deskripsi kesulitan kegiatan belajar dalam mata … filetingkat kesulitan kegiatan belajar dalam...
TRANSCRIPT
TINGKAT KESULITAN KEGIATAN BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN SISWA KELAS II SMU BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2003/2004
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan Dan Konseling
Oleh : FRANSISKA AMBAR SUHERNI
NIM : 971114002 NIRM : 970051120303120002
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2004
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………… iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………. iv
ABSTRAK…………………………………………………………. v
ABSTRAC………………………………………………………….. vi
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN……………………… vii
KATA PENGANTAR……………………………………………… viii
DAFTAR ISI……………………………………………………….. x
DAFTAR TABEL…………………………………………………... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………. xiv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusaan Masalah……………………………………………… 3
C. Tujuan Penelitian……………………………………………….. 4
D. Manfaat Penelitian………………………………………………. 4
E. Batasan Istilah dan Variabel Penelitian…………………………. 4
F. Hipotesis Penelitian……………………………………………... 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA……………………………………… 6
A. Belajar Bahasa Indonesia………………………………………. 6
1. Pengertian Belajar dan Belajar Bahasa Indonesia ………… 6
2. Belajar Siswa Di Sekolah………………………………….. 7
3. Metode Belajar Dan Sumber Belajar………………………. 7
B. Unsur-Unsur Pokok Belajar Bahasa Indonesia………………… 9
1. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia…………………………. 9
2. ketrampilan dalam belajar Bahasa Indonesia……………….. 12
C. Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia…………………………….. 16
1. Faktor Kemampuan Siswa…………………………………. . 16
2. Lingkungan belajar …………………………………………. 18
3. Faktor jenis Kelamin ………………………………………. 20
D. Bimbingan Belajar ……………………………………………… 21
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………… 24
B. Populasi Penelitian dan Sampel Penelitian …………………….. 24
C. Alat Pengumpul Data ………………………………………….. 25
D. Teknik Analisis Data …………………………………………... 27
1. Reliabilitas dan Validitas ………………………………….. 27
a. Reliabilitas …………………………………………….. 27
1. Perhitungan reliabilitas uji coba kuesioner tingkat kesulitan
kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia…….……………………………… 27
2. Perhitungan reliabilitas hasil penelitian kuesioner
tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia ………………………… 29
b. Validitas ………………………………………………… 30
1. Perhitungan validitas uji coba kuesioner tingkat
kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia …………………………………… 30
2. Perhitungan validitas hasil penelitian kuesioner tingkat
kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia …………….. …………………… 31
2. Uji Hipotesis : Chi-Kuadrat ……………………………….. 32
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL
A. Tingkat Kesulitan Kegiaatan Belajar Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia……………………………………………… 34
1. Sampel Penelitian ………………………………………….. 34
2. Tingkat Kesulitan Kegiatan Belajar Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia …………………………………………. 35
3. Tingkat Kesulitan Kegiatan Belajar Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin………………. 36
4. Penegasan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Nol ………….. 37
B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………… 39
C. Bimbingan Belajar…………………………………………….… 41
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 43
B. Saran……………………………………………………………. 44
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………. 45
LAMPIRAN………………………………………………………… 47
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Daftar Jumlah Sampel Penelitian……………………………….. 25
2. Isi Kuesioner……………………………………………………. 26
3. Klasifikasi Koefisien korelasi…………………………………… 31
4. Koefisien Korelasi dan Validitas Hasil Uji Coba dan
Penelitian……………………………………………………….. 31
5. Jadwal Pengumpulan Data penelitian…………………………… 33
6. Data Sampel Penelitian………………………………………….. 35
7. Jumlah dan Prosentase Tingkat kesulitan Kegiatan Belajar Dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMU Bopkri II Yogyakarta
kelas II Tahun Ajaran 2003/2004………………………………. 35
8. Jumlah dan Prosentase Tingkat Kesulitan Kegiatan Belajar Dalam
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa kelas II Berdasarkan Jenis
Kelamin SMU Bopkri II Yogyakarta Tahun Ajaran 2003/2004…. 36
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Kuesioner………………………………………………………… 48
2. Skor Hasil Uji Coba Penelitian………………………………… .. 54
3. Skor Hasil Penelitian…………………………………………….. 55
4. Kategori Skor Hasil Penelitian…………………………………... 60
5. Surat Keterangan Mengadakan Penelitian………………………… 66
ABSTRAK
TINGKAT KESULITAN KEGIATAN BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN SISWA KELAS II SMU BOPKRI II YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2003/2004
Fransiska Ambar Suherni
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2004
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bidang bimbingan belajar dengan menggunakan metode survey. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Subyek penelitian adalah SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004 dengan populasi penelitian berjumlah 238 siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia .
Masalah pertama yang diteliti adalah bagaimana tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Inonesia siswa kelas II SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004? Masalah kedua adalah apakah ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin siswa kelas II SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004? Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) Teknik statistik dengan dasar kategorisasi dan tabulasi skor-skor dalam kuesioner tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (2) Teknik statistik Chi-Kuadrat untuk menguji hipotesis dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil penelitian ini adalah (1) jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan kegiatan belajar rendah dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak dari pada jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan kegiatan belajar tinggi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. (2) Tidak ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin.
ABSTRACT
LEVEL OF DIFFICULTY IN LEARNING ACTIVITY OF THE INDONESIAN LANGUAGE LEARNING BASED ON GENDRES
EXPERIENCED BY THE SECOND GRADE STUDENTS OF SMU BOPKRI II YOGYAKARTA DURING THE ACADEMIC YEAR 2003/2004
Fransiska Ambar Suherni Sanata Dharma University
Yogyakarta 2004
This is a descriptive research in study guidance by using survey method. This research is aimed to get a clear image of the students’ level of difficulty in learning Indonesian language. The subject of this research is SMU Bopkri II Yogyakarta during the academic year 2003/2004 with 274 students as the number of research population and 238 students as the population sample. The instrument used in this research is questionnaire on the students’ level of difficulty in learning Indonesian language. The first problem, how is the students’ level of difficulty in learning Indonesian language which is experienced by the second grade students of SMU Bopkri II Yogyakarta during the academic year 2003/2004? The second problem, are there any differences in the students’ level of difficulty in learning Indonesian language which is experienced by the second grade students of SMU Bopkri II Yogyakarta based on genders during the academic year 2003/2004? The data processing technique which are used in this research are (1) Statistical technique based on categorization and scores tabulation in the questionnaire of the students’ level of difficulty in learning Indonesian language. (2) Statistical technique to count the reliability and validity of the questionnaire. (3) Chi-Square technique to test the hypothesis in significance level of 5%. The results of this research are (1) The number of students who are in the low level of difficulty in learning Indonesian language is larger than they are who are in the higher level of difficulty in learning Indonesian language. (2) There is no distinction in the students’ level of difficulty in learning Indonesian language based on genders.
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Bab ini dibahas latar belakang masalah, perumusan, masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah dan variabel, hipotesis penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Kegiatan belajar dilakukan oleh siswa dengan tujuan ia memperoleh
pengetahuan baru, keterampilan baru, sikap baru. Kegiatan belajar siswa itu
terikat pada pendidikan sekolah yang ditempuh.
Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan belajar
dan ada siswa yang tidak mengalami kesulitan. Siswa yang mengalami
kesulitan maupun siswa yang tidak mengalami kesulitan dalam melakukan
kegiatan belajar berharap akan memperoleh pengetahuan baru, ketrampilan
baru, dan sikap baru; Selain itu ada pula perbedaan tingkat kesulitan belajar
siswa, sebab kemampuan siswa yang satu berbeda dengan siswa yang lain.
