rmk no. 2 (pertemuan 3)

15
Statement of Authorship Saya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yangsaya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ ddigunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya. Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. Mata Kuliah : Audit Forensik Judul RMK/ Makalah/Tugas : Fraud Definitions, Models, and Taxonomies Tanggal : 10 Maret 2015 Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CA Kelompok 1 Nama : Fitriatul Aini N I M : 1202112902 Nama : Radhia Anissa NIM : 1202112953 Nama : Santa Ulina Sitorus NIM : 1202111837

Upload: santaulinasitorus

Post on 03-Oct-2015

32 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Statement of AuthorshipSaya/ kami yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa RMK/ makalah/ tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/ kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yangsaya/ kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.Materi ini tidak/ belum pernah disajikan/ ddigunakan sebagai bahan untuk makalah/ tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/ kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/ kami menggunakannya.Saya/ kami memahami bahwa tugas yang saya/ kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.Mata Kuliah: Audit ForensikJudul RMK/ Makalah/Tugas: Fraud Definitions, Models, and TaxonomiesTanggal: 10 Maret 2015Dosen : Dr. H. M. Rasuli, SE., M.Si., Akt., CA

Kelompok 1Nama : Fitriatul AiniN I M: 1202112902

Nama: Radhia AnissaNIM: 1202112953

Nama: Santa Ulina SitorusNIM: 1202111837

(Fitriatul Aini)(Radhia Anissa)(Santa Ulina Sitorus)

Fraud Definitions, Models, and Taxonomies

A. Pengertian Kecurangan (Fraud)Kecurangan atau fraud didefenisikan oleh G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist dan Joseph T. Wells (1993 : 3) sebagai berikut :Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver.Kecurangan adalah penipuan criminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara finansial.Albrecht (2012:6) mengemukakan dalam bukunya. Fraud Examination menyatakan bahwa:Fraud is a generic term, and embraces all the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted to by one individual, to get an advantage over another by false representations. No definite and invariable rule can be laid down as general proportion in defining fraud, as it include surprise, trickery, cunning and unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are those which limit humans knavery.Dari pengertian kecurangan (fraud) menurut Albrecht, kecurangan adalah istilah umum, dan mencakup semua cara dimana kecerdasan manusia dipaksakan dilakukan oleh satu individu untuk dapat menciptakan cara untuk mendapatkan suatu manfaat dari orang lain dari representasi yang salah. Tidak ada kepastian dan invariabel aturan dapat ditetapkan sebagai proporsi yang umum dalam mendefinisikan penipuan, karena mencakup kejutan, tipu daya, cara-cara licik dan tidak adil oleh yang lain adalah curang. Hanya batas-batas yang mendefinisikan itu adalah orang-orang yang membatasi kejujuran manusia.Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

B. Jenis-jenis Kecurangan (Fraud)The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi PemeriksaKecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidangpemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di Amerika Serikat danmempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan, mengklasifikasikan fraud(kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan dikenal dengan istilah Fraud Treeyaitu Sistem Klasifikasi Mengenai Hal-hal Yang Ditimbulkan Sama Oleh Kecurangan(Uniform Occupational Fraud Classification System) Dari bagan Uniform Occupational Fraud Classification System tersebut, The ACFE membagi Fraud (Kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan yaitu:1. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation);Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau hartaperusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudahdideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (definedvalue).2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement);Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat ataueksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisikeuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financialengineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperolehkeuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah window dressing.3. Korupsi (Corruption).Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga factor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisma). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery), penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic extortion).

