riantgsbeton1
DESCRIPTION
betonTRANSCRIPT
![Page 1: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/1.jpg)
RANGKUMAN MATERI BAB II dan III
Disusun untuk memenuhi Tugas Matakuliah BETON PRATEGANG
Yang dibimbing oleh Ir. B. Sri Umniati, M. T.
OLEH :RIAN RAHMAT I : 104215472901
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPILPROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN
MARET 2007
![Page 2: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB II
MATERIAL UNTUK BETON PRATEGANG
2.1 BETON BERKEKUATAN TINGGI
2.1.1 Campuran Beton Berkekuatan Tinggi
Beton prategang memerlukan beton yang mempunyai kekuatan tekan
yang lebih tinggi pada usia yang cukup muda, dengan kekuatan tarik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan beton biasa.
2.1.2 Persyaratan Kekuatan
Dalam peraturan I.S. adalah kekuatan tekan kubus 28 hari minimum
sebesar 40 N/mm2 untuk batang pratarik dan 30 N/mm2 untuk batang pasca
tarik.
2.1.3 Tegangan-tegangan yang Diperkenankan pada Beton
Tegangan-tegangan tekan dan tarik yang diperkenankan pada beton
pada tahap beban transfer dan beban layan dinyatakan dalam kekuatan tekan
beton yang sesuai pada masing-masing tahap. Pada peraturan I.S. suatu
koefisien reduksi yang lebih besar dipakai apabila kekuatan kubusnya
merupakan minimum yang diperkenankan sebesar 35N/mm2. koefisien
tersebut berkurang secara linier sampai suatu nilai sebesar 0,43 untuk beton
dengan kekuatan kubus 55 N/mm2 untuk pekerjaan pascatarik. Tegangan
maksimum yang diperkenankan pada Beton terdapat pada Tabel 2.1.
2.1.4 Susut Beton
Terjadi karena kehilangan kelembaban secara bertahap dan
mengakibatkan perubahan volume. Susut pengeringan tergantunng pada tipe
dan kualitas agregat, kelembaban relative, pebandingan air/semen dalam
campuran, dan waktu pemaparan. Nilai-nilai regangan susut sisa total yang
dianjurkan dalam peraturan I.S. untuk keperluan desain adalah 30 x 10 -4
untuk batang pratarik dan (2,0 x 10-4)/log( t + 2) untuk beton pascatarik,
dimana t adalah umur beton saat transfer dalam hari.
![Page 3: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/3.jpg)
2.1.5 Rangkak Beton
Menyebabkan regangan tak elastis yang progresif pada suatu batang
beton yang terjadi pada tegangan terus menerus diterapkan dari luar yang
menimbulkan deformasi. Factor yang mempengaruhi adalah kelembanam
relative, tingkat tegangan, kekuatan beton, umur beton pada pembebanan,
lamanya tegangan, perbandingan air/semen, dan tipe semen serta agregat
pada beton. Kehilangan prategang akibat rangkak beton dapat diperkirakan
dengan menggunakan metode koefisien rangkak yang sisarankan dalam
peraturan I.S : 1343-80. nilai koefisien rangkak yang merupakan rasio
regangan rangkak ultimet terhadap regangan elastis adalah 2,2 pad
pembebanan 7hari, 1,6 pada 28 hari, dan 1,1 bila usia pembebanan adalah 1
tahun.
2.1.6 Karakteristik Deformasi dari Beton
Karakteristik tegangan-regangan yang lengkap dari beton dalam
keadaan tertekan adalah tidak linier, tetapi untuk baban yang tidak melibihi
30 persen dari kekuatan pecah, perilaku deformasi beban dapatdianggap
linier.
2.1.7 Desain Campuran Beton Berkekuatan Tinggi
Beton yang mempunyai kekuatan yang diinginkan dapat dibuat dengan
memberikan perbandingan campuran bahan-bahan yang tepat dan dengan
memeakai teknik vibrasi normal untuk pemadatannya.
2.1.8 Prosedur Desain Campuran
a) Kekuatan rencana rata – rata diperoleh dengan memakai faktor-faktor
control yang tepat pada kekuatan minimum yang ditentukan.
b) Untuk pemakaian tipe semen dan agregat yang ditentukan, angka
referensi yang sesuai dengan kekuatan rencana pada umur tertentu
diinterpolasikan dari gambar 2,1-2,4.
