ruslinah: jurnal guru halaman 69-73
DESCRIPTION
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)TRANSCRIPT
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73
ISSN : 2459-9743 | 69
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu
dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF
Ruslinah Guru SD Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Proses pembelajaran yang selama ini masih banyak guru yang aktif dari pada siswa, hal ini mengakibatkan hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian dilaksanakan di kelas IV/A pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan kemampuan yang heterogen berjumlah 33siswa yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Metode penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar yaitu 66,67 % (22 orang) pada siklus pertama, menjadi 87,88 % (29 orang) pada siklus kedua. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
Kata kunci : pembelajaran kooperatif, TGT, hasil belajar
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Sebagai salah satu komponen dalam
pendidikan, guru menjadi hal yang begitu
penting peranannya.Hal ini senada dengan
Rusman (2011) yang menyatakan bahwa tugas
utama guru adalah mendidik, membimbing,
melatih dan mengembangkan kurikulum
(perangkat kurikulum).Oleh karena itu,
walaupun pada hakikatnya siswa yang belajar.
Namun gurulah yang bertanggung jawab
terhadap proses belajar itu terjadi dengan baik
pada setiap siswa. Guru diharapkan mampu
membimbing aktivitas dan potensi siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunkan model yang sesuai. Hal ini perlu
dilaksanakan agar kualitas pembelajaran pada
mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah
satu mata pelajaran yang perlu perhatian lebih
adalah matematika. Matematika sangat
diperlukan siswa dalam mempelajari dan
memahami mata pelajaran lain.
Begitu pentingnya pelajaran matematika
maka dalam melakukan proses belajar
mengajar guru harus dapat menyesuaikan
proses pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan siswa. Untuk
memperoleh kompetensi tentang pembelajaran
matematika tersebut diantaranya siswa harus
dapat menguasai konsep penjumlahan dan
pengurangan, salah satunya pecahan desimal.
Berdasarkan pengalaman peneliti berbagai
masalah timbul dalam proses belajar mengajar.
Salah satu masalah yang timbul adalah siswa
kelas IV/A di SD Negeri 3 Sekayu masih lemah
pengetahuannya tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal. Tidak semua
siswa dapat dengan mudah menguasai konsep
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal. Dari hasil ulangan akhir semester
ganjil yang dilakukan diperoleh bahwa dari 33
siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19
siswa perempuan diperoleh rata-rata kelas
2,64.
-
Ruslinah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
70 | ISSN : 2459-9743
Siswa yang mendapat nilai di atas 2,80
adalah sebanyak 39,39 % atau 13 siswa dari 33
siswa. Pada mata pelajaran matematika kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai
siswa kelas IV/A di SD Negeri 3 Sekayu adalah
2,80. Dari hasil ulangan akhir semester ganjil
tersebut, yang memperoleh nilai di atas KKM
ada 13 siswa, sedamgkan selebihnya masih di
bawah KKM.Hal ini menunjukkan rendahnya
tingkat penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran matematika.Sehubungan dengan hal
tersebut, maka diperlukan suatu alternatif
pemecahan agar dapat memberi perubahan
yang lebih baik dalam menguasai materi
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal.
Untuk mengatasi permasalahan pada
pembelajaran matematika tersebut, akan
digunakan suatu model pembelajaran yang
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan
pecahan desimal yaitu dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament). Menurut Rusman (2011), TGT adalah salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menenpatkan
siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang
memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku
atau ras yang berbeda.
Pembelajaran juga akan lebih bervariasi
dan menyenangkan karena disertai dengan
permainan-permanian akademik. Berdasarkan
latar belakang di atas peneliti mengambil judul
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang
Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan
Desimal Di Kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu
Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT(Teams Games Tournament).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: apakah model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV/A SD
Negeri 3 Sekayu dalam penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal?
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV/A
SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal melalui model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
4. Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat :
a. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil
belajar tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal melalui
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament). b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan
pertimbangan dalam mengefekifkan
pembelajaran sesuai dengan tujuan
pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi peneliti, sebagai umpan balik untuk
mengembangkan kurikulum dalam
mengembangkan model-model
pembelajaran.
