s e0551 054929 chapter3 -...
TRANSCRIPT
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
dalam bahasa inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan salah
satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan
untuk memperbaiki, dan atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. PTK
merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.
Singkatnya PTK merupakan penelitian praktis dan bersifat reflektif yang
dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki praktik pembelajaran guna
meningkatkan kualitas proses belajar di kelas.
Penelitian tindakan kelas mempunyai banyak model. Peneliti dapat memilih salah satu model yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dalam pemilihan model tidak ada pertimbangan baku, hanya saja, peneliti disarankan memilih salah satu model yang sesuai dengan kemampuan peneliti. Apabila peneliti telah familier dengan model Mckernan misalnya, akan lebih tepat apabila model itu dipilih. Akan tetapi, apabila peneliti menghendaki suasana lain atau mencari pengalaman lain, maka peneliti boleh saja memilih model yang lain. (Basrowi dan Suwandi, 2008: 65).
Berdasarkan pada pendapat di atas, maka penulis akan menggunakan model
yang diadopsi dari Hopkins. Dimana seperti model-model lain terdapat empat
komponen penting dalam tiap siklusnya seperti rencana, tindakan, pengamatan,
refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat
mengalami modifikasi.
39
2. Tindakan
Ke siklus berikutnya jika permasalahan belum terselesaikan
1. Rencana
2. Tindakan 4. Refleksi
3. Observasi
4. Refleksi
1. Rencana
3. Observasi
SIKLUS 2
SIKLUS 1
Gambar 3.1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Hopkins (Muliawan, R. 2009: 35)
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, melakukan
tindakan, observasi dan refleksi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang
kembali pada siklus-siklus berikutnya. Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya
adalah kegiatan atau aktivitas siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis
sistem bahan bakar bensin dengan penerapan pembelajaran experiential learning.
Penelitian ini merupakan PTK, sehingga dalam penelitian ini peneliti
melakukan kerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi
pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin untuk memperoleh hasil yang
optimal melalui cara dan prosedur paling efektif, sehingga dimungkinkan adanya
tindakan yang berulang dengan revisi untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Peneliti selalu bekerja sama dengan guru mata pelajaran produktif standar
kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin, mulai dari dialog
awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan atau pemantauan
40
(observasi), perenungan (refleksi) pada setiap tindakan yang dilakukan, serta
evaluasi. Rancangan penelitian tindakan kelas disusun menggunakan prosedur
sebagai berikut:
1. Dialog Awal
Dialog awal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana akar permasalahan
yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini meliputi hasil belajar
siswa dalam mengajukan pertanyaan secara lisan di dalam kelas, nilai rata-rata
ulangan harian kelas dan pengamatan kegiatan praktek.
2. Perencanaan (Planning)
Keberhasilan suatu tindakan akan ditentukan dengan perencanaan yang
matang, maka pada tahap ini dilakukan beberapa perencanaan, yaitu:
a. Menetapkan jumlah siklus, yaitu tiga siklus. Materi pada setiap siklus
adalah sub pokok bahasan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem
bahan bakar bensin, yaitu pengenalan komponen utama, cara
pembongkaran, pemeriksaan dan pemasangannya. Dimana setiap siklusnya
dilakukan satu kali tatap muka pembelajaran.
b. Mengumpulkan informasi tentang hal yang berkaitan dengan hasil belajar
siswa yang bermanfaat bagi pembelajaran pada penelitian dengan
kesepakatan guru standar kompetensi pemeliharaan sistem bahan
bakar bensin dan peneliti, proses pembelajaran akan dilaksanakan
dengan model pembelajaran experiential learning.
c. Membuat kesepakatan bersama guru produkti f untuk standar
41
kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin
untuk menetapkan materi yang diajarkan.
d. Merancang program pembelajaran, yang meliputi rencana pembelajaran
seperti silabus, RPP dan soal-soal latihan.
e. Sebelum pelaksanaan pembelajaran, peneliti dan guru berlatih bersama
untuk menyamakan persepsi dalam proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
f. Menetapkan cara observasi, yaitu dengan menggunakan format observasi
yang telah disiapkan sebelumnya dimana observasi dilaksanakan secara
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Format observasi yang
digunakan berupa:
1) Lembar observasi aktivitas guru digunakan untuk melihat kegiatan
guru selama proses belajar mengajar;
2) Lembar observasi aktivitas siswa digunakan sebagai alat observasi
untuk melihat kegiatan siswa padap roses belajar mengajar;
3) Lembar observasi catatan lapangan digunakan untuk mendeskripsikan
dan mencatat temuan penting aktivitas guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung.
g. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, dengan cara mendiskusikan hasil
pelaksanaan tindakan dengan obsever setelah selesai pelaksanaan tindakan
dan observasi untuk setiap siklusnya.
