revisi refrat fix

Upload: astri-arri-febrianti

Post on 05-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Refrat

TRANSCRIPT

REFERAT

PENATALAKSANAAN HIPERTENSI PADA LAKTASI

Disusun oleh :Berty Mitsu YG 0001064Yunanto KurniaG 0002157Rina AstutiG 0004023Pradipto UtomoG 0005018

Pembimbing :dr. Wachid Putranto, Sp. PD

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDISURAKARTA2010BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANGDengan kemajuan teknologi abad ini, kematian yang disebabkan penyakit infeksi berkurang sedangkan penyakit sistem kardiovaskuler terus meningkat. Berkurangnya penyakit infeksi ini, kiranya disebabkan beberapa faktor yaitu:1. Perbaikan sosioekonomi masyarakat.2. Pemberantasan kuman penyakit yang efektif disertai dengan tindakan pencegahan penularan penyakit yang lebih baik.3. Diketemukannya obat-obat antibiotika yang baru.4. Meningkatnya penyuluhan kesehatan dan majunya promosi pengetahuan kesehatan.Pada masa modern ini hipertensi merupakan masalah yang umum terjadi dengan berbagai komplikasi seperti infark miokard, stroke dan gagal jantung yang merupakan penyebab kematian utama di banyak negara.1 Karenanya, penyakit sistem kardiovaskuler saat ini yang perlu segera ditangani dan merupakan masalah di masyarakat adalah penyakit tekanan darah tinggi.Meskipun prevalensinya cukup tinggi, pada umumnya sebagian besar penderita tidak mengetahui bahwa dirinya menderita tekanan darah tinggi, kadang-kadang tekanan darah tinggi ini diketemukan secara kebetulan waktu penderita datang ke dokter untuk memeriksakan penyakit lain. Di Indonesia prevalensi tekanan darah tinggi cukup tinggi, meskipun tidak setinggi di negara-negara yang sudah maju, yaitu sekitar 10%.2,3,4 Sedangkan WHO memperkirakan bahwa 20% dari umat manusia yang berusia setengah baya menderita tekanan darah tinggi.5 Bila penyakit tekanan darah tinggi tidak diobati, tekanan darah semakin meningkat dengan bertambahnya umur penderita, dan tekanan darah yang terus meningkat dapat memberikan komplikasi pada jantung, ginjal dan otak penderita. Oleh sebab itu, penyakit tekanan darah tinggi harus segera ditanggulangi.5Dari latar belakang tersebut, maka kami mengambil judul referat yang berhubungan dengan hipertensi, yaitu Penatalaksanaan Hipertensi pada Laktasi.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI1. HipertensiBerdasarkan sebabnya, hipertensi dibagi 2, yaitu:a. Hipertensi PrimerHipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.b. Hipertensi SekunderHipertensi yang diketahui penyebabnya.Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah menurut The Sevent Report of The Joint Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7):7Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7Klasifikasi Tekanan DarahTDS(mmHg)TDD(mmHg)

Normal< 120dan< 80

Prahipertensi120-139Atau80-89

Hipertensi derajat 1140-159Atau90-99

Hipertensi derajat 2 160Atau 100

B. PATOGENESISHipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama arena interaksi antara faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah:1. Faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis.2. Sistem saraf simpatisa. Tonus simpatisb. Variasi diurnal

