ruslinah: jurnal guru halaman 69-73

5
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei – Juni (2015): 69 -73 ISSN : 2459-9743 | 69 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF Ruslinah Guru SD Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015 ABSTRAK Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Proses pembelajaran yang selama ini masih banyak guru yang aktif dari pada siswa, hal ini mengakibatkan hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian dilaksanakan di kelas IV/A pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan kemampuan yang heterogen berjumlah 33siswa yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Metode penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar yaitu 66,67 % (22 orang) pada siklus pertama, menjadi 87,88 % (29 orang) pada siklus kedua. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Kata kunci : pembelajaran kooperatif, TGT, hasil belajar A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, guru menjadi hal yang begitu penting peranannya.Hal ini senada dengan Rusman (2011) yang menyatakan bahwa “tugas utama guru adalah mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum).”Oleh karena itu, walaupun pada hakikatnya siswa yang belajar. Namun gurulah yang bertanggung jawab terhadap proses belajar itu terjadi dengan baik pada setiap siswa. Guru diharapkan mampu membimbing aktivitas dan potensi siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunkan model yang sesuai. Hal ini perlu dilaksanakan agar kualitas pembelajaran pada mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah satu mata pelajaran yang perlu perhatian lebih adalah matematika. Matematika sangat diperlukan siswa dalam mempelajari dan memahami mata pelajaran lain. Begitu pentingnya pelajaran matematika maka dalam melakukan proses belajar mengajar guru harus dapat menyesuaikan proses pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Untuk memperoleh kompetensi tentang pembelajaran matematika tersebut diantaranya siswa harus dapat menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan, salah satunya pecahan desimal. Berdasarkan pengalaman peneliti berbagai masalah timbul dalam proses belajar mengajar. Salah satu masalah yang timbul adalah siswa kelas IV/A di SD Negeri 3 Sekayu masih lemah pengetahuannya tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Tidak semua siswa dapat dengan mudah menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Dari hasil ulangan akhir semester ganjil yang dilakukan diperoleh bahwa dari 33 siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan diperoleh rata-rata kelas 2,64.

Upload: jurnal-guru

Post on 17-Dec-2015

3 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)

TRANSCRIPT

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73

    ISSN : 2459-9743 | 69

    Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

    Siswa Kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu

    dalam Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Desimal

    Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGF

    Ruslinah Guru SD Negeri 3 Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

    Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015

    ABSTRAK

    Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IVA SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal melalui model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament). Proses pembelajaran yang selama ini masih banyak guru yang aktif dari pada siswa, hal ini mengakibatkan hasil belajar belum sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian dilaksanakan di kelas IV/A pada tahun pelajaran 2014/2015 dengan kemampuan yang heterogen berjumlah 33siswa yang terdiri dari 14 orang laki-laki dan 19 orang perempuan. Metode penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif yaitu dengan membandingkan hasil belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Penelitian berlangsung dalam dua siklus, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan pengurangan pecahan desimal. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah peserta didik yang mengalami ketuntasan belajar yaitu 66,67 % (22 orang) pada siklus pertama, menjadi 87,88 % (29 orang) pada siklus kedua. Berdasarkan hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

    Kata kunci : pembelajaran kooperatif, TGT, hasil belajar

    A. Pendahuluan

    1. Latar Belakang

    Sebagai salah satu komponen dalam

    pendidikan, guru menjadi hal yang begitu

    penting peranannya.Hal ini senada dengan

    Rusman (2011) yang menyatakan bahwa tugas

    utama guru adalah mendidik, membimbing,

    melatih dan mengembangkan kurikulum

    (perangkat kurikulum).Oleh karena itu,

    walaupun pada hakikatnya siswa yang belajar.

    Namun gurulah yang bertanggung jawab

    terhadap proses belajar itu terjadi dengan baik

    pada setiap siswa. Guru diharapkan mampu

    membimbing aktivitas dan potensi siswa dalam

    mencapai tujuan pembelajaran dengan

    menggunkan model yang sesuai. Hal ini perlu

    dilaksanakan agar kualitas pembelajaran pada

    mata pelajaran apapun menjadi optimal. Salah

    satu mata pelajaran yang perlu perhatian lebih

    adalah matematika. Matematika sangat

    diperlukan siswa dalam mempelajari dan

    memahami mata pelajaran lain.

    Begitu pentingnya pelajaran matematika

    maka dalam melakukan proses belajar

    mengajar guru harus dapat menyesuaikan

    proses pembelajaran yang sesuai dengan

    kebutuhan dan perkembangan siswa. Untuk

    memperoleh kompetensi tentang pembelajaran

    matematika tersebut diantaranya siswa harus

    dapat menguasai konsep penjumlahan dan

    pengurangan, salah satunya pecahan desimal.

