pengembangan kota layak anak di kota denpasar filelaporan ni luh gede astariyani,sh.,mh. made...
TRANSCRIPT
LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA
PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK
DI KOTA DENPASAR
TIM PENELITI :
NI LUH GEDE ASTARIYANI,SH.,MH. NIDN : 0019037607 (KETUA)
MADE NURMAWATI.,SH.,MH NIDN : 0031036208 (ANGGOTA)
Dibiayai dari dana DIPA BLU Satuan Kerja Universitas Udayana
Nomor : DIPA-023.04.2.415253/2015 Tanggal 14 November 2015, SK No :
195a/UN.14.1.11/PNL.06/2015 tanggal 4 Mei 2015 dengan Kontrak Nomor :
966 C/UN.14.1.11/KU/SPK/2015
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN
2015
Kode / Nama Bidang Ilmu : 596 /Ilmu Hukum
HALAMAN PENGESAHAN
HIBAH PENELITIAN DOSEN MUDA
Judul Penelitian :Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar Bidang Ilmu : Ilmu Hukum
Ketua Peneliti
a.Nama lengkap dengan gelar : Ni Luh Gede Astariyani, SH., MH.
b. NIP / NIDN : 19760319 199903 2 002 / 0019037607
c. Pangkat/Gol : Penata / III d
d. Jabatan Fungsional/Stuktural : Lektor
e. Pengalaman Penelitian : ( terlampir dalam CV)
f.PS/Fakultas : Hukum
f. Alamat Rumah / HP : Jl Zidam Gg BiawakNo 49
g. Telepon/E-mail : 081916254566/[email protected]
Jumlah Tim Peneliti : 2 (empat) orang
Lokasi Penelitian : Kota Denpasar
Jangka waktu penelitian : 6 (enam) bulan
Biaya Penelitian : Rp. 9.000.000 (sembilan juta rupiah)
Denpasar, 10 September 2015
Menyetujui :
Dekan Fakultas Hukum
Ketua Peneliti,
(Prof. Dr. I Gusti Ngurah WairocanaSH.,MH)
NIP.19530401 198003 1 004
( Ni Luh Gede Astariyani.,SH.,MH )
NIP: 19990319 199903 2 002
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL
……………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN
……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………… iii
ABSTRAK ……………………………………………………… iv
ABSTRACT ……………………………………………………… v
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………………… 7
BAB III. TUJUAN ……………………………………………………… 9
BAB IV. METODE ……………………………………………………… 12
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................... 15
BAB VI PENUTUP .................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………… 33
LAMPIRAN
- CV
- LAPORAN KEUANGAN
ii
ABSTRAK
Anak merupakan potensi yang sangat penting, generasi penerus masa depan bangsa,
penentu kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang kan menjadi pilar utama
pembangunan nasional. SDM yang berkualitas tidak dapat lahir secara alamiah, bila anak
dibiarkan tumbuh dan berkembang tanpa perlindungan maka mereka akan menjadi beban
pembangunan karena akan menjadi generasi yang lemah, tidak produktif dan tidak kreatif.
Ditinjau dari aspek perlindungan, terbatasnya tempat yang aman bagi anak serta masih
banyaknya anak yang menjadi korban kekerasan, pelecehan, diskriminasi dan perlakuan yang
salah. Target Penelitian tentang Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar adalah
diharapkan dapat 1). merumuskan dasar kewenangan Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota
Denpasar. 2) Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya
transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan
intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang
ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota.
Metode yang digunakan dengan 1) Melakukan studi tekstual, yakni menganalisis teks
hukum yaitu pasal-pasal dalam peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik (kebijakan
negara) secara kritikal dan dijelaskan makna dan implikasinya terhadap Pengembagan Kota
Layak Anak.2)Melakukan studi kontekstual, yakni mengaitkan dengan konteks saat peraturan
perundang-undangan itu dibuat ataupun ditafsirkan dalam rangka Pengembangan Kota Layak
Anak Di Kota Denpasar.Luaran penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan
hasil penelitian dapat dipublikasikan dalam bentuk Publikasi jurnal lokal Fakultas Hukum Kertha
Patrika Fakultas Hukum Universitas Udayana
Kata Kunci : Kota Layak Anak, Denpasar
1
ABSTRACT
The child is potentially a very important, the next generation of the nation's future,
determine the quality of human resources (HR) of Indonesia which became the main pillar of
national development. Qualified human resources can not be born naturally, when children are
allowed to grow and flourish without protection, they will become a burden of development
because it will be the generation that is weak, unproductive and uncreative. Judging from the
aspect of protection, lack of a safe place for children and there are still many children who are
victims of violence, harassment, discrimination and the wrong treatment. Target Research on
Urban Development Eligible Children in Denpasar is expected to be 1). Urban Development
authority to formulate the basis of Eligible Children in Denpasar. 2) To build a government
initiative the city directed to the transformation of the Convention on Rights of the Child (CRC)
of the legal framework into definitions, strategies and development interventions in the form of
policies, programs and development activities aimed at the fulfillment of children's rights in a
district / city.
The method used to 1) Conduct textual study, which analyzed the legal text, namely
clauses in legislation and public policy (state policy) is critical and explained the meaning and
implications for developing a Decent City Anak.2) Perform contextual studies, namely associate
with the current context of the legislation that created or interpreted in the context of City
Development Eligible Children In Cities Denpasar.Luaran research is expected to add to the
understanding and the research results can be published in a local journal publication Patrika
Kertha Faculty of Law Faculty of Law University of Udayana
Keywords: City Proper Child, Denpasar
2
BAB I.
PENDAHULUAN
1.Latar Belakang
Persoalan anak di masyarakat Indonesia pada umumnya dan di Kota Denpasar khususnya
tampak semakin memprihatinkan. Secara umum permasalahan anak yang muncul di wilayah
perkotaan sangat kompleks seperti kenakalan remaja, perkosaan, pelecehan seksual, traffiking,
perdagangan anak, dan lain-lain. Hal ini terjadi tentu tidak lepas dari pesatnya perkembangan
teknologi informasi yang membawa dampak terhadap sikap dan perilaku masyarakat baik yang
dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu, pemerintah maupun lembaga-lembaga lain yang
konsen terhadap permasalahan anak tidak mau tinggal diam membiarkan persoalan ini
berkembang semakin parah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun
daerah seperti program Kabupaten/kota layak anak, lomba-lomba BKB, BKR, P2WKSS, dan
berbagai program lainnya.
Berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai komponen masyarakat untuk mengatasi
persoalan anak pada dasarnya bertujuan untuk melindungi anak-anak dari berbagai ancaman
yang dapat mengganggu tumbuh kembang dan kesejahteraannya. Hal ini penting dilakukan
mengingat bahwa anak-anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan menentukan nasib
masa depan negara kita. Terkait dengan hal ini lembaga khusus yang menangani masalah anak
seperti Kementerian Negara pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP&PA)
bersinergi dengan lembaga lain yang berkopeten dalam mengimplementasikan program-program
yang terkait anak. Dalam pratik penyelengaraan Perlindungan Anak di Provinsi Bali, terdapat
beberapa kasus yang terjadi terhadap Perlindungan Anak Adapun data tindakan kekerasan
tersebut terdapat dalam tabel berikut :
Tabel 1: Data Kasus Kekerasan Anak Sebagai Korban
No Tahun
2010
(jan-des)
2011
(jan-des)
2012
(jan-des)
2013
(jan-des)
2014
(jan-feb)
Jumlah 144 - 146 148 21
Sumber: diperoleh dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali Direktorat Reserse
Kriminal Umum Tahun 2010-2014
3
Tingginya kasus kekerasan anak sebagai korban dari tahun ketahun menunjukkan perlunya
pengaturan perlindungan anak. Perlunya pengaturan ini diharapkan mampu menanggulangi dan
menangani korban kekerasan terhadap anak sehingga, kewajiban pemerintah daerah dalam
pemenuhan hak asasi manusia dapat terpenuhi.
Tabel 2 : Data Kasus Kekerasan Anak Sebagai Pelaku
No Tahun
2010
(jan-des)
2011
(jan-des)
2012
(jan-des)
2013
(jan-des)
2014
(jan-feb)
Jumlah 120 76 79 - -
Sumber: diperoleh dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali Direktorat Reserse
Kriminal Umum Tahun 2010-2014
Jumlah pelaku kekerasan anak
0
20
40
60
80
100
120
2010 2011 2012
jml pelaku
2010
2011
2012
Kota Denpasar sebagai kota berwawasan buadaya dengan berlandaskan pada Tri Hita
Karana terdapat juga bebarapa kasus tentang kekerasan terhadap perempuan dan anak tampak
semakin memprihatinkan. Secara umum permasalahan anak dan perempuan yang muncul di
wilayah perkotaan sangat kompleks seperti kenakalan remaja, perkosaan, pelecehan seksual,
traffiking, perdagangan anak, dan lain-lain. Hal ini terjadi tentu tidak lepas dari pesatnya
perkembangan teknologi informasi yang membawa dampak terhadap sikap dan perilaku
masyarakat baik yang dewasa maupun anak-anak. Oleh karena itu, pemerintah maupun lembaga-
lembaga lain yang konsen terhadap permasalahan anak tidak mau tinggal diam membiarkan
persoalan ini berkembang semakin parah. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah baik pusat
maupun daerah seperti program Kabupaten/kota layak anak, lomba-lomba BKB, BKR,
P2WKSS, dan berbagai program lainnya.
4
Keadaan penduduk Kota Denpasar dewasa ini dapat dikatakan sudah sampai di antara
pertengahan dan akhir dari tahap ketiga. Hal ini ditandai dengan rendahnya angka kelahiran
maupun kematian, terutama jika dikaitkan dengan kelompok umur yang tergolong anak-anak
sesuai dengan Undang-undang 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah dijelaskan
bahwa semua penduduk yang belum berusia 18 tahun adalah dikatagorikan sebagai anak-anak.
Mereka ini merupakan penduduk yang harus mendapatkan perlindungan dan dapat terpenuhi
hak-haknya.1
Tabel 3 Penduduk Kota Denpasar menurut Kelompok Umur, 2012
Umur Jenis kelamin Total
Laki- Laki Perempuan
0 – 4 39 100 37 300 76 400
5 – 9 35 800 33 100 68 900
10 – 14 32 100 29 900 61 000
15 - 19 33 000 32 600 65 600
20 – 24 41 700 41 600 83 300
25 – 29 44 100 42 200 86 300
30 – 34 44 100 44 200 88 300
35 – 39 41 700 39 300 82 000
40 – 44 38 000 32 400 70 400
45 – 49 26 000 21 800 47 800
50 – 54 18 100 15 500 33 600
55 – 59 13 100 11 200 24 300
60 - 64 8 200 7 400 15 600
65 - 69 5 200 5 100 10 300
70 - 74 2 800 3 100 5 900
75 + 2 800 3 800 6 600
Total 425 800 408 100 825 700
Sumber: BPS Kota Denpasar, 2012
Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di kota denpasar berdasarkan data
yang diperoleh dari Polresta Denpasar sehingga sangat diperlukan adanya pengaturan tentang
perlindungan perempuan dari kekerasan. Tingginya kekerasan tersebut sebagaimana terdapat
dalam Tabel 4 di bawah ini :
1 Profil Statistik Gender 2013, Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan
Kota Denpasar
5
Dari data-data empirik tersebut, terdapat beberapa jenis kekerasan terhadap anak yang
dikategorikan, sebagai berikut: Kekerasan fisik, Kekerasan seksual, Kekerasan ekonomi,
Kejahatan perkawinan, Kriminalisasi dan Penelantaran rumah tangga. Akan tetapi secara nyata,
kekerasan terhadap anak bukan hanya dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga, dapat juga
terjadi diluar aspek rumah tangga, misalnya:
1. korban pemerkosaan/pelecehan seksual
2. korban perdagangan orang
3. korban kebijakan yang diskriminatif
4. korban kekerasan pada masa berpacaran
5. korban eksploitasi seksual
Dalam Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
menentukan :
Setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua, wali, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
Selain itu Pasal 15 Undang-Undang tentang Perlindungan Anak, menentukan : Setiap anak
berhak untuk memperoleh perlindungan dari :
a. penyalahgunaan dalam kegiatan politik;
b. pelibatan dalam sengketa bersenjata;
c. pelibatan dalam kerusuhan sosial;
d. pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan;dan
e. pelibatan dalam peperangan.
