ruang-9

Upload: baiq-wirmy-hidayatullaily

Post on 11-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 233

    ANOVA UNTUK ANALISIS RATA-RATA RESPON MAHASISWA KELAS

    LISTENING

    Novatiara Fury Pritasari

    1), Hanna Arini Parhusip

    2), Bambang Susanto

    3)

    1) Mahasiswa Program Studi Matematika FSM UKSW 2), 3)

    Dosen Program Studi Matematika FSM UKSW

    Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana

    Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 50711 1)

    [email protected], 2)

    [email protected], 3)

    [email protected]

    Abstract

    Data pengukuran berulang (repeated measures) memiliki struktur data longitudinal. Dalam

    makalah ini, data longitudinal yang dianalisa adalah data hasil penyebaran kuesioner

    mahasiswa FBS UKSW pada 2 kelas Listening FBS UKSW yang berbeda selama 3 kali

    pertemuan (3 minggu). Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui apakah ada

    perbedaan yang signifikan antara respon mahasiswa kelas Listening terhadap pertanyaan yang

    diteliti pada setiap kelas menggunakan one-wayrepeated measures dan dua kelas yang bebeda

    menggunakan two-way repeated measures. Analisis data menggunakan program SPSS 16.0

    sebagai alat bantu. Berdasarkan pengujian one-way repeated measures, pada Kelas A ada

    perbedaan yang signifikan yaitu ada perbedaan respon minggu kedua dengan minggu ketiga.

    Sedangkan respon mahasiswa pada Kelas B tidak berbeda secara signifikan. Pada pengujian

    two-way repeated measuresada perbedaan respon Kelas A dan Kelas B, tetapi tidak ada

    perbedaan respon mahasiswa dari minggu pertama sampai minggu ketiga. Untuk interaksi

    Kelas dan Rata-rata respon mahasiswa menunjukkan bahwa respon mahasiswa tergantung pada

    dua kelas yang berbeda.

    Kata Kunci:One-way repeated measures, two-way repeated measures

    PENDAHULUAN

    Pritasari dkk (2013) telah membahas perbedaan respon mahasiswa kelas Listening antar dua

    minggu yang berbeda dalam tiga minggu yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan respon

    mahasiswa menggunakan paired comparisons. Pada pengujian tersebut disimpulkan bahwa pada

    kelas A minggu ke-1 dengan minggu ke-3 tidak ada perbedaan respon mahasiswa. Tetapi pada

    minggu ke-1 dengan minggu ke-2 dan minggu ke-2 dengan minggu ke-3 ada perbedaan respon.

    Sedangkan pada kelas B tidak ada perbedaan respon mahasiswa pada minggu ke-2 dengan minggu

    ke-3, tetapi pada minggu ke-1 dengan minggu ke-2 dan minggu ke-1 dengan minggu ke-3 ada

    perbedaan respon. Hal ini juga diperkuat dengan hasil analisa penghitungan daerah konfidensi

    95%.

    Dalam makalah ini ANOVA digunakan untuk menganalisis data yang sama.ANOVA adalah

    suatu metode untuk menguji hipotesis kesamaan rata-rata dari tiga atau lebih populasi. Analisis

    terhadap data pengukuran berulang tersebut dilakukan untuk menyelidiki apakah ada perbedaan

    yang signifikan antara respon mahasiswa kelas Listening pada setiap kelas dan dua kelas yang

    berbedamenggunakan one-wayrepeated measures dan two-way repeated measures. Program SPSS

    16.0 digunakan sebagai alat bantu untuk melakukan analisis data.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    234 Makalah Pendamping: Matematika 3

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penyebaran kuesioner dilakukan pada kelas Listening Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS)

    UKSW selama tiga kali pertemuan pada setiap hari Senin tanggal 11, 18, dan 25 Februari 2013

    untuk kelas A. Sedangkan untuk kelas B setiap hari Kamis tanggal 14, 21, dan 28 Februari 2013.

    Target atau Subjek Penelitian

    Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa baru kelas Listening FBS UKSW pada dua

    kelas yang berbeda.

    Data dan Teknik Pengumpulan Data

    Data yang digunakan adalah data sekunder dari penelitian Rahandika(2013). Data tersebut

    diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang berisi 13 pertanyaan yang sama di setiap minggu

    untuk 29 mahasiswa pada 2 kelas Listening FBS-UKSW selama tiga kali pertemuan. Isi

    kuesioner mengenai persepsi mahasiswa tentang variasi latihan pada kelas Listening. Jenis data

    adalah data skala 1-5 (skala likert) sebagai skala untuk menyatakan berturut-turut sangat tidak

    setuju hingga sangat setuju.

    Teknik Analisis Data

    ANOVA adalah suatu modelyangcukup komprehensif untukmendeteksi perbedaan

    kelompok pada variabel terikat tunggal. Teknik yang lebih umum biasa dikenal sebagai multivariat

    analisis varians (MANOVA). MANOVA dapat dianggap sebagai ANOVA untuk situasi dimana

    ada beberapa variabel terikat. Pada Tabel 1 dijelaskan perbedaan dari ANOVA dan MANOVA.

    Informasi lebih lengkap dapat dilihat di Field(2009) dan Stevens (2009).

    Tabel 1. Perbedaan ANOVA dan MANOVA

    ANOVA MANOVA

    Hanya satu variabel terikat Beberapa variabel terikat

    Menguji perbedaan mean pada

    variabel terikat untuk beberapa

    variabel bebas

    Menguji perbedaan vektor mean

    beberapa variabel terikat

    Sedangkan perbedaan one-way repeated measures dan two-way repeated measures hanya

    pada variabel bebas. One-way repeated measures menggunakan satu variabel bebas dan two-way

    repeated measures menggunakan dua variabel bebas.

    a. Repeated Measures (Pengukuran Berulang) ANOVA

    Repeated measures adalah pengukuran berulang terhadap sekumpulan obyek atau partisipan

    yang sama. Pada prinsipnya Repeated Measures ANOVA sama dengan paired t-test untuk

    membandingkan rata-rata dua sampel yang saling berhubungan. Perbedaannya dengan ANOVA

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 235

    adalah sampel uji ini adalah sampel pengukuran berulang, sementara ANOVA mensyaratkan

    sampel bebas.

    One-way repeated measures ANOVA biasanya digunakan untuk membandingkan nilai

    disain sebelum dan sesudah partisipan yang sama pada satu grup. Sedangkan two-way repeated

    measures ANOVA membandingkan pada dua grup. (Web 4)

    Dalam disain general linear model repeated measures, level dari within subject factor

    mewakili beberapa pengamatan dari skala waktu ke waktu dalam kondisi yang berbeda. Ada 3 jenis

    tes yang dilakukan jika within subject factormemiliki lebih dari dua level, yaitustandar univariat uji

    F, uji univariat alternatif, dantes multivariat. Tiga jenistes ini mengevaluasi hipotesis yang sama,

    rata-rata populasisama untuk semua level pada faktor (Web 1).

    Standarunivariatuji F ANOVAtidak dianjurkanketikawithin subject factormemiliki lebih

    daridua levelkarenapadaasumsitersebut, asumsi Sphericity umumnyadilanggardanuji F

    ANOVAmenghasilkan p-value yangakuratsejauhasumsiini dilanggar.

    Tes univariat alternatif memperhitungkan pelanggaran asumsi Sphericity. Tes ini menggunakan

    penghitungan statistik F yang sama dengan standar univariat tes. Namun p-value berpotensi

    berbeda. Dalam menentukan p-value, sebuah epsilon statistikdihitung berdasarkan data sampel

    untuk mengetahui derajat yang melanggar asumsi Sphericity. Pembilang dan penyebut derajat

    kebebasan uji standar dikalikan dengan epsilon untuk mendapatkan serangkaian derajat

    kebebasanyang sudah dikoreksi untuk membuat nilai F yang baru dan menentukan p-value.

    Uji multivariat tidak memerlukan asumsi Sphericity. Perbedaan nilai

    dihitung dengan membandingkan nilai-nilai dari berbagai levelwithin subject factor.Misalnya

    untuk within subject factor dengan tiga level, nilai perbedaan mungkin

    dihitung antara level pertama dengan kedua dan antara level kedua dengan ketiga. Uji

    multivariat kemudian akan mengevaluasi apakah rata-rata populasi untuk nilai perbedaan kedua

    pasangan secara simultan sama dengan nol. Tes ini tidak hanyamengevaluasi rata-rata terkait

    dengan dua pasangan nilai perbedaan, tetapi juga mengevaluasi apakah rata-rata dari nilai

    selisih antara level pertama dan ketiga faktor tersebut sama dengan nol sebagaikombinasi linier

    dari nilai perbedaan.

    Menurut Carey (1998), semua perhitungan statistik multivariat didasarkan pada akar-akar

    karakteristik dari matriks A yang dibentuk dari

    = 1 (1)

    dengan H : matriks varians-kovarians perlakuan pada MANOVA

    E : matriks varians-kovarians error pada MANOVA.

    Dalam uji multivariat sendiri ada beberapa uji yang digunakan, yaitu:

    Wilks Lamda

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    236 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Statistik uji digunakan jika asumsi homogenitas dipenuhi. Nilai Wilks Lamda berkisar

    antara 0-1. Statistik uji ini yang sering dipakai (Web 2). Statistik uji Wilks Lamda dirumuskan

    sebagai:

    =

    + =

    1

    1+

    =1 (2)

    dengan : Wilks Lamda; : determinan dari matriks E; : banyaknya akar-akar karakteristikdari

    matriks A; : akar-akar karakteristik ke-i matriks A.

    Statistik Wilks Lamda di atas dapat ditransformasikan menjadi suatu statistik yang

    berdistribusi F. Khususnya

    Kasus 1: = 1, 2

    1

    1 ~ 1, . (3)

    Kasus 2: 1, = 2

    1

    1

    1 ~ ,1 (4)

    dengan : banyaknya variabel; : banyaknya grup; : banyaknya partisipan.

    Informasi lebih lanjut dapat dilihat pada Patel dkk (2013).

    Pillais Trace

    Statistik uji ini paling cocok digunakan jika asumsi homogenitas tidak dipenuhi (Web 2).

    Statistik uji Pillais Trace dirumuskan sebagai:

    = + 1 =

    1+

    =1 . (5)

    Beberapa ahli statistik menganggapnya paling kuat dari 4 statistik yang lain.

    Adapun aturan pengujiannya adalah tolak 0 ketika , dengan nilai diperoleh dari tabel nilai

    kritis statistik tersebut (Giri, 2004).

    Hotellings Trace

    Statistik uji ini jarang digunakan oleh para ahli (Web 2). Berikut rumus dari Hotellings

    Trace:

    = 1 = =1 . (6)

    Statistik Hotellings Trace di atas dapat ditransformasikan menjadi suatu statistik yang

    berdistribusi F (Web 3). Khususnya

    12

    ,1 ~1 ,2 , (7)

    dimana 1 = 1 dan 2 = 1 , 1 , dengan p : akar-akar karakteristik dari matriks

    A; n : banyaknya partisipan.

    Adapun aturan pengujiannya adalah tolak 0 ketika , dengan nilai diperoleh dari

    tabel nilai kritis statistik tersebut (Giri, 2004).

    Roys Largest Root

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 237

    Roys Largest Root digunakan jika asumsi dipenuhi dan berkorelasi dengan kuat. Tetapi uji

    ini harus hati-hati dalam penggunaanya (Web 2).

    = . (8)

    Adapun aturan pengujiannya adalah tolak 0 ketika , dengan nilai

    diperoleh dari tabel nilai kritis statistik tersebut (Giri, 2004).

