revisian terbaru rangga

22
IV MANAJEMEN PROSEDUR PENETASAN TELUR SEBELUM MENETAS DI PT. CIBADAK INDAH SARI FARM (HATCHERY 05) (Oleh: Rangga Yusnan Iqbal) 200110110216 4.1. Abstrak Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan pada tanggal 7 Januari sampai dengan 1 Februari 2014 di PT. Cibadak Indah Sari Farm (CISF), tepatnya di Hatchery 05, Cirelek, Ds. Gunung sembung, Kec. Pagaden, Kab. Subang.Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui manajemen penanganan telur pra penetasan. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan observasi langsung di lapangan, metode diskusi atau wawancara, serta pengamatan data yang diperoleh dari perusahaan terkait serta dengan hasil dokumentasi. Kelengkapan sarana dan prasarana, serta prosedur yang diterapkan di PT. CISF yang sesuai dengan standart menjadikan proses penetasan telur berjalan dengan efektif dan efisien. KataKunci : Manajemen telur tetas, pra penetasan. 4.2. Pendahuluan

Upload: defara12345678

Post on 24-Nov-2015

189 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

ini adalah..... adalah kalian

TRANSCRIPT

IVMANAJEMEN PROSEDUR PENETASAN TELUR SEBELUM MENETAS DI PT. CIBADAK INDAH SARI FARM (HATCHERY 05) (Oleh: Rangga Yusnan Iqbal)200110110216

4.1. AbstrakPraktek Kerja Lapangan (PKL) dilakukan pada tanggal 7 Januari sampai dengan 1 Februari 2014 di PT. Cibadak Indah Sari Farm (CISF), tepatnya di Hatchery 05, Cirelek, Ds. Gunung sembung, Kec. Pagaden, Kab. Subang.Praktek kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui manajemen penanganan telur pra penetasan. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan observasi langsung di lapangan, metode diskusi atau wawancara, serta pengamatan data yang diperoleh dari perusahaan terkait serta dengan hasil dokumentasi. Kelengkapan sarana dan prasarana, serta prosedur yang diterapkan di PT. CISF yang sesuai dengan standart menjadikan proses penetasan telur berjalan dengan efektif dan efisien.KataKunci : Manajemen telur tetas, pra penetasan.4.2. Pendahuluan Penetasan telur ayam broiler dapat dilakukan secara alami maupun buatan. Awalnya penetasan telur ayam broiler dilakukan secara alami, namun banyak kendala salah satunya adalah sangat bergantung pada kemampuan induk ayam mengerami telurnya. Dalam suatu uaha peternakan unggas, metoda tersebut sudah mulai ditinggalkan, digantikan dengan metoda penetasan buatan, yaitu dengan bantuan mesin penetasan. Penetasan buatan dipandang lebih efisien dalam usaha ternak, karena dengan menggunakan induk buatan dapat melipat gandakan jumlah telur yang dieramkan tanpa harus menghadirkan induk, yang pada akhirnya menghasilkan anak ayam untuk memenuhi permintaan pasar.Penetasan buatan adalah bentuk modifikasi dari penetasan alami. Baik itu untuk memproduksi DOC yang nantinya akan menjadi bibit unggul atau komersil dan juga telur konsumsi. Kebanyakan perusahaan-perusahaan besar sudah menggunakan mesin tetas untuk dapat menetaskan telur dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang bersamaan. Oleh karena itu diperlukan prosedur dan manajemen yang baik dan benar guna dapat menunjang keberhasilan penetasan telur tersebut. Prinsip penetasan buatan adalah membuat lingkungan mikro yang sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan embrio hingga menjadi anak ayam. Lingkungan mikro yang dimaksud antara lain