Adapun maraknya kekerasan terhadap anak, berupa penyiksaan, dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, diantaranya :
1. Kondisi ekonomi orang tua kandung/angkat/wali, sehingga acapkali melampiaskan
kemarahan terhadap anak.
2. Rendahnya Pendidikan orang tua kandung/angkat/wali
Adapun jenis-jenis penyiksaan fisik yang terjadi pada anak, yakni pukulan, tendangan, sulutan
rokok, membakar, memberikan racun, dan tindakan lainnya yang membahayakan anak.
Disamping penyiksaan fisik, terdapat pula bentuk kekerasan seksual terhadap anak, seperti ;
6
Paedofilia, sodomi, eksploitasi seksual, perdagangan manusia, pemaksaan perkawinan,
perkosaan.
Kenyataan tersebut di atas menunjukkan bahwa persoalan anak masih memerlukan
penanganan yang serius dan komprehensif. Hal ini mengingat bahwa Anak sebagai potensi dan
aset merupakan generasi penerus Bangsa dan sumberdaya manusia yang sangat menentukan
keberhasilan pembangunan pada masa-masa mendatang. Oleh karena itu peningkatan
kesejahteraan dan perlindungan terhadap anak merupakan hal yang sangat penting disamping
juga karena perlindungan terhadap anak merupakan hak azasi anak. Upaya peningkatan kualitas
sumberdaya manusia perlu dilakukan sejak dini sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang
secara wajar baik pertumbuhan fisik, mental, intelektual serta jaminan haknya.
Sebagai upaya untuk lebih memperhatikan dan melindungi anak-anak Indonesia, maka
pemerintah melalui Kementerian Negara dengan pengaturan dalam Peraturan Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan
Pengembangan kabupaten/kota Layak Anak. Kota Denpasar pengaturan tentang Kota Layak
Anak diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
RI Nomor 2 Tahun 2009 tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini
terdiri dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi
yang terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab;
Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab;
Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator
umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan
terakhir bab 7 menjadi bab penutup.Melalui Peraturan menteri ini diharapkan semua
Kabupaten/Kota di Indonesia menyiapkan diri untuk menjadi kota layak anak sesuai dengan
peryaratan yang telah ditentukan. Kota Denpasar telah menyiapkan diri mengikuti program
menuju Kota layak anak yang saat ini sudah masuk katagori nindya. Untuk bisa memperoleh
predikat yang lebih tinggi yakni utama dengan sendirinya harus menyiapkan berbagai
persyaratan yang belum terpeuhi.
Namun demikian, kasus-kasus kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak juga masih
kerap mewarnai kehidupan anak baik di masyarakat Bali umumnya maupun di Kota Denpasar.
Jumlah anak yang belum terlindungi dari berbagai bentuk kekerasan dan ekploitasi masih relatif
7
besar. Masih ada anak-anak yang terlantar, bekerja di jalanan, belum mendapatkan pelayanan
yang optimal, putus sekolah, menjadi korban trafficking, fedofilia, penganiayaan dan lain-lain.
Kondisi yang demikian ini mencerminkan masih kurangnya kesadaran dan kepekaan para
perencana dan penentu kebijakan untuk memprioritaskan masalah kesejahteraan dan
perlindungan anak.Perlunya perlindungan terhadap anak melalui pengembangan kota layak anak
sangat tepat dilakukan pengkajian melalui penelitian tentang Pengambangan Kota Layak Anak
Di Kota Denpasar.
2.Rumusan Masalah.
Berdasarkan pada identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 2 (dua ) pokok masalah,
yaitu sebagai berikut:
1. Apakah dasar hukum tentang pengaturan tentang Pengembangan Kota Layak Anak Di
Kota Denpasar?.
2. Bagaimanakah inisiatif pengembangan kota layak anak yang dilakukan oleh
pemerintahan kota ?
3. Tujuan Penelitian.
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang pengaturan tentang Kota Layak Anak di Kota Denpasar .
2. Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi
Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan
intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota
8
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pembaharuan hukum telah terjadi, ditandai oleh adanya berbagai instrument hukum yang
menjamin kesetaraan dan keadilan bersumber dari beberapa kovensi internasional, hukum
positif nasional, termasuk yurisprudensi dimana perempuan mendapatkan keadilan. Namun
terdapat jurang yang dalam di antara apa yang seharusnya ( das sollen) dikehendaki terjadi oleh
hukum dan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari ( das sein) sehingga hukum hanya
dipandang sebagai paying fantasi.2
Dari studi yang dilakukan analisis gender banyak ditemukan ketidak adilan , antara lain :
1), terjadi marginalisasi/pemiskinan ekonomi terhadap perempuan 2) jenis kelamin yaitu
terjadi sub ordinasi terhadap salah satu perempuan , 3) terjadi stereotype rumah tangga, maka
terhadap jeniskelamin yang mengakibatkan pembatasan terhadap perempuan , 4) terjadi
kekerasan violence terhadap jenis kelamin tertentu umumnya perempuan karena perbedaan
ender , 5) kerena peran gender perempuan adalah mengelola pekerjaan domestiklebih banyak
dan lebih lama/burden . Kekerasan berbasis gender seperti yang diserukan Rekomendasi
Umum CEDAW merupakan pelanggaran HAM Anak adalah harapan bangsa dimasa
mendatang.
Perlindungan hukum terhadap anak dapat diartikan sebagai upaya perlindungan hukum
terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and freedoms of children)
serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kesejahteraan anak. Setiap anak kelak
mampu memikul tanggung jawab, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya
untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial dan berakhlak
mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak
Penelantaran anak merupakan salah satu bentuk kekerasan dalam rumah tangga, hal ini
akibat dari orang tua yang tidak melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap anak
untuk memberikan jaminan perlindungan bagi anak-anak mereka. Orang tua tidak
memperdulikan keselamatan anaknya, sepanjang ia dapat memberikan keuntungan financial bagi
2 Jurnal Perempuan, 2006,Sejauh Mana Komitmen Negara ?,jurnal YJP, No 25 thun 2006, ISSN1410-
153X,hal 34-35
FF
9
keluarga. Di kota-kota besar, anak di eksploitasi untuk bekerja menafkahi keluarga. Menurut
Undang-undang Nomor 23 tahun 2002 pasal 1 ayat (1) Tentang Perlindungan Anak sebagi
berikut: “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan. Pelaksanaan perlindungan anak yang baik harus memenuhi
persyaratan yang sebagai berikut :3
1. Para partisipan dalam terjadinya dan terlaksananya perlindungan anak harus
mempunyai pengertian-pengertian yang tepat berkaitan dengan masalah
perlindungan anak agar dapat bersikap dan betindak secara tepat dalam
menghadapi dan mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan pelaksanaan
perlindungan anak.
2. Perlindungan anak harus dilakukan bersama antara setiap warganegara, anggota
masyarakat secara individual maupun kolektif dan pemerintah demi kepentingan
bersama.
3. Kerjasama dan koordinasi diperlukan dalam melancarkan kegiatan perlindungan
anak yang rasional, bertanggungjawab dan bermanfaat antar para partisipan yang
bersangkutan.
Dalam penyusunan Ranperda ini mempergunakan beberapa konsep antara lain :
1). Konsep perlindungan Perlindungan adalah segala tindakan pelayanan untuk menjamin
dan melindungi hak-hak korban tindak kekerasan yang diselenggarakan oleh Pusat
Pelayanan Terpadu;
2). Konsep kekerasan Kekerasan adalah setiap perbuatan yang berakibat atau yang
mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan baik fisik, seksual, psikologis termasuk
penelantaran, ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan
secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan
pribadi;3).Konsep Perempuan adalah manusia dewasa berjenis kelamin perempuan dan orang
yang oleh hukum diakui sebagai perempuan; 4). Konsep anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 tahun, termasuk anak yang ada dalam kandungan.
3 Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, Jakarta 1989.h. 19
10
BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan
Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
penyusunan Naskah Akademik dirumuskan sebagai berikut:
1. Pemahaman tentang pengaturan tentang Kota Layak Anak di Kota Denpasar .
2. Untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya transformasi
Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hukum ke dalam definisi, strategi dan
intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan
yang ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota
3.2 Manfaat
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1). Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi pada pengembangan ilmu
hukum, khususnya pengembangan ilmu hukum Perundang-undangan bidang Perundang-
undangan Daerah ;
2). Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi para pihak yang
berkompeten berkaitan dengan pembentukan Perda ;
3). Manfaat bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman yang
lebih mendalam mengenai ilmu hukum khususnya mengenai ilmu hukum yang berkaitan
dengan ilmu perundang-undangan.
11
BAB IV. METODE PENELITIAN
1.Jenis Penelitian.
Dalam penelitian hukum terdapat dua model jens penelitian yaitu : 4
a. Metode penelitian hukum normative atau penelitian doctrinal, mempergunakan data
sekunder berupa ; peraturan perundang-undangan, keputusan pengadilan dan
pendapat para sarjana hukum terkemuka, Analisis data sekunder dilakukan secara
normative kualitatif yaitu yuridis kualitataif.
b. Metode penelitian hukum sosiologis / empiris, mempergunakan semua metode dan
tehnik-tehnik yang lasim dipergunakan di dalam metode-metode penelitian ilmu-ilmu
sosial / empiris.
Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian ini, maka jenis penelitian
dalam kajian ini mempergunakan penelitian hukum normative. Dalam beberapa kajian jenis
penelitian seperti ini juga disebut dengan penelitian dogamatik.5 Dalam penelitian hukum
normatif, untuk mengkaji persoalan hukumnya dipergunakan bahan-bahan hukum yang terdiri
dari bahan hukum primer ( primary sources or authorities ) bahan-bahan hukum sekunder (
secondary sources or authorities ) dan bahan hukum tersier ( tertier sources or authorities ).
Bahan-bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundang-undangan, bahan-bahan hukum
sekunder dapat berupa makalah, buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan bahan hukum tersier
berupa kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.
2. MetodePendekatan.
Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode pendekatan yakni pendekatan
perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan konsep (conceptual approach ),
pendekatan analitis ( analytical approach ), pendekatan perbandingan ( comparative approach ),
pendekatan histories ( historical approach ), pendekatan filsafat ( philosophical approach ),dan
pendekatan kasus ( case approach).6 Dalam penelitian ini digunakan beberapa cara pendekatan
4 Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1985, hal. 9. 5 Jan Gijsels,Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium
Hukum Universitas Parahyangan Bandung, hal. 109-110. 6 Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset, hal. 93-137.
12
untuk menganalisa permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-
undangan ( statute approach ), pendekatan kasus ( case approach ) dan pendekatan konsep
hukum ( conceptual approach ).
Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan dengan menelaah
pandangan-pandangan mengenai pendelegasian kewenangan sesuai dengan penelitian ini..7
Disamping itu digunakan pendekatan kontekstual terkait dengan penrapan hukum dalam suatu
waktu yang tertentu.
3.Sumber Bahan Hukum.
Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.8
Bahan hukum primer adalah segala dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal
ini adalah Undang-undang Perlindungan Anak dan Negara Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak No 11 Tahun 2011 tentang Kebijakan Pengembangan kabupaten/kota Layak
Anak
Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer seperti hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum yang
memiliki relevansi dengan penelitian ini, termasuk di dalamnya kamus dan ensiklopedia.
Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa informasi dari lembaga atau
pejabat, baik dari lingkungan Pemerintah Daerah maupun para pihak yang membidangi
pembentukan Peraturan Bupati.
4.Metode Pengumpulan Bahan Hukum.
Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi, yakni dengan melakukan
pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan masalah yang diteliti yang ditemukan dalam
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.Untuk mendukung
bahan hukum tersebut dilakukan wawancara. Wawancara dilakukan terhadap informan yang
terkait seperti dengan Kepala Bagian Hukum Kota Denpasar dan BP3 A Kota Denpasar.
5.Teknis Analisis Bahan Hukum
7 Ibid, hal. 19. 8 C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni,
Bandung, hal. 134.
13
Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam kajian ini adalah
teknik deskripsi, interpretasi, sistematisasi, argumentasi dan evaluasi.9 Philipus M.Hadjon
mengatakan bahwa tehnik deskripsi adalah mencakup isi maupun struktur hukum positif.10
Pada
tahap deskripsi ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari aturan-aturan hukum yang
dikaji .dengan demikian pada tahapan ini hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu
keadaan.11
Lebih lanjut berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :
The relation berween a given formulation and specific complex of facts.The technique of
argumentation demanded by this method is directed toward discovering the meaning of
the statute and arguing that the given facts sre either covered by it or not.12
( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep yang diberikan dan kumpulan
fakta khusus. teknik argumentasi ini dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan kepada
penemuan makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling melengkapi satu sama
lain ).
Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I Dewa Gede Atmadja secara
yuridis interpretasi ini dapat dibedakan menjadi :13
1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh peraturan perundang-
undangan itu sendiri. Penafsiran ini adalah merupakan penjelasan-penjelasan yang
dilampirkan pada undang-undang yang bersangkutan ( biasanya sebagai lampiran ).
Penafsiran otentik ini mengikat umum ;
2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang ditetapkan oleh hakim yang
hanya mengikat para pihak yang bersangkutan ;
3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan penafsiran yang diketemukan dalam
buku-buku dan buah tangan para ahli sarjana hukum. Penafsiran ini tidak mempunyai
kekuatan mengikat, namun karena wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang
dikemukakan, secara materiil mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan undang-
undang.
9 Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, 2008, Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Tesis, dan
Disertasi, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana, hal. 19. 10 Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika Nomor 6
Tahun IX, Nopember-Desember ( selanjutnya disebut Philipus M Hadjon II ), hal. 33. 11 Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz, hal. 16. 12 Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles, hal. 111. 13 I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan
UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata
Negara Pada FH.UNUD, (selanjutnya disebut I Dewa Gede Atmadja II ), hal. 14 .
14
Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I Dewa Atmadja di atas, maka
untuk membahas persoalan hukum yang akan dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik,
penafsiran gramatikal dan penafsiran sejarah hukum.
Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah penafsiran yang didasarkan pada
penafsiran yang diberikan oleh pembentuk undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya
dan peraturan perundang-undangan yang lain.
Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam kajian ini dilakukan dalam kaitannya untuk
menemukan makna atau arti aturan hukum, khususnya aturan hukum yang berkaitan dengan
Pendelegasian kewenangan mengatur dalam Peraturan Bupati.
3.Manfaat
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1). Manfaat teoritis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi pada pengembangan ilmu
hukum, khususnya pengembangan ilmu hukum Perundang-undangan bidang Perundang-
undangan Daerah ;
2). Manfaat praktis, diharapkan penelitian ini memberi kontribusi para pihak yang
berkompeten berkaitan dengan pembentukan Perda ;
3). Manfaat bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini memberikan pemahaman yang
lebih mendalam mengenai ilmu hukum khususnya mengenai ilmu hukum yang berkaitan
dengan ilmu perundang-undangan.
15
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah
mengeluarkan kebijakan kabupaten/kota layak anak. Hal ini tertuang dalam Permen PP RI No.
2/2009 ini mengatur tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini terdiri
dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi yang
terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab;
Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab;
Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator
umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan
terakhir bab 7 menjadi bab penutup.
Melalui Peraturan menteri ini diharapkan semua Kabupaten/Kota di Indonesia
menyiapkan diri untuk menjadi kota layak anak sesuai dengan peryaratan yang telah ditentukan.
Kota Denpasar telah menyiapkan diri mengikuti program menuju Kota layak anak yang saat ini
sudah masuk katagori nindya. Untuk bisa memperoleh predikat yang lebih tinggi yakni utama
dengan sendirinya harus menyiapkan berbagai persyaratan yang belum terpeuhi.
KLA(kota layak anak) adalah system pembangunan suatu wilayah administrasi yang
mengintegrasikan komitmen dan sumber daya pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam
rangka memenuhi hak anak yang terencana secara menyeluruh (holistic) dan berkelanjutan
(sustainable) dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk pemenuhan hak-hak anak melalui
Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA).
Tujuan KLA, untuk membangun inisiatif pemerintahan kota yang mengarah pada upaya
transformasi Konvensi Hak Anak (KHA) dari kerangka hokum ke dalam definisi, strategi dan
intervensi pembangunan dalam bentuk kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang
ditujukan untuk pemenuhan hak-hak anak pada suatu wilayah kabupaten/kota. Prinsip KLA
Non diskriminatisi
Kepentingan yang terbaik untuk anak
Hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan
Penghargaan terhadap pendapat anak
16
Ruang Lingkup KLA Meliputi seluruh bidang pembangunan yang dikelompokkan ke dalam
bidang :
Tumbuh kembang anak dan;
Perlindungan anak
KLA menerapkan strategi pengarusutamaan hak-hak anak (PUHA) yang berarti melakukan
pengintegrasian hak-hak anak ke dalam :
Setiap proses penyusunan kebijakan, program dan kegiatan
Setiap tahapan pembangunan dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan
dan evaluasi
Setiap tingkatan wilayah: dari Nasional, Provinsi dan Kabupaten / Kota, Kecamatan
hingga Kelurahan
Indikator Kota Layak Anak
Semua anak memiliki akte kelahiran
Keterlibatan anak dalam Musrenbang Kabupaten / Kota
Dalam pengambilan kebijakan berkaitan dengan kepentingan anak melibatkan wadah /
forum anak di tingkat kota / kabupaten
Adanya kebijakan /peraturan tentang larangan iklan rokok di lingkungan institusi
pendidikan dan tempat ibadah
Tidak ada pernikahan usia dini
Adanya peraturan / kebijakan tentang Pendidikan Dasar Gratis
Adanya pendidikan ketrampilan (Life skill education)
Adanya Perpustakaan dan Perpustakaan keliling
Ada taman pintar / taman cerdas
Ada peraturan / kebijakan tentang Jam Wajib Belajar bagi anak (18.00-21.00 WIB)
Beasiswa bagi anak yang berprestasi dan tidak mampu
Ada Telepon Sahabat Anak (TESA 129)
Adanya mekanisme “Restorasi Justice” terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum
(ABH).
17
Ada Taman Penitipan Anak yang sensitive hak anak
Ada Pusat Pelayanan di Kabupaten / Kota
Ada Rumah Rehabilitasi (Sherter / Rumah Aman) untuk anak sebagai korban kekerasan
Ada taman bermain, olah raga dan rekreasi anak
Ada profil Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Kabupaten / Kota
Dinas / Instansi Terkait :
1. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
3. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
4. Kementerian Agama
5. Dinas Pendidikan
6. Dinas Kesehatan
7. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Sosial
8. Kantor Perpustakaan
9. Kepolisian
10. Kejaksaan
11. Pengadilan
12. Lembaga Pemasyarakatan
Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Denpasar dilakukan melalui lima klaster yakni:
1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan; 2. Lingkungan Keluarga dan Perawatan Alternatif; 3.
Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan; 4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan
Budaya; 5. Upaya-upaya Perlindungan Khusus. Ke lima klaster ini akan dibahas secara rinci
pada uraian berikut ini.
1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan.
a. Kepemilikan Akta kelahiran
Kepemilikan akta kelahiran merupakan hak setiap orang baik dewasa maupun anak-anak,
namun demikian masih banyak orang yang tidak memilikinya, meskipun pada dasarnya
kepemilikan akta kelahiran merupakan bentuk perlindungan bagi seseorang karena ini
merupakan identitas diri. Untuk memperoleh identitas diri yang sah secara hukum, maka
seorang anak wajib mempunyai akte kelahiran. Identitas ini tergolong salah satu bentuk
perlindungan dan pengakuan resmi terhadap anak. Untuk mendapatkan identitas ini setiap orang
18
tua harus mendaftaran kelahiran anaknya ke kantor catatan sipil yang memang bertugas untuk
mendaftarkan segala bentuk pencatatan akte kelahiran maupun akte perkawinan. Dalam
realitasnya masih banyak orang tua yang belum menyadari pentingnya kepemilikan akta
kelahiran. Secara aturan umum bahwa orang tua seharusnya segera mengurus akta lahir
(mencatatkan kelahiran anak yang baru lahir tidak lewat dari 42 hari). Seringkali orang tua baru
merasakan pentingnya akta kelahiran ketika anaknya memasuki usia sekolah karena hal ini
merupakan salah satu persyaratan masuk sekolah. Mengingat begitu pentingnya kepemilikan
akta kelahiran bagi setiap orang, Kota Denpasar sebagai kota yang mau menuju kota layak anak
selalu melakukan upaya untuk meminimalisir anak-anak yang tidak memiliki akta kelahiran.
Terkait dengan hal ini, upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepemilikan akte
kelahiran antara lain melalui gebyar dan jemput bola (jebol) dalam artian para petugas kantor
catatan sipil mendatangi langsung daerah-daerah tertentu yang diperkirakan masih banyak
penduduknya tidak memiliki akte kelahiran untuk mencatatkan atau membuatkan akta untuk
anaknya.
Gambar Komposisi Kepemilikan Akte Kelahiran menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, 2012
b. Fasilitas Informasi Layak Anak
Salah satu indikator penting yang menjadi persyaratan untuk menuju kota layak anak
adalah adanya fasilitas informasi yang layak anak karena hal ini penting untuk menunjang
tumbuh kembang anak. Dalam konteks ini, di Kota Denpasar telah tersedia fasilitas informasi
layak anak seperti tertera pada Tabel: 4.2. Dari fasilitas yang ada, perpustakaan nampak sudah
19
tersedia di semua jenjang pendidikan dengan jumlah yang cukup memadai. Demikian juga
perpustakaan keliling sudah tersedia 2 (dua) unit dan ada satu unit taman bacaan/pojok baca.
Seperti kita ketahui bahwa perpustakaan merupakan sumber informasi ilmu
pengetahuan, oleh karena itu keberadaan fasilitas ini sangat diperlukan disetiap lembaga
pendidikan mulai dari jenjang pendidikan paling bawah sampai jenjang pendidikan tinggi.
Mengingat begitu pentingnya keberadaan perpustakaan untuk mencerdaskan kehidupan
masyarakat, maka pemerintah Kota Denpasar menyikapi hal ini melaui upaya penyediaan
perpustakaan keliling serta taman/pojok baca. Hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi
masyarakat umum baik remaja maupun anak-anak yang ada di luar sekolah yang ingin
meningkatkan ilmu pengetahuan dengan cara memanfaatkan perpustakaan keliling. Melalui cara
ini mereka dapat mengakses perpustakaan dengan lebih mudah.
c. Kelompok Anak di Kota Denpasar, Tahun 2012
Yang dimaksudkan dengan kelompok anak dalam hal ini adalah penduduk usia anak-
anak yakni penduduk yang berusia 0 – 18 tahun. Namun dalam hal ini jumlah pasti dari
penduduk yang terkatagori anak-anak belum dapat dihitung secara pasti karena pengelompokan
penduduk berdasarkan umur menurut versi Badan Pusat Statistik (BPS) tidak pas pada usia 18
tahun namun 19 tahun terutama pada kelompok 15-19 tahun. Jika kelompok umur 15-19 tahun
yang tertera pada Tabel 4.3 separuhnya tergolong anak-anak, maka hal ini berarti jumlah
penduduk yang tergolong anak-anak lebih kurang mencapai 33,2% dari total penduduk
Denpasar.
Penduduk Kota Denpasar menurut Kelompok Umur, 2012
Umur Jenis kelamin Total
Laki- Laki Perempuan
0 – 4 39 100 37 300 76 400
5 – 9 35 800 33 100 69 300
10 – 14 32 100 29 900 62 700
15 - 19 33 000 32 600 66 800
20 – 24 41 700 41 600 83 400
25 – 29 44 100 42 200 87 800
30 – 34 44 100 44 200 86 600
35 – 39 41 700 39 300 82 000
40 – 44 38 000 32 400 71 900
45 – 49 26 000 21 800 49 000
50 – 54 18 100 15 500 34 200
55 – 59 13 100 11 200 24 900
60 - 64 8 200 7 400 15 600
20
65 - 69 5 200 5 100 10 500
70 - 74 2 800 3 100 6 000
75 + 2 800 3 800 6 800
Total 425 800 408 100 833 900
Sumber: BPS Kota Denpasar, 2012
Dengan demikian, untuk menunjang kebutuhan tumbuh kembang anak serta perlindungan
dan kesejahteraannya diperlukan adanya berbagai fasilitas yang dapat mengakomodir
kebutuhannya seperti terbentuknya forum anak. Sampai tahun 2012, di Kota Denpasar telah
terbentuk kelompok anak dari tingkat desa/kelurahan, kecamatan sampai tingkat Kota. Forum
anak yang sudah terbentuk selama ini berjumlah 40 tersebar di desa/kelurahan yang ada di Kota
Denpasar.