3. Keseimbangan abtara modulator vasodilatasi dan vasokonstriksi:Endotel pembuluh darah berperan utama, tetapi remodeling dari endotel, otot polos dan interstisium juga memberikan kontribusi akhir.4. Pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem renin, angiotensin dan aldosteron.Kaplan menggambarkan beberapa faktor yang berperan dalam pengendalian tekanan darah yang mempengaruhi rumus dasar Tekanan Darah = Curah Jantung x Tahanan Perifer.7Baru-baru ini sejumlah penelitian menunjukan wanita yang aktif menyusui anaknya mempunyai kadar toleransi glukosa yang lebih baik (sedikit terkena diabetes), metabolisme lemak dan C-reactive protein (petanda radang). Baru saja beberapa penelitian menunjukkan semakin lama sang ibu menyusui bayinya semakin baik baginya diwaktu mendatang. Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa dampak dari menyusui terhadap obesitas, hipertensi, diabetes, hiperlipidemia dan CVD (penyakit jantung, stroke) diantara wanita pasca menopause di Amerika Serikat.6Bagian yang tidak terionisasi dari obat lewat dari plasma ke susu melalui membrane lipid semipermiabel sehingga tercapai kestabilan antara cairan ASI (ultrafiltrat susu) dan plasma. Yang tidak termasuk ultrafiltrat susu ialah bagian dari obat yang terikat pada plasma atau protein susu, dimana obat-obatan larut lemak larut dalam lemak susu.Ionisasi obat mungkin memainkan peran penting dalam transfer obat dari plasma ke susu. Karena pH susu manusia (sekitar 7,0) adalah kurang dari plasma (7,40), konsentrasi obat yang mencapai susu tergantung pada nilai pKa. Wilson dkk 3 telah menerbitkan rumus di bawah ini untuk memperkirakan rasio dari total obat dalam susu ultrafiltrate dibandingkan dengan plasma (rasio M / P) berdasarkan mengatur ulang persamaan Henderson-Hasselbach:Rasio obat asam M / P = Rasio dasar obat M / P = dimana phm = pH susu; PHB = pH darah dan PKT= Obat pKa. Secara umum, rasio konsentrasi ultrafiltrate M / P asam lemah kurang dari 1 dan untuk basa lemah lebih besar dari 1.Tingkat perjalanan obat sampai dalam susu bersifat dinamis, proses reversible ditentukan terutama oleh sifat fisio-kimia obat dan aliran darah mammae. Obat yang larut-lipid berlalu lebih cepat ke susu daripada kebanyakan obat-obatan larut-air. Agen terutama dalam bentuk terionisasi pada pH fisiologis berdifusi lebih lambat ke dalam susu. Ini tidak biasa puncak konsentrasi dalam susu tertinggal dari puncak konsentrasi dalam plasma karena lambatnya transfer ke susu dan untuk tingkat dalam susu untuk bertahan lebih lama daripada dalam plasma karena difusi kembali yang lambat ke dalam plasma. Perkiraan asupan obat pada bayi dapat dibuat jika tingkat dalam air susu ibu dan dosis yang diketahui. Faktor-faktor tertentu seperti mekanisme ekskresi neonatal imatur, penyerapan obat ibu, dan variasi pH ASI dapat mengubah perkiraan tingkat. Bayi yang baru lahir menerima rata-rata 165 ml / kg / hari susu. Oleh karena itu, formula yang digunakan untuk menghitung perkiraan dosis maksimal pada bayi adalah: puncak konsentrasi dalam susu (ng / ml atau / cekcok / ml) X 165 ml / kg / hari = dosis harian (ng atau / ig / kg / hari). Sebagaimana dicatat seluruh sisa dari tinjauan ini, spesimen plasma bayi jarang diukur dalam studi evaluasi ekskresi obat antihipertensi dalam ASI.C. GEJALA DAN TANDAMenurut kriteria WHO, penderita dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi bila tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 160 mmHg, tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 95 mmHg.4 Gejala yang dirasakan oleh penderita tekanan darah tinggi sangat individual sekali; kadang-kadang terasa:1. Pusing-pusing di seluruh kepala dan kadang-kadang sampai terjadi muntah-muntah.2. Rasa sakit dan kaku pada kuduk/leher bagian belakang.3. Penderita iritabel, mudah tersinggung dan mudah marah tetapi kadang-kadang penderita tidak merasa apa-apa.Tanpa pengobatan yang memadai, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan komplikasi berupa pembesaran jantung yang dapat berakhir dengan kegagalan jantung, iskemia/infark jantung yang sering menyebabkan kematian mendadak, perdarahan/gangguan peredaran darah otak, kegagalan fungsi ginjal yang dapat berakhir dengan kematian akibat uremia.

