resiko jatuh
DESCRIPTION
jatuhTRANSCRIPT
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata,
yang melibatkan kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/
terduduk dilantai /tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka (Roeben, 1996).
Keamanan adalah kebutuhan dasar manusia prioritas kedua
berdasarkan kebutuhan fisiologis dalam hirarki Maslow yang harus terpenuhi
selama hidupnya, sebab dengan terpenuhinya rasa aman setiap individu dapat
berkarya dengan optimal dalam hidupnya.
Keamanan fisik (Biologic safety) merupakan keadaan fisik yang aman
terbebas dari ancaman kecelakaan dan cedera (injury) baik secara mekanis,
thermis, elektris maupun bakteriologis.
B. Etiologi
Menurut Darmojo (2004), penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan
gabungan berberapa faktor, antara lain:
1. Kecelakaan merupakan penyebab jatuh yang utama (30-50% kasus jatuh
pada lansia).
a. Murni kecelakaan misalnya kepleset dan tersandung
b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan-kelainan
akibat proses menua misalnya karena mata kurang awas, benda-benda
yang ada dirumah tertabrak lalu jatuh.
2. Nyeri kepala dan atau vertigo
3. Hipotensi orthostatic:
a. Hipovolemia/ curah jantung rendah
b. Disfungsi otonom
c. Penurunan kembalinya darah vena ke jantung
d. Terlalu lama berbaring
e. Pengaruh obat-obatan hipotensi
f. Hipotensi sesudah makan
4. Obat-obatan
a. Diuretik/ antihipertensi
b. Antidepresan trisiklik
c. Sedatifa
d. Antipsikotik
e. Obat-obat hipoglikemik
f. Alkohol
5. Penyakit yang spesifik
Penyakit-penyakit akut seperti:
a. Kardiovaskuler: aritmis, stenosis aorta, sinkope sinus karotis
b. Neurologi: Stroke, serangan kejang, parkinson, kompresi syaraf spinsl
karena spondilosis, penyakit serebelum.
6. Idiopatik : tak jelas sebabnya
7. Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
a. Drop attack (serangan roboh)
b. Penurunan darah keotak secra tiba-tiba
c. Terbakar matahari
Faktor-faktor lingkungan yang sering dihubungkan dengan kecelakaan pada
lansia:
1. Alat-alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil,
atau tergelak dibawah
2. Tempat tidur atau WC yang rendah atau jongkok
3. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang
a. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
b. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal, dan benda-
benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
c. Penerangan yang tidak baik
d. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara
penggunaanya
Faktor-faktor situasional yang mungkin mempresentasi jatuh antara lain:
(Reuben, 1996).
1. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa
terjadi berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit
sekali (5%), jatuh pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti
mendaki gunung atau olahraga. Jatuh juga sering terjadi pada lansia
dengan banyak kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan karena
kelelahan atau terpapar bahaya yang lebih banyak. Jatuh juga sering
terjadi pada lansia yang imobil (jarang bergerak) ketika tiba-tiba dia ingin
pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa pertolongan.
2. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi dirumah, 10% terjadi ditangga,
dengan kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak saat naik, yang
lainya terjadi karena tersandung, menabrak benda, lantai yang licin atau
trak rata, penrangan yang kurang.
3. Penyakit akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut
penyakit kronik yang diderita lansia juga menyebabkan jatuh, misalnya
sesak nafas, nyeri dada tiba-tiba pada penderita penyakit jantung iskemik
dan lain-lain.
C. Patofisiologi
Secara singkat faktor resiko jatuh pada lansia dibagi dalam dua golongan
besar, yaitu: (Kane dal;am Darmojo, 1994).
1. Faktor intrinsik (faktor dari dalam)
2. Faktor ekstrinsik (faktor dari luar
D. Manifestasi klisnis
Jatuh dapat mengakibatkan berbagai jenis cedera dan kerusakan fisik dan
psikologis. Konsekuensi yang paling ditakuti dari kejadian jatuh adalah patah
tulang panggul. Jenis fraktur lain yang sering terjadi akibat jatuh adalah
fraktur pergelangan tangan, lengan atas, dan pelvis.
