efektifitas seft (spiritual emotional freedom …

7
Ayu I masr ia Wahyuliar my be_ai ms@yahoo. co. i d Pr ogr am Studi Tasawuf Psikot er api Inst i t ut Agama I sl am Neger i (IAIN) Tulungagung Abstr ak - Fase per kembangan t er akhir pada lansi a dapat dl gambar kan sebagai fase penur unan ment al dan f i si k. Lansia ber esi ko ti nggi mengalami penyaki t- penyakit kronis yang di per sepsi l ansia sebagai penyaki t yang t idak dapat disembuhkan, diobat i, dan memper cepat kemat ian di usi a tua, sehi ngga meni mbulkan stres mental yang berkepanj angan, bahwa r esi ko mengalami depr esi . Kecemasan lansia t erhadap kemati an, mendorong lansi a mencoba berbagai car a menghi dar i kemat i an dini dengan melakukan pengobat an- pengobatan secara i nt ensif dengan mengkonsumsi obat-obat untuk mencegah kekambuhan, menghi langkan r asa saki t , dan menghindari kompli kasi, hingga menyebabkan ket er gant ungan pada obat obat t er sebut . Studi i ni bertuj uan untuk menget ahui efekt ifitas SEFT ( Spi r it ual Emoti onal Freedom Techni que) pada l ansi a yang mengalami syndrome ket er gantungan obat . Studi i ni mer upakan peneli t i an studi kasus i nstr umental , dengan sampel seorang l ansia ber usi a 63 tahun yang memili ki per ilaku adi ksi pada obat obat an berj enis ant i biot i k yang dapat menghi l angkan r asa nyer i, analgesi k yang dapat menghil angkan r asa sakit pada kel uhan keluhan f i si k yang di r asakan subj ek, ant ihi st ami n yang memiliki ef ek samping mengantuk. Hasi l peneli ti an i ni menunj ukkan bahwa i nt ervensi SEFT ( Spi r it ual Emoti onal Freedom Techni que) dapat mengur angi peri l aku ketergantungan obat l ansi a yang mengal ami kecemasan dan stres psi kol ogis. SEFT menunjukkan efektif mengur angi kel uhan-keluhan f i sik dan psikologi s secara bermakna, sehingga diikuti adanya per ilaku mengur angi ket er gantungan mengkonsumsi obat obat an penghil ang saki t dan nyeri. Kat a Kunci: SEFT, Si ndr om Keter gantungan Obat, Spi r i t ual Emotional Freedom Techni que PSIKOI SLAMIKA. Jur nal Psi kologi I slam (JPI ) copyri ght © 2016 Pusat Peneli ti an dan Layanan Psi kologi. Volume 13. Nomor 1, Tahun 2016 PENDAHULUANkesehat an yang bai k dan sempurna. Namun, pada Masa dewasa akhi r at au masa l ansi a, merupakanl ansi a denan r esik tinSS' Sanguan kesehatan, fase perkembangan t er akhir yang di gambarkanmenunjukkan mengalami kondisi kr oni s penyaki t sebagai masa penur unan ment al dan fisi k yang t idakjant ung, kanker , stroke, penyakit per nafasan bi sa di hi ndari. Sal ah sat u per masalahan yang ser i ngbawah- Di sel uruh dunia. Pada usia 60 tahun ke at a^. di hadapi adal ah masalah kesehat an. Kesehat an yangpenyakit t er sebut mer upakan penyebab kemati an bur uk adalah konsekuensi yang t idak bisa di hindari ter tinggi pada lansi a ( Papali a dkk: 2009) dar i penuaan. Kebanyakan l ansia memili ki tingkatFakt or r esik tinSS' lansi a yane mengalami kesehat an yang secar a umum cukup bai k pada fasepenyakit- penyakit kroni s t ersebut , di persepsi l ansi a dewasa awal dan t engah. Seki t ar 73 persen ber usi asebagai salah satu penyebab kemat i an. Kesal ahan 65 tahun ke atas meganggap din mer eka dal ammemper sepsi t er hadap penyakit penyaki t yang Jur nal Psi koisl amika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201651 EFEKTIFI TAS SEFT (SPI RITUAL EMOTIONAL FREEDOM TECHNI QUE) TERHADAP SI NDROM KETERGANTUNGAN OBAT PADA LANSIA