D. Organisasi Anak/ Kelompok Bermain
Untuk mendukung tumbuh kembang anak diperlukan wadah yang sesuai dengan jiwa dan
umur anak. Wadah ini bisa dalam bentuk lembaga pendidikan formal maupun pendidikan non-
formal, dan lembaga-lembaga pengasuhan anak lainnya. Dengan wadah ini mereka akan dapat
menyalurkan kreativitasnya dalam asuhan dan bimbingan para guru atau pendididk. Dengan cara
ini diharapkan anak-anak di Kota Denpasar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi
yang berkualitas.
Dalam Konvensi Hak-hak Anak, terdapat empat hak-hak dasar, yaitu: Hak untuk 1)
Bertahan Hidup; 2) Tumbuh Kembang; 3) Perlindungan; dan 4) Partisipasi. Di dalam Hak Dasar
anak yang keempat, yaitu Partisipasi, menguraikan tentang hak anak untuk mengungkapkan
pandangan dan perasaannya terhadap situasi yang mempunyai dampak pada anak. Terdapat
salah satu pasal tentang hak Partisipasi ini yaitu Pasal 15, yang menyatakan: „Anak berhak untuk
bertemu dengan orang lain dan untuk bergabung atau membentuk suatu perkumpulan, kecuali
jika hal itu melanggar hak orang lain‟ (Laurike, dkk, dalam Kementrian Pemberdayaan
Perempuan RI). Terkait dengan hal ini, maka keberadaan fasilitas atau organisasi anak seperti
taman kanak-kanak/PAUD, forum anak akan dapat memenuhi hak anak.
Di kota Denpasar terdapat lembaga yang mengurus perlindungan dan kesejahteraan anak
yang terkait dengan hak sipil dan kebebasan berserikat seperti kelompok bermain dan taman
kanak-kanak, forum anak seperti tampak pada data yang ditampilkan pada beberapa tabel seperti
berikut ini.
21
Tabel,,, Forum Anak di Kota Denpasar, tahun 2012
Forum Anak Tingkat 2011 2012
Forum Anak Tingkat Kota 1 1
Forum Anak Kecamatan 405 405
Jumlah 406 406
Sumber: PPKB, Kota Denpasar 2012
Tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa di Kota Denpasar sudah terbentuk forum anak
sebagai wadah untuk memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk menyalurkan aspirasi,
bakat, dan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anak-anak. Forum ini ada di tingkat kota dan
forum anak di tingkat kecamatan. Forum ini masih sama jumlahnya dari tahun 2011 sampai
2012. Pembentukan forum anak ini juga diharapkan dapat membantu anak-anak yang
berprestasi menjalin hubungan komunikasi dengan baik dan lancar sesama anak-anak yang ada
di Kota Denpasar.
Selain forum anak, fasilitas lain yang telah tersedia di Kota Denpasar adalah lembaga
pendidikan baik yang masih tergolong kelompok bermain maupun pendidikan taman kanak-
kanak (TK). Jumlah TK yang ada di Kota Denpasar sebanyak 231 buah tersebar di semua
kecamatan. Dari jumlah TK yang ada hanya satu yang berstatus TK negeri, selebihnya adalah
TK swasta. Dari semua TK yang ada mampu menampung 14.418 anak-anak yang terdiri dari
7.398 orang murid laki-laki dan 7.020 murid laki-laki. Secara rinci persebaran jumlah fasilitas
TK menurut kecamatan di Kota Denpasar seperti tampak pada
Gambar: 4. 2 Persentase Murid Taman kanak-kanak menurut jenis Kelamin di Denpasar Tahun
2012.
Sumber : Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar, 2012.
22
2 Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan Alternatif
Klaster kedua dari Konvensi Hak Anak adalah Lingkungan Keluarga dan Pengasuhan
alternatif, yaitu mensyaratkan adanya bimbingan orang tua. Terkait dengan hal tersebut orang tua
dituntut untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang cerdas dalam
menumbuhkembangkan dan memberi perlindungan kepada anak. Dalam rangka menggali dan
mengisi potensi tersebut pemerintah dan masyarakat bekerjasama mendirikan Lembaga
Konsultasi Orang Tua tentang Pengasuhan dan Perawatan Anak.
A.Anak Menikah di Bawah Usia 18 Tahun.
Ciri keempat sebuah kabupaten/kota menuju kabupaten/kota layak anak adalah
kabupaten/kota tersebut memiliki angka pernikahan pertama di bawah 18 tahun mendekati angka
nol persen. Jika kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan di bawah 18 tahun
rendah, maka kabupaten/kota tersebut berhasil pada Program Wajar 12 Tahun. Sebaliknya, jika
kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan pertama di bawah 18 tahun masih tinggi,
maka kabupaten/kota tersebut memiliki bupati/wali kota yang tidak memiliki visi tentang anak.
Ciri kabupaten/kota memiliki angka persentase pernikahan pertama di bawah 18 tahun
rendah adalah memiliki Program Wajar 12 Tahun, Pusat Informasi Konseling Remaja, dan
Keluarga Berencana. Untuk mengurangi pernikahan pertama di bawah 18 tahun, pemerintah
dapat berupaya melakukan sosialisasi, advokasi, pemberian konsultasi pranikah dan atau sanksi
terhadap pelaku pelanggaran terutama orang tua, pemuka agama, dan pejabat publik yang
menikahkan.
Agar kabupaten/kota siap menuju kota layak anak sudah saatnya orangtua, masyarakat,
dan pemerintah bersama saling bersinergi menghapuskan pernikahan di bawah 18 tahun. Di
dalam Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab 2 pasal 7 ayat 1 berbunyi
”Perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan
pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun”. Peraturan tersebut dapat diartikan bahwa di
Indonesia seorang pria diperbolehkan menikah apabila telah berusia 19 tahun dan bagi
perempuan berusia 16 tahun. Meskipun demikian dalam implementasinya masih harus ada
persyaratan lain yang dipenuhi oleh calon pengantin. Peraturan Menteri Agama No 11 tahun
2007 tentang pencatatan nikah Bab IV pasal 7 mensyaratkan “apabila seorang calon mempelai
belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat ijin tertulis dari kedua orang
23
tuanya”. Ijin ini sifatnya wajib karena usia tersebut masih dipandang membutuhkan bimbingan
dan pengawasan orang tua/wali. Jadi, baik Undang-undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
maupun Peraturan Menteri Agama No 11 tahun 2007 tentang Pencatatan Nikah sesungguhnya
sangat menghindari terjdinya pernikahan di bawah usia 18 tahun bersifat responsive anak dan
memberi perlindungan kepada anak-anak.
Pada tahun 2012 perkawinan pertama di bawah usia 18 tahun masih terjadi di Kota
Denpasar ini tersebar di keempat kecamatan seperti tampak pada gambar 4.3 di bawah ini.
Gambar: 4.3 Anak yang Menikah di bawah Usia 18 tahun, pada tahun 2012.
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Denpasar, 2012.
Dari gambar tersebut di atas tampak bahwa di Kecamatan denpasar Timur masih relatif
banyak terjadi perkawinan dini atau menikah pada usia yang masih tergolong anak, demikian di
Denpasar Utara. Hal ini perlu diantisipasi sehingga pada masa-masa yang akan datang hal ini
bisa dicegah.
B. Orang Tua/Keluarga yang Memanfaatkan Lembaga Konsultasi
Lembaga Konsultasi adalah lembaga yang memberikan layanan konsultasi yang
disediakan untuk orang tua atau keluarga lainnya untuk mengkonsultasikan persoalan-persoalan
keluarga yang tengah dihadapi. Lembaga konsultasi tersebut antara lain Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Bina Keluarga Balita (BKB), Pos Curhat,
Lembaga Konsultasi Keluarga, dsb.
Lembaga Konsultasi Keluarga merupakan unsur kelima dalam kabupaten/kota layak
anak. Lembaga ini dapat dimanfaatkan oleh para orang tua, calon orang tua, dan pengasuh anak
24
untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan dan keterampilan terkait dengan tumbuh kembang
dan perlindungan anak. Berbekal pengetahuan dan keterampilan tersebut mereka diharapkan
mampu merawat dan mengasuh anak secara ramah. Pada gilirannya anak dapat tumbuh dan
berkembang menjadi insan sehat, cerdas, dan sejahtera. Di Kota Denpasar terdapat 12 Lembaga
Konsultasi Anak yang dapat diakses sebagai tempat berkonsultasi. Dilihat dari nama-nama
lembaga tersebut, ada sembilan (9) lembaga yang secara khusus menangani masalah anak-anak
dan remaja. Tiga lembaga lainnya tidak secara khusus menangani masalah anak, yaitu PKBI,
LBH Apik, LBH Bali, Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga. Secara kuantitas jumlah
lembaga ini cukup memadai untuk Kota Denpasar dan letaknya sangat strategis serta mudah
dijangkau. Jumlah dan nam-nama lembaga konsultasi anak yang ada di Kota Denpasar dapat
dilihat pada tabel 4.6 di bawah.
C. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA)
Indikator keenam kabupaten/kota menuju Kabupaten/Kota Layak Anak adalah di
kabupaten/kota tersebut telah tersedia Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) merupakan lembaga-lembaga yang dibentuk oleh
pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat untuk menyelenggarakan pengasuhan anak.
LKSA merupakan lembaga terakhir sebagai tempat pelayanan pengasuhan alternatif bagi anak-
anak yang tidak dapat diasuh di dalam keluarga inti, keluarga besar, kerabat atau keluarga
pengganti. Terkait dengan eksistensi lembaga ini, di Kota Denpasar tercatat ada 30 lembaga
kesejahteraan sosial anak (LKSA). Namun sayang 30 lembaga kesejahteraan sosial anak tersebut
baik nama maupun keberadaannya tidak dapat dirinci.
3. Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan
Kesehatan merupakan salah satu tolok ukur melihat kemajuan dan kesejahteraan suatu
masyarakat. Kesehatan seperti yang didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)
mencakup kesejahteraan fisik, mental, maupun sosial dan tidak semata-mata terbatas pada
ketiadaan suatu penyakit atau kelesuan. Tidak berbeda dengan definisi kesehatan WHO, di
Indonesia di dalam Undang-undang N0 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (pasal 1 ayat 1)
disebutkan bahwa kesehatan adalah “keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Apabila mengacu
25
kedua definisi kesehatan di atas sepertinya untuk menemukan orang sehat akan sangat sulit dan
menjadi absurd.
Kesehatan dasar dan kesejahteraan dalam konteks tulisan ini dimaksudkan adalah
berbagai indikator kesehatan utama seperti status kesehatan, status gizi, kesehatan lingkungan,
serta berbagai aspek pelayanan kesehatan yang pada akhirnya dapat membawa ke keadaan yang
baik, yaitu kondisi manusia dimana orang-orangnya dalam keadaan makmur, sehat, dan damai.
Guna mengetahui kesehatan dasar dan kesejahteraan anak di Kota Denpasar ada beberapa
indikator yang dipakai sebagai tolok sebagai berikut.
A. Jumlah Kelahiran
Di Kota Denpasar terjadi peningkatan kelahiran bayi yang cukup signifikan dalam dua
tahun terakhir seperti tampak pada tabel 4.7 di bawah. Tahun 2011 kelahiran bayi di Kota
Denpasar sebanyak 15.234 orang yang terdiri dari 7.719 bayi laki-laki dan 7.515 perempuan.
Pada tahun 2012 sebanyak 16.754 orang yang terdiri dari 8.423 laki-laki dan 8.331 perempuan.
Terjadi peningkatan kelahiran bayi sebanyak 1520 orang (9.98%) pada tahun 2012. Peningkatan
jumlah kelahiran bayi sangat berkaitan dengan peningkatan jumlah pasangan usia subur terutama
yang baru menikah.
B. Jumlah Bayi yang Diberi ASI Ekslusif
Pemberian ASI eksklusif bagi bayi menjadi hal yang sangat penting karena hal ini dapat
memberikan kekebalan tubuh dalam pertumbuhannya. Selain itu pemberian ASI untuk bayi juga
akan lebih efesien dan murah dalam pengasuhan dan perawatan dibandingkan kalau
menggunakan susu formula. Setalah pemberian ASI selama enam bulan, barulah bayi diberikan
makanan tambahan yang sudah tentu makanan sehat yang sesuai dengan usianya. Terkait dengan
itu, yang perlu diperhatikan adalah volume, jenis, gizi, dan hiegienisitas makanan bayi. Menurut
para pakar kesehatan, makanan bayi yang paling baik dan paling tepat adalah air susu ibu (ASI).
