s e0551 054929 chapter3 -...

23
38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan. Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis dan bersifat reflektif yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran guna meningkatkan kualitas proses belajar di kelas. Penelitian tindakan kelas mempunyai banyak model. Peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai dengan kemampuan peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model Mckernan misalnya, akan lebih tepat apabila model itu dipilih. Akan tetapi, apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari pengalaman lain, maka peneliti boleh saja memilih model yang lain. (Basrowi dan Suwandi, 2008: 65). Berdasarkan pada pendapat di atas, maka penulis akan menggunakan model yang diadopsi dari Hopkins. Dimana seperti model-model lain terdapat empat komponen penting dalam tiap siklusnya seperti rencana, tindakan, pengamatan, refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi.

Upload: trinhnhu

Post on 05-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau

dalam bahasa inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan salah

satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan

untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK

merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.

Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis dan bersifat reflektif yang

dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran guna

meningkatkan kualitas proses belajar di kelas.

Penelitian tindakan kelas mempunyai banyak model. Peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai dengan kemampuan peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model Mckernan misalnya, akan lebih tepat apabila model itu dipilih. Akan tetapi, apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari pengalaman lain, maka peneliti boleh saja memilih model yang lain. (Basrowi dan Suwandi, 2008: 65).

Berdasarkan pada pendapat di atas, maka penulis akan menggunakan model

yang diadopsi dari Hopkins. Dimana seperti model-model lain terdapat empat

komponen penting dalam tiap siklusnya seperti rencana, tindakan, pengamatan,

refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat

mengalami modifikasi.

Page 2: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

39

2. Tindakan

Ke siklus berikutnya jika permasalahan belum terselesaikan

1. Rencana

2. Tindakan 4. Refleksi

3. Observasi

4. Refleksi

1. Rencana

3. Observasi

SIKLUS 2

SIKLUS 1

Gambar 3.1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Hopkins (Muliawan, R. 2009: 35)

B. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, melakukan

tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang

kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya

adalah kegiatan atau aktivitas siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis

sistem bahan bakar bensin dengan penerapan pembelajaran experiential learning.

Penelitian ini merupakan PTK, sehingga dalam penelitian ini peneliti

melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi

pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin untuk memperoleh hasil yang

optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya

tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Peneliti selalu bekerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar

kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin, mulai dari dialog

awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau pemantauan

Page 3: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

40

(observasi), perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan, serta

evaluasi. Rancangan penelitian tindakan kelas disusun menggunakan prosedur

sebagai berikut:

1. Dialog Awal

Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar permasalahan

yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini meliputi hasil belajar

siswa dalam mengajukan pertanyaan secara lisan di dalam kelas, nilai rata-rata

ulangan harian kelas dan pengamatan kegiatan praktek.

2. Perencanaan (Planning)

Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang

matang, maka pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan, yaitu:

a. Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus

adalah sub pokok bahasan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem

bahan bakar bensin, yaitu pengenalan komponen utama, cara

pembongkaran, pemeriksaan dan pemasangannya. Dimana setiap siklusnya

dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.

b. Mengumpulkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan hasil belajar

siswa yang bermanfaat bagi pembelajaran pada penelitian dengan

kesepakatan guru standar kompetensi pemeliharaan sistem bahan

bakar bensin dan peneliti, proses pembelajaran akan dilaksanakan

dengan model pembelajaran experiential learning.

c. Membuat kesepakatan bersama guru produkti f untuk standar

Page 4: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

41

kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin

untuk menetapkan materi yang diajarkan.

d. Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran

seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan.

e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru berlatih bersama

untuk menyamakan persepsi dalam proses pembelajaran yang akan

dilaksanakan.

f. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi

yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang

digunakan berupa:

1) Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kegiatan

guru selama proses belajar mengajar;

2) Lembar observasi aktivitas siswa digunakan sebagai alat observasi

untuk melihat kegiatan siswa padap roses belajar mengajar;

3) Lembar observasi catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan

dan mencatat temuan penting aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran berlangsung.

g. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan hasil

pelaksanaan tindakan dengan obsever setelah selesai pelaksanaan tindakan

dan observasi untuk setiap siklusnya.