D. PENATALAKSANAAN1. Non MedikamentosaPedoman untuk mencegah tekanan darah tinggi:a. Batas terendah untuk tekanan darah tinggi adalah 160/90 mmHg walaupun tingkat ini belum memerlukan pengobatan tetapi sebaiknya diturunkan menjadi 140/90 mmHg.b. Seseorang yang umurnya lebih dari 40 tahun sebaiknya sering melakukan pemeriksaan tekanan darah tinggi.c. Jagalah kondisi badan agar tetap optimal dan berat badan janganlah berlebihan.d. Cara hidup yang teratur dan gunakan waktu seefektif mungkin, janganlah terlalu tergesa-gesa dalam menggunakan waktu ('kemrungsung'), sehingga dapat mengganggu kestabilan emosi.e. Hendaknya mengingat risiko-risiko yang tinggi untuk penyebab terjadinya tekanan darah tinggi misalnya: merokok, kolesterol dan kegemukan.f. Bagi seseorang yang telah menderita tekanan darah tinggi, dianjurkan memeriksakan diri ke dokter secara kontinyu dan tiga atau enam bulan sekali memeriksakan darah di laboratorium.Pada penelitian dengan memeriksa data dari 139,681 wanita pasca menopause (umur tengah 63 tahun) yang melaporkan paling sedikit melahirkan satu bayi hidup pada the woman Health Initiative observational study atau penelitian kontrol. Model multivariabel digunakan untuk mengontrol faktor sosiodemografik (umur, jumlah melahirkan, ras, pendidikan, pendapatan, umur saat menopause), gaya hidup dan riwayat keluarga saat dilakukan pemeriksaan dampak dari lama waktu menyusui dan faktor risiko untuk CVD, termasuk obesitas (BMI sama atau lebih dari 30), hipertensi, laporan diabetes, hiperlipidemia dan prevalensi serta incident CVD. Wanita yang mempunyai riwayat melahirkan dan menyusui bayinya lebih dari 12 bulan, lebih sedikit (20 % lebih rendah) yang menderita hipertensi, diabetes maupun hiperlipidemia. Perbandingan wanita yang saat menopause dan menderita Penyakit Kardiovaskular (Jantung atau stroke) lebih rendah 28 % dibandingkan yang tidak menyusui.62. Medikamentosaa. DiuretikDiuretik Tiazid diketahui menurunkan produksi ASI dan telah diketahui digunakan untuk menekan laktasi. Setelah studi kinetic dosis tunggal, khlorothiazida dan hidroklorothiazida ditemukan diekskresikan dalam level yang minimal pada ASI, dan diketahui belakangan bahwa level hidroklorothiazida tidak terdeteksi dalam ASI. Chlorhalidone juga menunjukkan rasio konsentrasi M/P yang minimal. Canrenone, sebuah metabolit aktif yang lemah dari Spironolakton diekskresikan dalam dosis yang minimal dalam ASI dan diragukan terdapat jumlah yang signifikan yang tertelan. Belum terdapat laporan tentang ekskresi Furosemid dalam ASI, tetapi penurunan produksi ASI dapat terjadi pada penggunaan diuretik ini.Furosemide diekskresikan dalam ASI (1,39). Tidak ada laporan mengenai efek samping terhadap infant. Diuretik Thiazid telah digunakan untuk mensupresi laktasi.Tidak diketahui apakah ada spironolakton yang tidak dimetabolisme diekskresikan ke dalam ASI. Carenone, hasil metabolisme utama dan aktif, ditemukan dalam rasio ASI : plasma 0,72 (2 jam) dan 0,51 (14,5 jam). Jumlah ini akan memberikan perkiraan maksimal 0,2% dari dosis harian ibu kepada bayinya. Efek jumlah ini terhadap infant tidak diketahui. Namun demikian perhatian harus diberikan pada fakta bahwa spironolaktor bersifat tumorgenik pada tikus.b. Beta-BlockerAtenolol diekskresikan ke dalam ASI. Obat ini