rona teknik pertanian - rp2u.unsyiah.ac.id

18
ISSN 2085-2614 RONA TEKNIK PERTANIAN Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian Volume 7, No. 2, Oktober 2014 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA Kerjasama dengan : PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN INDONESIA (CABANG ACEH)

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

ISSN 2085-2614

RONA TEKNIK

PERTANIAN Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian

Volume 7, No. 2, Oktober 2014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH

KUALA

Kerjasama dengan :

PERHIMPUNAN TEKNIK PERTANIAN

INDONESIA (CABANG ACEH)

Page 2: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

RONA TEKNIK PERTANIAN

JURNAL ILMIAH DAN PENERAPAN KETEKNIKAN PERTANIAN

PENERBIT

Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala

PENANGGUNG JAWAB

Ketua Program Studi Teknik Pertanian

Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Cabang Aceh

KETUA REDAKSI

DARWIN

DEWAN REDAKSI

YUSWAR YUNUS

AHMAD SYUHADA

ADE MOETANGAT KRAMADIBRATA

SYAHRUL

SAM HERODIAN

ARIEF SABDO YUWONO

SEKRETARIS REDAKSI

RAIDA AGUSTINA

ALAMAT REDAKSI

Kantor Redaksi RONA TEKNIK PERTANIAN

Program Studi Teknik Pertanian-Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Email: [email protected]

PERCETAKAN

Syiah Kuala University Press

Isi diluar tanggungjawab percetakan

Harga berlangganan per tahun sebanyak 2 nomor Rp. 100.000 (per orang) dan Rp 150.000

(instansi), diluar ongkos kemas dan kirim. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer ke

Tabungan Syariah Mandiri Cabang KCP Aceh Darussalam No. Rekening 7025632162 atas

nama Raida Agustina. Konfirmasi transfer dapat dilakukan via sms ke 081377229231

dengan mengirimkan bukti transfer ke alamat redaksi atau melalui email ke

[email protected].

Page 3: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

ISSN 2085-2614

RONA TEKNIK PERTANIAN

Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian

Volume 7, No. 2 Oktober 2014

DAFTAR ISI

1. Uji Kinerja Mesin Sortasi Jeruk Sistem Rotasi untuk Penyortiran

Jeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var.microcarpa)

[Budi Setiawan dan Suhendra]…………………………………… … (72 - 80)

2. Tinjauan Penilaian Siklus Hidup Bahan Bakar Biodiesel di Indonesia

[Kiman Siregar]…..………………………………………………….. (81 - 99)

3. Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius Untuk

Pengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)

[Rian Yuli Yanda, Hendri Syah, dan Raida Agustina]………..…... (100 - 111)

4. Ergonomi Function Deployment Pada Redesign Alat Parut Kelapa

Untuk Ibu Rumah Tangga

[Roberta Zulfhi Surya, Rusdi Badruddin dan M. Gasali]................. (112 - 122)

5. 2008 Chinese Milk Products Crisis

[Rini Ariani Basyamfar]……………………………………......….. . (123 - 135)

6. Analisa Pola Penyebaran Aliran Air Tanah Pada Model Tanggul

[Fitri Herawaty, Mustafril, dan Dewi Sri Jayanti]…………………. (136 - 149)

7. Sistem Penyimpanan Salak Sabang (Salacca edulis Sp) Dalam

Rangka Peningkatan Potensi Komoditi Daerah Sabang (Aceh)

[Bambang Sukarno Putra dan Raida Agustina]……………………. (150 – 160)

Page 4: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

RONA TEKNIK PERTANIANJURNAL ILMIAH DAN PENERAPAN KETEKNIKAN PERTANIAN

PENERBIT

Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Syiah Kuala

PENANGGUNG JAWAB

Ketua Program Studi Teknik Pertanian

Ketua Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia Cabang Aceh

KETUA REDAKSI

DARWIN

DEWAN REDAKSI

YUSWAR YUNUS

AHMAD SYUHADA

ADE MOETANGAT KRAMADIBRATA

SYAHRUL

SAM HERODIAN

ARIEF SABDO YUWONO

SEKRETARIS REDAKSI

RAIDA AGUSTINA

ALAMAT REDAKSI

Kantor Redaksi RONA TEKNIK PERTANIAN

Program Studi Teknik Pertanian-Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Email: [email protected]