Page 5: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

42

3. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)

Kegiatan yang menjadi pusat perhatian dalam PTK adalah tindakan yang

dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

Arikunto (2002: 18) mengatakan bahwa “tahap kedua dari penelitian tindakan

adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,

yaitu mengenai tindakan di kelas”. Pelaksanaan siklus kesatu merupakan

permulaan dari pembelajaran experiential learning.

Adapun tahap-tahap pelaksanaan tindakan di kelas adalah sebagai berikut:

a. Pembukaan, yang terdiri dari pengabsenan, pengecekan peralatan tulis,

mengingatkan materi yang akan dibahas.

b. Penyajian materi. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru

pelaku. Materi yang akan disampaikan pada setiap siklus sesuai dengan

yang telah direncanakan.

c. Proses kegiatan praktek laksanakan secara individu berdasarkan job

sheet. Dalam kegiatan ini guru memberikan job sheet cara

pembongkaran, pemeriksaan, dan pemasangan komponen sistem bahan

bakar bensin yang harus dikerjakan oleh siswa secara personal di

workshop. Siswa dituntut mampu berkerja secara individu sesuai dengan

SOP dan mampu memahami fungsi dan prosedur pembongkaran

komponen-komponen sistem bahan bakar bensin. Posisi guru dalam

kegiatan ini hanya sebagai fasilitator dan tidak turut campur terlalu jauh.

Keaktifan dan keseriusan sangat menentukan keberhasilan proses belajar

Page 6: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

43

mengajar. Kegiatan pembelajaran dipantau oleh para observer yang akan

mencatat setiap kejadian di workshop pada lembar observasi.

d. Setelah proses pembelajaran selesai, guru memberikan post test yang

bertujuan untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa setiap sub

pokok bahasan pada setiap siklusnya.

e. Tahap penghargaan hasil belajar. Nilai post test tiap siswa dalam masing-

masing akan dibandingkan. Siswa yang memperoleh nilai paling tinggi

berhak mendapat penghargaan. Jenis penghargaan yang diberikan itu

tergantung kebijaksanaan dari guru pengajar.

4. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observe)

Langkah ketiga dalam prosedur PTK adalah melakukan pengamatan. Hal-

hal yang diamati adalah aktivitas siswa, aktivitas guru, dan proses pembelajaran.

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakanya tindakan. Dalam

penelitian ini peneliti dibantu oleh beberapa observer yang akan mengamati

jalannya proses belajar mengajar dari siklus kesatu sampai siklus ketiga.

Melalui tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat hal-hal

yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini

dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah

tersusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan

dari waktu ke waktu, serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.

Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes) atau data yang

menggambarkan keaktifan siswa. Berdasarkan data yang terkumpul tersebut

kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

Page 7: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

44

5. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, sintesis, interpretasi dan

eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian

tindakan. Sukaryana (Harianja, S. 2009: 63) menyatakan bahwa: ‘...refleksi adalah

melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan’.

Refleksi dilakukan setelah tindakan selesai. Lembar observasi merupakan

instrumen untuk mengumpulkan data dari hasil tindakan pada setiap siklus, yang

akan menjadi bahan refleksi selain data observasi langsung yang dilihat di kelas.

Pelaksanaannya dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer dan guru mata

pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar

bensin.

Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

a. Melakukan tahap pembinaan keakraban antar siswa dan guru dengan

siswa. Mengatur jadwal rencana pelaksanaan praktek siswa.

b. Pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas: rencana

pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan.

c. Membuat lembar observasi. Secara umum observasi dilakukan sebagai

upaya merekam setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan selama

tindakan berlangsung. Adapun hal-hal yang dapat diteliti dengan teknik

ini diantaranya aktivitas siswa, aktivitas guru, dan catatan lapangan.

