resume buku pih (dr.marwan mas sh, mh)

23
A. PENGERTIAN Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan “Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar (introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum. Salah satu tujuan pembelajaran ilmu hukum adalah untuk memperoleh pengetahuan tenntang segala hal dan semua konstelasi (seluk-beluk) dan keberadaan hukum dan segala yang melingkupinya yang begitu luas. Ada perbedaan dan hubungan antara PIH dengan Pengantar Hukum Indonesia (PHI) adalah sebagai berikut : 1. Memiliki objek kajian yang berbeda. 1

Upload: yustika-prawesti

Post on 29-Dec-2015

380 views

Category:

Documents


80 download

DESCRIPTION

resume buku pih

TRANSCRIPT

Page 1: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

A. PENGERTIAN

Pengantar Ilmu Hukum (PIH) kerap kali oleh dunia studi hukum dinamakan

“Encyclopaedia Hukum”, yaitu mata kuliah dasar yang merupakan pengantar

(introduction atau inleiding) dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula

dikatakan bahwa PIH merupakan dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi

hukum yang mempelajari pengertian-pengertian dasar, gambaran dasar tentang

sendi-sendi utama ilmu hukum.

Salah satu tujuan pembelajaran ilmu hukum adalah untuk memperoleh

pengetahuan tenntang segala hal dan semua konstelasi (seluk-beluk) dan

keberadaan hukum dan segala yang melingkupinya yang begitu luas. Ada

perbedaan dan hubungan antara PIH dengan Pengantar Hukum Indonesia (PHI)

adalah sebagai berikut :

1. Memiliki objek kajian yang berbeda.

2. PIH adalah dasar bagi setiap orang yang akan mempelajari hukum secara

luas, sedangkan PHI berfungsi untuk mengantarkan setiap orang yang

akan mempelajari hukum yang sedang berlaku atau hukum positif

Indonesia.

1

Page 2: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

Tapi keduanya memiliki hubungan erat, hubungan erat itu dapat mengantarkan

sesorang yang akan mempelajari pada suatu kesimpulan, bahwa PIH menelaah

hukum secara luas dan komprehensif tetapi PHI secara khusus. Adapun hubungan

antara PIH dengan PHI dapat pada dua hal, sebagai berikut :

1. Merupakan mata kuliah dasar.

2. PIH merupakan dasar pembelajaran PHI.

B. DEFINISI HUKUM

Sampai saat ini definisi hukum belum di sepakati oleh para ahli hukum.

Mengetahui dan memahami hukum sebagai suatu ilmu tampaknya agak sulit tanpa

memahami definisi hukum itu sendiri, sebagai objek dari ilmu hukum. Belum

adanya kesepakatan para ilmuwan hukum, karena terdapat kesulitan dalam

mendefinisikan atau memberikan pengertian hukum. Kesulitan tersebut

disebabkan oleh 2 fakor sebagai berikut :

1. Faktor Interen ( Hukum bersifat abstrak bdan mengatur hampir seluruh

kehidupan manusia)

2. Faktor Ekstren (Perbedaan Bahasa dan tidak adanya kesepakatan para

ilmuan hukum)

2

Page 3: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

C. PENGERTIAN  DASAR DALAM ILMU HUKUM

1. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang menurut hukum dapat menjadi

pendukung  (dapat memiliki) hak dan kewajiban. Subjek hukum ini, dalam kasus

ilmu hukum disebut juga “orang” atau pendukung hak dan kewajiban. Dengan

demkian, subjek hukum memiliki kewenangan untuk bertindak menurut tata cara

yang ditentukan atau dibenarkan.

2. Objek Hukum

Objek hukum adalah segala sesutu yang bermanfaat bagi subjek hukum, dan

dapat menjadi objek hukum suatu hubungan hukum. Menurut istilah  objek

hukum juga bisa disebut benda atau barang.

3. Hak dan Kewajiban

Hak adalah izin dan wewenang yang diberikan oleh hukum terhadap setiap

subyek hukum. Hak itu dapat dibedakan antara lain  :

a. Hak mutlak (hak absolut)

            Hak mutlak ialah hak yang memberikan wewenang kepada seseorang

untuk melakukan sesuatu perbuatan, hak mana dapat dipertahankan terhadap

siapapun juga, sebaiknya setiap orang juga harus menghormati hak tersebut.

Hak mutlak dapat pula dibagi dalam 3 (tiga) golongan :

3

Page 4: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

1. Hak asasi manusia, misalnya hak seseorang untuk dengan bebas bergerak

dan tinggal dalam suatu negara.

2. Hak publik mutlak, misalnya hak negara untuk memungut pajak dari

rakyatnya

3. Hak Keperdataan, misalnya :

Hak marital, yaitu hak seorang suami untuk menguasai istrinya dan harta

benda istrinya

Hak/kekuasan orang tua (ouderlijke macht)

Hak perwalian (voogdij) & hak pengampuan (curatele)

b. Hak nisbi (hak relatif)

            Hak nisbi ialah hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu

atau beberapa orang tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa

orang lain tertentu memberikan sesuatu, melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu.

            Hak nisbi sebagian besar terdapat dalam hukum perikatan yang timbul

berdasarkan persetujuan-persetujuan dari pihak-pihak yang bersangkutan. Contoh

dari persetujuan jual beli terdapat hak nisbi/ralatif seperti :

1. Hak penjual untuk menerima pembayaran dan kewajibannya untuk

menyerahkan barang kepada pembeli.

4

Page 5: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

2. Hak pembeli untuk menerima barang dan kewajibannya untuk melakukan

pembayaran kepada penjual.

 Kewajiban

Kewajiban adalah suatu beban yang ditanggung oleh seseorang yang bersifat

kontraktual (asas pact sunt servanda). Hak dan kewajiban itu timbul apabila

terjadi hubungan antara 2 pihak yang berdasarkan pada suatu kontrak atau

perjanjian. Jadi selama hubungan hukum yang lahir dari perjanjian itu belum

berakhir, maka pada salah satu pihak ada beban kontraktual, ada keharusan atau

kewajiban untuk memenuhinya. Kewajiban tidak selalu muncul sebagai akibat

adanya kontrak, melainkan dapat pula muncul dari peraturan hukum yang

ditentukan oleh lembaga yang berwenang. Kewajiban disini merupakan keharusan

untuk mentaati hukum yang disebut wajib hukum (rechtsplicht) misalnya

mempunyai sepeda motor wajib membayar pajak sepeda motor.

4. Peristiwa hukum

Peristiwa hukum yaitu peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang timbul dari

hubungan-hubungan anggota masyarakat yang oleh hukum diberikan akibat-

akibat hukum.

Peristiwa hukum dibedakan menjadi :

1. Perbuatan subyek hukum (manusia dan badan hukum)

5

Page 6: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

2. Peristiwa hukum yang bukan perbuatan subyek hukum

5. Perbuatan Melanggar Hukum

Sedangkan penafsiran secara luas , sejak tahun 1919, dari kasus Lindenbaum

dan Cohen, Hooge Raad telah menetapkan perumusan  luas untuk perbuatan

melawan hukum. Sejak arrest 1919 tersebut, perbuatan merupakan perbuatan

melawan hukum, apabila;

1. Melanggar hak orang lain/hak subjektief recht, atau  Bertentangan

dengan     kewajiban hukumnya sendiri,

2. Bertentangan dengan kesusilaan, bertentangan dengan keharusan yang

harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat.

Syarat-syarat tersebut bersifat alternative, artinya jika telah terpenuhi salah

satu syarat, maka sudah cukup dapat dikatakan telah terjadi perbuatan melawan

hukum.

6. Perbuatan dan Akibat Hukum

Perbuatan hukum yaitu segala perbuatan manusia yang secara sengaja

dilakukan oleh seseorang untuk menimbulkan hak dan kewajiban-kewajiban.

Suatu perbuatan merupakan perbuatan hukum kalau perbuatan itu oleh hukum

diberi akibat (mempunyai akibat hukum) dan akibat itu dikehendaki oleh yang

bertindak. Perbuatan hukum itu terdiri   dari :

6

Page 7: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

1. Perbuatan hukum bersegi satu yaitu perbuatan hukum yang dilakukan oleh

satu pihak saja dan menimbulkan hak dan kewajiban pada satu pihak pula

misalnya  pembuatan surat wasiat, pemberian hadiah sesuatu benda

(hibah), dsb.

2. Perbuatan hukum bersegi dua pihak ialah perbuatan hukum yang

dilakukan oleh dua pihak dan menimbulkan hak-hak dan kewajiban-

kewajiban bagi kedua belah pihak (timbal balik) misalnya membuat

persetujuan jual beli, sewa menyewa, dll

Akibat hukum yaitu akibat sesuatu tindakan hukum. Tindakan hukum adalah

tindakan yang dilakukan guna memperoleh sesuatu akibat yang dikehendaki dan

yang diatur oleh hukum. Atau akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh

peristiwa hukum

Akibat hukum dapat berupa :

a. Lahirnya — ubahnya atau lenyapnya sesuatu keadaan hokum

Contoh :

Menjadi umur 21 tahun cakap untuk melakukan tindakan hokum

Dalam pengampuan jadi kehilangan kecakapan melakukan  tindakan

hukum diatas.

