edisi 73 (maret 2010)

Upload: serikat-petani-indonesia

Post on 06-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    1/12

    Harga Rp. 2000

    SPI Gelar Rapat Pleno III

    www.spi.or.id

    Edisi 73Maret 2010

    LVC MenyambutPengakuan PBBatas Hak Asasi Petani

    Deklarasi AsosiasiEkonomi PolitikIndonesia (AEPI)

    Mugi Ramanu:"SPI adalahpanggilan jiwa" Sarnan

    Majelis Nasional Petani, Serikat Petani Indonesia

    " Semangat SPI sudahmerasuk hingga ke

    pembuluh darah saya "5 9 11

    INDEKS BERITA

    M I M B A R K O M U N I K A S I P E T A N I

    Bersambung Ke Halaman 2 Bersambung Ke Halaman 2

    CIAWI. Serikat Petani Indone-

    sia (SPI) menggelar rapat plenoIII di Ciawi pada 2-4 Februari2009. Rapat pleno ini diikutioleh Badan Pelaksana Pusat(BPP) SPI yang berkedudu-kan di Jakarta dan juga MajelisNasional Petani (MNP) yangberasal dari setiap wilayah diIndonesia.

    Rapat pleno SPI ini dibu-ka dengan pemaparan KetuaUmum SPI, Henry Saragih, ten-tang situasi politik dan ekonomiIndonesia dan dampaknya ter-hadap perjuangan petani. Hen-

    ry menjelaskan bahwasanya

    pemerintahan SBY telah gagalmelaksanakan reforma agraria.Pemerintahan SBY membang-gakan swasembada pangan na-mun malah menganggap petanisebagai masalah, jumlah petanidi Indonesia yang meningkatitu justru dianggap masalah.Namun meningkatnya jumlahpetani ini tidak diimbangi den-gan ketersediaan lahan. Lahanyang akan dibagikan ke rakyatmalah semakin berkurang dandialokasikan untuk perusa-haan-perusahaan besar.

    Henry juga berpendapat

    bahwa sikap dan kebijkan SBYterhadap petani bagaikan duasisi mata koin. Di satu sisi,SBY seakan-akan mendukungprogram-program kerakyatan,namun di sisi lain SBY malahmenggiatkan proram food es-tate yang notabene sangat proterhadap perusahaan-perusa-haan besar untuk mengambilalih lahan pertanian panganmilik petani kecil ungkapnya.

    Henry menegaskan bah-

    Para peserta Rapat Pleno III SPI yang diadakan di Ciawi, 2-4 Februari 2009 yang dihadiri olehBadan Pelaksana Pusat (BPP) SPI dan para anggota Majelis Nasional Petani (MNP) SPI se-Indonesia.

    Petani SPI tolakpilot proyekREDD

    JAMBI. Pilot Proyek REDD(Reducing Emission from

    Deforestation and Degrada-tion) atau Mengurangi EmisiKarbon dari Deforestasi danDegradasi Hutan yang dikel-ola oleh PT REKI (RestorasiEkosistem Indonesia) ber-lokasi di Jambi terus menda-pat penolakan dari petani diJambi dan Sumatera Selatan.

    Program REDD inimenjadi bencana bagi kamipetani kecil dan masyarakatadat yang tinggal dihutan,Ujar Sarwadi, Ketua DPW

    SPI Jambi. Secara sederhanaREDD ini merupakan meka-nisme penyediaan dana baginegara-negara berkembanguntuk melindungi hutan agardapat menyerap karbon yangdihasilkan oleh negara-ne-gara maju. Dengan harapan,setelah membayar kepadanegara-negara yang memilikibanyak hutan, negara majutetap bisa membuang emisimereka seenaknya tanpabatasan karena merasa su-

    dah membayar kompensas-inya.

    Di Jambi, proyek REDDdikelola oleh sebuah perusaa-han swasta yang bernama PT.REKI (Restorasi EkosistemIndonesia). Perusahaan inididirikan oleh konsorsiumNGO lokal dan internasionalterdiri dari Yayasan BurungIndonesia, Royal Society forthe Protection of Bird(RSPB),dan Bird-Life International.

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    2/12

    Sambungan dari hal. 1 SPI gelar...

    Sambungan dari hal. 1 Petani SPI...

    2 PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    Penanggung Jawab: Henry Saragih Pemimpin Umum: Zaenal Arifn Fuad Pemimpin Redaksi: Tita Riana Zaein Redaktur Pelaksana &

    Sekretaris Redaksi: Hadiedi Prasaja Redaksi: Achmad Yakub, Ali Fahmi, Agus Rully, Cecep Risnandar, Tejo Pramono, Muhammad Ikhwan,

    Wilda Tarigan, Syahroni Reporter: Elisha Karni Samon, Susan Lusiana, Yudha Fathoni, Wahyu Agung Perdana, Tri Es Ningrum, Megawa,

    Andriana Keuangan: Sri Wahyuni Sirkulasi: Supriyanto, Gunawan Penerbit: Serikat Petani Indonesia (SPI) Alamat Redaksi: Jl. Mampang

    Prapatan XIV No. 5 Jakarta Selatan 12790 Telp: +62 21 7993426 Email: [email protected] Website: www.spi.or.id

    wasanya selama ini food estatetelah diterapkan pada sektorperkebunan, namun ke de-pannya diproyeksikan untuktanaman pangan. Pemerintahsendiri telah mengeluarkanperaturan yang berupa Instruk-si Presiden No. 5/2008 tentang

    Fokus Program Ekonomi 2008-2009 termasuk di dalamnyamengatur Investasi PanganSkala Luas (Food Estate).

    Inpres ini dalam kacamatapemerintah bertujuan untukmenjawab permasalahan pa-ngan nasional dengan mem-berikan kesempatan kepadapengusaha dan investor un-tuk mengembangkan perke-bunan tanaman pangan.Setidaknya enam perusahaaswasta nasional sudah siap me-

    nanamkan modalnya mengem-bangkan agribisnis di MeraukeIntegrated Food and EnergyEstate (MIFE), yakni BangunTjipta, Medco Grup, Comex-indo Internasional, Digul AgroLestari, Buana Agro Tama,dan Wolo Agro Makmur. Bah-kan, investor asal Arab Saudi,dari kelompok usaha Binladensempat menengok tanah Mer-auke yang diproyeksikan akanmenjadi pilot proyek food es-tate ini.

    Mengenai program LARA-SITA yang digiatkan oleh pe-merintahan SBY melalui BadanPertanahan Nasional (BPN),

    Mereka mendapatkan ijin daripemerintah untuk mengguna-kan hutan di jambi selama 100tahun sebagai daerah restorasiekosistem. Kehadiran perusa-

    haan ini menyebabkan ratusankepala keluarga anggota SPIterancam terusir dari tanahmereka. PT REKI mengguna-kan tanah milik petani danmasyarakat tersebut sebagaiareal restorasi. Selain tinda-kan pengusiran, perusahaanini juga mengintimidasi dan

    melakukan penangkapan terh-adap masyarakat setempat.