Konsekuensi lain dari jatuh termasuk kerusakan jaringan lunak dan akibat
terbaring lama, yaitu terbaring di permukaan tanah selama sedikitnya 5 menit
setelah jatuh.
Manifestasi psikososial dari jatuh dapat memeliki banyak dampak sama
halnya seperti dampat akibat cidera fisik, tidak lebih berat. Walaupun cidera
fisik tidak terjadi, syok setelah jatuh dan rasa takut akan jatuh lagi dapat
memiliki banyak konsekuensi, termasuk ansietas, hilangnya rasa percaya diri,
menarik diri dari kegiatan sosial, pembatasan dalam aktivitas sehari-hari,
sindroma setelah jatuh (”menggenggam dan mencengkeram”), ”falafobia”
(fobia jatuh), hilangnya kemandirian pengendalian, depresi, perasaan rentan
dan rapuh, perhatian tentang kematian dan keadaan menjelang ajal, menjadi
beban keluarga dan teman-teman atau memerlukan instistusionalisasi
(Stanley, 2006).
E. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi-komplikasi seperti:
1. Perlukaan (injury)
a. Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau
tertariknya jaringan otot, robeknya arteri/vena
b. Patah tulang atau fraktur:
1) Pelvis
2) Femur (terutama kollum)
3) Humerus
4) Lengan bawah tungkai bawah
5) Kista
c. Hematom subdural
2. Perawatan Rumah Sakit
a. Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi)
b. Resiko penyakit-penyakit iatrogenik
3. Disabilitas
a. Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan
perlukaan fisik
b. Penurunan akibat mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri,
dan pembatasan gerak
4. Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan (nursing home)
5. Mati
F. Penatalaksanaan
Jatuh dapat juga disebabkan oleh faktor intrinsik ( internal ).Faktor internal
adalah variabel yang menentukan mengapa seseorang dapat jatuh pada waktu
tertentu dan orang lain dalam kondisi yang sama mungkin tidak jatuh.adapun
pencegahan jatuh yaitu :
1. pencegahan primer
Pencegahan primer meminimalkan resiko jatuh dan mencegah jatuh.
Intervensi untuk pencegahan primer termasuk pengkajian fisik dan
psikososial yang seksama, peninjuan ulang tentang penggunaan obat-
obatan, pengkajian dan lingkungan, dan perbaikan penatalaksanaan
masalah-masalh potensial.
2. pencegahan sekunder
Mencegah lansia mengalami kejadian jatuh lagi.tetapi suatu kejadian
jatuh mungkin tidak dianggap penting pada lansia kecuali jika hal
tersebut menyebabkan cedera.
3. pencegahan tersier
Tersier penting dalam mengembalikan lansia setelah jatuh.tingkat
pencegahan inin ditujukan pada lansia yang mengalami cedera serius
karena jatuh, yang mengalami gangguan psikologis serius, karena merasa
takut jatuh atau mengalami jatuh yang berulang-ulang.
G. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah:
Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat) dan penurunan kelemahan otot (paralisis).
H. Perencanaan
Secara umum rencana asuhan keperawatan harus mencakup dua aspek yaitu:
Pendidikan kesehatan tentang tindakan pencegahan dan memodifikasi
lingkungan agar lebih aman.
Diagnosa: Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori
(tidak mampu melihat) dan penurunan kelemahan otot (paralisis).
Tujuan: Klien memperlihatkan upaya menghindari cedera (jatuh) atau cidera
(jatuh) tidak terjadi
Kriteria hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan berupa modifikasi
lingkungan dan pendidikan kesehatan diharapkan Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya lingkungan yang dapat meningkatkan
kemungkinan cidera
2. Mengidentifikasi tindakan preventif atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan penggunaan cara yang tepat dalam melindungi diri dari cidera.