7

Page 8: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

b. Lahirnya—ubahnya atau lenyapnya sesuatu hubungan hukum (hubungan

antara dua subyek hukum atau lebih dimana hak dan kewajiban disatu

pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yg lain. Contoh A

mengadakan perjanjian jual beli dengan B lahir hubungan hukum A/B.

Sesudah dibayar lunas lenyap hubungan itu.

c. Sanksi—apabila melakukan tindakan melawan hukum, Contoh A

menabrak seseorang hingga berakibat luka berat, A harus mendapat sanksi

berupa pidana penjara atau pidana denda

D. KAIDAH HUKUM DAN KAIDAH SOSIAL

Kaidah sosial adalah ketentuan yang memberi batasan dalam hubungan antar

manusia untuk memenuhi kebutuhan atau kepentingannya, tanpa melanggar

kepentingan yang lainnya Kaidah hukum ada ang berbentuk tulisan ada pula yang

berbentuk tidak tertulis yang berasal dari adat istiadat.

E. SUMBER, TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM

1. SUMBER

Para ahli membedakan sumber hukum ke dalam 2 (dua) bagian, yaitu Sumber

hukum dalam arti material dan sumber hukum dalam arti formal.

8

Page 9: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

a. Sumber Hukum dalam arti material, yaitu: suatu keyakinan/ perasaan

hukum individu dan pendapat umum yang menentukan isi hukum. Dengan

demikian keyakinan/ perasaan hukum individu (selaku anggota

masyarakat) dan juga pendapat umum yang merupakan faktor-faktor yang

dapat mempengaruh Pembentukannya

b. Sedangkan sumber hukum dalam arti Formal, yaitu: bentuk atau kenyataan

dimana kita dapat menemukan hukum yang berlaku. Jadi karena

bentuknya itulah yang menyebabkan hukum berlaku umum, diketahui, dan

ditaati.

Adapun yang termasuk sumber hukum dalam arti formal adalah :

1. Undang-undang

2. Kebiasaan atau hukum tak tertulis

3. Yurisprudensi

4. Traktat

5. Doktrin

2. TUJUAN

Dalam membicarakan tentang tujuan hukum, sama sulitnya dengan

membicarakan tentang pendefinisian hukum, karena kedua-duanya mempunyai

obyek kajian yang sama yaitu membahas tentang hukum itu sendiri.

9

Page 10: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

Berbagai pakar di bidang hukum maupun di bidang ilmu sosial lainnya

mengemukakan pandangannya masing-masing tentang tujuan hukum, sesuai

dengan titik-tolak serta sudut pandang mereka. Namun dari keseluruhan pendapat

tentang apa yang merupakan tujuan hukum, penulis dapat mengklarifikasikannya

ke dalam 3 aliran konvensional, masing-masing:

1. Aliran etis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum adalah

semata-mata untuk mencapai keadilan.

2. Aliran utilistis yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan hukum

adalah semata-mata untuk menciptakan kemanfaatan atau kebahagiaan

warga.

3. Aliran normatif-dogmatik yang menganggap bahwa pada asasnya tujuan

hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum.

3. FUNGSI HUKUM

Menurut Rusli Effendy dkk fungsi hukum sebagai berikut :

1. Fungsinya yang pasif yang hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini

disebut “sarana sosial Kontrol”.

2. Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu

keadaan yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law is tool of

social engneering”, atau fungsi hukum sebagai alat perekayasa sosial.

10

Page 11: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

Berdasarkan pemikiran dan uraian-uraian yang  ada, berikut ini dikemukakan

beberapa konsep fungsi hukum yang dikenal dalam kepustakaan ilmu hukum :

a. fungsi hukum sebagai “a tool of social control”,

b. fungsi hukum sebagai “a tool of social engineering”,

c. fungsi hukum sebagai simbol,

d. fungsi hukum sebagai “a political instrument”, 

e. fungsi hukum sebagai integrator. 

f. fungsi hukum sebagai sarana penyelesaian sengketa.                       

g. fungsi hukum sebagai sarana pengendalian sosial.

F. ASAS DAN SISTEM HUKUM

1. Asas Hukum

Asas hukum adalah aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan

pada umumnya melatar belakangi peraturan konkret dan pelaksanaaan hukum.

2. Sistem Hukum

Berkaitan dengan berlakunya sistem hukum , umumnya dimaksudkan untuk

menyelesaikan setiap konflik yang terjadi dalam persingungan kehidupan sosial

masyarakat.

11

Page 12: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

G. ALIRAN-ALIRAN TEORI DALAM ILMU HUKUM

1. Aliran Hukum Alam

Menurut ajaran ini kaidah hukum hasil dari titah tuhan dan langsung berasal

dari tuhan. Oleh karena itu, aliran ini mengakui adanya suatu hukum yang benar

dan abadi, sesuai dengan ukuran kodrat, serta selaras dengan alam. Dalam ajaran

ini, ada dua unsur yang menjadi pusat perhatian, yaitu unsur agama dan unsur

akal. Pada dasarnya hukum alam bersumber pada tuhan, yang menyingkari akal

manusia dan sebaliknya hukum alam bersumber pada akal atau pikiran manusia.

2. Aliran hukum Positivisme dan Utilitarinisme

Aliran Positivisme mengatakan, bahwa kaidah hukum itu hanya bersumber

dari kekuasaan negara tertinggi, dan sumber itu hanyalah hukum positif yang

terpisah dari kaidah sosial, bebas dan berpengaruh politik.

3. Aliran Historis (sejarah)

      Pelopor dari aliran ini yang terkenal adalah F.C. Von Savigni (1779-1861),

yang mencari sumber asal dari hukum positif di dalam kesadaran hukum bersama

dari masyarakat. Aliran sejarah lahir sebagai reaksi terhadap ajaran hukum alam

atau kodrat dari abad ke-17 dan abad ke-18, yang mencoba membangun hukum

yang berlaku menyeluruh dan abadi (universal dan abadi) hanya dengan

12

Page 13: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

mempergunakan akal pikiran (ratsio) manusia tanpa mau melihat kenyataan hidup

yang berubah-ubah.

Aliran ini juga menentang aliran legisme. hukum tidak dibuat tetapi tumbuh

dan berkembang bersama-sama dengan rakyat.

      Pandangan bersumber pada jiwa bangsa (Volkegeyst), kesadaran hukum

masyarakat hukumnya bersumber hanya menekankan kepada kebiasaan, dan

bentuk hukumnya berupa hukum kebiasaan. Jadi hukum itu berkembang dari

hubungan hukum yang sederhana kedalam masyarakat modern.

4. Aliran Sosiologis

Pada prinsipnya mengatakan bahwa hukum itu adalah apa yang menjadi

kenyataan dalam masyarakat, bagaimana secara fakta hukum diterima, tumbuh

dan berlaku dalam masyarakat.

5. Aliran Antropologi

Mengtakan bahwa hukum itu adalah kaidah tidak tertulis yang hidup dan

tumbuh secara nyata dalam masyarakat  seiring dengan perkembangan

kebudayaan.

6. Aliran Realis

Mengatakan hukum itu apa yang dibuat hakim melalui keputusannya, dan

hakim lebih layak disebut membuat hukum daripada menemukan hukum.

13

Page 14: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

7. Hukum Progresif

Berbicara tentang hukum progresif (di Indonesia), maka Satjipto Rahardjo

sebagai “pelopor” hukum progresif, dengan pengikutnya yang disebut Tjip-ian.

Menurut Satjipto, hukum progresif adalah hukum untuk manusia. Memahami

hukum untuk manusia, dimaksudkan adalah hukum yang dapat mengantarkan

manusia kepada kehidupan yang adil, sejahtera, dan membuat manusia bahagia.

Dapat juga disebut sebagai hukum yang selalu pro-keadilan atau pro-rakyat.

Pengaruh ajaran positivisme masa silam hingga sekarang di Indonesia, sangat

memprihatinkan Satjipto Rahardjo, di mana hukum saat ini terlihat seperti mesin

otomat, serta mengabaikan moral.

H. PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM

Penemuan hukum adalah  salah satu wadah yang dapat digunakan oleh hakim

untuk mengisi kekosongan hukum, atau menafsirkan suatu kaidah peraturan

perundang-undangan yang tidak atau kurang jelas.

Metode penemuan hukum oleh hakim dapat dilakukan dalam dua bentuk,

sebagai berikut.

a. Interpretasi atau penafsiran, merupakan metode penemuan hukum yang

membe penjelasan yang gamblang mengenai teks undang-undang agar

14

Page 15: Resume Buku Pih (Dr.marwan Mas Sh, Mh)

ruang lingkup kaedah dapat ditetapkan sehubungan dengan peristiwa

tertentu. Metode interpretasi ini adalah sarana atau alat untuk mengetahui

makna undang-undang. Interpretasi adalah metode penemuan hukum

dalam hal peraturannya ada tetapi tidak jelas untuk dapat diterapkan pada

peristiwanya.

b. Konstruksi hukum, dapat digunakan hakim sebagai metode penemuan

hukum apabila dalam mengadili perkara tidak ada peraturan yang

mengatur secara secara khusus mengenai peristiwa yang terjadi.

15