ditemukan dalam jumlah yang secara signifikan lebih besar dibandingkan kadar dalam plasma. Kadar puncak dalam ASI setelah pemberian tunggal (50 mg) dan pemberian regimen selanjutnya (25100 mg/hari) adalah 3,6 dan 2,9 kali lebih besar dibandingkan dengan kadar plasma. Atenolol ditemukan dalam serum dan urin bay yang diberi ASI dalam beberapa penelitian. Penelitian lain tidak dapat menemukan adanya atenolol dalam serum bayi.Gejala berkaitan dengan blokade b-adrenergik diobservasi pada bayi menyusui, usia 5 hari, bayi perempuan, termasuk sianosis, hipotermia (35,5OC perrectal) dan bradikardi (80x/menit). Tekanan darah 80/40 mmHg. Selain temuan ini, pemeriksaan fisik lain adalah normal dan kultur bakteri dari beberapa lokasi negatif. Ibu yang telah diterapi atenolol secara oral, 50 mg setiap 12 jam, untuk hipertensi postpartum. Menyusui dihentikan 3 hari setelah onset gejala dan 6 jam kemudian gejala yang ditemukan membaik. Contoh ASI, dikumpulkan 10 hari pospartum dan 1,5 jam setelah pemberian 50 mg, berisi 469 ng/mL atenolol. Konsentrasi dalam serum infant, 48 dan 72 jam setelah menyusui adalah 2010 ng/mL dan 140 ng/mL. Waktu paruh dalam serum bayi adallah 6,4 jam. Dosis minimal harian yang diabsorbsi oleh bayi diperkirakan sampai 8,97 mg, sekitar 9% dosis ibu. Referensi tahun 1994, The American Academy of Pediatric menggolongkan atenolol sebagai obat yang cocok bagi masa menyusui, walaupun reaksi efek samping yang dilaporkan di atas tidak dicantumkan. Namun di tahun 1995 penggolongan ini direvisi dan dinyatakan akan dikelompokkan kembali berikutnya.Obat-obatan -Blocker ialah kelompok basa lemah dengan pKa rata-rata 9,2-9,5. ASI memiliki pH yang relative asam jika dibandingkan dengan plasma. Oleh karena itu, Obat-Obat ini sering terperangkap dalam ASI karena hasil dari ionisasi. Rasio konsentrasi M/P lebih dari 3 pada Atenolol, Metoprolol, dan nadolol, tetapi akumulasi jumlah atenolol dan metoprolol cukup banyak untuk menyebabkan efek yang merugikan atau terdeteksi dalam ASI. Mepindolol, sebuah analog yang kuat dari pindolol, dilaporkan memilik rasio konsentrasi M/P 0,6 setelah dosis tunggal 20 mg. Banyak peneliti telah mempelajari ekskresi dari Propanolol pada ASI dalam dosis yang bervariasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa rasio konsentrasi M/P Propanolol lebih rendah dari 1, sehingga ekskresinya tergantung dosis dan tidak terdapat efek merugikan yang terlihat pada bayi. Tidak ada laporan yang menyebutkan bahwa terdapat timolol atau pindolol dalam ekskresi ASI.c. Alfa-BlockerTidak ada laporan tentang penggunaan prazosin dalam laktasi yang dipublikasikan.d. Ca Channel AntagonistDiltiazem diekskresikan dalam ASI. Seorang perempuan usia 40 tahun, 14 hari postpartum, gagal diterapi dengan diltiazem, 4 x 60 mg/hari, karena kontraksi ventrikuler prematur yang resisten. Bayinya tidak boleh diberikan ASI selama masa perawatan. Pemeriksaan kadar serum dan ASI serial dilakukan beberapa kali pada hari keempat terapi. Kadar puncak dalam ASI sekitar 200 ng/mL, hampir sama dengan konsentrasi puncak dalam serum. Konsentrasi ASI dan serum hampir sama dalam perhitungan interval, dengan perubahan konsentrasi yang hampir sama. Data yang didapat mengindikasikan bahwa diltiazem didifusikan secara bebas ke dalam ASI. Dalam