review perencanaan desain tapak pengelolaan pariwisata pada zona pemanfaatan bukit tekenang, taman...

12
TUGAS KELOMPOK REVIEW PERENCANAAN KEGIATAN PERENCANAAN DESAIN TAPAK PENGELOLAAN PARIWISATA PADA ZONA PEMANFAATAN BUKIT TEKENANG TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM Disusun oleh : BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036 ISHARI KURNIAWAN 21040116410037 SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014 HEFRINAL LUBIS 21040116410056 MISSY HARIYANTI WIJAYA 21040116410015 UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA 2016

Upload: bramantiyo-marjuki

Post on 08-Jan-2017

149 views

Category:

Science


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

TUGAS KELOMPOK REVIEW PERENCANAAN

KEGIATAN PERENCANAAN DESAIN TAPAK PENGELOLAAN PARIWISATA PADA ZONA

PEMANFAATAN BUKIT TEKENANG TAMAN NASIONAL DANAU SENTARUM

Disusun oleh :

BRAMANTIYO MARJUKI 21040116410036

ISHARI KURNIAWAN 21040116410037

SURYA TRI ESTHI WIRA HUTAMA 21040116410014

HEFRINAL LUBIS 21040116410056

MISSY HARIYANTI WIJAYA 21040116410015

UNIVERSITAS DIPONEGORO

FAKULTAS TEKNIK

MAGISTER PEMBANGUNAN WILAYAH DAN KOTA

2016

Page 2: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

I. PENDAHULUAN

Kegiatan yang dilakukan di zona pemanfaatan di Taman Nasional Danau Sentarum pada

dasarnya ditujukan agar kegiatan pengelolaan kawasan dapat lebih tertata dan bermanfaat

semaksimal mungkin baik di sisi konservasi lingkungan maupun ekonomi masyarakat di sekitar

kawasan. Dalam rangka kepentingan tersebut diatas, maka Balai Taman Nasional Danau Sentarum

menyusun desain tapak untuk pengelolaan pariwisata pada zona pemanfaatan ruang yang menjadi

wilayah kerjanya. Uraian berikut ini akan membahas mengenai hasil tinjauan (review) terhadap

produk perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau

Sentarum.

II. LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN

Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Bukit Tekenang disusun berdasarkan

pemahaman situasi dan permasalahan di lapangan yang antara lain:

1. Kawasan Taman Nasional Danau Sentarum merupakan kawasan pelestarian alam, sehingga

diperlukan penanganan khusus untuk menjaga kualitas lingkungan.

2. Kawasan Bukit Tekenang telah ditetapkan sebagai zona pemanfaatan pariwisata, sehingga

sesuai peraturan perundangan Dirjen P.5/IV-SET/2015 yang berlaku harus disusun desain

tapak pengelolaannya.

3. Tanpa pengaturan pengelolaan, dikhawatirkan akan terjadi kerusakan ekosistem, penurunan

kualitas lingkungan, dan gangguan keragaman flora fauna. Di sisi lain, penetapannya sebagai

zona pemanfaatan pariwisata menghendaki adanya dukungan dan perencanaan terhadap

pengembangan kepariwisataan.

4. Keberadaan masyarakat setempat dengan karakteristik sosial budaya yang khas, yang harus

difasilitasi dan diakomodir dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.

5. Terdapat beberapa hambatan terkait kondisi alam di Bukit Tekenang untuk pengembangan

wilayah yang antara lain:

Tanah dari perbukitan tidak subur dan beberapa lereng bukit seperti Bukit Vega, Bukit

Semujan dan Menyukung. Lereng-lereng yang dulunya ditanami sekarang tandus dan

hanya tumbuh paku-pakuan dan semak (Bukit Tekenang, Bukit Lempai dan Bukit Seligi).

Topografi Taman Nasional Danau Sentarum umumnya merupakan dataran yang

berbentuk flat atau lebak lebung yang merupakan daerah hamparan banjir.

