roadsafety-factsheetino

8
Fact Sheet 2013 Status Keselamatan Jalan di WHO Regional Asia Tenggara tahun 2013 Fakta Sekilas Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban tewas di kawasan Asia Tenggara (South East Asia Region, disingkat SEAR) pada tahun 2010, dengan rata-rata 18,5 korban tewas per 100.000 populasi. Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada negara berpendapatan menengah ke bawah dengan 19,5 kematian per 100.000 populasi dari pada di negara miskin dengan 12,7 kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 populasi. Pengguna jalan yang rentan (pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga, pejalan kaki dan pesepeda) menyumbangkan hampir setengan (50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu lintas di wilayah Regional Asia Tenggara. Dua per tiga kendaraan yang memadati lalu lintas di SEAR adalah kendaraan bermotor roda dua dan tiga, pengguna dari kendaraan tersebut menyumbangkan sepertiga dari total kematian di regional ini; Tidak ada negara di kawasan ini yang memiliki peraturan yang mengatur lima faktor risiko cidera dari kecelakaan lalu lintas secara menyeluruh, diantaranya : pembatasan kecepatan, konsumsi alkohol saat mengemudi, penggunaan helm untuk pengguna kendaraan roda dua, penggunaan sabuk keselamatan dan pengaman untuk penumpang anak-anak; Hanya tiga negara di regional ini yang memiliki kebijakan bagi pejalan kaki, pengendara sepeda dan menggunakan angkutan umum, dan hanya lima negara yang memiliki kebijakan untuk memisahkan pengguna jalan rentan sebagai upaya untuk melindungi mereka; Delapan negara di regional ini memiliki lembaga yang khusus untuk mengelola keselamatan jalan, namun kebanyakan hanya berbentuk komite antar kementerian/lembaga pemerintah.

Upload: rosiawan-sasambo

Post on 17-Dec-2015

219 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

road safety

TRANSCRIPT

  • Fact S

    heet

    2013Status Keselamatan Jalan

    di WHO Regional Asia Tenggaratahun 2013

    Fakta Sekilas

    Kecelakaan lalu lintas mengakibatkan 33.815 korban tewas di kawasan Asia Tenggara (South

    East Asia Region, disingkat SEAR) pada tahun 2010, dengan rata-rata 18,5 korban tewas per

    100.000 populasi.

    Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada negara berpendapatan

    menengah ke bawah dengan 19,5 kematian per 100.000 populasi dari pada di negara miskin

    dengan 12,7 kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100.000 populasi.

    Pengguna jalan yang rentan (pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga, pejalan kaki dan

    pesepeda) menyumbangkan hampir setengan (50%) dari total kematian karena kecelakaan lalu

    lintas di wilayah Regional Asia Tenggara.

    Dua per tiga kendaraan yang memadati lalu lintas di SEAR adalah kendaraan bermotor roda dua

    dan tiga, pengguna dari kendaraan tersebut menyumbangkan sepertiga dari total kematian di

    regional ini;

    Tidak ada negara di kawasan ini yang memiliki peraturan yang mengatur lima faktor risiko cidera

    dari kecelakaan lalu lintas secara menyeluruh, diantaranya : pembatasan kecepatan, konsumsi

    alkohol saat mengemudi, penggunaan helm untuk pengguna kendaraan roda dua, penggunaan

    sabuk keselamatan dan pengaman untuk penumpang anak-anak;

    Hanya tiga negara di regional ini yang memiliki kebijakan bagi pejalan kaki, pengendara sepeda

    dan menggunakan angkutan umum, dan hanya lima negara yang memiliki kebijakan untuk

    memisahkan pengguna jalan rentan sebagai upaya untuk melindungi mereka;

    Delapan negara di regional ini memiliki lembaga yang khusus untuk mengelola keselamatan

    jalan, namun kebanyakan hanya berbentuk komite antar kementerian/lembaga pemerintah.