Kesulitan belajar siswa menunjuk pada suatu keadaan yang menandakan
siswa tidak lancar melakukan kegiatan belajar. Keadaan ini dapat menjadi
sebab hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Kesulitan belajar dapat
dipengaruhi kemampuan memahami yang rendah dari siswa; siswa tidak
punya waktu sebab terlalu sibuk; siswa malas; siswa menderita penyakit
kronis dan lain-lain. Pembahasan selanjutnya dipusatkan pada kesulitan
kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia adalah bahasa pengantar kegiatan pendidikan sekolah,
baik lisan maupun tertulis. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang tentang
Sistem Pendidikan Nasional No.2 tahun 1989, pasal 41 sebagai berikut:
“Bahasa pengantar dalam pendidikan nasional adalah Bahasa Indonesia”.
Bahasa Indonesia juga merupakan mata pelajaran.
Tujuan pengajaran Bahasa Indonesia di SMU, menurut kurikulum 1994
adalah:
1. Siswa menghargai dan mengembangkan Bahasa indonesia sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara.
2. Siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi,
serta menggunakannya dengan tepat untuk bermacam-macam tujuan,
keperluan, dan keadaan.
3. Siswa memiliki kemampuan berbahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual (berpikir kreatif, menggunakan akal sehat,
menerapkan pengetahuan yang berguna, memecahkan masalah),
kematangan emosional, dan sosial.
4. Siswa mampu menikmati, memahami dan memanfaatkan karya sastra
untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
(Depdikbud:1995).
Kesulitan kegiatan belajar dapat diatasi dengan cara memberikan
bimbingan belajar baik secara individual maupun kelompok kepada siswa.
Seorang pembimbing dapat mengajak siswa untuk memahami dirinya sendiri,
dengan memahami diri sendiri, siswa diharapkan dapat mengetahui penyebab
kesulitan kegiatan belajar yang dialaminya. Setelah siswa dibantu mengetahui
penyebab kesulitan kegiatan belajar seorang pembimbing juga membantu
menemukan cara belajar yang tepat untuk siswa. Pembimbing juga
mengadakan layanan konseling bagi siswa yang benar-benar membutuhkan
layanan konseling untuk mengatasi kesulitan belajarnnya. Guru pembimbing
berperanan mendampingi dan memberikan layanan bimbingan dan konseling
baik secara individual maupun kelompok dalam penguasaan cara-cara belajar.
Siswa yang sudah mengetahui penyebab kesulitan kegiatan belajar yang
dialaminya serta mengetahui cara-cara belajar yang tepat diharapkan dapat
mengembangkan keterampilan-keterampilan belajar berbahasa seperti
keterampilan berbicara, keterampilan membaca , keterampilan menulis.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat kesulitan kegiatan belajar para siswa kelas II SMU
Bopkri II dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ?
2. Apakah ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar antara siswa
putra dan putri kelas II SMU Bopkri II dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh :
1. Gambaran tentang tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
2. Gambaran tentang perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia dan jenis kelamin.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru pembimbing sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun progam bimbingan belajar untuk siswa kelas
II SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003-2004.
E. Batasan Istilah dan Variabel
1. Batasan istilah
a. Belajar siswa di sekolah adalah suatu kegiatan siswa mempelajari dan
mengolah bahan pelajaran, pembimbingan, pelatihan, sehingga siswa
mengalami perubahan dalam tingkah laku.
b. Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia merupakan bahasa negara dan bahasa persatuan
nasional Republik Indonesia dan bahasa pengantar di sekolah-sekolah.
c. Kesulitan belajar siswa
Kesulitan belajar siswa berarti menunjuk pada suatu keadaan yang
menandakan siswa tidak lancar melakukan kegiatan belajar.
2. Batasan Variabel
a. Tingkat Kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia merupakan suatu keadaan yang dialami siswa, sehingga ia
tidak lancar melakukan kegiatan belajar Bahasa Indonesia. Tingkat
kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia mencakup kegiatan belajar membaca, menulis,
mendengarkan. Ada dua kategori tingkat kesulitan kegiatan belajar
siswa yaitu kategori rendah dan kategori tinggi.
b. Jenis kelamin siswa adalah siswa putra dan putri.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian adalah “Ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan
belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin
siswa kelas II SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat tinjauan pustaka mengenai masalah yang akan diteliti.
Dalam bab ini meliputi belajar Bahasa Indonesia, belajar di sekolah, unsur-unsur
belajar Bahasa Indonesia, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia, bimbingan belajar Bahasa Indonesia.
A. Belajar Bahasa Indonesia
Pengertian belajar terutama belajar Bahasa Indonesia sebaiknya dibahas
lebih mendalam agar tidak terjadi salah persepsi. Berikut ini disajikan
pengertian belajar dan belajar Bahasa Indonesia.
1. Pengertian Belajar dan Belajar Bahasa Indonesia
Sebagai langkah awal untuk memahami kesulitan-kesulitan belajar
yang dialami siswa kelas II dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
terlebih dahulu dikemukakan untuk memahami definisi tentang belajar.
Belajar merupakan salah satu kegiatan utama yang dilaksanakan tiap
individu manusia selama hidupnya. Menurut Hamalik Oemar (1983)
belajar adalah :
Suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbul pengertian-pengertian yang baru dan perubahan dalam sikap.
Belajar juga dapat di rumuskan sebagai kegiatan mengolah bahan
ajar sehingga memperoleh pengetahuan baru, ketrampilan dan sikap baru
atau menyempurnakan pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang sudah
dimiliki. Proses belajar berlangsung secara kontinu dan dalam bentuk
latihan-latihan.
2. Belajar Siswa di sekolah
Belajar siswa di sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan siswa
mengolah bahan pelajaran, pembimbingan, pelatihan, sehingga siswa
mengalami perubahan dalam tingkah laku. Ada siswa yang mengalami
kesulitan dan ada pula siswa yang tidak mengalami kesulitan. Hal ini
disebabkan kemampuan siswa yang satu berbeda dengan kemampuan
siswa yang lain. Oleh karena itu siswa masih memerlukan bimbingan
dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Dalam kegiatan belajar, siswa menggunakan strategi dalam
melakukan kegiatan belajar sehingga kegiatan belajar dapat dilakukan
dengan baik. Suwarna (2002), menyatakan bahwa strategi diaratikan suatu
cara, teknik, taktik, dan siasat yang dilakukan seseorang atau sekelompok
orang guna mencapai tujuan yang telah ditentukan.
3. Metode Belajar dan Sumber Belajar
a. Metode Belajar
Metode belajar merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan
(latihan atau praktek atau pemecahan masalah) yang harus dilakukan
secara berurutan oleh individu yang mempelajari bahan-bahan tertentu
dengan tujuan ia memperoleh kemampuan-kemampuan baru. Ada
beberapa jenis metode dalam belajar , antara lain :
1) Bahan informasi dasar : Metode Belajar Menghafal. Latihan
menghafal dilakukan dengan cara diulang-ulang.
2) Bahan ketrampilan dasar : Metode Belajar Latihan Praktik. Latihan
praktik dilakukan dengan cara diulang-ulang.
3) Bahan konsep, prinsip, nilai : Metode Coba-Coba. Cara yang
ditempuh belum diyakini akan membawa hasil yang diharapkan
oleh karena itu digunakan cara mencari-mencoba berulang-ulang
sampai menemukan cara yang membawa hasil yang diharapkan.
Cara ini jelas membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Namun
harus dipahami dan diakui bahwa cara ini kiranya sangat berarti
bagi individu yang menggunakannya.