    Keempat tes multivariat tersebut menggunakan uji statistik sebagai berikut:

    0: 1 = 2 = = (tidak ada perbedaan antar perlakuan)

    : 1 2 (setidaknya ada perbedaan antar dua perlakuan).

    Kriteria pengujiannya tolak 0 jika p-value < 0.05 dan > .

    b. Sphericity

    Pada dasarnya, asumsi Sphericitymengacu padakesamaanvariansdariperbedaan diantaralevel

    pada faktorrepeated measures.Dengan kata lain, kitamenghitungperbedaanantara setiap

    pasanganlevelfaktorrepeated measuresdankemudian

    menghitungvariansdarinilaiperbedaan.Sphericitymensyaratkan bahwavariansuntuk

    setiapnilaiperbedaansama. Kita mengasumsikanbahwa hubunganantara tiap

    pasangkelompokadalahsama. Untuk menguji asumsi Sphericity dapat menggunakan tes Mauchly,

    uji Greenhouse Geisser dan tes Huynh Feldt.

    Hipotesis untuk Sphericity:

    0: 122 = 13

    2 = 232 (tidak ada perbedaan yang signifikan diantara varians perbedaan)

    : 122 13

    2 232 (ada perbedaan yang signifikan diantara varians perbedaan)

    dengan 1 2 : perbedaan level 1 dengan level 2 pada faktorrepeated measure

    1 3 : perbedaan level 1 dengan level 3 pada faktorrepeated measure

    2 3 : perbedaan level 2 dengan level 3 pada faktorrepeated measure.

    Kriteria pengujiannya tolak 0 jika hasil p-value dari Mauchly Tests< 0.05, yang artinya

    bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara varians perbedaan, dengan kata lain bahwa kondisi

    Sphericity tidak ditemui (Field, 2012). Jika tes Mauchly dari Sphericity tidak signifikan, maka tes

    within-subjects effects dapat dilakukan. Sedangkan jika tes Mauchly dari Sphericity signifikan, tes

    multivariat yang digunakan (Ho, 2006).

    Jika data melanggar asumsi Sphericity, ada beberapa pembenaran yang dapat diterapkan

    untuk menghasilkan rasio Fyang valid. SPSS membuat tiga pembenaran berdasarkan perkiraan

    Sphericity yang dianjurkan oleh Greenhouse Geisser dan Huynh Feldt. Kedua perkiraan ini

    menimbulkan faktor koreksi yang diterapkan pada derajat kebebasan yang digunakan untuk menilai

    rasio Fyang telah diteliti.

    Koreksi Greenhouse Geisser biasanya dilambangkan dengan bervariasi antara 1

    1 dan 1,

    dimana k adalah jumlah kondisi repeated measures. Semakin dekat ke 1, varians dari perbedaan

    semakin homogen.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    238 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Ketika estimasi Greenhouse Geisser lebih besardari 0,75 maka hipotesis nol ditolak. Ketika

    perkiraan Sphericity lebihbesar dari 0.75 maka koreksi Huynh Feldtharus digunakan, tetapi ketika

    perkiraan Sphericity kurang dari 0,75 atau Sphericity sama sekali tidak diketahui maka koreksi

    Greenhouse Geisser harus digunakansebagai gantinya(Field, 2009).

    c. Pengukuran Pengaruh atau Dampak

    Ukuran pengaruh keseluruhan untuk pendekatan univariat adalah parsial eta kuadrat 2

    dan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

    Parsial2 =

    +. (9)

    Ukuran pengaruh keseluruhan untuk uji multivariat terkait dengan Wilks Lamda adalah

    multivariat eta kuadrat dan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

    Multivariat2 = 1 . (10)

    Nilai parsial eta kuadrat dan multivariat eta kuadrat berkisar antara 0 sampai 1. Nilai 0

    menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor repeated measures dan variabel terikat, sedangkan

    nilai 1 menunjukkan adanya hubungan yang kuat. (Web 1)

    d. Pairwise Comparisons

    Desain within-subjects direkomendasikan menggunakan pendekatan Bonferroni.

    Pendekatan ini harus digunakan terlepas dari apakah peneliti merencanakan untuk menguji semua

    perbandingan berpasangan atau hanya membuat keputusan untuk memeriksa data (Maxwell dkk,

    2004)

    Uji statistik disusun sebagai berikut:

    0 : 1 = 2 = = (tidak ada perbedaan antar perlakuan)

    : 1 2 (ada perbedaan antar perlakuan).

    Kriteria pengujiannya tolak 0 jika p-value < 0.05.

    Prosedur

    a. Variabel Penelitian

    1. Variabel terikat (level) : banyaknya perlakuan, yaitu minggu pertama, minggu kedua dan

    minggu ketiga.

    2. Variabel bebas (faktor repeated measures) :

    One-way repeated measures: rata-rata respon mahasiswa.

    Two-way repeated measures : kelas dan rata-rata respon mahasiswa.

    b. Langkah-langkah dalam Analisis Data

    1. Menghitung rata-rata respon tiap mahasiswa pada tiap minggu.

    2. Menganalisa hasil Sphericity. Jika signifikan (p-value< 0.05) dilanjutkan tes multivariat,

    sebaliknya jika tidak signifikan dilanjutkan tes within-subject effects.

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 239

    3. Jika dilanjutkan tes multivariat, setelah itu menganalisa keempat uji pada tes multivariat.

    Tolak Ho saat p-value < 0.05 dan sebaliknya. Untuk memperkuat hasil tersebut,kemudian

    menghitung nilai-nilai dari keempat uji menggunakan persamaan (1), (2) , (5), (6) dan (8).

    Statistik uji yang dianalisis adalah Wilks Lamda sehingga untuk menghitung penolakan Ho

    digunakan persamaan (3) dan (4). Tolak Ho saat > dan sebaliknya.

    4. Jika dilanjutkan tes within-subject effects, setelah itu menganalisa p-value dari Greenhouse

    Geisser dan Huynh-Feldt. Tolak Ho saat p-value < 0.05 dan sebaliknya. Untuk

    memperkuat hasil tersebut, kemudian membuat perubahan derajat kebebasan untuk

    pembilang dan penyebut yang baru.

    5. Menghitung pengaruh faktor dari repeated measures menggunakan persamaan (9) atau

    (10).

    6. Menganalisa hasil p-value dari Pairwise Comparisons. Tolak 0 jika p-value < 0.05.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    One-Way Repeated Measures

    Kasus 1

    Akan diuji apakah ada perbedaan yang signifikan pada Kelas A minggu pertama, minggu

    kedua dan minggu ketiga. Hasil dari analisis mengindikasikan bahwa tes Mauchlydari Sphericity

    signifikan (p-value = 0 < 0.05). Artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan diantara varians

    perbedaan, dengan kata lain bahwa kondisi Sphericity tidak ditemui. Oleh karena itu, teswithin-

    subject effects tidak dapat digunakan, tetapi yang dapat digunakan adalah tes multivariat.

    Dari Tabel 2a dapat disimpulkan bahwa rata-rata minggu pertama sampai rata-rata minggu

    ketiga semakin meningkat, tetapi perbedaannya tidak terlalu jauh. Sedangkan standart deviasi dari

    minggu pertama sampai minggu ketiga semakin menurun.

    Tabel 2a. Rata-rata dan standar deviasi

    Kelas A

    Mean Standart Deviasi

    Minggu pertama 4.019 0.396

    Minggu kedua 4.098 0.296

    Minggu ketiga 4.223 0.232

    Tabel 2b. Hasil dari tes multivariat untuk

    Kelas A minggu pertama, kedua dan ketiga

    Untuk mengetahui apakah rata-rata dari minggu pertama sampai minggu ketiga berbeda

    secara signifikan, dapat dilakukan tes multivariat dengan melihat Tabel 2b. Dari semua uji

    diperoleh kesimpulan bahwa semua menolak Ho karena semua uji menghasilkan p-value yang

    Nama Uji p-value

    Pillais Trace 0.008

    Wilks Lamda 0.008

    Hotellings Trace 0.008

    Roys Largest Root 0.008

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    240 Makalah Pendamping: Matematika 3

    sama yaitu 0.008 < 0.05. Maka ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata respon

    mahasiswa pada minggu pertama sampai minggu ketiga.

    Pada tes multivariat yang meliputi uji Pillais Trace, Wilks Lamda, Hotellings Trace

    dan Roys Largest Root, nilai-nilai dari keempat uji tersebut juga digunakan untuk memperkuat

    hasil hipotesis. Setiap uji dapat dihitung nilainya dengan menghitung akar-akar karakteristik

    terlebih dahulu. Dengan menggunakan persamaan (1) dapat diperoleh:

    = 0.605 0.0770.077 0.010

    , = 3.262 1.8761.876 2.305

    dan 1 = 0.5763 0.46910.4691 0.8156

    .

    Sehungga matriks = 0.3848 0.34660.0491 0.0443

    dan didapatkan akar-akar karakteristik 0.42900.0001

    .

    Setelah akar-akar karakteristik diperoleh maka uji-uji dalam tes multivariat dapat dihitung

    menggunakan persamaan (2), (5), (6) dan (8) sehingga diperoleh:

    =1

    1+0.4290 .

    1

    1+0.0001= 0.6997; =

    0.4290

    1+0.4290+

    0.0001

    1+0.0001= 0.3003

    = 0.4290 + 0.0001 = 0.4291; = 0.4290.

    Dalam kasus ini yang dianalisis adalah 1 variabel dan 3 grup. Dari persamaan (3) diperoleh

    statistik F (hanya untuk Wilks Lamda karena uji yang lain tabel nilai kritis tidak diketahui)

    = 10.6997

    0.6997

    293

    31 = 5.5794.

    Dengan = 0.05 diperoleh nilai dari yaitu 31,293 = 2,26 = 3.37. Jadi 0 ditolak

    karena > . Artinya bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata respon

    mahasiswa pada minggu pertama sampai minggu ketiga.

    Kemudian mengukur pengaruh rata-rata respon mahasiswa tersebut menggunakan

    multivariat eta kuadrat sehingga diperoleh

    Multivariat2 = 1 0.6997 = 0.3003.

    Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara rata-rata respon mahasiswa

    dan perlakuan yang diberikan setiap minggunya.

    Tabel 2d menunjukkan semua perbandingan berpasangan (dengan interval konfidensi

    Bonferroni) diantara 3 level. Dengan membandingkan respon setiap minggunya, kita dapat

    memasang-masangkan data rata-rata respon antar minggu pertama sampai minggu ketiga.

    Tabel 2d. Hasil analisa perbandingan berpasangan Kelas A

    Respon mahasiswa p-value Analisa

    Minggu ke-1 dan ke-2 1 0 diterima

    Minggu ke-1 dan ke-3 0.092 0 diterima

    Minggu ke-2 dan ke-3 0.042 0 ditolak

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 241

    Dapat dilihat dari Tabel 2d, dengan = 5% maka rata-rata respon mahasiswa minggu

    kedua dan minggu ketiga berbeda secara signifikan (p-value< 0.05). Rata-rata respon

    mahasiswa minggu pertama dengan minggu kedua dan rata-rata respon minggu pertama dengan

    minggu ketiga tidak berbeda secara signifikan (p-value> 0.05).

    Kasus 2

    Akan diuji apakah ada perbedaan yang signifikan pada Kelas B minggu pertama,

    minggu kedua dan minggu ketiga. Dari hasil analisis mengindikasikan bahwa tes Mauchlydari

    Sphericity tidak signifikan (p-value= 0.299 > 0.05). Hasiltes within-subject

    effectsmengindikasikan bahwa within-subjects variabel rata-rata respon mahasiswa tidak

    signifikan karena p-value = 0.736 >0.05. Artinya, tidak ada perbedaan yang signifikan diantara

    varians perbedaan dari minggu pertama, minggu kedua dan minggu ketiga.

