revitalisasi kepemilikan daerah atas program …

12
REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA SATU DEKADE ADVOKASI DI INDONESIA Februari 2021

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

SATU DEKADE ADVOKASI DI INDONESIAFebruari 2021

» Mengalokasikan 17.8 juta US dollar dari anggaran daerah untuk program KB. Sejak 2009 hingga 2019, 10 Kota/Kabupaten dan desa-desa fokus program AFP telah mengakumulasikan total anggaran senilai 183.1 miliar rupiah (setara dengan 17.8 juta US dollar) untuk aktivitas terkait program KB di daerah.

» Mengawal isu KB dalam skema kebijakan dan Rencana NasionalSejak skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diperkenalkan di tahun 2018, AFP memastikan cakupan penuh akan layanan KB. Selain itu, AFP memastikan bahwa pedoman terbaru terkait pembiayaan dan perancanaan kegiatan untuk pemerintah daerah di kabupaten, kecamatan, dan desa memasukkan KB di dalamnya.

RINGKASAN EKSEKUTIFProgram KB (Keluarga Berencana) di Indonesia telah melalui berbagai transformasi dalam rekam perjalannya selama 70 tahun terkahir. Di awal abad ke-21, program KB di Indonesia—secara historis pernah menjadi salah satu yang terbaik di dunia—mengalami stagnasi dan perkembangannya melambat. Satu dekade implementasi advokasi strategis telah menguatkan kembali komunitas keluarga berencana, menciptakan kolaborasi antara pemerintah dan kelompok masyarakat madani untuk mendorong terjadinya proses investasi multi-sektor, memanfaatkan perubahan kebijakan kea rah yang lebih baik, dan meningkatkan akses terhadap informasi, akses, dan pasokan yang lebih berkualitas. Katalisator kuncinya: Inisiatif Advance Family Planning (AFP)

Di setiap level—dari kepala desa hingga bupati, gubernur hingga menteri—inisiatif AFP telah menunjukkan bahwa advokasi dapat membantu pemerintah menunaikan janji-janji politiknya dan memenuhi kebutuhan para pemilihnya. Mitra lokal Yayasan Cipta dan Johns Hopkins Center for Communication Programs Indonesia (JHCCP Indonesia), berkolaborasi dengan Pemerintah RI, telah berhasil:

Satu dekade usaha advokasi strategis yang memberi energi pada komunitas KB

Photo oleh: Lau Rey courtesy of Flickr Creative Commons

SMART advocacy expanded to 65 districts over a decadeAFP Focus Districts

Government Expansion

» Peningkatan layanan dan akses. Advokasi program AFP berpotensi mencapai 63 juta wanita usia subur. Perubahan kebijakan membantu meningkatkan kapasitas penyedia layanan KB, mendukung pelayanan KB bergerak di daerah terpencil, dan meningkatnya pelaporan dan pengelolaan data.

» Penyegaran program KB di tingkat komunitas. Dengan sumber pendanaan lokal, 611 desa di 8 Kabupaten/Kota mengalokasikan hingga Rp 9,52 Milyar (692.000 US dollar) untuk kegiatan dan program KB dari 2013 hingga 2019.

Advokasi AFP di tingkat nasional memastikan bahwa desa memiliki wewenang untuk memasukkan kegiatan KB dalam pendanaan.

» Memperkuat kepemilikan lokal terhadap KB. AFP telah memfasilitasi pembentukan 572 kelompok kerja (pokja) multi-sektor di 16 provinsi dan 10 Kab/Kota.

■ DAERAH FOKUS AFP ■ PERLUASAN OLEH PEMERINTAH

Advokasi SMART dikembangkan di 65 Kab/Kota selama 1 dekade terakhir.

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

Selama lebih dari setengah abad ke-20, Indonesia telah berkomitmen dalam menurunkan angka kelahiran dan memanfaatkan bonus demografi –periode percepatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi ketika angka kelahiran dan kematian suatu negara menurun, struktur usia populasi berubah, dan investasi yang tepat terhadap kebijakan sosial dan ekonomi disusun. Pada tahun 1950-an, rata-rata perempuan di Indonesia memiliki anak sejumlah 5,5; sementara itu pada tahun 1998, jumlah rata-rata menurun menjadi 2,5.

