resume paper ratnatunga 2011 cost management in srilanka case study on volume activity and time as...

4
COST MANAGEMENT IN SRI LANKA: A CASE STUDY ON VOLUME, ACTIVITY, AND TIME AS COST DRIVERS Tujuan dari diciptakannya sistem akuntansi manajemen, termasuk pula akuntansi biaya, adalah untuk memberikan informasi yang relevan bagi proses pengambilan keputusan dalam perhitungan model costing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, proses pengumpulan dan pengkomunikasian data terkait biaya menjadi semakin meningkat. Namun demikian, keterbatasan dalam metode traditional costing dalam menyediakan data yang akurat belum dapat diperbaiki. ABC Costing Adopsi ABC costing untuk mengatasi kelemahan traditional volume-based costing, salah satunya adalah dengan mengalokasikan resource cost ke dalam berbagai aktivitas pada beberapa level dalam organisasi. Akan tetapi, bukan berarti penerapan ABC costing telah berhasil menggantikan traditional volume-based costing karena pada kenyataannya kompleksitas implementasi ABC costing telah menimbulkan permasalahan tersendiri. Dua permasalahan utama yang teridentifikasi dari penerapan ABC costing adalah: 1) pada tahap awal penerapan ABC costing: a. proses pengumpulan data costing yang akan dialokasikan ke dalam cost pool memerlukan waktu yang sangat panjang, rumit, dan komitmen yang besar; b. ABC costing membutuhkan proses identifikasi cost activity dan cost driver yang kompleks sehingga membutuhkan kapasitas data processing yang cukup besar; c. ABC costing tidak mampu mengidentifikasi kapasitas yang tidak terpakai pada suatu waktu tertentu.

Upload: nei-mbem

Post on 26-Dec-2015

83 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ABC Costing, Traditional costing to Modern Costing

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Paper Ratnatunga 2011 Cost Management in Srilanka Case Study on Volume Activity and Time as Cost Drivers

COST MANAGEMENT IN SRI LANKA: A CASE STUDY ON VOLUME, ACTIVITY,

AND TIME AS COST DRIVERS

Tujuan dari diciptakannya sistem akuntansi manajemen, termasuk pula akuntansi biaya, adalah

untuk memberikan informasi yang relevan bagi proses pengambilan keputusan dalam

perhitungan model costing. Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, proses

pengumpulan dan pengkomunikasian data terkait biaya menjadi semakin meningkat. Namun

demikian, keterbatasan dalam metode traditional costing dalam menyediakan data yang akurat

belum dapat diperbaiki.

ABC Costing

Adopsi ABC costing untuk mengatasi kelemahan traditional volume-based costing, salah

satunya adalah dengan mengalokasikan resource cost ke dalam berbagai aktivitas pada

beberapa level dalam organisasi. Akan tetapi, bukan berarti penerapan ABC costing telah

berhasil menggantikan traditional volume-based costing karena pada kenyataannya

kompleksitas implementasi ABC costing telah menimbulkan permasalahan tersendiri.

Dua permasalahan utama yang teridentifikasi dari penerapan ABC costing adalah:

1) pada tahap awal penerapan ABC costing:

a. proses pengumpulan data costing yang akan dialokasikan ke dalam cost pool

memerlukan waktu yang sangat panjang, rumit, dan komitmen yang besar;

b. ABC costing membutuhkan proses identifikasi cost activity dan cost driver yang

kompleks sehingga membutuhkan kapasitas data processing yang cukup besar;

c. ABC costing tidak mampu mengidentifikasi kapasitas yang tidak terpakai pada suatu

waktu tertentu.

2) pada saat menjalankan proyek dengan ABC costing:

a. kompleksitas ABC costing akan semakin bertambah seiring dengan pertumbuhan

organisasi;

b. ABC costing tidak dapat terintegrasi dengan sistem informasi lainnya yang ada dalam

organisasi; dan

c. Model ABC costing kurang sesuai dengan dukungan manajemen yang berkelanjutan.

Time Driven Activity-Based Costing (TDABC)

Untuk mengatasi kelemahan dari ABC costing terutama untuk mengatasi permasalahan pada

tahap awal penerapan ABC costing, maka dibangunlah model Time Driven Activity-Based

Costing (TDABC). TDABC menyederhanakan implementasi dan pengelolaan ABC costing

Page 2: Resume Paper Ratnatunga 2011 Cost Management in Srilanka Case Study on Volume Activity and Time as Cost Drivers

Factory Resourch Group

Purchasing

Manufactoring

Quality Controll

Labour (wages & Salaries)

Depreciation

Energy

Other Factory Cost

Alpha

Beta

Others

Labour (wages & Salaries)

Depreciation

Energy

Other Factory Cost

Factory Resourch Group (Purchasing, Manufactoring, Quality Controll)Alpha

Beta

Others

dengan menghilangkan biaya dan waktu untuk melakukan survey dalam proses pengumpulan

data costing, tetapi tetap dapat menghasilkan data yang sama akuratnya dengan ABC costing.

Perbedaan utama TDABC dengan ABC costing adalah:

Jumlah aktivitas (cost pool dan cost driver) dikurangi sampai ke level departemen/proses.

Kebutuhan akan pengumpulan informasi dan data costing dikurangi dan digantikan dengan

menggunakan duration standard drivers.

Form ABC to TDABC

Hubungan antara sumber biaya kelompok aktivitas dan biaya sasaran (produk/output) yang

dikenal dalam model ABC-based costing dapat diadopsi dalam model TDABC-based costing

melalui “resource group” dengan menggunakan multiple time-based sebagai penggerak untuk

mengalokasikan ke biaya sasaran (output/produk) atau jika data tersebut kompleks dapat

menggunakan single time-based. Adapun diagram tersebut dapat dilihat di bawah ini:

“resource group” dapat berupa unit organisasi, departemen, atau seksi yang mungkin terdiri dari

berbagai kegiatan. Jika dilihat sekilas sepertinya tidak terlalu berbeda dengan model ABC-

based costing model. Yang menjadi perbedaannya adalah biaya atas aktivitas dikelompokkan

The TDABC-base costing model: the resource groups (multi-driver) variant

The TDABC-base costing model: the resource groups (single-driver) variant

Page 3: Resume Paper Ratnatunga 2011 Cost Management in Srilanka Case Study on Volume Activity and Time as Cost Drivers

menjadi sebuah “resource group” dan beberapa biaya dikonversi dengan menyesuaikan

terhadap pengalinya.

Multiple time-based drivers : Nilai dari sebuah resource time-activity cost driver sama dengan

resource costs untuk sebuah unit dari waktu dikalikan dengan jumlah waktu dalam kegiatan

tersebut. Sebagai contoh, biaya wages & salary yang dipakai oleh seluruh kegiatan

(purchasing, assembly and quality control), sedangkan biaya energi tidak berhubungan dengan

kegatan purchasing. Dengan kata lain, wagaes and salary berhubungan kepada setiap biaya

tujuan sedangkan energi hanya melalui satu hubungan saja.

Single time-based drivers : Dalam model ini kita membuat asumsi equivalent-time yang

sederhana. Contohnya: kita mengasumsikan bahwa aktivitas “purchasing”, biaya setiap tujuan

(produk) sama dengan jumlah kapasitas/waktu dari purchasing.

Jika sebuah perusahaan terlalu kompleks, maka transaction-based cost drivers tidak dapat

dikonversikan secara akurat menjadi standard equivalent-time drivers.

Issue Arising

Terdapat empat issue yang akan dibandingkan:

1. The use of standard costs vs. actual costs Kebanyakan perusahaan mendasarkan

perhitungan biayanya atas biaya actual.

2. The treatment of idle capacities Salah satu kegunaan TDABC adalah kemampuannya

untuk mengasingkan kapasitas yang idle.

3. The maintenance of the homogeneity condition ketika dalam single time-based drivers

kompleksitas pemeliharaan kondisi yang sama ditambahkan kedalam daftar, hal tersebut

membuat tidak ada keuntungan dari mengadopsi model TDABC sebagai pendekatan

alokasi biaya.

4. The estimation of time in a time-based model bukanlah isu yang muncul jika yang

diperbandingkan adalah perusahaan manufaktur, yang memiliki ERP dan MRP dan pada

multiple time-based drivers.

Conclusion

1. Merupakan metode yang sama-sama kompleks apabila diimplementasikan dengan

menggunakan kondisi-kondisi yang diikuti sesuai model secara mutlak.

2. Kompleksitas tidak dipengaruhi oleh faktor spesifik Negara.

3. Model tersebut menghasilkan decision information errors yang sama dari sebuah traditional

costing.