    Setelah hasil tes Mauchlydari Sphericity sudah diperoleh, kemudian dari tes within-

    subject effects dibuat sebuah perubahan derajat kebebasan untuk pembilang dan penyebut. Hal

    ini dapat diperoleh dengan mengalikan kedua nilai ini menggunakan Huynh-Feldt karena

    perkiraan Sphericity lebih dari 0.75. Perubahan derajat kebebasan pembilangnya adalah

    2 0.921 = 1.966. Rasio F = 0.308 harus dievaluasi dengan derajat kebebasan yang baru ini.

    Setelah dihitung dengan derajat kebebasan yang baru diperoleh F yang sama yaitu 0.308 dan p-

    value = 0.733 > 0.05. Ternyata setelah dievaluasi dengan derajat kebebasan yang baru tetap

    memperoleh kesimpulan yang sama dengan sebelumnya, yaitu tidak ada perbedaan yang

    signifikan diantara varians perbedaan dari minggu pertama, minggu kedua dan minggu ketiga.

    Dari Tabel 3a dapat disimpulkan bahwa rata-rata minggu pertama sampai rata-rata

    minggu ketiga perbedaannya tidak terlalu jauh.

    Tabel 3a. Rata-rata dan standar deviasi

    Kelas B

    Mean Standar deviasi

    Minggu pertama 3.939 0.300

    Minggu kedua 3.989 0.184

    Minggu ketiga 3.955 0.219

    Tabel 3b. Hasil analisa perbandingan

    berpasangan Kelas B

    Respon mahasiswa p-value Analisa

    Minggu ke-1 dan ke-2 1 0 diterima

    Minggu ke-1 dan ke-3 1 0diterima

    Minggu ke-2 dan ke-3 1 0 diterima

    Kemudian mengukur pengaruh rata-rata respon mahasiswa tersebut menggunakan

    parsial eta kuadrat sehingga diperoleh

    Partial2 =

    0.038

    0.038+3.500= 0.011.

    Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara rata-rata respon mahasiswa

    dan perlakuan yang diberikan setiap minggunya.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    242 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Tabel 3b menunjukkan semua pairwise comparisons (dengan interval konfidensi

    Bonferroni) diantara 3 level. Dengan membandingkan setiap minggunya, kita dapat memasang-

    masangkan data rata-rata antar minggu pertama sampai minggu ketiga.

    Dapat dilihat dari Tabel 3b dengan = 5% maka rata-rata respon mahasiswa minggu

    pertama, kedua dan ketiga tidak berbeda secara signifikan (p-value> 0.05).

    Two-Way Repeated Measures

    Akan diuji apakah ada perbedaan yang signifikan interaksi respon dari mahasiswa pada

    Kelas A dan Kelas B pada minggu pertama, minggu kedua dan minggu ketiga.Dari Tabel 4a,

    variabel Kelas menghasilkan hasil yang sangat signifikan untuk semua tes multivariat dengan p-

    value = 0 < 0.05. Artinya ada perbedaan respon Kelas A dan Kelas B.Dari Tabel 4b dapat

    dilihat bahwa pada respon Kelas A lebih besar daripada rata-rata respon Kelas B.

    Tabel 4a. Hasil tes multivariat Kelas A dan

    B untuk variabel Kelas

    Nama Uji p-value

    Pillais Trace 0

    Wilks Lamda 0

    Hotellings Trace 0

    Roys Largest Root 0

    Tabel 4b. Perbedaan rata-rata respon Kelas

    A dan B untuk variabel Kelas

    Kelas Mean

    A 4.113

    B 3.961

    Selanjutnya diuji variabel Rata-rata respon mahasiswa.Padates MauchlydariSphericity

    menghasilkan nilai 0.731, dan signifikan karena p-value = 0.015 < 0.05. Asumsi Sphericity

    dilanggar, maka harus menginterpretasi tes multivariat. Keempat tes multivariat pada Tabel 4c

    menunjukkan bahwa variabel Rata-rata respon mahasiswa tidak signifikan. Hal ini dapat dilihat

    dari p-value = 0.170 > 0.05 yang artinya tidak ada perbedaan rata-rata respon mahasiswa dari

    minggu pertama sampai minggu ketiga. Tetapi dari Tabel 4ddapat dilihat bahwa rata-rata respon

    mahasiswa minggu pertama, minggu kedua dan minggu ketiga semakin meningkat.

    Tabel 4c. Hasil tes multivariat rata-rata

    respon mahasiswa

    Nama Uji p-value

    Pillais Trace 0.170

    Wilks Lamda 0.170

    Hotellings Trace 0.170

    Roys Largest Root 0.170

    Tabel 4d. Rata-rata respon mahasiswa

    Respon mahasiswa Mean

    Minggu ke-1 3.979

    Minggu ke-2 4.044

    Minggu ke-3 4.089

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 243

    Untuk interaksi Kelas dengan Rata-rata respon mahasiswa, tes Mauchlydari Sphericity

    menghasilkan nilai 0.454 dan signifikan karena p-value = 0.042 < 0.05. Asumsi Sphericity juga

    dilanggar, maka harus menginterpretasi tes multivariat. Keempat tes multivariat pada Tabel 4e

    menunjukkan bahwa efek interaksi signifikan karena p-value = 0.023 < 0.05. Hal ini

    menunjukkan bahwa respon mahasiswa tergantung pada dua kelas yang berbeda.

    Tabel 4e. Hasil tes multivariat dari interaksi Kelas dengan Rata-rata respon mahasiswa

    Nama Uji p-value

    Pillais Trace 0.023

    Wilks Lamda 0.023

    Hotellings Trace 0.023

    Roys Largest Root 0.023

    Nilai-nilai dari keempat uji pada tes multivariat yang meliputi uji Pillais Trace, Wilks

    Lamda, Hotellings Trace dan Roys Largest Root untuk interaksi Kelas dengan Rata-rata

    respon mahasiswa juga digunakan untuk memperkuat hasil hipotesis. Setiap uji dapat dihitung

    nilainya dengan menghitung akar-akar karakteristik terlebih dahulu. Menggunakan persamaan

    (1) dapat diperoleh:

    = 0.094 0.2930.293 0.907

    , = 2.898 1.6951.695 2.717

    dan 1 = 0.5433 0.33890.3389 0.5795

    .

    Sehingga matriks = 0.0482 0.13790.1482 0.4263

    dan didapatkan akar-akar karakteristik

    0.00030.3784

    . Setelah akar-akar karakteristik diperoleh maka uji-uji dalam tes multivariat dapat

    dihitung menggunakan persamaan (2), (5), (6) dan (8) sehingga diperoleh:

    =1

    10.0003 .

    1

    1+0.3784= 0.7257; =

    0.0003

    10.0003+

    0.3784

    1+0.3784= 0.2742

    = 0.0003 + 0.3784 = 0.3781; = 0.3784.

    Dalam kasus ini yang dianalisis adalah 3 variabel dan 2 grup. Dari persamaan (4) diperoleh

    statistik F (hanya untuk Wilks Lamda karena uji yang lain tabel nilai kritis tidak diketahui)

    = 10.7253

    0.7253

    2931

    31 = 4.7342.

    Dengan = 0.05 diperoleh nilai dari yaitu ,1 = 3,25 = 2.99. Jadi 0

    ditolak karena > . Hal ini menunjukkan bahwa respon mahasiswa tergantung pada

    dua kelas yang berbeda.

    Kemudian mengukur pengaruh interaksi Kelas dengan Rata-rata respon mahasiswa

    tersebut menggunakan multivariat eta kuadrat sehingga diperoleh

    Multivariat2 = 1 0.7257 = 0.2743.

    Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara Kelas dengan Rata-rata

    respon mahasiswa terhadap perlakuan yang diberikan setiap minggunya.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    244 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Gambar 1. Grafik rata-rata respon mahasiswa pada Kelas A dan Kelas B

    Gambar 1 menunjukkan bahwa rata-rata respon mahasiswa yang diberikan pada 3

    minggu tergantung pada perbedaan kelas. Pada kelas A, rata-rata respon mahasiswa semakin

    meningkat tetapi pada kelas B rata-rata respon mahasiswa meningkat dan mengalami penurunan

    lagi pada minggu ketiga.

    Tabel 4f. Hasil analisa perbandingan berpasangan minggu pertama sampai minggu ketiga

    Respon mahasiswa p-value Analisa

    Minggu ke-1 dan ke-2 1 0 diterima

    Minggu ke-1 dan ke-3 0.248 0 diterima

    Minggu ke-2 dan ke-3 0.868 0 diterima

    Tabel 4f menunjukkan semua perbandingan berpasangan antara dua kelas dan rata-rata

    respon mahasiswa tiga minggu dengan menggunakan interval konfidensi Bonferroni 95%.

    Dapat dilihat dari Tabel 4f dengan = 5%, rata-rata respon mahasiswa di Kelas A dan Kelas B

    pada minggu pertama, kedua dan ketiga tidak berbeda secara signifikan (p-value> 0.05). Artinya

    tidak ada perbedaan rata-rata respon mahasiswa di minggu pertama sampai ketiga.

    SIMPULAN

    Pada makalah ini telah dibahas studi tentang respon mahasiswa dengan metode one-way

    dan two-wayrepeated measures untuk dua kelas Listening FBS-UKSW. Berdasarkan hasil yang

    diperoleh dapat disimpulkan bahwa:

    One-wayRepeated Measures

    Pada kelas A

    Berdasarkan tes multivariat, ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata respon

    mahasiswa pada minggu pertama sampai minggu ketiga. Tetapi varians dari minggu

    pertama, minggu kedua dan minggu ketiga tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil

    parsial eta kuadrat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara rata-rata respon

    mahasiswa dan perlakuan setiap minggunya. Dalam pengujian pairwise comparisons,

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 245

    respon minggu kedua dengan respon minggu ketiga berbeda secara signifikan sedangkan

    respon minggu pertama dengan minggu kedua dan respon minggu pertama dengan

    minggu ketiga tidak berbeda secara signifikan.

    Pada kelas B

    Berdasarkan tes within-subject effects, varians dari minggu pertama, minggu kedua dan

    minggu ketiga tidak berbeda secara signifikan. Dari hasil parsial eta kuadrat menunjukkan

    bahwa tidak ada hubungan antara rata-rata respon mahasiswa dan perlakuan setiap

    minggunya. Dalam pengujian pairwise comparisons, rata-rata respon mahasiswa minggu

    pertama, kedua dan ketiga juga tidak berbeda secara signifikan.

    Two-way Repeated Measures

    Berdasarkan uji yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan respon

    Kelas A dengan Kelas Btetapi tidak ada perbedaan respon mahasiswa dari minggu pertama

    sampai minggu ketiga. Untuk interaksi Kelas dengan Rata-rata respon mahasiswa menunjukkan

    bahwa respon mahasiswa tergantung pada dua kelas yang berbeda. Pengujian Pairwise

    Comparisonsyang dilakukan untuk dua kelas yang berbeda mengindikasikan tidak ada

    perbedaan antara respon mahasiswa di minggu pertama sampai ketiga.

    DAFTAR PUSTAKA

    Carey, G. (1998). Multivariate Analysis of Variance (MANOVA): I. Theory. Diakses tanggal 1

    November 2013 pukul 12.40 WIB dari

    http://ibgwww.colorado.edu/~carey/p7291dir/handouts/manova1.pdf.

    Field, A. (2009). Discovering Statistics Using SPSS. (3thed.). India : Sage.

    Field, A. (2012). Discovering Statistics Repeated Measures ANOVA. Diakses tanggal 29

    Oktober 2013 dari http://www.discoveringstatistics.com.

