penulis pada devisi review dan kritik film di ......penulis pada devisi review dan kritik film di...
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

PENULIS PADA DEVISI REVIEW DAN KRITIK FILM
DI MONTASE PRESS YOGYAKARTA
LAPORAN KULIAH KERJA PROFESI
Untuk memenuhi Tugas Akhir Kuliah Kerja Profesi
Program Studi Televisi dan Film
Jurusan Seni Media Rekam
OLEH
AGUSTIN PRIMASTUTI
NIM.15148149
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA
2019

i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kuliah Kerja Profesi dengan Judul
PENULIS PADA DEVISI REVIEW DAN KRITIK FILM DI MONTASE
PRESS YOGYAKARTA
Oleh
AGUSTIN PRIMASTUTI
NIM 15148149
Telah disetujui sebagai Laporan Kuliah Kerja Profesi
Surakarta, April 2018
Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan
Kuliah Kerja Profesi Kuliah Kerja Profesi
NRA Candra Dwi Atmaja M.Sn Agustinus Dwi Nugroho
NIP.197911032005011004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Seni Media Rekam
Sri Wastiwi Setiawati S.sn., M.Sn.
NIP. 197505252005012003

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Kuliah
Kerja Profesi sebagai Penulis pada devisi Review dan Kritik Film di Montase Press
dan Film. Kuliah Kerja Profesi ini memberikan manfaat bagi penulis karena
membantu penulis dalam menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, relasi, dan
referensi yang baru. Dari program ini pula, penulis dapat lebih mengetahui realitas
dan profesionalisme dalam dunia kerja.
Tentunya penulis ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini
diantaranya :
1. NRA Candra Dwi Atmaja M.Sn, selaku Dosen Pembimbing Kuliah Kerja
Profesi yang telah memberikan arahan, bimbingan dalam proses Kuliah Kerja
Profesi ini maupun dalam menyelesaikan laporan KKP ini.
2. Agustinus Dwi Nugroho selaku Ketua Umum Montase Press yang telah
memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melaksanakan dan
menyelesaikan kewajiban Kuliah Kerja Profesi di Montase Press.
3. Himawan Pratista selaku Counselor dan Editor di Montase Press yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis menjadi seorang pengamat sekaligus
kritikus yang kompeten dan objektif.
4. Seluruh keluarga komunitas Montase yang membantu, mendukung, memberi
pengalaman selama Kuliah Kerja Profesi (KKP) berlangsung.

iii
5. Teman-teman program studi Televisi dan Film khususnya angkatan 2015 yang
telah memberi informasi dan merekomendasikan Montase sebagai tempat
Kuliah Kerja Profesi yang telah penulis tempuh.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dari sebelum pelaksanaan
Kuliah Kerja Profesi (KKP) hingga pembuatan laporan Kuliah Kerja Profesi
(KKP).
7. Orang tua dan keluarga yang selalu memberi dukungan moral maupun
materiil.
Laporan ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan, oleh karena penulis
sangat menerima kritik dan saran yang membangun guna perbaikan karya tulis di
masa yang akan datang. Penulis berharap, laporan KKP ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Mei 2019
Penulis

iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................. 2
C. Manfaat ............................................................................... 2
D. Waktu Pelaksanaan ............................................................. 3
E. Lokasi ................................................................................. 3
BAB II MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI ....... 5
A. Materi Kerja Profesi ............................................................ 5
1. Materi Umum ................................................................ 5
2. Materi Khusus ............................................................... 7
B. Metode Kerja Profesi ........................................................... 8
1. Memperbanyak Referensi ............................................. 8
Film dengan Menonton .................................................. 8
2. Menulis Kritik dan Review ............................................. 8
3. Publikasi Kritik dan Review ........................................... 11
4. Penulisan Buku .............................................................. 11
BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PROFESI ................... 12
A. Data Perusahaan Kuliah Kerja Profesi ................................. 12
1. Sejarah Montase Press ................................................... 12
2. Bidang Usaha ................................................................ 13
a. Penerbitan ......................................................... 13
b. Review dan Kritik Film ..................................... 14
c. Produksi Film.................................................... 14
d. Distribusi Film .................................................. 15
e. Montase Film Chourse ...................................... 15
f. Screening Cinemontase ..................................... 15
3. Struktur Organisasi ........................................................ 16
4. Penghargaan Komunitas ................................................ 16
5. Partner Komunitas ......................................................... 17
B. Pelaksanaan Kegiatan .......................................................... 17
1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan ...................................... 17

v
2. Rencana Pelaksanaan KKP ............................................ 17
3. Realisasi Kegiatan ......................................................... 18
a. Materi dan Pembekalan Hal Dasar ........................... 18
b. Pelatihan dan Penulisan Review Film Klasik ........... 20
c. Pelatihan dan Penulisan Review Film ....................... 22
Bioskop Indonesia
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 26
A. Kesimpulan ................................................................................ 26
B. Saran .......................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 28
LAMPIRAN................................................................................................. 29
A. Daftar Gambar ........................................................................... 29

vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 01. – Materi Hal – Hal Dasar ............................................................ 7
Gambar 02. – Materi Pengantar Seni ............................................................. 8
Gambar 03. – Logo Montase ......................................................................... 12
Gambar 04. – Kegiatan Materi Khusus .......................................................... 19
Gambar 05. – Publikasi Ulasan Film Preman Pensiun ................................... 23
Gambar 06. – Publikasi Ulasan Film Orang Kaya Baru ................................. 23
Gambar 07. – Publikasi Ulasan Film PSP: Gaya Mahasiswa ......................... 24
Gambar 08. – Publikasi Ulasan Film Laundry Show ...................................... 24
Gambar 09. – Publikasi Ulasan Film Calon Bini ............................................ 25
Gambar 10. – Lokasi Montase Press.............................................................. 29
Gambar 11. – Lokasi Pemberian Materi dan Diskusi ..................................... 29
Gambar 12. – Coaching bersama Himawan Pratista dan Mozafari ................. 29
Gambar 13. – Proses Penulisan Review dan Kritik Film ................................. 30
Gambar 14. – Lokasi Pemutaran dan Diskusi Cinemontase............................ 30
Gambar 15. – Sesi Pemutaran Cinemontase ................................................... 30
Gambar 16. – Sesi Diskusi bersama Mohammad Mozafari ............................ 31
Gambar 17. – Foto Bersama Agustinus Dwi dan Himawan Pratista ............... 31

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kuliah Kerja Profesi (KKP) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang di
tempuh oleh mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah sebanyak 100 sks
sebelumnya. Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini memiliki peranan penting untuk
mengasah dan mengembangkan potensi dan kreatifitas mahasiswa atas apa yang
pernah diperoleh dari pembelajaran di kelas selama perkuliahan. Pengalaman
yang diperoleh selama Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang pernah ditempuh, dapat
menjadi tempat untuk mengembangkan soft skill dan hard skill sekaligus menjadi
bekal bagi mahasiswa dalam memasuki dunia kerja.
Penulis menempuh perkuliahan tentang Televisi dan Film selama 6 semester
dan mengikuti perkembangan industri perfilman yang semakin pesat dari masa ke
masa, Didukung dengan kemajuan dalam bidang teknologi dan bidang
pendidikan, maka terlahir lah film - film dengan kualitas yang baik pula. Kini,
industri perfilman Indonesia telah banyak memproduksi film - film dengan
berbagai keistimewaanya masing - masing. Dari sini lah kritik film memiliki
peran penting dalam menilai kualitas dari sebuah film. Kehadiran kritikus -
kritikus film ini lah yang ke depannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas
perfilman Indonesia.
Untuk memasuki dunia kepenulisan kritik film, penulis perlu mempelajari
lebih dalam bagaimana cara menulis kritik atau review film dengan baik dan
benar. Komunitas Montase Press merupakan komunitas film independen yang
bergerak dalam bidang produksi film, kepenulisan review, kritik film maupun
buku mengenai perfilman. Komunitas Montase ini merupakan sekumpulan para
penikmat film yang secara rutin berdiskusi dan berbagi informasi mengenai film.
Montase merupakan salah satu komunitas terbaik dan terlengkap yang ada di
Indonesia dimana para anggotanya sering melakukan produksi film, mengelola
website yang berisi review dan kritik film hingga mendirikan percetakan dan
mencetak buku mereka secara mandiri melalui Montase Press.

2
Menjadi seorang kritikus film tidak berarti hanya datang dan menonton film
lalu mengkritisi film sesuai dengan selera pribadi. Montase Press mengajarkan
berbagai cara - cara mengkritik sebuah film dengan baik. Montase juga
menegaskan bahwa menulis review film sama dengan mengapresiasi karya film
itu sendiri sehingga para penonton dapat menjadi lebih kritis terhadap tayangan
yang mereka tonton.
Oleh karena itu untuk dapat memasuki dunia kepenulisan kritik film, penulis
perlu mendapatkan pembelajaran secara langsung kepada seseorang yang lebih
berkompeten di bidang kritik film. Salah satu caranya adalah dengan
melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dibidang kepenulisan, baik kritik
maupun review. Dengan adanya dan dapat terealisasikannya Kuliah Kerja Profesi
(KKP) pada Devisi Review dan Kritik Film di Montase Press & Film diharapkan
dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan di masa mendatang.
B. Tujuan
Tujuan dari dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Montase Press pada
devisi review dan kritik film adalah sebagai berikut :
1. Mengikuti kegiatan yang dilakukan Montase Press dalam menulis artikel
mengenai kritik film.
2. Memahami dan menerapkan pola kerja yang dilakukan oleh Montase
Press.
3. Menerapkan dan mengimplementasikan ilmu mengenai perfilman yang
didapatkan selama perkuliahan ke dalam proses dan kerja pada Montase
Press.
4. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang penulisan kritik
film maupun di bidang kepenulisan naskah.
C. Manfaat
Adapun manfaat dari dilaksanakannya Kuliah Kerja Profesi (KKP) mahasiswa
program studi Televisi dan Film Institut Seni Indonesia Surakarta adalah sebagai
berikut :

3
1. Bagi Mahasiswa
a. Mendapatkan pengalaman sekaligus kesiapan mental mahasiswa untuk menjalani
dunia kerja yang sesungguhnya.
b. Mengembangkan bakat dan minat mahasiswa sekaligus mengaplikasikan ilmu
pengetahuan teoritis yang didapatkan dari perkuliahan dalam dunia kerja.
c. Menjalin kerja sama secara profesional dengan Montase Press dan film.
2. Bagi Prodi Televisi dan Film ISI Surakarta
a. Menjadi evaluasi pencapaian kompetensi lulusan dan materi pembelajaran.
b. Menjalin kerja sama secara profesional dengan pihak industri yang berkaitan.
c. Memperoleh informasi perihal perindustrian baik dari industri pertelevisian
maupun industri perfilman tentang kualifikasi sumber daya manusia yang
dibutuhkan.
3. Bagi Montase Press
a. Memperoleh calon tenaga kerja yang terdidik dan terampil dalam dunia perfilman
khususnya di bidang kepenulisan.
b. Mendapatkan calon volunteer yang aktif dan dapat bergabung dalam komunitas
di masa mendatang.
D. Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
Durasi : 36 Hari
Waktu : 13 Januari - 17 Febuari
Hari Kerja : Senin - Sabtu
Jam Kerja : Pukul 09.00 - 21.00 WIB
E. Lokasi Kuliah Kerja Profesi
Nama instansi / perusahaan : Montase Press
Bidang kerja / devisi : Penulis review dan kritik film

4
Alamat lengkap : Kregan 02/037 Sanggrahan, Wedomarteni,
Sleman Yogyakarta
Nomor Telepon : 08562934021 (Melati/Sekertariat)
: 081326446779 (Office)
Email : [email protected]

5
BAB II
MATERI DAN METODE KULIAH KERJA PROFESI
A. Materi Kerja Profesi
1. Materi Umum
Ditinjau dari segi bahasa, kritik merupakan suatu tanggapan yang
kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik atau buruk terhadap
suatu hasil karya, pendapat dan sebagainya. Kritik yang ditujukan pada
sebuah karya, terutama pada film dapat ditinjau dari kekuatan dan kelemahan
dari apa yang disajikan oleh film tersebut, disertai dengan alasan yang logis.1
Kritik kerap diartikan kurang lebih untuk membuat orang sekilas menyadari
dan memformulasi perasaan – perasaan, dugaan, dan gagasan yang tampak
melalui pengalaman dam pemikiran artistik secara bersamaan. Dasar uraian
kritik lebih banyak mengungkapkan unsur-unsur psikologis seniman.2 Kritik
film merupakan tingkatan lebih lanjut dari apresiasi film dimana seorang
kritikus film harus mampu menganalisis, mengevaluasi dan menilai sebuah
film. Selain itu, kritikus film harus mampu menerapkan berbagai metode
yang digunakan untuk membaca sebuah film, baik dari sisi sinematik
maupun sisi naratif yang dihadirkan dalam sebuah film. Maka dari itu
seorang kritikus film haruslah seseorang yang berkompeten dan memiliki
pengalaman dalam bidang perfilman dan sinematografi.
Kritikus memiliki peran untuk menilai kualitas dari sebuah karya film.
Namun perlu diketahui pula, bahwa fenomena film laris adalah tolok ukur
sukses atau tidaknya sebuah film. Film laris tentu saja memiliki sejumlah
formula yang menyebabkan sebuah film mampu menjadi sukses secara
komersial. Formula – formula tersebut dipengaruhi berbagai faktor
diantaranya :
1 https://kbbi.web.id/kritik html, 12 Mei 2019 21.19 WIB
2 Dr Bambang Sugiarto, Wacana Kritik Seni Rupa Di Indonesia. Bandung : Penerbit Nuansa , 2002. Hal. 41

6
a. Jumlah Layar Lebar
Semakin banyak layar lebar atau bioskop yang tersebar di
penjuru daerah, maka semakin luas pula penonton yang
dicangkup.
b. Adaptasi Novel Laris
Sebuah film bisa dibuat kisahnya menggunakan naskah asli
maupun adaptasi. Naskah adaptasi dapat bersumber dari sebuah
karya sastra khususnya novel. Novel yang dirujuk oleh pembuat
film, lazimnya diambil dari novel populer yang laris di pasaran.
Novel yang telah memiliki penggemar fanatik dan sangat populer
secara otomatis menjadi sarana promosi yang efektif untuk
menarik pembaca novelnya ke bioskop.
c. Genre Populer
Genre populer muncul karena genre tersebut yang paling
diminati oleh penonton sehingga produser memproduksi film
sesuai dengan permintaan pasar.
d. Film Franchise
Bentuk dari franchise dapat beragam seperti sekuel, prekuel,
remake, reboot, spin-off, hingga yang paling mutakhir cinematic
universe (semesta sinematik). Selain sebagai pengembangan
naratif maupun sinematik dari sebuah film strategi ini membuat
para penikmat film akan terus penasaran. Rasa penasaran inilah
yang sering diolah oleh para pembuat film untuk terus
mengembangkan franchise sebuah film.
Fenomena film laris ini menjadi amat menarik untuk dikaji terutama bagi
kritikus, apakah film laris ini sebanding dengan kualitas yang disuguhkan
dalam film atau hanya mengejar sesnasi untuk mendapatkan profit. Kritikus
berperan untuk mengulas baik dari sisi estetik, sinematik, serta genre dan
serinya. 3
3 Himawan Pratista, Agustinus Dwi nugroho, Luluk Ulhasanah, 30 Film Terlaris 2002-2018. Yogyakarta : Montase
Press, 2019. Hal 1-13

7
2. Materi Khusus
Dalam dunia kritik film, seorang kritikus film harus menguasai berbagai
aspek penting dalam film. Kritikus film harus pandai menganalisis sebuah
film baik dalam unsur naratif yang dituturkan film tersebut maupun
sinematik yang ditampilkan dalam film. Kritikus film dituntut untuk
mengikuti perkembangan film dari waktu ke waktu, mempunyai pengetahuan
luas dan kaya akan referensi film. Pada pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi ini,
penulis lebih diarahkan untuk menjadi kritikus pemula yang baik dan benar.
Sebelum dapat menulis ulasan dengan baik, penulis harus menjalani berbagai
tahapan. Pada minggu pertama pelaksanaan KKP penulis diberikan materi
materi dan hal – hal mendasar mengenai pengetahuan mendasar seni film.
Gambar 02. Materi Hal-Hal Dasar
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Melalui materi –materi yang diberikan didapatkan pemahaman mengenai
hal dasar unsur – unsur naratif dan makna dalam film fiksi secara lebih
terperinci yang nantinya akan berguna dalam kegiatan apresiasi atau kritik
film.

