ringkasan sejarah teori haki
TRANSCRIPT
![Page 1: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/1.jpg)
SEJARAH HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL (HAKI)
(N. Samuel Kurniawan)
A. SEJARAH HAKI DI DUNIA
1. Undang-Undang mengenai HaKI pertama kali ada di Venice, Italia yang
menyangkut masalah paten pada tahun 1470. Caxton, Galileo dan Guttenberg
tercatat sebagai penemu-penemu yang muncul dalam kurun waktu tersebut dan
mempunyai hak monopoli atas penemuan mereka. 1
2. Pada tahun 1474 diterbitkan Peraturan Paten Venesia yang mengandung
ketentuan yang mewajibkan si penemu untuk mendaftarkan penemuannya,
sedangkan orang lain dilarang meniru atau menghasilkan produk yang mirip
selama jangka waktu 10 (sepuluh) tahun tanpa izin atau lisensi dari si penemu,
juga memuat ketentuan yang mendorong kegiatan penemuan, imbalan yang
wajar kepada si penemu dan hak si penemu atas hasil penemuannya.2
3. Pada tahun 1532 HAKI mulai dikenal dalam tradisi Hukum Yahudi (the Jewish
laws), Talmud, yang beerisikan contoh mengenai ketetapan tentang larangan
mencuri gagasan (Gnevat daat).3
4. Pada tahun 1556, terdapat peraturan terkait hak Cipta dari Raja Richard III dari
Inggris. Pada saat itu dikeluarkan dekrit, yaitu “Star Chamber”, yang
menentukan setiap buku memerlukan izin dan setiap orang dilarang mencetak
tanpa izin.4
5. Pada tahun 1623 lahir hukum mengenai paten pertama di Inggris yaitu Statute
of Monopolies yang bersumber dari hukum-hukum tentang paten dari Italia
yang diadopsi oleh kerajaan Inggris di jaman TUDOR tahun 1500-an.5
1 Asep Herman Suyanto, 2005, Peran Hak Atas Kekayaan Intelektual (Haki) Dalam Dunia Pendidikan, available from: URL: http://lemlit.unila.ac.id/hki/info/, diakses pada September 2011
2 Muhammad Djumhana, 2006, Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori & Prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 109
3 Pranay Gupte, 2005, “Fighting for Intellectual Property Rights”, The Sun, New York, October 31, 2005 available from: URL: http://www.nysun.com/business/fighting-for-intellectual-property-rights/22289/, diakses pada September 20114 Muhammad Djumhana, op.cit., h. 49
5 Asep Herman Suyanto, loc.cit.
1
![Page 2: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/2.jpg)
6. Raja James I dari Inggris dengan Undang-Undang Monopoli 1624 membuat
perubahan yang besar bagi perkembangan peraturan Paten. UU tersebut banyak
menganut prinsip yang sampai sekarang dipakai dalam setiap peraturan Paten,
yaitu diantaranya prinsip hasil temuan dan bukannya si penemu sebagai dasar
pemberian Paten, juga prinsip tentang kewajiban si penemu untuk mengerjakan
penemuannya dimana Paten itu di daftarkan. Ketentuan pada pasal 6 UU
tersebut mencantumkan jangka waktu lamanya perlindungan Paten, yaitu
selama 14 (empt belas) tahun. Hanya saja peraturan di Inggris tersebut masih
mencantumkan ketentuan memberikan Paten kepada warga negaranya yang
berhasil mengimpor bentuk penemuan asing ke Negara Inggris.6
7. Pada tahun 1709 Parlemen baru (Uni Anglo-Skotlandia) menerbitkan Undang-
Undang Hak Cipta Pertama yang dikenal sebagai the Statute of Anne,yang
mulai diberlakukan pada tanggal 10 April 1710 dengan Judul: "An Act for the
Encouragement of Learning, by vesting the Copies of Printed Books in the
Authors or purchasers of such Copies, during the Times therein mentioned."