    Giri, N.C. (2004). Multivariate Statistical Analysis. (2nd

    ed). New York : Marcel Dekker.

    Ho, R. (2006). Handbook of Univariate and Multivariate Data Analysis and Interpretation with

    SPSS. New York : Chapman & Hall/CRC Taylor & Francis Group.

    Maxwell, S.E. & Delaney, H.D. (2004). Designing Experiments And Analyzing Data A Model

    Comparison Perspective. (2nd

    ed.). London: Lawrence Erlbaum Associates.

    Patel, S. & Bhavsar, C.D. (2013). Analysis of Pharmocokinetic Data by Wilks Lamda (An

    Important Tool of Manova). International Journal of Pharmaceutical Science Invention,

    Vol. 2, 36-44.

    Pritasari, N.F., Parhusip, H.A. & Susanto, B. (2013). Analisis Respon Mahasiswa Kelas

    Listening Menggunakan Metode Paired Comparisons. Prosiding, Seminar Nasional

    Matematika VII yang diselenggarakan oleh Jurusan Matematika FMIPA dan Prodi

    Pendidikan Matematika Program Pascasarjana UNNES tanggal 26 Oktober 2013.

    Semarang: Universitas Negeri Semarang.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    246 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Rahandika, A. (2013). The Students Perceptions toward Different Task Types in Public

    Listening Class. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Bahasa dan

    Sastra, Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

    Stevens, J.P. (2009). Applied Multivariate Statistics For The Social Sciences. (5thed.). New

    York : Routledge Taylor & Francis Group.

    Web 1: http://oak.ucc.nau.edu/rh232/courses/EPS625/Handouts/RM-

    ANOVA/Understanding%20Repeated-Measures%20ANOVA.pdf. Diakses tanggal 30

    Oktober 2013 pukul 09.53 WIB.

    Web 2:

    https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=6&cad=rja&ved

    =0CFQQFjAF&url=http%3A%2F%2Fwww.chsbs.cmich.edu%2Fk_han%2Fpsy613%2F

    manova1.doc&ei=4tZ5UvzpOqzwiQfH-

    oCwAw&usg=AFQjCNFOCcK9hRRVQczMgt0tSqX6Al8z5Q&sig2=w5KyDbLxz-Ma-

    MqVVyntzA&bvm=bv.55980276,d.aGc. Diakses tanggal 6 November 2013 pukul

    12.45 WIB.

    Web 3: http://www.stat.ncsu.edu/people/bloomfield/courses/st784/twa-08-3.pdf. Diakses

    tanggal 7 November 2013 pukul 08.27 WIB.

    Web 4: http://www.zu.ac.ae/main/files/contents/research/training/one-

    wayrepeatedmeasureanova.pdf. Diakses tanggal 7 November 2013 pukul 09.12 WIB.

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 247

    ANALISIS BIPLOT PADA PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN

    DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

    Desy Komalasari 1)

    , Mustika Hadijati 2)

    , Marwan 3)

    1) Program Studi Matematika FMIPA UNRAM, email: [email protected] 2) Program Studi Matematika FMIPA UNRAM, email: [email protected]

    3) Program Studi Matematika FMIPA UNRAM, email: [email protected] 1), 2), 3). Jln. Majapahit No.62 Mataram- NTB.

    Abstrak Penelitian ini bertujuan memberikan inovasi baru mengenai pemetaan

    karakteristik kemiskinan pada kabupaten/kota di provinsi Nusa Tenggara Barat,

    menggunakan metode analisis Biplot. Analisis Biplot didasarkan pada singular value

    decomposition, matriks orthonormal, dan faktorisasi dari matriks data. Penelitian ini

    menghasilkan Square Root Biplot (SQRT) atau Biplot Simetri, yaitu grafik Biplot yang

    memetakan secara bersamaan kabupaten/kota dengan karakteristik kemiskinan di

    provinsi NTB. Analisis Biplot dalam penelitian ini memberikan penyajian yang cukup

    baik mengenai informasi data yang sebenarnya berdasarkan nilai 2 sebesar 84,59%. Grafik Biplot menampilkan wilayah yang memiliki kesamaan karakteristik kemiskinan

    ada pada kabupaten Bima dan kabupaten Sumbawa, dengan jarak Euclid terdekat

    sebesar 0.266. Sedangkan jarak terjauh ada pada kabupaten Lombok Tengah dan kota

    Mataram, sebesar 9.779. Keragaman karakteristik kemiskinan ditunjukkan dengan

    panjang vektor, vektor terpanjang pada penduduk miskin yang bekerja di sektor

    pertanian (7) dan vektor terpendek pada angka partisipasi sekolah penduduk miskin (3).

    Kata kunci: Analisis Biplot, Singular Value Decomposition, Karakteristik Kemiskinan.

    PENDAHULUAN

    Kemiskinan merupakan masalah yang sering dihadapi di setiap daerah di Indonesia

    seperti halnya provinsi Nusa Tenggara Barat. Jumlah penduduk miskin di provinsi Nusa

    Tenggara Barat (NTB) pada Maret 2011 sebesar 19,73%, dan menurun pada Maret 2012

    sebesar 18,63% (Berita Resmi Statistik, 2012). Angka penurunan sebsar 1,10% dipengaruhi

    oleh beberapa faktor karakteristik kemiskinan di antaranya faktor sosial ekonomi dan faktor

    pendidikan. Penurunan yang kurang signifikan menyebabkan perlunya pemetaan karakteristik

    kemiskinan, sehingga upaya pengentasan kemiskinan tepat sasaran. Karakteristik kemiskinan

    yang digunakan merupakan data kemiskinan makro. Data kemiskinan makro menunjukkan

    jumlah dan persentase penduduk miskin di setiap daerah berdasarkan estimasi. Data ini

    digunakan untuk perencanaan dan evaluasi program kemisikinan dengan target geografis. Oleh

    karena itu, perlunya dilakukan pemetaan karakteristik kemiskinan pada kabupaten/kota di

    Provinsi NTB menggunakan analisis Biplot. Analisis Biplot merupakan teknik statistik

    deskriptif dimensi ganda dengan menyajikannya secara visual dan simultan sejumlah objek

    pengamatan dan variabel dalam suatu grafik. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini yaitu untuk

    mengetahui gambaran pemetaan karakteristik kemiskinan di Provinsi NTB menggunakan

    analisis Biplot. Sehingga manfaat dari pemetaan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan

    Pemerintah Daerah Provinsi NTB untuk melakukan upaya pengentasan kemiskinan yang tepat

    sasaran pada karakteristik kemiskinan di wilayah tersebut.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    248 Makalah Pendamping: Matematika 3

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan aplikatif, yaitu mengaplikasikan

    data data numerik ke dalam analisis Biplot. Analisis Biplot adalah salah satu upaya

    menggambarkan data - data yang ada pada tabel ringkasan kedalam grafik berdimensi dua.

    Grafik yang dihasilkan dari Biplot ini merupakan grafik yang berbentuk bidang datar. Dengan

    penyajian seperti ini, ciri-ciri variabel dan objek pengamatan serta posisi relatif antara objek

    pengamatan dengan variabel dapat dianalisis (Kohler dan Luniak, 2005).

    Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni 2013 sampai dengan bulan Oktober 2013.

    Tempat penelitian di Universitas Mataram dan Badan Pusat Statistik Provinsi NTB.

    Data Penelitian

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

    (BPS) Provinsi Nusa Tenggara barat. Data yang digunakan yaitu data karakteristik kemiskinan

    tahun 2011, terdiri dari 10 kabupaten/kota yang merupakan Objek penelitian dan 10

    karakteristik kemiskinan yang merupakan variabel penelitian. Objek penelitian meliputi Kab.

    Lombok Barat, Kab. Lombok Tengah, Kab. Lombok Timur, Kab. Sumbawa, Kab. Dompu, Kab.

    Bima, Kab. Sumbawa Barat, Kab. Lombok Utara, Kota Mataram, Kota Bima. Variabel

    penelitian merupakan karakteristik kemiskinan meliputi Jumlah Penduduk Miskin (1), Angka

    Melek Huruf Penduduk Miskin (2), Angka Partisipasi Sekolah Penduduk Miskin (3),

    Penduduk miskin yang tidak bekerja (4), Penduduk miskin yang bekerja di sektor Informal

    (5), Penduduk miskin yang bekerja di sektor formal (6), Penduduk miskin yang bekerja di

    sektor pertanian (7), Penduduk bekerja di bukan sektor pertanian (8), Pengeluaran perkapita

    untuk makanan (9), Luas lantai perkapita rumah tangga miskin (10).

    Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian ini meliputi observasi pendahuluan, perancangan penelitian,

    pengumpulan data, analisis data, interpretasi hasil, dan kesimpulan. Observasi pendahuluan

    dilakukan dengan survey data-data yang relevan, dengan tujuan untuk memberikan gambaran

    dan informasi mengenai karakteristik kemiskinan di setiap kabupaten/kota di provinsi NTB.

    Perancangan penelitian meliputi penetapan rumusan masalah, tujuan penelitian, penentuan alat

    dan bahan, pengumpulan data, serta penentuan teknik analisis data. Langkah selanjutnya yaitu

    pengumpulan data, data yang dikumpulkan disini adalah data sekunder yang berhubungan

    dengan karakteristik kemiskinan. Selanjutnya analisis data menggunakan Biplot, kemudian

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 249

    interpretasi hasil Biplot yaitu memberikan gambaran atau penjelasan secara deskriptif mengenai

    kedekatan antar objek yang diamati, keragaman variabel, hubungan atau korelasi antar variabel,

    dan nilai variabel pada suatu objek. Berdasarkan hasil interpretasi akan ditarik kesimpulan

    mengenai analisis Biplot terhadap posisi kabupaten/kota terhadap karakteristik yang dimilikinya

    serta karakteristik kemiskinan mana saja yang paling dominan di suatu kabupaten/kota di

    provinsi NTB.

    Teknik Analisis Data

    Analisis data menggunakan teknik analisis Biplot. Prosedur analisis biplot meliputi

    menentukan matriks data yang dikoreksi terhadap rata-rata (), menentukan matriks ,

    menentukan nilai eigen dan vektor eigen, mencari Singular Value Decomposition (SVD) yaitu

    mendapatkan matriks U, L dan A, menentukan matriks koordinat dengan yang digunakan

    berkisar pada 0 1. Namun nilai yang lazim digunakan dalah = 1; 0.5; dan

    0 (Nugroho, 2008). Menentukan matriks G(objek) dan H(variabel) terpilih berdasarkan

    , menggambar grafik menggunakan program, interpretasi hasil dan kesimpulan.

    Analisis Biplot bertujuan menggambarkan suatu matriks dengan menumpang tindihkan

    vektor-vektor baris dengan vektor-vektor kolom matriks. Analisis Biplot didasarkan pada

    penguraian nilai-nilai singular (Singular Value Decomposition) dari suatu matriks data yang

    telah dikoreksi oleh rataanya. Biplot dibentuk dari suatu matriks data, dimana setiap kolom

    mewakili variabel-variabel penelitian, dan setiap baris mewakili objek penelitian.

    Misalkan matriks Xadalah matriks yang terdiri dari variabel-variabel sebanyak p dan

    objek penelitian sebanyak n. Misalkan matriks Y merupakan hasil dari matriks X yang dikoreksi

    terhadap rataannya, maka akan diuraikan menjadi perkalian tiga buah matriks berikut:

    () = () (1)

    Matriks merupakan nilai singular dengan unsur-unsur diagonalnya akar kuadrat

    dari nilai eigen, sedangkan matriks diperoleh dari = . Sehingga = =

    , I adalah matriks identitas dan L adalah matriks diagonal berukuran (rxr) dengan unsur-unsur

    diagonalnya adalah akar dari nilai eigennilai eigen tak nol yaitu

    (Menurut Matjik dan Sumertajaya, 2011)).

