respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran...
TRANSCRIPT
RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP
PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
ULFA NURUL FADHILLAH
NIM: 109051000011
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
RESPON MAHASISWA KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TERHADAP
PROGRAM DAKWAH HIKAYAT DI INDOSIAR
Skripsi
Diaj ukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)
Oleh
Ulfa Nurul FadhillahNIM: 109051000011
Pembimbing
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
t434IJ.t20l3N4
NIP : 1971081
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul "RESpoN MAHAsrswA KOMUNIKASI DANPEI{YIARAN ISLAM TERHADAP PROGRAM ACARA HIKAYAT DIINDOSIAR." telah diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah danIlmu Komunikasi Universitas Islam Negeri run$ Syarif Hidayatullah laCnfapada hari Selasa, tanggal 01 Oktober 2013. Skripsi ini telah diierima sebagai salahsatu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom,I) padaJurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
Ciputat, 01 Oktober 20i3
Siclang Munaqasah
Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Merangkap Anggota
Pengufi 1 Penguji 2
LP.197208A7 2993D 1 AA3 NIP. 19730725 2AA70
Pembimbing
al. LK. M.A428 199403 1 001 t97t0816
NIP. 19710816 9997A3 2 AA2
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (S1) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan asli karya saya atau
merupakan hasil dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 23 September 2013
Ulfa Nurul Fadhillah
i
ABSTRAK
Ulfa Nurul Fadhillah
Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program
Acara Hikayat di Indosiar
Program acara Hikayat merupakan program acara dakwah yang hadir setiap
hari Rabu, Kamis dan Jumat pada pukul 05.00-06.00 WIB di Indosiar. Perbedaan
program dakwah Hikayat dengan program religi yang lainnya adalah program
acara ini dikemas secara serius tetapi santai dengan mengedepankan kisah-kisah
dari hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran
yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema
berdasarkan kisah-kisah yang sangat baik jika kita dapat memetik hikmah dari
setiap episodenya. Dengan narasumber yang berkualitas dan pembawa acara yang
humoris, sehingga membuat program acara Hikayat tidak membosankan dan ini
menjadi daya tarik agar penonton tetap jatuh cinta pada program ini. Oleh sebab
itu penulis ingin mengetahui respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Jakarta terhadap program acara Hikayat di Indosiar, karena pada dasarnya
mahasiswa KPI sangat dekat dengan ilmu komunikasi, media, keagamaan, dan
nanti kedepannya juga akan berkecimpung di media komunikasi.
Berdasarkan konteks di atas, maka pertanyaanya adalah bagaimana respon
kognitif mahasiswa terhadap program acara Hikayat di Indosiar? Dan bagaimana
respon afektif mahasiswa terhadap program Hikayat di Indosiar?
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Untuk melihat respon mahasiswa KPI terhadap program Hikayat di
Indosiar, peneliti menetapkan 63 responden berdasarkan hasil rumus slovin, lalu
responden dituntut untuk menonton tayangan program Hikayat sebelum mengisi
angket pernyataan. Kemudian data yang diperoleh diolah menggunakan rumus
frekuensi relatif dan nilai rata-rata.
Penelitian ini menggunakan teori S-O-R yang merupakan sebuah prinsip
belajar sederhana, dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu.
Dalam hal ini program acara Hikayat memberikan stimulus kepada khalayak
untuk mendapatkan sebuah efek (respon). Unsur penting dari model S-O-R
menurut McQuail adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), dan efek
(respon). Menurut Donald K. Robert, “efek hanyalah perubahan perilaku manusia
setelah diterpa pesan media massa”, jadi bagi orang yang tidak menonton/melihat
media massa tidak akan ada efek perubahan perilaku. Ada 3 teori efek menurut
Steven M. Chaffe, yaitu Kognitif, Afektif, dan Behavioral.
Berdasarkan data yang diperoleh, respon kognitif mendapatkan skor
tertinggi dengan rata-rata 4,47. Dan respon tertinggi kedua terdapat pada respon
afektif dengan rata-rata skor 4,12. Ini artinya responden mahasiswa KPI mendapat
dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai sosok
Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan memandu
acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor dan tidak
terkesan program acara dakwah yang monoton dan menjenuhkan.
Kata kunci: Respon, Kognitif, Afektif, KPI, dan Hikayat
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat, hidayah serta taufiq-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
judul “Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar”.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW,
keluarganya, para sahabatnya, para pengemban risalahnya dan kita selaku
umatnya hingga akhir zaman.
Pada penyusunan Skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan ilmu pengetahuan
dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu dengan hati terbuka penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga penulis dapat
mengembangkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada
dikemudian hari.
Adapun dalam penyusunan usulan penelitian ini tidak semata-mata hasil
kerja sendiri, melainkan juga berkat bimbingan dan dorongan dari pihak-pihak
yang telah membantu, baik secara materi maupun secara spiritual. Maka dari itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan
yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
iii
1. Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi beserta pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Jumroni, M. Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Komunikasi dan
Penyiaran Islam.
4. Umi Musyarrofah, MA, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan
Penyiaran Islam, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu setia
menyempatkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan yang
sangat membantu dan berguna untuk penulisan skripsi ini.
5. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Junaini, S.pd, dan Ibunda Siti Halimah
Yusuf, yang selalu memberikan doa dan kasih sayangnya. Semoga doa dan
kasih sayangnya mendapatkan balasan yang tiada tara dari Allah SWT.
6. Kakanda, Imam Fathurohman S.E, serta Adinda, Adam Wildan Al-Kihfi
dan Muhammad Farhan Ash-Shubhi, yang selalu mendoakan dan
memberikan support kepada penulis. Semoga kelak kita menjadi anak-
anak yang sukses dan selalu membanggakan kedua orang tua dan keluarga
besar. Amin.
7. Ustadz Subki Al-Bughury, selaku Narasumber Hikayat, Bapak Danindra
Nur. P, Selaku Produser dan kak Erna, selaku tim kreatif Hikayat Indosiar
yang telah memberikan bantuan dan pengarahan dalam proses awal
pelaksanaan penelitian.
iv
8. Teman-teman KPI A angkatan 2009, khususnya Risti, Vanda, Dina, dan ka
Widi yang sangat berkontribusi dalam perjalanan penulis dalam mengisi
hari-hari penulis selama kuliah.
9. Sahabat penulis, Nurlatifah, Erlita Liliyan, M. Nur Fadhilah, ka Nadiya, ka
Rini dan ka Khoiriyah yang sudah meluangkan waktunya untuk tetap
memberikan motivasi serta mendoakan penulis. Penulis yakin, do’a
seorang sahabat Muslim ke sahabat yang lain adalah salah satu hal yang
membuat Allah memudahkan jalan sahabatnya itu.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi rekan-rekan pembaca.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh.
Jakarta, September 2013
Ulfa Nurul Fadhillah
NIM: 109051000011
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 8
D. Tinjauan Pustaka .................................................................. 9
E. Sistematika Penulisan .......................................................... 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Respon ................................................................................. 12
1. Pengertian Respon .......................................................... 12
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon ........................ 15
3. Faktor Terbentuknya Respon .......................................... 19
4. Macam – Macam Respon ................................................ 20
B. Program Televisi ................................................................... 21
1. Pengertian Program Televisi ............................................. 21
2. Karakteristik Program Televisi ......................................... 23
3. Macam-Macam Program Televisi ..................................... 23
C. Televisi Sebagai Media Dakwah ........................................ 26
vi
1. Pengertian Dakwah ........................................................ 26
2. Pengertian Televisi ......................................................... 30
3. Televisi Sebagai Media Dakwah .................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian .......................................................... 35
B. Subjek dan Objek Penelitian ................................................. 35
C. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 36
D. Populasi dan Sampling.......................................................... 36
E. Teknik Pengambilan Sample ................................................ 37
F. Variabel Penelitian ................................................................ 39
G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian ...................... 40
H. Hipotesis Penelitian .............................................................. 45
I. Tahapan Penelitian ................................................................ 45
J. Analisis Data ........................................................................ 48
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) .............. 50
B. Profil Televisi ...................................................................... 55
C. Visi dan Misi ........................................................................ 55
D. Sekilas Tentang Acara Hikayat ............................................ 60
E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury ........ 65
BAB V HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan ................................... 70
1. Deskripsi data responden ............................................... 70
vii
B. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar ................... 72
2. Respon Kognitif .............................................................. 72
3. Respon Afektif ................................................................ 75
4. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif,
Dan Konatif Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar
......................................................................................... 86
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 87
B. Saran .................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 89
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ............................ 65
Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir ............ 66
Tabel 3 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah
Hikayat. ............................................................................................ 67
Tabel 4 Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah
Hikayat... .......................................................................................... 69
Tabel 6 Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat. ...... 73
Tabel 7 Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat. ..... 74
Tabel 8 Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan
narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat. ......................... 76
Tabel 9 Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i dan
pembawa acara dalam program dakwah Hikayat. ........................... 77
Tabel 10 Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi
dakwah. ............................................................................................ 80
Tabel 11 Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif
Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program
Dakwah Hikayat Di Indosiar ............................................................. 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman turut memacu tingkat kemajuan ilmu dan
teknologi, tanpa terkecuali teknologi komunikasi yang merupakan suatu
sarana yang menghubungkan masyarakat yang satu kepada masyarakat yang
lain. Kecanggihan teknologi komunikasi turut serta mempengaruhi seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk didalamnya kegiatan dakwah sebagai
salah satu pola penyampaian informasi dan upaya transfer ilmu pengetahuan.1
Perkembangan media informasi, khususnya televisi juga membuat
dunia semakin hari semakin dekat meskipun arus infomasi yang mengalir
tersebut mempunyai dampak positif maupun negatif. Televisi merupakan
salah satu bentuk komunikasi massa. Jika dibandingkan dengan media massa
lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah dan sebagainya. Televisi
merupakan gabungan dari suara dan media gambar (audio visual).
Penyampaian isi atau pesan juga selah-olah langsung antara komunikator
(pembawa acara dan pembaca) dengan komunikan (pemirsa). Informasi yang
disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar secara audio dan
terlihat jelas secara visual.2
Tak dapat dibantah, jika televisi punya banyak keunggulan daripada
jenis media massa lainnya. Pertama, pesan televisi disajikan secara audio
1 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar Ilmu
Komunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), h. 33 2 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media Televisi), (Jakarta:
Rineka Cipta, 1996), Cet. Ke-1, h. V
2
visual. Berbeda dengan radio misalnya, yang hanya audio dan surat kabar
yang bersifat visual saja. Televisi unggul dalam membangun daya tarik,
persepsi, perhatian dan imajinasi dalam mengkonstruksi realitas. Kedua,
dilihat dari sisi aktualitas peristiwa, televisi bisa lebih cepat memberi
informasi paling dini kepada para pemirsa daripada surat kabar, radio, dan
majalah. Ketiga, dari segi khalayak, televisi menjangkau jutaan ribu penonton
dalam setiap waktunya. Keempat, efek kultural televisi lebih besar daripada
efek yang dihasilkan jenis-jenis media lainnya, khususnya bagi pembentukan
perilaku prososional dan antisosial anak-anak.3
Menonton televisi di kalangan masyarakat umum sudah menjadi
kebutuhan sehari-hari. Menurut Prof.Dr.R. Mar‟at dari UNPAD, acara televisi
pada umumnya dapat mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi, dan perasaan
penonton. Jadi, jika hal-hal yang mengakibatkan penonton terharu, terpesona
atau latah bukanlah hal yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi
dari televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton.4
Dengan demikian, adanya kesadaran dari masyarakat akan kehadiran
televisi sebagai media masyarakat yang post modern. Ternyata, televisi tampil
dalam wajah yang beragam, terutama program-program siarannya. Di satu sisi
televisi memang menampilkan tayangan yang bernuansa tidak mendidik,
tetapi di sisi lain televisi juga banyak menampilkan tayangan yang mendidik
dan bernuansa agamis.
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat
memanfaatkan media ini untuk sarana dakwah, karena dakwah adalah
kewajiban setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama
manusia dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang lain kepada
amar ma‟ruf nahi munkar, sehingga kita mendapat ridho dari Allah SWT.
Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ali Imran ayat 104:
3 Dedy Djamaludin Malik, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui
Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87 4 Syekh M. Jamaluddin Mahfuzh, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta: Pustaka
Al-Kautsar, 2001), Cet. Ke-1, h. 9
3
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Ali „Imran: 104)
Dilihat dari sisi dakwah, tentu media televisi jauh lebih efektif
daripada jenis media-media massa lainnya. Melalui media televisi inilah,
proses komunikasi keagamaan juga mulai berkembang, diantaranya dari
teknik atau metode dakwah serta media dakwah yang sangat variatif dan
menarik perhatian masyarakat.
Berdakwah saat ini tidak hanya dapat dilakukan dengan cara khutbah
atau ceramah secara langsung di mimbar, namun dengan terciptanya media
komunikasi modern, dakwah dapat dilakukan melalui radio, televisi,
handphone, maupun internet. Dengan hadirnya televisi sebagai media dakwah,
maka dapat diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan
dakwah Islam dan media tersebut dapat dimanfaatkan kearah yang positif.
Pemanfaatan televisi untuk kegiatan dakwah merupakan sarana yang
tepat, karena televisi merupakan media elektronik yang menjangkau pemirsa
(mad‟u)nya secara merata dalam satu kegiatan yang dikemas secara rapi dan
mad‟u tersebut akan mudah menerimanya. Beraneka ragam program acara
yang ditayangkan ditelevisi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
mendapatkan informasi, selain itu pula untuk memberikan kontribusi terhadap
kegiatan dakwah Islam di Indonesia.
4
Menayangkan program keagamaan agar dapat diterima dengan baik
oleh masyarakat tidaklah mudah. Ini adalah bagian terpenting dalam
menyusun program keagamaan yang akan disiarkan untuk pemirsa, bagaimana
agar program tersebut tidak monoton sehingga penonton tidak cepat bosan.
Maka hal ini membutuhkan perencanaan yang matang agar program menjadi
menarik, tampil beda, serta sangat ditunggu-tunggu oleh penontonnya.
Program religi Hikayat adalah program yang dapat disaksikan di
stasiun televisi Indosiar. Hikayat mengulas tentang kisah-kisah dengan tag
line „Hikayat: Membawa Manfaat... Alhamdulillah!‟, yang diharapkan sebagai
media pembelajaran kaum muslimin dan muslimat untuk memetik kisah-kisah
inspiratif yang disajikan setiap hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at, pukul 05.00
sampai 06.00 WIB.
Sekilas acara Hikayat ini hampir sama dengan program TV lainnya,
tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan yang signifikan
dengan program religi yang lain. Karena program acara ini dikemas secara
serius tetapi tetap santai dengan mengedepankan kisah-kisah yang berasal dari
hadits yang dapat menginspirasi para penonton serta memberikan pelajaran
yang berharga. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama yang tema
berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika kita dapat
memetik hikmah dari setiap episodenya.
Ustadz Subki Al-Bughury akan menemani pemirsa Indosiar sebagai
narasumber dengan ditemani Komeng sebagai pembawa acara yang selalu
setia dan kompak menemani Ustadz Subki disetiap tausiahnya, serta audience
5
yang live menyaksikan tausiah Ustadz Subki di studio. Bagi pemirsa yang
berada dalam acara tersebut secara live dapat bertanya di tempat itu juga,
sedangkan bagi pemirsa yang ada di rumah dapat bertanya melalui akun
twitter resmi Hikayat di @HikayatID. Pembawa acara dalam hal ini diambil
dari kalangan selebriti yang sudah tidak asing lagi di layar televisi, ini adalah
bagian dari strategi televisi untuk menarik perhatian pemirsa dalam sebuah
acara atau tayangan. Dengan sosok Komeng yang seorang komedian
memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak
terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan.
Salah satu program religi di stasiun Indosiar ini menarik untuk diteliti
karena dalam era yang penuh persaingan ini, berbagai program industri,
termasuk televisi sebagai media elektronik mempunyai keharusan untuk
mengemas sebuah acara dengan menarik. Dengan pengemasan yang menarik,
maka pemirsa akan terus mengikuti perkembangan acara tersebut, khususnya
untuk acara religi yang akan mempengaruhi kualitas prosentase pemirsa.
Sekarang ini, banyak program acara atau tayangan televisi yang memang
dikemas sedemikian rupa agar menarik perhatian pemirsa tanpa
mengindahkan hal-hal tertentu. Sebagai insan komunikasi yang bernafaskan
Islam, sudah seharusnya memasukan program-program religi dalam media
massa baik cetak maupun elektronik. Untuk mengetahui sebuah prosentase
acara atau menarik tidaknya acara tersebut, seringkali dapat kita ketahui dari
respon yang ditunjukan oleh pemirsa.
6
Program Hikayat mempunyai sesuatu yang menarik untuk diteliti.
Salah satunya adalah dari segi penyampaian narasumber. Misalnya dari segi
penyampaian materi oleh Ustadz Subki Al-Bughury yang selalu menghadirkan
bahasan yang menarik seputar kisah-kisah dari zaman Rasulullah, sahabat,
para tabi‟in, dan kisah-kisah inspiratif lain yang isinya memiliki pesan yang
dapat kita petik dan aplikasikan pada kehidupan sehari-hari, seperti kisah
sang pendebat yang menceritakan „bagaimana upaya kita menjawab seuatu
pertanyaan seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi‟i sang pendebat‟, dan lain-
lain.
Dengan adanya program acara dakwah Hikayat di Indosiar ini, peneliti
sangat tertarik dalam mengambil judul ini karena media televisi tidak hanya
menyampaikan pesan-pesan yang bersifat infotaiment (hiburannya) saja, tetapi
televisi pun menanyangkan program acara yang mendidik. Bukan hanya
sekedar menyajikan tontonan, namun juga tuntunan.
Dalam penelitian ini, Mahasiswa KPI dijadikan sebagai subjek
penelitian karena mahasiswa KPI adalah akademisi yang menguasai ilmu
komunikasi dan media dibandingkan program studi atau jurusan lainnya.
Mahasiswa KPI juga nanti akan diarahkan agar menjadi bagian kehidupan
dunia komunikasi yang akan terjun di dunia hiburan, perfilman, pertelevisian,
dan sebagainya, yang ruang lingkupnya tidak jauh lepas dari media cetak dan
elektronik. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui bagaimana respon
mahasiswa KPI yang memiliki basic keagamaan terhadap program religi yang
sedang tayang di televisi, di mana program religi tersebut dikemas dengan
7
menarik agar mendapatkan perhatian yang lebih dari pemirsanya, serta
mendapatkan ratting yang tinggi pula agar acara religi tersbut dikenal dan
digemari oleh pemirsa setianya.
Mahasiswa jurusan KPI adalah calon-calon sarjana Islam yang
menyiarkan dakwah dan mengajak umat Islam lainnya ke jalan yang benar.
Sebagai mahasiswa, pastinya mereka masih dalam tahap pencarian jati diri,
dan dengan adanya program ini diharapkan agar mahasiswa dapat melihat hal-
hal yang sebaiknya tidak dilakukan agar terjerumus ke jalan yang salah. Selain
itu diharapkan mahasiswa jurusan KPI dapat menyelesaikan masalah apapun
yang sedang dihadapinya dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui bagaimana
respon mahasiswa terhadap program dakwah Hikayat, maka peneliti tertarik
untuk membuat sebuah penelitian yang berjudul “Respon Mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam Terhadap Program Dakwah Hikayat di
Indosiar”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, maka peneliti membatasi
masalahnya pada respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012-2013 terhadap program
Hikayat di Indosiar, dengan judul Kisah Orang Ragu-Ragu yang
ditayangkan pada hari Jum‟at 3 Mei 2013.
