah strategi umum yang
diikuti dalam pengumpulan dan analisis data dalam upaya menjawab suatu
pertanyaan”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa untuk menjawab
suatu pertanyaan dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode penelitian.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang
disebut dengan metodologi penelitian adalah suatu ilmu mengenai cara atau jalan
yang digunakan untuk menguji suatu kebenaran pada kegiatan penelitian serta
mencari solusi yang tepat untuk masalah yang diteliti dengan menerapkan prosedur-
prosedur yang tepat sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini peneliti mengambil lokasi penelitian di
SMP N 1 SAWAHAN MADIUN, yang beralamat di Jl. Barat no 63 no.telp
(0351) 451107 Sawahan Madiun. Alasan pemilihan SMP N 1 SAWAHAN
MADIUN kelas VIII Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011 untuk
dilaksanakannya penelitian adalah:
1. Karena terdapat permasalahan kesulitan belajar yaitu rendahnya prestasi belajar
siswa kelas VIII pada Mata Pelajaran Bahasa Inggris.
2. Tersedianya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
3. Sekolah belum pernah digunakan penelitian sejenis, sehingga terhindar dari
kemungkinan adanya penelitian ulang.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai disetujuinya penyusunan proposal sampai
dengan selesainya penyusunan laporan dalam bentuk skripsi yaitu pada bulan April
2011 sampai dengan Januari 2012 lihat tabel di lampiran 4.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian Deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif menurut Sanapiah Faisal (2001:20) adalah Penelitian yang dimaksudkan
eksporasi dan klarifikasi menurut sesuatu kenyataan sosial dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang
diteliti. Sedangkan Sigit Santoso (2011:59) berpendapat bahwa “Metode penelitian
Deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
fenomena-fenomena atau situasi yang aktual atau yang ada pada saat penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
berlangsung”. Jadi penelitian deskriptif tidak menggunakan dan tidak melakukan
pengujian hipotesis, berarti tidak dimaksudkan untuk membangun dan
mengembangkan perbendaharaan teori.
Penelitian Kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:3) dalam Bogdan dan
Taylor adalah sebagai berikut “Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati”. Metode ini lebih bersifat naturalistik yang lebih mampu
mengungkap hubungan antara peneliti dengan responden dan keduanya mempunyai
pengaruh analisis kualitatif dengan metode deskriptif.
2. Strategi Penelitian
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tunggal terpancang,
dimana peneliti hanya mengkaji suatu masalah saja dan pengumpulan data yang lebih
terarah berdasarkan tujuan mengenai peranan seorang guru dalam mengatasi kesulitan
belajar pada anak didik. Penelitian ini memfokuskan pada masalah faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar dan upaya guru untuk mengatasi kesulitan belajar
dalam mempelajari konsep Bahasa Inggris yang dialami siswa kelas VIII SMP N 1
Sawahan Madiun Semester Genap Tahun Ajaran 2010-2011.
Menurut H.B Sutopo ( 2002:42 ) “ Penelitian terpancang (embedded research)
yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel
utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitinya sebelum
peneliti ke lapangan studinya”. H.B Sutopo juga berpendapat bahwa strategi
penelitian dibedakan menjadi tiga, antara lain:
a. Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada satu karakteristik dan
sudah memilih serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamnya sebelum
memasuki lapangan.
b. Ganda terpancang yaitu penelitian tersebut mempersyaratkan adanya sasaran
lebih dari satu yang memiliki dan perbedaan karakteristik dan sudah memilih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
serta menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki
lapangan.
c. Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menentukan
fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan.
C. Sumber Data
Penelitian yang bersifat kualitatif menurut Lexy J. Moleong (2000:32) adalah
“Penelitian yang menggunakan data berupa kata-kata tindakan selebihnya adalah
tambahan seperti dokumen yang lain”. Artinya, sumber data dalam penelitian
kualitatif adalah manusia, tingkah laku, dokumen serta pribadi dengan cara
memasuki lapangan penelitian, hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat berhadapan
langsung dengan sumber data atau informannya. Sumber yang dapat dimanfaatkan
untuk mencari data dalam penelitian ini adalah :
1. Informan
Informan dalam penelitian kualitatif adalah seseorang yang dipandang
mengetahui permasalahan yang sedang dikaji dalam penelitian dan bersedia untuk
memberikan informasi kepada peneliti yang berupa kata-kata. Peneliti akan
memilih informan sesuai dengan judul di atas, sehingga diperoleh data yang
obyektif. Data yang diperoleh dari hasil wawancara adalah identitas responden,
kegiatan belajar mengajar di kelas, dan hambatan-hambatan yang dihadapi guru
dalam menggunakan metode mengajar serta upaya untuk mengatasi hambatan
tersebut. Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Inggris
kelas VIII dan siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun.
2. Tempat dan Peristiwa
Kegiatan penelitian kualitatif tidak lepas dari wawancara dan observasi yang akan
melibatkan tempat, pelaku dan peristiwa yang terjadi. Tempat atau lokasi yang
berkaitan dengan sasaran atau permasalahan penelitian merupakan salah satu jenis
sumber data yang bisa dimanfaatkan oleh peneliti. Informasi mengenai kondisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
dari lokasi peristiwa atau aktifitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber
lokasinya baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya. Tempat
penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah SMP N 1 Sawahan Madiun.
3. Dokumen dan Arsip
Dokumen dan Arsip merupakan sumber data tambahan yang berupa catatan-
catatan tertulis. Dokumen dan Arsip yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data tentang jumlah siswa, nilai ujian semester genap siswa kelas VIII SMP N 1
Sawahan Madiun Tahun Ajaran 2010-2011, data jumlah guru dan karyawan SMP
N 1 Sawahan Madiun, dan arsip sejarah berdirinya SMP N 1 Sawahan Madiun.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau
memfokuskan permasalahan agar pemilihan sampel lebih mengarah pada tujuan
penelitian. Maksud penggunaan sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk
menjaring atau mencari informasi dari berbagai sumber dan bertujuan untuk merinci
kekhususan dari berbagai sumber data tersebut serta untuk menggali informasi yang
akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul. Sampel dapat diambil
dengan menggunakan teknik sampel bertujuan (Purpose Sampling). Menurut
Suharsini Arikunto (1996:127): “Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil
subyek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas
adanya tujuan tertentu”. Sampel bertujuan merupakan sampel yang diambil tidak
ditekankan pada jumlah, tetapi ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada
masalah yang diteliti. Suharsini Arikunto (2002 : 14-15) mengemukakan bahwa
teknik sampling yang digunakan dalam penelitian kualitatif ada empat, yaitu:
1. Accindental sampling, yaitu mengambil sampel dengan pertimbangan tertentu
yang tidak dirancang terlebih dahulu.
2. Purposive sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang dipandang dapat memberi data secara maksimal.
3. Cluster-quota sampling, yaitu memilih sejumlah responden dari wilayah tertentu
sampai batas yang diinginkan terpenuhi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
4. Snow ball sampling, yaitu peneliti memenuhi responden secara berantai.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan fokus
penelitian. Peneliti tidak menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menentukan
sejumlah informan untuk diwawancarai guna memperoleh informasi tentang
permasalahan yang sedang diteliti. Peneliti berusaha untuk mendapatkan informasi
sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari berbagai sumber. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik Purpose sampling (sampel
tujuan). Pengambilan sampel tidak ditekankan pada jumlah, melainkan lebih
ditekankan pada kualitas pemahamannya kepada masalah yang diteliti. Jumlah
sampel akan berkembang (Snow Ball) yaitu dari satu informan ke informan yang lain
sampai informasi yang dibutuhkan mencukupi.
Suharsini Arikunto (2002:117) berpendapat bahwa ada 3 syarat penarikan
sampel bertujuan adalah:
1. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik
tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
2. Subyek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling
banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subyektif).
3. Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat dan didalam studi
pendahuluan.
E. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan : (1). Wawancara; (2). Observasi; dan
(3). Dokumen dan Arsip. Menurut Goets dan LaComte dalam Bambang Sumardjo
(2004:21) menyatakan bahwa, “Data dalam penelitian kualitatif dapat dikelompokkan
dalam dua cara yaitu: metode interaktif dan non interaktif”. Data interaktif meliputi
wawancara yang mendalam dan observasi langsung, sedangkan metode non interaktif
meliputi observasi, kuesioner dan mencatat dokumen maupun arsip. Sesuai dengan
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data
yang digunakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1. Wawancara
Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah berupa
manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan. Untuk mengumpulkan
informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara. Menurut Lexy. J.
Moleong (2000:135), “Wawancara adalah percakapan yang dilakukan dengan
maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu peneliti yang mengajukan
pertanyaan dan informan yang memberika jawaban”.
Dari pendapat diatas, untuk memperoleh data utama adalah melalui
wawancara kepada informan guna memperoleh data yang akurat atau relevan. Cara
yang dilakukan dalam teknik wawancara ini adalah dengan mengajukan pertanyaan
kepada informan untuk mendapat data mengenai permasalahan yang sedang diteliti.
Adapun Guba dan Lincoln dalam Lexy. J. Moleong (2000:137) berpendapat
bahwa jenis-jenis wawancara dibagi menjadi empat antara lain :
a. Wawancara oleh Tim Panel.
b. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka.
c. Wawancara Riwayat Secara Lisan.
d. Wawancara Terstruktur dan tidak terstruktur.
Berdasarkan dari jenis-jenis wawancara di atas dapat dijelaskan antara lain
sebagai berikut :
1) Wawancara oleh Tim Panel
Wawancara oleh Tim berarti wawancara dilakukan tidak hanya oleh satu orang,
tetapi oleh dua orang atau lebih terhadap seseorang yang diwawancarai.
Sedangkan wawancara panel ialah seorang pewawancara dapat saja
memperhadapkan dua orang atau lebih yang diwawancarai sekaligus.
2. Wawancara Tertutup dan Wawancara Terbuka
Wawancara tertutup merupakan wawancara yang mana pihak yang diwawancara
tidak mengetahui dan tidak menyadari bahwa mereka diwawancarai. Sedangkan
wawancara terbuka adalah wawancara yang mana pihak yang diwawancarai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai serta mengetahui tujuan
wawancara tersebut.
3. Wawancara Riwayat secara lisan
Wawancara ini dimaksudkan untuk mengungkapkan riwayat tertentu, pada jenis
pihak yang diwawancarai bicara secara terus-menerus dan pewawancara sekali-
kali mengajukan pertanyaan.
4. Wawancara Terstruktur dan Tak Terstruktur
Wawancara terstruktur merupakan wawancara dimana pewawancara menetapka
sendiri pertanyaan yang akan diajukan. Pertanyaan-pertanyaan disusun dengan
ketat. Sedangkan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang
digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku. Responden biasanya
terdiri dari atas mereka yang mempunyai pengetahuan dan mendalami serta lebih
mengetahui informasi yang lebih dibutuhkan.
Dalam penelitian ini pihak peneliti sebagai pewawancara menggunakan teknik
wawancara terstruktur yang pokok-pokok pertanyaannya diatur secara terstruktur
dibuat kerangka dan garis besarnya sebelum berada di lapangan peneliti sehingga
yang diberikan lebih terarah.
2. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang
berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda dan rekaman gambar. Dalam hal ini
peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk mengumpulkan data yang ada di
lapangan. Observasi merupakan salah satu cara peneliti ilmiah yang paling sesuai di
bidang ilmu sosial. Dengan metode ini dapat diketahui mengenai lingkungan tempat
penelitian. Lexy. J. Moleong (2000:126) menyatakan bahwa, “Pengamatan,
memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari
pihaknya maupun dari pihak subyek”. Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan
observasi tidak berperan (non participant observation) dimana peneliti tidak menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
bagian dari populasi sehingga hasil penelitian benar-benar objektif sesuai dengan
keadaan di lapangan.