    Menurut Joellife (1986) dalam Matjik dan Sumertajaya, 2011, dari matriks Y akan

    dibentuk matriks G dan H, dimana = dan = dengan besarnya 0

    1, yang masing-masing berukuran dan maka persamaan (1) menjadi:

    = = (2)

    Masing-masing merupakan matriks G baris ke-i , dimana = 1,2, , serta matriks H kolom ke-

    j dimana = 1,2, ,, dan r adalah rank matriks data Y. Jika matriks Ymempunyai rank dua,

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    250 Makalah Pendamping: Matematika 3

    maka vektor baris dan vektor akan digambarkan dalam dimensi dua. Namun, jika Y

    mempunyai rank lebih dari dua maka persamaan di atas menjadi :

    =

    = (3)

    dengan merupakan elemen ke-(i,k) pada matriks U, merupakan elemen ke-(k,j) pada

    matriks AT serta

    adalah elemen diagonal ke-k matriks Lyang merupakan akar kuadrat nilai

    eigen .

    Menurut Gabriel (1971) dalam Matjik dan Sumertajaya, 2011, data pengamatan awal

    matriks X yang terdiri dari n objek dan p variabel tereduksi menjadi beberapa himpunan data

    yang terdiri dari n baris dengan m kolom.

    Jika ada sebanyak m kolom yang ditentukan, maka persamaan (2) menjadi;

    =

    = , < (4)

    Persamaan di atas dapat dibentuk sebagai berikut :

    =

    =

    =

    =

    =

    (5)

    dengan dan

    masing-masing merupakan elemen vektor dan . Jika = 2 pada

    persamaan (5) maka dikatakan sebagai Biplot, sehingga dapat dibentuk menjadi :

    =

    (6)

    Dengan merupakan elemen matriks Yberdimensi dua, sedangkan mengandung elemen

    dua kolom pertama vektor , dan mengandung dua kolom pertama vektor .

    Sehingga dari matriks Y pada dimensi dua diperoleh matriks dengan ukuran tereduksi

    yaitu matriks Gdan H sebagai berikut (Johnson danWichern, 2002) :

    =

    11 12 1

    1

    2

    2

    dan =

    11 1211

    22

    Masing-masing pada matriks G dan H merupakan titik-titik koordinat dari n objek dan titik-

    titik koordinat dari p variabel.

    Rencer (2002), mengemukakan ukuran Biplot dengan pendekatan matriks Y berdimensi

    dua dalam bentuk :

    2 =(1+ 2)

    =1

    (7)

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 251

    Dengan 1 adalah nilai eigen terbesar pertama, 2 adalah nilai eigen terbesar kedua dan

    , = 1,2, , adalah nilai eigen ke-k. Apabila nilai 2 mendekati satu, maka Biplot

    memberikan penyajian yang semakin baik mengenai informasi data yang sebenarnya.

    Biplot mempunyai beberapa tipe. Perbedaan tipe ini berdasarkan pada nilai yang

    digunakan. Nilai yang digunakan dalam Biplot adalah 0 1. Namun nilai yang lazim

    digunakan dalah = 1; 0.5; dan 0 (Nugroho, 2008).

    1) Biplot dengan 1 disebut juga dengan Biplot komponen utama. Jika yang

    digunakan adalah = 1 maka Biplot yang dibentuk disebut Biplot RMP (Row Metric

    Preserving). Biplot RMP ini digunakan untuk menduga jarak Euclid secara optimal.

    Sehingga Biplot untuk = 1 diperoleh:

    = = dan = = (8)

    Pada kondisi ini jarak Euclid antara dan sama dengan jarak antara dan pada

    pengamatan sesungguhnya. Selain itu koordinat merupakan koefisien variabel ke-j

    dalam dua komponen utama pertama.

    2) Nilai lain yang digunakan dalam pembuatan Biplot yaitu = 0.5. Untuk nilai ini,

    Biplot yang dibentuk disebut Biplot Simetri atau Biplot SQRT (Square Root Biplot)..

    Biplot untuk = 0.5 diperoleh:

    = ,dan = , = , (9)

    3) Jika yang digunakan adalah 0, maka akan terbentuk tipe Biplot yang disebut

    Biplot CMP (Column Metric Preserving).

    Saat = 0 diperoleh matriks G dan H sebagai berikut

    diperoleh = = dan = = (10)

    sehingga terbentuk =

    ()

    = ()

    =

    =

    = (11)

    Matriks U merupakan matriks orthonormal dan = 1 dengan n merupakan

    banyaknya objek serta Smerupakan matriks varian kovarian dari matriks Y, sehingga =

    1 .Hasil kali elemen akan sama dengan ( 1) kali kovarian variabel ke-j dan

    variabel ke-k. Elemen diagonal utama matriks , 112 + 21

    2 , ,12 + 2

    2 , ,12 + 2

    2

    merupakan variansi dari variabel. Sedangkan 12 + 2

    2 , = 1,2, . . , merupakan panjang vektor

    variabel (dengan pusat jarak Euclid di titik O(0,0)). Sehingga dapat dikatakan bahwa panjang

    vektor variabel sebanding dengan variansi variabel (Matjik dan Sumertajaya, 2011).

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    252 Makalah Pendamping: Matematika 3

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Deskripsi data penelitian

    Gambaran data penelitian di tampilkan pada tabel Deskriptif Statistik berikut.

    Tabel 1. Deskriptif Statistik

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

    Penduduk Miskin (X1) 10 11.69 39.27 19.9220 7.46983 55.798

    AMH (X2) 10 72.57 91.63 84.3240 6.12581 37.526

    APS (X3) 10 92.58 100.00 96.3380 2.54088 6.456

    Tidak Bekerja (X4) 10 31.22 47.67 37.2530 5.46294 29.844

    Bekerja Informal (X5) 10 36.38 68.34 54.7690 9.49724 90.197

    Bekerja Formal (X6) 10 .45 15.95 7.9810 4.85856 23.606

    Bekerja Sektor Pertanian (X7) 10 1.78 55.85 39.6360 16.41475 269.444

    Bekerja Bukan Pertanian (X8) 10 12.40 50.54 23.1140 11.71297 137.194

    Pengeluaran Makanan (X9) 10 59.69 73.21 67.2390 4.13745 17.118

    Luas Lantai (X10) 10 41.12 79.19 59.3520 12.71368 161.638

    Valid N (listwise) 10

    Pada tabel 1 terlihat Gambaran karakteristik kemiskinan di provinsi NTB, rata-rata

    penduduk miskin di 10 kabupaten tersebut sebesar 19.92%, dengan rata-rata angka melek huruf

    84.32%, rata-rata angka partisipasi sekolah yang tinggi oleh penduduk miskin sebesar 96.33%

    yang berarti semangat penduduk miskin untuk bersekolah sangat tinggi. Persentase penduduk

    miskin yang tidak bekerja 37.25%, rata-rata penduduk miskin yang bekerja di sektor informal

    54.77%, sedangkan yang bekerja di sektor formal masih sangat kecil yaitu 7.98%. Penduduk

    miskin yang bekerja di sektor pertanian 39.64% lebih tinggi daripada penduduk miskin yang

    bekerja di bukan sektor pertanian sebesar 23.11%. Rata-rata pengeluaran perkapita untuk

    makanan rumah tangga miskin sebesar 67.24%. Pengeluaran perkapita adalah rata-rata

    pengeluaran makanan rumah tangga dibagi dengan jumlah anggota rumah tangga yang

    bersangkutan. Rata-rata luas lantai rumah tangga miskin di provinsi NTB sebesar 59.35%,

    dengan luas lantai setiap rumah tangga lebih kecil dari 8m2 82 .

    Hasil Analisis Biplot

    Berdasarkan prosedur analisis Biplot diperoleh hasil berupa grafik Biplot seperti pada

    Gambar 1.

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 253

    a. Hasil grafik Biplot untuk = 0.5 ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

    Gambar 1. Pemetaan Biplot data karakteristik kemiskinan di provinsi NTB

    Pada penelitian ini dihasilkan grafik biplot dengan = 0.5. Alasan terpilihnya biplot

    dengan = 0.5 yaitu karena hasil kali matriks koordinat Objek (G) dan matriks koordinat

    variabel (H) sama dengan elemen-elemen pada matriks data awal .Sehingga biplot

    dalam penelitian ini merupakan Square Root Biplot (SQRT) atau Biplot Simetri. Biplot Simetri

    merupakan tipe Biplot yang membuat kesamaan penskalaan atau pembobotan pada baris dan

    kolom secara bersamaan, sehingga digunakan untuk menggambarkan gabungan vektor objek

    yaitu kabupaten/kota serta variabel yang merupakan karakteristik kemiskinan secara bersamaan

    dalam satu plot (grafik).

    b. Interpretasi Informasi Biplot

    Biplot adalah upaya membuat gambar di ruang berdimensi banyak menjadi gambar di

    ruang dimensi dua. Informasi data yang disajikan dalam Biplot ditentukan berdasarkan nilai

    2,semakin mendekati nilai satu berarti Biplot yang diperoleh dari matriks pendekatan

    berdimensi dua akan memberikan penyajian data yang semakin baik mengenai informasi-

    informasi yang terkandung pada data yang sebenarnya. Penyajian informasi ini bergantung pada

    nilai eigen(). Pada penelitian ini diperoleh nilai 1sebesar 5231.74, dan 2 sebesar 1078.05,

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    254 Makalah Pendamping: Matematika 3

    sehingga diperoleh nilai 2 sebesar 84.59%. Nilai 2 mendekati satu, maka Biplot dalam

    penelitian ini memberikan penyajian yang cukup baik mengenai informasi dari data yang

    sebenarnya.

    c. Kedekatan Antar Objek (Kabupaten/kota)

    Informasi ini dijadikan panduan untuk mengetahui kabupaten/kota yang memiliki

    kemiripan karakteristik kemiskinan dengan kabupaten/kota lainnya. Kabupaten/kota yang

    berada pada kuadran yang sama dapat dikatakan memiki kesamaan karakteristik kemiskinan

    yang cukup dekat, jika dibandingkan dengan kabupaten/kota yang berada pada kuadran yang

    berbeda. Pada gambar 1. terlihat kabupaten/kota yang berada pada kuadran yang sama yaitu

    kuadran keempat, diantaranya Kota Bima dan Kota Mataram. Dapat dikatakan bahwa kedua

    kota tersebut memiliki kesamaan karakteristik kemiskinan. Selain itu juga dapat ditentukan

    melalui jarak Euclidean, dari plot yang dihasilkan dapat ditentukan jarak Kota Bima dan Kota

    Mataram sebesar 4.037, yang berarti kota kabupaten tersebut memiliki kemiripan karakteristik

    kemiskinan. Interpretasi yang sama juga berlaku untuk kabupaten/kota lainnya.

    d. Interpretasi Nilai Variabel Pada Suatu Objek

    Informasi ini digunakan untuk menentukan karakteristik kemiskinan di setiap wilayah

    (kabupaten/kota). Suatu wilayah yang terletak searah dengan vektor karakteristik kemiskinan

    menunjukkan tingginya nilai karakteristik kemiskinan untuk wilayah tersebut. Atau dapat

    interpretasikan bahwa karakteristik kemiskinan untuk wilayah tersebut mempunyai nilai di atas

    rata-rata seluruh kabupaten/kota. Sebaliknya, jika suatu wilayah terletak berlawanan arah

    dengan vektor karakteristik kemiskinan maka nilai karakteristik kemiskinannya rendah atau di

    bawah nilai rata-rata seluruh kabupaten/kota. Sedangkan jika wilayah yang hampir berada di

    tengah-tengah berarti wilayah tersebut memiliki nilai karakteristik kemiskinan yang dekat

    dengan rata-rata.