  • 211.6

    13.2

    10.7

    18.9

    17.7

    1.9

    15

    16

    13.7

    38.1

    19.5

    0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

    Bangladesh

    Bhutan

    DPRKorea

    India

    Indonesia

    Maldives

    Myanmar

    Nepal

    SriLanka

    Thailand

    Timor-Leste

    Low-incomecountry

    Middle-incomecountry

    Source: Global status survey on road safety 2013

    Latar Belakang

    Pada tahun 2010, Sidang Umum PBB mngeluarkan resolusi no. 64/255 dan menetapkan Dekade Aksi

    Keselamatan jalan 2011-2020 sebagai langkah tanggap atas meningkatnya angka kejadian cidera akibat

    kecelakaan lalu lintas di seluruh dunia. tujuan dari dekade aksi ini adalah untuk menurunkan angka kematian

    akibat kecelakaan lalu lintas yang cenderung meningkat, dan menyelamatkan lima juta jiwa yang diperkirakan

    berpotensi menjadi korban selama satu dekade.

    Sebagai panduan bagi negara-negara anggota dalam menyusun kebijakan nasional untuk mencapai tujuan

    dekade aksi ini, disusunlah rencana aksi global. Rencana ini diharapkan dapat membantu pemerintah dan

    pemangku kebijakan lain untuk menyusun rencana aksi nasional dan kerangka kegiatan-kegiatan yang bersifat

    koordinatif pada tingkat nasional dan global. Resolusi ini juga menyerukan akan pentingnya pemantauan rutin

    terhadap pencapaian global, upaya-upaya dan target yang ada dalam rencana aksi.

    Kumpulan fakta keselamatan jalan di ini disusun dari data yang didapat dari laporan yang kedua mengenai

    status dunia untuk keselamatan jalan pada tahun 2013 (second Global status report on road safety 2013). Data

    dikumpulkan dari sebelas negara anggota SEAR dari periode Mei hingga Desember 2011 menggunakan

    kuesioner survey global yang terstandardisasi.

    Kecelakaan lalu lintas bertanggung jawab terhadap 334,815 kematian di regional selama 2010

    pada tahun 2010, sebanyak 334,815 orang tewas karena cidera kecelakaan lalu lintas di SEAR. Rata-rata

    kematian karena cidera kecelakaan lalu lintas adalah 18.5 kematian per 100,000 populasi, dengan angka

    terkecil, 1.9 kematian per 100,000 populasi di Maladewa hingga 88.1 kematian per 100.000 populasi di Thailand

    (gambar 1).

    Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas lebih tinggi pada negara berpendapatan

    menengah

    Rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas di negara berpendapatan menengah di kawasan ini adalah

    19.5 kematian per 100,000 populasi, sementara di negara berpendapatan rendah sebesar 12.7 kematian per

    100,000 populasi. Semakin meningkatnya kendaraan bermotor dan pembangunan ekonomi adalah faktor

    utama penyebab meningkatnya angka kematian kecelakaan lalu lintas di negera berpendapatan menengah.

    Kenaikan jumlah kendaraan bermotor yang signifikan di negara-negara Regional Asia

    Tenggara

    Jumlah kendaraan bermotor terdaftar meningkat sebesar 28% dari jumlah 168 juta pada tahun 2009 menjadi

    215 juta tahun 2013

    Gambar 1: Estimasi kematian karena kecelakaan lalu lintas per 100,000 populasi

    di negara-negara SEAR

  • 310.9

    48.539.4

    79.493.9

    303.1

    158.5

    189.6

    412.1

    8.6

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    Bangla

    desh

    Myanm

    ar

    Nep

    al

    Bhu

    tan

    Ind

    ia

    Ind

    onesi

    a

    Mald

    ives

    Sri

    Lanka

    Thailand

    Tim

    or-

    Lest

    e

    LowIncomeCountries MiddleIncomeCountries

    Numberofvehicles

    Source: Global status survey on road safety 2013

    Low-income countries 25 19 6 34 16

    Middle-income countries 15 34 4 11 36

    All SEA Region countries 15 33 4 12 36

    a All figures in the table show percentage of deaths by road user types.

    Gambar 2 : Jumlah kendaraan terdaftar per 1000 populasi

    di negara-negara SEAR

    Di Regional Asia Tenggara terdapat 124.7 kendaraan terdaftar per 1000 populasi, jumlah tertinggi terdapat di

    negaraThailand dengan 412.1, diikuti 303.2 di Indonesia dan 189.6 di Sri Lanka. Jumlah proporsi kendaraan

    terkecil terdapat di Timor Leste dengan 8.6 kendaraan per 1000 populasi. namun, perbandingan ini tidak dapat

    dijadikan acuan untuk memperkirakan rata-rata kematian karena kecelakaan lalu lintas. Sebagai contoh, Inggris

    memiliki rata-rata 565 kendaraan untuk setiap 1000 populasi namun angka kematian karena kecelakaan lalu

    lintas-nya rendah yaitu 5.4 kematian per 100,000 populasi. Fakta ini menggarisbawahi pentingnya melibatkan

    faktor lain seperti manajemen keselamatan jalan yang layak, peraturan perundang undangan, penegakan hukum

    dan kelengkapan keselamatan pada kendaraan. Faktor-faktor ini bergantung pada sistem peraturan, status

    ekonomi dan kebijakan politik di masing-masing negara.

