rks umum
DESCRIPTION
umumTRANSCRIPT
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 1
Engineering,Survey, Environment
1.1 Nama Pekerjaan
Nama pekerjaan untuk kegiatan ini adalah PTMP DAN DED TPA KABUPATEN
BENER MERIAH. Nama pekerjaan ini sesuai dengan kontrak kerja antara PPK
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman NAD dengan CV. Indotama
Adya Consultant.
1.2 Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan ini Desa Perumpakan Benjadi Kecamatan Mesidah Kabupaten
Bener Meriah Provinsi Aceh. Lokasi ini berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bener
Meriah.
1.3 Kewajiban Kontraktor.
Kontraktor berkewajiban untuk mengerjakan item – item Pekerjaan seperti yang
tertuang dalam kontrak kerja. Dalam kontrak terdapat gambar, RAB dan
dokumendokumen lain seperti ketentuan yang berlaku.
BBBAAABBB III DDDAAATTTAAA PPPRRROOOYYYEEEKKK
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 2
Engineering,Survey, Environment
2.1 Penanggung Jawab Pelaksanaan ( Kontraktor Pelaksana )
1. Perjanjian yang tertuang dalam Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan
Penyedia Jasa Pelaksana Konstruksi, maka Kontraktor untuk proyek seperti yang
disebutkan dalam BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam
Kontrak Kerja Fisik.
2. Seluruh itemitem pekerjaan harus di laksanakan oleh Kontraktor sesuai ketentuan
ketentuan di dalam Dokumen Kontrak.
3. Mengajukan struktur organisasi pelaksana proyek kepada Owner yang didalamnya
tercantum beberapa tenaga ahli Kontraktor Pelaksana dengan posisi minimal
seperti berikut atau sesuai yang diajukan:
a. Project manager;
b. Site Manager;
c. Quality Engineer;
d. Arsitek;
e. Supervisor Lapangan;
f. Surveyor;
g. Drafman;
h. Administrasi Proyek; dan
i. Operator Computer.
4. Personil dan tenaga ahli yang ditempatkan harus sesuai jumlahnya dengan bobot
pekerjaan yang ditangani dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Owner.
5. Personil dan tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi proyek
yang diajukan oleh Kontraktor harus berada dilokasi pekerjaan minimal selama jam
kerja.
BBBAAABBB IIIIII KKKEEETTTEEENNNTTTUUUAAANNN UUUMMMUUUMMM PPPEEELLLAAAKKKSSSAAANNNAAAAAANNN
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 3
Engineering,Survey, Environment
6. Project Manager harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh
Konsultan Supervisi jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu
lebih dari 3 hari.
7. Konsultan Supervisi berhak mengajukan kepada Owner untuk pengantian tenaga
ahli Kontraktor Pelaksana yang berada dilokasi pekerjaan jika tenaga ahli tersebut
dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan tugasnya dengan
baik.
8. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Kontraktor Pelaksana harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis dan administratif di lokasi
pekerjaan.
2.2 Sub Pelaksana Pekerjaan / Sub Kontraktor
1. Penunjukan Sub Pelaksana pekerjaan / Sub Kontraktor hanyalah dapat dilakukan
dengan sepengatahuan dan rekomendasi tertulis dari Konsultan serta mendapat
persetujuan dari Owner.
2. Apabila hasil pekerjaan Sub Pelaksana tidak memenuhi semua persyaratan di
dalam kontrak Kerja ataupun tidak memenuhi target prestasi yang harus dicapai
pada suatu tahap pekerjaan, maka Konsultan Supervisi berhak menginstruksikan
kepada Kontraktor Pelaksana untuk menganti Sub Pelaksana pekerjaan tersebut
dengan yang lain, dan disetujui oleh Konsultan dan direksi dan Kontraktor
Pelaksana harus menjalankan yang instruksi tersebut.
3. Kontraktor tidak dibenarkan untuk meninggalkan kewajibannya dengan cara
bvmenyerahkan Kontrak Kerja sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain (Sub
Pelaksana Pekerjaan) tanpa seijin atau persetujuan Owner.
4. Apabila tidak disebutkan dalam Kontrak Kerja, maka Kontraktor tidak dibenarkan
untuk mensubkan sebagian pekerjaan yang menjadi kewajibanya tanpa
persetujuan Owner..
5. Dalam hal sudah mendapat persetujuan Owner dan Konsultan, maka Kontraktor
tetap bertanggung jawab penuh atas segala kelalaian dan kesalahankesalahan
yang dibuat oleh Sub Kontraktor, sehingga kesalahan dan kelalaian tersebut
merupakan kesalahan dan kelalaian Kontraktor Pelaksana sendiri.
6. Sub Kontraktor adalah pihakpihak yang mempunyai Kontrak Kerja langsung
dengan Kontraktor Pelaksana, yaitu dalam menyediakan dan mengerjakan bagian
bagian pekerjaan khusus sesuai dengan keahliannya.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 4
Engineering,Survey, Environment
7. Kontraktor Pelaksana tetap bertanggung jawab sepenuhnya atas hasil pekerjaan
Sub Kontraktor.
2.3 Gambar Pelaksanaan ( Shop Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Pelaksanaan (Shop
Drawing) untuk pekerjaanpekerjaan yang memerlukannya, terutama untuk
pekerjaanpekerjaan yang Gambar Detailnya tidak dijelaskan dalam Gambar
Bestek.
2. Pekerjaanpekerjaan yang memerlukan Shop Drawing ditentukan oleh Konsultan
Supervisi dalam masa konstruksi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan sebelum Shop
Drawing yang menjadi kewajibannya di setujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Shop Drawing tidak boleh merubah/merevisi Gambar Bestek kecuali atas
persetujuan Konsultan supervisi.
2.4 Gambar Lapangan Dan Dokumen Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu set Gambar Bestek /Gambar Revisi
dalam format kertas A2, kertas A3 (sementara), satu set Shop Drawing, satu set
Spesifikasi Teknis dan satu set Bill of Quantity dilokasi pekerjaan pada setiap kantor
lapangan.
2. Gambar Bestek, Gambar Revisi, Shop Drawing, Spesifikasi Teknis, dan Bill of
Quantity ditempatkan pada tempat yang baik dan dalam kedaan yang rapi.
2.5 Buku Instruksi Dan Buku Tamu
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan satu buah Buku Instruksi dan Buku Tamu
dilokasi pekerjaan pada setiap kantor lapangan dan ditempatkan pada tempat yang
baik.
2. Buku Instruksi berisikan instruksiinstruksi dilokasi pekerjaan yang dikeluarkan oleh
Konsultan Supervisi dan Owner untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan.
3. Buku Instruksi harus mencantumkan tanggal instruksi, waktu instruksi, nama dan
jabatan yang memberi instruksi, dan tanda tangan yang memberi instruksi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 5
Engineering,Survey, Environment
4. Instruksi Konsultan Supervisi dan Owner yang berada dalam Buku Instruksi harus
diketahui dan ditanda tangani oleh Kontraktor Pelaksana minimal Supervisor
Lapangan untuk dilaksanakan.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyediakan buku tamu di kantor lapangan yang
diletakan pada tempat yang baik. Semua tamu yang berkunjung ke lokasi pekerjaan
harus terdata dan mengisi buku tamu ang telah disediakan oleh Kontraktor
Pelaksana.
2.6 Gambar Hasil Pelaksanaan ( Asbuilt Drawing )
1. Kontraktor dengan biaya sendiri harus membuat Gambar Hasil Pelaksanaan
(Asbuilt Drawing) yang sesuai dengan hasil pelaksanaan pekerjaan dilapangan
sebelum serah terima tahap pertama dilakukan.
2. Pekerjaanpekerjaan yang memerlukan As Built Drawing adalah pekerjaan, Kolam
Lindi, Kolam Landfill, Jalan Operasi, Saluran, Pos Jaga, Rumah Jaga, Kantor dan
pekerjaan –pekerjaan lain yang ditentukan oleh Konsultan Supervisi.
3. As Built Drawing yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi, dan Owner.
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menyerahkan 5 set As Built Drawing yang telah
disetujui kepada Konsultan Supervisi, Owner kepada Owner.
5. Satu set As Built Drawing yang telah disetujui harus disimpan di tempat yang baik
pada bangunan oleh Owner atau pengguna bangunan.
2.7 Rencana Waktu Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
(time schedule) keseluruhan kepada Konsultan Manajemen Konstruksi dan Owner
sebelum dimulainya pelaksanaan pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyelesaiankan pekerjaan sesuai dengan rencana
waktu penyelesaian pekerjaan keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan dan
Owner kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan rencana waktu penyelesaian pekerjaan
keseluruhan yang telah disetujui oleh Konsultan dan Owner.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 6
Engineering,Survey, Environment
4. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan rencana waktu penyelesaian
pekerjaan mingguan pada tahap pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan
Supervisi.
5. Konsultan berhak untuk tidak menyetujui rencana penyelesaian pekerjaan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
6. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
kesalahan dalam menyusun waktu pemnyelesaian pekerjaan sepenuhnya menjadi
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
7. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena factor
cuaca seperti hujan yang lebih dari 1 hari kerja dan dibuktikan dengan catatan
cuaca dalam Laporan Harian yang disetujui oleh Konsultan Supervisi harus
diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
8. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
factorfactor non teknis yang lebih dari 3 hari kerja dan diketahui oleh Konsultan
Supervisi seperti permasalahan dengan tanah/lahan pekerjaan sehingga Kontraktor
pelaksanan tidak bisa memasuki dan memulai pekerjaan, ganguan keamanan dari
masyarakat setempat harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan
pekerjaan.
9. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan karena
permasalahan yang berhubungan dengan Spesifikasi Teknis, Gambar Disain, Bill of
Quantity dan Kontrak Kerja dimana tidak ada keputusan yang pasti dari Konsultan
Manajemen Konstruksi, Konsultan Supervisi, dan Owner lebih dari 3 hari kerja
harus diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan pekerjaan.
10. Keterlambatan Kontraktor Pelaksana dalam menyelesaikan pekerjaan yang
disebabkan oleh halhal selain seperti yang disebutkan dalam point 6, point 7 dan
point 8 tidak boleh diperhitungkan untuk penambahan waktu pelaksanaan kecuali
ditentukan lain dalam Kontrak Kerja dengan persetujuan Konsultan Manajemen
dan Owner.
11. Lamanya penambahan waktu atau jumlah hari kerja tambahan yang diberikan
kepada Kontraktor Pelaksana karena alasanalasan seperti yang disebutkan pada
point 6, point 7 dan point 8 adalah menurut keputusan Konsultan Manajemen
Konstruksi dan Owner.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 7
Engineering,Survey, Environment
2.8 Request Material Dan Request Pekerjaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan permohonan penggunaan semua material
bangunan (request material) sebelum material bangunan tersebut dipakai dan
dimasukan kelokasi pekerjaan.
2. Request Material yang diajukan Kontraktor Pelaksana harus disertai dengan contoh
material dan disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Persetujuan Request Material yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dianggap
sah dan diakui apabila disetujui minimal oleh Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan dan menyerahkan satu set contoh
material yang telah disetujui kepada Konsultan Supervisi.
5. Material bangunan yang tidak disetujui oleh Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana, dan Owner tidak boleh dipakai sebagai material bangunan dan harus
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan.
6. Kontraktor Pelaksana juga harus mengajukan permohonan (request pekerjaan)
untuk pekerjaan yang akan dikerjakan.
7. Request Pekerjaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
8. Kontraktor pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan tanpa Request
Material atau jika Request Pekerjaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
9. Itemitem pekerjaan yang memerlukan Request Pekerjaan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.
2.9 Metode Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Metode Pelaksanaan terhadap
keseluruhan pekerjaan yang memerlukanya.
2. Metode Pelaksanaan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pekerjaan jika Metode
Pelaksanaan yang diajukan belum disetujui oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 8
Engineering,Survey, Environment
2.10 Rencana Material Dan Peralatan
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana material dan peralatan mingguan
yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu kepada
Konsultan Supervisi.
2. Semua material dan peralatan sesuai dengan rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi
pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana material dan peralatan
mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan alasan
alasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
2. 11 Rencana Tenaga Kerja
1. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan rencana pengunaan tenaga kerja
mingguan yang akan digunakan untuk penyelesaian pekerjaan setiap minggu
kepada Konsultan Supervisi.
2. Semua tenaga kerja sesuai dengan rencana tenaga kerja mingguan yang diajukan
oleh Kontraktor Pelaksana harus berada dilokasi pekerjaan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk tidak menyetujui rencana penggunaan tenaga
kerja mingguan yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dengan memberikan
alasanalasan yang dapat dipertanggung jawabkan secara teknis.
2.12 Pekerjaan Diluar Jam Kerja
1. Pekerjaanpekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dengan alasan mempercepat proses penyelesaian pekerjaan harus
diketahui oleh Konsultan Supervisi.
2. Biayabiaya yang harus dikeluarkan oleh personil Konsultan Supervisi untuk
pengawasan pekerjaan diluar jam kerja normal yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap kualitas pekerjaan yang
dilakukan diluar jam kerja normal atau pada malam hari.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 9
Engineering,Survey, Environment
2.13 Laporan Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana wajib membuat laporan harian, laporan mingguan, dan
laporan bulanan kepada Konsultan Supervisi tentang kemajuan pelaksanaan
pekerjaan.
2. Format laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan yang dibuat oleh
Kontraktor pelaksana harus disetujui oleh Konsultan.
3. Konsultan Supervisi berhak untuk melakukan pemeriksaan langsung kelapangan
akan kebenaran data yang ada dalam laporan harian, laporan minnguan, dan
laporan bulanan yang dibuat oleh Kontraktor Pelaksana.
4. Laporan harian, laporan mingguan, dan laporan bulanan dibuat dalam rangkap 4
(empat). Salah satu tembusan laporan harian, laporan mingguan, dan laporan
bulanan harus berada pada lokasi pekerjaan. Masingmasing Laporan harian,
laporan mingguan dan bulanan harus diserahkan kepada Konsultan Supervisi dan
Owner.
2.14 Surat Menyurat Dan Komunikasi
1. Segala suratmenyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya administratif harus
melalui dan ditujukan Konsultan Supervisi serta Owner.
2. Segala suratmenyurat yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana yang
berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya teknis harus melalui
dan ditujukan kepada Konsultan Supervisi juga Owner.
3. Surat menyurat atau perizinan yang berhubungan dengan Instansi lain di luar
proyek tidak perlu melalui dan diketahui oleh Konsultan. Kontraktor Pelaksana
tetap wajib memberikan informasi tentang hal tersebut kepada Konsultan.
2.15 Rapat Koordinasi Dan Rapat Lapangan (Site Meeting)
1. Rapat koordinasi diselenggarakan sekurangkurangnya 1 (satu) kali setiap minggu,
dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat koordinasi dengan diwakili minimal
oleh Site Manager atau Supervisor Lapangan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 10
Engineering,Survey, Environment
3. Kosumsi rapat koordinasi tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
4. Rapat lapangan (site meeting) diselenggarakan sekurangkurangnya 1 (satu) kali
setiap minggu, dipimpin oleh Owner atau Konsultan supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana wajib hadir dalam rapat lapangan dengan diwakili minimal
oleh Supervisor lapangan.
6. Kosumsi rapat lapangan tersebut disiapkan oleh Kontraktor Pelaksana kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
2.16 Wewenang Owner (Pemberi Tugas) Memasuki Lokasi Pekerjaan
1. Owner (Pemberi Tugas) dan para wakilnya mempunyai wewenang untuk memasuki
lokasi pekerjaan dan bengkel kerja atau tempattempat lain dimana Kontraktor
Pelaksana melaksanakan pekerjaan untuk Kontrak.
2. Jika pekerjaan dilakukan pada tempattempat lain yang dilakukan oleh Sub
Kontraktor Pelaksana menurut ketentuan dalam Sub Pelaksanaan, maka Kontraktor
Pelaksana harus memberikan jaminan agar supaya Owner dan para wakilnya
mempunyai wewenang untuk memasuki bengkel kerja dan tempattempat lain
kepunyaan Sub Pelaksana pekerjaan.
3. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memberikan instruksi langsung
dilapangan kepada Kontraktor Pelaksana dan Konsultan Supervisi untuk suatu
perbaikan atau perubahan jika dalam proses pelaksanaan pekerjaan ditemukan hal
hal yang tidak sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan
Kontrak Kerja.
4. Owner atau Staf Ahli ( Enggineer ) berhak memerintahkan Konsultan Supervisi
secara tertulis untuk menghentikan proses pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
oleh Kontraktor Pelaksana sementara waktu jika ditemukan halhal yang tidak
sesuai dengan Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, Bill of Quantity dan Kontrak Kerja.
2.17 Progress Payment
1. Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Owner maka Hasil
Pekerjaan Kontraktor Pelaksana di bayar berdasarkan metode Progress Payment.
Artinya Tagihan Kontraktor Pelaksana dibayar berdasarkan Progress Realisasi
Pekerjaan yang telah diselesaikan dilapangan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 11
Engineering,Survey, Environment
2. Progress Payment Kontraktor Pelaksana diajukan kepada Konsultan atau Owner
dan diperiksa kebenaran realisasi pekerjaan dilapangannya oleh Konsultan
Supervisi.
3. Konsultan atau Owner dapat menunda atau membatalkan Progress Payment
Kontraktor Pelaksana jika berdasarkan pengamatan sendiri atau
laporan/rekomendasi Konsultan Supervisi tentang adanya pekerjaanpekerjaan
yang tidak sesuai Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity.
4. Progress Payment Kontraktor Pelaksana baru dapat dibayar oleh Owner jika telah
disetujui secara tertulis oleh Konsultan Supervisi.
2.18 Kesalahan Pekerjaan Dan Pekerjaan Cacat
1. Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki dengan biaya sendiri semua kesalahan
pekerjaan dan cacat pekerjaan baik pada tahap pelaksanaan maupun pada saat
sebelum Serah Terima Tahap Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai
100%.
2. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan adalah hasil pemeriksaan bersama antara
Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Serah Terima Tahap
Pertama (PHO) dan pekerjaan dinyatakan selesai 100%.
3. Kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan dari hasil pemeriksaan oleh Pelaksana,
Konsultan Supervisi dan Owner dicantumkan dalam sebuah Daftar Pekerjaan Cacat
yang ditandatangani oleh ketiga pihak tersebut.
4. Konsultan Manajemen atau Owner harus membuat Berita Acara Hasil Pemeriksaan
Pekerjaan untuk ditandatangani oleh Kontraktor Pelaksana, Konsultan Supervisi
dan Owner.
5. Semua kesalahan pekerjaan dan cacat pekerjaan yang ada dalam Daftar Pekerjaan
Cacat menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana memperbaikinya dengan
biaya sendiri.
6. Kesalahankesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana dikarenakan kurang memahami Gambar dan kurangnya kontrol terhadap
pekerja sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki dengan biaya sendiri.
7. Kesalahan dan cacat pekerjaan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana karena
lemahnya pengawasan dan kontrol oleh Konsultan Supervisi dan bukan atas dasar
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 12
Engineering,Survey, Environment
perintah tertulis dari Konsultan Supervisi tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana untuk memperbaikinya.
8. Kerusakan dan cacat pada bangunan akibat pemakaian atau sebabsebab lain tanpa
ada unsurunsur kesengajaan yang dapat dibuktikan dalam masa pemeliharaan
bangunan tetap menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaikinya dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
9. Konsultan Supervisi berhak setiap saat memerintahkan Kontraktor Pelaksana untuk
memperbaiki kesalahan pekerjaan atau pekerjaan cacat pada masa pelaksanaan.
10. Hasil perbaikan terhadap kesalahan pekerjaan dan pekerjaan cacat harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
2.19 Penyelesaian Dan Serah Terima Pekerjaan
1. Setelah pekerjaan dianggap terlaksana 100% berdasarkan Progress 100% yang
diajukan oleh Kontraktor Pelaksana dan telah disetujui oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi, Konsultan Supervisi dan Owner , maka pihak Konsultan Manajemen
Konstruksi, Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner bersamasama
menandatangani Berita Acara Serah Terima Pertama ( PHO ) kecuali ditentukan lain
oleh Owner.
2. Sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama ditandatangani berdasarkan klaim
progress 100% yang diajukan Kontraktor Pelaksana, maka Konsultan Supervisi,
Kontraktor Pelaksana dan Owner bersamasama melakukan Pemeriksaan
Lapangan.
3. Pekerjaanpekerjaan cacat, tidak sempurna dan tidak sesuai kualitas maupun
kuantitas terutama dari segi fungsi bangunan yang ditemukan dalam Pemeriksaan
Lapangan adalah menjadi kewajiban Kontraktor Pelaksana memperbaikinya
sebelum Serah Terima Pertama ditandatangani dan hal ini harus dituangkan dalam
Berita Acara Pemeriksaan dalam bentuk Daftar Pekerjaan Cacat.
4. Kontraktor pelaksana juga harus menyerahkan Asbuilt Drawing dan Buku Petunjuk
Penggunaan Bangunan (Hand Book) yang telah disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner sebelum Berita Acara Serah Terima Pertama
ditandatangani.
5. Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi tertulis akan realisasi
perbaikan dari semua item dalam Daftar Pekerjaan Cacat dan Asbuilt Drawing yang
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 13
Engineering,Survey, Environment
telah selesai dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan
penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pertama (PHO).
6. Setelah masa pemeliharaan dilampaui dan sesudah semua perbaikanperbaikan
dilaksanakan dengan baik, Konsultan Supervisi akan mengeluarkan rekomendasi
tertulis mengenai selesainya pekerjaan dan perbaikan yang berarti Serah Terima
Kedua (FHO) kedua dari pihak Kontraktor Pelaksana kepada Owner.
2.20 Pemanfaatan Bangunan Oleh Pemilik/Pengguna Bangunan
1. Pemanfaatan dan penggunaan bangunan oleh Pemilik Bangunan hanya boleh
dilakukan setelah Berita Acara Serah Terima antara Owner (Pemberi Tugas) dengan
Pemilik/Bangunan ditanda tangani.
2. Pemilik Bangunan tidak boleh menempati, menggunakan bangunan dan
memanfaatkan semua fasilitas yang ada dalam bangunan selama bangunan masih
dalam proses Serah Terima antara Kontraktor Pelaksana dengan Owner.
3. Pemanfaatan bangunan oleh siapapun sebelum Serah Terima antara Owner dan
Pemilik Bangunan ditandatangani harus dengan persetujuan Owner dan Kontraktor
Pelaksana.
4. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh terhadap perbaikan dengan biaya
sendiri semua cacat dan kerusakan yang timbul akibat penggunaan bangunan oleh
Pemilik Bangunan yang telah disetujuinya bersama dengan Owner.
2.21 Penanggung Jawab Pengawasan
1. Berdasarkan Kontrak Kerja yang dibuat oleh Owner dengan Penyedia Jasa
Konsultasi, maka Konsultan Supervisi untuk proyek seperti yang disebutkan dalam
BAB I diatas adalah Perusahaan seperti yang disebutkan dalam Kontrak Kerja
Konsultan Supervisi.
2. Tugas dan kegiatan Konsultan Supervisi adalah seperti yang disebutkan dalam
Permen PU Nomor : 45//M/2007 Tentang Penyedia Jasa Pengawas Konstruksi atau
menurut perubahannya jika ada kecuali ditentukan lain oleh Owner dalam Kontrak
Kerja konsultan Supervisi.
3. Konsultan Supervisi harus mengajukan struktur organisasi pengawasan lapangan
proyek kepada Owner dimana didalamnya tercantum beberapa tenaga ahli
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 14
Engineering,Survey, Environment
Konsultan Supervisi dengan posisi minimal seperti berikut atau seperti yang
diajukan :
a. Site Enggineer/Leader;
b. Chief Inspector;
c. Inspector;
d. Quantity Surveyor;
e. Quality Engineer;
f. Tenaga Administrasi; dan
g. Operator Computer.
4. Semua tenaga ahli yang namanya tercantum dalam struktur organisasi pengawasan
lapangan proyek yang diajukan oleh Konsultan Supervisi harus berada dilokasi
pekerjaan minimal selama jam kerja.
5. Konsultan Supervisi harus menyerahkan Struktur Organisasi pengawasan lapangan
proyek yang telah disetujui oleh Konsultan dan Owner kepada Kontraktor
Pelaksana.
6. Pengantian tenaga ahli oleh Konsultan Supervisi selama proses pelaksanaan
pekerjaan harus diketahui dan disetujui oleh Konsultan Manajemen Konstruksi dan
Owner.
7. Leader harus mengajukan ijin tertulis kepada Owner dan diketahui oleh Konsultan
jika hendak meninggalkan lokasi pekerjaan dalam jangka waktu lebih dari 3 hari.
8. Kontraktor Pelaksana berhak mengajukan kepada Konsultan dan Owner untuk
pengantian tenaga ahli Konsultan Supervisi yang berada dilokasi pekerjaan jika
tenaga ahli tersebut dinilai menghambat pekerjaan dan tidak mampu menjalankan
tugasnya dengan baik.
9. Tenaga ahli yang ditempatkan dilokasi pekerjaan oleh Konsultan Supervisi harus
mampu memberikan keputusan yang bersifat teknis di lokasi pekerjaan.
10. Konsultan Supervisi harus membuat laporan mingguan dan laporan bulanan
kepada Konsultan dan diketahui oleh Owner atas segala hal yang menyangkut
pelaksanaan pekerjaan oleh Kontraktor pelaksana.
11. Bentuk, format, dan isi laporan Konsultan Supervisi adalah berdasarkan hasil
diskusi dan konsultasi dengan Konsultan dan Owner.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 15
Engineering,Survey, Environment
2.22 Instruksi Konsultan Supervisi
1. Kontraktor Pelaksana harus mematuhi dan melaksanakan semua instruksi atau
perintah yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan.
2. Semua instruksi yang dikeluarkan oleh Konsultan Supervisi harus dalam bentuk
tulisan.
3. Instruksi Konsultan Supervisi dalam bentuk lisan dibenarkan dan harus diikuti oleh
Kontraktor Pelaksana selama disertai oleh alasanalasan yang jelas dan sesuai
dengan Spesifikasi Teknis.
4. Instruksi dari Konsultan Supervisi dapat berupa halhal seperti disebutkan dibawah
ini :
5. Teguran atas sesuatu cara pelaksanaan yang salah sehingga membahayakan bagi
konstruksi, atau pekerjaan finishing yang kurang baik atau halhal lain yang
menyimpang dari Spesifikasi Teknis dan Gambar Bestek.
6. Perintah untuk menyingkirkan material/bahan bangunan yang tidak sesuai dengan
Spesifikasi Teknis.
7. Perintah untuk mengantikan Pelaksana lapangan dari Kontraktor Pelaksana yang
dianggap kurang mampu.
8. Perintah untuk melakukan penambahan tenaga kerja dengan alasan untuk
mempercepat proses pelaksanaan pekerjaan.
9. Perintah untuk melakukan perubahanperubahan pada metode pelaksanaan
Kontraktor Pelaksana yang dianggap tidak tepat sehingga dapat mengurangi
kualitas dan memperlambat proses penyelesaian pekerjaan.
2.23 PerubahanPerubahan Disain Dan PerbedaanPerbedaan
1. Dalam hal pelaksanaan pekerjaan Konsultan Supervisi dengan persetujuan Owner
berhak mengadakan perubahanperubahan pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis
dan Bill of Quantity yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.
