tsda review 10 film

22
RANGKUMAN FILM TSDA Marcella / 00000007368 The History of Home – Bathroom Kamar mandi mungkin merupakan salah satu ruang fungsional di dalam rumah yang telah berevolusi paling lama. Pada abad pertengahan di Inggris, konsep dari sebuah ‘kamar mandi’ yang memiliki sebuah ruang tersendiri sama sekali belum ada. Pada era tersebut, sebuah kamar mandi hadir dalam bentuk ruang publik yang dinamakan bathhouse. Pertumbuhan bathhouse ini begitu pesat sehingga dibangun di tiap kota di Inggris. Namun, akhirnya bathhouse pun ditinggalkan oleh masyarakat karena terlau berkaitan erat dengan prostitusi. Selain bathhouse, terdapat juga toilet umum yang terletak tepat di London Bridge. Orang dapat melakukan ‘urusannya’ sembari bercakap- cakap dengan tetangga dan kotoran dapat langsung dibuang ke sungai. Sangat efektif. Pada abad ke-16, mendadak mandi menjadi kegiatan yang berbahaya. Selain karena kesediaan air bersih yang semakin sulit didapat, terdapat pula anggapan bahwa mandi air panas dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit. Akhirnya, alih-alih membersihkan tubuh, membersihkan pakaian linen putih menjadi lebih populer. Pada era itu, terdapat tiga tingkat toilet dari yang rendah sampai tertinggi : communal toilet, chamber pot, dan stool. Pada tahun 1596, tercipta toilet flush pertama di Inggris, yang dinamakan Ejax. Walaupun begitu, toilet jenis ini tidak terlalu diterima karena masyarakat Inggris masih menggunakan konsep bahwa ‘toilet lah yang datang ke orang, bukan sebaliknya’—tidak lupa bau yang masih tercium.

Upload: marcella-ismanto

Post on 15-Apr-2016

9 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

film review

TRANSCRIPT

Page 1: Tsda Review 10 Film

RANGKUMAN FILM TSDA

Marcella / 00000007368

The History of Home – Bathroom

Kamar mandi mungkin merupakan salah satu ruang fungsional di dalam rumah yang

telah berevolusi paling lama. Pada abad pertengahan di Inggris, konsep dari sebuah ‘kamar

mandi’ yang memiliki sebuah ruang tersendiri sama sekali belum ada. Pada era tersebut,

sebuah kamar mandi hadir dalam bentuk ruang publik yang dinamakan bathhouse.

Pertumbuhan bathhouse ini begitu pesat sehingga dibangun di tiap kota di Inggris. Namun,

akhirnya bathhouse pun ditinggalkan oleh masyarakat karena terlau berkaitan erat dengan

prostitusi. Selain bathhouse, terdapat juga toilet umum yang terletak tepat di London Bridge.

Orang dapat melakukan ‘urusannya’ sembari bercakap-cakap dengan tetangga dan kotoran

dapat langsung dibuang ke sungai. Sangat efektif.

Pada abad ke-16, mendadak mandi menjadi kegiatan yang berbahaya. Selain karena

kesediaan air bersih yang semakin sulit didapat, terdapat pula anggapan bahwa mandi air

panas dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit. Akhirnya, alih-alih

membersihkan tubuh, membersihkan pakaian linen putih menjadi lebih populer. Pada era

itu, terdapat tiga tingkat toilet dari yang rendah sampai tertinggi : communal toilet, chamber

pot, dan stool. Pada tahun 1596, tercipta toilet flush pertama di Inggris, yang dinamakan

Ejax. Walaupun begitu, toilet jenis ini tidak terlalu diterima karena masyarakat Inggris masih

menggunakan konsep bahwa ‘toilet lah yang datang ke orang, bukan sebaliknya’—tidak lupa

bau yang masih tercium.

Pada akhir masa kepempinan Elizabeth I, sungai di London telah menjadi amat kotor

dan polluted, sehingga pada tahun 1613 Hugh Middleton memuat sebuah sungai baru yang

dinamakan New River. Lewat sungai ini, air bersih dapat disalurkan ke rumah-rumah lewat

sebuah pipa dari pohon elm. Mulai abad ke-18, muncullah Georgian’s toilet. Terletak di

dalam kamar tidur, lokasi ‘kamar mandi’ ini berada di pojok kamar berupa basin yang berisi

air bersih. Namun, kegiatan mandi lebih didominasi oleh kegiatan merias wajah dan

memakai parfum, bukannya membersihkan diri.

Revolusi Industri memainkan peran penting dalam perkembangan kamar mandi.

Berkembangnya teknologi akhirnya menciptakan kembali Ejax, sebuah toilet flush yang

diproduksi oleh Thomas Crapper. Selain toilet, pipa-pipa pembuangan toilet pun semakin

Page 2: Tsda Review 10 Film

bervariatif untuk menghilangkan bau kotoran—seperti pipa leher angsa. Namun yang lebih

penting, sewage system pun diperkenalkan oleh Joseph Bazalgette. Sewage system ini

menjadi tempat penampungan kotoran umum yang membuat setiap rumah dapat memiliki

pipa-pipa pembuangan tersendiri. Pada akhir abad ke-18, kesadaran bahwa mandi

merupakan hal yang penting untuk kesahatan pun tumbuh. Terakhir, air panas pun akhirnya

memiliki akses langsung ke kamar mandi pada tahun 1910 (sebelumnya air panas harus

diantar ke kamar mandi dari dapur).

Air panas (yang bersih tentunya), kesadaran akan kesehatan, dan pipa pembuangan.