8
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat
dari segi efek kognitif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?
b. Bagaimana respon mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam dilihat
dari segi efek afektif terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian, adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana respon efek kognitif Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar.
b. Untuk mengetahui bagaimana respon efek afektif Mahasiswa
Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar.
2. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat Penelitian, adalah:
a. Kegunaan Akademisi
1) Untuk memberikan kontribusi yang baik dalam bidang studi
dakwah dan komunikasi.
9
2) Untuk memberikan informasi kepada Mahasiswa Fakultas Dakwah
dan Komunikasi akan respon dari sebuah program religi di
Televisi.
3) Untuk memberikan kontribusi kepada pemimpin Televisi Indosiar
dalam peningkatan kualitas program dakwah Hikayat.
b. Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk
menambah wawasan bagi kalangan teoritis dan praktis, pada umumnya
terutama bagi pemiliki stasiun televisi swasta khususnya dalam
mengemas acara dengan tidak lagi membosankan dan mampu menarik
perhatian khalayak dengan menyampaikan informasi.
D. Tinjauan Pustaka
Setelah penulis melihat judul yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, khususnya jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
terdapat banyak keseragaman dalam teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian respon yaitu menggunakan statistik prosentase. Hal tersebut
terdapat dalam beberapa skripsi yang ditemukan, salah satunya adalah
penelitian oleh Heru Saputra yang berjudul “Respon Mahasiswa Komunikasi
dan Penyiaran Islam terhadap Program Acara Kick Andy di Metro TV”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon mahasiswa KPI terhadap
Program Acara Kick Andy di Metro TV. Pada penelitian ini respon yang
diamati meliputi respon kognitif, afektif dan behavioral. Hasil yang
10
didapatkan bawa respon mahasiswa KPI terhadap Program Acara Kick Andy
mendapatkan respon yang positif. Dan penulis tidak memiliki keseragaman
yang berkaitan dengan judul skripsi yang penulis ajukan, yaitu “Respon
Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program Dakwah Hikayat
di Indosiar”.
E. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan
dalam penelitian ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam
lima bab. Di mana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab dengan
penulisan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan permasalahan masalah (latar belakang
masalah, rumusan masalah, dan batasan masalah), tujuan dan
manfaat penelitian, dan sistematika penulisan yang
merupakan gambaran umum penulisan penelitian.
Bab II : Tinjauan Teoritis
Bab ini membahas pengertian televisi, televisi sebagai media
dakwah, ruang lingkup respon, macam-macam respon, faktor
terbentuknya respon.
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab ini membahas tentang metodologi penelitian, variabel
penelitian, definisi dan indikator penelitian, hipotesis
11
penelitian, populasi dan sampling, teknik penarikan sampel,
waktu dan tempat penelitian, subjek dan objek penelitian,
teknik pengolahan data, dan analisa penelitian.
Bab IV : Gambaran Umum Objek Peneliian
Bab ini memuat gambaran umum Stasiun Indosiar (meliputi:
sejarah berdiri, visi & misi, sekilas tentang program dakwah
di Indosiar, sekilas tentang program Hikayat di Indosiar),
Profil Jurusan Komunikasi dan Penyiaran (KPI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (sejarah berdirinya, visi dan misi,
struktur organisasi), dan gambaran umum mahasiswa
Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, serta
sekilas biografi Ustadz Subki Al-Bughury.
Bab V : Hasil dan Temuan Penelitian
Analisis respon pemirsa terhadap program dakwah Hikayat,
grafik dan tabel dari analisa yang didapat serta penghitungan
statistika prosentase guna mengetahui katagoris respon.
Terdapat perbandingan rata-rata pemirsa terhadap faktor yang
mempengaruhi kesuksesan program.
Bab IV : Penutup
Kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan yang
dibahas. Selain itu, dalam penutup ini penulis juga
mencantumkan saran-saran dari permasalahan yang dibahas.
12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Respon
1. Pengertian Respon
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan
atau tanggapan (reaction).1 Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, respon
berarti tanggapan, reaksi dan jawaban.2
Dalam Kamus Besar Ilmu Pengetahuan disebutkan bahwa,
“Respon adalah reaksi psikologis-metabolik terhadap tibanya suatu
rangsang; ada yang bersifat otonomis seperti refleksi dan reaksi emosional
langsung, adapula yang bersifat terkendali”.3
Dalam Kamus Lengkap Psikologi disebutkan bahwa, “Response
(respon) adalah sebarang proses otot atau kelenjar yang dimunculkan oleh
suatu perangsang, atau berarti satu jawaban, khususnya jawaban dari
pertanyaan tes atau kuesioner, atau bisa juga berarti sebarang tingkah laku,
baik yang jelas kelihatan atau yang lahiriah maupun yang tersembunyi
atau yang samar”.4
1 Jhon. M. Echoles dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2003), cet. Ke-27, h. 481 2 Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan, Edisi
ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 952 3 Save D. Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian dan
Kebudayaan Nusantara, 1997), Cet. Ke-1, h. 964 4 J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2004),
Cet. Ke-9, h. 432
13
Sedangkan menurut Ahmad Subandi, respon dengan istilah umpan
balik yang memiliki peran atau pengaruh yang besar dalam menentukan
baik atau tidaknya suatu komunikasi.5
Dengan adanya respon, yang
disampaikan oleh objek dakwah dan subjek dakwah atau dari komunikan
kepada komunikator akan meminimalisir kesalahan dalam sebuah proses
dakwah dan komunikasi.
Respon secara pemahaman luas dapat diartikan pula ketika
seseorang memberikan reaksinya melalui pemikiran, sikap, dan perilaku.
Sikap yang ada pada diri seseorang akan memberikan warna pada perilaku
atau perbuatan seseorang.
Secara umum, respon atau tanggapan dapat diartikan sebagai hasil
atau kesan yang didapat dari sebuah pengamatan. Adapun dalam hal ini
yang dimaksud dengan tanggapan ialah pengamatan tentang subjek,
peristiwa-peristiwa yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan.
Segala sesuatu yang pernah kita alami akan selalu meninggalkan
jejak atau kesan dalam pikiran kita. Kesan atau jejak itulah yang dapat
timbul kembali dan berperan sebagai sebuah tanggapan atau bisa disebut
respon. Secara umum, tanggapan atau respon merupakan bayangan atau
kesan dari apa yang telah kita amati dan kenali. Selama tanggapan-
tanggapan itu berada dalam bawah sadar, maka disebut dengan tanggapan
5 Ahmad Subandi, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982), cet. Ke-2, h. 50
14
laten, sedangkan tanggapan-tanggapan yang berada dalam kesadaran
disebut dengan tanggapan aktual.6
Dalam pembahasan teori tentang respon, maka berbicara pula
tentang efek media massa seperti yang dinyatakan oleh Donald K Robert
(Schram dan Roberts, 1997: 359) yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmat
dalam bukunya Psikologi Komunikasi, ada yang beranggapan bahwa efek
hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.7
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M. Chaffe
respon dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan
keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. Respon ini
timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami oleh
khalayak.
b. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan
menilai seseorang terhadap sesuatu.
c. Behavioral, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata
yang meliputi tindakan atau kebiasaan.8
Jadi antara respon, tanggapan, jawaban dapat muncul disebabkan
oleh adanya suatu gejala atau peristiwa yang mendahuluinya.
6 Alisuf Sabri, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya, 2006),
h. 60 7 Jalaludin Rakhmat, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004), h. 128
8 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, 1992. Cet ke-III, h.64
15
2. Proses Terbentuknya Stimulus – Respon
Teori Stimulus – Respon atau biasa dikenal dengan S-O-R sebagai
singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini semula berasal dari bidang
keilmuan psikologi yang muncul pada tahun 1930-an, yang kemudian
diangkat menjadi teori komunikasi. Hal ini dikarenakan objek material
psikologi dan komunikasi yang sama, yakni manusia yang meliputi
komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.9
Teori ini pada dasarnya merupakan sebuah prinsip belajar sederhana,
dimana efek merupakan reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam teori ini
dapat menggambarkan seseorang yang mampu menjelaskan suatu hubungan
antara pesan dalam media dengan reaksi audience.10
Dalam stimulus-respon, efek yang ditimbulkan merupakan reaksi
khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat memperkirakan
kesesuaian anatara pesan dan reaksi komunikan yang timbul sesuai dengan
apa yang diharapkan komunikator.
McQuail mengutarakan elemen-elemen utama dalam teori ini adalah:11
a. Pesan (Stimulus)
b. Seorang penerima (Receiver)
c. Efek (Respons)
9 Onong Uchyana Effendi, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya Bakri, 2005), h. 254 10
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 277 11
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, h. 278
16
Dalam masyarakat massa, prinsip S-O-R mengasumsikan bahwa pesan
informasi dipersiapkan oleh media, yang kemudian didistribusikan secara
sistematis dalam skala yang luas. Sehingga secara serempak pesan tersebut
dapat diterima oleh sejumlah besar individu, bukan ditunjukan kepada orang
per orang. Kemudian sejumlah besar individu itu akan merespon informasi
tersebut.
Prinsip teori stimulus respon ini merupakan prinsip dasar dari teori
jarum suntik hipodermik, teori yang menjelaskan proses terjadinya efek media
massa yang memiliki pengaruh kuat terhadap khalayak. Penggunaan teknologi
telematika dimaksudkan untuk mereproduksi dan mendistribusi pesan
informasi dengan memaksimalkan jumlah penerima dan respon oleh audience,
sekaligus meningkatkan respon audience.
Dalam bukunya yang berjudul “Sikap Manusia, Perubahan, serta
Pengukurannya”, Prof. Dr. Mar‟at mengutip pendapat Hovland dan Kelley
yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru terdapat tiga
variabel penting, yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan.12
Gambar 1.1
12
Onong Uchjana Effendi, Ilmu,Teori, dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra
Aditya, 2003), h. 254-255
STIMULUS
ORGANISME
Perhatian
Pengertian
Penerimaan
RESPON
(Perubahan sikap)
17
Dapat dilihat, bahwa perubahan individu tergantung pada proses pesan
informasi tersebut yang disampaikan. Gambar di atas menggambarkan bahwa
Stimulus yang diberikan kepada komunikan memiliki 2 (dua) kemungkinan,
yaitu pesan diterima atau ditolak.
Sebuah pesan informasi berlangsung ketika adanya perhatian dari
komunikan, yang kemudian komunikan akan mengerti dari isi pesan informasi
tersebut. Kemampuan komunikan dalam memberikan makna terhadap isi
pesan inilah terjadi proses menerima atau menolak yang kemudian terjadilah
kesediaan komunikan untuk merubah sikap.
Dalam teori stimulus-respon dalam prosesnya tidak ditujukan kepada
komunikan yang bersifat individu, akan tetapi ditujukan dalam jumlah yang
lebih besar seperti masyarakat atau komunitas. Oleh karena itu, penggunaan
teknologi merupakan keharusan dalam mendistribusikan pesan informasi,
sedangkan individu yang tidak terjangkau oleh terpaan pesan diasumsikan
tidak akan terpengaruh oleh isi pesan.
Kelemahan teori ini adalah menyamaratakan individu. Bagimanapun,
pesan yang sama akan dipersepsi secara berbeda oleh individu dalam kondisi
kejiwaan yang berbeda. Karenanya, Melvin DeFleur pada tahun 1970,
melakukan modifikasi terhadap teori stimulus-respon dengan teorinya yang
dikenal sebagai individual difference theory, yiatu pesan-pesan media berisi
stimulus tertentu yang berinteraksi secara berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik pribadi individu.13
13
Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta, Kencana, 2005), Cet. Ke-1, h.
22-23
18
Respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
terhadap khalayak yang terlibat dalam proses komunikasi. Proses komunikasi
hanya akan berjalan secara efektif dan efisien apabila terdapat unsur-unsur
komunikasi di dalamnya.
Model komunikasi yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya
yang berjudul Marketing Management, mengangkat paradigma Harold D.
Lasawel yaitu „Who, Say What, In Which Channel, To Whom, With What
Effect‟, dimana unsur-unsur komunikasinya adalah:14
a. Sender, yakni komunikator yang menyampaikan pesan kepada khalayak.
b. Encoding, yakni proses pengalihan pikiran dalam bentuk lambang atau
simbol.
c. Message, yakni pesan yang berupa serangkaian lambang bermakna yang
disampaikan komunikator.
d. Media, merupakan tempat atau wadah berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
e. Decoding, merupakan proses dimana komunikan menetapkan makna
dalam lambang yang disampaikan komunikator kepadanya.
f. Reponse, adalah tanggapan atau seperangkat reaksi kepada komunikator
setelah diterpa pesan.
g. Feedback, Adalah umpan balik atau tanggapan komunikan apabila
tersampaikan pesan kepada komunikator.
14
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, (Bandung: PT. Rosda
Karya, 1999), Cet. Ke-21, h. 18
19
h. Noise, merupakan gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi. Hal ini terjadi ketika komunikan menerima pesan lain yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.
3. Faktor Terbentuknya Respon
Semenjak manusia dilahirkan, sejak itulah manusia langsung
menerima stimulus, sekaligus dituntut untuk menjawab dan mengatasi semua
pengaruh. Manusia dalam pertumbuhan selanjutnya terus merasakan akibat
pengaruh dari dirinya. Untuk mengembangkan fungsi alat indera sesuai
fungsinya, terus memperhatikan, menggali segala sesuatu disekitarnya. Allah
SWT telah mengisyaratkan bahwa manusia harus berusaha menggunakan alat
inderanya dengan menggali lingkungan sekitar serta aspek eksternal (yang
mempengaruhi dari diri luar manusia), seperti dikatakan Bimo Walgito “Alat
indera itu penghubung antara individu dengan dunia luarnya”.15
Tanggapan yang dilakukan seseorang dapat terjadi jika terpenuhi
faktor penyebabnya. Hal ini perlu diketahui supaya individu yang
bersangkutan dapat menanggapi dengan baik, Pada proses awalnya individu
mengadakan tanggapan tidak hanya dari stimulus yang ditimbulkan oleh
keadaan sekitar. Tidak semua stimulus itu mendapat respon individu, sebab
individu melakukan terhadap stimulus yang ada persesuaian atau yang
menarik dirinya. Dengan demikian maka stimulus akan ditanggapi oleh
individu selain tergantung pada stimulus juga bergantung pada individu itu
sendiri.
15
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h.53
20
Dengan kata lain, stimulus akan mendapatkan pemilihan dan individu
akan bergantung pada dua faktor, yaitu :
a. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam diri individu manusia itu
sendiri dari dua unsur, yakni rohani dan jasmani. Maka seseorang yang
mengadakan tanggapan terhadap sesuatu stimulus tetap dipengaruhi oleh
eksistensi kedua unsur tersebut. Apabila terganggu salah satu saja, maka
akan melahirkan hasil tanggapan berbeda intensitasnya pada diri individu
yang melakukan tanggapan atau atau akan berbeda tanggapan antara satu
orang dengan orang lain. Unsur jasmani atau psikologis meliputi
keberadaan, perasaan, akal, fantasi, pandangan jiwa, mental pikiran
motivasi dan sebagainya.
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada pada lingkungan. Faktor ini
intensitas dan jenis benda perangsang atau orang menyebutnya dengan
faktor stimulus. Menurut Bimo Walgito, dalam bukunya, pengantar
psikologi umum menyatakan bahwa “faktor fisik berhubungan dengan
objek menimbulkan stimulus dan stimulus mengabaikan alat indera”.16
4. Macam – macam respon
Menurut Agus Sujanto, ada bermacam-macam tanggapan yaitu :
a. Tanggapan menurut indera yang mengamati, yaitu :
1) Tanggapan auditif, yakni tanggapan terhadap apa-apa yang
telah didengarnya, baik berupa suara, ketukan, dan lain-lain.
2) Tanggapan visual, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dilihat.
3) Tanggapan perasa, yakni tanggapan sesuatu yang dialami
dirinya.
16
Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996), h.55.
21
b. Tanggapan menurut terjadinya, yaitu :
1) Tanggapan ingatan, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
diingatnya.
2) Tanggapan fantasi, yakni tanggapan terhadap sesuatu yang
dibayangkan.
3) Tanggapan pikiran, yaitu tanggapan terhadap sesuatu yang
dipikirkan.
c. Tanggapan menurut lingkungannya, yaitu :
1) Tanggapan benda, yaitu tanggapan terhadap benda yang
menghampirinya atau berada di dekatnya.
2) Tanggapan kata-kata, yaitu tanggapan terhadap kata-kata yang
di dengar atau dilihatnya.17
Jadi, respon menurut penulis adalah tanggapan yang muncul dari
indera dan faktor lingkungan sehingga menimbulkan reaksi yang muncul
karena adanya suatu pertanyaan yang menimbulkan jawaban yang bersifat
positif atau negatif sehingga menimbulkan stimulus yang menarik dirinya.
B. Program Televisi
1. Pengertian Program Televisi
Program berasal dari bahasa inggris “Programme”, yang berarti
acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak
menggunakan kata program untuk acara, tetapi menggunakan istilah
“siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang
disajikan dalam bentuk. Dengan demikian, pengertian program adalah
segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan
audincenya. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang
17
Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 31
22
membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan
stasiun penyiaran radio ataupun televisi.18
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television
programing) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran
televisi dari hari ke hari (horizontal programming) dan dari jam ke jam
(vertical programing) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan
programming atau pemrograman (Soenarto, 2007:1).
Sedangkan menurut Rukmananda, “Programming adalah teknik
penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara
berurutan”.19
Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat
penonton tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun
penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau
dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services)
yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini penonton dan pemasang iklan.
Dengan demikian program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga
mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan
dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan
pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk
tidak akan mendapat pendengar atau penonton.20
18
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting 19
Naratama Rukmananda, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004), h. 213 20
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008), h. 200
23
2. Karakteristik Program Televisi
Suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program
acar tersebut itu digemari atau dapat diterima oleh audience. Berikut ini
empat hal yang terkait dalam karakteristik suatu program televisi:
a. Product, yaitu materi program yang dipilih haruslah yang bagus dan
diharapkan akan disukai audiene yang dituju.
b. Price, yaitu biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau
membeli program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan
yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan.
c. Place, yaitu kapan waktu siaran yang tepat program itu. Pemilihan
waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu
keberhasilan program bersangkutan.
d. Promotion, yaitu bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual
acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor.
3. Macam-Macam Program Televisi
Berdasarkan Straubhaar dan LaRose (2000:226) dalam Handout
milik Edwi Arief Sosiawan , macam-macam program televisi antara lain :
a. Commercials dan other interruptions
Merupakan program yang diletakkan di antara regular
programs Dan regular interruption yang memiliki beberapa bentuk,
yaitu :
1) Commercials : Iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan
jasa yang ditayangkan di televisi.
24
2) Public Service Announcement : Iklan tentang layanan masyarakat,
tentang acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan
darurat.
3) Program Promotion : merupakan bentuk in-house advertising
yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang
ditayangkan dalam jaringan televisinya.
b. Entertainment Programs
Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian,
mingguan, ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk
beberapa program lain, yaitu :
1) Drama : acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk
cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot
cerita yang serupa dengan cerita aslinya.
2) Action Adventure Programs : acara yang memiliki elemen aksi
kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan
orang jahat.
3) Situation Comedies (sitcom) : acara yang bersifat humor yang
dimana memiliki jejak kelemahandan kegiatan dari karakter peran
yang dimainkan
4) Variety Show : format acara dengan berbagaimacam pertunjukkan
musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa
acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintangtamu
selama acara berlangsung.
25
5) Talk Show : acara yang menyerupai variety show, namun terfokus
pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi
dengan pembawa acara.
6) Personality and Game Shows : acara yang memiliki karakteristik
yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang
telah dipilih sebelumnya.