ASI adalah makanan alamiah yang disediakan untuk bayi yang mempunyai komposisi nutrisi
yang sesuai untuk perkembangan bayi sehat. Banyak kelebihan yang terkandung dalam ASI
yang mendorong bayi dapat tumbuh kembang dengan lebih sempurna dibandingkan makanan
lainnya. Oleh karena itu, ibu-ibu sangat disarankan memberikan ASI secara eksklusif. ASI
eksklusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi yang baru dilahirkan sampai usia enam
bulan tanpa memberi makanan dan minuman tambahan apa pun termasuk air putih. Lebih jauh
26
untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi para ibu menyusui di Kota Denpasar
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya dapat dilihat pada tabel 4.9.
C. Pojok ASI
Salah satu sasaran objek Millineum Development Goals (MDGs) adalah menurunkan
angka kematian anak. Menurut Unicef (2012) intervensi yang paling efektif untuk mencegah
kematian bayi adalah dengan memberi Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Untuk itu perlu ada
fasilitas penyimpanan ASI, baik di rumah maupun di tempat kerja atau tempat publik. Oleh
karena itu pembangunan Pojok ASI (Laktasi) menjadi prioritas dalam pembangunan
D. Imunisasi
Imunisasi merupakan investasi kesehatan masa depan. Imunisasi adalah pemberian
kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan serum ke dalam tubuh agar tubuh
tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi
biasanya lebih fokus diberikan kepada bayi dan atau anak-anak karena sistem kekebalan
tubuhnya belum sebaik orang dewasa sehingga sangat rentan dari serangan penyakit berbahaya.
Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi di antaranya adalah hepatitis B,
campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gendongan, cacar air, tbc, dan sebaginya
(www.organisasi.org > Kesehatan, diakses tanggal 19 Juli 2013). Tabel 4.17 di bawah
menggambarkan persentase bayi di Kota Denpasar yang telah mendapat beberapa jenis
imunisasi.
E Jumlah Keluarga Miskin
Berbicara tentang kemiskinan seringkali dan serta merta diarahkan pada aspek ekonomi,
yaitu adanya orang/kelompok orang yang tidak mampu dan tidak berdaya karena tidak
dimilikinya pangan, sandang, dan papan. Secara sosio-culktural kemiskinan dapat terjadi karena
kemiskinan struktural dan kemiskinan kultural. Kemiskinan struktural adalah kemiskinan yang
disebabkan oleh faktor dari luar manusia, yaitu sistem, kebijakan pemerintah, tidak ada akses dan
kesempatan. Oleh karena itu, yang paling beratnggungjawab terhadap kemiskinan struktural ini
adalah pemerintah. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang disebabkan oleh sikap dan
perilaku manusia itu sendiri, misalnya malas bekerja, persepsi yang salah (kaya, miskin takdir),
kepasrahan yang pasif. Penyebabnya adalah kebodohan, keterbelakangan, tidak ada kemauan,
tidak ada kesadaran, dan iman yang lemah. Upaya mengatasi kemiskinan kultural adalah harus
27
ada kemauan dari diri sendiri untuk mengatasinya. Berbicara tentang kemiskinan di Kota
Denpasar terdapat sejumlah penduduk miskin seperti tampak pada tabel 4.19 berikut ini.
4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang Dan Kegiatan Budaya
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Hal ini berarti bahwa pendidikan adalah upaya nyata
dan sengaja dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Jika demikian halnya manusia
semata-mata hanya dilihat sebagai objek. Sesungguhnya di dalam dunia pendidikan manusia
haruslah diperlakukan sebagai subjek, sehingga tujuan dari pendidikan juga unytuk menggali
potensi khas dan unik yang dimiliki oleh masing-masing individu. Dengan demikian pendidikan
tidak menjadi beban bagi peserta didik melainkan diminati dan disenangi.
Pendidikan merupakan salah satu program pembangunan di Indonesia yang kualitas dan
kuantitasnya sedang dan terus ditingkatkan. Hal ini terkait dengan goal ke 2 dari program MDGs
(Millenium Development Goals), yakni mencapai pendidikan dasar bagi semua dengan tujuan
pada tahun 2015 semua anak, laki-laki dan perempuan dapat mengenyam pendidikan dasar.
Guna mencapai goals tersebut sudah seharusnya dan sepantasnya dunia pendidikan ditunjang
oleh berbagai piranti yang dibutuhkannya. Selain untuk mencapai goals tersebut UU N0 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak juga menyuratkan hak-hak dan perlindungan anak.
Termasuk di dalamnya adalah hak anak untuk mendapatkan pendidikan. Dengan demikian kedua
produk hukum di atas menghendaki agar setiap anak mendapat hak dan kesempatan yang sama
untuk memperoleh pendidikan.
Terdapat 3 (tiga) kategori lembaga yang menangani pendidikan di Indonesia, yaitu
lembaga forma (sekolah), non formal (LPTK, paket belajar), dan lembaga informal (lembaga
sosial tradisional seperti: surau). Ketiga lembaga ini diharapkan dapat bersinergi untuk
menghasilkan produk, yaitu manusia yang berkualitas, manusia yang cerdas secara intelektual,
emosional, dan spiritual. Dalam tulisan ini pendidikan yang dimaksud lebih diarahkan untuk
menganalisis pendidikan formal persekolahan. Guna mengetahui kualitas dunia pendidikan di
Kota Denpasar, ada beberapa indicator penting yang dapat dilihat seperti di bawah ini.
A. Angka Partisipasi Kasar (APK)
28
Salah satu indikator penting untuk melihat partisipasi penduduk dalam bidang pendidikan
adalah angka partisipasi kasar (APK). Angka ini biasanya digunakan untuk melihat gambaran
kondisi siswa pada suatu jenjang pendidikan. Apabila APM (Angka Partisipasi Murni)
menunjuk pada penduduk usia sekolah sesuai dengan jenjang pendidikannya, maka APK
menunjukkan penduduk pada jenjang pendidikan tertentu tanpa melihat usia mereka. Angka
Partisipasi Kasar (APK) ini sesungguhnya adalah proporsi anak yang bersekolah pada jenjang
pendidikan tertentu berdasarkan kelompok umur. Dengan demikian, APK SD misalnya dihitung
dengan membagi jumlah penduduk yang bersekolah di SD dengan jumlah penduduk usia 7-12
tahun dikalikan 100. Oleh karena APK dibedakan berdasarkan jenjang pendidikan, maka berikut
ini akan disajikan APK di Kota Denpasar mulai dari jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD)
sampai dengan jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) tahun 2011/2012.
B. Angka Partisipasi Murni (APM)
Angka partisipasi murni dalam hal ini yang dimaksudkan adalah proporsi anak sekolah
pada suatu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
kelompok umurnya. Secara matematis APM dapat dihitung dengan cara: misalnya, APM SD
adalah jumlah penduduk usia 7-12 tahun yang masih sekolah di Sekolah Dasar dibagi jumlah
penduduk usia 7-12 tahun, kemudian dikalikan 100. APM digunakan untuk melihat angka
partisipasi sekolah anak, yaitu anak usia sekolah bersekolah tepat waktu sesuai dengan umur
mereka. Misalnya anak usia 7-12 tahun sekolah di Sekolah Dasar, anak usia 13-15 tahun sekolah
di SMP, 16-18 tahun sekolah di SMA. Jadi, APM memberikan penekanan kepada ketepatan usia
seseorang penduduk dengan jenjang pendidikan yang dijalani. Jika persentase APM
menunjukkan 100% berarti tidak ada siswa yang mengulang kelas atau masuk pada usia yang
tidak sesuai dengan jenjang pendidikan. Guna mengetahui kualitas pendidikan anak-anak di Kota
Denpasar berikut ini akan dipaparkan APM pada berbagai jenjang pendidikan..
C. Jumlah Sekolah
Sekolah adalah tempat belajar secara formal bagi para peserta didik . Sekolah sengaja
didirikan, baik oleh pemerintah maupun swasta dengan segala regulasinya. Secara formal
penjenjangan pendidikan di Indonesia diawali dari Taman Kanak-Kanak, kemudian SD,
SMP/sederajat, dan SMA/sederajat. Ada hal menarik dari tabel 4.31 di bawah yang
29
dipertanyakan, yaitu apa sesungguhnya perbedaan TK dengan PAUD? Beberapa literatur
menjelaskan bahwa Taman Kanak-Kanak (TK) adalah jenjang pendidikan anak usia dini
(PAUD). Oleh karena itu pada hakikatnya TK dan PAUD itu sama, sama-sama merupakan
tempat belajar untuk anak usia 4-6 tahun. Mengapa pada tabel 4.31 di bawah keduanya
dibedakan. Barangkali hal tersebut hanyalah masalah nama/sebutan saja. Jenjang pendidikan
anak usia 4-6 tahun tersebut dahulu lebih populer disebut TK namun saat sekarang dinamakan
PAUD. Keduanya tentu berbeda dengan TPA. TPA adalah Taman Penitipan Anak merupakan
salah satu bentuk PAUD pada jalur nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan
sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak sejak lahir sampai dengan usia
enam tahun. Tabel 4.31 di bawah menunjukkan jumlah sekolah yang ada di Kota Denpasar.
Tabel 4.31 Jumlah Sekolah di Kota Denpasar, 2011/2012.
Sekolah 2011 2012
TK 214
214
PAUD 276
278
TPA 20
24
SD/Sederajat 223
227
SLTP/Sederajat 58
62
SLTA/Sederajat 60 60
Sumber: Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota Denpasar, 2013
E. Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus
Tidak bisa dipungkiri bahwa manusia yang lahir ke dunia ini tidak semuanya
sempurna dalam arti masih ada manusia yang menyandang disabilitas atau lahir kurang
sempurna baik secara mental maupun fisik. Kondisi yang disandang oleh mereka yang
mengalami keterbatasan fisik maupun mental adalah ciptaan Yang Maha Kuasa yang
tentunya tidak bisa dihindari. Persoalan yang dihadapi manusia termasuk anak-anak dalam
kehidupannya adalah sebuah keniscayaan dan tidak dapat dipungkiri.
Ada berbagai macam persoalan hidup yang menghadang dan harus dihadapi oleh
sebagian anak di negeri ini termasuk mereka yang ada di Kota Denpasar. Di samping itu,
tidak semua anak-anak yang lahir ke dunia dapat hidup sempurna dalam tumbuh
kembangnya, namun masih banyak ada anak yang tumbuh kurang normal dalam artian
30
mereka memiliki kekurangan baik secara fisik maupun mental. Mereka ini antara lain adalah
anak-anak autis atau anak yang dawn sindroom. Oleh karena itu sangat diharapkan dan
dibutuhkan uluran tangan dari berbagai pihak terkait sehingga anak-anak tersebut
mendapatkan tempat untuk berlindung dan mendapat perlakuan khusus.
Terkait dengan kepentingan anak yang berkebutuhan khusus, di Kota Denpasar sudah
mempunyai lembaga pendidikan untuk menampung anak-anak yang berkebutuhan khusus
atau yang lasim disebut Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus (PTKABK).
Sampai saat ini PTKABK yang dikelola oleh pemerintah Kota Denpasar telah menampung
dan menerapi anak berkebutuhan khusus yang secara lengkap datanya ada pada bagian ABK
dari tulisan ini. Anak yang ditangani oleh PTKABK Kota Denpasar ini khususnya anak-anak
autis. Selain melakukan terapi terhadap anak-anak tersebut, pengelola juga mendidik mereka
melalui berbagai kegiatan seperti lomba-lomba olah raga dan kreativitas lainnya seperti
tampak pada gambar berikut ini.
F. Anak sebagai Pelaku dan Korban Kekerasan
Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan secara fisik, seksual, penganiayaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak. Ada 4 (empat) kategori utama tindak kekerasan
terhadap anak, yaitu pengabaian, kekerasan fisik, pelecehan emosional/psikologis, dan pelecehan
seksual anak. Dari beberapa penelitian menunjukkan pelaku kekerasan terhadap anak lebih
banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat anak, seperti orang tua, saudara, dan orang-orang
yang ada di sekitarnya. Pelaku kekerasan biasanya dilakukan oleh orang yang lebih tua, namun
kenyataannya anak-anak juga dapat bertindak sebagai pelaku kekerasan. Tabel 4.34 di bawah
menunjukkan di Kota Denpasar terjadi tindak kekerasan, baik yang dilakukan maupu pelakunya
adalah anak-anak.
F. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus ini sering disebut anak luar biasa
atau anak cacat. Anak-anak dengan kategoori berkebutuhan khusus adalah tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, dan tunalaras, mengalami kesulitan belajar, gangguan perilaku, gangguan
kesehatan, termasuk anak berbakat. Oleh karena demikian, bagi ABK dibutuhkan bentuk dan
tempat pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka
31
masing-masing. Bagi anak tunanetra misanya dibutuhkan modifikasi teks bacaan menjadi tulisan
Braille sementara bagi anak tunarungu dibutuhkan kemampuan memiliki bahasa isyarat. Di Kota
Denpasar terdapat anak berkebutuhan khusus seperti tampak pada tabel 3.35. di bawah ini.