Keuntungan yang dapat diperoleh melalui teknik observasi adalah dapat

memperoleh data mengenai pengalaman belajar pada saat itu juga secara

otentik dan mendalam. Lembar observasi digunakan untuk

Page 8: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

45

mengumpulkan data mengenai kegiatan siswa dan guru, selama

pembelajaran pokok bahasan sistem bahan bakar bensin dengan

pembelajaran experiential learning.

d. Adanya job sheet untuk setiap pokok bahasan. Job sheet ini nanti akan

dijadikan pedoman dalam melaksanakan praktek.

e. Alat evaluasi berupa: soal evaluasi post test individu pokok bahasan

pemeliharaan komponen sistem bahan bakar bensin dalam setiap

siklusnya.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus sebagai berikut:

a. Pada siklus kesatu akan diajarkan sub pokok bahasan pengenalan

komponen utama sistem bahan bakar bensin yang meliputi tangki,

saringan dan pompa bahan bakar berdasarkan tuntutan kerja. Indikator-

indikator yang diukur adalah:

1) Siswa mengetahui dan memahami fungsi:

a) Sistem bahan bakar;

b) Tangki bahan bakar

c) Saluran bahan bakar;

d) Saringan bahan bakar;

e) Pompa bahan bakar;

f) Karburator;

2) Siswa dapat melakukan pemariksaan saringan bahan bakar, selang,

dan pompa bahan bakar;

Page 9: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

46

3) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang selang,

saringan, dan pompa bahan bakar.

b. Pada siklus kedua sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah

pengenalan dan pembongkaran komponen karburator, yaitu karburator.

Indikator-indikator yang akan diukur adalah:

1) Siswa memahami prinsip kerja karburator;

2) Siswa memahami fungsi komponen-komponen karburator;

3) Siswa memahami cara kerja komponen-komponen karburator;

4) Siswa dapat melakukan pembongkaran karburator dan komponen-

komponennya;

5) Siswa dapat mebersihkan, identifikasi dan memasang komponen-

komponen karburator.

c. Pada siklus ketiga sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah

pemeriksaan, penyetelan dan perakitan komponen sistem bahan bakar

bensin, yaitu karburator dan komponen-komponennya. Indikator-

indikator yang akan diukur adalah:

1) Siswa memahami cara membongkar, memeriksa, menyetel dan

merakit komponen-komponen karburator;

2) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang setiap

komponen karburator;

3) Siswa dapat menyetel karburator dan komponen-komponennya.

Page 10: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

47

C. Paradigma Penelitian

Untuk memperjelas langkah penelitian serta alur berpikir seorang penulis,

maka diperlukan adanya paradigma penelitian kemudian dijabarkan dalam

penjabaran penelitian. Maksud dari paradigma penelitian menurut Arikunto, S

(Muliawan, R. 2009: 43) adalah:

Paradigma atau model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variabel dengan variabel lainnya sehingga akan mudah untuk dirumuskan permasalahan dalam melakukan penelitian, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar

adalah penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tipe

experiential learning merupakan salah satu srategi yang dapat diterapkan dalam

standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin karena dapat

digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa. Semakin

banyak interaksi yang terjalin oleh siswa dalam berpikir dan menjawab berarti

tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa juga lebih tinggi, berpikir dan menjawab

dengan aktif diharapkan hasil belajar yang dicapai akan lebih meningkat.

Page 11: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

48

SISWA TEKNIK OTOMOTIF KELAS XI MO 1 SMKN 9 GARUT

TAHUN AJARAN 2010/2011

Penyebab Masalah:

1. Metode pembelajaran

bersifat teacher center

(Berpusat pada guru).

2. Metode pembelajaran yang

digunakan bersifat

konvensional.

3. Siswa kurang motivasi dalam

belajar.

4. Siswa kurang berani dalam

menyalurkan ide-idenya.

Model Pembelajaran Experiential

Learning

Hasil belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor)

Pre test Post test

Paradigma dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.2. Bagan Paradigma Penelitian

D. Lokasi dan Objek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilaksanakan penelitian. Adapun

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 9 Garut, yang beralamat di

Jalan Raya Bayongbong Garut Km. 7 (Panembong – Bayongbong – Garut).

Sekolah ini termasuk katagori kelompok SMK teknologi dan industri. SMKN 9

Garut memiliki 26 kelas yaitu kelas X sebanyak 10 kelas, kelas XI sebanyak 8

Page 12: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

49

kelas dan kelas XII sebanyak 8 kelas yang terdiri dari beberapa jurusan.