    Pengguna jalan rentan (kendaraan bermotor roda dua dan tiga, pejalan kaki dan pesepeda)

    menyumbangkan hampir 50% dari kematian

    Setengah dari jumlah kematian karena kecelakaan lalu lintas berasal dari pengguna jalan rentan, dengan rincian,

    33% kematian dari pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga, 12% pejalan kaki, dan 4% pengendara

    sepeda. Namun, angka ini berbeda di masing-masing negara tergantung status pendapatannya. Sebagai contoh,

    di negara berpendapatan menengah pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga sebagai penyumbang

    34% dari kematian kecelakaan lalu lintas, pada negara berpendapatan rendah, pejalan kaki adalah penyumbang

    terbesar dengan 34% (lihat tabel 1)

    Tabel 1: Proporsi angka kematian karena kecelakaan lalu lintas berdasarkan tipe

    kendaraan pengguna jalan di negara-negar berpenghasilan menengah dan rendah di

    region asia tenggara pada tahun terkini saat dilaporkan - di antara tahun 2009 dan 2010

    Kematian berdasarkan posisi pengguna jalan

    Penumpang ranmor

    roda dua dan tiga

    (%)

    Pesepeda

    (%)

    Pejalan kaki

    (%)

    Penumpang

    mobil (%)

    Lain-lain

    (%)

  • 42.9 0.0

    17.19.2

    1.3

    5.319.0

    0.5

    13.3

    6.78.8

    12.7

    34.5

    8.3

    2.8

    1.74.6

    8.6

    3.0

    23.6

    60.8

    6.1

    15.5

    50.0

    26.2

    13.2

    40.8

    5.1

    21.1

    8.716.7

    26.5

    7.7

    15.8

    2.5

    35.7 32.4 33.3

    22.9

    73.5

    0%

    10%

    20%

    30%

    40%

    50%

    60%

    70%

    80%

    90%

    100%

    Bangladesh Bhutan Indonesia India Maldives Myanmar Thailand

    2-3wheeler

    pedestrian

    Car/Taxi/Van

    Bicycle

    Bus

    Truck

    OthersPercentageofallvehicletype

    Source: Global Status Report on Road Safety 2013

    Perbedaan ini tergambar saat data masing-masing negara dianalisa, tiga per empat angka kematian di Thailand

    berasal dari pengguna kendaraan bermotor roda dua dan tiga. Proporsi besar angka kematian yang berasal dari

    pengguna kendaraan ini juga terdapat di Indonesia dengan 36% dan India dengan 32%, sementara di

    Bangladesh pejalan kaki lah penyumbang angka kematian terbanyak. pejalan kaki juga menjadi proporsi korban

    meninggal karena kecalakaan lalu lintas di Myanmar sebesar 27%, India 21% dan Maladewa dengan 17%.

    kemudian proporsi tertinggi angka kematian karena kecelakaan lalu lintas di negara Bhutan dan Maladewa

    adalah pengguna kendaraan roda empat masing-masing 61% dan 50%.

    Gambar 3 : Distribusi angka kematian karena kecelakaan lalu lintas berdasarkan tipe

    kendaraan pengguna jalan di tujuh negara SEAR, pada tahun terkini saat dilaporkan -

    di antara tahun 2009 dan 2010

    Tidak ada negara di kawasan ini yang memiliki peraturan perundangan yang secara lengkap

    mengatur kelima faktor risiko cidera kecelakaan lalu lintas : pembatasan kecepatan, konsumsi

    alkohol saat mengemudi, penggunaan helm untuk pengguna kendaraan roda dua, penggunaan

    sabuk keselamatan dan pengaman untuk penumpang anak-anak

    Pembatasan kecepatan

    Hanya Bangladesh satu satunya negara di kawasan ini yang memiliki aturan kecepatan jalan dalam kota yang

    komprehensif (diatur dengan pembatasan kecepatan sebesar 50 km/jam dan pemerintah setempat dapat

    menguranginya saat diperlukan), sementara sepuluh negara lain -kecuali Korea Utara, hanya memenuhi satu

    dari dua kriteria aturan kecepatan jalan dalam kota yang komprehensif. Sementara di India, Indonesia, dan