PERCETAKAN

Syiah Kuala University Press

Isi diluar tanggungjawab percetakan

Harga berlangganan per tahun sebanyak 2 nomor Rp. 100.000 (per orang) dan Rp 150.000(instansi), diluar ongkos kemas dan kirim. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer keTabungan Syariah Mandiri Cabang KCP Aceh Darussalam No. Rekening 7025632162 atasnama Raida Agustina. Konfirmasi transfer dapat dilakukan via sms ke 081377229231dengan mengirimkan bukti transfer ke alamat redaksi atau melalui email [email protected].

Page 5: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

ISSN 2085-2614

RONA TEKNIK PERTANIAN

Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan PertanianVolume 7, No. 2 Oktober 2014

DAFTAR ISI

1. Uji Kinerja Mesin Sortasi Jeruk Sistem Rotasi untuk PenyortiranJeruk Siam Pontianak (Citrus nobilis var.microcarpa)[Budi Setiawan dan Suhendra]…………………………………… … (72 - 80)

2. Tinjauan Penilaian Siklus Hidup Bahan Bakar Biodiesel di Indonesia[Kiman Siregar]…..………………………………………………….. (81 - 99)

3. Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius UntukPengeringan Ubi Kayu (Manihot esculenta)[Rian Yuli Yanda, Hendri Syah, dan Raida Agustina]………..…... (100 - 111)

4. Ergonomi Function Deployment Pada Redesign Alat Parut KelapaUntuk Ibu Rumah Tangga[Roberta Zulfhi Surya, Rusdi Badruddin dan M. Gasali]................. (112 - 122)

5. 2008 Chinese Milk Products Crisis[Rini Ariani Basyamfar]……………………………………......….. . (123 - 135)

6. Analisa Pola Penyebaran Aliran Air Tanah Pada Model Tanggul[Fitri Herawaty, Mustafril, dan Dewi Sri Jayanti]…………………. (136 - 149)

7. Sistem Penyimpanan Salak Sabang (Salacca edulis Sp) DalamRangka Peningkatan Potensi Komoditi Daerah Sabang (Aceh)[Bambang Sukarno Putra dan Raida Agustina]……………………. (150 – 160)

Page 6: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

100

Uji Kinerja Pengering Surya dengan Kincir Angin Savonius untuk PengeringanUbi Kayu (Manihot esculenta)

Rian Juli Yanda1), Hendri Syah1), Raida Agustina1)

1) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah KualaEmail : [email protected]

AbstrakUbi kayu merupakan salah satu tanaman yang mengandung karbohidrat. Ubi kayu dapat dikeringkan untukmendapatkan produk olahan contohnya pembuatan tepung dan gaplek. Pada penelitian ini dilakukan modifikasipengering surya dengan menambahkan kincir angin savonius sebagai penggerak kipas pada pengering tersebutyang bertujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara didalam ruang pengering. Parameter yang dilakukandiantaranya pengukuran kecepatan udara, distribusi temperatur, kelembaban relatif, iradiasi surya danpengukuran kadar air. Dengan penambahan kincir angin savonius, kecepatan udara di dalam pengering suryalebih stabil bila dibandingkan dengan kecepatan udara di lingkungan. Temperatur di dalam ruang pengeringlebih tinggi dari pada temperatur lingkungan, sedangkan kelembaban relatif di dalam pengering lebih rendahdibandingkan dengan di lingkungan. Hal ini menyebabkan proses pengeringan berlangsung cepat. Nilai iradiasisurya yang didapat berfluktuasi. Iradiasi tertinggi diperoleh pada hari kedua penelitian yaitu 595 W/m2. Kadarair awal ubi kayu yaitu 61,7 %. Kadar air akhir yang diperoleh rak A5 yaitu sebesar 11,7% dan rak B1 yaitusebesar 12,9% sudah mendekati kadar air yang diharapkan untuk pembuatan tepung yaitu 12%..