4) Bahan konsep, prinsip, nilai : Metode Pemahaman. Cara yang
ditempuh adalah mengikuti langkah-langkah sistematik yang
mengutamakan penalaran, baik penalaran deduktif, maupun
penalaran induktif. Lasimnya metode ini dipelajari terlebih dahulu
oleh siswa sebelum menggunakannya.
b. Sumber belajar
Sumber belajar berarti sesuatu (manusia, benda, masyarakat)
yang secara langsung dan tidak langsung menyajikan bahan pelajaran
yang dibutuhkan oleh individu yang berlatih untuk memperoleh
kemampuan baru. Ada beberapa jenis sumber belajar, antara lain :
1) Manusia.
Manusia terutama para guru pengajar, guru pembimbing, guru
pelatih, tenaga adminisrtasi menjadi sumber belajar siswa. Manusia
menjadi sumber informasi dan juga cara menyajkan informasi.
2) Bahan cetak
Bahan cetak merupakan sumber belajar kedua bagi siswa. Bahan
cetak berupa buku, buku pelajaran, majalah, surat kabar, dan lain-
lain.
3) Bahan Rekaman
Bahan rekaman merupakan sumber belajar ketiga bagi siswa.
Bahan rekaman berupa foto, film, vidio, slide, kaset rekaman,
komputer, dll.
4) Masyarakat
Masyarakat menjadi sumber belajar keempat bagi siswa.
Masyarakat mencakup unsur sosial (manusia), unsur budaya, unsur
fisik (alam sekitar).
B. Unsur-Unsur Pokok Belajar Bahasa Indonesia
1. Materi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Materi pelajaran Bahasa Indonesia telah disusun berdasarkan
kurikulum sekolah. Kurikulum sekolah berisi kegiatan akademik dan non
akademik. Kurikulum sekolah adalah suatu program pendidikan yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah
tertentu. Kurikulum sekolah merupakan alat untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar (Depdikbud:1993)
Kurikulum Bahasa Indonesia dari Sekolah Menengah Umum
memberi tekanan pada pengembangan pengetahuan, ketrampilan
berbahasa, dan sikap positif terhadap Bahasa Indonesia. Pengajaran
Bahasa Indonesia menggunakan pendekatan komunikatif. Pendekatan
komunikatif bertujuan membantu siswa berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa Indonesia.
Pengajaran Bahasa Indonesia mencakup aspek mendengarkan,
berbicara, membaca, dan menulis. Tema-tema yang disajikan sebagai
bahan pelajaran Bahasa Indonesia berkisar pada: teknologi, ekonomi,
pariwisata, kesehatan dan lain-lain. Tema-tema ini dapat digunakan
sebagai bahan bacaan yang mengungkapkan ide-ide secara tertulis.
Dalam belajar Bahasa Indonesia siswa berusaha membaca pelajaran
lalu memahami isi, menggaris bawahi kata-kata dan kalimat-kalimat
penting, dapat juga siswa mencatat atau membuat rangkuman dari bahan
bacaan tersebut. Siswa juga berusaha mendengarkan apa yang dibacakan
oleh guru ataupun teman, mendengarkan penjelasan guru, membuat
catatan tentang hal-hal yang dengarkan dari pelajaran. Siswa berusaha
melatih ketrampilan berbicara dengan teman lalu pada saat mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, menjawab soal, mengungkapkan ide-ide pada saat
pelajaran di kelas, siswa berusaha menggunakan Bahasa Indonesia.
Kegiatan belajar Bahasa Indonesia, antara lain :
a. Kegiatan membaca
Kegiatan pertama yang harus dikembangkan dan dikuasai oleh
siswa dalam belajar Bahasa Indonesia adalah membaca buku pelajaran
dan bacaan tambahan. Membaca merupakan suatu kegiatan belajar
siswa yang paling banyak memakan waktu dan memerlukan pemikiran
sepenuhnya. The Liang Gie (1994), merumuskan membaca adalah
serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh
perhatian untuk memahami makna suatu karangan yang disajiakan
kepada indra penglihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda
lainnya.
b. Kegiatan menulis karangan
Mengarang merupakan keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca. Ada empat unsur pokok dalam mengarang yaitu
gagasan penuturan, tatanan dan tata bahasa. Siswa harus dapat
menyusun kalimat yang tepat. Kalimat yang tepat merupakan kalimat
yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
penulis.
Dalam menulis siswa diharapkan memiliki kemampuan memilih
kata dan kalimat dengan tepat. Siswa harus memperhatikan tanda
baca, susunan kalimat, menemukan ide. Siswa yang tidak
memperhatikan hal-hal ini dapat mengalami kesulitan didalam
membuat karangan.
c. Berbicara menggunakan Bahasa Indonesia. Kemahiran bahasa
seseorang berkaitan erat dengan kemampuan pikirannya. Keterampilan
berbahasa yang baik pada siswa, memperlancar penyusunan kalimat
dan pemilihan kata untuk mengungkapkan sesuatu gagasan dan akan
meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Siswa yang semakin lancar
dalam berbicara, akan memperlancar pula dalam mengungkapkan ide,
menjawab pertanyaan, berkomunikasi dengan orang lain. Siswa yang
melakukan latihan secara bertahap dan kontinu akan mendapatkan
hasil bahwa ia menjadi terampil dalam berbicara.
2. Keterampilan dalam Belajar Bahasa Indonesia
The Liang Gie (1994) membagi empat ketrampilan belajar yang sangat
mendukung didalam kegiatan belajar Bahasa Indonesia. Empat
ketrampilan belajar ini sangat mendukung didalam melatih siswa dalam
belajar berbahasa Indonesia, dua ketrampilan belajar diantaranya adalah,
ketrampilan akademis, ketrampilan pendukung.
a. Keterampilan Akademis
Keterampilan akademik menyangkut persyaratan akademik meliputi
kemampuan-kemampuan mengikuti pelajaran, membuat catatan,
memakai perpustakaan, dan menempuh ujian.
1) Keterampilan Mengikuti Pelajaran
Di sekolah siswa dituntut untuk mengikuti semua pelajaran dari
awal sampai akhir, siswa datang ke sekolah tidak hanya duduk,
diam, mendengar guru, lalu pulang. Selama proses belajar siswa
dituntut aktif yaitu mendengar guru mengajar, bertanya jawab
mengenai pelajaran yang dibahas, membuat catatan tentang
pelajaran yang dibahas. Sebaliknya siswa yang hanya duduk, diam,
mendengar guru bicara lalu pulang akan menjadi siswa yang pasif.
2) Keterampilan Mencatat Pelajaran
Dalam proses belajar, kegiatan yang harus dilakukan adalah
membaca buku, baik buku pelajaran, atau buku yang diwajibkan
maupun buku-buku penunjang. Setelah membaca siswa diharapkan
mampu mengambil manfaat dari isi bacaan yang dibacanya dan
mencatat hal-hal penting. Hal ini juga membantu siswa untuk
terampil berbahasa Indonesia karena dengan catatan yang baik,
tulisan yang rapi dan sistimatis, siswa akan lebih mudah untuk
membaca dan memahami tulisan sendiri sehingga kegiatan belajar
tidak tergangagu oleh tulisan yang tidak bisa dibaca.
3) Keterampilan Menggunakan Perpustakaan
Sumber-sumber belajar bisa didapat di perpustakaan sekolah.
Sekolah menyediakan buku-buku dan siswa dapat memanfaatkan
fasilitas yang ada. Ketrampilan menggunakan perpustakan
menyangkut ketrampilan siswa dalam kegiatan belajar yaitu
dengan cara mencari sumber-sumber bacaan yang diperlukan di
perpustakaan, mencari data-data yang diperlukan di perpustakaan.