Page 3: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

Aksesibilitas untuk menuju bukit Tekenang hanya bisa melalui kendaraan air,

dikarenakan lokasi berada didalam kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

Perumusan permasalahan perencanaan yang baik setidaknya mengandung aspek dampak,

urgensi dan kemungkinan realisasi. Lebih lanjut, berdasarkan urgensi permasalahannya, masalah

dapat dipandang sebagai permasalahan obyektif, permasalahan aktual dan permasalahan strategis.

Terkait dengan dampak, terlihat jelas bahwa jika pengelolaan pariwisata dan aktivitas masyarakat di

sekitar Bukit Tekenang ini tidak diatur melalui kebijakan zonasi, kemungkinan terjadi perkembangan

pemanfaatan lahan yang tidak terkontrol yang pada gilirannya akan mengancam fungsi konservasi di

dalam kawasan. Sedangkan jika dipandang dari sudut realistis atau tidak, permasalahan yang

diangkat bisa dianggap realistis dikarenakan pada kenyataannya, kepariwisataan minat khusus di

Bukit Tekenang sudah mulai tumbuh.

Dilihat dari tingkat urgensi permasalahan, kebijakan zonasi melalui desain tapak pengelolaan

pariwisata memiliki unsur strategis, yang dalam hal ini adalah upaya antisipasi terhadap kemungkinan

pemanfaatan lahan untuk kepentingan masyarakat setempat dan pengelolaan pariwisata yang tidak

terkontrol. Dengan adanya zonasi, diharapkan Balai Taman Nasional dapat memiliki legitimasi

kebijakan yang kuat untuk mengontrol dan menentukan arah pengembangan pengelolaan pariwisata

dan pola kehidupan masyarakat setempat, agar tidak mengancam fungsi konservasi. Lebih lanjut,

terdapat unsur aktual dari permasalahan yang diangkat, yaitu hambatan faktor alam dan keberadaan

masyarakat setempat yang telah menghuni kawasan dalam waktu yang lama, dimana masyarakat ini

akan terus tumbuh dan berkembang seiring perbaikan tingkat kelayakan hidupnya. Masyarakat

setempat yang menggantungkan kehidupan pada ketersediaan sumberdaya di sekitar kawasan

dikhawatirkan akan berekpansi dalam memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar kawasan yang

dapat mengancam keberlanjutan fungsi konservasi kawasan, sehingga diharapkan kebijakan zonasi

melalui desain tapak ini dapat menyeimbangkan pemanfaatan ekonomi dan fungsi konservasi.

III. PENDEKATAN PERENCANAAN YANG DIGUNAKAN

III.1 PENDEKATAN DARI ATAS (TOP DOWN APPROACH) DARI ASPEK METODOLOGI

Dalam pelaksanaan penyusunan desain tapak, dilihat dari aspek metodologi penyusunan

perencanaan,Balai Taman Nasional Danau Sentarum menggunakan pendekatan perencanaan dari

atas (Top Down Approach). Pendekatan perencanaan dari atas merupakan pendekatan umum yang

banyak dipakai dalam bidang penataan ruang di Indonesia, mengingat pada saat ini pengaturan

pengelolaan kawasan di Indonesia masih bertumpu pada pemerintah dan pengelola negara, baik

Page 4: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

pusat maupun daerah. Alur umum proses perencanaan wilayah di Indonesia (Gambar 1) dimulai dari

Tahap Proses penyusunan perencanaan dilanjutkan tahap implementasi. Implementasi penataan

ruang ditinjau kembali dalam kurun waktu tertentu yang disebut dengan tahap pengendalian.

Keluaran dari tahap pengendalian dapat berupa penyesuaian implementasi, atau perubahan

terhadap rencana pengembangan kawasan (kembali ke tahap penyusunan perencanaan).

