roda dan ban
DESCRIPTION
Pembahasan roda dan banTRANSCRIPT
TUGAS TEKNIK KENDARAAN OTOMATIS
RODA DAN BAN
DISUSUN OLEH
AGUNG WIBOWO 14.10.002.21201.018
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
2015
1
RODA DAN BAN
Sejarah Singkat
Roda adalah obyek berbentuk lingkaran, yang bersama dengan sumbu, dapat
menghasilkan suatu gerakan dengan gesekan kecil dengan cara bergulir. Contoh umum
ditemukan dalam penerapan dalam transportasi. Istilah roda juga sering digunakan untuk
obyek-obyek berbentuk lingkaran lainnya yang berputar seperti kincir air.
Roda sebagai bagian vital kendaraan atau mesin, mula pertama ditemukan oleh orang
Sumeria pada 3.500 tahun SM. Di Mesopotamia, ditemukan pula sebuah benda bulat dengan
poros di bagian tengahnya, diperkirakan sebuah tatakan untuk membuat tembikar dari masa
yang sama. Ini membuktikan bahwa pada saat itu orang mulai tahu prinsip kerja gerak
lingkaran.
Selanjutnya, pada 3000 SM, kereta dorong mulai dikenal di Asiria, kemudian berlanjut
di Lembah Indus. Sedangkan masyarakat Eropa Daratan dan Tengah baru mengenal kereta
dorong sekitar 1000 SM, malah Inggris baru pada tahun 500 SM.
Pada tahun 1515 orang menemukan wheel-lock, roda yang bisa diputar dan berhenti oleh
sebuah benda pengganjal. Prinsip ini kemudian dikembangkan menjadi roda gerigi pemantik
bom-dan korek api.
2
Misalnya ban berkode 215/65R15 89H. Angka '215' adalah lebar telapak ban dalam satuan
ukuran milimeter. '65' (Aspek Rasio), adalah rasio/perbandingan antara ketebalan profil ban
dengan lebar telapak ban. Angka 65 di sini mengisyaratkan tinggi/tebal ban adalah 65% dari
lebar telapak ban.
'R' (konstruksi), adalah pola jalinan benang/kawat yang memperkuat konstruksi ban. 'R' di sini
berarti ban tersebut memiliki pola jalinan berpola radial. Jika 'B' berarti ban tersebut
mempunyai konstruksi sabuk bias (bias belted). Untuk 'D' maka berarti konstruksinya adalah
bias diagonal (diagonal bias).
Angka 15 berikutnya adalah ukuran diameter rim/pelek dalam satuan inci dan angka '89'
mengisyaratkan beban maksimal (load index) yang diizinkan pada ban bersangkutan. Sesuai
dengan standar industri ban maka kode tersebut memiliki kapasitas beban maksimal sebesar
580 kilogram di tiap ban. Huruf "H' terakhir merupakan indikator kecepatan maksimal.
Jadi ban berkode 215/65R15 89H adalah ban dengan lebar telapak 215mm, ketebalan ban
dengan aspek rasio 65% x 215(mm) =129(mm), berjenis radial untuk rim atau pelek
berdiameter 15 inci, mampu dibebani seberat 580 kg dengan batas kecepatan aman maksimal
210 km.
Fungsi
1. Menahan seluruh berat kendaraan
2. Memindahkan tenaga ke permukaan jalan
3. Memindahkan gaya pengereman ke permukaan jalan
4. Menjadikan sistem kemudi dapat bekerja
5. Mengurangi kejutan yang disebabkan oleh permukaan jalan yang tidak rat
3
1. Menahan beban
Dalam hal menahan beban, yang paling
berpengaruh adalah tekanan angin,
karena angin dalam ban berfungsi
untuk menopang berat kendaraan dan
muatan.
2. Meredam guncangan
Tekanan angin dan type ban (radial/
bias) sangat berpengaruh dalam
meredam guncangan awal sebelum
diredam lagi oleh suspensi. Ban tipe
radial mampu meredam guncangan
lebih baik daripada ban tipe bias.
3. Meneruskan tenaga dari mesin
Ban berfungsi untuk meneruskan gaya
gerak dan pengeraman ke permukaan
jalan, hal ini berkaitan dengan kinerja
traksi dan pengereman. Yang
berpengaruh dalam hal ini adalah
pattern atau kembangan dari ban.
