rubella

45
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaiukuran kemampuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 – 80 % masih dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba ter Penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan kera serta terlambatnya sistem rujukan !"anuaba, #0$0 . Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai ara untuk mengendal angka kematianibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya berkembangnya pengetahuan dan teknologi de'asa ini, membuat model penga' terhadap masa kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun $( nama plea of promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan ke selama masa kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya baik dan bayi dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. &i Indonesia se penga'asan tersebut semakin membuka pandangan masyarakat bah'a pe yang ketat pada masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna meng ibu dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. )leh karenanya di dikembangkan model penga'asanyang sama dengan nama *+I yaitu *alai +esehatan Ibu dan nak. &imana *+I menjadi bagian terpenting d Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beb doktersehinggakemampuan pelayanannya dapat lebihditingkatkan. *ahkan menjelang penapaian Indonesia Sehat #0$0, dikembangkan program *idan di guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan keseh yang mereka butuhkan dengan lebih mudah. Pemerintah memberikan perhatian khususkepada masalah kebidanan ini mengingatpermasalahan yang munul selama masa kehamilanadalahsangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial !Sar'ono, #0 dengan keenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang dia karena perdarahan, infeksi dan keraunan pada masa kehamilan, menjadikan 1

Upload: arif-ashari

Post on 09-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

rubella

TRANSCRIPT

13

BAB 1

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sebagai ukuran kemampuan pelayanan kesehatan satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian terjadi terutama karena perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta terlambatnya sistem rujukan (Manuaba, 2010).Pemerintah sendiri telah mengupayakan berbagai cara untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi yang sangat tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa kehamilan seperti yang dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of promaternity hspital yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa kehamilan sehingga ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi dapat dilahirkan dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak. Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan dengan lebih mudah.Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada masalah kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial (Sarwono, 2009). Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada ibu hamil adalah keguguran atau abortus. Mengingat semkain berkembnagnya pendidikan dan pengethauan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus juga meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik klinik aborsi di tanah air, semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan akibatnya.Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka kami mengangkat permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan abortus sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu, suami/pasangan maupun keluarga.Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari rubella ?

2. Bagaimanainsidendarirubella ?

3. Bagaimana etiologi dari rubella ?

4. Bagaimana tandadangejaladari rubella ?5. Bagaimana patofisiologi dari rubella?

6. Bagaimana WOC dari rubella ?

7. Apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada penderita rubella ?

8. Bagaimana penatalaksanaan dari rubella ?

9. Apa saja komplikasi dari rubella ?

10. Bagaimanaasuhan keperawatan yang harus dilakukan pada penderita rubella ?

Tujuan1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi dari rubella.2. Mahasiswa dapat mengetahui insidendari rubella.

3. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi dari rubella.

4. Mahasiswa dapat mengetahuitandadangejaladari rubella5. Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari rubella6. Mahasiswa dapat mengetahui WOC dari rubella.

7. Mahasiswa dapat memahami pemeriksaan diagnostic yang perlu dilakukan pada penderita rubella 8. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan dari rubella.

9. Mahasiswa dapat mengetahui komplikasi dari rubella.

10. Dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai pada penderitarubellaBAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi AbortusAbortus (keguguran) merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diuar kandungan yang menurut para ahli ada sebelum usia ada sebelum usia 16 minggu dan 28 minggu dan memiliki BB 400-1000 gram, tetapi jika terdapat fetus hidup dibawah 400 gram itu dianggp keajiban karena semakin tinggi BB anak waktu lahir makin besar kemungkinan untuk dapat hidup terus (Amru Sofian, 2012).Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2011).Terdapat beberapa macam kelainan dalam kehamilan dalam hal ini adalah abortus yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Abortus spontan terjadi karena kualitas sel telur dan sel sperma yang kurang baik untuk berkembang menjadi sebuah janin. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu.Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik (Prawirohardjo, S, 2011). Abortus terjadi pada usisa kehamilan kurang dari 8 minggu, janin dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2011).Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak dapat hidup di dunia luar (Bagian Obgyn Unpad, 2009). Anak baru mungkin hidup di dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28 minggu.Pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2010).2.2 Etiologi Abortus1) Kelainan telur

Kelainan telur menyebabkan kelainan pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus, misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan polyploidi).2) Penyakit ibu

Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:

a. Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.

b. Kelainan endokrin, misalnya kekurangan progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.

c. Trauma, misalnya laparatomi atau kecelakaan langsung pada ibu.

d. Gizi ibu yang kurang baik.

e. Kelainan alat kandungan:

Hypoplasia uteri.