    Thailand memiliki aturan dimana pemerintah daerah dapat mengatur pembatasan kecepatan di daerah

    perkotaan namun tidak memiliki pembatasan kecepatan di daerah perkotaan 50 km/jam.

    Bhutan, Maladewa, Myanmar, Nepal, Sri Lanka dan Timor Leste tidak memperbolehkan pemerintah daerah

    mengatur sendiri pembatasan kecepatan di daerahnya tapi memiliki pembatasan kecepatan di daerah perkotaan

    50 km/jam. Hasil konsensus di masing-masing negara untuk penegakan hukum terhadap pelanggaran batas

    kecepatan adalah rendah untuk di ini, kecuali Korea Utara yang menilai "bagus" (nilai delapan dari kawasan

    maksimum sepuluh).

    Konsumsi alkohol saat mengemudi

    Hanya empat negara (Korea Utara, India, Thailand, dan Timor Leste) yang memiliki peraturan yang secara

    komprehensif mengatur konsumsi alkohol saat mengemudi (didefinisikan sebagai aturan perundangan yang

    berlaku nasional mengatur ambang konsentrasi alkohol dalam darah - BAC kurang dari sama dengan 0.05 g/dl).

    Di Bangladesh, Indonesia dan Nepal memiliki peraturan yang mengatur mengenai konsumsi alkohol saat

    mengemudi namun tidak didasarkan pada sistem pengukuran yang lebih sahih dari menggunakan pengukuran

    ambang konsentrasi alkohol dalam darah. Hasil konsensus di masing-masing negara untuk penegakan hukum

    terhadap pelanggaran konsumsi alkohol saat mengemudi adalah rendah untuk di kawasan ini, kecuali Korea

    Utara yang menilai "bagus". Bhutan dan Thailand menetapkan standard nol alkohol untuk pengemudi

    profesional. Myanmar menetapkan standard nol alkohol untuk pengemudi profesional dan pemula. Hanya Korea

    Utara yang menetapkan standard nol alkohol untuk semua pengemudi.

  • 5Compliance with motorcycle helmet law including children, Thailand.

    Photo credit: Emergency Room team, Maharaj Nakon Srithammaraj Hospital

    Helm untuk pengguna kendaraan bermotor roda dua

    Semua negara kecuali Maladewa memiliki peraturan yang secara komprehensif mengatur tentang penggunaan

    helm (didefinisikan sebagai peraturan perundangan yang mengharuskan penggunaan helm oleh pengendara

    dan penumpang kendaraan bermotor roda dua di semua tipe jalan dan untuk semua tipe atau jenis kendaraan

    bermotor roda dua). Namun demikian, tujuh negara (Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Myanmar, Sri lanka

    dan Thailand) memiliki peraturan perundangan yang mengatur mengenai helm dan standard dari helm itu sendiri.

    Empat negara (Bhutan, Korea Utara, Indonesia dan Maladewa) menilai penegakan hukum terhadap penggunaan

    helm sudah cukup bagus (nilai delapan dari maksimum sepuluh).

    Penggunaan sabuk keselamatan

    Dari sebelas negara anggota SEAR, hanya sepuluh negara memiliki peraturan yang mengatur penggunaan

    sabuk keselamatan, namun, peraturan yang secara lengkap mengatur penggunaan sabuk keselamatan baik

    untuk penumpang di depan maupun belakang hanya terdapat di enam negara (Bhutan, Korea Utara, India,

    Maladewa, Nepal dan Timor Leste). Rata-rata penggunaan sabuk keselamatan di kawasan ini bervariasi dari 27%

    di India hingga 79% di Sri Lanka. penegakan hukum secara keseluruhan untuk penggunaan sabuk keselamatan

    adalah rendah, kecuali Korea Utara yang menilai "bagus" (nilai delapan dari maksimum sepuluh).