![Page 4: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/4.jpg)
c) Perbandingan air/semen untuk mencapai tingkat kemudahan pengerjaan
yang diinginkan dan sesuai dengan angka referensi diperoleh dari gambar
2,5 untuk agregat dengan ukuran maksimum 20 mm dan 10mm
d) Perbandingan agregat/semen untuk memberikan tingkat kemudahan
![Page 5: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/5.jpg)
pengerjaan yang diinginkan dengan perbadingan air/semen yang
diketahui diperoleh dari table 2,4 dan 2.5.
e) dengan mengetahui perbandingan air/semen dan agregat/semen serta berat
jenis bahan-bahan campuran, kadar semen dapat diperoleh dengan
metode volume mutlak.
f) Banyak takaran ( batch) dihitung setelah penyesuaian kadar kelembaban
pada agregat.
2.2 BAJA BERMUTU TINGGI
2.2.1 Jenis-jenis Baja Bermutu Tinggi
Umumnya terdiri dari kawat, batang baja, atau untaian kawat
baja(strand), kawat –kawat yang dipakai secara tunggal atau dalam kabel
pada umumnya berdiameter 5-7 mm dan mempunyai kekuatan tarik ultimit
sekitar 1500 N/mm2, namun yang dipakai oleh baja bermutu tinggi
berdiameter 10-32 mm.
2.2.2 Persyaratan Kekuatan
![Page 6: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/6.jpg)
Persyaratan kekuatan ultimit minimum menurut peraturan Standart India
yang tercantum dalam Tabel 2.6. batang baja campuran bermutu tinggi haus
mempunyai kekuatan tarik ultimit minimum sebesar 1000 N/mm2.
2.2.3 Tegangan-tegangan yang Diperkenankan pada Baja
Nilai-nilai yang diperkenankan yag ditentukan dalam peraturan-peraturan
India, Amerika dan Inggris diperbandingkan dalam table 2.7.
2.2.4 Relaksasi Tegangan pda Baja
![Page 7: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/7.jpg)
Relaksasi adalah berkurangnya tegangan pada baja pada regangan
konstan. Pada baja bermutu tinggi dengan tegangan melebihi 0,01 persen
tegangan uji, relaksasi tegangan diamati dan besarnya bertambah menurut
besarnya tegangan awal. Kalau tegangan itu dipertahankan konstan, maka
materialnya menunjukan suatu regangan plastis melebihi sera diatas
regangan elastis awal, pada umumnya disebut sebagai rangkak (creep).
2.2.5 Karat Tegangan
Berbahaya kerena akan menghasilkan patah rapuh seketika, terdapat
jenis-jenis karat seperti karat berlubang-lubang dan karat akibat khlorida.
Cara pencengahannya dari kontaminasi kimiawi yaitu dengan pemberian
lapisan pelindung untuk baja bermutu tinggi, dan pemberian adukan semen
pada saluran segera setelah pemberian prategang.
2.2.6 Kerapuhan oleh Hidrogen
Atom hydrogen ini menembus kedalam permukaan baja serta membuat
baja rapuh dan mengakibatkan retak-retak pada waktu mengalami tegangan
tarik. Bahkan sejumlah kecil hydrogen sudah cukup untuk menyebabkan
kemunduran yang berarti dalam kekuatan tarik kawat baja bermutu tinggi.
Untuk mencegah kerapuhan oleh hydrogen, baja harus cukup terhadap aksi
asam. Lapisan penutup sebagai pelindung seperti kertas kerisut berlapis
bitumen selama pengangkutan dapat mengurangi kesempatan terjadinya
kontaminasi, kawat juga harus dilindungi dari hujan serta kelembaban yang
berlebihan dengan menyimpannya dalam kondisi yang kering.
2.2.7 Persyaratan Penutup Tendon
Terdapat dalam peraturan penutup Inggris untuk tendon dan tulangan
dalam beton prategang( tabel 2.8).
2.2.8 Persyaratan Peraturan I.S. untuk keawetan
Keawetan beton (durability) tergantung pada ketahanannya terhadap
pelapukan, aksi kimia, abrasi, pembekuan, dan kebakaran. Keawetan
ditunjukan dalam table 2.9.