Sedangkan Delf (2004) menambahkan satu lagi tipologi fraud yaitu cybercrime. Ini jenis fraud yang paling canggih dan dilakukan oleh pihak yang mempunyai keahlian khusus yang tidak selalu dimiliki oleh pihak lain. Cybercrime juga akan menjadi jenis fraud yang paling ditakuti di masa depan di mana teknologi berkembang dengan pesat dan canggih2. Selain itu, pengklasifikasian fraud (kecurangan) dapat dilakukan dilihat dari beberapa sisi, yaitu :1. Berdasarkan pencatatanKecurangan berupa pencurian aset dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori:i. Pencurian aset yang tampak secara terbuka pada buku, seperti duplikasipembayaran yang tercantum pada catatan akuntansi (fraud open on-thebooks, lebih mudah untuk ditemukan);ii. Pencurian aset yang tampak pada buku, namun tersembunyi diantara catatan akuntansi yang valid, seperti: kickback (fraud hidden on the-books);iii. Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi yang dibukukan, seperti: pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah dihapusbukukan/di-write-off (fraud off-the books, paling sulit untuk ditemukan).2. Berdasarkan frekuensiPengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya:i. Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak berulang, tindakan kecurangan walaupun terjadi beberapa kali pada dasarnya bersifat tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh adanya pelaku setiap saat (misal: pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan pembayaran cek yang tidak benar).ii. Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yangmenyimpang terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja.Selanjutnya kecurangan terjadi terus-menerus sampai dihentikan. Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang dihasilkan secara otomatis tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan cek terus berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya.3. Berdasarkan konspirasiKecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi, tidak terdapat konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan terjadi karena adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo. Dalam bonafide conspiracy, semua pihak sadar akan adanya kecurangan; sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-pihak yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.4. Berdasarkan keunikanKecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:i. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orangorang yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1) pengambilan aset yang disimpan deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiun, reksa dana (disebut juga custodial fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.ii. Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang mungkin hadapi dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga yang tidak benar, pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya, pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan pengiriman barang yang tidak benar. Faktor Pemicu Fraud (Kecurangan)4Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu: Greed (keserakahan) Opportunity (kesempatan) Need (kebutuhan) Exposure (pengungkapan)Faktor Greed dan Need merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor Opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor generik/umum).

C. Contoh-contoh FraudDi dalam tindakan korupsi terdapat contoh-contoh kecurangan yang berkaitan dengan konflik kepentingan, yaitu: 1. Bribery atau penyuapan merupakan tindakan pemberian atau penerimaan sesuatu yang bernilai dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan orang yang menerima. 2. Kickback merupakan salah satu bentuk penyuapan dimana penjual dengan ikhlas memberikan sebagain hasil penjualanya kembali ke pembeli. 3. Bid rigging adalah skema dimana karyawan membantu sebuah vendor untuk memenangkan suatu kontrak dengan perusahaan. 4. Illegal gratuities adalah pemberian atau hadiah yang merupakan bentuk terselubung dari penyuapan.

Dalam tindakan asset misappropriation atau pengambilan aset secara illegal terdapat berbagai 3 bentuk skema modus operandinya seperti yang digambarkan dalam fraud tree. Skema tersebut adalah: 1. Skimming, yaitu pencurian atau penjarahan uang sebelum uang tersebut secara fisik masuk ke perusahaan atau dicatat didalam pembukuan. 2. Larceny, yaitu pencurian atau penjarahan uang dimana uang tersebut secara fisik telah masuk ke perusahaan, hal ini berkaitan erat dengan lemahnya pengendalian internal suatu perusahaan. 3. Fraudulent disbursement, yaitu pencurian melalui pengeluaran yang tidak sah. Dan terbagi lagi dalam berbagai bentuk yaitu: a. Billing scheme, yaitu skema dengan menggunakan proses billing atau pembebanan tagihan sebagai sarananya. Pelaku mendirikan perusahaan bayangan (shell company) yang seolah-olah sebagai vendor perusahaan. b. Payroll scheme, yaitu skema permainan melalui pembayaran gaji. Dengan cara membuat karyawan fiktif (ghost employee) atau dalam pemalsuan jumlah gaji atau jumlah jam kerja. c. Expense reimbursement schemes, yaitu skema dengan pembayaran kembali biaya-biaya. Yaitu dengan cara menyamarkan jenis pengeluaran sehingga perusahaan mau mengganti biaya tersebut atas pengeluaran yang tidak diganti dan pengeluaran yang fiktif. d. Check tampering, yaitu skema permainan melalui pelmasuan cek. Hal yang dipalsukan bisa tanda tangan yang memiliki otoritas, atau endorsement-nya, atau nama kepada siapa cek dibayarkan. e. Register disibursement adalah pengeluaran yang sudah masuk dalam cash register. Yaitu dengan false refund yaitu, penggelapan dengan seolah-olah ada pelanggan yang mengembalikan barang dan perusahaan memberikan refund. Yang kedua adalah false void, hampir sama dengan false refund namun yang dipalsukan adalah pembatalan penjualan. f. Pass-through vendors, yaitu skema yang hampir sama dengan shell company, tetapi dalam skema ini vendor mengirimkan barang yang dipesan, tetapi harga yang dibayar terlalu tinggi. Pelaku membuat perusahaan semu untuk menipu karyawan agar membayar sejumlah barang atau jasa yang dipesan dan kelebihannya diambil untuk pelaku Jenis kecurangan fraudulent Statement berkenaan dengan penyajian laporan keuangan sangat menjadi perhatian auditor, masyarakat, atau para LSM, namun tidak menjadi perhatian akuntan forensik. Fraud dalam menyusun laporan keuangan dapat berupa salah saji ( misstatement baik overstatement maupun understatement).