8
Gambar 03. Materi Pengantar Seni
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Pada minggu kedua dilakukan pemberian materi berupa cara menulis kritik ala
Montase Press yang akan penulis terapkan dalam kepenulisan review atau kritik film.
Selain itu dilakukan pula latihan-latihan kepenulisan review guna melatih kepekaan
kepenulisan dan memperbanyak referensi film dengan pendekatan naratif dan
sinematik.
B. Metode Kerja Profesi
Metode Kuliah Kerja Profesi yang diterapkan pada Montase Press
menggunakan sistem dengan standar sebagai berikut :
1. Memperbanyak Referensi Film dengan Menonton
Menonton film sama dengan mengapresiasi film itu sendiri. Apresiasi film
merupakan sebuah penghargaan terhadap pengalaman yang didapat saat
menonton sebuah film. Melalui pengalaman menonton film, seseorang dapat
melihat dan menilai secara obyektif sebuah film yang disajikan. Seseorang
dapat mengumpulkan informasi baik dari segi naratif maupun pencapaian
sinematik dari film tersebut. Informasi ini lah yang akan menjadi acuan
seorang kritikus untuk merangkum dan menganalisis sehingga dicapailah
sebuah penilaian yang relatif lebih obyektif.
2. Menulis Kritik dan Review
Dalam menulis sebuah kritik, seorang kritikus film harus memiliki keahlian
dalam membaca film. Dalam membaca sebuah film dapat dilihat dan ditinjau
melalui dua aspek yaitu aspek naratif dan aspek sinematik. Capaian dari

9
masing-masing aspek tersebut yang mempengaruhi baik atau buruknya
kualitas dari sebuah film. Selain itu, seorang kritikus film tidak diperbolehkan
untuk subjektif dalam menilai sebuah film. Seorang kritikus harus dapat
membedakan antara film “suka” atau film “bagus”. Kritikus biasanya
menggunakan metode “kriteria” untuk memudahkan dalam mengevaluasi film
supaya lebih obyektif. Metode kriteria ini terdiri dari :
a. Realisme
Kriteria realisme adalah bagaimana sebuah film dapat menyajikan
cerita seperti fakta yang terjadi sesungguhnya di kehidupan nyata.
b. Moral
Kriteria moral adalah bagaimana sebuah film dapat menghadirkan
nilai-nilai agama, tradisi dan budaya yang dianggap baik oleh
masyarakat.
c. Kompleksitas
Kriteria kompleksitas adalah bagaimana sebuah film menyampaikan
sebuah alur cerita dengan tingkat kerumitan nya masing-masing.
d. Orisinalitas
Kriteria orisinalitas adalah bagaimana sebuah film mampu menyajikan
hal yang baru dan segar yang belum pernah ada dalam film-film
sebelumnya.
e. Nilai Hiburan
Nilai Hiburan adalah sejauh apa sebuah film dapat menghibur dan
membangkitkan mood penontonnya.
f. Nilai Sosial atau Isu
Nilai Sosial atau Isu adalah apakah dalam sebuah film tersebut
mengandung nilai sosial atau isu di dalamnya.
g. Motivasi
Kriteria motivasi digunakan dalam sebuah evaluasi karena mampu
menciptakan kesatuan serta koheren. Motivasi dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis yaitu :
◆ Motivasi Naratif
Merupakan hubungan kausalitas (logika sebab-akibat) dalam cerita
film.
◆ Motivasi Realistik

10
Merupakan motivasi realistik sesuai konteks cerita serta genre film.
◆ Motivasi Intertekstual
Merupakan hubungan antara film dengan sumbernya, seperti novel,
genre, sutradara dan sebagainya.
◆ Motivasi Artistik
Merupakan pencapaian estetik atau sinematik dalam film.
◆ Motivasi Realistik
Merupakan motivasi realistik sesuai konteks cerita serta genre film.
Dalam menuliskan kritik film, perlu mengetahui dan memahamu format
penulisan dan kritik film yang sesuai dengan standar ala Montase Press.
Adapun kerangka penulisannya adalah sebagai berikut :
a. Berisikan mengenai data film yang mencangkup 10-15% dari total seluruh
artikel. Data film ini biasanya akan menjadi satu buah paragraf yang meliputi
siapa Sutradaranya, Crew, Pemain Film, Tanggal Rilis, Genre, hingga
penghargaan yang diraih.
b. Berisikan mengenai sinopsis film yang mencangkup 10-15% dari total seluruh
artikel. Sinopsis ini biasanya akan menjadi satu buah paragraf yang berisikan
ringkasan cerita dari film tanpa spoiler. Dalam paragraf ini seorang penulis kritik
atau review dilarang menceritakan tentang isi film lebih dari turning point satu
pada unsur tiga babak.
c. Berisikan ulasan yang mencangkup 70-80% dari total seluruh artikel. Pada
paragraf ini berisikan mengenai ulasan naratif dan ulasan estetik yang hadir
dalam film. Ulasan naratif ini berisikan informasi tentang logika cerita, keunikan
cerita dan penokohan. Sementara ulasan estetik berisikan informasi tentang
sinematografi, sound, editing, genre, mise en scene dan credits. Ulasan yang
ditulis juga harus terbebas dari unsur spoiler.
d. Setelah menulis kritik pada paragraf ulasan, kritikus harus dapat menilai film
tersebut. Penilaian biasanya diwakilkan dengan angka ( 0 - 100% ) atau bintang (
bintang 1 - 5 ).
Standar - standar dalam penulisan kritik dan review di atas didapatkan secara
langsung dari pembimbing lapangan berupa materi dan teknik penulisan kritik film
standar Montase Press.

11
3. Publikasi Kritik dan Review
Sebelumnya Montase Press mempublikasikan ulasan mereka dalam sebuah
majalah buletin. Namun karena dirasa kurang efektif, kini Montase Press
mengalihkan publikasi mereka melalui Website dan Instagram yaitu montasefilm.org
dan @montasefilm. Ulasan film yang dipublikasikan, disertai dengan penilaian akhir
berupa angka sebagai rekomendasi kepada penonton. Dengan publikasi melalui media
Sosial dan Website dirasa lebih efektif dan mampu menjangkau lebih banyak viewers.
4. Penulisan Buku
Setelah memperkaya referensi, mampu mengapresiasi film dan menuliskannya
dalam sebuah artikel atau ulasan, kritikus dituntut untuk membuat karya berupa
medium buku mengingat buku merupakan literasi yang valid. Montase Press
menerbitkan buku secara mandiri guna memperkaya acuan literasi kepada penikmat
film dan pembuat film. Berikut merupakan buku – buku yang diterbitkan oleh
Montase Press :
a. Memahami Film (Edisi 2)
Tahun : 2017
Penulis : Himawan Pratista
Penerbit : Montase Press
Halaman : 336 Halaman
b. Kompilasi Buletin Film Montase 1-3
Tahun : 2018
Penulis : Himawan Pratista dan Agustinus Nugroho
Penerbit : Montase Press
Halaman : 200 Halaman
c. 30 Film Indonesia Terlaris
Tahun : 2019
Penulis :Himawan Pratista, Agustinus Nugroho dan Luluk
Ulhasanah
Penerbit : Montase Press
Halaman : 240 Halaman

12
BAB III
PELAKSANAAN KULIAH KERJA PROFESI
A. Data Perusahaan Kuliah Kerja Profesi
1. Sejarah Montase Press
Gambar 03. Logo Montase
Sumber : Profile Komunitas Montase, 2018
Montase Press sendiri berdiri sejak tahun 2017. Montase Press ini merupakan
sebuah devisi yang ada dalam komunitas film Montase. Awal tujuan didirikannya
Montase Press ini adalah untuk menerbitkan buku yang ditulis oleh para anggotanya.
Buku yang pertama kali diterbitkan oleh Montase adalah Memahami Film Edisi I
pada tahun 2008 yang mana waktu itu masih diterbitkan oleh Homerian Pustaka.
Buku Memahami Film Edisi I ini ditulis oleh Himawan Pratista yang kini bukunya
telah terbit lebih dari 1000 eksemplar. Buku ini telah didistribusikan ke sekolah-
sekolah, institusi pendidikan perfilman dan sejumlah komunitas film di seluruh
Indonesia. Buku pertama kali yang dicetak oleh Montase Press adalah Memahami
Film Edisi II pada tahun 2018. Kini Montase Press telah mencetak 5 buah buku
seperti Memahamin Film edisi II, Kompilasi Buletin Film Montase Vol. 1-3, dan
Ulasan 30 Film Terlaris Indonesia 2002-2018 yang telah dirilis pada awal tahun 2019.
Montase adalah sebuah komunitas film independen yang berdiri pada tahun 2005
di kota Yogyakarta. Pada mulanya Himawan Pratista dan rekan-rekannya sesama
penikmat film sering mengadakan pertemuan untuk berdiskusi dan berbagi informasi
mengenai dunia perfilman. Lambat laun berdirilah komunitas Montase ini yang
beranggotakan Himawan Pratista beserta rekan-rekan penikmat film tadi. Nama
Montase yang bermakna editing mucul ketika wacana pembuatan buletin sinema
mulai terealisasi. Pada tahun 2006 sebenarnya komunitas Montase ini telah memiliki
media buletin bernama “ Buletin Sinema Independen Montase” yang dipublikasikan
melalui Blog yaitu montase.blogspot.com. Buletin sinema Montase telah terbit hingga
27 edisi yang berisi mengenai pengetahuan dan ulasan film baik film mancanegara

13
maupun film lokal serta artikel lepas yang terkait dengan film. Namun pada tahun
2012 Buletin Montase vakum dan kembali lagi pada ahun 2015 dengan digantikan
oleh website Montasefilm.com
Dengan berjalannya waktu, anggota dari komunitas Montase ini semakin
bertambah dengan latar belakang yang bervariasi pula diantaranya adalah pengajar
perfilman, praktisi film, mahasiswa televisi dan film, mahasiswa ilmu komunikasi,
penikmat film hingga wiraswasta. Dalam perkembangannya, Komunitas Montase juga
mulai melakukan produksi berbagai film mulai dari film dokumenter dan fiksi,
mengadakan pelatihan produksi film ke beberapa Instansi dan Kampus. Hingga kini
komunitas Montase masih rutin mengadakan produksi film fiksi maupun dokumenter
yang selalu diikutsertakan beberapa festival dalam negeri maupun luar negeri. Hingga
kini komunitas Montase telah meraih penghargaan dan nominasi berkat karya –
karyanya. Pada tahun 2015, Komunitas Film Montase berhasil mendapatkan
penghargaan sebagai Komunitas Film Terbaik dalam ajang bergengsi Apresiasi Film
Indonesia (AFI) pada tahun 2015. Pada tahun 2017 komunitas ini juga telah berhasil
mendirikan penerbitan dan mencetak beberapa buku mengenai perfilman melalui
Montase Press4. Komunitas Film Montase ini akan selalu tetap eksis dan aktif dalam
memproduksi film dan mengapresiasi karya film. Komunitas Montase kini adalah
komunitas terbaik dan terlengkap yang ada di Indonesia.
2. Bidang Usaha
a. Penerbitan
Penerbitan merupakan sebuah devisi yang mengurusi segala hal tentang
penerbitan buku melalui Montase Press. Hingga kini Montase Press telah
menerbitkan sebanyak 5 buah buku di bidang perfilman. Melalui buku –
buku yang diterbitkan, Montase Press mencoba menawarkan pengetahuan
film melalui media literatur guna mengedukasi penikmat dan insan film
untuk memperluas wawasan dan lebih kritis dalam menyaksikan film.
b. Review dan Kritik Film
Devisi Review Film ini merupakan devisi yang berfokus pada apresiasi
film melalui penulisan artikel yang berisi kritik film. Artikel – artikel ini
dipublikasikan melalui website montasefilm.com dan Instagram
4 https://montase.org/our-profile/, 15 Mei 2019 13.10 WIB

14
@montasefilm. Artikel yang dipublikasikan mengulas film-film
Indonesia, Hollywood, Foreign dan Asia yang telah tayang di bioskop.
Ulasan yang ditulis menggunakan pendekatan naratif dan sinematik yang
dihadirkan di dalam film. Sesuai dengan moto nya “ Ringan dan
Mencerahkan” website yang dimiliki oleh Komunitas Montase ini
menawarkan pencerahan kepada penikmat film dengan ulasan-ulasan
yang ringan dan mudah dipahami oleh semua kalangan.
Sebelumnya, Montase mencoba menyebarluaskan artikel dan ulasan-
ulasan mereka melalui Buletin Montase yang didanai secara swadaya oleh
anggotanya. Montase mencetak buletin-buletin ini sampai 1000 eksemplar
dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Namun seiring
berjalannya waktu, semakin bertambahnya permintaan dan harga cetak
yang dirasa semakin mahal, website montasefilm.com hadir menggantikan
Buletin Montase pada tahun 2015. Adanya artikel-artikel yang berisi
review dan kritik film ini merupakan sebuah apresiasi serta kontribusi
Komunitas Montase untuk memajukan perfilman nasional.
c. Produksi Film
Devisi Produksi film bergerak pada aktivitas pembuatan film
independen. Film – film yang diproduksi adalah film pendek dan film
panjang yang terdiri dari film fiksi, film dokumenter dan film
eksperimental. Pada awalnya, para anggota montase memproduksi film
dengan peralatan sederhana yaitu handycam hanya untuk sekedar
menyalurkan hobi. Namun dari sinilah terlihat hasilnya. Anggota dari
Komunitas Montase menyadari jika memiliki banyak referensi film akan
mempengaruhi hasil karya mereka. Semenjak itu, meskipun memiliki
konten yang sederhana, film – film Montase dapat bersaing dengan film
– film asing. Bahasa visual dan kemasan sinematik yang dihadirkan
dalam film mereka yang menjadi kekuatan dalam film yang diproduksi
oleh Montase. Dengan mengangkat tema kearifan lokal dan ide cerita
yang sederhana, Komunitas Film Montase telah banyak melahirkan film
– film berkualitas yang telah meraih berbagai prestasi dari festival lokal
maupun festival nasional.