2. Kontraktor Pelaksana dengan alasan apapun tidak boleh melakukan perubahan
pada Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill of Quantity tanpa persetujuan
Konsultan Supervisi.
3. Perubahanperubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis harus
disampaikan secara tertulis kepada Kontraktor Pelaksana untuk dilaksanakan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 16
Engineering,Survey, Environment
4. Perubahanperubahan pada Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis yang dilakukan
oleh Konsultan Supervisi dan Owner yang disampaikan secara lisan atau tidak
tertulis tidak wajib untuk dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Resiko karena
melaksanakan Instruksi tidak tertulis sepenuhnya menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
5. Perubahanperubahan akan Gambar Bestek dan Spesifikasi Teknis tidak boleh
menambah biaya pelaksanaan pekerjaan secara keseluruhan dari biaya
pelaksanaan yang ada dalam Kontrak Kerja kecuali ditentukan lain dalam Kontrak
Kerja atau oleh Owner.
6. Perhitungan kuantitas/volume pekerjaan dan biaya karena perubahan Gambar
Bestek dan Spesifikasi Teknis dilakukan oleh Kontraktor diketahui oleh Konsultan
dan disetujui oleh Owner.
7. Kontraktor berhak memeriksa hasil perhitungan akan kuantitas/volume pekerjaan
dan biaya yang dilakukan oleh Konsultan Perencana.
8. Jika dalam pelaksanaan pekerjaan ditemukan ketidak sesuaian antara Gambar
Bestek, Spesifikasi Teknis, dan Bill of Quantity Konsultan Supervisi tidak dibenarkan
mengambil keputusan secara sepihak tetapi harus melaporkannya kepada
Konsultan untuk tindakan selanjutnya.
9. Konsultan dengan persetujuan Owner berhak menentukan acuan mana yang harus
dipegang bila terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis, dan bill
of Quantity kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja.
10. Kecuali ditentukan lain dalam Kontrak Kerja atau oleh Konsultan Manajemen
Konstruksi, jika terjadi perbedaan antara Gambar Bestek, Spesifikasi Teknis dan Bill
of Quantity maka urutan acuan yang harus dipegang ditentukan seperti berikut :
a. Kontrak Kerja;
b. Bill of Quantity;
c. Gambar Bestek serta Gambar Revisi; dan
d. Spesifikasi Teknis.
2.24 Struktur Organisasi Proyek
1. Struktur Organisasi Proyek dibuat oleh Konsultan dengan persetujuan Owner.
2. Struktur Organisasi Proyek harus dapat menjelaskan secara umum hubungan
antara semua pihak yang terlibat dalam proyek.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 17
Engineering,Survey, Environment
3. Struktur Organisasi Proyek adalah pedoman administratif yang harus diikuti oleh
semua pihak yang terlibat dalam proyek.
4. Perubahanperubahan pada Struktur Organisasi Proyek harus segera diberitahukan
secara tertulis kepada semua pihak yang terlibat dalam proyek.
5. Struktur Organisai Proyek dibuat dalam format kertas A3 dan diletakan pada posisi
yang mudah dilihat dan dibaca pada Direksi Keet ( Kantor Konsultan Supervisi ) dan
Kantor Kontraktor Pelaksana.
2.25 Ketentuan Lain
1. Spesifikasi Teknis ini adalah ketentuan yang mengikat bagi Kontraktor Pelaksana
dan merupakan bagian dari Kontrak Kerja yang harus dipatuhi dan dilaksanakan.
2. Semua aturan dan persyaratan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis harus
dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana walaupun hal tersebut tidak
disebutkan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity kecuali ditentukan lain dalam
Kontrak Kerja atau oleh Konsultan dengan Persetujuan Owner.
3. Jika terjadi perbedaan antara aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan
aturan dalam Kontrak Kerja maka aturan yang menjadi acuan adalah aturan yang
terdapat dalam Kontrak Kerja.
4. Halhal yang belum ditentukan dalam Spesifikasi Teknis ini akan ditentukan
kemudian oleh Konsultan bersama dengan Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam proses pelaksanaan pekerjaan dan menjadi satu
ketentuan yang mengikat serta wajib diikuti oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Halhal yang ditentukan kemudian oleh Konsultan tersebut harus tetap mengacu
pada Kontrak Kerja yang telah ada.
6. Konsultan dengan persetujuan Owner dapat mengubah sebagian besar atau
sebagian kecil aturan yang terdapat dalam Spesifikasi Teknis dan Kontraktor
Pelaksana wajib mengikuti aturan perubahan tersebut.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 18
Engineering,Survey, Environment
3.1 Uraian Mobilisasi
Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada
jenis dan volume pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian
bagian lain dari Dokumen Kontrak, secara umum harus memenuhi ketentuan berikut :
1. Penyewaan dan pembelian sebidang tanah yang diperlukan untuk Base Camp
Kontraktor Pelaksana.
2. Mobilisasi semua Staf / Personil Kontraktor Pelaksana dan Pekerja yang diperlukan
untuk penyelesaian pekerjaan.
3. Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan Daftar Peralatan yang
tercantum dalam Penawaran.
4. Penyedian dan Pemeliharaan Base Camp Kontraktor Pelaksana, jika diperlukan
Kantor Lapangan , Tempat Tinggal Staf, Barak Pekerja, Bengkel Kerja, Gudang dan
sebagainya.
3.2 Periode Mobilisasi
1. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Pekerjaan Mobilisasi harus sudah selesai
dalam jangka waktu 30 hari terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan Jadwal / Program Detail Mobilisasi
kepada Konsultan Supervisi, Konsultan manajemen dan Owner maksimal 7 hari
terhitung sejak tanggal Surat Perintah Mulai Kerja.
3.3 Demobilisasi
1. Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah Pembongkaran Tempat Kerja termasuk
pemindahan semua Instalasi, Peralatan dan Perlengkapan Kontraktor Pelaksana
dari Tanah Milik Pemerintah serta pengembalian kondisi tempat kerja menjadi
kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
BBBAAABBB IIIIIIIII MMMOOOBBBIIILLLIIISSSAAASSSIII DDDAAANNN DDDEEEMMMOOOBBBIIILLLIIISSSAAASSSIII
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 19
Engineering,Survey, Environment
4.1 Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi
1. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi adalah bangunan yang
dibangun oleh Kontraktor Pelaksana untuk keperluan/mendukung aktifitas pada
masa konstruksi seperti :
a. Kantor Pelaksana;
b. Kantor Konsultan;
c. Barak Pekerja;
d. Bengkel Kerja;
e. Gudang Material;
f. Pos Penjaga Keamanan Lokasi proyek;
g. Sarana Ibadah;
h. Air Bersih & Listrik Proyek;
i. Jaringan Komunikasi/Telpon Proyek;
j. Pagar Pengaman Lokasi Pekerjaan;
k. Lampu Penerangan;
l. Papan Nama Proyek;
m. Toilet & Kamar Mandi;
n. Dan Lain – Lain.
2. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi seperti yang disebutkan
diatas adalah milik Owner/Pengguna Bangunan jika biaya pembuatannya
disebutkan dalam Bill of Quantity.
3. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi yang biaya pembuatanya
tidak disebutkan dalam Bill of Quantity adalah milik Kontraktor Pelaksana.
4. Hasil Bongkaran Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi yang
dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus dikembalikan kepada Owner/Pengguna
Bangunan sesuai ketentuan point 2 dan 4.
BBBAAABBB IIIVVV PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN PPPEEERRRSSSIIIAAAPPPAAANNN
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 20
Engineering,Survey, Environment
5. Bangunan Pelengkap & Pendukung Proses Konstruksi harus ada dan dikerjakan
oleh Kontraktor Pelaksana pada lokasi proyek walaupun tidak disebutkan dalam Bill
of Quant
4.2 Papan Nama Proyek
1. Kontraktor harus membuat dan memasang Papan Nama Proyek yang memuat
tentang identitas proyek.
2. Papan nama proyek mengunakan ukuran minimal 150 cm x 250 cm kecuali
ditentukan lain oleh Owner.
3. Papan nama proyek rangka dan kakinya terbuat dari kayu dengan kualitas terbaik
sehingga sanggup bertahan minimal sampai selesainya pengerjaan proyek. Latar
papan nama dapat berupa papan kayu tebal minimal 2 cm atau multiplek dengan
tebal minimal 12 mm. Penggunaan bahan dan material lain harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Papan nama proyek belatar belakang putih dengan tulisan warna hitam, kecuali
untuk logo atau simbul dapat dipakai warna yang bervariasi.
5. Papan nama proyek harus mencantumkan Instansi Penyandang Dana, Instansi
Pemilik Bangunan, Kontraktor Pelaksana, dan Konsultan Supervisi.
6. Papan juga harus mencantumkan besar anggaran pelaksanaan proyek, waktu mulai
proyek, dan waktu penyelesaian proyek.
4.3 Kantor Lapangan Konsultan Supervisi ( Direksi Keet )
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat kantor konsultan
Supervisi (Direksi Keet) untuk keperluan operasional supervisi.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Konsultan Supervisi (Direksi
Keet) harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
3. Direksi Keet mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Direksi Keet tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6. Direksi Keet minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
7. Lantai Direksi Keet minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps : 3
Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 21
Engineering,Survey, Environment
8. Jika Direksi Keet harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Direksi Keet harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak balokbalok
lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
9. Dinding Direksi Keet minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek
tebal 6 mm.
10. Atap Direksi Keet dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
11. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
12. Direksi Keet harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
13. Posisi dan letak Direksi Keet ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Direksi Keet tidak boleh berada terlalu dengan
dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4.4. Kantor Lapangan Kontraktor Pelaksana
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kantor Lapangan untuk
keperluan operasional pelaksanaan pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama untuk keperluan Kantor Lapangan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kantor Lapangan mempunyai ukuran minimal 16 m2.
4. Kantor Lapangan tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Kantor Lapangan minimal harus mempunyai 2 unit jendela dan 1 unit pintu dengan
penerangan yang cukup dan sirkulasi udara yang baik.
6. Lantai Kantor Lapangan minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2
Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 22
Engineering,Survey, Environment
7. Apabila Kantor Lapangan harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka
lantai Kantor Lapangan harus dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balokbalok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Kantor Lapangan minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding
kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
9. Atap Kantor Lapangan dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Kantor Lapangan harus dilengkapi minimal dengan :
a. Meja Kerja : 3 Buah
b. Kursi Kerja : 6 buah
c. Papan Tulis : 1 Buah
d. Rak Arsip : 1 Buah
e. Meja Rapat : 1 Buah
f. Kursi Rapat : 6 Buah
g. Air Minum
12. Posisi dan letak Kantor Lapangan ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada terlalu
dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4.5 Toilet / WC Dan Kamar Mandi Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Kamar Mandi dan WC
untuk keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para
pekerjan dan buruh.
2. Pemamfaatan Bangunan Lama atau Kamar Mandi dan WC lama yang telah ada
dilokasi pekerjaan harus disetujui oleh Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Kamar Mandi dan WC mempunyai ukuran minimal 12 m2.
4. Toilet/WC staf Kontraktor Pelaksana dan staf Konsultan Supervisi harus dibuat
terpisah dengan Toilet/WC serta Kamar Mandi pekerja.
5. Kamar Mandi dan WC tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan
lama.
6. Lantai Kamar Mandi dan WC minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 23
Engineering,Survey, Environment
7. Dinding Kamar Mandi dan WC tinggi 1.00 meter dari lantai dibuat dari pasangan
batu bata dan diplaster sedangkan bagian atasnya boleh dibuat dari dinding papan
ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II.
8. Atap Kamar Mandi dan WC dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
9. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
10. Kamar Mandi dan WC harus dilengkapi dengan Kloset jongkok, kran air, bak
tampungan air, dan saluran pembuangan air kotor. Kamar Mandi dan WC juga
harus dilengkapi dengan Septictank dan saluran resapan.
11. Posisi dan letak Kamar Mandi dan WC ditentukan bersama antara Konraktor
Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Kantor Lapangan tidak boleh berada
terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang sedang dikerjakan.
4.6 Gudang Penyimpanan Material
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Gudang penyimpanan
material untuk melindungi material yang tidak segera dipakai.
2. Pemamfaatan bangunan lama dilokasi pekerjaan untuk keperluan Gudang
Penyimpanan Material harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Gudang Penyimpanan Material mempunyai ukuran minimal 50 m2.
4. Gudang Penyimpanan Material tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
5. Lantai Gudang Penyimpanan Material minimal dari perkerasan beton dengan
campuran 1 Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan
acian beton.
6. Untuk tempat penyimpanan material semen lantainya harus dibuat benarbenar
terlindung dari rembesan air.
7. Jika Gudang Penyimpanan Material harus dibuat dalam bentuk bangunan
panggung maka lantai Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran
2.5/25 cm dengan jarak balokbalok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu
dengan kelas II.
8. Dinding Gudang Penyimpanan Material minimal papan ukuran 2/20 cm dengan
rangka dinding kayu ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat
dari bahan multiplek tebal 6 mm.
9. Atap Gudang Penyimpanan Material dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 24
Engineering,Survey, Environment
10. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
11. Posisi dan letak Gudang Penyimpanan Material ditentukan bersama antara
Konraktor Pelaksana dengan Konsultan Supervisi. Letak Gudang Penyimpanan
Material tidak boleh berada terlalu dengan dekat dengan posisi bangunan yang
sedang dikerjakan.
12. Gudang Penyimpanan Material sebaiknya tidak diletakkan didalam lokasi pekerjaan
kecuali dalam keadaan memaksa dan sulit mencari lokasi lain.
4.7 Barak Pekerja
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Barak Pekerja untuk
keperluan pekerja yang menginap dilokasi pekerjaan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan Barak
Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Barak Pekerja harus sanggup menampung semua pekerja yang menginap dilokasi
pekerjaan atau minimal berukuran 50 m2.
4. Pada Barak Pekerja harus disediakan juga dapur untuk keperluan kosumsi sehari
hari para pekerja.
5. Barak Pekerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
6. Lantai Barak Pekerja minimal dari perkerasan beton dengan campuran 1 Sm : 2 Ps :
3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Jika Barak Pekerja harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung maka lantai
Gudang Penyimpanan Material dibuat dari papan ukuran 2.5/25 cm dengan jarak
balokbalok lantai ukuran 5/10 cm minimal 50 cm dari kayu dengan kelas II.
8. Dinding Barak Pekerja minimal papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu
ukuran 5/10 cm dari kayu kelas II. Dinding dapat juga dibuat dari bahan multiplek
tebal 6 mm.
9. Atap Barak Pekerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
10. Posisi dan letak Barak Pekerja ditentukan bersama antara Konraktor Pelaksana
dengan Konsultan Supervisi. Dan tidak berada dalam lokasi pekerjaan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 25
Engineering,Survey, Environment
4.8 Bengkel Kerja / Pabrikasi
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus membuat Bengkel Kerja atau
tempat Pabrikasi terutama untuk pekerjaan yang berhubungan dengan kayu dan
baja profil dan baja tulangan.
2. Pemamfaatan bangunan lama yang telah ada dilokasi pekerjaan untuk keperluan
Bengkel Kerja harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi dan Owner.
3. Ukuran minimal Bengkel Kerja pekerjaan untuk masingmasing pekerjaan pabrikasi
adalah 40 m2.
4. Bengkel Kerja tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran bangunan lama.
5. Bangunan Bengkel Kerja dapat dibuat dari konstruksi kayu.
6. Atap Bengkel Kerja dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
7. Bengkel Kerja tidak boleh ditempatkan dalam lokasi pekerjaan kecuali ditentukan
lain oleh Konsultan Supervisi.
4.9 Mushalla Dan Tempat Whuduk Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Mushalla dan Tempat Whuduk untuk
keperluan Staf Kontraktor Pelaksana, Staf Konsultan Supervisi, dan para pekerjan
dan buruh.
2. Mushalla dan Tempat Whuduk mempunyai ukuran minimal 16 m2.
3. Mushalla dan Tempat Whuduk tidak boleh dibuat dari material hasil bongkaran
bangunan lama.
4. Mushalla harus dibuat dalam bentuk bangunan panggung dengan lantai papan
ukuran 2,5/25 cm yang diperkuat dengan balok lantai kayu ukuran 5/10 dengan
jarak minimal 50 cm dari kayu kelas II.
5. Dinding Mushalla dari papan ukuran 2/20 cm dengan rangka dinding kayu ukuran
5/10 cm dari kayu kelas II.
6. Lantai Mushalla dan Tempat Whuduk dari perkerasan beton dengan campuran 1
Sm : 2 Ps : 3 Kr dengan permukaan yang rata dan diperhalus dengan acian beton.
7. Atap Mushalla dan Tempat Whuduk dari bahan seng BJLS 0,20 mm.
8. Pengantian bahan dan material berbeda dari seperti yang telah disebutkan diatas
harus dengan persetujuan Konsultan supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 26
Engineering,Survey, Environment
4.10 Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara
1. Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air bersih dan
Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan pekerjaan
untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaanpekerjaan konstruksi.
2. Kontraktor tidak dibenarkan menggunakan Instalsi Listrik dan Instalsi Air Bersih dan
Sumber Air Bersih yang telah ada dilokasi pekerjaan tanpa persetujuan Konsultan
Supervisi dan Owner.
4.11 Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja untuk
semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan dan tamu yang berkunjung
kelokasi pekerjaan.
2. Perlengkapan keamanan kerja dapat berupa alatalat seperti berikut ini :
1. Helm Pelindung Kepala;
2. Sepatu untuk melindungi kaki;
3. Pemadam Kebakaran; dan
4. Kotak P3K untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja di lokasi pekerjaan yang berhubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan maka Kontraktor Pelaksana diwajibkan mengambil segala
tindakan guna kepentingan si korban.
4. Semua biaya yang diperlukan untuk perawatan dan pengobatan korban kecelakaan
dilokasi pekerjaan menjadi tanggungan Kontraktor Pelaksana.
5. Yang dimaksud dengan korban dilokasi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
Kontraktor pelaksana adalah :
a. Personil atau semua tenaga kerja Kontraktor Pelaksana;
b. Personil Konsultan Supervisi.;
c. Owner dan para wakilnya;
d. Tamu yang berkunjung kelokasi pekerjaan; dan
e. Orang yang berada dalam lokasi pekerjaan dengan ijin dan sepengetahuan
Kontraktor Pelaksana.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 27
Engineering,Survey, Environment
4.12 Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan
1. Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus menyediakan tempat/pos penjaga
keamanan lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang
bekerja selama 24 jam.
2. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya
ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.
3. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan tidak boleh berada di dalam
lokasi pekerjaan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 28
Engineering,Survey, Environment
5.1 Pembersihan Lapangan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi pekerjaan dari segala sesuatu
yang dapat menggangu pelaksanaan pekerjaan seperti bangunan lama, hasil
bongkaran bangunan lama, pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pengupasan terhadap tanah humus setebal
minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.
3. Yang dimaksud dengan Muka Tanah Dasar pada Gambar Bestek adalah muka tanah
yang telah bersih dari pepohonan, semak belukar, dan lapisan tanah humus atau
muka tanah timbun yang telah dipadatkan kecuali diitentukan lain dalam Gambar
Bestek.
4. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengupasan tanah humus tidak boleh dipakai
sebagai material timbunan atau diolah kembali untuk dipakai sebagai material
bangunan.
5. Material yang dihasilkan dari bongkaran bangunan lama dan pengupasan lapisan
humus harus dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dan dibuang sejauh mungkin dari
lokasi pekerjaan atau ketempat yang tidak menggangu lingkungan hidup.
6. Hasil bongkaran bangunan lama dan pengelupasan lapisan humus tidak boleh
berada dilokasi pekerjaan lebih dari 3 (tiga) hari.
5.2 Rekayasa Lapangan / Review Disain
1. Rekayasa Lapangan / Review Disain adalah sesuai dengan aturan yang ada dalam
Kontrak Kerja.
2. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja maka Rekayasa Lapangan / Review Disain
adalah dengan persetujuan Owner dan sifat Kontrak Kerja mengizinkan untuk itu.
BBBAAABBB VVV PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN PPPEEEMMMBBBEEERRRSSSIIIHHHAAANNN DDDAAANNN
PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN AAAWWWAAALLL
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 29
Engineering,Survey, Environment
3. Selama 30 hari pertama sejak periode mobilisasi. Kontraktor Pelaksana harus
mengerahkan Personil Teknik untuk melakukan survey Lapangan dan membuat
Laporan untuk keperluan Rekayasa Lapangan / Review Disain.
5.3 Penebangan & Pencabutan Pohon Existing
1. Penebangan dan pencabutan pohon Existing baik dari segi jumlah serta jenis
pohonnya harus sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Jika dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity tidak disebutkan jumlah dan jenis
pohon existing yang akan dicabut, maka jumlah dan jenis pohon existing yang akan
dicabut ditentukan oleh Konsultan Supervisi dengan persetujuan Konsultan
Perencana dan Owner.
3. Pekerjaan penebangan dan pencabutan pohon tidak boleh merusak pohon serta
bangunan disekitarnya.
4. Jika pohon yang dicabut harus ditanam kembali, maka Kontraktor Pelaksana harus
menjamin bahwa pohon tersebut setelah dicabut dapat ditanam kembali dan hidup
dengan baik minimal selama 2 bulan perawatan.
5. Pohon yang ditebang atau dicabut tidak untuk ditanam kembali maka Kontraktor
Pelaksana harus segera mengeluarkannya dari lokasi pekerjaan.
6. Sampah atau kotoran hasil pekerjaan penebangan dan pencabutan adalah
tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk membersihkannya.
5.4 Pembentukan Elevasi Tanah Existing (Cut & Fill)
1. Kontraktor Pelaksana harus membuat Gambar Shop Drawing untuk pekerjaan ini
dengan mengacu pada Gambar Bestek.
2. Pembentukan Elevasi tanah existing harus dikerjakan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi genangan air pada permukaan tanah rencana dan berat tidak merusak
pohon dan bangunan disekitarnya.
.
5.5. Penentuan Letak Bangunan ( Setting Out )
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan Seetting Out atau pengukuran kembali akan
kebenaran posisi bangunan yang akan dibangun seperti yang telah ada dalam Lay
Out bangunan pada Gambar Bestek.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 30
Engineering,Survey, Environment
2. Pekerjaan Setting Out yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus diketahui
dan didampinggi oleh Konsultan Supervisi, Konsultan Perencana, Owner dan
Pemilik Bangunan.
3. Pekerjaan Setting Out tidak boleh dilakukan secara manual tetapi harus
menggunakan alat ukur seperti Theodolit dan Waterpas.
4. Hasil pekerjaan Setting Out harus menghasilkan satu ketetapan bersama yang pasti
akan elevasi tanah, elevasi bangunan, posisi penempatan bangunan dan batas
batas lahan kerja. Ketetapan akan elevasi dan posisi bangunan harus direalisasikan
dilapangan dengan memasang patokpatok sementara dari kayu ukuran 5/7 cm
yang ditanam minimal 30 cm dalam tanah dan ujungnya ditandai dengan cat
minyak.
5. Hasil pekerjaan Seetting Out tidak boleh berbeda dengan Lay Out bangunan yang
ada dalam Gambar Bestek kecuali dengan alasanalasan kondisi lahan existing yang
berubah dan alasanalasan teknis yang disetujui oleh Konsultan Perencana atau
Konsultan Supervisi.
7. Perubahanperubahan posisi bangunan karena alasan keterbatasan lahan atau
berubahanya kondisi existing lahan harus disetujui oleh Konsultan Perencana,
Konsultan Supervisi dan Owner.
8. Kontraktor Pelaksana harus membuat gambar hasil pekerjaan Seeting Out dan
disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi dan Owner.
5.6 Pemasangan Bouwplank
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemasangan Bouwplank sebagai acuan
tetap pada semua bangunan yang akan dikerjakan termasuk septictank dan Ground
Resevoir.
2. Jarak pemasangan bouwplank dari struktur terluar bangunan yang akan dibangun
minimal 1 m dan maksimal 2 m.
3. Bouwplank dibuat dari tiangtiang kayu ukuran 5/7 cm yang ditanam dalam tanah
minimal 40 cm dan dengan jarak maksimal setiap tiang adalah 2 meter. Untuk
keperluan acuan elevasi dipakai papan kayu 2,5/25 cm atau kayu ukuran 2,5/7 cm
yang dipaku pada tiangtiang kayu 5/7 cm.
4. Bouwplank harus mempunyai posisi dan elevasi yang tetap terhadap bangunan
yang akan dibangun dan tidak boleh berubah posisi dan elevasinya sebelum
struktur bangunan yang paling rendah seperti pondasi dan sloof selesai dikerjakan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 31
Engineering,Survey, Environment
5. Posisi penempatan bouwplank harus sesuai dengan hasil pekerjaan Seeting Out.
6. Hasil pekerjaan pemasangan bouwplank harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
5.7 Pembersihan Akhir
1. Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja harus ditinggal dalam keadaan
bersih dan siap untuk dipakai Pemilik.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus mengembalikan bagianbagian dari tempat kerja
yang tidak diperuntukan dalam Dokumen Kontrak ke kondisi semula.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 32
Engineering,Survey, Environment
6.1 Sanitasi
1. Kontraktor Pelaksana Wajib menyediakan toilet sementara untuk para pekerjanya
di lapangan.
2. Kontraktor Pelaksana bertangung jawab terhadap pengosongan dan pembersihan
toilet dan lumpurnya yang diindetifikasikan dan diusulkan oleh Dinas Kebersihan
Dan Pertamanan Kota/Kabupaten.
3. Kontraktor Pelaksana harus membongkar toilet sementara tersebut setelah proses
pembangunan dan konstruksi selesai dan membersihkan lahannya sesuai
kebutuhan.
6.2 Limbah Cair
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan lokasi yang aman untuk menyimpan
limbah padat (solid waste).
2. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan yang ditinggalkan selama proses konstruksi, termasuk membersihkan
kertas plastic, kertas bekas semen, plastic pengikat dan kayu bekas pelindung
barang, minimal sekali dalam 2 minggu dan sebelum serah terima ke pemilik rumah
ke lokasi pembuangan resmi yang terdekat.
3. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan lokasi kerja dan sekitarnya dari bahan
buangan lain yang ditinggalkan oleh staf Kontraktor selama proses konstruksi.
4. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab dalam mengatur pengangkutan dan
buangan akhir dari limbah padat tidak beracun pada tempat pembuangan akhir
yang sudah ditunjuk oleh pemerintah kota/kabupaten.
5. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab untuk menyimpan limbah
berbahaya pada tempat yang aman, pada lokasi kerja.
BBBAAABBB VVVIII IIISSSUUU LLLIIINNNGGGKKKUUUNNNGGGAAANNN
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 33
Engineering,Survey, Environment
6. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab terhadap pembuangan akhir
limbah berbahaya, terutama berhubungan dengan pemerintah kota/kabupaten,
Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
7. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas pemisahan bendabenda tak
berguna dari lokasi kerja, setelah pekerjaan selesai.
6.3 Air Bersih
1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan kebutuhan air bersih untuk proses
konstruksi.
2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa penyedian air untuk kebutuhan
sanitasi tersedia dalam jumlah yang mencukupi dalam gedung kerja.
3. Kontraktor Pelaksana harus bertangung jawab untuk menjamin bahwa aliran air
dari lokasi pekerjaan konstruksi tidak mencemari lingkungan sekitar.