Tabel 3.35. Data Anak Berkebutuhan Khusus di PTKABK Kota Denpasar
Per 30 April 2013
Keterangan Laki-Laki Perempuan
Anak yg mengikuti program di
PTKABK (Terapi dan Kelas)
56 23
Daftar Tunggu di PTKABK 56 16
Total 112 39
Sumber :Pusat Tumbuh Kembang Anak Berkebutuhan Khusus, 2013
F. Anak Terlantar
Tidak semua anak yang terlahir dapat hidup sejahtera, namun diantara mereka yang
hidup bahagia dan sejahtera ada juga yang hidupnya terlantar baik karena kondisi ekonomi orang
tuanya yang tidak mampu memenuhi hak anaknya untuk hidup layak maupun karena faktor lain.
Kondisi kemiskinan seringkali mempengaruhi kehidupan anak-anak baik dalam pendidikan,
kesehatan yang dalam istilah lain anak-anak akan menjadi terlantar. Anak terlantar adalah anak
yang tidak terpenuhi kebutuhannya secara wajar baik fisik, mental, spiritual maupun sosial
(KNPP, 2002; 10). Anak yang tidak mendapat perhatian dan perlindungan dari orang tuanya
termasuk mereka tidak mengenyam pendidikan yang seharusnya menjadi haknya dapat
dikatagorikan sebagai anak terlantar. Di Kota Denpasar masih cukup banyak terdapat anak-anak
yang masih terkatagori terlantar seperti tampak pada Tabel 4.40. Dari data yang ada selama dua
tahun ini ternyata semakin tahun jumlah anak terlantar semakin meningkat, kenapa demikian?
Hal ini perlu ditelusuri penyebabnya sehingga kedepannya hal ini dapat diantisipasi
32
BAB. VI PENUTUP
6.1 SIMPULAN
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah
mengeluarkan kebijakan kabupaten/kota layak anak. Hal ini tertuang dalam Permen PP RI No.
2/2009 ini mengatur tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak. Isi dari peraturan ini terdiri
dari VII Bab yakni: bab 1. Pendahuluan yang terdiri dari 5 sub bab; bab 2. Analisis Situasi yang
terdiri dari 8 sub bab; Landasan Kebijakan dan Strategi menjadi bab 3 dengan 3 sub bab;
Prinsip, Prasyarat dan Langkah-langkah Kebijakan diatur dalam bab 4 yang meliputi 3 sub bab;
Indikator Program KLA dipaparkan pada Bab 5 yang terdiri dari indikator khusus dan indikator
umum; Selanjutnya Peran para pihak dijelaskan pada bab 6 yang terdiri dari 8 sub bab; dan
terakhir bab 7 menjadi bab penutup
Pengembangan Kota Layak Anak di Kota Denpasar dilakukan melalui lima klaster
yakni: 1. Hak-hak Sipil dan Kebebasan; 2. Lingkungan Keluarga dan Perawatan Alternatif; 3.
Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan; 4. Pendidikan, Pemanfaatan Waktu Luang dan Kegiatan
Budaya; 5. Upaya-upaya Perlindungan Khusus dengan penjabaran :
1. Kepemilikan akte kelahiran untuk anak-anak yang ada di Kota Denpasar masih
perlu ditingkatkan lagi hingga mencapai minimal 95%.
2. Fasilitas pendidikan untuk menunjang tumbuh kembang anak di Kota Denpasar
sudah cukup memadai.
3. Tingkat partisipasi anak-anak di bidang pendidikan di Kota Denpasar cukup baik.
4. Angka mengulang kelas dan putus sekolah di Kota Denpasar masih cukup tinggi
terutama di SD, oleh karena itu hal ini perlu diantisipasi.
5. Persoalan anak di bidang kesehatan adalah: angka kematian bayi dan balita
yang masih relatif tinggi, pemberian ASI eksklusif yg masih perlu ditingkatkan.
6.2 Rekomendasi
• Program percepatan pencatatan akte kelahiran masih perlu lebih digalakkan baik melalui
gebyar maupun jemput bola karena dari data yang tercatat diperkirakan masih ada
penduduk yang belum mempunyai akte kelahiran.
33
• Sebagai upaya menanggulangan kasus-kasus yang menimpa anak-anak baik kasus
kriminalitas maupun kasus KDRT di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, serta
menekan bertambahnya anak terlantar perlu dilakukan sosialisasi UU.No.23/2002 tentang
Perlindungan anak.
• Untuk meningkatkan persentase pemberian ASI eksklusif di Kota Denpasar, maka perlu
dilaksanakan program penyadaran para ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif
bagi bayi, dan memperbanyak penyediaan pojok laktasi di tempat kerja untuk membantu
ibu-ibu yang sedang menyusui.
34
DAFTAR PUSTAKA
Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely & Los Angeles,
Arif Gosita, 1989, Masalah Perlindungan Anak, Akademika Pressindo, Jakarta 1989.
C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 ,
Alumni, Bandung.
Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz.
I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran Kostitusi Dalam Rangka Sosialisasi Hukum, Sisi
Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan
Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD
Jan Gijsels,Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah Teori Hukum Itu ? ,
Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung.
Jurnal Perempuan, 2006,Sejauh Mana Komitmen Negara ?,jurnal YJP, No 25 thun 2006,
ISSN1410-153X.
Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam Yuridika
Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember ( selanjutnya disebut Philipus M Hadjon II ),
Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama Offset.
Profil Statistik Gender 2013, Badan Keluarga Berencana Dan Pemberdayaan Perempuan
Kota Denpasar
Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANG
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4437)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 10 ).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 95, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419).
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008
tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009
tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak
Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011
tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
35
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
Judul :
PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK
DI KOTA DENPASAR
Nama : Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH. NIP : 19760319 199903 2 002
Jabatan/Pangkat/Golongan : Lektor /Penata /IIId
Fakultas : Hukum
Dibiayai dari dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014
Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Penelitian Dosen Muda
Nomor : 237-9/UN14.2/PNL.01.03.00/2014
Tertanggal 14 Mei 2014
36
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
1. Judul : Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota
Denpasar
2. Ketua Pelaksana
a.Nama : Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH.
b.NIP : 19760319 199903 2 002
c.Jabatan/Pangkat/Golongan : Lektor /Penata /IIId
d.Fakultas : Hukum
e.Alamat
Kantor
Rumah
:
:
Jl.Pulau Bali no. 1
Jl.Zidam Gg Biawak No 49.
f.Telp : 7452699/081916254566
3. Personalia : 2(dua) orang
4. Jangka Waktu Pelaksanaan : 6 bulan
5. Bentuk Kegiatan : Penelitian
6. Tempat Kegiatan : Kota Denpasar
7. Biaya yang diperlukan : Rp10.000.000,-
Tahap 1 : Rp. 7.000.000,- (70 %)
Tahap 2 Rp. 3.000.000,- ( 30 %)
37
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
1
Tanggal/Bulan/Tahun
Januari – Februari 2015
2
Nama Kegiatan Sub kegiatan
Persiapan penyusunan proposal
3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan
( sesuai dengan proposal)
Dapat menyusun proposal tepat waktu
sehingga dapat diajukan sebagai usulan
ke LPPM
4. Hasil yang diperoleh
Dapat disusun proposal sesuai dengan
pedoman penyusunan proposal penelitian
dosen muda yang ditentukan oleh LPPM
5. Hambatan
Terdapat beberapa bahan-bahan hukum
yang belum diperoleh, sehingga perlu
dicari pada kegiatan berikutnya.
6. Kesimpulan dan saran
Perlu tindak lanjut penyempurnaan
proposal
7. Rencana Kegiatan Selanjutnya
Penyempurnaan penulisan
8. Nama Peneliti
Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH
9.
Tanda tangan
Catatan :
Perlu dilakukan pencarian dan pengkajian terhadap bahan hukum yang belum diperoleh
38
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
1
Tanggal/Bulan/Tahun
Mei 2015
2
Nama Kegiatan Sub kegiatan
Studi lanjutan
3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan
( sesuai dengan proposal)
Studi lanjutan setelah penelitian
dinyatakan diterima
4. Hasil yang diperoleh
1. Mengkaji buku-buku yang terkait
dengan bidang penelitian baik
yang diteliti maupun yang terkait
dengan bidang-bidang hukum
yang lain
2. Mengkaji bahan-bahan hukum
terutama UU yang berkaitan
dengan pembentukan peraturan
perundang-undangan
3. Membuat pedoman penelitian
yang akan dilakukan pada bulan
berikutnya
5. Hambatan
Tardapat beberapa literature dan bahan
hukum yang tidak diperoleh
6. Kesimpulan dan saran
Dilanjutkan pada penelitian berikutnya
7. Rencana Kegiatan Selanjutnya
Penelitian
8. Nama Peneliti
Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH
9.
Tanda tangan
Catatan : -
39
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
1
Tanggal/Bulan/Tahun
Juni-Juli 2015
2
Nama Kegiatan Sub kegiatan
Pelaksanaan penelit ian
3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan ( sesuai
dengan proposal)
Pelaksanaan penelitian
4. Hasil yang diperoleh
1. Pelaksanaan penelitian dengan
melakukan penelitian pada
bahan-bahan hukum berupa :
a. UU
b. Perda
2. Meneliti dasar kewenangan
pembentukan kota layak anak
3. Meneliti perda melalui cd room
dan dari internet
5. Hambatan
Terdapat beberapa peraturan
perundang-undangan yang belum
diperoleh
6. Kesimpulan dan saran
-
7. Rencana Kegiatan Selanjutnya
Melanjutkan penelitian
8. Nama Peneliti
Ni Luh Gede Astariyani, SH.,MH
9.
Tanda tangan
Catatan :-
40
BUKU CATATAN KEGIATAN PENELITIAN
PENELITIAN DOSEN MUDA
( LOG BOOK)
1
Tanggal/Bulan/Tahun
Agustus-September
2
Nama Kegiatan Sub kegiatan
Penulisan laporan kemajuan
3. Tujuan kegiatan/ Sub Kegiatan ( sesuai dengan
proposal)
Menghasilkan laporan
kemajuan
4. Hasil yang diperoleh
1. Menyusun laporan
kemajuan
2. Rencannya menyususn
laporan akhir sesuai
dengan format yang
telah ditentukan oleh
LPPM
5. Hambatan
-
6. Kesimpulan dan saran
Laporan kemajuan dapat
disusun dengan baik
7. Rencana Kegiatan Selanjutnya
Menyusun laporan akhir
8. Nama Peneliti
Ni Luh Gede Astariyani,
SH.,MH
9.
Tanda tangan
Catatan : penyetoran laporan awal dan laporan akhir harus tepat waktu
41
LAPORAN JUSTIFIKASI
PENGGUNAAN ANGGARAN 100 %
PENELITIAN DOSEN MUDA
PENGEMBANGAN KOTA LAYAK ANAK
DI KOTA DENPASAR
TIM PENELITI :
NI LUH GEDE ASTARIYANI,SH.,MH.NIDN : 0019037607 ( Ketua)
I GUSTI N DARMA LAKSANA , SH.,MKN. NIDN : 0007047503 ( Anggota)
Dibiayai dari dana DIPA BLU Universitas Udayana Tahun Anggaran 2014
Dengan Surat Perjanjian Penugasan Dalam Rangka Penelitian Dosen Muda
Nomor : 237-9/UN14.2/PNL.01.03.00/2014 Tertanggal 14 Mei 2014
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
42
TAHUN 2015
Lampiran 1. Format Justifikasi Anggaran
No Jenis Pengeluaran Jumlah Satuan Satuan Rp Jumlah Rp
I HONORARIUM
Ketua Penelitian 1 orang 6 bulan 235,000 1,410,000
Anggota Penelitian 5 orang 6 bulan 100,000 600,000
2,010,000
II BIAYA OPERASIONAL
Pengadaan alat dan bahan
d. blok note 20 buah 10,000 200,000
e. Bulpoint 20 buah 6,000 120,000
f. Kertas HVS 6 rim 50,000 300,000
g.Map plastic 11 buah 10,000 110,000
i. Flesdisk 2 buah 150,000 300,000
j. Tinta printer Deskjet 1 buah 300,000 300,000
Penjajagan dan penetapan informan 2 kali 250,000 500,000
Penggandaan instrumen penelitian 8 set 100,000 800,000
Pengumpulan Bahan hukum skunder 2
orang 2 kali 250,000 500,000
Pengumpulan bahan hukum primer 2
0rang 2 orang 250,000 500,000
Analisis Bahan hukum 2 orang 200,000 400,000
4,030,000
BIAYA PELAPORAN
1 Penyusunan draf laporan 1 eks 610,000 610,000
2 Penggandaan draf laporan untuk diskusi
intern 4 eks 200,000 800,000
3 Penyempurnaan laporan final 1 kali 500,000 500,000
4 Penggandaan laporan final 15 eks 70,000 1,050,000
2,960,000
TOTAL 9,000,000
Terbilang Sembilan Juta Rupiah
43
Lampiran 2 Dukungan sarana dan prasarana penelitian
Dalam penelitian tentang Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar,
mempergunakan sarana berupa kapasitas, daya dukung/kemampuan berupa :
1. Laboratorium hukum terkait dengan penemuan bahan-bahan hukum terkait dengan :
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Indonesia Tahun 1945.
b. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4437)
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 10 ).