Intervensi:
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar lebih aman (memasang pinggiran
tempat tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama 3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang penghalang tempat tidur, menempatkan
benda berbahaya ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penatalaksanaan glaukoma dan gangguan
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk pemantauan secara berkala.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN RESIKO JATUH
DI BANGSAL “ANGGREK” PANTI WREDHA PUCANG GADING
SEMARANG
A. DATA UMUM
1. Nama panti : Pucang Gading Semarang
2. Alamat panti : Jl Pucang Gading
3. Nama pimpinan panti :
4. Pengelola :
5. Karakteristik penghuni
a. Berdasar umur : 60-85 tahun
b. Berdasarkan pendidikan : Sekolah dasar (SD)
c. Berdasarkan agama : Islam
Inisial umur Pendidikan Agama Keluhan utama
1 Ny. P 85 - Islam Mata kabur
2 Ny. S 75 SD Islam Mata kabur
3 Ny. M 73 SD Islam Pegel - pegel
4 Ny. M 75 - Islam Mata kabur
5 Ny. S 85 SD Islam Pegel - pegel
6 Ny. Y 80 - Islam Mata kabur
7 Ny. T 78 SD Islam Pegel - pegel
8 Ny. W 70 - Kristen Mata kabur
9 Ny. K 70 - Islam Pusing-pusing
10 Ny. H 73 SD Islam Mata kabur
11 Ny. K 80 - Islam Pegel -pegel
12 Ny. P 83 - Islam Gatal - gatal
13 Ny. W 69 SD Islam Mata kabur
14 Ny. S 85 SD Islam Gatal – gatal
15 Ny. S 69 - Islam Pusing
16 Ny. M 80 SD Islam Mata kabur
17 Ny. S 71 SD Islam Pegal – pegal
18 Ny. M 70 SD Islam Pegal – pegal
19 Ny. N 75 - Islam Pusing
20 Ny. K 70 - Islam Mata kabur
21 Ny. P 73 SD Kristen Batuk
22 Ny. R 78 - Islam Mata kabur
23 Ny. J 70 - Islam Pegel – pegel
24 Ny. A 72 SD Kristen Mata kabur
25 Ny. S 80 - Islam Pegal – pegal
26 Ny. S 80 - Islam Mata kabur
27 Ny. K 75 SD Islam Mata kabur
B. DATA KHUSUS
1. Biologis
a. Keadaan kesehatan : 10 keluhan 6 bulan terakhir
Keadaan kesehatan klien dalam 6 terakhir :
1) Klien sering pusing - pusing
2) Klien merasa linu - linu dan pegal - pegal di bagian ekstrimitas atas
dan bawah.
3) Perawatan kebersihan diri kurang
4) Klien pernah mengalami mata kabur
5) Klien pernah mengalami Diare
6) Klien pernah mengalami demam
7) Klien pernah mengalami batuk - batuk
8) Klien pernah mengalami gastristis
b. Pola Makan dan Minum
Pola makan klien teratur 3x sehari, klien mengatakan makan setiap hari
habis 1 porsi dalam sehari. Dan klien tidak mengetahui menu makanan
yang sesuai dengan kondisi fisiknya sekarang, makan yang di konsumsi :
nasi, sayur, lauk – pauk ( menu tergantung dari panti ).
Untuk pola minum klien ± 2 gelas mug besar dalam sehari
( 2 mug 800 cc ).
c. Pola Tidur
Klien mengatakan pola tidur tidak ada gangguan (tidur ± 8 jam dalam
sehari).
d. Kebersihan Diri
Dalam pola kebersihan diri klien tampak tidak rapi, jarang mandi rambut
yang kotor, kuku panjang, bau pesing, pakain jarang ganti. (Ny. S, Ny. S,
Ny. Y, Ny. S ).