PRE-2009:FRAGMENTASI PROGRAM KB DAN CAPAIAN YANG TERHENTI

Photo oleh: Yayasan Cipta

“Advokasi melalui pendekatan AFP telah mendukung semua sektor Pemerintahan untuk bekerja secara harmonis dan efektif.” — STAF OPD KB, KUNINGAN

Meskipun demikian, angka kelahiran hanya berkurang sedikit sejak akhir 1990-an, menjadi sekitar 2,4 hingga saat ini. Diantara data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 dan 2017, tingkat penggunaan kontrasepsi hanya meningkat sedikit menjadi 64% diantara wanita usia subur yang menikah.1,2 Namun, seiring dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi secara keseluruhan, tingkat prevalensi kontrasepsi modern menurun dari 58% menjadi 58% dan unmet need tetap stagnan di angka 11%.2.

Salah satu faktor penyebabnya adalah dimulainya desentralisasi pemerintahan yang pesat sejak tahun 2001. Pemerintah daerah di lebih dari 500 kabupaten di Indonesia memiliki wewenang kebijakan dan pendanaan daerah yang sebelumnya dilakukan secara penuh oleh pemerintah pusat, termasuk dalam layanan dan penyediaan kesehatan. Tanpa bukti dan keahlian yang memadai untuk memberikan informasi dalam pengambilan keputusan para pemangku kebijakan, kabupaten tidak melihat KB sebagai prioritas. Pada waktu yang bersamaan, dana untuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengalami penurunan dan beberapa nomenklatur dinas KB di kabupaten digabung dengan program/dinas lain. Bersamaan dengan perubahan tersebut, pihak swasta mulai menyediakan layanan KB dengan berbagai layanan kesehatan lainnya

4 ADVANCE FAMILY PLANNING

Dengan kendali anggaran yang lebih besar di daerah, maka untuk mempertahankan dan mengembangkan layanan KB membutuhkan dukungan dari pemangku kebijakan di daerah. Disinilah kemitraan AFP di Indonesia berperan, melalui konsultasi dengan BKKBN, inisiatif ini dimulai dari skala kecil di Kabupaten Bandung dan Pontianak pada tahun 2010 kemudian meluas hingga ke Kabupaten Bogor, Karanganyar, dan Karawang pada tahun 2012.

Dengan menggunakan model yang melibatkan champion lokal dalam pokja advokasi, AFP membantu menghasilkan konsesus yang berkaitan dengan kebutuhan keluarga berencana di daerah, mengembangkan tujuan khusus advokasi, dan meningkatkan kapasitas untuk mengadvokasi perubahan keanggotaan pokja termasuk pejabat pemerintah, anggota asosiasi profesional kesehatan, dan perwakilan dari organisasi berbasis agama dan masyarakat sipil lainnya. Pada umumnya, Sekretaris atau Asisten Daerah menjabat sebagai ketua pokja. Anggota kelompol kerja meluangkan waktu mereka dengan sukarela, dan keanggotaan bervariasi tergantung pada kebutuhan masing-masing Kabupaten/Kota.

Dikarenakan secara historis pembiayaan untuk KB di tingkat kabupaten cukup rendah, pokja advokasi awalnya berfokus pada peningkatan sumber dana. Hasilnya dapat dilihat secara langsung. Pada tahun pertama advokasi AFP SMART, anggaran keluarga berencana meningkat antara 14%-170% di lima kabupaten.

Keberhasilan di awal ini bertepatan dengan momen penting: komitmen Indonesia di skala global pada London Summit on Family Planning pada tahun 2012. Pemerintah mendeklarasikan komitmen untuk untuk memasukkan keluarga berencana program Cakupan Kesehatan Semesta; untuk memperluas akses dan pilihan terutama di daerah miskin; dan untuk mempertahankan investasi negara sebesar 263,7 juta dolar Amerika dalam program keluarga berencana.3 Pendeklarasian komitmen KB ini dan keterlibatan Indonesia selanjutnya dalam kemitraan Keluarga Berencana 2020 (FP2020) membantu menghidupkan kembali komitmen di tingkat nasional —dan mendorong perluasan AFP ke tujuh kabupaten tambahan di empat provinsi di delapan tahun berikutnya. Secara total, seluruh kabupaten dan desa memobilisasi sebesar Rp 183,1 miliar (17,8 juta dolar Amerika) selama satu dekade terakhir (lihat Gambar 1).