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan
Dalam Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4419).
e. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor
3 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
f. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2009 tentang kebijakan Kabupaten/Kota Layak Anak
g. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak
2. Diperlukan pula hal-hal berkaitan dengan kajian teoritis dan praktek empiris yang dapat
dperoleh di Pemerintah Kota Denpasar dan BP3A ( Badan Pemberdayaan Perlindungan
Perempuan dan Anak)
44
Lampiran 3. Personalia Penelitian
No Nama/NIDN Instansi Asal Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(jam/mimggu)
Uraian
Tugas
1 Ni Luh Gede Astariyani,
SH.,MH./ 0019003607
FH Unud Ilmu
Hukum
100 jam/minggu Ketua
Peneliti
2 Made
Nurmawati.,SH.,MH/0031036208
FH Unud Ilmu
Hukum
100 jam/minggu Anggota
Peneliti
3 Noving Pandy Mahasiswa Ilmu
Hukum
100 jam/minggu Tenaga
Lapangan
4 Nanda Dwi Satyawati Mahasiswa Ilmu
Hukum
100 jam/minggu Tenaga
Lapangan
45
Lampiran 4. Biodata ketua dan anggota tim peneliti serta mahasiswa yang terlibat
BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap (dengan gelar) Ni Luh Gede Astariyani.,SH.,MH
2. Jabatan Fungsional Lektor
3. Jabatan Struktural Dosen (Non Strukural)
4. NIP/NIK/No.Identitas lainnya 197603191999032002
5. NIDN 0019037607
6. Tempat dan Tanggal Lahir Denpasar / 19 Maret 1976 7. Alamat Rumah
Jl Zidam GG Biawak No 49 Pemogan Denpasar
8. Nomor Telepon/Faks /HP 081916254566
9. Alamat Kantor Jln. P. Bali No.1 Denpasar 80114
10. Nomor Telepon/Faks 0361-222666
11.
Alamat e-mail
[email protected] S-1= >50 orang
12. Pengalaman Jabatan Ketua Pusat Perancangan Hukum Tahun 2012-sekarang
Mata Kuliah yg diampu 1) Hukum Perundang-Undangan
2) HTN
3) Perancangan Peraturan Perundang-undangan
4) Hukum dan Kebijakan Publik
5) Hukum Kelembagaan Negara
B. Riwayat Pendidikan
Program S-1 S-2
Nama Perguruan Tinggi Universitas Udayana Bali Universitas Udayana Bali
46
Bidang Ilmu Hukum Perdata Hukum Pemerintahan
Tahun Masuk 1994 2006 Tahun Lulus 1998 2009
Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Dasar Kewenangan Pengaturan
Perkawinan Campuran di
Indonesia
Pendelegasian Kewenangan
Mengatur Kepada Peraturan
Gubernur
Nama Pembimbing 1. Prof.i Gusti Ketut Suta, SH
2. I Ketut Westra, SH.,MH
1. Prof. Dr. Subawa, SH,MSi
2. Dr.Gede
Marhaendra.,SH.,MH
C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir (Bukan Skripsi, Tesis, maupun Disertasi)
No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1. 2014 Penyusunan Naskah Akademis dan
Peraturan daerah tentang Pelayanan
Publik di Kota Denpasar
DPRD Badung Rp. 70.000.000
2.
2014 Penyusunan Naskah Akademis dan
Peraturan daerah tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Provinsi Bali
Provinsi Bali Rp. 90.000.000
3.
2014 Penyusunan Naskah Akademis dan
Peraturan daerah tentang Penetapan
Keluran Di Kabupaten Gianyar
Pemda Gianyar Rp. 50.000.000
4.
2014 Penyusunan Naskah Akademis dan
Peraturan daerah tentang Penetapan
Desa dan Desa Adat Di Kabupaten
Tabanan
Pemda Tabanan Rp. 70.000.000
5.
2014 Penyusunan Naskah Akademis dan
Peraturan daerah tentang
Penyelenggaraan Kearsipan di Pemkot
Denpasar
Pemkot Denpasar Rp. 30.000.000
6.
2013
(awal)
Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Perlindungan Perempuan dan Anak
Korban Kekerasan Di Kota Denpasar
DPRD Kota
Denpasar
Rp. 70.000.000
7.
2013
(akhir)
Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup Di Kota Denpasar
DPRD Kota
Denpasar
Rp. 70.000.000
47
3
2013 Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Tentang
Pengelolaan Air Tanah Di Kota
Denpasar
Kota Denpasar Rp. 25.000.000
8.
2013 Dasar Kewenanagn pembentukan
Perda Tentang Penyelenggaraan
pendidikan Di Kota Denpasar
Dosen Muda
Udayana
Rp. 7.500.000
5.
2012 Penyusunan Naskah Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Tentang
PDAM di Kabupaten Jembrana
Pemkab Negara Rp. 50.000.000
6.
2012 Bentuk-Bentuk Peraturan Gubernur,
dengan Dibiayai dari dana DIPA BLU
Universitas Udayana Tahun Anggaran
2012 Dengan Surat Perjanjian
KontrakNomor :
25.91/UN.14/LPPM/KONTRAK/2012
Tertanggal 10 Mei 2012
Dosen Muda
Unud
Rp. 7.500.000
*) Tuliskan sumber pendanaan : PDM, SKW, Pemula, Fundamental, Hibah Bersaing, Hibah Pekerti, Hibah Pascasarjana, Hikom, Stranas, Kerjasama Luar Negeri dan Publikasi Internasional, RAPID, Unggulan Stranas atau sumber lainnya.
. Pengalaman Penelitian kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir
No. Tahun Judul Penelitian Kepada
Masyarakat Pendanaan
Sumber *) Jml (Juta Rp.)
1 2014
IBW di Desa Tenganan Kecamatan
Manggis Karangasem (Team Unud) DP2M Dikti Rp. 100.000.000
2 2014 Penyuluhan Hukum UU LKM di Kantor
Kepala Desa Batubulan DIPA Rp.5000.000
3 20114
Konsultasi Publik tentang Pelayanan
Publik Di DPRD Badung Pemda Badung Rp. 70.000.000
4 2013
IBW di Desa Tenganan Kecamatan
Manggis Karangasem (Team Unud) DP2M Dikti Rp. 100.000.000
5
2013 Partisipasi Publik Penyusunan Ranperda
Perlindungan Perempuan dan Anak Di
Kota Denpasar
DPRD Badung Rp. 10.000.000
48
6
2012 Sosialisasi undang-undang kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) bagi di
Kelurahan Penatih
DIPA PNBP
Unud Rp.4.000.000
7
2009-
2011
HIBAH MULTI TAHUN: Unit UJI /
IBIKK dengan Judul Unit Usaha Jasa
Penerbitan Buku dan Jasa Konsultasi
Adat dan Budaya Bali DIKTI Tahun
anggaran 2011, No.1658
a.1/UN.14/KU.03.04/PERJANJIAN/2011
DP2M Dikti Rp. 100.000.000
*) Tuliskan sumber pendanaan : Penerapan IPTEKS – SOSBUD, Vucer, Vucer Multitahun, UJI, Sibermas, atau sumber dana lainnya
E. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah dalam Jurnal dalam 5 Tahun Terakhir
No. Judul Artikel Ilmiah Volume/Nomor Nama Jurnal
1.
Tanaman Upakara, Tanaman Sarana
Ritual bagi Umat Hindu di Bali.
Bali Shanti LPM Unud ISBN : 979-
9703-1-3,2009
Udayana
2.
Pelayanan Konsultasi Adat/Budaya
Bali
“Bali Shanti” Universitas Udayana
Jurnal Penelitian Kepada
Masyarakat, Udayana Mengabdi,
Vol. 9 No. 1 Tahun 2010, Issn :
1412-0925
Udayana
3.
Bali Shanti : Unit Layanan Konsultasi
Adat – Budaya Bali
Majalah Ngayah Majalah Aplikasi
Ipteks, Vo.1 No.1 Edisi 2010, Issn
2087-118x,Singaraja.
Udayana
4.
Peraturan Gubernur Sebagai Peraturan
Perundang-undangan dan Peraturan
Kebijakan
Majalah Ilmu Hukum Kertha
Patrika Unud, Edisi September
2010.
Udayana
F. Pengalaman Penyampaian Makalah Secara Oral pada Pertemuan/ Se minar Ilmiah dalam 5
Tahun Terakhir
No. Nama Pertemuan ilmiah/
Seminar
Judul Artikel Ilmiah Waktu dan
Tempat
1.
Bimbingan Teknis Pemerintah
Kota Denpasar
Teknik Penyusunan Perda 26 Mei 2013
09.00-12.00 / Bali
Hotel
2.
Forum Sekwan SeBali Fungsi dan Peran Naskah
Akademis
20 Nopember 2013
13.00-15.00/Tanah
Lot Tabanan
49
3. Kegiatan DP2M Dikti Laporan Pelaksanaan Kegiatan
IBIKK
2 Februari
2012/Bogor
G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir No. Judul Buku Tahun Jumlah
Halaman
Penerbit
1. Hukum Tata Negara Pasca Perubahan
UUD Tahun 1945
2005 400 Wawasan Denpasar
H. Pengalaman Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir
No. Judul/Thema HKI Tahun Jenis No.P/ID
I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun
Terakhir
No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial Lainnya
yang Telah Diterapkan
Tahun Tempat
Penerapan
Respon
Masyarakat
1.
Penyusunan Naskah Akademis Ranperda
Perlindungan Anak Di Prov Bali
2013-
2014
Pemprov bali Respon DPR
Provinsi Bali
Baik
2.
Penyusunan Naskah Akademis Tentang
Penggunaan Menara Bersama Di Pemkot
Denpasar
2013 Kota
Denpasar
Baik Sedang
dalam
konsultasi
Publik
J. Penghargaan yang Pernah Diraih dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi atau
institusi lainnya)
No. Jenis Penghargaan Institusi Pemberi Tahun
Peng
harga
an 1.
Anugrah Penelitian Pembentukan Tim Seleksi Dan
Kriteria Pemberian Anugrah Penelitian Bagi Dosen
Yang Berprestasi Dibidang Penelitian Kepada
Masyarakat Universitas Udayana.
SK Rektor UNUD No :
374/A/H14/HK/2009
Tgl 7 Agustus 2009
2.