4. Meneruskan fungsi kemudi
Ban sangat penting dalam mengontrol
arah kendaraan, hal ini akan
menentukan kemampuan bermanuver
dan kestabilan dalam berkendara.
4
Ban mempunyai ‘bahasa’ sendiri untuk berkomunikasi dengan penggunanya. Bahasa ban yang
berupa serangkaian angka dan huruf menunjukkan data-data spesifikasi, merek dan tipe, yang
universal dan sudah disepakati oleh semua produsen ban di seluruh dunia.
Berikut adalah arti dari kode tersebut:
1. Lebar ban (dalam mm)
2. Aspek rasio (%) tinggi sidewall terhadap lebar ban
3. Diameter ban / velg (dalam inch)
4. Indeks beban / Load Index
5. Simbol kecepatan / Speed Index
Karakteristik telapak Ban
Pada dasarnya, pola telapak ban hanya terbagi menjadi tiga golongan utama, yakni
Searah(Directional),Simetris (Symmetric), dan Asimetris (Asymmetric).
Ketiga golongan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan
pengemudi yang berbeda-beda.
Searah
(Directional)
Ban searah memiliki ciri telapak searah yang menyerupai anak
panah atau pola kembangannya berbentuk huruf "v".
Fitur:
• Menepis air dengan sempurna untuk pengendalian yang lebih
baik di permukaan basah maupun kering
• Performa dan pengereman yang lebih baik
• Biasanya tersedia dalam ukuran besar (15" keatas) dan
memiliki indeks kecepatan yang tinggi
Cocok untuk:
Pengemudi yang menyukai performa dan kecepatan tinggi.
5
Simetris
(Symmetric)
Ban simetris biasanya memiliki telapak dengan desain rib yang
berkesinambungan atau blok. Kedua sisinya, baik sisi dalam
maupun luar memiliki fitur dan kegunaan yang sama. Pada
umumnya ban dengan pola simetris memiliki alur yang
menyerupai gelombang.
Fitur:
• Nyaman dan sangat hening
• Alur utama untuk menepis air
Cocok untuk:
Pengemudi yang menyukai kenyamanan dan keheningan
dalam berkendara.
Asimetris
(Asymmetric)
Ban asimetris memiliki pola yang unik untuk membedakan kedua
bagian sisinya. Bagian luar ban biasanya memiliki desain alur
yang lebih besar untuk menepis air dan meningkatkan
pengendalian pada jalan basah. Sedangkan bagian dalam ban
memiliki alur yang lebih kecil guna memperluas bidang yang
berhentuhan dengan jalan sehingga ban lebih stabil.
Fitur:
• Pengendalian yang baik di jalan basah maupun kering
• Pengendalian yang baik pada saat membelok pada
kecepatan tinggi
Cocok untuk:
Pengemudi yang menyukai performa tinggi.
6
Kontruksi Ban
1. Tapak (Tread)
2. Belt (rigid breaker)
3. Carcass
4. Garis dalam (Inner Liner)
5. Bead wire
Tread berfungsi untuk melindungi carcass terhadap keausan dan kerusakan yang dsebabkan oleh
permukaan jalan
Breaker terletak antara carcass dan tread yang memperkuat daya rekat keduanya, dan meredam
kejutan yang timbul dari permukaan jalan ke carcass
Carcass merupakan rangka ban yang keras, berfungsi untuk menahan udara yang bertekanan tinggi,
tetapi harus cukup flexibel untuk meredam perubahan beban dan benturan
Sidewall adalah lapisan karet yang menutup bagian samping ban dan melindungi carcass terhadap
kerusakan dari luar
Bead berfungsi untuk mencegah robeknya ban dari rim oleh oleh karena berbagai gaya yang bekerja
Karakteristik Ban Bias dan Radial
Ban Bias
a. Kenyamanan cukup baik
b. Umur dan kemampuan lebih rendah
Ban Radial
a. Umur pemakaian lebih lama
b. Peningkatan panas kecil
c. Stabilitas pengendalian baik
d. Daya pengereman lebih baik
e. Rolling resistance (hambatan gesekan) kecil
f. Kenyamanan kurang dan pengemudian terasa lebih berat
7
Keuntungan Ban Tubeless
a. Jika ban tertusuk paku atau benda tajam lainnya, ban tidak menjadi kempes secara sekaligus,
karena lapisan dalamnya menghasilkan efek merapatkan sendiri. Sehingga pengemudi tidak
kehilangan kontrol kendaraan
b. Transfer radiasi panas akan lebih baik, karena udara dalam ban berhubungan langsung dengan
pelek
Tipe Tapak Ban
Rib > Jalan rata, kecepatan tinggi> berbagai jenis mobil
a. Tahanan putar (rolling resistance) lebih kecil
b. Kendaraan mudah dikendalikan
c. Suara yang ditimbulkan kecil
d. Tenaga tariknya kurang baik
Lug >jalan tidak rata, dan lunak > truk dan industri
a. Tenaga tarik baik
b. Rolling resistance cukup tinggi
c. Tread lebih mudah aus tidak merata
d. Suara lebih besar
Rib and lug > jalan rata maupun tidak rata> sedan, truk kecil bus
a. Kendaraan lebih stabil
b. Kemampuan pengendaraan dan pengereman lebih baik
Block > jalan berlumpur dan bersalju
a. Kemampuan pengendaraan dan pengereman lebih baik
b. Mengurangi slip pada jalan berlumpur/ bersalju
c. Lebih cepat aus
d. Rolling resistance lebih besar
8
Mengenal Balancing, Spooring, Chamber & Caster
Balancing
Keausan ban sangat dipengaruhi oleh fungsi dari suspensi, steering dan penyetelan front wheel
alignment. Sehingga ban dan pelek menjadi komponen yang mempunyai fungsi vital dalam kendaraan.