4) Keterampilan Menempuh Ujian
Tes atau ulangan dimaksudkan untuk mengukur penguasaan siswa
terhadap ilmu yang dipelajarinya. Siswa dituntut siap dalam
menghadapi ulangan maupun ujian. Kesiapan siswa sangat
diperlukan dalam setiap situasi, jadi siswa melakukan kegiatan
belajar tidak hanya waktu-waktu ujian namun setiap hari. Setiap
hari siswa dituntut untuk belajar secara rutin sehinga pada waktu
ujian siswa sudah siap.
b. Keterampilan pendukung
Keterampilan pendukung akan menunjang tercapainya sukses di
sekolah menengah dan meliputi kemampuan konsentrasi, menghafal,
mengelola waktu, dan mengatur diri. Misalnya tanpa kemampuan
konsentrasi, seseorang siswa tidak bisa membaca buku atau mengikuti
pelajaran.
1) Keterampilan konsentrasi
Konsentrasi merupakan syarat pertama dalam melakukan kegiatan
belajar. Tanpa mampu berkonsentrasi siswa akan mengalami
kesulitan didalam memahami materi yang sedang dipalajarinya.
Konsentrasi sendiri merupakan pemusatan pikiran pada satu hal
dan seandainya pikiran terpecah-pecah siswa akan mengalami
kesulitan dalam kegiatan belajarnya.
2) Keterampilan menghafal pelajaran
Dalam belajar Bahasa Indonesia keterampilan menghafal juga
diperlukan. Dengan menghafal materi-materi yang dipelajari maka
materi akan tersimpan dan tidak mudah dilupakan.
3) Keterampilan mengelola waktu
Seorang siswa harus mampu mengeola waktu yang tersedia,
seorang siswa juga harus bisa membuat prioritas mana yang belum
penting dikerjakan dan mendesak tentu segera dilaksanakan dalam
kegiatan belajar. Tugas-tugas belajar yang perlu dikerjakan harus
segera dikerjakan sehingga tidak tertunda-tunda.
4) Keterampilan mengatur diri
Dalam kegiatan belajar siswa harus terampil mengatur dirinya
sendiri; siswa harus terampil mendorong diri untuk belajar,
mengelola diri dengan mengatur pikiran, tenaga, waktu, tempat,
benda dan hal-hal lain untuk belajar. Mengendalikan diri untuk
mampu membina kedisiplinan, menyemangati diri, menghimpun
tenaga untuk benar-benar mampu mengerjakan apa yang harus
dikerjakan dalam belajar.
C. Kesulitan Belajar Bahasa Indonesia
Menurut tim instruktur BK DIY(1997:19) kesulitan belajar adalah :
Suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Hambatan-hambatan itu mungkin disadari mungkin juga tidak disadari oleh orang yang mengalaminya, dapat bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam keseluruhan proses belajar. Kesulitan belajar siswa menunjuk pada suatu keadaan yang menandakan
siswa tidak lancar dalam belajar. Ketidak lancaran kegiatan belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor kemampuan siswa, faktor
lingkungan belajar, faktor kebiasaan berbahasa di masyarakat.
1. Faktor Kemampuan Siswa
a. Pengindraan
Dalam belajar berbahasa Indonesia, pengindraan memiliki fungsi
seperti membaca, menulis, mendengar, berbicara. Kegiatan belajar
bahasa Indonesia akan dapat berhasil dengan baik jika alat
pengindraan dari siswa berfungsi dengan baik. Namun sebaliknya
siswa yang mengalami gangguan pada alat indra seperti pendengaran,
penglihatan, dapat menimbulkan gangguan dalam kegiatan belajar
siswa.
b. Perhatian
Perhatian merupakan cara seseorang dalam memfokuskan diri
pada satu objek. Dalam kegiatan belajar perhatian pada suatu bahan
/materi yang dipelajari sangat penting. Perhatian dengan sungguh-
sungguh terhadap meteri pelajaran membantu siswa untuk dapat
mengerti dan memahami materi yang sedang dipelajarinya. Perhatian
membantu siswa untuk dapat memahami, mengerti, dan mengetahui
bagian-bagian materi yang sulit dan perlu dipertanyakan. Dan
sebaliknya siswa yang tidak memperhatikan materi yang sedang
diajarkan oleh guru dan yang dipelajarinya sendiri dapat menjadi
penyebab siswa mengalami kesulitan dalam kegiatan belajarnya.
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus
mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika tidak
memperhatikan bahan pelajaran maka siswa akan mengalami kesulitan
untuk memahami bahan pelajaran tersebut.
c. Minat
Hilgard (Slameto:1988) memberikan rumusan tentang minat
adalah sebagai berikut: “Interes is persisting tendency to pay attention
to and enjoy some activity or content”.
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan kecendrungan melakukan kegiatan. Kegiatan yang diminati
seseorang diperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang.
Siswa yang kurang memiliki minat dalam belajar mata pelajaran
tertentu, ia tidak tertarik dengan bahan pelajarannya dan ia segan-
segan belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.
d. Kemampuan mengingat
Semua siswa memiliki memori, memori berperanan untuk
menyimpan materi atau bahan pelajaran yang dipelajarinya. Kemapuan
mengingat untuk setiap siswa berbeda-beda; ada siswa yang mudah
mengingat materi yang sudah dipelajarinya ada pula siswa yang
mengalami kesuliatan didalam mempelajari materi.
2. Lingkungan Belajar
a. Lingkungan belajar di sekolah
Kegiatan belajar siswa di sekolah yaitu kegiatan belajar dimana
siswa mendapat mendampingan dari guru, siswa belajar dengan
tuntunan guru. Di dalam proses kegiatan belajar siswa diharapkan
mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga siswa datang
ke sekolah tidak hanya duduk, diam. Dalam belajar Bahasa Indonesia
siswa mengerjakan latihan-latihan yang diberikan oleh guru, membaca
buku yang dianjurkan oleh guru, menanyakan bahan yang dirasa sulit.
Siswa yang sering membolos, tidak mengerjakan latihan-latihan, hanya
mencontek pekerjaan rumah, mengalami kesulitan didalam mengikuti
pelajaran.
b. Lingkungan belajar di dalam keluarga
Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan belajar anak.
Anak pertama kali mengalami proses sosialisasi dengan keluarga.
Proses sosialisasi anak salah satunya nampak dalam cara berbahasa.
Pada umumnya mereka meniru cara berbahasa orang tua dan orang
dewasa lainnya yang bergaul dengan mereka.
Suasana rumahpun dapat berpengaruh dalam kegiatan belajar
anak. Suasaan rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan
memberikan ketenangan pada anak yang sedang melakukan kegiatan
belajar. Suasaan tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar.
Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok,
pertengkaran antara anggota keluarga akan berakibat anak menjadi
bosan di rumah, suka keluar rumah. Akibatnya kegiatan belajar anak
terganggu. Suasana rumah yang tenang dan tentram akan mendukung
anak dalam belajar.
c. Lingkungan belajar di masyarakat
Proses sosialisasi anak tidak hanya di lingkungan keluarga tetapi
juga dalam masyarakat. Sosialisasi anak di lingkungan masyarakat
akan mempengaruhi perkembangan berbahasa anak. Cara berbahasa
setiap daerah berbeda-beda. Hal ini tergantung pula pada setiap suku.
Hal ini juga dapat menjadi penyebab kesulitan siswa dalam berbahasa
Indonesia baku.
Proses sosialisasi anak berbahasa juga melalui media elektronik (tv,
radio), media cetak. Hal ini memberikan pengaruh terhadap perkembangan
bahasa anak. Teman bergaul juga mempunyai pengaruh yang besar. Anak
berkomunikasi dengan teman bergaulnya dan bahasa yang digunakan
sehari-hari sebagai alat komunikasi dengan teman akan menjadi sebuah
kebiasaan. Kebiasaan itulah yang dapat berpengaruh dalam kegiatan anak
belajar bahasa.