Tampaknya seluruh elemen sudah lengkap untuk sebuah konsep kamar mandi yang

sempurna. Namun ternyata setelah Perang Dunia ke 1 lah, konsep kamar mandi barulah

utuh lewat Hollywood. Hollywood memperkenalkan kepada masyarakat di dunia (termasuk

masyarakat Inggris) bahwa kegiatan mandi merupakan aktivitas privat yang dapat sangat

dinikmati. Setelah itu, hotel-hotel mewah pun memasukkan kamar mandi ke dalam tiap

kamar. Kamar mandi menjadi tempat yang ‘mewah’; mewah dalam artian merupakan satu-

satunya lokasi dimana kita dapat menjadi diri kita sendiri; terkunci dan privat.

La Galleria Umberto 1, Milan

Dirancang oleh Emanuele Rocco, La Galleria Umberto merupakan lokasi

perbelanjaan publik di sebuah kota di Itali, Naples. Naples merupakan kota terbesar di Itali

yang menjadi pusat ekonomi di Itali pada saat itu. Sayangnya, pada era tersebut terdapat

penyebaran wabah penyakit yang luas di kota tersebut. La Galleria Umberto ini pun menjadi

tempat bernaung masyarakat kota Naples untuk bersantai dan menghindari cuaca buruk.

Berlokasi dekat dengan pelabuhan, bangunan ini mengikuti sebuah konsep umum arsitektur

bahwa untuk menciptakan komposisi yang baik, bangunan harus mengikuti aksis bangunan

lain yang lebih tua umurnya. Walaupun begitu, karena kala itu bangunan telah begitu banyak

jumlahnya, lokasi galeri ini pun akhirnya ‘dipaksakan’ berada di perempatan jalan sehingga

memiliki bentuk tanda salib atau plus. Untuk menyembunyikan fakta mengenai lokasi buruk

ini, fasad bangunan ini dirancang semenarik mungkin dan monumental.

Dengan kubah atap berupa kaca, ternyata teknik penopangnya masih tergolong

ketinggalan jaman. Keberadaan kubah ini sebenarnya tidak direncanakan; galeri ini

seharusnya tidak memiliki atap seperti galeri-galeri perbelenjaan lainnya di Itali pada saat

itu, yaitu tanpa adanya atap. Selain itu, galeri ini dimaksudkan untuk memiliki dualisme

Page 3: Tsda Review 10 Film

fungsi : yaitu sebagai sebuah pusat perbelanjaan dan juga tempat tinggal / residence.

Sayangnya, konsep menggabungkan fungsi publik dan privat pun gagal karena banyaknya

keluhan mengenai ketiadaan teras (hanya terdapat satu sisi galeri yang mendapat sinar

matahari, sedangkan sisi lainnya menghadap ke dalam galeri yang bernaung kanopi kaca).

Selain itu, terdapat pula masalah lain seperti masalah kebocoran atap sehingga membuat

galeri ini akhirnya berfungsi sebagai perkantoran.

Berbentuk salib, lantai dari La Galleria Umberto dilapisi dengan mozaik di bagian

tengah dan berbentuk kompas yang menunjukkan arah orientasi. Atap berubah kubah kaca

pun memberi kesan transparansi dan sumber sinar natural, namun tetap dapat melindungi

pengunjung dari hujan yang bisa kapan saja datang. Untuk bagian interior, terdapat banyak

dekorasi di dinding-dindingnya untuk memberi kesan modern. Walaupun gagal mewujudkan

sebuah galeri yang multifungsi dan mewah, galeri ini tetap menjadi tujuan wisatawan

sampai sekarang karena keindahan kanopi kacanya.

Opera Garnier, Paris, Charles Garnier

Pada tahun 1858, terjadi sebuah ledakan teater opera bernama Rue Le Peletier di

Paris yang dilakukan oleh revolusioner Itali. Targetnya adalah Napoleon, dan untunglah

ledakan itu tidak mencederainya. Namun karena tragedi terebut, Napoleon pun

memutuskan untuk mengadakan kompetisi arsitektur untuk membangun sebuah gedung

opera baru di tahun 1860. Di antara 177 kontestan, rancangan Charles Garnier yang terpilih.

Hanya bekerja di sebuah tim arsitek yang memiliki relasi dekat dengannya, nama Garnier

sebenarnya sama sekali tidak dikenali di dunia arsitektur pada kala itu.

Pembangunan gedung opera ini diawasi dengan sangat ketat karena merupakan salah

satu projek terbesar dan juga merupakan isu politik yang cukup sensitif. Tekanan untuk

Garnier pun semakin besar karena terdapat tuntutan untuk menyelesaikan bangunan ini

pada World’s fare tahun 1867. Opera Garnier selesai tepat waktu, sayangnya haya bagian

fasadnya saja. Untungnya, tampak bangunan ini sangat mencengangkan dan monumental

sehingga hal ini tidak dipermasalahkan.

Lokasi opera ini dikelilingi oleh jalan raya yang berbentuk seperti berlian sehingga

merupakan lokasi yang amat tidak pantas untuk bangunan penting seperti ini. Selain itu,

tampak opera ini tidak dapat dinikmati karena tertutup oleh gedung-gedung yang berada di

sekitar opera ini. Rancangan Garnier ini banyak dikritisi karena tidak mengikuti aturan

paralelisme oleh banyak arsitek. Terdapat masalah lain yang tidak diprediksi oleh Granier,

Page 4: Tsda Review 10 Film

yakni ketinggian gedung di sekitarnya. Ia memiliki visi untuk menjadikan gedung ini sangat

monumental, sehingga harus lebih tinggi dari bangunan lainnya. Namun, terdapat bangunan

lain di sebelahnya yang rupanya lebih tinggi sehingga Garnier terpaksa ‘meninggikan’ fasad

bangunan ini secara mendadak.