Kata Kunci : ubi kayu, pengering surya, karakteristik pengeringan ubi kayu

Performance of Solar Dryer by Using Savonius Windmill for Cassava (Manihotesculenta) Drying

Rian Juli Yanda1), Hendri Syah1), Raida Agustina1)

1) Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala UniversityEmail : [email protected]

AbstractCassava is one of the plants that contain carbohydrates. Cassava can be dried to produce processed productssuch as cassava flour and “gaplek”. In this research, the solar dryer was modified by adding a savonius windmillas fan drive which aims to maximize the air circulation inside the drying chamber. The observed parametersinclude air velocity, the distribution of temperature, relative humidity, solar irradiation and the water content.The addition of savonius windmill caused the air velocity in the solar dryer was more stable when compared tothe speed of the air in the environment. Moreover, the temperature in the drying chamber was higher than theambient temperature, while the relative humidity in the dryer was lower than in the environment. As a result, itcaused rapid drying process. Solar irradiation values obtained fluctuate. The highest irradiation was obtained onthe second day of the study (595 W / m2). The moisture content of the cassava decreased from 61.7% to 11.7%(at A5 rack) and 12.9% (at B1 rack). Those values was approaching the expected flour water content (12% )...

Keywords : cassava, solar dryer, cassava drying characteristics.

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN

ISSN : 2085-2614

JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/RTP

Page 7: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

101

PENDAHULUAN

Ubi kayu (Manihot esculenta) merupakan salah satu tanaman yang mengandung

karbohidrat. Karbohidrat tersebut berasal dari umbi akarnya, sedangkan bagian daunnya

sering dikonsumsi sebagai sayur lalapan. Di Indonesia ubi kayu mudah tumbuh, karena

alasan itulah ubi kayu bisa dijadikan sebagai sumber bahan pangan karbohidrat ketiga setelah

padi dan jagung. Pada masa panen raya, ubi kayu yang dihasilkan sangat melimpah, sehingga

untuk memperpanjang masa simpan ubi kayu tersebut harus dilakukan proses pengeringan.

Dengan hasil panen yang cukup banyak itu, ubi kayu tersebut dapat dijadikan suatu produk

olahan, tak hanya dikonsumsi sebagai makanan biasa. Ubi kayu dapat dikeringkan untuk

mendapatkan produk olahan contohnya pembuatan tepung dan gaplek. Untuk mendapatkan

produk olahan tersebut diperlukan proses pengolahan awal yaitu pengeringan.

Menurut Rachmawan (2001), pengeringan merupakan suatu cara untuk mengeluarkan

atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi panas.

Pengering surya adalah suatu pengering yang memanfaatkan sumber panas dari energi

matahari untuk menguapkan air yang ada di dalam bahan pangan. Pada penelitian ini

dilakukan modifikasi pengering surya dengan menambahkan kincir angin savonius sebagai

penggerak kipas di atas pengering yang bertujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara di

dalam ruang pengering. Alat yang dimodifikasi berupa kincir angin yang dibuat dari bahan

ringan berupa timba bekas cat yang telah dibelah tengahnya menjadi dua bagian yang

kemudian membentuk setengah lingkaran. Prinsip kerjanya kincir angin akan berputar searah

jarum jam dikarenakan hembusan angin dari berbagai arah dapat memutar kincir dan kipas

yang berada di dalam ruang pengering berputar searah jarum jam pula, maka udara di dalam

ruang pengering dapat tersirkulasikan dengan baik.

Menurut Daryanto (2007), savonius adalah desain turbin yang paling sederhana.

Perbedaan daya dorong menyebabkan savonius turbin berputar. Dalam desain yang

dikembangkan arah angin berasal dari mana saja akan dapat memutar turbin. kemudian

energi angin tersebut diubah menjadi torsi yang dapat memutar batang (shaft).

METODE PENELITIAN

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengering surya yang telah

dimodifikasi dengan penambahan kincir angin savonius, termometer bola basah dan

termometer bola kering (skala 100oC), anemometer, solarimeter, timbangan, oven dan

Page 8: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

102

desikator. Bahan yang digunakan adalah ubi kayu (Manihot esculenta) yang daging buahnya

berwarna putih.