- Tumor uterus

- Cerviks yang pendek

- Retroflexio uteri incarcerata

- Kelainan endometrium

f. Faktor psikologis ibu.

3) Faktor suami

Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes (ibu) mempertahankan produk asing secara antigenetik (janin) tanpa terjadi penolakan.

4) Faktor lingkungan

Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus, radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.2.3 PatofisiologiPada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus (Nanda nic-noc, 2013)2.4 Web Of Caution (WOC)

2.5 Manifestasi KlinisSpontan (terjadi dengan sendiri, keguguran) merupakan 20% dari semua abortus.Abortus spontan terdiri dari 7 macam, diantaranya :a. Abortus imminens (keguguran mengancam) adalah Abortus ini baru mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.

Tanda dan Gejala

Perdarahan per-vaginam sebelum minggu ke 20.

Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai perdarahan.

Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau sedikit sekali.

Tidak ditemukan kelainan pada serviks.

Serviks tertutup.

b. Abortus incipiens (keguguran berlangsung) adalah Abortus sudah berlangsung dan tidak dapat dicegah lagi.

Tanda dan Gejala

1) Perdarahan per vaginam masif, kadang kadang keluar gumpalan darah.

2) Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

3) Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.

c. Abortus incomplete (keguguran tidak lengkap) adalah Sebagian dari buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebagian (biasanya jaringan plasenta) masih tertinggal di rahim.

Tanda dan Gejala

a) Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun jaringan telah keluar.

b) Nyeri perut bawah mirip kejang.

c) Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.

d) Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan hati).

d. Abortus completus (keguguran lengkap) adalah Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan lengkap. Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil konsepsi keluar.

Tanda dan Gejala

1) Serviks menutup.

2) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.

3) Gejala kehamilan tidak ada.

4) Uji kehamilan negatif.

e. Missed abortion (keguguran tertunda) adalah Missed abortion ialah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.

Tanda dan Gejala

1) Rahim tidak membesar, malahan mengecil karena absorpsi air ketuban dan macerasi janin.

2) Buah dada mengecil kembali.

3) Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus berlangsung.

2.6 Komplikasi1) Perdarahan2) Perforasi : serijnng terjadi diwaktu dilatasi dan kuratase yang dilakjukjan oleh teaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun.3) Infeksi 4) Syok karna perdarahan banyak 2.7 Pemeriksaan Penunjang a) Tes KehamilanPositif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortusb) Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidupc) Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion2.8 Penatalaksanaan Abortus

a) Abortus imminens

Karena ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:

a. Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48 jam).

b. Diberi sedativa misal luminal, codein, morphin.

c. Progesteron 10 mg sehari untuk terapi substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).

d. Dilarang coitus sampai 2 minggu.

b) Abortus incipiens

Kemungkinan terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:

a. Mempercepat pengosongan rahim dengan oxytocin 2 satuan tiap jam sebnayak 6 kali.

b. Mengurangi nyeri dengan sedativa.

c. Jika ptocin tidak berhasil dilakukan curetage asal pembukaan cukup besar.

c) Abortus incompletus

Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.

d) Abortus febrilis

a. Pelaksanaan curetage ditunda untuk mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.

b. Diberi atobiotika.

c. Curetage dilakukan setelah suhu tubuh turun selama 3 hari.

e) Missed abortion

a. Diutamakan penyelesaian missed abortion secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10 satuan dalam 500 cc glucose.

b. Untuk merangsang dilatasis erviks diberi laminaria stift.

f) Penyulit Abortus

a. Perdarahan hebat.b. Infeksi kadang-kadang sampai terjadi sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.c. Renal failure disebabkan karena infeksi dan shock.d. Shock bakteri karen atoxin.e. Perforasi saat curettageBAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN ABORTUS

3.1 Pengkajian A. Data Subyektif1) Biodata Nama

:

Umur

:

Suku

:

Pendidikan:

Pekerjaan

:

Alamat

:

2) Keluhan utama Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang3) Riwayat kesehatan sekarang Klien mengatakan perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.4) Riwayat kesehatan masa laluKaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,jantung , hipertensi ,masalah ginekologi/urinary ,penyakit endokrin ,dan penyakit-penyakit lainnya.5) Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.6) Riwayat menstruasi

Mennorhoe

:

Siklus

:

Lama Haid

:

Jumlah

:

kapan menopause terjadi:

7) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.8) Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.9) Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.10) Pola kebiasaan sehari- hari

Nutrisi

:

Makan :

Minum

:

Eliminasi

: BAB

:BAK

:

AktivitasIstirahat: Siang

:Malam

:

Personal Hygiene: Mandi

:

Gosok gigi:

Keramas:

Potong Kuku:

Ganti CD:

B. Data Obyektif

Pemeriksaan fisik:

1) Perkusi : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya2) Palpasi merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus. menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor. 3) Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak4) Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2010 : 39)

3.2 Diagnosa Keperawatan1. Devisit Volume Cairan b.d perdarahan2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi3. Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri4. Resiko Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab5.Ansietas s.d kurang pengetahuan6. Resiko syok (hipofolemik) b.d perdrahan pervaginam 3.3 IntervensiNoDiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

1.

Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta

Setelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

KH:

1. Rasa nyeri berkurang/hilang2. Klien bisa istirahat dengan cukup3. Ekspresi wajah tenang

a. menyenangkan1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien2. Beritahu klien penyebab rasa nyeri3. Kolaborasi pemberian analgetika1) Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi2) Bantuan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan klien3) Aktifitas bertahap untuk mencegah terjadinya kontraktur

2. Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasiSetelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasiKH :

a. Rasa nyeri berkurangb. Klien tampak tenangc. Keadaan umum baik

3.Nyeri b.d kerusakan jaringan intrauteri

Setelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan

4.Resiko Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab

Setelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan

5.Ansietas b.d kurang pengetahuanSetelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan

6.Resiko syok (hipofolemik) b.d perdrahan pervaginamSetelah melakukan tindakan selama .x 24 jam, diharapkan

DIAGNOSA KEPERAWATANTUJUAN DAN KRITERIA HASILINTERVENSIRASIONAL

Nyeri b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta

Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.

Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.

Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.

Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen osmotic secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen osmotic.

Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima agen osmotic intravena.

Berikan analgesic sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifannya. Beri tahu doketr bila nyeri menetap atau memburuk setelah pemberian obat.

Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan punggung, dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi.

Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri, mis. Teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, sentuhan terapeutik.

Evaluasi penghilangan nyeri.

Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi.

Menentukan intervensi selanjutnya.

Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.Analgesik memblok jaras nyeri. Ketidaknyamnan mata berat menandakan perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera.Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.

Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa control.

Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada AKS.

Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau abnormal (perdarahan).

Pasien dapat mendemostrasikan status cairan; Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 ml/jam.

Pantau:

Tanda-tanda vital, evaluais nadi perifer, pengisian kapiler.Warna urine.

Masukan dan haluaran.

Status umum setiap 8 jam.

Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.

Konsultasi doketr bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.

Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan haus.

Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh.

Kolaborasi:

Berikan cairan IV sesuai indikasi.

Mengidentifikasi penyimpangan indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.Temuan - temuan ini mennadakan hipovolemia dan perlunya peningkatan cairan. Pada luka bakar luas, perpindahan cairan dari ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.

Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan.

Membantu dalam memelihara kebuthan cairan dan menurunkan resiko efek samping yang membahayakan.

Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik dan menurunkan efek samping merugikan, mis. Mual/muntah atau nefrotoksitas.

Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.

Klien dapat mengontrol kelemahan yang timbul dan dapat memenuhi aktifitas secara mandiri.

Kriteria hasil:

Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.

Kelemahan dan kelelahan berkurang.

Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.

frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.

kulit hangat, merah muda dan kering

Berikan aktifitas alternatif dengan periode istirahat tanpa diganggu. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila pasien mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat dalam jadwal perencanaan.

Dorong masukan nutrisi.

Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.

Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.

Mencegah kelelahan yang berlebihan. Periode istirahat sering diperlukan untuk memperbaiki/mengurangi pemakaiann neergi. Perencanaan akan memungkinkan pasien menjadi ektif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.

Meningkatkan kekuatan stamina dan memampukan pasien manjadi lebih aktif tanpa kelelahan berarti.

Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan energi untuk aktifitas.

Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

Aktifitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah aktifitas berlebihan.

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan.

Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL ( 2500 gr.

Kriteria hasil:

Gerakan janin aktif.

DJJ 120-140 x/mnt.

Kontraksi uterus /his tidak ada.

Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL ( 2500 gr.

Perdarahan berhenti atau tidak ada.

Flek-flek tidak ada.

Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri.

Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:

1 x/bln pada trimester I

2 x/bln pada trimester II

1 x/minggu pada trimester III.

Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.

Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:

Gerakan janin berkurang/menurun.

Kontraksi/his terus-menerus.

Perdarahan

Nyeri abdomen.

Perut mengeras dan sangat nyeri.Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2 yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.

Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya asfiksia janin.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.

Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.

Kriteria hasil:

Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.

Pasien tenang.

Pasien kooperatif dalam pengobatan.

Postur tubuh rileks.

Ekspresi wajah tenang.

Skala HARS: < 5Kaji derajat ansietas.

Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.

Pertahankan control nyeri efektif.

Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh pasien bila tepat.

Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada skala 0-10.

Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.

Tingkatakan rasa tenang dan lingkungan tenang.

Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, tidak berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.

Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.

Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Nyeri adalah sumber ansietas.

Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.

Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah, distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif.

Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat; kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi; keterbatasan kognitif.

Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.

Kriteria hasil:

Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.

Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.

Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas.

Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia ( 16 minggu (4 bulan).

Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

Identifikasi dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.

Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan.

Mencegah timbulnya rangsangan pada uterus sehingga kontraksi uterus tidak terjadi.

Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

Cemas berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.

Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat perdarahan; prosedur invasif.

Pasien mendemonstrasikan tidak adanya tanda dan gejala infeksi yang terjadi.

Kriteria hasil:

Tanda dan gejala infeksi tidak ada (rubor, dolor, color, penurunan fungsiolesa, painless)

Vital sign dalam batas normal.

Perdarahan berkurang/berhenti.

Kondisi janin dalam rahim baik (gerakan janin, djj, kontraksi berkurang).Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Tekankan higienen personal.

Pantau suhu.

Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, terhadap tanda/gejala infeksi secara kontinyu.

Tingkatkan istirahat adekuat.

Hindari/batasi prosedur invasive, taati teknik septic.

Membantu potensial sumber infeksi/pertumbuhan skunder.

Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor, mis. infeksi. Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai dengan segera.

Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada situasi/sepsis yang lebih serius.

Membatasi keletihan.

Menurunkan resiko kontaminai, membatasi entri portal terhadap agen infeksius.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.

Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Donna D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.

Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta

Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.

Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hanifa Wikyasastro (1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN REPRODUKSIPADA NY. R DENGAN ABORTUS IMMINENS

TANGGAL 17 MARET 2009

Tanggal masuk: 17 Maret 2009

Jam masuk: 11.30 WIB

Ruang

: -

No. Register: XXXXXXX

Pengkajian tanggal: 17 Maret 2009

Jam

: 12.30 WIB.

3.1 Pengkajian3.1.1 IdentitasNama : Ny. R

Umur : 24 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu RT

Alamat : Klampis - Sby.

Status perkawinan : KawinNama : Tn. S

Umur : 28 tahun

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta (( Rp.1.200.000,-)

Alamat : Klampis - Sby

Status perkawinan : Kawin

3.1.2 Status Kesehatana. Alasan datang ke rumah sakit : Ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang lalu, lalu sejak tadi pagi dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan mules pada perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin malam, ibu mengatakan habis jalan-jalan di mall.

b. Keluhan utama saat ini : Ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat apa-apa dengan janin yang dikandungnya.c. Timbulnya keluhan : Mendadak.d. Faktor yang memperberat : Jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan semakin bertambah.

e. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi : Istirahat dan duduk.f. Diagnosa medik : Abortus imminens.

3.1.3 Riwayat Keperawatana. Riwayat obstetri:

b. Riwayat menstruasi:

1) Menarche umur 12 tahun

2) Banyak darah menstruasi sedang

3) Siklus teratur

4) Lama menstruasi: 5 -7 hari.