    Berdasarkan pengalaman peneliti berbagai

    masalah timbul dalam proses belajar mengajar.

    Salah satu masalah yang timbul adalah siswa

    kelas IV/A di SD Negeri 3 Sekayu masih lemah

    pengetahuannya tentang penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal. Tidak semua

    siswa dapat dengan mudah menguasai konsep

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal. Dari hasil ulangan akhir semester

    ganjil yang dilakukan diperoleh bahwa dari 33

    siswa yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 19

    siswa perempuan diperoleh rata-rata kelas

    2,64.

  • Ruslinah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

    70 | ISSN : 2459-9743

    Siswa yang mendapat nilai di atas 2,80

    adalah sebanyak 39,39 % atau 13 siswa dari 33

    siswa. Pada mata pelajaran matematika kriteria

    ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai

    siswa kelas IV/A di SD Negeri 3 Sekayu adalah

    2,80. Dari hasil ulangan akhir semester ganjil

    tersebut, yang memperoleh nilai di atas KKM

    ada 13 siswa, sedamgkan selebihnya masih di

    bawah KKM.Hal ini menunjukkan rendahnya

    tingkat penguasaan siswa terhadap materi

    pelajaran matematika.Sehubungan dengan hal

    tersebut, maka diperlukan suatu alternatif

    pemecahan agar dapat memberi perubahan

    yang lebih baik dalam menguasai materi

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal.

    Untuk mengatasi permasalahan pada

    pembelajaran matematika tersebut, akan

    digunakan suatu model pembelajaran yang

    diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

    siswa dalam menjumlahkan dan mengurangkan

    pecahan desimal yaitu dengan menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Teams Games Tournament). Menurut Rusman (2011), TGT adalah salah satu tipe

    pembelajaran kooperatif yang menenpatkan

    siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang

    beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang

    memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku

    atau ras yang berbeda.

    Pembelajaran juga akan lebih bervariasi

    dan menyenangkan karena disertai dengan

    permainan-permanian akademik. Berdasarkan

    latar belakang di atas peneliti mengambil judul

    Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang

    Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan

    Desimal Di Kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu

    Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    TGT(Teams Games Tournament).

    2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka

    dapat dirumuskan permasalahan sebagai

    berikut: apakah model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV/A SD

    Negeri 3 Sekayu dalam penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal?

    3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah untuk

    meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV/A

    SD Negeri 3 Sekayu tentang penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal melalui model

    pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

    4. Manfaat Penelitian

    Diharapkan penelitian ini dapat

    bermanfaat :

    a. Bagi siswa, dapat meningkatkan hasil

    belajar tentang penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal melalui

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Teams Games Tournament). b. Bagi guru, sebagai bahan masukan dan

    pertimbangan dalam mengefekifkan

    pembelajaran sesuai dengan tujuan

    pembelajaran sehingga dapat

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    c. Bagi peneliti, sebagai umpan balik untuk

    mengembangkan kurikulum dalam

    mengembangkan model-model

    pembelajaran.

    B. Kajian Teori

    1. Hasil Belajar Siswa

    Belajar adalah modifikasi atau

    memperteguh kelakuan melalui pengalaman.

    Maksudnya belajar adalah merupakan suatu

    proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil

    atau tujuan, belajar bukan hanya mengingat

    akan tetapi lebih luas lagi daripada itu, yakni

    mengalami. Hasil belajar bukan suatu

    penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan

    kelakuan. Menurut Soemanto (1998)

    menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil

    penilaian terhadap kemampuan siswa yang

    ditentukan dalam bentuk angka. Hasil belajar

    digunakan guru untuk dijadikan ukuran atau

    kriteria dalam mencapai suatu tujuan

    pendidikan.Untuk mengetahui sejauh mana

    proses belajar mengajar mencapai tujuan

    pembelajaran yang diharapkan, maka perlu

    diasakan tes hasil belajar. Menurut pendapat

    Winata Putra dan Rosita (1997), tes hasil

    belajar adalah salah satu alat ukur yang paling

    banyak digunakan untuk menentukan

    keberhasilan seseorang dalam suatu proses

    belajar mengajar atau untuk menentukan

    keberhasilan suatu program pendidikan.

    Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    memiliki peranan besar dalam proses

    pembelajaran. Menurut Abidin (dalam Sutinah,

    2013) hasil belajar memiliki berbagai peranan,

    seperti :

    a. Memberikan informasi tentang kemajuan

    belajar siswa setelah mengikuti proses

    belajar mengajar dalam jangka waktu

    tertentu;

    b. Sebagai bahan pertimbangan apakah

    siswa diberikan program perbaikan,

    pengayaan atau menjelaskan pada

    program pengajaran berikutnya;

    c. Untuk keperluan bimbingan dan

    penyuluhan bagi siswa yang mengalami

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73

    ISSN : 2459-9743 | 71

    kegagalan dalam suatu program bahan

    pembelajaran;

    d. Untuk keperluan supervisi bagi kepala

    sekolah dan pengawas agar guru lebih

    berkompeten;

    e. Sebagai bahan dalam memberikan

    informasi kepada orang tua siswa dan

    sebagai bahan pertimbangan dalam

    mengambil keputusan dalam pengajaran.

    2. Penjumlahan dan Pengurangan

    Pecahan Desimal

    Pecahan merupakan bilangan yang dapat

    dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan

    cacah dan b, ditulis

    dengan syarat b 0.

    Dengan demikian secara simbolik pecahan

    dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1)

    pecahan desimal, (2) pecahan desimal, (3)

    persen, dan (4) pecahan campuran. Menurut

    Heruman (2008), pecahan diartikan sebagai

    bagian dari sesuatu yang utuh.

    Salah satu bagian dari pecahan yang

    merupakan kompetensi yang dipelajari anak

    Sekolah Dasar adalah penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal. Materi ini sudah

    mulai diperkenalkan sejak di kelas IV.

    Kompetensi dasar yang dipilih adalah

    menjumlahkan dan mengurangkan pecahan

    desimal.Untuk melalukuan operasi hitung

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal dapat dilakukan dengan cara susun ke

    bawah.

    3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    TGT

    Menutut Sanjaya (2010), salah satu

    strategi dari model pembelajaran kelompok

    adalah stategi pembelajaran kooperatif

    (cooperative learning). Menurut Joyce & Weil (dalam Rusman : 2011) model pembelajaran

    adalah suatu rencana atau pola yang dapat

    digunakan untuk membentuk kurikulum

    (rencana pembelajaran jangka panjang),

    merancang bahan-bahan pembelajaran dan

    membimbing pembelajaran di kelas atau yang

    lain. Guru boleh memilih model pembelajaran

    yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan

    pendidikannya.

    Menurut Agus Suprijono dalam (Yunika,

    2011) pembelajaran kooperatif adalah konsep

    yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

    kelompok termasuk bentuk-bentuknya yang

    lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh

    guru. Roger dan David Johnson (dalam Lie,

    2008) menyatakan bahwa ada lima unsur dasar

    dalam pembelajaran kooperatif, yaitu a. Saling

    ketergantungan positif; b. Tanggung jawab

    perseorangan; c. Interaksi tatap muka; d.

    Partisipasi dan komunikasi; e. Evaluasi proses

    kelompok.

    Lebih lanjut Muslimin Ibrahim (2000)

    menyatakan ada 6 langkah utama dalam

    pembelajaran yang menggunakan pembelajan

    kooperatif seperti tertera dalam Tabel 1 seperti

    di bawah ini.

    Tabel 1. Langkah-langkah Model

    Pembelajaran Kooperatif

    Menurut Robert E. Slavin (2009)

    menyatakan bahwa beberapa tipe

    pembelajaran kooperatif antara lain Student Teams Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament, Cooperatif Integrated Reading dan Compositio (CIRC) dan Teams Accelerated Instruction (TAI).Menurut Saco (dalam Rusman : 2011), dalam TGT siswa

    memainkan permainan dengan anggota-

    anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi

    tim mereka masing-masing.

    4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    TGT tentang Penjumlahan dan

    Pengurangan Pecahan Desimal

    Pembelajaran tentang penjumlahan dan

    pengurangan pecahan dengan menggunakan

    model pembelajaran kooperatif tipe TGT

    (Teams Games Tournament) membutuhkan persiapan yang matang. Persiapan yang

    diperlukan oleh guru meliputi:

    a. Menyiapkan Rencana Pelaksanaan

    Pembelajaran (RPP)

    b. Membuat media, kartu soal, Lembar Kerja

    Kelompok (LKK), lembar observasi

    pelaksanaan pembelajaran.

    Langkah-langkah pembelajaran

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal menggunakan tipe TGT yaitu :

    a. Presentasi kelas, guru menjelaskan materi

    pembelajaran penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal dengan

    menggunakan media gambar pecahan.

    b. Kerja tim / kelompok, pemberian tugas

    kelompok dan Lembar Kerja Kelompok

    tentang penjumlahan dan pengurangan

    pecahan desimal.