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

Ayu Imasria Wahyuliarmybe_aims@yahoo. co. id

Program Studi Tasawuf PsikoterapiInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung

Abstrak - Fase perkembangan terakhir pada lansia dapat dlgambarkan sebagai fase penurunanmental dan fisik. Lansia beresiko tinggi mengalami penyakit-penyakit kronis yang dipersepsilansia sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan, diobati, dan mempercepat kematian diusia tua, sehingga menimbulkan stres mental yang berkepanjangan, bahwa resiko mengalamidepresi. Kecemasan lansia terhadap kematian, mendorong lansia mencoba berbagai caramenghidari kematian dini dengan melakukan pengobatan-pengobatan secara intensif denganmengkonsumsi obat-obat untuk mencegah kekambuhan, menghilangkan rasa sakit, danmenghindari komplikasi, hingga menyebabkan ketergantungan pada obat obat tersebut. Studiini bertujuan untuk mengetahui efektifitas SEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) padalansia yang mengalami syndrome ketergantungan obat. Studi ini merupakan penelitian studikasus instrumental, dengan sampel seorang lansia berusia 63 tahun yang memiliki perilakuadiksi pada obat obatan berjenis antibiotik yang dapat menghilangkan rasa nyeri, analgesik yangdapat menghilangkan rasa sakit pada keluhan keluhan fisik yang dirasakan subjek, antihistaminyang memiliki efek samping mengantuk. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensiSEFT (Spiritual Emotional Freedom Technique) dapat mengurangi perilaku ketergantungan obatlansia yang mengalami kecemasan dan stres psikologis. SEFT menunjukkan efektif mengurangikeluhan-keluhan fisik dan psikologis secara bermakna, sehingga diikuti adanya perilakumengurangi ketergantungan mengkonsumsi obat obatan penghilang sakit dan nyeri.

Kata Kunci: SEFT, Sindrom Ketergantungan Obat, Spiritual Emotional Freedom Technique

PSIKOISLAMIKA. Jurnal Psikologi Islam (JPI) copyright © 2016 Pusat Penelitian dan LayananPsikologi. Volume 13. Nomor 1, Tahun 2016

PENDAHULUANkesehatan yang baik dan sempurna. Namun, padaMasa dewasa akhir atau masa lansia, merupakanlansia denan resik tinSS' Sanguan kesehatan,

fase perkembangan terakhir yang digambarkanmenunjukkan mengalami kondisi kronis penyakitsebagai masa penurunan mental dan fisik yang tidakjantung, kanker, stroke, penyakit pernafasanbisa dihindari. Salah satu permasalahan yang seringbawah- Di seluruh dunia. Pada usia 60 tahun ke ata^.dihadapi adalah masalah kesehatan. Kesehatan yangpenyakit tersebut merupakan penyebab kematianburuk adalah konsekuensi yang tidak bisa dihindaritertinggi pada lansia (Papalia dkk: 2009)dari penuaan. Kebanyakan lansia memiliki tingkatFaktor resik tinSS' lansia yane mengalamikesehatan yang secara umum cukup baik pada fasepenyakit-penyakit kronis tersebut, dipersepsi lansiadewasa awal dan tengah. Sekitar 73 persen berusiasebagai salah satu penyebab kematian. Kesalahan65 tahun ke atas meganggap din mereka dalammempersepsi terhadap penyakit penyakit yang

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201651

EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONALFREEDOM TECHNIQUE) TERHADAP

SINDROM KETERGANTUNGAN OBAT PADALANSIA

Page 2: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

Jurnal Psikoislamika | Volume 13 Nomor 1 Tahun 201652

Technique (SEFT). SEFT termasuk tehnik relaksasi,merupakan salah satu bentuk mind-body therapy dariterapi komplementer dan alternatif keperawatanSEFT merupakan teknik penggabungan dari sistemenergy tubuh ^energy medicine) dan terapi spiritualdengan menggunakan tapping pada titik-titiktertentu pada tubuh. Terapi SEFT bekerja denganprinsip yang kurang lebih sama dengan akupunturdan akupresur. Ketiganya berusaha merangsangtitik-titik kunci pada sepanjang 12 jalur energy{energy meridian) tubuh. Bedanya dibandingkandengan metode akupuntur dan akupresur adalahteknik SEFT menggunakan unsur spiritual, cara yangdigunakan lebih aman, lebih mudah, lebih cepat danlebih sederhana, karena SEFT hanya menggunakanketukan tingan (tapping). (Zainuddin, 2012)