    Kenapa negara maju yangmembuat polusi udara tapikami petani kecil yang harus

    menerima dampak buruknya,sementara mereka seenaknyaterus menerus membuat udarasemakin kotor, Ujar Sarwadi.Kami masyarakat adat danpetani memanfaatkan tanahdan hutan ini hanya untukmenghasilkan makanan yangdibutuhkan dan kami tidak

    merusaknya seperti perusa-haan-perusahan itu, tambahSarwadi. Serikat Petani Indo-nesia (SPI) sudah sejak 2008memprotes keberadaan PTREKI. Baik pada saat COP 14UNFCCC di Poznan, maupun

    COP 15 di Copenhagen. Menu-rut Henry Saragih, Ketua UmumSPI, di balik Proyek REDD iniada kepentingan ekonomi poli-tik neoliberalisme, yang mem-pergunakan pemerintah, NGOdan korporasi. Kepentinganini merampas hak-hak petanidan rakyat dalam mengelola

    Henry berpendapat bahwasan-ya program sertifikasi lahan inimalah mendorong mekanismeperdagangan tanah, bukan

    mendorong reforma agrariasejati, walaupun LARASITAini tetap memakai jargon lan-dreform plus. Program serti-

    fikasi lahan ini telah diterapkandi beberapa negara eropa yangberakhir dengan berpindahtangannya kepemilikan lahan

    petani perorangan kepada pe-rusahaan-perusahaan multina-sional, di Indonesia ini jangansampai terjadi, tegas Henry.

    SPI sendiri berdasarkan Garis-Garis Besar Haluan Organisasi(GBHO) memiliki target untukberhasil melakukan reklaiming

    lahan setidaknya 200.000 hek-tar di tahun 2012 nanti.#

    sumber daya alam untuk me-menuhi pangan, tambahnya.

    Selain di Jambi, REDDjuga menuai protes petanidan masyarakat adat di MusiBanyuasin, Sumatera Selatan.Lebih dari 800 KK petani dan

    masyarakat adat terancamterusir dari lahannya akibatproyek ini. PT. REKI menuduhmereka sebagai pendatang il-legal yang merambah hutanproduksi. Padahal sejak empatabad lalu masyarakat adat su-dah mendiami wilayah tersebutuntuk aktivitas usaha tani.#

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    3/12

    3PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    10.000 Ha Lahan PTPN VII Tanpa HGU

    KONFLIK AGRARIA

    TANAH UNTUK PETANI !!!www.spi.or.id

    JAKARTA. 10.000 hektar lahanperkebunan tebu milik PTPNVII diduga tidak sah ka- renatidak memiliki Hak Guna Usa-ha (HGU). Hal ini merupa- kantindak pidana korupsi, karenajika memang terbukti, makaPTPN sudah merugikan negaratriliunan rupiah dan merampashak sebagian masyarakat yanglahannya digunakan sebagaiarea perkebunan tebu.

    Ketua Departemen Kajian

    Strategis Nasional, AchmadYakub mengatakan bahwa halini merupakan corak asli darineoliberalisme dan neokolo-nialisme yang sudah cukupmengakar di bangsa ini (26/1).

    Apabila hal itu untuk kepen-tingan para pemodal, makawewenang negara pun dapatdikangkangi, apalagi kepentin-gan rakyat jelas Yakub.

    Yakub menjelaskan bahwaPTPN VII telah beroperasi diwilayah Desa Sidomulyo Keca-matan Tungkal Ilir KabupatenBanyuasin sejak tahun 2001.Selain itu PTPN VII itu juga te-lah beroperasi di Desa RengasI, Rengas II, dan Desa Lubuk

    Bandung Kecamatan Payara-man, Desa Betung I dan BetungII Kecamatan Lubuk Keliatserta Desa Sunor KecamatanRambang Kuang KabupatenOgan Ilir sejak tahun 1982. Se-

    jak beroperasinya PTPN VII diwilayah-wilayah desa tersebut,mereka telah melakukan pe-rampasan lahan milik petaniyang bersertifikat dan suratketerangan tanah (SKT) sepertidimiliki oleh warga Desa Sido-mulyo dan Desa Rengas. Prak-tik pembukaan dan pengusaanlahan yang dilakukan olehPTPN VII sejak tahun tersebutdi atas merupakan tindakan il-legal karena tidak berdasarkan

    hukum.Yakub juga merujuk Su-rat Pernyataan Kepala KantorWilayah Badan Pertanahan Na-sional Propinsi Sumatera Sela-tan tanggal 29 Desember 2009.

    Pada surat tersebut dinyatakanpermohonan Hak Guna Usaha

    (HGU) oleh PTPN VII tidakakan diproses sebelum ada pe-nyelesaian dengan masyarakatyang mengklaim diatas tanahtersebut.

    Direktur Eksekutif WalhiSumatera Selatan Anwar Sa-dat juga telah melaporkan du-gaan tindakan yang merugikannegara ini ke Komisi Pembe-rantasan Korupsi (KPK) Jakar-ta (22/1). Di Ogan Hilir, PTPNVII sudah beroperasi 27 tahun,sejak 1982, dan di Banyuasin

    sudah sembilan tahun. Arti-nya, selama ini PTPN VII sudahmerugikan negara triliunanrupiah, karena tidak menye-tor pajak dengan dalih tidakmemiliki HGU, kata Anwar.

    Yakub menambahkan bah-wa Pihak PTPN VII SumateraSelatan memang sudah sangatkelewatan. Menurutnya, PTPNVII telah merugikan negaraberupa tidak adanya pemba-yaran pajak selama 27 tahundi Kabupaten Ogan Ilir den-gan luas wilayah kelola PTPNVII 4.881.24 Ha, dan selamasembilan tahun di KabupatenBanyuasin dengan luas wilayahkelola 5.805.1745 Ha.

    Yakub juga bertutur me-ngenai penembakan yang di-lakukan oleh pihak kepolisianterhadap 11 petani di Oganilir di atas lahan konflik perke-bunan tebu antara warga danPTPN VII (04/12/2009). Pa-dahal sudah jelas-jelas, lahanitu milik rakyat, dan PTPNVII tidak punya HGU, kenapa

    rakyat yang hanya ingin bertanidi sepetak lahan itu yang malahditembaki tegas Yakub.#

    Wahyu Agung Perdana, staf Penguatan Organisasi SPI bersama para petani Ogan Ilir Sumatera Selatan,sedang membangun pondok di atas tanah reklaiming yang dahulu dikuasai PTPN VII tanpa HGU.

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    4/12

    4 PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    Petani Rengas BongkarBendungan PTPN VII

    KONFLIK AGRARIA

    RENGAS. Pasca reklaiming ta-nah PTPN VII di desa RengasKabupaten Ogan Ilir SumateraSelatan, ratusan massa petanimelakukan aksi pembokaranbendungan milik PTPN VII(14/01). Wahyu Agung Per-dana, staf Departemen Pen-guatan Organisasi SPI menga-

    takan bahwa secara bertahap,30 bendungan yang dibangunoleh PTPN VII diatas lahan se-luas 10 hektar tersebut akandibongkar. Sejak bendungantersebut dibangun oleh PTPNVII, aliran sungai batang hariyang seharusnya langsungmengalir ke permukiman war-ga menjadi lamban dan bera-liran kecil. Ini mengakibatkanse- ringnya terjadi kekeringanketika musim kemarau tiba. Se-lain itu, masyarakat tidak bisa

    lagi mengkonsumsi air sungaitidak karena telah tercemarsisa pupuk tebu tegas Wahyu.

    Sehari sebelumnya, petanirengas mendirikan 25 buahmarung (pondok) sebagai

    rangkaian kegiatan simbolikpendudukan lahan. Pondok inidi bangun di 25 titik di lahanreklaiming seluas 1.529 hektar.Ke depan jumlah pondok akanditambah tiap minggunya.

