rks umum

164
RENCANA KERJA DAN SYARAT-SYARAT TEKNIS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 1 Engineering,Survey, Environment 1.1 Nama Pekerjaan Nama pekerjaan untuk kegiatan ini adalah PTMP DAN DED TPA KABUPATEN BENER MERIAH. Nama pekerjaan ini sesuai dengan kontrak kerja antara PPK Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman NAD dengan CV. Indotama Adya Consultant. 1.2 Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan ini Desa Perumpakan Benjadi Kecamatan Mesidah Kabupaten Bener Meriah Provinsi Aceh. Lokasi ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bener Meriah. 1.3 Kewajiban Kontraktor. Kontraktor berkewajiban untuk mengerjakan item – item Pekerjaan seperti yang tertuang dalam kontrak kerja. Dalam kontrak terdapat gambar, RAB dan dokumendokumen lain seperti ketentuan yang berlaku. B B B A A A B B B I I I D D A A T T A A P P R R O O Y Y E E K K

Upload: dani-halim

Post on 26-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

umum

TRANSCRIPT

Page 1: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 1

Engineering,Survey, Environment

1.1 Nama Pekerjaan

Nama pekerjaan untuk kegiatan ini adalah PTMP DAN DED TPA KABUPATEN

BENER MERIAH. Nama pekerjaan ini sesuai dengan kontrak kerja antara PPK

Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman NAD dengan CV. Indotama

Adya Consultant.

1.2 Lokasi Pekerjaan

Lokasi pekerjaan ini Desa Perumpakan Benjadi Kecamatan Mesidah Kabupaten

Bener Meriah Provinsi Aceh. Lokasi ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bener

Meriah.

1.3 Kewajiban Kontraktor.

Kontraktor berkewajiban untuk mengerjakan item – item Pekerjaan seperti yang

tertuang dalam kontrak kerja. Dalam kontrak terdapat gambar, RAB dan

dokumen­dokumen lain seperti ketentuan yang berlaku.

BBBAAABBB III DDDAAATTTAAA PPPRRROOOYYYEEEKKK

Page 2: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 2

Engineering,Survey, Environment

2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )

1. Perjanjian yang tertuang dalam Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan

Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor untuk proyek seperti yang

disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam

Kontrak Kerja Fisik.

2. Seluruh item­item pekerjaan harus di laksanakan oleh Kontraktor sesuai ketentuan­

ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.

3. Mengajukan struktur organisasi pelaksana proyek kepada Owner yang didalamnya

tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal

seperti berikut atau sesuai yang diajukan:

a. Project manager;

b. Site Manager;

c. Quality Engineer;

d. Arsitek;

e. Supervisor Lapangan;

f. Surveyor;

g. Drafman;

h. Administrasi Proyek; dan

i. Operator Computer.

4. Personil dan tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai jumlahnya dengan bobot

pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan

Owner.

5. Personil dan tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi proyek

yang diajukan oleh Kontraktor harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam

kerja.

BBBAAABBB IIIIII KKKEEETTTEEENNNTTTUUUAAANNN UUUMMMUUUMMM PPPEEELLLAAAKKKSSSAAANNNAAAAAANNN

Page 3: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 3

Engineering,Survey, Environment

6. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh

Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu

lebih dari 3 hari.

7. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga

ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut

dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan

baik.

8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus

mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi

pekerjaan.

2.2 Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor

1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat dilakukan

dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan serta mendapat

persetujuan dari Owner.

2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di

dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai

pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan

kepada Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut

dengan yang lain, dan disetujui oleh Konsultan dan direksi dan Kontraktor

Pelaksana harus menjalankan yang instruksi tersebut.

3. Kontraktor tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya dengan cara

bvmenyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub

Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau persetujuan Owner.

4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor tidak dibenarkan

untuk men­sub­kan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa

persetujuan Owner..

5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan, maka Kontraktor

tetap bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahan­kesalahan

yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut

merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.

6. Sub Kontraktor adalah pihak­pihak yang mempunyai Kontrak Kerja langsung

dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian­

bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.

Page 4: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 4

Engineering,Survey, Environment

7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan

Sub Kontraktor.

2.3 Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop

Drawing) untuk pekerjaan­pekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk

pekerjaan­pekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar

Bestek.

2. Pekerjaan­pekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh Konsultan

Supervisi dalam masa konstruksi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop

Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas

persetujuan Konsultan supervisi.

2.4 Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar Revisi

dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set Shop Drawing, satu set

Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor

lapangan.

2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of

Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.

2.5 Buku Instruksi Dan Buku Tamu

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu

dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat yang

baik.

2. Buku Instruksi berisikan instruksi­instruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan oleh

Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.

3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan

jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.

Page 5: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 5

Engineering,Survey, Environment

4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus

diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor

Lapangan untuk dilaksanakan.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang

diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan

harus terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor

Pelaksana.

2.6 Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )

1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan

(Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan

sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.

2. Pekerjaan­pekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan, Kolam

Lindi, Kolam Landfill, Jalan Operasi, Saluran, Pos Jaga, Rumah Jaga, Kantor dan

pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.

3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi, dan Owner.

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah

disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner kepada Owner.

5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik

pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.

2.7 Rencana Waktu Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan

(time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner

sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak

Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana

waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan dan

Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan

keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan dan Owner.

Page 6: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 6

Engineering,Survey, Environment

4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian

pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan

Supervisi.

5. Konsultan berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan

mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan­

alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena

kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor

cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan

cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus

diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena

factor­factor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan

Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor

pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari

masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan

pekerjaan.

9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena

permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of

Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan

Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi, dan Owner lebih dari 3 hari kerja

harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.

10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang

disebabkan oleh hal­hal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan

point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali

ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Manajemen

dan Owner.

11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan

kepada Kontraktor Pelaksana karena alasan­alasan seperti yang disebutkan pada

point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Manajemen

Konstruksi dan Owner.

Page 7: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 7

Engineering,Survey, Environment

2.8 Request Material Dan Request Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material

bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan

dimasukan kelokasi pekerjaan.

2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh

material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap

sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh

material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.

5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan

Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus

dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.

6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)

untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.

7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request

Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

9. Item­item pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh

Konsultan Supervisi.

2.9 Metode Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap

keseluruhan pekerjaan yang memerlukanya.

2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode

Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 8: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 8

Engineering,Survey, Environment

2.10 Rencana Material Dan Peralatan

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan

yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada

Konsultan Supervisi.

2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan

mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi

pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan

mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan­

alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

2. 11 Rencana Tenaga Kerja

1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja

mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu

kepada Konsultan Supervisi.

2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan

oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga

kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan

alasan­alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.

2.12 Pekerjaan Diluar Jam Kerja

1. Pekerjaan­pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus

diketahui oleh Konsultan Supervisi.

2. Biaya­biaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk

pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang

dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.

Page 9: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 9

Engineering,Survey, Environment

2.13 Laporan Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan

laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan

pekerjaan.

2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh

Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan.

3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan

akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan

laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.

4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4

(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan

bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masing­masing Laporan harian,

laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan

Owner.

2.14 Surat Menyurat Dan Komunikasi

1. Segala surat­menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus

melalui dan ditujukan Konsultan Supervisi serta Owner.

2. Segala surat­menyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang

berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui

dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga Owner.

3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar

proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan. Kontraktor Pelaksana

tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan.

2.15 Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)

1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurang­kurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,

dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal

oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.

Page 10: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 10

Engineering,Survey, Environment

3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali

ditentukan lain oleh Owner.

4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurang­kurangnya 1 (satu) kali

setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal

oleh Supervisor lapangan.

6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali

ditentukan lain oleh Owner.

2.16 Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan

1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki

lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempat­tempat lain dimana Kontraktor

Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.

2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempat­tempat lain yang dilakukan oleh Sub

Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor

Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya

mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempat­tempat lain

kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.

3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung

dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu

perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal­

hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan

Kontrak Kerja.

4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi

secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan

oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan hal­hal yang tidak

sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.

2.17 Progress Payment

1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner maka Hasil

Pekerjaan Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.

Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress Realisasi

Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.

Page 11: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 11

Engineering,Survey, Environment

2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan atau Owner

dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan

Supervisi.

3. Konsultan atau Owner dapat menunda atau membatalkan Progress Payment

Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan sendiri atau

laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaan­pekerjaan

yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.

4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah

disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.

2.18 Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat

1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan

pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat

sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai

100%.

2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara

Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap

Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana,

Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat

yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.

4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan

Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi

dan Owner.

5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan

Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan

biaya sendiri.

6. Kesalahan­kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap

pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk

memperbaiki dengan biaya sendiri.

7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena

lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar

Page 12: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 12

Engineering,Survey, Environment

perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana untuk memperbaikinya.

8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebab­sebab lain tanpa

ada unsur­unsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan

bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk

memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk

memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.

10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

2.19 Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan

1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100% yang

diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Manajemen

Konstruksi, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama­sama

menandatangani Berita Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain

oleh Owner.

2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan klaim

progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan Supervisi,

Kontraktor Pelaksana dan Owner bersama­sama melakukan Pemeriksaan

Lapangan.

3. Pekerjaan­pekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas maupun

kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan dalam Pemeriksaan

Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya

sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam

Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.

4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan Buku Petunjuk

Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana,

Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama

ditandatangani.

5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi

perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan Asbuilt Drawing yang

Page 13: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 13

Engineering,Survey, Environment

telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan

penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO).

6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikan­perbaikan

dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi

tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima

Kedua (FHO) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada Owner.

2.20 Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan

1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya boleh

dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner (Pemberi Tugas) dengan

Pemilik/Bangunan ditanda tangani.

2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan

memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan masih

dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner.

3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Owner dan

Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan Owner dan Kontraktor

Pelaksana.

4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya

sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan bangunan oleh

Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan Owner.

2.21 Penanggung Jawab Pengawasan

1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa

Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam

BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja

Konsultan Supervisi.

2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam

Permen PU Nomor : 45//M/2007 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau

menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak

Kerja konsultan Supervisi.

3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan

proyek kepada Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli

Page 14: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 14

Engineering,Survey, Environment

Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut atau seperti yang

diajukan :

a. Site Enggineer/Leader;

b. Chief Inspector;

c. Inspector;

d. Quantity Surveyor;

e. Quality Engineer;

f. Tenaga Administrasi; dan

g. Operator Computer.

4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan

lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi

pekerjaan minimal selama jam kerja.

5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan

proyek yang telah disetujui oleh Konsultan dan Owner kepada Kontraktor

Pelaksana.

6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan

pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan

Owner.

7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan

jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.

8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan dan Owner untuk

pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika

tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan

tugasnya dengan baik.

9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus

mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.

10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan

kepada Konsultan dan diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut

pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.

11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil

diskusi dan konsultasi dengan Konsultan dan Owner.

Page 15: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 15

Engineering,Survey, Environment

2.22 Instruksi Konsultan Supervisi

1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau

perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan.

2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk

tulisan.

3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh

Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasan­alasan yang jelas dan sesuai

dengan Spesifikasi Teknis.

4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa hal­hal seperti disebutkan dibawah

ini :

5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi

konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau hal­hal lain yang

menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.

6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan

Spesifikasi Teknis.

7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor Pelaksana yang

dianggap kurang mampu.

8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk

mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.

9. Perintah untuk melakukan perubahan­perubahan pada metode pelaksanaan

Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi

kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.

2.23 Perubahan­Perubahan Disain Dan Perbedaan­Perbedaan

1. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner

berhak mengadakan perubahan­perubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis

dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan

pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan

Konsultan Supervisi.

3. Perubahan­perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus

disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.

Page 16: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 16

Engineering,Survey, Environment

4. Perubahan­perubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan

oleh Konsultan Supervisi dan Owner yang disampaikan secara lisan atau tidak

tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena

melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

5. Perubahan­perubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh

menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya

pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak

Kerja atau oleh Owner.

6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar

Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Kontraktor diketahui oleh Konsultan

dan disetujui oleh Owner.

7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan

dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.

8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar

Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan

mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada

Konsultan untuk tindakan selanjutnya.

9. Konsultan dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana yang harus

dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill

of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.

10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Manajemen

Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill

of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :

a. Kontrak Kerja;

b. Bill of Quantity;

c. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan

d. Spesifikasi Teknis.

2.24 Struktur Organisasi Proyek

1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan dengan persetujuan Owner.

2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan

antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.

Page 17: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 17

Engineering,Survey, Environment

3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti oleh

semua pihak yang terlibat dalam proyek.

4. Perubahan­perubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera diberitahukan

secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek.

5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada posisi

yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan

Kantor Kontraktor Pelaksana.

2.25 Ketentuan Lain

1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor Pelaksana

dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.

2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus

dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal tersebut tidak

disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam

Kontrak Kerja atau oleh Konsultan dengan Persetujuan Owner.

3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan

aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang

terdapat dalam Kontrak Kerja.

4. Hal­hal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan

kemudian oleh Konsultan bersama dengan Konsultan Perencana dengan

persetujuan Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu

ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Hal­hal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan tersebut harus tetap mengacu

pada Kontrak Kerja yang telah ada.

6. Konsultan dengan persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau

sebagian kecil aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Kontraktor

Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.

Page 18: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 18

Engineering,Survey, Environment

3.1 Uraian Mobilisasi

Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada

jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian­

bagian lain dari Dokumen Kontrak, secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :

1. Penyewaan dan pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp

Kontraktor Pelaksana.

2. Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja yang diperlukan

untuk penyelesaian pekerjaan.

3. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan Daftar Peralatan yang

tercantum dalam Penawaran.

4. Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika diperlukan

Kantor Lapangan , Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja, Bengkel Kerja, Gudang dan

sebagainya.

3.2 Periode Mobilisasi

1. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai

dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail Mobilisasi

kepada Konsultan Supervisi, Konsultan manajemen dan Owner maksimal 7 hari

terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.