42
3. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action)
Kegiatan yang menjadi pusat perhatian dalam PTK adalah tindakan yang
dilakukan untuk memecahkan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.
Arikunto (2002: 18) mengatakan bahwa “tahap kedua dari penelitian tindakan
adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu mengenai tindakan di kelas”. Pelaksanaan siklus kesatu merupakan
permulaan dari pembelajaran experiential learning.
Adapun tahap-tahap pelaksanaan tindakan di kelas adalah sebagai berikut:
a. Pembukaan, yang terdiri dari pengabsenan, pengecekan peralatan tulis,
mengingatkan materi yang akan dibahas.
b. Penyajian materi. Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai guru
pelaku. Materi yang akan disampaikan pada setiap siklus sesuai dengan
yang telah direncanakan.
c. Proses kegiatan praktek laksanakan secara individu berdasarkan job
sheet. Dalam kegiatan ini guru memberikan job sheet cara
pembongkaran, pemeriksaan, dan pemasangan komponen sistem bahan
bakar bensin yang harus dikerjakan oleh siswa secara personal di
workshop. Siswa dituntut mampu berkerja secara individu sesuai dengan
SOP dan mampu memahami fungsi dan prosedur pembongkaran
komponen-komponen sistem bahan bakar bensin. Posisi guru dalam
kegiatan ini hanya sebagai fasilitator dan tidak turut campur terlalu jauh.
Keaktifan dan keseriusan sangat menentukan keberhasilan proses belajar
43
mengajar. Kegiatan pembelajaran dipantau oleh para observer yang akan
mencatat setiap kejadian di workshop pada lembar observasi.
d. Setelah proses pembelajaran selesai, guru memberikan post test yang
bertujuan untuk mengukur sejauh mana daya serap siswa setiap sub
pokok bahasan pada setiap siklusnya.
e. Tahap penghargaan hasil belajar. Nilai post test tiap siswa dalam masing-
masing akan dibandingkan. Siswa yang memperoleh nilai paling tinggi
berhak mendapat penghargaan. Jenis penghargaan yang diberikan itu
tergantung kebijaksanaan dari guru pengajar.
4. Tahap Pelaksanaan Pengamatan (Observe)
Langkah ketiga dalam prosedur PTK adalah melakukan pengamatan. Hal-
hal yang diamati adalah aktivitas siswa, aktivitas guru, dan proses pembelajaran.
Pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakanya tindakan. Dalam
penelitian ini peneliti dibantu oleh beberapa observer yang akan mengamati
jalannya proses belajar mengajar dari siklus kesatu sampai siklus ketiga.
Melalui tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat hal-hal
yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini
dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah
tersusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario tindakan
dari waktu ke waktu, serta dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa.
Data yang dikumpulkan dapat berupa data kuantitatif (hasil tes) atau data yang
menggambarkan keaktifan siswa. Berdasarkan data yang terkumpul tersebut
kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
44
5. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, sintesis, interpretasi dan
eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang diperoleh dari penelitian
tindakan. Sukaryana (Harianja, S. 2009: 63) menyatakan bahwa: ‘...refleksi adalah
melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan’.
Refleksi dilakukan setelah tindakan selesai. Lembar observasi merupakan
instrumen untuk mengumpulkan data dari hasil tindakan pada setiap siklus, yang
akan menjadi bahan refleksi selain data observasi langsung yang dilihat di kelas.
Pelaksanaannya dilakukan oleh peneliti bersama dengan observer dan guru mata
pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar
bensin.