Lingkungan fisik sekolah belum tertata dengan cukup baik kerena masih

dalam proses pembangunan lebih lanjut, namun pengaturan dan pemeliharaan

ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lainnya sudah

lumayan baik. SMKN 9 Garut masuk ke dalam dari jalan raya Garut-Bayongbong,

yaitu di tengah sawah sehingga suasana belajar terasa cukup tenang.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dimana hasil penelitiannya

tidak bisa digeneralisasi. PTK tidak mengenal istilah populasi dan sampel,

malainkan objek penelitian. Hal ini dikerenakan hasil penelitiannya hanya berlaku

dalam lingkup kelas yang diteliti saja. Contoh, PTK di kelas A hasilnya bagus,

tidak bisa disimpulkan apabila penelitian dengan model yang sama dilakukan di

kelas B hasilnya akan sama.

Menurut Undang, G (2008: 48) “Objek penelitian PTK adalah mata

pelajaran dan siswa yang kita bina”. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas

XI MO 1 jurusan Mekanik Otomotif SMKN 9 Garut pada mata pelajaran

produktif dengan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar

bensin. Jumlah total siswa kelas XI MO 1 adalah 30 orang dan semuanya laki-

laki. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek peningkatan hasil belajar

siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin di

SMKN 9 Garut.

Page 13: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

50

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data penting sekali dalam mengungkap informasi untuk dijadikan solusi

bagi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengumpulkan

data-data dari hasil observasi, wawancara, pre test dan post test yang dilakukan

kepada siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar

bensin SMK Negeri 9 Garut.

2. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber,

seperti dari guru mata pelajaran, teman sejawat, dan tentunya dari siswa yang

akan dilihat peningkatan kemampuannya setelah dilakukan penerapan model

pembelajaran experiential learning dalam proses pembelajaran pada standar

kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Sumber data tersebut

diolah berdasarkan kebutuhan peneliti untuk melihat peningkatan-peningkatan

hasil belajar, yaitu peningkatan dalam aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.

F. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 102).

Selanjutnya Sugiyono (2009: 224) berpendapat bahwa:

Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

Page 14: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

51

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini

instrumen dan teknik pengumpulan data yang akan dibuat adalah meliputi pre test,

post test, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diproleh dari

instrument penelitian inilah akan diketahui sejauh mana peningkatan hasil belajar

pada setiap siklus PTK.

1. Wawancara

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti di sisni adalah wawancara yang

sifatnya non formal seperti berbincang-bincang biasa. Hal-hal yang dibicarakan

adalah penelusuran tentang masalah-masalah apa yang menjadi hambatan dan

kesulitan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis

sistem bahan bakar bensin. Wawancara ini masuk dalam observasi awal yang

yang disebut wawancara pratindakan.

2. Lembar Test

Lembar tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah

kognitif. Penyusunan instrumen untuk tes ini berdasarkan indikator hasil belajar

yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal tes terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan materi tentang sub kompetensi pengenalan komponen-

komponen utama, prosedur pemeliharaan/servis komponen sistem bahan bakar

bensin. Soal tes tersebut terdiri dari 6 s/d 8 soal dan berbeda antara siklus pertama

dan siklus yang selanjutnya, hal itu dimaksudkan agar tes berlangsung lebih

Page 15: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

52

objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu pre test dan post

test. (Kisi-kisi dan soal pre test dan post test tiap siklus ada pada lampiran B.1

s/d B6 pada hal. 143 s/d 158)

a. Pre Test

Pre Test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum

pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran experiential

learning. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang

nantinya digunakan sebagai acuan dalam kemampuan prakteknya.

b. Post Test

Post test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan

peningkatan hasil belajar siswa sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran experiential learning pada standar kompetensi

pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin dengan kompetensi dasar

memelihara komponen sistem bahan bakar bensin. Soal-soal pada pre test sama

dengan soal-soal yang ada pada post test.

Tes ini akan menguji ranah kognitif siswa dengan tingkat hafalan,

pemahaman, dan aplikasi, adapun tes yang digunakan untuk pre test dan post test

merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan

kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu peneliti akan

melakukan uji validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas

instrumen, keterangan lebih jelas dapat dilihat di bawah ini:

Page 16: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

53

1) Uji Validitas Tes

Validitas item dari suatu tes merupakan ketepatan mengukur yang

dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes

sebagai suatu kesatuan) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat

butir item tersebut. Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat

menggunakan korelasi product momen yang dikemukakan oleh Person.

