revani

Upload: dwi-midji-hastanti

Post on 09-Mar-2016

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Revani Pontianak Mami Boys

TRANSCRIPT

Revani

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Mutu pelayanan keperawatan sebagai indikator kualitas pelayanan kesehatan menjadi salah satu faktor penentu citra institusi pelayanan kesehatan di mata masyarakat. Hali ini terjadi karena keperawatan merupakan kelompok profesi dengn jumlah terbanyak, paling depan dan terdekat dengan penderitaan, kesakitan, serta kesengsaraan yang dialami pasien dan keluarganya. Salah satu indikator ari mutu pelayanan keperawatan itu adalah apakah pelayanan keperawatan yang diberikan itu memuaskan pasien atau tidak. Kepuasan merupakan perbandingan anatara kualitas jasa pelayanan yang didapat dengan keinginan, kebutuhan, dan harapan (Tjiptono, 2004 dalam Nursalam, 2015). Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan yang bermutu dan paripurna. Pasien akan mengeluh bila perilaku caring yang dirasakan tidak memberikan nilai kepuasan bagi dirinya.

Kualitas rumah skit sebagai insitusi yang menghasilkan produk teknologi jasa kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Pasien adalah mahluk Bio-Psiko-Sosio-Ekonomi-Budaya, artinya dia memerlukan terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan harapan dari aspek biologis (kesehatan), aspek psikologis (kepuasan), aspek sosio-ekonomi (papan, sandang, pangan dan afiliasi sosial), dan aspek budaya. Siapapun yang mengetahui secara khusus kebutuhan, keinginan ataupun harapan pelanggan atau pasien, maka dialah yang mempunyai keuntungan berhubungan dengan pelanggan. Kepuasan pelanggan terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan pelanggan dapat anda penuhi, maka pelanggan akan puas. Kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau puas bahwa produk atau jasa yang diterima telah sesuai atau melebihi harapan pelanggan. Kepuasan pasien adalah karena kepuasan pasien merupakan salah satu indikator kualitas pelayanan yang kita berikan dan kepuasan pasien adalah suatu modal untuk mendapatkan pasien lebih banyak lagi dan untuk mendapatkan pasien yang loyal (setia). Pasien yang loyal akan menggunakan kembali pelayanan kesehatan yang sama apabila mereka membutuhkan lagi. Bahkan telah diketahui bahwa pasien loyal akan mengajak orang lain untuk menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang sama.

Melihat fenomena di atas, pelayanan keperawatan yang memiliki kontribusi sangat besar terhadap citra sebuah rumah sakit dipandang perlu untuk melakukan evaluasi atas pelayanan yang telah diberikan. Strategi untuk kegiatan jaminan mutu antara lain dengan baku mutu (benchmarking) dan manajemen kualitas total (total quality management) (Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam, 2015). Baku mutu atau penelitian praktik terbaik (best practice research) adalah kegiatan mengkaji kelemahan tertentu dari suatu institusi dan kemudian mengidentifikasi institusi lain yang memiliki keunggulan dalam aspek yang sama. Kegiatan dilanjutkan dengan berkomunikasi dalam menetapkan kesepakatan kerja sama untuk mendukung dan meningkatkan kelemahan tersebut (Marquis dan Huston, 1998 dalam Nursalam, 2015).

Pelaksanaan kegiatan jaminan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat pula dilakukan dalam bentuk kegiatan pengendalian mutu. Kegiatannya dapat dilaksanakan dalam dua tingkat yaitu tingkat rumah sakit dan tingkat ruang rawat. Tingkat rumah sakit dapat dilaksanakan dengan cara mengembangkan tim gugus kendali mutu yang memiliki program baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kegiatan melalui mutu pada tingkat rumah sakit akan diawali dengan penetapan kriteria pengendalian, mengidentifikasi informasi yang relevan dengan kriteria, menetapkan cara mengumpulkan informasi/data, membandingkan informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan, menetapkan keputusan tentang kualitas, serta memperbaiki situasi hasil yang diperoleh, lalu menetapkan kembali cara mengumpulkan informasi.