3.3 Demobilisasi

1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk

pemindahan semua Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana

dari Tanah Milik Pemerintah serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi

kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

BBBAAABBB IIIIIIIII MMMOOOBBBIIILLLIIISSSAAASSSIII DDDAAANNN DDDEEEMMMOOOBBBIIILLLIIISSSAAASSSIII

Page 19: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 19

Engineering,Survey, Environment

4.1 Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi

1. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi adalah bangunan yang

dibangun oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan/mendukung aktifitas pada

masa konstruksi seperti :

a. Kantor Pelaksana;

b. Kantor Konsultan;

c. Barak Pekerja;

d. Bengkel Kerja;

e. Gudang Material;

f. Pos Penjaga Keamanan Lokasi proyek;

g. Sarana Ibadah;

h. Air Bersih & Listrik Proyek;

i. Jaringan Komunikasi/Telpon Proyek;

j. Pagar Pengaman Lokasi Pekerjaan;

k. Lampu Penerangan;

l. Papan Nama Proyek;

m. Toilet & Kamar Mandi;

n. Dan Lain – Lain.

2. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi seperti yang disebutkan

diatas adalah milik Owner/Pengguna Bangunan jika biaya pembuatannya

disebutkan dalam Bill of Quantity.

3. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi yang biaya pembuatanya

tidak disebutkan dalam Bill of Quantity adalah milik Kontraktor Pelaksana.

4. Hasil Bongkaran Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi yang

dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus dikembalikan kepada Owner/Pengguna

Bangunan sesuai ketentuan point 2 dan 4.

BBBAAABBB IIIVVV PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN PPPEEERRRSSSIIIAAAPPPAAANNN

Page 20: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 20

Engineering,Survey, Environment

5. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi harus ada dan dikerjakan

oleh Kontraktor Pelaksana pada lokasi proyek walaupun tidak disebutkan dalam Bill

of Quant

4.2 Papan Nama Proyek

1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat

tentang identitas proyek.

2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali

ditentukan lain oleh Owner.

3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik

sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar

papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan

tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali

untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.

5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi

Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Supervisi.

6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai

proyek, dan waktu penyelesaian proyek.

4.3 Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor konsultan

Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional supervisi.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Supervisi (Direksi

Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.

4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

6. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan

penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

7. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3

Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

Page 21: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 21

Engineering,Survey, Environment

8. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai

Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balok­balok

lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

9. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu

ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek

tebal 6 mm.

10. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas

harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

12. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :

a. Meja Kerja : 3 Buah

b. Kursi Kerja : 6 buah

c. Papan Tulis : 1 Buah

d. Rak Arsip : 1 Buah

e. Meja Rapat : 1 Buah

f. Kursi Rapat : 6 Buah

g. Air Minum

13. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana

dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dengan

dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

4.4. Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor Lapangan untuk

keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.

4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan

penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.

6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2

Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

Page 22: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 22

Engineering,Survey, Environment

7. Apabila Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka

lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak

balok­balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding

kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas

harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :

a. Meja Kerja : 3 Buah

b. Kursi Kerja : 6 buah

c. Papan Tulis : 1 Buah

d. Rak Arsip : 1 Buah

e. Meja Rapat : 1 Buah

f. Kursi Rapat : 6 Buah

g. Air Minum

12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana

dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu

dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

4.5 Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC

untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para

pekerjan dan buruh.

2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada

dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.

4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus dibuat

terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.

5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan

lama.

6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1

Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

Page 23: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 23

Engineering,Survey, Environment

7. Dinding Kamar Mandi dan WC tinggi 1.00 meter dari lantai dibuat dari pasangan

batu bata dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan

ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.

8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas

harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak

tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga

harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.

11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor

Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada

terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.

4.6 Gudang Penyimpanan Material

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang penyimpanan

material untuk melindungi material yang tidak segera dipakai.

2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang

Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.

4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran

bangunan lama.

5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan

campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan

acian beton.

6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benar­benar

terlindung dari rembesan air.

7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan

panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran

2.5/25 cm dengan jarak balok­balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu

dengan kelas II.

8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan

rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat

dari bahan multiplek tebal 6 mm.

9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

Page 24: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 24

Engineering,Survey, Environment

10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas

harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara

Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan

Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang

sedang dikerjakan.

12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan

kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.

4.7 Barak Pekerja

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk

keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.

2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak

Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi

pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.

4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari­

hari para pekerja.

5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps :

3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai

Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak

balok­balok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.

8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu

ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek

tebal 6 mm.

9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

10. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana

dengan Konsultan Supervisi. Dan tidak berada dalam lokasi pekerjaan.

Page 25: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 25

Engineering,Survey, Environment

4.8 Bengkel Kerja / Pabrikasi

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau

tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan

baja profil dan baja tulangan.

2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan

Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.

3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masing­masing pekerjaan pabrikasi

adalah 40 m2.

4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.

5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.

6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan

lain oleh Konsultan Supervisi.

4.9 Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk untuk

keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan

dan buruh.

2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.

3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran

bangunan lama.

4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai papan

ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran 5/10 dengan

jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.

5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran

5/10 cm dari kayu kelas II.

6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan campuran 1

Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.

7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.

8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas

harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.

Page 26: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 26

Engineering,Survey, Environment

4.10 Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara

1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan

Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan

untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan­pekerjaan konstruksi.

2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air Bersih dan

Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan

Supervisi dan Owner.

4.11 Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk

semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang berkunjung

kelokasi pekerjaan.

2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alat­alat seperti berikut ini :

1. Helm Pelindung Kepala;

2. Sepatu untuk melindungi kaki;

3. Pemadam Kebakaran; dan

4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.

3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan

pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil segala

tindakan guna kepentingan si korban.

4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan

dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.

5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab

Kontraktor pelaksana adalah :

a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;

b. Personil Konsultan Supervisi.;

c. Owner dan para wakilnya;

d. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan

e. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan

Kontraktor Pelaksana.

Page 27: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 27

Engineering,Survey, Environment

4.12 Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan

1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga

keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang

bekerja selama 24 jam.

2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya

ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam

lokasi pekerjaan.

Page 28: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 28

Engineering,Survey, Environment

5.1 Pembersihan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu

yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil

bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal

minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah

yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus atau

muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar

Bestek.

4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai

sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material

bangunan.

5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan

humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari

lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.

6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh

berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.

5.2 Rekayasa Lapangan / Review Disain

1. Rekayasa Lapangan / Review Disain adalah sesuai dengan aturan yang ada dalam

Kontrak Kerja.

2. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja maka Rekayasa Lapangan / Review Disain

adalah dengan persetujuan Owner dan sifat Kontrak Kerja mengizinkan untuk itu.

BBBAAABBB VVV PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN PPPEEEMMMBBBEEERRRSSSIIIHHHAAANNN DDDAAANNN

PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN AAAWWWAAALLL

Page 29: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 29

Engineering,Survey, Environment

3. Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Kontraktor Pelaksana harus

mengerahkan Personil Teknik untuk melakukan survey Lapangan dan membuat

Laporan untuk keperluan Rekayasa Lapangan / Review Disain.

5.3 Penebangan & Pencabutan Pohon Existing

1. Penebangan dan pencabutan pohon Existing baik dari segi jumlah serta jenis

pohonnya harus sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Jika dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity tidak disebutkan jumlah dan jenis

pohon existing yang akan dicabut, maka jumlah dan jenis pohon existing yang akan

dicabut ditentukan oleh Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan

Perencana dan Owner.

3. Pekerjaan penebangan dan pencabutan pohon tidak boleh merusak pohon serta

bangunan disekitarnya.

4. Jika pohon yang dicabut harus ditanam kembali, maka Kontraktor Pelaksana harus

menjamin bahwa pohon tersebut setelah dicabut dapat ditanam kembali dan hidup

dengan baik minimal selama 2 bulan perawatan.

5. Pohon yang ditebang atau dicabut tidak untuk ditanam kembali maka Kontraktor

Pelaksana harus segera mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan.

6. Sampah atau kotoran hasil pekerjaan penebangan dan pencabutan adalah

tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk membersihkannya.

5.4 Pembentukan Elevasi Tanah Existing (Cut & Fill)

1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Shop Drawing untuk pekerjaan ini

dengan mengacu pada Gambar Bestek.

2. Pembentukan Elevasi tanah existing harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga

tidak terjadi genangan air pada permukaan tanah rencana dan berat tidak merusak

pohon dan bangunan disekitarnya.

.

5.5. Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan

kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay

Out bangunan pada Gambar Bestek.

Page 30: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 30

Engineering,Survey, Environment

2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus diketahui

dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner dan

Pemilik Bangunan.

3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus

menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.

4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti

akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas­

batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan

dilapangan dengan memasang patok­patok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm

yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat

minyak.

5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang

ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasan­alasan kondisi lahan existing yang

berubah dan alasan­alasan teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau

Konsultan Supervisi.

7. Perubahan­perubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau

berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Perencana,

Konsultan Supervisi dan Owner.

8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan

disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.

5.6 Pemasangan Bouwplank

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan

tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank dan Ground

Resevoir.

2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun

minimal 1 m dan maksimal 2 m.

3. Bouwplank dibuat dari tiang­tiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah

minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk

keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm

yang dipaku pada tiang­tiang kayu 5/7 cm.

4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan

yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum

struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.

Page 31: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 31

Engineering,Survey, Environment

5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.

6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

5.7 Pembersihan Akhir

1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan

bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.

2. Kontraktor Pelaksana juga harus mengembalikan bagian­bagian dari tempat kerja

yang tidak diperuntukan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.

Page 32: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 32

Engineering,Survey, Environment

6.1 Sanitasi

1. Kontraktor Pelaksana Wajib menyediakan toilet sementara untuk para pekerjanya

di lapangan.

2. Kontraktor Pelaksana bertangung jawab terhadap pengosongan dan pembersihan

toilet dan lumpurnya yang diindetifikasikan dan diusulkan oleh Dinas Kebersihan

Dan Pertamanan Kota/Kabupaten.

3. Kontraktor Pelaksana harus membongkar toilet sementara tersebut setelah proses

pembangunan dan konstruksi selesai dan membersihkan lahannya sesuai

kebutuhan.

6.2 Limbah Cair

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan lokasi yang aman untuk menyimpan

limbah padat (solid waste).

2. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan

buangan yang ditinggalkan selama proses konstruksi, termasuk membersihkan

kertas plastic, kertas bekas semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung

barang, minimal sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah

ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.

3. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan

buangan lain yang ditinggalkan oleh staf Kontraktor selama proses konstruksi.

4. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab dalam mengatur pengangkutan dan

buangan akhir dari limbah padat tidak beracun pada tempat pembuangan akhir

yang sudah ditunjuk oleh pemerintah kota/kabupaten.

5. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab untuk menyimpan limbah

berbahaya pada tempat yang aman, pada lokasi kerja.

BBBAAABBB VVVIII IIISSSUUU LLLIIINNNGGGKKKUUUNNNGGGAAANNN

Page 33: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 33

Engineering,Survey, Environment

6. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap pembuangan akhir

limbah berbahaya, terutama berhubungan dengan pemerintah kota/kabupaten,

Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

7. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemisahan benda­benda tak

berguna dari lokasi kerja, setelah pekerjaan selesai.

6.3 Air Bersih

1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kebutuhan air bersih untuk proses

konstruksi.

2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa penyedian air untuk kebutuhan

sanitasi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam gedung kerja.

3. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab untuk menjamin bahwa aliran air

dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari lingkungan sekitar.

6.4 Polusi Udara

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan langkah pengukuran yang memadai, seperti

penyemprotan air ke lokasi kerja dan jalan, minimasi pencemaran dari debu.

2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa kenderaan dan peralatan proyek

dipelihara dengan baik, mengikuti standard emisi.

6.5 Polusi Suara

1. Kontraktor Pelaksana harus mengatur jam kerja sehingga kemungkinan bising yang

ditimbulkan tidak menggangu masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.

2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan koordinasi dengan Geuchik setempat

bilamana ada perubahan waktu kerja.

Page 34: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 34

Engineering,Survey, Environment

7.1 Ruang Lingkup

1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua percobaan­

percobaan dan pengujian­pengujian terhadap material bangunan serta

pemeriksaan­pemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor Pelaksana.

2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam

Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana

berikut ini :

a. Pemeriksaan Kualitas Material Timbunan, kerikil, geomembrane, geotextile;

b. Pemeriksaan Kualitas Beton K,125, K­175, K­250; dan

c. Pemeriksaaan­Pemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta Konsultan

Supervisi dan Owner.

3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya

sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan cara­cara yang disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus

diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, serta Owner.

5. Pekerjaan Quality Kontrol yang tidak dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi

tidak diakui serta tidak bisa dijadikan dasar untuk Pembayaran Kemajuan

Pekerjaan.

6. Komponen­Komponen bangunan/struktur yang gagal dalam pemeriksaan kualitas

bedasarkan laporan Laboratorium dan Konsultan Supervisi, maka komponen­

komponen bangunan/struktur tersebut dengan biaya sendiri harus dibongkar oleh

Kontraktor Pelaksana dan digantikan dengan yang baru.

BBBAAABBB VVVIIIIII QQQUUUAAALLLIIITTTYYY CCCOOONNNTTTRRROOOLLL

Page 35: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 35

Engineering,Survey, Environment

7.2 Biaya Quality Kontrol

1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang

disebutkan dalam 1.1 Ruang Lingkup adalah menjadi tanggungan dan dibebankan

kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.

2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi, Konsultan

Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality Kontrol menjadi

tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

Page 36: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 36

Engineering,Survey, Environment

8.1 Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan

lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil

Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of

Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun

maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk

mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat

Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang

diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya

sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar­akar tumbuhan lama atau puing­puing

bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali

denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan

jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak

menggangu pekerjaan konstruksi.