Sindrom Ketergantungan

Menurut Pedoman Penggolongan DiagnosisGangguan Jiwa ke-3 (PPDGJ-3) untuk menegakkandiagnosis ketergantungan zat "mutlak diperlukanbukti adanya penggunaan dan kebutuhan yangterus-menerus". Terdapatnya gejala abstinensibukan satu-satunya bukti dan juga tidak selaluada, misalnya pada penghentian pemakaian kokaindan ganja (marihuana). Obat yang diberikan olehdokter tidak termasuk dalam pengertian ini selamapenggunaan obat tersebut berindikasi medis.

Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalahistilah klinis/medik-psikiatrikyang menunjukan ciripemakaian yang bersifat patologik yang perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial,yang belum bersifat patologik. http//:agus34drajat.files.worpress

Sementara itu Durand dan Barlow (2006)sindrome ketergantungan obat merupakan polapenggunaan substansi psikoaktif yang mengakibatkandistres atau hendaya yang signifikan dalam peransosial maupun okupasional dan dalam situasi-situasiyang berbahaya.

Kriteria Sindrome Ketergantungan ObatMenurut Durand dan Barlow (2006) terdapat

kriteria-kriteria dari sindrome ketergantungan obat,yaitu: (a) Adanya keinginan yang kuat atau doronganyang memaksa (kompulsi) untuk menggunakanzat; (b) Kesulitan dalam mengendalikan perilakumenggunakan zat sejak awal, usaha penghentianatau tingkat penggunaannya; (c) Keadaan putus zatsecara fisiologis ketika penghentian penggunaanzat atau pengurangan, terbukti menggunakan zatatau golongan zat yang sejenis dengan tujuan

dialami lansia, seperti: tidak dapat disembuhkan,diobati, dan mempercepat kematian di usia tua,menimbulkan stres mental yang berkepanjangan,bahwa resiko mengalami depresi. Kecemasan lansiaterhadap kematian, mendorong lansia mencobaberbagai cara menghidari kematian dini. Salahsatu cara mencegah kematian, dengan melakukanpengobatan-pengobatan secara intensif denganmengkonsumsi obat-obat untuk mencegah kekambuhan,menghilangkan rasa sakit, dan menghindari komplikasi,hingga menyebabkan ketergantungan pada obatobat tersebut. Perilaku ini telah mengarah padaperilaku adiksi, karena penggunaan obat tanpapengaturan yang tepat guna dan dikonsumsi terusmenerus, tidak dapat dihentikan.

Penyalahgunaan obat yang terjadi pada individulansia dengan masalah syndrome ketergantunganobat, dapat ditandai dengan kondisi yang disertaidengan ketergantungan fisologis (juga disebutkecanduan) jika terdapat toleransi atau gejala putuszat. Toleransi diindikasikan oleh salah satu dari(a) dosis zat yang dibutuhkan untuk menghasilkanefek yang diinginkan lebih besar atau (b) efek obatmenjadi sangat berkurang jika mengonsumsi obatdalam dosis biasa. Orang yang bersangkutan jugamenghentikan atau mengurangi jumlah konsumsizat tersebut (Davison dkk:2014)

Masalah penyalahgunaan obat merupakanmasalah yang sangat kompleks, yang memerlukanupaya penanggulangan secara komprehensif denganmelibatkan kerja sama multidispliner, multisektor,dan peran serta masyarakat secara aktif yangdilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuendan konsisten. Ketergantungan obat telah menjadimasalah yang besar, komplex dan sukar di berbagainegara (Maramis:2009).