Kondisi ban juga sangat mempengaruhi kenyamanan dan safety pengendara. Ban dan pelek akan
mengalami perubahan kualitas dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan medan dan cara
penggunaan kendaraan. Roda dan ban harus balance (seimbang) agar tidak terjadi getaran. Saat roda
berputar, terjadi gaya sentrifugal pada tiap bagian roda dan ban dimana sejumlah gaya tertarik keluar
dari ban. Gaya ini semakin menguat saat rotasi roda semakin cepat. Jika massa sudah merata ke seluruh
roda dan ban (tidak ada titik berat), gaya akan seimbang maka gaya sentrifugal tidak akan memiliki efek
hambatan. Jika ban memiliki titik berat maka ban akan tidak seimbang (unbalance) dimana gaya
sentrifugal lebih besar pada salah satu titik ban yang akan menarik gaya yang kuat saat ban berputar.
Ini akan membuat roda dan ban bergerak ke atas dan ke bawah atau dari sisi satu ke sisi yang lainnya
(oblak). Sehingga pengendara akan merasakan goncangan atau getaran akibat roda yang tidak balance.
Jadi balancing berfungsi untuk membuat roda depan dan belakang menjadi parallel. Seiring
dengan waktu pemakaian, untuk menjaga agar roda dalam keadaan seimbang membutuhkan
perawatan balancing supaya dalam berkendara lebih nyaman dan pengemudi tidak mengalami
kelelahan. Roda akan dipasang pada alat wheel balancer kemudian akan diketahui titik-titik berat pada
roda yang mengakibatkan roda tidak balance. Kemudian alat akan menunjukkan seberapa besar beban
yang harus diberikan pada roda agar roda kembali menjadi balance. Selanjutnya roda akan diberikan
pemberat (weight balance) sesuai dengan beban yang dibutuhkan, weight balance dipasang pada pelek
roda.
9
Spooring
Spooring merupakan pekerjaan penyetelan front wheel alignment (penyetelan roda depan)
yang meliputi: chamber, caster, toe angle (toe-in/toe-out), dan turning radius. Fungsi spooring sendiri
adalah untuk menjaga stabilitas kendaraan meliputi: kemudi yang ringan, menghasilkan gaya putar
kembali setelah belok dan mencegah kendaraan belok sendiri setelah dilepas. Selain itu, apabila
perawatan yang rutin akan mengurangi keausan pada komponen-komponen ball-joint dan ban/roda.
Untuk syarat kedaraan dilakukan pekerjaan spooring diantaranya harus keadaan kaki-kaki kendaraan
dalam kondisi yang normal. Untuk keterangan lebih lanjut dapat dilihat gambar berikut:
1. Chamber merupakan kemiringan roda bila dilihat dari depan, chamber (+) bila roda miring keluar,
chamber(-) bila roda miring ke dalam.