Dengan dimulainya undang-undang tersebut, maka penerbit buku diberikan
perlindungan hukum dari 14 tahun, perlindungan 21 tahun untuk buku apapun
yang sudah di cetak.7
8. Pada tahun 1791 di Prancis muncul gagasan bahwa penemuan merupakan
kepemilikan yang dijadikan hak. Section 1 of the French law of 1791: "All new
discoveries are the property of the author; to assure the inventor the property
and temporary enjoyment of his discovery, there shall be delivered to him a
patent for five, ten or fifteen years".8
9. Amerika Serikat baru mempunyai undang-undang paten tahun 1791.9
10. Upaya harmonisasi dalam bidang HaKI pertama kali terjadi tahun 1883 dengan
lahirnya Paris Convention (20 Maret 1883) untuk masalah paten, merek dagang
dan desain.10
6 Muhammad Djumhana, op.cit., h. 1097 Wikipedia, Early British copyright law, availabel from: URL: http://en.wikipedia.org/wiki/
History_of_copyright_law, diakses pada September 20118Ladas & Parry LLP, A Brief History of the Patent Law of the United States, available from:
URL: http://www.ladas.com/Patents/USPatentHistory.html, diakses pada September 20119 Asep Herman Suyanto, loc.cit.10 Asep Herman Suyanto, loc.cit.
2
![Page 3: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/3.jpg)
11. Di Eropa gagasan tentang kepemilikan hak kekayaan intelektual berawal dari
sebuah tulisan penulis Prancis A.Nion dengan karyanya pada tahun 1846
”Droits civils des auteurs,artistes et inventeurs” (hukum sipil tentang
penulis,seniman dan penemu). Nion menggunakan istilah “propriete
intellectuelle”.11
12. Pada tahun 1886 diselenggarakan Berne Convention untuk masalah copyright
atau hak cipta, sebagai lanjutan dari Paris Convention. Tujuan dari konvensi ini
antara lain standarisasi, pembahasan masalah baru, tukar menukar informasi,
perlindungan minimum dan prosedur mendapatkan hak. Sebagai lanjutan dari
Paris Convention dan Berne Convention, pada tahun 1967 di Jenewa, dibentuk
biro administratif bernama the United International Bureau for the Protection
of Intellectual Property yang kemudian dikenal dengan nama World
Intellectual Property Organisation (WIPO). WIPO kemudian menjadi badan
administratif khusus di bawah PBB yang menangani masalah HaKI anggota
PBB. 12
13. Pada tahun 1998 sebanyak 151 negara menandatangani konvensi paris yang
kemudian didukung oleh sejumlah perjanjian dan kesepakatan yang menjamin
proteksi dan registrasi kekayaan industri antara lain:13
a. The Madrid Agreement / Kesepakatan Madrid tentang registrasi
internasional untuk merek (1891)
b. Berne Convention / Perjanjian Paten Korporasi (9 September 1886)
c. The hague Agreement / Kesepakatan Den Haag tentang desain industri (6
November 1925)
d. WIPO (the World Intellectual Property Organization (14 Juli 1967)
(WIPO merupakan 1 dari 16 agensi khusus PBB dengan tujuan untuk
mempromosikan penjaminan proteksi hak atas kekayaan intelektual di
seluruh dunia)
14. Pada tahun 1996 WIPO menyempurnakan kesepakatan tentang hak cipta
seiring dengan perkembangan teknologi.
11 Pranay Gupte, loc.cit.12 Asep Herman Suyanto, loc.cit.13 Felix Lengkong, 2008, Opitur: Hak Kekayaan Intelektual dan Sejarahnya, Unika Atmajaya,
Jakarta, available from: URL: http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=23&id=4335 diakses pada September 2011
3
![Page 4: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/4.jpg)
15. Pada tahun 2001 WIPO telah menetapkan tanggal 26 April sebagai Hari Hak
Kekayaan Intelektual Sedunia. Setiap tahun, negara-negara anggota WIPO
termasuk Indonesia menyelenggarakan beragam kegiatan dalam rangka
memeriahkan Hari HaKI Sedunia
16. Dengan disetujuinya Undang-Undang akhir putaran Uruguay tentang
persetujuan umum tentang tariff dan perdagangan (GATT) pada tanggal 15
Desember 1993 dan diratifikasi oleh 117 negara pada tanggal 15 April 1994 di
Marrakesh-Maroko, termasuk Indonesia, maka berlaku pula Persetujuan TRIPs
(Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights).14
B. SEJARAH HAKI DI INDONESIA
Secara umum, HAKI mulai populer pada tahun 2000.Sejarah HAKI di Indonesia
adalah sebagai berikut:15
1. Secara historis, peraturan perundang-undangan di bidang HKI di Indonesia
telah ada sejak tahun 1840.
