review uji tarik-muhammad yaasiin salam-1306368394

38
PENGUJIAN MATERIAL REVIEW JAPAN INDUSTRIAL TESTING (JIS) Z 2241 Metallic materials-Tensile testing-Method of test at room Temperature MUHAMMAD YAASIIN SALAM 1306368394 Pengujian Material-01 Teknik Metalurgi Dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2015

Upload: muhammadyaasiinsalam

Post on 05-Jan-2016

153 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Review Uji Tarik-Muhammad Yaasiin Salam-1306368394

TRANSCRIPT

PENGUJIAN MATERIAL

REVIEW JAPAN INDUSTRIAL TESTING (JIS) Z 2241

Metallic materials-Tensile testing-Method of test at room

Temperature

MUHAMMAD YAASIIN SALAM

1306368394

Pengujian Material-01

Teknik Metalurgi Dan Material

Fakultas Teknik

Universitas Indonesia

2015

Pengantar

1. Ruang Lingkup

Standar ini berlaku untuk pengujian tarik di suhu 10o C sampai 35o C dan

berafiliasi dari standar ISO 6892-1:2009

2. Referensi

JIS B 7721, JIS B 7741, JIS G 0202, JIS Z 8401

3. Syarat dan Pengertian

Syarat dan pengertian sudah terdapat pada JIS G 0202, tentang

Fracture rupture

Ialah fenomena yang dianggap total dari pemisahan sample saat terjadi Rupture

point

4. Simbol dan Lambang

5. Dasar Umum Pengujian

Test yang diuji juga menguji regangan material dari tegangan tarik, test harus

berada di temperature ruang 10o C sampai 35o Ckecuali material yang spesifik. Test

harus dilakukan di suhu 23o C +/- 5o C

6. Benda Uji

6.1 Bentuk dan Dimensi

6.1.1 Umum

Biasanya digunakan sample hasil machining, casting, meski begitu material lain

yang memiliki luas penampang yang seragam tidak perlu di machining terlebih dahulu.

Penampang benda uji boleh berbentuk bundar, kotak, segi empat atau bentuk yang lain

yang seragam. Tes yang proposrsional harus memiliki hubungan diantara

gausge nya. Dengan Lo panganjang gauge, So luas penampang dan K=5.65 untuk

non proportional tes nilai k yang lebih tinggi boleh dibgunakan. Toleranci dari .benda uji

dijelaskan di Annex B dan Annex E

6.1.2. Machined Benda Uji

Benda uji hasil machining harus sesuairadius transisi antara grip dan parallel

portion. Ukuran dari transition radius sangat penting dan direkomendasikan harus

standard sesuai Annex 6.2. Bentuk grip boleh dalam berbagai bentuk tetapi garis benda

uji harus bertepatan dengan garis gaya beban yang diberikan. Panjang antara grip

harus lebih panjang dari gauge length.

6.1.3 Benda Uji yang tidak di Machining

Jika Benda uji tidak di machining maka panjang diantara grip harus cukup untuk

gauge marks dan masuk akal sesuai dengan Annex B to Annex E. Benda uji hasil cor

harus menggabungkan jarak antara akhir grip dan parallel portion. Ukuran Jarak ini

sangat penting dan disarankan memakai yang standard. Bentuk grip boleh dalam

berbagai bentuk dan Panajng parallel harus lebih besar dari original gauge length

6.1.4 Tipe Benda Uji

Tipe utama dari benda uji didefinisikan di Annex B dan di Annex E sesuai tipe

dan bentuknya sesuai table 2.1 an 2.2

6.3 Persiapan Benda Uji

Benda uji harus disiapkan sesuai spesifikasi yang diinginkan dan standard yang

relevan ( contoh JIS G 0416)

7. Menghitung luas Penampang

Dimensi dari benda uji harus dihitung titik yang cukup diantara gauge marks,

masing-masing dimensi benda uji harus dihitung mendekati 0.5% numerical values, dan

boleh ukuran 2 mm ke bawah mendekati 0.01 mm. Original cross section ialah rata-rata

cross sectional area, selain ituunbtuk alasan keamanan original cross section ialah

cross section yang paling kecil. Akurasi dari perhitungan bentuk tipe dan cara

penggunaan cross section dicantumkan di Annex B dan Annex E.