  • Ruslinah | Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV

    72 | ISSN : 2459-9743

    c. Permainan, permainan dengan kartu soal

    yang berisi soal-soal tentang penjumlahan

    dan pengurangan pecahan desimal.

    Contoh kartu soal:

    d. Turnamen, turnamen dilaksanakan pada

    akhir pembelajaran untuk memilih

    kelompok terbaik. Turnamen berisi kuis-

    kuis tentang soal-soal cerita penjumalahan

    dan pengurangan pecahan desimal yang

    harus dijawab peserta turnamen secara

    lisan.

    e. Penghargaan terhadap kelompok,

    kelompok terbaik mendapatkan

    penghargaan dari guru berupa hadiah dan

    pujian untuk menambah semangat dalam

    belajar.

    5. Penelitian yang relevan

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Yunika (2011) dalam penelitiannya yang

    berjudul Penerapan Model Pembelajaran

    Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaiakan Soal Cerita Pecahan pada

    Siswa Kelas IV SD Negeri Tlompakan III

    Kecamatan Tuntang Tahun Ajaran 2010/2011,

    adanya peningkatan hasil kemampuan

    menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas

    IV SD Negeri Tlompakan III dengan

    menerapkan model pembelajaran kooperatif

    tipe TGT (Teams Games Tournament), terlihat dari adanya peningkatan rata-rata kelas.

    6. Hipotesis Tindakan

    Penerapan model pembelajaran tipe TGT

    (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal di kelas IV/A SD Negeri 3 Sekayu.

    C. Pembahasan

    Dari hasil pengamatan selama proses

    pelaksanaan tindakan dapat diketahui adanya

    perkembangan ke arah yang lebih baik pada

    peningkatan peran aktif dalam proses

    pembelajaran, yang terkait dengan aktivitas

    guru dan siswa secara menyeluurh. Dari hasil

    pengamatan aktivitas guru pada pelaksanaan

    tindakan siklus I dan siklus II terlihat jelas

    adanya perkembangan yang positif. Pada siklus

    I, hasil observasi pelaksanaan pembelajaran

    yang dilakukan oleh guru memperoleh nilai

    93,33 %, sedangkan pada siklus II mencapai

    100%.

    Dari data awal yang diperoleh nilai rata-

    rata siswa adalah 2,64. Setelah dilaksanakan

    siklus I diperoleh nilai rata-rata 2,87 meningkat

    0,23 dari data awal sebelum menggunakan

    model kooperatif tipe TGT. Hal ini

    menunjukkan adanya peningkatan antara

    kondisi awal dengan siklus I, namun indikator

    keberhasilan belum tercapai dikarenakan

    hanya 66,67 % siswa yang mencapai nilai

    dengan kriteria ketuntasan minimal 2,80.

    Dari hasil siklus I kemudian dilakukan

    perbaikan pada siklus II diperoleh nilai rata-

    rata 3,04 dan indikator keberhasilan tercapai.

    Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang

    mencapai kriteria ketuntasan minimal adalah

    sebanyak 29 orang.Peningkatan hasil belajar

    siswa pada pembelajaran penjumlahan dan

    pengurangan pecahan desimal melalui model

    kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 2. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa,

    Ketuntasan Klasikal, dan Peningkatannya

    Pada Tabel 2, dapat dilihat peningkatan

    hasil belajar siswa sebesar 0,17 dan persentase

    ketuntasan secara klasikal sebesar 21,21%.

    Pelaksanaan pembelajaran pecahan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif

    tipe Teams Games Tournament (TGT) secara umum telah menunjukkan hasil yang

    diharapkan yaitu lebih 85 % siswa telah

    mencapai batas Kriteria Ketuntasan Minimal

    (KKM) yaitu 2,80. Dari data tebeldi atas dapat

    dinyatakan dalam gambar berikut.

    Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus

    I, siklus II dapat disimpulkan bahwa

    meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV.A SD

    Negeri 3 Sekayu dapat dilakukan melalui model

    kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).

  • Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 69 -73

    ISSN : 2459-9743 | 73

    D. Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian yang telah

    dilaksanakan dalam dua siklus dengan

    menerapkan model kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal pada siswa kelas IV.A SD Negeri 3

    Sekayu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

    melalui model pembelajaran kooperatif tipe

    TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang

    penjumlahan dan pengurangan pecahan

    desimal pada siswa kelas IV.A SD Negeri 3

    Sekayu Kecamatan Sekayu Tahun Pelajaran

    2014/2015.

    Daftar Pustaka

    Putra, W., Dkk. 1997. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

    Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

    Sanjaya, Wina. 2010. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

    Soemanto, W. 1998.Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Putra.

    Wardani, Dkk. 2004. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka