resus pembusukan

Upload: shaina-putri

Post on 17-Oct-2015

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

I. PengalamanBerdasarkan keterangan penyidik, korban ditemukan hari rabu pkl 17.00 WIB di rumahnya di tempat tidur dalam posisi terlentang dan sudah berbelatung oleh polisi dan warga. Korban belum berkeluarga dan tinggal sendirian. Warga sekitar curiga karena korban sudah beberapa hari tidak keluar rumah, dan dari lubang ventilasi tercium bau busuk dari dalam rumah. Karena rumah terkunci dan pintu diganjal dari dalam, Pak Kadus menghubungi polisi untuk mengecek ke dalam rumah. Menurut warga, terakhir melihat korban pada hari minggu. Menurut keterangan adik korban, korban menderita gagal ginjal dan darah tinggi. Korban sudah pernah cuci darah sebanyak tiga kali.Berdasarkan pemeriksaan luar terdapat bercak jenazah berwarna merah keunguan, tidak hilang dengan penekanan pada punggung kanan, pinggang kanan, dan pantat bagian atas. Terdapat pembusukan lanjut. Rambut mudah dicabut dan dalam keadaan basah. Mata kanan dan kiri sudah hancur dan dalam keadaan busuk. Mulut dalam keadaan terbuka, gigi tidak terlihat dan keluar cairan berwana kuning. Lidah tergigit dan dalam keadaan menjulur ke luar. Tangan dan kaki pada jaringan dibawah kuku kedua tampak kebiruan. Jaringan dalam dubur menonjol ke luar dan keluar cairan berwarna hijau kekuningan.Berdasarkan pemeriksaan dalam organ-organ telah mengecil, pada rongga dada terdapat cairan berwarna merah tua berjumlah 48 cc. Paru-paru kanan dan kiri terdapat perlekatan. Kantng empedu dan saluran terdapat batu berwarna hitam dan cairan berwarna kuning kecokelatan. Ginjal kanan dan kiri terdapat batu. Lambung tidak dapat dinilai karena pembusukan lanjut. Berdasarkan pemeriksaan laboratorium parasitologi jenis belatung berumur 3 hari.