    Pengaman untuk penumpang anak-anak (child restraint)

    Banyak yang harus dibenahi mengenai pengaman untuk penumpang anak-anak karena hanya satu negara yang

    sudah memiliki peraturan mengenai pengaman untuk penumpang anak-anak. Namun begitu, tidak ada cukup

    informasi mengenai penegakan hukum untuk penggunaan pengaman untuk penumpang anak-anak di Timor-

    Leste.

    Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab menyusun strategi dan target

    Delapan negara di kawasan ini memiliki lembaga pemerintah yang mengelola keselamatan jalan, dan mayoritas

    bentuknya adalah komisi antar kementerian, kecuali Korea Utara (kabinet). Peran dari lembaga-lembaga ini

    berbeda-beda, di delapan negara hanya berupa koordinasi lintas sektor dalam pengambilan kebijakan untuk

    keselamatan jalan, enam negara diantaranya menerapkan evaluasi berkala peraturan perundangan dengan

    implementasi di lapangan. Hanya lima negara yang memiliki lembaga untuk penyusunan dan pemuktahiran

    peraturan perundangan.

    Delapan negara memiliki strategi nasional keselamatan jalan, namun tidak ada yang secara khusus atau

    sepenuhnya didanai oleh pemerintah. India dan Thailand memiliki strategi nasional dan bermacam-macam

    strategi antar sektor dan lapisan pemangku kebijakan, sementara Timor-Leste hanya memiliki strategi untuk

    masing-masing sektor yang berbeda.

  • 6A separate bicycle lane, Indonesia.

    Photo credit: MOH Indonesia

    Menyusun target penting untuk memantau dan mengevaluasi kemajuan yang dicapai, namun dari delapan

    negara yang memiliki strategi nasional tersebut hanya enam (Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, Indonesia,

    Myanmar dan Thailand) yang menetapkan target terukur untuk cidera berat dan fatal, sementara hanya Korea

    Utara yang memiliki target spesifik untuk cidera sedang. Dua negara (Bhutan dan Korea Utara) memiliki target

    terukur untuk lima faktor risiko utama (pembatasan kecepatan, konsumsi alkohol saat mengemudi, penggunaan

    helm untuk pengguna kendaraan roda dua, penggunaan sabuk keselamatan dan pengaman untuk penumpang

    anak-anak) dalam strategi nasional mereka. Thailand hanya memiliki target untuk penggunaan helm dan tidak

    terhadap faktor risiko lainnya.

    Kebijakan untuk mempromosikan berjalan kaki, bersepeda, transportasi umum dan pemisahan

    pengguna jalan rentan sebagai cara untuk melindungi mereka

    Tiga negara (Korea Utara, India dan Indonesia) memiliki kebijakan nasional yang mendukung berjalan kaki

    dan/atau bersepeda sebagai moda alternatif selain menggunakan mobil, sementara tujuh negara lainnya

    memiliki kebijakan untuk mendukung investasi pada transportasi umum sebagai moda komuter. Lima negara

    memiliki kebijakan untuk memisahkan dan termasuk melindungi pengguna jalan rentan (jalur pejalan kaki, jalur

    sepeda motor, dan jalur sepeda).

    Standard keselamatan kendaraan untuk melindungi penumpang

    Lima negara menerapkan standar atau fitur-fitur keselamatan internasional atau regional, India Myanmar dan

    Timor-Leste menerapkan NCAP atau program penilaian mobil baru. Dua negara (Thailand dan Indonesia)

    menerapkan peraturan PBB mengenai UNECE World Forum for Harmonization of Vehicle Regulation WP.29.

    Penanganan paska-kecelakaan yang baik dapat mengurangi kematian

    Hanya empat negara (Bhutan, Maladewa, Thailand dan Timor-Leste) yang memiliki nomor telepon gawat darurat

    nasional untuk pelayanan kesehatan paska terjadinya kecelakaan. Di enam negara lain, kurang dari 10% korban

    yang cidera berat (mengalami cidera yang cukup serius sehingga perlu dibawa ke rumah sakit) dibawa ke rumah

    sakit menggunakan ambulans. Hanya tiga negara (Bhutan, Korea Utara dan Thailand) dimana 50% korban

    dibawa menggunakan ambulans.

  • 7Rekomendasi

    Cidera kecelakaan lalu lintas menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di kawasan Asia Tenggara.