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum

pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

BBBAAABBB VVVIIIIIIIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN KKKOOOLLLAAAMMM LLLAAANNNDDDFFFIIILLLLLL

Page 37: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 37

Engineering,Survey, Environment

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah

disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8.2 Perpipaan Air Lindi

1. Pipa yang digunakan berbahan polimer sintetis HDPE

2. Ukuran pipa sesuai dengan gambar bestek.

3. Pipa dilubangi pada bagian atas untuk memberi ruang air lindi masuk ke pipa.

4. Pipa dipasang pada kedalaman seperti gambar bestek.

5. Aksesories yang digunakan sesuai dengan kebutuhan

6. Pada setiap batang pipa harus jelas terlihat merek dan kelas tekan pipa

8.3 Bahan Pipa dan Fitting

1. Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum

dalam dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa pipa yang ditawarkan mempunyai

kualitas keseluruhan yang sekurang­kurangnya sama dengan apa yang tercantum

dalam dokumen lelang ini.

2. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum

dalam dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambar­gambar

detail junction (gambar detail penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan

spesifikasi dari tiap material yang ditawarkan.

3. Tekanan kerja pipa minimal 100 m kolom air atau 10 kg/cm2

(SNI 06­0084­1987

dan SNI 03­6419­2000) dan tekanan pengujian minimal 2 (dua) kali tekanan kerja

pipa.

4. Sambungan, kecuali ditentukan lain sambungan harus dari jenis push­on rubber

ring. Pipa tersebut harus mempunyai bell pada satu ujungnya dan polos pada ujung

yang lain dibavel dengan sudut kurang dari 15 derajat. Pipa harus diberi tanda garis

petunjuk pemasangan pada permukaan luarnya.

Page 38: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 38

Engineering,Survey, Environment

8.4 Pekerjaan Lapisan Proteksi Lindi/Lining Protection

Persyaratan Bahan

1. Geomembrane terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Polyetylene (HDPE)

yang berkwalitas tinggi yang segar dan murni (bukan dari bahan daur ulang), yaitu

sekitar 97,5 % dan 2,5 % bahan carbon hitam tanpa menggunakan bahan tambahan,

anti oxidant dan heat stabilizer, kwalitas dari polimer terpakai harus bersertifikasi

dari pabrik dan dirancang khusus untuk aplikasi geomembrane.

2. Geomembrane yang digunakan harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh

bahan­bahan kimia yang ada dalam limbah dan terhadap pengaruh mikro biologis

lainnya.

3. Geomembrane harus mempunyai kwalitas karakteristik dan sifat­sifat kekedapan

yang tinggi yang ditandai dengan nilai permeabilitas yang sangat kecil.

4. Setiap roll geomembrane yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai

tingkat/kelas dan tanda produksi yang tertera jelas pada setiap rollnya untuk

maksud pemeriksaan visual.

5. Tebal minimal 1,5 mm dengan permukaan rata dengan ketebalan sama dan

memenuhi standar GRI GM 13.

Pelaksanaan :

1. Geomembrane yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan dilindungi dari hal­hal

yang dapat merusak geomembrane dari pengaruh sinar matahari secara langsung.

2. Geomembrane dipasang sesuai rekomendasi/petunjuk yang dikelurkan pabrik,

harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana atau

atas petunjuk engineer.

3. Sebelum geomembrane digelar/hamparkan. Permukaan tanah harus sudah bersih,

dari material­material yang dapat merusak geomembrane, dan permukaan juga

harus sudah rata.

4. Penyambungan geomemebrane harus dilakukan dengan benar guna tidak terjadi

kebocoran, pada setiap penyambungan dilakukan pemeriksaan dan pengetesan.

5. Bila pada saat pengetesan ditemukan kebocoran maka harus dilakukan penambalan

atau dilakukan pembongkaran dan dipasang material yang lain.

6. Material yang telah dibongkar tidak boleh digunakan lagi.

Page 39: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 39

Engineering,Survey, Environment

8.5 Pekerjaan Lapisan Geotextile

Persyaratan Bahan

1. Geotextile harus terbuat dari jenis non woven (nir anyam) mempunyai berat 325

gr/m², terdiri dari serabut menerus (geotekstil dari serat pendek/staple fiber tidak

disarankan) dengan polimer polypropylene yang diproduksi dengan teknik needle

punched (sistem penyatuan dengan cara dipanaskan/heat bonded tidak dapat

diterima).

2. Kualitas dari polimer yang dipakai harus bersertifikasi dari pabrik, dengan komposisi

PP± 92%, PET ±5%, PA ±2 % dan PE ±1 %. Tahan terhadap asam, alkali dan zat kimia

di dalam rentang pH 2 – 13, dan tidak mengalami hidrolis pada kondisi iklim tropis.

3. PP dan PE adalah polyolefins mempunyai kerapatan kurang dari 1.000 kg/m³.

4. Geotextile woven (anyam) mempunyai berat 200 gr/m².

5. Geotextile harus dapat menyaring secara efektif tanah berbutir halus dan harus

mempunyai permeabilitas yang tinggi termasuk pada aliran turbulen.

6. Geotextile harus mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga memiliki

ketahanan terhadap kerusakan saat pelaksanaan.

7. Setiap rol geotextile yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai tanda produksi

dan pernyataan tipe yang jelas pada pembungkus luar maupun sepanjang lembaran

dengan panjang interval tertentu untuk maksud pemeriksaan visual.

Pelaksanaan

1. Geotextile yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk melindungi

material tersebut terutama dari sinar matahari. Penyimpanan dan pemasangan

gulungan geotextile tersebut tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik.

2. Geotextile dipasang sesuai dengan rekomendasi/petunjuk yang dikeluarkan pabrik,

dan harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana

atau petunjuk Konsultan Supervisi.

3. Permukaan tanah tempat geotextile akan digelar, haruslah bersih dari benda­benda

pengrusak seperti akar pohon dan lain­lain yang menimbulkan kerusakan pada

geotextile. Tanah di bawah tempat geotextile akan di gelar harus diusahakan

kepadatannya seragam dan pada permukaan yang rata atau atas persetujuan

Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan geotextile dengan overlap harus tepat, baik lebar maupun posisinya

agar geotextile dapat berfungsi selama waktu pelaksanaan dan selama umur

Page 40: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 40

Engineering,Survey, Environment

rencana dari struktur. Alternatif lain dari overlap dapat dilakukan dengan cara

menjahit dengan menggunakan mesin jahit ketik ganda portabel.

5. Penyambungan geotextile dengan cara menjahit harus dengan jahitan ganda,

dengan jarak 50 mm sampai dengan 100 mm dari tepi lembaran geotextile yang

disambung. Sambungan diusahakan sesedikit mungkin dan harus dengan

persetujuan dari Konsultan Supervisi.

6. Penempatan lapisan batu pelindung atau konstruksi lain setelah penggelaran

geotextile harus dilakukan dengan baik sehingga geotextile tidak mengalami beban

melebihi tegangan izinnya. Kerusakan geotextile selama penempatan lapisan batu

pelindung atau konstruksi harus diperbaiki atas petunjuk Konsultan Supervisi.

7. Geotextile non woven dipasang diatas geomembran.

8. Geotextile woven dipasang dipasang dibawah tanah timbun pilihan.

8.6 Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti

yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan

persyaratan Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, SII 0013­8, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam standar PB.1989:3.2­81 atau ASTM C­150 dan

produksi dari satu merk.

5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk

mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur

dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus

segera dikeluarkan dari proyek.

6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai

menurut ASTM C­33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih

maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami

pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los

Angeles Abration’ (LAA).

Page 41: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 41

Engineering,Survey, Environment

9. Bahan harus bersih dari zat­zat organik, zat­zat reaktif alkali atau substansi yang

merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik

10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari

pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat­zat alkali dan tidak

mengandung lebih dari 50% substansi­substansi yang merusak beton.

11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel­

partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.

12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam

serta zat­zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan

tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan

percobaan­percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan

pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang

berwenang terhadap kubus­kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus

dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang

air.

16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

8.7 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Modulus halus butir 1,5 sampai 4,8 mm

2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 1 %.

3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga

maksimum 5 %.

4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12

%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.

5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai

Na2O lebih besar daro 0,6 %.

6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebi dari 20 %.

7. Kekerasan agregat harus memenuhi SII.0052­80

Page 42: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 42

Engineering,Survey, Environment

8. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

9. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

10. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

11. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

12. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

13. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

SK.SNI­T­15­1990­03.

b. Kerikil Beton

1. Modulus halus butir lebih besar 4,8 mm

2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 1 %.

3. Kadar bagian yang lemah jika diuji denga goresan batang tembaga maksimum

5 %.

4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12

%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%.

5. Tidak bersifat rekatif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai

Na2O lebih besar 0,6 %.

6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih besar dari 20%.

7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat SII­0052­80.

8. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

SK.SNI­T­15­1990­03.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Page 43: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 43

Engineering,Survey, Environment

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

8. Kwalitas semen memenuhi standar SII­0013­81.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

4. Disarankan air yang digunakan memenuhi standar air minum.

5. Ion klorida yang terkandung dalam air disesuaikan dengan jenis beton, beton

pra tekan maksimal 0.06%, beton bertulang yang selamanya berhubungan

dengan klorida 0.15 %, beton bertulang yang selamnya kering 1 %, dan

konstruksi beton lainnya 0.30 %.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

Page 44: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 44

Engineering,Survey, Environment

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah

yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila

kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi

berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan

dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan

warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus

dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak

diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan

Page 45: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 45

Engineering,Survey, Environment

penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus bersih

dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian yang akan

ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk instalasi listrik,

plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan

kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut harus

disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton yang

direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah

terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus

dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan

penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan

tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang

penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban­

beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,

kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton

dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould

release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus

berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi

daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat

lantai/atap/tangga 21 hari

Page 46: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 46

Engineering,Survey, Environment

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang

tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan

atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan

sebelum pengurukan dilakukan.

8.8 Timbunan

Persyaratan Bahan

a. Timbunan biasa

1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus harus terdir dari

bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh pengawas

dilapangan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam

pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam spesifikasi ini

2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,

yang diklasifikasikan sebagai A­7­6 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH

menurut ”Unified atau Cassagrande Soil Classification System”. Bila

penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan

tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasr dari timbunan atau pada

penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan

geser yang tinggi. Sebagai tambahan, timbunan ini bila diuji dengan SNI 03­

1744­1989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4

hari bila dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang

ditentukan oleh SNI 03­1742­1989.

b. Timbunan pilihan

1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari

bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan , bila diuji sesuai dengan

SNI 03­1744­1989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %

setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering

maksimum sesuai dengan SNI 03­1742­1989.

2. Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir

bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.

Page 47: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 47

Engineering,Survey, Environment

3. Bahan timbunan pilihan yangdigunakan pada lereng atau pekerjaan stabilitas

timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup.

bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan

pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik

atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah, jenis bahan yang

dipilih, dan di setujui akan bergantung pada kecuraman dari lereng yang akan

dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

Pelaksanaan

a. Penyiapan tempat kerja

1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang

tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan konsultan ayau

owner.

2. Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggembunran dan

pengeringan atau pembasahan bila diperlukan sampai 15 cm bagian

permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk

timbunan yang ditempatkan diatasnya.

3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di

atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus

dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan

peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti

timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.

b. Penghamparan timbunan

1 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar

dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi

tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu

lapis, lapisan­lapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga tebalnya

sama.

2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke

permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan,

terutama selama musim hujan.

3. Timbunan di atas atau pada selimut psir atau bahan drainase porous, harus

diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.

Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah

yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan

Page 48: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 48

Engineering,Survey, Environment

sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian

timbunan dan drainase porous dilaksanakan.

4. Penimbunan kembali diatas pipa dan di belakang strukur harus dilaksanakan

dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa

atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali diperlukan waktu

perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada

sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan

pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortal gravity. Sebelum

penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan

batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan

tidak kurang dari 14 hari.

5. Bilamana timbunan yang dihamparkan pada lokasi lereng timbunan lama,

maka harus dipersiapkan dengan membuang seluruh tumbuhan yang

terdapat pada permukaan tanah tersebut dan dibuat bertangga sehingga

timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai

diterima oleh pengawas di lapangan. Selanjutnya timbunan timbunan

dihamparkan lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar.

c. Pemadatan Timbunan

1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus

dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai disetujui Konsultan

Supervisi sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.

2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air

bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di

atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar

air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah

dipadatkan sesuai dengan SNI 03­1742­1989.

3. Seluruh timbunanbatu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal

20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih

besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga­rongga batu pada bagian atas

timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai

mencapai kepadatan timbunan tanah.

4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang telah

ditentukan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Konsultan Supervisi

sebelum lapisan berikutnya dihampar.

Page 49: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 49

Engineering,Survey, Environment

5. Timbunan harus dipadatkan sedemikian rupa sehingga akan menerima

jumlah usaha pemadatan yang sama . Bilamana memungkinkan lalu lintas dan

alat­alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan, sehingga

dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lau lintas tersebut.

6. Bilamana bahan timbunan dihampar pada bagian perpipaan atau drainase

beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar

timbunan selalu mempunyai elevasi yang sama.

7. Bilamana bahan timbunan ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,

tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala gorong­gorong,

maka tempat­tempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh

dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya

struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.

8. Terkecuali disetujui oleh pengawas di lapangan, timbunan yang bersebelahan

dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasr dinding

belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.

9. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat

mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur

tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk, loncat mekanis

atau timbris (temper) manual dengan berat minimum 10 kg, pemadatan di

bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk

mencegah timbulnya rongga­rongga dan untuk menjamin bahwa pipa

terdukung sepenuhnya.

d. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah.

1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang telah

telah ditentukan sesuai SNI 03­1742­1989. Untuk tanah yang mengandung

lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering

maksimum yang diperoleh harus dikorelasi terhadap bahan yang berukuran

lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan

Supervisi.

2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar

harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum

yang ditentukan sesuai dengan SNI 03­1742­1989.