3. Analisis Dokumentasi
Pengumpulan data dengan jalan wawancara dan observasi belum cukup untuk
mendapatkan data yang diperlukan. Untuk itu peneliti juga menggunakan teknik
dokumentasi. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data yang bersumber dari
arsip dan dokumen yang ada. Teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penyelidikan. Dokumentasi merupakan upaya untuk memberikan
gambaran bagaimana sebuah penelitian kualitatif deskriptif dilakukan. Data yang
dihasilkan dari kegiatan ini berupa gambar atau foto kegiatan pembelajaran.
F. Validitas Data
Menurut Lexy J. Moleong (2000:178) : “ Triangulasi adalah Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data itu”.
Denzin dalam Lexy J. Moleong (2000:178) membedakan empat macam
triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan penggunaan sumber,
metode, penyelidikan dan teori antara lain :
1. Tri angulasi dengan Sumber
Triangulasi ini berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Triangulasi dengan Metode
Triangulasi terdapat dua strategi yaitu pertama adalah pengecekan derajat
kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, dan
yang kedua adalah pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan
metode yang sama.
3. Triangulasi dengan Penyidik
Triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan peneliti lainnya untuk keperluan
pengecekan kembali derajat kepercayaan data.
4. Triangulasi dengan Teori
Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa
derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori tetapi hal itu dapat
dilaksanakan dalam hal dinamakan penjelasan banding.
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Triangulasi sumber digunakan untuk pengumpulan data sejenis dengan
menggunakan sumber data yang berbeda, yaitu siswa dan guru.
G. Teknik Analisis Data
Menurut Lexy J. Moleong (2004:103) menyatakan bahawa, “Analisis data
adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang disarankan oleh data”.
Langkah-langkah dalam analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
mengikuti teknik analisis interaktif. Mathew dan A. Michel huberman (1992:16)
menyatakan bahwa, “Teknik analisis data mengalir terdiri dari tiga alur kegiatan yang
terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi. “Jadi antara reduksi data penyajian dan penarikan kesimpulan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
verifikasi dilakukan sebelum, selama, dan sesudah mengumpulkan data dalam bentuk
yang sejajar untuk membangun suatu analisis yang tangguh.
Selanjutnya peneliti bergerak diantara kegiatan reduksi data, penyajian data,
dan penarikan kesimpulan. Adapun kegiatannya sebagai berikut :
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses menyeleksi, memfokuskan data yang mencakup
proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data (kasar) yang di
dapat di lapangan (tempat penelitian). Reduksi data seringkali tampak pada saat
sebelum peneliti memutuskan kerangka konseptual wilayah penelitian,
permasalahan penelitian, dan pengumpulan data yang dipilihnya. Tahap ini
berlangsung secara terus sampai laporan akhir lengkap tersusun. Sebagaian dari
hasil analisis, maka proses menajamkan, menggolongkan, mengarahkan,
membuang tidak perlu dan mengorganisasikan data merupakan hal yang sangat
penting dilakukan. Sehingga akan mempermudah dalam menarik dan
menverifikasikan kesimpulan akhir.
b. Penyajian Data
Penyajian Data adalah sekumpulan informasi yang tersusun memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan
penyajian ini dapat membantu peneliti dalam memahami apa yang sedang terjadi
dan apa yang seharusnya dilakukan. Penyajian informasi ini dapat berbentuk
matriks, grafik, jaringan dan bagian yang tersusun secara terpadu sehingga
memudahkan peneliti dalam menentukan langkah selanjutnya yang harus
dilakukan. Kegiatan penyajian data disamping sebagai kegiatan analisis juga
merupakan kegiatan reduksi data.
c. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi
Pada dasarnya kesimpulan awal sudah dapat ditarik kesimpulan pada saat
matriks, tetapi hal itu belum begitu jelas. Dalam hal ini dapat menggiring pada
pengambilan keputusan untuk menentukan langkah-langkah berikutnya yang
harus dilakukan. Sedangkan kesimpulan akhir merupakan keadaan dari yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
belum jelas kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki
landasan yang kuat dari proses analisis terhadap gejala yang ada. Dari beberapa
permasalahan didiskusikan dengan berbagai pihak yang relevan yang akhirnya
terjadi sebuah kesimpulan, dengan maksud apabila ada data baru kemudian akan
merubah kesimpulan sementara segera melakukan perbaikan melalui data yang
diperoleh selanjutnya. Hal ini dilaksanakan sampai seluruh data dikumpulkan.
Ketiga komponen tersebut berjalan bersama pada waktu kegiatan
pengumpulan data. Setelah memperoleh data, reduksi data segera dibuat dan
diteruskan dengan penyusunan sajian data. Dari sajian data tersebut dapat berjalan
dipergunakan untuk menyusun kesimpulan sementara yang perlu diubah. Dengan
demikian setiap kesimpulan yang salah dapat dibenarkan atau diperbaiki melalui data
yang diperoleh selanjutnya. Demikian seterusnya perjalanan data dan analisis berjalan
sampai seluruh data selesai dikumpulkan.
Untuk lebih jelasnya, dapat disajikan dalam bentuk bagan model analisis
interaktif mengalir sebagai berikut :
Bagan 2. Skema Model Analisis Data Interaktif (HB Sutopo, 2002:96)
Pengumpulan
data
Sajian
data
Penarikan
simpulan/verifikasi
Reduksi
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah tata urutan atau langkah-langkah rinci yang harus
ditempuh untuk melaksanakan penelitian. Dalam hal ini merupakan tahap akhir
didalam proses penelitian. Laporan penulisan ditulis dengan bentuk skripsi dan dalam
kaedah-kaedah yang benar, setelah data yang diperoleh itu diolah dan dianalisa. Hal
ini dimaksudkan agar penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil
penelitian dapat dipertanggungjawabkan dan hasil penelitian ini nantinya juga
diharapkan bermanfaat dan juga memiliki wawasan yang luas bagi penulisan sendiri
dan masyarakat luas.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa langkah atau prosedur,
antara lain sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan mulai dari penyusunan rancangan penelitian, memilih
laporan penelitian, mengurus perijinan, menjajaki dan menilai keadaan lapangan,
memilih dan memanfaatkan informasi serta menyiapkan perlengkapan
penelitian.
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap Pelaksanaan sering disebut tahap lapangan. Peneliti menggali data dari
sumber data yang relevan dengan tujuan penelitian.
c. Tahap Analisis Data
Tahap Analisis Data merupakan usaha untuk menemukan tema yang relevan
dengan masalah penelitian.
d. Tahap Penulisan Laporan
Dalam tahap ini, peneliti menyusun dan menulis laporan setelah menganalisis
data.
e. Tahap Perbanyakan Laporan
Setelah menyusun dan menulis laporan, kemudian peneliti menggandakan atau
memperbanyak laporan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Untuk lebih jelasnya, dapat disajikan dalam bentuk bagan prosedur penelitian
sebagai berikut :
Bagan 3. Prosedur Penelitian
Sumber : Mathew B.Milles & A. Michael Huberman dalam H.B. Sutopo(2002:94)
Proposal
Penarikan
kesimpulan
Penulisan
Laporan
Persiapan
Pelaksanaan
Pengumpulan
Data dan
Analisis
Analisis
Akhir
Perbanyak
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Deskripsi lokasi penelitian merupakan tempat dimana data diperoleh. Aspek-
aspek yang merupakan bagian dari deskripsi lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai
berikut: 1). Sejarah singkat SMP Negeri 1 Sawahan Madiun, 2). Visi, Misi dan
Tujuan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun, 3). Struktur Organisasi SMP Negeri 1
Sawahan Madiun, 4). Keadaan Tenaga pengajar, 5). Rencana Strategis. Dari rincian
aspek-aspek tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
Kebutuhan akan pendidikan tingkat menengah negeri pada masyarakat
Kecamatan Jiwan pada tahun 1984 yang memiliki jumlah penduduk yang cukup
banyak akhirnya terpenuhi dengan berdirinya sebuah sekolah Menengah Pertama
Negeri Sawahan. Dengan adanya keputusan Menteri Dinas Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia nomor 291/O/1984, tanggal 16 Juni 1984 tentang
pembukaan dan penegerian sekolah tahun pelajaran 1984-1985 di Provinsi Jawa
Timur, maka berdirilah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun di wilayah Kecamatan
Sawahan. Pada awal berdirinya SMP Negeri 1 Sawahan Madiun masih bertempat di
SDN Pucangrejo yang pada saat itu Drs. Tamin menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Pada waktu itu karena gedungnya belum jadi maka proses belajar mengajar masih
menumpang di SDN Pucangrejo berjalan selama tiga bulan, dan masuknya sore.
Walaupun kondisinya seperti itu ternyata antusiasme masyarakat cukup tinggi
terbukti pada awal pendirian telah mendapatkan tiga kelas sekaligus, menariknya lagi
ternyata bukan masyarakat Sawahan saja yang berkeinginan menyekolahkan anaknya
ke SMP Nergeri 1 Sawahan tetapi juga masyarakat dari Kecamatan lain bahkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Kabupaten lain, hal ini dikarenakan letak SMP Negeri 1 Sawahan Madiun berdekatan
dengan perbatasan kabupaten lain.
Setelah kondisi itu dijalani selama tiga bulan barulah tahun pelajaran
1984/1985 pemerintah Kabupaten Madiun mendirikan bangunan SMP Negeri 1
Sawahan Madiun di tanah kas Desa Pucangrejo, dengan kelengkapan 5 ruang kelas, 1
ruang guru, 1 uang perpustakaan, 1 ruang kantor TU, 1 ruang kantor BP, 1 ruang
kantor Kepala Sekolah dan 1 ruangan Laboratorium yang digunakan untuk
laboratorium fisika dan biologi. Kemudian tanggal 28 Oktober 1984 gedung
sekolahan sudah jadi dan akhirnya pindah ke gedung yang baru sehingga tanggal
tersebut ditetapkan sebagai hari Ulang Tahun SMP Negeri 1 Sawahan Madiun. Tahun
1984-1985 itu pula SMP Negeri 1 Sawahan Madiun memiliki struktur organisasi
sekolah yang mandiri dengan kepala sekolah pertama adalah Drs.Tamin serta dengan
guru 9 orang, dengan manajemen yang profesional. Sekolah yang awalnya kecil dari
hari kehari semakin berkembang serta tujuan menciptakan sebuah sekolah yang
disiplin dan pengajaran yang berkualitas maka SMP Negeri1 Sawahan Madiun cepat
dikenal oleh masyarakat. Efek positifnya jumlah peminat semakin bertambah
sehingga dari tahun ke tahun jumlah ruang berkembang dan siswanya pun semakin
bertambah.