Gambar 1. Alur Perencanaan Tata Ruang di Indonesia (Rukmana, 2015)

Dalam pendekatan perencanaan dari atas ini, Balai Taman Nasional Danau Sentarum

mendasarkan pada beberapa peraturan dan instrument kebijakan yang disusun oleh pemangku

kebijakan yang lebih tinggi (dalam hal ini adalah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan

Pelestarian Alam). Melalui serangkaian peraturan tersebut, Balai Taman Nasional Danau Sentarum

menterjemahkan dan mengimplementasikan peraturan tersebut dalam bentuk rencana desain tapak

pengelolaan pariwisata pada zona pemanfaatan. Peraturan yang menjadi dasar kegiatan adalah

Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor 230/IV-SET/2014

tentang Zona Pemanfaatan Pariwisata, dimana Bukit Tekenang merupakan salah satu kawasan yang

ditetapkan sebagai zona pemanfaatan pariwisata. Penetapan zona pemanfaatan pariwisata

berimplikasi pada keharusan penyusunan desain tapak sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor P.5/IV-SET/2015. Peraturan

tersebut terakhir ini memuat mengenai konsepsi, ketentuan, kriteria, dan teknis zonasi kawasan.

Dengan demikian maka adanya kemungkinan kolaborasi dan penyertaan masyarakat dalam penataan

kawasan dan zonasi tapak relatif terbatas.

III.2 PENDEKATAN BERBASIS ASET (ASSET BASED APPROACH) DARI ASPEK ISU DAN PERMASALAHAN

Pendekatan berbasis aset adalah salah satu jenis pendekatan perencanaan menurut Ohm

(1999). Ciri khas pendekatan ini antara lain identifikasi dan penentuan aset atau potensi yang

khas/unik/penting dari suatu wilayah. Selanjutnya, perencanaan disusun dengan berfokus pada

semangat untuk melindungi atau memberdayakan keunikan tersebut untuk kemaslahatan bersama.

Page 5: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

Dalam kaitannya dengan penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Bukit Tekenang, Balai

Taman Nasional Danau Sentarum menggunakan pendekatan ini di dalam tahapan zonasi tapak.

Perbedaannya dengan pendekatan aset yang diuraikan oleh Ohm (1999), kriteria dan zonasi tapak

dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional tanpa atau hanya sedikit melibatkan masyarakat lokal (top

down based). Zonasi Tapak dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan kriteria zonasi sesuai

peraturan yang ada, kemudian dilanjutkan inventarisasi data biofisik kawasan, data zonasi penetapan

kawasan untuk fungsi tertentu menurut peraturan lain, data penutup/penggunaan lahan eksisting,

data potensi bencana, dan data aset pariwisata eksisting, kemudian baru dilakukan zonasi dan

penentuan lokasi prasarana wisata baru sesuai aturan zonasi dan hasil analisa data.

III.3 PENDEKATAN INKREMENTAL (DISJOINTED INCREMENTALISM APPROACH) DARI ASPEK CARA

PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pendekatan inkremental adalah salah satu jenis pendekatan perencanaan dilihat dari aspek

cara pengambilan keputusan (decision making), selain pendekatan rasional dan pendekatan mixed

scanning (Etzioni, 1967). Berbeda dengan pendekatan rasional, pendekatan inkremental hanya

berfokus pada tujuan jangka pendek dan strategi yang terfokus untuk permasalahan tertentu. Dalam

penyusunan Zonasi Tapak untuk Pengelolaan Pariwisata di Bukit Tekenang, Balai Taman Nasional

Danau Sentarum hanya berfokus pada kondisi prasarana eksisting yang ada di Bukit Tekenang dalam

melakukan zonasi tapak. Penggunaan pendekatan rasional dimana seluruh aspek

(fisik,sosial,ekonomi,budaya, infrastruktur) dinilai baru dilakukan zonasi tampaknya tidak dilakukan.