![Page 8: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB III
![Page 9: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/9.jpg)
SISTEM PRATEGANG
3.1 PENDAHULUAN
Metode yang dipakai untuk memberikan prategang pada elemen beton
structural adalah dengan menarik baja kearah longitudinal dengan alat penarik
yang berbeda-beda.
3.2 Alat Penarik
Jenis-jenis alat antara lain :
1. Mekanis
2. Hidrolis
3. Listrik(termal)
4. Kimia
3.3. Sistem Pratarik
Tendon terlebih dahulu ditarik antara blok-blok angku yang tegar yang
dicetak diatas tanah atau di dalam suatu kolom atau perangkat cetakan pratarik
dan beton selanjutnya dicor dan dipadatkan sesuai dengan bentuk serta ukuran
yang diinginkan. Setelah beton mengeras , tendon dilepaskan dari alas
prapenarikan dan prategang ditransfer ke beton.
3.4. Sistem Pascatarik
3.4.1 Prinsip-prinsip Pascatarik
Unit beton lebih dulu dicetak dengan memasuan saluran atau alur
untuk menempatkan tendon. Apabila beton sudah cukup kuat, maka kwat
bermutu tinggi ditarik dengan menggunakan bantalan dongkrak pada
permukaan ujung batang dan kawat diangkurkan dengan pasak atau mur.
Prinsip-prinsip sbb:
![Page 10: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/10.jpg)
a. Aksi pasak yang menghasilan suatu pegangan gesekan pada kawat.
b. Dukungan langsung dari paku keling atau kepala baut yang dibentuk
pada ujung kawat
c. Melingkarkan kawat pada sekeliling beton
3.4.2 Pengangkuran pada Sistem Pascatarik
Tipe tendon yang dipakai, besarnya gaya, tipe saluran kabel, dan
susunan tendon dalam saluran metode penarikan, serta tipe pengankuran
yang dipakai dikelompokan dalam Tabel 3.1 untuk beberapa system
pascatarik yang penting.
![Page 11: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/11.jpg)
3.4.3 Penerapan Pascatarik
Pascatarik selalu dipakai untuk memperkuat bendungan beton,
prategang melingkar dari tangki-tangki beton yang besar, serta perisai-
perisai biologis dari reactor nuklir. Pascatarik secara ideal cocok dalam
pekerjaan konstruksi beton yang bersangkutan dengan prategang bertahap.
Hampir semua struktur jembatanbentang panjang dibangun dengan memakai
system pascatarik.
![Page 12: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/12.jpg)
3.4.4 Samungan Tendon
Beberapa tipe susunan sambungan yang pendting dipakai secara luas
diantaranya :
1. Penyambung Sekrup :
untuk menyambung batang-batang bermutu tinggi yang mempunyai
diameter besar yang dapat diberi uliran pad ujung-ujungnya.
2. Sambungan Torpedo :
terdiri dari rangkap 3 pasak untuk mengunci kawat-kawat dan
keseluruhan unit dilindungi dengan suatu selongsong.
3. Sambungan klem :
![Page 13: RianTGSBETON1](https://reader033.vdokumen.com/reader033/viewer/2022051403/5695d1ad1a28ab9b02977d5f/html5/thumbnails/13.jpg)
dilengkapi dengan baut dan mur dengan serangkaian plat klem
untuk menempatkan tendon diantaranya.
3.5 Prategang Termo-Listrik
Metode prategang dengan tendon yang dipanaskan, yang dicapai dengan
melewatkan aliran listrik pada kawat yang bermutu tinggi, prosesya terdiri atas
pemanasan batang dengan arus listrik sampai temperature 300-400oC selama 3-5
menit. Batang tersebut mengalami perpanjangan kira-kira 0,3-0,5 persen. Setelah
pendinginan, batang tersebut berusaha memperpendek diri dan ini dicegah oleh
jepitan angkur pada kedua ujungnya. Waktu pendinginan diperhitungkan 12-15
menit.
3.6 Prategang Secara Kimia
Diperoleh dari semen yang dapat mengembang akibat kandungan semen
Portland(75%), semen dengan kadar aluminium tinggi (15%), dan gips(10%),
yang menghasilkan formasi kalsium sulfo aluminat. Metode ii dapat diterapakan
pada elemen dan system structural dimana jumlah optimum prategangnya relative
rendah. Metode ii tidak cocok untuk tingkat prategang yang tinggi serta presentase
baja yang tinggi.