Ketergantungan obat pada lansia, merupakankompensasi dari kecemasan panik yang berlebihandan ketakutan terhadap kematian. Datam penangananpada kasus penyalahgunaan obat yang bersumberdari masalah masalah emosional seperti: stres dankecemasan dapat dilakukan pelepasan keteganganemosional yang terkait dengan gejala gejalapenyalahgunaan obat. Strategi yang melepaskanketegangan emosional yang terkait dengan gejala.Setelah kenangan emosional terlepas, respon stresberkurang dan tubuh memiliki kesempatan untuk

menyembuhkan dirinya sendiri. (Mardihusodo &Saputra: 2012)

Salah satu terapi yang membantu mengurangikecemasan pada individu dengan ketergantunganobat adalah terapi Spiritual Emotional Freedom

Page 3: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

53Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

METODEPenelitian ini merupakan penelitian yang

menggunakan pendekatan kualitatif dengan metodestudi kasus. Studi kasus menurut Poerwandari (2012)didefinisikan fenomena khusus yang hadir dalamsuatu konteks yang terbatasi (bounded context),meski batas-batas antara fenomena dan kontekstidak sepenuhnya jelas. Tipe studi kasus padapenelitian ini, studi kasus instrumental. Studi kasusinstrumental merupakan penelitian pada suatukasus unik tertentu dilakukan untuk memahami isudengan lebih baik, juga untuk mengembangkan,memperluas teori.

Penelitian ini mengambil sampel seoranglansia berusia 63 tahun yang memiliki perilakuadiksi pada obat obatan berjenis antibiotik yangdapat menghilangkan rasa nyeri, analgesik yangdapat menghilangkan rasa sakit pada keluhankeluhan fisik yang dirasakan subjek, antihistaminyang memiliki efek samping mengantuk. Penelitianini dilakukan selama 36 hari, dan selama 21 hariintervensi SEFT diterapkan. Setiap hari subjekmelakukan SEFT selama 5-10 menit setelah selesaisholat 5 waktu dan ketika subjek merasakan emosinegatif muncul. Lokasi penelitian ini dilaksanakandi desa Kejapanan, kecamatan Gempol, KabupatenPasuruan, Jawa Timur.

Untuk mendapatkan data pada lansia dengansyndrome ketergantungan obat, data dikumpulkandengan melakukan teknik wawancara mendalam danobservasi partisipan bertujuan untuk mengetahuifaktor-faktor penyebab ketergantungan obat.Sedangkan untuk mengukur tingkat efektifitas SEFTterhadap tingkat kecemasan dan stres pada lansiadengan syndrome ketergantungan obat, dilakukandengan skala Depression, Anxiety and Stress Scale •21 Items (DASS21) sebelum dan sesudan intervensi

SEFT dilakukan.

HASIL DAN PEMBAHASANKemampuan coping stres subjek menunjukkan

tingkat yang sangat rendah. Berdasarkan hasilwawancara, subjek individu yang mudah berpikirburuk dan negatif yang menyebabkan subjek paranoidketika mengalami masalah. Subjek lebih memilihuntuk menghindari masalah dan tidak menyelesaikanmasalah sampai tuntas. Permasalahan yang tidakterselesaikan yang terus tersimpan dalam ingatanbawah sadar subjek menyebabkan gangguanpsikologis seperti: mudah marah-marah, mudahmerasa cemas, kecenderungan paranoid, khawatir,

pikiran yang negatif terus, serta merasa tidak

untuk menghilangkan atau menghindari terjadinyagejala putus zat; (d) Adanya toleransi, berupapeningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukanguna memperoleh efek yang sama yang biasanyadiperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh: individudengan ketergantungan alkohol dan opiat yangsecara rutin setiap hari menggunakan zat tersebutsecukupnya untuk mengendalikan keinginannya); (e)Secara progresif mengabaikan alternatif menikmatikesenangan karena penggunaan zat psikoaktiflain, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukanuntuk mendapatkan atau; (f) Menggunakan zatatau pulih dari akibatnya; (g) Terus menggunakanzat meskipun is menyadari adanya akibat yang

merugikan kesehatannya

SEFT {Spiritual Emotional FreedomTechnique)

S-EFT {Spiritual Emotional Freedom Technique)menurut Zainudin (2012) adalah tehnik penyembuhanyang memadukan keampuhan energi psikologidengan doa dan spiritualitas. Energi psikologisadalah ilmu yang menerapkan berbagai prinsipdan teknik berdasarkan konsep sistem energitubuh untuk memperbaiki kondisi pikiran, emosidan perilaku seseorang. Teknik ini pengembangandari terapi ekletis yang menggabungkan 14 macamteknik terapi termasuk kekuatan spiritual dan doauntuk mengatasi berbagai macam masalah.