B. Kajian Teori
1. Hasil Belajar Siswa
Belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman.
Maksudnya belajar adalah merupakan suatu
proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil
atau tujuan, belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas lagi daripada itu, yakni
mengalami. Hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan
kelakuan. Menurut Soemanto (1998)
menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil
penilaian terhadap kemampuan siswa yang
ditentukan dalam bentuk angka. Hasil belajar
digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan.Untuk mengetahui sejauh mana
proses belajar mengajar mencapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, maka perlu
diasakan tes hasil belajar. Menurut pendapat
Winata Putra dan Rosita (1997), tes hasil
belajar adalah salah satu alat ukur yang paling
banyak digunakan untuk menentukan
keberhasilan seseorang dalam suatu proses
belajar mengajar atau untuk menentukan
keberhasilan suatu program pendidikan.
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
memiliki peranan besar dalam proses
pembelajaran. Menurut Abidin (dalam Sutinah,
2013) hasil belajar memiliki berbagai peranan,
seperti :
a. Memberikan informasi tentang kemajuan
belajar siswa setelah mengikuti proses
belajar mengajar dalam jangka waktu
tertentu;
b. Sebagai bahan pertimbangan apakah
siswa diberikan program perbaikan,
pengayaan atau menjelaskan pada
program pengajaran berikutnya;
c. Untuk keperluan bimbingan dan
penyuluhan bagi siswa yang mengalami
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73
ISSN : 2459-9743 | 71
kegagalan dalam suatu program bahan
pembelajaran;
d. Untuk keperluan supervisi bagi kepala
sekolah dan pengawas agar guru lebih
berkompeten;
e. Sebagai bahan dalam memberikan
informasi kepada orang tua siswa dan
sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dalam pengajaran.
2. Penjumlahan dan Pengurangan
Pecahan Desimal
Pecahan merupakan bilangan yang dapat
dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan
cacah dan b, ditulis
dengan syarat b 0.
Dengan demikian secara simbolik pecahan
dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1)
pecahan desimal, (2) pecahan desimal, (3)
persen, dan (4) pecahan campuran. Menurut
Heruman (2008), pecahan diartikan sebagai
bagian dari sesuatu yang utuh.
Salah satu bagian dari pecahan yang
merupakan kompetensi yang dipelajari anak
Sekolah Dasar adalah penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal. Materi ini sudah
mulai diperkenalkan sejak di kelas IV.
Kompetensi dasar yang dipilih adalah
menjumlahkan dan mengurangkan pecahan
desimal.Untuk melalukuan operasi hitung
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal dapat dilakukan dengan cara susun ke
bawah.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT
Menutut Sanjaya (2010), salah satu
strategi dari model pembelajaran kelompok
adalah stategi pembelajaran kooperatif
(cooperative learning). Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman : 2011) model pembelajaran
adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum
(rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain. Guru boleh memilih model pembelajaran
yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan
pendidikannya.
Menurut Agus Suprijono dalam (Yunika,
2011) pembelajaran kooperatif adalah konsep
yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuknya yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru. Roger dan David Johnson (dalam Lie,
2008) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar
dalam pembelajaran kooperatif, yaitu a. Saling
ketergantungan positif; b. Tanggung jawab
perseorangan; c. Interaksi tatap muka; d.
Partisipasi dan komunikasi; e. Evaluasi proses
kelompok.
Lebih lanjut Muslimin Ibrahim (2000)
menyatakan ada 6 langkah utama dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajan
kooperatif seperti tertera dalam Tabel 1 seperti
di bawah ini.
Tabel 1. Langkah-langkah Model
Pembelajaran Kooperatif
Menurut Robert E. Slavin (2009)
menyatakan bahwa beberapa tipe
pembelajaran kooperatif antara lain Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament, Cooperatif Integrated Reading dan Compositio (CIRC) dan Teams Accelerated Instruction (TAI).Menurut Saco (dalam Rusman : 2011), dalam TGT siswa
memainkan permainan dengan anggota-
anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi
tim mereka masing-masing.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TGT tentang Penjumlahan dan
Pengurangan Pecahan Desimal
Pembelajaran tentang penjumlahan dan
pengurangan pecahan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT
(Teams Games Tournament) membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan yang
diperlukan oleh guru meliputi:
a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
b. Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja
Kelompok (LKK), lembar observasi
pelaksanaan pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal menggunakan tipe TGT yaitu :
a. Presentasi kelas, guru menjelaskan materi
pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal dengan
menggunakan media gambar pecahan.
b. Kerja tim / kelompok, pemberian tugas
kelompok dan Lembar Kerja Kelompok
tentang penjumlahan dan pengurangan
pecahan desimal.