Secara bentuk, Opera Garnier memiliki volume yang saling bertabrakan juga kubah

yang cenderung rata sehingga tidak mengikuti prinsip arsitektur klasik. Walaupun begitu,

Garnier berpendapat bahwa seluruh rancangan eksterior dan bentuknya memiliki tujuan

untuk menunjukkan fungsi interior bangunan. Contohnya dalah kubah bangunan ini yang

dimaksudkan untuk menunjukkan lokasi auditorium.

Ukuran auditorium di opera ini termasuk kecil jika dibandingkan dengan opera lain

pada jaman itu. Untuk struktur auditorium ini, Garnier menggunakan struktur logam yang

dapat menghindari kemungkinan terjadinya kebakaran. Sedangkan dari segi akustik (opera),

Garnier memutuskan untuk tidak melakukan rancangan apa-apa terhadap gedung untuk

meredam suara. Ternyata, efeknya sungguh luar biasa; yaitu jatuhnya kandil (chandelier)di

langit-langit akibat suara nyanyian opera yang begitu besar. Tidak hanya itu, bagian bawah

panggung memiliki jarak yang begitu tinggi sebagai tempat penyimpanan mekanisme yang

didukung oleh perkembangan teknologi pada jaman tersebut.

Opera Garnier merupakan bangunan yang memainkan andil besar dalam pemahaman

arsitektur di Eropa pada saat itu. Charles Garnier jelas telah memanfaatkan kesempatan

sebaik-baiknya dalam menciptakan karya arsitektur yang menginspirasi dunia sekarang.

Palladio : The Architect and His Influence in America

Lahir di Padua, sebuah kota di Itali yang berdekatan dengan Venice, Andrea Palladio

merupakan salah satu arsitek yang karyanya paling sering diimitasi oleh arsitek-arsitek di

Eropa dan Amerika. Ia memiliki ciri khas dalam merancang arsitektur yang menghubungkan

rancangan bangunan dengan lokasi di mana bangunan itu berada. Rancangan-rancangan

Palladio memiliki ciri-ciri seperti : kesederhanaan dalam bentuk geometri, keseimbangan dan

simetri, juga proporsi bangunan yang sempurna, seperti rasio antar tinggi dan berat yang

diukur secara tepat. Palladio sendiri memiliki pengetahuan yang luas terhadap arsitektur

kuno dan hal tersebut menjadi berpengaruh terhadap rancangan bangunannya.

Pada tahun 1508, ia pun meninggalkan Padua menuju Venice. Tidak lama pada tahun

1524, Palladio pergi ke Vicenza. Vicenza merupakan kota yang memiliki jalan-jalan sempit

Page 5: Tsda Review 10 Film

dengan arkade-arkade pada bangunannya. Kemudian, ia pun pindah ke kota Roma dimana ia

mengalami sendiri untuk pertama kalinya arsitektur-arsitektur kuno di kota tersebut. Pada

tahun 1949, kumpulan aristrokat meminta Palladio untuk merestorasi sebuah bangunan tua

di tengah kota untuk dijadikan palace dan juga sebuah teater permanen. Ia pun

menghadapi keberadaan dinding-dinding tua dan memutuskan untuk membuat sebuah

arkade dan sebuah busur yang terletak di antara kolom (ialah pencetus bentuk arkade

dengan busur yang kita kenal sekarang). Dinamakan Vicenza Piazza, bangunan ini baginya

merupakan the most elegant building since antiquity. Setelah itu, Palladio mendapat banyak

permintaan dari bangsawan untuk merancang palace mereka sendiri. Ia pun merancang

tiap-tiap palace untuk memiliki ciri khas yang unik dan berbeda satu sama lain sesuai dengan

pemiliknya juga dengan lokasi bangunan terebut berada.

Setelah banyak merancang bangunan untuk bangsawan, Palladio pun mendapatkan

projek pertamanya untuk merancang sebuah gereja di tahun 1562. Hanya saja, keputusan

Palladio untuk merancang bangunan dnegan konsep sebuah kuil Romawi membawa masalah

kompleks. Di Venice pada saat itu, fasad bangunan mengikuti tradisi untuk memiliki banyak

dekorasi terutama yang berbatasan dengan kanal. Untuk Gereja bernama San Giorgio

Maggiore ini pun, ia masih mengikuti tradisi. Fasad bangunan gereja ini dirancang untuk

menarik perhatian, sedangkan badan bangunan cenderung polos dan tidak memiliki banyak

dekorasi. Bagian interior gereja San Giorgio didominasi oleh dinding putih dan marmer abu-

abu yang menghubungkan bagian-bagian dari gereja. ‘A wall colors none is more suitable to

temple than white’. Ia meyakini bahwa keberadaan Tuhan tidak dihadirkan melalui lukisan

atau ornament, melainkan melalui persepsi ruang yang bersifat abstrak.

Venice kemudian berubah peran menjadi kota pertanian di abad pertengahan untuk

mendapat penghasilan. Awalnya, arsitek tidak dibutuhkan untuk merancang farm house.

Namun seiring berjalannya waktu, rancangan farm house yang terencana dengan baik

menjadi suatu keharusan. Tentu saja, Palladio pun menangani arsitektur jenis ini dengan

metode yang sama sebagaimana ia merancang bangunan lain di Venice sebelumnya. Ia

merancang dengan mempertimbangkan lokasi bangunan baru kemudian menentukan

konsep dari bangunan tersebut.