temperatur, kelembapan dan ventilasi.Bidang usaha PT. Cibadak Indah Sari Farm di hatchery 05 adalah penetasan telur yang nantinya akan menjadi bibit ayam broiler selama 21 hari. Hasil DOC dari hatchery 05 langsung dikirimkan ke farm farm PT Cibadak Indah Sari Farm dan beberapa perusahaan yang menjalin kerjasama dengan perusahaan ini. Beberapa farm yang menerima DOC dari hatchery 05 adalah farm Sanca. Dalam proses operasional di PT. Cibadak Indah Sari Farm menggunakan penetasan buatan modern merek Petersime dengan kapasitas 38.400/unit butir.Dalam menjalankan usaha penetasan, perusahaan PT. CISF bergantung pada beberapa faktor, diantaranya tatalaksana unsur-unsur yang berkaitan dengan proses penetasan, yaitu mulai dari pemeliharaan indukan dan tata laksana pemeliharaan, cara perkawinan, pemberian pakan yang sesuai untuk menghasilkan telur yang baik, seleksi telur dan perlakuan terhadap telur tetas hingga cara operasional mesin tetas. Keberhasilan proses penetasan dengan menggunakan mesin tetas sangat bergantung pada tata laksana atau pengoperasionalan mesin tetas.Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk mendalami tentang manajemn prosedur penetasan telur sebelum menetas di PT Cibadak Indah Sari Farm, yang dilakukan bersamaan dengan Praktek Kerja Lapangan. 4.3. Maksud dan Tujuan dari PKL ini., yaitu :4.3.1. Untuk mengetahui cara penanganan telur di PT. Cibadak Indah Sari Farm.4.3.2. Untuk Memperoleh wawasan dan pengetahuan praktis di lapangan mengenai usaha peternakan khususnya di bagian penetasan telur.4.4. Metode PengamatanMetode pengamatan yang yang dilakukan dalam studi Program Kerja Lapangan ini, yaitu :4.4.1. Pengamatan atau observasi secara langsung di lapangan yaitu dengan mengamati objek secara langsung di lapangan, pengambilan data dengan mengambil gambar dari objek, melakukan pengukuran terhadap objek yang memerlukan pengukuran.4.4.2. Metode diskusi atau wawancara yang dilakukan penulis kepada narasumber yang berkaitan tentang topik khusus yang diamati.4.4.3. Pengambilan data dengan mencatat data yang ada penanggung jawab disetiap bidang yang ada di unit penetasan.4.5. Hasil dan Pembahasan4.5.1. Struktur Organisasi di Hatchery 05 PT.CISFHatchery dalam industri broiler modern adalah tempat dimana berdiri bangunan dengan persyaratan tertentu yang didalamnya terdapat tempat mesin pengeraman (Setter), dan mesin penetasan (Hatcher). Persyaratan tempat dan bangunan penetasan berada, mengacu pada peraturan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jendral Peternakan, Kementrian Pertanian RI mengenai tatacarra berdirinya usaha pembibitan ayam.Hatchery 05 adalah salah satu hatchery PT. Cibadak Indah Sari Farm yang berlokasi di Kampung Cerelek Desa Gunung Sembung Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Hatchery ini didirikan pada tahun 2007, sampai sekarang hatchery ini dipakai untuk menetaskan telur Parent Stock. Sampai sekarang mesin yang dipunya berjumlah 24 tetapi yang dapat digunakan berjumlah 22 unit dengan kapasitas 38.400 telur/unit. Kelengkapan Hatchery terdapat bangunan-bangunan keamanan, mess, mushola, kantor, kantin, kamar mandi, dan bangunan hatchery. Struktur organigram di Hatchery PT. Cibadak Indah Sari Farm