Dari tahun ke tahun dengan pergantian Kepala Sekolah tepatnya Oktober
2007 yang menjabat sebagai Kepala Sekolah yaitu Drs. Kasdi terjadi perkembangan
dengan pembukuan kelas unggulan pada 2009 sampai sekarang Kepala Sekolah yang
masih dijabat oleh Sukarno S.pd SMP Negeri 1 Sawahan Madiun menjadi sekolah
favorit karena keunggulan para siswa-siswanya. Berikut daftar nama-nama yang
pernah menjabat sebagai kepala Sekolah di SMP N 1 Sawahan Madiun :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 3. Daftar Nama Kepala Sekolah SMP N 1 Sawahan Madiun
No Nama Masa jabatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Drs. Tamin
Drs. Ramelan
Drs. Slamet E
Drs. Indarto
Drs. Mochtingudin
Dra. Agnesri
Drs. Sumartaja
Drs. H M. Walham
Des. Karmadi
Drs. Kasdi
1984-1990
1990-1994
1994-1996
1996-1998
1998-2000
2000-2002
2002-3005
2005-2007
Selama 5 bulan
Tahun 2009 hingga sekarang
Sumber : Dokumen Sekolah Tahun Pelajaran 2001
2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
bertumpu pada visi, misi dan tujuan pendidikan, yaitu:
a. Visi : Unggul dalam prestasi, luhur pada budi pekerti dan berketrampilan
tinggi.
Diharapkan dengan visi tersebut, warga sekolah mempunyai gambaran atau
idealism secara utuh tentang keberadaan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun di
masa mendatang. Secara sederhana visi sekolah adalah profil sekolah yang
diinginkan di masa depan oleh yang bersangkutan agar sekolah tersebut
semakin berkualitas.
b. Misi : Misi merupakan penjabaran dari visi dalam bentuk rumusan tugas,
kewajiban dan rancangan tindakan untuk mewujudkan visi tersebut. Dengan
demikian misi dapat dikatakan bentuk pelayanan untuk memenuhi tuntutan
yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikator.
Adapun misi SMP Negeri 1 Sawahan Madiun adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Melaksanakan proses belajar mengajar yang optimal.
2) Menumbuhkankembangkan penghayatan dan pengalaman terhadap agama
yang dianut untuk membentuk budi pekerti yang luhur.
3) Melestarikan dan mengembangkan olahraga, seni dan budaya.
4) Menciptakan suasana yang kondusif untuk mengaktifkan seluruh kegiatan
belajar.
5) Menyiapkan peserta didik yang mandiri dan berdaya saing tinggi dalam
menghadapi kehidupan di masyarakat.
c. Tujuan Pendidikan
1. Tujuan Umum
Sesuai dengan UUD 1945 yang telah diamandemen dan UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan ilmu pengetahuan pada siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan untuk
mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan
teknologi dan kesenian.
b. Meningkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial budaya
dan alam sekitarnya.
c. Meningkatkan minat baca siswa da pencapaian tingkat ketuntasan
belajar serta daya serap.
d. Meningkatkan ketrampilan sesuai dengan potensi dan minat yang
dimiliki oleh siswa.
3. Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
Setiap instansi baik pemerintah maupun swasta merupakan suatu organisasi
formal yang perlu ditetapkan sebuah struktur organisasi. Struktur organisasi adalah
kerangka yang menunjukkan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
organisasi, antara fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap
anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas pekerjaan.
Struktur organisasai yang sehat dan efisisen dapat menjamin pelaksanaan
kerja dan wewenang setiap satuan organisasi dengan tertib serta memungkinkan
tercapainya perbandingan antara usaha dan hasil kerja dan hanya dengan
pengorganisasian suatu struktur organisasi dapat terwujud. Pengorganisasian adalah
serangkaian proses kegiatan penetapan dan pembagian pekerjaan yang dilaksanakan,
pembatasan tugas dan tanggung jawab serta wewenang dan penetapan hubungan
antar unsur-unsur organisasi sehingga memungkinkan orang dapat bekerja secara
efisien dalam usaha pencapaian tujuan. Adapun struktur organisasi SMP N 1
Sawahan terdapat dalam lampiran 3.
Berikut ini adalah pembagian tugas yang perlu dijabarkan sebagai penjelasan
dari adanya struktur organisasi, hal ini dimaksudkan untuk memperlancar alur kerja
masing-masing unsur yang ada di SMP N 1 Sawahan Madiun. Adapun pembagiannya
mengacu pada pedoman ketentuan pokok yayasan, yaitu:
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator manajer,
administrator dan supervisor.
1) Kepala Sekolah sebagai edukator
Kepala Sekolah sebagai edukator bertugas melaksanakan proses belajar
mengajar secara efektif dan efisen.
2) Kepala Sekolah selaku manajer mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Menyusun perencanaan.
b. Mengorganisasikan kegiatan.
c. Mengarahkan kegiatan.
d. Melaksanakan pengawasan.
e. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan.
f. Menentukan kebijakan
g. Mengadakan rapat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
h. Mengambil keputusan.
i. Mengatur proses belajar mengajar.
3) Kepala sekolah selaku Administrator bertugas menyelenggarakan
administrasi :
a. Perencanaan
b. Pengorganisasian
c. Pengarahan
d. Pengawasan
e. Pengkoordinasian
f. Kurikulum
g. Kesiswaan
h. Ketatausahaan
i. Ketenagaan
j. Keuangan
k. Keperpustakaan
l. Laboratorium
m. Ruang Ketrampilan Kesenian
n. Bimbingan Konseling
o. Media
p. Gudang
4) Kepala Sekolah sebagai supervisor bertugas menyelenggarakan supervise
mengenai:
a. Proses belajar mengajar.
b. Kegiatan ekstrakurikuler.
c. Kegiatan ketatausahaan.
d. Sarana dan prasarana.
e. Kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
b. Wakil Kepala Sekolah
Wakil Kepala Sekolah pada SMP Negeri 1Sawahan Madiun ada 1 orang
wakil Kepala Sekolah yaitu Eka Suprija Utama S.pd yang bertugas membantu
kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1) Menyusun program perencanaan.
2) Membuat program kegiatan dan pelaksanaanya.
3) Pelaksanaan pengorganisasian.
4) Pelaksanaan pengarahan.
5) Pengkoordinasian.
6) Pengawasan.
7) Pengumpulan data.
8) Penyusunan laporan.
c. BP (Bimbingan Konseling)
Bimbingan dan Konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Menyusun program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling koordinasi
dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
2) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar.
3) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan kepada siswa agar lebih
berprestasi dalam kegiatan belajar.
4) Menyusun statistik analisis hasil evaluasi.
5) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan
konseling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
d. Tata Usaha
Kepala Tata Usaha merupakan tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Penyusunan program kerja Tata Usaha sekolah.
2) Pengelolaan keuangan sekolah.
3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa.
4) Pembinaan dan pengembangan karir Tata Usaha.
5) Penyusunan administrasi perlengkapan sekolah.
6) Penyusunan laporan keuangan pelaksanaan kegiatan pengurusan
ketatausahaan secara berkala.
e. Urusan Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana-rencana pengeluaran isi dan
bahan mengajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dengan demikian kurikulum dalam
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dan berfungsi untuk
mewujudkan tujuan pendidikan.kurikulum yang digunakan SMP Negeri 1
Sawahan Madiun sejak tahun 2008/2009 adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP).
Urusan Kurikulum mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Menyusun dan menjabarkan kalender pendidikan.
2) Menyusun pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
3) Mengatur kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler.
4) Mengatur pelaksanaan program penilaian criteria kenaikan kelas.
5) Mengatur pelaksanaan program perbaikan dan pengajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
f. Urusan Sarana dan Prasarana
Urusan Sarana dan Prasarana mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Merencanakan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang proses
belajar mengajar.
2) Mengatur pemanfaatan sarana dan prasarana.
3) Mengelola perawatan, perbaikan dan pengisian.
4) Mengatur pembukuannya.
g. Urusan Kesiswaan
Urusan Kesiswaan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengatur program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Mengatur dan membina program kegiatan OSIS (Organisasi Siswa Intra
Sekolah).
3) Mengatur program pesantren kilat.
4) Menyelenggarakan cerdas cermat, olahraga prestasi dan lain-lain.
5) Menyeleksi calon untuk diusulkan mendapat beasiswa.
h. Urusan Hubungan Masyarakat
Urusan Hubungan Masyarakat mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Mengatur dan mengembangkan hubungan dengan komite sekolah dan
peran komite sekolah.
2) Menyelenggarakan bakti sosial.
3) Menyelenggarakan pemeran hasil pendidikan di sekolah.
4) Menyusun laporan.
i. Wali Kelas
Wali kelas membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
1) Pengelolaan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
2) Penyelenggaraan administrasi kelas.
3) Pengisian daftar kumpulan nilai siswa.
4) Pembuatan catatan khusus tentang siswa.
5) Pengisian dan pembagian buku laporan Penilaian Hasil Belajar.
6) Membantu guru pembimbing melaksanakan tugas-tugas kelas.
j. Guru Bimbingan dan Konseling
Guru Bimbingan dan Konseling membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi masalah-masalah
yang dihadapi oleh siswa tentang kesulitan belajar.
3) Memberikan layanan bimbingan kepada siswa agar lebih berprestasi
dalam kegiatan belajar.
4) Mengadakan penilaian pelaksanaan bimbingan dan konseling.
5) Menyusun statistik hasil penilaian bimbingan dan konseling.
6) Menyusun dan melaksanakan program tindak lanjut bimbingan dan
konseling.
7) Menyusun laporan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
k. Guru
Guru bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah dan mempunyai tugas
melaksanakan proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.
Tugas dan tanggung jawab guru meliputi:
1) Membuat program pengajaran.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
3) Membuat satuan pelajaran.
4) Mengadakan pengembangan setiap bidang pengajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5) Meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai pelajaran.
6) Membuat dan menyusun lembar kerja untuk mata pelajaran yang
memerlukan lembar kerja.
7) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar masing-masing.
8) Mengatur kebersihan ruang tempat praktek, mengembalikan alat
pinjaman, pemeliharaan dan keamanan sarana praktek.
9) Mengadakan pemeriksaan, pemeliharaan dan keamanan, kebersihan
masing-masing dan alat-alat praktek lainnya pada setiap akhir pelajaran.
l. Pustakawan Sekolah
Pustakawan Sekolah membantu Kepala Sekolah dalam hal sebagai berikut:
1) Perencanaan pengadaan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika.
2) Pengurusan pelayanan perpustakaan.
3) Perencanaan pengembangan perpustakaan.
4) Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku/bahan pustaka/media elektronika.
5) Penyimpanan buku-buku perpustakaan/media elektronika.
6) Menyusun tata tertib perpustakaan.
7) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan secara berkala.
m. Laboran
Laboran membantu tugas Kepala Sekolah dalam hal berikut :
1) Perencanaan pengadaan alat dan bahan laboratorium.
2) Menyusun jadwal dan tata tertib pengguna laboratorium.
3) Mengatur penyimpanan dan daftar alat-alat laboratorium.
4) Memelihara dan perbaikan alat-alat laboratorium.
5) Inventarisasi dan pengadministrasian peminjam alat-alat laboratorium.
6) Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan laboratorium.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Keadaan Tenaga Pengajar, Karyawan, dan siswa SMP Negeri 1 Sawahan
Madiun
Proses belajar mengajar di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun didukung oleh
beberapa komponen yang saling terkait. Komponen tersebut diantaranya adalah Guru,
Siswa, dan Karyawan yang ada di SMP Negeri 1 Sawahan Madiun. Guru sebagai
pihak yang bertugas menyampaikan materi serta mengelola kelas sehingga proses
belajar mengajar dapat terlaksana, di samping itu juga didukung dengan fasilitas
belajar yang lengkap akan mewujudkan keberhasilan proses belajar siswa yaitu anak
didik yang membutuhkan motivasi yang tinggi sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
Jumlah guru dan karyawan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun ada 50 orang yang terdiri
dari 40 guru, 10 dan jumlah siswa pada tahun pelajaran 2010/2011 adalah 479 siswa.