2. Psikologis dan Sosial
a. Kebiasaan buruk klien
Klien sering membicarakan orang lain yang biasanya tidak disukai pada
ruangan.
b. Keadaan emosi
Klien sering marah – marah bila ada yang menyinggung perasaanya.
c. Pengambilan keputusan
Klien sudah tidak dapat mengambil keputusan sendiri karena klien sudah
tergantung dengan orang lain.( petugas panti).
d. Rekreasi
Klien biasa mendengarkan radio, dan duduk di bawah pohon yang
rindang sambil mengobrol dengan teman - temannya.
e. Perilaku mencari
pelayanan kesehatan
Klien dalam mencari pelayan kesehatan biasanya dengan mengungkapkan
kondisi yang dialaminya ke petugas ruangan, sehinnga petugas dapat
membawanya ke poliklinik yang telah tersedia untuk di lakukan
pemeriksaan.
f. Ketergantungan obat
Sebagian besar selama klien dipanti mengatakan dirinya tidak pernah
mengalami penyakit yang kronis yang membutuh pengobatan yang lebih
intensif, hanya ketika sakit saja meminta obat ke petugas ruangan,
sehingga sampai sekarang klien tidak ketergantungan dengan obat.
g. Kecacatan
Sebagian besar klien tidak mengalami masalah dengan kelengkapan
tubuh.
h. Keadaan ekonomi
Dalam pemasukkan pendapatan ekonomi klien hanya menerima
pemberian uang dari pihak panti dan pemberian orang lain dari
kunjungan.
i. Kegiatan organisasi
social
Klien selama dipanti sering mengikuti kegiatan social seperti, pengkajian
atau terbangan dan senam lansia.
j. Hubungan antara anggota
kelompok
Hubungan klien selama dipanti khususnya diruangan baik dan sering
berkumpul.
k. Hubungan dengan
anggota keluarga
Sebagian besar klien selama dirawat dipanti mereka kurang diperhatikan
oleh anggota keluarganya, dan jarang sekali untuk di kunjungi oleh
anggota keluarganya.
3. Spiritual
a. Ketaatan beribadah
Sebagian besar klien yang ada dipanti selalu megikuti kegiatan
kerohanian atau ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
b. Keyakinan tentang kesehatan
Klien sebagian besar beragama islam dan mereka percaya atau menyakini
bahwa usaha dengan berdoa dan beribadah dapat membantu dalam proses
penyembuhan penyakit yang dialami.
4. Kultural
a. Adaptasi yang mempengaruhi kesehatan
Klien merupakan RAS dari suku jawa yang menyakini bahwa selama
dirawat dipanti tidak ada pantangan tertentu dalam masalah kesehatan.
b. Tabu – tabu
Klien masih ada yang mempercayai tentang kekuatan dukun (Ny. Y )
5. Keadaan lingkungan dalam
a. Penerangan
Penerangan pada ruangan cukup, dan untuk penerangan kamar mandi
kurang karena tampak gelap dan dapat menyebabkan terjadinya resiko
injuri.
b. Kebersihan dan kerapian
Kebersihan dan kerapian ruangan tampak rapi karena klien masih dapat
beraktivitas dengan sendiri tanpa bantuan orang lain, adanya tenaga
kebersihan yang setiap hari membersihkan dan merapikan ruangan.
c. Sirkulasi udara
Ventilasi yang ada disetiap ruangan sangat banyak, terawat dan bersih
karena klien dapat membersihkan sendiri dengan di bantu oleh petugas
dan praktikan.
d. Sumber air minum
Sumber air minum yang ada dipanti berasal dari air PAM.
6. Keadaan lingkungan dan halaman
a. Pemanfaatan halaman
Halaman di sekitar ruangan digunakan untuk menjemur pakaian
b. Pembuangan air limbah
Pembuangan air limbah yang ada diruangan biasanya langsung masuk
kedalam sapiteng yang telah disediakan disetiap ruangan.
c. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah yang ada di lingkungan halaman panti biasanya di
timbun dan dibakar ditempat yang disediakan.
d. Sanitasi
Sanitasi yang ada di halaman ruangan tidak dapat berfungsi dengan baik
karena terjadinya sumbatan, sehinnga menyebabkan genangan air di
selokan depan ruangan yang menimbulkan bau yang tidak sedap.
e. Sumber pencemaran
Sumber pencemaran di halaman lingkungan ruangan biasanya di
sebabkan oleh sampah dan barang - barang klien yang sering di timbun di
ruangan.dan bau selokan yang menimbulkan bau tidak sedap.