Hatchery 05 dipimpin oleh seorang manajer yaitu Bapak Dudi Supriyadi S.pt yang bertanggungjawab langsung ke kantor pusat. Manager dalam kesehariannya dibantu oleh :A. Kepala Personalia : Bapak HarsonoB. Bendahara atau Kasir : Bapak BudiC. Kepala Quality Control : Ibu HeniD. Administrasi : Bapak Asep ToriE. Distribusi : Asep SupiyanurF. Kepala Distribusi : Bapak Abdul RohmanG. Qualiti Control Debris : Bapak WahyuRutinitas para karyawan hatchery 05 di bagi menjadi 3giliran karena penetasan harus selalu di jaga agar tidak ada kegagalan panen. Giliran pertama bertugas dari pukul 8.00 hingga pukul 16.00, giliran ke 2 bertugas dari pukul 16.00 hingga 24.00 dan giliran ke 3 bertugas pada pukul 24.00 hingga pukul 8.00. setiap giliran di lakukan oleh 2-3 orang karyawan yang setiap minggu nya mendapatkan jadwal giliran yang berbeda. Akan tetapi untuk bagian supervisor harus tetap berjaga jaga di dalam areal hatchery, apabila terjadi masalah di hatchery yang menyangkut proses penetasan, bukan masalah teknisinya. Oleh sebab itu di PT.CISF terdapat mess khusus yang memadai untuk para karyawannya.4.5.2. Sarana, Prasarana dan Tatalaksana PenetasanKeberhasilan dari suatu program penetasan sangat ditentukan dari tatalaksana penetasannya. Pada perusahaan pembibitan ayam broiler PT. Cibadak Indah Sari Farm, untuk memperoleh hasil penetasan yang baik maka dalam tatalaksana penetasannya dilengkapi oleh sarana dan prasarana penetasan. Prasarana yang terdapat di PT. Cibadak Indah Sari Farm yaitu ruang fumigasi, cool room, ruang setting, ruang candling, ruang debris, ruang hatcher, ruang grading/penyeleksian DOC ruang pencucian dan ruang karyawan. Fasilitas fasiltas tersebut merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh suatu pusat pembibitan yang diwajibkan sesuai dengan SOP PT. Cibadak Indah Sari Farm Hatchery 05.Ruang Shower merupakan salah satu bagian dari biosekurity perusahaan dalam upaya mencegah kontaminasi penyakit. Atau ruangan ini disebut juga ruang steril. Di dalam ruangan shower dilengkapi dengan alat shower yang berisi campuran air dengan desinfektan. Setiap orang atau karyawan yang berkepentingan untuk masuk ke dalam hatchery harus melewati ruang ini. Demikian pula para petugas hatchery diharuskan mengikuti peraturan tersebut untuk mencegah kontaminasi bibit penyakit dari luar. Ruang karyawan merupakan tempat kegiatan karyawan melakukan pendataan telur. Disamping itu juga digunakan untuk menyimpan simpan barang-barang seperti tray dan alat candling.Ruang fumigasi merupakan ruangan khusus untuk melakukan fumigasi terhadap telur tetas, kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan bibit penyakit yang mungkin menempel pada kerabang, sehingga tidak mencemari isi telur ataupun unit penetasan.Ruang Pendingin : ruang pendingin berfungsi untuk penyimpanan telur satelah di fumigasi dan sebelum telur dimasukkan ke dalam mesin setter, serta untuk kegiatan seleksi telur yang ke 2.Ruang Mesin setter : ruang ini dinamakan ruang setter karena diisi dengan mesim setter. Mesin setter adalah tempat menyimpan telur selama masa pengeraman berlangsung ( 18 hari). Selama telur berada di dalam mesin setter dilakukan pemutaran telur setiap satu jam sekali yang telah otomatis oleh mesin. Mesin ini diatur agar memiliki suhu konstan , yaitu 99,50 F dengan kelembaban 53%.Ruang blower : Ruang ini sesuai dengan namanya, dilengkapi dengan Blower ( kipas angin besar), yang berfungsi untuk mengembalikan suhu telur yang keluar dari cool room sebelum di masukan