kasus terpisah, seorang ibu dengan bayi kembar berusia 6 bulan saat diterapi dengan diltiazem dan isosorbide dinitrate. Konsentrasi dalam ASI tidak ditentukan, tetapi kedua bayi hidup dan dalam kondisi baik dalam usia 6 bulan. Nifedipin diekskresikan ke dalam ASI. Perempuan dengan hipertensi menetap setelah persalinan prematur pada usia kehamilan 26 minggu diterapi dengan nifedipin 30 mg setiap 8 jam dalam 48 jam, kemudian 20 mg setiap 8 jam dalam 48 jam, kemudian 10 mg setiap 8 jam dalam 36 jam. Konsentrasi obat dalam ASI berhubungan dengan dosis dan jarak antara pemberian obat dan pengumpulan ASI. Konsentrasi puncak dan waktu adalah 53,35 ng/mL 30 menit setelah pemberian 30 mg, 16,35 ng/mL 1 jam setelah 20 mg, dan 12,89 ng/mL 30 menit setelah 10 mg. Perkiraan waktu paruh dalam ASI dari tiga dosis adalah 2,4 jam (30mg), 3,1 jam (20 mg), dan 1,4 jam (10 mg). Dibandingkan dengan kontrol, nifedipin tidak memiliki efek dalam komposisi ASI. Penulis menyimpulkan bahwa dalam jumlah ini, mewakili kurang dari 5% dosis terapi, memberikan resiko kecil terhadap bayi. Jika diinginkan, penundaan menyusui dalam 34 jam setelah pemberian secara signifikan mengurangi jumlah obat yang ditelan oleh bayi. Tidak ada laporan yang menggambarkan penggunaan amlodipin selama laktasi pada manusia. Berat molekul yang cukup rendah (sekitar 567 untuk garam besylate), menyebabkan ekskresi pada ASI dapat diperkirakan. Efek pada obat pada perawatan tidak diketahui.Verapamil diekskresikan ke dalam ASI. Dosis harian 240 mg menghasilkan kadar dalam ASI sebanyak 23% dari kadar dalam serum maternal. Kadar serum dalam infant adalah 2,1 ng/mL tetapi tidak dapat dideteksi (< 1 ng/mL) 38 jam setelah terapi selesai. Tidak ada efek dari paparan zat ini yang diteliti pada bayi. Pada kasus kedua, seorang ibu diterapi dengan 80 mg 3x sehari untuk hipertensi selama 4 minggu sebelum dihitung konsentrasi serum dan ASI. Konsentrasi stabil dari verapamil dan hasil metabolismenya, norverapamil, dalam ASI adalah 25,8 dan 8,8 ng/mL. Angka ini adalah 60% dan 16% dari konsentrasi dalam plasma. Peneliti memperkirakan bahwa anak yang diberi ASI menerima kurang dari 0,01% dari dosis yang diterima ibu. Verapamil atau hasil metabolismenya tidak dapat dideteksi dalam plasma anak.e. ACE InhibitorSecara umum, ACE inhibitor mempunyai molekul yang kecil sehingga memungkinkan molekul itu tertransfer ke dalam ASI. Dengan pengecualian captopril, metabolit aktif ACE inhibitor memiliki waktu paruh eliminasi yang panjang. Namun, metabolit itu diabsorbsi kurang baik secara oral. Data yang menggunakan ACE inhibitor pada menyusui dan berkaitan erat dengan captopril, enalapril, dan kuinapril, mengindikasikan bahwa obat itu tertransfer pada ASI. Meskipun kadar yang tertransfer pada bayi lewat ASI secara klinik tidak begitu relevan, terdapat cukup data untuk meningkirkan kemungkinan faktor resiko dari hipotensi neonatal, khususnya pada bayi preterm.Penggunaan captopril, enalapril dan kuinapril pada awal minggu-minggu pertama setelah melahirkan, tidak direkomendasikan sebab kemungkinan didapatkan hipotensi neonatal; khususnya berisiko pada bayi preterm. Penggunaan dapat dipertimbangkan pada bayi yang lebih tua jika ACE inhibitor diperlukan bagi ibunya. Disarankan untuk follow up pada bayi untuk