7) Soap Operas : jenis dari acara drama yangbermulai dari bertahun-
tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi
menjadi acara televisi.
8) Children‟s Programs: bentuk acara mulai dari program pendidikan
hingga kartun animasi yang terdapat kekerasan di dalamnya.
9) Movies : acara dimana televisi menayangkan film layar lebar.
10) Special Program : acara singkat yang merupakan bukan bagian
dari acara program tetap.
11) Sport and special events : merupakan bentuk siaran untuk sebuah
potongan besar acara dari durasi televisi.
12) Docudrama : merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan
kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan
hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat.
13) Mini series : bagian dari banyak acara yang dimana dipecah
menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara
penting yang memiliki daya saing rating.
26
c. Other Program
Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informasi dan
berpengaruh, seperti :
1) News and Public Affairs : termasuk acara berita jaringan dan berita
lokal, acara public yang penting dalam jangkauan khusus, acara
dokumenter dan berita khusus,acara dialog tetap yang
mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan
jurnalistik
2) Religious Programs : mulai dari pelayanan agama secara
elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal.
3) Cultural and Educational Programs : termasuk acara budaya dan
pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi.21
C. Televisi Sebagai Media Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Kata „Dakwah‟ berasal dari bahasa Arab yang berarti ajakan,
seruan, panggilan, dan undangan.22
Bentuk perkataan tersebut dalam
bahasa Arab disebut mashdar, sedangkan bentuk kata kerjanya atau
fi‟ilnya adalah da‟a – yad‟u yang berarti memanggil, menyeru atau
mengajak.23
Menurut Zaini Muchtarom, dakwah adalah mengajak atau menyeru
umat manusia baik perorangan atau kelompok kepada agama Islam
21
Edwi Arief Sosiawan, Handout Dasar-Dasar Broadcasting 22
Toha Yahya Omar, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004), h. 67 23
Abd. Rosyad Shaleh, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 7
27
sebagai pedoman hidup yang diridhoi oleh Allah SWT dalam bentuk amar
ma‟ruf nahi munkar dan amal soleh secara lisan maupun perbuatan guna
mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat.24
Sedangkan H.M Mansur Amin mendefinisikan dakwah sebagai
berikut: „Dakwah adalah suatu aktivitas yang mempunyai tujuan tertentu
yang unsur-unsurnya adalah materi dakwah, tujuannya, tata caranya,
pelaksanaannya dan sasaran atau objeknya. Dari kelima unsur tersebut
maka dakwah dapat diartikan sebagai suatu aktivitas yang mendorong
manusia untuk memeluk agama Islam agar mereka mendapatkan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.25
Definisi ilmu dakwah secra umum ialah suatu ilmu pengetahuan
yang berisi cara-cara dan tuntunan bagimana seharusnya menarik
perhatian manusia untuk menyetujui, mengikuti, dan melaksanakan suatu
ideologi pendapat-pendapat pekerjaan yang tertentu.
Dakwah juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian ajaran
agama Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak
hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk
merubah way of thinking, way of feeling, dan way of life manusia sebagai
sasaran dakwah ke arah kualitas kehidupan yang lebih baik.26
Menurut Abdul Rosyad Saleh, dakwah merupakan proses
penyelenggaraan suatu usaha/aktivitas yang dilakukan dengan sabar dan
24
Zaini Muchtarom, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-Amin Press,
1996), h. 14 25
Mansyur Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin Press, 1996),
h. 45 26
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 1997), h. 5-6
28
sengaja. Usaha yang diselenggarakan itu berupa mengajak orang yang
beriman dan menaati Allah SWT atau memeluk agama Islam, amar ma‟ruf
nahi munkar, dan perbaikan serta pembangunan masyarakat (ishlah).
Proses penyelenggaraan usaha tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhoi Allah
SWT.27
Demikian banyak interpretasi dari pengertian dakwah yang
dikemukakan oleh para ahli atau pakar agama. Meskipun berbeda
rumusannya tapi makna dan tujuannya sama. Ada yang menyimpulkan
bahwa berdakwah adalah suatu kegiatan ajakan dalam bentuk lisan,
tulisan, atau yang lain, yang dilakukan secara sadar dalam usaha
mempengaruhi orang lain, baik secara individu maupun kelompok agar
timbul suatu pengertian, kesadaran, penghayatan serta pengalaman
terhadap ajaran agama sebagai suatu pesan yang disampaikan tanpa ada
unsur paksaan.28
Dengan demikian dakwah bisa dikatakn sebagai suatu strategi
penyampaian nilai-nilai Islam kepada umat manusia demi terwujudnya tata
kehidupan yang imani dan realitas hidup yang Islami. Dapat juga
dikatakan sebagai agen mengubah manusia kearah kehidupan yang lebih
baik.
27
Abdul Rosyad Saleh, Manajamen Dakwah Islam, (Jakarta Bulan Bintang, 1997), h. 19-
20 28
Muyazzin Arifin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), Cet. Ke-2, h. 6
29
Beberapa pendapat ulama mengenai istilah dakwah yang dikutip
oleh Farid Ma‟ruf Noor dalam bukunya “Dinamika dan Akhlaq Dakwah”,
yaitu antara lain:
a. Dakwah ialah menyeru apa yang diserukan Allah, bagi siapa yang
mengikuti Rasulullah SAW. (Muhammad Abu zaed, Hadyu Rasul, hal.
9)
b. Dakwah itu menegakkan yang benar, menyiarkan kalimah Allah dalam
kehidupan manusia di persada bumi Tuhan. (Mas‟ud Annadawi,
Tarikhud Da‟wah Islamiyah, hal. 14)
c. Dakwah itu adalah memindahkan situasi umat dari situasi ke situasi
yang lain yang lebih baik. (Bakhiyatul Khullie, Tadzkiratun Du‟at, hal.
27)
d. Dakwah itu adalah usaha mengubah keadaan yang negatif kepada yang
positif, memperjuangkan yang ma‟ruf atau yang munkar,
memenangkan yang hak atas yang bathil. (Drs. Salahuddin Sanusi,
Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, hal. 8-11).
Sedangkan kitab suci Al-Qur‟an membicarakan dakwah dalam
surat An-Nahl ayat 125 :
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk”.
30
Dalam Al-Qur‟an disebutkan bahwa dakwah adalah mengajak
umat manusia ke jalan yang Allah dengan cara hikmah (ada yang
menyebutnya bijaksana), nasihat yang baik dan berdebat dengan cara
yang baik pula. Tidak boleh ada paksaan. Apalagi yang sifatnya
menggunakan kekerasan. Jelas tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Ditegaskan kembali urgensi dakwah bagi umat Islam dalam surat
Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi :
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
2. Pengertian Televisi
Televisi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) ialah sistem
penyajian gambar yang disertai bunyi (suara) melalui kabel atau melalui
angkasa, menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bungi
(suara) menjadi gelombang listrik dan mengubahnya kembali menjadi berkas
cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat di dengar.29
Kata televisi berasal dari dua suku kata, yakni Tele dalam bahasa
Yunani yang berarti „Jarak‟ dan kata Visi dalam bahasa Latin yang berarti
„citra atau gambar‟. Jadi, televisi berarti suatu sistem penyajian gambar
berikut suaranya dari suatu tempat yang berjarak jauh.30
29
DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 1028 30
P. C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio, (Jakarta: PT.
Grasindo, 1993), h. 1
31
Televisi juga bisa disebut sebagai sebuah alat atau benda untuk
menyiarkan siaran-siaran yang membawakan suara gambar sekaligus, dari
siaran televisi itu maka penonton dapat mendengarkan dan melihat gambar-
gambar yang disajikan. Media televisi pada hakikatnya adalah media
komunikasi yang berfungsi untuk memberikan informasi, mendidik,
menghibur dan mempengaruhi khalayak.
3. Televisi Sebagai Media Dakwah
Dalam menghadapi era globalisasi informasi dan perkembangan
teknologi akhir-akhir ini, dunia dihadapkan kepada cepatnya perkembangan
arus informasi. Pemanfaatan alat-alat teknologi sebagai media penyampaian
informasi kepada khalayak, sepertinya tidak dapat dibendung. Tetapi
sebaliknya, keberadaan teknologi canggih di era globalisasi informasi dan
komunikasi ini harus dimanfaatkan untuk penyebaran informasi dan pesan-
pesan dakwah Islam.
Aktivitas dakwah Islam saat ini tidak cukup dengan menggunakan
media-media tradisional, seperti ceramah dan pengajian yang masih
menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi tutur. Penggunaan
media komunikasi modern sesuai dengan taraf perkembangan daya pikir
manusia harus dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih
mengena sasaran dan tidak out of date.
Kata media, berasal dari bahasa Latin „Median‟ yang merupakan
bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat perantara.31
31
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 2009), h. 113
32
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah adalah peralatan yang
dipergunakan untuk menyampaiakan materi dakwah kepada penerima
dakwah.32
Contoh media dakwah pada zaman sekarang ini, seperti televisi,
video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.
Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerpaan dan manfaat
hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu
diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran yang lebih
optimal.33
Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya
kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara
terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit),
Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi
di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi
dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk
meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan
manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan
mempertebal keimanan. Menurut penulis, jadi jelaslah media televisi
merupakan media dakwah dan ladang yang subur bagi pengembangan Islam,
mencerdaskan umat dan memenuhi kebutuhan umat.
Kehadiran dakwah di televisi sudah berhasil membentuk komunitas
dakwahnya sendiri. Secara hipotesis, dengan merujuk pada klasifikasi Dennis
(1987), ada tiga kategorisasi komunikasi dakwah dalam televisi. Pertama,
32
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 114 33
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.
163
33
Ritualized viewers yaitu para pemirsa yang sepenuhnya tertarik dengan apa
saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi merupakan bagian dari sumber
rujukan mereka dalam memahami Islam. Dakwah di televisi merupakan
bagian dari sumber rujukan mereka dalam memahami Islam. Selain diperoleh
dari pengajian-pengajian atau buku-buku keagamaan. Para pemirsa jenis ini
biasa disebut the true believer (pemeluk teguh) atau termasuk dalam kategori
„santri‟, hal ini meminjam istilah Clifford Geeterz. Bagi mereka, dakwah di
televisi dapat memperteguh sekaligus mencerahkan visi keislaman. Dakwah di
telivisi juga bisa menjadi sumber agenda dalam wacana interpersonal dengan
keluarga atau kawan sejawat.34
Kedua, instrument viewers yaitu komunitas dakwah “cair” yang sedikit
tertarik dengan apa saja yang bercorak Islam. Dakwah di televisi bagi mereka
bukanlah kebutuhan utama. Mereka tidak punya kepentingan pada upaya
penguatan nilai dan identitas kultural Islam. Menonton dakwah di televisi
hanya sekedar mengisi waktu atau paling tidak sekedar memperoleh informasi
dari “dunia lain” karena mereka sendiri merasa bukan bagian dari komunitas
itu. Merujuk kategori Geertz, kelompok pemirsa ini termasuk yang
dikategorikan “Islam abangan”. Ukuran mereka adalah melaksanakan rukun
Islam, betapapun kadang-kadang, sudah cukup dikatakan sebagai Islam.
Urusan di luar itu seperti sosial, ekonomi, politik dan budaya, menurut mereka
tidak harus bercorak Islam, setidaknya secara simbolis.35
34
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui
Televisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000), Cet. Ke-1, h. 87 35
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui
Televisi, h. 91
34
Ketiga, reactionary viewers yaitu komunitas dakwah yang didalamnya
bukan saja Islam, tapi juga termasuk agama lain. Mereka menonton televisi,
bukan lantaran panggilan „ibadah‟, tetapi lebih didasarkan pada kebutuhan
personal mereka akan pentingnya moralitas, informasi dan sajian hiburan yang
sehat. Kaum free thinkers misalnya, tidak memandang perlu „beragama‟,
karena kebenaran dan moralitas bisa dicapai tidak lewat agama. Kalaupun
mereka Islam, hanya nominal saja.36
Dengan kelebihan-kelebihan yang dimiliki televisi, dapat
dimanfaatkan media ini untuk saran dakwah, karena dakwah adalah kewajiban
setiap manusia untuk saling mengingatkan dan mengajak sesama manusia
dalam rangka menegakkan kebenaran, mengajak orang kepada amar ma‟ruf
nahi munkar, sehingga kita mendaoat keridhaan Allah SWT. Sebagaimana
firman-Nya dalam surat Ali-Imran ayat 104 yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
36
Dedy Jamaluddin malik, Dakwah Kontemporer : Pola Alternatif Dakwah melalui
Televisi, h. 92
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam menganalisis
data, yaitu dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, dan
menganalisis data yang berwujud angka. Sedangkan desain penelitian ini
adalah menggunakan penelitian deskriptif analisis. Penelitian deskriptif
merupakan suatu prosedur penelitian untuk menggambarkan tentang
karakteristik ciri-ciri individu, situasi, atau kelompok tertentu.1
B. Subjek dan Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa
jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
angkatan 2012/2013. Sedangkan yang menjadi objek penelitian adalah respon
mahasiswa terhadap program acara religi Hikayat di Indosiar, episode Kisah
Orang Ragu-Ragu. Hal ini dikarenakan pada episode Kisah Orang ragu-ragu
memiliki tingkat share yang paling tinggi, dan biasanya sifat keragu-raguan
itu sering kita hampiri pada jiwa muda seperti mahasiswa dalam mengambil
keputusan.
1 Nanang Martono, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Aanalisis Data
Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h. 137
36
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam melakukan penelitian, setidaknya peneliti membutuhkan waktu
lima bulan agar mendapatkan data yang akurat dan jelas. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukannya mulai bulan Mei sampai bulan September 2013. Dan
lokasi atau tempat yang penelitian ini berlokasi di Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun alasan pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan
sebagai berikut:
1. Lokasi penelitian sangat mudah dijangkau oleh peneliti.
2. Peneliti adalah mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
sehingga data dapat diakses dengan mudah.
3. Adanya keterbatasan biaya, waktu, tenaga yang dimiliki oleh peneliti.
D. Populasi dan Sampling
Populasi adalah sekumpulan elemen dan unsur yang menjadi objek
penelitian. Populasi bisa berbentuk lembaga, individu, kelompok, dokumen
atau konsep. Sehingga objek-objek ini bisa menjadi sumber penelitian.2
Sedangkan sample adalah sebagian dari populasi.
Dalam penelitian ini populasinya adalah mahasiswa jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam angkatan 2012/2013 yang berjumlah 165
orang.3
2 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitaif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2008), cet. Ke-3, hal.99 3 Berdasarkan Academic Information System (AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
37
No Kelas Banyaknya Populasi
(Mahasiswa)
1 Komunikasi dan Penyiaran Islam
kelas 2 A
32
2 Komunikasi dan Penyiaran Islam
kelas 2 B
32
3 Komunikasi dan Penyiaran Islam
kelas 2 C
31
4 Komunikasi dan Penyiaran Islam
kelas 2 D
33
5 Komunikasi dan Penyiaran Islam
kelas 2 E
37
TOTAL 165
E. Teknik Pengambilan Sample
Adapun metode pengambilan sample dalam penelitian ini dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Teknik sampling ini digunakan
pada penelitian-penelitian yang lebih mengutamakan tujuan penelitian dari
pada sifat populasi dalam menentukan sample penelitian. Karena dalam
penelitian ini akan meneliti respon mahasiswa mengenai program acara
Hikayat, maka peneliti akan menjadikan mahasiswa KPI angkatan 2012/2013
sebagai sample penelitian.
Untuk mengetahui jumlah sample yang digunakan, maka peneliti
mengunakan rumus slovin dengan sampling error 10%. Karena dalam rumus
slovin menjelaskan bahwa untuk mencapai keakuratan data, maka
pengambilan sample dari populasi dalam sebuah penelitian batas sampling
errornya antara 1%-10%. Jadi dari jumlah 165 mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran Islam angkatan 2012/2013, peneliti mengambil sample mahasiswa
dengan sampling error 10%, sehingga di dapat 63 sample. Untuk lebih
jelasnya sebagai berikut:
38
Keterangan:
n = Ukuran Sample
N = Ukuran Populasi
e = presentase ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sample
yang dapat ditolerir, misalnya 2% kemudian e ini dikuadratkan.4
= 63 orang
Dari perhitungan rumus solvin maka diperoleh jumlah sample
penelitian yang akan digunakan yaitu berjumlah 63 mahasiswa. Berikut adalah
banyaknya sample dari tiap kelompok secara proporsional adalah:
4 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006), cet. Ke-1, hal. 160
39
No Kelas Banyaknya sample
(Mahasiswa)
1 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 A
2 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 B
3 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 C
4 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 D
5 Komunikasi dan Penyiaran Islam kelas 2 E
TOTAL 63
F. Variabel Penelitian
Sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian lainnya, penelitian
ini berusaha untuk mempelajari dengan seksama berbagai hal yang
berhubungan dengan masalah penelitian, yang pada dasarnya terbagi kepada
dua bentuk variabel, masing-masing adalah variabel bebas (independent
variable) dan variabel tergantung (dependent variable).
Kedua bentuk variabel ini didefinisikan oleh Burhan Bungin sebagai
berikut:
“Variabel bebas adalah variabel yang menentukan arah atau
perubahan tertentu pada variabel tergantung, sementara variabel bebas
berada pada posisi yang lepas dari “pengaruh” variabel tergantung.
Dengan demikian variabel tergantung adalah variabel yang
“dipengaruhi” oleh variabel bebas”.5
5 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), cet. Ke-5, h. 62
40
Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan dilihat berdasarkan
variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Variabel Independen (Respon Mahasiswa)
a. Respon Kognitif
b. Respon Afektif
2. Variabel Dependen (Program Televisi)
a. Waktu Acara
b. Materi Program
c. Metode yang disampaikan
d. Personality Da’i
e. Efek Program Bagi Mad’u Dari Segi Dakwah
G. Definisi Operasional dan Indikator Penelitian
Definisi operasional mengatakan bagaimana operasi atau kegiatan
yang harus dilakukan untuk memperoleh data atau indikator yang menunjukan
konsep yang dimaksud. Definisi inilah yang diperlukan dalam penelitian
karena definisi ini menghubungkan konsep atau konstruk yang diteliti dengan
gejala empirik.6
Dalam penelitian ini definisi operasional didapat dari variabel
penelitian, yaitu: variabel independent dan dependent. Variabel yang
mempengaruhi disebut variabel penyebab, variabel bebas atau independent
variable (X), sedangkan variabel akibat disebut variabel tidak bebas, terikat
6 Irawan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rema Rosdakarya, 2004), h. 29.
41
atau dependent variable (Y).7 Dalam penelitian ini ada sesuatu yang akan
dilihat berdasarkan variabel yang ada. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Variabel Independen
Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Suatu tanggapan, sikap dan reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan yang diterima oleh komunikan dari komunikator, dalam hal ini
tanggapan yang diberikan oleh Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
terhadap program acara dakwah Hikayat. Dalam bahasa respon, ada dua
macam respon, yaitu respon positif dan respon negatif. Berbicara tentang
respon, berbicara pula tentang efek media massa yang meliputi:
a. Respon Kognitif
1) Definisi Operasional
Adalah efek secara pengetahuan, terjadi bila ada perubahan pada
apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak.
2) Indikator
a) Mahasiswa mengetahui program acara Hikayat adalah program
religi.
b) Mahasiswa mengerti akan hikmah dari program Hikayat.
c) Mahasiswa mengetahui ilmu-ilmu agama melalui program ini.
7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010) h. 97
42
b. Respon Afektif
1) Definisi Operasional
Merupakan perasaan yang timbul bila ada perubahan pada apa
yang dirasakan, disenangi atau dibenci khalayak.