8. Menandai panjang Gauge

Setiap ujung dari original gauge length harus ditandai dengan tanda yang

terlihatbaik dan jelas, tetapi tidak di bagian perpatahan.Untuk Uji yang proporsional

perhitungan gauge length mendekati 5 mm dengan beda perhitungan tidak lebih dari

10% Lo dan panjang tanda tidak lebih dari akurasi +/- 1%. Original gauge length harus

dihitung mendekati ketelitian 0.1 mm dan dihtung dengan extensiometer dengan

kesalahan tidak lebih dari 1.0%

9. Ketepatan Mesin

Mesin untuk Uji Tarik harus kelas 1 dan memenuhi kriteria JIS B 7721

9.2 Extensiometer

Untuk menghitung proof strength (plastic extension atau total extension),

extensiometer yang digunakan harus kelas 2 atau lebih baik sesuai spesifikasi

JIS B 7741 dengan jarak aplikasi penggunaannya juga.

10. Kondisi Tes

10.1 Setting gaya nol

Menghitung gaya harus di set pada keadaan nol setelah gaya diberikan

telah digunakan tetapi sebelum benda uji dijepit. Setelah setting nol ditetapkan maka

tidak boleh berubah selama tes berlangsung.

10.2 Metode Pencekam

Benda uji harus dijepit dengan berbagai cara seperti wedges, ulir, parallel

jaw face atau pegangan bahu. Grip ini menahan benda uji saat beban diaplikasikan

untuk meminimalisir lengkungan. Untuk mendapatkan grip uji yang kuat maka tidak

boleh terjadi yield lebih dari 5 % di grip dan dikuatkan dengan perhitungan

Extensiometer efek dari gaya yang diberikan.

10.3 Laju Tes

Laju tes ini di atur di ISO 6892-1 dan digunakan cara A sebagai Annex JB

10.3.1 Laju tes Secara Umum

Laju tes harus disesuaikan dengan permintaan sesuai dengan

material yang digunakan, maka bisa dilihat di (figure 9)

10.3.2 Yield Strength dan Proof Strength

10.3.2.1 Upper Yield Strength ReH

Laju tegangan diberikan di table 3. Bila ini dilkonttrol dengan

crosshead separation rate, maka laju ini akan tetap konstan dalam

sesuai dengan laju tegangan.

10.3.2.2. Lower Yield Strength Rel

Jika hanya lower yield yang dapat dihitung, laju regangan selama

proses yield dari benda uji ialah 0.00025/s dan 0.0025/s. Laju

regangan di parallel portion haruslah dijaga konstan. Jika laju

regangan tidak bisa dihitung langsung maka bisa dihitung melalui

crosshead sebelum yield dimulai.

10.3.2.3 Upper Yield Strength dan Lower Yiled Strength Reh dan Rel

Jika upper dan yield dapa tdihitung maka kondisi perhirungan

loweryield strength dapat dilihat di (10.3.2.2.2)

NOTE 3 : Jika celah ada di tengah-tengah luasnya (figure 17),ketika bagian perpatahan

dari perpotongan benda uji berbentuk datar dipasang kembali, perpanjangan yang

terjadi dapat diperoleh dengan perpanjangan antara gauge marks O1O2 termasuk jarak

CP dari celah.

20.2 Jika pengukuran perpanjangan dengan menggunakan extensometer tidak perlu

memberi gauge marks (panjang ukur) lagi. Persentasi elongasi setelah fracture harus

diperoleh dengan elastic elongation dikurangi oleh elongasi perpatahan.

Extensometer yang digunakan harus memiliki panjang ukur sama dengan

panjang ukur asli pada benda uji dan dapat mengukur perpanjanngan dengan akurasi

0,5 % dari gauge length.

20.3 Jika elongasi dari benda uji non-proposional diukur dengan panjang ukuran

asli,dapat dikonversikan menjadi elongasi poroposional dengan rumus atau table sesuai

ISO 2566-1 dan ISO 2566-2.

21. Mengukur persentase reduksi luas pada Z

Persentase reduksi luas dapat dihitung menurut

3.8. Peresentase reduksi luas pada z dapat dihitung dengan persamaan berikut

Z = 𝑆𝑂−𝑆𝑈

𝑆𝑂

So : original luas penampang dari bagian paralel

Su : minimum luas penampang setelah perpatahan

NOTE : ISO 6892-1 menjelaskan minimum luas penampang setelah perpatahan dapat

diukur dengan akurasi kurang lebih 2%.