    Pada gambar 1, terlihat bahwa Kabupaten Lombok Barat searah dengan arah vektor

    variabel (10). Sesuai dengan data asli, dimana luas lantai perkapita rumah tangga miskin (10)

    di Kabupaten Lombok Barat sebesar 79.19% di atas rata-rata keseluruhan yakni 59.35%.

    Contoh lainnya pada Kabupaten Lombok Utara yang searah dengan vektor 1, hal ini

    menyatakan jumlah penduduk miskin di kabupaten tersebut sebesar 39.27% berada di atas rata-

    rata yakni sebesar 19.92%. Contoh lainnya pada Kabupaten Lombok Tengah yang searah

    dengan vektor 5, hal ini menandakan bahwa penduduk miskin yang bekerja di sektor informal

    pada kabupaten Lombok Tengah sebesar 68.34% berada di atas rata-rata keseluruhan yaitu

    54.77%. Sedangkan variabel 6 berlawanan arah dengan kabupaten Lombok Tengah yang

    berarti penduduk miskin yang bekerja di sektor formal pada kabupaten tersebut sebesar 0.45%

    berada di bawah rata-rata seluruh kabupaten sebesar 7.98%. Interpretasi yang sama pada kota

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 255

    Mataram yang searah dengan vektor variabel 8 dan berlawan arah dengan vektor variabel 7.

    Hal ini menandakan penduduk miskin yang bekerja di bukan sektor pertanian (8) sebesar

    50.54% berada di atas rata-rata yakni 23.11%. Sedangkan penduduk miskin yang bekerja di

    sektor pertanian (7) sebesar 1.78% berada di bawah rata-rata yakni 39.64%. Interpretasi yang

    sama juga berlaku untuk kabupaten/kota dan karakteristik kemiskinan lainnya.

    e. Keragaman Variabel (Karakteristik Kemiskinan)

    Informasi ini digunakan untuk melihat keragaman karakteristik kemiskinan setiap

    kabupaten/kota. Dengan informasi ini, bisa diperkirakan pada karakteristik kemiskinan yang

    mana strategi harus ditingkatkan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan, dan juga

    sebaliknya. Dalam Biplot nantinya komponen-komponen dengan keragaman yang kecil

    digambarkan sebagai vektor yang pendek sedangkan komponen-komponen dengan keragaman

    yang besar digambarkan sebagai vektor yang panjang.

    Pada gambar 1 terlihat bahwa vektor terpanjang pada variabel 7 yaitu penduduk

    miskin yang bekerja di sektor pertanian, dengan nilai keragaman sebesar 34.162. Sesuai data

    aslinya penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian (7) untuk kota Mataram sebesar

    1.78%, paling kecil di antara 9 kabupaten/kota lainnya. Sedangkan kabupaten Bima menempati

    urutan ke sepuluh, dengan jumlah penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian paling besar

    yaitu 55.85%. Vektor terpendek ada pada variabel 3 (angka partisipasi sekolah penduduk

    miskin), yang berarti keragaman data pada variabel 3 sebesar 0.232. Ini berarti angka

    partisipasi sekolah penduduk miskin sangat tinggi. Kota Bima menempati urutan pertama,

    dengan angka partisipasi sekolah penduduk miskin mencapai 100%, sedangkan yang terendah

    pada kota Mataram sebesar 92.58%. Hal ini menandakan program pemertintah provinsi NTB

    untuk meningkatkan angka partisispasi sekolah penduduk miskin sudah berhasil, terlihat dari

    nilai rata-rata angka partisipasi sekolah di 10 kabupaten/kota mencapai 96.34% (Data Tabel 1).

    Interpretasi yang sama juga berlaku untuk panjang vektor variabel lainnya. Secara berturut-turut

    panjang vektor variabel yang menunjukkan keragaman data karakteristik kemiskinan meliputi

    variabel 7 (penduduk miskin yang bekerja disektor pertanian) sebesar 34.162, 10 (Luas lantai

    perkapita rumah tangga miskin) sebesar 30.230, 8 (Penduduk miskin bekerja di bukan sektor

    pertanian) sebesar 17.389, 5 (Penduduk miskin yang bekerja di sektor informal) sebesar 9.307,

    1 (Penduduk Miskin) sebesar 4.020, 4 (Penduduk miskin yang tidak bekerja) sebesar 3.146,

    2 (angka melek huruf penduduk miskin) sebesar 3.140, 9 (Pengeluaran perkapita untuk

    makanan) sebesar 1.878, 6 (Penduduk miskin yang bekerja di sektor formal) sebesar 1.661,

    dan 3 (angka partisipasi sekolah penduduk miskin) sebesar 0.232.

    f. Korelasi Antar Variabel (Karakteristik Kemiskinan)

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    256 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Korelasi atau hubungan saling mempengaruhi antar karakteristik kemiskinan dapat

    diinterpretasikan dari penyajian grafik Biplot. Pada grafik Biplot, karakteristik kemiskinan

    digambarkan sebagai garis berarah. Dua karakteristik yang memiliki korelasi positif akan

    digambarkan sebagai dua garis dengan arah yang sama sehingga membentuk sudut sempit atau

    sudut lancip. Sedangkan jika dua buah karakteristik digambarkan sebagai dua garis yang

    berlawanan maka dikatakan memiliki korelasi negatif, sehingga membentuk sudut lebar atau

    tumpul. Namun jika dua buah karakteristik digambarkan dalam bentuk garis dengan sudut siku-

    siku maka dikatakan karakteristik kemiskinan tersebut tidak saling berkorelasi atau

    berhubungan.

    Sudut yang dibentuk antara dua karakteristik kemiskinan merupakan nilai cosinus. Semakin

    kecil nilai cosinus yang dibuat antara dua karakteristik kemiskinan maka semakin tinggi

    korelasinya. Sehingga diperoleh hasil bahwa jumlah penduduk miskin (1) dan pengeluaran

    perkapita untuk makanan penduduk miskin (9)saling mempengaruhi dan berkorelasi positif.

    Hal tersebut ditentukan dari sudut yang terbentuk sebesar 18.03. Semakin banyak jumlah

    penduduk miskin dalam satu keluarga, maka semakin banyak pengeluaran perkapita untuk

    makanan yang harus dikeluarkan. Contoh lainya yaitu pada karakteristik penduduk miskin yang

    bekerja di sektor informal (5) berkorelasi negative dengan penduduk miskin yang bekerja di

    sektor formal (6), dengan sudut yang terbentuk sebesar 173.84. Semakin banyak jumlah

    penduduk miskin yang bekerja di sektor informal maka semakin sedikit penduduk miskin yang

    bekerja di sektor formal. Interpretasi yang sama juga berlaku untuk karakteristik kemiskinan

    lainnya.

    SIMPULAN DAN SARAN

    Simpulan

    Berdasarkan analisis hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut:

    Analisis Biplot dalam penelitian ini memberikan penyajian yang cukup baik mengenai

    informasi dari data yang sebenarnya berdasarkan nilai 2 sebesar 84,59%. Biplot yang terbentuk

    dalam pada penelitian ini merupakan Square Root Biplot (SQRT) atau Biplot Simetri. Wilayah

    yang memiliki kesamaan karakteristik kemiskinan ada pada kabupaten Bima dan kabupaten

    Sumbawa, dengan jarak Euclid terdekat sebesar 0.266. Sedangkan jarak terjauh ada pada

    kabupaten Lombok Tengah dan kota Mataram, sebesar 9.779. Keragaman karakteristik

    kemiskinan ditunjukkan dengan panjang vektor, dengan vektor terpanjang pada penduduk

    miskin yang bekerja di sektor pertanian (7) dan vektor terpendek pada angka partisipasi

    sekolah penduduk miskin (3).

    Saran.

    Selain menggunakan analisis Biplot, pemetaan karakteristik kemiskinan juga dapat

    dilakukan menggunakan Multidimensional Scalling atau dengan kombinasi Biplot

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 257

    menggunakan analisis faktor dan Cluster. Serta saran bagi pemerintah provinsi NTB dari hasil

    pemetaan ini diharapkan program-program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan lebih

    tepat sasaran, karena dari plot terlihat beberapa daerah yang memiliki karaktersitik kemiskinan

    yang sama. Sehingga nantinya diperoleh distribusi kesejahteraan yang merata di setiap

    kabupaten/kota.

    DAFTAR PUSTAKA

    Berita Resmi Statistik, 2012. BPS Provinsi NTB. BRS No. 44/07/52/TH.VI , 2 Juli 2012

    Johnson, R.A. dan D.W. Wichern, 2002, Applied Multivariate Statistical Analysis, Fifth Edition.

    Prentice Hall Inc, New Jersey.

    Kohler, U. dan Luniak, M. (2005). Data inspection using Biplots. The Stata Journal Vol 5,

    Number 2, pp. 208223.

    Matjik, A.A., dan Sumertajaya, (2011) I. M., Sidik Peubah Ganda dengan Menggunakan

    SAS. IPB Press. Dermaga. Bogor.

    Nugroho, S., 2008. Statistika Multivariat Terapan. UNIB Press. Bengkulu

    Rencer, A. C., 2002. Methods of Multivariate Analysis. Brigham Young University.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    258 Makalah Pendamping: Matematika 3

    PROBABILITAS WAKTU DELAY MODEL EPIDEMI ROUTING

    Dyah Wardiyani1, Respatiwulan, Sutanto

    Jurusan Matematika

    Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Sebelas Maret Surakarta

    1) [email protected]

    Abstrak Model epidemi routing menjelaskan pengiriman paket data pada jaringan mobile melalui analogi pada model epidemi penyebaran penyakit. Analogi didasarkan

    pada kemiripan proses dan variabel. Pengiriman paket data dapat dilihat berdasarkan

    banyaknya node yang menerima paket data. Perubahan banyaknyanode yang

    menerima paket data terhadap waktu dapat dinyatakan dengan persamaan diferensial.

    Waktu delay merupakan waktu yang dibutuhkan untuk mengirim paket dari satu node

    ke node yang lain. Setiap pengiriman paket data memiliki waktu delay yang berbeda,

    sehingga waktu delay dapat dipandang sebagai variabel random yang memiliki fungsi

    distribusi probabilitas.

    Tujuan penelitian ini adalah mengonstruksi model epidemi routing dan

    menentukan probabilitas waktu delay. Selanjutnya, model epidemi routing dan

    probabilitas waktu delay diterapkan pada kasus pengiriman informasi pada area

    militer dan disimulasikan dengan mengambil laju pengiriman paket, yang berbeda. Hasil simulasi menunjukkan semakin besar maka semakin cepat waktu yang diperlukan agar semua node menerima paket data dan probabilitas kumulatif waktu

    delay menuju 1.

    Kata kunci: delay, epidemi routing, mobile, node, dan probabilitas.

    1. Pendahuluan

    Model epidemi merupakan model matematika yang dapat menggambarkan pola

    penyebaran penyakit. Banyak ilmuwan yang meneliti dan memodelkan pola penyebaran

    penyakit, diantaranya Mc.Kendrick dan Kermack [5]. Pada tahun 1927 Mc.Kendrick dan

    Kermack berhasil memodelkan pola penyebaran penyakit dalam bentuk deterministik yang

    sesuai dengan kasus epidemi sebenarnya. Kesesuaian model epidemi dengan kasus epidemi

    sebenarnya, mengakibatkan banyak dilakukan pengembangan model epidemi. Menurut Isham

    [4], pengembangan model epidemi dapat dilakukan dengan menambah variabel atau menambah

    perlakuan. Pengembangan model epidemi juga dapat dilakukan dengan melakukan analogi

    antara proses penyebaran penyakit dengan proses lain yang memiliki kemiripan proses. Salah

    satu proses yang mirip dengan penyebaran penyakit adalah proses pengiriman paket data pada

    routing (Zhang [10]).