2009–2012: TUMBUHNYA KOMITMEN DAERAH TERHADAP KB

Apa itu SMART?

Kelompok kerja advokasi di Indonesia menggunakan pendekatan AFP SMART. SMART merupakan sebuah pendekatan yang specific (spesifik), measurable (dapat diukur), attainable (dapat dicapai), relevant (relevan), dan time-bound (berjangka waktu) yang membantu merancang, mengimplementasikan, dan mendokumentasikan hasil berbasis bukti, sebuah strategi advokasi yang berbasis lokal.

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

GAMBAR 1:

10 Kota/Kab mengalokasikan hingga setara 17.8 dolar Amerika untuk anggaran program KB di daerah

Bogor

Bandung

Karawang

Ambon

Kuningan

Pontianak

Karanganyar

Tual

Bengkayang

Kapuas Hulu

$4,803,000

$3,844,000

$2,668,000

$1,972,000

$1,220,000

$698,000

$606,000

$259,000

$227,000

$212,000

Sumber: Kantor KB kota/kabupaten, dalam laporan monitoring Yayasan Cipta 2010-2020

Photo by Sarah Whitmarsh, Advance Family Planning

6 ADVANCE FAMILY PLANNING

2012–2015:PRIORITAS DAERAH YANG SESUAI KEBUTUHAN Di saat investasi keluarga berencana meningkat, AFP membantu memastikan sumber daya yang ada diarahkan untuk memenuhi kebutuhan kontrasepsi di daerah dengan lebih baik. Data menunjukkan lebih dari separuh perempuan tidak menginginkan anak lagi, tetapi hanya 13% yang menggunakan metode jangka panjang dan permanen (MKJP) untuk kontrasepsi —termasuk implan, IUD, serta sterilisasi pria dan perempuan.4 Kabupaten kini memiliki kesempatan untuk berinvestasi dalam:

» Promosi KB metode MKJP dan rujukan oleh petugas kesehatan masyarakat

» Pelatihan tambahan untuk dokter dan bidan tentang pemasangan implan dan IUD

» Transportasi perempuan pedesaan ke klinik dan rumah sakit untuk layanan MKJP, dan

» Penyediaan layanan MKJP gratis pada satu hari khusus di puskesmas.

Selama periode implementasi program peningkatan ragam kontrasepsi, penggunaan MKJP di 6 kabupaten dimana pendekatan AFP diterapkan meningkat.

Peluang baru muncul pada tahun 2014 dengan disahkannya Undang-undang nasional yang memberikan kewenangan kepada kepala desa untuk mengelola anggaran mereka sendiri. Meskipun anggaran desa tidak banyak —biasanya sekitar 28.000 dolar— para penggiat keluarga berencana melihat peluang untuk memprioritaskan keluarga berencana di tingkat administrasi terkecil ini.

Advokasi SMART efektif dalam meningkatkan metode kontrasepsi jangka panjang

Peningkatan ragam kontrasepsi di Indonesia (ICMM), yang merupakan sebuah riset operasional, menunjukkan bahwa penggunaan MKJP meningkat di enam kabupaten tempat berlangsungnya advokasi SMART, sedangkan di enam kabupaten kontrol yang tidak melakukan advokasi tidak ada perubahan. Dengan kegiatan advokasi, setelah pemimpin daerah meningkatkan pendanaan keluarga berencana dan menerapkan kebijakan yang mendukung, memperbesar peluang perempuan menikah menggunakan MKJP menjadi 1,12 kali lebih tinggi di tiga kabupaten di Jawa Timur, dibandingkan kabupaten pembanding. Sementara di tiga kabupaten di Nusa Tenggara Barat, kemungkinannya meningkat menjadi 1,31 lebih tinggi.