22. Laporan Pengujian

Laporan pengujian sekurang-kurangnya memuat item berikut kecuali disepakati

antara pihak-pihak yang bersangkutan. Item tersebut antara lain :

a) Referensi standar JIZ Z 2241

b) Identifikasi specimen

c) Tipe material

d) Bentuk specimen

e) Posisi specimen dan arah specimen

f) Hasil pengujian

Hasil pengujian menurut JIZ Z 8401 mnegandung nilai-nilaia antaran lain :

- Nilai kekuatan : dala MPa

- Nilai yield point : 0,1%

- Persentase elongasi perpatahan : 1%

- Persentase perpanjangan dan elongasi lainnya: 0,5%

- Persentase reduksi luas : 1%

23. Ketidakpastian Mengukur

23.1 Umum

Menganalisis ketidakpastian dalam mengukur bertujuan untuk mengidetifikasi

sumber utama dalam inkonsitensi dalam hasil pengukuran.Produk standar dan sifat

material menjadi bagian yang berkonstribusi dari ketidaktpastian dalam mengukur.

23.2 Kondisi Pengujian

Ketidakpastian pengukuran diperkirakan tidak akan digunakan untuk menilai

kepatuhan terhadap standar produk, kecuali dinyatakan secara khusus diinstruksikan

oleh penguji.

ANNEX B ( NORMATIF)

JENIS BENDA UJI YANG DIGUNAKA UNTUK PRODUK TIPIS 0.1 mm atau LEBIH

dan MENGECUALIKAN KETEBALAN 3mm

NOTE : untuk produk yang ketebalannaya kurang dari 0.5 mm, tindakan pencegahan

khusus mungkin diperlukan

B.1.Bentuk Benda Uji

Umumnya,ketebalan dari benda uji dapat dari ketebalan asli pada produknya,dan

daerah gauge ends harus lebih lebar dari panjan paralelnya.Panjang parallel Lc harus

terhubung ke gauge ends dengan trasisi jari-jari yang ditunjukkan table B.1 . Lebar

ujung gauge ends harus 1,2 kali atau lebih lebar dari bagian parallel bo.Pada produk

dengan lebar sama atau kurang dari 20 mm,ukuran lebar mungkin bisa sama dengan

lebar asli produk.

B.2. Dimensi Benda Uji

Ketika mengukur dimensi dari benda uji toleransi pada perubahan dimensi yang

diberikan bia dilihat pada table B.1.

Tipe

Benda

Uji

Lebar

Bagian

parallel

bo

Toleransi

©

Original

gauge

length

dari

benda uji

Lo

Transisi

jari-jari R

Panjag Paralel Lc Minimum

panjang

bebas

antara grip

untuk

samping

benda uji

Tipe dari

benda

uji

dalam

ISO

standard

(d)

Min Recommended

No.

13 B

12.5

±0.5 (b) 0.06 50 20-30 57 75 87.5 1

No.

13 A

20±0.7

(b) 0.1 80 20-30 90 120 140 2

No.5 25±0.7

(b) 0.1 50(a) 20-30 60(a)

not

specified 3

NOTES:

a) hasil pengukuran diperoleh dengan menggunakan benda uji ini mungkin berbeda

dengan benda uji jenis lain

b) berbagai lebar diperbolehkan untuk masing-masing jenis potongan uji

c) nilai maksimum perubahan dimensi diperbolehkan pada panjang paralel seluruh Lc dari

benda uji

d) menggunakan ISO 6892-1

Lebar nominal potongan uji dapat digunakan, bila toleransi pada dimensi nominal

sesuai dengan tabel B.2. dengan menghindari pengukuran lebar potongan uji pada saat

tes

Nominal Lebar Benda Uji Toleransi Minimal Lebar (mm)

12.5 ± 0.02

20 ±0.02

25 ±0.04

B.3 Preparasi Benda Uji

Potongan benda uji harus disiapkan agar tidak mempengaruhi sifat-sifat

sample.Semua area yang telah dikeraskan dengan shearing atau pressing akan

dihapus dengan machining, ketika efek daripadanya pada hasil tes dapat

diketahui.Untuk produk yang sangat tipis, dianjurkan bahwa strip lebar identik harus

dipotong dan dirakit menjadi bundel dengan lapisan menengah kertas yang tahan

terhadap minyak pemotongan.