3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang

Page 50: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 50

Engineering,Survey, Environment

dipadatkan sesuai dengan SNI 03­2828­1992 dan bila hasil setiap pengujian

menunjukankepadatan kurang dari yang disyaratkan maka kontraktor harus

memperbaiki pekerjaan sesuai dengan ketentuan. Pengujian harus dilakukan

sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Konsultan

Supervisi. Untuk penimbuna kembali di sekitar struktur atau pada galian parit

untuk gorong­gorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk

satu lapis penimbunan kebali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan,

paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan

untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan dihampar.

Page 51: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 51

Engineering,Survey, Environment

9.1 Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan

lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil

Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of

Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun

maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk

mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat

Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang

diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya

sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar­akar tumbuhan lama atau puing­puing

bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali

denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan

jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak

menggangu pekerjaan konstruksi.

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum

pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

BBBAAABBB IIIXXX PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN KKKOOOLLLAAAMMM LLLIIINNNDDDIII

Page 52: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 52

Engineering,Survey, Environment

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah

disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9.2 Pekerjaan Pasir Urug

2. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 mm.

3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5

%.

4. Kadar zat organik yang terkandung yang ditemukan dengan mencampur agregat

halus dengan larutan natrium sulfat 3 %, jika dibandingkan denganwarna

standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.

5. Kekerasan butir jika dibandingka dengan kekerasan butir pasir pembanding yang

berasal darp pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20.

6. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan

jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15 %.

7. Pasir harus memenuhi mutu sesuai dengan SII 0052­80.

8. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir­butir yang bersih, tajam dan keras,

bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten.

2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,

asam alkali dan bahan­bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat­syarat yang

ditentukan, disarankan menggunakan air yang memenuhi kwalitas air minum.

Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa,

supaya air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan

bahan yang resmi dan sah, atas biaya Penyedia Jasa.

3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas

dan harus dengan persetujuan konsultan supervisi atau Pengguna Jasa.

4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,timbunan,

Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton.

5. Pasir Urug terdiri dari butiran­butiran yang keras dan bersifat kekal.

6. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

Page 53: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 53

Engineering,Survey, Environment

9.3 Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti

yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan

persyaratan Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, SII 0013­8, memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam standar PB.1989:3.2­81 atau ASTM C­150 dan

produksi dari satu merk.

5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk

mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur

dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus

segera dikeluarkan dari proyek.

6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai

menurut ASTM C­33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih

maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami

pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los

Angeles Abration’ (LAA).

9. Bahan harus bersih dari zat­zat organik, zat­zat reaktif alkali atau substansi yang

merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik

10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari

pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat­zat alkali dan tidak

mengandung lebih dari 50% substansi­substansi yang merusak beton.

17. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel­

partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.

18. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam

serta zat­zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

19. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan

tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

20. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan

percobaan­percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan

Page 54: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 54

Engineering,Survey, Environment

pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang

berwenang terhadap kubus­kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus

dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

21. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang

air.

22. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9.4 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Modulus halus butir 1,5 sampai 4,8 mm

2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 1 %.

3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga

maksimum 5 %.

4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12

%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.

5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai

Na2O lebih besar daro 0,6 %.

6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebi dari 20 %.

7. Kekerasan agregat harus memenuhi SII.0052­80

8. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

9. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

10. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

11. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

12. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

13. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

SK.SNI­T­15­1990­03.

Page 55: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 55

Engineering,Survey, Environment

g. Kerikil Beton

1. Modulus halus butir lebih besar 4,8 mm

2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 1 %.

3. Kadar bagian yang lemah jika diuji denga goresan batang tembaga maksimum

5 %.

4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12

%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%.

5. Tidak bersifat rekatif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai

Na2O lebih besar 0,6 %.

6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih besar dari 20%.

7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat SII­0052­80.

8. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

SK.SNI­T­15­1990­03.

h. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

8. Kwalitas semen memenuhi standar SII­0013­81.

i. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

Page 56: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 56

Engineering,Survey, Environment

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

4. Disarankan air yang digunakan memenuhi standar air minum.

5. Ion klorida yang terkandung dalam air disesuaikan dengan jenis beton, beton

pra tekan maksimal 0.06%, beton bertulang yang selamanya berhubungan

dengan klorida 0.15 %, beton bertulang yang selamnya kering 1 %, dan

konstruksi beton lainnya 0.30 %.

j. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

k. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

Page 57: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 57

Engineering,Survey, Environment

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah

yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,

bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen

Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata

pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan

dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan

harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut

Page 58: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 58

Engineering,Survey, Environment

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban­beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

Page 59: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 59

Engineering,Survey, Environment

9.5 Pekerjaan Dinding

Persyaratan Bahan

a. Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai

Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,

dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata

dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan

diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya

benar­benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan­perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti

dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh

Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

b. Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak

lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

6. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

7. Bersifat keras dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

8. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan

Pasir yang berasal dari laut.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

Page 60: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 60

Engineering,Survey, Environment

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

Page 61: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 61

Engineering,Survey, Environment

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,

bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan berwenang

untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara

pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna

yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus

Page 62: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 62

Engineering,Survey, Environment

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban­beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

Page 63: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 63

Engineering,Survey, Environment

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

9.6 Pekerjaan Plat Atas Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 mm.

2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)

maksimum 5%.

3. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur

agregat halus dengan larutan natrium sulfat 3%, jika dibandingkan dengan

warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.

4. Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding

yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari

2,20%.

5. Kekekalan (jila diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum

10%, dan jika dipakai magnesium sulfat maksimum 15 %.

6. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

7. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

8. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

9. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

10. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

11. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

12. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

Page 64: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 64

Engineering,Survey, Environment

13. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI), SII0052­80 berlaku juga pada Spesifikasi

Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Modulus halus butir lebih besar 48 mm.

2. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang

berhubungan dengan basah dan lembab atau berhubungan dengan bahan

yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana penggunaan semen yang

mengandung natrium oksida tidak boleh lebih 0,6 %.

3. Susunan gradasi tidak seragam

4. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih

dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

6. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan

penelitian di Laboratorium Beton.

7. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

8. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk

campuran material beton.

9. Tidak mengandung zat alkali atau zat­zat lain yang dapat merusak beton.

10. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

11. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan­pekerjaan beton struktural dan

Non Struktural dengan mutu K­125 sampai mutu K­225.

12. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan

beton structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

Page 65: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 65

Engineering,Survey, Environment

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung, seperti SII 00132­75 berlaku juga pada spesifikasi teknis

ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses

penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari

Kontraktor Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

Page 66: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 66

Engineering,Survey, Environment

2. Baja tulangan diatas diameter 10 mm adalah Baja polos.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja

polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan

persetujuan Konsultan supervisi.

8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,

bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan berwenang

untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara

pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna

yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air

harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama

pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan

yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton

yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus

bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian

yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk

instalasi listrik, plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

Page 67: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 67

Engineering,Survey, Environment

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu

dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut

harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik

pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton

yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk

mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan

lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat

memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya

‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang

dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk

menunjang berat sendiri dan beban­beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran

letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan

pada saat beton dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi

‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.

Pelaksanaannya harus berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja

tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :

Pelat lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton

yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan

perbaikan atau pembentukan kembali.

Page 68: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 68

Engineering,Survey, Environment

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan

dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.

9.7 Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan

campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

9.8 Pekerjaan Lapisan Proteksi Air Lindi/Geomembran

Persyaratan Bahan

1. Geomembrane terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Polyetylene

(HDPE) yang berkwalitas tinggi yang segar dan murni (bukan dari bahan daur

ulang), yaitu sekitar 97,5 % dan 2,5 % bahan carbon hitam tanpa

menggunakan bahan tambahan, anti oxidant dan heat stabilizer, kwalitas dari

polimer terpakai harus bersertifikasi dari pabrik dan dirancang khusus untuk

aplikasi geomembrane.

Page 69: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 69

Engineering,Survey, Environment

2. Geomembrane yang digunakan harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh

bahan­bahan kimia yang ada dalam limbah dan terhadap pengaruh mikro

biologis lainnya.

3. Geomembrane harus mempunyai kwalitas karakteristik dan sifat­sifat

kekedapan yang tinggi yang ditandai dengan nilai permeabilitas yang sangat

kecil.

4. Setiap roll geomembrane yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai

tingkat/kelas dan tanda produksi yang tertera jelas pada setiap rollnya untuk

maksud pemeriksaan visual.

5. Tebal minimal 1,5 mm dengan permukaan rata dengan ketebalan sama dan

memenuhi standar GRI GM 13.

Pelaksanaan :

1. Geomembrane yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan dilindungi dari

hal­hal yang dapat merusak geomembrane dari pengaruh sinar matahari

secara langsung.

2. Geomembrane dipasang sesuai rekomendasi/petunjuk yang dikelurkan

pabrik, harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar

rencana atau atas petunjuk engineer.

3. Sebelum geomembrane digelar/hamparkan. Permukaan tanah harus sudah

bersih, dari material­material yang dapat merusak geomembrane, dan

permukaan juga harus sudah rata.

4. Penyambungan geomemebrane harus dilakukan dengan benar guna tidak

terjadi kebocoran, pada setiap penyambungan dilakukan pemeriksaan dan

pengetesan.

Page 70: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 70

Engineering,Survey, Environment

10.1 Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan

lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil

Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of

Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun

maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk

mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat

Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang

diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya

sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar­akar tumbuhan lama atau puing­puing

bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali

denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan

jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak

menggangu pekerjaan konstruksi.

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum

pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

BBBAAABBB XXX PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN RRREEESSSAAAPPPAAANNN WWWEEETTTLLLAAANNNDDD

Page 71: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 71

Engineering,Survey, Environment

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah

disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10.2 Pekerjaan Pasir Urug

1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butir­butir yang bersih, tajam dan keras,

bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap

NI­3 (PUBI tahun 1982) pasal 14 ayat 3.

2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,

asam alkali dan bahan­bahan organis lainnya, serta memenuhi syarat­syarat yang

ditentukan dalam NI­3 pasal 10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat

minta kepada Penyedia Jasa, supaya air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di

laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah, atas biaya Penyedia Jasa.

3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas

dan harus dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.

4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan ,

pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja

beton.

5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non

struktural.

6. Pasir Urug terdiri dari butiran­butiran yang keras dan bersifat kekal.

7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

10.3 Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti

yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

Page 72: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 72

Engineering,Survey, Environment

4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan

persyaratan standar Indonesia NI­8/1964, SII 0013­81 atau ASTM C­150 dan

produksi dari satu merk.

5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk

mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur

dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus

segera dikeluarkan dari proyek.

6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.

7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai

menurut ASTM C­33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.

8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih

maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami

pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los

Angeles Abration’ (LAA).

9. Bahan harus bersih dari zat­zat organik, zat­zat reaktif alkali atau substansi yang

merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik

10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari

pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zat­zat alkali dan tidak

mengandung lebih dari 50% substansi­substansi yang merusak beton.

11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel­

partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.

12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam

serta zat­zat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.

13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan

tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan

percobaan­percobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan

pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang

berwenang terhadap kubus­kubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus

dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.

15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang

air.

16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 73: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 73

Engineering,Survey, Environment

10.4 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih

dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih

dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat­zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

Page 74: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 74

Engineering,Survey, Environment

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan­pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K­125 sampai mutu K­175.

10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton

structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian

dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor

Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

Page 75: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 75

Engineering,Survey, Environment

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan

Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila

kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi

berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan

dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan

warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

Page 76: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 76

Engineering,Survey, Environment

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus

dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak

diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan

penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus bersih

dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian yang akan

ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk instalasi listrik,

plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan

kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut harus

disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton yang

direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah

terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus

dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan

penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan

tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang

penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban­

beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,

kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton

dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould

release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus

berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi

Page 77: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 77

Engineering,Survey, Environment

daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat

lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang

tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan

atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan

sebelum pengurukan dilakukan.

10.5 Pekerjaan Dinding beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Batu Bata

1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan

Bahan Bangunan yang berlaku.

2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm, dan

tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.

3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata

dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan

diturunkan pada lokasi pekerjaan.

4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya

benar­benar rata untuk semua sisinya.

5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.

6. Perubahan­perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti

dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh

Konsultan supervise.

7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

b. Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi

memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

Page 78: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 78

Engineering,Survey, Environment

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan

Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir

yang berasal dari laut.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton

structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

Page 79: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 79

Engineering,Survey, Environment

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian

dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor

Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan

Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

Page 80: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 80

Engineering,Survey, Environment

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila

kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi

berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan

dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan

warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus

dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak

diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan

penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus bersih

dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian yang akan

ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk instalasi listrik,

plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan

kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut harus

disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton yang

direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah

terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus

dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan

penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan

tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang

penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban­

beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,

Page 81: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 81

Engineering,Survey, Environment

kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton

dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould

release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus

berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi

daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat

lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang

tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan

atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan

sebelum pengurukan dilakukan.

10.6 Pekerjaan Plat Beton Bertulang

Persyaratan Bahan

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih

dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton

adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

Page 82: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 82

Engineering,Survey, Environment

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih

dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat­zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan­pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K­125 sampai mutu K­175.

10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton

structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Page 83: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 83

Engineering,Survey, Environment

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang

dapat merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian

dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor

Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang

berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan

beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan

Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000

kg/cm2 atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

Page 84: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 84

Engineering,Survey, Environment

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan

Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam

arah yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari

hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Pelaksanaan:

1. Bahan­bahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit

sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila

kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi

berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan

dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan

warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi

dan konsistensi dalam setiap adukan.

2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus

dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak

diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan

penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.

3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagian­bagian yang akan dicor harus bersih

dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagian­bagian yang akan

ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipa­pipa untuk instalasi listrik,

plumbing dan perlengkapan­perlengkapan lain).

4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus

dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.

Bidang­bidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan

kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.

5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidang­bidang pada beton lama tersebut harus

disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.