    Meskipun cidera kecelakaan lalulintas telah cukup banyak mendapatkan perhatian selama sepuluh tahun

    belakangan ini di dunia, namun banyak yang harus dibenahi di rkawasan ini untuk menyelamatkan lebih banyak

    nyawa lagi.

    Usaha yang lebih besar diperlukan agar negara-negara di kawasan ini memiliki peraturan yang

    komprehensif mencakup faktor-faktor risiko utama (pembatasan kecepatan, konsumsi alkohol

    saat mengemudi, penggunaan helm untuk pengguna kendaraan roda dua, penggunaan sabuk

    keselamatan dan pengaman untuk penumpang anak-anak)

    Sementara itu, sudah ada beberapa kemajuan pada beberapa negara anggota SEAR, usaha yang lebih besar

    lagi dibutuhkan untuk memperkuat peraturan yang ada dan membawa hal tersebut untuk sejalan dengan

    kenyataan di lapangan, yaitu untuk menawarkan perlindungan terhadap populasi di jalan sebesar mungkin.

    Karena belum ada negara di kawasan ini yang memiliki peraturan yang secara lengkap mencakup faktor-faktor

    risiko utama (pembatasan kecepatan, konsumsi alkohol saat mengemudi, penggunaan helm untuk pengguna

    kendaraan roda dua, penggunaan sabuk keselamatan dan pengaman untuk penumpang anak-anak), negara-

    negara SEAR harus segera menyempurnakan aturan yang ada untuk lebih komprehensif.

    Peraturan yang mengatur faktor-faktor risiko dari cidera kecelakaan lalu lintas harus ditegakkan

    dengan ketat

    Beberapa negara belum menegakkan peraturan dengan optimal. Untuk memaksimalkan capaian dari peraturan

    tentang keselamatan jalan, kesuksesan implementasi dari kebijakan dan penegakan hukum sangat penting dan

    mendasar. Ini membutuhkan sumber daya yang cukup dan didukung oleh political will yang kuat, juga motivasi

    untuk menarik perhatian masyarakat dan mendapatkan dukungan mereka.

    Kebijakan harus tersedia dan diimplementasikan untuk mendukung penggunaan moda

    kendaraan tak bermotor maupun transportasi umum, dan untuk memisahkan pengguna jalan

    rentan sebagai cara untuk melindungi mereka

    Pemerintah negara-negara SEAR diseyogyakan untuk berinvestasi dalam penyediaan sistem transportasi umum

    yang aman sebagai salah satu alternatif jalan keluar mengurangi dampak negatif dari pertumbuhan kendaraan

    bermotor. Pemerintah disarankan untuk mengadaptasi kebijakan yang berkesinambungan untuk

    mempromosikan bentuk-bentuk moda transportasi tak bermotor seperti berjalan kaki dan bersepeda.

    Membebaskan jalur pejalan kaki dari pedagang kaki lima dan membangun jalur sepeda yang terpisah dari lalu

    lintas kendaraan bermotor sangat penting untuk dilakukan sebagai bagian dari membangun sistem komuter

    alternatif yang berkesinambungan. Jalur kendaraan bermotor roda dua diperlukan untuk memisahkan motor

    dengan kendaraan-kendaraan berat.

    Lebih lanjut, promosi penggunaan transportasi umum yang aman dapat mengurangi jumlah kendaraan di jalan

    yang berarti juga mengurangi risiko terjadinya kecelakaan lalu lintas, mengurangi kemacetan dan perbaikan

    kualitas udara. Perhatian tambahan juga patut diberikan untuk perlindungan pengguna jalan rentan dimana

    berdampak terhadap hampir setengah dari total jumlah kematian di kawasan ini. Kebijakan dan implementasi

    untuk memisahkan pengguna jalan rentan sebagai upaya untuk melindungi mereka (jalur pejalan kaki, pesepeda

    dan kendaraan bermotor roda dua) harus segera diadaptasi.

    Penangan korban paska kecelakaan harus diperkuat

    Upaya dan akses untuk pre-hospital care dan pelayanan kegawatdaruratan medis masih sangat kurang di semua

    negara di kawasan ini. Semua negara angota SEAR diseyogyakan untuk membangun sistem kegawatdaruratan

    medis dan nomer telepon kegawatdaruratan nasional tunggal untuk pelayanan paska kecelakaan. Peningkatan

    kapasitas untuk para penyedia layanan kegawatdaruratan oleh institusi kesehatan terstandardisasi spesialistik

    kedaruratan medis untuk dokter dan perawat juga dibutuhkan.