Berbeda dengan arsitek lain, Palladio menulis buku untuk menyampaikan hasil pikiran

dan rancangannya ke seluruh dunia, bahkan sampai ke Amerika. Dari situlah, ide-idenya

menjadi inspirasi banyak arsitek dan menyebar luas ke seluruh penjuru dunia.

Architecture and the Russian Avant – Garde

Page 6: Tsda Review 10 Film

Pada awal abad ke-19 (masa-masa terjadinya Evolusi Rusia), gaya arsitektur yang

paling dominan merupakan moderenisme, yang menjadi gaya nasional arsitektur di Rusia

pada masa itu. Revolusi Industri juga memainkan peran yang besar pada arsitektur Rusia.

Para arsitek menjadi sulit menemukan ‘gaya’ yang unik dan khas pada masa itu karena

perkembangan yang pesat di segala bidang kehidupan, termasuk teknologi. Di tengah-

tengah perubahan ini, muncullah konsep sebuah arsitektur yang ‘baru’, dengan ciri khas

seperti minim dekorasi, struktur menggunakan bentuk-bentuk geometris sederhana, serta

material dan metode konstruksi yang baru.

Contemporary architecture pun berkembang, dan inspirasi utamanya adalah dari

lukisan modernisme. Tidak dapat dipungkiri, arsitektur memang berkaitan erat dengan

inovasi dari lukisan dan seni. Terdapat dua arsitek yang bergelut di bidang tersebut, yaitu

Kandinsky dan Malevich. Tidak jelas siapa yang menginspirasi siapa, namun dua-duanya

mengaplikasikan hubungan antara volume dan ruang, serta gerak suprematism pada

arsitektur.

Salah satu projek arsitektur paling terkenal di Rusia adalah Tatlin’s Tower (walaupun

tidak pernah terwujud). Dengan bentuk volume dasar kubus, silinder, dan setengah bola,

Tatlin’s Tower ini pun dirancang hanya menggunakan tiga material yaitu besi, baja, dan kaca

(dikatakan menyerupai struktur sebuah gereja). Projek ini pun berhasil membuat banyak

arsitek memberanikan diri membuat sebuah bentuk baru arsitektur dan melawan batas-

batas psikologis.

Saat lukisan tidak dapat benar-benar menginspirasi arsitektur dari segi volume,

metode baru diperkenalkan oleh Rudolfski, yaitu dengan seni pahat. Lewat metode ini,

arsitek dapat bereksperimen dengan bentuk dan ruang dengan lebih fleksibel.

Utilitarianisme dan kontruktifisme pun berkembang pada era ini. Karya-karya

arsitektur Vesnin brother pun menerapkan konsep ini yang menggabungkan fungsi utilitas

sebuah bangunan dengan bentuk bangunan bersifat geometris. Nilai sebuah karya arsitektur

tidak seharusnya dinilai dari dekorasi ataupun keindahannya, melainkan dari fungsinya.

Di Rusia pada era tersebut terjadi sebuah revolusi sosial yaitu gerak Proletarian. Hal ini

menimbulkan perubahan pada arsitektur yang kini banyak berkontribusi terhadap

konstruksi-konstruksi cultural dan educational. Melnikov merupakan arsitek yang banyak

bergelut pada arsitektur-arsitektur jenis ini—yaitu sebuah bangunan dengan fungsi khusus.

Ia pernah sekali merancang sebuah garasi untuk bus di Moscow oleh karena kebutuhan

untuk menampung bus-bus yang jumlahnya bertambah banyak. Berbeda dengan arsitek-

Page 7: Tsda Review 10 Film

arsitek lainnya pada masa itu, Melnikov berhasil menghasilkan sebuah bentuk arsitektur

yang rumit yang berasal dari konsep sederhana mengenai volume.

Melnikov juga melakukan eksperimen terhadap rumahnya sendiri untuk menghasilkan

sebuah hubungan antara ruang-volume yang inovatif—layaknya seorang dokter yang

bereksperimen pada tubuhnya sendiri untuk menguji coba obat baru. Tapi memang, di Rusia

pada masa itu memang dituntut seperti itu. Arsitektur yang fungsional, inovatif, efektif dan

murah adalah keharusan.

Arsitektur di dunia terus berubah; berevolusi. Dan arsitektur Rusia memilih

bereksperimen, dengan bentuk, volume dan ruang.

Centre du Pompidou

Centre Georges Pompidou merupakan bangunan arsitektur paling radikal di Paris,

Perancis pada tahun 1970-an. Seluruh bagian strukturnya ditampilkan secara gamblang;

seperti sebuah skeleton. Tidak aneh jika warga Paris pada masa itu membenci bangunan itu

pada masa pembangunan—walaupun beda kasusnya setelah museum ini dibuka untuk

publik. Bermula dari sebuah kompetisi yang dibuka untuk seluruh arsitek untuk merancang

sebuah museum modern art, hadir dengan rancangan yang unik. Di antara rancangan-

rancangan kompetitor lainnya, hanya rancangan merekalah yang menempatkan bangunan di

‘sisi’ lahan yang diberikan. Sedangkan setengah lahannya dijadikan sebuah piazza (lahan luas

untuk tempat berkumpul).

Pada masa-masa ini, perkembangan baik dari segi teknologi, seni, dan politik

berlangsung dengan cepat dan dinamis, sesuai dengan kondisi Eropa pada masa itu

(terutama berkat Revolusi Industri). Dan bangunan ini ingin menangkap hal tersebut, untuk

menghasilkan ruangan yang fleksibel dan cair. Untuk mewujudkan hal tersebut, hadirlah

rancangan Centre Georges Pompidou. Telanjang dan terus terang, amat berbeda dengan

bangunan-bangunan di sekitarnya.