II. Masalah yang DikajiKapan perkiraan kematian pada kasus ini?

III. Analisis MasalahKematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Memperkirakan saat kematian yang mendekati ketepatan mempunyai arti penting khususnya bila dikaitkan dengan proses penyidikan, oleh karena dengan demikian penyidik dapat lebih terarah dan selektif di dalam melakukan pemeriksaan terhadap para tersangka pelaku tindak pidana. Untuk dapat memperkirakan saat kematian perlu diketahui perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh seseorang yang meninggal dunia, dan juga faktor-faktor apa saja yang berperan didalam terjadinya perubahan-perubahan tersebut. Perubahan-perubahan pada mayat yang dimaksud adalah terjadinya penurunan suhu, terbentuknya lebam mayat, terbentuknya kaku mayat, terjadinya pembusukan, terjadinya adipocere dan mummifikasi serta terjadinya perubahan-perubahan biokimiawi. Pada kasus ini saat kematian diperkirakan 3-5 hari sebelum pemeriksaan karena pada pemeriksaan luar ditemukan lebam mayat berwarna merah ungu, tidak hilang pada penekanan yang terdapat pada punggung kanan, pinggang kanan dan pantat. Selain itu terdapat pembusakan pada seluruh tubuh, terdapat belatung berumur 3 hari, berbau, dan pada pemeriksaan dalam organ-organ telah mengecil.1. Penurunan Suhu Mayat (Algor Mortis)Penurunan suhu mayat akan terjadi setelah kematian berlanjut sampai tercapai suatu keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan, karena pusat pengatur suhu tubuh (hipothalamus) tidak berfungsi lagi. Hal ini terjadi karena proses pemindahan panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan konveksi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu mayat, yaitu faktor lingkungan, suhu tubuh sebelum kematian, dan keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya.2. Lebam Mayat (Livor Mortis)Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu (livide) pada bagian terendah tubuh kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit postmortem, menetap 6-8 jam postmortem. Jadi sebelum 6 jam pada penekanan masih hilang atau memucat. Menetapnya lebam mayat disebabkan oleh karena pembuluh darah sudah terisi sel-sel darah dan otot-otot dinding pembuluh darah sudah mengalami kekakuan. Pada kasus ini terdapat lebam mayat berwarna merah ungu, tidak hilang pada penekanan yang terdapat pada punggung kanan, pinggang kanan dan pantat bagian atas sehingga menandakan kematian sudah terjadi >6 jam.3. Kaku Mayat (Rigor Mortis)Kekakuan otot baik otot volunter maupun non-volunter yang terjadi setelah meninggal dan didahului oleh relaksasi primer. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak 2 jam postmortem dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal), menetap 12 jam sampai 24 jam, setelah 24 jam menghilang. Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat, yaitu aktivitas fisik, bentuk tubuh yang kurus, suhu tubuh dan lingkungan yang tinggi. Pada kasus ini tidak ditemukan kaku mayat dikarenakan mayat sudah lebih dari 24 jam sehingga kaku mayat sudah menghilang.4. PembusukanPembusukan adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam postmortem, berupa warna kehijauan perut kanan bawah, yaitu daerah saekum yang isinya lebih cair dan penuh dengan bakteri serta terletak dekat dinding perut. Apabila warna kehijauan terdapat pada seluruh tubuh dan sudah bau berarti saat kematian lebih dari 72 jam. Warna kehijauan ini disebabkan terbentuknya sulf-met-hemoglobin. Pembusukan lebih cepat apabila suhu lingkungan optimal (26,5C sampai suhu tubuh normal), kelembaban udara yang cukup, banyak bakteri pembusuk, tubuh gemuk, menderita penyakit infeksi/sepsis. Pada pembusukan kuit ari akan mudah terlepas bila tergeser atau tertekan yang terjadi setelah 36 jam. Dengan berlanjutnya proses pembusukan organ-organ dalam akan menciut tetapi masih dapat dikenali. Pada kasus ini sudah terdapat pembusukan dan warna kehijauan pada seluruh tubuh serta berbau sehingga dapat diperkirakan saat kematian lebih dari 72 jam. Selain itu terdapat pula belatung yang berumur 3 hari.5. AdipocereAdipocere adalah suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami hidrolisis dan hidrogenisasi pada jaringan lemaknya, dan hidrolisis ini dimungkinkan oleh karena terbentuknya lesitinase, suatu enzim yang dihasilkan oleh klostridium welchii yang berpengaruh terhadap jaringan lemak. Tubuh yang mengalami adipocere akan tampak putih-kelabu, perabaan licin dengan bau khas yaitu campuran bau tanah, keju, amoniak, manis dan tengik. Untuk dapat terjadi adipocere dibutuhkan waktu lama minimal beberapa minggu sampai beberapa bulan.6. MummifikasiMummifikasi terjadi bila keadaan lingkungan menyebabkan pengeringan dengan cepat sehingga dapat menghentikan proses pembusukan.Pada kasus ini kematian diperkirakan 3-5 hari sebelum pemeriksaan

IV. Dokumentasi1. Identitas JenazahNama: Jupri bin PawirodigoJenis Kelamin: Laki-lakiUmur: 65 tahunWarganegara: IndonesiaAgama: IslamAlamat: Pranan kulon RT 18/ RW 08 dusun menoreh kecamatan salaman kabupaten magelang2. Identitas PenyidikNama: SupriyonoPangkat: AKPNRP: 61030549Jabatan: Kepala kepolisian sektor salamanAsal: Kepolisian sektor salamanSurat Nomor: B/01/11/2014Tanggal: 19 Februari 2014

V. Kesimpulan1. Jenazah laki-laki berat badan 45,3 kg, panjang badan 152 cm.2. Pada pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam ditemukan jenazah dalam keadaaan pembusukan lanjut dan tidak terdapat tanda-tanda kekerasan.3. Pada pemeriksaan dalam ditemukan batu ginjal dan pengecilan pada ginjal kanan, serta ditemukan batu ginjal pada ginjal kiri.4. Sebab kematian oleh karena kerusakan kedua ginjal yang telah terjadi dalam waktu yang lama sehingga menyebabkan keadaan mati lemas (kekurangan O2).5. Saat kematian diperkirakan 3-5 hari sebelum saat pemeriksaan.

VI. Referensi Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Idries AM, Sidhi, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1994. Idries AM, 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Jakarta: Binarupa Aksara.