melihat kemungkinan tanda-tanda hipotensi.Penggunaan ramipril, lisinopril, fosinopril, trandolapril, moexipril atau perindopril pada wanita menyusui, tidak direkomendasikan. Pengobatan alternatif dengan obat yang lebih aman.Captopril diekskresikan ke dalam ASI pada jumlah konsentrasi yang rendah. Pada 12 ibu diberikan 100 mg 3x/hari, rerata kadar puncak dalam ASI adalah 4,7 ng/mL dalam 3,8 jam setelah dosis terakhirnya (38,39). Hal ini mewakili rerata rasio ASI : plasma sebesar 0,012. Tidak ada perbedaan ditemukan dalam kadar captopril pada ASI sebelum dan sesudah konsumsi pemberian obat. Tidak ada efek dalam perawatan infant ditemukan. Pada sebuah investigasi yang menyeluruh tentang captopril dalam plasma manusia dan ASI menunjukkan penundaan ekskresi captopril dalam ASI, dengan level sekitar 0,6% dari level plasma maternal. Penelitian ini menunjukkan adanya restriksi selektif sebagian captopril dari darah ke dalam susu dan level yang aman untuk menyusui meski dengan dosis harian yang relative tinggi (300 mg per hari).f. Angiotensin II Receptor InhibitorTidak ada data penggunaan Angiotensin II Receptor Inhibitor yang tersedia. Obat ini juga bermolekul cukup kecil sehingga dapat lewat ASI dan dari beberapa penelitian yang tidak terpublikasi, ditemukan adanya ekskresi obat ini pada susu tikus yang menyusui. Namun bagaimanapun juga, kebanyakan Angiotensin II Receptor Inhibitor cukup tinggi terikat protein plasma ibu sehingga membatasi transfernya ke ASI. Efek paparan potensial pada wanita menyusui tidak diketahui.Selama ini tidak ada laporan tentang penggunaan valsartan, losartan maupun kandesartan selama laktasi pada manusia. Tetapi pada penelitian menggunakan tikus, oleh karena berat molekul ketiganya yang cukup rendah (valsartan sekitar 436, losartan sekitar 461 dan kandesartan sekitar 440), ketiga obat ini dapat dieksresikan lewat ASI tikus yang sedang menyusui. Efek ketiganya terhadap bayi menyusui belum diketahui.g. Agonis 2-AdrenergMeskipun metildopa secara luas digunakan untuk mengobati hipertensi pada kehamilan, tidak ada laporan penelitian lebih lanjut yang bertujuan memeriksa adanya ekskresi obat ini dalam ASI. Penelitian yang didahului oleh Jones dan Cummings menunjukkan rendah, level yang metildopa bebas yang acak pada ASI dari 4 ibu. Pada penelitian ibu-anak, metildopa yang diekskresikan dalam ASI memiliki level yang cukup tinggi untuuk diukur, level plasma yang rendah dalam ASI (White WB, data yang tidak dipublikasikan).Telah dilaporkan bahwa klonidin dalam jumlah yang sangat kecil dalam susu, dengan rasio konsentrasi M/P 1,5. Reserpin, obat antihipertensi yang jarang digunakan, dilaporkan muncul pada ASI, dengan efek yang mungkin merugikan pada bayi yaitu kongesti nasal dan peningkatan sekresi respirasi. h. VasodilatorHydralazin umumnya digunakan saat terjadi peningkatan tekanan darah saat trimester terakhir dan menjelang persalinan, tetapi jarang digunakan pada postpartum.Hidralazin juga diekskresikan ke dalam ASI. Pada pasien yang diterapi dengan 4 x 50 mg/hari, rasio ASI : plasma 2 jam setelah dosis yang dicapai adalah 1,4. Angka ini sesuai dengan prediksi yang dihitung dari pKa. Dosis hidralazin pada 75 ml ASI mencapai 13 g. Tidak ada efek yang berpengaruh pada bayi dengan konsentrasi sekecil ini.

Berbagai Obat Antihipertensi dengan M/P Tinggi, Sedang, dan Rendah

Medication Total Sample size High M/P 1.0 Intermediate M/P 0.5-1.0 Low M/P 0.1-0.5 Negligible M/P 0.1Reference

Beta blockers

Metoprolol 23 21 1 1 - (19-22)

Nadolol 12 12---(23)

Acebutolol 7 7---(9)

Atenolol 7 7---(24-26)

Sotalol 17 14 2 1 -(20,22,27,28)

Timolol 13 6 3 4 -(29)

Labetalol 3 2 1 - - (10)

Propranolol 13 1 8 4 -(28,30-34)

Ca channel blockers

Diltiazem 1 1 - - - (35)

Verapamil 1 - 1 - - (36)

Nimodipine 5 1 1 3 - (37)

Nifedipine 2 - - 2 - (38,39)

ACE inhibitors

Enalapril 9 - - 1 8 (40-42)

Captopril 11 -- - 11 (43)

Methyldopa 8 - 2 5 1 (17,18,44)

.

E. KESIMPULANSebuah penelitian di Amerika Serikat menyatakan bahwa wanita yang menyusui bayinya lebih dari 12 bulan, lebih sedikit yang menderita hipertensi, diabetes maupun hiperlipidemia (kolesterol tinggi) maupun stroke saat usia lansia. Sudah diakui peran diet dan olahraga teratur berperan dalam mengatasi penyakit jantung dan pembuluh darah, namun sangat sedikit yang mengetahui tentang efek dari keputusan seorang wanita yang menyusui sendiri anaknya.6Menyusui harus digalakkan dan dapat dilakukan dengan hati-hati dengan berbagai pilihan obat antihipertensi.Pada ibu dengan hipertensi ringan yang hendak menyusui bayinya pada bulan-bulan awal, para klinisi mempertimbangkan untuk tidak digunakan obat-obatan dengan pengawasan tekanan darah yang ketat. Setelah disapih, terapi antihipertensi dapat diberikan kembali.Untuk pasien dengan hipertensi yang agak berat dan penggunaan obat antihipertensi tunggal, para klinisi harus mempertimbangkan untuk pengurangan dosis, dan senajutnya dilakukan pengamatan yang intensif pada ibu dan bayi. Data yang tersedia memperlihatkan bahwa semua obat antihipertensi yang diteliti diekskresikan ke ASI, meskipun perbedaan dalam rasio ASI/plasma berhubungan dengan kelarutan dalam lemak dan derajat ionisasi dari obatobatan terhadap pH fisiologi. Kurangnya data mengakibatkan pemberian obat antihipertensi pada ibuibu menyusui harus diawasi penggunaannya untuk mencegah efek samping.Dari data-data di atas, diketahui bahwa contoh obat di atas, semuanya diekskresikan lewat ASI. Meskipun demikian, The American Academy of Pediatrics membolehkan penggunaan golongan Diuretik (misalnya: spironolakton), golongan Ca Channel Antagonist (misalnya: diltiazem, verapamil, nifedipin), golongan ACE inhibitor (misalnya: captopril, enalapril), golongan Vasodilator (misalnya: hidralazin) pada masa menyusui. Pada nifedipin penundaan menyusui dalam 34 jam setelah pemberian secara signifikan mengurangi jumlah obat yang ditelan oleh bayi. Penggunaan captopril, enalapril dan kuinapril sebaiknya jangan digunakan pada wanita menyusui pada awal minggu-minggu pertama setelah melahirkan karena kemungkinan didapatkan hipotensi neonatal, bayi preterm mungkin bisa terkena risiko. Pada ibu menyusui bayi yang lebih tua, penggunaan captopril, enalapril atau kuinapril dapat dipertimbangkan.Commitee on Drug (Komite