review film

3
Review Film “Patch Adam” Kelompok 1 oleh Mira Zulyati Ahfa (04124705033) Film ini adalah kisah nyata “hunter adams” seorang dokter di Amerika. Film ini menggambarkan tentang pertentangan antara kemanusiaan dengan ego, materi, serta budaya manusia dalam film ini khususnya para praktisi di bidang kedokteran. Film ini diproduksi pada tahun 1999 oleh Universal Pictures. Film yang disutradarai oleh Tom Shadyac. Patch Adam diperankan oleh aktor papan atas Robin William. Patch merupakan seorang sosok yang cerdas, humoris, manusiawi dan empati, serta imajinatif dan penuh rasa idealis. Dalam kisah ini, akhirnya Pacth menjadi seorang dokter yang menerapkan metode pendekatan interpersonal dalam rangka peningkatan kualitas hidup untuk proses penyembuhan pasien. Dalam film berjudul Patch Adams tersebut, dikisahkan Hunter Adam yang penuh dengan berbagai macam masalah kehidupan, sehingga membuatnya harus menjalani terapi mental di rumah sakit jiwa. Namun, ia merasa tidak mendapatkan pemecahannya disana, karena para dokter dan pegawai rumah sakit jiwa tersebut tidak memperhatikan keluhan para pasiennya. Hal ini diperlihatkan pada adegan Patch yang sedang menceritakan pengalaman masa lalunya di rumah sakit jiwa. Dokter tersebut tidak mendengarkan cerita Patch dan sibuk mengerjakan urusannya sendiri seperti menulis dan membuat kopi. Sang dokter tidak berempati kepada Patch dapat dilihat dari tindakannya yang tidak mendengarkan, tidak menghargai, bahkan tidak menghormati Patch. Adegan selanjutnya,menceritakan suatu diskusi antara dokter tersebut dengan patch dan teman-teman yang berada di rumah sakit jiwa tersebut, salah satunya terdapat penderita katatonik, tetapi Sang dokter bahkan tidak menganggap penderita tersebut masih hidup. Namun Patch dengan nilai kemanusiaannya berusaha memecahkan kondisi yang tidak bagus untuk diskusi dan memulai candaan dengan menghargai sosok Beany. Bahkan seorang Patch memanusiakan Beany walaupun dengan candaan. Dari cuplikan adegan tersebut, dapat kita ambil hikmah, seorang dokter sebaiknya tidak berlaku seperti dokter tersebut, yang mengacuhkan pasiennya, dan hanya menganggap pasien sebagai objek. Seorang dokter yang baik selalu melihat pasien secara holistik, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi prioritas tidak hanya untuk disembuhkan penyakitnya tetapi juga ditingkatkan kualitas hidupnya. Hal menarik juga terdapat pada

Upload: muhammad-ramdani-irfan

Post on 18-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

review

TRANSCRIPT

Page 1: Review Film

Review Film “Patch Adam”

Kelompok 1 oleh Mira Zulyati Ahfa (04124705033)

Film ini adalah kisah nyata “hunter adams” seorang dokter di Amerika. Film ini menggambarkan tentang pertentangan antara kemanusiaan dengan ego, materi, serta budaya manusia dalam film ini khususnya para praktisi di bidang kedokteran. Film ini diproduksi pada tahun 1999 oleh Universal Pictures. Film yang disutradarai oleh Tom Shadyac. Patch Adam diperankan oleh aktor papan atas Robin William. Patch merupakan seorang sosok yang cerdas, humoris, manusiawi dan empati, serta imajinatif dan penuh rasa idealis. Dalam kisah ini, akhirnya Pacth menjadi seorang dokter yang menerapkan metode pendekatan interpersonal dalam rangka peningkatan kualitas hidup untuk proses penyembuhan pasien. Dalam film berjudul Patch Adams tersebut, dikisahkan Hunter Adam yang penuh dengan berbagai macam masalah kehidupan, sehingga membuatnya harus menjalani terapi mental di rumah sakit jiwa. Namun, ia merasa tidak mendapatkan pemecahannya disana, karena para dokter dan pegawai rumah sakit jiwa tersebut tidak memperhatikan keluhan para pasiennya. Hal ini diperlihatkan pada adegan Patch yang sedang menceritakan pengalaman masa lalunya di rumah sakit jiwa. Dokter tersebut tidak mendengarkan cerita Patch dan sibuk mengerjakan urusannya sendiri seperti menulis dan membuat kopi. Sang dokter tidak berempati kepada Patch dapat dilihat dari tindakannya yang tidak mendengarkan, tidak menghargai, bahkan tidak menghormati Patch. Adegan selanjutnya,menceritakan suatu diskusi antara dokter tersebut dengan patch dan teman-teman yang berada di rumah sakit jiwa tersebut, salah satunya terdapat penderita katatonik, tetapi Sang dokter bahkan tidak menganggap penderita tersebut masih hidup. Namun Patch dengan nilai kemanusiaannya berusaha memecahkan kondisi yang tidak bagus untuk diskusi dan memulai candaan dengan menghargai sosok Beany. Bahkan seorang Patch memanusiakan Beany walaupun dengan candaan. Dari cuplikan adegan tersebut, dapat kita ambil hikmah, seorang dokter sebaiknya tidak berlaku seperti dokter tersebut, yang mengacuhkan pasiennya, dan hanya menganggap pasien sebagai objek. Seorang dokter yang baik selalu melihat pasien secara holistik, sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang menjadi prioritas tidak hanya untuk disembuhkan penyakitnya tetapi juga ditingkatkan kualitas hidupnya. Hal menarik juga terdapat pada adegan patch membantu memperbaiki gelas seorang Arthur Mendellson. Pada adegan ini, Patch mendapatkan pencerahan bagaimana berfikir secara potensial agar bisa menemukan rahasia alam. Kemudian Patch mengalami sebuah peristiwa luar biasa ketika dia membantu Ruddy (teman sekamarnya yang menderita phobia terhadap tupai) untuk melupakan masalahnya dengan cara mencoba memberikan sugesti kepada ruddy guna untuk membangkitkan keberanian dalam dirinya dan ternyata ruddy pun berhasil membebaskan diri dari rasa takutnya. Patch pun kaget ketika melihat keberhasilan metodenya. Setelah kejadian itu, Patch pun menemukan sebuah kesimpulan bahwa pengobatan secara medis saja tidak cukup untuk menyembuhkan sang pasien, tapi perlu ada pendekatan secara psikologi sehingga pasien bisa memperoleh kenyamanan, meningkatkan kualitas hidupnya dan tetap berani menjalani hari esok. Dari pengalaman ini Patch Adams pun memutuskan untuk belajar ilmu kedokteran demi menjadi seorang dokter agar ia dapat membantu orang lebih banyak lagi. Namun hal ini bukanlah hal yang mudah baginya karena pandangannya yang menganggap bahwa obat terbaik adalah kegembiraan. Banyak orang yang menentang sifatnya yang cenderung sangat santai dan jauh dari formal. Namun hal tersebut tidak mematahkan semangat Patch. Patch terus berjuang dengan tetap bertolak pada apa yang dipercayainya. Hal menarik lainnya yang dapat kita ambil dari film ini terdapat pada adegan seorang dokter yang menjelaskan penyakit pasien tersebut tanpa memperdulikan keadaan psikis pasien tersebut sehingga pasien tersebut ketakutan dan tidak nyaman. Dokter tersebut bahkan tidak menanyakan nama pasien itu. Patch yang pada saat itu merupakan mahasiswa kedokteran tingkat 1 yang menyamar menjadi

Page 2: Review Film

mahasiswa kedokteran tingkat 3, berusaha untuk melakukan pendekatan langsung kepada pasien-pasien yang berbeda-beda dalam rumah sakit dan metode nya itu ternyata sangat relevan. Selain itu para perawat rumah sakit kampusnya itu cukup antusias dengan tindakan patch karena memberikan kemudahan sekaligus pelajaran baru bagi mereka dalam upaya untuk menangani pasien. Dalam cuplikan adegan ini, seorang dokter seyogyanya, seperti yang diperlihatkan oleh Patch, merupakan seorang komunikator yang baik sehingga dokter tersebut dapat memiliki kepercayaan, kepuasan dan kenyamanan pasien sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidupnya. Secara horizontal, dokter harus dapat berkomunikasi yang baik dengan sesama sejawat tenaga medis, sehingga dapat saling membantu dalam peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Banyak terdapat lika-liku drama dalam film ini. Terdapat berbagai hal yang mematahkan semangat, namun Patch akhirnya dapat bangkit dan mewujudkan cita-citanya yakni mendirikan rumah sakit gratis bagi semua orang. Film yang dibintangi oleh Robin Williams dan Monica Potter ini sangat direkomendasikan untuk ditonton terutama oleh praktisi kedokteran dan mahasiswa kedokteran karena banyak hikmah yang dapat diambil dari setiap adegan dalam film ini. Minimal sebagai bahan refleksi atas sistem pelayanan publik (di bidang kesehatan di Indonesia yang tidak jauh berbeda atau bahkan lebih parah dari situasi di Virginia. Sebenarnya ini bukan hal baru di indoensia, khususnya di Palembang karena kita punya banyak dokter seperti patch adams, seperti Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin yang sudah menjadi lebih baik, kritis, dan mengedepankan peningkatan pelayanan terhadap pasien). Film ini mengajarkan kita akan pentingnya arti memberi yang terbaik dan berkorban untuk orang lain, menjadi seorang dokter yang baik dalam berkomunikasi, pendekatan interpersonal dan tidak dibutakan oleh kesombongan dan materi. Menurut saya yang sangat berkesan dalam film ini adalah perkataan Patch, ”Aku ingin sekali menjadi dokter. Karena itu aku kehilangan segalanya. Namun, karena itu pula aku mendapatkan segalanya…”