Dalam penelitian, besarnya koofesien antara dua variabel dirumuskan:

r( ) ( )( )

[ ] [ ]∑ ∑∑ ∑

∑∑∑

−−

−=

2222 )()()()( yynxxn

yxxynxy (Sugiyono, 2009: 183)

Dimana: r xy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y

x : Skor tiap butir soal y : Skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa n : Skor total

∑ xy : Jumlah perkalian xy

Ukuran kevaliditasan suatu butir soal dapat dilihat dari interpretasi besarnya

koofesien korelasi adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1. Kriteria Validitas

Interval Kooefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2009: 184)

2) Uji Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes yang dimaksud berfungsi sebagai tingkat keajegan

(konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk

Page 17: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

54

menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Reliabilitas

bentuk diuraikan menggunakan product momen dahulu, yaitu:

r( ) ( )( )

[ ] [ ]∑ ∑∑ ∑

∑∑∑

−−

−=

2222 )()()()( yynxxn

yxxynxy (Arikunto, 1993: 69)

Dimana:

rxy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y

Kemudian untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan model

belah dua (split-half method), yaitu:

)1(

2

2/21/1

2/21/1

r

rrii +

×= (Arikunto, 1993: 88)

Untuk menginterpretasikan koofesien korelasi yang diperoleh, kita

interpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.2. Interpretasi Koofesien Korelasi Reliabilitas

rxy Interpretasi 0,81 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61 < rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,41 < rxy ≤ 0,60 Cukup 0,21 < rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 1993: 71)

3) Daya Pembeda Tes

Daya pembeda yang dimaksud adalah kemampuan suatu soal untuk

membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang berkemampuan

rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu

menentukan skor total siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah.

Kemudian ambil beberapa sampel dari kelompok atas dan dari kelompok

Page 18: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

55

bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus:

D = Jb

Bb

Ja

Ba − (Arikunto, 1993: 216)

Dimana:

D = Indek daya pembeda item suatu soal tertentu;

Ba = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang menjawab benar;

Bb = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang menjawab benar;

Ja = Banyaknya peserta kelompok atas;

Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah.

Nilai daya pembeda (D) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada

katagori sebagai berikut:

Tabel 3.3. Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes

Daya Pembeda Kriteria <0,00 Sebaiknya soal dibuang

0,00-0,20 Jelek (poor) 0,21-0,40 Cukup (statis factory) 0,41-0,70 Baik (good) 0,71-1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 1993: 221)

4) Taraf Kesukaran Tes

Arikunto (1993: 210) menyatakan bahwa “bilangan yang menunjukan

sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran”. Untuk menghitung

taraf kesukaran digunakan rumus:

F = Js

B (Arikunto, 1993: 210)

Dimana:

F = Indeks Kesukaran;

Page 19: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

56

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar;

Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes.

Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran (F) tiap item soal tiap

tahap dilakukan dengan interpretasi terhadap standar F sebagai berikut:

Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 1993: 212)

3. Lembar Observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis

terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian” (Sukmadinata, 2008: 220).

Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan dokumentasi

hal-hal yang terjadi selama proses berlangsungnya tindakan. Untuk mendapatkan

data-data keaktifan siswa selama proses kegiatan belajar-mengajar berlangsung.

(Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang diobservasi guru dan siswa

dapat dilihat pada lembar observasi dilampiran D.1, D.2, D.3, dan D.4 pada hal.

172 s/d 179)

4. Dokumentasi

Dokumentasi di sini merupakan cara untuk memperoleh data dari

responden. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti dimungkinkan untuk

memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen

yang didapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan

Page 20: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

57

kemampuan siswa sebelum dilakukan tindakan hingga tindakan selesai

dilaksanakan. Dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto.

(Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang didokumentasikan guru dan

siswa dapat dilihat pada lampiran F.2 pada hal. 197 s/d 200)

G. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data

1. Teknik Analisis Data

Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, data yang sudah terkumpul

harus diolah dan dianalisis. Menganalisa data berarti memilah, mengelompokkan

atau menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuknya sehingga hasilnya

dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai. Tegasnya analisis dapat membantu

peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban masalah penelitian dapat

ditemukan. Prosesnya meliputi pengelompokkan hasil pengamatan dengan

menghitung frekuensi, tanda cek, dan seterusnya. Data hasil observasi penelitian

ini untuk kepentingan analisis digunakan teknik statistik deskriptif (prosentase,

perhitungan rata-rata).

Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif. Data

yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes seta data kualitatif yang

menggambarkan keaktifan siswa dan antusias siswa. Data kuantitatif adalah data

yang diperoleh dari tes I, tes II, tes III dan data pengamatan dengan lembar

penilaian dianalisis secara kuantitatif. Perbandingan antara nilai rata-rata kelas

antara tes I, tes II dan tes III digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan

nilai dengan menggunakan analisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas

pada post test lebih besar dari pre test, maka ada peningkatan hasil belajar.

Page 21: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

58

2. Interpretasi Data

a. Keterlaksanaan Model

Keterlaksanaan model dapat diinterpretasikan dari hasil observasi

terhadap guru yang diisi oleh guru standar kompetensi pemeliharaan/servis

sistem bahan bakar bensin atau observer (untuk lembar observasi sudah

terlampir pada lampiran), adapun interpretasinya disepakati secara bersama-

sama antara peneliti dan observer, adapun interpretasinya adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.5. Interpretasi Skor Keterlaksanaan Model Pembelajaran

b. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek kognitif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah

peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre test dan post

test, skor yang didapatkan tersebut kemudian diolah. Data-data tersebut

kemudian diinterpretasikan kedalam indek prestasi (IP), adapun

interpretasinya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Interpretasi IP untuk Aspek Kognitif

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat rendah 2 31,00 – 54,00 Rendah 3 55,00 – 74,00 Sedang 4 75,00 – 89,00 Tinggi 5 90,00 – 100,0 Sangat tinggi

Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 75)

Skor Interpretasi 1 Kurang 2 Sedang 3 Baik 4 Baik Sekali

Page 22: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

59

c. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Psikomotor

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat

diperoleh setelah hasil dari lembar observasi siswa aspek psikomotor diolah

(lampiran) hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk IP

aspek psikomotor, sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Psikomotor

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat Kurang Terampil 2 31,00 – 54,00 Kurang Terampil 3 55,00 – 74,00 Cukup Terampil 4 75,00 – 89,00 Terampil 5 90,00 – 100,0 Sangat Terampil

Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 76)

d. Hasil Belajar Pada Aspek Afektif

Peningkatan kemampuan siswa pada aspek afektif dapat terlihat apabila

data-data yang dihasilkan dari lembar observasi siswa pada aspek afektif

sudah diperoleh. Sedangkan untuk hasil observasinya terdapat pada lampiran.

lembar obsevasi ini kemudian di interpretasikan dalam bentuk IP aspek

afektif, sebagai berikut:

Tabel 3.8. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Afektif

No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat Negatif 2 31,00 – 54,00 Negatif 3 55,00 – 74,00 Netral 4 75,00 – 89,00 Positif 5 90,00 – 100,0 Sangat Positif

Panggabean, LP (Muliawan, R. 2009: 55)

Page 23: S E0551 054929 chapter3 - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_e0551_054929_chapter3.pdf · seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan. e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran,

60

3. Gain Ternormalisasi (N-Gain)

Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah

mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post

test) dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana

yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan

siswa yang memiliki gain 2 dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan nilai maksimal 8.

Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara

logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama.

Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih

berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang

memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama.

Hake (Muliawan, R. 2009: 55) mengembangkan sebuah alternatif untuk

menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). Gain

ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah

ini:

N–Gain = ���� ��� ������ �� �

���� ��������� �� � Hake (Muliawan, R. 2009: 55)

Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.9. Kriteria Normalized Gain

Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain

0,70 <N-Gain Tinggi

0,30 <N-Gain< 0,70 Sedang

N-Gain < 0,30 Rendah

Hake (Muliawan, R. 2009: 56)