Secara rinci dijelaskan sebagai berikut:
a. Melakukan tahap pembinaan keakraban antar siswa dan guru dengan
siswa. Mengatur jadwal rencana pelaksanaan praktek siswa.
b. Pengembangan perangkat pembelajaran yang terdiri atas: rencana
pelaksanaan pembelajaran pokok bahasan.
c. Membuat lembar observasi. Secara umum observasi dilakukan sebagai
upaya merekam setiap peristiwa dan kegiatan yang dilakukan selama
tindakan berlangsung. Adapun hal-hal yang dapat diteliti dengan teknik
ini diantaranya aktivitas siswa, aktivitas guru, dan catatan lapangan.
Keuntungan yang dapat diperoleh melalui teknik observasi adalah dapat
memperoleh data mengenai pengalaman belajar pada saat itu juga secara
otentik dan mendalam. Lembar observasi digunakan untuk
45
mengumpulkan data mengenai kegiatan siswa dan guru, selama
pembelajaran pokok bahasan sistem bahan bakar bensin dengan
pembelajaran experiential learning.
d. Adanya job sheet untuk setiap pokok bahasan. Job sheet ini nanti akan
dijadikan pedoman dalam melaksanakan praktek.
e. Alat evaluasi berupa: soal evaluasi post test individu pokok bahasan
pemeliharaan komponen sistem bahan bakar bensin dalam setiap
siklusnya.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada setiap siklus sebagai berikut:
a. Pada siklus kesatu akan diajarkan sub pokok bahasan pengenalan
komponen utama sistem bahan bakar bensin yang meliputi tangki,
saringan dan pompa bahan bakar berdasarkan tuntutan kerja. Indikator-
indikator yang diukur adalah:
1) Siswa mengetahui dan memahami fungsi:
a) Sistem bahan bakar;
b) Tangki bahan bakar
c) Saluran bahan bakar;
d) Saringan bahan bakar;
e) Pompa bahan bakar;
f) Karburator;
2) Siswa dapat melakukan pemariksaan saringan bahan bakar, selang,
dan pompa bahan bakar;
46
3) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang selang,
saringan, dan pompa bahan bakar.
b. Pada siklus kedua sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah
pengenalan dan pembongkaran komponen karburator, yaitu karburator.
Indikator-indikator yang akan diukur adalah:
1) Siswa memahami prinsip kerja karburator;
2) Siswa memahami fungsi komponen-komponen karburator;
3) Siswa memahami cara kerja komponen-komponen karburator;
4) Siswa dapat melakukan pembongkaran karburator dan komponen-
komponennya;
5) Siswa dapat mebersihkan, identifikasi dan memasang komponen-
komponen karburator.
c. Pada siklus ketiga sub pokok bahasan yang akan diajarkan adalah
pemeriksaan, penyetelan dan perakitan komponen sistem bahan bakar
bensin, yaitu karburator dan komponen-komponennya. Indikator-
indikator yang akan diukur adalah:
1) Siswa memahami cara membongkar, memeriksa, menyetel dan
merakit komponen-komponen karburator;
2) Siswa dapat membongkar, memeriksa dan memasang setiap
komponen karburator;
3) Siswa dapat menyetel karburator dan komponen-komponennya.
47
C. Paradigma Penelitian
Untuk memperjelas langkah penelitian serta alur berpikir seorang penulis,
maka diperlukan adanya paradigma penelitian kemudian dijabarkan dalam
penjabaran penelitian. Maksud dari paradigma penelitian menurut Arikunto, S
(Muliawan, R. 2009: 43) adalah:
Paradigma atau model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan berbagai variabel dengan variabel lainnya sehingga akan mudah untuk dirumuskan permasalahan dalam melakukan penelitian, pemilihan teori yang relevan, rumusan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen penelitian, teknik analisa yang akan digunakan serta kesimpulan yang diharapkan.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar mengajar
adalah penggunaan strategi pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran tipe
experiential learning merupakan salah satu srategi yang dapat diterapkan dalam
standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin karena dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa. Semakin
banyak interaksi yang terjalin oleh siswa dalam berpikir dan menjawab berarti
tingkat pengetahuan dan keaktifan siswa juga lebih tinggi, berpikir dan menjawab
dengan aktif diharapkan hasil belajar yang dicapai akan lebih meningkat.