Obatobatan) menganggap golongan Beta-Blocker (atenolol) cocok untuk masa menyusui, meskipun obat ini dikonsentrasikan dalam ASI sebagaimana metoprolol dan nadolol. Keberadaan ini tidak dimiliki oleh propanolol atau labetolol; karena alasan tersebut obatobat ini direkomendasikan juga.Penggunaan golongan Angiotensin II Receptor Inhibitor pada wanita menyusui, tidak direkomendasikan. Lebih disarankan untuk menggunakan obat yang kadar keamanannya sudah terbukti terutama selama menyusui bayi yang baru lahir atau lahir preterm.Penggunaan golongan Diuretik (thiazida dan furosemid) dapat mengurangi volume ASI dan mensupresi laktasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mayet J. Hughes A. : Hypertension : Cardiac and Vascular Pathophysiology . BMJ Publishing Group & British Cardiac Society. 2003. 89(9): 1104-1109.2. Dharmoyo Boedhi. Diagnose dan Penanganan Payah Jantung. Semarang: Simposium Penyakit Jantung. 19793. Imam Parsudi, A. Epidemiologi Hypertensi. Padang: Simposium Hypertensi Persatuan Ahli Penyakit Dalam. Desember 19774. Imam Parsudi, A. Penyakit Jantung Hypertensi. Semarang: Simposium Penyakit Jantung. 21 April 19795. WHO. Hypertensi. Pharos Belletin. I978; 46. Kusmana D. Wanita Menyusui Bayinya Lebih dari 12 Bulan Terhindar dari Penyakit Jantung dan Strok. 1 Juni 20097. Yogiantoro M. Hipertensi Esensial. Jakarta: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2006; 4; 610-6148. Healy M. Suppressing lactation with oral diuretics. Lancet 1961;1:1353-13549. Knowles JA. Drugs in milk. Pediatr Curr 1972;21:28-3210. Werthmann MW, Krees SV. Excretion of chlorothiazide in human breast milk. J Pediatr 1972;81:781-78311. Miller ME, Cohn RD, Burghart PH. Hydrochlorothiazide disposition in a mother and her breast-fed infant. J Pediatr 1982;101:789-79112. Mulley VA, Parr GD, Pau WK, Rye RM, Mould JJ, Siddle NC. Placental transfer of chlorthalidone and its elimination inmaternal milk. Eur Clin Pharmacol 1978;13:12413113. Phelps DL, Karim A. Spironolactone: relationships between concentrations in dethioacetylated metabolite in human serum and milk. J Pharm Sci 1977;66:120314. White WB, Andreoli JW, Wong SH, Cohn RD. Atenolol in human plasma and breast milk. Obstet Gynecol 1984;63:42-4415. Bauer JH, Pape B, Zajicek J, Groshang T. Propranolol in human plasma and breast milk. Am J Cardiol 1979;43:86O-86216. Levitan AA, Manion JC. Propranolol therapy during pregnancy and lactation. Am J Cardiol 1973;32:297-29917. Taylor EA, Turner P. Antihypertensive therapy with propranolol during pregnancy and lactation. Postgrad Med J 1981;57:427-43018. Karlberg B, Lundberg O, Aberg H. Excretion of propranolol in human breast milk. Acta Pharmacol Toxicol 1974;34:222-22419. Lewis AM, Johnston A, Patel L, Turner P. Mexiletine in human blood and breast milk. Postgrad Med J 1981:S7:546-54720. Smith MT, Livingstone I, Hooper WD, Eadie MJ, Triggs EJ.Propranolol, propranolol glucoronide, and naphthoxylactic acid in breast milk and plasma. Ther Drug Monitor 1983;5:87-93

1