B.4 Penentuan luas penampang asli So

Penentuan luas penampang asli So dapat dihitung dengan pengukuran dimensi

benda uji.

ANNEX C (NORMATIF)

TIPE BENDA UJI YANG DIGUNAKAN UNTUK KAWAT dan BATANG DENGAN

DIAMETER KURANG DARI 4mm

C.1 Bentuk Benda Uji

Umumnya bentuk benda ujinya bagian unmachined dari produk (figure 12 )

C.2 Dimensi Benda Uji

Dimensinya bisa dilihar dari figure C.1

Tipe BendaUji Original gauge length pada

benda uji Lo

Jarak antara grips (a)

NO.9A 100±1 150min

NO.9B 200±2 250min

Notes : a) saat pengukuran perpanjangan setelah patah tidak diperlukan, minimum 50

mm dapat diterapkan untuk jarak antara pegangan

C.3 Preparasi Benda Uji

Jika produk dikirimkan melingkar, perawatan harus diambil dalam meluruskan itu

C.4 Penentuan luas penampang asli So

Dimana : m : massa benda uji (g)

: Densitas dari benda uji (g/cm3)

Lt : Total panjang benda uji (mm)

ANNEX D (NORMATIF)

TIPE BENDA UJI LEMBARAN DENGAN KETEBALAN 3 mm ATAU LEBIH, dan

KAWAT SERTA BATANG DENGAN DIAMETER 4mm ATAU LEBIH

D.1 Bentuk Benda Uji

Dalam kasus di mana benda uji di machined, bagian paralel harus dihubungkan

dengan rata-rata transisi memiliki radius tertentu untuk grip yang mungkin dari setiap

bentuk yang sesuai untuk mengatasi dari mesin uji.Minimum transisi radius antara

gripped ends dan parallel portion harus mengikuti :

a) Do =0.75 (do : diameter dari porsi parallel)

b) 12mm; benda uji yang lain

Secara umum , benda uji berbentuk kawat dan batang dengan penampang

melingkar setelah di machining tidak harus kurang dari 3mm.

D.2 Dimensi Benda Uji

D.2.1 Bagian Paralel dari Benda Uji Yang Machined

Harus mengikuti kaidah-kaidah

a) Lo+do/2 atau lebih untuk kawat dan batang berbentuk silinder pada benda uji

b) Lo+1,5 𝑆𝑜 atau lebih untuk benda uji lain

D.2.2 Panjang Benda Uji Yang unmachined

Panjang bebas antara cengkeraman mesin pengujian harus cukup untuk tanda

pengukur setidaknya jarak 𝑆𝑜 dari genggaman.

D.2.3 Original Gauge Length Pada Benda Uji Lo

D.2.3.1 Proposional Benda Uji

Dimana : Lo: Original gauge length

K : 5.65

So : luas penampang asli bagian parallel

K Diameter bagian

parallel do (mm)

Minimum Panjang

parale Lc (mm)

5.65 20±0.7 100 110

5.65 14±0.7 70 77

5.65 10±0.7 50 55

5.65 5±0.5 25 28

D.2.3.1.1 No.14 Benda Uji

Untuk bentuk dan Dimensi No.14 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.1

Lo Lc R

5.65 𝑆𝑜 5.5 do-7do 15min

Dalam satuan mm

Untuk bentuk dan Dimensi No.14 B untuk bentuk uji dapat pada gambar D.2

bo Lo Lc R ao

8ao max 5.65 𝑆𝑜 Lo+ 1.5 𝑆𝑜- Lo

+2.5 𝑆𝑜

15min Ketebalan asli

dariproduk

Dalam satuan mm

D.2.3.1.2. No.2 Benda Uji ( specific to JIS)

Untuk bentuk dan Dimensi No.2 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.3

Diameter atau lebar plat Lo Lc

Original Diameter atau

lebar plat pada produk

8do Lo+2do min

Dalam satuan mm

D.2.3.2 Non-proposional Benda Uji

Lc harus Lo+bo/2 atau lebih.Dalam kasus lain Lc=Lo+2bo harus digunakan

kecuali a panjang sampel tidak mencukupi.

D.2.3.2.1 No.4 Benda Uji (specific to JIS)

Untuk bentuk dan Dimensi No.4 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.4

do Lo Lc R

14±0.5 50 60min 15min

Dalam satuan mm

D.2.3.2.2 No.8 Benda Uji (specific to JIS)

Untuk bentuk dan Dimensi No.8 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.5

Tipe Benda Uji Dimesi dari

sampel

Lc Do R

8A Approx.13 Approx.8 8 16 min

8B Approx.20 Approx.12.5 12.5 25min

8C Approx.30 Approx.20 20 40min

8D Approx.45 Approx.32 32 64 min

Dalam satuan mm

D.2.3.2.3 No.9 Benda Uji

No.9 benda uji sesuai gambar pada C.1.

D.2.3.2.4 No.10 Benda Uji (specific to JIS)

Untuk bentuk dan Dimensi No.10 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.6

do Lo Lc R

12.5±0.5 50 60min 15min

D.2.3.2.5 No.1 Benda Uji

Untuk bentuk dan Dimensi No.1 untuk bentuk uji dapat pada gambar D.7

Tipe Benda Uji bo Lo Lc R

1A 40±0.7 200 220 min 25min

1B 25±0.7 200 215 min 25min

Dalama skala mm

D.2.3.2.6 No.5 Benda Uji

Benda uji No.5 sesuai degan table B.2 .Bagaimanapun transisi radius dapat

15mm atau lebih.

D.2.3.2.7 No.13 Benda Uji

Benda uji No.13 sesuai degan table B.2

D.3 Preparasi BendaUji

Toleransi lebar,diameter pada bendauji harus seperrti yang diberikan table

D.3 dan D.4Contoh penerapan toleransi ini adalah sebagai berikut ;

a) Toleransi Pada Machining ketika Menggunaka Dimensi Yang Nominal Untuk

Perhitungan

Ketika menggunakan dimensi nominal selain daripada nila ukur untuk mengukur So

ada benda uji harus memiliki dimensi luar dengan dua nilai yang diberikan dalam table

D.4

Sebagai contoh ±0.02 mm diameter nominal untuk 10mm

10mm + 0.02 mm = 10.02 mm

10mm - 0.02 mm = 9.98 mm

b) Toleransi Perubahan Dimensi

Tabel D.3 akan menunjukka tolerasi perubahan dimensi pada lebar,diameter atau

traverse pada benda uji

Penunjukan Nominal diameter,lebar dan

traverse

Toleransi Perubahan Dimensi

diameter

benda uji

lebar

lingkaran

penampang

dan empat

melintang

potongan uji

dengan

penampang

persegi

≥ 3

≤ 6

0.03

≥ 6

≤ 10

0.04

≥ 10

≤ 18

0.04

≥ 18

≤ 30

0.05

lebar datar

bentuk mesin

benda uji

hanya pada

lebar kedua

arah sisi

≥ 3

≤ 6

0.03

≥ 6

≤ 10

0.04

≥ 10

≤ 18

0.06

≥ 18

≤ 30

0.10

≥ 30

≤ 50

0.10

Tabel D.4 akan menunjukkan tolerasi nominal dimensi untuk perhitungan original

cross-sectional

Penunjukan Nominal diameter,lebar dan

traverse

Toleransi Perubahan Dimensi

diameter

benda uji

lebar

lingkaran

penampang

dan empat

melintang

potongan uji

dengan

penampang

persegi

≥ 3

≤ 6

±0.01

≥ 6

≤ 10

±0.02

≥ 10

≤ 18

±0.03

≥ 18

≤ 30

±0.06

lebar datar

bentuk mesin

benda uji

hanya pada

lebar kedua

arah sisi

≥ 3

≤ 6

±0.01

≥ 6

≤ 10

±0.02

≥ 10

≤ 18

±0.03

≥ 18

≤ 30

±0.06

≥ 30

≤ 50

±0.10

D.4 Menentukan Luas Penampang So

Untuk semua bentuk dari benda uji ,luas penampang awal dapat dihitung dengan

mengukur dimensi yang sesuai.

ANNEX E (NORMATIF)

TIPE BENDA UJI TABUNG

E.1 Bentuk Benda Uji

Bentuk potongan benda uji harus berbentuk tabung, memanjang benda uji

berbentuk potongan yang memiliki ketebalan dinding asli tabung atau melintang

berbentuk benda uji datar(gambar 14 dan gambar 15). Juga, ada potongan uji

berbentuk batang yang diambil dari penampang tabung.

E.2 Dimensi Benda Uji

E.2.1 Benda Uji Berbentuk Tabung

Benda uji berbentuj tabung mungkin dihubungkan pada kedua ujungnya. Interval

antara setiap penghubung dan tanda ukur terdekat harus lebih besar dari Do/4. Dalam

kasus berlawanan, interval akan besar dari Do/4 kecuali ada sampel cuku panjang.

E.2.1.1 Proposional Benda Uji

E.2.1.1.1 Benda Uji No.14C

Bentuk dan dimensi benda uji No.14 C dapat dilihat pada gambar E.1.Luas

penampang benda uji No.14 C harus dipotong dari produk tabung.Benda uji No.14 C

harus dipasang di pegangan ujung. Dalam kasus panjang bagian yang diperbolehkan

untuk merusak tanpa menyentuh colokan harus berada dalam kisaran dari (Lo+Do/2) ke

(Lo+2Do),tapi (Lo+2Do) lebih baik

E.2.1.2 Non-proposioanl Benda Uji

E.2.1.2.1 Benda Uji No 11 (spesifik untuk JIS)

Bentuk dan dimensi benda uji No.11 dapat dilihat pada gambar E.2.Luas

penampang benda uji No.11 harus dipotong dari produk tabung. Benda uji No.11

pegangan disisipkan dengat logam atau ditekan datar dengan memalu.

E.2.2 , Longitudinal benda uji berbentuk potongan atau melintang berbentuk

benda uji datar

Panjang paralel Lc longitudinal benda uji berbentuk memanjang tidak akan

diratakan, ujung mencengkeram dari potongan uji dapat diratakan.

E.2.2.1 Proposional Benda Uji

E.2.2.1 .1 Benda Uji No.14 B

Benda uji No.14 B dapat dilihat gambar D.2

E.2.2.2 Non- proposional Benda Uji

E.2.2.2.1 Benda Uji No.12 (spesifik JIS)

Bentuk dan dimensi benda uji No.12 dapat dilihat pada gambar E.3. Luas

penampang benda uji No.12 harus dipotong dari produk tabung,pegangan diratakn

dengan memalupada temperature kamar.

E.2.3 Benda Uji Berbentuk Batang

Metode sampling potongan uji harus sesuai dengan standar produk

E.3 Menentukan Luas Penampang So

Luas penampang asli berbentuk tabung :

Keterangan :

m = massa benda uji (gr)

: Densitas dari benda uji (g/cm3)

Lt : Total panjang benda uji (mm)

Luas penampang asli longitudinal bebbentuk potongan:

Keterangan :

ao = Tebal tabung

bo = rata-rata lebar benda uji

Do= diameter luar tabung

ANNEX F (NORMATIF)

ESTIMANSI TINGKAT PEMISAHAN CROSSHEAD DALAM PERTIMBANGAN

KEKAKUAN MESIN UJI

Deformasi dapat dipisahkan menjadi deformasi elastic dari peralatan pengujian

dan deformasi elastis benda uji. Hanya sebagian dari tingkat pemisahan crosshead

ditransfer ke benda uji. Laju regangan yang dihasilkan pada potongan uji per detik

diberikan oleh persamaan

Keterangan :

Cm : Kekakuan mesin Uji (N/mm)

Lc : Panjang parallel benda uji (mm)

m :slope stress – persentase perpanjangan (Mpa)

So:Luas Penampang awal

Vc :Kecepatan pemisahan crosshead (mm/s)

ANNEX G (NORMATIF)

METODE PENGUKURAN PERSENTASE PERPANAJANGAN SETELAH FRAKTUR

PADA NILAI TERTENTU KURANG 5 %

Tindakan pencegahan harus diambil ketika mengukur persentase pemanjangan

setelah fraktur produk, jika nilai tertentu daripadanya kurang dari 5%.