    Routing merupakan proses pemilihan jalur pengiriman paket data pada suatu jaringan

    mobile (Andrew [1]). Jaringan mobile dibentuk oleh beberapa node yang dapat berpindah

    tempat atau bersifat mobile. Menurut Liu [7] dan Zhang [10], pengiriman paket data pada

    routing dapat dinyatakan dengan algoritma store- carry-forward. Maksud dari algoritma store-

    carry-forward adalah node menerimapaket data, membawa paket data dan mengirimkannya ke

    node lain yang belummemiliki paket data sampai semua node memiliki paket data. Menurut

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 259

    Small [8]dan Sun[9], algoritma store-carry-forward mirip dengan proses penyebaran

    penyakitpada model susceptible infected (SI ). Pada model SI, individu menularkanpenyakit ke

    individu lain yang belum terinfeksi. Karena kemiripan proses penyebaranpenyakit dan

    pengiriman paket data pada routing, maka dapat dilakukananalogi.

    Model analogi penyebaran penyakit dan pengiriman paket data pada routing disebut

    dengan model epidemi routing (Zhang [10]). Model epidemi routing menggambarkan pola

    pengiriman paket data pada routing berdasarkan banyaknyanode yang menerima paket data tiap

    waktu. Menurut Zhang [10], padamodel epidemi routing diharapkan mampu mencapai

    minimum waktu penundaanpengiriman paket data (waktu delay). Waktu delay merupakan

    selang waktudari pertama kali paket data diterima oleh sebuah node sampai dikirimkan ke

    nodeyang lain. Pengiriman paket yang satu dengan yang lain memiliki waktu delay yang

    berbeda, sehingga waktu delay tidak dapat diprediksi dengan pasti. Olehkarena itu waktu delay

    dapat dipandang sebagai variabel random. Ketidakpastian waktu delay dapat dinyatakan dalam

    fungsi distribusi kumulatif waktu delay.Sehingga pada penelitian ini akan dikonstruksi ulang

    model epidemi routing danprobabilitas waktu delay.

    2. Model Epidemi Routing

    Model epidemi routing merupakan model yang dapat menggambarkan pola pengiriman

    paket data pada jaringan mobile berdasarkan banyaknya node yang menerima paket data.

    Menurut Zhang [10], model epidemi routing dapat mudah dikonstruksi dengan menganalogikan

    pengiriman paket data dan penyebaran penyakit, berdasarkan proses dan variabel yang

    berpengaruh. Menurut Small [8] dan Sun [9], model epidemi yang sesuai dengan proses

    pengiriman paket data pada routing adalah model susceptible infected (SI).

    Pada model SI, populasi individu dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok

    individu rentan () dan kelompok individu terinfeksi penyakit (). Individu dapat terinfeksi

    penyakit dengan laju penularan sebesar b, sehingga banyaknya individu akan berkurang

    sebesar ke individu . Individu rentan yang terus berkurang mengakibatkan semua individu

    akan terinfeksi penyakit.

    Karena pengiriman paket data pada routing dapat dianalogikan dengan model SI,

    asumsi pada model epidemi routing mengacu pada model SI. Berikut adalah asumsi-asumsi

    konstruksi model epidemi routing.

    1. Pengiriman paket data terjadi pada suatu jaringan mobile dengan banyaknya node

    konstan.

    2. Node dalam jaringan mobile tersebut dibagi ke dalam kelompok node tanpa paket dan

    node yang memiliki paket.

    3. Setiap node memiliki peluang yang sama untuk mendapat paket data.

    4. Hanya satu paket data yang dikirimkan

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    260 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Pada model epidemi routing, node-node dibagi dalam kelompok node tanpa paket data

    () dan kelompok node yang memiliki paket data (). Node dapat terkirimi paket data dengan

    laju pengiriman paket data sebesar , sehingga node akan berkurang ke node sebesar .

    Karena setiap node memiliki kemungkinan yang sama untuk menerimat paket data, banyaknya

    node kelompok berpindah ke kelompok sebesar . Sehingga proses pengiriman dan

    penerimaan paket data antar node disajikan dalam Gambar 1.

    Gambar 1. Proses pengiriman dan penerimaan paket data antar node

    Banyaknya node pada kelompok dan pada waktu , masing-masing dinyatakan

    sebagai () dan (). Jika banyaknya node dalam jaringan mobile dinyatakan dengan maka

    () = (). Dengan demikian perubahan banyaknya node yang menerima paket data

    terhadap waktu dapat dinyatakan sebagai

    ()

    = , (2.1)

    dengan laju pengiriman paket data > 0.

    Model epidemi routing menggambarkan pola pengiriman paket data berdasarkan

    banyaknya node yang menerima paket data. Persamaan (2.1) menyatakan perubahan banyaknya

    node yang menerima paket data terhadap waktu. Sehingga persamaan (2.1) perlu diselesaikan

    untuk mendapatkan banyaknya node yang menerima paket data tiap waktu.

    Persamaan (2.1) harus dibentuk ke dalam persamaan diferensial dengan variabel

    terpisah (Campbell [2]), yaitu

    ()

    1

    = (2.2)

    Jika diasumsikan (0) = 1 yang berarti mula-mula terdapat sebuah node yang memiliki paket

    data, maka banyaknya node yang menerima paket data dapat dinyatakan sebagai

    =

    1 + 1 , (2.3)

    dengan laju pengiriman paket data > 0.

    Jika nilai semakin besar maka nilai semakin mendekati 0. Hal ini

    mengakibatkan banyaknya node yang menerima paket data mendekati . Sedangkan jika

    bernilai 0 maka bernilai 1, berakibat hanya terdapat sebuah node yang menerima paket

    data yaitu node awal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar maka banyaknya

    node yang menerima paket data semakin cepat mendekati N.

    3. Probabilitas Waktu Delay

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 261

    Ketika terjadi pengiriman paket data pada jaringan mobile dimungkinkan terdapat waktu

    penundaan pengiriman paket data atau waktu delay (Groenevelt [3]). Menurut Zhang [10] dan

    Zhou [11], waktu delay merupakan selang waktu dari pertama kali paket data diterima oleh

    sebuah node sampai dikirimkan ke node yang lain, < < + dengan kecil.

    Pengiriman paket yang satu dengan yang lain memiliki waktu delay yang berbeda, sehingga

    waktu delay tidak dapat diprediksi secara pasti. Oleh karena itu, waktu delay dapat dipandang

    sebagai variabel random. Ketidakpastian waktu delay dapat dinyatakan dalam fungsi distribusi

    kumulatif waktu delay. Menurut Zhang [10], fungsi distribusi kumulatif dari ,() =

    ( < ).

    Fungsi distribusi kumulatif sulit diperoleh secara langsung. Menurut Small [8] dan

    Lin [6] perubahan fungsi distribusi kumulatif untuk kecil dapat dinyatakan dengan

    = lim

    0

    +

    = lim0

    > + >

    . 3.1

    Pada persamaan (3.1),

    > + = ( [, + ]| > )( > )

    = (1 , + > ) > . (3.2)

    Probabilitas waktu delay pada , + ditentukan berdasarkan durasi delay dan rata-rata

    banyaknya node yang menerima paket data. Karena waktu delay terdapat pada , + maka

    durasi delay sebesar , sedangkan rata-rata banyaknya node yang menerima paket data sebesar

    (). Probabilitas waktu delay pada , + dinyatakan sebagai

    , + > = . (3.3)

    Persamaan (3.3) disubtitusikan ke persamaan (3.2), sehingga didapatkan

    > + = 1 > . (3.4)

    Selanjutnya, persamaan (3.4) disubstitusikan ke persamaan (3.1), diperoleh

    = lim

    0

    [ > 1 >

    = > .

    Karena > = 1 ( < ), maka

    = 1 . (3.5)

    Persamaan (3.5) diselesaikan untuk mendapatkan persamaan yang menyatakan

    probabilitas waktu delay. Persamaan (3.5) harus dibentuk ke dalam persamaan diferensial

    dengan variabel terpisah (Campbell [2]). Jika diasumsikan (0) = 0, maka penyelesaian

    persamaan (3.5) yaitu

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    262 Makalah Pendamping: Matematika 3

    = 1

    + ( 1), (3.6)

    dengan laju pengiriman paket data > 0.

    Jika nilai semakin besar maka nilai juga semakin besar tergantung pada . Hal

    ini mengakibatkan probabilitas kumulatif waktu delay semakin mendekati 1. Sedangkan jika

    bernilai 0 maka bernilai 1, berakibat probabilitas kumulatif waktu delay bernilai 0.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar maka probabilitas kumulatif waktu delay

    semakin cepat mendekati 1.

    4. Penerapan Kasus

    Pada bagian ini diberikan kasus pengiriman paket data jaringan mobile di area militer.

    Pada area militer tertentu terdapat 100 node mobile yang dapat mengirimkan paket data dengan

    laju 0.222 jam/node (Groenevelt [3]). Semua node dalam jaringan mobile tersebut diharapkan

    dapat menerima paket data dengan terdapat sebuah sumber atau node awal yang memiliki paket

    data. Banyaknya node pada waktu t pada jaringan mobile di area militer tersebut dapat

    dinyatakan dengan

    =100

    1 + 9922.2. (4.1)

    Pada model epidemi routing juga diharapkan mampu mencapai minimum waktu

    penundaan pengiriman paket data (delay).Pengiriman paket yang satu dengan yang lain

    memiliki waktu delay yang berbeda, sehingga waktu delay tidak dapat diprediksi dengan pasti.

    Oleh karena itu waktu delay dapat dipandang sebagai variabel random. Ketidakpastian waktu

    delay dapat dinyatakan dalam fungsi distribusi kumulatif waktu delay. Fungsi distribusi

    kumulatif waktu delay pada jaringan mobile dalam area militer tersebut adalah

    = 1 100

    22.2 + 99. (4.2)

    Persamaan (4.1) dan persamaan (4.2) yang menyatakan banyaknya node yang menerima paket

    data dan probabilitas kumulatif waktu delay dapat dilihat pada Gambar 2.

    Gambar 2 () menunjukan bahwa pada waktu 0.87 jam semua node dalam jaringan

    mobile telah menerima paket data. Gambar 2 () menunjukan bahwa probabilitas kumulatif

    waktu delay kurang dari 0,87 jam dalam jaringan mobile menuju 1. Hal ini menunjukan

    probabilitas waktu delay mendekati 0 atau dapat dikatakan sudah tidak terjadi waktu delay.

    Sehingga semua node dalam jaringan mobile pada area militer tersebut menerima paket dan

    probabilitas delay mencapai minimum setelah 0,87 jam. Banyaknya node yang menerima paket

    data dan probabilitas waktu delay pengiriman paket data dalam area militer tersebut hanya

    dipengaruhi oleh laju pengiriman paket data.

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 263

    Gambar 2. (a) Banyaknya node yang menerima paket data dan (b) probabilitas waktu delay

    Pengaruh laju pengiriman paket data terhadap pola pengiriman paket data dan

    probabilitas waktu delay dalam jaringan mobile dapat diperjelas dengan simulasi. Simulasi pola

    pengiriman paket data dan probabilitas waktu delay untuk = 0.15, = 0.222, = 0.9

    dapat dilihat pada Gambar 3.