15
d. Distribusi Film
Devisi ini bertugas mendistribusikan film – film yang telah diproduksi
ke berbagai festival film baik lokal maupun internasional. Dengan
didistribusikannya film – film yang telah diproduksi oleh Komunitas
Montase diharapkan dapat disaksikan dan diapresiasi oleh publik. Film –
film yang didistribusikan oleh Komunitas Montase telah sampai ke lima
benua dan telah banyak menjadi official selection, finalis hingga menjadi
pemenang.
e. Montase Film Course
Montase Film Course (MFC) merupakan kelas film yang bertujuan
untuk memberi pelatihan dan pengetahuan mengenai dasar seni film dan
produksi film terutama film independen. Montase Film Course ini akan
diisi oleh pengajar perfilman dan praktisi film yang kompeten baik dari
Komunitas Montase atau dari luar komunitas. Kelas film ini lebih di
tujukan kepada penikmat film dan peminat film dari jenjang pemula
hingga menengah seperti siswa sekolah, mahasiswa, guru dan
masyarakat umum. Montase Film Course ini memiliki tujuan dan
harapan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pesertanya
dalam memahami film maupun produksi film dalam menghasilkan karya
yang lebih berkualitas.
f. Screening CinemOntase
Cinemontase adalah kegiatan pemutaran film (screening) dan diskusi
film pendek. Film – film yang diputar oleh Cinemontase adalah film –
film yang telah meraih prestasi baik lokal maupun internasional. Dalam
sesi diskusi, tidak lupa menghadirkan sutradara dan film maker nya
sehingga peserta yang datang dapat mengajukan pertanyaan secara
langsung kepada sutradara mengenai ide, konsep, proses produksi,
hingga proses distribusinya.
Dengan adanya kegiatan pemutaran Cinemontase ini, diharapkan
para peserta dapat mendapatkan informasi, pengetahuan dan pengalaman
baru mengenai festival film. Selain itu dengan adanya pemutaran film

16
Cinemontase ini, diharapkan akan ada yang mengikuti jejak para
pembuat film yang telah sukses sebelumnya.
3. Struktur Organisasi
Kepengurusan Montase Periode Tahun 2017 – 2018
a. Ketua Umum / Chairman : Agustinus Dwi Nugroho
b. Ketua Harian : Rian Apriansyah
c. Penasihat : Himawan Pratista
d. Sekertaris dan Bendahara : Melati Puspitasari
e. Humas dan Marketing : Mohammad Mozafari
f. Asisten Humas dan Marketing : Yosua Adji Febrianto
g. Kepala Devisi Produksi : Antonius Rah Utomo
h. Kepala Devisi Distribusi : Masdhika Dwi Rahmad H
i. Kepala Devisi Apresiasi Film : Luluk Ulhasanah
j. Kepala Devisi Penerbitan : Melati Puspitasari
k. Asisten Kepala Devisi Produksi : Dwi Saputro
l. Member Senior
- Febrian Andhika
- Andi Siti Hardianty
- Debby Dwi Elsha
- Teguh Arif Krisnanto
4. Penghargaan Komunitas
Sebuah ajang bergengsi Apresiasi Film Indonesia (AFI) pernah
memberikan penghargaan kepada Komunitas Montase sebagai Komunitas
Film Terbaik Indonesia pada tahun 2015.
5. Partner Komunitas
a. Sanggar Boneka Pak Bagong
b. Becuas Film
c. Rudan Picture
d. Omah Dhuwur Production
e. Ark Circle
f. Dicti Art Laboratory

17
g. Museum Dullah
h. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dilaksanakan pada 13
Januari 2019 – 17 Febuari 2019 dalam kurun waktu 36 hari. Kuliah Kerja Profesi
(KKP) dilaksanakan di basecamp Montase setiap hari Senin hingga Sabtu pukul 09:00
– 21:00. Waktu tersebut tidaklah mutlak melainkan fleksible sesuai dengan kebutuhan
pertemuan. Setiap pertemuan merupakan sesi pemberian materi baik berupa teori
maupun praktek menulis kritik film. Selain itu penulis aktif untuk pergi ke bioskop
guna mengikuti perkembangan film dan mengkritisi film Indonesia maupun film
mancanegara. Diskusi rutin dan pelatihan kepenulisan menjadi agenda penting dengan
lokasi sesuai dengan tugas yang diberikan.
2. Rencana Pelaksanaan KKP
Informasi mengenai magang penulis dapatkan melalui informasi dari Purwoko
Ajie rekan seangkatan yang kemudian penulis dihubungkan langsung dengan Ketua
Umum Montase Agustinus Dwi Nugroho pada 20 Desember 2018. Pada hari tersebut
Agustinus Dwi Nugroho memberi balasan untuk segera bertemu dengan beliau dan
Penasihat Montase Himawan Pratista untuk agenda lebih lanjut. Pada tanggal 25
Desember 2018 dilakukan survey lokasi dan interview oleh Ketua Umum Agustinus
Dwi Nugroho dan Penasihat Himawan Pratista.
Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi (KKP) ditempatkan pada devisi review dan
kritik film. Pada devisi ini lebih menekankan pada pengelolaan website
montasefilm.com sebagai penulis konten review dan ulasan. Dalam hal ini penulis di
arahkan untuk mereview Film Indonesia yang baru saja tayang di bioskop.

18
3. Realisasi Kegiatan
Montase Press merupakan sebuah devisi yang dimiliki oleh Komunitas Film
Montase. Montase Press didirikan dengan tujuan mengakomodasi para anggota yang
memiliki minat untuk menulis untuk menerbitkan karya mereka ke dalam sebuah
buku. Kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dimulai pada tanggal 13 Januari 2019
dengan penempatan pada devisi review dan kritik film. Pada devisi ini cenderung
berkerja dalam pengelolaan website montasefilm.com. Dalam website ini berisikan
mengenai ulasan – ulasan film baik film Indonesia maupun film mancanegara dengan
pendekatan naratif dan sinematik.
Proses yang dihadapi saat memasuki dunia Kuliah Kerja Profesi (KKP) ini adalah
beradaptasi dengan lingkungan, anggota Komunitas Montase dan Rytme kerja yang
diterapkan pada Montase Press. Dibantu dengan para anggota Komunitas Montase
dalam memahami seluk beluk kerja serta pengetahuan yang mereka bagi, dalam kurun
1 minggu dirasa sudah cukup untuk menyesuaikan diri dan memahami karakteristik
dari masing – masing devisi serta lingkup kerjanya. Berikut merupakan serangkaian
kegiatan yang ada di Komunitas Montase :
a. Materi dan Pembekalan Hal Dasar
Dalam tahap ini, penulis diberikan pembekalan berupa materi dasar tentang
sejarah film. Hal ini menjadi sangat penting mengingat seorang penulis kritik maupun
review haruslah memiliki pengetahuan mengenai sejarah perfilman. Kelas materi
dilakukan selama kurang lebih 1 minggu mulai pada tanggal 18 Januari guna
memperluas pengetahuan penulis. Selain itu penulis juga mendapatkan materi seperti
apresiasi film, marketing dan distribusi film, jenis dan genre film, franchise film dan
pemahaman mendasar mengenai unsur dan makna film. Penulis juga mendapatkan
pengetahuan mendasar mengenai unsur – unsur naratif dalam film fiksi dan tak lupa
dengan pengetahuan dasar aspek sinematik film.
Unsur – unsur naratif dalam film lebih terperinci terdiri atas plot / cerita yang
disajikan dalam film, Hubungan naratif dengan ruang yaitu tempat dimana pelaku
cerita beraktivitas, Hubungan naratif dengan waktu yang menunjukan pola
berjalannya waktu dalam cerita. Hubungan naratif dengan waktu ini yang nanti nya
akan mempengaruhi bagaimana penuturan cerita apakah linier atau non linier, dan

19
batasan Informasi cerita yaitu bagaimana sineas mengemas dan memberikan
informasi cerita dengan penceritaan terbatas (restricted Narration) atau penceritaan
tak terbatas (Omniscient Narration).5
Gambar 04. Kegiatan Kelas Materi Khusus
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Melalui materi pengetahuan dasar aspek sinematik film, penulis juga
mendapatkan pemahaman tentang unsur-unsur film yang lebih terperinci pula yang
meliputi mise-en-scene, sinematografi, editing, dan sound. Mise-en-scene adalah
segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen
pokok yaitu setting atau latar, tata cahaya, kostum (make up), serta pemain film.
Sinematografi adalah perlakuan terhadap kamera dan filmnya, serta hubungan kamera
dengan obyek yang diambilnya. Editing adalah transisi sebuah gambar (shot) ke
gambar (shot) lainnya. Suara adalah segala hal yang mampu kita tangkap melalui
indera pendengaran. Seluruh unsur sinematik tersebut saling berkesinambungan
membentuk satu kesatuan film yang utuh.6
Setelah melakukan kelas materi, pembimbing lapangan akan memberikan
referensi film yang nantinya akan menjadi bahan latihan untuk mengkritisi dan
mereview. Penulis juga diajarkan bagaimana tata cara menulis sebuah kritik film.
Mulai dari penulisan data film, sinopsis, ulasan film hingga ke penilaian film. Dalam
menulis sebuah kritik film penulis tidak dianjurkan memberi spoiler kepada pembaca.
5 Himawan Pratista, Memahami Film Edisi 2. Yogyakarta : Montase Press, 2018. Hal.63
6 Himawan Pratista, Memahami Film Edisi 2. Yogyakarta : Montase Press, 2018. Hal.24

20
Jika penulis memang harus menulis ulasan disertai dengan spoilernya maka penulis
kritik harus menyertakan tanda spoiler atau mengandung spoiler didalam artikelnya.
b. Pelatihan dan Penulisan Review Film Klasik
Setelah mendapatkan materi tentang pengetahuan dasar tentang perfilman,
maka penulis akan dibimbing oleh pembimbing lapangan dalam memantau seberapa
dalam materi yang telah penulis serap dan apakah penulis dapat mengaplikasikannya
ke dalam sebuah tulisan. Hasil yang didapat dari menonton sebuah film, akan diulas
sesuai dengan standar penulisan di Montase Press. Kemudian setelah ulasan tersebut
selesai, maka akan diteliti sekaligus dikoreksi oleh pembimbing lapangan. Pada
pemugasan mereview film - film lama dan bersejarah bagi perkembangan film di
dunia. Pada sub-bab kali ini akan menampilkan alur penugasan berupa review film
yang hasilnya akan dilampirkan pada bab lampiran – Laporan Kuliah Kerja Profesi.
Alur Penulisan :
- Menonton film klasik yang diberikan oleh pembimbing lapangan. Jika
kemungkinan tidak diberikan maka peserta magang wajib
menontonnya dengan streaming atau download di beberapa situs
penyedia.
- Peserta magang wajib menonton film tersebut diruangan yang tertutup
dengan komputer dan kualitas gambar HD agar dapat mendengarkan
kualitas suara yang dimiliki oleh film tersebut.
- Setelah menonton film hingga selesai, peserta magang wajib mencari
referensi tentang credit film beserta fakta film di situs wikipedia dan
IMDb guna mengetahui fakta tentang siapa saja yang berperan dalam
pembuatan film terebut, tanggal dan taun rilis, juga penghargaan yang
diperoleh film tersebut. Tidak lupa peserta magang juga membaca
ulasan-ulasan yang pernah dibuat sebelumnya guna menambah
wawasan.
- Menulis semua informasi dan data-data yang didapatkan. Informasi
dan data yang didapatkan akan ditulis pada paragraf pertama. Pada
paragraf kedua berisi sinopsis film (no spoiler), paragraf ketika
berisikan ulasan/kritik tentang film tersebut. Biasanya akan didahului
dengan ulasan pada aspek naratif, paragraf keempat akan berisikan