    Standard keselamatan kendaraan harus ditingkatkan untuk melindungi penumpang

    Peraturan komprehensif untuk pencegahan kejadian kecelakaan lalu lintas harus diberlakukan dan

    diimplementasikan selayaknya untuk manufaktur, perakitan dan impor kendaraan bermotor. Negara-negara

    disarankan untuk menerapkan standard dan fitur keselamatan internasional (seperti NCAP, peraturan UN) dan

    fitur-fitur keselamatan ini harus dimonitor secara berkesinambungan.

  • 8Picture: Good and shaded footpath for pedestrians, Colombo, Sri Lanka

    Photo credit: Santjiarakul S

    For detailed information, please contact:

    Disability Injury Prevention and Rehabilitation Unit, Department of Sustainable Development & Healthy Environments (SDE),

    World Health Organization, Regional Office for South-East Asia, World Health House, Indraprastha Estate,

    Mahatma Gandhi Marg, New Delhi 110002, India.

    http://www.searo.who.int

    Sistem surveillans cidera harus diperkuat

    Data cidera kecelakaan lalu lintas harus diperkuat sebagai upaya penyedia data yang berkesinambungan.

    Kualitas dari sistem pengumpulan data berkaitan dengan korban cidera, tewas dan mengalami disabilitas

    sebagai dampak dari kecelakaan lalu lintas harus diperbaiki untuk dapat digunakan sebagai perencanaan

    kebijakan

    Strategi nasional harus memiliki target terukur untuk pencegahan cidera

    Kebanyakan strategi di wilayah ini tidak memiliki kebijakan dan implementasi turunannya dan target terukur.

    Tinjauan terhadap kebijakan harus dilakukan berkala untuk memasukkan target target yang dapat diukur untuk

    cidera fatal dan lima faktor risiko untuk memonitor kesuksesan kebijakan tersebut.

    Keselamatan jalan harus diintegrasikan dengan paket pelayanan kesehatan primer dan sistem

    kesehatan masyarakat

    Pencegahan terhadap cidera kecelakaan lalu lintas dan promosi keselamatan jalan harus diintegrasikan dengan

    program kesehatan masyarakat, juga pada paket dan kebijakan pelayanan kesehatan primer. Jejaring institusi

    nasional, akademisi dan individu-individu yang bergerak di bidang keselamatan jalan harus dibangun dan

    diperkuat, forum untuk berbagi pengalaman antar pegiat keselamatan jalan seyogyanya segera dibentuk.

    Penghargaan

    Kumpulan data ini disusun oleh Md.Nazmul Karim, Rania Saad bertugas untuk mengkoordinasikan pengumpulan

    data, dan Chamaiparn Santikarn memberikan masukan masukan berharga. terimakasih juga diberikan kepada

    Margie Peden, Tamitza Toroyan, Kacem Iaych, Kidist Bartolomeos dari WHO pusat untuk dukungan dan koordinasi

    terhadap proyek ini, analisis data, tinjauan dan komentar dan masukan untuk rancangan dokumen ini. terimakasih

    untuk kepala perwakilan dan penanggung jawab program ini di WHO perwakilan negara-negara dan koordinator

    pengumpulan data di tingkat nasional. terimakasih khusus diberikan kepada para responden dan perwakilan

    pemerintah yang menyetujui informasi yang diberiukan untuk penyususnan laopran dunia ini. "WHO

    mengungkapkan rasa terima kasih kepada Bloomberg Philanthropies untuk dukungan finansial untuk penyusunan

    dan publikasi Laporan Dunia untuk Keselamatan Jalan 2013 (tersedia di www.who.int/violence_injury_prevention

    /road_safety_status/2013) dan kumpulan data Region Asia Tenggara untuk Keselamatan Jalan 2013 (tersedia di

    http://www.searo.who.int/entity/disabilities_injury_ rehabilitation/topics/en/)

    Dialihbahasakan oleh Gde Yulian Yogadhita, dengan tim editor Kania Safitri, Dessy Guyanto, Nursila Dewi, Sharad

    Adhikary, dan Khanchit Limpakarnjanarat.

    Page 1Page 2Page 3Page 4Page 5Page 6Page 7Page 8