6.4 Polusi Udara
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan langkah pengukuran yang memadai, seperti
penyemprotan air ke lokasi kerja dan jalan, minimasi pencemaran dari debu.
2. Kontraktor Pelaksana harus menjamin bahwa kenderaan dan peralatan proyek
dipelihara dengan baik, mengikuti standard emisi.
6.5 Polusi Suara
1. Kontraktor Pelaksana harus mengatur jam kerja sehingga kemungkinan bising yang
ditimbulkan tidak menggangu masyarakat setempat, antara jam 5 sore s/d 8 pagi.
2. Kontraktor Pelaksana harus melakukan koordinasi dengan Geuchik setempat
bilamana ada perubahan waktu kerja.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 34
Engineering,Survey, Environment
7.1 Ruang Lingkup
1. Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas meliputi semua percobaan
percobaan dan pengujianpengujian terhadap material bangunan serta
pemeriksaanpemeriksaan terhadap hasil kerja Kontraktor Pelaksana.
2. Yang dimaksud dengan Pekerjaan Quality Kontrol atau Pemeriksaan Kualitas dalam
Proyek ini adalah beberapa hal yang harus dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana
berikut ini :
a. Pemeriksaan Kualitas Material Timbunan, kerikil, geomembrane, geotextile;
b. Pemeriksaan Kualitas Beton K,125, K175, K250; dan
c. PemeriksaaanPemeriksaan Lain yang disyaratkan dan diminta Konsultan
Supervisi dan Owner.
3. Semua material bangunan harus diperiksa dan dibuktikan kualitasnya dengan biaya
sendiri oleh Kontarktor Pelaksana dengan caracara yang disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
4. Semua pekerjaan Quality Kontrol yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana harus
diketahui, dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi, serta Owner.
5. Pekerjaan Quality Kontrol yang tidak dihadiri dan disetujui oleh Konsultan Supervisi
tidak diakui serta tidak bisa dijadikan dasar untuk Pembayaran Kemajuan
Pekerjaan.
6. KomponenKomponen bangunan/struktur yang gagal dalam pemeriksaan kualitas
bedasarkan laporan Laboratorium dan Konsultan Supervisi, maka komponen
komponen bangunan/struktur tersebut dengan biaya sendiri harus dibongkar oleh
Kontraktor Pelaksana dan digantikan dengan yang baru.
BBBAAABBB VVVIIIIII QQQUUUAAALLLIIITTTYYY CCCOOONNNTTTRRROOOLLL
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 35
Engineering,Survey, Environment
7.2 Biaya Quality Kontrol
1. Semua biaya yang harus dikeluarkan untuk pekerjaan Quality Kontrol seperti yang
disebutkan dalam 1.1 Ruang Lingkup adalah menjadi tanggungan dan dibebankan
kepada Kontraktor Pelaksana walaupun tidak disebutkan dalam Bill of Quantity.
2. Biaya Penginapan, Transportasi dan Kosumsi Konsultan Supervisi, Konsultan
Perencana dan Owner yang turut hadir dalam Pekerjaan Quality Kontrol menjadi
tanggungan dan dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 36
Engineering,Survey, Environment
8.1 Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan
lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of
Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akarakar tumbuhan lama atau puingpuing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
BBBAAABBB VVVIIIIIIIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN KKKOOOLLLAAAMMM LLLAAANNNDDDFFFIIILLLLLL
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 37
Engineering,Survey, Environment
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8.2 Perpipaan Air Lindi
1. Pipa yang digunakan berbahan polimer sintetis HDPE
2. Ukuran pipa sesuai dengan gambar bestek.
3. Pipa dilubangi pada bagian atas untuk memberi ruang air lindi masuk ke pipa.
4. Pipa dipasang pada kedalaman seperti gambar bestek.
5. Aksesories yang digunakan sesuai dengan kebutuhan
6. Pada setiap batang pipa harus jelas terlihat merek dan kelas tekan pipa
8.3 Bahan Pipa dan Fitting
1. Bahan pipa yang ditawarkan dapat berlainan dengan bahan pipa yang tercantum
dalam dokumen lelang ini, dengan syarat bahwa pipa yang ditawarkan mempunyai
kualitas keseluruhan yang sekurangkurangnya sama dengan apa yang tercantum
dalam dokumen lelang ini.
2. Seluruh pipa dan fitting yang ditawarkan berbeda dengan apa yang tercantum
dalam dokumen lelang ini, peserta pelelangan harus menyertakan gambargambar
detail junction (gambar detail penyambungan pipa) disertai dengan jumlah dan
spesifikasi dari tiap material yang ditawarkan.
3. Tekanan kerja pipa minimal 100 m kolom air atau 10 kg/cm2
(SNI 0600841987
dan SNI 0364192000) dan tekanan pengujian minimal 2 (dua) kali tekanan kerja
pipa.
4. Sambungan, kecuali ditentukan lain sambungan harus dari jenis pushon rubber
ring. Pipa tersebut harus mempunyai bell pada satu ujungnya dan polos pada ujung
yang lain dibavel dengan sudut kurang dari 15 derajat. Pipa harus diberi tanda garis
petunjuk pemasangan pada permukaan luarnya.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 38
Engineering,Survey, Environment
8.4 Pekerjaan Lapisan Proteksi Lindi/Lining Protection
Persyaratan Bahan
1. Geomembrane terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Polyetylene (HDPE)
yang berkwalitas tinggi yang segar dan murni (bukan dari bahan daur ulang), yaitu
sekitar 97,5 % dan 2,5 % bahan carbon hitam tanpa menggunakan bahan tambahan,
anti oxidant dan heat stabilizer, kwalitas dari polimer terpakai harus bersertifikasi
dari pabrik dan dirancang khusus untuk aplikasi geomembrane.
2. Geomembrane yang digunakan harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh
bahanbahan kimia yang ada dalam limbah dan terhadap pengaruh mikro biologis
lainnya.
3. Geomembrane harus mempunyai kwalitas karakteristik dan sifatsifat kekedapan
yang tinggi yang ditandai dengan nilai permeabilitas yang sangat kecil.
4. Setiap roll geomembrane yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai
tingkat/kelas dan tanda produksi yang tertera jelas pada setiap rollnya untuk
maksud pemeriksaan visual.
5. Tebal minimal 1,5 mm dengan permukaan rata dengan ketebalan sama dan
memenuhi standar GRI GM 13.
Pelaksanaan :
1. Geomembrane yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan dilindungi dari halhal
yang dapat merusak geomembrane dari pengaruh sinar matahari secara langsung.
2. Geomembrane dipasang sesuai rekomendasi/petunjuk yang dikelurkan pabrik,
harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana atau
atas petunjuk engineer.
3. Sebelum geomembrane digelar/hamparkan. Permukaan tanah harus sudah bersih,
dari materialmaterial yang dapat merusak geomembrane, dan permukaan juga
harus sudah rata.
4. Penyambungan geomemebrane harus dilakukan dengan benar guna tidak terjadi
kebocoran, pada setiap penyambungan dilakukan pemeriksaan dan pengetesan.
5. Bila pada saat pengetesan ditemukan kebocoran maka harus dilakukan penambalan
atau dilakukan pembongkaran dan dipasang material yang lain.
6. Material yang telah dibongkar tidak boleh digunakan lagi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 39
Engineering,Survey, Environment
8.5 Pekerjaan Lapisan Geotextile
Persyaratan Bahan
1. Geotextile harus terbuat dari jenis non woven (nir anyam) mempunyai berat 325
gr/m², terdiri dari serabut menerus (geotekstil dari serat pendek/staple fiber tidak
disarankan) dengan polimer polypropylene yang diproduksi dengan teknik needle
punched (sistem penyatuan dengan cara dipanaskan/heat bonded tidak dapat
diterima).
2. Kualitas dari polimer yang dipakai harus bersertifikasi dari pabrik, dengan komposisi
PP± 92%, PET ±5%, PA ±2 % dan PE ±1 %. Tahan terhadap asam, alkali dan zat kimia
di dalam rentang pH 2 – 13, dan tidak mengalami hidrolis pada kondisi iklim tropis.
3. PP dan PE adalah polyolefins mempunyai kerapatan kurang dari 1.000 kg/m³.
4. Geotextile woven (anyam) mempunyai berat 200 gr/m².
5. Geotextile harus dapat menyaring secara efektif tanah berbutir halus dan harus
mempunyai permeabilitas yang tinggi termasuk pada aliran turbulen.
6. Geotextile harus mempunyai jaringan serabut yang stabil sehingga memiliki
ketahanan terhadap kerusakan saat pelaksanaan.
7. Setiap rol geotextile yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai tanda produksi
dan pernyataan tipe yang jelas pada pembungkus luar maupun sepanjang lembaran
dengan panjang interval tertentu untuk maksud pemeriksaan visual.
Pelaksanaan
1. Geotextile yang dikirim ke lapangan harus dengan pembungkus untuk melindungi
material tersebut terutama dari sinar matahari. Penyimpanan dan pemasangan
gulungan geotextile tersebut tidak boleh mengakibatkan kerusakan fisik.
2. Geotextile dipasang sesuai dengan rekomendasi/petunjuk yang dikeluarkan pabrik,
dan harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar rencana
atau petunjuk Konsultan Supervisi.
3. Permukaan tanah tempat geotextile akan digelar, haruslah bersih dari bendabenda
pengrusak seperti akar pohon dan lainlain yang menimbulkan kerusakan pada
geotextile. Tanah di bawah tempat geotextile akan di gelar harus diusahakan
kepadatannya seragam dan pada permukaan yang rata atau atas persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan geotextile dengan overlap harus tepat, baik lebar maupun posisinya
agar geotextile dapat berfungsi selama waktu pelaksanaan dan selama umur
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 40
Engineering,Survey, Environment
rencana dari struktur. Alternatif lain dari overlap dapat dilakukan dengan cara
menjahit dengan menggunakan mesin jahit ketik ganda portabel.
5. Penyambungan geotextile dengan cara menjahit harus dengan jahitan ganda,
dengan jarak 50 mm sampai dengan 100 mm dari tepi lembaran geotextile yang
disambung. Sambungan diusahakan sesedikit mungkin dan harus dengan
persetujuan dari Konsultan Supervisi.
6. Penempatan lapisan batu pelindung atau konstruksi lain setelah penggelaran
geotextile harus dilakukan dengan baik sehingga geotextile tidak mengalami beban
melebihi tegangan izinnya. Kerusakan geotextile selama penempatan lapisan batu
pelindung atau konstruksi harus diperbaiki atas petunjuk Konsultan Supervisi.
7. Geotextile non woven dipasang diatas geomembran.
8. Geotextile woven dipasang dipasang dibawah tanah timbun pilihan.
8.6 Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan
persyaratan Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, SII 00138, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar PB.1989:3.281 atau ASTM C150 dan
produksi dari satu merk.
5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut ASTM C33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih
maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los
Angeles Abration’ (LAA).
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 41
Engineering,Survey, Environment
9. Bahan harus bersih dari zatzat organik, zatzat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik
10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zatzat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansisubstansi yang merusak beton.
11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel
partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.
12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam
serta zatzat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan
percobaanpercobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang
berwenang terhadap kubuskubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
8.7 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Modulus halus butir 1,5 sampai 4,8 mm
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 1 %.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5 %.
4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.
5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai
Na2O lebih besar daro 0,6 %.
6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebi dari 20 %.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi SII.005280
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 42
Engineering,Survey, Environment
8. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
9. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
10. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
11. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
12. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
13. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
SK.SNIT15199003.
b. Kerikil Beton
1. Modulus halus butir lebih besar 4,8 mm
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 1 %.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji denga goresan batang tembaga maksimum
5 %.
4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%.
5. Tidak bersifat rekatif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai
Na2O lebih besar 0,6 %.
6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih besar dari 20%.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat SII005280.
8. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
SK.SNIT15199003.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 43
Engineering,Survey, Environment
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
8. Kwalitas semen memenuhi standar SII001381.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Disarankan air yang digunakan memenuhi standar air minum.
5. Ion klorida yang terkandung dalam air disesuaikan dengan jenis beton, beton
pra tekan maksimal 0.06%, beton bertulang yang selamanya berhubungan
dengan klorida 0.15 %, beton bertulang yang selamnya kering 1 %, dan
konstruksi beton lainnya 0.30 %.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 44
Engineering,Survey, Environment
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila
kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan
warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus
dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 45
Engineering,Survey, Environment
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus bersih
dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut harus
disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban
beban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould
release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus
berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat
lantai/atap/tangga 21 hari
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 46
Engineering,Survey, Environment
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurukan dilakukan.
8.8 Timbunan
Persyaratan Bahan
a. Timbunan biasa
1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus harus terdir dari
bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh pengawas
dilapangan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam spesifikasi ini
2. Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang berplastisitas tinggi,
yang diklasifikasikan sebagai A76 menurut AASHTO M145 atau sebagai CH
menurut ”Unified atau Cassagrande Soil Classification System”. Bila
penggunaan tanah yang berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan
tersebut harus digunakan hanya pada bagian dasr dari timbunan atau pada
penimbunan kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan
geser yang tinggi. Sebagai tambahan, timbunan ini bila diuji dengan SNI 03
17441989, harus memiliki CBR tidak kurang dari 6 % setelah perendaman 4
hari bila dipadatkan 100% kepadatan kering maksimum (MDD) seperti yang
ditentukan oleh SNI 0317421989.
b. Timbunan pilihan
1. Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari
bahan tanah atau batu yang memenuhi ketentuan , bila diuji sesuai dengan
SNI 0317441989, timbunan pilihan harus memiliki CBR paling sedikit 10 %
setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering
maksimum sesuai dengan SNI 0317421989.
2. Bahan timbunan pilihan dapat berupa pasir atau kerikil atau bahan berbutir
bersih lainnya dengan Indeks Plastisitas maksimum 6 %.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 47
Engineering,Survey, Environment
3. Bahan timbunan pilihan yangdigunakan pada lereng atau pekerjaan stabilitas
timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser yang cukup.
bilamana dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka timbunan
pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi baik
atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah, jenis bahan yang
dipilih, dan di setujui akan bergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.
Pelaksanaan
a. Penyiapan tempat kerja
1. Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang
tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan konsultan ayau
owner.
2. Dasar pondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggembunran dan
pengeringan atau pembasahan bila diperlukan sampai 15 cm bagian
permukaan atas dasar pondasi memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk
timbunan yang ditempatkan diatasnya.
3. Bilamana timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di
atas timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus
dipotong bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan
peralatan pemadat dapat beroperasi di daerah lereng lama sesuai seperti
timbunan yang dihampar horizontal lapis demi lapis.
b. Penghamparan timbunan
1 Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar
dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi toleransi
tebal lapisan yang disyaratkan. Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu
lapis, lapisanlapisan tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga tebalnya
sama.
2. Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke
permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan,
terutama selama musim hujan.
3. Timbunan di atas atau pada selimut psir atau bahan drainase porous, harus
diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan suatu pemisah
yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan memakai acuan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 48
Engineering,Survey, Environment
sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit ditarik saat pengisian
timbunan dan drainase porous dilaksanakan.
4. Penimbunan kembali diatas pipa dan di belakang strukur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa
atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali diperlukan waktu
perawatan tidak kurang dari 8 jam setelah pemberian adukan pada
sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity, pemasangan
pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortal gravity. Sebelum
penimbunan kembali di sekitar struktur penahan tanah dari beton, pasangan
batu atau pasangan batu dengan mortar, juga diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 14 hari.
5. Bilamana timbunan yang dihamparkan pada lokasi lereng timbunan lama,
maka harus dipersiapkan dengan membuang seluruh tumbuhan yang
terdapat pada permukaan tanah tersebut dan dibuat bertangga sehingga
timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama sedemikian sampai
diterima oleh pengawas di lapangan. Selanjutnya timbunan timbunan
dihamparkan lapis demi lapis sampai dengan elevasi tanah dasar.
c. Pemadatan Timbunan
1. Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai disetujui Konsultan
Supervisi sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
2. Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air
bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai 1 % di
atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar
air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah
dipadatkan sesuai dengan SNI 0317421989.
3. Seluruh timbunanbatu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal
20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih
besar dari 5 cm serta mampu mengisi ronggarongga batu pada bagian atas
timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai
mencapai kepadatan timbunan tanah.
4. Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang telah
ditentukan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Konsultan Supervisi
sebelum lapisan berikutnya dihampar.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 49
Engineering,Survey, Environment
5. Timbunan harus dipadatkan sedemikian rupa sehingga akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama . Bilamana memungkinkan lalu lintas dan
alatalat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan, sehingga
dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lau lintas tersebut.
6. Bilamana bahan timbunan dihampar pada bagian perpipaan atau drainase
beton atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar
timbunan selalu mempunyai elevasi yang sama.
7. Bilamana bahan timbunan ditempatkan hanya pada satu sisi abutment,
tembok sayap, pilar, tembok penahan atau tembok kepala goronggorong,
maka tempattempat yang bersebelahan dengan struktur tidak boleh
dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya
struktur atau tekanan yang berlebihan pada struktur.
8. Terkecuali disetujui oleh pengawas di lapangan, timbunan yang bersebelahan
dengan ujung jembatan tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasr dinding
belakang abutment sampai struktur bangunan atas telah terpasang.
9. Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat
mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur
tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbuk, loncat mekanis
atau timbris (temper) manual dengan berat minimum 10 kg, pemadatan di
bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk
mencegah timbulnya ronggarongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
d. Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah.
1. Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum yang telah
telah ditentukan sesuai SNI 0317421989. Untuk tanah yang mengandung
lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan ¾”, kepadatan kering
maksimum yang diperoleh harus dikorelasi terhadap bahan yang berukuran
lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi.
2. Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar
harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai dengan SNI 0317421989.
3. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 50
Engineering,Survey, Environment
dipadatkan sesuai dengan SNI 0328281992 dan bila hasil setiap pengujian
menunjukankepadatan kurang dari yang disyaratkan maka kontraktor harus
memperbaiki pekerjaan sesuai dengan ketentuan. Pengujian harus dilakukan
sampai kedalaman penuh pada lokasi yang diperintahkan oleh Konsultan
Supervisi. Untuk penimbuna kembali di sekitar struktur atau pada galian parit
untuk goronggorong, paling sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk
satu lapis penimbunan kebali yang telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan,
paling sedikit satu rangkaian pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan
untuk setiap 1000 meter kubik bahan timbunan dihampar.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 51
Engineering,Survey, Environment
9.1 Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan
lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of
Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akarakar tumbuhan lama atau puingpuing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
BBBAAABBB IIIXXX PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN KKKOOOLLLAAAMMM LLLIIINNNDDDIII
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 52
Engineering,Survey, Environment
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9.2 Pekerjaan Pasir Urug
2. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 mm.
3. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm) maksimum 5
%.
4. Kadar zat organik yang terkandung yang ditemukan dengan mencampur agregat
halus dengan larutan natrium sulfat 3 %, jika dibandingkan denganwarna
standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.
5. Kekerasan butir jika dibandingka dengan kekerasan butir pasir pembanding yang
berasal darp pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari 2,20.
6. Kekekalan (jika diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum 10 %, dan
jika di pakai magnesium sulfat, maksimum 15 %.
7. Pasir harus memenuhi mutu sesuai dengan SII 005280.
8. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butirbutir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahanbahan organis lainnya, serta memenuhi syaratsyarat yang
ditentukan, disarankan menggunakan air yang memenuhi kwalitas air minum.
Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat minta kepada Penyedia Jasa,
supaya air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di laboratorium pemeriksaan
bahan yang resmi dan sah, atas biaya Penyedia Jasa.
3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas
dan harus dengan persetujuan konsultan supervisi atau Pengguna Jasa.
4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan,timbunan,
Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja beton.
5. Pasir Urug terdiri dari butiranbutiran yang keras dan bersifat kekal.
6. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 53
Engineering,Survey, Environment
9.3 Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 7 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan
persyaratan Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, SII 00138, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam standar PB.1989:3.281 atau ASTM C150 dan
produksi dari satu merk.
5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut ASTM C33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih
maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los
Angeles Abration’ (LAA).
9. Bahan harus bersih dari zatzat organik, zatzat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik
10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zatzat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansisubstansi yang merusak beton.
17. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel
partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.
18. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam
serta zatzat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
19. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
20. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan
percobaanpercobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 54
Engineering,Survey, Environment
pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang
berwenang terhadap kubuskubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
21. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
22. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9.4 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Modulus halus butir 1,5 sampai 4,8 mm
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 1 %.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji dengan goresan batang tembaga
maksimum 5 %.
4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18 %.
5. Tidak bersifat reaktif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai
Na2O lebih besar daro 0,6 %.
6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebi dari 20 %.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi SII.005280
8. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
9. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
10. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
11. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
12. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
13. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
14. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
SK.SNIT15199003.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 55
Engineering,Survey, Environment
g. Kerikil Beton
1. Modulus halus butir lebih besar 4,8 mm
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 1 %.
3. Kadar bagian yang lemah jika diuji denga goresan batang tembaga maksimum
5 %.
4. Kekekalan jika diuji dengan natrium sulfat, bagian yang hancur maksimum 12
%, dan jika dipakai magnesium sulfat bagian yang hancur maksimum 18%.
5. Tidak bersifat rekatif terhadap alkali jika kadar alkali dalam semen sebagai
Na2O lebih besar 0,6 %.
6. Tidak mengandung butiran yang panjang dan pipih lebih besar dari 20%.
7. Kekerasan agregat harus memenuhi syarat SII005280.
8. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
SK.SNIT15199003.
h. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
8. Kwalitas semen memenuhi standar SII001381.
i. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 56
Engineering,Survey, Environment
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Disarankan air yang digunakan memenuhi standar air minum.
5. Ion klorida yang terkandung dalam air disesuaikan dengan jenis beton, beton
pra tekan maksimal 0.06%, beton bertulang yang selamanya berhubungan
dengan klorida 0.15 %, beton bertulang yang selamnya kering 1 %, dan
konstruksi beton lainnya 0.30 %.
j. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
k. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 57
Engineering,Survey, Environment
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen
Konstruksi berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata
pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan
dengan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan
harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 58
Engineering,Survey, Environment
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan bebanbeban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 59
Engineering,Survey, Environment
9.5 Pekerjaan Dinding
Persyaratan Bahan
a. Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benarbenar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahanperubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti
dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
b. Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak
lagi memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
6. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
7. Bersifat keras dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
8. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan
Pasir yang berasal dari laut.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 60
Engineering,Survey, Environment
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 61
Engineering,Survey, Environment
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 12 mm adalah Baja polos.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna
yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 62
Engineering,Survey, Environment
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan bebanbeban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 63
Engineering,Survey, Environment
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
9.6 Pekerjaan Plat Atas Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Modulus halus butir 1.5 sampai 3.8 mm.
2. Kadar lumpur atau bagian yang lebih kecil dari 70 mikron (0,074 mm)
maksimum 5%.
3. Kadar zat organik yang terkandung yang ditentukan dengan mencampur
agregat halus dengan larutan natrium sulfat 3%, jika dibandingkan dengan
warna standar/pembanding tidak lebih tua dari pada warna standar.
4. Kekerasan butir jika dibandingkan dengan kekerasan butir pasir pembanding
yang berasal dari pasir kwarsa bangka memberikan angka tidak lebih dari
2,20%.
5. Kekekalan (jila diuji dengan natrium sulfat bagian yang hancur maksimum
10%, dan jika dipakai magnesium sulfat maksimum 15 %.
6. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
7. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
8. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
9. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
10. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
11. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
12. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 64
Engineering,Survey, Environment
13. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI), SII005280 berlaku juga pada Spesifikasi
Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Modulus halus butir lebih besar 48 mm.
2. Tidak boleh bersifat reaktif terhadap alkali jika dipakai untuk beton yang
berhubungan dengan basah dan lembab atau berhubungan dengan bahan
yang bersifat reaktif terhadap alkali semen, di mana penggunaan semen yang
mengandung natrium oksida tidak boleh lebih 0,6 %.
3. Susunan gradasi tidak seragam
4. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
6. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan
penelitian di Laboratorium Beton.
7. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
8. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk
campuran material beton.
9. Tidak mengandung zat alkali atau zatzat lain yang dapat merusak beton.
10. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
11. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaanpekerjaan beton struktural dan
Non Struktural dengan mutu K125 sampai mutu K225.
12. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan
beton structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 65
Engineering,Survey, Environment
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung, seperti SII 0013275 berlaku juga pada spesifikasi teknis
ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses
penelitian dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari
Kontraktor Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 66
Engineering,Survey, Environment
2. Baja tulangan diatas diameter 10 mm adalah Baja polos.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja
polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan
persetujuan Konsultan supervisi.
8. Baja yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah,
bila kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan berwenang
untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan dan cara
pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan warna
yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air
harus dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama
pengadukan. Tidak diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan
yang membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton
yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus
bersih dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian
yang akan ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk
instalasi listrik, plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 67
Engineering,Survey, Environment
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu
dan kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut
harus disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik
pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton
yang direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk
mencegah terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan
lurus dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat
memberikan penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya
‘overstress’atau perpindahan tempat pada beberapa bagian konstruksi yang
dibebani. Struktur dari tiang penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk
menunjang berat sendiri dan bebanbeban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran
letaknya, kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan
pada saat beton dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi
‘Mould release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan.
Pelaksanaannya harus berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja
tulangan yang dapat mengurangi daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut :
Pelat lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton
yang tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan
perbaikan atau pembentukan kembali.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 68
Engineering,Survey, Environment
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan
dibersihkan sebelum pengurukan dilakukan.
9.7 Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
9.8 Pekerjaan Lapisan Proteksi Air Lindi/Geomembran
Persyaratan Bahan
1. Geomembrane terbuat dari bahan polimer sintetis High Density Polyetylene
(HDPE) yang berkwalitas tinggi yang segar dan murni (bukan dari bahan daur
ulang), yaitu sekitar 97,5 % dan 2,5 % bahan carbon hitam tanpa
menggunakan bahan tambahan, anti oxidant dan heat stabilizer, kwalitas dari
polimer terpakai harus bersertifikasi dari pabrik dan dirancang khusus untuk
aplikasi geomembrane.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 69
Engineering,Survey, Environment
2. Geomembrane yang digunakan harus memiliki daya tahan terhadap pengaruh
bahanbahan kimia yang ada dalam limbah dan terhadap pengaruh mikro
biologis lainnya.
3. Geomembrane harus mempunyai kwalitas karakteristik dan sifatsifat
kekedapan yang tinggi yang ditandai dengan nilai permeabilitas yang sangat
kecil.
4. Setiap roll geomembrane yang dikirimkan ke lapangan, harus mempunyai
tingkat/kelas dan tanda produksi yang tertera jelas pada setiap rollnya untuk
maksud pemeriksaan visual.
5. Tebal minimal 1,5 mm dengan permukaan rata dengan ketebalan sama dan
memenuhi standar GRI GM 13.
Pelaksanaan :
1. Geomembrane yang dikirim ke lapangan harus disimpan dan dilindungi dari
halhal yang dapat merusak geomembrane dari pengaruh sinar matahari
secara langsung.
2. Geomembrane dipasang sesuai rekomendasi/petunjuk yang dikelurkan
pabrik, harus dipasang pada lokasi seperti yang dicantumkan pada gambar
rencana atau atas petunjuk engineer.
3. Sebelum geomembrane digelar/hamparkan. Permukaan tanah harus sudah
bersih, dari materialmaterial yang dapat merusak geomembrane, dan
permukaan juga harus sudah rata.
4. Penyambungan geomemebrane harus dilakukan dengan benar guna tidak
terjadi kebocoran, pada setiap penyambungan dilakukan pemeriksaan dan
pengetesan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 70
Engineering,Survey, Environment
10.1 Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan
lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of
Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akarakar tumbuhan lama atau puingpuing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
BBBAAABBB XXX PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN RRREEESSSAAAPPPAAANNN WWWEEETTTLLLAAANNNDDD
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 71
Engineering,Survey, Environment
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10.2 Pekerjaan Pasir Urug
1. Pasir yang digunakan harus terdiri dari butirbutir yang bersih, tajam dan keras,
bebas dari lumpur, tanah lempung dan lain sebagainya, serta konsisten terhadap
NI3 (PUBI tahun 1982) pasal 14 ayat 3.
2. Untuk air siraman digunakan air tawar yang bersih dan tidak mengandung minyak,
asam alkali dan bahanbahan organis lainnya, serta memenuhi syaratsyarat yang
ditentukan dalam NI3 pasal 10. Apabila dipandang perlu, Pengguna Jasa/MK dapat
minta kepada Penyedia Jasa, supaya air yang dipakai untuk keperluan ini diperiksa di
laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah, atas biaya Penyedia Jasa.
3. Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat yang ditentukan di atas
dan harus dengan persetujuan Pengguna Jasa /MK.
4. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai bangunan ,timbunan ,
pasir urug bawah paving block, Pasir alas pondasi serta alas pekerjaan lantai kerja
beton.
5. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
6. Pasir Urug terdiri dari butiranbutiran yang keras dan bersifat kekal.
7. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
8. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
10.3 Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 72
Engineering,Survey, Environment
4. Semua semen yang digunakan adalah jenis ‘Portland Cement’ sesuai dengan
persyaratan standar Indonesia NI8/1964, SII 001381 atau ASTM C150 dan
produksi dari satu merk.
5. Penyedia Jasa harus menempatkan semen tersebut dalam gudang yang baik untuk
mencegah terjadinya kerusakan. Semen yang menggumpal, ‘sweeping’, tercampur
dengan kotoran atau kena air/lembab tidak diijinkan untuk digunakan dan harus
segera dikeluarkan dari proyek.
6. Penggunaan semen harus sesuai dengan urutan pengirimannya.
7. Berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan spesifikasi sesuai
menurut ASTM C33 dan mempunyai ukuran terbesar 2,5 cm.
8. Agregat harus keras, tidak berpori, dan berbentuk kubus. Bila ada butir yang pipih
maka jumlahnya tidak melebihi 20% dari volume dan tidak boleh mengalami
pembubukan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut test mesin ‘Los
Angeles Abration’ (LAA).
9. Bahan harus bersih dari zatzat organik, zatzat reaktif alkali atau substansi yang
merusak beton dan mempunyai gradasi yang baik
10. Untuk agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang dihasilkan dari
pemecah batu dan harus bersih dari bahan organik, lumpur, zatzat alkali dan tidak
mengandung lebih dari 50% substansisubstansi yang merusak beton.
11. Pasir laut tidak diperkenankan untuk digunakan dan pasir harus terdiri dari partikel
partikel yang tajam dan keras serta mempunyai gradasi yang baik.
12. Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau garam
serta zatzat yang dapat merusak beton atau baja tulangan.
13. Penggunaan bahan pencampur (‘Admixture’) tidak diijinkan tanpa persetujuan
tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.
14. Apabila akan digunakan bahan pencampur, Penyedia Jasa harus mengadakan
percobaanpercobaan perbandingan berat dan W/C ratio dari penambahan bahan
pencampur (‘Admixture’) tersebut. Hasil ‘Crushing test’ dari Laboratorium yang
berwenang terhadap kubuskubus beton yang berumur 7, 14, dan 21 hari harus
dilaporkan kepada Direksi/Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya.
15. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
16. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 73
Engineering,Survey, Environment
10.4 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zatzat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 74
Engineering,Survey, Environment
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaanpekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K125 sampai mutu K175.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 75
Engineering,Survey, Environment
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila
kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan
warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 76
Engineering,Survey, Environment
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus
dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus bersih
dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut harus
disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban
beban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould
release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus
berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 77
Engineering,Survey, Environment
daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat
lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurukan dilakukan.
10.5 Pekerjaan Dinding beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Batu Bata
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai Peraturan
Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm, dan
tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benarbenar rata untuk semua sisinya.
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahanperubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena mengikuti
dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus disetujui oleh
Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.
b. Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 78
Engineering,Survey, Environment
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan
Batu Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 79
Engineering,Survey, Environment
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 80
Engineering,Survey, Environment
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila
kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan
warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus
dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus bersih
dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut harus
disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban
beban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 81
Engineering,Survey, Environment
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould
release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus
berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat
lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurukan dilakukan.
10.6 Pekerjaan Plat Beton Bertulang
Persyaratan Bahan
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih
dari 5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton
adalah butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 82
Engineering,Survey, Environment
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih
dari 1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zatzat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaanpekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K125 sampai mutu K175.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 83
Engineering,Survey, Environment
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang
dapat merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang
berlaku secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan
beton, kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan
Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000
kg/cm2 atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 84
Engineering,Survey, Environment
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam
arah yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari
hubungan langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Pelaksanaan:
1. Bahanbahan pembentuk beton harus dicampur dan diaduk selama 1,5 menit
sesudah semua bahan ada dalam ‘mixer’. Waktu pengadukan harus ditambah, bila
kapasitas mesin lebih besar dari 1,5 m dan Direksi/Konsultan Manajemen Konstruksi
berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika ternyata pemasukan bahan
dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan adukan dengan kekentalan dan
warna yang merata/seragam. Beton yang dihasilkan harus seragam dalam komposisi
dan konsistensi dalam setiap adukan.
2. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi kapasitas yang ditentukan. Air harus
dituang terlebih dahulu untuk selanjutnya ditambahkan selama pengadukan. Tidak
diperkenankan melakukan pengadukan yang berlebihan yang membutuhkan
penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang dikehendaki.
3. Sebelum pengecoran dimulai, semua bagianbagian yang akan dicor harus bersih
dan bebas dari kotoran dan bagian beton yang terlepas. Bagianbagian yang akan
ditanam dalam beton sudah harus terpasang (pipapipa untuk instalasi listrik,
plumbing dan perlengkapanperlengkapan lain).
4. Cetakan atau pasangan dinding yang akan berhubungan dengan beton harus
dibasahi dengan air sampai jenuh dan tulangan harus terpasang dengan baik.
Bidangbidang beton lama yang akan dicor harus dibuat kasar terlebih dahulu dan
kemudian dibersihkan dari segala kotoran yang lepas.
5. Sesaat sebelum beton dicor, maka bidangbidang pada beton lama tersebut harus
disapu dengan ‘bonding agent’ dengan aturan sesuai pabrik pembuatnya.
6. Penyedia Jasa harus tetap menjaga kondisi bagianbagian tersebut sampai ijin
pengecoran diberikan oleh Direksi/Konsultan Pengawas .
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 85
Engineering,Survey, Environment
7. Rencana cetakan beton menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa sepenuhnya.
Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran dan batasbatas bidang dari hasil beton yang
direncanakan, serta tidak boleh bocor dan harus cukup kaku untuk mencegah
terjadinya perpindahan tempat atau kelongsoran dari penyangga.
8. Permukaan cetakan harus cukup rata dan halus serta tidak boleh ada lekukan,
lubanglubang atau terjadi lendutan. Sambungan pada cetakan diusahakan lurus
dan rata dalam arah horizontal maupun vertikal.
9. Tiangtiang penyangga harus direncanakan sedemikian sehingga dapat memberikan
penunjang seperti yang dibutuhkan tanpa adanya ‘overstress’atau perpindahan
tempat pada beberapa bagian konstruksi yang dibebani. Struktur dari tiang
penyangga harus cukup kuat dan kaku untuk menunjang berat sendiri dan beban
beban yang ada diatasnya.
10. Sebelum penuangan, cetakan harus diteliti untuk memastikan kebenaran letaknya,
kekuatannya dan tidak akan terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton
dituang.
11. Permukaan cetakan harus bersih dari segala macam kotoran, dan diberi ‘Mould
release agent’ untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya harus
berhatihati agar tidak terjadi kontak dengan baja tulangan yang dapat mengurangi
daya lekat beton dengan tulangan.
12. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan
Pengawas , atau jika umur beton telah melampaui waktu sebagai berikut : Pelat
lantai/atap/tangga 21 hari
13. Pembongkaran cetakan harus dilaksanakan dengan hatihati sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton. Dalam hal terjadi bentuk beton yang
tidak sesuai dengan gambar rencana, Penyedia Jasa wajib mengadakan perbaikan
atau pembentukan kembali.
14. Permukaan beton harus bersih dari sisa kayu cetakan dan pada bagianbagian
konstruksi yang terpendam dalam tanah, cetakan harus dicabut dan dibersihkan
sebelum pengurukan dilakukan.
10.7 Pekerjaan Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata
harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 86
Engineering,Survey, Environment
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran lama
dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
10.8 Pekerjaan Pasangan Pipa PVC dan Aksesori
1. Semua material pipa berikut accessories pipa lainnya yang digunakan dalam
pekerjaan ini berupa barangbarang baru dan bertekanan 16 BAR. Dimensi pada
gambar, standard dan metode pelaksanaan harus sesuai dengan yang diminta
dalam spesifikasi ini.
2. Material Pipa HDPE SDR 11, HDPE dia. 150 mm beserta accesoriesnya minimal
berkekuatan PN 16, Pemborong terlebih dahulu harus mengajukan brosur barang
beserta spesifikasi teknis lainnya sebelum melakukan pemasangan, dan hal
tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Direksi Proyek.
3. Pipapipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi
beton untuk alasan apapun.
4. Pipapipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh
melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
5. Pipapipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam
komponen balok beton.
6. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 87
Engineering,Survey, Environment
7. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada
posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak
diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.
Pekerjaan Pemasangan Pipa
1. Tata letak pemasangan pipa harus dipasang dengan jarakjarak (clearence) yang
cukup dengan Drainase dan lainnya, sehingga cukup baik untuk pipa itu sendiri dan
fitting / peralatan lainnya pada system pemipaan tersebut untuk pemeliharaannya.
2. Penanaman Pipa didalam tanah, setiap pipa harus terlebih dahulu dibersihkan dan
diperiksa/ditest lebih dahulu agar kerusakan yang mungkin ada dapat terditeksi.
Semua pipa harus diletakkan pada posisi yang benar dan tepat, sesuai dengan
kebutuhannya.
3. Bila ternyata tidak mampu menahan beban pipa, Kontraktor harus mencarikan
metode/cara lain untuk dapat menahan beban pipa tersebut dan melaporkan
kepada Direksi Proyek untuk diperiksa dan dilaksanakan setelah persetujuan
diberikan.
4. Trust Block harus dipasang pada situasi sebagai berikut :
a. Perubahan arah atau belokan pada system pemipaan
b. Perubahan ukuran pipa pada system pemipaan
c. Ujung akhir (dead end) dari system pemipaan
d. Pada kedua sisi setiap katup.
5. Pada setiap sambungan yang menggunakan Flanged harus menggunakan packing
dengan ketebalan minimal 3 mm yang dicat pada kedua sisinya dengan campuran
minyak nabati dan redlead atau graphite, kemudian sambungan dipasang dan
diikat dengan baut mur pengikat secara kencang.
6. Pembersihan dari / terhadap welding slag, kotorankotoran didalam dan dibagian
luar ujung pipa dan lainnya harus dilakukan sebelum sambungan dipasang.
7. Bila pekerjaan hendak ditunda, ujung pipa harus ditutup sesuai dengan ketentuan.
8. Pengujian Untuk Tekanan Pipa, seluruh system pemipaan harus diuji tekanan oleh
Kontraktor yang bersangkutan. Kontraktor harus mengajukan prosedur test, daftar
peralatan, alat ukur, alat Bantu dan ‘log sheets’ yang akan digunakan dalam
pengetesan kepada Direksi Proyek paling lambat 6 (enam) hari kalender sebelum
dilakukan pengujian.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 88
Engineering,Survey, Environment
9. Seluruh pemipaan harus diuji baik secara keseluruhan maupun secara bagian
perbagian harus diuji tekanan dengan menggunakan tekanan air atau dapat juga
dengan tekanan udara.
10.9 Pekerjaan Penanaman Pohon Akar Wangi
a. Tanah Media Tanam
1. Tanah untuk media penanaman pohon, rumput dan bunga adalah tanah yang
subur dan mengandung zatzat yang dibutuhkan oleh pohon, rumput dan bunga
untuk tumbuh dan berkembang dengan baik selama minimal 2 bulan perawatan.
2. Tanah untuk media tanam tidak boleh diambil atau diolah dari tanah hasil Land
Clearing, Bongkaran Bangunan atau Galian.
3. Tanah untuk media tanam adalah tanah kebun, gunung dan sawah yang telah
diolah sedemikian rupa dan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan.
b. Pohon Pelindung (Akar Wangi)
Meliputi semua pekerjaan seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of Quantity
:
a. Penanaman Pohon Pelindung; dan
b. Penanaman Bunga dan TehTehan.
1. Jenis pohon dan bunga serta tehtehan yang dipakai pada pekerjaan ini
dijelaskan dalam Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Bibit Pohon dan Tanaman Hias bukanlah hasil pekerjaan stek batang, cangkok
batang tetapi adalah bibit asli yang berasal dari pembibitan buah.
4. Tinggi minimal bibit pohon adalah 1500 mm.
5. Tinggi minimal bibt bunga dan tehtehan adalah 150 mm.
6. Pohon dan Tanaman Hias harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk
hingga tumbuh dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak
waktu mulai ditanam.
7. Pohon dan Tanaman Hias harus dilindungi dalam pagarpagar pelindung dari
kayu berbentuk kotak dengan ukuran lebar 1 meter dan tinggi 1 meter sehingga
tidak mudah dijangkau dan dirusak oleh binatang.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 89
Engineering,Survey, Environment
8. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas pohon dan tanaman hias
mati, Kontraktor Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan
yang baru.
c. Rumput
1. Rumput adalah dari jenis Rumput Manila atau Rumput Garam.
2. Kontraktor harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
3. Tinggi maksimal bibit rumput adalah 30 mm.
4. Bibit rumput adalah dalam bentuk media siap tanam berupa potonganpotongan
bibit rumput ukuran 200 x 200 x 70 mm.
5. Rumput harus dirawat dengan baik, disiram dan diberi pupuk hingga tumbuh
dengan baik sampai berumur minimal 2 bulan terhitung sejak waktu mulai
ditanam.
6. Jika dalam masa pemeliharaan seperti disebut diatas rumput mati, Kontraktor
Pelaksana dengan biaya sendiri harus mengantinya dengan yang baru.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 90
Engineering,Survey, Environment
11.1 Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus memastikan
lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill of
Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akarakar tumbuhan lama atau puingpuing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi.
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
BBBAAABBB XXXIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN BBBAAANNNGGGUUUNNNAAANNN PPPEEENNNDDDUUUKKKUUUNNNGGG
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 91
Engineering,Survey, Environment
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika tanah
disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11.2 Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)
1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat / retak,
dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.
2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10 15
cm, dan tidak bercampur dengan tanah.
3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi panjang
tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang merata dan
disiram dengan air hingga pasir mengisi lubanglubang yanterdapat pada selasela
batu kemudian ditimbris.
11.3 Pondasi Batu
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang
berasal dari laut.
syaratsyarat pelaksanaan
1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras, tidak
berlubang dan forius.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 92
Engineering,Survey, Environment
2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah dan
lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,
pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu
gunung adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu Gunung
adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk keperluan
pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus diberi
spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa spesi),
dan ronggarongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta spesi
secukupnya.
10. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi spesi
dan dikasarkan (digarisgaris silang). Pada tempattempat yang akan dipasang
kolom praktis harus diberi stick besi beton.
11.4 Pekerjaan Beton Bertulang (Sloof, Kolom, Balok, dan Lantai Kerja)
Pasir Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari
5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 93
Engineering,Survey, Environment
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah
butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak beton.
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam Peraturan
Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari
1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian di
Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zatzat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaanpekerjaan beton Non Struktural dengan
mutu K125 sampai mutu K175.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 94
Engineering,Survey, Environment
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen Portland
Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk bangunan
gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus disetujui
oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada campuran
beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton, kecuali
ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.
Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan oleh
Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 95
Engineering,Survey, Environment
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2
atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan
langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
syarat-syarat pelaksanaan
Perakitan Tulangan
1. Perakitan tulangan balok dan kolom dapat dilakukan di bengkel kerja oleh
Kontraktor Pelaksana atau langsung pada lokasi konstruksi.
2. Dimensi, model, bengkokan, jarak dan panjang penyaluran tulangan harus sesuai
dengan Gambar Bestek dan Shop Drawing, standar Peraturan Beton Indonesia (PBI)
dan SK SNI T15199103.
3. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan Shop Drawing dan daftar bengkokan,
dimensi, model, dan panjang penyaluran tulangan pada bengkel kerja untuk
menghidari kesalahan dalam pekerjaan perakitan tulangan.
4. Tulangan balok dan kolom yang telah selesai dirakit jika tidak langsung dipasang
harus diletakan ditempat yang terlindungi dari hujan dan tidak boleh besentuhan
langsung dengan tanah.
5. Semua tulangan utama balok dan kolom harus terikat dengan baik oleh sengkang
dengan alat ikat kawat beton.
6. Tulangan yang telah selesai dirakit tidak boleh dibiarkan lebih dari 3 hari dalam
bekisting.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 96
Engineering,Survey, Environment
Sambungan Antar Tulangan
1. Sambungan antar tulangan, penjangkaran tulangan dan panjang penyaluran
tulangan pada kondisi pembeban lentur, beban tarik, beban tekan, jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syaratsyarat yang
ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T15199103.
2. Panjang sambungan lewatan jika tidak ditentukan lain dalam Gambar Bestek,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T15199103 harus diambil minimal 40
kali diameter batang yang disambung.
3. Sambungansambungan harus dibuat antara sesama tulangan utama. Tidak
dibenarkan dengan alasan apapun menggunakan tulangan extra (tulangan
tambahan) untuk menyambung tulangan utama dengan tulangan utama lain
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T15
199103.
4. Penjangkaran tulangan atau kaitkait pada posisi pemutusan tulangan jika tidak
ditentukan lain dalam Gambar Bestek maka harus sesuai dengan syaratsyarat yang
ditentukan dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T15199103.
5. Sambungansambungan pada kondisi pembeban tarik dan lentur pada komponen
balok, plat lantai dan plat dack ujungujung sambungan harus dibuat kait (hook)
kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI) dan SK SNI T15
199103.
6. Sambungan tulangan kolom harus dilakukan pada posisi permukaan sloof dan plat
lantai atau pada posisi tengah bentang kolom. Penyambungan pada posisi selain
pada posisi tersebut dengan alasan apapun tidak dibenarkan.
7. Penyambungan pada daerah – daerah sendi plastis kolom dan balok atau pada
daerah sejarak 2 x tinggi kolom/balok dari joint maupun tumpuan tidak dibenarkan.
Beton Tahu ( dacking )
1. Untuk menjaga dan mempertahankan jarak selimut beton agar sesuai dengan yang
disyaratkan maka pada permukaan besi tulangan balok dan kolom harus diberi
penyangga dari beton atau Beton Tahu sehingga mempunyai jarak yang tetap
dengan bekisting.
2. Ketebalan beton tahu harus disesuaikan dengan jarak atau ketebalan selimut beton
pada masingmasing komponen struktur.
3. Mutu beton tahu minimal sebesar mutu beton konstruksi utama.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 97
Engineering,Survey, Environment
4. Untuk Komponen kolom dan balok ukuran beton tahu adalah 4 x 4 x 4 cm dan
dipasang minimal 2 buah setiap jarak 50 cm panjang balok dan tinggi kolom.
Acuan / Bekisting
1. Bahan utama bekisting adalah multiplek 6 mm yang diperkuat oleh balokbalok
kayu 5/7 cm atau 5/10 cm dari kayu kelas kuat III.
2. Penggunaan papan kayu sebagai bekisting dengan alasan apapun tidak
diperbolehkan.
3. Pengantian material bekisting dengan material selain yang disebutkan pada point 1
harus dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
4. Kontraktor pelaksana harus mengajukan Shop Drawing untuk bentuk konstruksi
bekisting balok, kolom, plat lantai, dan plat atap serta konstruksi lain yang dianggap
perlu oleh Konsultan supervisi.
5. Penggunaan bekisting system bongkar pasang dari bahan besi harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
6. Permukaan bekisting harus dilumuri atau dioleskan dengan cairan Residu atau
cairan Ter supaya hasil campuran beton tidak menempel pada bekisting waktu
akan dibuka sehingga dapat menghasilkan permukaan beton yang rapi.
7. Bentuk bekisting harus menghasilkan konstruksi akhir sesuai rencana.
8. Jika diperlukan Kontraktor Pelaksana harus mengajukan Gambar Shop Drawaing
Rencana Bekisting kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
9. Bekisting harus kokoh dan rapat sehingga pada waktu diisi dengan campuran beton
tidak bocor atau berubah bentuknya.
10. Hasil pekerjaan bekisting harus diperiksa kembali kebenaran elevasi ,kelurusannya
terhadap arah vertikal oleh Kontraktor Pelaksana dengan alat Theodolit dan
Waterpass. Pemeriksaan secara manual tidak dibenarkan.
11. Hasil pekerjaan bekisting harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum
dilakukan pekerjaan pengecoran beton.
12. Bekisting yang telah dicor beton tidak boleh dibuka kurang dari 28 hari terhitung
sejak waktu pengecoran kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi karena
alasan penggunaan zat additive yang dapat mempercepat proses pengerasan beton
atau alasanalasan teknis yang dapat dipertanggung jawabkan .
13. Pekerjaan membuka bekisting tidak boleh merusak permukaan beton jika hal ini
terjadi Kontraktor Pelaksana harus memperbaikinya dengan pekerjaan acian beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 98
Engineering,Survey, Environment
14. Perbaikan permukaan beton yang rusak akibat kesalahan pembukaan bekisting
atau sebab lain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
Pengecoran Beton ( Casting Concrete )
1. Sebelum memulai pekerjaan pengecoran Kontraktor Pelaksana harus memastikan
Acuan/bekisting telah selesai 100% dan telah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
2. Pengecoran beton structural mutu K175 sampai K275 hanya boleh dilakukan oleh
Kontraktor Pelaksana jika Job Mix Disain, Job Mix Formula, Perakitan Tulangan,
Bekisting, Request Pekerjaan dan halhal lain yang diperlukan dan berhubungan
dengan pekerjaan pengecoran sudah disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Sedapat mungkin untuk melakukan sekali pengecoran untuk setiap bagian
konstruksi sehingga dapat menghindari sambungansambungan beton.
4. Pengecoran dalam kondisi cuaca hujan tidak dibenarkan kecuali Kontraktor
Pelaksana menjamin bahwa bekisting dan hasil pengecoran tidak berhubungan
langsung dengan air hujan.
5. Pengecoran beton harus dilakukan dengan Concrete Mixer (molen) dan tidak
diperbolehkan melakukan pengecoran dengan cara pengadukan manual kecuali
untuk betonbeton dengan mutu dibawah K125 atau nonstruktural.
6. Urutan pemasukan material beton dimulai dengan Batu Pecah Beton, Pasir Beton,
Semen, Air, dan Zat Additive (jika ada). Urutan ini bisa dirubah dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
7. Lama pengadukan material beton dalam Concrete Mixer minimal 1,5 menit kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pengadukan beton dalam Concrete Mixer apabila diputusan oleh Konsultan
supervise sudah cukup langsung dituang dalam wadah yang sebelumnya telah
disiapkan oleh Kontrator Pelaksana.
9. Beton segar hasil pengadukan molen dapat diangkut dengan kereta dorong oleh
pekerja kelokasi bekisting untuk dituang.
10. Beton segar harus segera dituang kedalam bekisting dan tidak boleh dibiarkan lebih
dari 10 menit berada dalam wadah kereta sorong atau bak tampungan beton.
Penggunaan zat additive seperti Super Plasticizer juga tidak membolehkan beton
segar terlalu lama dalam wadah tampungan kecuali disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
11. Beton segar yang telah dituangkan harus dipadatkan dengan Concrete Vibrator
sampai mencapai kepadatan optimum.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 99
Engineering,Survey, Environment
12. Tinggi jatuh penuangan beton untuk bekisting kolom minimal 1,5 meter.
13. Penuangan beton dalam balok, plat lantai, plat atap, dan kolom tidak boleh
menciptakam sangkar kerikil atau penumpukan kerikil pada posisi tententu pada
saat bekisting dibuka.
15. Jika terjadi sangkar kerikil Kontraktor Pelaksana harus memperbaiki bagian itu
dengan mempergunakan beton campuran zat kimia khusu untuk sambungan (joint)
seperti Produk SIKA dengan persetujuan Konsultan Supervisi.
16. Pengecoran beton tidak boleh dilakukan langsung diatas tanah Kontraktor
Pelaksana harus membuat lantai kerja dari campuran 1 Sm : 3 Ps : 6 Kr sehingga air
semen tidak meresap dalam tanah dan bentuk penampang beton sesuai dengan
yang direncanakan.
17. Antara pengecoran pertama dengan pengecoran kedua untuk konstruksi yang
sama tidak boleh lebih dari 1 hari.
18. Hasil pengecoran beton adalah hasil tampa ada lagi pekerjaan finishing lain atas
dipermukaanya.
19. Perbaikan permukaan beton oleh Kontraktor Pelaksana setelah pengecoran dengan
cara acian ( pasta semen ) adalah dengan biaya sendiri kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity.
Beton Ready Mix
1. Penggunaan beton Ready Mix oleh Kontraktor Pelaksana harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
2. Kontraktor Pelaksana tetap diwajibkan untuk menyerahkan Job Mix Disain kepada
Konsultan Supervisi terhadap semua mutu beton yang menggunakan Beton Ready
Mix.
3. Job Mix Disain harus disetujui oleh Konsultan Supervisi sebelum digunakan.
4. Kualitas beton yang dihasilkan oleh Batching Plant tetap menjadi tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana.
Pembongkaran Bekisting/Mal Beton
1. Bekisting tidak boleh dibuka/dibongkar dan dibebani jika beton dalam bekisting
belum berumur 28 hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
2. Walaupun ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi bekisting beton tetap tidak
boleh dibuka dan dibebani sebelum berumur minimal 14 hari.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 100
Engineering,Survey, Environment
3. Pembukaan dan pembebanan Bekisting beton kurang dari 14 hari karena alasan
adanya pemakaian Zat Additive yang dapat mempercepat pengerasan beton harus
disetujui oleh Konsultan Supervisi.
4. Pembongkaran Bekisting harus menghasilkan permukaan beton yang rata, halus,
cacat permukaan serta langsung dapat dilakukan pekerjaan finishing cat diatasnya.
Perawatan Beton ( Curing )
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan perawatan dan pemeliharaan terhadap
beton yang telah selesai dituang dalam bekisting.
2. Perawatan dapat berupa menutup permukaan beton dengan karung goni
kemudian menyiram air secara rutin kepermukaan beton sampai beton berumur
28 hari. Penggunaan metode lain untuk perawatan beton harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
3. Perawatan harus terus menerus dilakukan minimal sampai beton berumur 28 hari
atau sampai beton siap untuk dibebani menurut keputusan Konsultan Supervisi.
Quality Control
a. Slump Test
1. Pemeriksaan kekentalan beton (kosistensi) harus dilakukan setiap beton
dituangkan dari Concrete Mixer atau minimal setiap 3 m3 pekerjaan beton pada
setiap mutu beton.
2. Pemeriksaan kekentalan beton dilakukan dengan metode Slump Test dimana
nilai slump yang diperoleh harus sesuai dengan nilai slump rencana yang ada
pada Job Mix Disain.
b. Benda Uji Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus mengambil benda uji beton dalam bentuk kubus dan
slinder standar. Ukuran kubus adalah 20x 20x20 cm dan ukuran silinder tinggi 30
cm dan diameter 15 cm.
2. Benda uji beton harus diambil minimal 20 benda uji untuk setiap mutu beton
yang berbeda atau minimal satu benda uji setiap 3 m3 beton dalam satu kali
pengecoran.
3. Pengambilan benda uji harus dilakukan secara acak dan selang seling antara satu
campuran dengan campuran yang lain untuk mutu beton yang sama.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 101
Engineering,Survey, Environment
4. Benda uji beton harus dirawat dalam bak dan terendam dalam air sampai
berumur 28 hari.
5. Pada benda uji beton harus dicantumkan mutu beton, nama benda uji ,dan
tanggal pengambilan benda uji yang tidak mudah hilang dan luntur.
c. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan pemeriksaan terhadap kuat tekan beton
yang telah selesai mereka kerjakan minimal sebelum pekerjaan pengecoran
melebihi 50% dari total pekerjaan pengecoran.
2. Tujuan pemeriksaan kuat tekan beton adalah untuk mendapatkan Mutu Beton
hasil pelaksanaan pekerjaan pengecoran lapangan.
3. Yang dimaksud dengan Mutu Beton adalah Kuat Tekan Karakteristik yang
diperoleh dari hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus ukuran 20 x 20 x 20
cm umur 28 hari dengan minimal 20 benda uji.
4. Pemeriksaan kuat tekan beton dilakukan di Laboratorium Beton dengan minimal
20 benda uji kubus atau silinder untuk setiap mutu beton.
5. Pemeriksaan kuat tekan beton pada Laboratorium Beton oleh Kontraktor
Pelaksana harus didampingi oleh Konsultan Supervisi. Pemeriksaan kuat tekan
beton tanpa didampingi oleh Konsultan Supervisi hasilnya dianggap tidak sah.
6. Semua biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeriksaan kuat tekan beton
ini dibebankan kepada Kontraktor Pelaksana.
7. Mutu Beton hasil pemeriksaan kuat tekan benda uji kubus yang kurang dari 95%
dari Mutu Beton Rencana dianggap gagal dan beton yang telah selesai
dikerjakan dilapangan harus dibongkar kecuali diputuskan lain oleh Konsultan
Perencana dengan disertakan Rekomendasi Ahli beton.
8. Kontraktor Pelaksana tidak diperbolehkan melanjutkan pekerjaan pengecoran
beton jika hasil pemeriksaan kuat tekan beton menghasilkan kuat tekan yang
berbeda dengan kuat tekan beton rencana.
9. Perencanaan ulang untuk Job Mix Disain harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana untuk beton yang gagal dalam uji kuat tekan jika dalam pemeriksaan
oleh Konsultan Supervisi bersama dengan Kontraktor Pelaksana kegagalan kuat
tekan disebabkan oleh kesalahan dalam perencanaan campuran dan bukan
karena kesalahan pada tahap pelaksanaan.
10. Pemeriksaan kuat tekan beton selain dengan uji tekan pada laboratorium beton
harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 102
Engineering,Survey, Environment
11. Laporan hasil pemeriksaan Mutu Beton harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
d. Pemeriksaan Kuat Tekan Beton Dengan Cara Lain
1. Jika pemeriksaan Kuat Tekan Beton dengan cara Uji Tekan Kubus Beton hasilnya
meragukan dan tidak disetujui oleh Konsultan Perencana, Konsultan Supervisi
atau Owner, maka cara pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung pada
konstruksi beton harus dilakukan.
2. Pemeriksaan mutu beton dengan uji langsung ke konstruksi beton jika tidak
ditentukan khusus oleh Konsultan Perencana maka harus dilakukan dengan
salah satu metode seperti dibawah ini :
a. Metode Core Drill.
b. Metode Hammer Test.
3. Konsultan Perencana berhak menentukan metode mana yang akan dipakai
untuk pemeriksaan kuat tekan beton langsung ke konstruksi beton.
4. Posisi dan lokasi pengujian untuk masingmasing komponen struktur
ditentukan oleh Konsultan Perencana atau Konsultan Supervisi.
5. Jumlah titik pengujian jika tidak ditentukan oleh Konsultan Perencana, maka
harus diambil minimal 10 titk untuk masingmasing komponen struktur dan
masingmasing mutu beton.
6. Data Kuat Tekan yang diperoleh dari hasil uji langsung kuat tekan pada
konstruksi beton harus dikalkulasi kembali oleh Kontarktor Pelaksana untk
memperoleh Kuat Tekan karakteristik Beton (mutu beton).
7. Kuat Tekan Beton Karakteristik yang diperoleh dari uji langsung ke konstruksi
beto adalah hasil final yang harus diakui oleh Konsultan Perencana, Konsultan
Supervisi, Kontraktor Pelaksana dan Owner.
Instalasi Dalam Konstruksi Beton
1. Instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalsi listrik sebaiknya tidak ditanam
atau diletakan dalam konstruksi beton kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek atau oleh Konsultan Supervisi.
2. Pipapipa instalasi dari bahan aluminium tidak boleh ditanam dalam konstruksi
beton untuk alasan apapun.
3. Pipapipa PVC atau besi yang ditanam dalam kolom beton diameternya tidak boleh
melebihi 1/3 (sepertiga) dari dimensi terkecil kolom.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 103
Engineering,Survey, Environment
4. Pipapipa PVC atau besi dengan diameter berapapun tidak boleh ditanam dalam
komponen balok beton.
5. Pembongkaran sebagian kecil atau sebagian besar konstruksi beton untuk
keperluan instalasi air bersih, instalasi air kotor, dan instalasi listrik harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
6. Pembongkaran konstruksi beton pada daerah joint balok dan kolom serta pada
posisi tumpuan balok untuk keperluan instalasi air dan instalasi listrik tidak
diperbolehkan untuk alasan apapun kecuali ditentukan lain oleh Konsultan
Perencana dan Konsultan Supervisi dengan disertakan Rekomendasi Ahli Beton.
Sambungan Antar Beton
1. Penyambunganpenyambungan antara beton lama dengan beton baru sebaiknya
dihindari pada konstruksi beton kecuali sambungan antar kolom tiap lantai.
2. Jika penyambungan terpasak dilakukan permukaan beton lama harus dibersihkan
dan dikasarkan sebelum disambung dengan beton baru.
3. Penyambungan pada posisi tengah kolom dan tengah bentang balok untuk alas an
apapun tidak diperbolehkan.
4. Untuk sambungan pada balok dan plat lantai harus dilakukan pada posisi 80 cm
dari tumpuan sedangkan untuk kolom harus disambung pada posisi tumpuan
kedua (lantai 2).
5. Bentuk akhir dari konstruksi beton lama (plat lantai dan balok) harus dibuat
sedemikian rupa sehingga ketika disambung beton baru akan menumpu pada
beton lama.
6. Penyambungan pada kondisi beton lama yang sudah berumur lebih dari 3 hari
harus dilakukan dengan Bonding Agent dan hal ini harus dengan persetujuan
Konsultan supervisi.
7. Penggunaan zatzat kimia untuk memperkuat sambungan harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
11.5 Pekerjaan Lantai
Pasir Urug Bawah Lantai.
1. Sebelum pekerjaan lantai dilakukan pekerjaan timbunan tanah dalam ruangan
harus sudah selesai 100%.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 104
Engineering,Survey, Environment
2. Diatas timbunan tanah dilakukan pekerjaan lapisan pasir urug setebal minimal 10
cm kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
3. Pasir urug yang dipakai harus benarbenar mempunyai susunan butiran yang
seragam.
4. Lapisan pasir urug harus dipadatkan sampai mencapai kepadatan yang diinginkan
dengan alat Stemper atau alat pemadat mekanik lain. Tidak dibenarkan melakukan
pemadatan secara manual.
5. Hasil pekerjaan lapisan pasir urug harus benarbenar rata dan elevasi hal ini harus
dibuktikan dengan pekerjaan Waterpassing.
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir yang
berasal dari laut.
Beton Cor Bawah Lantai
1. Beton cor bawah lantai Keramik/ dibuat dari campuran beton 1 SM : 3 PS : 6 KR
dengan ketebalan minimal 7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Beton cor bawah lantai dikerjakan pada posisi lantai 1 atau pada posisi dimana
dibawah lantai tidak terdapat komponen plat beton.
3. Hasil pekerjaan beton cor bawah lantai harus benarbenar elevasi dan hal ini harus
dibuktikan dengan pekjerjaan Waterpassing.
4. Hasil pekerjaan pengecoran beton bawah lantai harus disetujui oleh Konsultan
Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 105
Engineering,Survey, Environment
11.6 Pasangan Batu Bata
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada dinding
dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding Toilet dan Kamar
Mandi serta bak air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½
bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
7. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata ½ bata
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 180 cm.
8. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air (trasram).
9. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
10. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benangbenang untuk
ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
11. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua dinding
kecuali dindingdinding yang langsung berhubungan dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan ketebalan
maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
5. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan dan tidak
satu garis sambungan.
6. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam arah
horizontal.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 106
Engineering,Survey, Environment
7. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benangbenang untuk
ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
8. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui
oleh Konsultan Supervisi.
11.7 Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau
dinding bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata
harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 107
Engineering,Survey, Environment
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran
lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
11.8 Pekerjaan Pasangan Keramik Lantai dan dinding
1. Keramik lantai adalah keramik dengan permukaan halus dan rata dengan ukuran
yang seragam.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, , ukuran dan
Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi
untuk disetujui.
3. Motif atau type permukaan keramik lantai adalah Polished ( halus ) atau sesuai Bill
of Quantity serta Gambar Bestek.
4. Keramik Mempunyai ketebalan standard atau minimal 5 mm.
5. Pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Pemasangan Keramik Lantai harus mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada dalam
Gambar Bestek atau sesuai Petunjuk Konsultan Supervisi.
7. Warna Keramik lantai ditentukan oleh Konsultan Perencana pada tahap konstruksi
dan dapat diganti dengan alasan warna yang telah ditentukan dalam Gambar
Bestek atau Bill of Quantity sulit didapatkan dan tidak dikeluarkan lagi oleh pabrik.
8. Warna keramik lantai harus seragam untuk setiap jenis warna yang sama.
9. Bentuk dan dimensi keramik lantai harus benarbenar siku dan standar untuk
semua ukuran yang sama.
10. Potonganpotongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola lantai
harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan potongan.
Potonganpotongan tersebut harus sama dengan dimensi pada gambar pola lantai.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 108
Engineering,Survey, Environment
11. Celahcelah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan granito dan
sebagai tempat isian perekat antar granit dalam bidang tebalnya adalah maksimal
3 mm.
12. Pemasangan lantai keramik harus memperhatikan elevasi lantai antar ruang dan
harus mengikuti elevasi lantai pada Gambar Bestek.
13. Hasil pemasangan keramik lantai harus benarbenar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Elevasi lantai keramik hasil pemasangan harus diperiksa
kedatarannya dengan pekerjaan waterpassing.
a. Keramik Unpolish 40 x 40
1. Semua keramik yang dipakai pada lantai menggunakan keramik yang sama
besar dan permukaan sama.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Ukuran keramik, Bentuk Permukaan (Unpolished ) keramik harus sesuai dengan
Gambar Pola Lantai/Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
4. Untuk Lantai 1 keramik dipasang langsung diatas beton cor bawah lantai
dengan memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 2,5 cm.
5. Untuk lantai 2 dan lantai yang dibawanya ada komponen plat beton bertulang
lantai keramik dipasang langsung diatas plat beton bertulang dengan spesi
beton 2,5 cm.
6. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
7. Pemasangan keramik harus sesuai dan mengikuti Gambar Pola Lantai yang ada
dalam Gambar Bestek. Keramik dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
8. Keramik harus mempunyai tebal minimal 5 mm.
9. Bentuk dan dimensi keramik harus benarbenar siku serta standar untuk semua
ukuran yang sama.
10. Potonganpotongan keramik yang terpasak dilakukan karena mengikuti pola
lantai harus sama dimensinya sepanjang bidang lantai yang memerlukan
potongan. Potonganpotongan tersebut harus sama dengan dimensi pada
gambar pola lantai.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 109
Engineering,Survey, Environment
11. Celahcelah/Nat yang terbentuk antar keramik akibat pemasangan dan sebagai
tempat isian perekat antar keramik dalam bidang tebalnya adalah maksimal 3
mm.
b. Dinding Keramik 20 x 20 Polish
1. Keramik yang dipakai untuk semua lapisan dinding.
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihat contoh warna, corak, motif, ukuran
dan Brosur keramik untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan
Supervisi untuk disetujui.
3. Ukuran keramik dinding adalah sesuai dengan Gambar Bestek dan Bill of
Quantity.
4. keramik dinding dipasang langsung pada permukaan dinding batu bata dengan
memakai spesi campuran 1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1,5 cm.
5. Pasir yang dipakai untuk pasangan keramik adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
6. Warna dan Motif keramik dinding dapat diganti dan dirubah pada masa
pelaksanaan konstruksi oleh Konsultan Perencana dan Owner.
7. Permukaan keramik dinding untuk semua lokasi pemasangan adalah polished
(permukaan halus) kecuali ditentukan lain dalam Gambar Bestek.
8. Tebal keramik dinding minimal 5 mm.
9. Celahcelah antar keramik yang timbul akibat pemasangan dan untuk keperluan
perekat dalam arah tebal maksimal 2 mm.
10. Untuk pemasangan keramik pada bak air bersih sudutsudut harus ditumpulkan
dengan memakai potonganpotongan keramik yang dibentuk sedemikian rupa
hingga membentuk sudut 30 – 45 derajat.
11. Hasil pemasangan keramik harus benarbenar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan Granito Tile harus diperiksa
dengan pekerjaan waterpassing.
11.9 Pekerjaan Kudakuda
a. Kuda – Kuda Baja Ringan
Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan pemasangan struktur
atap berupa rangka batang yang telah dilapisi lapisan anti karat. Rangka batang
berbentuk segitiga,trapesium dan persegi panjang yang terdiri dari :
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 110
Engineering,Survey, Environment
1. Rangka utama atas (top chord)
2. Rangka utama bawah (bottom chord)
3. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung menggunakan baut
menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah yang cukup.
4. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap utama dengan
jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.
Pekerjaan rangka atap baja ringan meliputi:
1. Pengukuran bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi
2. Pekerjaan pambuatan kudakuda dikerjakan di Workshop permanen (Fabrikasi),
3. Pengiriman kudakuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek
4. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan
5. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kudakuda meliputi struktur rangka
kudakuda (truss), balok tembok (top plate/murplat), reng, sekur overhang, ikatan
angin dan bracing (ikatan pengaku)
6. Pemasangan jurai dalam (valley gutter)
1. Persyaratan Material
Material struktur rangka atap
Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)
� Baja Mutu Tinggi G 550
� Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
� Tegangan Maksimum 550 Mpa
� Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
� Modulus geser 80.000 Mpa
2. Lapisan Anti Karat
Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua jenis lapisan anti
karat (coating):
Galvanised (Z220)
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 111
Engineering,Survey, Environment
� Pelapisan Galvanised
� Jenis Hotdip zinc
� Kelas Z22
� katebalan pelapisan 220 gr/m2
� komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran
Galvalume (AZ100)
� Pelapisan ZincAluminium
� Jenis Hotdipallumuniumzinc
� Kelas AZ100
� katebalan pelapisan 100 gr/m2
� komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.
Baut menakik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat sambung antar
elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan instalasi, spesifikasi screw
sebagai berikut:
� Kelas Ketahanan Korosi Minimum Kelas 2
� Panjang (termasuk kepala baut) 16mm
� Kepadatan Alur 16 alur/inci
� Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
� Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm
Kekuatan Mekanikal
� Gaya geser satu baut 5,10 KN
� Gaya aksial 8,60 KN
� Gaya Torsi 6,90 KN
3. Persyaratan PraKonstruksi
1. Kontraktor wajib memberikan pemaparan produk sebelum pelaksanaan
pemasangan rangka atap baja ringan, sesuai dengan RKS (Rencana Kerja dan
Syarat) .
2. Produk yang dipaparkan sesuai dengan surat dukungan dan brosur yang
dilampirkan pada dokumen tender.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 112
Engineering,Survey, Environment
3. Kontraktor wajib menyerahkan gambar kerja yang lengkap berserta detail dan
bertanggung jawab terhadap semua ukuranukuran yang tercantum dalam
gambar kerja. Dalam hal ini meliputi dimensi profil, panjang profil dan jumlah
alat sambung pada setiap titik buhul.
4. Perubahan bahan/detail karena alasan apapun harus diajukan ke Konsultan
Pengawas, Konsultan Perencana dan Pihak DIreksi untuk mendapatkan
persetujuan secara tertulis.
5. Eleman utama rangka kudakuda (truss) dilakukan fabrikasi diworkshop
permanen dengan menggunakan alat bantu mesin JIG yang menjamin
keakurasian hasil perakitan (fabrikasi)
6. Kontraktor wajib menyediakan surat keterangan keahlian tenaga dari Fabrikan
penyedia jasa Rangka Atap Baja ringan,
7. Kontraktor wajib menyertakan hasil uji lab dari bahan baja ringan dari badan
akreditasi nasional (instansi yang berwenang sesuai dengan kompetensinya).
4. Persyaratan Pelaksanaan
1. Pembuatan dan pemasangan kudakuda dan bahan lain terkait, harus
dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi
khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu
pada standar peraturan yang berkompeten.
2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3. Perakitan kudakuda harus dilakukan di workshop permanen dengan
menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan
mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan
kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kudakuda sesuai dengan
desain sistem rangka atap.
5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur
yang dipakai untuk tumpuan kudakuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak
konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi
reaksi perletakan kudakuda.
6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng
yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja
ringan dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 113
Engineering,Survey, Environment
penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada saat kudakuda tiba
dilokasi proyek.
7. Jaminan Struktural
� Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi
ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja
Ringan, meliputi kudakuda, pengakupengaku dan reng.
� Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan
Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan
persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed code for structural
steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan
desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination
(Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard
1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws
self drillingfor the building and construction industries”(Australian
Standard 3566).
11.10 Pekerjaan Atap
a. Material Penutup Atap
1. Lingkup Pekerjaan
a. Meliputi pengadaan dan pemasangan semua bahan rangka kudakuda serta
penutup atap seperti yang tertera pada Bill of Quantity dan gambar rencana.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahanbahan, peralatan dan
alatalat bantu lainnya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini,
sehingga diperoleh hasil pekerjaan yang bermutu baik dan sempurna.
b. Mengadakan koordinasi dengan disiplin lain, yang berkaitan dengan
pekerjaan pemasangan atap, seperti pekerjaan baja, pekerjaan kayu dan
pekerjaan lainnya.
2. Persyaratan Bahan
a. Sebelum didatangkan penutup atap di datangkan ke lokasi pekerjaan, contoh
contoh semua bahan atap, bubungan dan lain sebagainya yang akan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 114
Engineering,Survey, Environment
digunakan harus diajukan terlebih dahulu untuk dimintakan persetujuan
konsultan perencana dan konsultan pengawas.
b. Bahan penutup atap menggunakan genteng Metal Sakura Roof/Multi
Roof/Surya Roof
c. Bahan tidak mudah pecah,tidak mudah berlumut atau berjamur, tahan
terhadap perubahan cuaca, dan dapat mereduksi udara panas dan suara
hujan.
d. Warna sesuai persetujuan Pengguna Jasa serta perencana.
e. Spesifikasi bahan untuk rangka kudakuda:
� Ukuran reng 3/4 dan jarak ±38,5 cm atau di sesuaikan ukuran genteng dan
sesuai persetujuan konsultan pengawas.
� Ukuran kaso 5/7 dan jarak 50 cm
� Gording menggunakan ukuran 6/12 dengan jarak 120 cm, atau sesuai
dengan gambar rencana.
� Semua kayu yang digunakan untuk rangka kudakuda ini menggunakan
kayu kelas kuat 1 dan kelas awet 1 dengan jenis bangkiray.
� Kondisi kayu tidak rusak, tidak memiliki mata kayu yang akan mengurangi
kekuatan bahan serta tidak dalam kondisi termakan rayap.
� Ukuran yang digunakan adalah ukuran asli sesuai dengan ukuran yang
tertera pada gambar rencana.
3. Persyaratan Pelaksanaan
a. Bahanbahan yang dipakai, sebelum dipasang terlebih dahulu harus
diserahkan contohcontohnya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi
Pengawas.
b. Material lain yang tidak terdapat pada daftar diatas, tetapi diperlukan untuk
penyelesaian/penggantian pekerjaan dalam bagian ini, harus baru, kualitas
terbaik dari jenisnya dan harus disetujuan dari Direksi Pengawas.
c. Semua ukuran didalam gambar adalah ukuran jadi (finish).
b. Material Rabung/Bubungan Penutup Atap
1. Material Rabung, Nok atau Bubungan Atap adalah dari material genteng Metal
Sakura Roof atau Multi Roof/Surya Roof :
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 115
Engineering,Survey, Environment
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan : Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material
Rabung atau Nok untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa
pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok/Rabung harus dicantumkan Merk Dagang, Type
Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK resmi akan daya tahan material
Nok/Rabung dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok/Rabung
kepada Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran material Nok/Rabung atap yang didatangkan ke lokasi pekerjaan
harus dalam keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung
lapisan aluminium sengnya.
7. Bentuk material Nok/Rabung atap harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan
model atap. Material Nok/Rabung harus disimpan dalam Gudang material jika tidak
langsung digunakan. Material Nok/Rabung tidak boleh basah/lembab dan
berhubungan langsung dengan tanah.
c. Material Nok Pinggir/Samping
1. Material Nok Pinggir/Samping adalah dari material genteng Metal Sakura Roof atau
Multi Roof/Surya Roof :
a. Bahan Dasar : Clean Color Bond AZ 150 (Zincalume : 55 % Alumunium)
b. Per Lebar : 10 Daun (2x5)
c. Permukaan : Polished ( Halus )
d. Lebar : 1000 mm
e. Panjang : 770 mm
f. Tebal : 0.20 – 0.50 mm TCT
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material
Nok Pinggir/Samping untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 116
Engineering,Survey, Environment
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa
pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Nok Pinggir/Samping harus dicantumkan Merk
Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Nok
Pinggir dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Nok Pinggir kepada
Konsultan Supervisi.
6. Setiap lembaran Nok Pinngir yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam
keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan
aluminium sengnya.
7. Bentuk material Nok Pinggir harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model
atap.
8. Material Nok Pinngir harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung
digunakan. Material Nok Pinggir tidak boleh basah/lembab dan berhubungan
langsung dengan tanah.
d. Material Wall Flashing
1. Material Wall Flashing adalah dari material METAL ZINCALUME dengan spesifikasi
material seperti dibawah ini :
a. Bahan Dasar : Zincalume Steel
b. Permukaan : Color/Clean Colorbond
c. Ketebalan : 0,40 TCT
d. Panjang : Sesuai Kebutuhan
e. Lebar : 10 cm
2. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan dan menyediakan contoh material
Wall Flashing untuk disetujui oleh Konsultan Supervisi.
3. Warna dapat diganti dan diubah oleh Konsultan Perencana dan Owner pada masa
pelaksanaan konstruksi.
4. Pada setiap lembar material Wall Flashing Samping harus dicantumkan Merk
Dagang, Type Produksi, Jenis Produksi dan Ketebalan Material.
5. Kontraktor Harus menyerahkan GARANSI PABRIK akan daya tahan material Wall
Flashing dan kebenaran ukuran ketebalan setiap lembaran Wall Flashing kepada
Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 117
Engineering,Survey, Environment
6. Setiap lembaran Wall Flashing yang didatangkan kelokasi pekerjaan harus dalam
keadaan baik tidak cacat permukaan catnya dan tidak melengkung lapisan
aluminium sengnya.
7. Bentuk material Wall Flashing harus sesuai dan serasi dengan bentuk dan model
atap.
8. Sepanjang daerah pemasangan Wall Flashing harus dilapisi atau dilindungi dengan
Pekerjaan WATERPROOFING memakai material product SIKA.
9. Material Wall Flashing harus disimpan dalam Gudang material jika tidak langsung
digunakan. Material Wall Flashing tidak boleh basah/lembab dan berhubungan
langsung dengan tanah.
e. Talang Patahan Atap
1. Talang Patahan Atap dibuat dari kayu tumpuan kelas I ukuran 5/7 cm dan Plat Seng
BJLS 0,40 mm.
2. Pada bagian joint antara plat seng dengan kayu harus diberi Flincoate/Aspal untuk
mencegah kebocoran.
3. Lebar daerah aliran air hujan pada Talang adalah minimal 15 cm.
4. Hubungan antara plat seng BJLS dengan tumpuan kayu kelas I adalah memakai
Paku Seng ( paku payung ).
5. Pengujian kerja talang atau resiko kebocoran harus dilakukan oleh Kontraktor
Pelaksana pada pekerjaan ini.
11.11 Pekerjaan Plafond
a. Material Plafond
1. Material utama plafond adalah multiplek 6 mm dengan ukuran panel standard
adalah
120 x 240 cm.
2. Multiplek mempunyai ketebalan minimal 6 mm dengan toleransi ketebalan
minimal 0,5 mm.
3. Multiplek mempunyai berat per lembar 24 kg.
4. Material plafond adalah hasil produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus
mempunyai Merk Dagang.
5. Pada setiap lembaran Multiplek harus dicantumkan merk dagang, ukuran lembar
dan ketebalan lembaran.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 118
Engineering,Survey, Environment
6. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
7. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan GARANSI resmi yang dikeluarkan oleh
Pabrik Multiplek untuk kekuatan dan daya tahan material kepada Konsultan
Supervisi.
8. Material plafond yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.
b. Alat Sambung
1. Alat Sambung Plafond untuk rangka plafond dari Kayu adalah Paku Sekrup Anti
Karat / Galvanis.
2. Jarak maksimum antara Paku Sekrup tidak boleh lebih dari 200 mm pada sisi papan
dan tidak lebih dari 300 mm pada bagian tengah papan.
3. Pemasangan Paku Sekrup pada sambungan Multiplek harus saling silang.
4. Jarak As Paku Sekrup dengan sisi pinggir terluar Multiplek minimal 10 mm.
5. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
c. Rangka Plafond Kayu Kelas Kuat II
1. Kasau adalah dari material kayu kelas kuat II dari jenis Meuranti, Kruing atau jenis
lain dengan kelas kuat yang sama.