Hal ini mungkin didasarkan pada pertimbangan bahwa upaya pengubahan penggunaan lahan

eksisting secara radikal (sebagai salah satu konsekuensi yang mungkin terjadi sebagai akibat

penggunaan pendekatan rasional yang bersifat holistik) akan dapat menimbulkan resistensi di

masyarakat. Dengan berangkat melakukan zonasi dengan menyesuaikan dari kondisi yang telah ada,

Balai Taman Nasional Danau Sentarum hanya tinggal memikirkan mekanisme pengembangan

kawasan melalui kebijakan pembangunan sarana dan prasarana agar pengelolaan kawasan wisata

dapat lebih baik di masa depan dan mendatangkan keuntungan ekonomi.

III.4 PENDEKATAN PROAKTIF (PROACTIVE APPROACH) DARI ASPEK ORIENTASI WAKTU

Pendekatan proaktif merupakan salah satu jenis pendekatan perencanaan yang diuraikan

oleh Ackoff (1981). Pendekatan ini menyoroti partisipasi aktif dari pemangku kebijakan untuk

menghasilkan kondisi masa depan yang lebih baik melalui serangkaian tahapan perencanaan dan

Page 6: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

implementasi perencanaan tersebut dalam bentuk pembangunan (fisik atau non fisik). Pendekatan ini

berangkat dari semangat bahwa kondisi di masa depan harus lebih baik dari kondisi sekarang, dan

perencanaan dilakukan untuk mencapai kondisi tersebut, sekaligus mengkontrolnya. Balai Taman

Nasional Danau Sentarum mewujudkan semangat tersebut dalam bentuk penentuan lokasi prasarana

pariwisata baru seperti, Dermaga, Mushala, Tempat Pemandian Umum, Gardu Pandang, Arboretum,

Camping Ground, Rumah Pohon dan fasilitas hiking/tracking.

IV. METODE PERENCANAAN

Penyusunan desain tapak di kawasan Taman Nasional sebagai bentuk implementasi Rencana

Pengelolaan Taman Nasional dan dilaksanakan di zona yang sesuai dengan peruntukannya yaitu zona

Pemanfaatan. Proses penyusunan desain tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di kawasan konservasi

harus berpedoman kepada Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi

Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan

Hutan Dan Konservasi Alam Nomor P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain

Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya

dan Taman Wisata Alam. Sesuai dengan ketentuan dalam peraturan tersebut penyusunan desain

tapak pengelolaan pariwisata alam dan pembuatan peta desain tapak pengelolaan pariwisata alam

disusun berdasarkan analisis data dan informasi.

Selain melakukan kegiatan konservasi, pengelola kawasan konservasi juga mengemban tugas

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan. Pemberdayaan masyarakat

dibidang pariwisata alam menjadi salah satu bentuk upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Masyarakat dijadikan subjek pengelolaan pariwisata alam. Oleh karena itu perencanaan kegiatan

pengelolaan pariwisata alam sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat. Aspirasi

masyarakat ini harus digali sebaik mungkin dalam tahapan pengumpulan informasi. Aspirasi

masyarakat ini kemudian dimasukkan sebagai bahan masukan atau dasar dalam penyusunan

perencanaan.

Gambar 2. Alur penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Wisata Alam

Rencana Pengelolaan

Taman NasionalZonasi

Desain Tapak Pengelolaan

Pariwisata Alam

Page 7: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

Gambar 3. Diagram tahapan yang harus dilalui sebelum penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Wisata Alam

Metode analisis adalah unsur sangat penting dalam suatu perencanaan, karena

menggambarkan bagaimana sebuah perencanaan dirumuskan. Jika dalam suatu perencanaan tidak

menggunakan metode yang tepat maka dikhawatirkan perencanaan yang dihasilkan juga kurang baik.