5) HPHT: 16 November 2008

6) Keluhan selama menstruasi tidak ada.

c. Riwayat perkawinan : Ibu menikah 6 bulan yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama.

d. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu : Ibu pada saat ini hamil pertama dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.e. Genogram:

f. Riwayat Keluarga berencana : Ibu tidak melaksanakan KB, karenanya data lain tidak dikaji.g. Riwayat kesehatan:

1) Penyakit yang pernah dialami ibu: tidak ada, ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti typhus, pneumonia, penyakit pada kandungan.

2) Pengobatan yang didapat: tidak ada.

h. Riwayat penyakit keluarga: Hipertensi (ibu Ny.R).

i. Riwayat lingkungan:

1) Kebersihan: menurut ibu kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.

2) Bahaya: bahaya dalam rumah dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah tidak ada, lantai licin tidak ada. Ibu mengatakan tidak pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa kehamilan ini.

j. Aspek psikososial:

Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : Ibu merasa akan mengalami keguguran.

Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu memang harus beristirahat. Ibu berharap kehamilannya dapat diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya bagaimana caranya supaya bayinya dapat dipertahankan. Orang terpenting bagi ibu adalah keluarga. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung. Kesiapan mental untuk menjadi ibu: siap.

3.1.4 Aktifitas Sehari - Sehari:

a. Pola nutrisi:

1) Frekuensi makan: 3 kali sehari.

2) Nafsu makan baik.

3) Jenis makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak begitu suka minum susu.

4) Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.

b. Pola eleminasi:

1) BAK:

Frekuensi: 5 kali sehari.

Warna: Kuning jernih.

Keluhan saat BAK: Tidak ada.

2) BAB:

Frekuensi: 1 kali sehari.

Warna: kuning khas feses.

Bau: khas feses.

Konsistensi: padat.

Keluhan: tidak ada.

c. Pola personal hygiene:

1) Mandi:

Frekuensi: 2 kali sehari.

Penggunaan sabun: ya.

2) Oral hygiene:

Frekuensi: 2 kali sehari.

Waktu: pagi dan sore.

3) Cuci rambut:

Frekuensi: 3 kali seminggu.

Penggunaan shampo: ya.

d. Pola istirahat dan tidur:

1) Lama tidur: 8 jam sehari.

2) Kebiasaan sebelum tidur: tidak ada.

3) Keluhan tidur; tidak ada.

e. Pola aktifitas dan latihan:

1) Kegiatan dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua, sehingga banyak pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci, menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak.

2) Waktu bekerja: tidak tentu.

3) Olahraga: ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.

4) Kegiatan waktu luang: tidak ada.

5) Keluhan dalam aktifitas: tidak ada.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:

1) Merokok: tidak.

2) Minuman keras; tidak.

3) Ketergantungan obat: tidak.

3.1.5 Pemeriksaan fisik:

a. Umum:

Keadaan umum: baik.

Kesadaran: CM, E4V5M6

Tekanan darah: 120/80 mmHg.

Respirasi: 18 x/mnt.

Nadi: 88 x/mnt

Suhu: 370C.

Berat badan: 48 kg.

Tinggi badan: 154 cm.

b. Khusus:

1) Kepala:

Bentuk: normal.

Keluhan: tidak ada.

2) Mata:

Kelopak mata: simetris, oedem palpebra tidak ada.

Gerakan mata: normal.

Konjungtiva: merah muda.

Sklera: putih, icetrus tidak ada.

Pupil: normal, isokor.

Akomodasi: baik (tidak memakai kacamata).

3) Hidung:

Reaksi alergi: tidak ada.

Sinus: normal.

4) Mulut dan tenggorokan:

Gigi geligi: lengkap, 32 buah.

Kesulitan menelan: tidak ada.

5) Dada dan axilla:

Mamae: membesar

Areolla mamae: hiperpigmentasi.

Papila mamae: menonjol.

Colostrum: belum keluar.

6) Pernafasan:

Jalan nafas: bebas.

Suara nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan.

Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: tidak.

7) Sirkulasi jantung:

Kecepatan denyut apikal: 88 x/mnt.

Irama: reguler.

Kelainan bunyi jantung: tidak ada.

Sakit dada: tidak ada.

8) Abdomen:

Mengecil: tidak

Linea dan striae: tidak ada, tidak ada nyeri tekan.

Luka bekas operasi: tidak ada.

Kontraksi: tidak ada.