    Selain itu juga, petani DesaRengas mulai melakukan pem-bersihan tanaman tebu milik

    PTPN dan memasang patok.Warga juga mulai menanamilahan dengan tanamam ubidan pisang. Luas lahan yangtelah direklaiming di desa Ren-gas mencapai 1500 hektar. La-han yang direklaiming tersebutmerupakan lahan eks PTPN VIIyang dikelola PTPN selama 10tahun tanpa HGU. Hal ini ber-dasarkan surat pernyataanKepala Kantor Wilayah BPNSumatera Selatan tanggal 29Desember 2009 bahwa per-

    mohonan guna usaha PTPNVII tidak akan diproses sebe-lum ada penyelesaian denganmasyrakat yang mengklaimdiatas tanah tersebut.#

    KONFLIK AGRARIA

    Para petani Rengas sedang membongkar bendungan milik PTPN VIIyang sering menyebabkan kekeringan ketika kemarau tiba

    TOLAK FOOD ESTATE ! ! !Food estate jadikan petani sebagai buruh di negerinya sendiri

    www.spi.or.id

    DPW SPI Sumut desak Polda Sumut Usuttuntas kekerasan terhadap petani Mandoge

    MEDAN. Dewan PimpinanWilayah (DPW) SerikatPetani Indonesia (SPI) Su-matera Utara mendatangiKepolisian Daerah (Polda)Sumatera Utara (12/02)guna menuntut penyelesa-ian kasus penganiayaan yangmenimpa anggota SPI, Ro-mauli Br. Sirait. Korban dit-abrak secara sengaja meng-gunakan alat berat pertanian(Jonder) oleh PT Jaya BaruPertama sekitar dua tahunyang lalu.

    Kekerasan tersebut ter-jadi di Kecamatan Mandoge

    Kabupaten Asahan, Suma-tera Utara, sekitar dua ta-hun yang lalu. SPI pun telahmembuat pengaduaan yangditujukan kepada PolsekBandar Pasir Mandoge, na-mun sampai hari ini tidakada kejelasan dan tindaklanjutnya baik itu dari Pol-sek Mandoge maupun dariPolres Asahan

    Romauli Br. Sirait ada-lah salah seorang anggotaSPI Basis Simpang Kopas.

    Perjuangan yang dilaku-kan Romauli Br. Sirait se-lalu mendapat ancaman daripihak perusahaan. Intimi-dasi sampai pemenjaraanpetani merupakan bentukkesewenang-wenangan daripihak PT Jaya Baru Pertamayang secara tidak langsungjuga mendapat legitimasidari pihak Polsek Bandar Pa-sir Mandoge maupun PolresAsahan.

    Konflik ini sendiri be-

    rawal dari pengambilalihansecara paksa lahan pertani-an milik masyarakat BandarPasir Mandoge oleh perusa-haan perkebunan swasta. Pe-rusahaan perkebunan yang

    menguasai tanah masyarakattersebut telah berulang kaliberubah nama, terakhir tanahtersebut dikuasai oleh PT JayaBaru Pertama yang secara hu-kum tidak mempunyai serti-fikat Hak Guna Usaha (HGU)bahkan tidak mampu menun-jukkan sertifikat apapun seba-gai hak atas penguasaan tanahyang dikuasainya.

    Polsek Bandar Pasir Man-doge dan Polres Asahan tidakmenunjukkan keprofesionalansebagai aparat penegak hukumdalam kasus ini. Hal ini dapatdilihat dari, berulang kali petani

    dikriminalisasi oleh pihak Pol-sek Bandar Pasir Mandoge ataslaporan dari pihak PT Jaya BaruPertama.

    Namun, jika petani yangmelaporkan tindak kekerasanyang mereka alami dari pihakPT Jaya Baru Pertama mau-pun pihak lain terkait dengankasus tanah yang diperjuang-kan mereka sama sekali tidakmenggubris. Kasus yang men-impa Romauli Br. Sirait ini ada-lah satu contoh kasus saja dari

    sikap diskriminatif Polri dalammenghadapi kasus tanah.

    Dalam kasus sengketa lah-an, seharusnya polisi bersikapmandiri dan tidak memihak ke-pada golongan pemodal, sesuaidengan visi dan misi POLRI. Halini penting untuk menghenti-kan banyaknya tindak kekeras-an dan kriminalisasi yang dia-lami petani, ungkap Wagimin,Ketua DPW SPI Sumut.#

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    5/12

    PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 73 MARET 2010

    JAKARTA. Gerakan PetaniInternasional La Via Campe-sina menyambut pengakuanawal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas peran danhak asasi petani kecil di dunia.Sidang keempat Komite Pe-nasihat Dewan HAM PBB, yangbertemu di Jenewa pada 25-29Januari 2010, mengadopsi lap-oran yang berjudul Diskrimi-nasi dalam Konteks Hak atasPangan (A/HRC/AC/4/2).Laporan ini menggambarkanmarginalisasi terhadap petani,perempuan pedesaan dan ne-layan, pemburu dan penggem-bala tradisional. Laporan inijuga menjelaskan hasil kerjaLa Via Campesina dalam men-egakkan hak-hak asasi petanidan sepenuhnya mengadopsi

    La Via Campesina Menyambut Pengakuan PBBatas Hak Asasi Petani

    Deklarasi Hak Asasi Petani LaVia Campesina dan mencan-tumkannya sebagai lampiranlaporan.

    Menurut Henry Sara-gih, Koordinator Umum ViaCampesina yang disampaikanpada Komite di Jenewa pada27 Januari, Ini adalah lang-kah yang sangat penting un-tuk mempertahankan hak-hakkami, para petani kecil. Kamisekarang mendesak semuanegara anggota untuk menga-dopsi deklarasi ini pada sidangDewan HAM PBB pada bulanMaret. Kami meminta kerang-ka hukum yang baru denganstandar yang lebih jelas untukmengakui hak-hak dasar lebihdari 2,2 miliar petani di dunia.

    Marjinalisasi, pengucilan

    dan penindasan petani keciltelah berlangsung selama be-rabad-abad, dan La Via Campe-

    sina telah berjuang untukpengakuan hak asasi petanilaki-laki dan perempuan sejaktahun 2002. Dalam proses ini,Henry Saragih juga berpidatodi Majelis Umum PBB padabulan April 2009 di New Yorkpada dialog tentang Krisis Pan-gan Global dan Hak atas Pan-gan.

    Krisis pangan pada ku-run waktu 2007-2008 men-gungkapkan kepada semua,termasuk para pembuat kebi-

    jakan, pemerintah dan rakyatjelata, betapa parahnya situasipangan dunia. Krisis ini me-nyebabkan naiknya jumlahorang kekurangan gizi di se-luruh dunia hingga mencapailebih dari satu miliar, 80% diantaranya tinggal di daerahpedesaan (petani kecil, buruhtani, dan kaum tak bertanah).

    Sementara itu para pencarikeuntungan di sektor produksimakanan telah meningkat-kan laba mereka. Ketika reto-rika perusahaan-perusahaantransnasional (TNCs) tampakmeyakinkan (ketika merekamengatakan bahwa merekadapat memberi makan dunia),kekurangan pangan absolutdan spekulasi hanya mengkon-firmasi bahwa retorika terse-but menyesatkan.

    Karena itu, pengakuandan pembelaan hak-hak dasarpetani adalah kondisi yang takterelakkan jika kita ingin mem-

    beri makan dunia dan meme-rangi kelaparan serta kemiski-nan.

    Pada bulan Agustus 2008,Komite Penasehat Dewan HAMPBB mengakui peran positifpetani dan petani kecil dalamsistem pangan dunia dan mulaimenganalisis sifat situasi pan-gan, peran dan hak-hak petani,serta terhadap jenis diskrimi-nasi, kewajiban, dan praktek-praktek yang baik untuk men-gatasi masalah ini. Akhirnya,laporan terbaru mengakuibahwa banyak petani keciltidak dapat memberi makan

    diri (dan keluarganya) sendiriserta komunitas mereka ka-rena mereka kehilangan kon-trol atas sumber daya produk-tif mereka, seperti tanah, airdan benih. Sumber daya terse-but semakin dikendalikan olehperusahaan transnasional rak-sasa agrokimia dan produsenmakanan transnasional.