Dalam penyusunan Desain Tapak Bukit Tekenang ini metode analisis perencanaan yang digunakan

adalah metode analisis tapak, dan kemudian hasil analisis tapak ini dijabarkan secara deskriptif

kualitatitf. Dalam dokumen Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Bukit Tekenang ini, tahapan-

tahapan dan metode analisis tapak ini tidak dijelaskan secara detail dalam satu bab khusus. Sehingga

menimbulkan pertanyaan bagaimana cara mendapatkan hasil akhir analisis tapak tersebut. Selain itu,

terkait dengan penyusunan desain tapak pengelolaan pariwisata alam yang melibatkan partisipasi

masayarakat, informasi yang digunakan juga tidak disebutkan siapa saja sumber informasi dan

bagaimana cara mendapatkan informasi tersebut. Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan koreksi untuk

perbaikan perencanaan selanjutnya.

Persiapan Penyusunan

Desain Tapak

• Pembentukan Tim Kerja

• Penyiapan peta dan data pendukung desain tapak

• Penyiapan Rencana Kerja

Analisis Tapak

• Observasi lapangan

• Analisis data

• Penggalian Informasi

Penyusunan Desain Tapak

• Penyusunan Desain Tapak

• Pembahasan

• Penilaian dan Pengesahan

Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam

Page 8: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

V. RANGKAIAN TINDAKAN DALAM PERENCANAAN

Penyusunan Dokumen Kegiatan Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata pada

Zona Pemanfaataan Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum mengacu pada Peraturan

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 tentang

Perubahan Atas Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor

P.3/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Alam Di

Suaka Margasatwa,Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman wisata alam.

Kesesuaian dan/atau kecukupan terhadap rangkaian tindakan yang disusun di dalam proses

perencanaan Kegiatan Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata pada Zona Pemanfaataan

Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum adalah pada dasarnya dapat dilihat apakah

sepenuhnya dilaksanakan atau tidak dari uraian isi Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan

Dan Konservasi Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 tersebut. Dalam Dokumen yang telah disusun dapat

dilihat tindakan proses perencanaan yang dilakukan telah sesuai yaitu adanya persiapan penyusunan,

dimana persiapan pembentukan Tim Kerja, Penyiapan Peta dan data – data pendukung dalam analisis

desain tapak seperti ; Kondisi fisik dan biologi daerah perencanaan, kondisi sosial ekonomi dan

budaya serta infrastruktur daerah perencanaan, kemudian telah adanya penyiapan rencana kerja.

Untuk mengenai Substansi Buku Desain Tapak pada lampiran yang di minta dalam Peraturan

Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 tersebut telah

terakomodir pada umumnya dalam dokumen Kegiatan Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan

Pariwisata pada Zona Pemanfaataan Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum. Namun ada

yang belum dituangkan dalam uraian Kondisi Umum Areal Desain Tapak yaitu Bagaimana Tata Guna

Lahan disekitar Tapak Perencanaan tersebut. Kemudian dalam analisis Tapak tidak ditampilkan

Diagram Analisis Tapak. Berikut ini disajikan tabel hasil perbandingan antara standar baku substansi

desain tapak dalam Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor:

P.5/IV-SET/2015 dan hasil kegiatan penyusunan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Bukit Tekenang,

Taman Nasional Danau Sentarum.

Page 9: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

Tabel 1 Kesesuaian Dokumen Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata pada Zona Pemanfaataan Bukit Tekenang Taman Nasional Danau Sentarum Rangkaian Substansi Desain Tapak sesuai Peraturan Direktur

Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor: P.5/IV-SET/2015 :

No Substansi Desain Tapak Kelengkapan Di Dokumen

I. PENDAHULUAN

a Latar Belakang ada

b Maksud dan Tujuan ada

c Ruang Lingkup ada

d Sasaran ada

II. KONDISI UMUM AREAL DESAIN TAPAK

a Kondisi Fisik ada

b Kondisi Biologi ada

c Peninggalan Sejarah ada

d Kondisi Sosial, Ekonomi dan Budaya ada

e Infrastruktur ada

f Tata Guna Lahan disekitar Tapak Tidak ada

III. PERTIMBANGAN PENGEMBANGAN TAPAK

a Pertimbangan Kebijakan ada

b Pertimbangan Ekologis ada

c Pertimbangan Teknis ada

d Pertimbangan Sosial dan Budaya ada

e Rencana Pengembangan Wilayah ada

IV. ANALISIS TAPAK

a Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Usaha ada

b Kesesuaian Pengembangan Tapak Untuk Ruang Publik ada

c Digram Analisis Tapak Tidak ada

d Alternatif Pengembangan ada

V. DESAIN TAPAK PENGELOLAAN PARIWISATA ALAM

a Ruang Usaha ada

b Ruang Publik ada

VI Lampiran (peta desain Tapak) ada

Page 10: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

VI. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN DALAM PROSES PERENCANAAN

Dalam melakukan suatu rangkaian perencanaan secara garis besar dibutuhkan beberapa

tahapan dan memilih proses pada setiap tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu perencanaan yang

ideal. Pada rangkaian proses perencanaan secara umum adalah:

Gambar 4. Alur Perencanaan Ideal

VI.1 Tahapan Perumusan tujuan

Perumusan tujuan perencanaan pengelolaan terhadap zona pemanfaatan pariwisata alam

Bukit Tekenang kawasan Taman Nasional Danau Sentarum tidak memiliki latar belakang suatu

permasalahan yang sangat penting untuk diselesaikan. Dalam menentukan latar belakang nantinya

akan mengarah pada tujuan, sehingga bila pada latar belakang tidak ada permasalahan yang harus

diselesaikan pada tahapan perencanaan maka tujuan dari perencanaan adalah untuk mengexplore

kondisi eksisting. Sistem perencanaan yang digunakan berorientasi pada pengembangan suatu

inovasi baru dengan melihat suatu peluang dari kawasan Taman Nasional Danau Sentarum.

Kekurangan pada tahapan perencanaan yang dilakukan adalah perumusan tujuan hanya secara

normatif, sehingga kurang mengexplorasi peluang baik external dan internal pariwisata. Dampak dari

kekurangan tersebut akan berpengaruh pada tujuan dari perencanaan.

Pada perencanaan tersebut menentukan tujuan utama yaitu, menjamin pengelolaan

pariwisata alam yang sesuai kaidah, prinsip dan fungsi konservasi dan menghindari pengembangan

pariwisata secara spontan yang mengakibatkan dampak negatif serta dapat memberikan

kenyamanan, keamanan dan kepuasan berkunjung. Tujuan yang diberikan sangat kontradiksi dengan

hal yang melatar belakangi untuk dilakukannya kajian tersebut.

Merumuskan Tujuan

Input data eksisting

Analisis

Skenario Rencana

Pemilihan Skenario Rencana

Evaluasi

Page 11: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

VI.2 Tahapan input data eksisting

Pada tahap input data eksisting maka yang dilakukan adalah mengumpulkan data eksisting

tentang Taman Nasional Danau Sentarum. Data eksisting yang dikumpulkan berupa data kondisi fisik

dan data sosial. Pada dokumen sangat jelas ada beberapa bagian subbab yang tidak tertulis dan tidak

dijelaskan, sehingga berkurangnya informasi untuk dilakukan pada tahapan selanjutnya. Dalam

melakukan kompilasi data produk perencanaan tidak dilengkapi dengan penjelasan metode yang

akan dilakukan dan desain survey yang berfungsi untuk memastikan kebutuhan data sesuai tujuan.

Kondisi tersebut menjadi kekurangan dalam perencanaan dokumen yang berdampak terhadap

kolektif data yang tidak tersetruktur dan menyulitkan pada tahapan analisa. Kondisi tersebut sangat

tidak efektif dalam melakukan perencanaan, sehingga boros pada sumber daya penyusun.