48
SISWA TEKNIK OTOMOTIF KELAS XI MO 1 SMKN 9 GARUT
TAHUN AJARAN 2010/2011
Penyebab Masalah:
1. Metode pembelajaran
bersifat teacher center
(Berpusat pada guru).
2. Metode pembelajaran yang
digunakan bersifat
konvensional.
3. Siswa kurang motivasi dalam
belajar.
4. Siswa kurang berani dalam
menyalurkan ide-idenya.
Model Pembelajaran Experiential
Learning
Hasil belajar (Kognitif, Afektif dan Psikomotor)
Pre test Post test
Paradigma dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2. Bagan Paradigma Penelitian
D. Lokasi dan Objek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana dilaksanakan penelitian. Adapun
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMKN 9 Garut, yang beralamat di
Jalan Raya Bayongbong Garut Km. 7 (Panembong – Bayongbong – Garut).
Sekolah ini termasuk katagori kelompok SMK teknologi dan industri. SMKN 9
Garut memiliki 26 kelas yaitu kelas X sebanyak 10 kelas, kelas XI sebanyak 8
49
kelas dan kelas XII sebanyak 8 kelas yang terdiri dari beberapa jurusan.
Lingkungan fisik sekolah belum tertata dengan cukup baik kerena masih
dalam proses pembangunan lebih lanjut, namun pengaturan dan pemeliharaan
ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang lainnya sudah
lumayan baik. SMKN 9 Garut masuk ke dalam dari jalan raya Garut-Bayongbong,
yaitu di tengah sawah sehingga suasana belajar terasa cukup tenang.
2. Objek Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dimana hasil penelitiannya
tidak bisa digeneralisasi. PTK tidak mengenal istilah populasi dan sampel,
malainkan objek penelitian. Hal ini dikerenakan hasil penelitiannya hanya berlaku
dalam lingkup kelas yang diteliti saja. Contoh, PTK di kelas A hasilnya bagus,
tidak bisa disimpulkan apabila penelitian dengan model yang sama dilakukan di
kelas B hasilnya akan sama.
Menurut Undang, G (2008: 48) “Objek penelitian PTK adalah mata
pelajaran dan siswa yang kita bina”. Objek dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XI MO 1 jurusan Mekanik Otomotif SMKN 9 Garut pada mata pelajaran
produktif dengan standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar
bensin. Jumlah total siswa kelas XI MO 1 adalah 30 orang dan semuanya laki-
laki. Fokus utama penelitian ini terletak pada aspek peningkatan hasil belajar
siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin di
SMKN 9 Garut.
50
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data penting sekali dalam mengungkap informasi untuk dijadikan solusi
bagi permasalahan yang ada. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengumpulkan
data-data dari hasil observasi, wawancara, pre test dan post test yang dilakukan
kepada siswa pada standar kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar
bensin SMK Negeri 9 Garut.
2. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber,
seperti dari guru mata pelajaran, teman sejawat, dan tentunya dari siswa yang
akan dilihat peningkatan kemampuannya setelah dilakukan penerapan model
pembelajaran experiential learning dalam proses pembelajaran pada standar
kompetensi pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin. Sumber data tersebut
diolah berdasarkan kebutuhan peneliti untuk melihat peningkatan-peningkatan
hasil belajar, yaitu peningkatan dalam aspek kognitif, psikomotor, dan afektif.
F. Instrumen dan Teknik Pengumpul Data
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Karena pada prinsipnya meneliti melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2009: 102).
Selanjutnya Sugiyono (2009: 224) berpendapat bahwa:
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
51
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian tindakan kelas ini
instrumen dan teknik pengumpulan data yang akan dibuat adalah meliputi pre test,
post test, observasi, dan dokumentasi. Berdasarkan data yang diproleh dari
instrument penelitian inilah akan diketahui sejauh mana peningkatan hasil belajar
pada setiap siklus PTK.
1. Wawancara
Wawancara yang dilakukan oleh peneliti di sisni adalah wawancara yang
sifatnya non formal seperti berbincang-bincang biasa. Hal-hal yang dibicarakan
adalah penelusuran tentang masalah-masalah apa yang menjadi hambatan dan
kesulitan guru mata pelajaran produktif standar kompetensi pemeliharaan/servis
sistem bahan bakar bensin. Wawancara ini masuk dalam observasi awal yang
yang disebut wawancara pratindakan.