    La Via Campesina saat inimenyerukan kepada semuanegara anggota PBB untukmendukung sebuah resolusibaru pada sesi Dewan HAMPBB di bulan Maret. La ViaCampesina juga meminta se-mua anggota dan aliansinyauntuk meningkatkan kesa-daran di kalangan pemerintahmereka tentang pentingnyadukungan untuk mengadopsiresolusi ini untuk memerangikelaparan dan membawa kea-dilan sosial. #

    Para petani perempuan asal Bangladesh; PBB sekarang telah me-

    ngakui Hak Asasi Petani sebagai kerangka kerja Hak Asasi Manusia

    www.viacampesina.org www.viacampesina.org www.viacampesina.org

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    6/12

    6 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 73 MARET 2010

    HAK ASASI PETANI

    Hak Asasi Petani: Mengakhiri Diskriminasi Terhadap Petani

    JENEWA. Pidato ini disampai-kan pada hari Rabu, 27 Januari2010, pada Sidang KeempatKomite Penasehat Dewan HAMPBB, di Jenewa 25-29 Januari2010; untuk menanggapi la-poran Komite Penasehat yangberjudul Diskriminasi dalamkonteks Hak atas Pangan (A/HRC/AC/4/2) dan menyikapiKomite Penasihat akan kebu-tuhan untuk mengambil studilebih lanjut ke pengaturanstandar hak asasi petani.

    "Ibu Ketua Komite Penase-hat Dewan HAM, Saya HenrySaragih, koordinator umum LaVia Campesina. Saya datang kesini atas nama La Via Campesi-na dan CETIM untuk memberiselamat bagi Komite Penasehatyang telah memberikan dasarbagi promosi dan perlindu-ngan hak asasi petani. Sepertitelah disebutkan dalam lapo-ran resmi dari Komite Penase-hat, hak asasi petani sangat

    fundamental bagi dunia kita.La Via Campesina adalah gera-kan global dengan organisasi-organisasi yang berbasis dibanyak negara. Kami memilikisekitar 200 juta anggota aktifdalam gerakan kami.

    Krisis pangan menunjuk-kan bahwa dunia harus bertin-dak untuk menanggapi tantan-gan. Para korban krisis pangantidak hanya kekurangan pan-gan, banyak juga dari merekayang sekarat. Banyak mender-

    ita kelaparan, kemiskinan akut,

    dan menerima berbagai jenisdiskriminasi. Sistem ekonomi

    dan orientasi laba dalam rantaiproduksi pangan terlihat jelasdalam gambaran krisis pangan.Hari ini, di berbagai bagiandunia, krisis pangan masihmenjadi masalah. Kami masihmelihat bahwa pola orientasilaba dalam sektor produksipangan dibenarkan oleh argu-men-argumen, termasuk yangdigunakan oleh perusahaan-perusahaan transnasional. Se-mentara retorika perusahaan-perusahaan transnasional

    tampak meyakinkan (ketikamereka mengatakan bahwamereka dapat memberi makandunia), kekurangan pangan danspekulasi yang mutlak terjadihanya mengkonfirmasi kekha-watiran bahwa solusi merekamenyesatkan.

    Catatan menunjukkan bah-wa lebih dari 1 milyar orangmenderita kekurangan gizi diseluruh dunia. Menurut FAO,kawasan Asia dan Pasifik memi-liki jumlah terbesar orang yangkelaparan (642 juta), diikutioleh Afrika sub-Sahara (264juta). Kelaparan terutama ter-jadi di pedesaan, dialami oleh:petani, pemilik tanah dalamjumlah kecil, buruh, nelayan,pemburu dan pengumpul ma-kanan, yang menderita secaratidak proporsional. United Na-tions Millenium DevelopmentProject Task Force on Hungertelah menunjukkan bahwa 80persen dari orang kelaparan didunia tinggal di daerah pede-saan. Sejumlah 50 persen darimasyarakat dunia yang kela-paran adalah petani kecil, yangterutama bergantung padapertanian untuk kehidupanmereka, tetapi tidak memilikiakses yang memadai terhadapsumber daya produktif. Olehkarena itu, krisis pangan hanyamenegaskan kembali kebutu-han mendesak pengakuan atashak-hak dasar petani. Kemam-puan dunia untuk mencipta-kan kedaulatan pangan sangatterkait dengan cara hidup dan

    pola produksi petani. Berbagai

    laporan dari organisasi-orga-nisasi antar pemerintah, para

    ahli dan peneliti independen,organisasi kerja sama pem-bangunan dan laporan-laporankomisi negara menunjukkanpentingnya peranan petanidalam menyelesaikan krisispangan. La Via Campesina jugatelah mendokumentasikanbanyak kasus yang menunjuk-kan bagaimana krisis panganterjadi dan bagaimana pen-tingnya organisasi petani da-lam menanggapi hal itu. KomitePenasehat mengakui hal ini da-

    lam laporan terbarunya.Dengan perjuangan, orga-nisasi petani sekarang menda-patkan hasil dari pencarianpanjang atas pengakuan hak-hak mereka. La Via Campesinatelah mulai mempromosikanhak asasi petani pada tahun2002 dan telah mengadopsiDeklarasi Hak Asasi Petani diKonferensi Internasional HakAsasi Petani pada Juni 2008,di Jakarta, Indonesia dan padasaat Konferensi InternasionalVia Campesina pada Oktober2008 di Maputo, Mozambik.Sebagai petani, dengan sekutukita, kita dapat mempromosi-kan hak-hak kita sendiri. La ViaCampesina terlibat dalam ban-yak konsultasi dengan anggotaorganisasi, pemerintah, paraahli dan peneliti, serta sektorlain dalam masyarakat. Inten-sitasnya telah ditingkatkan se-jak Konferensi Internasionaldi Jakarta 2008. Kami pergi keberbagai belahan dunia un-tuk mendukung upaya ini, ter-masuk ke Bolivia, Brazil, Mo-zambik, Thailand, India, Belgia,Spanyol, Indonesia dan Italia.Kami juga bergabung denganbeberapa sesi badan-badanPBB, termasuk inisiatif bersa-ma kantor Ketua Majelis UmumPBB pada Krisis Pangan Globaldan Hak atas Pangan pada bu-lan April 2009. Hari ini, kamiyakin bahwa hak petani didu-kung dan diperjuangkan olehberbagai sektor masyarakatdan pembuat kebijakan.

    Tantangannya terletak

    pada bagaimana cara untukmencapai kerjasama yang ter-

    baik di antara berbagai badanpengambil kebijakan interna-sional. Adalah penting bahwamasyarakat internasional jugamengakui peran petani di ting-kat kebijakan. Kami percayabahwa bekerja dengan berba-gai institusi dan pada berbagaitingkatan akan menghasilkankesempatan yang lebih luasuntuk melaksanakan prak-tek-praktek yang baik. Hanyabersandar pada satu strukturpengambilan kebijakan tidak

    akan bermanfaat bagi kita se-mua. Dalam konteks ini, sayamelihat bahwa dunia mem-butuhkan lebih banyak kerjasama antara lembaga-lembaga,dan membutuhkan pengakuanyang lebih luas bahwa kehidu-pan petani memang termar-ginalisasi. Dengan laporan ini,Komite Penasehat dengan jelasmenunjukkan cara positif un-tuk merespon krisis pangan.

    Laporan dari Komite Pe-nasehat menilai pentingnyapengakuan hak asasi petanidalam proses PBB. Dengan ini,PBB mulai mengungkap berba-gai diskriminasi yang dialamipetani. Saya mengucapkan ter-ima kasih kepada Komite Pe-nasehat untuk disertakannyaDeklarasi Hak Asasi Petani da-lam laporan ini. Hal ini sangatpenting. Ini adalah penanda da-lam menuju pengakuan penuhatas perjuangan para petani.

    Saya juga sangat mendesakKomite Penasihat untuk men-gadakan konsultasi, peneli-tian, dan komitmen yang lebihluas, sejalan dengan laporanini. Kami percaya bahwa den-gan melakukan hal tersebut,Komite Penasehat akan mem-bawa dukungan nyata kepadapetani, perempuan dan laki-laki. Kami berharap bahwa saatmusyawarah akan membawadukungan yang lebih kuat padaproses yang sudah terjadi da-lam mekanisme HAM PBB. Iniakan merupakan upaya pentinguntuk benar-benar mengakhiri

    kelaparan dan kemiskinan."#

    Henry Saragih, Ketua Umum SPI dan

    Koordinator Umum La Via Campesina

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    7/12

    7PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 73 MARET 2010

    Petani Eropa Terancam Krisis

    KEBIJAKAN AGRARIA

    BRUSSEL. Tahun 2009 yang lalumerupakan mimpi buruk bagidunia pertanian di dunia. Halini juga berlaku bagi pertaniandi eropa. Sektor peternakan bu-kan satu-satunya sektor yangmengalami krisis, pendapatanpertanian juga jatuh hampirdi mana-mana. Kerangka kerja

    WTO beserta Kebijakan AgrariaBersama (Common AgriculturePolicy-CAP) telah gagal danmenunjukkan ketidakmam-puannya untuk menyelesaikanmasalah.

    Malah sebaliknya, ke-bijakan-kebijakan yang me-reka jalankan malah semakinmemperburuk keadaan duniapertanian. Jumlah peternakanmenurun dengan curam, jum-lah pengangguran meningkatdengan cepat, jumlah penderita

    kelaparan di dunia meningkatsehingga mencapai lebih darisatu milyar orang, pemanasanglobal yang semakin mengan-cam, keanekaragaman hayatiyang semakin hilang, sertaada peningkatan pesat dalambiaya kesehatan akibat tinggidan dominannya produksi dankonsumsi.

    Berdasarkan semua ke-nyataan di atas, Uni Ero-pa malah sama sekali tidakbergeming dan tetap men-

    jalankan kebijakannya yangsangat pro terhadap neoliber-alisme. Di saat para produsendan konsumen menjadi pe-cundang, keuntungan duniaagribisnis malah semakin me-ningkat dan Supermarket yangmemiliki jaringan luas malahsemakin bertambah pesat.

    Javier Sanchez, anggota ICC(International CoordinatingCommite-Komite KoordinasiInternasional) La Via Campesi-na wilayah Eropa mengatakanbahwasanya jika saja Uni Eropagagal, maka kita akan meng-hadapi bencana sosial dan ben-cana lingkungan yang begituparah.

    "Tanpa petani, siapa yangakan memberi makan orang-orang? Kegagalan Kopenhagenyang lalu telah menunjukkan

    bahwa pemerintah berpikiranpicik. Kita sebagai petani Eropaharus mencari sekutu sebanyakmungkin dalam masyarakatuntuk mempertahankan per-tanian baru dan kebijakan pa-ngan. 2010 harus menjadi ta-hun untuk mengadakan diskusipublik yang luas di Uni Eropa,dalam rangka mendefinisikankembali kebijakan pertaniandan pangan dari 2013 dan se-terusnya, sebelum anggaranUni Eropa untuk periode ini

    disusun" tegas Javier.Javier menambahkan bah-

    wasanya ada beberapa hal yang

    perlu menjadi perhatian utamabagi Uni Eropa, yakni pertamaadalah menjamin akses panganbagi semua orang. Ini adalahtantangan global baik untuksekarang dan dalam dekade-dekade yang akan datang. Per-tanian berkelanjutan berskalakecil saat ini diakui sebagaisolusi terbaik. Namun telahdiabaikan oleh kebijakan per-tanian WTO yang menguntung-kan peternakan global denganskala besar. Tantangannyabukan teknis, tapi salah satuakses produksi pertanian danakses ke makanan.

    Kedua, sebagai responsuntuk mengurangi tingkat pen-gangguran adalah dengan caramenjadi petani karena denganbertani, setidaknya kebutuhanhidup sehari-hari dapat ter-penuhi sehingga bisa terwujudpetani dan masyarakat pede-saan yang mampu memberimakan masyarakat di Eropa.Dengan tingkat pengangguranyang semakin meningkat tajamini, Uni Eropa seharusnya tidakmemandang sebelah mata halini. Mempertahankan dan men-dukung instalasi petani telahterbukti mampu membangkit-kan nilai sosial ekonomi per-tanian yang telah hilang dalamKebijakan Agraria Bersamasaat ini.

    Ketiga adalah dengan me-ngurangi pemanasan globaldan menyelamatkan keaneka-ragaman hayati. Industrialisasiproduksi pertanian dan peter-

    nakan hewan perlu dihentikan.Oleh karena itu perlu dikem-bangkan praktek pertaniandan metode produksi yangmenguntungkan iklim dankeanekaragaman hayati yangada seperti pertanian kecil ber-basis keluarga. Hal ini berartimelepaskan diri dari modelpertanian saat ini yang cend-erung didominasi pertanianberskala besar dan agribisnis.#

    GL

    OBALIZ

    EHOPE

    GLOBALIZES

    TRUGGL

    E

    www.viacampesina.org

    Para petani eropa di depan lahan pertanian milik mereka di Prancis

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    8/12

    8 PEMBARUAN TANI CAMPESINOS EDISI 73 MARET 2010

    Kedaulatan Pangan sebagai Solusi Krisis Pertanian di Eropa

    KEDAULATAN PANGAN

    BRUSSEL. Javier Sanchez, ang-gota ICC (International Coordi-nating Commite-Komite Koor-dinasi Internasional) La ViaCampesina menyebutkan bah-wa kedaulatan pangan mem-berikan masyarakat dan UniEropa hak untuk mendefinisi-kan kebijakan pertanian danpangan rakyat yang didasarkanpada kebutuhan dan lingku-ngan mereka daripada menu-rut aturan-aturan perdaganganinternasional sebagaimana

    ditetapkan oleh "ideologi per-dagangan bebas". Sebagaicontoh, Uni Eropa sebenarnyaberhak untuk melarang tum-buhnya GMO (Genetically Modi- fied Organism-Benih RekayasaGentika) ataupun melarang im-por GMO jika warga negara UniEropa tidak merestuinya, tanpasama sekali WTO ikut campurdalam hal ini.

    "Hal Ini merupakan tang-gung jawab Uni Eropa untukmemutuskan beralih dari situ-

    asi saat 75% defisit proteinnabati digunakan untuk pakanternak ke salah satu swasem-bada pangan. Ini sangat mung-kin, mengingat lahan pertanianyang tersedia, dan juga pen-ting, mengingat taruhannya

    lingkungan. Ini berarti menin-jau kembali persetujuan WTOtahun 1994" ungkap Javier.

    Kedaulatan pangan ini me-letakkan prioritas utama padapertanian untuk memberi ma-kan masyarakat, daripada per-tanian produksi untuk perda-gangan skala internasional. UniEropa telah menjadi importirdan pengekspor terbesar ba-han makan hasil produksi, dankarena itu perlu benar-benarmempertimbangkan kembali

    prioritasnya. Dengan melaku-kan ekspor susu bubuk sekali-gus mengimpor kedelai untukpakan sapi, buah-buahan dansayuran (walaupun organik)ke negara-negara Selatan kar-ena biaya tenaga kerja disanayang lebih rendah, akan menu-ju ke kegagalan sosial dan ling-kungan. Di sisi lain, kedaulatanpangan mampu melokalkankembali produksi pertaniansehingga lebih dekat ke tempattinggal masyarakat.

    Kedaulatan pangan, denganmemberikan kesempatan padapara petani untuk memainkanperan sentral dalam memberimakan orang-orang di wilayah-nya, memberikan mereka rasalegitimasi sosial yang sering

    hilang melalui Kebijakan Per-tanian Bersama (CAP) saat ini.Prinsip kedaulatan pangan ber-tentangan dengan paham saatini yakni paham food power(kekuatan pangan) yang terle-tak di tangan rantai agribisnisdan swalayan raksasa.

    Ini adalah tugas kekuatanpolitik seperti Uni Eropa, untukmengatur produksi, pasar, dandistribusi, dan mengajak se-mua aktor yang berhubungandengan pangan untuk dudukbersama dan membicarakanmengenai masalah tersebut.Hal ini berarti mulai dari pro-

    dusen hingga ke tangan kon-sumen, contohnya denganmempersingkat rantai panganmelalui bentuk penjualan lang-sung ke konsumen, sehinggamemangkas proses distribusiyang memakan begitu punyaenergi. Mereka harus didoronguntuk melakukan hal ini mela-lui Kebijakan Pertanian danPangan (CAFP) dan standarkeselamatan untuk produk-produk olahan

    Javier juga menambahkan

    bahwa kedaulatan pangan tidakberarti swasembada ekonomiataupun mundur di belakangperbatasan. Kedaulatan Pan-gan Juga tidak menentang per-dagangan internasional; semuadaerah di dunia ini memilikiproduksi khas tersendiri yangberhak mereka perdagangkan,namun berdasarkan prinsip ke-tahanan pangan bahwa terlaluberbahaya apabila semuanyatergantung pada impor.

    "Di semua daerah di dunia,

    bahan makanan pokok harusdiproduksi secara lokal. Olehkarena itu semua daerah harusmemiliki hak untuk melindu-ngi diri terhadap impor ber-biaya rendah yang menghan-curkan produksi pertanian

    berbasis rumah tangga", tegasJavier.

    Kedaulatan pangan tidakhanya menganugerahkan hak-hak, namun juga menyiratkankewajiban untuk tidak meru-sak ekonomi pertanian ataupangan di wilayah lain di dun-ia. Semua jenis dumping, yaitusemua hibah yang memung-kinkan mengekspor produkpada harga yang lebih rendahdaripada biaya produksi harusdilarang. Ini juga berlaku untuksubsidi ekspor, dan juga untukskema pembayaran tunggaljika mereka membiarkan men-

    jual dan mengekspor denganharga di bawah biaya produksi.Kedaulatan pangan tidak hanyaditujukan pada populasi makanhari ini, tetapi juga memberimakan generasi masa depan,dan begitu juga pada pelestar-ian sumber daya alam dan ling-kungan.

    "Inilah mengapa kita perlumengembangkan cara produk-si pertanian yang mampumenurunkan emisi gas ru-mah kaca dan memanfaatkan

    keanekaragaman hayati. Den-gan memotong biaya transpor-tasi dan bergeser dari hanyasekedar pertanian intensif, kitaberhadapan dengan tantanganlingkungan dan iklim" tambahJavier.

    Javier juga menggarisbawa-hi bahwa melalui kedaulatanpangan dapat memberikan titikpertemuan bagi semua orangdi Eropa yang bekerja untukmengubah pertanian dan kebi-jakan pangan, dan mereka yang

    bekerja untuk merelokasikanpangan.

    "Ini adalah kedinamisanyang mampu menambah bobotpada orientasi kebijakan per-tanian masa depan", tambah-nya.#

    LA VIA CAMPESINAInternational Peasant Movement

    Agrarian Reform, Biodiversity and Genetic Resources,Food Sovereignty and Trade, Women, Human Rights,

    Migration and Rural Workers,Sustainable Peasant's Agriculture, Youth

    Seorang petani eropa sedang memanen hasil taninya menggunakan traktor

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    9/12

    9PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    Deklarasi Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)

    KOALISI

    Ketua Umum SPI, Henry Saragih (berdiri mengangkat tangan, tiga dari kiri) bersama para deklaratorAEPI lainnya yang umumnya berasal dari para ekonom dan akademisi kritis yang anti neoliberalisme

    JAKARTA. Sejumlah pimpinangerakan rakyat dan ekonomkritis kembali mendengung-kan perlawanan terhadapneoliberalisme. Ini dilakukanmelalui pendeklarasian Aso-siasi Ekonomi Politik Indone-sia (AEPI) di Gedung Perpusta-kaan Nasional, Jakarta, Selasa(9/2). Henry Saragih, KetuaUmum Serikat Petani Indo-nesia (SPI) sebagai salah satu

    deklarator AEPI dalam sambu-

    tannya mengatakan bahwa or-ganisasi ini merupakan sebuahsinergi dari gerakan rakyat danakademisi untuk mengakhirigagasan dan praktek ekonomineoliberal di Indonesia. Berdi-rinya AEPI merupakan energibaru bagi gerakan rakyat un-tuk mengukuhkan praktek-praktek ekonomi kerakyatanyang dilakukan gerakan rakyatseperti SPI kedalam konsepsi

    akademis yang akhirnya men-

    jadi kelembagaan ekonomisecara nasional ungkapnya.

    Sementara itu, dalamnaskah deklarasi dibacakanlima misi pembentukan AEPI.Pertama melanjutkan per-juangan para pendiri bangsadalam mewjudkan perekono-mian yang mandiri, demokra-tis, berkeadilian sebagaimanadigariskan pasal 33 UUD 1945beserta penjelasannya. Ke-dua, mengkaji dan mengoreksiberbagai kebijakan ekonomipolitik Indonesia yang ber-tentangan dengan cita-citademokrasi dan amant konstitusi.

    Ketiga, menyebarluaskan

    gagasan mengenai urgensipeningkatan kemandiriandan demokratisasi perekono-mian Indonesiabagi pening-katan kesejahteraan rakyat.Keempat, meningkatan de-rajat dan martabat mayoritasrakyat Indonesia sebagai tuandi negeri sendiri. dan Kelima,membentuk sebuah wadahperjuangan kaum terpelajaryang berpihak pada konstitusi.

    AEPI dideklarasikan olehpara akademisi lintas univer-

    sitas dan beberapa pemimpin

    gerakan rakyat, antara lain;Henry Saragih (Serikat PetaniIndonesia), Ahmad Daryoko(Serikat Pekerja Badan Usa-ha Milik Negara), RidwanRangkuti (FISIP-UniversitasSumatera Utara), Deliarnov(Universitas Riau), SyamsulHadi (FISIP UI), Profesor Mu-hammad Yunus (UniversitasHasanuddin), Henry Saparini(Econit), Rus Isti (Universi-tas Satya Wacana Salatiga),Ichsanoodin Noersy (PustekUGM), Fahmi Radi (MubyantoInstitute), dan Ignatius Wi-bowo (Universitas Indonesia).