6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagian­bagian tersebut sampai ijin

pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .

Page 85: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 85

Engineering,Survey, Environment

7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.

Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batas­batas bidang dari hasil beton yang

direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah

terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.

8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,

lubang­lubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus

dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.

9. Tiang­tiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan

penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan

tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang

penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban­

beban yang ada diatasnya.

10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,

kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton

dituang.

11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould

release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus

berhati­hati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi

daya lekat beton dengan tulangan.

12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan

Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat

lantai/atap/tangga 21 hari

13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hati­hati sehingga tidak

menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang

tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan

atau pembentukan kembali.

14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagian­bagian

konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan

sebelum pengurukan dilakukan.

10.7 Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata

harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

Page 86: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 86

Engineering,Survey, Environment

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan

campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding

yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran lama

dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga ketika

dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

10.8 Pekerjaan Pasangan Pipa PVC dan Aksesori

1. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam

pekerjaan ini berupa barang­barang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi pada

gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang diminta

dalam spesifikasi ini.

2. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 150 mm beserta accesoriesnya minimal

berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan brosur barang

beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan pemasangan, dan hal

tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.

3. Pipa­pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi

beton untuk alasan apapun.

4. Pipa­pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh

melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

5. Pipa­pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam

komponen balok beton.

6. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Page 87: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 87

Engineering,Survey, Environment

7. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada

posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak

diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

Pekerjaan Pemasangan Pipa

1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarak­jarak (clearence) yang

cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu sendiri dan

fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk pemeliharaannya.

2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu dibersihkan dan

diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin ada dapat terditeksi.

Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar dan tepat, sesuai dengan

kebutuhannya.

3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus mencarikan

metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan melaporkan

kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah persetujuan

diberikan.

4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :

a. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaan

b. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaan

c. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaan

d. Pada kedua sisi setiap katup.

5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan packing

dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya dengan campuran

minyak nabati dan red­lead atau graphite, kemudian sambungan dipasang dan

diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.

6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotoran­kotoran didalam dan dibagian

luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.

7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan ketentuan.

8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan oleh

Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur test, daftar

peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan digunakan dalam

pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam) hari kalender sebelum

dilakukan pengujian.

Page 88: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 88

Engineering,Survey, Environment

9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian

perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat juga

dengan tekanan udara.

10.9 Pekerjaan Penanaman Pohon Akar Wangi

a. Tanah Media Tanam

1. Tanah untuk media penanaman pohon, rumput dan bunga adalah tanah yang

subur dan mengandung zat­zat yang dibutuhkan oleh pohon, rumput dan bunga

untuk tumbuh dan berkembang dengan baik selama minimal 2 bulan perawatan.

2. Tanah untuk media tanam tidak boleh diambil atau diolah dari tanah hasil Land

Clearing, Bongkaran Bangunan atau Galian.

3. Tanah untuk media tanam adalah tanah kebun, gunung dan sawah yang telah

diolah sedemikian rupa dan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.

b. Pohon Pelindung (Akar Wangi)

Meliputi semua pekerjaan seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of Quantity

:

a. Penanaman Pohon Pelindung; dan

b. Penanaman Bunga dan Teh­Tehan.

1. Jenis pohon dan bunga serta teh­tehan yang dipakai pada pekerjaan ini

dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

3. Bibit Pohon dan Tanaman Hias bukanlah hasil pekerjaan stek batang, cangkok

batang tetapi adalah bibit asli yang berasal dari pembibitan buah.

4. Tinggi minimal bibit pohon adalah 1500 mm.

5. Tinggi minimal bibt bunga dan teh­tehan adalah 150 mm.

6. Pohon dan Tanaman Hias harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk

hingga tumbuh dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak

waktu mulai ditanam.

7. Pohon dan Tanaman Hias harus dilindungi dalam pagar­pagar pelindung dari

kayu berbentuk kotak dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 1 meter sehingga

tidak mudah dijangkau dan dirusak oleh binatang.

Page 89: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 89

Engineering,Survey, Environment

8. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas pohon dan tanaman hias

mati, Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan

yang baru.

c. Rumput

1. Rumput adalah dari jenis Rumput Manila atau Rumput Garam.

2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

3. Tinggi maksimal bibit rumput adalah 30 mm.

4. Bibit rumput adalah dalam bentuk media siap tanam berupa potongan­potongan

bibit rumput ukuran 200 x 200 x 70 mm.

5. Rumput harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk hingga tumbuh

dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak waktu mulai

ditanam.

6. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas rumput mati, Kontraktor

Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan yang baru.

Page 90: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 90

Engineering,Survey, Environment

11.1 Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan

lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil

Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of

Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun

maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk

mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat

Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang

diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya

sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar­akar tumbuhan lama atau puing­puing

bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali

denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan

jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak

menggangu pekerjaan konstruksi.

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum

pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

BBBAAABBB XXXIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN BBBAAANNNGGGUUUNNNAAANNN PPPEEENNNDDDUUUKKKUUUNNNGGG

Page 91: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 91

Engineering,Survey, Environment

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah

disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11.2 Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)

1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat / retak,

dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.

2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10 ­15

cm, dan tidak bercampur dengan tanah.

3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi panjang

tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang merata dan

disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang­lubang yanterdapat pada sela­sela

batu kemudian ditimbris.

11.3 Pondasi Batu

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi

memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu

Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang

berasal dari laut.

syarat­syarat pelaksanaan

1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras, tidak

berlubang dan forius.

Page 92: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 92

Engineering,Survey, Environment

2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah dan

lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,

pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu

gunung adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu Gunung

adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan

pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek

dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus diberi

spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa spesi),

dan rongga­rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta spesi

secukupnya.

10. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi spesi

dan dikasarkan (digaris­garis silang). Pada tempat­tempat yang akan dipasang

kolom praktis harus diberi stick besi beton.

11.4 Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)

Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari

5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di

Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

Page 93: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 93

Engineering,Survey, Environment

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah

butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak beton.

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan

Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari

1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di

Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat­zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan­pekerjaan beton Non Struktural dengan

mutu K­125 sampai mutu K­175.

10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton

structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

Page 94: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 94

Engineering,Survey, Environment

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland

Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan

gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat

merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui

oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian

dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor

Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku

secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran

beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali

ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.

Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh

Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

Page 95: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 95

Engineering,Survey, Environment

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2

atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan

Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah

yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan

langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

syarat-syarat pelaksanaan

Perakitan Tulangan

1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh

Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.

2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai

dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia (PBI)

dan SK SNI T­15­1991­03.

3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar bengkokan,

dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk

menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.

4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang

harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan

langsung dengan tanah.

5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang

dengan alat ikat kawat beton.

6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam

bekisting.

Page 96: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 96

Engineering,Survey, Environment

Sambungan Antar Tulangan

1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran

tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak

ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat­syarat yang

ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T­15­1991­03.

2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,

Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T­15­1991­03 harus diambil minimal 40

kali diameter batang yang disambung.

3. Sambungan­sambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak

dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan

tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T­15­

1991­03.

4. Penjangkaran tulangan atau kait­kait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak

ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syarat­syarat yang

ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T­15­1991­03.

5. Sambungan­sambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada komponen

balok, plat lantai dan plat dack ujung­ujung sambungan harus dibuat kait (hook)

kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T­15­

1991­03.

6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan plat

lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi selain

pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.

7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau pada

daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak dibenarkan.

Beton Tahu ( dacking )

1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang

disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi

penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap

dengan bekisting.

2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton

pada masing­masing komponen struktur.

3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.

Page 97: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 97

Engineering,Survey, Environment

4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan

dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.

Acuan / Bekisting

1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balok­balok

kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.

2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak

diperbolehkan.

3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1

harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk konstruksi

bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang dianggap

perlu oleh Konsultan supervisi.

5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau

cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu

akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.

7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.

8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop Drawaing

Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton

tidak bocor atau berubah bentuknya.

10. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi ,kelurusannya

terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan alat Theodolit dan

Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.

11. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum

dilakukan pekerjaan pengecoran beton.

12. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung

sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena

alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan beton

atau alasan­alasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .

13. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini

terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.

Page 98: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 98

Engineering,Survey, Environment

14. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting

atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Pengecoran Beton ( Casting Concrete )

1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus memastikan

Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

2. Pengecoran beton structural mutu K­175 sampai K­275 hanya boleh dilakukan oleh

Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan Tulangan,

Bekisting, Request Pekerjaan dan hal­hal lain yang diperlukan dan berhubungan

dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian

konstruksi sehingga dapat menghindari sambungan­sambungan beton.

4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor

Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan

langsung dengan air hujan.

5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak

diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali

untuk beton­beton dengan mutu dibawah K­125 atau nonstruktural.

6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir Beton,

Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali

ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan

supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah

disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.

9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh

pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.

10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih

dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton.

Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton

segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator

sampai mencapai kepadatan optimum.

Page 99: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 99

Engineering,Survey, Environment

12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.

13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh

menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada

saat bekisting dibuka.

15. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu

dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint)

seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.

16. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor

Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air

semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai dengan

yang direncanakan.

17. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang

sama tidak boleh lebih dari 1 hari.

18. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain atas

dipermukaanya.

19. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran dengan

cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain

dalam Bill of Quantity.

Beton Ready Mix

1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada

Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan Beton Ready

Mix.

3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.

4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana.

Pembongkaran Bekisting/Mal Beton

1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting

belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak

boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.

Page 100: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 100

Engineering,Survey, Environment

3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena alasan

adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus

disetujui oleh Konsultan Supervisi.

4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata, halus,

cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing cat diatasnya.

Perawatan Beton ( Curing )

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap

beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.

2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni

kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur

28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari

atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.

Quality Control

a. Slump Test

1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton

dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada

setiap mutu beton.

2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana

nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada

pada Job Mix Disain.

b. Benda Uji Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan

slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30

cm dan diameter 15 cm.

2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton

yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali

pengecoran.

3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu

campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.

Page 101: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 101

Engineering,Survey, Environment

4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai

berumur 28 hari.

5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan

tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.

c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton

yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan pengecoran

melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.

2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton

hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.

3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang

diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20

cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.

4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal

20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.

5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor

Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan

beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.

6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton

ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.

7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95%

dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai

dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan

Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.

8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran

beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang

berbeda dengan kuat tekan beton rencana.

9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan

oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat

tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan

karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.

10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton

harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 102: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 102

Engineering,Survey, Environment

11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain

1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton hasilnya

meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi

atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada

konstruksi beton harus dilakukan.

2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak

ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan

salah satu metode seperti dibawah ini :

a. Metode Core Drill.

b. Metode Hammer Test.

3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai

untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.

4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masing­masing komponen struktur

ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.

5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka

harus diambil minimal 10 titk untuk masing­masing komponen struktur dan

masing­masing mutu beton.

6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada

konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk

memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).

7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi

beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan

Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.

Instalasi Dalam Konstruksi Beton

1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam

atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar

Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.

2. Pipa­pipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi

beton untuk alasan apapun.

3. Pipa­pipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh

melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.

Page 103: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 103

Engineering,Survey, Environment

4. Pipa­pipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam

komponen balok beton.

5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk

keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada

posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak

diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan

Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.

Sambungan Antar Beton

1. Penyambungan­penyambungan antara beton lama dengan beton baru sebaiknya

dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom tiap lantai.

2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus dibersihkan

dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.

3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk alas an

apapun tidak diperbolehkan.

4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm

dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan

kedua (lantai 2).

5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat

sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada

beton lama.

6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari

harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan persetujuan

Konsultan supervisi.

7. Penggunaan zat­zat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

11.5 Pekerjaan Lantai

Pasir Urug Bawah Lantai.

1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan

harus sudah selesai 100%.

Page 104: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 104

Engineering,Survey, Environment

2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10

cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

3. Pasir urug yang dipakai harus benar­benar mempunyai susunan butiran yang

seragam.

4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan

dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan

pemadatan secara manual.

5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benar­benar rata dan elevasi hal ini harus

dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi

memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu

Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang

berasal dari laut.

Beton Cor Bawah Lantai

1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6 KR

dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.

2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi dimana

dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.

3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benar­benar elevasi dan hal ini harus

dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.

4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan

Supervisi.

Page 105: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 105

Engineering,Survey, Environment

11.6 Pasangan Batu Bata

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding­

dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet dan Kamar

Mandi serta bak air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan

maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak

satu garis sambungan.

6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½

bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.

7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata

dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.

8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).

9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah

horizontal.

10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang­benang untuk

ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding

kecuali dinding­dinding yang langsung berhubungan dengan air.

2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan

maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.

3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak

satu garis sambungan.

6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah

horizontal.

Page 106: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 106

Engineering,Survey, Environment

7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang­benang untuk

ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.

8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui

oleh Konsultan Supervisi.

11.7 Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan

bata harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau

dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang

dinding yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu

hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga

ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata

harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

Page 107: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 107

Engineering,Survey, Environment

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan

campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding

yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran

lama dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga ketika

dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

11.8 Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding

1. Keramik lantai adalah keramik dengan permukaan halus dan rata dengan ukuran

yang seragam.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran dan

Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi

untuk disetujui.

3. Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau sesuai Bill

of Quantity serta Gambar Bestek.

4. Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.

5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam

Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.

7. Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap konstruksi

dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam Gambar

Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.

8. Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.

9. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benar­benar siku dan standar untuk

semua ukuran yang sama.

10. Potongan­potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola lantai

harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan.

Potongan­potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.

Page 108: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 108

Engineering,Survey, Environment

11. Celah­celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito dan

sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah maksimal

3 mm.

12. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang dan

harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.

13. Hasil pemasangan keramik lantai harus benar­benar rata, tidak bergelombang, dan

tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil pemasangan harus diperiksa

kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.

a. Keramik Unpolish 40 x 40

1. Semua keramik yang dipakai pada lantai menggunakan keramik yang sama

besar dan permukaan sama.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai dengan

Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.

4. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai

dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.

5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang

lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi

beton 2,5 cm.

6. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

7. Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada

dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

8. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.

9. Bentuk dan dimensi keramik harus benar­benar siku serta standar untuk semua

ukuran yang sama.

10. Potongan­potongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola

lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan

potongan. Potongan­potongan tersebut harus sama dengan dimensi pada

gambar pola lantai.

Page 109: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 109

Engineering,Survey, Environment

11. Celah­celah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan sebagai

tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah maksimal 3

mm.

b. Dinding Keramik 20 x 20 Polish

1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding.

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran

dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan

Supervisi untuk disetujui.

3. Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of

Quantity.

4. keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata dengan

memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.

5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

6. Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa

pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.

7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished

(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.

8. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.

9. Celah­celah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan

perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.

10. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudut­sudut harus ditumpulkan

dengan memakai potongan­potongan keramik yang dibentuk sedemikian rupa

hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.

11. Hasil pemasangan keramik harus benar­benar rata, tidak bergelombang, dan

tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus diperiksa

dengan pekerjaan waterpassing.

11.9 Pekerjaan Kuda­kuda

a. Kuda – Kuda Baja Ringan

Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur

atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka batang

berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :

Page 110: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 110

Engineering,Survey, Environment

1. Rangka utama atas (top chord)

2. Rangka utama bawah (bottom chord)

3. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut

menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.

4. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan

jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.

Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:

1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi

2. Pekerjaan pambuatan kuda­kuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),

3. Pengiriman kuda­kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek

4. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk

pelaksanaan pekerjaan

5. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda­kuda meliputi struktur rangka

kuda­kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan

angin dan bracing (ikatan pengaku)

6. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)

1. Persyaratan Material

Material struktur rangka atap

Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)

� Baja Mutu Tinggi G 550

� Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa

� Tegangan Maksimum 550 Mpa

� Modulus Elastisitas 200.000 Mpa

� Modulus geser 80.000 Mpa

2. Lapisan Anti Karat

Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan anti

karat (coating):

Galvanised (Z220)

Page 111: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 111

Engineering,Survey, Environment

� Pelapisan Galvanised

� Jenis Hot­dip zinc

� Kelas Z22

� katebalan pelapisan 220 gr/m2

� komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran

Galvalume (AZ100)

� Pelapisan Zinc­Aluminium

� Jenis Hot­dip­allumunium­zinc

� Kelas AZ100

� katebalan pelapisan 100 gr/m2

� komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar

elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw

sebagai berikut:

� Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2

� Panjang (termasuk kepala baut) 16mm

� Kepadatan Alur 16 alur/inci

� Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm

� Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm

Kekuatan Mekanikal

� Gaya geser satu baut 5,10 KN

� Gaya aksial 8,60 KN

� Gaya Torsi 6,90 KN

3. Persyaratan Pra­Konstruksi

1. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan

pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan

Syarat) .

2. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang

dilampirkan pada dokumen tender.

Page 112: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 112

Engineering,Survey, Environment

3. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan

bertanggung jawab terhadap semua ukuran­ukuran yang tercantum dalam

gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah

alat sambung pada setiap titik buhul.

4. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan

Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan

persetujuan secara tertulis.

5. Eleman utama rangka kuda­kuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop

permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin

keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)

6. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan

penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,

7. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan

akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).

4. Persyaratan Pelaksanaan

1. Pembuatan dan pemasangan kuda­kuda dan bahan lain terkait, harus

dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi

khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu

pada standar peraturan yang berkompeten.

2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.

3. Perakitan kuda­kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan

menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan

mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.

4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan

kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda­kuda sesuai dengan

desain sistem rangka atap.

5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur

yang dipakai untuk tumpuan kuda­kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak

konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi­

reaksi perletakan kuda­kuda.

6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng

yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja

ringan dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan

Page 113: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 113

Engineering,Survey, Environment

penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda­kuda tiba

dilokasi proyek.

7. Jaminan Struktural

� Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi

ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja

Ringan, meliputi kuda­kuda, pengaku­pengaku dan reng.

� Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan

Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan­

persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed code for structural

steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan

desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination

(Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard

1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws­

self drilling­for the building and construction industries”(Australian

Standard 3566).

11.10 Pekerjaan Atap

a. Material Penutup Atap

1. Lingkup Pekerjaan

a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kuda­kuda serta

penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan­bahan, peralatan dan

alat­alat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,

sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.

b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan

pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan

pekerjaan lainnya.

2. Persyaratan Bahan

a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan, contoh­

contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan

Page 114: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 114

Engineering,Survey, Environment

digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan

konsultan perencana dan konsultan pengawas.

b. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi

Roof/Surya Roof

c. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan

terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara

hujan.

d. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.

e. Spesifikasi bahan untuk rangka kuda­kuda:

� Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan

sesuai persetujuan konsultan pengawas.

� Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm

� Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai

dengan gambar rencana.

� Semua kayu yang digunakan untuk rangka kuda­kuda ini menggunakan

kayu kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.

� Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi

kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.

� Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang

tertera pada gambar rencana.

3. Persyaratan Pelaksanaan

a. Bahan­bahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus

diserahkan contoh­contohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi

Pengawas.

b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk

penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas

terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.

c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).

b. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap

1. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng Metal

Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :

Page 115: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 115

Engineering,Survey, Environment

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan : Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material

Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa

pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang, Type

Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan material

Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok/Rabung

kepada Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi pekerjaan

harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung

lapisan aluminium sengnya.

7. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan

model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika tidak

langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab dan

berhubungan langsung dengan tanah.

c. Material Nok Pinggir/Samping

1. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof atau

Multi Roof/Surya Roof :

a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)

b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)

c. Permukaan : Polished ( Halus )

d. Lebar : 1000 mm

e. Panjang : 770 mm

f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material

Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 116: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 116

Engineering,Survey, Environment

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa

pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk

Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok

Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada

Konsultan Supervisi.

6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam

keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan

aluminium sengnya.

7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model

atap.

8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung

digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan

langsung dengan tanah.

d. Material Wall Flashing

1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi

material seperti dibawah ini :

a. Bahan Dasar : Zincalume Steel

b. Permukaan : Color/Clean Colorbond

c. Ketebalan : 0,40 TCT

d. Panjang : Sesuai Kebutuhan

e. Lebar : 10 cm

2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material

Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.

3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa

pelaksanaan konstruksi.

4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk

Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.

5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Wall

Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing kepada

Konsultan Supervisi.

Page 117: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 117

Engineering,Survey, Environment

6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam

keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan

aluminium sengnya.

7. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model

atap.

8. Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi dengan

Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.

9. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung

digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan berhubungan

langsung dengan tanah.

e. Talang Patahan Atap

1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat Seng

BJLS 0,40 mm.

2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal untuk

mencegah kebocoran.

3. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.

4. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah memakai

Paku Seng ( paku payung ).

5. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor

Pelaksana pada pekerjaan ini.

11.11 Pekerjaan Plafond

a. Material Plafond

1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard

adalah

120 x 240 cm.

2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan

minimal 0,5 mm.

3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.

4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus

mempunyai Merk Dagang.

5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar

dan ketebalan lembaran.

Page 118: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 118

Engineering,Survey, Environment

6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan oleh

Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada Konsultan

Supervisi.

8. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan

cacat dan rusak.

b. Alat Sambung

1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti

Karat / Galvanis.

2. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi papan

dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.

3. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.

4. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.

5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

c. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II

1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau jenis

lain dengan kelas kuat yang sama.

2. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan dalam

Gambar Bestek.

3. Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam Gambar

Bestek.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik yang

minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.

6. Cara pemasangan harus mengikuti petunjuk­petunjuk yang dianjurkan oleh Pabrik.

7. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang direkomendasi

oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan rangka plafond.

8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan rangka

plafond dalam Gambar Bestek.

Page 119: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 119

Engineering,Survey, Environment

9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan

konstruksi kuda­kuda.

10. Hasil pemasangan rangka plafond harus benar­benar rata dan elevasi dengan

permukaan lantai.

11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond dengan

pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.

d. List Profil Plafond

1. List Profil Plafond pada pinggir­pinggir pemasangan material plafond Multiplek

adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar

Bestek.

2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk yang

ada dalam Gambar Bestek.

3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material cat

plafond.

4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh

Konsultan Supervisi.

e. Pengantung Rangka Plafond

1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.

2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.

3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung

plafond.

f. Pemasangan Plafond

1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah

mencapai 100 %.

2. Pemasangan Plafond Multiplek 6 mm dilakukan langsung pada rangka plafond

dengan alat sambung paku Sekrup.

3. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang direkomendasi

oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan plafond.

4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus

membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.

Page 120: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 120

Engineering,Survey, Environment

5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan

tidak melendut.

6. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus

tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.

7. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah

maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.

8. Celah­celah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan

pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.

10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring balok

dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan

susut karena suhu.

11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan

Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak

dibongkar kembali.

12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah pekerjaan

pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasan­alasan

tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar

sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi

penjangkaranya pada rangka plafond.

14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan oleh

Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin Konsultan

Supervisi.

11.12 Pekerjaan Plumbing

a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing

1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan

sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber air

bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan kondisi yang

ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di dalam bangunan

gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam laboratorium.

2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi air

bersih.

Page 121: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 121

Engineering,Survey, Environment

3. Pekerjaan­pekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang diperlukan

seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.

4. Pengetesan­pengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.

b. Sistem Instalasi Plumbing

SISTEM AIR BERSIH

Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep well).

Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga sebagai

tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank di

alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.

SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS

Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan penunjang

masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan bangunan tersebut,

dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan ke saluran terdekat.

c. Spesifikasi Teknis dan Produk.

1. Pipa­pipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :

� Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan

pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium

A).

� Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan

menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class

� Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang

baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :

RUCHIKA, atau WAVIN

2. Fitting­fitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar pipa

yang digunakan.

3. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir, dan

setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada penyambungan ke

peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal tape.

4. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau sesuai

dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.

Page 122: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 122

Engineering,Survey, Environment

5. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support pipa

yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan kaku. Jarak

support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5 meter.

6. Untuk pipa­pipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan, ditanam

dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan harus dilindungi

dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.

7. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan lalu pipa

digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang dipadatkan, sebelum

diurug dengan tanah asal.

8. Pompa­pompa yang digunakan harus dari merk yang dapat

dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan

ketersediaan suku cadangnya.

9. Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel langsung

oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang digunakan sesuai

dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.

10. Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek fungsi

dan kapasitasnya, terutama untuk pompa­pompa harus dicek besarnya arus listrik

dan temperature kerja motor panas tidaknya.

11.13 Pekerjaan Sanitary

Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan­bahan, tenaga kerja dan peralatan lainnya yang

digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet, sesuai yang tertera

pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan harus berikut semua

perlengkapannya. Contoh­contoh Pemborong harus memperlihatkan brosur/contoh­

contoh warna barang yang akan dipakai kepada Pengawas untuk disetujui.

Pelaksanaan

1. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu dan letak

pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih dan bersih.

2. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi sanitasinya serta

rapat dan dijamin tidak bocor.

3. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per­

lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.

Page 123: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 123

Engineering,Survey, Environment

4. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari tidak

boleh dipergunakan.

5. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan terkena cairan

atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini terjadi Pemborong harus

memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali atas biaya Pemborong. Hasil

pemasangan pekerjaan ini harus kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.

11.14 Pekerjaan Pintu dan Aksesoris

Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi

yang dapat dibuka dan ditutup.

a. Kunci Dan Pengantung

1. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci,

Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan

dibawah ini :

o Kunci Pintu : Standar SNI

o Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI

o Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI

o Engsel Tanam/Putar : Standar SNI

o Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI

o Pegangan Jendela : Standar SNI

o Pegangan Pintu : Standar SNI

2. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta tidak

bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.

3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan minimal dari

dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.

4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan

pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada brosur

yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.

5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai atau 10

cm diatas posisi pemasangan kunci.

6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan jarak

pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak pemasangan

engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen teratas.

Page 124: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 124

Engineering,Survey, Environment

7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela serta

ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian bawah.

8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela yaitu di

rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.

11.15 Pekerjaan elektrikal

a. Umum

1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada

klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut

perhatian khusus pada klausul­klausul yang ada atau menghilangkan

klausul­klausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausul­klausul

lainnya dari syarat­syarat umum.

2. Gambar­gambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan

dan tidak dapat dipisah­pisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan

atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja

dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan

atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap

melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.

b. Gambar­Gambar

1. Gambar­gambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua

accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun

tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan

dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan

baik.

2. Gambar­gambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari

peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan

memperhatikan kondisi dari proyek. Gambar­gambar Arsitektur dan

struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana

dan detail ”finishing” dari proyek.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan

gambar­gambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan

kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop

Page 125: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 125

Engineering,Survey, Environment

drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan

Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi

dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.

4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatan­catatan yang cermat dari

penyesuaian­penyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan­

catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)

dan lima set lengkap blue print sebagai gambar­gambar sesuai pelaksanaan

(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan

Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.

c. Koordinasi

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan

ini, harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin

lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai

dengan jadwal yang telah ditentukan.

2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang

satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.

d. Daftar Bahan Dan Contoh

1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor

Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali

apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana

diharuskan menyerahkan daftar dari material­material yang akan

digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang

didalamnyatercantum nama­nama dan alamat manufacture, katalog dan

keterangan­keterangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan Supervisi

. Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas dasar di atas.

2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahan­bahan yang akan

dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan

dengan penyerahan dan pengembalian contoh­contoh ini adalah menjadi

tanggungan Kontraktor Pelaksana .

3. Bahan­bahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di

dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan

haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masing­masing.

Page 126: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 126

Engineering,Survey, Environment

4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala

ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila

terdapat keragu­raguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi

Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.