ke mesin setter, atau lebih dikenal dengan istilah telur di angin-anginkan. Telur berada pada ruang blower selama kurang lebih 4 jam hingga suhu telur stabil.Ruang candling : Ruang candling berfungsi untuk mencandling telur dari mesin setter sebelum masuk ke mesin hatcher. Pada perusahaan ini dilakukan candling pada hari ke 18 saat telur akan di pindahkan ke mesin hatcher.Ruang Mesin hatcher : Ruang ini merupakan tempat mesin hacther . (tetas) sehingga di sebut ruang mesin hatcher. Mesin ini berkapasitas 115200 butir telur berperan sebagai tempat menetaskan sehingga suhu ruang mesin tetas harus dipertahankan konstan, yaitu 98,2oF. Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek setiap jam.Ruang pencucian barang : Di ruang ini dilakukan kegiatan pencucian barang-barang seperti rak dan tray bekas penetasan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.Sebelum telur-telur tetas yang telah di seleksi dimasukan ke ruang penyimpanan, diperlukan usaha untuk menghilangkan bibit penyakit yang menempel pada kerabang, agar bibit penyakit itu tidak mencemari isi telur dan unit penetasan. Usaha yang terbaik adalah melakukan fumigasi. Cool room atau ruang pendingin berfungsi untuk penyimpanan telur satelah di fumigasi sebelum telur dimasukan ke mesin setter. Telur di simpan di cool room agar menghambat pertumbuhan embrio dalam telur karena usia telur yang akan masuk ke mesin setter tidak seragam, umum nya berusia 1-4 hari. Suhu dalam ruang penyimpanan sebaiknya diatur pada 17-19C dengan kelembapan 70 80 %. Ruang penyimpanan ini tidak memiliki jendela, dinding dan daun pintunya harus dilapisi bahan yang tidak mudah lapuk dan berjamur bila terkena air. Keadaan tersebut di atas sejalan dengan pendapat Rasyaf (1984), Ruang penyimpanan telur harus bertemperatur rendah agar bibit tidak rusak. Untuk ruang penyimpanan itu dibutuhkan temperatur 18,3oC dan meksimal penyimpanannya 14 hari. Kelembaban dalam ruang penyimpanan sebaiknya antara 75-80%. Ruang blower berfungsi untuk mengangin-anginkan telur yang keluar dari cool room sebelum di masukan ke mesin setter, telur di angin-anginkan agar suhu telur stabil. Manfaat penempatan telur di ruangan ini adalah agar suhu telur dapat berangsur-angsur naik sehingga bila dimasukan ke inkubator tidak menyebabkan turunnya suhu mesin tetas terlalu lama. Bila hal ini terjadi, maka telur yang terlebih dahulu berada dalam inkubator akan mengalami kegagalan menetas.Dalam mesin setter, telur di simpan selama 18 hari. Mesin ini memiliki suhu 99,5O F dengan kelembaban 53%. Temperatur ruang mesin setter maupun hacther harus konstan dan dicek setiap jam. Dalam mesin ini dilakukan pemutaran telur setiap satu jam sekali yang telah otomatis oleh mesin. Suhu yang berfluktuasi akan menyebabkan kegagalan dalam proses penetasan. Kegagalan ini ditandai dengan banyaknya telur tetas yang tidak menetas. Menurut B. Sarwono (2002) suhu mesin tetas harus dipertahankan agar suhu itu tetap antara 38,5-39oC atau berkisar antara 98-103oF. Suhu dan kelembaban udara di dalam mesin itu selalu tetap selama proses penetasan berlangsung.Ruang candling berfungsi untuk mencandling telur dari mesin setter sebelum masuk ke mesin hatcher. Pada perusahaan ini dilakukan candling pada hari ke 18 saat telur akan di pindahkan ke mesin hatcher. Hal ini dilakukan untuk dengan harapan Pemeriksaan telur seringkali