1. Tenaga Kependidikan SMP N 1 Sawahan Madiun
SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai tenaga kependidikan yang dapat
mendukung proses belajar mengajar dikelas menjadi lancar. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4. Daftar Tenaga Kependidikan SMP N 1 Sawahan Madiun
Nama Status Jumlah
Tetap Tidak tetap
Guru
Karyawan
37
7
3
3
40
10
Total 44 6 50
Sumber : Dokumen Sekolah Tahun Pelajaran 2011
Sekolah ini pada tahun ajaran 2010-2011 memiliki guru yang berjumlah 40
orang yang terdiri dari 37 orang guru tetap dan 3 orang guru tidak tetap. Keadaan
guru di sekolah ini sering berganti-ganti karena tenaga guru tidak tetap yang
mengikuti tes calon PNS yang kemudian lulus dan ditempatkan di daerah lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Karyawan yang bekerja di sekolah ini berjumlah 10 orang yang terdiri dari 7 tanaga
tetap dan 3 tenaga yang tidak tetap.
2. Keadaan siswa SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai siswa yang mempunyai input dan
kualitas yang sangat bagus serta jumlah siswa yang cukup banyak. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Daftar jumlah siswa SMP Negeri 1 Sawahan Madiun adalah sebagai
berikut:
NO KELAS KODE
PARALEL
JUMLAH SISWA
LAKI-LAKI PEREMPUAN
1
2.
3.
IX
VIII
VII
A
B
C D
E
F G
A
B C
D
E
F A
B
C D
E
F G
14
11
12 12
10
14 15
13
18 14
15
13
13 14
12
14 12
12
12 12
10
13
12 12
10
6 6
13
10 12
11
13
13 12
12
10 12
12
12 13
TOTAL 243 242
Sumber : Dokumen sekolah Tahun Pelajaran 2011
Jumlah siswa pada tahun ajaran 2010-2011 adalah 485 siswa dengan siswa
perempuan 243 dan siswa laki-laki 242. Keadaan ini mengalami penurunan dari tahun
ke tahun karena semakin ketatnya penerimaan sisa yang dilakukan sekolah ini agar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
mendapatkan siswa yang berkualitas selain itu juga adanya penurunan jumlah calon
siswa yang ingin masuk ke sekolah ini dan adanya peluang yang baik untuk dapat
masuk ke sekolah negeri.
3. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
SMP N 1 Sawahan Madiun mempunyai fasilitas yang sudah cukup memadai
sehingga dalam proses belajar berjalan dengan lancar. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Fasilitas Sekolah SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
Sumber : Laporan sekolah Tahun Pelajaran 2011
NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Ruang Kelas
Ruang Konseling dan Konseling
Ruang Kepala Sekolah 1 ruang.
Ruang Guru
Ruang Staf
Ruang Komputer
Ruang UKS
Ruang Perpustakaan
Ruang Laboratorium
Ruang koperasi
Masjid.
Gudang.
Tempat parkir guru.
Tempat parkir siswa.
Kantin.
Lapangan sepak bola.
21
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Bangunan gedung SMP Negeri 1 Sawahan Madiun sudah memenuhi
persyaratan bangunan yang sehat. Sarana dan Prasarana yang disediakan sekolah
yang dapat mendukung proses belajar mengajar diupayakan selengkap mungkin, hal
ini karena dapat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah ini.
Sarana dan Prasaran tersebut selain dapat digunakan secara optimal oleh pihak guru,
siswa dan karyawan diharapkan pula pihak-pihak tersebut ikut menjaga dan merawat
sarana dan prasarana tersebut sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan
datang. Cara merawat sarana dan prasarana tersebut dengan menjaga kebersihan dan
kerapiannya.
5. Rencana Strategis
Pada tahun ajaran 2011 SMP Negeri 1 Sawahan Madiun menetapkan sasaran
yang harus dicapai sebagai berikut:
1) Sasaran jangka pendek
a. Siswa dapat mandiri dalam arti mampu mengembangkan potensi yang
dimiliki dengan kemampuan yang ada dengan tidak meninggalkan kodrat
sebagai makhluk sosial.
b. Siswa dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mengadapi tantangan hidup yang semakin kompleks.
c. Siswa lulusan SMP Negeri 1 Sawahan dapat mengikuti dan beradaptasi serta
bisa berprestasi disekolah dan atau jenjang sekolah yang lebih tinggi dan juga
dimasyarakat.
d. Siswa lulusan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun unggul dalam moralitas dan
intelektualitas.
2) Sasaran jangka panjang
a. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan SMP Negeri 1 Sawahan Madiun
untuk mendorong mengoptimalkan potensi, bakat, dan minat siswa.
b. Peningkatan proses kegiatan belajar mengajar dengan sarana dan prasarana
yang ada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
c. Peningkatan profesionalisme tenaga pengajar atau guru yang ada di SMP
Negeri 1 Sawahan Madiun.
d. Peningkatan jumlah siswa yang menjalankan syariat agama sebesar tiga puluh
persen.
e. Penurunan pelanggaran ketertiban sebesar 251 kasus setiap tahun.
f. Meningkatkan minat baca dan rata-rata tingkat ketuntasan daya serap melalui
tolok ukur NEM atau hasil ujian akhir sebesar 0,26.
g. Memiliki tim olahraga, seni dan budaya yang handal dan berprestasi pada
tingkat kabupaten.
h. Meningkatkan ketrampilan siswa khususnya mereka yang diperkirakan tidak
dapat melanjutkan pendidikannya.
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
Ketidakberhasilan atau kegagalan siswa dalam proses belajar mengajar siswa
dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Penelitian ini melakukan analisis tentang
kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1
Sawahan Madiun, sehingga terperinci permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam mempelajari mata
pelajaran Bahasa Inggris kelas VIII SMP Negeri 1 Sawahan Madiun.
Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern.
Faktor intern terdiri dari aspek kognitif, yaitu: keterampilan menghafal,
penguasaan materi, dan kebiasaan belajar yang salah. Aspek afektif, yaitu: rasa
aman dalam belajar, penyesuaian terhadap lingkungan, minat terhadap tugas
sekolah, pusat perhatian dalam belajar, menghindari tanggung jawab, malas
dalam belajar, dan sering bolos. Sedangkan faktor psikomotor, yaitu:
terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran,sedangkan faktor
ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut :
a. Faktor intern terdiri dari :
1. Kognitif
Kognitif (ranah cipta) antara lain kemampuan siswa dalam
menguasai ketrampilan menghafal, kurang menguasai materi dan
memiliki kebiasaan belajar yang salah. Untuk kemampuan siswa
dalam ketrampilan menghafal dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7. Kemampuan siswa dalam ketrampilan menghafal materi.
NO Kemampuan
Menghafal
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
3.
Menguasai
Kurang
Tidak menguasai
2
22
4
7,14
78,57
14,95
0
2
3
0
15
2
2
2
2
0,00
7,14
10,71
0,00
53,57
7,14
7,14
7,14
7,14
Jumlah 28 100 5 17 6 17,85 60,71 21,42
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa
menguasai ketrampilan menghafal yaitu sebanyak 2 siswa, yang
kurang menguasai ketrampilan menghafal sebanyak 22 siswa dan
yang tidak menguasai ketrampilan menghafal sebanyak 4 siswa.
Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa menguasai
ketrampilan menghafal untuk prestasi belajar siswa yang menguasai
menghafal materi kebanyakan mendapat nilai >8 yaitu sebanysk 0
siswa, sedangkan siswa yang kurang menguasai menghafal materi
yang mendapat nilai >8 yaitu 2 siswa. Jadi untuk penguasaan
ketrampilan menghafal merupakan faktor yang menyebabkan siswa
mengalami kesulitan dalam belajar karena siswa yang kurang
menguasai ketrampilan menghafal yang mendapatkan nilai >8 2
siswa sedangkan yang menguasai ketrampilan menghafal 2 siswa
seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
informan no 2,6-10,12-18,20-25,28, pada tanggal 22 Juli 2011 pukul
09.50 menyatakan bahwa :
“Penguasaan ketrampilan menghafal saya hanya setengah-setengah
saja karena sering bercanda dikelas ”.
Untuk kemampuan siswa dalam penguasaan memahami materi
Bahasa Inggris dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Kemampuan siswa dalam penguasaan memahami materi
Bahasa Inggris.
NO Penguasaan
memahami
materi
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1. 2.
3.
Menguasai Kurang
Tidak
menguasai
3 20
5
10,71 71,42
17,85
5 5
0
0 7
7
2 0
2
17,85 17,85
0,00
0,00 25,00
25,00
7,14 0,00
7,14
Jumlah 28 100 10 14 4 35,70 50,00 14,28
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa
penguasaan memahami materi Bahasa Inggris yaitu sebanyak 3
siswa, yang kurang dalam penguasaan memahami materi sebanyak
5 siswa. Dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa yang
menguasai pemahaman materi Bahasa Inggris untuk prestasi belajar
siswa kebanyakan mendapat nilai >8 yaitu sebanysk 2 siswa,
sedangkan siswa yang kurang menguasai pemahaman materi yang
mendapat nilai >8 yaitu 0 siswa. Jadi untuk penguasaan memahami
materi merupakan faktor yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan dalam belajar karena siswa yang kurang menguasai
pemahaman materi yang mendapatkan nilai >8 2 siswa sedangkan
yang menguasai pemahaman materi 2 siswa seperti data rekapan
nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1,5,6-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
10,13,15,17 pada tanggal 25 Juli 2011 pukul 08.30 menyatakan
bahwa :
“Kemampuan saya dalam memahami materi kurang begitu
menguasai karena kurang konsentrasi didalam kelas”.
Untuk kebiasaan belajar siswa yang salah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 9. kebiasaan belajar siswa yang salah
NO Kebiasaan
belajar
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Salah
Benar
18
10
64,28
35,71
2
0
5
14
3
14
7,14
35,71
17,85
50,00
10,71
40,00
Jumlah 28 100 2 19 17 42,85 67,85 40,71
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagaian besar siswa
memiliki kebiasaan belajar yang benar yaitu sebanyak 10 siswa dan
yang memiliki kebiasaan belajar salah sebanyak 18 siswa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kebiasaan belajar yang
benar. Untuk prestasi belajar siswa yang memiliki kebiasaan belajar
salah mendapat nilai 7-8 yaitu sebanyak 5 siswa dan siswa yang
memiliki kebiasaan belajar benar mendapat nilai 7-8 yaitu 14 siswa.
Jadi untuk kebiasaan belajar siswa merupakan faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar karena
siswa yang kebiasaan belajarnya salah akan mempengaruhi prestasi
belajarnya seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari
guru. Berikut informan no 1-2,5-10,12-14,23,25-26,28,30 pada
tanggal 28 Juli 2011 pukul 10.30 menyatakan bahwa :
“ Kebiasaan belajar saya salah karena terkadang saya belajar tidak pada tempatnya jadi kurang konsentrasi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Untuk faktor kognitif yag berupa ketrampilan menghafal,
penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah menjadi faktor
yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
2. Afektif
Kesulitan belajar siswa yang bersifat efektif (ranah rasa) yaitu
terdapatnya rasa tidak aman, penyesuaian terhadap lingkungan,
kurang minatnya terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan
perhatian, menghindari taggung jawab, malas belajar, dan sering
bolos. Untuk indikator rasa aman dalam belajar dapat lihat pada tabel
10 berikut ini :
Tabel 10. Indikator Rasa aman dalam belajar
NO Rasa
aman
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1. 2.