Bentuk paling mencolok dari bangunan ini mungkin adalah eskalator yang terletak

tepat di depan fasad bangunan. Memang sengaja dirancang seperti ini, karena hal-hal yang

bersifat fungsional, seperti eskalator dan lift diletakkan di luar fasad bangunan. Tujuannya

agar ruang di dalam bangunan bersifat fleksibel dan lapang. Lewat struktur baja yang

dirancang sedemikian rupa, ruang yang dihasilkan di dalam bangunan ini mencapai 2 football

pitch, tanpa adanya sekat berupa tembok ataupun struktur interior. Hanya ruang-ruang

seperti kamar mandi dan kantor yang memiliki dinding permanen. Melalui pergerakan ruang

Page 8: Tsda Review 10 Film

yang fleksibel inilah, eksebisi-eksebisi dan pameran dilakuan dengan partisi dinding yang

dapat dibongkar-pasang.

Tidak hanya sebagai tempat pameran atau pusat seni, Centre du Pompidou pun

menjadi sebuah ruang publik untuk orang publik yang dihadirkan lewat piazza di depan

bangunan. Aktivitas orang-orang di luar dan di dalam bangunan ini menjadi ‘nyawa’ dari

bangunan ini dengan sifatnya yang dinamis dan mengalir. Nilai fungsional bangunan ini pun

bertambah dengan warna-warna yang diaplikasikan menurut fungsinya. Contohnya ialah

pipa-pipa yang dicat terang untuk menjelaskan kegunaan pipa itu; apakah untuk saluran air,

udara, dsb.

Karena ukurannya yang besar, bangunan ini memang monumental; walaupun

sebenarnya Richard Rogers dan Renzo Piano tidak menginginkan hal tersebut. Mereka

memvisikan museum ini sebagai ruang public yang bersahabat bagi warga Paris. Hal yang

menakjubkan dari Centre du Pompidou bukanlah strukturnya, bukan pula luas area interior

yang dihasilkannya; melainkan pergerakan ruangnya yang begitu mengalir, seolah tanpa

beban. Lewat bangunan ini, semuanya menjadi terlihat lebih positif, terbuka, dan hidup.

Tidak banyak orang yang langsung mencintai bangunan ini saat pertama kali melihatnya,

namun setelah berkali-kali beraktivitas di dalam dan di luarnya, barulah orang dapat

merasakannya.

Centre du Pompidou itu hidup. Seiring masyarakat dan zaman yang terus

berkembang, ia pun turut tumbuh.

The Vienna Saving Bank

Austrian Postal Savings Bank, yang dirancang oleh Otto Wagner, merupakan salah

satu arsitektur khas modernisme yang amat penting di Vienna, bahkan hingga kini. Otto

Wagner sendiri merupakan arsitek yang sangat berpengaruh pada saat itu dan banyak

berkontribusi terhadap arsitektur Renaissance (sebelum akhirnya merambah ke arsitektur

modernisme). Konstruksi bangunan ini dibagi menjadi 2 tahap, bagian pertama bangunan

dibangun pada tahun 1903-1906, sedangkan bagian dua dibangun pada tahun 1910-1912.

Bangunan ini memiliki massa yang besar, garis-garis yang tegas juga bentuk geometris yang

sederhana; seluruhnya sesuai dengan prinsip arsitektur modernisme. Denah bangunan ini

berbentuk trapesium dan bersifat simetris. Untuk menghemat biaya, dinding bangunan ini

tersusun dari batu bata kemudian dilapisi oleh pelat-pelat marmer dan granit setebal 1 inchi.

Walaupun begitu, tampilan bangunan ini secara visual tetap terlihat mengesankan.

Page 9: Tsda Review 10 Film

Pada masa itu, arsitektur modern amat mendominasi; dengan ciri-ciri : arsitek terus

diharapkan untuk menciptakan bentuk baru, bangunan yang memiliki gaya bersih (minim

dekorasi), dan bangunan yang menampilkan material aslinya. Walaupun begitu, Otto

Wagner tidak 100% mengikuti aturan-aturan itu. Beberapa elemen pada Austrial Postal

Savings Bank tidak memiliki nilai fungsional sama sekali. Salah satu contohnya ialah dekorasi

baut-baut besi yang tersusun menjadi pola pada fasad bangunan. Terdapat beberapa

argumen bahwa keberadaan baut tersebut menciptakan kesan stabilitas, dan beberapa yang

lain menyatakan bahwa Otto tidak dapat benar-benar meninggalkan arsitektur Renaisance

yang marak dekorasi. Walaupun begitu, tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan dekorasi

baut-baut tersebut membuat tampilan bangunan terasa lebih hidup tanpa menjadi ditraksi

terhadap dinding marmer yang mulus.

Aula bank ini memiliki atap kaca berbentuk arch. Keberadaan kaca ini tidak dapat

terlihat dari luar karena memiliki ketinggian yang jauh lebih rendah dibandingkan bangunan

utama bank ini. Alasannya ternyata sangatlah ekonomis; yaitu agar biaya konstruksinya

lebih murah. Walaupun begitu, atap yang rendah ini memungkinkan cahaya natural yang

masuk dapat lebih banyak dan berlimpah. Cast-iron pun digunakan sebagai penopang atap

kaca ini dan memberi kesan industrial. Konstruksi atap seperti ini biasa ditemukan sebagai

atap sebuah stasiun kereta api dan pabrik-pabrik karena memiliki nilai fungsional dan

ekonomis. Yang menarik dari konstruksi ini ialah pilar-pilar penopang yang terus berlanjut

melewati atap kaca sehingga jika dilhat dari aula, bayangan pilar akan terlihat dan memberi

kesan misterius. Walaupun menambah kesan visual, pilar-pilar ini sebenarnya memiliki

fungsi tambahan, yakni menopang atap kedua yang berfungsi sebagai pelindung dan isolasi,

yang sebenarnya tidak ditujukan sebagai nilai keindahan.

Nothing can be beautiful if not functional, menurut Otto. Lewat prinsip tersebut,

elemen-elemen interior di dalam bangunan ini dirancang sedemikian rupa agar memiliki

nilai fungsi yang lebih. Untuk tangga, bahan linoleum digunakan sebagai pelapis lantai alih-

alih keramik biasa karena lebih tahan lama, mudah dibersihkan dan diganti. Selain itu, kursi

yang terdapat di bank ini pun berbeda-beda tergantung dengan kedudukan / pangkat orang

yang mendudukinya. Misalnya saja, bangku di ruang direktur memiliki sandaran tangan dan

empuk, sedangkan bangku untuk pegawai berpangkat rendah dan pelanggan adalah kursi

kayu yang keras dan sederhana.Tidak hanya itu, permainan warna pun memainkan peran

yang penting pula. Merah menjadi warna yang dominan untuk ruang direktur. Warna ini

dimaksudkan untuk menandai bagian-bagian yang memiliki nilai lebih tinggi. Tangga menuju

ruang direktur pun dilapisi karpet berwarna merah menyala. Tidak lupa, ia juga member

Page 10: Tsda Review 10 Film

perhatian khusus terhadap pola keramik sehingga dapat menunjukkan arah gerakan dan

orientasi di Austrian Portal Savings Bank.

Bagian kedua dari bangunan ini dibangun lama setelah bagian pertama dibangun.

Uniknya, alih-alih ingin agar kedua bagian tersebut terlihat ‘menyatu’, Otto justru ingin

memperlihatkan bahwa dua bagian ini sama sekali terpisah dengan cara memberi jarak

antar gedung. Tidak hanya itu, tidak terdapat jalur khusus di dalam gedung yang

menghubungkan kedua bagian bank ini. Satu-satunya akses hanyalah pintu utama.

The salne of Arc-et-Senans

Vision of Space : Mies van der Rohe

Amerika. Negara yang identik dengan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi

sampai ke langit. Bentuk kotak-kotak dengan jendela besar yang berjejer rapi merupakan

arsitektur khas New York dan Chicago yang kita kenal sekarang. Yang mengejutkan, ternyata

bukan orang Amerika-lah yang mengenalkan konsep modernisme ke arsitektur negeri

Paman Sam ini. Ludwig Mies van der Rohe lah biang keladinya, dan jelas ia bukan arsitek

biasa.

Less is more, merupakan ungkapan paling terkenal dari sosok kelahiran Jerman ini.

Dari kesederhanaan itu, barulah kita dapat merasakan pengalaman arsitektur yang

sebenarnya. Arsitek-arsitek pada zaman sekarang sudah menganggap modernisme sebagai

hal yang amat normal; selumrah manusia bernapas. Namun pada masa kehidupan Mies van

der Rohe, konsep modernisme masih belum matang. Pada tahun 1929, lahirlah Barcelona

Pavilion sebagai pavilion nasional Jerman di Barcelona international Exhibition. Hanya

menggunakan material kaca, baja dan marmer, pavilion ini menghadirkan suatu

pengalaman ruang yang amat berbeda dari arsitektur-arsitektur lain di Barcelona. Di antara

bangunan-bangunan lain yang penuh dekorasi, Barcelona Pavillion hadir dengan

kesederhanaannya. Walaupun terkesan simpel, Mies van der Rohe tetap mengapresiasi

detail; seperti pola marmer yang ia susun saling berhubungan satu sama lain dan berasal

dari sumber yang sama. Saat malam tiba, kesan misterius dari bangunan ini pun muncul.

Dengan banyaknya jumlah jendela, realita dan refleksi jendela saling mengaburkan.

Menakutkan, misterius, indah−semuanya terangkum pada pavilion ini. Lewat Barcelona

Pavilion, karya Mies van der Rohe menjadi lingua franca dalam arsitektur modern.

Mies van der Rohe bukan merupakan arsitek teoritis. Ia percaya bahwa ‘making’

atau membuat adalah akar dari segala-galanya. Arsitektur pun dapat dihasilkan lewat

Page 11: Tsda Review 10 Film

eksperimen-eksperimen dan pendekatan dengan material. Ia pun kemudian menjadi

direktur Bauhaus; sebuah sekolah seni di Jerman yang sangat terkenal dengan hasil-hasil

karyanya yang inovatif dan bersifat eksperimental. Sayangnya, Bauhaus ditutup pada tahun

1933 atas desakan Rezim Nazi. Karena kondisi Jerman yang menentang modernisme dan

eksperimen-eksperimen terhadap arsitektur seperti yang telah dilakukannya, Mies van der

Rohe pun menghasilkan karya yang amat sedikit sampai umurnya yang ke-33. Pada tahun

1938, ia akhirnya meninggalkan Jerman dan memulai lembar baru di Amerika.

Mies van der Rohe rupanya berada di lokasi yang tepat dan pada waktu yang tepat

pula. Chicago mendadak mengalami kebakaran besar-besaran yang meluluh-lantakkan

bangunan-bangunan yang ada. Kota ini menjadi lahan rata yang menjadi kanvas putih bagi

Mies van der Rohe. Karirnya dimulai setelah ia menjadi kepala sebuah sekolah arsitektur di

Chicago, IIT, juga sebagai seorang guru dan master plan untuk kampus tersebut. Selain

menghasilkan bangunan pencakar langit seperti apartemen, ia juga merancang sebuah

rumah tinggal yang terletak di pinggiran kota Chicago, sekarang dinamakan Fransworth

House. Tidak hanya merengkuh material, bangunan ini juga merengkuh alam. Belum pernah,

dikatakan oleh orang banyak, sebuah bangunan dapat ‘merespon’ kepada lingkungan di

sekitarnya selayaknya manusia.