dilakukan pada hari ketiga atau keempat, yaitu saat embrio sudah mulai tampak, embrio hidup akan terlihat bintik darah dengan dikelilingi akar darah (Rasyaf, 1984), sedangkan menurut Sarwono (2002), pemeriksaan telur menggunakan teropong lampu dilakukan pada hari ke-7.Dalam mesin hatcher telur sudah hampir menetas, di mesin ini telur di simpan selama 3 hari hingga telur menetas dan DOC siap panen. Setelah telur menetas atau setelah transfer telur dari setter ke hatcher, banyak rak-rak dan tray bekas telur yang kotor dan harus dibersihkan. Di Cv. Unggul farm, Selain dibersihkan dengan deterjen, penggunaan desinfektan sesudah barang-barang dicuci bersih sangatlah dianjurkan. Pencucian harus dilakukan dengan bersih agar tidak berakibat menurunnya daya tetas dan kesehatan bibit yang akan ditetaskan pada periode berikutnya.Tatalaksana penetasan dilakukan berdasarkan pada prosedur yang telah di tetapkan oleh perusahaan, dilaksanakan oleh sejumlah karyawan yang bertugas di bagian Penetasan. Kegiatan tersebut diantaranya, biosekuriti, yang mengatur lalu lintas manusia (pegawai) untuk mencegah kontaminasi penyakit dan menjaga sterilitas telur dari cemaran bakteri yang mungkin akan terbawa dari luar. Di Hatchery penetasan telur menggunakan mesin tetas ini bertujuan untuk menetaskan anak ayam dalam jumlah besar. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengontrol kondisi mesin tetas, terutama ketentuan sesuai dengan merk maupun modelnya. Proses kerja lapangan di PT. Cibadak Indah Sari Farm. Dalam hal penanganan telur, telur telur yang berasal dari farm- farm milik CISF diseleksi terlebih dahulu, dilihat dari warna kulit kerabang. Kulit kerabang yang berwarna coklat lebih bagus dari pada kullit kerabang yang berwarna putih, hal ini dikarenakan telur yang kulit kerabangnya coklat lebih dapat menyerap panas, sehingga lebih memudahkan dalam proses perkembangan embrio di dalam telur.Dalam hal fumigasi, di PT. CISF menggunakan larutan Potasium Karbonat dan Formalin dengan perbandingan 1 : 2, sedikit berbeda dari teori yang menggunakan larutan KMnO4. fumigasi dilakukan dengan menggunakan larutan formalin dan potasium karbnat dengan perbandingan 1:2, jadi potaiumnya sebanyak 200 gram sedangkan formalinnya sebanyak 400 ml dengan lama fumigasi sekitar 15-20 menit untuk 3 kali kereta tray sekaligus, ruang fumigasi tersebut luasnya sebesar 3x4 meter. Fumigasi telur bertujuan agar mematikan bibit penyakit yang menempel pada kerabang dan agar bibit penyakit tidak akan menular pada semua telur yang berada di hatchery sehingga tidak menyebabkan kegagalan pada proses penetasan. Setelah telur lolos dari seleksi pertama, kemudian telur di fumigasi, semua telur yang dari kandang harus di fumigasi agar mematikan bibit penyakit yang menempel pada kerabang dan agar bibit penyakit tidak akan menular pada semua telur yang berada di hatchery.Untuk menghindari masuknya mikro organisme penyakit dapat dilakukan beberapa cara. Menurut Siregar, dkk., (1975) menyatakan bahwa daya tetas telur yang mendapat perlakuan fumigasi lebih tinggi dari pada yang tidak. Selain itu persentase embrio yang mati pada kelompok telur yang tidak difumigasi lebih tinggi dari pada yang difumigasi .Menurut Rasyaf untuk fumigasi diperlukan formalin dan potasium permaganate. Kedua bahan tersebut dicampurkan untuk ruang tertutup 2,83 meter kubik. Gunakan