TFU: 2 jari bawah pusat, djj: (+) 12-12-12

9) Genitourinary:

Perineum: intak.

Vesika urinaria: kosong.

10) Ekstremitas:

Turgor kulit: baik.

Warn akulit: sawo matang.

Kontraktur pada persendian ekstremitas: tidak ada.

Kesulitan dalam pergerakan: tidak ada.

3.1.6 Data Penunjanga. laboratorium: --

b. USG: --

c. Rontgen: --

d. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):

Vulva: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.

Vagina: fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.

Porsio: tertutup, licin, nyeri tekan (-).

Cavum uteri: AF (18 20 mg).

Adnexa parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).

Adnexa parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).

Cavum douglas: tidak menonjol.

e. Terapi yang didapat:

Premaston: 2x1 tablet.

Mefenamic acid 3x500 mg.

Bed rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.

3.1.7 Data Tambahan : Ibu sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.

Ibu menyakan apakah kondisi janinnya baik.

Saat dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur tubuh kaku dan tegang.

3.1.8 Analisa DataDataEtiologiPatofisiologiMasalah

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.Penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.Implantasi plasenta di endometrium lepas.

Suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta terputus

Janin kekurangan O2 dan nutrisi

Gawat janin (Hipoksia)

Kematian janin intra uteri/abortus

Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia).

S: Ibu mengatakan sangat khawatir dengan perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang. Krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).Perdarahan

Perubahan respon psikologis ibu

Maladaptif

Cemas meningkatAnsietas.

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.Kurang informasi. Kurang informasi mengenai penyakit, prognosis, kebutuhan pengobatan

Ketidakmampuan mengenal informasi

Ketidaktahuan tentang kondisi dan pengobatan.

Tidak taat terhadap program pengobatan.

Program pengobatan tidak berhasil.

Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.

3.1.9 Diagnosa Keperawatan1. Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

2. Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

3. Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.

Data penunjang:

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

NoIntervensi KeperawatanImplementasi Keperawatan

Diagnosa KeperawatanTujuan dan Kriteria HasilRencana IntervensiRasionalImplementasiEvaluasi

1.Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan mules, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.

O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.

Tujuan: setelah diberikan askep, gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL ( 2500 gr.

Kriteria hasil:

Gerakan janin aktif.

DJJ 120-160 x/mnt.

Kontraksi uterus /his tidak ada.

Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL ( 2500 gr.

Perdarahan berhenti atau tidak ada.

Flek-flek tidak ada.

a. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.

b. Jelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus berlangsung (keguguran, janin meninggal).

c. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri.

d. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

e. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa kehamilan:

- 1 x/bln pada trimester I

- 2 x/bln pada trimester II

- 1 x/minggu pada trimester III.

f. Jelaskan pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:

- Gerakan janin berkurang/menurun.

- Kontraksi/his terus-menerus.

- Perdarahan

- Nyeri abdomen.

- Perut mengeras dan sangat nyeri.

g. Anjurkan me masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas.

h. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami sampai kehamilan berusia ( 20 minggu (5 bulan) atau selama terjadi perdarahan

i. Tanyakan pada ibu tentang pemahaman terhadap penjelasan yang diberikan. Lkaukan pengulangan bila perlu.

Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai prediksi adanya distres janin.

Meningkatkan pemahamana ibu dan kerjasama dalam pengobatan.

Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2 yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan pada kehamilan.

Sebagai kontrol langsung dari pasien terhadap kondisi kehamilannya.

Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat perdarahan.

Koitus dapat merangsang produksi prostaglandin eningkat sehingga dapat terjadi rangsangan pada uterus dan menimbulkan kontraksi.

Meningkatkan pemahaman ibu dan pesanan sebelum ibu pulang.Tgl 17 Maret 2009:

12.40 Memantau djj, kontraksi uterus/his, gerakan janin.

13.00

Menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus berlangsung (keguguran, bayi akan meninggal).

Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke arah kiri selama di rumah.

Memotivasi ibu untuk lebih banyak istirahat minimal 8 jam sehari dan kurangi beraktifitas agak berat seperti olahraga.

Menganjurkna ibu untuk teratur ANC yaitu:

- 1 x/bln pada trimester I

- 2 x/bln pada trimester II

1 x/minggu pada trimester III.