Dengan atap rata dan bentuk bangunan grid, apartemen hasil rancangan Mies van

der Rohe berhasil memunculkan rasa kebebasan kepada para penghuninya. Struktur

apartemen ini menggunakan rangka baja dan kaca sebagai material utama sehingga

menghasilkan kesan transparan. Tampaknya pun, Mies van der Rohe memiliki prinsip yang

sama dalam segala jenis bangunan alih-alih fungsinya yang berbeda, yaitu konsep universal

space. Ia meyakini bahwa sebuah geraja sudah seharusnya memiliki prinsip ruang yang sama

dengan sebuah garasi. Prinsip ini dituangkannya ke bangunan Carr Memorial Chapel,

merupakan satu-satunya bangunan religius yang pernah ia rancang. Ia membuktikan bahwa

sebuah gereja tidak harus marak dekorasi ataupun mewah; bahwa bangunan sederhana pun

masih dapat menjadi ruang tempat orang berdoa.

Claude Nicolas Ledoux (The Saline of Arc-et-Senans)

Sebagai seorang yang pragmatis dan visioner, Claude Nicholas Ledoux merupakan

royal architect, dimana jasanya sering digunakan oleh kaum bangsawan untuk merancang

bangunan. Sebagai seorang philosopher architect, ia menganggap bahwa arsitektur dapat

Page 12: Tsda Review 10 Film

menghilangkan penderitaan manusia. Pada tahun 1771, ia pun diberi tugas untuk menjadi

inspektur produksi garam, yang merupakan monopoli terbesar di Prancis pada saat itu.

Namun, produksi garam harus berkurang karena terjadi eksploitasi kayu yang penting dalam

pembuatan garam di area Arc-e-Senans sehingga Ledoux pun merancang sebuah pabrik

garam di area tersebut.

Dinamakan Saline Royale, bangunan nini bersifat praktikal namun juga monumental

karena dibuat dengan mewah dan besar-besaran. Pabrik garam ini terdiri dari satu gedung

utama yang memilii fungsi administrative, dua workshop sebagai tempat produski garam dan

2 pavilion. Sedangkan terdapat empat bangunan di area yang sama sebagai tempat tinggal

pekerja. Sedangkan tempat masuk dikelilingi oleh tempat pencucian, took kue, pos penjaga,

dan penjara. Seluruh bangunan disusun secara semi lingkaran, di mana tempat produksi

terletak tepat di pusat. Jika dilihat secara denah, pabrik garam ini terlihat amat simbolik dan

bahkan mistis. Menurut Ledoux, pola semi lingkaran ini menyerupai bentuk dari inti

matahari di bidang astronomi.

Berbeda dengan bangunan klasik yang cenderung memasukkan semua fungsi ke

dalam satu gedung, Saline Royale menaruh fungsi-fungsi tertentu pada gedung yang

berbeda. Selain itu, ia juga memberi jarak antar bangunan untuk menghindari kebakaran

juga memberi akses angin untuk mengalir melewati bangunan. Sebuah dinding pembatas

menutupi ke-11 bangunan ini untuk menjaga keutuhan bentuk semi-lingkaran dan menjadi

batas pelindung dari penjahat.

Walaupun bersifat tertutup, pintu masuk dari pabrik garam ini amat mengundang

dengan dekorasinya yang mewah juga ukurannya yang monumental. Walaupun begitu,

bagian ini memang hanya ditujukan untuk keindahan visual, sedangkan bagian utamanya

memiliki warna dan material yang berbeda dengan pintu masuk yang mewah ini sehingga

disebut sebagai juxtaposition. Namun, Ledous membela diri dengan mengatakan bahwa

arsitektur itu adalah proses menyatukan, bukan modeling.

Setelah bagian pintu masuk yang merupakan kolom-kolom putih, bagian kedua dari

pintu masuk merupakan grotto yang ingin menimbulkan efek ‘discovery’. Setelah melewati

grotto, pengunjung pun dihadapkan dengan halaman luas di tengah-tengah semi lingkaran

ini. Hal ini akan membuat pengunjung mendapat ekspresi pengawasan yang ketat dari para

otoritas. Ledous, lewat rancangannya, ingin menghindari penculikan garam dari wilayah

pabrik ini. Sifat ‘pengawasan’ ini lebih bersifat simbolik daripada realistis, namun Ledoux

menganggap bahwa konsep ini memainkan peran penting dalam rancangan pabrik garam

ini.

Page 13: Tsda Review 10 Film

Kepemilikan pabrik garam ini pun kemudian terus berpindah tangan sampai akhirnya

ditutup pada tahun 1926. Sekarang, tempat ini menjadi sebulah tujuan edukasional dan

tidak digunakan lagi sebagai pabrik. Sebagai sebuah pabrik garam, Saline Royale lebih terasa

seperti penjara. Dengan penjagaan yang ketat dan konsep arsitektur yang dikurung tembok.

Walaupun begitu, dari segi fungsionalitas, bangunan ini berhasil mencapai harapannya;

untuk menjadi pabrik garam yang professional dan memiliki fungsi yang tepat untuk hal

tersebut.