21
tentang ulasan pada aspek sinematik dan paragraf kelima akan
berisikan tentang kesimpulan beserta penilaian dari kritikus.
Setelah tahap penulisan selesai, maka akan diadakan kelas evaluasi yang mana
hasil review film akan dikoreksi dan diperbaiki oleh pembimbing lapangan supaya
tidak terjadi salah kaprah dalam mengkritisi sebuah film. Selain mengoreksi dan
memperbaiki hasil review, pembimbing lapangan akan mengadakan question and
answer kepada peserta magang yang sekaligus menjadi bahan diskusi dengan peserta
magang, sejauh apa peserta magang dapat menangkap dan menelaah isi dari film yang
telah disaksikan.
- Kritik dan Review Film Christopher Robin (2018) ditulis pada 15 Januari
2019
- Kritik dan Review Film Daun di Atas Bantal (1998) ditulis pada 18 Januari
2019
- Kritik dan Review Film The Groundhog Day (1993) ditulis pada 21 Januari
2019
- Kritik dan Review Film Babel (2006) ditulis pada 23 Januari 2019
- Kritik dan Review Film Berbagi Suami (2006) ditulis pada 25 Januari 2019
- Kritik dan Review Film Petualangan Sherina (2000) ditulis pada 25 Januari
2019
- Kritik dan Review Film Ada Apa Dengan Cinta (2002) ditulis pada 25 Januari
2019
- Kritik dan Review Film Go (1999) ditulis pada 28 Januari 2019
- Kritik dan Review Film Pleasent Ville (1998) ditulis pada 29 Januari 2019
- Kritik dan Review Film Kill Bill Vol.2 (2004) ditulis pada 30 Januari 2019
- Kritik dan Review Film Sliding Doors (1998) ditulis pada 2 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film The Wizard of Oz (1939) ditulis pada 4 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film Pengabdi Setan (1982) ditulis pada 9 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film The Photograph (2007) ditulis pada 14 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film Cek Toko Sebelah (2016) ditulis pada 15 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film Dilan 1990 (2018) ditulis pada 15 Febuari 2019
- Kritik dan Review Film Susah Sinyal (2017) ditulis pada 15 Febuari 2019

22
c. Pelatihan dan Penulisan Review Film Bioskop Indonesia
Pelatihan dalam mengulas film bioskop Indonesia yang baru saja rilis sangat
penting ketika menjalani Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Montase Press. Tujuannya
yaitu untuk menerapkan secara langsung ilmu yang telah diberikan selama kegiatan
magang berlangsung ke dalam sebuah karya tulis. Film – film Indonesia terbaru
biasanya akan dirilis setiap hari Kamis di setiap minggunya. Berikut merupakan alur
yang penulis lakukan dalam membuat ulasan film bioskop Indonesia
Alur membuat ulasan film Indonesia :
- Menonton langsung film yang baru saja rilis di bioskop. Biasanya
penulis akan menonton di Empire XXI, CGV, Jwalk Mall dan XXI
Ambarukmo Plaza. Penulis diwajibkan untuk menonton pada jam
pertama film tayang ( pukul 12:00 siang )
- Penulis akan merangkum segala gagasan atau ide menjadi sebuah
artikel
- Rangkuman tersebut akan dikembangkan kembali dalam penulisan
kritik dan ulasan dengan menggunakan standart redaksional Montase
Press. Hal ini harus dilakukan supaya independensi tulisan dapat
layak terbit.
- Hasil ulasan akan dikoreksi oleh editor kepenulisan (Himawan
Pratista) untuk disusun kembali susunan katanya dan tak lupa editor
akan memberi masukan terkait hasil tulisan yang dirasa masih kurang.
- Ulasan dan kritik film bioskop Indonesia yang telah selesai diedit akan
langsung diterbitkan di website www.montasefilm.com dan instagram
@montasefilm.
Berikut merupakan review dan ulasan film bioskop Indonesia penulis yang
pernah diterbitkan oleh Montase Press

23
1. Preman Pensiun ditulis pada 17 Januari 2019
Gambar 05. Publikasi Ulasan Film Preman Pensiun di Web Montase Film
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
2. Orang Kaya Baru dutulis pada 24 Januari 2019
Gambar 06. Publikasi Ulasan Film Orang Kaya Baru di Web Montase Film
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

24
3. PSP : Gaya Mahasiswa ditulis pada 31 Januari 2019
GambarGambar
Gambar 07. Publikasi Ulasan Film PSP:Gaya Mahasiswa di Web Montase Film
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
4. Laundry Show ditulis pada 8 Febuari 2019
Gambar 08. Publikasi Ulasan Film Laundry Show di Web Montase Film
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

25
5. Calon Bini ditulis pada 14 Febuari 2019
Gambar 09. Publikasi Ulasan Film Calon Bini di web Montase Film
( Sumber : Agustin Primastuti .2019 )

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kuliah Kerja Profesi merupakan mata kuliah wajib tempuh oleh Mahasiswa yang
telah menempuh 100 sks yang dilaksanakan pada semester ke tujuh oleh Mahasiswa
jurusan Televisi dan Film. Mata Kuliah ini berguna untuk mengembangkan bakat dan
minat mahasiswa sekaligus memberi pengalaman tentang dunia perfilman khususnya
dalam dunia kerja. Ilmu serta teori yang pernah didapatkan dari bangku kuliah dapat
diterapkan secara langsung dalam dunia kerja. Pelaksanaan Kuliah Kerja Profesi
(KKP) di Montase Press selama 25 hari dirasa relatif singkat. Namun dari sinilah
penulis mendapatkan lebih banyak pengetahuan serta pengalaman terutama dalam
bidang kritik dan kepenulisan oleh pembimbing yang lebih kompeten.
Oleh karena itu Komunitas Montase merupakan komunitas perfilman yang
kompeten dan memiliki banyak kontribusi dalam dunia perfilman Indonesia.
Terutama Montase Press. Montase Press telah banyak memberi kontribusi dalam
bidang pendidikan bidang perfilman melalui buku-buku nya yang “ringan dan
mencerahkan”. Melalui karya tulis berupa kritik dan ulasan yang setiap saat dapat
diakses di website Montase www.montasefilm.com diharapkan dapat membantu
memajukan perfilman nasional. Kuliah Kerja Profesi di Montase Press ini
menunjukan perkembangan pengetahuan dan wawasan terlebih dalam menyaksikan
sebuah film, penulis otomatis akan menjadi lebih kritis. Bertambahnya relasi dan
pengembangan kualitas diri diharapkan dapat bersaing dalam dunia industri yang
lebih kompleks.
B. Saran
Dalam menjalani kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) dirasa masih terdapat
beberapa kekurangan. Karena itu, diharapkan adanya beberapa perbaikan untuk
kebaikan bersama ke depannya. Baik perbaikan dari pihak Mahasiswa, Kampus
maupun dari pihak Perusahaan atau Instansi tempat berjalannya magang :

27
1. Mahasiswa harus benar-benar berminat dan memahami tempat yang hendak
dituju untuk dijadikan tempat Kuliah Kerja Profesi (KKP). Apabila tidak
sesuai dengan minat dan kemampuan, dikhawatirkan Mahasiswa tersebut tidak
akan mendapatkan ilmu maupun pengalaman yang berarti selama menjalani
Kuliah Kerja Profesi (KKP). Untuk Komunitas Montase menerapkan standar
yang tinggi terutama dalam bidang kepenulisan sehingga Mahasiswa
sebaiknya sudah mengetahui tentang materi dasar-dasar perfilman dan
kepenulisan.
2. Mahasiswa disarankan untuk memposisikan dirinya sebagai anggota dalam
suatu komunitas atau perusahaan supaya dapat meningkatkan rasa tanggung
jawab dan kedisiplinan seakan akan memang telah terjun ke dalam industri
yang sebenarnya.
3. Mahasiswa disarankan untuk lebih aktif bertanya dan melakukan praktik
sesuai dengan minat dan bakatnya guna bekal dan pelajaran yang berguna saat
akan terjun ke dunia pekerjaan.

28
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Himawan Pratista. 2018. Memahami Film Edisi 2. Montase Press: Yogyakarta
Himawan Pratista, Agustinus Dwi nugroho, Luluk Ulhasanah. 2019. 30 Film Terlaris
2002-2018. Montase Press : Yogyakarta
Dr Bambang Sugiarto. 2002. Wacana Kritik Seni Rupa Di Indonesia. Penerbit Nuansa
: Bandung
INTERNET
Kbbi Web. Diakses pada 12 Mei 2019 pukul 21.19
https://kbbi.web.id/kritik.html
Montase. Our Profile. Diakses pada 15 Mei 2019 pukul 13.10
https://montase.org/our-profile/.
Montase. Divisions. Diakses pada 15 Mei 2019 pukul 13. 25
https://montase.org/divisions/.
Montase. Montase Press. Diakses pada 16 Mei 2019 pukul 19.08
https://montase.org/montase-press/.
Montase. Film Review. Diakses pada 16 Mei 2019 pukul 20.25
https://montase.org/film-review/.

29
LAMPIRAN
A. Dokumentasi Foto KKP
Gambar 10. Lokasi Montase Press
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Gambar 11. Lokasi Pemberian Materi dan Diskusi
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Gambar 12. Coaching bersama Himawan Pratista dan
Mohammad Mozafari
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )

30
Gambar 13. Proses Penulisan Review dan Kritik Film
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Gambar 14. Lokasi Pemutaran dan Diskusi Cinemontase
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Gambar 15. Sesi pemutaran Cinemontase
( Sumber : Purwoko Adjie. 2019 )

31
Gambar 16. Sesi Diskusi Bersama Mohammad Mozafari
( Sumber : Agustin Primastuti. 2019 )
Gambar 17. Foto Agustinus Dwi Nugroho dan
Himawan Pratista
( Sumber : Muhammad Aryodhia. 2019 )

32

33

34

35
FILMOGRAFI
1. Umbul, A Tribute to Akira Kurosawa
English Title : Umbul, A Tribute to Akira Kurosawa
Genre : Mistery
Film Type : Fiction
Runtime : 19:53 minutes
Completion Date : 2013
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 2.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Locations : Ngablak, Magelang
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Film Indie Yogyakarta 2013
◆ Pemenang Film Favorit
◆ Pemenang Pemeran Pria Terbaik
◆ Pemenang Musik Terbaik
◆ Nominasi Film Terbaik
◆ Nominasi Sutradara Terbaik
2. Piala Maya 2013
◆ Nominasi Film Pendek Terbaik

36
3. Screening Montase Shorts Vol.1 at Platinum Cineplex Solo Baru (DCP
Format) 2014
4. Kineria Online Film Festival 2015
◆ Nominasi Film Horor Terbaik
2. Grabag, A Short Tale of Earth and Human
Genre : -
Film Type : Documentary - Experimental
Runtime : 36:45 minutes
Completion Date : 2013
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 3.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Grabag, Magelang
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Piala Maya 2013
◆ 20 besar Film Dokumenter Terbaik
2. STOSFEST Film Festival 2014
◆ Nominasi Film Dokumenter Umum Terbaik
3. Denpasar Film Festival 2014
◆ 10 Besar Film Unggulan Terbaik

37
4. Screening Montase Shorts Vol.1 at Platinum Cineplex Solo Baru 2014
3. Superboy
Genre : Drama - Action - Family
Film Type : Fiction
Runtime : 18:00 minutes
Completion Date : 2014
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 3.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Grabag, Magelang
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Video Edukasi 2014
◆ Pemenang Juara III
2. Festival Film Indie Yogyakarta 2014
◆ Pemenang Naskah Terbaik
◆ Pemenang Tata Suara Terbaik
◆ Nominasi Musik Terbaik
3. Piala Maya
◆ 30 Besar Film Terbaik

38
4. 05:55
Genre : Drama
Film Type : Fiction
Runtime : 12:39 minutes
Competion Date : 1 November 2014
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 500.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Dusun Palgading, Sleman, Yogyakarta
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Film Indie Yogyakarta 2014
◆ Pemenang Sinematografi Terbaik
◆ Nominasi Naskah Terbaik
◆ Nominasi Editing Terbaik
◆ Nominasi Tata Artistik Terbaik
◆ Nominasi Efek Visual Terbaik
2. Jogjakarta Asian Film Festival (JAFF) 2014
◆ Official Selection - “Faces of Indonesia” - Screening at Empire
XXI, Yogyakarta
3. XXI Shorts Film Festival 2015
◆ Film Terbaik versi Juri Media
4. Los Angeles Indonesian Film Festival 2015

39
◆ Selected for screening at Regent Theater, Los Angeles
5. Youth Peace International Film Festival 2015
◆ Selected Screening at Universitas Muhammadiyah Malang
6. Vidsee Juree Awards 2016
◆ Out of Competition Selected
7. Global Shorts Film Awards 2016
◆ Best Cinematography, Screening at Chelsea Bow Ties Theater,
New York
8. Tehran International Silent Film Festival 2016
◆ Best Fiction, Tehran, Iran
9. Phoenix Film Festival Melbourne 2016
◆ Semi - Finalist
10. Minikino Film Weeks - Denpasar Bali 2016
◆ Finalist
5. Tungku Nenek
English Title : Grandma’s Stove
Genre : Drama
Film Type : Fiction
Runtime : 05:18 minutes
Completion Date : Febuary 2015
Production House : Omah Dhuwur Production &Montase Production
Budget : $ 50 USD
Country of Origin : Indonesia

40
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Dusun Palgading, Sleman Yogyakarta
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Clean Stove Initiative Film Festival 2015
◆ Winner Indonesian CSI Awards
2. Kalijaga Awards 2015
◆ Nominasi Film Terbaik
3. 2th Jogja Film Academy Short Film Competition 2016
◆ Official Selection - Screening
4. 9th CMS International Children’s FilmFestival 2017
◆ Official Selection - Screening
5. 12th Belize International Film Festival 2017
◆ Nomination of Best Short - Screening
6. The Sacred of Kudus
Genre : -
Film Type : Documentary
Runtime : 26:21 minutes
Completion Date : June 2015
Production House : Montase Production
Budget : $ 500 USD

41
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Kudus, Jawa Tengah
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. 11th International Tourism Film Festival “ Tourfilm Riga” 2018
◆ Official Selection
7. Arca
English Title : The Statue
Genre : Horror Politics
Film Type : Fiction
Runtime : 12:46 minutes
Completion Date : March 2016
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 2.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Palgading, Sleman, Yogyakarta
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. 14th International Short & Independent Film Festival Dhaka 2016

42
◆ Official Selected and Screening
2. South East Asia Movie Open Program 2017
◆ Official Selection - Non Competition Program
8. Nyumbang
Genre : Drama Comedy
Film Type : Fiction
Runtime : 20:00 minutes
Completion Date : November 2015
Production House : Montase Production
Budget : Rp. 3.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Ngablak, Magelang, Jawa Tengah
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Video Edukasi 2015
◆ Juara ke- 2 Film Terbaik Kategori Umum
2. Festival Film Anti Korupsi (ACFFEST 2015)
◆ Juara Film Fiksi Terbaik Kategori Umum
3. UII Scream Film Festival 2016
◆ Nominasi Film Terbaik

43
4. Parade Film MMTC 2016
◆ Official Selection - Non Competition
5. Festival Film Indonesia Berkemajuan 2016
◆ Ide Cerita Terbaik
◆ Nominasi Film Terbaik
◆ Nominasi Editing Terbaik
6. 5th Darbhanga International Film Festival 2018
◆ Official Selection
9. Ngelimbang
English Title : The Tin Boy
Genre : Drama
Film Type : Fiction
Runtime : 16.44 minutes
Completion Date : 1 November 2015
Production House : Becuas Film - Omah Dhuwur Production
Distribution : Montase Production
Budget : Rp. 500.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Beruas, Simpang Katis, Bangka Tengah
Shooting Format : HD
Penghargaan :