3. Faktor jenis kelamin
Perkembangan antara anak perempuan dan laki-laki jelas memiliki
banyak perbedaan. Anak perempuan diharapkan berperilaku feminim dan
laki-laki diharapkan berperilaku maskulin, tidaklah mengherankan minat
anak perempuan berbeda dari anak laki-laki selama masa remaja
(Hurlock,1980). Salah satu kondisi yang menimbulkan perbedaan dalam
belajar berbicara adalah jenis kelamin. Dibandingkan dengan anak
perempuan, anak laki-laki tertinggal dalam belajar berbicara. Pada setiap
jenjang umur, kalimat laki-laki lebih pendek dan kurang betul tata
bahasanya, kosa kata yang diucapkan lebih sedikit, dan pengucapannya
kurang tepat ketimbang anak perempuan (Hurlock,1997). Dari usia keusia,
anak perempuan biasanya menambah lebih banyak kosa kata dari pada
anak laki-laki (Hurlock,1980). Sebagai kelompok, anak perempuan lebih
banyak berbicara ketimbang anak laki-laki (Hurlock,1997). Konsep-
konsep dari Hurlock memberikan dasar bahwa ada perbedaan yang
mencolok dalam belajar bahasa antara laki-laki dan perempuan, oleh
karena itu tingkat kesulitan yang hadapi antara laki-laki dan perempuan
dalam belajar bahasa jelas berbeda. Landasan teori inilah yang mendasari
penelitian tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia berdasarkan jenis kelamin.
D. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah pelayanan bimbingan konseling yang
membantu siswa dalam mengembangkan diri, sikap dan cara belajar yang
baik (Najib:1995). Bimbingan dalam belajar Bahasa Indonesia itu, bisa
dilakukan dengan membantu siswa untuk belajar cara mempelajari teks
(sumber tertulis) dengan menggunakan metode SQ3R, metode SQ3R yang
dikemukakan oleh Francis P. Robinson, 1961, dari Ohio State University,
merupakan metode yang digunakan untuk mempelajari bahan-bahan tertulis
(buku, dll) dalam bentuk belajar mandiri (independent study).
Langkah-langkah penggunaan buku teks sebagai berikut :
1. Langkah orientasi (Survey / S).
Pada langkah ini siswa mengamati secara keseluruhan untuk
memperoleh orientasi atau gambaran secara umum mengenai isi tiap
judul dengan memusatkan diri pada tiap bagian dari judul itu. Tujuan
utama langkah ini adalah siswa memperoleh gambaran mengenai apa
saja yang dibahas. Siswa belum mempelajari secara mendalam.
Bagian yang harus diamati oleh siswa dalam suatu judul adalah :
a. Bagian-bagian menurut nomer urut.
b. Kesimpulan dan rangkuman.
c. Gambar dan grafik.
d. Daftar kata-kata yang sering dicantumkan pada akhir judul.
2. Langkah bertanya (Question / Q)
Siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang didasarkan pada hasil
orientsi. Jawaban pertanyaan-pertanyaan ini akan dicari lebih lanjut.
Pertanyaan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya mengenai tiap-tiap
bagian dari judul tersebut. Cara ini membutuhkan waktu dan perhatian.
Oleh karena itu ada banyak orang cenderung mengabaikannya.
Kekeliruan ini harus diperbaiki, sebab kegiatan yang disadari terletak
terutama pada “apa yang dihadapi dan bagaimana cara
menyelesaikannya?” Pertanyaan-pertanyaan dirumuskan secara tertulis
dan dipusatkan secara berurutan mengikuti bagian-bagian bahan tertulis
itu.
3. Langkah membaca (Read / R)
Siswa membaca untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
yang sudah dirumuskan. Ia membaca secara berurutan mengikuti bahan
tertulis dan pertanyaan mengenai itu. Tujuan utama kegiatan membaca
dengan cara ini adalah siswa memahami secara terinci isi bacaan.
4. Langkah merumuskan (Recite / R)
Siswa merumuskan kembali dalam bahasa sendiri. Disini terletak makna
“mereproduksi”. Dengan langkah ini siswa dibiasakan bertanggung
jawab atas apa yang ia baca. Apa yang diketahui siswa benar atau tidak
dilihat dari isi bacaan. Pengetahuan dan pengertian siswa terhadap isi
bahan menjadi jelas dan tegas. Jika ada kesalahan, maka dengan mudah
dan cepat dapat diperbaiki. Hendaknya merumuskan dengan
menggunakan kata-kata, pemahaman sendiri. Jangan menurun dari buku.
5. Langkah merangkum (Review / R)
Siswa merangkum atau memadukan semua yang sudah dirumuskan
menjadi satu keseluruhan. Siswa memperdalam pengetahuan dan
pengertiannya terutama tentang hubungan-hubungan isi bahan satu sama
lain; juga dengan pengetahuan dan pengertian yang sudah dimiliki
sebelumnya ( Singer and Donlan,1980:77-78).
Bimbingan belajar yang diberikan adalah bimbingan dengan cara
memberikan petunjuk mengenai metode belajar dengan menggunakan teks
tertulis yaitu metode SQ3R (Survey/S, Question/Q, Read/R, Recite/R,
Review/R). Bimbingan dilakukan dengan cara membentuk kelompok, setiap
kelompok tiga orang siswa, setiap kelompok diajak mendalami setiap
metode. Bimbingan dilakukan secara bertahap sampai siswa menguasai
cara-cara tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas jenis penelitian, Populasi dan sample penelitian,
alat pengumpul data, Teknik analisis data, dan Pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survei.
Dalam penelitian survei, informasi dikumpulkan dari responden dengan
menggunakan suatu kuesioner (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penelitian
deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang suatu gejala pada
saat penelitian dilakukan (Furchan, 1982:415). Sejalan dengan itu, Sudjana
dan Ibrahim (1989) mendefinisikan penelitian deskriptif adalah “ penelitian
yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, pada saat
sekarang”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah populasi terbatas, yaitu seluruh siswa laki-
laki dan perempuan kelas II SMU BOPKRI II Yogyakarta Tahun Ajaran
2003/2004. Sampel penelitian adalah sebagian dari anggota populasi yang
diteliti yang berjumlah 274; sampel penelitian berjumlah 238 siswa; ada 36
siswa yang tidak terlibat dalam penelitian; hal ini disebabkan ada siswa yang
tidak masuk pada saat diadakan penelitian. Penelitian deskriptif biasanya
menggunakan sampel yang lebih besar; kadang-kadang dianjurkan untuk
mengambil 10 sampai 20 persen dari populasi yang dapat dijangkau
(Furchan,1982). Jumlah siswa yang terlibat dalam penelitian telah mewakili
jumlah siswa yang ada. Populasi dan sampel penelitian adalah sebagai berikut:
Tabel I. Daftar jumlah sampel penelitian SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004 Jumlah siswa yang direncanaka
untuk diteliti
Jumlah siswa yang hadir
pada saat penelitian
Kelas
putra putri Jumlah putra putri Jumlah
IIA 20 16 36 18 16 34
IIB 20 15 35 18 15 33
IIC 21 13 34 17 12 29
IID 21 13 34 20 13 33
IIE 25 10 35 14 7 21
IIF 21 13 34 21 13 34
IIG 16 17 33 14 12 26
IIH 16 17 33 15 13 28
Total 160 114 274 137 101 238
C. Alat Pengumpul Data
1. Kuesioner Kesulitan Kegiatan Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia
Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Kuesioner ini disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner ini terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian yang pertama berisi identitas, yang kedua
petunjuk dan yang ketiga pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan belajar
di rumah dan kegiatan belajar di sekolah. Kuesioner ini terdiri atas 52 item
pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 2. Isi kuesioner No Item No Aspek
Positif Negatif Kegiatan belajar di rumah a. Kegiatan membaca 4,11,15,20,33,22,
37
b. Kegiatan menulis 5,12,16,23,28,30 c. Kegiatan meringkas 6,13,17,21,24 d. Kegiataan menghafal 7,8,9,18,25,31 e. Kegiataan mengingat 10,14,19,26,32 f. Kegiataan mendengarkan 27,29 g. Kegiataan berbicara 35,36 h. Mencari kata-kata dalam kamus 34 i. Jadwal belajar di rumah 1,2,3 Kegiatan balajar di sekolah a. Kegiataan mendengarkan 38 b. Kegiataan mencatat 39,42 c. Kegiataan bertanya 40,41 d. Kegiataan membaca 43 e. Kegiataan membuat ringkasan 48 f. Kegiataan menghafal 49 g. Kegiataan mengingat 5
h. h. Memanfaatkan perpustakaan 44 i. Kegiataan mempelajari materi yang sulit
45
j. Mempersiapkan diri menghadapi ujian
56 47,51
k. Melihat pekerjaan teman 52
1 2
Jumlah 49 3
2. Skoring
Skoring item kuesioner dilakukan sebagai berikut:
Item positif di beri skor : Selalu : 4, Banyak Kali : 3, Kadang-Kadang : 2,
Tidak Pernah : 1
Item negatif diberi skor : Selalu : 1, Banyak Kali : 2, Kadang-Kadang : 3,
Tidak Pernah : 4
Item positif adalah pernyataan yang berisi tentang kegiatan belajar yang
diharapkan sedangkan item negatif adalah pernyataan yang berisi tentang
kegiatan belajar yang keliru/tidak diharapkan.