2) Indikator
a) Mahasiswa merasa senang pada saat dirinya menyaksikan
program ini.
b) Mahasiswa menyukai materi yang ditawarkan dalam program
Hikayat di Indosiar.
c) Mahasiswa menyukai metode yang diberikan oleh pihak
penyelenggara.
d) Mahasiswa senang melihat pembawa acara Hikayat.
e) Mahasiswa tertawa pada saat menyaksikan Hikayat.
f) Setelah menyaksikan acara Hikayat mahasiswa merasa harus
meninggalkan sifat keragu-raguan.
g) Setelah menyaksikan acara hikayat mahasiswa cenderung akan
menjalani kehidupan yang optimis dan yakin.
2. Variabel Dependen
Program Televisi
Rangkaian acara dari sebuah televisi, yang meliputi:
a. Waktu program
1) Definisi Operasional
Suatu hal menunjukan ketepatan atau tidaknya sebuah program.
2) Indikator
43
a) Penempatan waktu program sudah tepat.
b) Adanya perubahan dalam waktu tayangan program.
c) Batas waktu tayangan program hingga terbitnya fajar.
b. Materi program
1) Definisi Operasional
Hal-hal atau informasi yang diberikan oleh narasumber terhadap
mad’u, baik berupa pengetahuan agama dan lainnya.
2) Indikator
a) Materi yang diberikan sesuai dengan keinginan mad’u.
b) Materi yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-
hari.
c) Materi yang diberikan sudah jelas sumber bukunya.
d) Materi yang diberikan mudah dimengerti, juga singkat, padat
dan jelas.
c. Metode ceramah yang digunakan da’i
1) Definisi Operasional
Cara penyampaian materi yang dipakai oleh pihak pengelola dan
mengisi acara dalam menyampaikan materi acaranya.
2) Indikator
a) Penyampaian materi dengan gaya dan vocal yang lantang,
luwes, tegas, tidak kaku dan tenang.
b) Penyampaian materi bersifat interaktif atau saling
berkomunikasi.
c) Terdapat unsur humor dalam penyampaiannya.
44
d. Personality Narasumber dan Pembawa acara
1) Merupakan pihak penyelenggara siaran televisi, yang juga
mencakup pembuat acara, pembawa acara, dan anarsumber atau
da’i. Dalam istilah komunikasi, mereka juga disebut komunikator
atau penyampai pesan.
2) Indikator
a) Menyukai penceramah/da’i karena nama besarnya.
b) Menyukai penceramah karena gaya bahasanya yang menarik,
rangkaian kata-katanya yang tersusun rapih dan mudah
dimengerti.
c) Menyukai penceramah karena gaya penyampaiannya yang
lemah lembut, tidak kaku, luwes dan lantang.
d) Penceramah terlihat konsisten atau berpegang teguh pada
materi yang diberikan oleh pihak penyelenggara.
e) Penceramah/da’i terlihat membosankan dan menjenuhkan.
f) Pembawa acaranya menarik, unik, dan lucu
g) Terdapat unsur humor dalam membawakan acaranya.
h) Pembawa acaranya membosankan dan membuat ngantuk.
e. Efek program bagi mad’u dari segi dakwah
1) Definisi Operasional
Hal-hal yang terjadi pada sikap mad’u atau komunikan setelah
menyaksikan program Hikayat.
2) Indikator
a) Tertarik untuk melakukan perubahan yang positif.
45
b) Menjalankan sesuatu sesuai dengan materi yang pernah dilihat.
c) Berusaha untuk selalu menonton program acara Hikayat.
d) Semakin rajin melakukan hal-hal yang positif.
H. Hipotesis Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah sehingga dapat jawaban pertanyaan
penelitian dan mencapai tujuan penelitian, maka dirumuskan hipotesis
penelitian:
“Adanya Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Jakarta Terhadap Program Acara Hikayat di Indosiar”.
I. Tahapan Penelitian
1. Sumber data
Adapun data-data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :
a. Data primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui penelitian
lapangan dengan cara menyebarkan angket. Angket sendiri adalah
daftar pertanyaan tertulis yang disampaikan kepada responden
penelitian.
b. Data sekunder
Yaitu data yang dikumpulkan melalui penelitian kepustakaan, untuk
mencari konsep dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah data
pendukung skripsi ini seperti buku-buku, surat kabar, internet.
46
2. Teknik Pengumpulan data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai
berikut :
a. Angket, yaitu pengumpulan data dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan,
diharapkan dengan menyebar daftar pertanyaan kepada setiap
responden, sehingga penelitian ini dapat menghimpun data yang
relevan. Dan angket ini menggunakan jenis angket atau kuesioner
tertutup, yaitu pertanyaan yang jawabannya sudah ditentukan dan
disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai
kebebasan untuk memilih jawaban kecuali jawaban yang sudah
disediakan.8
b. Studi dokumentasi, Yaitu tekhnik pengumpulan data yang tidak
langsung ditunjukan kepada subyek penelitian, yang didapatkan
melalui buku, artikel, dan internet seperti video tayangan Hikayat dari
Youtube.
c. Observasi, sebagai metode ilmiah, observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena.9
Jadi penelitian dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung
terhadap objek yang dituju. Pengamatan yang dilakukan adalah dengan
mendatangi langsung lokasi penelitian, kemudian mengamati proses
kegiatan Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013.
8 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3S,
1995), h. 220 9 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989), cet. Ke-19, hal.
136
47
3. Pengolahan data
Data yang diperoleh melalui angket kemudian di proses melalui
tahap-tahap :
a. Editing, yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk diteliti
kemudian dijumlahkan sesuai dengan pengelompokannya.
b. Koding, yaitu memberikan kode untuk mengklasifikasikan jawaban
para responden. Untuk pertanyaan positif, peneliti menggunakan Skala
Likert untuk penghitungan skala variabel pada penelitian. Dimana
masing-masing dibuat dengan menggunakan skala 1-5 kategori
jawaban, yang masing-masing jawaban diberi score atau bobot nilai
sebagai berikut :
1) Untuk pernyataan positif diberikan score sebagai berikut:
a) Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi score 5.
b) Untuk jawaban S (Setuju) diberi score 4.
c) Untuk jawaban N (Netral) diberi score 3.
d) Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi score 2.
e) Untuk jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi score 1.
2) Untuk pernyataan negatif diberikan score sebagai berikut:
a) Untuk jawaban STS (Sangat tidak Setuju) diberi score 5.
b) Untuk jawaban TS (Tidak Setuju) diberi score 4.
c) Untuk jawaban N (Netral) diberi score 3.
d) Untuk jawaban S (Setuju) diberi score 2.
e) Untuk jawaban SS (Sangat Setuju) diberi score 1. 10
10
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta: LP3ES,
1994) h. 249
48
c. Tabulating, yaitu dengan menjumlahkan jawaban-jawaban selanjutnya
yang dinyatakan dalam bentuk tabel, sehingga dapat diketahui
kecenderungan tiap-tiap alternatif jawaban.
Adapun teknik penulisan skripsi, penulis menggunakan buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) karya
Hamid Nasuhi, dkk, yang diterbitkan CeQDA UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
J. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan jenis atau tipe
deskriptif, karena menggambarkan populasi yang diteliti. Yang
menggambarkan adalah respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, angkatan 2012/2013 terhadap tayangan
Hikayat. Yaitu analisa yang dilakukan terhadap data yang berwujud angka
dengan cara mengklasifikasikan, mentabulasikan dan dilakukan dengan
perhitungan data statistik. Adapun teknik analisisnya menggunakan rumus:
1. Frekuensi Relatif
Keterangan : Fr : Jumlah Frekuensi
F : Frekuensi Jawaban Responden
: Jumlah Pengamatan
49
2. Mean adalah nilai rata-rata dari sebuah total bilangan. Jumlah nilai seluruh
pengamatan dibagi dengan banyaknya data.
∑
Keterangan : : Besarnya rata-rata
∑ : jumlah hasil perkalian dari fi.xi
fi : Jumlah frekuensi responden
50
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI)
Program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) bertujuan
menghasilkan output sarjana yang memiliki keahlian dalam bidang
Komunikasi dan Penyiaran Islam, cakap dalam bidang Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, mampu mengkomunikasikan nilai-nilai/ ajaran Islam dalam
konteks pengembangan dunia modern. Tidak kalah pentingnya, mereka juga
mampu memanfaatkan media-media komunikasi modern sebagai media
dakwah Islam.1
Alumnus jurusan KPI sampai dengan tahun 2010 sebanyak 1.625
orang sarjana. Menurut data yang tersedia, mereka tersebar luas dan terlibat
aktif dalam kegiatan-kegiatan keislaman diberbagai tempat, di dalam maupun
luar negeri. Mereka terserap diberbagai instansi dan profesi, seperti PNS,
Penyiar/ presenter radio dan TV, wartawan media cetak dan elektronik,
muballigh/muballighat, dosen dan guru, pimpinan lembaga pendidikan Islam
pesantren dan madrasah, LSM, partai politik. Lulusan KPI memiliki gelar
sarjana akademik Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I). Jurusan program
studi KPI terakreditasi oleh badan Akreditas Nasional (BAN) dan Perguruan
Tinggi (PT), dengan nilai A.2
1 Tim Penyusun, Pedoman Akademik UIN Program Strata 2011/2012, (Jakarta: UIN
Press, 2009), h. 176 2 Tim Penyusun, Pedoman Akademik UIN Program Strata 2011/2012, (Jakarta: UIN
Press, 2009), h. 177
51
1. Visi, Misi, Tujuan dan Kompetensi Jurusan KPI
Visi dari Jurusan KPI adalah Menjadikan Jurusan/Program Studi KPI
unggul, berdaya saing tinggi dan terdepan dalam keilmuan, keislaman, dan
keterampilan dibidang komunikasi dan penyiaran Islam melalui lisan, tulisan
maupun media massa pada tahun 2015.
Sedangkan Misi dari Jurusan KPI adalah:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran dalam bidang ilmu
komunikasi dan penyiaran Islam.
b. Melaksanakan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran
Islam.
c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam rangka mengamalkan
ilmu komunikasi dan penyiaran Islam.
d. Menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga yang terkait dengan
aktivitas komunikasi dan penyiaran Islam, baik lembaga negeri ataupun
suasta.
e. Mengintegrasikan keilmuan agama dan keilmuan komunikasi.3
Tujuan dari Jurusan KPI adalah:
a. Menyiapkan peserta didik memiliki ilmu komunikasi dan penyiaran Islam
serta terampil berkomunikasi dan berdakwah secara profesional, baik
melalui lisan, tulisan ataupun dengan menggunakan media massa.
b. Menyiapkan peserta didik memahami dasar-dasar metodologi penelitian
dan mampu melakukan penelitian dalam bidang ilmu komunikasi dan
3 http://kpi-fidikom.uinjkt.ac.id/index.php/visi-dan-misi diakses pada tanggal 5 Juni 2013
52
penyiaran Islam guna mengembangan bidang keilmuan dan bertindak
sebagai sarjana komunikasi dan penyiaran Islam.
c. Menyiapkan peserta didik memahami masalah-masalah keagamaan dan
kemasyarakatan dan mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat
sebagai bentuk aplikasi keilmuan yang diperoleh dalam perkuliahan.
d. Menyiapakan peserta didik memahami asas-asas pengelolaan komunikasi
dan penyiaran melalui media tradisional, konvensional ataupun modern
dan memiliki keahlian teoritis dan praktis untuk dapat dipergunakan dalam
kompetensi dan kompetisi di dunia kerja serta mampu memangku jabatan-
jabatan sesuai dengan bidang keahliannya.
e. Menyiapkan peserta didik yang berkepribadian islami yang dapat menjadi
tauladan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Sedangkan Sasaran dari Jurusan KPI adalah:
a. Peserta didik memiliki pengetahuan, kepahaman, dan kemampuan teoritis
dan praktis dalam bidang ilmu komunikasi dan penyiaran Islam secara
lisan, tulisan, ataupun dalam menggunakan media massa.
b. Peserta didik memahami metodologi penelitian dan dapat melakukan
penelitian dalam bidang komunikasi dan penyiaran Islam sebagai
kontribusi terhadap pengembangan keilmuan, kemasyarakatan ataupun
kenegaraan.
c. Peserta didik dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam
masalah-masalah keagamaan dan kemasyarakatan sebagai sumbangsih
untuk membangun peradaban masyarakat, bangsa dan negara.
53
d. Peserta didik menjadi sarjana yang kompeten secara teoritis dan praktis
dalam bidang komunikasi dan penyiaran serta mampu berkompetisi dalam
mengisi lapangan kerja dan ataupun menciptakan lapangan kerja baru serta
mampu memangku jabatan-jabatan sesuai dengan keahliannya.
e. Peserta didik memiliki kepribadian yang islami dan menjadi tauladan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
2. Sekilas Tentang Mahasiswa Jurusan KPI Angkatan 2012
Mahasiswa adalah salah satu bagian dari kalangan akademis yang
memiliki daya intelektual dan daya kreatifitas tinggi. Dalam hal ini,
mahasiswa jurusan KPI angkatan 2012 termasuk salah satunya, ini terbukti
dengan keikutsertaan mereka dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang
diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan KPI maupun Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) Jurusan atau bisa disebut juga LSO (Lembaga
Sistem Otonom). LSO yang ada di jurusan KPI antara lain, yaitu Mahasiswa
Kreatif Audio Visual (KOMKA), Paduan Suara Voice Of Communication
(VOC), Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA), Komunitas Lingkar
Seni Fotografi (KLISE Fotografi), dan Komunitas Mahasiswa Lintas Alam
Garuda (KMLA Garuda). Sebenarnya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
oleh BEMJ KPI maupun LSO yang ada di jurusan KPI sama saja. Seperti,
seminar mahasiswa, pelatihan jurnalistik, workshop film, public speaking,
pelatihan penyiar radio atau pembaca berita TV, dan lain sebagainya.
Hanya saja LSO di Jurusan KPI seperti KOMKA dan VOC hanya
fokus kepada satu kegiatan saja. KOMKA adalah komunitas yang lebih fokus
54
kepada kegiatan seni audio-visual seperti yang berhubungan dengan film dan
televisi. VOC adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dalam bidang seni
tarik suara, tentunya paduan sura VOC juga memiliki band, jadi kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan VOC hanya berfokus kepada kegiatan yang
berhubungan dengan paduan suara dan musik. SKETSA adalah komunitas
mahasiswa yang bergerak dalam seni tari saman, sedangkan KLISE adalah
komunitas mahasiswa yang bergerak dibidang fotografi, dan KMLA Garuda
adalah komunitas mahasiswa yang bergerak dibidang Pecinta Alam Garuda.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mahasiswa jurusan KPI
angkatan 2012 adalah mahasiswa yang benar-benar memilih krisis, daya
kreatifitas tinggi yang diimbangi dengan moral serta akhlak yang baik, dalam
mengembangkan ilmu yang di dapat dari perkuliahan. Tentu hal ini dapat
menambah pengalaman dan bekal mereka di masa depan nanti.
Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi angkatan 2012 (Semester 3). Terdiri dari 5 (lima)
kelas, yaitu:
a. KPI A dengan jumlah mahasiswa sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang.
b. KPI B dengan jumlah mahasiswa sebanyak 32 (tiga puluh dua) orang.
c. KPI C dengan jumlah mahasiswa sebanyak 31 (tiga puluh satu) orang.
d. KPI D dengan jumlah mahasiswa sebanyak 33 (tiga puluh tiga) orang.
e. KPI E dengan jumlah mahasiswa sebanyak 37 (tiga puluh tujuh) orang.
Dengan jumlah mahasiswa KPI angkatan 2012 sebanyak 165
mahasiswa.
55
B. Profil Televisi
1. Sejarah berdirinya Indosiar
PT. Indosiar Visual Mandiri bergerak di bidang pertelevisian
sebagai stasiun sekaligus rumah produksi. Perseroan ini mengudara (on
air) secara penuh sebagai televisi mulai tanggal 7 September 1994 dan
mendapatkan izin operasional dari pemerintah sebagai televisi swasta
kelima di Indonesia setelah menjalani proses panjang. Mengudaranya
Indosiar dimungkinkan setelah yayasan TVRI sebagai pemilik hak siar di
Indosiar bekerjasama dengan stasiun televisi ini. Penandatanganan tersebut
berlangsung di Jakarta pada tanggal 7 Desember 1994, dari TVRI diwakili
oleh Bapak Aziz Husein dan dari Indosiar diwakili oleh Bapak Anky
Handoko selaku Direktur Utama PT. Indosiar Visual Mandiri.
Penandatangan ini diresmikan oleh Bapak Harmoko yang pada saat itu
menjabat sebagai menteri penerangan RI dan peresmiannya diadakan di
stasiun pusat Indosiar, Jalan Damai No. 11, Daan Mogot, Jakarta Barat.4
Usai melakukan uji siaran selama kurang lebih satu setengah bulan,
Indosiar langsung mengadakan siaran pra-perdana selama 24 hari, mulai
tanggal 18 Desember 1994 sampai dengan 10 Januari 1995. Indosiar
akhirnya mengudara secara nasional pada tanggal 11 Januari 1995.
Tayangan Indosiar dapat ditangkap di 8 kota, yaitu Bandung pada channel
54 UHF, Yogyakarta pada tanggal 28 UHF, Semarang pada channel 27
UHF, Surabaya pada channel 28 UHF, Denpasar pada channel 27 UHF,
4 Company Profile PT. Indosiar Visual Mandiri, Tbk, h. 1
56
Ujung Pandang pada channel 27 UHF, Medan pada channel 23 UHF, dan
Jakarta sebagai stasiun pusat di channel 41 UHF.5
Perseroan ini telah menyajikan berbagai jenis program televisi
dengan mengutamakan program produksi sendiri yang berkualitas baik
dalam bentuk drama, musik, olah raga, serta program-program
pemberitaan. Sekitar 75% program lokal diproduksi sendiri oleh Indosiar
dan untuk seluruh program non-drama adalah produksi in-house perseroan
dan lebih dari 35% program tersebut disiarkan secara live (langsung).6
Indosiar juga dikenal stasiun televisi yang memiliki serangkaian
terobosan baru dibidang pertelevisian, seperti strategi penayangan program
pada hari berurutan (strip-in), penulisan lirik lagu untuk pemirsa di rumah
(subtitle), pembuatan program sekaligus media promosi (promotainment),
jejak pendapat jarak jauh (telepolling), sponsor produk yang disisipkan
dalam suatu program (built-in sponsorship), penggalangan dana yang
terintegrasi melalui telepon, ATM, dan program televisi (telethon), siaran
langsung program musik atau variety secara regular, penerjemahan pidato
berbahasa asing dalam siaran langsung ke dalam teks bahasa Indonesia,
siaran langsung ke 2 atau 3 kota secara stimultan, serta siaran langsung
program yang disiarkan ke beberapa Negara.
Keberhasilan industri televisi sangat ditentukan oleh teknologi
canggih (digital) serta transmitter yang tersebar di 23 wilayah Indonesia,
sehingga memungkinkan lebih dari 131 kota di Indonesia untu menerima
5 Wawan Kusnadi, Komunikasi Massa (Sebuah Analisi Isi Media Televisi), (Jakarta: PT.
Rineke Cipta, 1996), h. 3 6 Annual Report, PT. Indosiar Visual Mnadiri, 2006, h. 1
57
siaran yang dipancarkan Indosiar. Indosiar juga telah menggunakan
peralatan audio dan video digital srta komputer canggih (advance
computer digital equipment) yang menghasilkan kualitas gambar yang
lebih baik dan suara yang lebih jernih dibandingkan dengan sistem analog.