2. Pemerintah kolonial Belanda memperkenalkan undang-undang pertama
mengenai perlindungan HKI pada tahun 1844.
3. Pemerintah Belanda mengundangkan UU Merek tahun 1885, Undang-undang
Paten tahun 1910, dan UU Hak Cipta tahun 1912. Indonesia yang pada waktu
itu masih bernama Netherlands East-Indies telah menjadi anggota Paris
Convention for the Protection of Industrial Property sejak tahun 1888, anggota
Madrid Convention dari tahun 1893 sampai dengan 1936, dan anggota Berne
Convention for the Protection of Literaty and Artistic Works sejak tahun 1914.
4. Pada zaman pendudukan Jepang yaitu tahun 1942 sampai dengan 1945, semua
peraturan perundang-undangan di bidang HKI tersebut tetap berlaku. Pada
tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya. Sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peralihan UUD
1945, seluruh peraturan perundang-undangan peninggalan Kolonial Belanda
tetap berlaku selama tidak bertentangan dengan UUD 1945. UU Hak Cipta dan
UU Merek tetap berlaku, namun tidak demikian halnya dengan UU Paten yang
14 H. OK. Saidin, 2007, Aspek Hukum Hak Kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights), RajaGrafindo Persadak, Jakarta, h.205
15 Ditjen HAKI, 2006, Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Ditjen HAKI, Jakarta, h. 9-12
4
![Page 5: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/5.jpg)
dianggap bertentangan dengan pemerintah Indonesia. Sebagaimana ditetapkan
dalam UU Paten peninggalan Belanda, permohonan Paten dapat diajukan di
Kantor Paten yang berada di Batavia (sekarang Jakarta), namun pemeriksaan
atas permohonan Paten tersebut harus dilakukan di Octrooiraad yang berada di
Belanda.
5. Pada tahun 1953 Menteri Kehakiman RI mengeluarkan pengumuman yang
merupakan perangkat peraturan nasional pertama yang mengatur tentang Paten,
yaitu Pengumuman Menteri Kehakiman no. J.S 5/41/4, yang mengatur tentang
pengajuan sementara permintaan Paten dalam negeri, dan Pengumuman
Menteri Kehakiman No. J.G 1/2/17 yang mengatur tentang pengajuan
sementara permintaan paten luar negeri.
6. Pada tanggal 11 Oktober 1961 Pemerintah RI mengundangkan UU No.21
tahun 1961 tentang Merek Perusahaan dan Merek Perniagaan untuk mengganti
UU Merek Kolonial Belanda. UU No 21 Tahun 1961 mulai berlaku tanggal 11
November 1961. Penetapan UU Merek ini untuk melindungi masyarakat dari
barang-barang tiruan/bajakan.
7. Pada 10 Mei 1979 Indonesia meratifikasi Konvensi Paris Paris Convention for
the Protection of Industrial Property (Stockholm Revision 1967) berdasarkan
keputusan Presiden No. 24 tahun 1979. Partisipasi Indonesia dalam Konvensi
Paris saat itu belum penuh karena Indonesia membuat pengecualian (reservasi)
terhadap sejumlah ketentuan, yaitu Pasal 1 sampai dengan 12 dan Pasal 28 ayat
1.
8. Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982
tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda.
Pengesahan UU Hak Cipta tahun 1982 dimaksudkan untuk mendorong dan
melindungi penciptaan, penyebarluasan hasil kebudayaan di bidang karya ilmu,
seni, dan sastra serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa.