Selain itu, alokasi kabupaten untuk promosi KB dan penjangkauan masyarakat di kabupaten intervensi meningkat selama berlangsungnya program, dari rata-rata sekitar 75.000 dolar Amerika pada 2013 menjadi 100.000 dolar Amerika pada 2016.

Johns Hopkins Center for Communication Program memimpin riset operasional ini, dengan dukungan dari Universitas Indonesia dan Yayasan Cipta. Pendanaan program berasal dari DFAT, USAID serta Bill & Melinda Gates Foundation melalui AFP.

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

2016–2020:PEMIMPIN MENDUKUNG, MENGEMBANGKAN, DAN MENJAGA KEBERLANGSUNGAN ADVOKASI

Di tahun 2015, lebih dari 1.000 desa di tujuh kabupaten mengalokasikan dana untuk keluarga berencana, dari 75 dolar hingga 500 dolar Amerika per desa. Alokasi ini membantu menghidupkan kembali program KB berbasis masyarakat dan, dalam beberapa kasus, mengkoordinasikan kinerja tenaga pengelola KB di desa. Sebagai contoh, 124 dari 162 desa Karanganyar membentuk tim

Pada tahun 2016, pemerintah Indonesia melihat potensi untuk mereplikasi pendekatan advokasi AFP, sekaligus ingin mengelaborasi bagaimana pendekatan tersebut akan diterapkan di kabupaten dan provinsi yang lebih terpencil. Oleh karena itu, dimulailah pendampingan pendekatan AFP di Kota Ambon, Kapuas Hulu, dan Kota Tual pada tahun 2016. Meskipun kabupaten-kabupaten ini menerima dukungan AFP dengan jangka waktu yang sebentar, mereka dengan cepat mendapatkan keuntungan kebijakan dan pendanaan, yang membuktikan bahwa pendekatan SMART AFP dapat bekerja dalam konteks Indonesia manapun.

BKKBN mengadopsi pendekatan AFP

BKKBN menggunakan platform nasionalnya untuk meningkatkan capaian ini, dengan memperkenalkan pendekatan SMART melalui Kampung KB, sebuah inisiatif yang digagas oleh presiden di tahun 2016.

“Pada saat ini dan di masa yang

akan datang, advokasi menjadi

salah satu tumpuan dalam

suksesnya pelaksanaan KB di

Indonesia. AFP SMART, yang

kemudian diadopsi menjadi

BKKBN SMART, merupakan

sebuah pendekatan yang

terbukti bekerja dengan efektif

dalam usaha advokasi untuk

pemerintah daerah.”

— DEPUTY ADVOKASI, INFORMASI, DAN PERGERAKAN MASYARAKAT BKKBN

KB desa mereka sendiri pada September 2015, termasuk mengalokasikan anggaran yang mendukung kegiatan peningkatan kebutuhan dan pengembangan kapasitas petugas lapangan KB.

Secara bersamaan, advokasi di tingkat nasional pada tahun 2016 bersama BKKBN dan Kementerian Desa menghasilkan nota kesepahaman yang menjadikan KB sebagai program prioritas dalam APBD desa secara nasional.

8 ADVANCE FAMILY PLANNING

Hingga September 2017, upaya tersebut telah tercapai di sejumlah 346 desa di 25 kabupaten/kota di enam provinsi. Dengan dukungan dari proyek MyChoice, JHCCP Indonesia berinisiatif untuk mereformasi kembali keluarga berencana dan meningkatkan prevalensi kontrasepsi. BKKBN juga mengadaptasi pendekatan advokasi AFP menjadi “BKKBN SMART” dan memasukkannya ke dalam Strategi Advokasi Nasional pada tahun 2018 dan rencana strategis lima tahun pada tahun 2020. Dengan perencanaan strategis ini, 24 dari 34 provinsi serta 55 kabupaten di Indonesia telah membentuk pokja advokasi (lihat peta di halaman 3).