Mengingatkan ibu untuk segera kontrol bila terdapat::

Gerakan janin berkurang/menurun.

Kontraksi/his terus-menerus.

Perdarahan

Nyeri abdomen.

Perut mengeras dan sangat nyeri.

Menganjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan keadaan kesehatan ibu dan minum air minimal 2500 cc /hari.

Menyarankan ibu dan suami untuk tidak melakukan hubngan seksual selama perdarahan terjadi dan sampai umur kehamilan minimal 5 bulan atau selama perdarahan berlangsung.

13.30 Menanyakan ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.

Djj (+) 12-12-12; kontraksi uterus tidak ada; gerakan janin aktif.

Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan yang diberikan mahasiswa.

Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

Ibu mengatakan sudah memahami semua penjelasan yang diberikan dan berjanji akan mentaati semua petunjuk yang diberikan.

2.Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).

Data penunjang:

S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.

O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat menunjukkan hilangnya ansietas.

Kriteria hasil:

3) Ibu melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.

4) Ibu tenang.

5) Ibu kooperatif dalam pengobatan.

6) Postur tubuh rileks.

7) Ekspresi wajah tenang.

a. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien.

b. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.

c. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat.

d. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat.

e. Tingktakan rasa tenang dan lingkungan tenang (tutup gorden pada saat pemeriksaan berlangsung, batasi jumlah petugas dalam ruangan pemeriksaan, nyalakan kipas angina, sediakan selimut penutup dll).

f. Motivasi ibu untuk tetap tenang, tidak gelisah terhadap kondisinya.

g. Anjurkan ibu untuk tetap berdoa untuk keselamatan bayinya.

Pengekspresian perasaan membantu pasien mngidentifikasi sumber ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi perawatan menyampaikan kepercayaan dan control.

Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.

Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.

Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat terlibat degna tepat.

Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan koping.

Kondisi psikologis ibu sangat berpenagruh terhadap kondisi janin.

Berdoa lebih mendekatkan ibu kepada Than dan memberikan ketenangan secara spiritual.Tgl 17 Maret 2009.

12.30 Memberiakn kesempatan kepada ibu untuk menceritakan perasaanya dan riwayat terjadinya perdarahan.

12.40 Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan tindakan VT (periksa dalam).

12.45 mengatur posisi ibu, menyalakan kipas angin, mengurangi jumlah petugas dalam ruang periksa dan menutup gorden.

13.00

Mendiskusikan tentang kemungkinan bayi dpaat dipertahankan bersama ibu dan suami denagn syarat ibu mentaati semua petunjuk yang diberikan.

Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak gelisah serta lebih banyak berdoa sehingga harapan untuk punya bayi dapat tercapai.Ibu bercerita tentang perasaan cemasnya saat terjadi perdarahan.

Ibu mau dilakukan pemeriksaan dalam.

Posisi ibu rileks, ekspresi wajah tampak cemas.

Ibu tampak lega dengan penjelasan yang diberikan.

Ibu berjanji akan tetap tenang dan tabah.

3.Defisit knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.

Data penunjang:

S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.

O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.

Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.

Kriteria hasil:

8) Ibu memahami regimen terapeutik dan perawatan yang diberikan.

9) Ibu kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan perawatan yang diberikan.

10) Ibu taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang diberikan.

a. Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.

b. Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.

c. Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.

d. Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.

e. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.

f. Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.

Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.

Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya.

Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.

Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.

Peningkatan kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.

Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan yang diperlukan.

Tgl 17 Maret 2009 :13.00 Menanyakan perasaan ibu denagn adanya perdarahan dan sakit pada perutnya.

13.30

Mendiskusikan dengan ibu dan suami tentang penyakit yang diderita ibu dan kemungkinan bayi dapat dipertahankan.

Menjelaskan beberapa hal yang perlu ditaati oleh ibu dan suami yaitu:

Periksa teratur sesuai petunjuk yang diberikan.

Tidur miring ke kiri.

Tidak hubungan seksual selama 5 bualn kehamilan.

Makan makanan yang bergizi.

Lebih banyak istirahat.

13.45 Melakukan evaluasi sebelum ibu pulang tentang pemahaman ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.Ibu mengatakan sangat cemas denagn perdarahan yang terjadi dan takut kalau bayinya meninggal. Ibu mengatakan perdarahan terjadi tiba-tiba dan ibu tidak tahu sebabnya.