Fasilitas-fasilitas yang dimiliki Indosiar dalam menunjang kegiatan
usahanya, antara lain:7
a. Studio
Indosiar memiliki 4 studio yaitu: studio 1, dengan luas area 625
m² dan kapasitas 200 tempat duduk penonton; studio 2, dengan luas
area 625 m²; studio 3 dengan luas 450 m²; dan studio 4 dengan luas
area 450 m². Studio-studio tersebut dirancang dengan baik dan
merupakan jenis studio dengan kualitas tinggi yang dapat
dipergunakan untuk berbagai keperluan.
Masing-masing studio dilengkapi dengan peralatan standart
studio, yaitu: fasilitas Vision Mixer Digital dengan Digital Video
Effect, seperat Still Store dan Character Generator satu kanal (Single
Chanel Character Generator), sistem tata lampu (lighting) yang
Computerized, audio control serta alat perekam secara digital, dan tata
suara fold back system yang terdiri dari speaker maupun microphone
radio untuk memperkecil kemungkinan feed back.
7 Company Profile, PT. Indosiar Visual Mnadiri, Tbk, 2007, h. 1
58
b. Post Production
Meliputi fasilitas editing, audio dubbing, tape transfer, sub
titling, computer graphic dan tape library.
c. Outdor Broadcasting Van
Peralatan ini digunakan untuk meliput program siaran langsung
di luat studio maupun rekaman di lapangan terbuka yang letaknya jauh
dari studio Indosiar. Fasilitas yang ada dalam OB Van ini umumnya
sama dengan kemampuan studio.
d. Electronic Field Production
Kebutuhan sebuah program untuk melakukan liputan atau
pembuatan drama di luar area studio sangat ditunjang oleh adanya
fasilitas Electronic Field Production.
Kualitas program yang baik dan penempatan jam tayang yang
tepat sangat menentukan rating pemirsa. Semakin baik kualitas
program, maka akan semakin tinggi rating yang diperoleh. Memahami
hal tersebut, Indosiar terus berupaya untuk menyiarkan program yang
berkualitas serta memahami minat dan selera masyarakat. Selain itu
Indosiar juga harus mempertimbangkan siklus kegitaan yang dilakukan
oleh masyarakat pada umumnya. Misalnya, pada pagi hari program
siaran lebih banyak ditunjukkan untuk wanita, sedangkan pada hari
minggu pagi program siaran lebih ditunjukkan untuk anak-anak.
59
C. Visi dan Misi
Visi Indosiar adalah menjadi stasiun televisi terkemuka dengan
tayangan berkualitas yang bersumber pada in-house production, kreativitas
dan sumber daya manusia yang handal.
Stasiun televisi Indosiar mempunyai beberapa misi, yaitu Futuristic,
Innovative, Statisfactory, dan Humanity, yang dilambangkan dengan gambar
ikan (Fish), yang diartikan sebagai berikut:8
1. Futuristic, dilambangkan dengna ikan terbang berenang sangat cepat yang
berarti Indosiar berorientasi maju dengan terobosan baru.
2. Innovative, dilambangkan dengan ikan terbang mampu terbang setinggi-
tingginya yang berarti Indosiar menjadi trandsetter dengan ide orisinal.
3. Statisfactory, dilambnagkan dengan sisik ikan unuk mempermudah
berenang di dalam air. Artinya, Indosiar mengutamakan kepuasan
masyarakat.
4. Humanity, dilambangkan dengan ikan tak akan tenggelam karena
memiliki kantung udara di tubuhnya. Artinya, Indosiar peduli terhadap
lingkungan sekitar.
Untuk mengetahui sebuah stasiun televisi, logo bisa dilihat dari ciri
khas yang biasa disebut ID (identity) station. ID station PT. Indosiar Visual
Mandiri Tbk adalah seekor ikan terbang yang mengembangkan sayapnya.
Dengan ID station yang khas inilah, Indosiar ingin penontonnya mengetahui
di stasiun mana saluran mereka saat itu.
8 Annual Report PT. Indosiar Visual Mandiri, 2006, h. 3
60
Indosiar juga mempunyai motto dengan slogan „Indosiar Memang
Untuk Anda‟. Motto ini mempunyai arti bahwa Indosiar diperuntukkan bagi
segala usia, juga segala lapisan masyarakat. Selain itu, motto ini dibuat agar
Indosiar senantiasa dengat dengan masyarakat melalui tayangan program-
program menarik yang semata-mata untuk memuaskan keinginan
pemirsanya.9
D. Sekilas Tentang Acara Hikayat
Kemajuan pertelevisian di Indonesia menyebabkan terbukanya
kesempatan untuk menayangkan berbagai macam acara keagamaan secara
terus menerus dan berkualitas, mulai dari Kultum (Kuliah Tujuh Menit),
Talkshow, FTV, hingga Sinetron. Kini, Program acara keagamaan atau religi
di televisi di Indonesia tidak hanya hadir di bulan Ramadhan saja, tetapi
dibulan-bulan biasa pun acara keagamaan seakan berlomba-lomba untuk
meyajikan tayangan spiritual yang bermakna konstruktif bagi kehidupan
manusia, khususnya bagi umat Islam agar menambah keilmuan dan
mempertebal keimanan.
Stasiun televisi Indosiar memiliki program dakwah Islam yang sangat
menarik dan beragam. Program-program tersebut dapat disaksikan setiap hari
Minggu sampai dengan Senin yang biasanya hadir pada pukul 04.30-06.00
WIB.
9 Company Profile PT. Indosiar Visual Mandiri Tbk, 2007
61
Alasan program acara dakwah tersebut ditayangkan pada pagi hari
karena pagi hari merupakan inspirasi untuk memulai hidup. Banyak kegiatan
yang dimulai pada pagi hari, sebab pada pagi hari Allah SWT menebarkan
rahmat di seluruh alam. Mulai dari menebarkan rezeki, ilmu pengetahuan, dan
segala kebutuhan makhluk di bumi. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk
bangun pagi, ketika fajar menyingsing untuk menyongsong berbagai
kemudahan pula yang dijanjikan Allah SWT.10
Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling
baik untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan
seseorang untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa
terjadi karena konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan.
Ada seorang ulama yang yang mampu menulis sebanyak empat puluh
halaman setiap hari selama empat puluh tahun terakhir masa usianya, yakni
Ibnu Jarir ath-Thabari, ternyata beliau melakukan murajaah (menghafal) akan
ilmu dan ide-ide yang akan dituangkan dalam tulisannya di awal-awal subuh.
Ini merupakan bukti bahwa waktu pagi memang penuh dengan keberkahan.
Rasulullah Saw. bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu
tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Thabrani)
Di pagi hari kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal, salah satunya
melalui TV yang menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai macam versi.
Salah satunya adalah acara Hikayat yang ditayangkan di Indosiar setiap hari
Rabu, Kamis, dan Juma‟at. Sekilas acara ini hampir sama dengan dengan
10
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat),
Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
62
program TV lain, tetapi kalau kita simak lebih dekat, ternyata ada perbedaan
dengan program tv yang lain. Hikayat lebih tepat disebut acara tausiah agama
yang tema berdasarkan kisah-kisah dari umat terdahulu yang sangat baik jika
kita dapat memetik hikmah dari setiap episodenya.
Pengertian Hikayat sendiri menurut ilmu Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita,
undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis, biografis,
atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit semangat
juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta.11
Sedangkan menurut produser program acara dakwah Hikayat, Hikayat
artinya adalah cerita atau kisah. Hikayat ini membahas kisah-kisah terdahulu
yang berasal dari jaman Rasulullah, para sahabat Rasul, dan para nabi lainnya
atau bahkan dari kisah-kisah yang sangat inspirasi, kemudian kita angkat
menjadi sebuah tema untuk kita ceritakan.12
Program Hikayat merupakan program dakwah yang tidak asing lagi
bagi penonton setia Hikayat, program ini akan membahas tentang sebuah
kisah-kisah yang berasal dari umat terdahulu seperti Rasulullah, para
sahabatnya dan kisah-kisah inspiratif lainnya yang sangat bagus jika kita
mengambil hikmahnya.
Awalnya muncul program ini adalah pada bulan Februari 2013 ketika
Usatdaz Subki Al-Bughury dan H. Komeng datang ke Indosiar membawa
11
Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Pusat Departemen
Pendidikan Nasional, 2007), h. 401 12
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat),
Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
63
proposal untuk mengajukan program dakwah terbaru. Setelah mendapatkan
persetujuan dari semua lapisan Indosiar, maka Hikayat dapat tayang setiap
hari Rabu, Kamis, dan Jum‟at pukul 05.00-06.00 WIB, dengan tagline atau
slogan yang khas, yaitu “Hikayat membawa manfaat: Alhamdulillah!!”.13
Program dakwah Hikayat ditayangkan hanya setiap hari Rabu sampai
Jum‟at dimaksudkan karena untuk mengikis atau mengurangi waktu siar
program dakwah Keluarga Sakinan Mamah dan Aa yang dahulu pernah
tayang di Indosiar. Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa acara
Mamah dan Aa ini sudah pindah tayang di stasiun televisi lain, maka setelah
kedatangan ustadz Subki ke Indosiar dengan antusias kami menyetujuinya dan
segera bekerjasama dengan beliau. Selain untuk mengikis waktu siar program
Mamah dan Aa, tujuan kami menayangkan program acara Hikayat di Indosiar
dimaksudkan untuk menyapa pemirsa dengan siraman rohani, karena jama‟ah
penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam, dengan tujuan untuk
menyampaikan dan memberikan informasi, pengetahuan maupun wawasan
seputar agama Islam yang berasal dari sejarah atau kisah-kisah terdahulu.14
Pemilihan pembawa acara dalam program Hikayat ini juga memiliki
kriteria tersendiri, yaitu talenta dan image yang baik dimata pemirsa.
Disamping itu, seorang host juga harus kreatif, dan humoris, agar acara ini
terkesan di hati masyarakat. Maka dari itu, terpilihlah H. Komeng sebagai host
yang akan selalu menemani Ustadz Subki Al-Bughury di acara Hikayat.
13
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat),
Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 14
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat),
Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
64
Adapun dalam pemilihan tema dalam setiap tayang didapatkan dari
Ustadz Subki Al-Bughury dan tim produksi sendiri. Masyarakat pun terkadang
mengirimkan ide dalam pembahasan acara ini, seperti mengirimkan ide lewat
Email, Facebook, dan Twitter. Akan tetapi pihak penyelenggara akan
memfokuskan pada ide sendiri.
Tema yang diangkat pun dilihat dari peristiwa sehari-hari yang sering
kita jumpai di masyarakat, seperti peristiwa sifat keragu-raguan kita dalam
menentukan pilihan dalam hidup, dan lain sebagainya. Masalah ini akan
dibahas dengan mentadabburkan kisah-kisah dari zaman terdahulu.
Contohnya, ada hadits yang berbunyi:
Artinya: “Ada seseorang yang mendatangi majelis Ibnu „Aqiil
(seorang ulama ahli Fiqh di zaman Rasulullah SAW). Lalu ia duduk dan
berkata kepada Ibnu „Aqiil, “yaa Ibnu „Aqiil, saya ini sudah mandi sampai
menyeburkan diri berkali-kali di kali. Tapi saya masih ragu, apakah saya ini
sudah suci dari hadats? Bagaimana menurut mu ya Ibnu „Aqiil??”.
Kemudian, Ibnu „Aqiil menjawab, “pulanglah engkau, karena sudah tidak
wajib lagi bagimu shalat!”, maka terkejutlah seseorang itu dengan keraguan
yang masih menghampirinya. Kenapa orang yang bertanya tadi disuruh
65
pulang? Karena menurut hadits nabi SAW, seseorang tidak wajib shalat jika
ia gila hingga sadar, orang yang tidur sampai ia terbangun, dan anak kecil
sampai ia mukallaf (dewasa). “lalu apa hubungannya dengan saya?” tanya
orang itu lagi kepada Ibnu „Aqiil. “jika orang yang sudah nyebur atau mandi
berkali-kali tapi masih ragu sudah suci atau belum, itu sudah tidak waras
namanya..!” jelas Ibnu „Aqiil”.15
Dengan demikian, Hikayat ingin masyarakat memetik pelajaran dari
kisah orang yang ragu-ragu tersebut. Bagaimana pun sifat keraguan ada pada
diri setiap manusia, namun itu bisa kita sikapi dari bagaimana kita mengukur
penyakit was-was kita agar tidak berlebihan. Maka dari itu, Ustadz Subki
ingin mengingatkan masyarakat melalui tayangan Hikayat dengan episode
„Kisah Orang Yang Ragu-Ragu‟ agar kita menghilangkan sifat keragu-raguan
tersebut, dan tetap optimis dalam menjalani hidup.
Dengan hal ini, program acara Hikayat berharap semoga masyarakat
semakin tertarik untuk mempelajari sejarah-sejarah Islam dan kisah-kisah
serta mentadabburkannya dikehidupan.
E. Profil dan Riwayat Hidup Ustadz Subki Al-Bughury
M. Subki Al-Bughury, S. Sos. I selaku ustadz muda yang lahir di
Bogor, 7 September 1972, kini tinggal di Kemanggisan, Jakarta Barat dengan
seorang istri yang bernama Etty Supriyati, tiga putra yang bernama Abdul
Jabbar, Abdul Hakim, dan Abdul Hakim serta dua putrinya yang bernama
Hilya „Afifah dan Hulwa „Afifah.16
15
Shahih Bukhari 16
www.subkialbughury.com/profile/ diakses pada tanggal 12 Juni 2013
66
Ustadz Subki mengaku bahwa ketertarikannya untuk terjun sebagai
da‟i karena dilatar belakangi kemauan sendiri dan alasan keluarga. “kakek dan
paman saya adalah ulama di Bogor, sayang jika saya tidak meneruskan
perjuangan beliau” paparnya.17
Langkahnya ia mantapkan saat duduk di SMA. Bersama dengan
beberapa orang sahabatnya di SMA 3 Cengkareng, Jakarta Barat, mereka
membuat perjanjian tentang kelanjutan sekolah mereka. ''Kami bagi-bagi
jurusan, ada yang ke Teknik, Ekonomi, dan beberapa bidang lain. Saya sendiri
oleh teman-teman disuruh kuliah di jurusan Syariah,'' katanya mengenang.18
Kawan-kawan sekolah Ustadz Subki bukan tanpa alasan menyuruhnya
masuk ke jurusan Syariah. Sejak duduk di SMP, Ustadz Subki remaja sudah
tertarik pada ilmu agama. Kegemaran ini berlanjut ketika beliau duduk di
SMA. Ketika, remaja lainnya menghabiskan waktu bersenang-senang dan
sibuk dalam pergaulan, Ustadz Subki justru sebaliknya.
Ketika duduk di kelas dua SMA, beliau mengikuti pengajian. Beliau
juga menambah ilmunya dengan terus menerus belajar agama, baik dari buku,
maupun mengaji. Koleksi buku agama milik kakeknya, beliau jadikan salah
satu referensi. Tak heran jika di usia muda, Ustadz Subki cukup menguasai
ilmu agama.
Meski begitu, aktivitas remajanya tidak hanya disibukkan dengan
belajar agama. Saat bersekolah di SMP, pria yang memasang nama Al-
17
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara
Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 18
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara
Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
67
Bughury yang menandakan ia berasal dari Bogor ini, pernah menjadi sutradara
teater yang karyanya dipentaskan di TVRI. Puas dengan klub teater, Ustadz
Subki pun bergabung dengan Kelompok Studi Islam.19
Karena ketertarikan dan pemahamannya terhadap ilmu agama inilah
yang membuatnya dipercaya untuk menggantikan guru agamanya mengajar.
Ketika di kelas dua SMA, kenangnya, guru agamanya seringkali kerepotan
untuk mengajar. Sibuk berdakwah di usia muda, membuat pria kelahiran
Bogor ini dinobatkan sebagai "Dai Sekolah" oleh teman-teman SMA-nya.
Lulus SMA, minatnya terhadap ilmu agama semakin menguat. Ia pun
kembali menekuni kitab-kitab milik sang kakek yang merupakan muallim
(ulama) asal Bogor. ''Setiap kali saya pulang ke Bogor, saya sedih melihat
kitab-kitab itu terbengkalai,'' ujarnya.20
Menurut Ustadz Subki, meskipun banyak di antara sepupu-sepupunya
yang bersekolah di madrasah ataupun aliyah, mereka tidak menunjukkan
minat terhadap warisan berharga sang kakek. ''Jadilah saya yang
memanfaatkannya,'' ujar bapak empat putera ini.21
Sejak itulah, minatnya menjadi penyebar ajaran agama semakin besar.
Suami dari Etty Supriyati ini kemudian semakin aktif mengikuti pengajian dan
juga kursus-kursus. Salah satu kursus yang diikutinya adalah kader Mubaligh
Al - Azhar pada tahun 1991-1992.
19
Hasbu, “Banyak Jalan Menebar Kebaikan”, diakses pada tanggal 21 Agustus 2013 dari
http://mediaummat.co.id/banyak-jalan-menebar-kebaikan/ 20
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara
Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013 21
Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Subki Al-Bughury (Narasumber Acara
Hikayat), Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013
68
Pria yang menikah di usia 21 tahun inipun sempat mengeyam
pendidikan jurusan Dirasat Islamiyyah di Universitas Al-Hikmah – Jakarta,
I‟dad Lughawi – Takmili di Universitas Muhammad Ibn Su‟ud Riyadh
Kingdom Of Saudi Arabia, LIPIA - Jakarta selama 3 tahun, sebelum akhirnya
kuliah jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Institut Agama Islam Al-
Aqidah (IAIA) – Jakarta, dan kemudian melanjutkan Pasca Sarjana program
Politik Islam di IAIA – Jakarta. Namun sambil sekolah, ayah dari Abdul
Jabbar, Abdul Hakim, Abdul Aziz, dan Hilyah 'Afifah ini terus mengasah
kemampuan dakwahnya. Ia pun semakin aktif berkeliling untuk menggelar
pengajian. Sejak saat itulah ia pun mantap di jalan dakwah.22
Beliau juga pernah menjadi pengajar di Pelatihan Guru Bahasa Arab di
Lembaga Bahasa dan Ilmu Al-Qur‟an (LBIQ-DKI) Th. 1997, Dosen Bhasa
Arab di Akper Abdi Nusantara Jakarta (2001-2002), dan Dosen Agama Islam
dan Etika Profesi di STMIK Indonesia – Jakarta.23
1. Kegiatan Pengajian
a. Ketua Majelis Dzikir Al-Ma‟tsurat, Jakarta.
b. Pembimbing Ibadah Haji dan Umroh di Yayasan Al-Ma‟tsurat .