Aman Tidak
aman
26 2
92,85 7,14
0 0
7 5
3 11
0 0
25,00 17,85
10,71 39,28
Jumlah 28 100 0 12 14 0 42,85 49,99
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebanyak 26 siswa
menyatakan perasaan ketika belajar adalah aman dan sebanyak 2
siswa menyatakan perasaan ketika belajar adalah tidak aman. Dapat
disimpulkan bahwa siswa merasa aman ketika belajar. Untuk
prestasi belajar siswa yang merasa tidak aman ketika sedang belajar
sebagian besar mendapatkan nilai 7-8 hanya 5 siswa, siswa yang
merasa aman mendapatkan nilai 7-8 hanya 7 siswa. Jadi dapat
disimpulkan bahwa rasa aman ketika sedang belajar tidak menjadi
faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar seperti data
rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
no 1-10,11,12,16-20,25,27,28 pada tanggal 02 Agustus 2011 pukul
10.30 menyatakan bahwa :
“ Rasa aman dalam belajar bagi saya aman-aman saja jadi tidak ada
masalah dalam belajar”.
Untuk penyesuaian terhadap lingkungan dapat dilihat pada tabel 10
berikut:
Tabel 11. Indikator Penyesuaian terhadap lingkungan NO Kesulitan
beradaptasi
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Ada
Tidak ada
4
24
14,28
85,71
1
1
5
9
1
11
3,57
3,57
17,85
32,14
17,85
39,28
Jumlah 28 100,00 2 14 12 7,14 49,99 57,13
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang mengalami
kesulitan beradaptasi sebanyak 4 siswa dan yang tidak mengalami
kesulitan beradaptasi sebanyak 24 siswa. Jadi untuk penyesuaian
terhadap lingkungan dapat disimpulkan bahwa siswa tidak
mengalami kesulitan dalam menyesuaikan terhadap lingkungan.
Untuk prestasi belajar siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan lingkungan bisa mendapat nilai >8 dengan jumlah 11
siswa, sedangkan siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan lingkungan yang mendapatkan nilai >8 hanya 1
siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa penyesuaian terhadap
lingkungan merupakan faktor yang menyebabkan siswa kesulitan
dalam belajar karena siswa yang mendapat nilai >8 11 siswa seperti
data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
informan no 1-5,8-10,12,14,16-20,22-28 pada tanggal 05 Agustus
2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
“Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan saya tidak merasa
kesulitan karena sangat mudah menurut saya untuk beradaptasi ”.
Untuk indikator minat terhadap tugas sekolah dapat dilihat pada
tabel 12 berikut:
Tabel 12. Indikator Minat terhadap tugas sekolah
NO Minat siswa Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
3.
Minat
Tidak minat
Biasa saja
18
8
2
64,28
28,57
7,14
0
2
0
10
3
3
3
2
5
0,00
7,14
0,00
35,71
10,71
10,71
10,71
7,14
17,85
Jumlah 28 100 2 16 10 7,14 57,13 35,70
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel diatas dijelaskan bahwa siswa yang minat terhadap tugas
sekolah adalah 18 siswa, siswa yang tidak minat sebanyak 8 siswa
dan siswa yang biasa saja terhadap tugas sekolah sebanyak 2 siswa.
Siswa yang minat terhadap tugas sekolah mendapat nilai 7-8
sebanyak 10 siswa. Jadi untuk minat terhadap tugas sekolah dapat
disimpulkan bahwa minat siswa terhadap tugas sekolah menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Hal ini dapat
dilihat pada prestasi belajar siswa, siswa yang tidak minat terhadap
tugas sekolah yang mendapatkan nilai 7-8 hanya 3 siswa sedangkan
siswa yang minat terhadap tugas sekolah yang mendapat nialai 7-8
sebanyak 10 siswa seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti
dari guru. Berikut informan no 1,5,10,20,21,22-24 pada tanggal 08
Agustus 2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :
“Minat belajar saya kurang karena merasa mudah bosen dalam
belajar bahasa inggris selain itu guru juga gitu-gitu saja dan jarang
dikoreksi”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Untuk pusat perhatian dalam belajar dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 13. Indikator Pusat perhatian dalam belajar
NO Konsentrasi
siswa
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Konsentrasi
Tidak
22
6
78,57
21,42
0
0
12
5
6
5
0,00
0,00
42,85
17,85
21,42
17,85
Jumlah 28 100,00 0 17 11 0,00 60,70 39,27
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang konsentrasi
dalam belajar secara penuh sebanyak 22 siswa, yang tidak
konsentrasi sebanyak 6 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar siswa dapat memusatkan perhatian dalam belajar
secara penuh. Untuk prestasi belajar, sebagian besar siswa
mendapatkan nilai 7-8 yaitu 12 siswa yang dapat memusatkan
perhatian dalam belajar secara penuh konsentrasi. Jadi dapat
disimpulkan bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik
siswa harus bisa berkonsentrasi atau memusatkan perhatian ketika
belajar. Hal ini dapat dilihat pada siswa yang kurang berkonsentrasi
yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 6 siswa. Jadi untuk siswa
yang kurang memusatkan perhatian dalam belajar menyebabkan
siswa mengalami kesulitan dalam belajar siswa seperti data rekapan
nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no
2,5,10,14,17-18 pada tanggal 10 Agustus 2011 pukul 09.00
menyatakan bahwa :
“Iya, Karena dalam belajar saya tidak bisa konsentrasi dan
saya sering merasa bosen dengan pelajaran Bahasa Inggris”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Untuk siswa yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas
sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 14. Indikator Menghindari tanggung jawab
NO Menghindari
tanggung
jawab
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1. 2.
Pernah Tidak pernah
6 22
21,42 78,57
0 0
12 5
9 2
0 0
42,85 17,85
32,14 7,14
Jumlah 28 100 0 17 11 0 60,70 39,28
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa yang
pernah menghindari tanggung jawab adalah 6 siswa, sedangkan
yang tidak pernah menghindari tanggung jawab sebanyak 22 siswa.
Untuk prestasi belajar siswa yang tidak pernah menghindari
tanggung jawab dalam tugas sekolah yang mendapat nilai >8
sebanyak 9 siswa dan yang menghindari tanggung jawab yang
mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa. Jadi untuk rasa tanggung
jawab terhadap tugas sekolah menjadi faktor yang menyebabkan
siswa mengalami kesulitan dalam belajar seperti data rekapan nilai
yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 3,5,7,10-
13,20-24 pada tanggal 13 Agustus 2011 pukul 10.30 menyatakan
bahwa :
“ Terhadap tugas sekolah saya selalu mengerjakan, tidak pernah
menghindari karena menurut saya itu penting”.
Untuk siswa yang malas belajar dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 15. Indikator Malas belajar
NO Kemampuan
belajar
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
3.
Malas
Semangat
Biasa saja
10
10
8
35,71
35,71
28,57
2
0
2
3
6
3
3
7
5
7,14
0,00
7,14
10,71
21,42
10,71
10,71
25,00
17,85
Jumlah 28 100 4 9 15 14,28 42,84 53,56
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang malas belajar
adalah10 siswa, yang semangat belajar sebanyak 10 siswa. Jadi
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa semangat untuk
belajar. Untuk prestasi belajar dapat ditunjukkan pada siswa yang
malas belajar yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 3 siswa sedangkan
siswa yang semangat belajar yang mendapatkan nilai 7-8 sebanyak
6 siswa. Jadi untuk siswa yang malas belajar dapat menjadi faktor
penyebab siswa kesulitan dalam belajar, karena siswa yang malas
belajar yang mendapatkan nilai >8 hanya 3 siswa seperti data
rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan
no 2,5,6,12-15,21 pada tanggal 15 Agustus 2011 pukul 08.00
menyatakan bahwa :
“ Perasaan saya ketika belajar biasa-biasa saja tidak terlalu semangat
karena kurang minat ”.
Untuk siswa yang sering bolos sekolah dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 16. Indikator Sering bolos sekolah
NO Kehadiran
siswa
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1. 2.
bolos Belum
4 24
14,28 85,71
2 0
0 14
0 14
7,14 0,00
0,00 50,00
0,00 50,00
Jumlah 28 100 2 14 14 7,14 50,00 50,00
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa
belum pernah membolos. Untuk prestasi belajar siswa juga
mendapatkan nilai yang sangat baik. Hal ini membuktikan tingkat
kehadiran siswa tinggi sehingga diharapkan kesulitan belajar siswa
dapat ditekan seminim mungkin. Jadi dapat disimpulkan bahwa
untuk tingkat kehadiran siswa yang sering bolos bisa menjadi faktor
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar, ini dapat dilihat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pada prestasi belajar siswa yang pernah membolos yaitu 4 siswa
ternyata mendapatkan nilai <7 seperti data rekapan nilai yang
diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1-5,7,9,12-28
pada tanggal 19 Agustus 2011 pukul 10.00 menyatakan bahwa :
“ Saya tidak pernah bolos sekolah saat pelajaran Bahasa Inggris
karena menurut saya itu penting ”.
Untuk aspek afektif yang menjadi faktor penyebab siswa
kesulitan belajar dalam belajar adalah penyesuaian terhadap
lingkungan, kurang minat terhadap tugas belajar, kurang memusatkan
perhatian, menghindari tanggung jawab, malas belajar, sering bolos
dan yang bukan menjadi faktor siswa mengalami kesulitan dalam
belajar yaitu terdapatnya rasa tidak aman dalam belajar.
3. Psikomotor
Gangguan yang bersikap psikomotorik (ranah karsa) seperti
terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran akan
membuat siswa sulit menerima penjelasan dari guru.
Untuk gangguan indra oleh siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 17. Indikator Gangguan indra oleh siswa
NO Gangguan
indra
(psikomotor)
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Ya
Tidak
2
26
7,14
92,85
1
1
1
11
0
14
3,57
3,57
3,57
39,25
0,00
50,00
Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,82 50,00
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa ada 2 siswa yang mengalami
gangguan alat-alat indra penglihatan dan pendengaran dan 26 yang
tidak mengalami. Siswa yang tidak mengalami gangguan indra
sebanyak 26 siswa yang mendapat nilai >8 sebanyak 14 siswa dan
yang mengalami gangguan sebanyak 2 siswa, 1 siswa mendapat nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
<7 dan 1 siswa mendapat nilai 7-8. Untuk siswa yang mengalami
gangguan indra haru segera diobati atau dengan jalan duduk di bangku
depan sehingga kekurangan pada indra penglihatan dan pendengaran
bisa diminimalisir. Jadi untuk gangguan indra penglihatan dan
pendengaran menjadi faktor siswa mengalami kesulitan dalam belajar
seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
informan no 1-22,24,25,26,28 pada tanggal 22 Agustus 2011 pukul
08.15 menyatakan bahwa :
“ Saya tidak mempunyai gangguan indra penglihatan dan indra
pendengaran jadi menurut saya tidak mengganggu dalam belajar ”.