5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang

sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila

terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab

Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material

harus mendapatkan persetujuan dari Konsulian Supervisi .

e. Commision Dan Testing

1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua

testing dan pengukuran­pengukuran yang dianggap perlu untuk

memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat

berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang

berlaku.

2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan

testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini

termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem

ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh

Kontraktor Pelaksana .

f. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya

1. Bahan­bahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lain­lain yang

disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka

Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk

tersebut diatas.

2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan­

ketentuan dari Konsultan Supervisi.

g. Perlindungan Pemilik

Atas penggunaan bahan material, sistem dan lain­lain oleh Kontraktor, Pemilik

dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.

Page 127: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 127

Engineering,Survey, Environment

h. Brosur/Contoh

Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahan­bahan/material yang

akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan Supervisi . Semua

biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contoh­contoh ini menjadi

tanggungan Kontraktor Pelaksana.

i. Pengetesan

1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang

dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap

sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan

perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan

tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .

2. Jika semua peralatan­peralatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah

dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuan­ketentuan pengetesan

dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan

dari peralatan­peralatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata

memenuhi fungsi­fungsinya sesuai dengan ketentuan­ketentuan dari

kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan

kepada pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang

disetujui Konsultan Supervisi.

j. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan

1. Peralatan­peralatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun

terhitung dari penyerahan kedua.

2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini

diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan­ kerusakan dari pada

instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.

3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini

masih harus menyediakan tenaga­tenaga yang diperlukan yang dapat

dihubungi setiap saat.

4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi

dengan bukti­bukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan

baik yang ditandata­ ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan

pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan

Page 128: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 128

Engineering,Survey, Environment

sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang

berwenang.

5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi

tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguran­teguran atas perbaikan,

penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi

lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut

pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan

pekerjaan instalasi tersebut.

6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus

mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut

kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk

oleh pemberi tugas (customer).

7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5

(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para

petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan

pemeliharaan.

k. Laporan

Laporan Harian

Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan" yang

memberikan gambaran dari kegiatan­ kegiatan yang dilakukan di lapangan secara jelas.

Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:

1. Kegiatan Fisik.

2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara

lisan maupun tertulis.

3. Hal­hal yang menyangkut masalah :

­ Material (masuk/ditolak)

­ Jumlah tenaga kerja

­ Keadaan cuaca

­ Pekerjaan tambah / kurang.

Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut berisi

ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana pekerjaan minggu

depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan pada

Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.

Page 129: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 129

Engineering,Survey, Environment

l. Laporan Pengetesan

Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5 (lima)

mengenai hal­hal sebagai berikut :

1. Hasil pengetesan kabel­kabel (meger dan pemberian tegangan).

2. Hasil pengetesan peralatan­peralatan instalasi.

3. Hasil pengukuran­pengukuran dan lain­lain.

Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan

Supervisi pekerjaan ini.

Penanggung Jawab Pelaksana

1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus

menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan

berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak

selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan

memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam

menerima segala instruksi­instmksi dari Konsultan Supervisi.

2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam

kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat

yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah

pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak

Pembomg melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan

1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambar­gambar rencana

yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih

dahulu dengan Konsultan Supervisi.

2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus

menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi

pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.

3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,

harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi

secara tertulis. Perubahan­perubahan material dan gambar rencana yang

mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis

oleh Konsultan Supervisi.

Page 130: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 130

Engineering,Survey, Environment

n. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran

1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang

dilakukan dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun

pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan

Kontraktor Pelaksana instalasi ini.

2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari

Konsultan Supervisi.

3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya

dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari

Konsultan Supervisi.

o. Pekerjaan Listrik

1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh

sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan

sempuma dan aman.

2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan

pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut

sudah dapat dipergunakan pemilik.

p. Pemeriksaan Routines

1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan

dan pemeriksaan rutin.

2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus

dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.

PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL

a. Umum

Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan

tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan

training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi

dengan baik dan benar.

b. Lingkup Pekerjaan

1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari

panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan

seluruh instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.

Page 131: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 131

Engineering,Survey, Environment

2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran

kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.

3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panel­panel tegangan

rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.

4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:

a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis

lampu sesuai gambar rencana.

b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop

kontak daya dan stop kontak khusus.

c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan

saklar tukar.

d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan

cable trunking.

e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung

kabel serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar

dan stop kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows,

socket dan lain­lain.

f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi

penerangan dan stop kontak.

5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)

a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan

tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.

b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang,

pondasi, armature dan accessories lainnya.

c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang

armature dan accessories lainnya.

d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap

dengan conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.

6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap

dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.

Page 132: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 132

Engineering,Survey, Environment

7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir

lengkap dengan accessories lainnya.

8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini

agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel

rack, support equipment dan accessories lainnya.

c. Koordinasi

1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambar­gambar rencana untuk

menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan­

peralatan, dan sambungan­sambungannya. Kontraktor Pelaksana harus

melengkapi dan memasang selumh peralatan­peralatan bantu yang

dibutuhkan.

2. Gambar­gambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi

dari peralatan­peralatan, pemipaan, ducting dan lain­lain. Kontraktor

Pelaksana harus mengadakan perubahan­perubahan yang diperlukan yang

disesuaikan dengan kondisi­kondisi bangunan tanpa tambahan­tambahan

biaya.

3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada

gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.

d. Standar­Standar

Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :

1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.

2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi

Listrik (PIL) dan tentang Syarat­syarat Penyambungan Listrik (SPL).

3. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).

4. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.

5. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan

buatan.

6. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.

e. Pekerjaan Terkait

Referensi bagi pekerjaan­pekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :

1. Penerangan dan stop kontak

Page 133: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 133

Engineering,Survey, Environment

2. Sistem Pembumian

3. Daftar merk/produk material

f. Gambar­Gambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi

1. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal­

hal sebagai berikut :

o Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang

pemasangan (instalasi) peralatan­peralatan serta hubungan­

hubungannya dengan pekerjaan lain.

o Gambar­gambar kerja yang menunjukkan posisi­posisi elevasi,

pengkabelan serta detail­detail pemasangan peralatan pada posisinya

atau pada mangannya.

o Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat

peralatan.

2. Brosur­brosur/katalog yang lengkap tentang ukuran­ukuran peralatan

(mesin­mesin) berat, cara­cara pemasangan dan persyaratannya, serta

wiring diagram dari peralatan­peralatan utama.

3. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian­

bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan

Supervisi.

g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi

1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar­

gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui

Konsultan Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari

1 set transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan

paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.

2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi

petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan

kepada Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima

pertama.

Page 134: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 134

Engineering,Survey, Environment

3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang

ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup

menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.

h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi

1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus

memberikan garansi terhadap peralatan­peralatan yang dipasang serta

mengadakan service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:

a. Garansi selama 1 tahun

b. Pemeliharaan selama 6 bulan.

2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :

a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangan­kekurangan pekerjaan.

b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala

sesuai dengan persyaratan pabrik.

c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga

petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan­

peralatan yang dipasang.

i. Pendidikan Dan Latihan

1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan

perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair

manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.

j. Persyaratan Bahan Dan Material

Umum

1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana

harus baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah

tropis.

Page 135: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 135

Engineering,Survey, Environment

2. Material­material haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari

produksi yang terbaru. Untuk material­material yang disebut dibawah ini,

maka Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan

baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari

dealer/agen/pabrik.

a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta

relay protection.

b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan kapasitor.

c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lain­lain.

d. Kabel.

Daftar Material

1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib mengisi

daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap dengan

brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.

2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponen­komponen yang berupa

barang­barang produksi.

Penyebutan Merk/Produk Pabrik

1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk

tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau komponen

tertentu terutama untuk material­material Listrik utama, maka Kontraktor

Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf

mutu/pabrik yang disebutkan itu.

2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada

tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan

oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Owner, Konsultan Supervisi dan

Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan suatu sanksi

tertentu kepada Pelaksana.

Page 136: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 136

Engineering,Survey, Environment

Daftar Merk/Produk Material (merk tidak mengikat)

1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.

2. Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.

Kabel TR­FRC :Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson,

Pirelli.

3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.

4. Komponen Panel Tegangan Rendah :

a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.

b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.

d. Peralatan Meter :

­ Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

­ Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

­ CosQ­meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

­ Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.

­ Relay­relay pengaman :Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.

e. Timer switch dilengkapi back­up power battery atau spring kapasitas min. 72

hours : Legrand, Siemens, Theben.

f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.

g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Better­man, Dehn.

5. Komponen Lampu :

a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.

c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National

d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.

e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).

f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.

g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.

Page 137: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 137

Engineering,Survey, Environment

6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.

7. Saklar : Nasional

8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.

9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.

10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.

11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.

13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.

14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, Ex­Local dengan

conductivity Cu > 99,9.

15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.

PANEL TEGANGAN RENDAH

1. Persyaratan Bahan Dan Material

a. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian

dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijin­ijin, tenaga teknisi dan tenaga ahli.

b. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan

spesifikasi teknis ini maupun tambahan­tambahan lainnya.

2. Persyaratan Bahan Dan Material

a. Panel­panel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus

ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panel­panel yang dimaksud untuk

beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded dan

harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.

b. Panel­panel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed), free

standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen­

komponen yang ada :

Page 138: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 138

Engineering,Survey, Environment

o Panel Genset

o LVMDP

o LV­SDP

c. Panel­panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed). Wall

mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen­

komponen yang ada :

o Panel­panel pencahayaan dan stop kontak

o Panel­panel daya plumbing

o Panel­panel daya air conditioning

o Panel­panel lain.

d. Panel­panel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed} untuk

pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponen­komponen yang

ada :

o LP­OL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).

e. Panel­panel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi

tercantum dalam mgambar rencana.

3. Karakteristik Panel

a. Tegangan kerja : 400 volt

b. Tegangan uji : 3.000 volt

c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt

d. Frekwensi : 50 Hz

4. Konstruksi Panel

a. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas,

misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus tenaga (CB),

pemasangan kembali indikator­indikator, pengecekan tegangan, pengecekan

gangguan dan sebagainya.

b. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemari­lemari yang digunakan untuk

pemasangan peralatan­peralatan atau penyambungan­penyambungan. Setiap

Page 139: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 139

Engineering,Survey, Environment

lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam lemari

tersebut telah off /mati.

c. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus dibuat

sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat kesalahan­

kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.

d. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan diberi

penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga dapat

dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masing­masing terpisah satu

sama lain dengan alat pemisah.

e. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :

o Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat

dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.

o Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang dihubungkan

dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya

dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah off/mati.

o Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan

ketinggiannya.

f. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:

o Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium

o Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,

kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara galvanisasi

atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".

o Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abu­abu atau

wama lain yang disetujui Direksi.

g. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker (MCB)

dengan breaking capacity minimal 8 ­10 KA simetris.

h. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB) atau

No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana

dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.

i. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan

instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi dengan

Page 140: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 140

Engineering,Survey, Environment

shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.

j. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan

hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay pengaman

lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lain­lain)seperti terdapat

pada gambar.

k. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas dan

mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu

setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.

l. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .

Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;

o Phasa : Merah, kuning, hitam

o Netral : Biru

o Ground : Hijau ­ Kuning.

m. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan

kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan

bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup dengan

sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari Telemekanik

dan yang setaraf.

n. Pemberian Tanda Pengenal

Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan hal­hal berikut:

o Fungsi peralatan dalam panel

o Posisi terbuka atau tertutup

o Arah putaran dari handel pengontrol dari switch

o Dan lain­lain.

Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.

o. Pengujian

Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian

yang diakui oleh PLN (LMK):

o Test kekuatan tegangan impuls

o Test kenaikan temperatur

o Test kekuatan hubung singkat

Page 141: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 141

Engineering,Survey, Environment

o Test untuk alat­alat pengaman

o Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud

o Pemeriksaan alat­alat interlock dan fungsi kerja handel­handel

o Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock

o Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.

KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH

a. Umum

1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacam­macam ukuran dan

type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV)

kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.

b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel

Bahan

1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi peraturan

PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai dengan

ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.

2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara disiplin

(stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil

2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.

3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :

a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact

PCV.

b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan

menggunakan kabel NYFGbY.

c. Untuk kabel­kabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan kabel

jenis NYY.

d. Untuk kabel­kabel dari LVMDP menuju ke panel­panel hydrant, pressurization

fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.

Page 142: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 142

Engineering,Survey, Environment

e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.Pyrotenax.

4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton, ail)

harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan ukurannya.

"Splice" / Pencabangan

1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan baik dalam feeder

maupun cabang, kecuali pada outlet atau kotak­kotak penghubung yang bisa

dicapai (accessible).

2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus

teguh secara electric, dengan cara­cara "Solderless Connector". Jenis kabel

tekanan, jenis compression atau soldered.

3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductor­konduktor

dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada kabel­kabel

telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.

4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat

lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang diisolasi

dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya disesuaikan

dengan diameter kabel.

Bahan Isolasi

1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lain­lain seperti karet, PVC,

asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lain­lain harus dari type

yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lain­lain tertentu itu harus

dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah

dan atau Manufacturer.

2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotak­kotak penyambung

yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lain­lain). Kontraktor Pelaksana

harus memberikan brosur ­ brosur mengenai cara­ cara penyambungan yang

dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.

3. Kabel­kabel harus disambung sesuai dengan wama­wama atau nama­namanya

masing­masing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan

Page 143: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 143

Engineering,Survey, Environment

sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan

oleh Konsultan Supervisi.

4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan­

penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.

Penyambungan­penyambungan harus dan ukuran yang sesuai.

5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /

protolen yang khusus untuk listrik.

6. Penyekat­penyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai

isolasi tertentu.

7. Cara­cara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal temperatur­

temperatur pengecoran dan semua lobang­lobang udara harus dibuka selama

pengecoran.

8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi

dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.

Saluran Penghantar dalam Bangunan

1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung, saluran

penghantar (conduit) ditanam dalam beton.