2. Prosedur Penelitian

Pada tahap persiapan bahan yang dikeringkan, ubi kayu disortasi dari yang afkir

kemudian dicuci dan dibersihkan dari kotoran yang menempel. Kemudian ubi kayu dikupas

dan diiris, selanjutnya dilakukan pengukuran kadar air awal. Sebelum dijemur, irisan ubi

kayu ditimbang untuk setiap raknya. Selanjutnya diletakkan pada rak pengering untuk

dilakukan proses pengeringan. Proses pengeringan dapat dihentikan apabila kadar air ubi

kayu telah mencapai kadar air maksimal untuk pembuatan tepung yaitu 12% (SNI, 1992).

Proses pengeringan ini menggunakan pengering surya yang telah dimodifikasi dengan

penambahan kincir angin savonius. Alasan penggunaan kincir angin savonius ini adalah

untuk menggerakkan kipas di dalam pengering yang berperan sebagai alat bantu sirkulasi

udara di dalam pengering agar uap air yang terperangkap di dalamnya dapat dibuang keluar

dengan bantuan hisapan dari kipas tersebut. Setelah ubi kayu kering, kemudian dilakukan

analisis pengukuran laju penurunan kadar air terhadap penurunan berat. Setelah dilakukan

semua analisis, kemudian ubi kayu ditimbang untuk mendapatkan berat akhir. Pengering

surya sebelum dan sesudah modifikasi serta kincir angin savonius dapat dilihat pada Gambar

1.

(A) (B) (C)

Gambar 1. (A) Pengering Surya Sebelum Dimodifikasi, (B) Pengering Surya SetelahDimodifikasi, (C) Kincir angin Savonius

Page 9: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

103

3. Analisa Data

a. Kecepatan udara

Kecepatan aliran udara yang tinggi dapat mempersingkat waktu pengeringan.

Disamping kecepatan, arah aliran udara juga memegang peranan penting dalam proses

pengeringan. Pengukuran kecepatan udara diukur dengan menggunakan Anemometer.

b. Distribusi temperatur

Pengukuran temperatur dilakukan dalam rentang waktu 30 menit sekali dan dilakukan

pada tiap-tiap rak pengering. Pengukuran temperatur diukur dengan menggunakan

termometer bola kering skala 1000C.

c. Distribusi kelembaban relatif

Kelembaban relatif adalah banyaknya kandungan uap air di udara yang biasanya

dinyatakan dalam ukuran %. Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran temperatur bola

basah (Tbb) dan temperatur bola kering (Tbk). Pengukuran diambil selang waktu 30 menit

selama proses pengeringan. Pengukuran kelembaban relatif diukur dengan menggunakan

kalkulator RH.

d. Iradiasi surya

Iradiasi surya adalah jumlah energi surya dari waktu ke waktu. Lokasi yang berbeda-

beda memiliki berbagai tingkat iradiasi. Pengukuran iradiasi surya diukur dengan

menggunakan solarimeter. Data pengamatan didapat dalam (mV) kemudian dikonversi

kedalam satuan Watt/m2 dengan menggunakan persamaan :( / 2) = ( )( / / )..........(1)

e. Penimbangan berat

Penimbangan berat dilakukan setiap 30 menit sekali selama 9 jam perhari dari jam

08.00-17.00 WIB. Penimbangan berat bahan diukur dengan menggunakan timbangan digital

skala 5000 gram. Penimbangan dihentikan setelah berat bahan kering konstan.

f. Laju penurunan kadar air

Kadar air suatu bahan biasanya dinyatakan dalam persentase berat terhadap berat

basah atau disebut dengan kadar air basis basah (bb), dan berat kering atau disebut dengan

kadar air basis kering (bk). Prosedur dalam menganalisis kadar air, pertama bahan atau

sampel ditimbang ± 5 gram, lalu dioven beberapa jam ± 4–6 jam, timbang, lalu dioven

kembali, dan ditimbang hingga konstan. Bobot dianggap konstan apabila selisih penimbangan

0,2 mg.