yang mempunyai kekuatan tiga kali. Biarkan telur-telur tersebut terfumigasi selama 20 menit.Telur telur yang sudah difumigasi selanjutnya dimasukan ke dalam cooling room, tujuan dari telur dimasukan ke dalam cooling room adalah untuk membuat embrio-embrio telur dalam keadaan dorman sementara sehingga nantinya dapat berkembang secara serempak. Daya tetas telur juga dipengaruhi oleh kesegaran telur. Suhu di cooling room berkisar antara 17C - 19C, dengan kelembaban sekitar 70 80 %. Telur yang disimpan 4hari dalam suhu ruang didaerah tropis, waktu tetasnya akan bertambah 30 menit dan daya tetasnya akan berkurang 4% (Ngepkep Ginting, 1995). Oleh karena itu seharusnya telur harus segera ditetaskan jangan disimpan terlalu lama. Untuk menciptakan kondisi suhu yang benar benar akurat, maka cooling room di Hatchery 05 CISF ini menggunakan dua display, yang berada di dalam dan juga di luar ruangan, apabila terjadi ketidaksesuaian biasanya dikarenakan oleh banyaknya pegawai di dalam cooling room, dan pintu cooling room sering mengalami proses buka tutup. Pengecekan suhu untuk cooling room dilakukan satu jam sekali untuk mendapatkan hasil yang maksimal di dalam cooling room telur-telur diseleksi untuk kedua kalinya dengan indiikator yang sama pula, selain itu kativitas ddi cooling room selain seleksi telur adalah perhitungan suhu embrio telur dengan metode acak, untuk mengetahui sejauh mana mesin dari cooling room tersebut bekerja. Telur yang tidak lolos seleksi dijual sebagai telur konsumsi. Sebagian besar dibeli langsung oleh Agen telur sehingga para pembeli atau konsumen berhubungan langsung dengan Agen telur dan tidak dikelola oleh perusahaan. Di ruangan pre warm telur diangin anginkan menggunnakan kipas tujuannya adalah untuk menetralkan kembali suhu telur agar telur tersebut siap untuk dimasukan ke setting room. Posisi tray telur dalam kereta dorong harus zig-zag supaya aliran angina dapat masuk ke setiap sudut kereta telur. Proses penganginan ini berlangsung selama 12 jam, dimulai dari pukul 12.00 24.00 WIB. Selanjutnya masuk kedalam setting room. Jenis mesin yang dimiliki di PT. CISF adalah merek Peter Sime keluaran dari Belgia, jumlahnya ada 24 unit.Mesin setter adalah mesin pengeram yang berfungsi sebagai pengganti induk bagi telur.Lama telur berada dalam mesin setter adalah 18 hari. Setter tersebut disetting dengan suhu 98-99 0F dan humidity 84,5% , kadar CO2 0,05 % dan kemiringan rak 450 yang dimana didalam mesin setter tersebut terdapat sepasang sensor yang menggerakan posisi rak telur secara otomatis setiap satu jam sekali. Pada penetasan komersial biasanya terdapat dua inkubator yang terpisah. Inkubasi pertama dilaksanakan mulai telur dimasukkan sampai dengan hari ke 18. Suhu yang diperlukan berkisar antara 99,5-100F dengan kelembaban nisbi 60-65%. Selanjutnya pada hari ke 19 telur tetas dipindahkan ke inkubator kedua. Pada periode ini telur tetas sudah tidak perlu dibalik. Suhu yang diperlukan pada periode inkubator kedua ialah 98 - 99F dengan kelembaban nisbi 70 - 80%. Maksud dari penurunan suhu inkubator kedua ialah pada periode ini embrio sudah tidak mengalami proses pertumbuhan akan tetapi sudah memasuki proses penetasan, yang mana embrio justru perlu sedikit mengeluarkan panas didalam aktifitas untuk proses pemecahan kulit. Akan tetapi didalam periode ini untuk membantu keremahan kulit