Keberlanjutan Advokasi di Daerah

Dengan diadopsinya BKKBN SMART, AFP ingin melihat apakah advokasi di kabupaten/kota prioritas akan berlanjut setelah dukungan berakhir. Salah satu kabupaten prioritas pertama, Bandung, lulus pada 2014, dan sembilan kabupaten/kota sisanya lulus pada 2017. AFP membantu mempersiapkan masing-masing pokja dengan menghubungkan mereka dalam dukungan pemerintah provinsi dan inisiatif baru milik pemerintah pusat seperti peningkatan cangkupan BKKBN SMART. Selain itu, pokja melakukan advokasi kepada pemimpin daerah untuk melanjutkan pendanaan operasional pokja Kabupaten/Kota setelah bantuan AFP berakhir. Provinsi Kalimantan Barat, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat mengalokasikan Rp5,53 miliar (471.900 dolar Amerika) antara tahun 2016 dan 2018 untuk replikasi.

AFP kemudian melakukan uji coba pengakhiran program di lima kabupaten yang telah lulus secara pendampingan, yaitu Ambon, Kapuas Hulu, Karawang, Kuningan, dan Tual.

Hasilnya, meskipun AFP tidak memberikan bantuan langsung kepada pokja di kabupaten/kota ini sejak Desember 2017, kelimanya tetap aktif dan memiliki rencana kerja tahunan. Selain itu, mereka berhasil mengadvokasi peningkatan sumber daya untuk keluarga berencana dan pengadaan dana operasional pokja kabupaten. Kabupaten-kabupaten ini telah mencapai 19 hasil cepat (quick wins) advokasi dan mengalokasikan sejumlah Rp 26,8 miliar (1,9 juta dollar Amerika) untuk KB termasuk Rp 838.660.000 (59.200 dolar Amerika) untuk dana operasional pokja

Masing-masing kabupaten telah menggunakan alokasi KB secara berbeda. Karawang, Kapuas Hulu, dan Tual menghabiskan sebagian besar anggaran mereka untuk meningkatkan permintaan layanan (demand generation), sementara Ambon berfokus pada peningkatan sistem informasi. Kuningan lebih berfokus pada baik layanan maupun permintaan. Alokasi untuk keluarga berencana juga berlanjut hingga desa-desa di Ambon, Karawang, dan Kuningan hingga 2019.

Photo oleh: Yayasan Cipta

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

2021 AND SELANJUTNYA: MASA DEPAN ADVOKASIDengan adanya pandemi COVID-19, kekuatan program keluarga berencana di Indonesia dapat dinilai. Pengalihan tenaga medis untuk merespon pandemi, pada akhirnya juga mengganggu kualitas keluarga berencana dan layanan kesehatan penting lainnya. Tingkat prevalensi kontrasepsi menurun hingga 37-40% di beberapa provinsi dan sekitar 600 bidan swasta terpaksa berhenti memberikan layanan karena ketidakmampuan mereka untuk mendapatkan alat pelindung diri.5,6 Alokasi anggaran untuk keluarga berencana dan dana operasional kabupaten mengalami penurunan tajam di tiga dari lima AFP geografis yang terpantau, berdampak pada kemampuan memberikan layanan dan melakukan advokasi.

Hambatan ini menunjukkan kerentanan advokasi KB dan perlunya advokasi yang berkelanjutan. Namun masih ada harapan —para penggiat advokasi berkolaborasi untuk memastikan keluarga berencana tetap diprioritaskan dan pemerintah berinvestasi dalam pembangunan dengan berkomitmen pada kemitraan Keluarga Berencana 2030 (FP2030).

KESIMPULAN Ketika Indonesia mulai melaksanakan sistem desentralisasi ke ribuan unit pemerintah di provinsi, kabupaten, dan desa, salah satu dampak positif dari perubahan ini adalah kekuatan pengambilan keputusan yang lebih dekat ke masyarakat. Hal ini kemudian menjadikan advokasi sebagai salah satu pendekatan strategis untuk keluarga berencana dimana keluarga berencana biasanya membutuhkan upaya yang kompleks dan memiliki banyak cabang. Bekerja dalam kemitraan dengan pemerintah pusat dan daerah, AFP telah berhasil menunjukkan bahwa advokasi SMART sukses dilakukan di semua tingkatan —bahkan dalam situasi dan di wilayah geografis yang menantang.