Gambar G.1

Lo : original gauge length

Lc : panjang parallel

∆Lf : elongasi saat perpatahan

R : jari-jari

E.2.3 Tabel Standar Benda Uji

Benda uji harus memiliki bentuk dan ukuran yang sama dengan standar benda

uji yang telah di tentukan

E.3 Penentuan daerah asal Perpatahan

ISO 6892-1 menjelaskan bahwa kesalahan dalam penetuan daerah perpatahan

yang melintang tidah di perkenankan mencapai lenih dari 1%

Dimana : m : Massa Benda Uji (g)

L1: Total panjang Benda Uji (mm)

p : densitas dari material (g.cm-3)

Dimana : a0 : Ketebalan

b0 : Rata-rata Ketebala benda uji

D0 : Diamater luar

Atau persamaan E.3 bisa digunakan

NOTE 1 : ISO 6892-1 Perhitungan secara specific bisa dengan menggunakan

persamaaan

NOTE 2 ISO 6892-1 mengizinkan menggunakan persamaan

Dari specimen uji, daerah asal cross section sebaiknya berdasakan persamaan

E.4

Annex F (Informatif)

Memprediksi Daerah Perpatahan Berdasarkan Kekakuan Melalui Mesin Uji

Persamaan JB.1 tidak cocok untuk beberapa deformasi elastis. Sehingga dapat

kita simpulkan bahwa deformasi bisa di bagi menjadi deformasi oleh perlatan uji tesnya

dan deformasi oleh specimen ujinya sendiri. berikut persamaan untuk mencari strain

rate dari specimen uji

Dimana : Cm : kekakuan dari peralatan uji (N/m)

L : Panjang Paralel (mm)

m : kemirinagan kurva persen stress (MPa)

So : original cross sectional areal (mm2)

Ve: cross head separation rate (mm/s)

Catatan : Nilai dari m dan Cm diturunkan dari daerah linear kurva tegangan regangan.

Annex G (Infomatif)

Metode Penghitungan Persen perpanjangan setelah patahan jika nilai spesifikasi

kurang dari 5 %

Salah satu metode rekomendasi adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar

G.1

NOTE : Metode yang lain di jelaskan 20.2

Annex H (informatif)

Metode Menghitung persen pertambahan panjang setelah patah berdasarkan

subdivisi dari panjang original gauge

Untuk menghindari kegagalan bagian perpatahan dimana daerahnya tidak sesuai

dengan 20.1 maka beebrapa etode bisa digunakan

a. Sebelum pengujian daerah asli gauge dibagi menajdi bagian N yang sama

panjangnya. Dan biasanya memiliki panjang 5 - 10 mm

b. Setelelah pengujian tanda gauge terpendek pada daerah patahan hingga

gauge mark adalah disebut sebagai daerah X, dan yang terpanjang adalah

sebagai daerah Y

Jika n adalah interval antara X dan Y

1. Jika N-n adalah bilangan genap maka kita bisa menggunakan persamaan

H.1 denga z: (N-n)/2 untuk menghitung persen elongasi setelah perpatahan

terjadi

2. Jika N-n adalah bilanga ganjil maka kita bisa menggunakan persamaan H.2

dengan Z’ : terletak pada (N-n-1)/2 dan Z’’ : terletak pada (N-n+1)/2.

Sehingga persamaan persen elongasi dapat dihitung dengan

GAMBAR H.1

NOTE : Ukuran akhir dari grip adalah sebuah penanda saja

Annex I (Informatif)

Menghitung persen elongasi dari deformasi plastis tanpa necking pada

batangan, kawat batangan, dan kawat biasa

Metode ini bisa digunakan untuk material yang memiliki bagian perpatahan yang lebih

panjang, untuk penghitungan yang lebih akurat sebaiknya menggunakan dua metode

perhitungan

a. Untuk zona penghitungan sebaiknya terletak pada 5 kali d0 dari aerah

perpatahan dan 2.5 kali d0 dari grip

b. Penghitungan panjang gauge akhir sebaiknya sama dengan nilai spesifik dari

standar produk

Persen elongasi plastis dari material tanpa terjadinya necking bisa dihitung

menggunakan permasaan (I.1)

NOTE : Untuk material metallic, gaya maksimum terjadi pada rentang dimana

necking berawal. Hal ini menandakan bahwa gaya pada Ag dan Awn untuk

amterial ini akan sama. Perbedaan yang jauh akan dijumpai pada material

yang di deformasi dingin.