2. Caster merupakan kemiringan poros putar roda (steering axis) dilihat dari samping. Ada dua jenis
caster:
10
a. Caster Positif
Kemiringan poros putar roda (steering axis) dilihat dari samping ke arah belakang
b. Caster Negatif
Kemiringan poros putar roda (steering axis) dilihat dari samping ke arah depan
3. Toe angle
a. Toe-In
Panjang roda bagian depan (A) lebih pendek dibanding pajang roda bagian belakang (B)
b. Toe-Out
Panjang roda bagian depan (A) lebih panjang dibanding pajang roda bagian belakang (B)
4. Turning Radius
Turning radius merupakan sudut belok roda dalam harus lebih besar dibanding roda luar
dan titik sumbuh radius belok harus satu titik.
11
Ada tiga gaya yang bekerja pada roda yaitu:
(a) Gaya normal atau vertikal (FZ), yang diakibatkan oleh gaya berat kendaraan, dan gaya
inertia yang mengarah ke arah vertikal,
(b) Gaya longitudinal (Fx), yang umumnya akibat gaya inersia percepatan atau pengereman
dan juga mungkin diakibatkan oleh komponen longitudinal dari gaya centrifugal kendaraan,
(c) Gaya samping atau gaya lateral, yang disebabkan oleh gaya sentrifugal kendaraan.
a.Analisa Dinamika Gaya Roda Penggerak Pada Sumbu-X (Fx)
Gambar Dinamika Roda Penggerak
Roda yang mengalami rolling, stress yang terjadi pada roda bukanlah dalam kondisi
steady state, sehingga menimbulkan slip kontak (κ′) dan deformasi (u) yang juga besarnya
tidak konstan. Pada model ini, u and κ′ cendrung kecil. Sehinga hubungan antara Fx dan u
serta u terhadap κ′ menjadi merupakan fungsi linear:
Data di atas diperoleh berdasarkan pendekatan empris data roda penggerak kendaraan.
Sehingga deformasi (u) dinyatakan menurut persamaan sebagai berikut ini:
(1)
(2)
(3)
12
Slip κ′ mengikuti σκ dan u, sehingga roda penggerak memiliki damping rate sebesar:
|Vx|/σκ.
b.Deformasi Roda Penggerak Pada Sumbu-Z ,Vertikal Load (Fz)
Bila roda penggerak tersebut rigid dan tidak mengalami slip, maka akan mengalami
roll dan translasi sebesar Vx = reΩ. Pada kenyataannya, roda penggerak yang rigid memiliki
gaya longitudinal Fx ketika mengalami respon slip. Wheel slip velocity Vsx = Vx – reΩ ≠ 0.
Dimana, wheel slip κ = –Vsx/|Vx| . Untuk kondisi lock, sliding tire, κ = –1. Untuk perfect
rolling, κ = 0.
Roda penggerak juga merupakan roda yang fleksibel. Karena mengalami deformasi,
contact pointnya berubah menjadi angular velocity Ω′ roda. Contact point slip κ′ = –V′sx/|Vx|,
dimana V′sx = Vx – reΩ′.
Deformasi (u) pada roda penggerak secara langsung, mengukur perbedaan diantara roda
penggerak dan contact point slip.
Roda penggerak selalu memiliki gaya longitudinal Fx yang besarnya dipengaruhi oleh:
Gaya vertical (Fz )
Contact slip (κ′)
Karakteristik roda penggerak merupakan fungsi spesifik hubungan pada kondisi steady
state: Fx = f(κ′, Fz). Contact slip (κ′) pada saat bergerak tergantung pada besarnya deformasi
(u). Gaya longitudinal Fx secara pendekatan merupakan relasi yang proporsional terhadap gaya
vertical, oleh karena Fx diperoleh dari contact friction dan gaya normal Fz. (Hubungannya
menjadi nonlinear disebabkan oleh tire deformation dan slip). Relasi Fx terhadap κ′ menjadi
lebih kompleks tentunya. Effective rolling radius adalah re. Load normalizes dari tire
characteristic sebagai fungsi f(κ′, Fz), dan peak force, slip pada peak force, dan relaxation
length fields menentukan peak dan slope dari f(κ′, Fz) kemudian CFx dan σκ.
(4)
13
c. Gaya Lateral (Fy)
Gaya lateral merupakan fungsi dari slip angle (α) dimana radius menjadi berubah, tetapi
masih berada pada busur path. Roda penggerak memberikan gaya untuk berbelok. Gaya ini
disebut gaya lateral atau side force. Pada skema dikombinasikan gaya lateral pada keempat
rodanya dan posisinya terlihat melalui pusat gravity (CG) kendaraan.
Gambar. Gaya Lateral (Fy)