Untuk aspek psikomotor yang berupa gangguan indra penglihatan dan
pendengaran menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam belajar.
a) Faktor Ekstern, terdiri dari :
1. Lingkungan Keluarga
Gangguan belajar yang berasal dari lingkungan keluarga adalah
kurang lengkapnya fasilitas belajar di rumah yaitu tersedianya meja
belajar, tidak memiliki ruang belajar sendiri dan perhatian orang tua
kurang yaitu tidak dipantaunya kegiatan belajarnya. Keluarga terutama
orang tua seharusnya memperhatikan kegiatan belajar anak dirumah
serta memberikan fasilitas atau sarana belajar yang mendukung supaya
anak tidak malas untuk belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Untuk fasilitas meja belajar dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 18. Indikator Fasilitas meja belajar
NO Meja belajar Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Punya
Tidak punya
18
10
7,14
92,85
1
1
9
3
12
2
3,57
3,57
32,14
10,71
42,85
7,14
Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,85 49,99
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki fasilitas
meja belajar ada 18 siswa dan yang tidak memiliki ada meja belajar
ada 10 siswa. Jadi untuk fasilitas meja belajar sebagian besar siswa
sudah memiliki. Untuk prestasi belajar siswa yang mempunyai
fasilitas meja belajar yang mendapat nilai >8 sebanyak 12 siswa, dan
yang tidak punya hanya 2 siswa yang mendapat nilai >8. Jadi dapat
disimpulkan bahwa fasilitas meja belajar menjadi faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam belajar, hal ini dapat
dilihat pada siswa yang tidak punya fasilitas meja belajar yang
mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa seperti data rekapan nilai yang
diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 1,3,5,9,10,pada
tanggal 19 Agustus 2011 pukul 10.00 menyatakan bahwa :
“ Saya belum memiliki fasilitas belajar yang lengkap karena tidak
ada dana ”.
Untuk ruang belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 19. Indikator Ruang belajar
NO Ruang belajar Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2. 3.
Ruang tamu
Ruang keluarga Ruang belajar
2
10 16
7,14
35,71 57,14
1
1 0
9
3 5
0
2 7
3,57
3,57 0,00
32,14
10,71 17,85
0,00
7,14 25,00
Jumlah 28 100 2 17 9 7,14 60,70 32,14
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa siswa belajar di ruang tamu
ada 2 siswa, siswa yang belajar di ruang keluarga atau TV ada 10
siswa, dan siswa yang belajar di ruang belajar ada 16 siswa. Jadi
kebanyakan siswa belajar di ruang belajar. Untuk prestasi belajar
siswa yang belajarnya di ruang belajar mendapat nilai >8 sebanyak 7
siswa dan yang belajar di ruang lain yang mendapatkan nilai >8 hanya
2 siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa untuk ruang atau tempat
belajar menjadi faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan
dalam belajar, hal ini dapat dilihat pada siswa yang belajar di ruangan
lain bukan di ruang belajar yang mendapatkan nilai >8 hanya 2 siswa
seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
informan no 1-4,6,7,8,9,10,23,26,28 pada tanggal 23 Agustus 2011
pukul 09.15 menyatakan bahwa :
“ Saya belajar tidak di ruang belajar tetapi di ruang keluarga karena tidak memiliki ruang belajar khusus ”.
Untuk perhatian orang tua waktu belajar dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 20. Indikator Perhatian orang tua waktu belajar
NO Perhatian orang tua Jumlah Prestasi Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
3.
Menemani sam.sel
Menemani sebntr
Tidak menemani
4
10
14
14,28
35,71
50,00
0
1
1
2
2
10
2
2
8
0,00
3,57
3,57
7,14
7,14
35,71
7,14
7,14
28,57
Jumlah 28 100 2 14 12 7,14 49,99 42,85
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 14,28% menyatakan orang tua
menemani belajar samapai selesai, 35,71% menyatakan bahwa orang
tua menemani sebentar dan 50,00% menyatakan bahwa orang tua tidak
menemani anaknya ketika sedang belajar. Jadi sebagian besar orang
tua tidak menemani anaknya ketika belajar. Untuk prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
siswa yang tidak ditemani ketika belajar yang mendapatkan nilai 7-8
sebanyak 10 siswa, sedangkan yang ditemani yang mendapat nilai >8
hanya 2 siswa. Jadi untuk perhatian orang tua ketika belajar tidak
menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar, karena tanpa
ditemani orang tua mereka bisa mendapatkan nilai yang baik seperti
data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan
no 1-4,6,7,8,9,10,21-23,26,28 pada tanggal 25 Agustus 2011 pukul 10.15
menyatakan bahwa :
“ Tidak, Karena orang tua saya sibuk dengan urusannya masing-masing”.
2. Lingkungan sekolah
Penyebab kesulitan belajar siswa di lingkungan sekolah adalah
perhatian guru kepada anak didik kurang, hubungan guru dengan anak
didik tidak harmonis, cara mengajar guru kurang baik, serta fasilitas
sekolah kurang memadai.
Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) seorang guru selalu
berhubungan dengan anak didik. Hubungan ini secara tidak langsung
akan berpengaruh kepada prestasi belajar anak didik. Hubungan guru
dan anak didik yang kurang/tidak harmonis akan menyebabkan minat
belajar menjadi kurang, guru tidak akan mengetahui karakter anak
didiknya, dan prestasi belajar tidak maksimal.
Untuk perhatian guru terhadap siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 21. Indikator Perhatian guru terhadap siswa
NO Perhatian guru Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Perhatian
Tidak perhatian
28
-
100
2
0
13
0
13
0
7,14
0,00
46,42
0,00
46,42
0,00
Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 100% guru memberikan
perhatian kepada anak didiknya untuk lebih rajin belajar. Tujuan dari
guru memberi perhatian kepada anak didiknya adalah supaya siswa-
siswanya sungguh-sungguh dalam belajar untuk mendapatkan
prestasi/hasil belajar yang baik. Untuk perhatian guru terhadap
siswanya menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam
belajar seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru.
Berikut informan no 1-28 pada tanggal 26 Agustus 2011 pukul 08.30
menyatakan bahwa :
“ Guru Bahasa Inggris selalu memberi perhatian dan motivasi untuk belajar sungguh-sungguh ”.
Untuk hubungan guru dengan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 22. Indikator Hubungan guru dengan siswa
NO Hubungan
dengan siswa
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Baik
Biasa
18
10
64,28
35,71
0
2
9
3
11
3
0,00
7,14
32,14
10,71
39,28
10,71
Jumlah 28 100 2 12 14 7,14 42,85 49,99
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dijelaskan bahwa hubungan guru Bahasa Inggris
dengan anak didiknya sebesar 35,71% biasa, sedagkan 64,28%
menyatakan baik. Jadi sebagian besar hubungan siswa dengan guru
baik. Untuk prestasi belajar siswa yang memiliki hubungan baik
dengan guru yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 11 siswa, yang
biasa saja mendapat nilai >8 sebanyak 3 siswa. Jadi untuk hubungan
guru dengan siswa menjadi faktor penyebab siswa mengalami
kesulitan dalam belajar seperti data rekapan nilai yang diperoleh
peneliti dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Berikut informan no 2,4,6-8,11,12,13,18-20 pada tanggal 28 Agustus
2011 pukul 11.00 menyatakan bahwa :
“ Hubungan saya dengan guru Bahasa Inggris biasa-biasa saja tidak
ada masalah dan menurut saya guru Bahasa Inggris sangat sabar”.
Untuk cara mengajar guru dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 23. Indikator Cara mengajar guru Bahasa Inggris
NO Cara
mengajar guru
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1. 2.
3.
Baik Biasa
Kurang baik
10 15
3
35,71 53,57
10,71
0 0
2
3 9
1
7 6
0
0,00 0,00
7,14
10,71 32,14
3,57
25,00 21,42
0,00
Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 35,71% cara mengajar guru
sudah baik, 53,57% cara mengajar guru biasa saja, dan 10,71% cara
mengajar guru kurang baik. Untuk prestasi belajar siswa yang
mendapatkan nilai >8 mengatakan cara mengajar guru sudah baik
dengan jumlah 10 siswa, sedangkan yang mengatakan cara mengajar
guru kurang baik tidak mendapatkan nilai >8. Cara mengajar yang
digunakan guru harus bervariasi dalam artian tidak monoton. Cara atau
metode mengajar yang digunakan akan mempengaruhi konsentrasi
siswa dalam memperhatikan penjelasan guru. Oleh karena itu guru
harus benar-benar pandai dalam memilih metode mengajar yang akan
digunakan supaya siswa tidak mudah bosen seperti data rekapan nilai
yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan no 2-5,7,9,10-
13,27 pada tanggal 03 September 2011 pukul 08.00 menyatakan bahwa :
“ Cara mengajar guru Bahasa Inggris menurut saya biasa-biasa saja
terkadang saya masih merasa bosen karena hanya menggunakan metode ceramah saja ”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dalam menunjang keberhasilan Proses Belajar Mengajar
keberadaan fasilitas atau sarana prasarana pembelajaran di sekolah
sangat penting sekali.
Untuk fasilitas belajar di sekolah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 24. Indikator Fasilitas belajar di sekolah
NO Fasilitas
belajar
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Lengkap
Belum lengkap
13
15
46,42
53,57
0
2
4
9
8
5
0,00
7,14
14,28
32,14
28,57
17,85
Jumlah 28 100 2 13 13 7,14 46,42 46,42
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 53,57% mengatakan fasilitas
belajar di sekolah belum lengkap dan 46,42% mengatakan fasilitas
belajar di sekolah sudah lengkap. Untuk prestasi belajar, yang
mengatakan fasilitas belajar sudah lengkap yang mendapat nilai >8
sebanyak 8 siswa dan yang mengatakan belum lengkap yang
mendapatkan nilai >8 sebanyak 5 siswa. Jadi untuk fasilitas belajar di
sekolah menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan belajar
seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
informan no 1,2,3,4,5,6-10,23,25,26,28 pada tanggal 07 September
2011 pukul 09.15 menyatakan bahwa :
“Menurut saya, fasilitas belajar di sekolah seperti buku bacaan kurang lengkap dan laboratorium bahasa juga belum ada”.
3. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat yang menjadi penyebab kesulitan
belajar siswa berupa kondisi lingkungan sekolah masyarakat yang
kurang mendukung dan buku bacaan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Untuk kondisi lingkungan masyarakat yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 25. Indikator kondisi lingkungan masyarakat
NO Kondisi
lingkungan
masyarakat
Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Mendukung
Tidak
mendukung
9
19
32,14
67,85
0
2
0
18
5
3
0,00
7,14
0,00
64,28
17,85
10,71
Jumlah 28 100 2 18 8 7,14 64,28 28,56
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 32,14% menyatakan bahwa
lingkungan masyarakat mendukung waktu belajar dan 67,85%
menyatakan bahwa lingkungan masyarakat tidak mendukung waktu
belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa kondisi lingkungan masyarakat
tidak mendukung siswa dalam belajar. Untuk prestasi belajar, yang
menyatakan tidak mendukung mendapat yang mendapat nilai 7-8
sebanyak 18 siswa dan yang menyatakan mendukung mendapat
nilai>8 sebanyak 5 siswa. Jadi untuk kondisi lingkungan masyarakat
tidak menjadi faktor penyebab siswa dalam kesulitan belajar seperti
data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut informan
no 1,2,5-8,10,13-15,20,22,24,28 pada tanggal 10 September 2011 pukul
09.00 menyatakan bahwa :
“Kondisi lingkungan masyarakat saya sangat tidak mendukung untuk belajar karena banyak remaja yang begadang sehingga
berisik”.
Untuk buku bacaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 26. Indikator Buku bacaan siswa
NO Buku bacaan Jumlah Prestasi
Belajar/Nilai
%
Siswa % <7 7-8 >8 <7 7-8 >8
1.
2.