2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung saluran

penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di atas ceiling

dengan tidak membebani ceiling.

3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran beton,

kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized dengan diameter

sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan hand­hole untuk belokan­

belokan.

4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum 5/8"

diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus

menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus

menggunakan terminal strip di dalam junction box.

Page 144: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 144

Engineering,Survey, Environment

5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank plate

stainless steel, type "star point".

6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi

dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila

tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai

sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke

bangunan pada setiap jarak 50 cm.

Pemasangan Kabel dalam Tanah

1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.

2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas merah,

dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.

3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa Galvanized.

4. Kabel­kabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa galvanized

atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel harus berjarak tidak

kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lain­lain.

5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih dari

bahan­bahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran bahan

kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10

cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan

tanah urug.

6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung, harus

mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam tanah.

7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas pada

jalur­jalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam pengoperasian,

pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat tergali/tercangkul.

Page 145: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 145

Engineering,Survey, Environment

c. Pengujian Testing

1. Factory Test

a. Pengetesan Individuil

Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan

sebagai berikut:

o Pengetesan ukuran tahanan hantaran

o Pengetesan dielektrik

o Pengukuran loss factor

b. Pengetesan Khusus

Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai.

Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:

o Test tegangan impuls

o Mekanikal test

o Pengukuran loss factor pada bermacam­macam temperature

o Pengetesan dielektrik

o Pengetesan perambatan (Creep Test)

2. Site Test

o Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan­

penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan

dielektrik/insulation test.

o Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak

dapat dihapus.

PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK

a. Lampu Dan Armaturenya

1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang

dilukiskan dalam gambar­gambar elektrikal.

a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).

b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi

Page 146: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 146

Engineering,Survey, Environment

dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat terhadap kenaikan

temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.

c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,

sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.

d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup

besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak

mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri.

e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabel­kabel dalam box

harus diberikan saluran atau klem­klemn tersendiri, sehingga tidak menempel

pada ballast atau kapasitor.

f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat,

kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.

g. Box terbuat dari glass ­ fibre reinforced polyster dengan brass insert harus

tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear

polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.

h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted

harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.

i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan single

lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).

j. Untuk lampu TL yang di­dimmer, ballast harus dari jenis "High­Frequency

Electronic light regulating ballast", yang dapat men­dimmer lampu­lampu

fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu

elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).

k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lain­lain.

Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam ikan

dengan jenis wama lampu 33

l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan hrrus

dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser harus dari

bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down ligh tersebut

harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.

Page 147: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 147

Engineering,Survey, Environment

m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan lampu HPL­N

250 W maupun PL­9 W/SL­18 W.

n. Lubang­lubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk

mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir, tidak

boleh dengan memakai paku sekrup.

o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain

Arsitek.

b. Kotak Kontak Biasa

1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating 250

Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.

2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk

pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.

3. Bahan dari Cover Plate.

4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk pemasangan rata

dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan harus mempunyai

terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang mengikuti item e.

c. Kotak Kontak Khusus

1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus

mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415 Volt, 16

A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.

d. Saklar Dinding

1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating 250

Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs (grid

switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan ketinggian

1,20 m atau ditentukan lain.

Page 148: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 148

Engineering,Survey, Environment

e. Isolating Switches

1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan indicating

lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB / MCCB pada

feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250 Volt, fasa 415 Volt.

2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.

f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak

1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang

dari 35 mm.

2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak kontak

dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan dengan cara

yang mengembang tidak diperbolehkan.

g. Kabel Instalasi

1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel

inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).

2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi

kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:

a. Fasa R : merah

b. Fasa S : kuning

c. Fasa T : hitam

d. Netral : biru

e. Grounding : hijau/kuning

h. Pipa Instalasi Pelindung Kabel

a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau

GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai

yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 ­ 25 mm.

b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung

Page 149: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 149

Engineering,Survey, Environment

Qunction box) dan armature lampu.

c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC

khusus untuk power high impact conduit­heavy gange, minimum diameter 19 ­ 25

mm.

d. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle,

adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan

perlengkapan lainnya.

e. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP ­ 65.

i. Rak Kabel

1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable ladder

yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis dilapisi oleh

Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.

j. Testing / Pengujian

1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan oleh

lembaga yang berwenang pengujian meliputi :

a. Test ketahanan isolasi

b. Test kekuatan tegangan impuls

c. Test kenaikan temperatur

d. Continuity test.

11.16 Pekerjaan Pengecatan

a. Referensi

1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standard­standard sebagai berikut :

a. Petunjuk­petunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.

b. NI­3 1970

Page 150: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 150

Engineering,Survey, Environment

c. NI­4

b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu

1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas

terbaik.

2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,

spesifikasi, dan aturan pakai.

3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari merek­merek yang memenuhi

standar SNI.

4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua

merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.

5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi

bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner dalam

masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam tabel berikut

ini :

Page 151: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 151

Engineering,Survey, Environment

Tabel Pemakaian Jenis Dan Warna Cat

No.

Pemakaian

Merek/Produk (Tidak

Mengikat)

Warna

1. Plamur Tembok

RJ

Putih

2. Minie Kayu & Besi

KUMBANG Merah

3. Dempul Kayu

RJ

Putih

4. Cat Dasar Tembok

ULTRALEX

Putih

5. Cat Dasar Kayu

KUMBANG

Putih

6. Cat Dinding Dalam

NIPPO PAINT & DANAPAINT

Blue White

( Nippon Paint )

7. Cat Dinding Luar

INIPPO PAINT & DANAPAINT

American White

( Nippon Paint )

8.

Cat Plafond Luar

INIPPO PAINT & DANAPAINT

Silver Snow

( Nippon Paint )

9.

Cat Plafond Dalam

NIPPO PAINT & DANAPAINT

Silver Snow

( Nippon Paint )

10.

List Plank

NIPPO PAINT & DANAPAINT

Ash Grey

( Nippon Paint )

6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan

persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.

7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua bangunan

dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar Disain Berwarna

tampak luar dan dalam bangunan dengan posisi­posisi penempatan warna cat.

8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada dalam

Page 152: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 152

Engineering,Survey, Environment

Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar Bestek maka

acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan Perencana.

9. Perubahan­perubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam tabel

point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis dan

diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.

10. Perubahan­perubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah

kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor Pelaksana

harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah ditentukan dalam tabel

point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan dan

pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.

c. Cat Melamin

1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti

berikut ini :

a. Kertas Ampelas Nomor 120

b. Kertas Ampelas Nomor 180

c. kertas Ampelas Nomor 320

d. Kertas Ampelas Nomor 600

e. Wood Filler (SH­113)

f. Wood Stain (WS ­162B)

g. Thinner SQ

h. Melamin Sanding Sealer (MSS)

i. Melamin Lack (ML­131)

j. Hardinner (MH­2)

k. Thinner (MT­03)

2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan benar­

benar kering.

Page 153: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 153

Engineering,Survey, Environment

3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan seperti

berikut ini :

a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120

b. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180

c. Menutup pori­pori dengan Wood Filler (SH­113)

d. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320

e. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS­162B)

f. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain kering.

g. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer (MSS)

dengan campuran Hardinner

h. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600

i. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML­131) dicampur dengan

Hardinner (MH­2) dan pengencer Thinner (MT­03)

d. Pelaksanaan

1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan bata,

beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus disetujui oleh

Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.

2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton dan

kayu benar­benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.

3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli.

Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan Konsultan

Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan

4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur terlebih

dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.

5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata permukaanya

dengan kertas amplas.

Page 154: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 154

Engineering,Survey, Environment

6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of

Quantity atau Konsultan Supervisi :

a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali

Cat Warna.

b. Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan

2 Kali Cat Warna.

c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.

d. Cat Melamin : Pasal 3

e. Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali

Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.

Page 155: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 155

Engineering,Survey, Environment

12.1 Galian Tanah

1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus

memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan

tanah humus.

2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil

Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.

3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.

4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.

5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill

of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun

maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk

mengadakan pembersihan.

6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat

Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.

7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para

pekerja.

8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang

diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya

sendiri dari Kontraktor Pelaksana.

9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat

pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.

10. Jika pada saat pengalian ditemukan akar­akar tumbuhan lama atau puing­puing

bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali

denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.

11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan

jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak

menggangu pekerjaan konstruksi.

BBBAAABBB XXXIIIIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN SSSAAALLLUUURRRAAANNN

Page 156: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 156

Engineering,Survey, Environment

12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum

pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.

13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika

tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga

membahayakan pekerjaan pengalian.

14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

12.2 Pekerjaan Pasir Urug

1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai, Pasir alas pondasi

serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).

2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non

struktural.

3. Pasir Urug terdiri dari butiran­butiran yang keras dan bersifat kekal.

4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.

5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.

12.3 Pekerjaan Lantai Kerja

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti

yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang

air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

12.4 Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)

1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat / retak,

dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.

2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10 ­15

cm, dan tidak bercampur dengan tanah.

Page 157: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 157

Engineering,Survey, Environment

3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi panjang

tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang merata dan

disiram dengan air hingga pasir mengisi lubang­lubang yanterdapat pada sela­sela

batu kemudian ditimbris.

12.5 Pondasi Batu Gunung 1 Pc: 4 Ps

Pasir Pasang / Pasir Halus

1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi

memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.

2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu

Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.

3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,

apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir

tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.

5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari

6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir

yang berasal dari laut.

Batu Gunung

1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras, tidak

berlubang dan forius.

2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah dan

lumut pada permukaannya.

3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,

pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.

4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.

5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu

gunung adalah 7 cm.

6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu

Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk

keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan

persetujuan Konsultan Supervisi.

Page 158: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 158

Engineering,Survey, Environment

7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek

dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.

8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.

9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus

diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa

spesi), dan rongga­rongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta

spesi secukupnya.

10. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi spesi

dan dikasarkan (digaris­garis silang). Pada tempat­tempat yang akan dipasang

kolom praktis harus diberi stick besi beton.

12.6 Pekerjaan Plesteran

a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata

harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding

bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding

yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran lama

dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga ketika

dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps

Page 159: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 159

Engineering,Survey, Environment

1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata

harus disiram dengan air dengan merata.

2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .

3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.

4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.

5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.

7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan

campuran 1 Pc : 4 Ps.

8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding

yang diplester.

9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan­sambungan antara plesteran lama

dengan plesteran baru yang tidak rata.

10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari

kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.

11. Hasil pekerjaan plesteran harus benar­benar halus permukaannya sehingga ketika

dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.

12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

12.7 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang

Bahan­bahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan diantaranya :

a. Pasir Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari

5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah

butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.

7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zat­za lain yang dapat merusak

beton.

Page 160: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 160

Engineering,Survey, Environment

8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

b. Kerikil Beton

1. Terdiri dari butiran­butiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.

2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari

1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.

3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian

di Laboratorium Beton.

4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.

5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran

material beton.

6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.

7. Tidak mengandung zat alkali atau zat­zat lain yang dapat merusak beton.

8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses

penyelidikan di Laboratorium Beton.

9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaan­pekerjaan beton Non Struktural

dengan mutu K­125 sampai mutu K­175.

10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam

Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.

c. Semen Portland

1. Terdaftar dalam merk dagang.

2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton

structural maupun beton non struktural.

3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbeda­beda harus dengan persetujuan

Konsultan Supervisi.

4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.

5. Tidak berbungkah­bungkah/tidak keras.

6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen

Portland Type I.

7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk

bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

Page 161: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 161

Engineering,Survey, Environment

d. Air

1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.

2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat

merusak beton.

3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang

didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan

Konsultan Supervisi.

e. Zat Additive

1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang

berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus

disetujui oleh Konsultan Perencana.

2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian

dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor

Pelaksana.

3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku

secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.

4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat

dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor

Pelaksana.

5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada

campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton,

kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.

f. Tulangan Beton

1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan

oleh Konsultan Supervisi.

2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.

3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.

4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2

atau 300 MPa.

5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan

percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.

6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang

dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.

Page 162: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 162

Engineering,Survey, Environment

7. Toleransi­toleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan

Konsultan Perencana.

8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah

yang berlawanan.

9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan

langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.

10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung

berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.

12.8 Pekerjaan Plat Lantai

1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan

langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.

2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti

yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.

3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.

4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang

air.

5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.

Page 163: RKS UMUM

RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH

INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 163

Engineering,Survey, Environment

13.1 Ketentuan Khusus

Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan ditentukan kemudian oleh

Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisi dalam masa pelaksanaan konstruksi

dengan persetujuan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus

dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Hal­hal yang ditentukan kemudian tersebut

harus tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.

13.2 Ketentuan Tambahan

1 Jika ada item­item pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar Bestek,

Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap item

pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Supervisi Konstruksi

dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

2 Item – Item pekerjaan pada bangunan yang berbeda tetapi item pekerjaannya

sama dan konstruksinya sama dan tidak lagi dijelaskan khusus dalam Spesifikasi

Teknis tersendiri maka Spesifikasi Teknis yang berlaku pada item pekerjaan

tersebut adalah Spesifikasi Teknis pada bangunan yang sama dengannya dimana

penjelasan secara khususnya diberikan oleh Konsultan Supervisi.

3 Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja Pengantian Material dan

Komponen Bangunan dari yang telah disyaratkan dalam Bill of Quantity, Gambar

Bestek dan Spesifikasi Teknis harus melalui Perhitungkan Pengurangan Biaya

Pelaksanaan ( Kontrak Addendum ).

4 Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah menurut

penjelasan Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen Konstruksi dengan

persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.

5 Aturan Tambahan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Spesifikasi Teknis

secara keseluruhan, berlaku dan mengikat untuk semua Spesifikasi Teknis yang

ada dalam Proyek ini.

BBBAAABBB XXXIIIIIIIII KKKEEETTTEEENNNTTTUUUAAANNN TTTAAAMMMBBBAAAHHHAAANNN

Page 164: RKS UMUM

�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������