Page 10: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

104

Menurut Muchtadi (1989), kadar air berat kering adalah perbandingan antara berat air

didalam bahan pangan dengan berat kering bahan. Penentuan kadar air bahan berdasarkan

berat kering adalah :

Xi=2

21

m

mm x100...................................(2)

Dimana :

m1 = Berat awal (gr)m2 = Berat akhir (gr)Xi = Kandungan air bahan kering (%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kecepatan Udara

Kecepatan udara di lingkungan berfluktuasi dengan cepat, hal ini disebabkan karena

aliran udara yang ada di lingkungan dipengaruhi oleh temperatur dan cuaca yang cenderung

berubah-ubah sehingga kecepatan udara di lingkungan menjadi tidak beraturan. Sedangkan

kecepatan udara di ruang pengering tidak dipengaruhi oleh cuaca, sehingga kecepatan udara

di ruang pengering cenderung stabil karena menggunakan kincir angin savonius.

Pada Gambar 2 terlihat bahwa nilai kecepatan udara rata-rata di dalam ruang

pengering hari pertama sampai kedua yaitu sebesar 0,23 - 0,29 m/s, sedangkan untuk

lingkungan kecepatan udara terlihat antara 1,62 - 1,76 m/s. Kecepatan udara rata-rata

tertinggi di ruang pengering sebesar 0,83 m/s terjadi pada pukul 15.30 WIB, sedangkan

kecepatan udara rata-rata terendah di ruang pengering yaitu 0,36 m/s terjadi pada pukul 09.00

WIB. Sedangkan kecepatan udara rata-rata tertinggi di lingkungan adalah 5,63 m/s terjadi

pada pukul 16.30 WIB dan yang terendah adalah 1,46 m/s terjadi pada pukul 08.30 WIB dan

09.00 WIB. Dari hasil pengukuran terlihat bahwa kecepatan udara disiang dan sore hari lebih

tinggi dari pada kecepatan udara dipagi hari.

Menurut Ramelan dkk (1996), kecepatan udara pengering, suhu dan kelembaban

udara merupakan faktor yang menentukan proses pengeringan, demikian juga sifat bahan

yang dikeringkan seperti kadar air awal dan ukuran produk pertanian akan mempengaruhi

proses pengeringan. Suhu dan kecepatan aliran udara yang tinggi akan mempercepat proses

pengeringan..

Page 11: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

105

Gambar 2. Kecepatan udara rata-rata

2. Distribusi Temperatur

Temperatur di dalam ruang pengering berfluktuasi dikarenakan terdapat ventilasi di

atas alat pengering sehingga udara dapat keluar masuk kapan saja, konveksi suhu dari luar ke

dalam pengering dan iradiasi surya yang tinggi pada siang hari juga menjadi salah satu faktor

yang menjadikan temperatur di ruang pengering berfluktuasi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Kartasapoetra (2004), menjelaskan bahwa selama siang hari sampai dengan

pukul ± 15.00 WIB lebih banyak energi yang diterima bumi daripada yang diradiasikan

matahari. Pada malam hari energi bumi hilang terus menerus melalui radiasi bumi yang

mengakibatkan pendinginan dari permukaan dan penurunan temperatur.

Pada Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa temperatur tertinggi terdapat pada ruang

pengering A yaitu rak A8 mencapai 55˚C (hari 1) dan mencapai 64˚C (hari 2) sedangkan

temperatur tertinggi ruang pengering B terdapat pada rak B7 mencapai 51˚C (hari 1) dan pada

rak B4 mencapai 53˚C (hari 2). Temperatur terendah terdapat pada ruang pengering A yaitu

rak A2 hanya mencapai 24˚C (hari 1) dan hanya mencapai 26˚C pada rak A1 dan A4 (hari 2),

sedangkan temperatur terendah pada ruang pengering B terdapat pada rak B5 (hari 1) dan rak

B2 (hari 2) yang hanya mencapai 25˚C.

0

1

2

3

4

5

6

8.00

8.30

9.00

9.30

10.0

010

.30

11.0

011

.30

12.0

012

.30

13.0

013

.30

14.0

014

.30

15.0

015

.30

16.0

016

.30

17.0

0

Kec

epat

an U

dara

Rat

a-R

ata

(m/s

)

Waktu (WIB)