telur perlu kelembaban yang cukup tinggi yaitu 70 - 80%. Tujuan pembalikkan ini ialah untuk meratakan panas dan mencegah embrio berpindah melalui putih telur dan melekat pada selaput kerabang sehingga mati. (Widodo, 1999)Setelah 18 hari, telur telur tersebut dimasukan kedalam transfer room untuk dilakukan proses candling, dengan menggunakan alat candler, sehingga memudahkan dalam proses pengerjaannya, karena dapat dilihat dengan jelas, apabila cahaya masuk kedalam telur sehingga telur berwarna merah, menandakan bahwa telur tersebut infertile dan segera dimasukan kedalam rak telur konsumsi, sedangkan apabila cahayanya tidak masuk mendakan telur tersebut fertile, maka dengan alat vaccum egg telur ditempatkan dalam keranjamg untuk dimasukan dalam mesin hatcher. Pemeriksaan telur dilakukan untuk melihat keadaan telur dan perkembangan embrio selama proses inkubasi berlangsung. Di hatcher room telur telur yang masuk tersebut adalah telur yang siap untuk ditetaskan. Mesin yang digunakan dalam hatcher room sama dengan setting room dengan merek Peter Sime. Mesin yang ada di hatcher room berjumlah 24 buah.Telur yang masuk ke mesin hatcher berumur 19 hari sampai hari ke 21. Pada saat hari ke 20 dilakukan hatch window, yang bertujuan untuk melakukan perhitungan berapa telur yang sudah menetas, proses penghitungannya adalah dengan menghitung telur dalam keranjang atas, tengah, dan bawah. Setelah itu dipilih secara acak DOC lalu diukur suhu tubuhnya dengan menggunakan thermosvent untuk mengetahui suhu DOC tersebut agar mendapatkan hasil yang optimal.Pada hari ke 21 suhu pada mesin lebih rendah 1 derajat dan kelembabannya lebih tinggi satu derajat.Saat hatcher tepatnya pada hari ke 20, dilakukan pemberian formalin untuk warna kuning bulu DOC yang dilakukan setelah 25% DOC menetas.Ketika proses hatcher room selesai, maka selanjutnya adalah proses penyeleksian DOC, mulai dari Grade A, Grade B, Grade C, ataupun afkir. Setelah itu, masuk ke area Chick room, maka DOC siap untuk didistribusikan.

4.6. Kesimpulan dan Saran4.6.1. KesimpulanKeberhasilan dari suatu program penetasan sangat ditentukan dari manajemen penetasannya. Manajemen penetasan dilakukan berdasarkan pada prosedur yang telah di tetapkan pada perusahaan. Manajemen penetasan meliputi seleksi telur, fumigasi, setting telur, penanganan dalam mesin setter, candling, penanganan dalam mesin hatcher, hingga pemanenan DOC.4.6.2. SaranManajemen atau tatalaksana yang sudah menjadi aturan atau standard baku di PT. CISF hatchery 05 harus lebih ditekankan lagi, karena beberapa karyawan masih banyak yang sering melanggar prosedur tatalaksana tersebut.

Daftar Pustaka http://irishbebekfarm.wordpress.com/http://kalsel.litbang.deptan.go.id/http://sentralternak.com/Dr. Edjeng Suprijatna, Prof. Dr. Umiyati Atmomarsono, Prof. Dr. Ruhiyat Kartasudjana. ILMU DASAR TERNAK UNGGAS. Cetakan I 2005. Penebar Syadaya. Depok.Dr. Ir. Muhammad Rasyaf MS. Pengelolaan Produksi Telur. Cetakan III 1995. Kanisius. Yogyakarta.Ngepkep Ginting, 1995 .Menejemen telur tetas dari panen hingga DOC . Poultry Indonesia bulan Januari. No. 179 : 11 - 1 .Prof. Dr. Ruhiyat Kartasudjana, Dr. Edjeng Suprijatna. Manajemen Ternak Unggas. Cetakan II 2010. Penebar Swadaya. Depok.Rasyaf.1984. Pengelolaan Penetasan.Yogyakarta.Siregar, A.P., M.H. Togatorop dan Sumarni. 1975. Pengaruh beberapa tingkat konsentrasi