Anugrah Peneliti Junior Terbaik Untuk Ilmu sosial
Dengan SK Rektor
4 1 2 A ⁄ U N . 1 4 ⁄ L P P M ⁄ 2 0 1 1
Tahun 2011
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-
sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risiko.Demikian biodata ini saya buat
dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam pengajuan Hibah Penelitian Dosen Muda
Denpasar, 12 Februari 2015
50
51
B. Identitas Diri ( Anggota)
IDENTITAS DIRI
Nama :Made Nurmawati,SH.,MH
NIP/NIK : 19620331 198702 2 001
Tempat dan Tanggal Lahir : Singaraja, 31 Maret 1962
Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan
Status Perkawinan : Kawin Belum Kawin Duda/Janda
Agama : Kristen
Golongan/Pangkat : IV a/ Pembina Tingkat I
Jabatan Fungsiobal Akademik : Lektor Kepala
Perguruan Tinggi : Fakultas Hukum Universitas Udayana
Alamat : Jln. P. Bali No.1 Denpasar 80114
Tlp/Fax : (0361) 222666/ Fax. 234888
Alamat Rumah : Jl. Nuansa Udayana I/16 Jimbaran
Tlp./Fax : (0361) 8479172
Alamat e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Lulus
Jenjang Perguruan Tinggi Jurusan/ Bidang Studi
1985 S1 Universitas Diponogoro Hukum Tata Negara
2007 S2 Universitas Udayana Hukum Pemerintahan
PELATIHAN PROFESIONAL
Tahun Pelatihan Penyelenggara
2004 Training on contract Drafting Fakultas Hukum Unud
2006 Training on contract Drafting Fakultas Hukum Unud
2006 Monitoring dan Evaluasi Kegiatan
Partisipasi Aktif Proses Belajar Mengajar”
FH Unud
2006 Metode Penelitian Hukum, Universitas Udayana
2007 Pelatihan Pembuatan Surat Keputusan
Dalam Pelaksanaan Tugas Bagi Pegawai
Administrasi Di LIngkungan Universitas
Udayana
Devisi Hukum Unud
2007 Training kegiatan Sosialisasi Putusan MPR
RI,
MPR RI Jakarta bekerjasama
dengan FFH.Unud
2007 Pelatihan Pembuatan Surat Keputusan
Dalam Pelaksanaan Tugas Bagi Pegawai
Administrasi Di LIngkungan Universitas
Udayana
Devisi Hukum UNUD
2007 General English Course In Intermediate
Level
IALF
2007 Training of Trainers Sosialisasi UUD negara
RI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI
MPR RI Jakarta
52
2008 General English courses IALF dan Fakultas Hukum Unud
2008 Intelectual Property Rights (IPR) Seminar “
Well Known Trademark and Brand Strategy
Unud
2008 Training Educational Methodology Problem
Base Learning To Support Curriculum
Universitas Maasricht Belanda
bekerjasama dengan FH Unud
2009 Training Educational Methodology Problem
Base Learning To Suppor
t Curriculum
Universitas Maasricht Belanda
bekerjasama dengan FH Unud
2009 Training in Basic Computer Skills, The Use
of Appropriate Software, and Internet
FH Unud
2010 Workshop Human Right Universitas Maastrich & FH Unud
2010 Training Legal Research Universitas Maastrich & FH Unud
2010 WORKSHOP Development of The
Renewed S1 Curriculum and The New S2
Programme Faculty of Law-Unud
Universitas Maasricht Belanda
bekerjasama dengan FH Unud F
2011 PBL Training Skill Fo Academic Staffs
Faculty of Law Unud
FH Unud
2011 Training E Learning for Academic*library
staff FL-Unud
Universitas Maastrich & FH Unud
2012 Pelatihan Pemantapan Penyusunan
Perangkat Pembelajaran dan Evaluasi Hasil
Belajar Mahasiswa Fak.Hukum Unud
Fak.Hukum Unud 23-24 Juli 2012
2012 Lokakarya Kurikulum Fak.Hukum Unud 15 Agistus 2012
2013 Pelatihan SIM Skripsi Fak.Hukum Unud
2014 Pelatihan Ketrampilan Turor bagi
Dosen FH Unud Dalam Proses
Pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi
Clinical Legal Education Training
Program
17 & 21 Juli
2 September
PENGALAMAN JABATAN
Tahum........s/d ....... Institusi Jabatan
Sekretaris Bagian HTN FH.Unud 2000-2004
Bendahara
Sekretaris Bagian Hukum
Tata Negara
Pusat Kajian HAM
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2001-2005
2010-2014
PENGALAMAN MENGAJAR
Tahum....s/d ....... Jenjang Institusi/Jurusan/Program Mata Kuliah
2007-2011 Si Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Hukum Tata Negara
53
2007-2011
2007-2011
2007-2011
S1
S1
S1
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Fakultas Hukum Universitas
Udayana
Ilmu Negara
Hukum dan Ham
Hukum
Kewarganegaraan
PENGALAMAN MEMBIMBING MAHASISWA
Tahun Pembimbingan/Pembinaan
2007-2011 Pembimbing Akademik
2007-2011
2007-2010
2012
Pembimbing Skripsi
Pembimbing Praktek Kerja Kemahiran Hukum (PKKH)
Pembimbing Akademik Angkatan 2012
PENGALAMAN PENELITIAN
Tahun Judul Penelitian Jabatan Sumber Dana
2007
2007
2008
Penyusunan Rancangan Perda (legislative
drafting) di DPRD Kota Denpasar
Perlindungan Hukum Pengetahuan
Tradisional di Bidang Obat-obatan
Berkaitan dengan sistem Hak Kekayaan
Intelektual di Bali”,
Implementasi Izin Usaha Pertambangan
Oleh Gabungan Pengusaha Penambangan
Limestone (Gapeli) Dalam Memelihara
Kelestarian Fungsi Tata Lingkungan di
Kecamatan Kuta Selatan
Anggota
Anggota
Ketua.
DIK UNUD
DIK
Mandiri
2009 Pengaturan Lembaga Perwakulan Rakyat
Dalam UUD Tahun 1945
Ketua Mandiri
2010 Penelitian Pengakuan Pengaturan Hak
Atas Perumahan Dalam Peraturan
Perundang-undangan
Anggota Dipa Fakultas Hukum
Unud
2011 Eksistensi Peraturan Desa Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
Ketua DIPA Fakultas
Hukum Unud
2012 Implementasi Peraturan Daerah
Provinsi Bali No.5 Tahun 2005 pada
Pebangunan Rumah Non Tradisional oleh
Pengembang di Kota Denpasar untuk
Menunjang Kepariwisataan.
DIPA FH UNUD
54
Status Kewarganegaraan
Perempuan Dalam Perkawinan Campuran
Menurut Uu No.12 Tahun 2006 Tentang
Kewarganegaraan
( Suatu Kajian Dari Perspektif Hak Asasi
Manusia)
Ketua DIPA FH UNUD
2013
2014
Aspek HAM Berkaitan dengan Status
kewarganagearaan Ganda Bagi Anak
Yang Lahir Dari Perkawinan Campuran
Ketua Dipa Fakultas
Pengangkatan Pelaksana Tugas Kepala
Daerah Berdasarkan UU No.32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Kelompok DIPA Fakultas
Pencabutan Paksa Status
Kewarganegaraan Indonesia Dalam UU
No.12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan ditinjau dari perspektif
HAM
Ketua
DIPA Fakultas
Problematika Peraturan Daerah Kota
Denpasar di Bidang Perizinan
Anggota BOMPTN
KARYA TULIS ILMIAH
A. Buku/Bab/Jurnal
Tahun Judul Penerbit/Jurnal
2004 Paksaan Pemerintahan Terhadap Pelanggaran Izin
Mendirikan Bangunan
Majalah Kertha Patrika
Fakultas Hukum
Universitas Udayana
2005 Buku Hukum Tatanegara Pasca Amandement
UUD Tahun 1945
Wawasan Press
2008 Checks and Balances Dalam Lembaga
Perwakilan Indonesia”,
Majalah Ilmu Hukum
Kertha Wicaksana
2012 Block Book Ilmu Negara Revisi -
2012 Block Book Hukum Tata Negara Revisi -
2014 Buku Ajar Hukum Kewarganegaraan -
2014 Buku Ajar Ilmu Negara
B. Makalah/Poster
Tahun Judul Penyelenggara
2006 Komparasi Politik Hukum Kewarganegaraan
Dalam UU No.62 Tahun 1958 dan RUU
Kewarganegaraan
Badan Kekeluargaan
Fakm Hukum Universitas
Udayana
55
2007 Pembentukan Peraturan Daerah Yang Baik
Dalam Rangka Menciptakan Good Governance
FH. UNUD
PESERTA KONFERENSI/SEMINAR/LOKAKARYA/SIMPOSIUM
Tahun Judul Kegiatan Penyelenggara
2003
Seminar Nasional ” Reformasi Hukum di
Indonesia melalui Penetrapan Prinsip-Prinsip
Good Governance”
Kerjasama Fak. Hukum
Unud dengan Komisi
Nasional republic
Indonesia (KHN)
2005 Identifikasi Masalah Pemberantasan Korupsi di
Indonesia,
KPK bekerjasama dengan
FH Unud
2005
Membangun Kepercayaan Masyarakat Terhadap
Citra Hukum
FH.Unud
2006 Combating and Preventing Corruption Deplu dan FH Unud
2007 Kegiatan Perbankan Dalam Perspektif Tindak
Pidana Korupsi
BI bekerjasama dengan
FH.Unud
2010 Sosialisasi Undang-Undang tentang Desa DPD RI
2010 Sosialisasi Undang-Undang tentang Kesatuan
Masyarakat Adat
DPD RI
2011 Seminar Nasional Membangun Bali Dalam
Kerangka Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
UNUD
2011 Seminar Actualisasi dan Implementasi Pancasila
Dalam Perspektif Berbangsa dan Bernegara
.UNUD
2011 Seminar Internasional ”Environmental,Health and
Safety Risks in a Globalizing World”
Kerjasama Universitas
Maasrich, Mundo, Metro
,Nuffic Belanda dengan
Fakultas Hukum Unud
2012 Seminar Revitalisasi Hukum Tata Negara Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Tgl 28 September 2012
DIPA Unud
2012 Lokakarya Kurikulum Fak.Hukum Unud 15 Agistus 2012
Semiloka Pancasila dan Konstitusi se Bali Tahun
2012
Maret 2012
Seminar on Tourism and Law April 2012
2013 Tim Penyusun Kompilasi Borang dan Evaluasi
diri Fak.Hukum Unud
Fak.hukum Unud
2014 Kompetisi Debat Konstitusi Mahasiswa
Seminar Nasional Penyelesaian Perkara
Perselisihan Hasil Pemilu Legislatif
Tahun 2014
Panitia Pekan Konstitusi
5 -7 April 2014
Tanggal 8 April
Tanggal 2 – 6 September
14 Oktober
56
Seminar Diaspora dan Dinamika Konsep
Kewarganegaraan di Indonesia
KEGIATAN PROFESIONAL/PENELITIAN KEPADA MASYARAKAT
Tahun Kegiatan
2007 Sosialisasi dan Konsultasi Hukum Bisnis, Hukum Kewarganegaraan,
Hukum Pidana dan Hukum Adat & Masyarakat di Klinis Hukum
Interaktif Radio Suara Janger Polda Bali”.
2010 Sosialisasi UUD Tahun 1945 di Radio Polda Bali
2011 Konsultasi dan Bantuan Hukum Pengiriman Tenaga Kerjasama
Indonesia (TKI) ke Luar Negeri pada CV Bali Padma Rose Denpasar
2012 Adaptasi Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam
Penulisan
Awig-Awig Banjar Pakraman Sanga Agung,
Desa Pakraman Denpasar
2012 Implementasi Tenik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam
Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung
Tentang Pajak hotel
2013 Implementasi Tenik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan Dalam
Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung
Tentang Pajak Restoran dana BOPTN
Pemungutan dan Pembayaran Pajak dan restoran Secara On Line Oleh
Pemerintah Kota Denpasar
2014 Teknik Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kota Denpasar
Tentang Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan Kuta Selatan dana
DIPA Fakultas (Dana DIPA No.DIPA-023.04.2.415253/2014 tgl 5
Desember 2014)
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risiko. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan hibah penelitian Dosen Muda
Denpasar, 12 Februari 2015
Made Nurmawati, SH,MH
NIP. 19620331 198702 2 001
57
Lampiran 5. Surat Pernyataan Personalia Penelitian
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya :
1. Nama Lengkap : Ni Luh Gede Astariyani., SH.,MH.
NIP / NIDN : 1976190319 199903 2 002/0019037607
Fakultas : Hukum
Status dalam Penelitian : Ketua
2. Nama Lengkap : Made Nurmawati.,SH,MH
NIP / NIDN : 19620331 198702 2 001/0031036208
Fakultas. : Hukum
Status dalam Penelitian : Anggota
Menyatakan bahwa kami secara bersama-sama telah menyusun proposal Penelitian Dosen Muda
Yang berjudul” Pengembangan Kota Layak Anak Di Kota Denpasar” dengan jumlah usulan
dana sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh juta rupiah).Apabila proposal ini disetujui maka kami
secara bersama-sama akan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penelitian ini sampai tuntas
sesuai dengan persyaratan yang dituangkan dalam Surat Perjanjian Pelaksanaan Penelitian.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat dan ditandatangani bersama sehingga dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Bukit Jimbaran, 12 februari 2014
Ketua,
Ni Luh Gede Astariyani.,SH.,MH
( NIP. 19760319 1999032002)
Anggota,
Made Nurmawati.,SH.,MH
(NIP : 19620331 198702 2 001)
58