9. Tahun 1986 dapat disebut sebagai awal era moderen sistem HKI di tanah air.
Pada tanggal 23 Juli 1986 Presiden RI membentuk sebuah tim khusus di bidang
HKI melalui keputusan No.34/1986 (Tim ini dikenal dengan tim Keppres 34)
Tugas utama Tim Keppres adalah mencakup penyusunan kebijakan nasional di
bidang HKI, perancangan peraturan perundang-undangan di bidang HKI dan
5
![Page 6: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/6.jpg)
sosialisasi sistem HKI di kalangan intansi pemerintah terkait, aparat penegak
hukum dan masyarakat luas.
10. 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun 1987 sebagai
perubahan atas UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
11. Tahun 1988 berdasarkan Keputusan Presiden RI No.32 ditetapkan
pembentukan Direktorat Jenderal Hak Cipta, Paten dan Merek (DJHCPM)
untuk mengambil alih fungsi dan tugas Direktorat paten dan Hak Cipta yang
merupakan salah satu unit eselon II di lingkungan Direktorat Jenderal Hukum
dan Perundang-Undangan, Departemen Kehakiman.
12. Pada tanggal 13 Oktober 1989 Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui RUU
tentang Paten yang selanjutnya disahkan menjadi UU No. 6 Tahun 1989 oleh
Presiden RI pada tanggal 1 November 1989. UU Paten 1989 mulai berlaku
tanggal 1 Agustus 1991.
13. 28 Agustus 1992 Pemerintah RI mengesahkan UU No. 19 Tahun 1992 tentang
Merek, yang mulai berlaku 1 April 1993. UU ini menggantikan UU Merek
tahun 1961.
14. Pada tanggal 15 April 1994 Pemerintah RI menandatangani Final Act
Embodying the Result of the Uruguay Round of Multilateral Trade
Negotiations, yang mencakup Agreement on Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights (Persetujuan TRIPS). Sesuai dengan komitmen
Indonesia dalam keanggotaan WTO (UU No. 7 Tahun 1994 tentang
pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) mulai
tanggal 1 Januari 2000 Persetujuan TRIP (Trade Relate Aspect of Intellectual
Property Right) berlaku di Indonesia.
15. Tahun 1997 Pemerintah RI merevisi perangkat peraturan perundang-undangan
di bidang HKI, yaitu UU Hak Cipta 1987 jo. UU No. 6 tahun 1982, UU Paten
1989 dan UU Merek 1992.
16. Akhir tahun 2000, disahkan tiga UU baru dibidang HKI yaitu : (1) UU No. 30
tahun 2000 tentang Rahasia Dagang, UU No. 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri, dan UU No. 32 tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu.
6
![Page 7: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/7.jpg)
17. Pada tahun 2000 pula disahkan UU No 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan
Varietas Tanaman dan mulai berlaku efektif sejak tahun 2004.
18. Untuk menyelaraskan dengan Persetujuan TRIPS (Agreement on Trade Related
Aspects of Intellectual Property Rights) pemerintah Indonesia mengesahkan
UU No 14 Tahun 2001 tentang Paten, UU No 15 tahun 2001 tentang Merek,
Kedua UU ini menggantikan UU yang lama di bidang terkait. Pada pada
tanggal 29 Juli 2002 disahkan UU No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang
menggantikan UU yang lama dan berlaku efektif satu tahun sejak
diundangkannya (19 Juli 2003)
C. SEJARAH UU HAK CIPTA DI INDONESIA
1. Auteurswet 1912 Staatsblad Nomor 600 tahun 1912 (UU Hak Cipta tahun 1912)
2. Pada tanggal 12 April 1982 Pemerintah mengesahkan UU No.6 tahun 1982
tentang Hak Cipta untuk menggantikan UU Hak Cipta peninggalan Belanda.
3. Pada tanggal 19 September 1987 Pemerintah RI mengesahkan UU No.7 Tahun
1987 tentang perubahan atas UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta.
4. Pada tanggal 7 Mei 1997 Pemerintah RI mengesahkan UU no 12 Tahun 1997
tentang perubahan atas UU UU No. 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta
sebagaimana telah diubah dengan UU No.7 Tahun 1987.
5. Pada tanggal 29 Juli 2002 Pemerintah RI mengesahkan UU No.19 Tahun 2002
tentang Hak Cipta (menggantikan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang
Hak Cipta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun
1987 dan terakhir diubah dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997)
When Should We Permit Differential Pricing of Information (Willian Fischer)
when should we permit differential pricing of Information?