44
1. Festival Film Edukasi 2015
◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa, Jawa Timur
2. Golden Sun Film Festival 2016
◆ Official Selection, Malta
3. Ganesha Film Festival 2016
◆ Special Screening at Bandung
4. Chennai International Film Festival 2016
◆ Official Selection & Screening, Chennai India
5. Vidsee Juree Award
◆ Nominasi Film Terbaik, Jakarta
6. 8th International Children’s FilmFestival of City Montessori School
◆ On Competition - World Section, Lucknow India
7. Malang Film Festival 2016
◆ Nominasi Film Terbaik, Malang
8. Banten Short Film Festival 2016
◆ Pemenang Sinematografi Terbaik, Banten
9. Green International Film Festival 2016
◆ Nominasi Film Terbaik, Screening 7 and 9 May at Seoul South
Korea
10. NUFF International Film Festival 2016
◆ Nominasi Film Terbaik, Screening 25 June at Tromoso,
Norwegia
11. UII Scream Film Festival

45
◆ Film Terbaik Kategori Umum, Yogyakarta
12. Pesta Film Solo 2016
◆ Screening at Taman Budaya Solo Jawa Tengah
13. 6th International Festival of Film and Audiovisual Children and Youth
◆ Selecctión oficial Categoría Juvenil + 13, Merada, Vanezuela
14. Parade Film MMTC 2016
◆ Official Selection - Non Competition
15. 2rd Jogja Film Academy Short Competition 2016
◆ Film Terbaik Kategori Mahasiswa, Yogyakarta
16. Ekurhuleni International Film Festival 2016 - South Africa
◆ Semi - Finalist
17. Minikino Film Weeks - Denpasar Bali 2016
◆ Selected Screening for Program “For Our Earth”
18. International Children;s Film Festival Film ‘On Brussels 2016
◆ Official Selection, Belgia
19. UI Film Festival 2016
◆ Film Terbaik, Universitas Indonesia, Jakarta
20. Festival Film Rakyat 2016 ( Internasional )
◆ Selected For Screening
21. Second Asia International (Wenzhou) Youth Short - Film Exhibition 2016
◆ Official Selection
22. Psymotion Film Festival 2016
◆ Ide Cerita Terbaik, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

46
23. Early Bird International Student Film Festival
◆ Official Selection, Sofia Bulgaria
24. Festival Film Indonesia Berkemajuan
◆ Film Terbaik
◆ Sutradara Terbaik
◆ Sinematografi Terbaik
◆ Nominasi Ide Cerita Terbaik
25. Link International Film Festival 2017
◆ Semi - Finalist, Virginia Water, United Kingdom
26. Life After Oil International Film Festival 2017
◆ Best Short Film, Sardinia Italia
27. Geo Film Festival & Expocinema
◆ Official Selection, Padova, Italia
10. Ambarrukmo : Kedathon dalam Pusaran Waktu
English Title : Ambarrukmo
Genre : History / Heritage
Film Type : Documentary
Run Time : 19:21 minutes
Completion Date : Febuary 2016
Production Hpuse : Montase Production - DictiArt Laboratory
Budget : Rp. 2.500.000,-
Country of Origin : Indonesia

47
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Pasanggrahan Ambarukmo, Yogyakarta
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Film Dokumenter Kota Pusaka 2-15
◆ Juara II Film Terbaik
2. Festival Film Dokumenter Budi Luhur 2017
◆ Nominasi 10 Besar Kategori Umum
11. The Letter
English Title : The Letter
Genre : Drama
Film Type : Fiction
Runtime : 09:50 minutes
Completion Date : September 2015
Production House : Montase Production and Ark Circle
Budget : Rp. 1.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Wirobrajan, Yogyakarta
Shooting Format : HD

48
Penghargaan :
1. Great Love Awards 2016 - DAAI TV
◆ Juara II ILM Terbaik
2. Festival Sinema Indonesia Australia (FSAI) 2018
◆ Finalis Film Terbaik
3. 5th Darbhanga International Film Festival 2018
◆ Official Selection
12. Reco
English Title : Reco
Film Type : Fiction
Runtime : 24:08 minutes
Completion Date : 3 March 2016
Production House : Montase Production dan Kementrian Pemdidikan dan
Kebudayaan
Budget : $ 3000 USD
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Video Edukasi 2016
◆ Nominasi Terbaik Kategori Umum

49
13. The Colors of Mind
Genre : Drama
Film Type : Compilation
Runtime : 15:32 minutes
Completion Date : April 2016
Production House : Montase Production
Budget : $ 500 USD
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Pantai Drini Gunung Kidul, Cafe Joy, Hotel Rumput
Yogyakarta
Shooting Format : HD
Penghargaan : -
14. The Painting of War : Aggression in the Eyes of Children
Genre : -
Film Type : Documentary
Runtime : 28:41
Completion Date : September 2016
Production House : Montase Production - Dicti Art Lab - Museum Dullah
Budget : $ 4000 USD
Country of Origin : Indonesia

50
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Apresiasi Film Indonesia (AFI) 2016
◆ Nominasi Film Dokumenter Umum Terbaik
2. 12th Belize International Film Festival 2017
◆ Nomination for Best Shorts Documentary - Screening
3. 5th Darbhanga International Film Festival 2018
◆ Official Selection
15. Journey To The Darkness
Original Title : Safar be Tariki
Film Type : Fiction
Runtime : 19:58 minutes
Production House : Montase Production, Rudan Pictures
Completion Date : 20 April 2017
Budget : $ 400 USD
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD

51
Penghargaan :
1. Jogja Asian Film Festifal 2017 - JAFF NETPAC
◆ Official Selection - “Asian Perspective” - Screening at Empire
XXI & CGV J-Walk, Yogyakarta
16. Dongeng Pak Bagong
Film Type : Documentary
Runtime : 12:21 minutes
Completion Date : June 2017
Production House : Montase Production & Sanggar Boneka Pak Bagong
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Film Puskat 2017
◆ Nominasi Film Dokumenter Terbaik Kategori Umum
17. Sawah Terakhir
English Title : Once Upon a Time in Yogyakarta
Film Type : Fiction
Runtime : 12:24 minutes
Production House : Montase Production
Budget : $ 100 USD
Completion Date : 25 June 2017

52
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Internacional de Imagem de Natureza (FIIN) 2017
◆ Official Selection, Vila Real, Portugal
2. Festival Film Jogja Film Academy #3
◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa
3. 21st Cinemambiente Environmental Film Festival
◆ Official Selection
18. 15,7 KM
Genre : Drama
Film Type : Fiction
Runtime : 15:00 minutes
Completion Date : 5 January 2018
Production House : Becuas Film
Distribution : Montase Production
Budget : Rp. 2.000.000,-
Country of Origin : Indonesia
Country of Filming : Indonesia
Shooting Location : Beruas, Simpang Katis, Bangka Tengah, Mendo,

53
Bangka Barat
Shooting Format : HD
Penghargaan :
1. Festival Film Jogja Film Academy #3
◆ Nominasi Film Terbaik Kategori Mahasiswa
2. Malang Film Festival
◆ Film Terbaik Kategori Mahasiswa
3. 5th Darbhanga International Film Festival
◆ Official Selection
4. Parade Film MMTC #5 2018
◆ Official Selection

54
REVIEW
CHRISTOPHER ROBIN
2018
Film Christopher Robin ini merupakan film petualangan yang disutradarai oleh
March Foster dan dibintangi oleh Ewan Mcgregor. Cerita petualangan Christopher
Robin dan Winnie The Pooh sendiri merupakan karya dari penulis A.A Milne yang
berjudul Winnie The Pooh tahun 1926 yang mengisahkan tentang petualangan Winnie
The Pooh dan kawan-kawannya yakni Eeyore, Piglet, Tiger, Roo, dan yang lainnya.
Film Christopher Robin ini mengisahkan tentang seorang anak laki-laki dengan
masa kecilnya berpetualang di Hundred Acre Wood yakni hutan di balik lubang
sebuah pohon di belakang rumahnya. Di sanalah Pooh dan kawan-kawannya tinggal.
Mereka menghabiskan waktu yang indah bersama hingga Robin terpaksa harus
berpisah dengan mereka karena ia harus melanjutkan pendidikannya. Waktu bergulir
dan banyak hal terjadi. Hingga akhirnya Pooh muncul secara ajaib di depan Robin
yang telah tumbuh sebagai pria dewasa.
Kisah Christopher Robin akan membawa kita kembali ke masa kecil kita yang
penuh keceriaan dan imajinasi yang kemudian hal itu akan terkikis oleh berjalannya
waktu dan tanggung jawab yang kita emban saat kita bertumbuh dewasa.
Akting dari Ewan Mcgregor sebagai Robin dewasa sangat natural dan patut
diacungi jempol. Ia memerankan peran sebagai pria dewasa yang mengemban
tanggung jawab besar sebagai seorang kepala keluarga sekaligus manajer di
perusahaan koper kulit. Ia dapat berperan sangat natural meski ia beradu akting
dengan benda tak nyata yaitu boneka Pooh dan kawan-kawannya. Tak hanya Ewan
Mcgregor, Bronte Carmichael yang berperan sebagai putri Christopher Robin yaitu
Madeline juga Hayley Atwell yang berperan sebagai istri Christopher Robin yaitu
Evelyn Robin sukses memainkan peran mereka dengan baik pula.
Pengalaman sinematik dalam film ini menyajikan nuansa jaman old dimana
setting nya berada pada zaman setelah perang dunia usai dengan tone yang cenderung
berwarna keabu-abuan yang enak dilihat. Selain itu efek CGI yang dihadirkan pada
teman-teman robin nampak nyata dan tidak terlihat tanda-tanda cacat. Justru kita akan
dibuat gemas oleh kehadiran Pooh dan kawan-kawan.
Cerita yang disajikan film ini tidak jauh berbeda dengan serial film anak Disney
lainnya yang menceritakan keluarga, pertemanan, kasih sayang dan kerja sama tim.
Sehingga ending dari film ini sudah dapat ditebak. Namun film dengan durasi 103
menit ini sangat dapat dinikmati pada saat family time karena kisah yang dibangun
dalam film ini sangat menginspirasi dan hangat.
SCORE : 80%

55
REVIEW
DAUN DIATAS BANTAL
1998
Daun Diatas Bantal merupakan salah satu drama yang sukses, karya dari
sutradara kawakan Garin Nugroho dan berkolaborasi dengan penulis skenario
Armantono. Film ini telah di putar dalam seksi Un Certain Regard pada Cannes
Filme Festival tahun 1998 dan meraih beberapa penghargaan dari luar negeri. Film ini
dibintangi oleh Christine Hakim sebagai Asih dan tiga anak jalanan yang berperan
sebagai diri mereka sendiri yaitu Kancil, Heru dan Sugeng.
Daun Diatas Bantal berkisah tentang tiga anak jalanan yang dipaksa untuk
menjadi dewasa karena kerasnya hidup sebagai orang pinggiran. Mereka berkeinginan
untuk lepas dari belenggu kehidupan sebagai orang miskin. Apapun mereka jalani
untuk bertahan hidup, dengan mengemis, mencuri hingga berjualan narkoba. Mereka
tinggal bersama seorang wanita bernama Asih, seorang sales yang sama-sama
bergulat dengan kemiskinan. Namun, nasib baik tidak berpihak kepada ketiga anak
malang itu. Hidup mereka satu persatu berakhir dengan tragis.
Dalam film ini penonton diajak untuk melihat seperti apa kehidupan kaum
pinggiran terutama anak jalanan. Garin sukses menyuguhkan realitas sosial lewat
gaya bertutur yang sesuai dengan keadaan aslinya. Tidak dilebih-lebihkan karena
begitu lah adanya, kerasnya kehidupan dijalanan. Hal ini membuat penonton seolah-
olah sedang tidak menyaksikan sebuah film fiksi, melainkan melihat kegiatan anak
jalanan di kehidupan nyata. Cerita dalam film ini mengalir saja tanpa dramatisasi
berlebihan, semua nampak nyata dan natural. Kesedihan dan keprihatinan yang
disuguhkan dalam film ini tidak harus ditunjukan dengan dialog yang menggebu-
nggebu atau tangisan yang meraung-raung. Semuanya mengalir saja hingga cukup
menimbulkan kesan miris.
Dalam pemilihan cast anak jalanan, dirasa sudah sangat tepat karena diperankan
oleh anak jalanan itu sendiri. Anak-anak jalanan itu seperti layaknya bintang film
yang memang sudah terbiasa berakting di depan kamera. Sangat luwes dan natural.
Dengan durasi delapan puluh tiga menit, Garin Nugroho berhasil menyajikan realitas
sosial dengan lebih sederhana dibndingkan dengan filmnya yang sebelumnya. Film ini
mengajak penonton untuk merasakan kesedihan, kesulitan, tawa dan harapan mereka,
anak-anak jalanan.
Meskipun sesekali terdapat percakapan yang tidak terdengar begitu jelas atau
dirasa terlalu cepat, Film ini tetap dapat dipahami melalui serangkaian gambar dan
adegan yang jelas. Film ini menjadikan potret bagaimana sebenarnya keadaan dan
kehidupan anak jalanan yang penuh ketidak adilan. Dalam film Daun Diatas Bantal
ini, Garin Nugroho jelas berhasil membuat penonton, untuk menjadi lebih peka
terhadap keadaan sosial kita supaya tak terabaikan. Selain memiliki pesan yang

56
mendalam, film ini dibalut dengan gaya bertutur yang sederhana, apa adanya dan
cenderung mengalir namun justru membuat penonton ikut terhanyut kedalam cerita.
SCORE : 90%