3. Kategori tingkat kesulitan kegiatan belajar
Skor yang termasuk kesulitan rendah dalam kegiatan belajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia adalah skor sama dengan atau skor diatas
mean sedangkan skor yang termasuk kesulitan tinggi dalam kegiatan
belajar mata pelajaran bahasa Indonesia adalah skor di bawah mean.
D. Teknik Analisis Data
1. Reliabilitas dan Validitas
Instrumen yang telah disusun untuk penelitian, Perlu diketahui terlebih
dahulu validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan.
a. Reliabilitas
Reliabilitas suatu alat ukur menunjuk pada “derajat keajekan alat
tersebut dalam mengukur apa saja yang diukurnya” (Furchan,1982).
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk mengukur taraf
reliabilitasnya adalah metode belah dua (split-halp method). Pengujian
reliabilitas instrumen dengan rumus sebagai berikut :
Langkah 1 : Menghitung koefisien korelasi skor item ganjil dan genap
dengan teknik korelasi Product-Moment dari Pearson, dengan rumus :
})Y(YN}{)X(XN{)Y)(X(XYNr
2222xy∑−∑∑−∑
∑∑−∑=
Keterangan :
rxy : Koefisien ganjil genap
N : Jumlah Subjek
X : Belahan ganjil
Y : Belahan genap
Langkah 2 : Perhitungan korelasi belahan ganjil genap kuesioner
kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
dengan rumus Spearman Brown
rtt= gg
gg
r1r2
+
×
Keterangan : rtt : Koefisien reliabilitas
rgg : Koefisien ganjil genap
1) Perhitungan reliabilitas hasil uji coba penelitian kuesioner
kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah sebagai berikut:
})2178(11988240}{)2163(11787740{
)2178)(2163(11842640r22xy
−×−×
−×=
}47436844795280}{46785694715080{
47110144737040rxy−−
−=
}51596}{36511{
26026rxy =
1883821556
26026rxy =
01321.43403
26026rxy =
599,0rxy =
rtt= gg
gg
r1r2
+
×
rtt= 599,01599,02
+×
rtt= 749,1198,1
rtt= 749,0
2) Perhitungan reliabilitas hasil penelitian kusioner kesulitan kegiatan
belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut:
})12694(687206238}{)12264(639664238{)12694)(12264(660679238r
22xy−×−×
−×=
}1611376361635555028}{150405696152240032{155679216157241602rxy
−−−
=
( )( )241739218343361562386rxy =
21057799441563286rxy =
742,0rxy =
rtt= 742,01742,02
+×
rtt= 742,1484,1
rtt= 85,0
b. Validitas
Validitas menunjuk pada “sejauh mana suatu alat mampu
mengukur apa yang sebenarnya diukur oleh alat tersebut”
(Furchan,1982:281). Validitas suatu alat selalu bergantung kepada
situasi dan tujuan khusus peggunaan alat yang bersangkutan. Suatu alat
yang valid untuk suatu situasi mungkin tidak valid untuk situasi yang
lain (Furchan,1982:282).
Rumus Validitas yaitu :
rt ∞ = ttr
Keterangan : rt ∞ : koefisin validitas
rtt : koefisien reliabilitas
1) Perhitungan validitas hasil uji coba kuesioner kesulitan kegiatan
belajar Bahasa Indonesia
rt ∞ = 75,0
rt ∞ = 87,0
2) Perhitungan Validitas hasil penelitian kuesioner kesulitan kegiatan
belajar Bahasa indonesia.
rt ∞ = 85,0
rt ∞ = 92,0
Garret (1967) mengemukakan suatu deskripsi tentang penafsiran
koefisien korelasi sebagai berikut :
Tabel 3: Klasifikasi koefisien korelasi suatu alat tes suatu alat ukur. Koefisien korelasi Klasifikasi
± 0,70- ± 1,00
± 0,40- ± 0,70
± 0,20- ± 0,40
0,00- ± 0,20
Tinggi – sangat tinggi
Cukup
Rendah
Tidak ada atau sangat rendah
Hasil penelitian uji coba dan penelitian ini menunjukan koefisien
reliabilitas dan koefisien validitas penelitian kuesioner kesulitan kegiatan
belajar Bahasa Indonesia sebagai berikut :
Tabel 4: Koefisien korelasi reliabilitas dan validitas hasil uji coba dan penelitian kuesioner kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran bahasa Indonesia:
Koefisien Uji coba Penelitian
Reliabilitas 0,75 0,85
Validitas 0,87 0,92
2. Uji Hipotesis : Chi-Kuadrat
Chi-Kuadrat adalah suatu teknik statistik yang memungkinkan
peneliti menilai probabilitas perbedaan frekuensi yang nyata dengan
frekuensi yang diharapkan dalam kategori-kategori tertentu sebagai akibat
kesalahan sampling (Hadi,1966). Rumus Chi-Kuadrat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
)db)(ca)(dc)(ba()bcad(N 2
2
++++−
=χ
Keterangan rumus :
= Chi –Kuadrat 2χ
N = Jumlah siswa
a, b, c, dan d = Frekuensi dalam tiap sel dalam tabel 2x2
Angka derajat kebebasan adalah jumlah pengamatan yang dapat
berubah-ubah di sekitar parameter konstant (Furchan,1982). Rumus derajat
kebebasan adalah :
Df = (C-1)(R-1)
Keterangan rumus :
Df = Jumlah derajat bebas
C = Jumlah Kolom
R = Jumlah baris
Taraf Signifikansi adalah proporsi kemungkinan adanya
penyimpangan dalam suatu penelitian. Taraf signifikansi yang dipakai
dalam penelitian ini adalah 5%.
E. Pengumpulan Data
1. Uji coba
Uji coba dilaksanakan tanggal 20 April 2003, pada siswa kelas II
SMU Bopkri II Yogyakarta dengan jumlah siswa 40. uji coba penelitian
dapat terlaksana dengan baik, dimana siswa mengerjakan kuesioner dalam
suasana yang tenang dan peneliti menganggap siswa benar-benar
mengerjakan kuesioner dengan baik. Hasil uji coba diolah untuk
mengetahui reliabilitas dan validitas kuesioner kesulitan kegiatan belajar
Bahasa Indonesia.