Ibu dan suami mengatakan akan mentaati beberapa pantanagn yang diberikan.

Ibu dan suami mengatakan sudah dapat mengerti penjelasan dan petunjuk yang diberikan.

BAB 4

PEMBAHASANSetelah mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan asuhan yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan yaitu:

4.1 PengkajianPrinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus adalah melakukan pengkajian secara lengkap dan sistematis sehingga dalam merumuskan data fokus yang menjadi permasalahan pasien dapat lebih mudah. Namun hal tersebut agak sulit dilakukan mengingat mobilitas pasien yang datang berkunjung ke poliklinik sangat tinggi sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis pun sulit untuk didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah siang (pukul 12.30 WIB) sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus yang cenderung timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.

4.2 Diagnosa KeperawatanBerdasarkan teori asuhan keperawatan mengenai ibu dengan abortus, dalam merumuskan diagnosa keperawatan ada beberapa kendala yang kami hadapi, yaitu tidak adanya literatur mengenai asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus sehingga perumusan diagnosa keperawatan diadopsi dari beberapa literatur yang ada yang disesuaikan dengan permasalahan yang mungkin timbul.

Sementara dari 7 diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada ibu hamil dengan abortus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang diangkat dengan alasan:

1. Pengkajian yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian dilakukan dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh mahasiswa yang dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung.

2. Beberapa diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan dan resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan.

4.3 Rencana Intervensi dan RasionalPada perumusan rencana intervensi keperawatan, mahasiswa merumuskan rencana intrevensi sesuai dengan kondisi pasien yang datang berkunjung ke poliklinik dan perencanaan yang memungkinkan untuk dilakukan implementasi dan evaluasi keperawatan.

Tidak semua perencanaan yang ada dalam konsep teori dapat diangkat dalam kasus karena mengingat kontak waktu mahasiswa dengan pasien sangat terbatas sehingga hanya perencanaan yang mungkin untuk diangkat yang kami utamakan.

4.4 Implementasi KeperawatanImplementasi yang dapat dilakukan pada kasus lebih banyak terfokus pada KIE dengan harapan pasien dapat menerapkan anjuran dan petunjuk yang diberikan di rumah secara taat. Hanya dalam pelaksanaan tersebut mahasiswa melakukan beberapa pengulangan untuk mendapatkan keyakinan bahwa pasien memang sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan sehingga evaluasi pundapat lebih mudah dilakukan.

4.5 Evaluasi KeperawatanEvaluasi yang dilakukan hanya evaluasi tindakan pada saat itu juga mengingat sifat kunjungan pasien adalah rawat jalan sehingga monitoring selanjutnya tidak dapat dilakukan. Sehingga untuk evaluasi kunjungan berikutnya diserahkan kepada petugas poliklinik.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus yaitu:

1. Pemantauan secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada trimester I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.

2. Asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara komprehensif meliputi seluruh aspek bio psiko sosial dan spiritual karena kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang dikandungnya.

5.2 SaranAda beberapa saran yang dapat penulis sampaikan dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan abortus yaitu: Kepada mahasiswa FKp yang sedang melaksanakan tahap profesi agar lebih aktif dalam menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan dapat berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.

Etiologi:

Faktor kelainan telur.

Faktor penyakit pada ibu

Faktor suami

Faktor lingkungan /eksogen

Buah kehamilan pada usia 20 minggu dan berat < 500 gram

Janin tidak dapat beradaptasi

Janin dapat beradaptasi

Janin gugur

Usia kehamilan dapat dipertahankan > 37 minggu atau BB janin > 2500 gram

Rangsangan pada uterus

Lepasnya buah kehamilan dari implantasinya

Terganggunya psikologis ibu

Terputusnya pembuluh darah ibu

Defisit knowledge

Kontraksi uterus

Perdarahan dan nekrose desidua

Kecemasan

Prostaglandin

Resiko terjadi infeksi

Resiko gawat janin

Resiko defisit volume cairan

Kelemahan

Dilatasi serviks

Nyeri

Hamil ini

= Laki-laki

= Perempuan

= Ny.R abortus

= Hipertensi

= Tinggal dlm satu rumah

= Meninggal

3.1.10 Rencana Intervensi, Rasional dan Implementasi

Keterangan:

1

21

36