57
REVIEW
THE GROUNDHOG DAY
1993
The Groundhog Day merupakan film komedi yang disutradarai oleh Harold
Ramis dan ditulis oleh Danny Rubin. Film ini rilis di Amerika Serikat pada 12
Febuari 1993 lalu dan diperankan oleh Bill Murray sebagai Phill Connors, Andie
MacDowell sebagai Rita dan Chriss Elliot sebagai Larry.
Film berdurasi 101 menit ini menceritakan kisah seorang pembawa acara dalam
acara ramalan cuaca bernama Phill Connors. Phill adalah seorang yang egois, acuh
dan ia menjalani hidupnya dengan perspektif negatif. Suatu hari ia ditugaskan untuk
meliput festival Groundhog pada tanggal 2 Febuari. Groundhog adalah seekor tupai
yang dipercaya oleh warga setempat dapat meramalkan cuaca. Hal tersebut tentu saja
bertentangan dengan dirinya, dan ia cenderung menyepelekan festival tersebut. Ia
segera ingin pulang, namun hari itu adalah hari tersialnya karena ia terpaksa harus
bermalam di kota itu lagi. Jalanan ditutup karena ada badai salju. Keesokan harinya,
terkejut bukan kepalang saat ia menyadari bahwa ia bangun pada hari yang sama
seperti hari sebelumnya yakni 2 Febuari.
Film ini merupakan film dengan loop plot. Namun, meskipun dikemas dengan
menggunakan loop plot, film ini tidak membuat kita jenuh karena kesulitan
memahami alur. Penonton justru dipancing dengan beberapa adegan yang membuat
penasaran, apakah yang akan terjadi selanjutnya?. Harold Ramis berhasil membuat
penonton membuang kebosanannya meskipun beberapa adegan dan situasi yang sama
terus menerus terulang akibat dari fenomena yang misterius. Selain itu film ini juga
memancing tawa kita akibat tingkah polah Phill yang tak menentu dan kebingungan
dengan situasinya saat itu. Jokes yang dihadirkan dalam film tersebut dikemas dengan
rapi dan tidak dibuat-buat. Semua mengalir begitu saja mengikuti situasi yang
dihadapi oleh Phill. Meskipun kita dihibur pada awal hingga pertengahan film, pada
bagian akhir film, kita justru dibuat terkesan oleh proses demi proses yang merubah
Phill. Bill Muray mampu memerankan perubahan emosi dengan sederhana, tidak
berlebihan dengan tahapan demi tahapan yang sangat pas.
Secara teknis film ini dapat dikatakan baik bila melihat kapan tahun dirilisnya.
Pada adegan Phill tikus tanah menyetir mobil sudah tampak real. Film ini memang
sudah cukup berumur, namun film ini sangat menghibur dan cocok di tonton.
Meskipun dengan visual yang lawas, namun kita dapat melupakan kualitas visualnya
karena terhanyut kedalam perjalanan Phill Connors. Film ini dapat membuat penonton
tertawa dan terharu secara bersamaan. Makna yang disampaikan memang sederhana
namun dikemas dengan menarik, lucu dan sangat menghibur.
SCORE : 80%

58
REVIEW
BABEL
2006
Babel merupakan film drama yang disutradarai oleh Alejandro Gonzalez Innaritu
dan di tulis oleh Guillermo Arriaga. Film ini diperan kan oleh Bradd Pitt sebagai
Richard Jones, Cate Blanchett sebagai Susan Jones, Mustapha Rachidi sebagai
Abdullah, Andriana Barraza sebagai Amelia, Gael Garcia Bernal sebagai Santiago
dan Rinko Kikuchi sebagai Chieko Wataya. Film Babel tayang secara perdana di
festival film Cannes pada tahun 23 Mei 2006, rilis di Amerika pada 27 Oktober 2006
secara terbatas dan akhirnya pada tanggal 10 November 2006 tayang di Amerika
secara luas. Film ini telah meraih 42 penghargaan Salah satunya adalah memenangkan
Piala Oscar kategori Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original
Score pada Academy Awards, USA (2007) dan telah masuk nominasi berbagai ajang
bergengsi setidaknya 134 kali.
Di suatu tempat jauh di gurun pasir Maroko, dua anak laki-laki menenteng senjata
api pemberian Ayah mereka. Senjata itu digunakan untuk mengawal hewan ternak
dan mengusir predator. Namun tanpa disadari, senjata itu akan membawa mala petaka
dalam keluarga mereka. Di suatu tempat yang lain, sepasang suami istri
berkewarganegaraan Amerika mengalami kepanikan ketika sang istri tiba-tiba
dihujam peluru yang entah dari mana asalnya. Tak berhenti disitu, di belahan bumi
lainnya, yakni di Jepang ada seorang remaja putri yang sangat sensitif dan sering
memberontak tinggal hanya berdua dengan Ayahnya. Ibu nya telah meninggal dengan
tragis. Gadis itu dihadapkan dengan masa muda yang liar dan keras di kota besar
dengan segala keterbatasan fisiknya. Di belahan bumi lainnya pula, seorang wanita
yang bekerja sebagai pengasuh anak menghadapi kekalutan dimana ia harus
menghadiri pernikahan anaknya dan tanggung jawab nya sebagai pengasuh anak. Ia
mengambil tindakan berani untuk membawa anak-anak itu pergi bersamanya. Namun
itu merupakan keputusan yang akan disesalinya. Berbagai kisah yang berbeda di
berbagai tempat itu, disatukan dengan benang merah yang akan tampak dalam tahap
demi tahap.
Film ini menyajikan empat kisah dramatis yang sukses digarap oleh Innaritu.
Meskipun film ini berlatar di berbagai belahan dunia dengan perbedaan bahasa, tidak
lah menjadikan film ini sulit di mengerti. Film ini menghadirkan keragaman bahasa
dalam setiap kisah yang di bangun. Seperti halnya pada scene Richard dan istrinya
Susan yang harus singgah di Maroko karena Susan tertembak peluru. Mereka harus
berkonflik dengan seorang tabib saat hendak mengobati luka Susan. Kemudian,
Chieko yang kesulitan berkomunikasi dengan orang normal karena ia memiliki
keterbatasan yakni bisu tuli. Meskipun menyajikan 4 kisah yang berbeda, film ini
sebenarnya saling terhubung. Film berjalan dengan tingkat ketegangannya masing-
masing sehingga membuat penonton penasaran apa yang akan terjadi pada kisah yang

59
satu juga kisah yang lainnya. Tidak lupa, Sutradara Innaritu menyelipkan stereotip
dari masing-masing tempat dimana kisah itu berada.
Film ini menghadirkan budaya di berbagai negara dihadirkan dengan sangat
kontras namun justru membuat film ini menjadi sangat sexy. Sutradara Innaritu
berhasil membangun kesan disetiap negara lewat gambarnya. Dan semua ditampilkan
dengan indah. Dilengkapi dengan musik yang mendukung di setiap adegan dan latar
cerita. Gustavo Santaolalla, peramu musik asal Argentina dalam film ini. Ia
sebelumnya juga memenangkan piala Oscar untuk Musik Asli Terbaik dalam film
Brokeback Mountain pada tahun 2005. Tak lupa bagian yang sangat menarik adalah
ketika Chieko, pergi kesebuah klub malam yang sangat gemerlab dan bising. Di sana
dihadirkan bagaimana sudut pandang Chieko melihat dan mendengarkan itu semua.
Sangat sunyi. Hal ini tanpa disadari telah mengundang simpati penonton terhadap
Chieko.
Bagaimanapun cara Sutradara mengemas Film Babel ini, namun Sutradara telah
berhasil menyelipkan nilai-nilai kemanusiaan didalamnya melalui konflik-konflik
yang terjadi di barbagai tempat.
SCORE : 90%

60
REVIEW
PETUALANGAN SHERINA
2006
Petualangan Sherina merupakan film drama musikal yang bertemakan anak-anak
yang tayang perdana di bioskop pada tahun 2000. Kemunculan film ini membuat
kebangkitan dalam sejarah film Indonesia. Petualangan Sherina disutradarai oleh Riri
Riza dan di produseri oleh Mira Lesmana. Film ini diperankan oleh aktor terkemuka
yaitu Sherina Munaf, Derby Romero, Didi Petet, Mathias Muchus, Ratna Riantiarno
dan Butet Kertarajasa. Musik yang ditata oleh Elfa Secioria, hingga saat ini masih
melekat pada benak anak-anak tahun 90an yang telah menyaksikan film Petualangan
Sherina ini. Film yang berdurasi 114 menit ini sangatlah membekas di hati anak-anak
tahun 90an.
Kehidupan Sherina (Sherina Munaf) sebelumnya sudah sangat bahagia. Ia
memiliki keluarga yang hangat dan teman-teman yang baik hati. Ia juga anak yang
pandai bernyanyi, ceria dan energik. Namun tiba-tiba sang Ayah (Mathias Muchus)
harus mengajak keluargnya pindah rumah karena pekerjaan. Sherina tentu sangat
kecewa namun ia terpaksa harus mengerti. Di sekolahnya yang baru Sherina selalu
dijahili oleh geng yang paling ditakuti di kelas itu. Sadam (Derby Romero) dan kedua
anak buahnya Icang dan Dudung. Hal ini tentu membuat Sherina sangat kesal. Saat
liburan tiba, keluarga Sherina mengunjungi kediaman pak Ardiwilaga (Didi Petet) dan
disanalah Sherina bertemu dengan Sadam dengan sisi yang berbeda. Karena mereka
belum berbaikan sepenuhnya, mereka memutuskan untuk saling adu ketangkasan.
Namun karena itulah, mereka harus menghadapi bahaya.
Ide cerita film ini sederhana namun dapat dikemas dengan kreatif dan dikemas
selayaknya cara berfikir anak-anak. Sherina Munaf dan Derby Romero berhasil
memainkan peran mereka dengan menggemaskan. Film ini dapat menarik kita kepada
masa kecil kita dimana di sana dihadirkan petualangan, optimisme dan tak kenal rasa
takut dengan di bumbui nyanyian dan tarian. Koreografer berhasil membuat
koreografi yang sederhana namun tetap menarik sehingga anak-anak mudah
mengikuti dengan kompak. Selain itu lagu-lagu anak yan dihadirkan disesuaikan
dengan kondisi dan situasi yang ada di film tersebut. Sehingga feel nya dapat
tersampaikan kepada penonton. Lagu-lagunya juga sangat membekas di hati anak
generasi 90an.
Dalam segi sinematik, film ini meghadirkan kota Bandung sebagai latar
ceritanya. Disini penonton diajak menikmati kota Bandung yang tampak sejuk dan
asri seperti pada perkebunan dan hutan-hutan pinus. Penonton juga diajak melihat
Observatorium Bosscha dimana Sherina dan Sadam bersembunyi dari penjahat.
Penonton diberikan informasi mengenai Observatorium Bosscha yakni tempat untuk
meneliti dan melihat bintang. Lagi-lagi Elfa Seciora menghadirkan lagu yang sangat
pas dengan situasinya. Lagu yang mudah dan melekat di hati penontonnya.

61
Film ini sangat menghibur dan sangat cocok dinikmati bersama keluarga terutama
target penonton anak-anak. Film ini juga mendidik dan menyadarkan kita untuk
bersahabat dengan siapa saja dan peka terhadap sekitar kita.
SCORE : 80%

62
REVIEW
PLEASANTVILLE
1998
Pleasantville merupakan film komedi fantasi keluarga yang ditulis, disutradarai
dan diproduksi oleh Gary Ross. Film berdurasi 124 menit ini di perankan oleh Tobey
Maguire sebagai David/Bud, Reese Witherspoon sebagai Jennifer/Mary Sue, Jeff
Daniels sebagai Bill Jonson dan Joan Allen sebagai Betty Parker. Film ini dirilis di
Amerika Serikat pada 23 Oktober 1998 oleh New Line Cinema melalui Warner Bros.
Bercerita tentang dua saudara kembar David (Tobey Maguire) dan Jennifer
(Reese Witherspoon) yang memiliki karakter yang berbeda. David adalah seorang
remaja laki-laki yang cenderung cupu dan kurang pergaulan sementara Jennifer
adalah remaja perempuan yang seenaknya sendiri. Malam itu Jennifer hendak
mengajak teman kencannya datang kerumahnya saat orang tuanya pergi ke luar kota
sementara David hendak menonton acara kesayangannya pleasentville yaitu acara
televisi yang menayangkan sitkom tahun 50an yang hari itu mengadakan kuis
berhadiah. Karena merasa sama-sama memiliki kepentingan, David dan Jennifer
berebut remote TV hingga rusak. Tiba-tiba tukang reparasi TV misterius datang dan
memberi remote TV baru. Mereka kembali berebut dan tiba-tiba hal ajaib terjadi.
Mereka secara misterius masuk ke dalam acara televisi Pleasantville.
Film ini menyuguhkan penceritaan dengan menggunakan simbol-simbol yang
dikemas dengan alur tiga babak yang menarik dan menghibur. Sutradara Gary Ross
mengemas kehidupan yang ada di Pleasantville sesuai dengan visi kehidupan manusia
dari sudut pandang Tuhan. Semua yang dilakukan penduduk Pleasantville serba
sempurna. Skenario ditulis dan dieksekusi dengan cerdas karena sebenarnya film ini
menyuarakan kegelisahan yang dalam tentang rasisme dan kebebasan bersuara namun
tetap dikemas dengan teknik penceritaan yang unik dan menghibur. Film ini juga
menghadirkan eksplorasi mengenai pengalaman pribadi dan penemuan jati diri tiap
tokoh yang di simbolkan dengan perubahan warna yang dialami oleh tokoh dan
sekitarnya. Betty Parker (Joan Allen) yakni ibu Bud dan Mary Sue di Pleasantville
berhasil memerankan perannya dengan baik. Ia pada mulanya berhasil membawa
dirinya, seakan-akan menjadi ibu yang sempurna untuk anak-anaknya. Pada mulanya
ia berhasil membawa peran menjadi ibu yang sempurna dan cenderung kaku seperti
mannequin namun tahap demi tahap cerita berlangsung, ia dapat merubah karakternya
dengan sangat lembut dan natural.
Pengalaman cinematic yang dihadirkan juga sangat unik. Gary Ross
menyuguhkan unsur warna hitam putih dan warna yang colorfull yang dipadukan
dengan sangat halus dan teliti. Semua disatukan sesuai dengan kondisi cerita di dalam
film. Meskipun hampir seluruh cerita masih dominan dengan warna hitam putih,
namun sama sekali tidak membuat penonton bosan. Hal ini disebabkan karena film ini
memiliki cerita yang kuat dan alur yang tepat sehingga membuat penonton penasaran

63
dengan apa yang terjadi pada cerita selanjutnya. Selain itu, penceritaannya yang
dibangun juga kuat, tidak lupa menghadirkan kehangatan keluarga, dan beberapa
adegan komedi yang sangat menghibur dan cocok untuk ditonton.
SCORE :90%