2. Jadwal pengumpulan data
Pengumpulan data penelitian dilakukan oleh peneliti dengan seorang
teman. Peneliti mendapatkan izin penelitian dari kepala sekolah. Peneliti
mengadakan penelitian dengan cara mengikuti jadwal bimbingan kelas II.
Adapun jadwal pelaksanaan pengumpulan data penelitian setiap kelas
disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 5: Jadwal pengumpulan data penelitian
Kelas Tanggal Pengisian Data Waktu Pengumpulan Data
Jumlah Siswa yang Hadir
IIA 25 Agustus 2003 13.00-13.25 34 IIB 16 Agustus 2003 08.45-09.15 33 IIC 19 Agustus 2003 13.00-13.25 29 IID 25 Agustus 2003 12.15-12.35 33 II E 19 Agustus 2003 12.15-12.40 21 IIF 14 Agustus 2003 09.45-10.10 34 IIG 19 Agustus 2003 12.15-12.40 26 IIH 19 Agustus 2003 09.45-10.10 28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat deskripsi kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mat
pelajaran Bahasa Indonesia, pembahasan hasil penelitian dan bimbingan belajar.
A. Tingkat Kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia.
Deskripsi kesulitan kegiatan belajar adalah gambaran tentang kesulita
kegiatan belajar. Penelitian ini mengenai kesulitan kegiatan belajar dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hal-hal yang akan dibahas adalah sampe
penelitian, tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajara
Bahasa Indonesia secara keseluruhan, perbedaan tingkat kesulitan kegiata
belajar antara siswa putra dan putri dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1. Sampel Penelitian
Populasi penelitian adalah populasi terbatas, menurut rencana ad
274 siswa yang terlibat dalam penelitian namun karena ada siswa yan
tidak masuk pada saat penelitian, maka siswa yang terlibat dalam
penelitian menjadi 238 siswa. Jadi sampel penelitian dengan jumlah 23
siswa disajikan dalam tabel 6 berikut.
a
n
l
n
n
a
g
8
Tabel 6 . Data sampel penelitian SMU Bopkri II Yogyakarta Kelas II Tahun Ajaran 2003/2004
Jumlah Sampel Penelitian Kelas Putra Putri
Jumlah
IIA 18 16 34 IIB 18 15 33 IIC 17 12 29 IID 20 13 33 IIE 14 7 21 IIF 21 13 34 IIG 14 12 26 IIH 15 13 28
Total 137 101 238
2. Tingkat Kesulitan Kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.
Nilai rata-rata hitung tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 105. Skor 105 ke atas termasuk
kategori kesulitan rendah dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia, dan skor di bawah 105 termasuk kategori kesulitan kegiatan
belajar tinggi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Jumlah siswa yang
mengalami kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 7 : Tingkat kesulitan Kegiataan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia SMU Bopkri II Yogyakarta kelas II tahun ajaran 2003/2004.
Kesulitan Kegiatan Belajar
Bahasa Indonesia
Rendah Tinggi
Total
144 (60,50%) 94 (39,50%) N = 238(100)
Keterangan :
N : Jumlah Siswa
Berdasarkan data ini disimpulkan bahwa jumlah siswa yang
mengalami kesulitan rendah dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia lebih banyak dari pada jumlah siswa yang mengalami kesulitan
tinggi dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
3. Tingkat kesulitan dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia berdasarkan jenis kelamin.
Kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia baik kategori tinggi maupun kategori rendah dibedakan
berdasarkan jenis kelamin siswa. Data hasil penelitian dapat dilihat dalam
tabel 8.
Tabel 8. Tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia para siswa kelas II berdasarkan jenis kelamin. SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004
Kesulitan kegiatan belajar
Jenis Kelamin
Rendah Tinggi
Total
Putera 82(34,45%) 55(23,11%) 137(57,56%) Puteri 62(26,05%) 39(16,39%) 101(42,44%) Total 144(60,50%) 94(39,50%) 238(100%)
Berdasarkan data di atas disimpulkan bahwa Jumlah siswa putra
yang mengalami kesulitan rendah dalam kegiatan belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia lebih banyak dari pada jumlah siswa putra yang
mengalami tingkat kesulitan tinggi dalam kegiatan belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia. Jumlah siswa putri yang mengalami kesulitan rendah
dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak
daripada jumlah siswa putri yang mengalami kesulitan tinggi dalam
kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
4. Penegasan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Nol
Hipotesis Penelitian: Ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin.
Hipotesis statistik: Ada perbedaan jumlah siswa dalam tingkat kesulitan
kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis
kelamin.
Hipotesis Nol: Tidak ada perbedaan jumlah siswa dalam tingkat kesulitan
kegiatan belajar dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 9. Tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas II berdasarkan jenis kelamin SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004
Tingkat kesulitan
Jenis Kelamin Rendah Tinggi Total
Putera a. 82 (34,45%)
b. 55 (23,11%)
a+b 137 (57,56%)
Puteri c. 62 (26,05%)
d. 39 (16,39%)
c+d 101 (42,44%)
Total a+c 144 (60,50%)
b+d 94 (39,50%)
N = 238 (100%)
Perhitungan perbedaan frekuensi dengan menggunakan rumus Chi-
Kuadrat, yaitu :
2χ = )db)(ca)(dc)(ba(
)bcad(N 2
++++−
Keterangan rumus :
2χ = Chi-Kuadrat
N = Jumlah seluruh subjek
a = Jumlah pada kolom 1 baris 1
b = Jumlah pada kolom 2 baris 2
c = Jumlah pada kolom 1 baris 2
d = Jumlah pada kolom 2 baris 2
)3955)(6282)(3962)(5582()62553982(238 2
2
++++×−×
=χ
)94)(144)(101)(137(449442382 ×
=χ
187297632106966722 =χ
2χ = 57,0
Hasil perhitungan nilai Chi-kuadrat sebesar 0,57 dengan df=1 atas
dasar taraf signifikansi 5%, lebih kecil dari pada nilai 3,841. Berarti
tidak ada perbedaan jumlah siswa dalam tingkat kesulitan kegiatan belajar
mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan jenis kelamin. Hipotesis nol
diterima dan hipotesis penelitian ditolak.
=χ2
B. Pembahasan Hasil
Hasil penelitian ini adalah (1) secara keseluruhan jumlah siswa yang
mengalami tingkat kesulitan rendah dalam kegiatan belajar mata pelajaran
Bahasa Indonesia lebih banyak daripada jumlah siswa yang mengalami tingkat
kesulitan tinggi dan (2) jumlah siswa putra yang mengalami tingkat kesulitan
kegiatan belajar rendah dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa
Indonesia lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang mengalami kesulitan
tinggi dalam kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia serta (3)
jumlah siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah dalam kegiatan
belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia lebih banyak daripada jumlah siswa
putri yang mengalami tingkat kesulitan tinggi dalam kegiatan belajar mata
pelajaran Bahasa Indonesia
Siswa melakukan kegiatan belajar merupakan usaha sendiri dengan
kemampuan sendiri, termasuk sikap siswa dalam belajar, dan bukan
ditentukan oleh jenis kelamin. Ada siswa yang melakukan kegiatan belajar
dengan baik yaitu teliti, trampil, dan belajar secara kontinyu. Ada juga siswa
yang melakukan kegiatan belajar dengan kurang baik yaitu siswa tidak teratur
dalam belajar, belajar kalau ada ulangan, malas membaca dan lain-lain. Dalam
kegiatan belajar siswa terampil menggunakan sumber belajar antara lain guru
dengan cara melaksanakan tugas dari guru, memperhatikan penjelasan guru,
bertanya pada guru dan teman bila mengalami kesulitan; sumber belajar lain
berupa bahan cetak seperti buku pelajaran, majalah, surat kabar; sumber
belajar yang lain yaitu masyarakat
Siswa yang melaksanakan kegiatan belajar dengan baik kemungkinan
kecil mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar, sebaliknya siswa yang
kurang baik melakukan kegiatan belajar kemungkinan besar mengalami
kesulitan dalam kegiatan belajar. Ada siswa yang mengalami kesulitan dalam
kegiatan belajar walupun hanya sebagian kecil, dan siswa yang mengalami
kesulitan ini perlu mendapatkan perhatian dari guru mata pelajaran maupun
dari guru pembimbing. Adanya bimbingan belajar untuk dapat membantu
siswa yang sedang mengalami kesulitan dalam kegiatan belajar.
Bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai mata pelajaran di sekolah
yaitu buku-buku pelajaran maupun buku ilmu pengetahuan ditulis dengan
menggunakan Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia juga digunakan dalam
pengajaran di kelas sebagai bahan pengantar dan Bahasa Indonesia juga
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari. Dalam berbahasa Indonesia
siswa dan guru melakukan interaksi dan selanjutnya siswa melakukan kegiatan
belajar Bahasa Indonesia di rumah dengan cara belajar terstruktur dan belajar
mandiri.
C. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah suatu usaha yang membantu siswa dalam
memahami diri dan lingkungannya sehingga siswa dapat menyesuaikan diri
dengan baik dalam suasana belajar yaitu lebih teratur dan kontinyu melakukan
kegiatan belajar.
Kegiatan bimbingan belajar secara umum dilakukan oleh guru
pembimbing, namun guru mata pelajaran juga bisa melaksanakan bimbingan
belajar. Bimbingan belajar yang diberikan oleh guru pembimbing lebih
menekankan pemahaman siswa akan belajar, sikap belajar dan cara belajar
siswa dalam setiap mata pelajaran. Sedangkan bimbingan belajar yang
dilakukan oleh guru mata pelajaran lebih menekankan pada cara siswa
mengolah bahan mata pelajaran.
Bimbingan belajar siswa yang sedang mengalami kesulitan didalam
kegiatan belajar dalam mata pelajaran dapat dilakukan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan. Materi bimbingan terutama mengenai cara mempelajari
teks (sumber tertulis) dengan menerapkan metode SQ3R (Survey/S,
Question/Q, Read/R, Recite/R, Review/R. Metode SQ3R yang dikemukakan
oleh P. Robinson, 1961, dari Ohio State University, merupakan metode yang
digunakan untuk mempelajari bahan tertulis (buku, dll) dalam bentuk belajar
mandiri (Independen study) baik di rumah maupun di sekolah.
Latihan cara menggunakan metode belajar ini dilakukan dengan cara
membentuk kelompok; setiap kelompok berjumlah tiga orang siswa; setiap
kelompok berlatih mendalami metode ini secara bertahap sehingga siswa
menguasai metode belajar tersebut. Metode SQ3R tidak hanya diterapkan
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tetapi dapat diterapkan dalam semua
mata pelajaran.
Dalam proses belajar di sekolah maupun di rumah biasanya ada siswa
yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Secara individual siswa
dibantu dengan cara memberikan layanan bimbingan belajar sesuai dengan
masalah yang sedang dihadapinya. Dengan memberikan layanan bimbingan
akademik secara individual maupun kelompok kepada siswa yang sedang
menghadapi kesulitan/hambatan dalam kegiatan belajarnya, diharapkan siswa
akan segera dapat mengatasi kesulitan /hambatan tersebut.
Dalam kegiatan belajar antara siswa putra dan siswa putri diperlakukan
sama. Siswa putra dan siswa putri sama-sama memperoleh bimbingan dari
guru dan selanjutnya masing-masing siswa berusaha melakukan kegiatan
belajar. Siswa yang melakukan kegiatan belajar dengan baik yaitu siswa yang
belajar secara teratur dan bertahap. Kemungkinan kecil ia akan mengalami
kesulitan dalam belajar. Sebaliknya siswa yang melakukan kegiatan belajar
dengan kurang baik yaitu siswa yang dalam belajar tidak teratur, malas
membaca buku-buku pelajaran kemungkinan besar akan mengalami
hambatan/kesulitan dalam kegiatan belajar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini memuat kesimpulan dan saran mengenai pelayanan
bimbingan belajar di SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004.
A. Kesimpulan
Hasil penelitian mengenai kesulitan kegiatan belajar dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas II SMU Bopkri II Yogyakarta tahun ajaran 2003/2004
adalah sebagai berikut :
1. Gambaran umum
a. Jumlah siswa yang mengalami tingkat kesulitan rendah lebih banyak
daripada jumlah siswa mengalami tingkat kesulitan tinggi dalam
kegiatan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Tingkat kesulitan kegiatan belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia tidak bergantung pada jenis kelamin siswa.
2. Hasil pengujian hipotesis
Tidak ada perbedaan tingkat kesulitan kegiatan belajar dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia antara siswa putra dan siswa putri. kegiatan
belajar itu bergantung pada masing-masing individu. Siswa yang
melaksanakan kegiatan belajar dengan baik akan lebih kecil kemungkinan
mengalami kesulitan, sedangkan siswa yang kurang melaksanakan
kegiatan belajar dengan baik kemungkinan besar mengalami kesulitan
dalam belajar.
Layanan bimbingan belajar secara individual maupun kelompok bagi
siswa yang mengalami kesulitan/hambatan dalam kegiatan belajar
bertujuan agar siswa akan segera dapat mengatasi kesulitan /hambatan
dalam kegiatan belajar baik di sekolah maupun di rumah.
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil penelitian mengenai tingkat kesulitan kegiatan belajar
siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dikemukakan beberapa saran
yang berikut :
1. Kegiatan sekolah, khususnya kegiatan bimbingan dan konseling terus
dikembangkan dengan kerjasama yang baik antara guru pembimbing
dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan staf-staf pengajar yang
lain, demi perkembangan siswa.
2. Kegiatan belajar para siswa SMU Bopkri II, umumnya baik dan perlu
dikembangkan,
3. Siswa diharapkan untuk terus melatih ketrampilan belajar, seperti yang
telah dikemukakan dalam bab III, yaitu dengan menerapkan metode SQ3R
dalam kegiatan belajar karena metode SQ3R dapat diterapkan untuk semua
bidang mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, H. Abu dan Widodo.(1991). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Depdikbid.(1995). Kurikulum sekolah Menengah (GBPP); Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia. Jakarta. Fuad Hasan.(1989). Undang-Undang Republik Sistim Pendidikan Nasional.
Jakarta : Cv Eko Jaya. Furchan, Arief.(1982). Pengantar Penelitian Dan Pendidikan. Surabaya:
Usaha Nasional.
Garet, Hendri.(1976). Statistik in Psychology and Education. London: Longmas, Green and Co.
Hurlock, Elizabeth B.(1980). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga Hurlock, Elizabeth B.(1997). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga Masidjo.(1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Najib, Aminudin.(1995). Layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
berdasarkan kurikulum 1994. Oemar, Hamalik N.(1983). Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung Pringgawidagda, Suwarno.(2002). Strategi Penguasaan Berbahasa.
Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. Singarimbun dan Effendi.(1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta :
LP3ES. Singer Harry dan Donland.(1980). Reading And Learning From Text.
Boston Toronto : Little, Brown and Company. Slameto, Drs.(1988). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta : Bina Aksara. Sudjana dan Ibrahim.(1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan.Bandung
: Sinar Baru. Surtisno Hadi.(1996). Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset.