resensi film freedom writers

5
RESENSI FILM FREEDOM WRITERS Anak-anak Bermasalah pun Patut Dapat Pendidikan Posted by: majalahopini on: October 20, 2008 anak-anak bermasalahpun patut mendapatkan pendidikan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan film ini (ist). FREEDOM Writers merupakan film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat dalam membangkitkan kembali semangat anak-anak didiknya untuk belajar. Dikisahkan, Erin Gruwell, seorang wanita idealis berpendidikan tinggi, datang ke Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antar geng rasial. Misi Erin sangat mulia, ingin memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak bermasalah yang bahkan guru yang lebih berpengalaman pun enggan mengajar mereka. Tapi kenyataan tidak selalu seperti yang dipikirkan Erin. Di hari pertamanya mengajar, ia baru menyadari bahwa perang antargeng yang terjadi di kota tersebut juga terbawa sampai ke dalam kelas. Di dalam kelas mereka duduk berkelompok menurut ras masing-masing. Tak ada seorang pun yang mau duduk di kelompok ras yang berbeda. Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas bisa memicu perkelahian antar ras. Erin mencoba menaklukkan murid-muridnya dengan meminta mereka menulis semacam buku harian. Di buku harian itu, mereka boleh menulis apa pun yang mereka inginkan, rasakan, dan alami. Cara ini ternyata berhasil. Buku-buku harian dari para murid-muridnya setiap hari kembali pada Erin dengan tulisan mereka tentang apa yang mereka alami dan mereka pikirkan setiap hari. Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para muridnya sadar bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya di dunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya sadar bahwa dengan pendidikan mereka akan bisa mencapai kehidupan yang lebih baik. Walaupun semua usahanya itu tidak didukung oleh rekan-rekan guru yang lain dan pihak sekolah, Erin terus maju. Bahkan, dia rela mengorbankan waktu luangnya untuk bekerja sambilan demi membeli buku- buku bacaan yang berguna bagi para muridnya. Hasilnya, semangat belajar murid-muridnya kembali muncul. Akhirnya, banyak dari murid-murid di kelas Erin Gruwell yang menjadi orang pertama dari keluarga mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Buku harian yang mereka tulis diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul ‘The Freedom Writers Diary’. Film ini tidak menjual mimpi From Zero to Hero, tapi lebih menampilkan bagaimana satu orang yang peduli pada pendidikan anak- anak yang sudah dianggap sebagai sampah masyarakat mampu merubah mereka menjadi orang yang lebih berguna. Mengingatkan kita pada film

Upload: lydia-jia

Post on 13-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Page 1: Resensi Film Freedom Writers

RESENSI FILM FREEDOM WRITERSAnak-anak Bermasalah pun Patut Dapat PendidikanPosted by: majalahopini on: October 20, 2008anak-anak bermasalahpun patut mendapatkan pendidikan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan film ini (ist).

FREEDOM Writers merupakan film yang diangkat dari kisah nyata perjuangan seorang guru di wilayah New Port Beach, Amerika Serikat dalam membangkitkan kembali semangat anak-anak didiknya untuk belajar. Dikisahkan, Erin Gruwell, seorang wanita idealis berpendidikan tinggi, datang ke Woodrow Wilson High School sebagai guru Bahasa Inggris untuk kelas khusus anak-anak korban perkelahian antar geng rasial. Misi Erin sangat mulia, ingin memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak bermasalah yang bahkan guru yang lebih berpengalaman pun enggan mengajar mereka.Tapi kenyataan tidak selalu seperti yang dipikirkan Erin. Di hari pertamanya mengajar, ia baru menyadari bahwa perang antargeng yang terjadi di kota tersebut juga terbawa sampai ke dalam kelas. Di dalam kelas mereka duduk berkelompok menurut ras masing-masing. Tak ada seorang pun yang mau duduk di kelompok ras yang berbeda. Kesalahpahaman kecil yang terjadi di dalam kelas bisa memicu perkelahian antar ras.

Erin mencoba menaklukkan murid-muridnya dengan meminta mereka menulis semacam buku harian. Di buku harian itu, mereka boleh menulis apa pun yang mereka inginkan, rasakan, dan alami. Cara ini ternyata berhasil. Buku-buku harian dari para murid-muridnya setiap hari kembali pada Erin dengan tulisan mereka tentang apa yang mereka alami dan mereka pikirkan setiap hari.

Dari buku-buku harian itu, Erin paham bahwa dia harus membuat para muridnya sadar bahwa perang antargeng yang mereka alami bukanlah segalanya di dunia. Melalui cara mengajarnya yang unik, dia berusaha membuat para muridnya sadar bahwa dengan pendidikan mereka akan bisa mencapai kehidupan yang lebih baik.

Walaupun semua usahanya itu tidak didukung oleh rekan-rekan guru yang lain dan pihak sekolah, Erin terus maju. Bahkan, dia rela mengorbankan waktu luangnya untuk bekerja sambilan demi membeli buku-buku bacaan yang berguna bagi para muridnya.

Hasilnya, semangat belajar murid-muridnya kembali muncul. Akhirnya, banyak dari murid-murid di kelas Erin Gruwell yang menjadi orang pertama dari keluarga mereka yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Buku harian yang mereka tulis diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul ‘The Freedom Writers Diary’.

Film ini tidak menjual mimpi From Zero to Hero, tapi lebih menampilkan bagaimana satu orang yang peduli pada pendidikan anak-anak yang sudah dianggap sebagai sampah masyarakat mampu merubah mereka menjadi orang yang lebih berguna. Mengingatkan kita pada film berjudul ‘Dead Poet Society’ yang juga bertema sama dan pernah dibuat pada akhir tahun 80-an dengan Robin William sebagai bintang utama. Buku-buku yang digunakan Erin Gruwell untuk mendidik murid-muridnya di film ini semuanya adalah buku yang benar-benar ada. Termasuk buku ’Diary of Anne Frank’ yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan sudah dijual di pasaran.

Freedom Writers memiliki alur cerita yang mudah dipahami dan juga dialog yang gampang dimengerti. Permasalahan-permasalah remaja yang ditampilkan di film ini juga cukup dekat dengan permasalah remaja pada umumnya, tentang pencarian jati diri dan pelanggaran-pelanggaran peraturan untuk mengukuh-kan eksistensi diri. Semua itu dibungkus dalam pemasalahan perang antargeng.

Page 2: Resensi Film Freedom Writers

Fakta menarik dari film ini salah satunya ada pada adegan saat murid-murid Erin bertemu dengan orang-orang korban Holocaust. Yang berperan menjadi korban Holocaust adalah benar-benar korban Holocaust sendiri. Sutradara Richard Lagravenese tak perlu susah payah meng-arahkan aktor dan aktris pemeran murid-murid Erin untuk terlihat tercengang saat mendengar cerita para korban Holocaust itu. Hal ini karena saat pengambilan adegan itu, para aktor dan aktrisnya benar-benar tercengang mendengar cerita para korban Holocaust tersebut.

Peraih Academy Award 2 kali, Hilary Swank meme-rankan Erin Gruwell de-ngan sangat pas. Ada pula Imelda Staunton, pameran Dolores Umbridge di Harry Potter and The Order of The Pheonix, yang menjadi kepala departemen sekolah yang menyebalkan dan selalu iri dengan keberhasilan Erin. Selain itu ada Patrick Demsey, pemeran dr McDreamy dalam Grey’s Anatomy, yang bermain sebagai suami Erin yang tidak mendukung usaha istrinya.

Selain tiga nama di atas tidak ada lagi nama bintang besar yang berperan dalam film ini. Pemeran murid-murid di kelas Erin Gruwell, sebagian besar merupakan wajah baru di dunia perfilman yang belum begitu dikenal baik masyarakat Amerika Serikat sendiri maupun masyarakat Indonesia. Namun, mere-ka berhasil membawakan peran masing-masing de-ngan sangat baik dan meyakinkan.

Freedom Writers bisa dikatakan merupakan film untuk anak muda. Di te-ngah-tengah maraknya film remaja yang ceritanya tidak jauh-jauh dari cerita cinta, komedi atau horor, Freedom Writers bisa menjadi pilihan bagi anak muda yang tidak sekedar ingin terhibur, tetapi juga mendapatkan pelajaran tertentu dari film tersebut.

Bagi Anda yang belum menonton, tidak akan sia-sia Anda meluangkan waktu sejenak untuk menontonnya. Anda akan dapat mengambil pelajaran-pelajaran posistif bagi Anda. Selamat menonton!(Penulis : Riska, Editor : Ayu, Lala, Sita)Film : Freedom WritersSutradara: Richard LaGravenese.Produksi: Paramount Pictures. Tahun: 2007. Penulis Naskah: Richard LaGravenese. Dibintangi: Hilary Swank, Scott Glenn, Imelda Staunton, Patrick Dempsey, dan masih banyak lagi.Sumber: http://majalahopini.wordpress.com/2008/10/20/resensi-film-freedom-writers-anak-anak-bermasalah-pun-patut-dapat-pendidikan/. [24 Februari 2012].

http://cepiupi.blogspot.com/

Analisis Film: Freedom WritersPosted: March 7, 2012 in Film, Psikologi, Psikologi Pendidikan

1

Sinopsis

Diterbitkan oleh Broadway pada tahun 1999, The Freedom Writers Diary adalah kisah

nyata guru bahasa Inggris Erin Gruwell, dia bertugas mengajar pertama kali di Long Beach,

Page 3: Resensi Film Freedom Writers

California. Gruwell dengan cepat belajar bahwa murid-muridnya memiliki lebih banyak

potensi yang perlu diperhatikan daripada PR harian.

Suatu hari,  Gruwell ketika lewat disisi bangku murid-muridnya dia melihat karikatur rasis

penuh kebencian. Murid-murid Gruwell mengatakan bahwa itu adalah semacam kebencian

dan kesalah pahaman yang menuju Holocaust. Gruwell terkejut mengetahui bahwa murid-

muridnya belum pernah mendengar tentang Holocaust.

Gruwell bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang tambahan untuk membeli buku The

Diary of a Young Girl karangan Anne Frank. Dia juga memberikan setiap siswa jurnal agar

mereka untuk memiliki tempat untuk mendiskusikan perasaan mereka, ketakutan mereka,

dan pengalaman mereka. Yang memang untuk pertama kalinya, para siswa berminat di

bidang akademik.

Untuk melakukan perubahan hidup yang bersejarah ini, para siswa mengadakan “Taste for

Change” untuk mengumpulkan uang guna mengundang Miep Gies ke sekolah mereka,

wanita yang menyembunyikan keluarga Anne Frank. Mereka juga dikunjungi oleh Zlatá

Filipovic. Siswa-siswi ini mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari media dan dari

pemerintah, berharap bahwa orang lain akan menemukan inspirasi dalam kisah sukses

mereka. Dan akhirnya seluruh anggota dari The Freedom Writers lulus dari SMA dan

melanjutkan ke perguruan tinggi.

Analisis

Dilihat dari perspektif psikologi pendidikan, Erin Gruwell menggunakan pendekatan

humanistik dalam pengajarannya. Adapun prinsip-prinsip humanistik antara lain :

a.  Memahami manusia sebagai suatu totalitas

b.  Metode yang digunakan adalah life history

c.  Mengakui pentingnya personal freedom dan responsibility dalam proses pengambilan

keputusan yang berlangsung sepanjang hidup.

Page 4: Resensi Film Freedom Writers

d.  Mind bersifat aktif, dinamis. Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan

kemampuannya sebagai individu, terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement.

Berdasarkan prinsip itu, Erin ingin membuat murid-muridnya menjadi individu yang lebih

baik dan saling menghormati satu sama lain dengan menggunakan berbagai metode

pengajaran yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan fenomena yang dialami murid-

muridnya. Seperti saat dia membuat permainan garis, mengadakan kunjungan ke

museum, dan mengundang Miep Gies.

Film ini juga menceritakan bagaimana proses pendidikan multikultural berlangsung dan

dapat terlaksana dengan baik. Meskipun pihak sekolah yang sudah mendapat otonomi

sekolah terintegrasi tidak menjalankan sistem pendidikan multikultural ini, tetapi Erin tetap

menjalankannya dengan dukungan dari pihak-pihak lain.

Permainan garis dan kunjungan ke museum merupakan pelatihan yang diberikan Erin

kepada murid-muridnya agar lebih sadar budaya (kultur), dengan menganalisis kultur yang

dipengaruhi faktor historis, sosial, dan politik sehingga membentuk pandangan mereka

tentang kultur dan etnis.

https://technurlogy.wordpress.com/2012/03/07/analisis-film-freedom-writers/