64
REVIEW
KILL BILL VOL 2
2004
Kill Bill Vol 2 merupakan film action yang merupakan lanjutan dari film
sebelumnya yakni Kill Bill Vol 1 yang dirilis pada 10 Oktober 2003. Tak berselang
lama, Kill Bill Vol 2 kembali rilis pada 16 April 2004. Film ini ditulis dan disutradarai
oleh Quentin Tarantino. Pada mulanya film ini berdurasi selama lebih dari empat jam.
Maka dari itu film ini dipisah menjadi dua bagian film yakni Kill Bill Vol 1 dan Kill
Bill Vol 2. Film ini di perankan oleh Uma Thurman sebagai Beatrix Kiddo, David
Carradine sebagai Bill, Gordon Liu sebagai Pai Mei, Michael Madsen sebagai Budd
dan Daryl Hannah sebagai Elle Driver.
Beatrix Kiddo (Uma Thurman) masih mengincar orang-orang yang ada dalam
daftar matinya yaitu Budd adik Bill, Elle Driver dan Bill sendiri. Film ini kembali
menceritakan bagaimana masa lalu Kiddo dan mengapa ia ingin menghabisi Bill.
Setelah berhasil melumpuhkan tiga target yang telah diceritakan pada volume 1,
Kiddo kembali berjuang membalaskan dendamnya kepada tiga orang target
selanjutnya. Namun terkuak fakta bahwa anak yang ada dalam kandungannya dahulu,
masih hidup. Akankah Kiddo tetap dengan pendiriannya untuk menghabisi Bill atau
malah sebaliknya?
Tak seperti pada film sebelumnya yang lebih banyak menghadirkan adegan
perkelahian yang menegangkan, dalam Kill Bill Vol 2 ini justru menekankan pada
drama kisah Kiddo disertai dengan dialog-dialog yang cukup panjang. Maka dari itu
bagi penonton yang menunggu-nunggu adegan fighting yang bertubi-tubi seperti pada
Vol 1, mungkin akan dibuat kecewa karena dalam Vol ini adegan fighting yang
dihadirkan tidaklah sebanyak pada Vol 1 nya. Namun bukan berarti film garapan
Quentin Tarantino ini menjadi buruk. Karena Vol 2 ini akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang dihadirkan pada Vol 1. Yang membuat film ini menjadi hidup dan
menegangkan adalah saat dimana Kiddo harus menyelamatkan diri saat ia dikubur
hidup-hidup oleh Budd dan saat Kiddo bertarung sengit dengan Elle. Masing-masing
masalah yang dihadapi Kiddo dengan orang-orang incaranya, selalu disertai kilas
balik yang memacu Kiddo untuk menjadi lebih kuat. Namun sangat disayangkan pada
adegan perkelahian Kiddo dengan Bill dirasa kurang memacu adrenalin. Penonton
pasti sangat menantikan adegan klimaks pertarungan sengit antara Kiddo dan Bill.
Namun, sangat disayangkan karena pertarungan ini dirasa terlalu cepat dan selesai
dengan mudah. Dalam adegan ini justru lebih di tonjolkan pertarungan emosi yang
dirasakan antara Kiddo dan Bill.
Di balik itu semua, Uma Thurman sangat berhasil memerankan sosok Kiddo. Ia
berhasil menyuguhkan sosok pejuang Kiddo yang sangat kuat dengan ekspresi wajah
penuh dendam amarah sekaligus kesedihan yang berhasil ia pancarkan melalui sorot
matanya. Uma juga berhasil memainkan adegan kungfu dengan epic dan total

65
menggunakan kelenturan tubuhnya yang menjadikan ia benar-benar tampak seperti
sosok psikopat yang sebenarnya. Secara keseluruhan film dapat dinikmati dan dapat
menjawab rasa penasaran penonton terhadap Kill Bill Vol 1. Untuk para penonton
yang belum terpuaskan jangan khawatir karena Sutradara Quentin Tarantino juga
telah mendiskusikan kemungkinan dibuatnya Film Kill Bill Vol 3.
SCORE : 70%

66
REVIEW
SLIDING DOORS
1998
Sliding Doors merupakan film drama romantis yang ditulis dan disutradarai oleh
Peter Howitt yang merupakan Sutradara asal Inggris, dan diproduseri oleh Sydney
Pollack. Film yang berdurasi 99 menit ini di tayangkan di Amerika Serikat pada 24
April 1998. Paramount Pictures merupakan distributor dari film ini. Gwyneth Paltrow
berperan sebagai Helen Quilley, John Hannah sebagai James Hammerton, John
Lynch sebagai Gerry dan Jeanne Tripplehorn sebagai Lydia.
Bercerita tentang Helen (Gwyneth Paltrow), yang baru saja di pecat dari
perusahaan humas. Ia sangat kacau dan ingin segera kembali kerumah. Ia berjalan
dengan tak fokus sehingga pintu kereta (sliding doors) terlebih dahulu menutup
sebelum ia masuk sehingga ia harus ketinggalan kereta. Kemudian adegan di rewind
dimana Helen berjalan dengan fokus dan tak ada suatu yang menghalangi. Ia berhasil
mencegah pintu kereta (sliding doors) menutup dan mencegah dirinya tertinggal oleh
kereta. Kedua kisah itu terus berjalan secara pararel . Pertama yang mengisahkan
nasib Helen yang tertinggal oleh kereta api dan satunya lagi mengisahkan Helen yang
tak tertinggal oleh kereta api.
Didalam film ini, penonton diajak untuk mengetahui kemungkinan kehidupan
yang lain melalui kisah Helen Quilley. Film ini menerangkan bahwa kejadian yang
kita alami bahkan hanya dalam hitungan sepersekian detik, dapat mengubah
kehidupan kita ke depannya. Tanpa menggunakan sihir tertentu yang diucapkan
tokoh, atau doa-doa tertentu atau alat tertentu, film ini mengajak kita untuk
mengetahui kemungkinan kehidupan pararel yang lainnya melalui sihir film. Sihir
film ini dalam arti, bahwa Sutradara mampu melakukan teknik apa saja untuk
memvisualkan kedua kehidupan yang berbeda ini. Sutradara Peter Howwit memilih
dengan menggunakan teknik editing rewind dan Sutradara tak lupa menghadirkan
suatu kebetulan tertentu yang membuat efek domino yang akan mempengaruhi
bagaimana kelanjutan cerita pada film. Karena dua cerita yang berjalan nyaris
bersamaan, dengan kisah yang berbeda, film ini menggunakan teknik penceritaan
jumpcut dari kejadian 1 ke kejadian 2 yang membuat film ini tampak mengandung
nilai fantasi namun penonton di permudah memahami antara cerita 1 dan 2 dengan
penampilan potongan rambut Helen yang tampak berbeda. Cerita dalam film berjalan
dengan tempo yang cukup lambat dan cenderung mengalir saja sehingga penonton
dapat dengan mudah menangkap informasi yang ingin disampaikan dalam film ini.
Karakter yang dibawakan Gery (John Lynch) dapat dikatakan sangat kuat dimana
sebenarnya kelakuan Gery ini lah yang memiliki andil untuk mengubah seluruh
kehidupan Helen. John Lych sukses memainkan perannya sebagai pria bodoh seperti
keledai yang tidak bisa menentukan pendiriannya. Dia memiliki masalah dengan
komitmen yang ia buat sendiri dan ia tak bisa membuat keputusan untuk memilih satu
diantara dua wanita yang sedang ia kencani. Namun, cerita romansa antara Helen dan

67
James (John Hannah) justru yang membuat penulis lebih tertarik karena menyajikan
sebuah kisah romansa yang masih baru dan membara penuh semangat, berbanding
terbalik dengan kisah yang satunya yakni pada kisah cinta antara Helen dan Gery
yang hanya menyuguhkan rutinitas Helen yang membosankan dan hari-hari murung
Helen yang berjalan begitu-begitu saja. Namun pada bagian ending, menurut penulis
bagian ini adalah bagian ter-epic dimana film ini tidak menyuguhkan kudua nasib
Helen yang berakhir sama. Seakan-akan film ini menunjukan bahwa sudah
seharusnya jalan kisah Helen yang pertama yang ia jalani. Justru ini bukanlah sebuah
ending yang bahagia menurut penulis. Melainkan merupakan awal yang bahagia
untuk kisah Helen.
Film ini sangat menarik dengan menggunakan kebetulan-kebetulan yang terjadi
pada kehidupan sehari-hari seperti halnya pada adegan 1 dimana Helen bertemu
kembali dengan James disebuah bar setelah ia patah hati karena disakiti oleh Gery.
Sedangkan pada cerita 2 dimana Helen tak mengetahui kelakuan busuk Gery . Mereka
berkencan di bar yang sama seperti kisah 1 dan sebenarnya saling bertemu dengan
James namun James hanyalah orang asing. Film ini membuat kita mengingat
kejadian-kejadian seperti “oh kalau tahu begitu, saya tidak akan melakukan ini!, “Oh
saya pergi kesana pada hari dan jam yang sama! Tapi kita tidak saling bertemu!”.
Kebetulan-kebetulan yang dihadirkan sutradara dalam film ini dapat dikatakan sangat
wajar dan tidak dibuat-buat karena itu memang sering terjadi pada kehidupan kita.
SCORE : 90%

68
REVIEW
THE WIZARD OF OZ
1939
The Wizard Of Oz merupakan film musikal fantasi yang disutradarai oleh Victor
Fleming yang dirilis pada 25 April 1939 di Amerika Serikat. Film ini merupakan
adaptasi dari novel tahun 1900 karya pengarang L. Frank Baum yang berjudul The
Wizard Of Oz. Film ini diperankan oleh Judy Garland, Ray Bolger, Jack Haley, Bert
Lahr dan Frank Morgan.
Dorothy (Judy Garland) merupakan seorang remaja yang periang. Namun saat itu
ia amat kesal karena Toto anjing kesayangannya disakiti oleh Ny.Gulch (Margaret
Hamilton). Dorothy pun mengadu pada orang-orang terdekatnya termasuk Paman
Henry (Charley Grapewin) dan Bibi Em (Clara Blandick). Namun tak satupun dari
mereka yang menghiraukannya. Keesokan harinya Ny. Gluch datang kerumah
Dorothy dan mengadukan kepada keuarganya bahwa Toto telah menggigit Ny.Gluch.
Karena itulah Toto harus dibawa oleh Ny.Gluch. Dorothy amat kecewa dan
pertengkaran terjadi. Saat dibawa pergi, Toto berhasil melarikan diri dari Ny.Gluch
dan kembali menghampiri Dorothy yang sedih. Karena itulah Dorothy dan Toto
memutuskan untuk pergi dari rumah.
The Wizard Of Oz ini merupakan sebuah film yang timeless menurut saya. Film
ini pernah beberapa kali digarap ulang menjadi film-film yang terkenal yakni pada
film Oz the Great and Powerful (2013), dan pada film animasi Tom and Jerry and
The Wizard Of Oz. Film ini memiliki alur cerita yang menarik dimana film ini mampu
memvisualkan dunia anak-anak yang indah melalui Negeri Oz. Segala hal yang ada di
dalam Negeri Oz merupakan refleksi apa yang ada di dunia nyata tempat tinggal
Dorothy seperti karakter sahabat Dorothy di Negeri Oz yaitu Zake, Hunk dan Hickory
yang sebenarnya merupakan 3 pekerja dari Paman Henry. Kemudian Ny.Gluch yang
membuat Dorothy kesal, menjadikan karakternya menjadi sesosok penyihir jahat di
Negeri Oz. Hal ini sebenarnya dapat menimbulkan interpretasi penonton apakah
keseluruhan cerita di Neregi Oz hanya sebatas imajinasi seorang anak remaja ataukan
Dorothy benar-benar telah berpetualang di Negeri itu. Namun hal ini tetap kembali
lagi kepada penonton.
Film ini sangat menakjubkan mengingat film ini telah hadir setidaknya 80 tahun
yang lalu mulai dari menghadirkan set decor, make up dan wardrobe dan spesial efek
yang menakjubkan pada zamannya. Pada awal cerita yang berlatar di Kansas
menghadirkan efek Sephia yang mempresentasikan perasaan Dorothy yang sedang
suram. Namun setelah ia tiba di Negeri Oz, seluruh negeri berubah menjadi Full
Color karena Dorothy sedang berada di dalam petualangan yang baru. Selain itu lagu-
lagu yang di hadirkan seperti lagu Somewhere Over The Rainbow yang dinyanyikan
oleh Judy Garland sangat fenomenal dan populer hingga sekarang. Lagu ciptaan
Harlord Arlen ini telah dinamai oleh The American Film Institute sebagai Best Movie

69
Song Of The Afi’s 100 Years Historically. Menurut saya, mulai dari aspek cerita,
visualisasi karakter, hingga lagu dalam film ini sangat klasik dan telah menjadi
legenda. Film ini juga memiliki pesan moral yang membangun yakni setiap orang
pasti memiliki kelebihannya masing-masing dan kita tidak akan menyadari kelebihan
yang kita miliki sebelum mencoba yang terbaik.
SCORE : 90%