2. Kegiatan di Media Elektronik
Pengisi acara Hikayat di Stasiun Televisi Indosiar setiap hari Rabu, Kamis
dan Jum‟at pukul 05.00 – 06.00 WIB.
a. Titian Qolbu di TVOne
b. Kuliah Subuh di RCTI dan SCTV
22
www.subkialbughury.com diakses pada tanggal 12 Juni 2013 23
www.subkialbughury.com diakses pada tanggal 12 Juni 2013
69
c. Mengetuk Pintu Hati di SCTV bersama H. Dedy Mizwar (2008)
d. Pautkan Hati di RCTI (2008)
e. Kangen FM di TPI bersama Salim & Samin (2008)
f. Pengisi suara Azan di SCTV (2008)
g. Harmoni ramadhan di DAAI TV (2008)
h. Silaturrahim di JakTV (2009)
i. Embun Pagi: Belajar Dari Kisah di Indosiar (2002)
j. Kafe Pasaur di Indosiar (2002)
k. Sinetron Dakwah, PT. Demi Gisela Citra Sinema (2002)
l. Narasumber Ramadhan di Radio MS-Tri dan MTV 1999-2002) dan
Radio MusTang 88 FM (2004)
m. Narasumber Jendela Iman di TVRI (2003)
n. Narasumber Grebeg Sahur di LATIVI (2003-2005)
o. Cerita Anak Langitan di RCTI (2012)
p. Pengen Jadi Orang Bener „Ramadhan‟ 1&2 di SCTV (2012-2013)
q. Kolak candil „Ramadhan‟ di GlobalTV (2013)
r. Kisah Hati „Ramadhan‟ di GlobalTV (2013)
s. Juri di AKSI (Akademi Sahur Indonesia) (2013)
70
BAB V
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Data-data Hasil Penelitian Lapangan
1. Deskripsi data responden
Dalam bab ini membahas mengenai hasil analisa data dengan
menggunakan prosedur yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Data-
data yang diperoleh seputar identitas responden, berupa data jenis kelamin,
asal sekolah, dan hasil pernyataan responden terhadap program acara
Hikayat. Data tersebut kemudian diolah untuk menganalisa respon
mahasiswa berdasarkan jenis kelamin dan asal sekolah terhadap program
acara Hikayat dalam (2) dua skala respon, yakni: kognitif, dan afektif. Dari
data yang didapat sebanyak 63 responden, dibagi berdasarkan jenis
kelamin. Adapun frekuensi jumlah responden sebagai berikut:
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kelas Jenis Kelamin F Fr
1 KPI 3 A Laki-laki 6 9,5%
Perempuan 6 9,5%
2 KPI 3 B Laki-laki 6 9,5%
Perempuan 6 9,5%
3 KPI 3 C Laki-laki 7 11%
Perempuan 5 8%
4 KPI 3 D Laki-laki 5 8%
Perempuan 8 13%
5 KPI 3 E Laki-laki 7 11%
Perempuan 7 11%
JUMLAH 63 100%
71
Berdasarkan tabel 1 di atas dapat kita lihat distribusi frekuensi
responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang atau
49% dan perempuan sebanyak 32 orang atau 51%. Melihat data tersebut,
didapati jumlah respon perempuan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah responden laki-laki. Jumlah tersebut sudah terwakili dari jumlah
sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Tidak hanya data berdasarkan jenis kelamin, data berdasarkan
pendidikan akhir pun disajikan dalam bab ini. Adapun karakteristik
responden berdasaran pendidikan terakhir dalam data tersebut adalah
tingkat pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK), atau Madrasah Aliyah (MA)/Pesantren. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan terakhir
No. Pendidikan Terakhir F Fr
1 SMU 36 57,14%
2 SMK 12 19,05%
3 MA/PESANTREN 15 23,81%
JUMLAH 63 100%
Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa responden dengan tingkat
pendidikan terakhir yang berasal dari SMA berjumlah 36 orang (57,14%),
dan responden yang berasal dari SMK sebanyak 12 orang atau 19,05%,
sedangkan responden yang lulusan MA/Pesantren berjumlah 15 orang atau
23,81%.
72
B. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar
Dalam mengkategorikan respon, berdasarkan teori yang dikemukakan
oleh Steven M. Chaffe respon dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar Dalam Skala Kognitif
Respon Kognitif merupakan respon yang berkaitan erat dengan
pengetahuan, keterampilan, dan informasi seseorang mengenai suatu hal.
Respon ini muncul dikarenakan adanya perubahan terhadap persepsi atau
pemahaman khalayak. Dari data yang terkumpul, respon mahasiswa KPI
terhadap program acara Hikayat di Indosiar dapat terlihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3: Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Program acara Hikayat
adalah Program Religi.
24 39 276 3 4,39
2.
Program acara Hikayat
pada episode Kisah
Orang Ragu-Ragu ini
membuat saya mengerti
tentang hakekat
keraguan, karena segala
sesuatu yang meragukan
itu datangnya dari
syaitan.
46 17 298 1 4,73
3. Program acara Hikayat
pada Episode Kisah
Orang Ragu-Ragu ini
adalah tayangan yang
layak ditonton oleh
semua umur.
10 53 262 4 4,15
4. Wawasan keagamaan
saya bertambah setelah
36 27 288 2 4,58
73
menonton program
acara Hikayat.
JUMLAH 1124 17,85
Rata-Rata Skor Kognitif Responden Adalah 17,85:4 = 4,47
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa respon mahasiswa KPI terhadap
variabel kedua menempati peringkat pertama, yakni acara Hikayat pada
episode kisah orang ragu-ragu ini membuat mereka mengerti tentang hakikat
keraguan, karena segala sesuatu yang meragukan itu datangnya dari syaitan
dengan skor 298. Pernyataan di atas sesuai dengan hadits ke 11 di kitab hadits
arba‟in yang berbunyi:
ر ل اهلل طانب، سبط رس به أب محمذ انحسه به عه قال : حفظتعه أبـ مه حاوت
قال انتزمذ ، انىسائ اي انتزمذ بك((. ر بك إن ما ال ز ل اهلل :)) دع ما ز : رس
ح ث حسه صح .حذ
“Dari Abu Muhammad al-Hasan bin „Ali bin Abi Thalib, cucu Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam dan kesayangannya Radhiyallahu 'anhuma, ia
berkata: “Aku telah hafal dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam :
„Tinggalkan apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu‟.”
[Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan an-Nasâ`i. At-Tirmidzi berkata,“Hadits
hasan shahîh]”
Dalam riwayat Ibnu Hibban selainnya terdapat tambahan dalam hadits
tersebut, yaitu ialah:
بت إن انشز ر ىت ز طمأو .فإن انخ
Artinya: “Karena sesungguhnya kebaikan adalah ketentraman dan keburukan
adalah keraguan”.
Dari hadits di atas, dapat kita ambil hikmah bahwa Agama Islam tidak
menginginkan ummatnya berada dalam keraguan dan kebimbangan, kita
dianjurkan untuk meninggalkan keragu-raguan karena keraguan itu adalah
suatu keburukan dan sesungguhnya ketidak ragu-raguan itu adalah
74
ketentraman. Dengan skor 298 diatas, mahasiswa diduga memahami isi
materi acara tersebut.
Pada variabel keempat, yakni mahasiswa mengakui bahwa wawasan
keagamaan mereka bertambah setelah menyaksikan program acara Hikayat
menempati peringkat kedua dengan skor 288, ini dapat diartikan bahwa
tayangan Hikayat dapat memberikan wawasan keagamaan dan menyampaikan
maksud dari acara tersebut kepada khalayak, yang artinya program acara
Hikayat memang adalah program religi yang menemati pada rangking ketiga
dengan skor 276. Maka dari itu, dengan jumlah skor 264 program acara
Hikayat adalah tayangan yang layak ditonton oleh semua umur.
Dari ketiga variabel di atas dapat ditarik pengertian bahwa mahasiswa
dapat memahami dan mengetahui acara Hikayat dan pesan apa saja yang
diberikan oleh acara tersebut pada episode kisah orang ragu-ragu ini. Menurut
George Comstuck dalam bukunya Television Amerika, menulis “televisi telah
menjadi faktor yang tak terelakan dan tak terpisahkan dalam membentuk diri
kita dan akan seperti diri kita nanti”1, oleh karena itu televisi memberikan
dampak terhadap cara pandang seseorang terhadap sebuah fenomena.
Dalam hal ini, respon mahasiswa terbentuk karena sebuah program
acara yang dikemas sedemikian rupa untuk membuat mahasiswa paham mana
hal yang baik dan mana hal yang buruk. Dan salah satu dampak yang
ditimbulkan dari media adalah dampak pertambahan informasi yang baru.2
1 Jhon vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 224
2 Wawan Kuswandi, Komunikasi Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 99
75
2. Respon Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap
Program Dakwah Hikayat di Indosiar Dalam Skala Afektif
Respon Afektif merupakan respon yang berkaitan dengan perasaan
atau berhubungan dengan emosi, sikap, dan penilaian seseorang terhadap
sesuatu. Respon ini terjadi dikarenakan adanya perubahan terhadap yang
disenangi khalayak terhadap sesuatu hal. Berdasarkan data yang didapat,
respon afektif mahasiswa KPI terhadap program acara Hikayat di Indosiar
dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 4 : Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Afektif/Perasaan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Saya merasa senang pada
saat menonton program
acara Hikayat Episode
Kisah Orang Ragu-Ragu
ini.
6 55 2 256 6 4,07
2. Saya menyukai materi
yang diberikan dalam
program acara Hikayat.
10 53 262 5 4,15
3. Saya menyukai cara
penyampaian narasumber
dalam program acara
Hikayat.
24 39 276 1 4,39
4. Saya senang melihat
pembawa acara Hikayat.
21 42 273 2 4,33
5. Pada saat menonton
Hikayat saya tertawa.
11 52 263 4 4,18
6. Setelah menonton acara
Hikayat saya merasa
harus meninggalkan sifat
keragu-raguan.
12 51 264 3 4,20
7. Setelah menonton acara
Hikayat saya merasa akan
lebih menjalani
kehidupan yang optimis
dan yakin.
12 41 224 7 3,55
JUMLAH 1818 28,87
Rata-Rata Skor Afektif Responden Adalah 28,87÷7 = 4,12
76
Dari tabel 4 dengan skor 276 dapat diketahui bahwa mahasiswa begitu
menyukai program acara Hikayat pada episode kisah orang ragu-ragu ini karena
faktor cara penyampaian materi oleh narasumer/ da‟i dengan ringan dan dapat
mudah dimengerti, hal ini juga didukung oleh sosok Komeng yang seorang
komedian memandu acara ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan humor
dan tidak terkesan talkshow yang monoton dan menjenuhkan dengan skor 273.
Di zaman sekarang ini, berdakwah terasa hambar dan datar tanpa humor
dan canda bagaikan masakan tanpa garam. Dengan bumbu humor, materi dakwah
lebih terasa ringan dan mudah dimengerti oleh mad’unya. Rasulullah SAW pun
sesekali juga bercanda, tetapi Rasulullah SAW tidak pernah berkata kecuali yang
benar. Sahabat Jabir bin Samurah radhiyallahu „anhu bertutur dalam
menggambarkan pribadi dan akhlak Nabi Shallallahu „Alaihi Wasallam :
كحانض مهق تمانص مط انك
Artinya: “Beliau banyak diam dan sedikit tertawa”
بأ هع زغ مع: و الإوك تذاعبىا؟ . ق اهلل لسا ر: ا ان: قالق ى عانعت اهلل ضر ةزز
اقا حإن لقا أأو ن
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu beliau berkata: mereka (para
shahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam: “Wahai
Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami? Rasulullah
Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab: “Benar, hanya saja aku tidak pernah
berucap kecuali kebenaran”.
„Aisyah radhiyallahu „anha mengisahkan:
ا رم مسبت انا كمإو اتن ى مر أتا حكاحض مهس هع اهللهص اهلل لسر تأ
Artinya: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
tertawa terbahak-bahak hingga terlihat lidahnya, akan tetapi beliau hanya
tersenyum”.
77
Salah satu contoh humor yang pernah dilontarlan oleh Rasulullah
SAW, Ada riwayat yang mengatakan bahwa, Seorang perempuan tua bertanya
pada Rasulullah: “Ya Utusan Allah, apakah perempuan tua seperti aku layak
masuk surga?” Rasulullah menjawab: “Ya Ummi, sesungguhnya di surga
tidak ada perempuan tua”. Perempuan itu menangis mengingat nasibnya
Kemudian Rasulullah mengutip salah satu firman Allah di surat Al Waaqi‟ah
ayat 35-37 “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari)
dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta
lagi sebaya umurnya” (Riwayat At Tirmidzi, hadits hasan).
Sementara itu, seluruh mahasiswa juga mengatakan bahwa setelah
mereka menyaksikan program Hikayat episode kisah orang ragu-ragu, mereka
merasa harus meninggalkan sifat keragu-raguan yang ada dalam diri mereka
dengan skor 264, dan mereka juga merasa akan menjalani kehidupan dengan
lebih optimis dan yakin yang mendapatkan skor 224.
Tabel 5: Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Penempatan waktu
program sudah tepat.
6 45 7 5 241 1 3,82
2. Sebaiknya ada
perubahan waktu
untuk penayangan
program.
6 16 15 25 1 190 3 3,01
3. Batas waktu siar
program hingga
terbitnya fajar sudah
baik. (pukul 05.00 –
06.00 WIB).
8 40 10 5 240 2 3,80
JUMLAH 671 10,63
Rata-Rata Skor Waktu Program Responden Adalah 10,63÷3 = 3,54
78
Pada tabel 5, terlihat bahwa banyak orang yang setuju dengan penempatan
waktu program Hikayat yang sudah tepat menpati rangking 1 dengan skor 241.
Responden yang mengatakan sangat setuju sebanyak 6 orang, sedangkan yang
mengatakan setuju ada 45 orang, ada juga 5 orang yang sudah netral, artinya biasa
saja. Untu kersponden yang tidak setuju bahwa penempatan waktu ini sudah tepat
sebanyak 5 orang.
Pernyataan tersebut diperkuat pada variabel ketiga dengan skor 240,
bahwa batas waktu siar program Hikayat hingga terbitnya fajar sudah baik, yaitu
pukul 05.00-06.00 WIB. Dengan terkumpul suara untuk sangat setuju sebanyak 8
orang, dan 40 orang yang mengatakan setuju, untuk yang tidak menyutujui hal
tersebut hanya ada 5 dan untuk nertal sebanyak 10.
Berdasarkan hasil wawancara dengan produser Hikayat, waktu
penempatan tersebut karena pagi hari merupakan inspirasi untuk memulai hidup.
Banyak kegiatan yang dimulai pada pagi hari, sebab pada pagi hari Allah SWT
menebarkan rahmat di seluruh alam. Mulai dari menebarkan rezeki, ilmu
pengetahuan, dan segala kebutuhan makhluk di bumi. Maka dari itu, kita
dianjurkan untuk bangun pagi, ketika fajar menyingsing untuk menyongsong
berbagai kemudahan pula yang dijanjikan Allah SWT. Dan biasanya di pagi hari
kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal, salah satunya melalui TV yang
menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai macam versi.3
Bagi para ulama, suasana pagi yang tenang adalah waktu yang paling baik
untuk mendalami suatu ilmu. Pada saat yang seperti ini kemampuan seseorang
3 Berdasarkan Wawancara Pribadi dengan Danindra P. Nur (Produser Acara Hikayat),
Studio 1 Indosiar, Jakarta, 24 Mei 2013.
79
untuk memahami sebuah ilmu bisa lebih meningkat. Hal ini bisa terjadi karena
konsentrasi terhadap ilmu pun lebih mudah untuk dilakukan. Ada seorang ulama
yang yang mampu menulis sebanyak empat puluh halaman setiap hari selama
empat puluh tahun terakhir masa usianya, yakni Ibnu Jarir ath-Thabari, ternyata
beliau melakukan murajaah (menghafal) akan ilmu dan ide-ide yang akan
dituangkan dalam tulisannya di awal-awal subuh. Ini merupakan bukti bahwa
waktu pagi memang penuh dengan keberkahan.
Rasulullah Saw. bersabda: “Seusai shalat fajar (subuh) janganlah kamu
tidur sehingga melalaikan kamu untuk mencari rezeki.” (HR. Thabrani).
Dari penjelasan di atas dapat kita ambil hikmah bahwa jangan tidur lagi
seusai shalat subuh, marilah kita isi waktu pagi itu dengan beribadah dan memulai
aktitivitas harian di pagi hari. Karena sesuai dengan sabda nabi SAW yang
berbunyi:
“Bangunlah pagi hari untuk mencari rezeki dan kebutuhan-kebutuhanmu.
Sesungguhnya pada pagi hari terdapat barakah dan keberuntungan.” (HR.
Thabrani dan Al-Bazzar)
Tabel 6: Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Materi yang
diberikan sesuai
dengan keinginan
penonton.
10 48 4 1 256 4 4,06
2. Materi yang
diberikan berkenaan
dengan kehidupan
sehari-hari.
22 40 270 1 4,29
3. Materi yang
diberikan sudah jelas
sumber bukunya
atau kitabnya.
23 35 5 270 2 4,29
4. Materi yang
diberikan mudah
21 37 5 268 3 4,25
80
dimengerti, singkat,
padat dan jelas.
JUMLAH 1064 16,89
Rata-Rata Skor Materi Program Responden Adalah 16,89÷4 = 4,22
Dari tabel 6, dengan skor 270 dapat diketahui bahwa respon mahasiswa
terhadap variabel kedua dan ketiga menempati peringkat pertama, yakni materi
yang diberikan berkenaan dengan kehidupan sehari-hari dan materi yang
diberikan juga sudah jelas sumber buku dan kitabnya, yaitu Al-Qur‟an dan Hadits.
Dan pada variabel keempat, menyatakan bahwa materi yang disampaikan dalam
acara Hikayat ini mudah dimengerti, singkat, padat dan jelas menempati peringkat
ketiga dengan skor 268.
Tabel 7: Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan
narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Penyampaian materi
dengan gaya dan vocal
yang lantang, luwes,
tegas, tidak kaku dan
tenang.
22 41 274 2 4,34
2. Penyampaian materi
bersifat interaktif atau
saling berkomunikasi.
24 38 272 3 4,31
3. Terdapat unsur humor
dalam penyampaiannya.
31 32 283 1 4,50
JUMLAH 829 13,15
Rata-Rata Skor Program Dakwah Responden Adalah 13,15÷3 = 4,39
Dari tabel 7, dapat diketahui bahwa tanggapan mahasiswa terhadap
metode ceramah yang menempati rangking pertama adalah variabel ketiga dengan
skor 283, yaitu metode ceramah yang digunakan oleh narasumber terdapat unsur
humor dalam penyampaiannya. Dari skor yang didapatkan, pernyataan sangat
81
setuju sebanyak 31 orang, dan disusul dengan jawaban setuju oleh 32 orang. Hal
ini merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang kesuksesan sebuah acara,
artinya, dengan sedikit humor dapat memberi kesan interaktif antara narasumber/
da‟i dengan pembawa acara dan penonton. Sehingga materi dengan mudah
diterima dan memberikan kesan tersendiri di hati pemirsanya.
Seperti yang sudah peneliti kemukakan, bahwa Rasulullah pun
menggunakan metode dakwah dengan sedikit humor. Namun, Rasulullah SAW
tidak pernah berkata kecuali yang benar.
بأ هع زغ مع: و الإوك تذاعبىا؟ . ق اهلل لسا را : ان: قالق ى عانعت اهلل ضر ةزز
اقا حإن لقا أأو ن
Artinya: Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu beliau berkata: mereka
(para shahabat) bertanya kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam:
“Wahai Rasulullah, apakah engkau juga bersenda gurau bersama kami?
Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam menjawab: “Benar, hanya saja aku tidak
pernah berucap kecuali kebenaran”.
Di variabel pertama, kita dapat lihat faktor penunjang dari kesuksesan da‟i
ialah memiliki cara penyampaian materi dengan gaya bahasa yang sopan, luwes,
tegas, tenang, dan vocal yang lantang. Artinya, bahasa si narasumber dapat
dipahami oleh semua kalangan, baik anak kecil, maupun dewasa. Dalam
penyampaian pesan dakwah, narasumber/ da‟i harus berbicara dengan gaya
bahasa yang berkesan, menyentuh, dan komunikatif. Bahasa lisan yang digunakan
da‟i dalam berdakwah yaitu perkataan yang jujur, solutif terhadap permasalahan
82
yang dihadapi mad‟u, menyentuh kalbu, santun, menyejukan hati, tidak agitatif
dan provokatif serta tidak mengandung fitnah.4
Tabel 8: Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i dan
pembawa acara dalam program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Menyukai
narasumber/Da‟i karena
nama besarnya.
2 8 15 16 1 120 8 1,90
2. Menyukai penceramah
karena gaya bahasanya
yang menarik, rangkaian
tutur kata yang tersusun
rapih dan mudah
dimengerti.