2. Ukuran dan dimensi rangka plafond adalah sesuai dengan yang ditentukan dalam
Gambar Bestek.
3. Bentuk Profil material rangka Plafond adalah sesuai dengan bentuk dalam Gambar
Bestek.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
5. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan GARANSI Resmi dari Pabrik yang
minimal menjelaskan tentang daya tahan dan kekuatan material.
6. Cara pemasangan harus mengikuti petunjukpetunjuk yang dianjurkan oleh Pabrik.
7. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang direkomendasi
oleh pabrik Multiplek untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan rangka plafond.
8. Pemasangan rangka plafond harus sesuai dengan Gambar Pola pemasangan rangka
plafond dalam Gambar Bestek.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 119
Engineering,Survey, Environment
9. Rangka plafond harus dijangkarkan dengan baik pada dinding, ring balok dan
konstruksi kudakuda.
10. Hasil pemasangan rangka plafond harus benarbenar rata dan elevasi dengan
permukaan lantai.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerja pemasangan rangka plafond dengan
pekerja Instalasi Mekanikal dan Electrikal.
d. List Profil Plafond
1. List Profil Plafond pada pinggirpinggir pemasangan material plafond Multiplek
adalah dari material Gypsum dengan ukuran 90/150 mm atau sesuai Gambar
Bestek.
2. Model dan bentuk List Profil Plafond harus sesuai dengan model dan bentuk yang
ada dalam Gambar Bestek.
3. List Profil dicat dengan rapi dengan material cat yang sama seperti material cat
plafond.
4. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan contoh material untuk disetujui oleh
Konsultan Supervisi.
e. Pengantung Rangka Plafond
1. Pengantung rangka plafond adalah dari material kayu kelas II.
2. Tebal rangka kayu minimal adalah 0,40 mm.
3. Setiap 1 m2 luas rangka plafond harus terdapat minimal 4 buah pengantung
plafond.
f. Pemasangan Plafond
1. Pemasangan Plafond baru boleh dilakukan jika pekerjaan rangka plafond sudah
mencapai 100 %.
2. Pemasangan Plafond Multiplek 6 mm dilakukan langsung pada rangka plafond
dengan alat sambung paku Sekrup.
3. Kontraktor Pelaksana harus menempatkan seorang tenaga ahli yang direkomendasi
oleh pabrik multiplek untuk mengawasi pelaksanaan pemasangan plafond.
4. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi maka Kontraktor Pelaksana harus
membuat Shop Drawing untuk pekerjaan pemasangan material plafond.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 120
Engineering,Survey, Environment
5. Cara pemasangan harus mengikuti denah plafond yang ada dalam Gambar Bestek.
6. Hasil pemasangan plafond harus menghasilkan permukaan akhir yang rata dan
tidak melendut.
6. Antara lembaran plafond yang satu dengan lembaran plafond lainnya harus
tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan susut.
7. Posisi penempatan paku sekrup dari pinggir terluar lembaran plafond adalah
maksimal 10 mm terhitung dari as paku kepinggir lembaran plafond.
8. Celahcelah antara lembaran plafond yang diperuntukan untuk keperluan
pemuaian harus didempul dengan baik, rapi dan datar.
10. Pada posisi pinggir pemasangan lembaran plafond dengan balok lantai, ring balok
dan dinding harus tedapat celah sebesar 5 mm untuk keperluan pemuaian dan
susut karena suhu.
11. Harus ada koordinasi yang baik antara pekerjaan plafond dengan pekerjaan
Instalasi Mekanikal dan Electrikal sehingga plafond yang telah dipasang tidak
dibongkar kembali.
12. Tidak dibenarkan mengerjakan Instalasi Mekanikal dan Electrikal setelah pekerjaan
pemasangan plafond selesai kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
13. Plafond yang telah selesai dipasang kalau terpasak dibongkar karena alasanalasan
tertentu atau atas dasar perintah Konsultan Supervisi tidak boleh dibongkar
sembarangan tetapi harus dibongkar perlembar standarnya pada posisi
penjangkaranya pada rangka plafond.
14. Lembaran Plafond yang dibongkar karena alasan tertentu atau diperintahkan oleh
Konsultan Supervisi tidak boleh dipasang kembali kecuali atas ijin Konsultan
Supervisi.
11.12 Pekerjaan Plumbing
a. Lingkup Pekerjaan Instalasi Plumbing
1. Penyediaan sumber air yang akan digunakan berupa penyediaan/pembuatan
sumur dalam, dan/atau penyambungan ke fasilitas instalasi air bersih/sumber air
bersih existing yang tersedia di sekitar lokasi bangunan, sesuai dengan kondisi yang
ada di lapangan. Pembuangan air limbah dari fixture unit di di dalam bangunan
gedung baik itu dari toilet maupun sink yang ada dalam laboratorium.
2. Penarikan instalasi pemipaan baik untuk instalasi air kotor, maupun instalasi air
bersih.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 121
Engineering,Survey, Environment
3. Pekerjaanpekerjaan lain yang berkaitan dengan instalasi plumbing yang diperlukan
seperti pembobokan dinding/lantai, termasuk perapihan kembali.
4. Pengetesanpengetesan/pengujian peralatan yang akan digunakan.
b. Sistem Instalasi Plumbing
SISTEM AIR BERSIH
Sumber Air bersih diambil dari sumber air tanah berupa sumur dalam (deep well).
Air dari Deep Well ini masuk ke tangki penampungan yang berfungsi juga sebagai
tangki pengendap lumpur/pasir yang terbawa dari sumur. Air dari roof tank di
alirkan ke seluruh instalasi bangunan dengan cara grafitasi.
SISTEM AIR KOTOR DAN AIR BEKAS
Untuk limbah air kotor yang berasal dari toilet dan bangunanbangunan penunjang
masuk langsung ke septic tank yang dibuat berdekatan dengan bangunan tersebut,
dan masuk ke dalam tangki resapan serta over flow diarahkan ke saluran terdekat.
c. Spesifikasi Teknis dan Produk.
1. Pipapipa yang digunakan untuk instalasi plumbing ini adalah sebagai berikut :
� Instalasi Air bersih untuk keperluan Domestic water (MCK) menggunakan
pipa Galvanis GIP kelas Medium, sesuai dengan standar SNI/SII (Medium
A).
� Instalasi Air Bersih untukProduksi Air Minum Dalam Kemasan
menggunakan Pipa PVC RUCHIKA AW Class
� Instalasi Air Kotor menggunakan Pipa PVC AW Class dengan kualitas yang
baik, rekomendasi material pipa PVC yang boleh digunakan adalah :
RUCHIKA, atau WAVIN
2. Fittingfitting yang digunakan untuk pemipaan harus sesuai dengan standar pipa
yang digunakan.
3. Sambungan pipa air bersih dari bahan GIP, menggunakan system screw/ulir, dan
setiap sambungan ulir harus diberi lem epoxi kecuali pada penyambungan ke
peralatan plumbing seperti kran/valve menggunakan seal tape.
4. Sambungan pipa PVC menggunakan lem PVC dengan kualitas yang baik atau sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat pipa PVC.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 122
Engineering,Survey, Environment
5. Kontraktor harus sudah memperhitungkan adanya gantungan atau support pipa
yang akan dipasang dengan memperhitungkan support harus kuat dan kaku. Jarak
support/gantungan pipa yang akan dipasang adalah setian 1,5 meter.
6. Untuk pipapipa yang ditanam dalam tanah dan harus melintas jalan, ditanam
dalam tanah dengan kedalaman yang cukup (diatas 1 meter) dan harus dilindungi
dengan pipa keras dengan diameter yang lebih besar.
7. Galian pipa dalam tanah, harus terlebih dahulu diisi pasir yang dipadatkan lalu pipa
digelar dan kemudian diurug kembali dengan pasir yang dipadatkan, sebelum
diurug dengan tanah asal.
8. Pompapompa yang digunakan harus dari merk yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitasnya, termasuk juga after sales service dan
ketersediaan suku cadangnya.
9. Motor listrik yang digunakan sebagai penggerak pompa harus di kopel langsung
oleh pabrik/distributor pemegang merk, dan motor listrik yang digunakan sesuai
dengan rekomendasi pabrik pembuat pompa tersebut.
10. Sebelum serah terima dilakukan test komisioning. Seluruh alat harus dicek fungsi
dan kapasitasnya, terutama untuk pompapompa harus dicek besarnya arus listrik
dan temperature kerja motor panas tidaknya.
11.13 Pekerjaan Sanitary
Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahanbahan, tenaga kerja dan peralatan lainnya yang
digunakan untuk melaksanakan pemasangan perlengkapan toilet, sesuai yang tertera
pada gambar rencana. Semua sanitaries yang diusulkan harus berikut semua
perlengkapannya. Contohcontoh Pemborong harus memperlihatkan brosur/contoh
contoh warna barang yang akan dipakai kepada Pengawas untuk disetujui.
Pelaksanaan
1. Pemborong harus meminta izin kepada Pengawas tentang cara, waktu dan letak
pemasangan perlengkapan toilet. Pemasangan harus kuat, rapih dan bersih.
2. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus teliti, tepat pada posisi sanitasinya serta
rapat dan dijamin tidak bocor.
3. Setiap pemasangan pekerjaan toilet harus dipasang lengkap dengan per
lengkapannya sesuai dengan persyaratan dari pabriknya.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 123
Engineering,Survey, Environment
4. Setelah selesai pemasangannya harus dibiarkan mengering selama 4 hari tidak
boleh dipergunakan.
5. Sesudah pekerjaan saniter ini terpasang harus dijaga kemungkinan terkena cairan
atau benda lain yang bisa menimbulkan cacat. Bila hal ini terjadi Pemborong harus
memperbaiki cacat tersebut hingga pulih kembali atas biaya Pemborong. Hasil
pemasangan pekerjaan ini harus kuat, rapih dan dapat berfungsi dengan sempurna.
11.14 Pekerjaan Pintu dan Aksesoris
Pekerjaan Kunci dan Pengantung ini meliputi semua pekerjaan pintu, jendela dan ventilasi
yang dapat dibuka dan ditutup.
a. Kunci Dan Pengantung
1. Jika tidak ditentukan dengan jelas dalam Gambar Bestek dan BQ maka Kunci,
Engsel, Pegangan, Grendel dan Hak Angin adalah dari jenis seperti disebutkan
dibawah ini :
o Kunci Pintu : Standar SNI
o Pacok/Grendel Pintu : Standar SNI
o Pacok/Grendel Jendela : Standar SNI
o Engsel Tanam/Putar : Standar SNI
o Engsel/Hak Angin Jendela : Standar SNI
o Pegangan Jendela : Standar SNI
o Pegangan Pintu : Standar SNI
2. Material atau bahan adalah material atau bahan yang tidak berkarat serta tidak
bisa berinteraksi dengan Medan Magnet.
3. Kontraktor Pelaksana harus mengajukan brosur dan cara pemasangan minimal dari
dua merk yang berbeda kepada Konsultan Supervisi untuk disetujui.
4. Kunci dan pegantung pintu dan jendela harus dipasang menurut aturan
pemasangan yang diajurkan oleh pabrik pembuat yang tercantum pada brosur
yang diajukan oleh Kontraktor Pelaksana.
5. Pegangan pintu dipasang dengan ketinggian 110 cm dari permukaan lantai atau 10
cm diatas posisi pemasangan kunci.
6. Engsel pintu harus dipasang minimal 2 engsel untuk satu daun pintu dengan jarak
pemasangan engsel pertama setinggi 40 cm dari muka lantai dan jarak pemasangan
engsel ke dua sejarak 40 cm turun dari permukaan kozen teratas.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 124
Engineering,Survey, Environment
7. Grendel jendela harus dipasang minimal 2 grendel untuk satu daun jendela serta
ventilasi. Grendel dipasang pada rangka jendela dan ventilasi bagian bawah.
8. Pengangan jendela dipasang pada posisi tengah dari rangka daun jendela yaitu di
rangka bagian bawah jendela diantara dua grendel.
11.15 Pekerjaan elektrikal
a. Umum
1. Persyaratan ini merupakan bagian dari pernyataan teknis ini. Apabila ada
klausul lain dari persyaratan ini yang dituliskan kembali, berarti menuntut
perhatian khusus pada klausulklausul yang ada atau menghilangkan
klausulklausul tersebut atau bukan berarti menghilangkan klausulklausul
lainnya dari syaratsyarat umum.
2. Gambargambar dan spesifikasi perencanaan ini merupakan satu kesatuan
dan tidak dapat dipisahpisahkan. Apabila ada sesuatau bagia pekerjaan
atau bahan atau peralatan yang diperlukan agar instalasi ini dapat bekerja
dengan baik dan hanya dinyatakan dalam salah satu gambar perencanaan
atau spesifikasi perencanaan saja. Kontraktor Pelaksana harus tetap
melaksanakannya sesuai dengan standard teknis yang berlaku.
b. GambarGambar
1. Gambargambar perencana tidak dimaksudkan untuk menunjukkan semua
accessories dan fixture secara terpirinci. Semua baguian diatas walaupun
tidak digambarkan atau disebutkan secara spesifik harus disediakan dan
dipasang oleh Kontraktor Pelaksana sehingga sistem dapat bekerja dengan
baik.
2. Gambargambar instalasi menunjukkan secara umum tata letak dari
peralatan instalalasi. Sedang pemasangan harus dikerjakan denan
memperhatikan kondisi dari proyek. Gambargambar Arsitektur dan
struktur/Sipil harus dipakai sebagai referensi untuk Kontraktor Pelaksana
dan detail ”finishing” dari proyek.
3. Sebelum pekerjaan dimulai, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan
gambargambar kerja dan detail (Shop drawing) yang harus diajukan
kepada Konsultan Supervisi untuk mendapatkan persetujuan. Setiap shop
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 125
Engineering,Survey, Environment
drawing yang diajukan Kontraktor Pelaksana untuk disetujui Konsultan
Supervisi dianggap bahwa Kontraktor Pelaksana telah mempelajari situasi
dan telah berkonsultasi dengan pekerjaan instalasi lainnya.
4. Kontraktor Pelaksana harus membuat catatancatatan yang cermat dari
penyesuaianpenyesuaian pelaksanaan pekerjaan di lapangan, catatan
catatan tersebut harus dituangkan dalam satu set lengkap gambar (kalkir)
dan lima set lengkap blue print sebagai gambargambar sesuai pelaksanaan
(as built drawings). As built drawings harus diserahkan kepada Konsulatan
Supervisi segera setelah pekerjaan selesai 100 %.
c. Koordinasi
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi dalam melaksanakan pekerjaan
ini, harus bekerja sama dengan Kontraktor Pelaksana bidang atau disiplin
lainnya, agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan lancar sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. Koordinasi yang baik perlu diadakan untuk mencegah agar pekerjaan yang
satu tidak menghalangi/menghambat pekerjaan lainnya.
d. Daftar Bahan Dan Contoh
1. Dalam waktu tidak lebih dari 14 (empat belas) hari setelah Kontraktor
Pelaksana menerima pemberitahuan meneruskan pekerjaan, kecuali
apabila ditunjuk lain oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana
diharuskan menyerahkan daftar dari materialmaterial yang akan
digunakan. Daftar ini harus dibuat rangkap 4 (empat) yang
didalamnyatercantum namanama dan alamat manufacture, katalog dan
keteranganketerangan lain yang dianggap perlu oleh Konsulatan Supervisi
. Persetujuan oleh Konsultan Supervisi akan diberikan atas dasar di atas.
2. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan contoh bahanbahan yang akan
dipasang kepada Konsultan Supervisi . Semua biaya yang berkenaan
dengan penyerahan dan pengembalian contohcontoh ini adalah menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana .
3. Bahanbahan yang digunakan adalah sesuai dengan yang dimaksud di
dalam spesifikasi teknis ini dan harus dalam keadaan barn. Pekerjaan
haruslah dilakukan oleh tenaga kerja yang ahli dibidangnya masingmasing.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 126
Engineering,Survey, Environment
4. Kontraktor Pelaksana diwajibkan untuk mengecek kembali atas segala
ukuran/ kapasitas peralatan (equipment) yang akan dipasang. Apabila
terdapat keraguraguan, Kontraktor Pelaksana , harus segera menghubungi
Konsultan Supervisi untuk berkonsultasi.
5. Pengambilan ukuran atau pemilihan kapasitas equipment, yang
sebelumnya tidak dikonsultasikan dengan Konsultan Supervisi , apabila
terjadi kekeliruan maka hal tersebut menjadi beban tanggung jawab
Kontraktor Pelaksana . Untuk itu pemeliharaan equipment dan material
harus mendapatkan persetujuan dari Konsulian Supervisi .
e. Commision Dan Testing
1. Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini harus melakukan semua
testing dan pengukuranpengukuran yang dianggap perlu untuk
memeriksa/mengetahui apakah seluruh instalasi yang dilaksanakan dapat
berfungsi dengan baik dan telah memenuhi persyaratan persyaratan yang
berlaku.
2. Semua tenaga, bahan dan perlengkapan yang diperlukan dalam kegiatan
testing tersebut merupakan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana . Hal ini
termasuk pula peralatan khusus yang diperlukan untuk testing dari sistem
ini seperti yang dianjurkan oleh pabrik, juga harus disediakan oleh
Kontraktor Pelaksana .
f. Peralatan yang disebut Dengan Merk Dan Penggantinya
1. Bahanbahan, perlengkapan, peralatan, accessories dan lainlain yang
disebut dan dipersyaratkan dengan nama dan dipersyaratkan ini, maka
Kontraktor Pelaksana wajib menyediakan sesuai dengan peralatan/merk
tersebut diatas.
2. Penggantian dapat dilakukan dengan persetujuan dan ketentuan
ketentuan dari Konsultan Supervisi.
g. Perlindungan Pemilik
Atas penggunaan bahan material, sistem dan lainlain oleh Kontraktor, Pemilik
dijamin dan dibebaskan dari segala claim ataupun tuntutan yuridis lainnya.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 127
Engineering,Survey, Environment
h. Brosur/Contoh
Kontraktor harus menyerahkan contoh/brosur dari bahanbahan/material yang
akan dipasang disini untuk dimintakan persetujuan Konsultan Supervisi . Semua
biaya berkenaan dengan penyerahan dan pengambilan contohcontoh ini menjadi
tanggungan Kontraktor Pelaksana.
i. Pengetesan
1. Kontraktor Pelaksana harus melakukan semua pengetesan seperti yang
dipersyaratkan disini dan mendemonstrasikan cara kerja dari segenap
sistem, yang disaksikan oleh Konsultan Supervisi. Semua tenaga, bahan dan
perlengkapan yang perlu untuk percobaan tersebut, merupakan
tanggungjawab Kontraktor Pelaksana .
2. Jika semua peralatanperalatan yang sesuai dengan spesifikasi ini sudah
dikirim dan dipasang dan telah memenuhi ketentuanketentuan pengetesan
dengan baik, Kontraktor harus melaksanakan pengujian secara keseluruhan
dari peralatanperalatan yang terpasang, dan jika sudah ditest dan temyata
memenuhi fungsifungsinya sesuai dengan ketentuanketentuan dari
kontrak, maka seluruh unit lengkap dengan peralatannya dapat diserahkan
kepada pemilik dengan dilampirkan berita acara test lapangan yang
disetujui Konsultan Supervisi.
j. Masa Garansi dan Serah Terima Pekerjaan
1. Peralatanperalatan instalasi harus digaransikan selama satu tahun
terhitung dari penyerahan kedua.
2. Selama masa garansi, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini
diwajibkan untuk mengatasi segala kerusakan kerusakan dari pada
instalasi yang dipasangnya tanpa ada biaya tambahan.
3. Selama masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi ini
masih harus menyediakan tenagatenaga yang diperlukan yang dapat
dihubungi setiap saat.
4. Penyerahan pekerjaan pertama baru dapat diterima setelah dilengkapi
dengan buktibukti hasil pemeriksaan atas instalasi, dengan pemyataan
baik yang ditandata ngani bersama oleh instalatur yang melaksanakan
pekerjaan tersebut dan Konsultan Supervisi lapangan serta dilampirkan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 128
Engineering,Survey, Environment
sertifikat pengujian yang sudah disahkan oleh Badan Instansi yang
berwenang.
5. Jika pada masa garansi tersebut, Kontraktor Pelaksana pekerjaan instalasi
tidak melaksanakan atau tidak memenuhi teguranteguran atas perbaikan,
penggantian, kekurangan selama masa garansi, maka Konsultan Supervisi
lapangan berhak menyerahkan pekerjaan perbaikan/kekurangan tersebut
pada pihak lain atas biaya dari Kontraktor Pelaksana yang melaksanakan
pekerjaan instalasi tersebut.
6. Sebelum penyerahan kedua (final acceptance), Kontraktor Pelaksana harus
mengadakan semacam pendidikan dan latihan selama periode tersebut
kepada 3 (tiga) orang calon operator untuk setiap pekerjaan yang ditunjuk
oleh pemberi tugas (customer).
7. Training tentang operasi dan perawatan tersebut harus lengkap dengan 5
(lima) set operating maintenance and repair manual books, sehingga para
petugas/operator dapat mengoperasikan dan melaksanakan
pemeliharaan.
k. Laporan
Laporan Harian
Kontraktor Pelaksana wajib membuat "Laporan Harian" dan "Laporan Mingguan" yang
memberikan gambaran dari kegiatan kegiatan yang dilakukan di lapangan secara jelas.
Laporan tersebut dibuat dalam rangka 3 (tiga) meliputi:
1. Kegiatan Fisik.
2. Catalan dan perintah Konsultan Supervisi yang disampaikan baik secara
lisan maupun tertulis.
3. Halhal yang menyangkut masalah :
Material (masuk/ditolak)
Jumlah tenaga kerja
Keadaan cuaca
Pekerjaan tambah / kurang.
Berdasarkan laporan harian, dibuat laporan mingguan dimana laporan tersebut berisi
ikhtisar dan catatan prestasi atas pekerjaan minggu lalu dan rencana pekerjaan minggu
depan. Laporan ini harus ditandatangani oleh Manager Proyek dan diserahkan pada
Konsultan Supervisi untuk diketahui/disetujui.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 129
Engineering,Survey, Environment
l. Laporan Pengetesan
Kontraktor harus menyerahkan kepada Konsultan Supervisi dalam rangkap 5 (lima)
mengenai halhal sebagai berikut :
1. Hasil pengetesan kabelkabel (meger dan pemberian tegangan).
2. Hasil pengetesan peralatanperalatan instalasi.
3. Hasil pengukuranpengukuran dan lainlain.
Semua pengetesan dan atau pengukuran tersebut harus disaksikan oleh Konsultan
Supervisi pekerjaan ini.
Penanggung Jawab Pelaksana
1. Sesuai dengan jadwal pelaksanaan pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus
menempatkan seorang penanggung jawab pelaksanaan yang ahli dan
berpengalaman dan harus selalu berada di lapangan/site, yang bertindak
selaku wakil dari Kontraktor Pelaksana dan mempunyai kemampuan
memberikan keputusan teknis, dan bertanggung jawab penuh dalam
menerima segala instruksiinstmksi dari Konsultan Supervisi.
2. Penanggung jawab tersebut harus berada ditempat pekerjaan selama jam
kerja dan pada saat diperlukan dalam pelaksanaan, atau pada pada saat
yang dikehendaki ohh Konsultan Supervisi petunjuk, dan perintah
pengawas di dalam pelaksanaan harus disampaikan langsung kepada pihak
Pembomg melalui penanggung jawab Kontraktor Pelaksana.
m. Perubahan , Penambahan Dan Pengurangan Pekerjaan
1. Pelaksanaan pekerjaan yang menyimpang dari gambargambar rencana
yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan harus dikonsultasikan terlebih
dahulu dengan Konsultan Supervisi.
2. Dalam merubah gambar rencana lersebut, Kontraktor Pelaksana harus
menyerahkan gambar perubahan yang dimaksud Konsultan Supervisi
pengawas lapangan dalam rangkap lima untuk disetujui.
3. Pengaduan dan perubahan material, gambar rencana dan lain sebagainya,
harus diajukan oleh Kontraktor Pelaksana kepada Konsultan Supervisi
secara tertulis. Perubahanperubahan material dan gambar rencana yang
mengakibatkan pekerjaan tambah kurang harus disetujui secara tertulis
oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 130
Engineering,Survey, Environment
n. Pembobokan, Pengelasan dan Pengeboran
1. Kontraktor Pelaksana tembok, lantai, dinding dan sebagainya yang
dilakukan dalam rangka pemasangan instalasi ini maupun
pengembaliannya seperti keadaan semula adalah termasuk pekerjaan
Kontraktor Pelaksana instalasi ini.
2. Pembobokan hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin tertulis dari
Konsultan Supervisi.
3. Pengelasan, pemgeboran dan sebagainya pada konstmksi bangunan hanya
dapat dilaksanakan setelah memperoleh izin/persetujuan tertulis dari
Konsultan Supervisi.
o. Pekerjaan Listrik
1. Pekerjaan listrik yang termasuk pekerjaan instalasi ini adalah seluruh
sistem listrik secara lengkap, sehingga instalasi ini dapat bekerja dengan
sempuma dan aman.
2. Pekerjaan tersebut harus dapat menjamin bahwa pada saat penyerahan
pertama (serah terima pekerjaan pertama), instalasi pekerjaan tersebut
sudah dapat dipergunakan pemilik.
p. Pemeriksaan Routines
1. Selama masa pemeliharaan, harus diselenggarakan kegiatan pemeliharaan
dan pemeriksaan rutin.
2. Pekerjaan pemeliharaan dan pemeriksaan routine tersebut, harus
dilaksanakan tidak kurang dari dua minggu sekali.
PERSYARATAN TEKNIK KHUSUS SISTEM ELEKTRIKAL
a. Umum
Pekerjaan sistem elektrikal meliputi pengadaan semua bahan, peralatan dan
tenaga kerja, pemasangan , pengujian perbaikan selama masa pemeliharaan dan
training bagi calon operator, sehingga seluruh sistem elektrikal dapat beroperasi
dengan baik dan benar.
b. Lingkup Pekerjaan
1. Pengadaan dan pemasangan dan penyambungan instalasi kabel utama dari
panel distribusi menuju ke ruang panel disetiap lantai, lengkap dengan
seluruh instalasinya termasuk armature, saklar dan stop kontak.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 131
Engineering,Survey, Environment
2. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan berbagai type dan ukuran
kabel tegangan rendah sesuai dengan gambar rencana.
3. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan panelpanel tegangan
rendah dan panel kapasitor sesuai dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan instalasi penerangan dan stop kontak, meliputi:
a. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis armatur lampu dan jenis
lampu sesuai gambar rencana.
b. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis stop kontak biasa, stop
kontak daya dan stop kontak khusus.
c. Pengadaan dan pemasangan berbagai jenis saklar, grid switch dan
saklar tukar.
d. Pengadaan dan pemasangan berbagai cable ladder, cable tray dan
cable trunking.
e. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan pipa instalasi pelindung
kabel serta berbagai accessories lainnya seperti : box untuk saklar
dan stop kontak, junction box, fleksibel conduit, bends/elbows,
socket dan lainlain.
f. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan kabel instalasi
penerangan dan stop kontak.