Dibutuhkan infrastruktur yang kuat untuk advokasi agar tidak hanya dapat berkelanjutan setelah pendampingan AFP berakhir, tetapi juga terus berkembang. Namun, adanya perubahan dalam pemerintahan dan keanggotaan pokja, dukungan keuangan yang tidak memadai, dan pergeseran prioritas politik dapat mengganggu perkembangan dan kemampuan untuk memantau hasil advokasi. Oleh karena itu, dukungan secara penuh, pendanaan berkelanjutan, keterlibatan para champion dalam kursi kepemimpinan dan menjaga akuntabilitas pemerintah, serta kemampuan untuk memantau kemajuan adalah kunci keberlanjutan advokasi.

Dibutuhkan infrastruktur dukungan untuk advokasi tidak hanya untuk dapat bertahan setelah AFP berhenti, namun juga terus tumbuh

10 ADVANCE FAMILY PLANNING

REFERENSI

TENTANG KAMI Advance Family Planning (AFP) merupakan inisiatif dari Bill & Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health di the Department of Population, Family and Reproductive

Health, the Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. Serta didukung oleh the Bill

& Melinda Gates Foundation, The David and Lucile Packard Foundation, dan the William and Flora Hewlett Foundation. AFP di Indonesia diimplementasikan oleh dua organisasi bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia, yaitu: Yayasan Cipta dan the Johns Hopkins Center for Communication Programs Indonesia.

Photo oleh: Sarah Whitmarsh, Advance Family Planning

1 Statistics Indonesia, National Family Planning Coordinating Board, Ministry of Health, and Macro International. (2008). Indonesia Demographic and Health Survey 2007. Retrieved from https://dhsprogram.com/publications/publication-fr218-dhs-final-reports.cfm.

2 National Population and Family Planning Board, Statistics Indonesia, Ministry of Health, and ICF. (2018). Indonesia Demographic and Health Survey 2017. Retrieved from https://dhsprogram.com/publications/publication-FR342-DHS-Final-Reports.cfm.

3 Family Planning 2020. (2013). London Summit on Family Planning Summaries of Commitment. Retrieved from http://familyplanning2020.org/sites/default/files/London_Summit_Commitments_12-2-2013_13.pdf.

4 National Population and Family Planning Board, Statistics Indonesia, Ministry of Health, and ICF. (2018). Indonesia Demographic and Health Survey 2017. Retrieved from https://dhsprogram.com/publications/publication-FR342-DHS-Final-Reports.cfm.

5 Indonesian Midwives Association. (2020). Challenges Encountered and Efforts Made by Midwives in Providing Access to Family Planning and Reproductive Health Services and Information during and after COVID-19 Pandemic [PowerPoint slides].

6 Listyawardani, Dwi. Ir. (2020). Situational Mapping, Plans and Strategic / Innovative Measures for the Provision of Access to Family Planning Services and Information during and post-COVID-19 Pandemic [PowerPoint slides].

REVITALISASI KEPEMILIKAN DAERAH ATAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA

AFP beserta mitra di Indonesia memberikan apreasiasi atas kontribusi dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) di tingkat Nasional dan Provinsi, khususnya Provinsi Jawa Barat, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, dan Maluku; Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP2P3AKB) Kota Pontianak; Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Bengkayang; Dinas Sosial dan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB) Kabupaten Kapuas Hulu; Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Ambon; Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) – Kota Tual; Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Kuningan; Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kabupaten Karawang; Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Karanganyar; Dinas Pengendalian Penduduk, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP2P3AKB) Kabupaten Bandung; Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor; Anggota Kelompok Kerja (DWG) Bandung, Bogor, Kuningan, Karawang, Karanganyar, Kota Pontianak, Kapuas Hulu, Bengkayang, Kota Tual, and Ambon.

INDONESIAJohns Hopkins Center for Communication ProgramsEddy Hasmi: [email protected]

Yayasan Cipta Dini Haryati: [email protected]

UNITED STATESBill & Melinda Gates Institute for Population and Reproductive Health

Johns Hopkins Bloomberg School of Public HealthMervyn Christian: [email protected]

UCAPAN TERIMA KASIH