2. Penerapan Undang-Undang Hak Cipta di Indonesia
Hukum pada hakekatnya dibuat untuk melindungai kepentingan masyarakatnya, agar
dapat saling mengisi dan menghormati. Untuk mencapai tujuan tersebut, hukum
memberikan batasan berupa hak dan kewajiban, sehingga kepentingan tiap-tiap warga
7
![Page 8: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/8.jpg)
masyarakat dapat dilaksanakan tanpa ada yang merugi atau mendapat keuntungan atas
kerugian orang lain. Begitu pula dengan ‘’hak ‘’ intelektual, bagi para Pemilik atau
Pencipta disamping memiliki hak untuk mengeksploitasi karya intelektualnya, mereka
juga dibebani atas tanggung jawab terhadap masyarakatnya. Hal ini dianggap sebagai
penyeimbang (balance) antara kepentingan individual dan kepentingan masyarakat.
Pengaturan hak intelektual ke dalam Hak Cipta diharapkan dapat memberikan
perlindungan dan pengawasan terhadap seluruh proses kegiatan penciptaan dan
penggunaan hak intelektual, sehingga diharapkan akan terwujud keadilan dan kepastian
hukum atas Pemilik, Pencipta karya, dan masyarakat. Dalam pengaturannya, hukum
tentang Hak Cipta banyak mengalami dinamisasi atau perubahan. Faktor yang
mempengaruhi perubahan ini adalah adanya dinamika masyarakat dan politik hukum.
Perubahan masyarakat dari masyaraka jajahan menuju ke masyarakat berkembang tentu
saja membawa pengaruh bagi berlakunya hukum Hak Cipta yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat dan kesesaian terhadap citacita hukumnya, begitu juga
adanya politik hukum yang mengarah pada berlakunya hukum saat ini dan sesuai
dengan perkembangan zaman.
Auteurswet merupakan titik awal perkembangan politik hukum Hak Cipta, walaupun
pada dasarnya pengaturan Hak cipta dalam Undang-undang ini adalah serupa dengan
pengaturan dalam Undang-undang sekarang, namun peraturan ini hanya berlaku sampai
tanggal 12 April 1982 yaitu saat berlakunya Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1982
tentang Hak Cipta. Perubahan ini merupakan politik hukum pemerintah Indonesia
dalam merombak sistem hukum Belanda dengan sistem hukum yang sesuai dengan
jiwa, falsafah, dan cita-cita bangsa. Melakukan perubahan terhadap Undang-undang
yang sesuai dengan jiwa, falsafah, dan cita-cita bangsa ternyata tidak mudah, Undang-
undang ini kemudian dirubah dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987. Perubahan
ini didasari oleh alasan semakin meningkatnya pelanggaran terhadap karya cipta,
sehingga diperlukan peraturan yang dapat mengatasi problematika tersebut.
Perkembangan zaman yang terlalu cepat juga menjadi alasan dirubahnya kembali
Undang-undang tersebut dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1997. Setelah
mengalami beberapa kali mekanisme perubahan, pemahaman tentang Hak Cipta
menjadi terpecah dan dikhawatirkan akan mengubah esensi dari pengaturannya. Untuk
itu Undang-undang Hak Cipta harus mengalami perubahan lagi yaitu dengan Undang-
8
![Page 9: Ringkasan Sejarah Teori HAKI](https://reader036.vdokumen.com/reader036/viewer/2022082404/55cf94b1550346f57ba3c7fe/html5/thumbnails/9.jpg)
undang Nomor 19 Tahun 2002, hal ini diharapkan dapat menyatukan kembali ketiga
peraturan sebelumnya. Undang-undang inilah yang kemudian berlaku hingga saat ini.
Perkembangan terakhir pada perundangan-undangan Hak Cipta ini dilandasi oleh
pertimbangan, bahwa undang-undnag ini nantinya dapat menampung perkembangan
Hak Cipta dalam rangka peningkatan perlindungan dan pelayanan terhadap hak Cipta.
9