C. ANALISA DATA
No Data Problem Etiologi
1 Ds :
- Klien mengatakan kondisi
kamar mandi licin
- Klien mengatakan
penerangan kamar mandi
kurang
- Klien mengatakan sudah
tidak bisa memandang
jarak jauh (samar-samar)
- Klien mengatakan tidak
kuat berdiri lama
Do:
- Lantai kamar mandi licin
- Penerangan kamar mandi
kurang, kamar mandi gelap
- Klien terlihat gemetar saat
berjalan
Resiko tinggi cidera:
jatuh
penurunan
sensori (tidak
mampu melihat)
dan penurunan
kelemahan otot
(paralisis).
2 Ds :
Do :
3 Ds:
Do:
D. PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi cedera: jatuh berhubungan dengan penurunan sensori (tidak
mampu melihat) dan penurunan kelemahan otot (paralisis).
E. RENCANA KEPERAWATAN
tanggal No
Dx
Tujuan Intervensi
11 juni
2007
1 Tujuan umum:
Klien memperlihatkan upaya
menghindari cedera (jatuh)
atau cidera (jatuh) tidak
terjadi
Tujuan khusus:
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan berupa
modifikasi lingkungan dan
pendidikan kesehatan
diharapkan Klien mampu:
1. Mengidentifikasi bahaya
lingkungan yang dapat
meningkatkan kemungkinan
cidera
2. Mengidentifikasi tindakan
preventif atas bahaya
1. Kaji ulang adanya faktor-faktor resiko
jatuh pada klien.
2. Tulis dan laporkan adanya faktor-
faktor resiko
3. Lakukan modifikasi lingkungan agar
lebih aman (memasang pinggiran tempat
tidur, dll) sesuai hasil pengkajian bahaya
jatuh pada poin 1
4. Monitor klien secara berkala terutama
3 hari pertama kunjungan rumah
5. Ajarkan klien tentang upaya
pencegahan cidera (menggunakan
pencahayaan yang baik, memasang
penghalang tempat tidur, menempatkan
benda berbahaya ditempat yang aman)
6. Kolaborasi dengan dokter untuk
penatalaksanaan dan gangguan
11 juni
2007
11 juni
2007
tertentu,
3. Melaporkan penggunaan
cara yang tepat dalam
melindungi diri dari cidera.
penglihatannya, serta pekerja sosial untuk
pemantauan secara berkala.
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Waktu
Tgl
/jam
No. Dx Implementasi Evaluasi ( SOAP )
12 juni
2007
10.00
WIB
1. Mengidentifikasi
bahaya lingkungan
yang dapat
meningkatkan
kemungkinan cidera
2. Mengidentifikasi
tindakan preventif
atas bahaya tertentu,
3. Melaporkan
penggunaan cara
yang tepat dalam
melindungi diri dari
cidera.
S:
Kelayan mengatakan daerah area
gatal punggung, paha, dan pantat.
Kalayan mengerti penjelasan perawat
O :
tampak adanya jaringan parut ,
tampak merah, panjangnya 10 cm.
Kalayan mau minum obat
Kalayan mau minum obat
A : masalah teratasi
Terkaji keadaan gatal
P : Lanjutkan intervensi
( berikan penkes tenatng perawatan diri).
13 juni
2007
10.00
WIB
1 1. Berikan pendidikan
kesehatan tentang
pentingnya
perawatan diri
2. Mengukur TTV
S : kelayan dapat memahami tentang
pendidikan kesehatan yang diberikan
praktikan
Kelayan mengetahui tentang pentingnya
perawatan diri
3
1
1
1,2
3. Memberikan
pengetahuan tentang
perawatan gatal
4. Menganjurkan
kalayan untuk
menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
5. Menganjurkan
kalayan untuk
memberikan talk
kulit setelah mandi
atau terasa gatal
O : kelayan tersenyum
Kelayan kooperatif
Kelayan menganggukkan kepala
A : masalah teratasi
Kelayan dapat memahami pentingnya
perawatan diri
P : Lanjutkan intervensi
( melakukan perawatan diri secara teratur
dan mandiri )