70
REVIEW
PENGABDI SETAN
1982
Pengabdi Setan merupakan film horor yang disutradarai oleh Sisworo Gautama
Putra. Film ysng didistribusikan oleh Rapi Films ini diperankan oleh Ruh Pelupessy,
W.D Mochtar, Fachrul Rozy, Simon Cader, I.M. Damsyik, dan Siska Karabety. Film
ini pada masanya dikenal sebagai salah satu dari beberapa film horor yang ada di
tanah air yang menggantikan tema horor yang diwarnai kepercayaan Kristen atau
Buddha dengan kepercayaan Islam.
Film ini menceritakan tentang sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Kakak
perempuan yang bernama Rita dan adik laki-laki yang bernama Tomi. Ibu mereka
baru saja meninggal. Keluarga ini merupakan keluarga yang tidak beriman. Sang ayah
terlalu sibuk dengan urusan kantor, Sang adik malah belajar ilmu hitam dan sang
kakak sering berpesta. Suatu hari seorang pembantu datang untuk melamar pekerjaan
dirumah itu. Pembantu itu sangat misterius dan semenjak kedatangan pembantu itu,
kejadian kejadian janggal mulai terjadi.
Seperti yang kita ketahui bahwa film ini telah di remake oleh sutradara Joko
Anwar dengan judul yang sama di tahun 2017. Joko Anwar mengemas inti cerita
dalam film ini dengan lebih fresh dan cerita yang lebih kuat. Dapat dimaklumi apabila
Pengabdi Setan 1980 ini memiliki banyak kejanggalan dalam sisi teknis dan
penceritaanya mengingat pada masa itu kita belum memiliki teknologi yang
memadahi begitu pula dengan alur ceritanya yang terlampau sederhana. Namun Joko
Anwar mengemas inti cerita dalam filmnya, dengan berbeda sama sekali dari film
awalnya. Perbedaan itu dapat dilihat dari jumlah anak dalam keluarga itu. Dalam film
Pengabdi Setan 1980 mereka hanya memiliki 2 anak dengan status sosial yang kaya
raya. Sedangkan dalam Pengabdi Setan 2017 mereka memiliki 4 orang anak yang
memiliki cerita dibalik kehadiran 4 anak tersebut dengan status sosial yang miskin.
Dalam Pengabdi Setan 2017 lebih menceritakan secara detail penyebab kematian
ibunya yang akhirnya meneror keluarga mereka karena pernah mengikuti aliran sesat.
Teror yang terjadi dalam keluarga mereka juga dikarenakan aliran sesat tersebut yang
dilakukan oleh sebuah sekte yang pernah diikuti ibu mereka. Berbeda dengan
Pengabdi Setan 1980 dimana teror tersebut datang dari sang pembantu yang
mengikuti aliran sesat untuk mengganggu keluarga yang tidak beriman. Kedua film
ini tentu berbeda jauh meskipun dengan inti cerita yang sama karena cara mengemas
cerita yang berbeda pula antara masing-masing Sutradara. Namun Joko Anwar
berhasil membuat remake yang lebih baik ,menegangkan dan menjadikan Pengabdi
Setan 2017 sebagai film horor terpopuler dengan jumlah penonton film horor
terbanyak sepanjang sejarah film horor yang ada di Indonesia. Sedangkan film
Pengabdi Setan 1980 tentu film ini patut diapresiasi mengingat film ini adalah film
pertama dan baru waktu itu yang memasukan kepercayaan agama islam. Jelas film ini

71
memiliki pesan moral yang gamblang dan membangun dengan gaya penceritaan yang
lebih sederhana.
SCORE : 50%

72
REVIEW
THE PHOTOGRAPH
2007
The Photograph merupakan film drama yang ditulis dan disutradarai oleh Nan
Achnas. Nan Achnas sebelumnya juga telah sukses dengan beberapa karya film
sebelumnya antara lain Kuldesak (1998), Pasir Berbisik (2001), dan Bendera (2003).
The Photograph merupakan karya terakhirnya sebagai sutradara, yang sempat pula
masuk dalam Nominasi Sutradara Terbaik FFI 2207 dan mendapatkan beberapa
penghargaan diantaranya adalah NETPAC Award pada Golden Horse Film Festival
(2008), Award of Ecumenical Jury dan Special Prize of the Jury pada Karlovy Vary
International Film Festival (2008). Film yang berdurasi 100 menit ini diperankan oleh
Shanty, Kay Tong Lim, Lukman Sardi dan Indy Barends.
Dikisahkan Sita (Shanty) merupakan seorang wanita jawa yang hidup dengan
serba kekurangan. Ia harus bekerja serabutan menjadi seorang pemandu karaoke di
bar dan bahkan ia harus rela menjadi seorang wanita tuna susila karena utang yang
harus di bayarnya kepada seorang germo yakni Suroso (Lukman Sardi). Karena
sangat kekurangan, Sita harus pindah dan tinggal di sebuah loteng rumah milik Pak
Johan ( Lim Kay Tong ), seorang Photographer tua dan sakit-sakitan. Namun mereka
berdua adalah dua pribadi yang saling bertolak belakang, dan Pak Johan memiliki
masa lalu yang pahit dan suram. Sedangkan Sita harus mulai membiasakan diri
dengan kepribadian Pak Johan.
Kisah antara Pak Johan dan Sita dituturkan oleh Sutradara dengan tempo yang
cukup lambat. Namun dengan tempo yang lambat inilah yang justru dapat
memaparkan fakta yang terjadi dalam cerita dengan cukup jelas dan masuk akal.
Namun sebenarnya film ini masih memiliki kekurangan dalam hal penceritaanya.
Cara bercerita dalam film ini terkesan terburu-buru dan melompat-lompat. Penonton
diajak mengenal dan bersimpati dengan situasi Sita, namun belum hingga tuntas kita
diajak melompat kepada babak lain. Hal ini tampak pada beberapa adegan diantaranya
saat adegan berkejar-kejaran antara Suroso dan Sita yang tiba-tiba berpindah dengan
terburu-buru ke rel kereta api dan tidak diketahui dengan jelas bagaimana kejadian
selanjutnya karena kemudia kita diajak untuk melompat ke adegan lain yang tidak
saling berkaitan dengan adegan selanjutnya.
Secara teknis film ini menyajikan gambar yang memanjakan mata diantaranya
komposisi gambar yang sinematik dan tampak indah. Selain itu penataan ruang yang
sengaja dilakukan menambah keeksotisan visual yang dihadirkan pada film.
Penjelasan masa lalu tokoh Pak Johan yang disampaikan oleh foto-foto lawas juga
cukup menggambarkan dengan indah dan memberi makna bagaimana hanya dengan
sebuah foto, kita bisa membuat sebuah memori yang akan selalu hidup meski yang
berada didalam foto itu sudah tiada. Selain itu, Shanty juga sukses memainkan
perannya sebagai Sita seorang janda yang kuat dan nekat. Ia juga berhasil membuat

73
penonton bersimpati kepadanya melalui nasib demi nasib buruk yang menimpanya
namun ia dapat menjalaninya dengan tanpa acting yang berlebihan dan cerita yang
terlalu mendramatisir. Namun sayangnya Lim Kay Tong memang sedang
memerankan sosok Pak Johan yang tua dan sakit-sakitan. Namun pelafalan dialog dan
volume suara yang terlalu rendah cukup mengganggu, terutama pada adegan
pernyataan terakhir Pak Johan. Adegan ini merupakan adegan inti namun dengan
pelafalan dialog yang tidak tegas dan dengan volume yang rendah membuat penulis
menganggap bahwa Pak Johan hanya sedang bergumam. Hal ini sungguh sangat
disayangkan mengingat adegan ini merupakan adegan inti.
SCORE : 70%

74
REVIEW
CEK TOKO SEBELAH
2016
Cek Toko Sebelah merupakan film komedi yang ditulis dan disutradarai oleh
Earnest Prakasa. Film ini menggandeng Starvision Plus dan dirilis pada 28 Desember
2016. Film yang memiliki durasi 98 menit ini di perankan oleh Earnest Prakasa
sendiri sebagai Erwin, Dion Wiyoko sebagai Yohan, Chew Kinwah sebagai Koh
Afuk, Adinia Wirasti sebagai Ayu dan Gisella Anastasia sebagai Natalie. Cek Toko
Sebelah mendapatkan reaksi positif oleh masyarakat dan berhasil masuk dalam
Sembilan nominasi termasuk Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Aktor Terbaik. Selain
itu Cek Toko Sebelah juga berhasil memenangkan Skenario Asli Terbaik dalam
Festival Film Indonesia 2017 dan memenangkan dua penghargaan yakni Film Terpuji
dan Aktor Terpuji pada ajang Festival Film Bandung 2017.
Mengisahkan sebuah keluarga keturunan Tiong Hoa yang memiliki usaha kecil
yakni toko kelontong. Toko kelontong itu di kelola oleh seorang ayah yang memiliki
dua anak dengan dua pencapaian berbeda. Yohan (Dion Wiyoko), merupakan anak
sulung yang memiliki kepribadian yang mudah tersulut amarah dan keadaan
ekonominya yang serba kekurangan. Hidupnya cukup berantakan namun ia memiliki
seorang istri yang sangat penyabar. Kemudian anak bungsunya bernama Erwin
(Earnest Prakasa) yang merupakan anak yang sukses dan memiliki karir yang
cemerlang. Saat sang ayah jatuh sakit, ia meminta anaknya untuk berkumpul. Namun
kabar mengejutkan ketika sang ayah meminta Erwin yang telah berkecukupan dalam
segala hal, untuk meneruskan usaha kelontongnya. Hal ini tentu membuat Yohan
sangat terpukul mengingat Yohan lebih membutuhkan toko kelontong itu.
Sutradara Earnest sukses menggabungkan unsur drama dan komedi menjadi
sebuah film yang mapan. Film ini terlihat sangat jelas bahwa Earnest membuat
filmnya dengan teliti. Ia kembali memasukan tema mengenai ras Tiong Hoa yang
memang dekat dengan sang Sutradara seperti pada film garapan sebelumnya Ngenest
The Movie. Namun tak seperti pada film sebelumnya yang mengangkat soal orang
Tiong Hoa sebagai minoritas di Indonesia, Earnest justru membangun film ini dengan
poin utama yaitu keluarga. Dengan mengangkat poin keluarga dengan problematika
yang dihadirkan, Earnest membungkus tema ini dengan lawakan yang dilengkapi oleh
para komika yang berhasil memancing gelak tawa penonton di studio. Lawakan yang
dihadirkan sesuai dengan porsinya dan tidak di lebih-lebihkan. Namun sangat
disayangkan ketika film ini seakan-akan ingin sekali memperlihatkan isu sosialnya
yang cukup kompleks namun masih harus mengemasnya dalam sajian komedi. Hal ini
yang membuat antara komedi dan penuturan plot utamanya tidak bisa blend menjadi
kesatuan yang utuh karena informasi yang diterima oleh penonton cenderung terpisah-
pisah. Selain itu film ini juga tak memberi kesempatan kepada penonton untuk lebih
dalam mengenal setiap karakter karena pemberian informasi yang cenderung terbatas.

75
Namun dalam sisi pengadeganan, para actor patut diacungi jempol. Chemistry antara
Dion Wiyoko dan Chew Kinwah justru sangat terasa. Penonton diajak untuk hanyut
dan bersimpati dengan apa yang terjadi kepada mereka melalui peran mereka. Secara
teknis gambar yang disajikan juga telah mapan. Film ini juga memiliki pesan moral
yang membangun dimana kita harus terus menjaga baik-baik hubungan antara orang
tua dan anak. Film ini juga menyuguhkan keuletan berusaha yang menjadi tipikal
khas orang-orang Tiong Hoa yang sangat kental.
SCORE : 80%

76
REVIEW
SUSAH SINYAL
2017
Susah Sinyal merupakan sebuah film komedi yang ditulis dan disutradarai oleh
Earnest Prakasa yang sebelumnya telah sukses dengan filmnya Cek Toko Sebelah
(2016) dan Ngenest The Movie (2015) yang sama-sama bergenre komedi. Film ini
diperankan oleh Adinia Wirasti sebagai Ellen, Aurora Ribero sebagai Kiara, Valerie
Thomas sebagai Astrid, Gisella Anastasia sebagai Cassandra dan Earnest Prakasa
sendiri sebagai Iwan. Film berdurasi 110 menit ini diproduksi oleh perusahaan
Starvision Plus dan dirilis di Indonesia pada 21 Desember 2017.
Film ini mengisahkan seorang wanita bernama Ellen (Adinia Wirasti) yang
merupakan seorang pengacara yang berkompeten dan sangat sukses. Ia memiliki
seorang anak tunggal bernama Kiara (Aurora Ribero) yang sangat dekat dengan Oma
nya. Namun karena kurangnya kedekatan dengan sang Ibu, Kiara tumbuh menjadi
remaja pemberontak. Meskipun begitu Kiara masih dapat mengendalikan diri ketika
bersama sang Oma. Namun keluarga ini mengalami guncangan yang hebat ketika
sang Oma tiba-tiba meninggal. Sebab itu lah Ellen menyadari bahwa ia harus kembali
kepada perannya yang sesungguhnya yakni menjadi seorang ibu.
Susah Sinyal mengangkat tema yang memang sering terjadi pada kebanyakan
keluarga yaitu kurangnya kedekatan orang tua dengan anak mereka sendiri. Dan
ketika kedekatan dengan orang tua tidak terjalin, maka anak akan mencari pelariannya
ke berbagai hal. Kiara merupakan contoh dari beberapa kasus yang memang benar
adanya terjadi. Kiara memutuskan untuk menjadikan social media sebagai pelariannya
selayaknya generasi muda masa kini. Tempo konflik yang dihadirkan pada film ini
berupa konflik internal dari masing-masing karakter utama yang disajikan, sangat
terasa bergelombang. Dalam arti film ini sekejap akan terasa panas karena konflik
yang hadir. Namun sebentar kemudian, tensi konflik akan cepat menurun. Seperti
pada adegan yang berlatar di Sumba dengan konflik-konflik kecil yang segera
terselesaikan, kemudian kembali lagi di kehidupan normal mereka di Jakarta dengan
segala konfliknya yang kembali dihadirkan, hingga kembali lagi ke Sumba pada tahap
penyelesaian. Memang alur yang disajikan terasa seakan-akan mondar mandir, dan
menurut saya ada beberapa moment di suatu tempat yang terasa mubazir, seakan-akan
hanya sekedar untuk membangun komedinya saja. Sebut saja dalam sekelumit kisah
antara Kiara dan Abe (Refal Hady) yang sebenarnya masih dapat dieksplor lebih jauh
tanpa meninggalkan sesuatu yang mengganjal pada film ini. Maka dari itu, film ini
cenderung lebih menonjolkan sisi-sisi komedinya yang didukung oleh para komika
yang dihadirkan dalam film ini tanpa meninggalkan pesan yang hendak disampaikan.
Selain mengangkat tema mengenai keluarga, Sutradara Earnest juga menyelipkan
tentang perubahan kemajuan teknologi yang membuat kita terbiasa dengan
kehadirannya. Dan ketika itu tak ada, kita akan dibuat kelimpungan selayaknya Kiara.
Namun disini, Earnest tak memposisikan cerita untuk menyalahkan kehadiran dari

77
kemajuan teknologi karena pada bagian ending pun, social media menjadikan
penyelesaian masalah dalam film ini.
Di sisi lain, para pemain film memerankan peran mereka yang dengan baik dan
natural oleh para pemeran utama yakni Adinia Wirasti dan Aurora Ribero. Kita dapat
dibuat kesal oleh Kiara karena sikapnya yang sangat kekanak-kanakan dan cenderung
kasar. Namun disitulah titik keberhasilan Aurora Ribero karena telah memerankan
Kiara sedemikian rupa menyebalkannya. Selain itu dalam hal teknis film ini telah
mapan selayaknya film pada umumnya, namun tak lupa kita diajak untuk menengok
sedikit keindahan alam Sumba yang menjadi setting dari film itu sendiri.
SCORE : 70%

78