5. Pekerjaan sistem penerangan luar (Outdoor Lighting)
a. Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan luar lengkap dengan
tiang, pondasi, armature dan accessories lainnya.
b. Pengadaan dan pemasangan lampu jalan lengkap dengan tiang,
pondasi, armature dan accessories lainnya.
c. Pengadaan dan penerangan lampu facade lengkap dengan tiang
armature dan accessories lainnya.
d. Pengadaan dan pemasangan instalasi penerangan luar lengkap
dengan conduit, pelindung kabel dan accessories lainnya.
6. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem pentanahan lengkap
dengan box kontrol, elektroda pentanahan dan accessories lainnya.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 132
Engineering,Survey, Environment
7. Pengadaan, pemasangan dan penyambungan sistem penangkal petir
lengkap dengan accessories lainnya.
8. Pengadaan, pemasangan pekerjaan lainnya yang menunjang sistem ini
agar dapat beroperasi dengan baik (seperti pekerjaan bak kontrol, kabel
rack, support equipment dan accessories lainnya.
c. Koordinasi
1. Adalah bukan tujuan spesifikasi ini atau gambargambar rencana untuk
menggambarkan secara detail tentang semua masalah dari peralatan
peralatan, dan sambungansambungannya. Kontraktor Pelaksana harus
melengkapi dan memasang selumh peralatanperalatan bantu yang
dibutuhkan.
2. Gambargambar rencana hanya menunjukkan secara umum tentang posisi
dari peralatanperalatan, pemipaan, ducting dan lainlain. Kontraktor
Pelaksana harus mengadakan perubahanperubahan yang diperlukan yang
disesuaikan dengan kondisikondisi bangunan tanpa tambahantambahan
biaya.
3. Setiap pekerjaan yang disebut pada spesifikasi tapi tidak ditunjukkan pada
gambar atau sebaliknya, harus dilengkapi dan dipasang.
d. StandarStandar
Sebagai dasar perencanaan mengikuti standard dan peraturan yang berlaku :
1. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL) edisi tahun 2000.
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tahun 1978 tentang Peraturan Instalasi
Listrik (PIL) dan tentang Syaratsyarat Penyambungan Listrik (SPL).
3. Standard Industri Indonesia (SII) dan Standard Nasional Indonesia (SNI).
4. Standard PLN dalam wilayah daerah setempat.
5. Keputusan Dirjen Cipta Karya DPU dan SNI tentang standard penerangan
buatan.
6. Petunjuk pengajuan rencana instalasi dan pelengkapan bangunan.
e. Pekerjaan Terkait
Referensi bagi pekerjaanpekerjaan yang terkait dengan pekerjaan ini adalah :
1. Penerangan dan stop kontak
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 133
Engineering,Survey, Environment
2. Sistem Pembumian
3. Daftar merk/produk material
f. GambarGambar Kerja Dan Petunjuk Instalasi
1. Kontraktor Pelaksana harus mengirimkan, sebelum instalasi di pasang hal
hal sebagai berikut :
o Gambar kerja (Shop Drawing) yang menunjukkan secara detail tentang
pemasangan (instalasi) peralatanperalatan serta hubungan
hubungannya dengan pekerjaan lain.
o Gambargambar kerja yang menunjukkan posisiposisi elevasi,
pengkabelan serta detaildetail pemasangan peralatan pada posisinya
atau pada mangannya.
o Prosedur pemasangan yang disarankan oleh pabrik pembuat
peralatan.
2. Brosurbrosur/katalog yang lengkap tentang ukuranukuran peralatan
(mesinmesin) berat, caracara pemasangan dan persyaratannya, serta
wiring diagram dari peralatanperalatan utama.
3. Kontraktor Pelaksana juga diharuskan membuat gambar kerja pada bagian
bagian tertentu yang dianggap perlu dan ditunjukkan oleh Konsultan
Supervisi.
g. Gambar Instalasi Terpasang Dan Petunjuk Operasi
1. Kontraktor Pelaksana diharuskan membuat dan menyerahkan gambar
gambar instalasi terpasang (As Built Drawing) yang telah disetujui
Konsultan Supervisi, kepada Pemberi tugas sebanyak 3 set yang terdiri dari
1 set transparent dan 2 set cetak bim. Bila pekerjaan telah selesai dan
paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima pertama.
2. Kontraktor Pelaksana juga harus menyerahkan 3 set buku yang berisi
petunjuk operasi dan perawatan dari selumh instalasi, dan peralatan
kepada Pemberi tugas paling lambat 30 hari kalender setelah serah terima
pertama.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 134
Engineering,Survey, Environment
3. Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab untuk mendidik operator yang
ditunjuk Pemberi tugas, sampai yang bersangkutan terbukti sanggup
menjalankan/ mengoperasikan seluruh sistem dengan baik.
h. Masa Pemeliharaan Dan Garansi
1. Setelah serah terima kedua Kontraktor Pelaksana/Supplier harus
memberikan garansi terhadap peralatanperalatan yang dipasang serta
mengadakan service / pemeliharaan selama masa yang ditentukan yaitu:
a. Garansi selama 1 tahun
b. Pemeliharaan selama 6 bulan.
2. Selama masa pemeliharaan Kontraktor Pelaksana diwajibkan :
a. Menyelesaikan dan memperbaiki kekurangankekurangan pekerjaan.
b. Memelihara dan merawat peralatan yang dipasang secara berkala
sesuai dengan persyaratan pabrik.
c. Melatih operator yang ditugaskan oleh Pemberi Tugas, sehingga
petugas tersebut mahir dalam menjalankan dan merawat peralatan
peralatan yang dipasang.
i. Pendidikan Dan Latihan
1. Kepada tiga orang yang ditunjuk oleh Pemberi Tugas tentang operasi dan
perawatan lengkap dengan 3 copy operating/maintenance dan repair
manual, segala sesuatunya atas biaya Kontraktor Pelaksana.
j. Persyaratan Bahan Dan Material
Umum
1. Semua material yang disupply dan dipasang oleh Kontraktor Pelaksana
harus baru dan material tersebut harus cocok untuk dipasang di daerah
tropis.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 135
Engineering,Survey, Environment
2. Materialmaterial haruslah dari produk dengan kualitas baik dan dari
produksi yang terbaru. Untuk materialmaterial yang disebut dibawah ini,
maka Pemilik harus menjamin bahwa barang tersebut adalah baik dan
baru dengan jalan menunjukkan surat order pengiriman dari
dealer/agen/pabrik.
a. Peralatan panel : switch, circuit breaker, meter dan kontaktor serta
relay protection.
b. Peralatan lampu : Armature, bola lampu, ballast, dan kapasitor.
c. Peralatan instalasi : Stop kontak, saklar, junction box, dan lainlain.
d. Kabel.
Daftar Material
1. Untuk semua material yang ditawarkan, maka Kontraktor Pelaksana wajib mengisi
daftar material yang menyebutkan : merk, type, kelas lengkap dengan
brosur/katalog yang dilampirkan pada waktu tender.
2. Tabel daftar material ini diutamakan untuk komponenkomponen yang berupa
barangbarang produksi.
Penyebutan Merk/Produk Pabrik
1. Apabila pada spesifikasi teknis ini atau pada gambar disebutkan beberapa merk
tertentu atau kelas mutu (quality performance) dari material atau komponen
tertentu terutama untuk materialmaterial Listrik utama, maka Kontraktor
Pelaksana wajib melakukan didalam penawarannya material yang dalam taraf
mutu/pabrik yang disebutkan itu.
2. Apabila nanti selama proyek berjalan terjadi, bahwa material yang disebutkan pada
tabel material tidak dapat diadakan oleh Kontraktor Pelaksana, yang diakibatkan
oleh sesuatu alasan yang kuat dan dapat diterima Owner, Konsultan Supervisi dan
Perencana, maka dapat dipikirkan penggantian merk/type dengan suatu sanksi
tertentu kepada Pelaksana.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 136
Engineering,Survey, Environment
Daftar Merk/Produk Material (merk tidak mengikat)
1. Panel TR : EGA, TSA, Simetri, Sier, Guna Era, Altrak.
2. Kabel TR : Kabel indo, Kabel Metal, Supreme, IKI Sumindo.
Kabel TRFRC :Radox, Kabel Metal Eicuflamex, Pyrotenax, Sumitomo, Fuji, Nelson,
Pirelli.
3. Capasitor Bank : Nokia, Merlin Gerin, ABB, Siemens, AEG, Lifasa.
4. Komponen Panel Tegangan Rendah :
a. ACB, MCCB, MCB : ABB, Siemens, Merlin Gerin, AEG, Mitsubishi.
b. Diazed Fuse : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
c. Trafo Arus : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, SEG, MG.
d. Peralatan Meter :
Volmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
Ampermeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
CosQmeter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
Frekwensi Meter : AEG, Siemens, ABB, Mitsubishi, MG.
Relayrelay pengaman :Telemecanique, Omron, Siemens, AEG, SEG.
e. Timer switch dilengkapi backup power battery atau spring kapasitas min. 72
hours : Legrand, Siemens, Theben.
f. Peralatan Accessories : Ex Eropa, Japan.
g. Surge arrester/Lightning Arrester : OBO Betterman, Dehn.
5. Komponen Lampu :
a. Tube lamp : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
b. Lampu Taman : Phillips, General Electric (GE), Osram, National.
c. Lampu Mercury : Phillips, General Electric (GE), Osram, National
d. Capacitor : Phillips, Notocon, National, Siemens, Bosch.
e. Ballast Type Low Loss : Phillips, ATCO (Low Loss).
f. Fitting : Phillips, BJB, Vosloh.
g. Starter : Phillips, BJB, Vosloh.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 137
Engineering,Survey, Environment
6. Stop Kontak/Switch : MK,Clipsal, Legrand, ABB, Berker, National.
7. Saklar : Nasional
8. Conduit Instalasi : EGA, Clipsal.
9. Armature Lampu TL : Phillips, Artolite, Spectra, Siemens, Lucolite.
10. Armature Lampu Down Light : Artolite, Lucolite, Siemens, Spectra.
11. Lampu Exit Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
12. Lampu Emergency + Battery : Menvier, PNE, Maxspid.
13. Rak Kabel : Nobi, Dhemar, Three stars, Interack, Metosu.
14. Grounding System : Cadweld, Poly Phase, Term oweld, ExLocal dengan
conductivity Cu > 99,9.
15. Fire Resistance kabel : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.
PANEL TEGANGAN RENDAH
1. Persyaratan Bahan Dan Material
a. Meliputi pengadaan bahan, peralatan, pemasangan, penyambungan, pengujian
dan perbaikan selama masa pemeliharaan, ijinijin, tenaga teknisi dan tenaga ahli.
b. Dalam lingkup ini termasuk seluruh pekerjaan yang tertera di dalam gambar dan
spesifikasi teknis ini maupun tambahantambahan lainnya.
2. Persyaratan Bahan Dan Material
a. Panelpanel daya dan penerangan lengkap dengan semua komponen yang harus
ada seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Panelpanel yang dimaksud untuk
beroperasi pada 220/380 V, 3 phase, 4 kawat, 50 Hz dan Solidly Grounded dan
harus dibuat mengikuti standard IEC, VDE/DIN, BS, NEMA dan sebagainya.
b. Panelpanel yang disebut dibawah ini adalah tipe tertutup (Metal enclosed), free
standing untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen
komponen yang ada :
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 138
Engineering,Survey, Environment
o Panel Genset
o LVMDP
o LVSDP
c. Panelpanel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed). Wall
mounting untuk pasangan dalam (indoor use) lengkap dengan semua komponen
komponen yang ada :
o Panelpanel pencahayaan dan stop kontak
o Panelpanel daya plumbing
o Panelpanel daya air conditioning
o Panelpanel lain.
d. Panelpanel yang disebut dibawah ini adalah type tertutup (metal enclosed} untuk
pasangan luar (Outdoor Use) lengkap dengan semua komponenkomponen yang
ada :
o LPOL (semua yang tercantum dalam gambar rencana).
e. Panelpanel lainnya yang tidak tertulis di dalam spesifikasi teknis ini, tetapi
tercantum dalam mgambar rencana.
3. Karakteristik Panel
a. Tegangan kerja : 400 volt
b. Tegangan uji : 3.000 volt
c. Tegangan uji impulse : 20.000 volt
d. Frekwensi : 50 Hz
4. Konstruksi Panel
a. Switchgear tegangan rendah harus dapat dioperasikan dengan aman oleh petugas,
misalnya seperti pengoperasian sakelar daya (MCCB), pemutus tenaga (CB),
pemasangan kembali indikatorindikator, pengecekan tegangan, pengecekan
gangguan dan sebagainya.
b. Switchgear tegangan rendah terdiri dari lemarilemari yang digunakan untuk
pemasangan peralatanperalatan atau penyambunganpenyambungan. Setiap
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 139
Engineering,Survey, Environment
lemari hanya dapat dibuka bila semua peralatan bertegangan dalam lemari
tersebut telah off /mati.
c. Peralatan yang merupakan bagian dari sistem pengamanan/interiock harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin terjadi kecelakaan akibat kesalahan
kesalahan operasi yang dibuat oleh petugas.
d. Panel/kubikel dibuat dari pelat baja tebal tidak kurang dari 2,00 mm dan diberi
penguat besi siku atau besi kanal dengan ukuran standard, sehingga dapat
dipertukarkan dan diperluas dengan mudah dan masingmasing terpisah satu
sama lain dengan alat pemisah.
e. Tiap kubikel terdiri dari bagian sebagai berikut :
o Ruangan busbar disebelah atas dilengkapi dengan penutup yang dapat
dilepaskan dengan baut setelah switchgear dimatikan.
o Ruangan peralatan dilengkapi dengan pintu di sebelah muka, yang dihubungkan
dengan sebuah handel pembuka peralatan sedemikian rupa, sehingga hanya
dapat dibuka bila bagian dalam ruangan tersebut telah off/mati.
o Letak engsel maupun handel dan kunci dari pintu harus disesuaikan
ketinggiannya.
f. Finishing dari panel harus dilaksanakan sebagai berikut:
o Semua mur dan baut harus tahan karat, dilapisi Cadmium
o Semua bagian dari baja harus bersih dan sandlasted setelah pengelasan,
kemudian secepatnya harus dilindungi terhadap karat dengan cara galvanisasi
atau "Chromium Plating" atau dengan "Zinc Chromate Primer".
o Pengecatan finish dilakukan dengan empat lapis cat oven wama abuabu atau
wama lain yang disetujui Direksi.
g. Circuit Breaker untuk penerangan boleh menggunakan Mini Circuit Breaker (MCB)
dengan breaking capacity minimal 8 10 KA simetris.
h. Circuit Breaker lainnya harus dari type Moulded Case Circuits Breaker (MCCB) atau
No Fuse Breaker (NFB), sesuai dengan yang diberikan pada gambar rencana
dengan breaking capacity seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
i. Circuit Breaker harus dari type automatic trip dengan kombinasi thermal dan
instantaneous magnetic unit.Main CB dari setiap panel harus dilengkapi dengan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 140
Engineering,Survey, Environment
shunt trip terminals dan kabel control harus tahan api.
j. Panel/Cubicle harus dilengkapi dengan Relay pengaman terhadap kesalahan
hubungan ketanah (Earth/GroundFoult Relay), dan kelengkapan Relay pengaman
lainnya (Over Current Relay, Over Voltage Relay dan lainlain)seperti terdapat
pada gambar.
k. Main busbars dalam panel harus dipasang horizontal dibagian bawah/atas dan
mempunyai kemampuan hantar arus kontinu minimal sebesar 1,5 (satu
setengah) kali dari rating ampere frame main pemutus dayanya.
l. Busbars dari bahan tembaga mumi dengan minimum konduktivitas 99,99 .
Busbars harus dicat sesuai code wama dalam PUIL 2000;
o Phasa : Merah, kuning, hitam
o Netral : Biru
o Ground : Hijau Kuning.
m. Magnetic Contactor harus dapat bekerja tanpa getaran maupun dengan
kumparan contactor harus sesuai untuk tegangan 220 Volt, 50 HZ dan tahan
bekerja kontinu pada 10 tegangan lebih dan harus pula dapat menutup dengan
sempuma pada 85 tegangan nominal. Magnetic Contactor harus dari Telemekanik
dan yang setaraf.
n. Pemberian Tanda Pengenal
Tanda pengenal harus dipasang, yang menunjukkan halhal berikut:
o Fungsi peralatan dalam panel
o Posisi terbuka atau tertutup
o Arah putaran dari handel pengontrol dari switch
o Dan lainlain.
Tanda pengenal ini harus jelas dan tidak dapat hilang.
o. Pengujian
Pengujian ini perlu dilakukan bila pabrik tidak menunjukkan sertifikat pengujian
yang diakui oleh PLN (LMK):
o Test kekuatan tegangan impuls
o Test kenaikan temperatur
o Test kekuatan hubung singkat
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 141
Engineering,Survey, Environment
o Test untuk alatalat pengaman
o Pemeriksaan apakah peralatan sudah sesuai dengan yang dimaksud
o Pemeriksaan alatalat interlock dan fungsi kerja handelhandel
o Pemeriksaan kekuatan mekanis dari handel dan alat interlock
o Pemeriksaan kontinuitas rangkaian.
KABEL DAYA TEGANGAN RENDAH
a. Umum
1. Kabel daya tegangan rendah yang dipakai adalah bermacammacam ukuran dan
type yang sesuai dengan gambar rencana (NYY,NYFGBY,FRC,NYM,NYA,06/1 KV)
kabel daya tegangan rendah ini harus sesuai dengan standard SII atau S.P.L.N.
b. Instalasi Dan Pemasangan Kabel
Bahan
1. Semua kabel yang dipergunakan untuk instalasi listrik harus memenuhi peraturan
PUIL 2000/LMK. Semua kabel/ kawat harus baru dan harus jelas ditandai dengan
ukurannya, jenis kabelnya, nomor dan jenis pintalannya.
2. Semua kawat dengan panampang 6 mm2 keatas haruslah terbuat secara disiplin
(stranded). Instalasi ini tidak boleh memakai kabel dengan penampang lebih kecil
2,5 mm2 kecuali untuk pemakaian remote control.
3. Kecuali dipersyaratkan lain, konduktor yang dipakai ialah dari type :
a. Untuk instalasi penerangan adalah NYM/NYA dengan conduit Hight Impact
PCV.
b. Untuk kabel distribusi NYY, NYFGbY, FRC dan penerangan taman dengan
menggunakan kabel NYFGbY.
c. Untuk kabelkabel dari diesel genset menuju ke LVMDP menggunakan kabel
jenis NYY.
d. Untuk kabelkabel dari LVMDP menuju ke panelpanel hydrant, pressurization
fan, panel lift menggunakan kabel jenis FRC.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 142
Engineering,Survey, Environment
e. Untuk FRC digunakan merk : Radox, Eicuflamex, Wilson, Fuji, Pirelli.Pyrotenax.
4. Semua kabel NYY yang ditanam didalam perkerasan (tembok, jalan, beton, ail)
harus berada di dalam conduit Galvanis yang disesuaikan dengan ukurannya.
"Splice" / Pencabangan
1. Tidak diperkenankan adanya "Splice" ataupun sambungan baik dalam feeder
maupun cabang, kecuali pada outlet atau kotakkotak penghubung yang bisa
dicapai (accessible).
2. Sambungan pada kabel circuit cabang harus dibuat secara mekanis dan harus
teguh secara electric, dengan caracara "Solderless Connector". Jenis kabel
tekanan, jenis compression atau soldered.
3. Dalam membuat "Splice" konector harus dihubungkan pada konductorkonduktor
dengan baik, sehingga semua konductor tersambung, tidak ada kabelkabel
telanjang yang kelihatan dan tidak bisa lepas oleh getaran.
4. Semua sambungan kabel baik di dalam junction box, panel ataupun tempat
lainnya harus mempergunakan connector yang terbuat dari temaga yang diisolasi
dengan porselen atau bakelite ataupun PVC, yang diametemya disesuaikan
dengan diameter kabel.
Bahan Isolasi
1. Semua bahan isolasi untuk splice, connection dan lainlain seperti karet, PVC,
asbes, tape sintetis, resin, splice case, compostion dan lainlain harus dari type
yang disetujui, untuk penggunaan, lokasi voltage dan lainlain tertentu itu harus
dipasang memakai cara yang disetujui menurut anjuran perwakilan Pemerintah
dan atau Manufacturer.
2. Semua penyambungan kabel harus dilakukan dalam kotakkotak penyambung
yang khusus untuk itu (misalnya junction box dan lainlain). Kontraktor Pelaksana
harus memberikan brosur brosur mengenai cara cara penyambungan yang
dinyatakan oleh pabrik kepada Perencana.
3. Kabelkabel harus disambung sesuai dengan wamawama atau namanamanya
masingmasing, dan harus diadakan pengetesan tahanan isolasi sebelum dan
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 143
Engineering,Survey, Environment
sesudah penyambungan dilakukan. Hasil pengetesan harus tertulis dan disaksikan
oleh Konsultan Supervisi.
4. Penyambungan kabel tembaga harus mempergunakan penyambungan
penyambungan tembaga yang dilapisi dengan timah putih dan kuat.
Penyambunganpenyambungan harus dan ukuran yang sesuai.
5. Penyambungan kabel yang berisolasi PVC harus diisolasi dengan pipa PVC /
protolen yang khusus untuk listrik.
6. Penyekatpenyekat khusus harus dipergunakan bila periu untuk menjaga nilai
isolasi tertentu.
7. Caracara pengecoran yang ditentukan oleh pabrik harus diikuti, misal temperatur
temperatur pengecoran dan semua lobanglobang udara harus dibuka selama
pengecoran.
8. Bila kabel dipasang tegak lurus dipermukaan yang terbuka, maka harus dilindungi
dengan pipa baja dengan tebal 3 mm minimal 2,5 mm.
Saluran Penghantar dalam Bangunan
1. Untuk instalasi penerangan di daerah tanpa menggunakan ceiling gantung, saluran
penghantar (conduit) ditanam dalam beton.
2. Untuk instalasi penerangan di daerah yang menggunakan ceiling gantung saluran
penghantar (conduit) dipasang diatas kabel tray dan diletakkan di atas ceiling
dengan tidak membebani ceiling.
3. Untuk instalasi saluran penghantar diuar bangunan, dipergunakan saluaran beton,
kecuali untuk penerangan taman, dipergunakan pipa galvanized dengan diameter
sesuai standansasi. Saluran beton dilengkapi dengan handhole untuk belokan
belokan.
4. Setiap saluran kabel dalam bangunan dipergunakan pipa conduit minimum 5/8"
diametemya. Setiap pencabangan ataupun pengambilan keluar harus
menggunakan junction box yang sesuai dan sambungan yang lebih dari satu harus
menggunakan terminal strip di dalam junction box.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 144
Engineering,Survey, Environment
5. Junction box yang terlihat dipakai junction box ex. Jerman Eropa, tutup blank plate
stainless steel, type "star point".
6. Ujung pipa kabel yang masuk dalam panel dan junction box harus dilengkapi
dengan "Socket/lock nut", sehingga pipa tidak mudah tercabut dari panel. Bila
tidak ditentukan lain, maka setiap kabel yang berada pada ketinggian muka lantai
sampai dengan 2 m harus dimasukkan dalam pipa PVC dan pipa harus diklem ke
bangunan pada setiap jarak 50 cm.
Pemasangan Kabel dalam Tanah
1. Kabel tegangan rendah harus ditanam minimal sedalam 80 cm.
2. Kabel yang ditanam langsung dalam tanah harus dilindungi dengan batas merah,
dan diberi pasir, ditanam minimal sedalam 80 cm.
3. Untuk yang lewat jalan raya ditanam sedalam 100 cm dan dilapisi pipa Galvanized.
4. Kabelkabel yang menyeberang jalur selokan, dilindungi dengan pipa galvanized
atau pipa beton yang dilapisi dengan pipa PVC type AW, kabel harus berjarak tidak
kurang dari 30 cm dari pipa gas, air dan lainlain.
5. Galian untuk menempatkan kabel yang dipasang dalam tanah harus bersih dari
bahanbahan yang dapat merusak isolasi kabel, seperti : batu, abu, kotoran bahan
kimia dan lain sebagainya. Alas galian (lubang) dilapisi dengan pasir kali setebal 10
cm. Kemudian kabel diletakkan, diatasnya diberi bata dan akhimya ditutup dengan
tanah urug.
6. Penyambungan kabel dalam tanah tidak diperkenankan secara langsung, harus
mempergunakan peralatan khusus untuk penyambungan kabel dalam tanah.
7. Penanaman dan penyambungan kabel harus diberikan marking yang jelas pada
jalurjalur penanaman kabelnya. Agar memudahkan didalam pengoperasian,
pengurutan kabel dan menghindari kecelakaan akibat tergali/tercangkul.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 145
Engineering,Survey, Environment
c. Pengujian Testing
1. Factory Test
a. Pengetesan Individuil
Pengetesan mi dilakukan pada setiap potong kabel dan terdiri dari pengetesan
sebagai berikut:
o Pengetesan ukuran tahanan hantaran
o Pengetesan dielektrik
o Pengukuran loss factor
b. Pengetesan Khusus
Pengetesan ini dilakukan terhadap sample dari kabel yang akan dipakai.
Pengetesan tersebut terdiri dari test sebagai berikut:
o Test tegangan impuls
o Mekanikal test
o Pengukuran loss factor pada bermacammacam temperature
o Pengetesan dielektrik
o Pengetesan perambatan (Creep Test)
2. Site Test
o Pengetesan setelah penanaman kabel. Setelah kabel ditanam, penyambungan
penyambungan dan pemasangan kotak akhir, maka dilakukan pengetesan
dielektrik/insulation test.
o Marking kabel untuk pemasangan kabel di dalam tanah harus jelas dan tidak
dapat dihapus.
PENERANGAN DAN KOTAK KONTAK
a. Lampu Dan Armaturenya
1. Lampu dan armaturenya harus sesuai dengan yang dimaksudkan, seperti yang
dilukiskan dalam gambargambar elektrikal.
a. Semua armatur lampu harus mempunyai terminal pentanahan (grounding).
b. Semua lampu Fluorescent dan lampu gas discharge lainnya harus dikompensasi
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 146
Engineering,Survey, Environment
dengan "power factor correction capasitor" yang cukup kuat terhadap kenaikan
temperatur dan beban mekanis dari diffuser itu sendiri.
c. Reflector terutama untuk ruangan office harus memakai bahan tertentu,
sehingga diperoleh derajat pemantulan yang sangat tinggi.
d. Box tempat ballast, kapasitor, dudukan starter dan terminal block harus cukup
besar dan dibuat sedemikian rupa sehingga panas yang ditimbulkan tidak
mengganggu kelangsungan kerja dan umur teknis komponen lampu itu sendiri.
e. Ventilasi di dalam box harus dibuat dengan sempuma. Kabelkabel dalam box
harus diberikan saluran atau klemklemn tersendiri, sehingga tidak menempel
pada ballast atau kapasitor.
f. Box terbuat dari pelat baja tebal minimum 0,7 mm, dicat dasar tahan karat,
kemudian di finish dengan cat akhir dengan oven wama putih.
g. Box terbuat dari glass fibre reinforced polyster dengan brass insert harus
tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia serta cover dari clear
polycarbonate harus tahan terhadap bahan kimia, maupun gas kimia.
h. Pelat sisi dari armatur lampu tipe Recessed Mounted atau Surface Mounted
harus mempunyai ketebalan minimum 0,7 mm.
i. Ballast harus dari jenis "Low Loss Ballast" dan harus pula dipergunakan single
lamp ballast (satu ballast untuk satu lampu fluorescent).
j. Untuk lampu TL yang didimmer, ballast harus dari jenis "HighFrequency
Electronic light regulating ballast", yang dapat mendimmer lampulampu
fluorescent TL, dan harus pula dipergunakan single electronic ballast (satu
elektronik ballast untuk satu lampu fluorescent).
k. Tabung Fluorescent harus dari type TLD, untuk area kantor dan lainlain.