Lingkungan

Dalam Alat Pengering

Page 12: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

106

Gambar 3. Distribusi temperatur rak A

Gambar 4. Distribusi temperatur rak B

Tingginya temperatur di dalam ruang pengering dikarenakan selama proses

pengeringan berlangsung cuaca sangat cerah sehingga iradiasi matahari menjadi tinggi

mencapai 595 W/m2 juga dikarenakan bahan yang digunakan pada alat pengering seperti

rangka, jaring/mesh rak pengering, fiber serta pewarnaan pengering yang di cat hitam

menyebabkan penyerapan panas matahari kedalam ruang pengering menjadi lebih cepat,

sehingga meningkatkan temperatur di dalam alat pengering. Udara yang bersuhu tinggi lebih

cepat mengambil air dari bahan pangan sehingga proses pengeringan menjadi lebih cepat. Hal

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

55

8.00

9.00

10.0

0

11.0

0

12.0

0

13.0

0

14.0

0

15.0

0

16.0

0

17.0

0

8.00

9.00

10.0

0

11.0

0

12.0

0

13.0

0

14.0

0

15.0

0

16.0

0

17.0

0

Tem

pera

tur

(oC

)

Waktu (WIB)

Rak (A) 1

Rak (A) 2

Rak (A) 3

Rak (A) 4

Rak (A) 5

Rak (A) 6

Rak (A) 7

Rak (A) 8

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

8.00

9.00

10.0

0

11.0

0

12.0

0

13.0

0

14.0

0

15.0

0

16.0

0

17.0

0

8.00

9.00

10.0

0

11.0

0

12.0

0

13.0

0

14.0

0

15.0

0

16.0

0

17.0

0

Tem

pera

tur

(oC

)

Waktu (WIB)

Rak (B) 1

Rak (B) 2

Rak (B) 3

Rak (B) 4

Rak (B) 5

Rak (B) 6

Rak (B) 7

Rak (B) 8

Page 13: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

107

ini sesuai dengan pernyataan Estiasih dan Ahmadi (2009) yang menyatakan bahwa semakin

tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung oleh udara tersebut terjadi

kejenuhan.

3. Distribusi Kelembaban Relatif (RH)

Pengukuran kelembaban relatif (RH) pada hari pertama dan hari kedua pengeringan

menunjukkan bahwa RH ventilasi ruang pengering A lebih rendah dari pada RH pada

ventilasi ruang pengering B hal ini disebabkan karena temperatur di ruang pengering A lebih

tinggi dari pada temperatur di ventilasi ruang pengering B. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Thahir (1988) yang menyatakan bahwa semakin tinggi temperature maka kelembaban relatif

(RH) akan semakin rendah.

Gambar 5. Distribusi kelembaban relatif

Pada Gambar 5, hasil pengukuran kelembaban relatif (RH) pada hari pertama berkisar

antara 34,1% - 65,9% untuk ventilasi A, dan berkisar antara 43% - 77,4% untuk ventilasi B.

Sedangkan kelembaban relatif (RH) untuk lingkungan adalah 65,7% - 84,2%. Hasil

pengukuran kelembaban relatif (RH) pada hari kedua berkisar antara 16,2% - 67,7% untuk

ventilasi A, berkisar antara 32,5% - 72,6% untuk ventilasi B. Sedangkan kelembaban relatif

(RH) untuk lingkungan adalah 61,1% - 92%. Hal ini terjadi akibat perubahan cuaca pada

lingkungan. Kelembaban relatif (RH) ruang pengering selalu lebih rendah dari pada

kelambaban relatif (RH) lingkungan dikarenakan temperatur ruang pengering selalu lebih

tinggi dari pada temperatur lingkungan.

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

Kel

emba

ba R

elat

if (

%)

Waktu (WIB)

Ventilasi A

Ventilasi B

Lingkungan

Page 14: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

108

4. Iradiasi Surya

Intensitas radiasi matahari selama proses pengeringan sangat berfluktuatif sehingga

mempengaruhi temperatur dalam ruang pengering, karena semakin tinggi intensitas radiasi

matahari maka temperatur juga akan semakin tinggi sehingga proses pengeringan bisa

berlangsung dengan cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Johan, 2008 yang menyatakan

bahwa intensitas radiasi matahari berbanding lurus dengan suhu. Semakin tinggi intensitas

radiasi matahari semakin tinggi pula suhu udara.