-
Ruslinah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV
72 | ISSN : 2459-9743
c. Permainan, permainan dengan kartu soal
yang berisi soal-soal tentang penjumlahan
dan pengurangan pecahan desimal.
Contoh kartu soal:
d. Turnamen, turnamen dilaksanakan pada
akhir pembelajaran untuk memilih
kelompok terbaik. Turnamen berisi kuis-
kuis tentang soal-soal cerita penjumalahan
dan pengurangan pecahan desimal yang
harus dijawab peserta turnamen secara
lisan.
e. Penghargaan terhadap kelompok,
kelompok terbaik mendapatkan
penghargaan dari guru berupa hadiah dan
pujian untuk menambah semangat dalam
belajar.
5. Penelitian yang relevan
Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Yunika (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Pecahan pada
Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III
Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011,
adanya peningkatan hasil kemampuan
menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas
IV SD Negeri Tlompakan III dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas.
6. Hipotesis Tindakan
Penerapan model pembelajaran tipe TGT
(Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu.
C. Pembahasan
Dari hasil pengamatan selama proses
pelaksanaan tindakan dapat diketahui adanya
perkembangan ke arah yang lebih baik pada
peningkatan peran aktif dalam proses
pembelajaran, yang terkait dengan aktivitas
guru dan siswa secara menyeluurh. Dari hasil
pengamatan aktivitas guru pada pelaksanaan
tindakan siklus I dan siklus II terlihat jelas
adanya perkembangan yang positif. Pada siklus
I, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru memperoleh nilai
93,33 %, sedangkan pada siklus II mencapai
100%.
Dari data awal yang diperoleh nilai rata-
rata siswa adalah 2,64. Setelah dilaksanakan
siklus I diperoleh nilai rata-rata 2,87 meningkat
0,23 dari data awal sebelum menggunakan
model kooperatif tipe TGT. Hal ini
menunjukkan adanya peningkatan antara
kondisi awal dengan siklus I, namun indikator
keberhasilan belum tercapai dikarenakan
hanya 66,67 % siswa yang mencapai nilai
dengan kriteria ketuntasan minimal 2,80.
Dari hasil siklus I kemudian dilakukan
perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-
rata 3,04 dan indikator keberhasilan tercapai.
Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang
mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah
sebanyak 29 orang.Peningkatan hasil belajar
siswa pada pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan pecahan desimal melalui model
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa,
Ketuntasan Klasikal, dan Peningkatannya
Pada Tabel 2, dapat dilihat peningkatan
hasil belajar siswa sebesar 0,17 dan persentase
ketuntasan secara klasikal sebesar 21,21%.
Pelaksanaan pembelajaran pecahan
menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Teams Games Tournament (TGT) secara umum telah menunjukkan hasil yang
diharapkan yaitu lebih 85 % siswa telah
mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 2,80. Dari data tebeldi atas dapat
dinyatakan dalam gambar berikut.
Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus
I, siklus II dapat disimpulkan bahwa
meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.A SD
Negeri 3 Sekayu dapat dilakukan melalui model
kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73
ISSN : 2459-9743 | 73
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan dalam dua siklus dengan
menerapkan model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal pada siswa kelas IV.A SD Negeri 3
Sekayu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
melalui model pembelajaran kooperatif tipe
TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang
penjumlahan dan pengurangan pecahan
desimal pada siswa kelas IV.A SD Negeri 3
Sekayu Kecamatan Sekayu Tahun Pelajaran
2014/2015.
Daftar Pustaka
Putra, W., Dkk. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2010. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.
Soemanto, W. 1998.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Putra.
Wardani, Dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka