suyuthi institute edisi maret

8
Suyuthi Institute Edisi Maret 2015 Bersambung ke hal-7 Progresif, Beramal Ilmy, Ilmu Amaly Buletin Bulanan Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU) Jakarta dan Sekitarnya | Website: www.ikamarujakarta.com BERLARI MIMPI MENGEKSEKUSI

Upload: suyuthi-online

Post on 08-Apr-2016

245 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Bersambung ke hal-7

Progresif, Beramal Ilmy, Ilmu AmalyBuletin Bulanan Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU) Jakarta dan Sekitarnya | Website: www.ikamarujakarta.com

BERLARIMIMPIMENGEKSEKUSI

Page 2: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Ikamaru News

IKAMARU JAKARTA -- Setelah ter-pilih menjadi Ketua Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU) Cabang Jakarta dan Seki-

tarnya (Jakser) pada akhir Desem-ber tahun lalu, Ahmad Riyadi ber-komitmen mengembangkan jaringan IKAMARU seluas-luasnya. Selain un-tuk menyiarkan nama ikatan alum-ni tersebut, Sugeng (sebutan akrab Riyadi) juga bermaksud menyiarkan tradisi Nahdlatul Ulama di kalangan mahasiswa atau khalayak luas.

Hal tersebut mulai ia real-isasikan meskipun kepengurusan belum terbentuk. “Meskipun kepun-gurusan belum terbentuk, saya mencoba merapat ke beberapa ika-tan alumni pesantren dari beberapa daerah, kita awali pembukaan jari ngan dengan mengadakan acara Pe ringatan Maulid Nabi Muhammad,” ujarnya ketika ditemui setelah aca-ra Maulid Nabi di Masjid FISIP UIN Jakarta, Sabtu (3/1).

Sugeng mengatakan, ia akan mengundang beberapa organisasi ikatan pesantren untuk meramaikan acara mingguan IKAMARU Jakser, di-skusi kamisan, ngaji kitab kuning, dan barzanzi. Menurutnya, dengan

Ketua Ikamaru Jakser, Ahmad Riyadi saat acara MOKKA 2014

memberikan fasilitas kepada beber-apa ikatan alumni pesantren lain, secara tidak langsung IKAMARU mu-lai berani menjalin ikatan emosion-al dengan alumni-alumni pesantren yang memunyai kesamaan ideologi.

“Memang sudah saatnya IKAMA-RU Jakser berani keluar untuk men-jalin persahabat dan membangun jaringan dengan alumni pesantren lain. Dari mereka (alumni pesant-ren lain) kita akan banyak belajar dan bertukar pikiran untuk berjuang menjaga nilai-nilai santri yang telah diajarkan di pesantren,” jelasnya.

Hal ini mendapat sambutan dan dukungan penuh dari eksil Ketua IKAMARU Jakser sebelumnya, Ahmad Zaim. Ia menuturkan, ide Sugeng un-tuk membuka jaringan sangatlah ba-gus dan harus segera direalisasikan. “Dulu ketika saya menjabat, saya konsentrasi memperbaiki internal. Namun untuk sekarang, IKAMARU Jakser atau IKAMARU di manapun berada harus go public,” ungkapnya penuh harap.[]

Ahmad Riyadi :Berkomitmen Kembangkan Jaringan

Anis Sanjaya

IKAMARUJAKARTA.-- Setelah lama vakum, grup rebana Laskar Assuyuthi kembali bangkit dengan nama semen-tara Front Pembela Ikamaru (FPI) Klu-tik Nada. Namun, grup rebana yang digawangi IKAMARU Cabang Jakarta dan Sekitarnya ini masih kekurangan personil.

Menurut salah satu tim pembina sekaligus pelatih FPI Klutik Nada, Mas Poer, grup ini akan menggelar latihan setiap Minggu di Basecamp IKAMARU Jakser. “Saya menghimbau semua teman-teman IKAMARU Jakser untuk ikut berlatih,” katanya di sela-sela latihan rebana, Minggu, (4/1).

“Semangat teman-teman IKAMA-

RU Jakser untuk kembali menjaga dan menghidupkan kesenian Islam ini ter-lihat sekali. Sekali latihan saja mere-ka sudah menguasai tabuhan dasarn-ya. Meskipun suara tabuhannya belum begitu enak didengarkan telinga. Saya yakin kalau kitaistiqomah berlatih, pasti bagus dan layak manggung di mana-mana,” terang mahasiswa S2 IIQ tersebut.

Senada dengan Mas Poer, Ketua Terpilih IKAMARU Jakser, Ahmad Ri-yadi mengaku salut dengan semangat anggota IKAMARU Jakser yang ingin menghidupkan kembali grup reba-na tersebut. “Saya sangat terharu melihat perjuangan mereka. Semoga

semangat ini selalu terjaga di IKAMARU Jakser,” harap Riyadi.

“Hingga saat ini, alat-alat rebana masih meminjam dari teman salah satu senior IKAMARU Jakser, Sofwan. Se-moga suatu saat kita mampu membeli alat-alat tersebut dan selalu memfasil-itasi kreatifitas teman-teman IKAMARU Jakser. Nah, unuk nama grup rebanan-ya belum kita sepakati, FPI Klutik Nada hanya nama celetukan dari beberapa anggota,” ungkapnya.

Riyadi berharap, personil rebana tidak hanya dari anggota yang mene-tap di basecamp, melainkan seluruh anggota juga turut belajar dan ikut ngurip-ngurip IKAMARU Jakser. [] Anis

IKAMARU Jakser Bentuk Grup Rebana

2

Page 3: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Ikamaru News

IKAMARUJAKARTA---Ketua Terpi-lih Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU) Cabang Jakarta dan Sekitarnya (Jakser), Ahmad Riyadi, menghimbau kepada semua anggota untuk aktif dimana-pun berada. Hal itu ia ungkapkan lantaran melihat kondisi beberapa anggota IKAMARU yang nyaman hid-up di basecamp maupun kostan mas-ing-masing.

Meskipun, lanjut Sugeng (sapa-an akrab Riyadi), aktif di luar kelas atau menjadi mahasiswa Kupu-Kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) adalah hak setiap anggota IKAMARU Jakser, namun alangkah lebih baiknya untuk aktif di organisasi-organisasi intra maupun ekstra. “Saya tidak mem-batasi anggota aktif di organisasi manapun, yang penting satu, jangan lupa baca buku, belajar lebih rajin, dan tahlilan,” katanya, Selasa (6/1).

“Saya dulu juga seperti itu, nya-man menjadi mahasiswa Kupu-Ku-pu. Tapi saya baru sadar pentingnya

mengikuti organisasi. Saya sangat berharap, dengan ikut berorganisasi di luar IKAMARU Jakser, para anggo-ta dapat mengharumkan nama IKA-MARU,” ujarnya.

Menurut Sugeng, IKAMARU Jak-ser bisa berkembang hingga seper-ti sekarang lantaran senior-senior yang menimba pengalaman di or-ganisasi-organisasi yang lebih ma-pan dan kemudian sedikit banyak diterapkan di IKAMARU Jakser. Se-lain itu, dengan mengikuti organi-sasi, para anggota IKAMARU Jakser bisa bercermin dan menakar seber-apa dalam keilmuan yang ia kuasai. “Kalau sadar akan kebodohannya, saya yakin hal itu akan menjadi mo-tivasi untuk terus mengembangkan diri dan mengupgrade pengetahuan-

nya,” tambahnya. Menanggapi hal tersebut, salah

satu anggota baru IKAMARU Jakser, Ahmad Chabib Muharor turut angkat bicara. Menurutnya, dunia organisasi menawarkan ribuan pelajaran, baik pelajaran tentang hidup ataupun pengembangan kedewasaan. “Saya saat ini tengah mencoba ikut organ-isasi intra kampus, dan jika nanti saya nyaman di sana saya tak akan pernah sekalipun meninggalkan atau melupakan IKAMARU Jakser. Saya cinta IKAMARU Jakser,” ungkapnya.

Chabib menuturkan, nyaman be-rada di basecamp adalah penyakit yang dapat menggrogoti sendi-sendi menikmati masa muda. Kalau, tam-bah Chabib, sudah seperti itu harus ada evaluasi dari diri masing-mas-ing. “Memang nongkrong di base-camp harus diistiqomahkan, tapi harus pada waktu-waktu tertentu. IKAMARU Jakser adalah rumah, maka kembalilah setelah lelah seh-arian beraktifitas di luar,” ujarnya.

Anggota Ikamaru Jakser Harus Aktif

“Saya tidak membatasi ang-gota aktif di organisasi manapun,

yang penting satu, jangan lupa baca buku, belajar lebih rajin, dan

tahlilan,”3

Page 4: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Ikamaru News

4

Bom Itu Bernama IKAMARU Jakser“Tang, tang, tang, tang, ding, ding, ding, ding,” suara Mas Poer menuntun tangan

Habib yang tengah memukul kulit rebana.

Pagi tadi, selepas lari-lari meny-usuri jalanan Situ Gintung, suasana basecamp IKAMARU Jakser menda-dak riuh. Tak seperti Minggu-Minggu sebelumnya yang pada jam-jam itu hanya terdengar suara orang men-dengkur. Sekitar 15 meter sebelum sampai gubuk ikatan alumni terse-but, sayup-sayup terdengar suara sahut-sahutan tabuhan rebana.

Benar. Sesampainya di basecamp langsung disuguhi beberapa anggota yang tengah duduk membentuk ling-karan. Ada yang joget-joget sam-bil tertawa, ada yang konsentrasi penuh, ada yang menonton tv. Boleh dikatakan, bermacam ekspresi ke-giatan namun fokus satu kegiatan, latihan rebana.

“Ayo jajal habiskan satu lagu,” ujar Pelatih Rebana Front Pembe-la Ikamaru Klutik Nada, Mas Poer. Sentak semua terdiam dan suasana

menjadi hening, menunggu vokalis menyanyikan sebuah lagu. “Sho-latum....” dan kemudian suasana kembali riuh.

“Rodok cepet, nutuk ‘tang’ seng ceto,” Mas Poer mengingatkan. Be-gitulah kurang lebih gambaran kegi-tan saban Minggu anggota IKAMARU Jakser. “Selain ngurip-ngurip kese-nian Islam, kegiatan ini juga untuk menguatkan keraketan antar anggo-ta,” ujar Mas Poer, Minggu (11/1).

Keinginan anggota IKAMARU Jakser untuk kembali menghidup-kan grup rebana yang vakum bukan hanya omong kosong belaka. Ham-pir setiap hari sepulang kegiatan masing-masing, beberapa anggota duduk diam memegang rebana sam-bil mulutnya komat kamit menuntun tangan. Menghafalkan tabuhan yang telah diajarkan Mas Poer.

“Teman-teman sudah layak tampil, meskipun baru pantas pada tataran mengiringi albarzanzi Ka-misan IKAMARU Jakser. Tapi hal itu tak apa, yang penting mau terus

berlatih dan bersungguh-sungguh saat berlatih. Orak kakean guyon,” kata Mas Poer.

“Saya sangat mengapresia-si keseriusan teman-teman semua yang mau meluangkan waktu untuk belajar dan kembali menghidupkan grup rebana IKAMARU Jakser. Harus-nya memang seperti ini. Kegiatan psotif yang harus kita jaga,” ungkap Ketua Terpilih IKAMARU Jakser, Ah-mad Riyadi.

Di tengah riuh dan berisiknya latihan, Riyadi mengatakan, pengu-rus baru IKAMARU Jakser akan men-gupayakan dan memfasilitasi bakat anggota yang sangat beragam. “Tak hanya rebana, yang suka nulis, yang suka diskusi, yang suka sepedahan, yang suka kegiatan sosial, yang suka alam, semua akan kita usahakan. Banyak senior-senior kita yang telah mapan dan maenguasai beragam ke-giatan minat bakat tersebut. IKAMA-RU Jakser harus seperti BOM, yang siap meledak kapan saja,” tutup Ri-yadi. [] Ipunk

Page 5: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Eksistensi. Kadang-kadang, kita perlu untuk sebuah eksistensi. Na-mun, saat eksistensi keblabasan ujung-ujungnya malah chauvinisme.

Dalam beberapa bulan terakhir ini, penulis sering ngobrol bahkan sering terlibat dalam agenda maha-siswa yang mengatasnamakan Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (IKAMARU). Ada dua catatan penting yang diharapkan menjadi bahan evaluasi ke depan.

Pertama, mahasiswa yang terli-bat di IKAMARU hanya menganggap keluarga kecil tanpa ada perspektif persatuan gerakan yang bisa mengu-bah kondisi kampus menjadi lebih maju atau sesuai dengan esensinya sebagai penggodok tenaga ahli yang akan memberikan pengabdiannya pada masyarakat.

Kedua, IKAMARU semakin sempit dalam memandang sebuah eksisten-si. Mereka masih terjebak pada ek-sistensi yang menitikberatkan pada tataran belajar organisasi. Meski mereka masih menganggap jika or-ganisasi mereka diinjak, mereka

merasa terusik dan balas menginjak bahkan menggasak siapapun yang mengusik. Namun, tidak sebaliknya, jika negeri ini diusik, mereka masih duduk manis seolah tak ada beban.

Penulis meyakini, bencana pal-ing besar dalam sejarah mahasiswa adalah eksistensi yang menekan in-dividualistik mereka. Mereka sudah lupa bergerak bersama-sama. Mere-ka sudah lupa dengan arti perjuan-gan, mereka tidak sadar bahwa sam-pai hari ini kita masih dijajah negara asing dari berbagai sektor.

IKAMARU kiranya belajar kem-bali bagaimana kesetiaan kalangan pesantren terhadap visi kebang-saan Indonesia. Dalam persiapan kemerdekaan Indonesia misalnya, tokoh NU-lah yang langsung terlibat dalam pelbagai perjuangan, antara lain KH. Wahid Hasyim dan KH. Mas-jkur. Mereka adalah Founding Fa-thers(Bapak Pendiri) negeri ini, ber-sama Soekarno, Hatta, Sjahrir, dan H. Agus Salim. Pun dalam deretan ini, dari Muhammadiyah terdapat KH Kahar Muzakkir dan KH Mas Mans-

ur yang sama-sama berjuang untuk Indonesia.

Bung Karno pernah bilang, “Per-juanganku lebih mudah karena men-gusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri”. Ucapan itu ma-sih relevan ketika eksistensi keindo-nesiaan hari ini menghadapi banyak tantangan serius.

Dengan modal sejarah yang gem-ilang dalam memperjuangkan ke-merdekaan tersebut, alumni pesant-ren mestinya bisa berbuat banyak untuk turut membantu penyelesaian berbagai masalah pelik di negeri ini.

IKAMARU harus punya terobosan yang berbeda dari para pemimpin pesantren yang belakangan marak terlibat dalam politik praktis namun tidak banyak yang memiliki visi ke-bangsaan seperti para pendahulu mereka. Penulis berharap, pesant-ren melalui para kiai, santri dan alumninya di masa-masa mendatang dapat memainkan lagi peran ke-bangsaan seperti yang dilakukan oleh para pendahulu mereka.[]

Menakar Kembali Arti ‘Eksistensi’ IKAMARU

Don JongPewarta Sindo Weekly

Pendapat

5

Page 6: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Iki Iku

Di hampir seluruh belahan dunia, dari anak kecil hingga orang dewa-sa gandrung akan permainan bulu tangkis. Selain itu, di setiap negara membentuk organisasi-organisasi yang concern menangani, mengembang-kan, dan membina atlet-atlet lihai untuk mengharumkan serta menjaga martabat negara masing-masing pada kancah internasional.

Bulu tangkis atau badminton secara umum masuk dalam kategori olahraga permainan. Selain menjadi adu kreatifitas memainkan raket, olahraga favorit kedua setalah sepak bola ini seakan menjadi pilihan untuk menyehatkan badan dan melepas stres. Namun, seiring berjalannya waktu, bulu tangkis tak hanya sebatas pelarian atas kejenuhan yang mend-era di tengah aktivitas. Bulu tangkis menjadi olahraga yang syarat dengan nilai-nilai filosofis dan bisa dijadikan alat untuk persatuan antar bangsa.

Secara individual, permainan bulu tangkis mengajar manusia menguasai diri di lapangan. Dari situ manusia dapat mengambil pelajaran bagaima-na mengelola emosi agar tetap tenang dan percaya diri, sehingga ketika mendapatkan tekanan bisa secara taktis mengubah strategi dan bangkit ketika terpuruk oleh keadaan. Dengan begitu, manusia tak perlu takut sendi-ri karena ada semangat dan keingi-nan untuk bangit yang selalu setia menamani.

Suara sorakan penonton (apabila ada yang menonton) hanya seba-tas hembusan angin yang memberi kesejukan. Tanpa percaya diri dan ketenangan menghadapi lawan, sorak-soari penonton tersebut malah membuat fokus menghadapi musuh semakin luntur.

Sedangkan saat bermain ganda, pemain belajar bagaimana bekerja sama dan berkomunikasi dengan mitranya. Mencoba untuk saling menutupi kelemahan mitra, saling

mendukung, saling memberi semangat, saling pengertian, saling memberi kritik saran, dan saling apresiasi.

Bermain ganda lebih sulit diban dingkan bermain sendiri. Kalau sendiri bisa bebas bermain dan menggunakan gaya semaunya, sedangkan bermain ganda membutuhkan kolaborasi antar dua teknik yang berbeda menjadi taruhan. Dua pemain harus senantia-sa menjaga komunikasi, agar tidak salah paham dan tidak membiarkan kok menyentuh karpet sendiri. Hal itu persis seperti menjalani kehidupan sehari-hari, apabila komunikasi tak ter-jalin dengan baik, kemungkinan besar kata harmonis dengan para tetangga atau bahkan dengan keluarga sendiri tak akan pernah didapatkan.

Emosi adalah kunnci, begitu yang dikatakan para ahli psikologi. Artinya, ketika manusia bisa mengendalikan emosi maka akan menghasilkan segala sesuatu yang bermanfaat untuk prib-adi maupun orang lain. Dan apabila emosi itu diturti dan dimanjakan akan berdampak sebaliknya. Seperti yang di-ungkapkan Anthony Dio Martin, seorang penulis buku Emotional Quality Manage-ment dan Audio Book Emotional Power, bahwa kesuksesan itu ditentukan oleh visi, imajinasi, aksi, dan emosi. Sekali lagi, emosi berperan penting karena manusia saling berhubungan dan mem-butuhkan satu sama lain.

Belajar dari Kok dan RaketKok atau bola dl permainan bulu

tangkis, terbuat dari gabus berbentuk setengah bulatan yg dilapisi kulit tipis, pada bagian yg rata diberi bulu-bulu unggas yg dipasang berdiri melingkar sepanjang pinggirnya. Dari kok tersebut manusia bisa mengambil pelajaran. Bulu unggasyang dianggap tak ber-manfaat ternyata mempunyai manfaat apabila manusia mampu membacanya.

Sama halnya (contoh) preman-pre-man, anak-anak yang suka tawuran, atau pemuda-pemuda yang saban hari

menghabiskan waktu di perempa-tan jalan. Banyak orang-orang yang merasa dirinya benar menganggap orang-orang tersebut adalah sampah masyarakat, kerjaannya hanya mem-buat orang lain menderita.

Padahal kalau mau memanfaatkan mereka pun bisa. Bayangkan (jangan cuma dibayangkan) jika preman-pre-man tersebut dibina, anak-anak yang suka tawuran diarahkan menjadi atlet gulat, dan pemuda-pemuda nganggur dilatih kreatifitas barangkali akan terasa manfaatnya untuk masyarat luas. Orang yang telah “mapan” ibarat gabus yang siap ditusuk oleh unggas (orang-orang anti kemapanan) sehingga menjadi satu kesatuan yang disebut kok.

Selain belajar dari kok, manusia tampaknya perlu belajar dari raket. Raket adalah alat untuk memukul bola dalam permainan tenis atau bulu tangkis, ujungnya dan berbentuk bidang oval (bulat telur) berjaring (dari bahan nilon), bergagang, dan dilengkapi dengan pegangan.

Hidup harus selurus dan sekuat besi pada raket. Apabila hidup lemah dan gampang patah arang maka umur yang terus bertambah akan sia-sia. Sekuat apapun tenaga tapi jika raket lembek tak akan pernah bisa mener-bangkan kok. Jangan pernah men-gaharpkan nilai yang tinggi apabila gampang tergoyahkan dan lembek dalam menjalani hidup.

Kurang lebih begitulah pelajaran yang bisa dipetik dari kok dan raket. Manusia tak dianjurkan hanya memb-aca buku, seperti yang dikatakan Gol A Gong, dunia ini perlu dibaca. Maka baca dan belajarlah dari apapun di sekitar Anda. Sangat rugi apabila kita tak mengacuhkan ciptaan Tuhan yang penuh dengan pelajaran tersebut. [] Nurlailatun Ni’mah

Bulu Tangkis Bukan Sekadar ‘Bulu dan Tangkis’

Bulu unggasyang dianggap tak bermanfaat ternyata mempunyai manfaat apabila manusia

mampu membacanya.

6

Page 7: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Kocak

Saya percaya Tuhan itu satu tapi banyak nama. Tapi saya tak percaya banyak lulu-san YPRU yang lupa IKAMARU!

-Kang Men-

Pojok IKAMARU

Sumpah, i feel free, Beroooo...

Pikir’o kanti ndodok.Nek menowo metu...

SALAM REDAKSI

Assalamualaikum...Salam Pena.

Tak terasa 2015 hampir genap 3 bulan. Pasca liburan pan-jang, pelan-pelan seabrek ke-giatan dan tugas-tugas kuliah mulai memenuhi kehidupan. Namun kami tak pernah lelah berkarya dan menghidupkan organisasi tercinta ini.

Selain tahlil, diskusi Kamis-an, ngaji kitab kuning, juga update tulisan di website www.ikamarujakarta.com, buletin yang tengah pembaca pegang ini adalah bukti bahwa kami mempunyai eksistensi di Ibu Kota. IKAMARU tak akan pernah mati, bekitulah kata singkat untuk menggambarkan organisasi kecil di tengah ge-dung-gedung besar nan tinggi.

Singkat kata, semoga buletin yang sederhana ini member-ikan manfaat yang luar biasa keada para pemba sekalian.

Penanggungjawab: Ahmad Riyadi

Pemimpin Umum: David Hidayatullah

Sekretaris Redaksi: Ilham Saiful Rizal

Bendahara: Nur Hakimatul Faizah

Pemred: Nur Lailatun Ni’mah

Editor: Hakim Zain

Layout: Chabib Muharor

Reporter: Ahmad Fuad Muhandzib,

Anis Sanjaya, Sri Utami, Laily Fathiya,

Ainia Nurul Aqida, Devi Feria.

Alamat Redaksi:Basecamp Ikamaru JKT, Jl. SD Inpres No.70

C, Cirendeu, Ciputat, Tangsel.e-mail:[email protected]

website: www.ikamarujakarta.com

TIM REDAKSI

Bingung cari inspirasi???

WOLLESURIP SING

7

Page 8: SUYUTHI INSTITUTE EDISI MARET

Suyuthi Institute Edisi Maret 2015

Saat masih menjadi santri di Yayasan Pendidikn Raudlatul Ulum (YPRU) kerap kali kita mendapat kunjungan dari para alumni yang tel-ah duduk terlebih dahulu di bangku perkuliahan. Selain membawa in-formasi, petuah para senior itu bak pemantik yang seketika membakar semangat untuk melanjutkan bela-jar di kampus pasca menyelesaikan pendidikan di YPRU.

Hampir di seluruh universitas di Inndonesia terdapat anak-anak Ika-maru, mulai dari perguruan ting-gi yang terdekat dengan kota Pati yakni STAIN Kudus mis-alnya, perguruan tinggi area Semarang seper-ti UNISSULA, UNDIP, UNNES, IAIN Wali-songo, area Jawa Timur seperti UNAIR, UNIBRAW, IAIN SUNAN AMPEL, Area Jogja seperti UIN Sunan Ka-lijaga, UNY, Amicom, UGM hingga area Jakarta semisal di UIN Syarif Hidayatullah, UI, IPB, dsb.

Pada dasarnya santri YPRU rata-rata memiliki semangat yang tinggi untuk tholabul ilmi dan selalu bersyukur atas ilmu yang diperoleh. Mungkin akibat didikan asatid, seh-ingga santri YPRU (termasuk alumni) selalu mempunyai rasa tak puas atas ilmu yang telah dimiliki, tak heran jika petuah “carilah ilmu sampai ke negeri Cina” bukan hanya sebatas konsep, melainkan telah diprktek-kan lulusan YPRU yang telah terse-bar di seluruh benua.

Ibarat telor yang telah mene-tas dan anak ayam keluar dari cang-kangnya, secara fisik kini kita sudah terlepas dari madrasah tercinta. Di Guyangan kita telah banyak belajar tentang kedisiplinan dalam berilmu, ketawadu’an dalam berperilaku, dan belajar tentang sikap-sikap

yang membuat diri kita menjadi pribadi yang toleran, serta mem-persiapkan diri menjadi pemuda penerus kepemimpinan, sebagaima-na kata pepatahsyubbanul yaum ri-jalul ghad, pemuda hari ini adalah pemimpin di masa mendatang.

Pemuda adalah suatu umur yang memiliki kehebatan sendiri, menurut DR.Yusuf Qardhawi, pemu-da ibarat ma- tahari, maka

usia muda ibarat jam 12 ketika matahari bersinar paling terang dan paling panas. Pemuda mempunyai kekuatan yang lebih se-cara fisik dan semangat bila diband-ing dengan anak kecil atau orang-orang jompo. Pemuda mempunyai potensi yang luar biasa, bisa dika-takan seperti dinamit atau TNT bila diledakan.

Kita yang bernaung di IKAMARU sebagai generasi muda penerus As-Suyuthi tengah berada pada fase atau track yang benar un-tuk berproses meneruskan estafet kepemimpinan bangsa ini. Saat ini kita yang tersebar di berbagai per-guruan tinggi dan wilayah di seluruh Indonesia rasanya masih memiliki keterikatan yang kuat sebagai satu keluarga.

Proses yang dilalui untuk menja-

di pemuda penerus kepemimpinan bangsa ini membutuhkan satu sikap atau dukungan moril di antara kita untuk saling menguatkan dan mem-bentuk sendiri satu garis integrasi. Melalui jejaring komunikasi yang baik, kita yang saat ini berlatar be-lakang dari berbagai disiplin ilmu dapat melakukan aktifitas-aktifit-as yang produktif untuk mengurai problem dalam kehidupan mas-yarakat. Hal ini patut kita upayakan sebagai wujud kontribusi generasi

As-Suyuthi untuk bangsa. Di negara mana saja

kemerdekaan tak pernah luput dari peran pemuda.

Karena pemudalah yang paling bersemangat

dan ambisius mem-perjuangkan pe-rubahan menuju

lebih baik. Hasan Al Banna seorang tokoh

pergerakan di Mesir pernah berkata, “Di setiap kebangkitan

pemudalah pilarnya, di setiap pe-mikiran pemudalah pengibar pan-ji-panjinya. “Begitu juga dalam se-jarah Islam, banyak pemuda yang mendampingi Rasulullah dalam ber-juangan sperti Mushaib bin Umair , Ali bin Abi tholib, Aisyah dll. Waktu itu banyak yang masih berusia 8,10 atau 12 tahun. Dan usia-usia itu ti-dak dapat diremehkan. Mereka pun-ya peran penting dalam perjuangan.

Maka dari itu kita sebagai pemuda generasi As-Suyuthi tel-ah sepatutnya untuk berpikir dan bertindak guna berkontribusi lebih bagi bangsa ini sehingga menjadi lebih baik, maka perbaikan itu yang utama ada di tangan pemuda, Per-baikan itu akan tegak dari tangan pemuda dan dari pemuda. Pemuda generasi As-Suyuthi.[]

Dari Guyangan Sampai Membangun Peradaban

Muhammad SofwanDewan Pembina Organisasi IKAMARU Jakarta

Pendapat

8