    Selain para akademisitersebut, deklarasi ini juga di-hadiri para tokoh senior, seper-ti Prof. Kwik Kian Gie, Prof. SriEdi Swasono, Prof. Dr. MuchtarMasoed, Prof. Sediono Tjon-dronegoro, Prof. ZulhasrilNasir, dan Prof. M. Mustafa. #

    PETANI BERSATU

    TAK BISADIKALAHKAN !!!

    www.spi.or.idPara Deklarator AEPI membaca naskah deklarasi AEPI,dipimpin olehRevrisond Baswir (di belakang microphone) selaku Ketua Steering Commite

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    10/12

    10 PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    DPW SPI Sumut gelar pendidikankader

    KEBIJAKAN AGRARIAPENDIDIKAN

    MEDAN. Badan PelaksanaWilayah (BPW) Serikat PetaniIndonesia (SPI) SumateraUtara mengadakan pendidikankader E di Sekretariat DPW SPISumut tanggal 26 27 Januari2010. Pendidikan kader E inidiikuti oleh 21 orang kaderyang berasal dari beberapakabupaten, diantaranya Kabu-paten Asahan, Padang Lawas,

    Simalungun, Samosir, Deli Ser-dang, Pak-pak Barat, Batu Bara,Langkat, dan Medan. Pendidi-kan yang dilaksanakan selamadua hari ini diisi dengan materimengenai Ke-SPI-an, SistemEkonomi Politik Indonesia, danagenda perjuangan SPI.

    Banyak hal yang saya pela-jari dari pendidikan kali ini se-bagai bekal saya untuk mem-bangun basis agar lebih majulagi ungkap Devina pesertapendidikan dari Basis Sei Ro-tan Kecamatan Percut Sei TuanKabupaten Deli Serdang.

    Pada dasarnya pendidikan

    kali ini bertujuan untuk penge-nalan kepada kader mengenaitema perjuangan yang diembanoleh SPI dan rata-rata pesertapendidikan kali ini kebanya-kan kader-kader muda yang di-harapkan ke depannya menjadiujung tombak dari perjuanganSPI ungkap Henri Chandra Ha-sibuan, Kepala Biro PendidikanDPW SPI Sumut yang merasa

    cukup berbangga hati melihatantusias dari peserta pendidi-kan dalam mengikuti semuamateri yang ada dalam pen-didikan kader E ini.

    Di akhir acara pendidi-kan, Wagimin, Ketua DPW SPISumut mengungkapkan hara-pannya agar para peserta pen-didikan dapat menularkan ilmuyang didapat dalam pendidikanini kepada anggota-anggotabasis lainnya, Sesungguhnyakekuatan SPI ini berada di tan-gan-tangan tangguh kadernya,ungkapnya.#

    Panitia dan peserta pendidikan kader E SPI di kantor DPW SPI Sumatera Utara

    Kekuasaan Untuk Pembaruan Agrariadan Kedaulatan Pangan

    CIAWI. Petani sudah saat-nya merebut kekuasaan un-tuk mendorong pembaruanagraria dan kedaulatan pa-ngan. Hal ini disampaikanEka Kurniawan Sago Indra,anggota Majelis NasionalPetani (MNP) Serikat PetaniIndonesia (SPI) wilayahSumatera Barat pada Ra-pat Pleno III SPI di Ciawi

    Bogor (2-4 Februari). Sagomenjelaskan bahwa saat inipetani dihadapkan pada di-namika politik liberal yangmemberikan peluang yangsangat luas pada elit politikuntuk duduk di kekuasaan.Petani miskin dan rakyattertindas selalu terping-girkan dalam sistem politiktersebut. Untuk itu perlumembuat strategi baru agarpetani bisa merebut kekua-saan dalam upaya mendo-rong pembaruan agraria dankedaulatan pangan, tegas-nya.

    Sago menambahkanbahwa SPI sebagai orga-nisasi gerakan petani yangberbasis massa janganlagi terhegemoni oleh elitkekuasaan untuk mendu-kung mereka, tetapi sudahsaatnya menyiapkan kader-kader pilihan untuk bertar-ung pada Pemilihan KepalaDaerah (Pilkada) yang di-selenggarakan dalam waktu

    dekat ini seperti di KabupatenLima Puluh Kota, Sumatera Ba-rat. Saya sendiri sudah dim-inta oleh petani, rakyat miskindan organisasi sosial lainnyauntuk mencalonkan diri men-jadi Calon Bupati di KabupatenLima Puluh Kota melalui calonindependen, ungkap Sago.

    Mugi Ramanu, Ketua MNPSPI dari Jawa Tengah yang

    memimpin Rapat Pleno III SPImembenarkan ungkapan Sago.Dia mengatakan bahwa padaRapat Pleno kali ini SPI sudahmembuat Surat Keputusan ten-tang penugasan Saudara SagoIndra untuk bertarung menjadibupati di Kabupaten Lima Pu-luh Kota. Rekomendasi ini di-landasi oleh kenyataan bahwa,elit politik yang duduk padakekuasaan saat ini tidak ber-pihak pada petani, tapi hanyamencari kekayaan pribadi dan

    kroninya, jelasnya. Sementaraitu, Ketua Umum Serikat PetaniIndonesia, Henry Saragih men-egaskan bahwa SPI mendukungpencalonan Eka KurniawanSago Indra sebagai calon Bu-pati independen untuk Kabu-paten Lima Puluh Kota, Sumat-era Barat. SPI memandangpencalonan ini bukan sekedarkekuasaan, tapi soal merebutkembali kedaulatan rakyat, da-lam rangka perjuangan mewu-judkan pembaruan agraria dankeadilan sosial tegas Henry.#

    (Kiri-kanan)Henry Saragih,Eka Kurniawan Sago Indra,Mugi Ramanu

    UUPA No. 5 TAHUN 1960

    UNTUK REFORMA

    AGRARIA SEJATI !!!

    www.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    11/12

    11PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    PEJUANG TANI

    Mugi Ramanu: SPI adalah panggilan jiwa

    JAKARTA. Dahulu, waktumelakukan pengorganisiranpetani di desa kampung hala-man saya, saya sering diten-

    tang oleh istri, tapi karenapanggilan jiwa, saya tetap sajabersemangat dan maju terus.Itulah ungkapan hati Mugi Ra-manu, pria kelahiran 26 Juni1967, yang merupakan salahsatu potret anak bangsa yangsangat peduli terhadap nasibpetani di Indonesia.

    Mugi lahir di tengah ke-luarga yang cukup sederhana.

    Pada usia 2 tahun, ayahnyameninggal dunia, sedangkanibunya hanya seorang petanikecil yang harus menghidupi

    Mugi dan seorang adiknya.Pada saat menginjak remaja,Mugi termasuk murid yangcukup cerdas. Mugi berhasilmendapatkan beasiswa selamaSMP. Namun demi membantupenghidupan keluarganya,Mugi terpaksa harus berhentidi tingkat SMP dan tidak melan-jutkan ke jenjang berikutnya.

    Perkenalan pria ini de-

    ngan dunia pengorganisirinmassa petani dimulai pada

    sekitar tahun 1997. Mugi yangsebelumnya berprofesi se-bagai pedagang pakaian inimerasa miris dengan kondisipetani di kampung halaman-nya, di Batang, Jawa Tengah.Waktu itu ada konflik lahanseluas 152 hektar di desa saya,kepala desanya ini enggakbenar, dia menyerobot lahanpetani ungkap Mugi dengansemangat. Melihat keadaan ini,Mugi bersama rekannya mulaimelakukan konsolidasi denganmasyarakat dan petani disana.Mugi menyebutkan bahwa la-han tersebut dulunya tanah mi-lik petani dan pada tahun 1929dirampas oleh Belanda dan di-tanami perkebunan tebu.