Albrecht (2012:400) mengungkapkan jenis-jenis kecurangan yang berkaitan dengan penerimaan dan persediaan, sebagai berikut: 1. Related party transaction, yaitu perjanjian bisnis yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang telah memiliki hubungan sebelumnya, sehingga timbul konflik kepentingan. 2. Sham sales, yaitu berbagai jenis penjualan palsu. 3. Bill and hold sales, yaitu pemesanan atas barang yang masih disimpan oleh pemasok, kecurangan ini terjadi karena pembeli belum siap membeli barang tersebut. 4. Side agreements, adalah syarat dan perjanjian penjualan yang dibuat diluar dari ketentuan yang biasanya, hal ini menjadi kecurangan, ketika perjanjian tersebut merusak syarat dan ketentuan atas kontrak yang berjalan sehingga melanggar kriteria pengakuan pendapatan. 5. Consignment sales, transaksi dimana salah satu perusahaan menahan dan menjual barang yang dimiliki oleh perusahaan lain. 6. Channel stuffing, suatu praktik dimana pemasok membujuk konsumen untuk membeli ekstra peersediaan dan tidak melakukan pengungkapan. 7. Lapping or kiting, praktik dimana penerimaan kas disalah-gunakan untuk menyembunyikan penerimaan fiksi. 8. Redating or refreshing transaction, yaitu tindakan yang berhubungan dengan mengubah tanggal penjualan. 9. Liberal return policies, yaitu tindakan memperbolehkan customer untuk mengembalikan dan membatalkan penjualan di masa datang. 10. Partial shipment, adalah kecurangan yang melibatkan pencatatan penuh atas penjualan ketikan barang yang diterima hanya sebagian. 11. Improper cutoff, terjadi ketika suatu transaksi dicatat di periode yang salah. 12. Round tipping, kecurangan yang melibatkan penjualan aset yang tidak digunakan dan menjanjikan akan membeli aset yang sama atau sejenis dengan harga yang sama.

Albrecht (2012:447) juga mengungkapkan cara-cara untuk memanipulasi liabilities, sebagai berikut: 1. Understating account payable, yang dapat dilakukan dengan kombinasi dari tidak mencatat pembelian atau mencatat pembelian setelah akhir tahun, melebihkan retur pembelian atau diskon pembelian, dan membuat liabities seolah-olah telah dibayar atau dihapus. 2. Understating accrued liabilities, tidak melakukan pencatatan atas accrued liabities yang seharusnya dilakukan di akhir tahun. 3. Recognizing unearned revenue (liability) as earned revenue, perusahaan yang menerima pembayaran dimuka akan melakukan pencatatan atas penerimaan dan mengakui pendapatan daripada mengakui sebagai kewajiban. 4. Underrecording future obligation, tindakan menurunkan pencatatan kewajiban berupa garansi atau service. 5. Not recording or underrecording various type of debt, dapat berupa tindakan tidak mencatat atau merendahkan hutang kepada pihak ketiga, melakukan peminjaman tapi tidak dilakukan pengungkapan, tidak mencatat pinjaman yang terjadi, dan mengakui bahwa hutang yang ada telah dilupakan dan dihapus oleh kreditor.

Daftar Pustaka

Tommi W. Singleton, Aaron J. Singleton, G. Jack Bologna, Robert J. Lindquist. 2006. Fraud Auditing and Forensic Accounting. Third Edition, John Wiley & Sons, Inc.

Hopwood, Leiner, Young. 2008. Forensic Accounting. McGraw-Hill, Irwin.