Buku cerita
Bk.Bhs.Ing
20
8
71,42
28,57
3
0
15
0
7
3
10,71
0,00
53,57
0,00
25,00
10,71
Jumlah 28 100,0 3 15 10 10,71 53,57 35,71
Dokumen : Rekapan laporan nilai dari guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa 71,42% menyatakan bahwa
siswa lebih suka membaca buku cerita daripada membaca buku
pelajaran Bahasa Inggris, dan 28,57% menyatakan bahwa siswa
membaca buku pelajaran Bahasa Inggris. Jadi untuk pelajaran Bahasa
Inggris sebagian besar siswa membaca buku cerita daripada buku
pelajaran Bahasa Inggris. Untuk prestasi belajar, dari 20 siswa yang
membaca buku cerita 3 siswa yang mendapat nilai <7, 15 siswa yang
mendapat nilai 7-8 dan 7 siswa yang mendapat nilai >8. Dan yang
menyatakan buku bacaanya buku pelajaran Bahasa Inggris 3 siswa
nilainya >8. Hal ini disebabkan karena siswa kurang minat atau kurang
tertarik membaca buku pelajaran Bahasa Inggris yang dirasa susah dan
membosankan karena materinya yang terlalu banyak. Siswa lebih
berminat membaca buku cerita daripada membaca buku pelajaran
Bahasa Inggris karena buku cerita dapat menghilangkan stress karena
ceritanya asik dan menarik. Dapat disimpulkan bahwa buku bacaan
siswa tidak menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belajar
seperti data rekapan nilai yang diperoleh peneliti dari guru. Berikut
informan no 1,2,3,5-7,9,11-15,22,25,27,28 pada tanggal 12 September
2011 pukul 09.30 menyatakan bahwa :
“ Saya lebih memilih membaca buku cerita daripada membaca buku
pelajaran Bahasa Inggris karena lebih asyik ”.
Untuk lingkungan masyarakat, yang berupa kondisi lingkungan
masyarakat tidak mendukung dan buku bacaan siswa tidak menjadi faktor
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
2. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar dalam
mempelajari konsep dan kosakata materi pada pelajaran Bahasa Inggris
kelas VIII.
Guru dalam menjelaskan materi pelajaran Bahasa Inggris di
kelas sering merasa bahwa anak didiknya mengalami kesulitan dalam
penerimaan materi yang disampaikan. Hal ini dapat dilihat pada sikap
siswa yang cepat mengalami kebosanan ketika guru menjelaskan materi di
depan kelas. Sikap guru dalam hal ini adalah dengan melakukan beberapa
upaya pengajaran yang dapat membantu kesulitan belajar yang dialami
anak didiknya. Upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa dalam mempelajari konsep dan kosakata pada pelajaran
Bahasa Inggris adalah sebagai berikut:
a) Pengajaran perbaikan
Tujuan pengajaran perbaikan adalah untuk membantu siswa
mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pengajaran. Metode
pengajaran perbaikan adalah metode pemberian tugas, metode diskusi,
metode Tanya jawab, metode kerja kelompok dan metode tutor
sebaya.
Tabel 27. Indikator Pengajaran perbaikan yang dilakukan oleh guru
dalam sampel
NO Pengajaran perbaikan Jumlah
Siswa %
1. 2.
3.
Tidak pernah Pernah
Sering
- -
1
0 0
100,00
Jumlah 1 100,00
Dokumen : Hasil wawancara guru
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa semua guru mata pelajaran
Bahasa Inggris kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun mengadakan
pengajaran perbaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Tabel 28. Indikator Pengajaran perbaikan yang diterima oleh siswa
NO Pengajaran perbaikan Jumlah
Siswa %
1.
2.
3.
Tidak pernah
Pernah
Sering
-
-
28
0,00
0,00
100,00
Jumlah 28 100,00
Dokumen : Hasil wawancara guru
Dari tabel di atas bahwa semua siswa sering mendapatkan pengajaran
perbaikan dari guru untuk mengatasi kesulitan belajar yang mereka
alami. Informan no 29 pada tanggal 20 September 2011 pukul 11.00
WIB menyatakan sebagai berikut:
“Pengajaran Perbaikan sering saya lakukan karena menurut saya
dengan menggunakan pengajaran ini dapat meningkat prestasi belajar siswa”.
b) Pengajaran pengayaan
Pengajaran pengayaan dalam proses belajar mengajar
diperuntukkan bagi siswa yang tergolong cepat dalam menyelesaikan
tugas belajarnya.
Tabel 29. Indikator Pengajaran pengayaan yang dilakukan oleh guru
dalam sampel
NO Pengajaran pengayaan Jumlah
Siswa %
1. 2.
3.
Tidak pernah Pernah
Sering
1 -
-
100,00 0,00
0,00
Jumlah 1 100,00
Dokumen : Hasil wawancara guru
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pengajaran pengayaan tidak
dilakukan oleh guru karena guru menganggap kemampuan siswa rata-
rata sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Informan no 29 pada tanggal 20 September 2011 pukul 11.00 WIB
menyatakan sebagai berikut:
“ Pengajaran pengayaan jarang saya lakukan karena saya tidak mau
membeda-bedakan siswa yang pintar dengan siswa yang kurang pintar dan saya menganggap kemampuan siswa rata-rata sama”.
Tabel 30. Indikator Pengajaran pengayaan yang diterima oleh siswa
NO Pengajaran perbaikan Jumlah
Siswa %
1.
2.
3.
Tidak pernah
Pernah
Sering
28
-
-
100,00
0,00
0,00
Jumlah 28 100,00
Dokumen : Hasil wawancara guru
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa semua siswa tidak
pernah/belum pernah mendapatkan pengajaran pengayaan.
C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori
Dalam temuan studi ini dapat peneliti analisis informasi yang
dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan selanjutnya
dikaitkan dengan teori yang ada. Setiap siswa menginginkan setiap hasil
belajarnya mendapatkan nilai yang bagus atau memuaskan untuk semua mata
pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal itu mustahil terjadi apabila tidak dengan
belajar yang rajin, setiap individu mempunyai perbedaan-perbedaan yang sudah
dibawa sejak lahir. Perbedaan-perbedaan tersebut meliputi bakat, minat,
kepribadian, sikap, kebiasaan belajar, tingkat inteligensi dan sebagainya. Prestasi
belajar yang kurang memuaskan dapat sebagai salah satu indikasi siswa
mengalami kesilitan belajar. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi dari apa yang
dipelajari, bagaimana bahan pelajaran itu dipelajari dan faktor-faktor yang
mempengaruhi proses belajar termasuk di dalamnya situasi dan kondisi kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
yang kurang kondusif. Hal itu dapat dilihat dari cara siswa menerima materi yang
sebagian dari mereka ramai sendiri bahkan ada yang tiduran di kelas.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hasil dari penelitian sesuai
dengan kajian teori yang ada seperti yang dikemukakan oleh Muhibbin Syah
(1995:173):
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa ada 2 macam, yaitu:
1. Faktor intern siswa yang meliputi gangguan psikofisik yang bersifat afektif,
kognitif dan psikomotorik.
2. Faktor ekstern siswa yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
dan lingkungan masyarakat.
Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai kesulitan belajar
dalam mempahami konsep dan kosakata pada pelajaran Bahasa Inggris yang
dialami oleh siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah kesulitan belajar
yang dialami siswa dibedakan karena dua faktor yaitu :
1. Faktor intern yang terdiri dari gangguan psikofisik siswa :
a) Bersifat kognitif (raah cipta), yang berupa ketrampilan menghafal, kurang
penguasaan materi dan kebiasaan belajar yang salah.
b) Bersifat afektif (ranah rasa), yaitu terdapatnya rasa tidak aman dalam
belajar, penyesuaian terhadap lingkungan, kurang minat terhadap
pelajaran, kurang memusatkan perhatian dalam belajar, menghindari
tanggung jawab, malas belajar, dan sering bolos sekolah.
c) Bersifat psikomotor (ranah karsa), yang berupa kurang terganggunya alat-
alat indra penglihatan dan pendengaran.
2. Faktor ekstern yang terdiri dari :
a) Lingkungan keluarga
Beberapa faktor yang menjadi kesulitan belajar dari lingkungan keluarga
adalah kurang kelengkapan fasilitas belajar seperti meja belajar, tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
memiliki ruang belajar sendiri di rumah, dan perhatian orang tua kurang
waktu anak belajar.
b) Lingkungan sekolah
Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar dari lingkungan sekolah
adalah perhatian guru terhadap anak didiknya kurang, hubungan antara
guru dengan anak didik tidak harmonis, cara mengajar guru kurang baik,
dan fasilitas sekolah kurang lengkap.
c) Lingkungan masyarakat
Beberapa faktor penyebab kesulitan belajar dari lingkungan masyarakat
adalah kondisi lingkungan masyarakat kurang mendukung dan buku
bacaan siswa.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam
mempelajari konsep dan kosakata pelajaran Bahasa Inggris pada siswa kelas VIII
SMP N 1 Sawahan Madiun adalah :
1. Faktor intern terdiri dari :
a. Kognitif
1) Kurangnya kemampuan menghafal
Ternyata kemampuan menghafal berpengaruh terhadap prestasi
belajar, dapat dilihat bahwa yang menguasai dan mendapat nilai >8
sebanyak 2 siswa, yang kurang menguasai dan mendapat nilai >8
sebanyak 2 siswa sedangkan yang tidak menguasai yang mendapat
nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 7.
2) Kurangnya kemampuan menguasai materi
Untuk kemampuan menguasai materi menjadi faktor penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa yang dapat menguasai materi
secara setengah-setengah yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 0 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
sedangkan yang menguasai materi secara keseluruhan yang mendapat
nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 8.
3) Kebiasaan belajar salah
Untuk kebiasaan belajar salah merupakan faktor yang menyebabkan
siswa kesulitan dalam belajar. Dapat dilihat bahwa yang memiliki
kebiasaan belajar yang benar mendapatkan nilai >8 sebanyak 14 siswa
dan yang memiliki kebisaan belajar salah mendapat nilai >8 sebanyak
3 siswa. Lihat pada tabel 9.
b. Afektif
1) Rasa aman dalam belajar
Untuk rasa aman dalam belajar tidak menjadi faktor penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh pada
prestasi belajar. Lihat pada tabel 10.
2) Penyesuaian terhadap lingkungan
Untuk penyesuaian terhadap lingkungan tidak menjadi faktor
penyebab siswa kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar. Lihat pada tabel 11.
3) Minat terhadap tugas sekolah
Untuk minat terhadap tugas sekolah menjadi faktor penyebab siswa
kesulitan belajar dan juga berpengaruh terhadap presatasi belajar
siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang minat terhadap tugas sekolah
mendapat nilai 7-8 sebanyak 10 siswa dan yang tidak minat terhadap
tugas sekolah yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 3 siswa. Lihat pada
tabel 12.
4) Pusat perhatian belajar
Untuk pusat perhatian belajar menjadi faktor penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Siswa yang kurang bisa memusatkan perhatiannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
mendapatkan nilai >8 sebanyak 6 siswa sedangkan siswa yang bisa
memusatkan perhatian secara penuh dan mendapat nilai >8 sebanyak 5
siswa. Lihat pada tabel 13.
5) Menghindari tanggung jawab
Untuk menghindari tanggung jawab menjadi penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar. Dapat dilihat bahwa siswa yang tidak pernah
mengindari tanggung jawab dan mendapatkan nilai >8 sebanyak 9
siswa sedangkan yang pernah menghindari tanggung jawab dan
mendapat nilai >8 sebanyak 2 siswa. Lihat pada tabel 14.
6) Malas belajar
Untuk malas belajar menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dapat
dilihat bahwa siswa yang malas belajar dan mendapatkan nilai >8
sebanyak 3 siswa, dan yang biasa-biasa saja mendapat nilai >8
sebanyak 5 siswa, sedangkan yang semangat belajar dan mendapat
nilai >8 sebanyak 7 siswa. Lihat pada tabel 15.