    Setelah Indonesia merde-ka, tanah ini diolah pemer-intahan daerah dan pernahdipinjam oleh Pemda. Namunhingga tahun 1997, tanah initidak pernah dikembalikan kerakyat.

    Pria berkumis tipis ini ke-mudian melakukan audiensi ke

    DPR dan Bupati setempat. Pada1998, Mugi bersama rekan-re-kannya kemudian mendirikanFORSOP (Forum SolidaritasPetani Batang) dan dipercayamenjadi ketuanya. FORSOPinilah yang menjadi cikal bakalberdirinya Serikat Petani JawaTengah (SPJT). Mugi yang jugadeklarator SPJT ini bersamabeberapa serikat petani dariprovinsi lain seperti SerikatPetani Sumatera Utara (SPSU),Serikat Petani Kabupaten

    Sikka(SPKS), Serikat Petani Su-matera Barat (SPSB), dan lain-nya kemudian mendeklarasi-kan lahirnya Federasi SerikatPetani Indonesia (FSPI) pada8 Juli 1998 di desa Lobu Rap-pa, Kecamatan Bandar Pulau,Kabupaten Asahan, SumateraUtara. Pada Kongres III FSPIyang diadakan pada tanggal

    2-5 Desember 2007 di PondokPesantren Al-Mubarrak Mang-

    gisan, Wonosobo, Jawa Tengah.Pada saat itu, 10 serikat petanianggota FSPI mendeklarasikandiri untuk melebur ke dalamorganisasi kesatuan yang ber-nama Serikat Petani Indonesia(SPI).

    Pria dengan dua orang anakini bertutur bahwa akhirnyaperjuangannya dan rekan-re-kannya meminta kembali hakatas tanah mereka berhasil.Pada tahun 1999, mereka ber-hasil melakukan reklaiminglahan.

    Perjuangan yang dia laku-kan tersebut kerap menerimaberbagai ancaman dari pihak-pihak yang tidak menyukainya.Ia pernah mendapatkan aca-man dari preman yang datangkerumahnya. Preman itu da-tang ke rumah saya dan men-gancam akan membunuh sayasekeluarga, apabila aktivitassaya mengorganisir petani initerus saya lakukan, tapi ya kar-ena panggilan jiwa tadi, sayatetap saja maju terus ungkap

    Mugi dengan sangat berseman-gat.

    Pria yang saat ini menjabatsebagai Ketua Majelis NasionalPetani (MNP) SPI menyatakanSPI sebagai organisasi gerakanmassa tani, dalam konteks per-juangannya adalah organisasitani paling ideal yang mem-perjuangkan petani miskin.Mugi yang saat ini juga sudahmenjadikan bertani sebagaiaktivitas utamanya juga meng-harapkan dengan SPI, perjuan-

    gan pembaruan agrarian dankedaulatan pangan ini akan se-makin global.

    SPI adalah organisasi per-juangan massa petani yang pal-ing berkomitmen dalam mem-perjuangkan gerakan rakyattutur pria ini sambil terse-nyum.#

    RICE IS LIFE, CULTURE AND DIGNITY

    Beras adalah Kehidupan, Kebudayaan, dan Martabatwww.spi.or.id

  • 8/3/2019 Edisi 73 (Maret 2010)

    12/12

    12 PEMBARUAN TANI EDISI 73 MARET 2010

    Benih lokal organik untuk kedaulatan petani

    PERTANIAN ORGANIK

    BOGOR. Akses terhadapbenih menjadi salah satu per-masalahan laten petani di In-donesia. Petani terus dijauh-kan dari sistem pertanianyang mandiri dan berdaulat,termasuk dalam hal kemandi-rian untuk penggunaan danproduksi benih. Sejak revolusi

    hijau, penguasaan benih bera-lih dari tangan petani ke pe-rusahaan industri benih yangmengklaim atas nama teknolo-gi penghasil keunggulan dalamhal produktivitas dan ketahan-an terhadap penyakit.

    Faktanya, kemajuanteknologi tersebut bukannyasemakin mensejahterakanpetani. Teknologi yang seha-rusnya bermanfaat bagi petanisebagai subjek dari kegiatanpertanian tersebut malah jus-

    tru menjadi pundi penghasilkekayaan bagi para pemilikmodal. Petani semakin tergan-tung terhadap benih hibridayang semakin hari harganyasemakin melangit. Sebagaicontoh, data terakhir menye-butkan bahwa Industri benihjagung hibrida di Indonesiamasih dikuasai oleh PT Du-Pont. Sebagai pemimpin pasar,dengan produk benih jagunghibrida merek Pioneer, DuPontmenguasaimarket share hingga

    35%. Perusahaan yang memi

    -liki pasar utama di Jawa yangmencapai 80-82% ini dalam 10tahun telah memiliki 27 jenisvarietas jagung hibrida yangsudah dikembangkan sebagaihasil kerjasama dengan balaipenelitian benih pemerintah.

    Atas dasar kondisi tersebut,maka sudah menjadi suatu ke-

    wajiban bagi SPI sebagai salahsatu ormas tani di Indonesiauntuk mengembalikan kedau-latan petani dalam mengaksesbenih. Untuk itu SPI kemudianmendirikan Pusat PerbenihanNasional di Bogor Jawa Barat.

    Titis Priyowidodo, koor-dinator Pusat Perbenihan SPImenyebutkan bahwa pusatperbenihan nasional ini meru-pakan tempat memproduksibenih-benih lokal untuk ke-pentingan petani terutama

    petani anggota SPI. Sampaisaat ini terdapat 52 jenis calonbenih di bank benih SPI. Benih-benih tersebut berasal dariberbagai wilayah di Indonesiayang di dapatkan melalui per-tukaran dengan anggota SPIdi wilayah lain maupun daripetani di negara lain anggotaLa Via Campesina (OrganisasiPetani Internasional). Benih-benih tersebut disimpan diruang penyimpanan, untuk se-lanjutnya calon benih ini akan

    ditanam di lahan konservasi

    dan diproduksi sesuai dengankebutuhan anggota. Penana-man ini bertujuan untuk meng-indentifikasikan karateristikbenih yang nantinya akan digu-nakan sebagai bahan kodifikasidan pelabelan. Sampai saat ini,baru empat jenih benih yangtelah di tanam dilahan kon-sevasasi, yaitu bayam, pepaya,bengkoang dan kacang tanah.

    Titis menambahkan bahwaBank Benih SPI telah mem-produksi dan menyalurkandelapan benih tanaman kepetani anggota SPI di Bogor,diantaranya adalah bayam, pe-paya, kacang tanah, bengkoang,padi ciherang, situ bagending,pandan wangi dan metik susu.Proses penyalurannya dilaku-kan melalui koperasi. Selain

    itu juga, anggota SPI di wilayahlain juga telah mengakses benihdari Bank Benih.

    Kebutuhan akan benihanggota kita sangat besar, sam-pai saat ini kita belum bisa me-menuhi semua permintaaananggota dibasis, untuk itu bankbenih melakukan pembelianbenih dari petani penangkareksternal yang juga merupakananggota SPI untuk memenuhipermintaan tersebut, Ujar Ti-tis. Untuk meningkatkan mutubenih yang dihasilkan, bankbenih terus melakukan pen-didikan kepada petani-petani

    penangkar benih dibasis danmenjalin kerja sama denganlembaga-lembaga riset per-benihan.#

    Berbagai bibit organik lokal yang merupakan hasil produksibank benih SPI untuk mendukung sistem pertanian berkelanjutan