1.2. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan menganalisis perencanaan strategis dan mampu menguasai alat dalam menentukan perencanaan strategis.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1. Mengetahui definisi perencanaan strategis

1.2.2.2. Mengidentifiksi perancanaan strategis

1.2.2.3. Menganalisis perencanaan strategis

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1. Perencanaan Strategis

Suprianto dan Damayanti (2007) dalam Nursalam 2015 menjelaskan perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategi, yang memiliki arti suatu perencanaan sebagai tindakan adaptif atau penyesuaian terhadap tuntutan atau masalah atau perubahan yang ada di lingkungan organisasi dapat melakukan tindakan adaptif dalam tuntutan perubahan.

Perencanaan Strategis adalah proses sistematis yang disepakati oleh suatu organisasi dalam membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas bagi misi dan tanggap terhadap lingkungannya (Nursalam, 2015).

Perencanaan jangka panjang yang di dalamnya terdapat kesepakatan misi dan tujuan perusahaan, sehingga membagi perencanaan strategis meliputi tahap inisiasi proses, aturan tujuan, arti dan kahir dari hubungan, penjelasan dari perencanaan strategis dan tingkat kepuasan yang terintegrasi (Nursalam, 2015).

Perencanaan strategi (Strategic palnning) adalah bagian dari manajemen strategik. Perencanaan strategik boleh dikatakan sebagai lagi wajib bagi perusahaan maupun organisasi lainnya. Namun, kenyataannya masih banyak perusahaan maupun organisasi yang belum merumuskan perencanaan strategik ini dengan baik, apalagi menjalakannya. Maka, masih banyaklah perusahaan dan organisasi yang hanya bersikap reaktif terhadap berbagai perubahan yang tak terduga. Energi mereka habis hanya untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul ketimbang mengantisipasi tantangan yang akan mereka hadapi di masa depan (Susanto, 2014).

Dalam perencanaan strategik, sebuah organisasi atau perusahaan melakukan proses pembelian opsi-opsi dan yang lebih penting penentuan strategi serta membuat keputusan mengenai pengalokasian sumber daya guna menjalankan stategi tersebut. Perencanaan strategi memaksa perusahaan untuk memandang masa depan dan berusaha membentuk masa depannya secara proaktif. Inilah salah satu langkah krusial yang sering ditekankan konsultan kepada kliennya: ketajaman dalam memprediksi masa depan. Prediksi terhadap masa depan ini harus didukung oleh data yang memadai dan analisis yang tajam, bukan hanya didasarkan pada feeling semata. Mengandalkan feeling sebenarnya bak memutar video rekaman masa lalu, padahal masa depan berbeda dengan masa lal (Susanto, 2014).

Perencanaan strategis yang diimplementasikan dengan baik merupakan salah satu kunci untuk memastikan bahwa sebuah organisasi siap menghadapi tantangan akibat perubahan yang semakin cepat lajunya di masa depan. Perencanaan strategis dan implementasinya yang dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis, didukung dengan budaya yang sesuai dan kepemimpinan yang efektif, melibatkan partisipasi yang luas bagi anggota organisasi, serta dikomunikasikan secara tepat ke seluruh organisasi, akan memudahkan organisasi mencapai visi, misi, serta sasaran strategik yang telah ditetapkan (Susanto, 2014).

Yang tak kalah penting adalah partisipasi secara luas anggota organisasi. Masukan, umpan balik, dan pemahaman adalah hal yang sangat penting dalam setiap fase perencanaan. Perencanaan strategis merupakan sebuah proses yang bersifat kooperatif dan partisipatif. Anggota organisasi harus diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk memberikan masukan serta harus memiliki rasa memiliki (sense of ownership) terhadap rencana yang disusun (Susanto, 2014).

2.2. Penyusunan Perencanaan Strategis