7) Sering bolos
Untuk sering bolos menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar. Dapat
dilihat bahwa siswa yang tidak pernah bolos dan mendapatkan nilai >8
sebanyak 14 siswa, dan siswa yang mendapat nilai 7-8 sebanyak 14
siswa. Lihat pada tabel 16.
c. Psikomotorik
Terganggunya indra penglihatan dan pendengaran.
Untuk indra penglihatan da pendengaran yang terganggu
menjadi faktor penyebab siswa kesulitan dalam belaja dan juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
yang tidak mempunyai gangguan indra penglihatan dan pendengaran
mendapat nilai >8 sebanyak 14 siswa. Lihat pada tabel 17.
2. Faktor ekstern terdiri dari :
a. Lingkungan keluarga
1) Fasilitas meja belajar
Untuk fasilitas meja belajar menjadi faktor siswa mengalami kesulitan
belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dapat
dilihat bahwa siswa yang memiliki fasilitas meja belajar yang
mendapatkan nilai >8 sebanyak 12 siswa dan yang tidak memiliki
fasilitas meja belajar yang mendapat nilai >8 hanya 2 siswa. Lihat
pada tabel 18.
2) Ruang belajar
Untuk ruang belajar atau tempat belajar menjadi faktor siswa
mengalami kesulitan belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang belajar di ruang belajar
yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa dan yang belajar di
ruang lain yang mendapat nilai >8 hanya 2 siswa. Lihat pada tabel 19.
3) Perhatian orang tua
Untuk perhatian orang tua tidak menjadi faktor siswa mengalami
kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang tidak pernah ditemani
orang tua ketika sedang belajar yang mendapatkan nilai 7-8 sebanyak
10 siswa sedangkan yang ditemani sampai selesai yang mendapatkan
nilai 7-8 hanya 2 siswa. Lihat pada tabel 20.
b. Lingkungan sekolah
1) Perhatian guru terhadap siswa
Untuk perhatian guru terhadap siswa menjadi faktor siswa mengalami
kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Dapat dilihat pada nilai siswa yang mendapatkan nilai 7-8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
sebanyak 13 siswa dan yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 13 siswa.
Lihat pada tabel 21.
2) Hubungan guru dengan siswa
Untuk hubungan guru dengan siswa menjadi faktor siswa mengalami
kesulitan dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa. Dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki hubungan dengan
guru baik yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 11 siswa. Lihat pada
tabel 22.
3) Cara mengajar guru
Untuk cara mengajar guru menjadi faktor siswa mengalami kesulitan
dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dapat dilihat bahwa cara mengajar guru sudah baik dan siswa yang
mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa. Dan yang mengatakan cara
mengajar guru kurang baik tidak ada yang mendapatkan nilai >8. Lihat
pada tabel 23.
4) Fasilitas sekolah
Untuk fasilitas sekolah menjadi faktor siswa mengalami kesulitan
dalam belajar dan juga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.
Dapat dilihat bahwa pada siswa yang mengatakan fasilitas belajar
sekolah sudah lengkap yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 8 siswa
dan yang mengatakan belum lengkap yang mendapat nilai >8
sebanyak 5 siswa. Lihat pada tabel 24.
c. Lingkungan masyarakat
1) Kondisi lingkungan masyarakat
Untuk kondisi lingkungan masyarakat tidak menjadi faktor siswa
mengalami kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Dapat dilihat bahwa pada siswa yang
mengatakan kondisi lingkungan masyarakat yang tidak mendukung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
proses belajar mengajar mendapatkan nilai 7-8 sebanyak 18 siswa.
Lihat pada tabel 25.
2) Buku bacaan siswa
Untuk buku bacaan siswa tidak menjadi faktor siswa mengalami
kesulitan dalam belajar dan juga tidak berpengaruh terhadap prestasi
belajar siswa. Dapat dilihat bahwa pada siswa yang buku bacaannya
buku cerita yang mendapatkan nilai >8 sebanyak 7 siswa dan siswa
yang buku bacaannya pelajaran Bahasa Inggris yang mendapat nilai
>8 sebanyak 3 siswa. Lihat pada tabel 26.
Berdasarkan kajian teori dan temuan studi tentang kesulitan belajar siswa
dalam mempelajari konsep dan kosakata terdapat kesamaan hasil, jadi hasil penelitian
ini relevan dengan kajian teori yang telah dibahas dimuka. Kesulitan belajar yang
dialami siswa dapat diatasi guru dengan melakukan beberapa upaya.
Hasil penelitian tentang upaya yang dilakukan guru dalam mengatasi
kesulitan belajar dalam mempelajari konsep dan kosakata yang dialami siswa kelas
VIII SMP N1 Sawahan Madiun adalah sebagai berikut :
a. Pengajaran perbaikan
Untuk pengajaran perbaikan sering dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk
membantu siswa mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dari
28 siswa mengatakan sering mendapatkan pengajaran perbaikan dari guru Bahasa
Inggris.
b. Pengajaran pengayaan
Untuk pengajaran pengayaan guru tidak pernah memberikan pengajaran
pengayaan kepada siswanya. Hal itu didasarkan pada guru tidak mau membeda-
bedakan siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai. Dari siswa juga
mengatakan tidak pernah diberi pengajaran pengayaan dari guru Bahasa Inggris.
Berdasarkan kajian teori tentang upaya mengatasi kesulitan belajar dengan
temuan studi di lapangan terdapat hasil yang kurang relevan dimana menurut kajian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
teori upaya tersebut ada 4 macam sedangkan temuan studi terdapat 2 macam. Hal ini
dikarenakan untuk upaya yang ketiga yaitu pengajaran individual tidak dapat
dilakukan oleh guru karena layanan tersebut berlaku untuk kelas XI yang menjelang
ujian akhir.
Kesulitan belajar yang dialami siswa telah diketahui penyebabnya dan
berbagai upaya yang dilakukan guru juga telah dapat diketahui, maka kesulitan
belajar yang dialami siswa dapat berlangsung diatasi oleh guru dan adanya
peningkatan prestasi belajar yang memuaskan untuk semua pihak khususnya siswa
dan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan sesuai dengan
tujuan ingin diharapkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam
mempelajari konsep dan kosakata pada mata pelajaran Bahasa Inggris
pada siswa kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun terdiri dari :
a. Faktor intern, yang dibedakan dalam:
1. Aspek Kognitif
Untuk aspek kognitif (ranah cipta), yang menjadi faktor
penyebab kesulitan belajar siswa adalah kemampuan
keterampilan menghafal, kemampuan menguasai materi dan
kebiasaan belajar yang salah.
2. Aspek Afektif
Untuk aspek afektif (ranah karsa), yang menjadi faktor penyebab
siswa mengalami kesulitan dalam belajar adalah kurang minat
terhadap tugas sekolah, kurang memusatkan perhatian,
menghindari tanggung jawab, malas belajar dan sering bolos.
3. Aspek Psikomotorik
Gangguan yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yang
menjadi faktor penyebab siswa mengalami kesulitan dalam
belajar adalah terganggunya alat-alat indra penglihatan dan
pendengaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
b. Faktor ekstern terdiri dari :
1. Lingkungan Keluarga
Untuk lingkungan keluarga yang menjadi faktor penyebab
siswa mengalami kesulitan dalam belajar antara lain fasilitas
meja belajar dan ruang untuk belajar.
2. Lingkungan Sekolah
Untuk lingkungan sekolah yang menjadi faktor penyebab siswa
mengalami kesulitan dalam belajar antara lain perhatian guru
terhadap siswa, hubungan antara guru dengan siswa, cara
mengajar guru dan fasilitas belajar di sekolah.
3. Lingkungan Masyarakat
Untuk lingkungan Masyarakat yang berupa kondisi lingkungan
masyarakat dan buku bacaan siswa tidak menjadi faktor
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam belajar.
2. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kesulitan belajar siswa
dalam mempelajari konsep dan kosakata pada mata pelajaran Bahasa
Inggris kelas VIII SMP N 1 Sawahan Madiun adalah dengan
menggunakan pengajaran perbaikan. Bentuk pengajaran perbaikan
merupakan suatu bentuk pengajaran yang sifatnya memperbaiki.
Bentuk perbaikan yang digunakan guru adalah berupa diskusi dan
tugas kelompok.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan di atas, selanjutnya dikemukakan
implikasi hasil penelitian. Implikasi hasil penelitian di SMP N 1 Sawahan
Madiun dapat berupa hasil teoritis terhadap usaha pengembangan ilmu
pengetahuan dan penerapan secara praktis dalam memecahkan masalah
dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
1. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dipengaruhi faktor intern dan
faktor ekstern, faktor intern terdiri dari kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Kedua faktor penyebab kesulitan belajar siswa tersebut
dapat digunakan sebagai acuan bagi guru dalam mengatasi kesulitan
belajar yang dialami siswa sebagaimana dikemukakan oleh Muhibbin
Syah (1995:173). Dengan demikian penanganan kesulitan belajar yang
dilakukan oleh guru dapat lebih terarah dan mengenai pada
permasalahan, sehingga berdampak baik bagi peningkatan prestasi
belajar dan juga rendahnya kualitas siswa juga teratasi. Selain itu siswa
juga bisa berfikir secara kritis dan sering berlatih sehingga materi apa
yang disampaikan oleh guru mereka pahami secara penuh dan
menyeluruh.
2. Bahwa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru melalui pengajaran perbaikan. Dari pengajaran
perbaikan terlihat bahwa prestasi belajar siswa meningkat. Upaya-upaya
yang dilakukan oleh guru yang telah melekat pada diri guru seharusnya
lebih dioptimalkan agar kesulitan belajar yang dialami siswa dapat
ditekan seminimal mungkin. Peranan guru dalam mengatasi kesulitan
belajar siswa dengan melakukan pengajaran perbaikan harus lebih
ditingkatkan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah
dikemukakan di atas, maka saran yang dapat dikemukakan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa hendaknya :
a) Lebih giat belajar lagi dan berlatih mengerjakan soal-soal yang
diberikan oleh guru dengan cara diskusi dalam kelompok kecil,
belajar kelompok diluar jam sekolah dan lain-lain jadi materi yang
sudah diajarkan dapat dipahaminya dan materi yang akan diajarkan
sudah dapat dimengerti lebih dulu.
b) Sering mengikuti pengajaran perbaikan yang diberikan oleh guru
ketika ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.
c) Sering mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru supaya bisa
lebih mendalami materi yang disampaikan guru.
2. Bagi Guru
Guru hendaknya :
a) Lebih sering mengingat kepada siswa supaya mempelajari materi
baik yang sudah maupun belum diajarkan sehingga ketika
ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.
b) Sering melaksanakan pengajaran perbaikan karena pengajaran
perbaikan bisa dilakukan ketika selesai ulangan harian saat jam
pelajaran berlangsung dan untuk semua siswa dalam satu kelas.
c) Sering memberi tugas kepada siswa supaya bisa lebih mendalami
materi yang disampaikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
3. Bagi Kepala Sekolah
Kepala Sekolah hendaknya :
a) Sering mengingat kepada guru dan mendukung upaya yang
dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan belajar sehingga ketika
ditanyakan siswa lebih paham dan mengerti.
b) Lebih sering mengingat kepada guru melaksanakan pengajaran
perbaikan karena pengajaran perbaikan bisa dilakukan ketika selesai
ulangan harian saat jam pelajaran berlangsung dan untuk semua
siswa dalam satu kelas.
c) Lebih sering mengingat kepada guru untuk memberi tugas kepada
siswa supaya bisa lebih mendalami materi yang disampaikan.