    Gambar 3. () Banyaknya node yang menerima paket data dan (b) probabilitas waktu delay

    dengan = 0.15, = 0.222, = 0.9

    Gambar 3 () menunjukan bahwa untuk = 0.15 semua node dalam jaringan mobile

    dapat menerima paket data dalam waktu 1.28 jam, untuk = 0.222 memerlukan waktu 0.87

    jam, dan = 0.9 memerlukan waktu 0.22 jam. Sedangkan dari Gambar 3 () terlihat bahwa

    untuk = 0.15 probabilitas waktu delay menuju 1 setelah 1.28 jam, untuk = 0.222 setelah

    0.87 jam, dan = 0.9 setelah 0.22 jam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin besar laju

    pengiriman paket data ()maka semakin cepat waktu yang diperlukan agar semua node

    menerima paket data dan probabilitas waktu delay cepat menuju 1. Hasil simulasi ini

    memperjelas pengaruh laju pengiriman paket data ()terhadap banyaknya node yang menerima

    paket data dan probabilitas waktu delay yang telah dijelaskan sebelumnya.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    264 Makalah Pendamping: Matematika 3

    5. Kesimpulan

    Model epidemi routing pada jaringan mobile dinyatakan sebagai

    =

    1 + 1 ,

    dengan syarat terdapat satu node awal yang memiliki paket data, sedangkan probabilitas

    kumulatifwaktu delay pada model epidemi routing yaitu

    = 1

    + ( 1),

    dengan probabilitas waktu delay mula-mula 0, laju pengiriman paket data > 0 dan banyaknya

    node dalam jaringan N. Simulasi menunjukan semakin besar laju pengiriman paket data

    () maka semakin cepat waktu yang diperlukan agar semua node menerima paket data dan

    probabilitas waktu delay juga semakin cepat menuju 1.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Andrew S.T., Computer Networks, Pearson Education, Inc., Amsterdam, 2003.

    [2] Campbell,L. Stephen, An Introduction to Differential Equations and Their Application,

    second ed., Wadswordh, Inc, California, USA, 1990.

    [3] Groenevelt, R., P. Nain, and G. Koole, The Message Delay in Mobile Ad Hoc Network,

    Perform (2005), no. 62, 210-228.

    [4] Isham, V., Stochastic Models for Epidemics, Research Report 263, Department of

    Statistical Science, University College London, 2004.

    [5] Kermack,W.O. and A. G. McKendrick, A Contribution to The Mathematical Theory

    ofEpidemics, Proceedings of the Royal Society of London Series A 115(1927), 700-721.

    [6] Lin, Y., B. Li, B. Liang, Stochastic Analysis of Network Coding in Epidemic Routing, ACN

    MobiOpp (2007).

    [7] Liu, J., X. Jiang, H. Nishiyama, and N. Kato, General Model for Store-Carry-

    ForwardRouting Schemes with Multicast in Delay Tolerant Networks, IEEE (2011), 494-

    500.

    [8] Small, T., and Z.J. Haas, The Shared Wireless Infostation Model-A New Ad Hoc

    NetworkingParadigm, MobiHoc, Maryland, USA (2003), 233-244.

    [9] Sun,L., Epidemic Content Distribution in Mobile Networks, Master of science thesis, KTH

    Royal Institute of Technology, Stockholm, Swedia, Februari 2013.

    [10] Zhang, E., G. Neglia, J. Kurose, and D. Towsley, Performance Modeling of

    EpidemicRouting, Tech. Report 44, UMass Computer Science, 2005.

    [11] Zhou, S., L. Ying, S. Tirthapura, Delay, Cost and Infrastructure Tradeoff of Epidemic

    Routingin Mobile Sensor Networks, Proceedings of 11 the 6th International Wireless

    Communications and Mobile Computing Conference.

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 265

    PIECEWISE POLYNOMIAL SMOOTH SUPPORT VECTOR MACHINE

    UNTUK KLASIFIKASI DESA TERTINGGAL

    DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

    Ita Wulandari1)

    , Santi Wulan Purnami2)

    , Santi Puteri Rahayu3)

    1,2,3) Program Magister Jurusan Statistika FMIPA ITS

    Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111, Jawa Timur,

    [email protected], [email protected], [email protected]

    Abstrak

    Support Vector Machine (SVM) adalah metode yang sangat popular untuk klasifikasi

    data biner pada data mining. SVM dapat diaplikasikan secara luas seperti pengenalan

    pola, analisis regresi, dan estimasi probabilitas. SVM memanfaatkan optimasi dengan

    quadratic programming yang apabila digunakan untuk data berdimensi tinggi dan data

    dengan jumlah besar menjadi kurang efisien. Oleh karena itu para peneliti

    mengembangkan suatu teknik dengan mengubah formulasi SVM menggunakan

    smoothing technique yang disebut Smooth-SVM (SSVM). Teknik ini mampu

    mengkonversi quadratic programming pada SVM menjadi linear programming.

    Penelitian selanjutnya berkembang dengan memodifikasi smooth function pada SSVM

    kedalam bentuk polynomial smooth function seperti: quadratic polynomial function,

    fourth polynomial function, piecewise polynomial function dan spline function.

    Dibandingkan dengan ketiga polynomial smooth function lainnya, piecewise polynomial

    function mempunyai performansi yang lebih baik. Piecewise polynomial function jika

    diterapkan pada model SSVM, maka akan diperoleh model Piecewise Polynomial

    Smooth Support Vector Machine (PPSSVM). Penelitian ini menggunakan dua model

    yaitu Smooth-SVM (SSVM) dan PPSSVM yang ditemukan oleh Wu dan Wang.

    Penelitian ini akan mengkaji performansi piecewise polynomial function dan

    konvergensi kedua model secara teoritis serta mencoba menerapkan model terbaik

    untuk klasifikasi desa tertinggal di Provinsi Kalimantan Timur menggunakan data

    PODES (Potensi Desa) 2011.

    Keywords: desa tertinggal, klasifikasi, piecewise polynomialsmooth functionSVM,

    Smooth SVM.

    PENDAHULUAN

    SVM adalah suatu teknologi pembelajaran statistik yang dapat menghasilkan

    performansi generalisasi terbaik. SVM diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Vapnik pada

    tahun 1995 dan sangat berhasil melakukan prediksi, baik dalam kasus klasifikasi maupun

    regresi. Metode ini berusaha untuk menemukan fungsi pemisah optimal yang bisa memisahkan

    dua set data dari dua kelas atau disebut juga hyperplane terbaik diantara fungsi yang tidak

    terbatas (Gunn, 1998).

    Lee dan Mangasarian, (2001) menyatakan bahwa SVM memanfaatkan optimasi

    dengan quadratic programming yang apabila digunakan untuk data berdimensi tinggi dan data

    dengan jumlah besar menjadi kurang efisien. Oleh karena itu para peneliti mengembangkan

    smoothing technique untuk mengubah optimasi yang terbatas menjadi optimasi yang tanpa

    batas menggunakan formulasi dari SVM standar. Teknik tersebut adalah Smooth-SVM (SSVM)

    yang mampu mengkonversi quadratic programming pada SVM menjadi linear programming

    dengan menggunakan algoritma Newton-Armijo.

  • Volume 2 Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013

    266 Makalah Pendamping: Matematika 3

    Para peneliti kemudian mengembangkan smooth function ke dalam bentuk fungsi

    polynomial. Yuan dan Huang, (2005) menemukan quadratic polynomial function dan fourth

    polynomial function. Luo dkk, (2006) menemukan piecewise polynomial function. Yuan dkk,

    (2007) menemukan spline function. Purnami dkk, (2009a, 2009b) membandingkan keempat

    fungsi yang ditemukan oleh peneliti-peneliti tersebut pada permasalahan diagnosis kanker

    payudara. Hasil yang diperoleh adalah piecewise polynomial function mempunyai performansi

    terbaik.

    Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Wu dan Wang (2013) yang menemukan

    piecewise polynomial function yang berbeda rumus fungsinya dengan yang ditemukan Luo, dkk

    (2006). Penelitian tersebut memberikan kesimpulan bahwa piecewise polynomial function

    memiliki efisiensi, ketepatan serta akurasi yang terbaik.

    Pada penelitian ini akan membandingkan model PPSSVM yang ditemukan Wu dan

    Wang dengan model SSVM. Kedua model akan dilihat performansi smooth function dan

    konvergensi kedua model secara teoritis untuk mendapatkan model terbaik. Model terbaik

    selanjutnya diterapkan untuk klasifikasi desa tertinggal di Provinsi Kalimantan Timur

    menggunakan data PODES Tahun 2011.

    METODE PENELITIAN

    Data dan Prosedur Penelitian

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Variabel respon

    berasal dari Kemendagri pada profil desa dan kelurahan 2011: data dasar tipologi klasifikasi,

    kategori desa kelurahan (2012). Variabel prediktor berasal dari BPS yaitu data PODES Provinsi

    Kalimantan Timur Tahun 2011 yang terdiri dari 16 variabel. Penelitian dilakukan terhadap 1465

    desa. Untuk melakukan analisis data dalam penelitian ini digunakan program aplikasi

    MATLAB. Langkah-langkah analisis data penelitian ini antara lain sebagai berikut:

    1. Melakukan analisis secara teoritis performansi smooth function dan konvergensi kedua

    modeluntuk mendapatkan model terbaik. Langkah-langkah untuk menyelesaikan tahap ini

    adalah sebagai berikut:

    a. Performansi smooth function: membandingkan selisih antara smooth function dengan

    plus function.

    b. Konvergensi kedua model: dengan membuktikan bahwa problem optimasi model

    SSVM dan PPSSVM dapat mendekati problem optimasi model awal ketika k

    mendekati tak hingga.

    2. Model terbaik kemudian digunakan untuk klasifikasi desa tertinggal di Provinsi

    Kalimantan Timur menggunakan data PODES 2011. Langkah-langkahnya adalah sebagai

    berikut:

  • Prosiding SNMPM Universitas Sebelas Maret 2013 Volume 2

    Makalah Pendamping: Matematika 3 267

    a. Menggunakan fungsi kernel Gaussian dalam implementasi pembentukan model

    terbaik.

    b. Membagi data training dan testing menggunakan 10-fold cross validation.

    c. Mencari kombinasi 2log dan 2log v terbaik sebagai parameter model terbaik dengan

    memilih akurasi yang paling tinggi.

    d. Membangun model terbaik dengan algorithma Newton-Armijo.

    e. Evaluasi performansi klasifikasi dilihat dari akurasinya.

    Teknik Analisis Data

    1. Support Vector Machine (SVM)

    Support Vector Machine (SVM)pertama kali diusulkan oleh Vapnik untuk klasifikasi

    dua kategori atau binomial. Pada bentuk yang paling sederhana, SVM memisahkan titik-titik dari

    kelas yang berbeda, misalkan kelas {+1} dan {-1} dengan hyperplane tunggal pada ruang

    berdimensi banyak yang pada akhirnya partisi-partisi tersebut diselesaikan secara nonlinier.

    Hyperplane yang optimum diperoleh melalui program nonlinier, tepatnya quadratic

    programming (Bertsimas dan Shioda, 2007).

    Diberikan permasalahan klasifikasi dari sebanyak n objek dalam ruang dimensi Rp

    sehingga susunan data berupa matrik A berukuran n x p dan keanggotaan tiap titik yaitu yi

    terhadap kelas {+1} atau {-1} didefinisikan pada diagonal matriks D berukuran n xn. Untuk

    permasalahan klasifikasi program dari algorithma SVM standar adalah sebagai berikut ( 22||.||

    SVM

    ):

    1

    2122

    ( , , )min ' || ||

    w ye y w

    p nRv

    (1)

    dengan kendala ( )D Aw e y e

    y 0

    dimana:

    v : Parameter yang ditentukan sebagai pengontrol (trade off)

    y : Vektor variabel slack berukuran n x 1 yang mengukur kesalahan klasifikasi dan bernilai

    nonnegatif.