VI.3 Tahapan Analisis

Tahapan analisis adalah tahapan untuk mengolah dan mengkompilasi data yang telah

dikumpulkan. Pada tahapan analisis penyusun hanya menyertakan analisis tapak sebagai analisis

pada pengelolaan terhadap zona pemanfaatan pariwisata alam Bukit Tekenang kawasan Taman

Nasional Danau Sentarum. Tentunya banyak kekurangan dalam tahapan analisis ini, dimana dalam

proses perencanaan tidak hanya bisa bertumpu pada analisis tapak dikarenakan tujuan dari

perencanaan ini adalah untuk mengakomodir pariwisata, sehingga bobot dalam pembahasan

pariwisata masih sangat minim.

VI.4 Tahapan Skenario Perencanaan, Pemilihan Skenario dan Evaluasi

Pada tahapan penyusunan dokumen desain tapak masih belum mengakomodir beberapa

skenario sebagai pilihan untuk melakukan perencanaan. Kondisi tersebut tentunya tidak ada proses

pembandingan antara suatu skenario perencanaan dengan perencanaan lainnya, sehingga tidak

memungkinkan untuk ditentukan skenario yang terbaik.

Pada perencanaan tidak dilakukan penentuan skenario, sehingga tidak dilakukan tahapan

pemilihan skenario. Pada dokumen perencanaan hanya langsung melakukan perencanaan, sehingga

tidak dilakukan tahapan analisis untuk mengambil keputusan.

Page 12: Review Perencanaan Desain Tapak Pengelolaan Pariwisata Pada Zona Pemanfaatan Bukit Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum, Kalimantan

VII. KESIMPULAN

Dari hasil uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Kegiatan Perencanaan Desain Tapak Zona

Pemanfaatan Pariwisata Bukti Tekenang, Taman Nasional Danau Sentarum merupakan produk

perencanaan yang bersifat satu arah (top down) inkremental yang dirumuskan oleh Balai Taman

Nasional Danau Sentarum yang ditujukan untuk memberikan payung hukum dan arahan yang lebih

terkontrol dari sisi pemerintah terhadap pengelolaan pariwisata minat khusus di Bukit Tekenang.

Adanya pengaturan pola ruang dalam bentuk tapak pengelolaan diharapkan dapat mengantisipasi

pengelolaan pariwisata dan pola kehidupan masyarakat setempat yang tidak terkontrol dan

mengancam fungsi konservasi kawasan. Namun demikian, dalam penyusunannya terdapat beberapa

aspek yang belum terpenuhi, terutama apabila merujuk pada peraturan yang mendasari penyusunan

desain tapak, dimana terdapat beberapa tahapan yang belum dipenuhi seperti pertimbangan

penggunaan lahan eksisting dan metode analisis yang tidak diuraikan secara komprehensif. Dilihat

dari sisi kelengkapan tahapan perencanaan, kebijakan perencanaan pola ruang yang disusun belum

mempertimbangkan keberadaan zonasi alternatif (pemilihan skenario), sehingga tidak dapat

dilakukan evaluasi dan komparasi lebih lanjut terkait tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan zonasi.

Ketiadaan alternatif skenario ini mungkin akan berkonsekuensi pada pengulangan proses

perencanaan dari awal apabila nanti dalam implementasi kebijakan ditemui kendala di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Ackoff, R. (1981). Creating the Corporate Future: Plan or be Planned. John Wiley, New York.

Etzioni, A. (1967). Mixed-Scanning: A Third Approach to Decision-Making. Public Administration

Review, 27 (5), 385-392.

Ohm, B. W. (1999). Guide to Community Planning in Wisconsin. Dept. of Urban & Regional Planning,

University of Wisconsin--Madison/Extension, Wisconsin.

Rukmana, D. (2015). The Change and Transformation of Indonesian Spatial Planning after Suharto’s

New Order Regime: The Case of the Jakarta Metropolitan Area. International Planning

Studies, 20 (4).