The Art of Germany

Sebuah negara bernama Jerman bermua dari sebuah pemerintahan Romawi. Namun,

imajinasi dan visi mengenai negra Jerman sudah ada sejak jaman dulu yang akhirnya

membentuk variasi karya seni yang bervarias mengenai sebuah hutan di Jerman. Setelah itu

pun, terdapat banyak lukisan yang menggambarkan hutan ini dan harapan orang-orang

untuk sebuah negara yang baru.

Karena tanah Jerman masih diduduki oleh Roma, lukisan-lukisan Jerman pun

didoniminasi oleh ciri khas Renaissance dengan fitur tubuh yang tegap dan kulit berwarna

putih. Selain itu, terdapat pula lukisan-lukisan mengenai keberadaan iblis-iblis yang

berkaitan dengan hutan tersebut. Keberadaan iblis-iblis ini pada lukisan menunjukkan bahwa

warga Jerman masih mempercayai takhayul-takhayul.

Lukisan Jerman pun semakn beralih ke gambar-gambar manusia yang penyakitan atau

penyaliban Kristus, yang ingin menunjukkan penderitaan dan kerapuhan. Lewat hal ini,

orang-orang pun mulai mempercayai mengenai kiamat. Walaupun begitu, sejak era

reformasi, lukisan pun berubah dari yang penuh mitos menjadi lukisan yang intelektual. Seni

Jerman memang terus berubah dan mengikuti zamannya, pun dengan menarik

menggambarkan sejarahnya lewat media lukisan ataupun patung.

Pasca Perang Dunia I, Jerman mengalami masa-masa yang ‘memalukan’ setelah

merasakan kekalahan. Di balik penyamaran lewat teater-teater panggung dan musik, sebuah

eksperimen dalam seni rupa berlangsung. Menyorot keputusasaan dan kondisi sosial yang

pincang, wujud lukisan modern pun berkembang. Bauhaus merupakan salah satu simbol

modernisme di Jerman pada saat itu. Rancangan bangunan yang berbentuk minimalis dan

bersegi-segi, juga jendela-jendela besar yang dominan sangat menekankan hal tersebut.

Sebagai sebuah sekolah seni, Bauhaus merupakan yang tersukses dalam menghasilkan

Page 14: Tsda Review 10 Film

seniman-seniman terkenal. Tidak hanya menghasilkan produk-produk seni, rancangan

industrial seperti kursi pun digeluti.

Pada saat-saat inilah Rudolf Hitler menjajakkan dirinya di kancah politik, yang

merupakan seorang pemuda Jerman ambisius dengan konsep idealismenya mengenai

sebuah negara Jerman yang baru. Memiliki gairah yang tinggi terhadap seni lukis dan

arsitektur (walaupun ia sering disebut sebagai ‘seniman gagal’), Hitler memiliki pandangan

sendiri mengenai seni modern—mungkin kata benci belum cukup merangkum perasaannya.

Akhirnya, lewat selera seninya yang cenderung konservatif, Bauhaus pun ditutup pada tahun

1932 oleh Nazi. 6 tahun kemudian, pada tahun 1937, Nazi menggelar sebuah eksebisi seni

yang memajang lukisan dan karya seni moderenisme dari seluruh penjuru Jerman. Tujuan

eksebisi ini hanya satu : menunjukkan kepada warga Jerman mengenai kebencian Hitler

dengan seni moderenisme.

Dalam ambisinya untuk membangun ulang Jerman, pada tahun 1940 Hitler berangan

menjadikan Linz—kota yang ia anggap sebagai kampung halamannya—sebagai city of culture

—dan menghabiskan banyak waktu dalam perancangannya, bahkan walaupun saat itu

sedang berlangsung Perang Dunia II. Perang ini lagi-lagi mendatangkan keputusasaan kepada

warga Jerman, yang mencari identitas juga semangat untuk membangun ulang negaranya.

Pada masa ini, Cold War pun terjadi, yang menghasilkan salah satu sejarah terpahit bagi

warga Jerman sampai sekarang; Tembok Berlin. Lukisan-lukisan kembali bermunculan;

bertambah brutal dan frontal. Seluruhnya menyiratkan Hitler—führer; apa yang telah ia

perbuat terhadap Jerman dan bagaimana masa lalu tetap harus diingat agar tidak kembali

terulang.

Masa lalu boleh saja diingat dan menjadi pelajaran berharga, namun trauma tetaplah

trauma. Di sinilah Joseph Beuys memainkan perannya dengan sangat luar biasa. Saat puncak

terjadinya Cold War, ia memilih untuk menghasilkan ‘warm art’ untuk menyembuhkan

warga Jerman; dan ia berhasil. Tidak dapat dipungkiri, karya-karyanya telah mengubah

Jerman dan efeknya masih terasa hingga kini. Salah satu projek Beuys yang terkenal ialah

7000 oaks tree; dimana ia berencana menanam 7000 pohon oak (dan sebuah batu basalt

tepat di sebelah masing-masing pohon) di kota Kassel, Jerman. Ia meninggal sebelum

berhasil menuntaskan projek itu, namun projek itu telah berhasil dilaksanakan dan 7000

pohon oak dan batu basalt tersebut masih berdiri kokoh di kota Kassel sekarang. Dinamakan

society sculpture, 7000 pohon oak ini melambangkan regenerasi masyarakat; masyarakat

yang berkembang dan hidup berharmonisasi dengan dunia. Masa lalu tidak dapat diubah,

Page 15: Tsda Review 10 Film

namun Beuys memandangnya sebagai sebuah proses yang memang harus ditempuh; bahwa

inilah wajah Jerman sekarang yang akan terus diperbaharui sampai selama-lamanya.