Berdasarkan Gambar 6 iradiasi tertinggi pada hari pertama proses pengeringan adalah

283 W/m 2 pada pukul 10.30 WIB dan iradiasi terendah adalah 7 W/m 2 yaitu pada pukul

16.30 WIB. Iradiasi tertinggi pada hari kedua proses pengeringan adalah 595 W/m 2 pada

pukul 10.30 WIB dan iradiasi terendah adalah 7 W/m2 yaitu pada pukul 17.00 WIB.

Gambar 6. Iradiasi surya

5. Laju Penurunan Kadar Air

Laju penurunan kadar air merupakan banyaknya kandungan air yang keluar dari

bahan persatuan waktu. Semakin tinggi penguapan kadar air bahan maka akan semakin tinggi

tingkat penurunan kadar air. Pengukuran laju penurunan kadar air dilakukan selama 9 jam

perhari. Tujuan penting dari pengering ini adalah untuk menghasilkan gaplek ubi kayu yang

bermutu baik. Kadar air awal ubi kayu yaitu 61,7 %.

0.00

100.00

200.00

300.00

400.00

500.00

600.00

700.00

Irad

iasi

Sur

ya (

W/m

2)

Waktu (WIB)

Page 15: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

109

Berdasarkan Gambar 7 dan Gambar 8 terlihat bahwa pada hari pertama proses

pengeringan kadar air tertinggi pengeringan terdapat pada rak A2 dan rak B2 yaitu 52,9%,

sedangkan kadar air terendah terdapat pada rak A8 dan rak B8 yaitu sebesar 29,9%. Pada

hari kedua proses pengeringan kadar air tertinggi terdapat pada rak A3 yaitu 31,9% dan rak

B3 yaitu sebesar 29,6% sedangkan kadar air terendah terdapat pada rak A5 yaitu sebesar

11,7% dan rak B1 yaitu sebesar 12,9%.

Gambar 7. Laju penurunan kadar air rak A

Gambar 8. Laju penurunan kadar air rak B

0.000

0.100

0.200

0.300

0.400

0.500

0.600

8.00

9.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

8.00

9.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

Kad

ar A

ir (

%)

Waktu (WIB)

KA rak (A) 1

KA Rak (A) 2

KA Rak (A) 3

KA Rak (A) 4

KA Rak (A) 5

KA Rak (A) 6

KA Rak (A) 7

KA Rak (A) 8

0.000

0.100

0.200

0.300

0.400

0.500

0.600

0.700

8.00

9.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

8.00

9.00

10.0

011

.00

12.0

013

.00

14.0

015

.00

16.0

017

.00

Kad

ar A

ir (

%)

Waktu (WIB)

KA Rak (B) 1

KA Rak (B) 2

KA Rak (B) 3

KA Rak (B) 4

KA Rak (B) 5

KA Rak (B) 6

KA Rak (B) 7

KA Rak (B) 8

Page 16: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

110

Kadar air akhir ubi kayu pada ruang pengering diperoleh tidak seragam, kadar air

akhir yang diinginkan untuk pembuatan tepung ubi yaitu maksimum 12% (SNI,1992). Tidak

seragamnya kadar air akhir diduga disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi

dalam proses pengeringan seperti iradiasi surya, kecepatan udara, distribusi temperatur,

distribusi kelembaban relatif dan ada beberapa rak yang terhalangi oleh rak lainnya sehingga

pancaran sinar matahari tidak menyebar secara merata ke semua rak. Pengeringan ubi kayu

dilakukan selama 2 hari berturut-turut dengan total waktu 18 jam pengeringan dengan

kapasitas pengering sebesar ±15 kg.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya :

1. Dengan penambahan kincir angin savonius, kecepatan udara di dalam pengering surya

lebih stabil bila dibandingkan dengan kecepatan udara di lingkungan.

2. Temperatur di dalam ruang pengering lebih tinggi dari pada temperatur lingkungan,

sedangkan kelembaban relatif di dalam pengering lebih rendah dibandingkan dengan di

lingkungan. Hal ini menyebabkan proses pengeringan berlangsung cepat.

3. Nilai iradiasi surya yang didapat berfluktuasi. Iradiasi tertinggi diperoleh pada hari kedua

penelitian yaitu 595 W/m2.

4. Kadar air awal ubi kayu yaitu 61,7 %. Kadar air akhir yang diperoleh rak A5 yaitu sebesar

11,7% dan rak B1 yaitu sebesar 12,9% sudah mendekati kadar air yang diharapkan untuk

pembuatan tepung yaitu 12%.

2. Saran

Sebaiknya pada penelitian selanjutnya, dilakukan analisis terhadap kadar pati dari ubi

kayu. Selain itu pemilihan bahan untuk pembuatan kincir angin savonius lebih diperhatikan

lagi. Penggunaan bahan yang lebih ringan disarankan lebih tepat untuk membuat kincir angin,

sehingga kincir angin dapat berputar pada kecepatan angin yang rendah.

Page 17: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

Rona Teknik Pertanian, 7(2)Oktober 2014

111

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto, Y. 2007. Kajian Potensi Angin Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu. BalaiPPTAGG - UPT - LAGG, Yogyakarta.

Estiasih, T. dan K. Ahmadi. 2009. Teknik Pengolahan Pangan. Penerbit Bumi Aksara.Malang.

Johan, Y. 2008. Fluktuasi intensitas radiasi matahari pada kawasan padat polusi dan hijauKota Solok. Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Andalas. Padang.

Kartasapoetra, A.G. 2004. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara,Jakarta

Muchtadi, D. 1989. Analisis pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan Dan Gizi, InstitutPertanian Bogor, Bogor.

Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, pendidikan dan pengemasan komoditas pertanian. Timprogram Keahlian Teknologi Hasil Pertanian, Jakarta.

Ramelan, A.H, Nur Her Riyadi Parnanto, Kawiji. 1996. Fisika Pertanian. Universitas SebelasMaret Press.

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1992. Syarat Mutu Tepung Ubi Kayu SNI No.01.2997.1992. Dewan Standar Indonesia, Jakarta.

Thahir, R. 1988. Teknologi Pasca Panen Jagung. Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor.

Page 18: RONA TEKNIK PERTANIAN - rp2u.unsyiah.ac.id

RONA TEKNIK PERTANIAN Vol 7, No. 1 April 2014

FORMULIR BERLANGGANAN RONA TEKNIK PERTANIAN

Kepada Yth.

Redaksi RONA TEKNIK PERTANIANMohon saya didaftarkan sebagai pelanggan Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian RONATEKNIK PERTANIAN mulai edisi: Vol. ............................ Bulan ......................... Tahun ........................

Nama :Alamat :Telp. :

Berikut kami kirimkan wesel atau bukti transfer berlangganan untuk:4 nomor = Rp. 100.000,- (per orang), Rp. 150.000,- (instansi)5 nomor = Rp. 200.000,- (per orang), Rp. 300.000,- (instansi)..... nomor = Rp. ..............................................................................................

Pembayaran dilakukan dengan menggunakan wesel ke alamat redaksi atau transfer ke Tabungan SyariahMandiri Cabang KCP Aceh Darussalam No. Rekening 7025632162 atas nama Raida Agustina denganmengirimkan bukti transfer ke alamat redaksi atau email ke [email protected] ataukonfirmasi melalui telepon ke 081377229231.

.............................................................(Tanda tangan/ Nama Terang)

FORMULIR BERLANGGANAN RONA TEKNIK PERTANIAN

Kepada Yth.

Redaksi RONA TEKNIK PERTANIANMohon saya didaftarkan sebagai pelanggan Jurnal Ilmiah dan Penerapan Keteknikan Pertanian RONATEKNIK PERTANIAN mulai edisi: Vol. ............................ Bulan ......................... Tahun ........................

Nama :Alamat :Telp. :

Berikut kami kirimkan wesel atau bukti transfer berlangganan untuk:4 nomor = Rp. 100.000,- (per orang), Rp. 150.000,- (instansi)5 nomor = Rp. 200.000,- (per orang), Rp. 300.000,- (instansi)..... nomor = Rp. ..............................................................................................

Pembayaran dilakukan dengan menggunakan wesel ke alamat redaksi atau transfer ke Tabungan SyariahMandiri Cabang KCP Aceh Darussalam No. Rekening 7025632162 atas nama Raida Agustina denganmengirimkan bukti transfer ke alamat redaksi atau email ke [email protected] ataukonfirmasi melalui telepon ke 081377229231.

.............................................................(Tanda tangan/ Nama Terang)