2. Lembar Test
Lembar tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah
kognitif. Penyusunan instrumen untuk tes ini berdasarkan indikator hasil belajar
yang hendak dicapai pada siklus-siklus pembelajaran. Soal-soal tes terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan materi tentang sub kompetensi pengenalan komponen-
komponen utama, prosedur pemeliharaan/servis komponen sistem bahan bakar
bensin. Soal tes tersebut terdiri dari 6 s/d 8 soal dan berbeda antara siklus pertama
dan siklus yang selanjutnya, hal itu dimaksudkan agar tes berlangsung lebih
52
objektif, selain itu tes dilakukan dua kali setiap siklusnya yaitu pre test dan post
test. (Kisi-kisi dan soal pre test dan post test tiap siklus ada pada lampiran B.1
s/d B6 pada hal. 143 s/d 158)
a. Pre Test
Pre Test digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum
pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran experiential
learning. Hasil pre test akan digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang
nantinya digunakan sebagai acuan dalam kemampuan prakteknya.
b. Post Test
Post test digunakan untuk mengukur kemajuan dan membandingkan
peningkatan hasil belajar siswa sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran experiential learning pada standar kompetensi
pemeliharaan/servis sistem bahan bakar bensin dengan kompetensi dasar
memelihara komponen sistem bahan bakar bensin. Soal-soal pada pre test sama
dengan soal-soal yang ada pada post test.
Tes ini akan menguji ranah kognitif siswa dengan tingkat hafalan,
pemahaman, dan aplikasi, adapun tes yang digunakan untuk pre test dan post test
merupakan soal yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan
kualitas instrumen terhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.
Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu peneliti akan
melakukan uji validitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas
instrumen, keterangan lebih jelas dapat dilihat di bawah ini:
53
1) Uji Validitas Tes
Validitas item dari suatu tes merupakan ketepatan mengukur yang
dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes
sebagai suatu kesatuan) dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat
butir item tersebut. Untuk mengetahui validitas item dari suatu tes dapat
menggunakan korelasi product momen yang dikemukakan oleh Person.
Dalam penelitian, besarnya koofesien antara dua variabel dirumuskan:
r( ) ( )( )
[ ] [ ]∑ ∑∑ ∑
∑∑∑
−−
−=
2222 )()()()( yynxxn
yxxynxy (Sugiyono, 2009: 183)
Dimana: r xy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y
x : Skor tiap butir soal y : Skor total yang diperoleh oleh masing-masing siswa n : Skor total
∑ xy : Jumlah perkalian xy
Ukuran kevaliditasan suatu butir soal dapat dilihat dari interpretasi besarnya
koofesien korelasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Validitas
Interval Kooefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat Rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2009: 184)
2) Uji Reliabilitas Tes
Reliabilitas tes yang dimaksud berfungsi sebagai tingkat keajegan
(konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk
54
menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak berubah-ubah). Reliabilitas
bentuk diuraikan menggunakan product momen dahulu, yaitu:
r( ) ( )( )
[ ] [ ]∑ ∑∑ ∑
∑∑∑
−−
−=
2222 )()()()( yynxxn
yxxynxy (Arikunto, 1993: 69)
Dimana:
rxy : Koofesien korelasi antara varibel x dan y
Kemudian untuk menghitung indeks reliabilitas menggunakan model
belah dua (split-half method), yaitu:
)1(
2
2/21/1
2/21/1
r
rrii +
×= (Arikunto, 1993: 88)
Untuk menginterpretasikan koofesien korelasi yang diperoleh, kita
interpretasikan sebagai berikut:
Tabel 3.2. Interpretasi Koofesien Korelasi Reliabilitas
rxy Interpretasi 0,81 < rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi 0,61 < rxy ≤ 0,80 Tinggi 0,41 < rxy ≤ 0,60 Cukup 0,21 < rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat rendah
(Arikunto, 1993: 71)
3) Daya Pembeda Tes
Daya pembeda yang dimaksud adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda tiap item soal terlebih dahulu
menentukan skor total siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah.