17 44 2 267 4 4,23
3. Menyukai penceramah
karena gaya
penyampaiannya yang
lemah lembut, tidak
kaku, luwes dan lantang.
7 39 10 5 2 213 7 3,39
4. Penceramah terlihat
konsisiten atau
berpegang teguh pada
materi yang diberikan
dalam kesehariannya di
masyarakat.
17 41 3 2 260 6 4,12
5. Penceramah terlihat
membosankan dan
menjenuhkan.
2 8 32 21 261 5 4,14
6. Pembawa acaranya
menarik, unik dan lucu.
26 37 278 2 4,41
7. Terdapat unsur humor
dalam membawakan
acara.
28 35 280 1 4,44
8. Pembawa acaranya
membosankan dan
membuat ngantuk.
2 3 31 27 270 3 4,29
JUMLAH 1949 30,92
Rata-Rata Skor Personality Narasumber dan Pembawa acara Responden Adalah 30,92÷8
= 3,87
Pada tabel 8 pembawaan pembawa acara yang memberikan unsur humor
dalam memandu acara Hikayat ternyata menjadi peringkat pertama alasan dari
4 Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga Penelitian
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), h. 42
83
mahasiswa menyaksikan program Hikayat ini. Dengan skor 280 Komeng telah
berhasil membuat mahasiswa KPI betah untuk menyaksikan program acara
Hikayat episode kisah orang ragu-ragu. Selain membawakan unsur humor yang
memang sudah terpatri pada diri Komeng, beliau juga membumbui dengan
pembawaan yang menarik, unik dan lucu dengan skor sebesar 278. Hal ini dapat
kita lihat pada setiap episode Hikayat, di mana dia bertingkah laku aneh namun
tetap sesuai dengan materi yang akan disampaikan oleh ustadz Subki Al-Bughury,
sehingga khalayak dibuat terpingkal-pingkal olehnya.
Dengan tingkahnya yang humoris, pembawaannya menarik, unik dan lucu,
mahasiswa memberikan skor 270 untuk mengatakan tidak menyetujui bahwa
pembawaan Komeng membosankan dan membuat mengantuk.
Salah satu contoh tingkah lucu Komeng sebagai pembawa acara, yaitu
pernah Komeng datang terlambat dengan tergesa-gesa. Sambil menenteng kopiah
ditangan dan baju yang dikancing dengan salah, padahal saat itu Ustadz Subki
sudah membuka acara dan memperkenalkan ibu-ibu majelis taklim yang nonton
secara live. Lalu, Ustadz Subki bertanya, “Ini dari mana sih? Kok ngos-ngosan
gitu? Itu baju dikancinginnya salah.. orang mah kalo ngaca di lemari yang ada
kacanya yang gede! Jangan di sumur!”. “iya pak ustadz, saya keburu-buru banget
ini.. tadi juga shalat subuh, saya padahal udah wudhu dari sebelum adzan sampai
orang-orang udah selesai shalat berjamaah, saya masih wudhu aja! Saya ragu
ustadz, ini saya udah suci atau belom?” kata Komeng. Lalu pak ustadz mulai
menjawab pertanyaan Komeng dengan memberikan sedikit materi untuk
84
memancing rasa keingin tahuan ke penonton agar tetap menyaksikan Hikayat
setelah ada combreak.
Selain menyukai Komeng sebagai pembawa acara Hikayat yang humoris,
mahasiswa juga menyukai ustadz Subki Al-Bughury sebagai narasumber yang
mempunyai gaya bahasa yang menarik, rangkaian kata dan tutur kata yang
tersusun rapih dan mudah dimengerti dengan skor 267. Mahasiswa juga
menyatakan ketidak setujuannya terhadap variabel kelima yang menyatakan
penceramah terlihat membosankan sebanyak 261 skor. Hal ini mereka tegaskan
kembali bahwa selain menyukai gaya bahasa yang menarik dan mudah
dimengerti, mahasiswa juga menyukai cara penyampaian ustadz Subki yang tidak
kaku, luwes dan lantang. Ini dapat kita temukan ketika ustadz Subki melakukan
chit-chat dengan Komeng dalam menyampaikan materi yang disampaikan tingkah
laku jenakanya.
Tabel 9: Tanggapan penonton terhadap program
dakwah Hikayat dari segi dakwah.
No. Pertanyaan SS S N TS STS SKOR RANGKING MEAN
1. Tertarik untuk melakukan
perubahan yang positif.
7 55 1 258 1 4,10
2. Akan menjalankan
sesuatu sesuai dengan
materi yang pernah
ditonton.
4 45 14 242 3 3,84
3. Berusaha untuk selalu
menonton program acara
Hikayat.
1 33 26 2 219 4 3,48
4. Semakin rajin melakukan
hal-hal yang positif
setelah menyaksikan
program acara Hikayat.
5 49 8 1 247 2 3,92
JUMLAH 966 15,34
Rata-Rata Skor Program Dakwah Hikayat Responden Adalah 15,34÷4 = 3,83
85
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa mahasiswa diduga tertarik
untuk melakukan perubahan yang positif setelah menyaksikan program Hikayat
episode kisah orang ragu-ragu dengan menempati peringkat pertama dan memiliki
skor 258. Setelah mahasiswa diduga tertarik untuk melakukan perubahan yang
positif, mereka juga diduga semakin rajin dalam melakukan hal-hal yang positif
setelah menyaksikan program Hikayat episode kisah orang ragu-ragu dengan skor
247. Sesuai dengan dalil yang berkaitan dengan motivasi untuk melakukan
perubahan yang positif dalam surat Ar-Rad ayat 11 yang berbunyi:
Artinya: “Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.5
Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan6 yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
Dari ayat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, perubahan tetap saja
berawal dari diri kita, sebab Allah tak mau mengubah suatu kaum, namun mereka
sendirilah yang bergerak sendiri melakukan perubahan. Allah menginginkan
hamba-Nya memecahkan masalahnya sendiri. Allah akan membantu bila hamba-
Nya berharap dan berjuang dengan sungguh-sungguh.
5 Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran
dan ada pula beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam
ayat ini ialah Malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah. 6 Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab
kemunduran mereka.
86
C. Perbandingan Rata-Rata Respon Skala Kognitif, Afektif, Dan Konatif
Mahasiswa KPI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Terhadap Program
Dakwah Hikayat Di Indosiar
Dari perhitungan skor rata-rata respon pada 2 skala diatas, akan terlihat
perbandingannya secara keseluruhan pada tabel berikut ini:
Tabel 11
Perbandingan Skor Rata-Rata Respon Skala Kognitif, dan Afektif
Terhadap Program Dakwah Hikayat Di Indosiar
No. Respon Rata-Rata Skor Rangking
1. Kognitif 4,47 I
2. Afektif 4,12 III
Pada tabel 11 di atas, terlihat bahwa skor rata-rata dari 2 skala
respon yang mendapatkan nilai tertinggi pada respon skala kognitif dengan
perolehan skor 4,47. Sedangkan sedangkan skala tertinggi kedua terletak
pada skala afrktif. Ini artinya setelah responden mahasiswa KPI mendapat
dan mengetahui pengetahuan dari program acara Hikayat karena menyukai
sosok Komeng sebagai pembawa acara yang memiliki basic komedian dan
memandu acara Hikayat ini dengan baik, sehingga memberi sentuhan
humor dan tidak terkesan program acara dakwah yang monoton dan
menjenuhkan.
87
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan di Indosiar mengenai respon
mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap program acara Hikayat
di Indosiar, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Respon kognitif mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap
program Hikayat di Indosiar yaitu mendapatkan hasil yang positif. Dengan
rata-rata skor kognitif 4,47 mahasiswa mengakui bahwa dengan
menyaksikan acara Hikayat episode kisah orang ragu-ragu ini mereka
mendapatkan wawasan keagamaan yang lebih, dan setelah mereka
menyaksikan acara ini, mereka menjadi mengetahui hakekat keragu-
raguan, karena segala yang meragukan itu datangnya dari syaithan.
2. Respon afektif mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap
program Hikayat di Indosiar yaitu mendapatkan hasil yang positif. Dengan
rata-rata skor afektif 4,12 mahasiswa menyukai program acara Hikayat
karena faktor materinya yang berkenaan dengan kehidupan sehari-hari,
materinya ringan dan praktis serta cara penyampaian materi oleh
narasumer/ da’i dengan ringan dan dapat mudah dimengerti, hal ini juga
didukung dengan sosok Komeng yang seorang komedian memandu acara
ini dengan baik, sehingga memberi kesan humor dan tidak terkesan
talkshow yang monoton dan menjenuhkan.
88
B. Saran
1. Untuk program acara Hikayat yang ditayangkan setiap hari rabu, kamis
dan jum’at pukul 05.00-06.00, agar tidak menghentikan program acara
dakwah ini, dengan adanya program dakwah ini banyak hal yang positif
atau banyak hal yang bermanfaat bagi penggemar atau penonton dalam
memberikan pengetahuan dalam keagamaan.
2. Dari segi waktu siar program memang sudah baik, yaitu pukul 05.00-06.00
menjelang terbitnya fajar. Namun ketika penulis menyebarkan angket,
banyak responden yang meminta penambahan waktu dalam program ini,
agar tidak ada ketergesa-gesaan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan.
3. Untuk pihak Indosiar, khususnya produser dan tim kreatif program
Hikayat agar jangan pernah berhenti untuk meningkatkan kualitas dari
program dakwah seoerti Hikayat ini. Dan jangan lupa untuk terus di
update Twitter dan Facebooknya untuk tetap mempromosikan acara
Hikayat agar Hikayat tetap eksis di layar kaca.
4. Untuk para pekerja media khususnya program keagamaan, diharapkan
pembuatan program agama lebih menyeluruh dalam penayangan,
meningkatkan siaran program maupun meluaskan isi materi pengetahuan
agama. Selain itu juga diharapkan pada penayangan program agama dapat
dilihat oleh semua kalangan baik kalangan pelajar, kalangan intelektual,
dan khususnya kalangan awam yang masih membutuhkan pengetahuan
agama yang maksimal.
89
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia: Departemen Pendidikan,
Edisiketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005)
Amin, Mansyur, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al-Amin
Press,1996)
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah Press, 1997)
Arifin, Muyazzin, Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta:
BumiAksara, 1993)
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
(Jakarta:Rineka Cipta, 2010)
Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitaif, (Jakarta: Kencana
PrenadaMedia Group, 2008)
Bungin, Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma dan
DiskursusTeknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana,
2008)
Chaplin, J. P., Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada,2004)
Dagun, Save D., Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Lembaga
Pengkajiandan Kebudayaan Nusantara, 1997)
DEPDIKBUD, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002)
Effendi, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung:
PT.Citra Aditya Bakri, 2005)
Ghazali, M. Bahri, Dakwah Komunikatif: Membangun Kerangka Dasar
IlmuKomunikasi Dakwah, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Ofset, 1989)
Jamaluddin Mahfuzh, Syekh M., Psikologi Anak dan Remaja Muslim, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2001)
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta:
KencanaPrenada Media Group, 2006)
Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media
Televisi),(Jakarta: Rineka Cipta, 1996)
90
Malik, Dedy Djamaludin, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah
MelaluiTelevisi, (Bandung: Pusdai Press, 2000)
Martono, Nanang, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Aanalisis
Data Sekunder, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010)
M. Echoles, Jhon dan Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris-Indonesia,
(Jakarta:PT. Gramedia, 2003)
Morissan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, (Jakarta: Prenada Media Group, 2008)
Muchtarom, Zaini, Dasar-dasar Manajemen Dakwah, (Yogyakarta: Al-
AminPress, 1996)
Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta, Kencana, 2005)
Muhammad bin Ismail As-shon’ani, Imam, Subulus Salam.
Nawawi, Imam, Hadits Arba’in, Hadits ke-11
Omar, Toha Yahya, Islam dan Dakwah, (Jakarta: PT. Al-Mawardi Prima, 2004)
Rakhmat, Jalaludin, Psikologi komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakaya, 2004)
Rubiyanah dan Ade Masturi, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: Lembaga
Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Rukmananda, Naratama, Menjadi Sutradara Televisi, (Jakarta: Grasindo, 2004)
Sabri, Alisuf, Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu jaya,
2006)
Shaleh, Abd. Rosyad, Manajemen Dakwah Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997)
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, (Jakarta:LP3S,
1995)
Soehartono, Irawan, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Rema Rosda karya,
2004)
Sosiawan, Edwi Arief, Hand out Dasar-Dasar Broadcasting
Subandi, Ahmad, Psikologi Sosial, (Jakarta: Bulan Bintang, 1982)
Sujanto, Agus, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004)
Sutisno, P. C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi dan Radio,
(Jakarta: PT. Grasindo, 1993)
91
Syukir, Asmuni, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas,
1983)
Vivian, Jhon, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008)
Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: UGM, 1996)
NomorLampiranPerihal
Jakarta, I I Februari 2013
Kepada Yang Terhormat:Ketua Dewan Pertimbangan SkripsiUiN Syarif Hidayatullah JakartaDiTempat
As s al amu' alaikum Warrahmatull ahi Wab aryakatuhSalam sejahtera saya sampaikan, semoga Bapak/Ibu dalam lindungan Allah SWT, selta
selalu sukses dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Selanjutnya saya yang bertanda tangandi bawah ini:
NamaNIMSemesterFakultas/ Jurusan
Bermaksud mengajukan judul skripsi dengan judul, Respon Mahasiswa KomunikasiPenyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA Terhadap Program AcaraHikayat Di Stasiun Televisi Indosiar. Proposal skripsi ini selanjutnya diharapkan dapatdilanjutkan sebagai syarat untuk mendapatkan gelar S.Kom.I dalam jenjang Strata I di UINSyarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya lampirkan :
l. Outline2. Proposal Skripsi3. Daftar Pustaka Sementara
Demikian permohonan ini saya sampaikan, atas segala perhatian BapaVlbu sayaucapkan terimakasih.[4/as s al amu' alaikum Waryahmatullahi Wab arrakatuh
Mengetahui,
: Istimewa: I Berkas: Pengajuan Judul Skripsi
Ulfa Nurul Fadhillah10905100001 IVII (tujuh)Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi/KPl
Dr. Armawati Arbi. M.SiNIP. lgGFo2O? l%loa: ooz
Penasehat Akademik Pemohon
Ulfa Nurul FadhillahNIM.1 09051 00001 1
R.ESPON MAHASISWA KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA TERIIADAP TAYANGAN KHAZANAH DI TRANS 7
Diajukan Untuk Pengajuan Proposal Skripsi
Un;ver$ila$ l*lam l*efari$YAX Hil&YATIJLLAI{ .IA,I{AfiTA
ULFA NURUL FADHILLAH
1 0905 1 0000 1 I
KPI VII A
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
,tt'\'.' Nh
*,r^/d{"d \.-
W Kffiw$ffi @
2013
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKTA/AH DAN ILMU KOMUNIKASITelepon/Fax : (071) 7 432728 / 7 4703580
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputatl54l2lndonesia Website: m.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail: [email protected]
Nomor : Un.01/F5/KM.01 .31 )?(04 12013
Lamp :1(satu)bundelHal : Bimbingan SkriPsi
Jakarta, q Maret 2013
Kepada Yth.Umi Musyarofah' M.AgDosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
A s s al amu' al aikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan sebuah out line skripsi yang diajukan oleh mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarla sebagai
berikut,
UlfaNurul FadhillahI 0905 1 00001 1
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPD / VIIIRespon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullaah Jakarta Terhadap Tayangan Khazanah di
Trans 7.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam
penyusunan dan penyelesaian skripsinya pada waktu yang tidak terlalu lama'
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih'
ll'as s alamu' alaikum Wr. lItb.
Tembusan:l. Dekan2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran islam (KPD
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
NamaNIMJurusan/SemesterJudul Skripsi
ekan Bidang Akadernik
idin Saputra, MAt3 199603 1 001
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH IAKARTA
FAI(ULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No.95 Ciputatl54-l,2lndonesiaTelepon/Fax : (021) 7432728 / 74703580
Website : ww.fdkuinjakarta.ac.id, E-mail : [email protected]
Nomor : Un.01/F5/KM.01 3l t0 ?fi nOtZLamp : -Hal : Penelitian/Wawancara
Iakartaj Mei 2013
Kepada Yth.Produser Program Acara FlikayatIndosiardi Tempat
Assalamu' alaikum Wr. W.
Dengan hormat bersama ini kami sampaikan bahwa mahasiswa Fakultas IlmuDakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta di bawah ini :
NamaNomor PokokJurusanL/Semester
: Ulfa Nurul Fadhillah: 10905100001 1
: Kornunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) / VIII
bermaksud melaksanakan penelitian/wawancara untuk bahan penulisan skripsi yangberjudul Respon Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam terhadap Program AcaraHikayat di Indosiar.
Sehubungan dengan itu, kami memohon kepada Bapak/Ibu/Sdr. kiranya berkenanmenerima mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan penelitian iwawancara dimaksud.
Demikian, atas perhatian dan perkenannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr. lVb.
Tembusan:1. Pembantu Dekan Bidang Akademik2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI)Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
IND@SIAR
NamaIabatan
NamaNIMJurusan
P. $l
: Ulfa Nurul Fadhillah:109051000011: Komunikasi dan Penyiaran Islam
NATIONAL TELEVISION BROADCASTING STATION
SURAT KETERANGANNo. 0 73 /IVM-PR/IXI 20 13
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
PT. INDOSIAR VISUAL MANDIRI
: Gufroni Sakaril: Head of Public Relations
Deparlemen : Public Relations
menyatakan bahwa mahasiswayang bernama :
Perguruan Tinggi : IJIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Telah melakukan penelitian di kantor PT Indosiar Visual Mandiri periodetanggal 24Mei2013 dengan judul :
"Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam terhadap ProgramAcara Hikayat di Indosiar. "
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 20 September 2013
Hormat Kami,
n{ral}tnl
Gufroni Sakaril
aa00aoaooJl. Damai No. 11 Daan Mogot, Jakarta 11510 - INDONESIATelp. : (62-21) 567-2222,568-8888, 565.5670 Fax: (62-21 ) 565-5675, 565.5659
Ehttp://www. indosiar.com
ANGKET PENELITIAN SKRIPSI
Respon Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah
JAKARTA Terhadap Program Dakwah Hikayat di Indosiar
1. Data Peneliti
Nama : Ulfa Nurul Fadhillah
NIM : 109051000011
Fakultas : Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan/Semester : Komunikasi Penyiaran Islam/VIII
Universitas : UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA
Program : S1
A. PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN
1. Angket ini dibuat tanpa tujuan apapun kecuali untuk kegiatan penelitian
skripsi sebagai tugas akhir perkuliahan dalam rangka menperoleh gelar
sarjana (S1).
2. Angket ini berisi tentang pertanyaan yang memiliki beberapa pilihan
jawaban, sebelum anda mengisi, pahami terlebih dahulu pertanyaan dengan
baik dan benar.
3. Berilah tanda silang (X) pada kolom yang tersedia.
4. Isilah kolom identitas dengan lengkap.
5. Keseriusan dan kejujuran anda dalam menjawab pertanyaan, akan membantu
peneliti mendapatkan data yang valid dan merupakan bnatuan yang tak
ternilai harganya bagi peneliti.
6. Kategori responden adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam yang
menyaksikan program dakwah Hikayat yang ditayangkan di Indosiar.