Dengan jenis wama lampu 54 cool day light, sedangkan untuk area kolam ikan
dengan jenis wama lampu 33
l. Armatur Down Light terdiri dari dudukan dan diffuser, dimana dudukan hrrus
dari bahan aluminium silicon aloy atau dari moulded plastic. Diffuser harus dari
bahan gelas susu atau satin etached opal plastic. Armatur down ligh tersebut
harus tahan terhadap bahan kimia maupun gas kimia.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 147
Engineering,Survey, Environment
m. Konstruksi armatur Down Light harus kuat untuk dipasang dengan lampu HPLN
250 W maupun PL9 W/SL18 W.
n. Lubanglubang ventilasi harus ada dan ditutup dengan kasa nylon untuk
mencegah masuknya serangga. Diffuser terpasang pada dudukan ulir, tidak
boleh dengan memakai paku sekrup.
o. Skedul Lampu Penerangan, harus mengacu ke gambar rencana dan desain
Arsitek.
b. Kotak Kontak Biasa
1. Kotak kontak dinding yangdipakai adalah Kotak kontak satu phasa, Rating 250
Volt, 13 Ampere, untuk pemasangan di dinding.
2. Kotak kontak 1 (satu) phasa dilengkapi dengan saklar dan pilot lamp untuk
pemasangan rata dengan dinding dengan rating 250 volt, 13 Ampere.
3. Bahan dari Cover Plate.
4. Kotak kontak yang dipakai adalah Kotak kontak satu phasa untuk pemasangan rata
dinding dengan ketinggian 30 cm/80 cm di atas lantai dan harus mempunyai
terminal phasa, netral dan pentanahan. Harus di pasang mengikuti item e.
c. Kotak Kontak Khusus
1. Kotak kontak khusus yang dipakai adalah Kotak kontak tiga phasa dan harus
mempunyai terminal phasa, netral dan pentanahan . Rating 3 Phasa, 415 Volt, 16
A, 32 A dan 63 A yang dilengkapi MCB dan switch.
d. Saklar Dinding
1. Saklar harus dari tipe untuk pasangan rata dinding, tipe rocker, dengan rating 250
Volt 10 ampere dari tipe single gang, double gangs atau multiple gangs (grid
switches), saklar hotel single gang atau double gangs dipasang dengan ketinggian
1,20 m atau ditentukan lain.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 148
Engineering,Survey, Environment
e. Isolating Switches
1. Isolating switches harus dipasang pada dinding dan dilengkapi dengan indicating
lamp. Rating isolating switch harus lebih tinggi dari rating MCB / MCCB pada
feeder di panelnya. Rating tegangan adalah untuk 1 fasa 250 Volt, fasa 415 Volt.
2. Switches harus dipasang pada box mengikuti item g.
f. Box Untuk Saklar Dan Kotak Kontak
1. Box harus dari bahan baja atau moulded plastic dengan kedalaman tidak kurang
dari 35 mm.
2. Kotak dari metal harus mempunyai terminal pentanahan saklar atau Kotak kontak
dinding terpasang pada box harus menggunakan baut, pemasangan dengan cara
yang mengembang tidak diperbolehkan.
g. Kabel Instalasi
1. Pada umumnya kabel instalasi penerangan dan instalasi Kotak kontak harus kabel
inti tembaga dengan insulasi PVC, satu inti atau lebih (NYA, NYM, NYY).
2. Kabel harus mempunyai penampang minimal dari 2,5 mm2 kode wama insulasi
kabel harus mengikuti ketentuan PUIL 2000 sebagai berikut:
a. Fasa R : merah
b. Fasa S : kuning
c. Fasa T : hitam
d. Netral : biru
e. Grounding : hijau/kuning
h. Pipa Instalasi Pelindung Kabel
a. Pipa instalasi pelindung kabel feeder yang dipakai adalah pipa PVC kelas AW atau
GIP. Pipa, elbow, socket, junction box, clamp dan accessories lainnya harus sesuai
yang satu dengan lainnya, yaitu tidak kurang dari diameter 19 25 mm.
b. Pipa flexible harus dipasang untuk melindungi kabel antara kotak sambung
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 149
Engineering,Survey, Environment
Qunction box) dan armature lampu.
c. Sedangkan pipa untuk instalasi penerangan dan Kotak kontak dengan pipa PVC
khusus untuk power high impact conduitheavy gange, minimum diameter 19 25
mm.
d. Seluruh instalasi rigid conduit dilengkapi dengan coupling spacer bar saddle,
adaptor female and male thread, male and female bushe, locknut dan
perlengkapan lainnya.
e. Conduite khusus harus harus digunakan type Explosion Proof, Class IP 65.
i. Rak Kabel
1. Rak kabel yang dipakai untuk distribusi kabel listrik digunakan jenis cable ladder
yang terbuat dari plat Mild Steel dengan finishing Hot Dip Galvanis dilapisi oleh
Zink Eromate harus tahan terhadap bahan kimia dan gas kimia.
j. Testing / Pengujian
1. Testing dilakukan dengan disaksikan oleh pengawas lapangan yang disahkan oleh
lembaga yang berwenang pengujian meliputi :
a. Test ketahanan isolasi
b. Test kekuatan tegangan impuls
c. Test kenaikan temperatur
d. Continuity test.
11.16 Pekerjaan Pengecatan
a. Referensi
1. Seluruh Pekerjaan Cat harus sesuai dengan standardstandard sebagai berikut :
a. Petunjukpetunjuk yang diajukan oleh pabrik pembuat.
b. NI3 1970
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 150
Engineering,Survey, Environment
c. NI4
b. Cat Tembok Dan Cat Minyak Kayu
1. Cat dasar dan cat akhir yang akan dipakai adalah buatan pabrik dari kualitas
terbaik.
2. Cat harus dalam bungkus dan kemasan asli dimana tercantum merk dagang,
spesifikasi, dan aturan pakai.
3. Cat Tembok yang dipakai adalah produk dari merekmerek yang memenuhi
standar SNI.
4. Kontraktor Pelaksana harus memperlihatkan contoh material cat minimal dari dua
merk yang berbeda untuk disetujui oleh Konsultan Perencana.
5. Jenis cat, Plamur, cat dasar, warna dan type yang akan dipakai pada semua posisi
bangunan kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Perencana dan Owner dalam
masa pelaksanaan atau dalam Gambar Bestek adalah seperti dalam tabel berikut
ini :
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 151
Engineering,Survey, Environment
Tabel Pemakaian Jenis Dan Warna Cat
No.
Pemakaian
Merek/Produk (Tidak
Mengikat)
Warna
1. Plamur Tembok
RJ
Putih
2. Minie Kayu & Besi
KUMBANG Merah
3. Dempul Kayu
RJ
Putih
4. Cat Dasar Tembok
ULTRALEX
Putih
5. Cat Dasar Kayu
KUMBANG
Putih
6. Cat Dinding Dalam
NIPPO PAINT & DANAPAINT
Blue White
( Nippon Paint )
7. Cat Dinding Luar
INIPPO PAINT & DANAPAINT
American White
( Nippon Paint )
8.
Cat Plafond Luar
INIPPO PAINT & DANAPAINT
Silver Snow
( Nippon Paint )
9.
Cat Plafond Dalam
NIPPO PAINT & DANAPAINT
Silver Snow
( Nippon Paint )
10.
List Plank
NIPPO PAINT & DANAPAINT
Ash Grey
( Nippon Paint )
6. Jenis, Warna dan Type Cat dapat diganti oleh Konsultan Perencana dengan
persetujuan Owner dalam masa pelaksanaan.
7. Untuk kemudahan pelaksanaan penempatan warna cat pada semua bangunan
dilapangan Konsultan Perencana harus menyediakan Gambar Disain Berwarna
tampak luar dan dalam bangunan dengan posisiposisi penempatan warna cat.
8. Jika terjadi perbedaan antara pemakaian warna dan spesifikasi cat yang ada dalam
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 152
Engineering,Survey, Environment
Spesifikasi Teknis (tabel point 5) dengan yang ada dalam Gambar Bestek maka
acuan yang dipakai adalah menurut keputusan Konsultan Perencana.
9. Perubahanperubahan warna cat dari seperti yang telah ditentukan dalam tabel
point 5 yang dilakukan oleh Owner harus disertai keterangan tertulis dan
diketahui oleh Konsultan Supervisi dan Konsultan Perencana.
10. Perubahanperubahan warna cat yang tidak disertai keterangan tertulis adalah
kesalahan Kontraktor Pelaksana dan dengan biaya sendiri Kontraktor Pelaksana
harus mengantinya dengan warna cat seperti yang telah ditentukan dalam tabel
point 5, termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk pengelupasan dan
pembersihan apabila pekerjaan pengecatan telah terlanjur selesai dikerjakan.
c. Cat Melamin
1. Untuk keperluan pekerjaan pengecatan melamin disyaratkan material seperti
berikut ini :
a. Kertas Ampelas Nomor 120
b. Kertas Ampelas Nomor 180
c. kertas Ampelas Nomor 320
d. Kertas Ampelas Nomor 600
e. Wood Filler (SH113)
f. Wood Stain (WS 162B)
g. Thinner SQ
h. Melamin Sanding Sealer (MSS)
i. Melamin Lack (ML131)
j. Hardinner (MH2)
k. Thinner (MT03)
2. Permukaan Kayu dan bata yang akan dimelamin haruslah dalam keadaan benar
benar kering.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 153
Engineering,Survey, Environment
3. Langkah – langkah pekerjaan melamin adalah seperti yang disyaratkan seperti
berikut ini :
a. Menghaluskan permukaan yang akan dicat dengan Amplas 120
b. Menghaluskan kembali permukaan yang akan dicat dengan Amplas 180
c. Menutup poripori dengan Wood Filler (SH113)
d. Setelah Wood Filler kering kembali diamplas dengan Amplas 320
e. Pemberian warna dengan Wood Stain (WS162B)
f. Setelah lapisan Wood Strain kering dilakukan pengelapan dengan kain kering.
g. Memberikan lapisan dasar finishing dengan Melamin Sanding Sealer (MSS)
dengan campuran Hardinner
h. Melakukan penganplasan kembali dengan amplas 600
i. Melapisi dengan lapisi akhir dengan Melamin Lack (ML131) dicampur dengan
Hardinner (MH2) dan pengencer Thinner (MT03)
d. Pelaksanaan
1. Kontraktor Pelaksana harus membersihkan permukaan dinding pasangan bata,
beton dan kayu dari kotoran. Hasil pekerjaan pembersihan ini harus disetujui oleh
Konsultan Supervisi sebelum pekerjaan pengecatan dimulai.
2. Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata, permukaan beton dan
kayu benarbenar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan.
3. Semua pekerjaan pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli.
Pengecatan dengan alat seperti Kompresor harus dengan persetujuan Konsultan
Supervisi tanpa adanya penambahan biaya pelaksanaan
4. Dinding bata, permukaan beton dan kayu harus didempul atau diplamur terlebih
dahulu sebelum dilakukan pekerjaan cat dasar.
5. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi dan rata permukaanya
dengan kertas amplas.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 154
Engineering,Survey, Environment
6. Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain dalam Bill of
Quantity atau Konsultan Supervisi :
a. Cat Tembok : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat Dasar, dan 2 Kali
Cat Warna.
b. Cat Minyak Kayu : 1 Kali Dempul, 1 Kali Cat Menie Kayu, 1 Kali Cat Dasar dan
2 Kali Cat Warna.
c. Cat Besi : 1 Kali Amplas, 1 Kali Cat Menie Besi, 2 Kali Cat Warna Besi.
d. Cat Melamin : Pasal 3
e. Cat Plafond : 1 Kali Dempul Gypsum/GRC, 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali
Cat Dasar, dan 2 Kali Cat Warna.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 155
Engineering,Survey, Environment
12.1 Galian Tanah
1. Sebelum dilakukan pekerjaan galian tanah Kontraktor Pelaksana harus
memastikan lokasi disekitar pengalian bersih dari pepohonan, semak belukar, dan
tanah humus.
2. Posisi galian harus tepat benar dengan posisi perletakan bangunan menurut hasil
Setting Out atau Lay Out daerah galian yang ada dalam Gambar Bestek.
3. Pekerjaan galian tidak boleh merusak struktur tanah disekitar galian.
4. Bentuk galian dan kedalaman galian harus sesuai dengan Gambar Bestek.
5. Walaupun tidak ditentukan dalam Gambar Bestek dan diperhitungkan dalam Bill
of Quantity, pengalian harus mempunyai lebar yang cukup untuk membangun
maupun memindahkan rangka/beskiting yang diperlukan dan juga untuk
mengadakan pembersihan.
6. Jika diperlukan oleh Konsultan Supervisi, Kontraktor Pelaksana harus membuat
Shop Drawing untuk pekerjaan galian untuk kemudahan pekerjaan dilapangan.
7. Pengalian dapat dilakukan dengan alat berat atau secara manual oleh para
pekerja.
8. Kesalahan pengalian sehingga kedalaman galian melebihi dari kedalaman yang
diperlukan, maka kelebihi kedalaman tersebut harus diurug kembali dengan biaya
sendiri dari Kontraktor Pelaksana.
9. Dasar galian yang telah selesai digali harus dipadatkan kembali dengan alat
pemadat sehingga mencapai kepadatan yang cukup menurut Konsultan Supervisi.
10. Jika pada saat pengalian ditemukan akarakar tumbuhan lama atau puingpuing
bangunan lama maka akar dan puing tersebut harus diangkat serta diurug kembali
denga pasir urug hingga mencapai elevasi kedalaman yang diperlukan.
11. Hasil galian yang akan dipakai kembali untuk urugan harus ditempatkan dengan
jarak tertentu sehingga tidak masuk kembali kedalam lubang galian dan tidak
menggangu pekerjaan konstruksi.
BBBAAABBB XXXIIIIII PPPEEEKKKEEERRRJJJAAAAAANNN SSSAAALLLUUURRRAAANNN
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 156
Engineering,Survey, Environment
12. Dimensi, ukuran, dan kedalaman galian harus tetap dan tidak berubah sebelum
pekerjaan konstruksi selesai dikerjakan.
13. Kontraktor Pelaksana harus membuat dinding penahan tanah sementara jika
tanah disekitar galian adalah tanah agresif, labil, dan mudah runtuh sehingga
membahayakan pekerjaan pengalian.
14. Hasil pekerjaan galian harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
12.2 Pekerjaan Pasir Urug
1. Pasir Urug hanya dipergunakan untuk urugan bawah lantai, Pasir alas pondasi
serta alas pekerjaan lantai kerja beton ( Line Concrete ).
2. Pasir Urug tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton struktural dan beton non
struktural.
3. Pasir Urug terdiri dari butiranbutiran yang keras dan bersifat kekal.
4. Pasir urug harus berasal dari pasir sungai dan bukan pasir laut.
5. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 10 % dari berat keringnya.
12.3 Pekerjaan Lantai Kerja
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
12.4 Aanstamping (Pasangan Batu Kosong)
1. Batu yang dipergunakan harus keras dengan permukaan kasar tanpa cacat / retak,
dan cara pengerjaanya harus dilakukan menurut cara terbaik.
2. Batu harus cukup kuat dan mempunyai kuat tekan yang baik, ukuran batu 10 15
cm, dan tidak bercampur dengan tanah.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 157
Engineering,Survey, Environment
3. Pasangan batu kali kosong untuk Aanstamping harus diatur dengan sisi panjang
tegak, teratur dan bersilangan, kemudian diatas diberi pasir yang merata dan
disiram dengan air hingga pasir mengisi lubanglubang yanterdapat pada selasela
batu kemudian ditimbris.
12.5 Pondasi Batu Gunung 1 Pc: 4 Ps
Pasir Pasang / Pasir Halus
1. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir dengan ukuran butiran halus dan tidak lagi
memerlukan proses penyaringan/ayakan jika hendak digunakan.
2. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah apsir yang dipakai untuk keperluan Pasangan Batu
Gunung, Pasangan Batu Bata, Pasangan Keramik, dan Plasteran Dinding.
3. Pasir Pasang tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering,
apabila pasir pasang tersebut mengandung Lumpur lebih dari 5% maka pasir
tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
4. Pasir Pasang/Pasir Halus harus mempunyai butiran yang tajam dan keras.
5. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari
6. Pasir Pasang/Pasir Halus adalah pasir yang berasal dari Sungai dan bukan Pasir
yang berasal dari laut.
Batu Gunung
1. Batu Gunung yang dipergunakan harus berkualitas baik dari jenis yang keras, tidak
berlubang dan forius.
2. Batu Gunung harus bersih dan tidak boleh mengadung atau menempel tanah dan
lumut pada permukaannya.
3. Tidak dibenarkan mengunakan batu karang sebagai pasangan batu kosong,
pasangan pondasi dan pasangan dinding saluran air kotor.
4. Untuk keperluan pondasi ukuran maksimal batu gunung adalah 25 cm.
5. Untuk keperluan pasangan Aanstamping/Batu Kosong ukuran maksimal batu
gunung adalah 7 cm.
6. Untuk keperluan pasangan dinding saluran air kotor ukuran maksimal Batu
Gunung adalah 7 cm. Penggunaan material lain selain batu gunung untuk
keperluan pondasi, pasangan batu kosong dan saluran air kotor harus dengan
persetujuan Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 158
Engineering,Survey, Environment
7. Pondasi batu gunung dipasang dengan cara diprofilkan sesuai Gambar Bestek
dengan perekat spesi campuran 1 pc : 4 Ps.
8. pasir yang dipakai adalah Pasir Pasang/Pasir Halus.
9. Pasangan Pondasi dilakukan lapis demi lapis, Antara batu dengan batu harus
diberi spesi (antara batu dengan batu tidak boleh bersentuhan langsung tanpa
spesi), dan ronggarongga diisi dengan batu yang sesuai dengan besarnya serta
spesi secukupnya.
10. Permukaan bagian atas Pondasi Batu Gunung harus rata (Water Pass), diberi spesi
dan dikasarkan (digarisgaris silang). Pada tempattempat yang akan dipasang
kolom praktis harus diberi stick besi beton.
12.6 Pekerjaan Plesteran
a. Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata
harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan Hollow block atau dinding
bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran lama
dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.
b. Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 159
Engineering,Survey, Environment
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan bata
harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Pasir yang dipakai adalah pasir Pasang/Pasir Halus.
4. Semen yang dipakai adalah Semen Portland.
5. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
6. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
7. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata dengan
campuran 1 Pc : 4 Ps.
8. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang dinding
yang diplester.
9. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungansambungan antara plesteran lama
dengan plesteran baru yang tidak rata.
10. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari
kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
11. Hasil pekerjaan plesteran harus benarbenar halus permukaannya sehingga ketika
dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
12. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
12.7 Pekerjaan Plat Lantai Beton Bertulang
Bahanbahan yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang ditentukan diantaranya :
a. Pasir Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% dari berat kering, apabila lebih dari
5% maka pasir tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal pasir beton adalah 6 mm dan ukuran minimal pasir beton adalah
butiran yang tertahan pada saringan nomor 100.
7. Pasir beton tidak mengandung zat alkali atau zatza lain yang dapat merusak
beton.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 160
Engineering,Survey, Environment
8. Pasir yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Pasir Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
b. Kerikil Beton
1. Terdiri dari butiranbutiran yang keras dan tajam serta bersifat kekal.
2. Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% dari berat kering, apabila lebih dari
1% maka kerikil tersebut harus dicuci sebelum dipergunakan.
3. Ada tidaknya kandungan lumpur dalam pasir harus dibuktikan dengan penelitian
di Laboratorium Beton.
4. Bersifat kekal dan tidak hancur oleh karena pengaruh panas matahari.
5. Mempunyai gradasi atau susunan butiran yang baik dan sesuai untuk campuran
material beton.
6. Ukuran maksimal kerikil beton adalah 30 mm dan ukuran minimal adalah 6 mm.
7. Tidak mengandung zat alkali atau zatzat lain yang dapat merusak beton.
8. Kerikil yang akan digunakan untuk campuran beton harus melalui proses
penyelidikan di Laboratorium Beton.
9. Kerikil Beton hanya dipakai pada pekerjaanpekerjaan beton Non Struktural
dengan mutu K125 sampai mutu K175.
10. Semua Peraturan dan Standar yang disyaratkan untuk Kerikil Beton dalam
Peraturan Beton Indonesia (PBI) berlaku juga pada Spesifikasi Teknis ini.
c. Semen Portland
1. Terdaftar dalam merk dagang.
2. Merk Semen Portland yang dipakai harus seragam untuk semua pekerjaan beton
structural maupun beton non struktural.
3. Penggunaan Merk Semen Portland yang berbedabeda harus dengan persetujuan
Konsultan Supervisi.
4. Mempunyai butiran yang halus dan seragam.
5. Tidak berbungkahbungkah/tidak keras.
6. Semen yang dipakai untuk semua pekerjaan struktur beton adalah Semen
Portland Type I.
7. Semua peraturan tentang pengunaan semen portland di Indonesia untuk
bangunan gedung berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 161
Engineering,Survey, Environment
d. Air
1. Secara visual air harus bersih dan bening, tidak berwarna dan tidak berasa.
2. Tidak mengandung minyak, asam alkali, garam, lumpur dan zat organic yang dapat
merusak beton.
3. Penggunaan air setempat dari sumur dangkal atau sumur bor serta yang
didatangkan dari tempat lain kelokasi pekerjaan harus mendapat persetujuan
Konsultan Supervisi.
e. Zat Additive
1. Pemakaian zat additive pada campuran beton untuk segala alasan yang
berhubungan kemudahan dalam pengerjaan beton atau Workability harus
disetujui oleh Konsultan Perencana.
2. Penggunaan zat additive dalam campuran beton harus melalui proses penelitian
dan percobaan dilaboratorium beton dengan biaya sendiri dari Kontraktor
Pelaksana.
3. Kontraktor Pelaksana harus menunjukan standar, aturan, dan syarat yang berlaku
secara umum mengenai zat additive yang akan dipakai.
4. Kerusakan dan kegagalan struktur akibat penggunaan zat additive yang dapat
dibuktikan secara teknis sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor
Pelaksana.
5. Jika tidak ditentukan dalam Kontrak Kerja Penggunaan Zat Additive pada
campuran beton tidak boleh mengurangi atau menambah biaya pekerjaan beton,
kecuali ditentukan lain oleh Owner bersama dengan Konsultan Perencana.
f. Tulangan Beton
1. Bebas dari karatan. Toleransi terhadap karatan pada baja tulangan ditentukan
oleh Konsultan Supervisi.
2. Baja tulangan diatas diameter 8 mm adalah Baja Ulir.
3. Baja tulangan sengkang/begel atau dibawah diameter 10 mm adalah baja polos.
4. Semua baja tulangan mempunyai tegangan tarik/luluh baja minimal 3000 kg/cm2
atau 300 MPa.
5. Kebenaran akan tegangan tarik/luluh baja tulangan harus dibuktikan dengan
percobaan/uji tarik pada Laboratorium Beton minimal untuk 3 benda uji.
6. Baja tulangan mempunyai bentuk dan penampang yang sesuai dengan yang
dibutuhkan atau sesuai Gambar Bestek.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 162
Engineering,Survey, Environment
7. Toleransitoleransi terhadap diameter tulangan beton harus dengan persetujuan
Konsultan Perencana.
8. Baja ulir yang telah sekali dibengkokkan tidak boleh dibengkokkan lagi dalam arah
yang berlawanan.
9. Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga terlindung dari hubungan
langsung dengan tanah dan terlindung dari air hujan.
10. Semua peraturan tentang baja tulangan di Indonesia untuk bangunan gedung
berlaku juga pada spesifikasi teknis ini.
12.8 Pekerjaan Plat Lantai
1. Semua komponen struktur dari beton dan beton bertulang yang berhubungan
langsung dengan tanah harus dikerjakan diatas lantai kerja/line concrete.
2. Lantai kerja dibuat dari beton dengan campuran 1 SM : 3 PS : 6 KR atau seperti
yang dijelaskan dalam Gambar Bestek serta Bill of Quantity.
3. Tebal lantai kerja minimal 5 cm atau sesuai Gambar Bestek.
4. Pekerjaan pengecoran lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi tergenang
air.
5. Hasil pekerjaan lantai kerja harus disetujui oleh Konsultan Supervisi.
RREENNCCAANNAA KKEERRJJAA DDAANN SSYYAARRAATT--SSYYAARRAATT TTEEKKNNIISS PTMP DAN DED TPA KAB. BENER MERIAH
INDOTAMA ADYA COSULTANT, CV 163
Engineering,Survey, Environment
13.1 Ketentuan Khusus
Semua hal yang tidak ditentukan dalam Spesifikasi Teknis akan ditentukan kemudian oleh
Konsultan Perencana bersama Konsultan Supervisi dalam masa pelaksanaan konstruksi
dengan persetujuan Owner dan menjadi suatu ketentuan yang mengikat serta harus
dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana. Halhal yang ditentukan kemudian tersebut
harus tetap didasarkan pada Kontrak Kerja.
13.2 Ketentuan Tambahan
1 Jika ada itemitem pekerjaan dimana tidak ada penjelasan dalam Gambar Bestek,
Bill of Quantity dan Spesifikasi Teknis maka penjelasan teknis terhadap item
pekerjaan tersebut adalah berdasarkan keputusan Konsultan Supervisi Konstruksi
dengan persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
2 Item – Item pekerjaan pada bangunan yang berbeda tetapi item pekerjaannya
sama dan konstruksinya sama dan tidak lagi dijelaskan khusus dalam Spesifikasi
Teknis tersendiri maka Spesifikasi Teknis yang berlaku pada item pekerjaan
tersebut adalah Spesifikasi Teknis pada bangunan yang sama dengannya dimana
penjelasan secara khususnya diberikan oleh Konsultan Supervisi.
3 Jika tidak ditentukan lain dalam Kontrak Kerja Pengantian Material dan
Komponen Bangunan dari yang telah disyaratkan dalam Bill of Quantity, Gambar
Bestek dan Spesifikasi Teknis harus melalui Perhitungkan Pengurangan Biaya
Pelaksanaan ( Kontrak Addendum ).
4 Maksud dan tujuan setiap aturan dalam Spesifikasi Teknis adalah menurut
penjelasan Konsultan Supervisi, Konsultan Manajemen Konstruksi dengan
persetujuan Konsultan Perencana dan Owner.
5 Aturan Tambahan ini adalah bagian yang tidak terpisahkan dari Spesifikasi Teknis
secara keseluruhan, berlaku dan mengikat untuk semua Spesifikasi Teknis yang
ada dalam Proyek ini.
BBBAAABBB XXXIIIIIIIII KKKEEETTTEEENNNTTTUUUAAANNN TTTAAAMMMBBBAAAHHHAAANNN
�����������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������