Kemudian ambil beberapa sampel dari kelompok atas dan dari kelompok
55
bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakan rumus:
D = Jb
Bb
Ja
Ba − (Arikunto, 1993: 216)
Dimana:
D = Indek daya pembeda item suatu soal tertentu;
Ba = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang menjawab benar;
Bb = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang menjawab benar;
Ja = Banyaknya peserta kelompok atas;
Jb = Banyaknya peserta kelompok bawah.
Nilai daya pembeda (D) yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan pada
katagori sebagai berikut:
Tabel 3.3. Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes
Daya Pembeda Kriteria <0,00 Sebaiknya soal dibuang
0,00-0,20 Jelek (poor) 0,21-0,40 Cukup (statis factory) 0,41-0,70 Baik (good) 0,71-1,00 Baik sekali (excellent)
(Arikunto, 1993: 221)
4) Taraf Kesukaran Tes
Arikunto (1993: 210) menyatakan bahwa “bilangan yang menunjukan
sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran”. Untuk menghitung
taraf kesukaran digunakan rumus:
F = Js
B (Arikunto, 1993: 210)
Dimana:
F = Indeks Kesukaran;
56
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar;
Js = Jumlah seluruh siswa peserta tes.
Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran (F) tiap item soal tiap
tahap dilakukan dengan interpretasi terhadap standar F sebagai berikut:
Tabel 3.4. Kriteria Tingkat Kesukaran
Tingkat Kesukaran Interpretasi 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 1993: 212)
3. Lembar Observasi
“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian” (Sukmadinata, 2008: 220).
Dalam penelitian ini, observasi merupakan upaya pengamatan dan dokumentasi
hal-hal yang terjadi selama proses berlangsungnya tindakan. Untuk mendapatkan
data-data keaktifan siswa selama proses kegiatan belajar-mengajar berlangsung.
(Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang diobservasi guru dan siswa
dapat dilihat pada lembar observasi dilampiran D.1, D.2, D.3, dan D.4 pada hal.
172 s/d 179)
4. Dokumentasi
Dokumentasi di sini merupakan cara untuk memperoleh data dari
responden. Dalam teknik dokumentasi ini peneliti dimungkinkan untuk
memperoleh informasi dari berbagai sumber tertulis atau dokumen. Dokumen
yang didapat digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perkembangan
57
kemampuan siswa sebelum dilakukan tindakan hingga tindakan selesai
dilaksanakan. Dokumentasi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan foto-foto.
(Untuk lebih lengkapnya mengenai aspek-aspek yang didokumentasikan guru dan
siswa dapat dilihat pada lampiran F.2 pada hal. 197 s/d 200)
G. Teknik Analisis Data dan Interpretasi Data
1. Teknik Analisis Data
Apabila pengumpulan data sudah dilakukan, data yang sudah terkumpul
harus diolah dan dianalisis. Menganalisa data berarti memilah, mengelompokkan
atau menggolongkan data menurut jenis, sifat atau bentuknya sehingga hasilnya
dapat dibaca, dimengerti, dan dimaknai. Tegasnya analisis dapat membantu
peneliti dalam menarik kesimpulan sehingga jawaban masalah penelitian dapat
ditemukan. Prosesnya meliputi pengelompokkan hasil pengamatan dengan
menghitung frekuensi, tanda cek, dan seterusnya. Data hasil observasi penelitian
ini untuk kepentingan analisis digunakan teknik statistik deskriptif (prosentase,
perhitungan rata-rata).
Analisis data dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif. Data
yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes seta data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa dan antusias siswa. Data kuantitatif adalah data
yang diperoleh dari tes I, tes II, tes III dan data pengamatan dengan lembar
penilaian dianalisis secara kuantitatif. Perbandingan antara nilai rata-rata kelas
antara tes I, tes II dan tes III digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan
nilai dengan menggunakan analisis statistik sederhana. Jika nilai rata-rata kelas
pada post test lebih besar dari pre test, maka ada peningkatan hasil belajar.