Keterangan:
a. Untuk Pernyataan Positif:
STS : Sangat Tidak Setuju (1 Point)
TS : Tidak Setuju (2 Point)
N : Netral (3 Point)
S : Setuju (4 Point)
SS : Sangat Setuju (5 Point)
b. Untuk Pernyataan Negatif:
STS : Sangat Tidak Setuju (5 Point)
TS : Tidak Setuju (4 Point)
N :Netral (3 Point)
S :Setuju (2 Point)
SS :Sangat Setuju (1 Point)
2. DATA RESPONDEN
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Umur :
Alamat Rumah :
Pendidikan Terakhir :
B. PERTANYAAN
1. Seberapa sering anda menyaksikan program acara Hikayat di Indosiar?
a. Sangat Sering (3x dalam seminggu)
b. Sering (2x dalam seminggu)
c. Kadang-kadang (tidak lebih dari 2x dalam seminggu)
d. Tidak Pernah
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi anda menonton program Hikayat?
a. Narasumber yang berkualitas
b. Materinya praktis dan menarik
c. Pembawa acaranya lucu
d. Kebutuhan rohani
Tabel 1: Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek
Kognitif/Pengetahuan) setelah menyaksikan program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
1. Programacara Hikayat adalah Program
Religi.
2. Programacara Hikayat pada episode
Kisah Orang Ragu-Ragu ini membuat
saya mengerti tentang hakekat keraguan,
karena segala sesuatu yang meragukan
itu datangnya dari syaitan.
3. Program acara Hikayat pada Episode
Kisah Orang Ragu-Ragu ini adalah
tayangan yang layak ditonton oleh
semua umur.
4. Wawasan keagamaan saya bertambah
setelah menonton programacara
Hikayat.
Tabel 2: Tanggapan penonton dari segi efek media massa (efek Afektif/Perasaan)
setelah menyaksikan program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
5. Saya merasa senang pada saat menonton
program acara Hikayat Episode Kisah
Orang Ragu-Ragu ini.
6. Saya menyukai materi yang diberikan
dalam program acara Hikayat.
7. Saya menyukai cara penyampaian
narasumber dalam program acara
Hikayat.
8. Saya senang melihat pembawa acara
Hikayat.
9. Pada saat menonton Hikayat saya
tertawa.
10. Setelah menonton acara Hikayat saya
merasa harus meninggalkan sifat
keragu-raguan.
11. Setelah menonton acara Hikayat saya
merasa cenderung akan menjalani
kehidupan yang optimis dan yakin.
Tabel 3: Tanggapan penonton tentang waktu program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
12. Penempatan waktu program sudah tepat.
13. Sebaiknya ada perubahan waktu untuk
penayangan program.
14. Batas waktu siar program hingga
terbitnya fajar sudah baik. (pukul 05.00
– 06.00 WIB).
Tabel 4: Tanggapan penonton tentang materi program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
15. Materi yang diberikan sesuai dengan
keinginan penonton.
16. Materi yang diberikan berkenaan dengan
kehidupan sehari-hari.
17. Materi yang diberikan sudah jelas
sumber bukunya atau kitabnya.
18. Materi yang diberikan mudah
dimengerti, singkat, padat dan jelas.
Tabel 5: Tanggapan penonton tentang metode ceramah yang digunakan
narasumber/Da’i dalam program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
19. Penyampaian materi dengan gaya dan
vocal yang lantang, luwes, tegas, tidak
kaku dan tenang.
20. Penyampaian materi bersifat interaktif
atau saling berkomunikasi.
21. Terdapat unsur humor dalam
penyampaiannya.
Tabel 6: Tanggapan penonton terhadap personality narasumber/Da’i dan
pembawa acara dalam program dakwah Hikayat.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
22. Menyukai narasumber/Da’i karena nama
besarnya.
23. Menyukai penceramah karena gaya
bahasanya yang menarik, rangkaian
tutur kata yang tersusun rapih dan
mudah dimengerti.
24. Menyukai penceramah karena gaya
penyampaiannya yang lemah lembut,
tidak kaku, luwes dan lantang.
25. Penceramah terlihat konsisiten atau
berpegang teguh pada materi yang
diberikan dalam kesehariannya di
masyarakat.
26. Penceramah terlihat membosankan dan
menjenuhkan.
27. Pembawa acaranya menarik, unik dan
lucu.
28. Terdapat unsur humor dalam
membawakan acara.
29. Pembawa acaranya membosankan dan
membuat ngantuk.
Tabel 7: Tanggapan penonton terhadap program dakwah Hikayat dari segi
dakwah.
No. Pertanyaan S SS N TS STS
30. Tertarik untuk melakukan perubahan
yang positif.
31. Akan menjalankan sesuatu sesuai
dengan materi yang pernah ditonton.
32. Berusaha untuk selalu menonton
program acara Hikayat.
33. Semakin rajin melakukan hal-hal yang
positif setelah menyaksikan program
acara Hikayat.
HASIL WAWANCARA HIKAYAT
Pewawancara : Ulfa Nurul Fadhillah
Narasumber : Danindra Nur P.
Profesi : Produser acara Hikayat
Hari/ Tanggal : Sabtu, 24 Mei 2013
Tempat : Studio 1 Indosiar
Waktu : 14.00 WIB
1. Sejak kapan program acara Hikayat ditayangkan di Indosiar?
Acara Hikayat mulai ditayangkan di Indosiar pada bulan Februari 2013,
namun untuk tahap persiapan (mulai dari kreatifnya, seperti: konsep acara,
setting panggung, dan segala macamnya) diadakan pada bulan Januari
2013 awal.
2. Apa yang ingin dicapai oleh program Hikayat ini?
Kalau ditanya apa yang ingin dicapai, mungkin saya akan mundur ke
belakang yah.. kalau dahulu, kita punya acara yang namanya „Pintu Surga‟
dan „Obat Hati‟ yang tayang duluan disamping acara „Mamah dan AA‟.
Seperti yang semua kita tahu, saat ini acara „Mamah dan AA‟ sudah tidak
lagi tayang di Indosiar tetapi disiarkan di Televisi lain. Sebenarnya kita
saat ini hanya menayangkan ulangan-ulangan acara „Mamah dan Aa‟
tersebut, kita mencoba untuk mengurangi porsi ini dan dari pikiran
masyarakat. Maka dari itu, kita mencoba untuk membuat sebuah program
baru religi yang agak sedikit berbeda dari program lain. Artinya berbeda,
program ini tidak hanya sekedar tausiah saja, tetapi juga menceritakan
kisah-kisah yang terjadi pada jaman Rasulullah atau bahkan kisah
inspirasi-inspirasi yang bagus untuk kita tadaburkan.
Dan kebetulan kita mendapatkan masukan dari Bapak Ustadz Subki Al-
Bughury, yang saat itu datang ke Indosiar bersama H. Komeng dengan
mengajukan proposal, „ini ada program acara religi yang saya susun
seperti ini, format seperti ini. menurut Indosiar bagaimana?‟ kata ustadz
Subki. Akhirnya, setelah kita meeting.. oh, pihak Ustadz maunya seperti
ini dan pihak Indosiar maunya seperti itu. Ya semua kita kolaborasikan,
dan akhirnya jadilah program acara Hikayat seperti sekarang ini. program
ini kita namakan hikayat.
Ya, jadi Hikayat adalah sebuah program religi yang dikemas tidak secara
serius secara materi, namun tetap tidak mengurangi inti dari setiap tausiah
yang disampaikan. Dengan adanya acara hikyat ini, kita harapkan
masyarakat dapat mengetahui sejarah atau kisah-kisah dari jaman
terdahulu yang diharapkan juga untuk mengambil hikmah dari hikayat-
hikayat tersebut.
3. Mengapa acara ini diberi nama “Hikayat”?
Hikayat artinya adalah cerita atau kisah. Hikayat ini membahas kisah-
kisah terdahulu yang berasal dari jaman Rasulullah, para sahabat Rasul,
dan para nabi lainnya atau bahkan dari kisah-kisah yang sangat inspirasi,
kemudian kita angkat menjadi sebuah tema untuk kita ceritakan.
Kalau menurut Ustadz Subki sendiri, program kita ini adalah program
yang berbeda dengan program religi lainnya yang hanya membahas Fiqh,
Aqidah, dan lainnya. Dengan penyampaian H. Komeng yang humor dan
lucu, namun dari apa yang diceritakan itu ada hikmah atau ada pesan yang
disampaikan. Pesannya itu sudah bisa meliputi Aqidah, Fiqh, dan
sebagainya.
4. Apakah ada slogan untuk program ini?
Slogan atau tagline hikayat adalah “Hikayat membawa manfaat......” (dari
host), dan jama‟ah menjawab “Alhamdulillah!”
5. Bagaimana format program ini?
Formatnya adalah talkshow interaktif di studio, tetapi tidak disiarkan
secara langsung. Pada segmen pertama adalah gimik, dimana seorang
H.Komeng sebagai pembawa acara memberikan sensasi humor yang
berkaitan dengan tema materi yang akan disampaikan oleh ustadz Subki.
Contohnya, Komeng melakukan chit-chat dengan ustadz, „kenapa kamu
melakukan ini? kenapa kamu melakukan itu?‟ dan ternyata kejadian
tersebut juga pernah dilakukan pada saat jaman Nabi. Maka dari itu, kita
semua diharapkan dapat mengambil inti dari cerita tersebut untuk
pelajaran hidup.
Kemudian di segmen dua, ustadz Subki menyambung kembali sebuah
hikayat atau cerita yang dipadu padankan dengan teori serta dalil Al-
Qur‟an dan Sunnah. Tidak sampai disitu, Komeng kembali menimpali
perkataan-perkataan ustadz dengan humor-humornya. Dengan kata lain,
pada segmen ini ustadz Subki memberikan tausiah yang disampaikan
dengan lebih jenaka.
Pada segemen tiga adalah hikmah yang disampaikan dari cerita-cerita yang
telah disampaikan oleh ustadz Subki dan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh jamaah ibu-ibu yang hadir di studio.
Segmen terakhir adalah lanjutan dari pertanyaan ibu-ibu dan pertanyaan
juga dari twitter. Lalu ustadz subki melakukan kesimpulan dengan
penekanan agar penonton bisa lebih jelas mengambil hikmahnya. Setelah
kesimpulan, lalu penutup/closing dengan pembacaan shalawat.
6. Mengapa harus taping dalam produksi acara Hikayat ini?
Ya, kalau kita bicara budget memang mencolok sekali yah harganya antara
taping dengan live. Sebenarnya kita juga ada keinginan untuk tampil
secara live, tapi itu adalah baru kemungkinan, masih jangka panjang.
Dan masalah yang kedua adalah waktu. Antara ustadz Subki dan Komeng,
mereka adalah orang-orang yang sibuk. Saya agak kesulitan untuk
menjadwalkan acara shooting mereka, tetapi hasil kesepakatan adalah
shooting diadakan setiap hari Sabtu.
7. Mengapa acara ini diatayangkan pada pukul 05.00-06.00 WIB?
Untuk masalah waktu penayangan sebenarnya bukan dari kita (pihak
produksi), melainkan dari yang punya perusahaan ini (Programming
Indosiar). Jadi, kita hanya menjalankan perintah untuk produksi acara.
Tetapi, kalau boleh saya jawab.. alasan kami menyiarkan acara Hikayat
pukul 05:00 – 06:00 WIB karena pagi hari merupakan inspirasi untuk
memulai hidup. Banyak kegiatan yang dimulai pada pagi hari, sebab pada
pagi hari Allah SWT menebarkan rahmat di seluruh alam. Mulai dari
menebarkan rezeki, ilmu pengetahuan, dan segala kebutuhan makhluk di
bumi. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk bangun pagi, ketika fajar
menyingsing untuk menyongsong berbagai kemudahan pula yang
dijanjikan Allah SWT.
Dan biasanya di pagi hari kita bisa mendapat hikmah dari banyak hal,
salah satunya melalui TV yang menyiarkan kuliah subuh dengan berbagai
macam versi. Salah satunya adalah acara Hikayat yang ditayangkan di
Indosiar setiap hari Rabu, Kamis, dan Juma‟at.
8. Apakah perlu waktu tambahan dan perubahan jam tayang?
Kalau untuk perubahan jam tayang menjadi setiap hari, itu belum ada
pembicaraan ke kami. Tapi kalau untuk perubahan jam siar itu ada, seperti
yang tadinya Hikayat tayang pukul 05.00 – 06.00 WIB, kami rubah
menjadi 04.30 – 05.30 WIB.
9. Mengapa ustadz Subki Al-Bughury yang dipilih menjadi narasumber
utamanya dan H. Komeng dipilih sebagai pembawa acaranya?
Yang pertama, berawal dari sejarah lahirnya program acara Hikayat
sendiri. Bahwasanya, acara Hikayat ini berasal dari ide ustadz Subki dan
H. Komeng untuk mengisi waktu luang selepas peninggalan acara Mamah
dan Aa.
Yang kedua, mungkin jika kita teliti lagi.. ustdaz yang memiliki basic atau
konsentrasi dengan sejarah Islam dan kisah-kisah itu ustadz Subki. Seperti
halnya usatdz YM dengan sedekahnya, dll. Hal itu dapat dibuktikan dari
sederet acara yang pernah beliau isi di stasiun-stasiun tv lainnya.
Yang ketiga, dahulu kita juga pernah kerja sama dengan ustadz Subki.
Yaitu kita bekerjasama dengan menyukseskan acara „Belajar dari Kisah‟
dengan ustadz Subki. Jadi, Hikayat ini adalah lanjutan atau sambungan
dari program acara terdahulu.
Lalu, kenapa H. Komeng? Karena pada dasarnya ustadz Subki dan H.
Komeng memang sudah sahabat. Jadi, dahulu itu ustadz Subki telah
memenangkan ajang komedi di stasiun TV bersama H. Komeng. Dan
akhirnya Ustadz Subki lebih memilih jalan dakwah dengan humornya,
maka dari itu mereka berkolaborasi di acara dakwah Hikayat ini.
10. Apakah materi-materi yang diberikan dipersiapkan oleh tim produksi
(Indosiar) atau oleh narasumber?
Untuk materi yang menyiapkan seluruhnya adalah dari pihak Ustadz
Subki, tapi tidak kami lepas begitu saja.. kami dari pihak produksi juga
memberikan masukan tema ke pak ustadz. Seperti misalnya, „pak ustdaz,
jangan lupa menyiapkan materi tentang isra‟ mi‟raj yaa..‟. dan kami tetap
diskusi melalui email, twitter dan lain-lain.
Jadi, bisa dibilang 80% materi itu disiapkan oleh Ustadz Subki, dan kami
hanya memberi masukan hanya 20%.
11. Siapa target audensi program ini? (ditunjukkan untuk siapa?)
Untuk sasaran target audiensi semua golongan ya.. semua umur dan semua
lapisan masyarakat. Untuk audience di studio, memang kebanyakan
perempuan atau ibu-ibu. Tapi penggemarnya laki-laki juga ada, ini bisa
kita lihat dari jumlah followers di Twiter @HikayatID.
12. Menurut anda, apakah acara Hikayat ini sudah mencapai target yang
diinginkan atau belum?
Ada target yang memang sudah tercapai, tetapi ada juga yang belum
tercapai. Kalau yang sudah tercapai itu banyaknya ibu-ibu majelis taklim
yang mengirim email ke Hikayat untuk menjadi audiens di studio
langsung, serta banyaknya follower dan interaksi di akun twitter kami.
Target kami selanjutnya adalah bagaimana kita mencoba untuk tetap
mensosialisasikan acara kami ini ke masyarakat, jangan sampai ratting
kami anjlok lagi. Dan acara Hikayat ini tetap diminati masyarakat serta
masyarakat mau mengaplikasikan intisari dari acara Hikayat ini di
kehidupan sehari-hari.
13. Setiap program acara televisi memiliki rating, bagaimana dengan
rating acara Hikayat ini?
Alhamdulillah, untuk ukuran acara religi yang terbilang cukup baru ini
memiliki ratting yang cukup bagus. Hal ini terbukti dari perjalanan
Hikayat yang baru berumur 4 bulan, namun sudah mencapai share-nya
11,3% dan ratting ke 3. Ratting 3 itu untuk kategori acara religi pada
waktu subuh itu sudah sangat baik dengan share sekitar 11,3 ini.
14. Bagaimana usaha yang dilakukan agar acara Hikayat ini tetap eksis
dilayar kaca Indosiar dan disenangi oleh penontonnya?
Ya, kami selalu berusaha untuk bekerjasama antara tim produksi, IT web
Indosiar, hingga ke ustadz subkinya langsung untuk mempromosikan
acara kami di jejaring media sosial masing-masing. Kedua, kami akan
selalu tetap memperbaiki segala kekurangan kami agar Hikayat benar-
benar masuk di hati masyarakat.
15. Menurut anda, apa kelebihan atau keistimewaan program Hikayat
dibandingkan dengan program dakwah lainnya?
Kelebihan atau keistimewaan Hikayat dengan program dakwah yang lain,
pertama acara Hikayat ini sifatnya Talkshow yaa.. dan kita ingin acara ini
eklusif. Artinya, ada usaha dari tim produksi yang diperjuangkan dalam
membuat karya. Kalau acara religi yang hanya kita ambil dari potongan
video-video dari youtube, kesannya itu mudah sekali. Jadi yang
membedakan pertama kali adalah look/penampilan, tema dan format.
Kedua, kalau program dakwah lain hanya membahas yang meliputi
aqidah, akhlak dan keimanan saja. Namun, Hikayat membahas kisah-kisah
inspiratif agar masyarakat dapat memetik hikmah dari setiap yang
dikisahkan, hikmahnya sudah meliputi aqidah, akhlak dan keimanan.
16. Dalam prosesnya, baik pra produksi, produksi maupun pasca
produksi. Apakah anda menemukan kendala atau hambatan yang
berarti dalam program ini?
Ya, kadang-kadang ada, seperti pembatalan jadwal shooting Hikayat yang
biasa dilakukan pada hari Sabtu. Dikarenakan kita memiliki narasumber
dan presenter yang memiliki jadwal yang sangat padat, maka sering kali
kita merubah jadwal shooting pada hari Senin atau kapanpun ustadz dan
komeng bisa. Namun, hal itu tidak begitu berarti. Karena baik pada proses
pra produksi maupun saat produksi kami selalu berusaha untuk bekerja
sama dengan baik. Hal ini saya syukuri, karena semua tim kami memiliki
basic yang bagus juga di bidang agama. Sehingga, kami dapat
berpartisipasi memberikan masukan untuk proses produksi agar lebih baik.
17. Apa faktor pendukung yang mendorong kesuksesan dalam program
ini?
Kalo dari internal, ya seperti yang sudah saya kemukakan tadi. Bahwa
kami memiliki tim yang sangat solid dan memiliki basic yang bagus di
bidang agama. Terutama dari pihak pak ustadz Subki dan Komeng yang
selalu komunikatif.
18. Apa saran atau pesan anda untuk kemajuan/ perkembangan program
ini?
Ingin sekali memiliki jadwal tayang setiap hari. Memiliki acara religi pada
pagi hari itu sangat senang sekali, karena kita dapat memberikan ilmu
pengetahuan agama kepada masyarakat Muslim. Namun, itu semua
tergantung kebijakan dari atasan.
Produser Hikayat
Bpk. Danindra Nur. P
LAMPIRAN FOTO
Ustadz Subki Al-Bughury dan H. Komeng saat menyampaikan materi Hikayat
Pembawa Acara Hikayat Indosiar Narasumber Hikayat Indosiar
Ibu-ibu jama’ah Majelis Taklim yang nonton secara live di studio 1 Indosiar
Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar
Ustadz Subki dan H. Komeng sedang menyampaikan materi Hikayat kepada pemirsa Indosiar
Ustadz Subki Al-Bughury saat sedang menjawab pertanyaan dari penonton Hikayat
Responden KPI E 2012/2013 Peneliti bersama Ustadz Subki Al-Bughury
Peneliti bersama Produser Hikayat Indosiar Peneliti bersama tim kreatif Hikayat Indosiar