58
2. Interpretasi Data
a. Keterlaksanaan Model
Keterlaksanaan model dapat diinterpretasikan dari hasil observasi
terhadap guru yang diisi oleh guru standar kompetensi pemeliharaan/servis
sistem bahan bakar bensin atau observer (untuk lembar observasi sudah
terlampir pada lampiran), adapun interpretasinya disepakati secara bersama-
sama antara peneliti dan observer, adapun interpretasinya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.5. Interpretasi Skor Keterlaksanaan Model Pembelajaran
b. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek kognitif
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek kognitif dapat dilihat setelah
peneliti mendapatkan hasil dari tes yang dilakukan, berupa pre test dan post
test, skor yang didapatkan tersebut kemudian diolah. Data-data tersebut
kemudian diinterpretasikan kedalam indek prestasi (IP), adapun
interpretasinya adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6. Interpretasi IP untuk Aspek Kognitif
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat rendah 2 31,00 – 54,00 Rendah 3 55,00 – 74,00 Sedang 4 75,00 – 89,00 Tinggi 5 90,00 – 100,0 Sangat tinggi
Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 75)
Skor Interpretasi 1 Kurang 2 Sedang 3 Baik 4 Baik Sekali
59
c. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Psikomotor
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek psikomotor tiap siklus dapat
diperoleh setelah hasil dari lembar observasi siswa aspek psikomotor diolah
(lampiran) hasil tersebut kemudian diinterpretasikan ke dalam bentuk IP
aspek psikomotor, sebagai berikut:
Tabel 3.7. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Psikomotor
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat Kurang Terampil 2 31,00 – 54,00 Kurang Terampil 3 55,00 – 74,00 Cukup Terampil 4 75,00 – 89,00 Terampil 5 90,00 – 100,0 Sangat Terampil
Panggabean, LP (Harianja, S. 2009: 76)
d. Hasil Belajar Pada Aspek Afektif
Peningkatan kemampuan siswa pada aspek afektif dapat terlihat apabila
data-data yang dihasilkan dari lembar observasi siswa pada aspek afektif
sudah diperoleh. Sedangkan untuk hasil observasinya terdapat pada lampiran.
lembar obsevasi ini kemudian di interpretasikan dalam bentuk IP aspek
afektif, sebagai berikut:
Tabel 3.8. Kategori Tafsiran IP Untuk Aspek Afektif
No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi 1 00,00 – 30,00 Sangat Negatif 2 31,00 – 54,00 Negatif 3 55,00 – 74,00 Netral 4 75,00 – 89,00 Positif 5 90,00 – 100,0 Sangat Positif
Panggabean, LP (Muliawan, R. 2009: 55)
60
3. Gain Ternormalisasi (N-Gain)
Menyatakan gain (peningkatan) dalam hasil proses pembelajaran tidaklah
mudah, dengan menggunakan gain absolut (selisih antara skor pre test dan post
test) dapat menjelaskan mana sebenarnya yang dikatakan gain tinggi dan mana
yang dikatakan gain rendah. Misalnya, siswa yang memiliki gain 2 dari 4 ke 6 dan
siswa yang memiliki gain 2 dari 6 ke 8 dari suatu soal dengan nilai maksimal 8.
Gain absolut menyatakan bahwa kedua siswa memiliki gain yang sama. Secara
logis seharusnya siswa kedua memiliki gain yang lebih tinggi dari siswa pertama.
Hal ini karena usaha untuk meningkatkan dari 6 ke 8 (nilai maksimal) akan lebih
berat daripada meningkatkan 4 ke 6. Menyikapi kondisi bahwa siswa yang
memiliki gain absolut sama belum tentu memiliki gain hasil belajar yang sama.
Hake (Muliawan, R. 2009: 55) mengembangkan sebuah alternatif untuk
menjelaskan gain yang disebut gain ternormalisasi (normalize gain). Gain
ternormalisasi (N-gain) diformulasikan dalam bentuk persamaan seperti dibawah
ini:
N–Gain = ���� ��� ������ �� �
���� ��������� �� � Hake (Muliawan, R. 2009: 55)
Kategori gain ternormalisasi disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.9. Kriteria Normalized Gain
Skor N-Gain Kriteria Normalized Gain
0,70 <N-Gain Tinggi
0,30 <N-Gain< 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
Hake (Muliawan, R. 2009: 56)