SEFT menjpakan salah satu terapi komplementeryang dapat digunakan untuk menurunkan tingkatdepresi. Keefektifan SEFTterletak pada pengabunganantara Spiritual Power dengan Energy Psychology.Spiritual Power memiliki lima prinsip utama yaituikhlas, yakin, syukur, sabar dan khusyu. EnergyPsychology merupakan seperangkat prinsip danteknik memanfaatkan system energy tubuh untukmemperbaiki kondisi pikiran, emosi dan perilaku(Freinstein dalam Zainudin, 2012). Ketidakseimbangankimia dan gangguan energi dalam tubuh manusiadapat menyebabkan gangguan emosi, termasukdepresi. Intervensi SEFT pada sistim energi tubuhinilah yang dapat mengubah kondisi kimia di dalamotak (neurotransmitter) yang selanjutnya dapatmengubah kondisi emosi seseorang termasuk kondisidepresi. Selain itu SEFT efektif, mudah, cepat,murah, efeknya dapat permanen, tidak terdapatefek samping, bersifat universal, memberdayakanindividu (tidak tergantung pada pemberi terapi),dapat dijelaskan secara ilmiah (Zainudin: 2012)

Page 4: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

Jurnal Psikoislamika | Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

Hasil pre test dan post test menunjukkantingkat kecemasan subjek pada kategori sedang.Pasca intervensi belum menunjukkan penurunantingkat kecemasan, namun skor post-test menurun4 poin, dari skor pre test 14 berkurang menjadi skor10 point. Tingkat stress dari tinggi menjadi sedang,skor menurun 10 point. Pada alat ukur DASS-21 normaberat-ringan gangguan dilihat dari paling rendahke tinggi yaitu: stres, kecemasan hingga depresi.Hasil pengukuran tersebut dapat diartikan bahwadengan intervensi yang diberikan tingkat stresdan kecemasan mulai menurun. Dari hasil derajatgangguan yang sebelumnya cemas menjadi lebihringan yaitu pada kategori stres saja.

Efektifitas SEFT {Spiritual Emotional FreedomTechnique) pada penanganan kasus lansia yangmengalami syndrome ketergantungan obat, yangmanapenyebab perilaku adiksi subjek karena adanyamasatah psikologis seperti: kecemasan dan strespsikologi menunjukkan sangat efektif dan memilikidampak perubahan pada aspek emosional subjek.Melalui SEFT, subjek belajar melakukan managemenstres yang benar ketika memiliki masalah di rumahdan tidak mengalihkan pada penggunaan obat-obatanyang berlebihan. SEFT sangat tepat di berikanpada subjek yang mudah sekali terpicu mengalamimasalah emosional seperti: perasaan gelisah tanpasebab, mudah berpikir buruk dan negatif yangmenyebabkan subjek paranoid ketika mengalamimasalah, mudah marah-marah, mudah merasa

cemas, kecenderungan paranoid, khawatir, pikiranyang negatif terus, serta merasa tidak tenang.

Menurut Zainudin (2012) terapi SEFT adalahterapi dengan menggunakan gerakan sederhanayang dilakukan untuk membantu menyelesaikanmasalah permasalahan sakit fisik maupun psikis,meningkatkan kinerja dan prestasi, meraih kedamaiandan prestasi serta kebermaknaan hidup. Lebihlanjut lagi menurut Zainudin, SEFT adalah tehnikpenyembuhan yang memadukan keampuhan energipsikologi dengan doa dan spiritualitas. Energipsikologis adalah ilmu yang menerapkan berbagaiprinsip dan teknik berdasarkan konsep sistem energi

9 sedang10 Sedang4 NormalSkor InterpretasiPost test

19 Tinggi14 Sedang6 NormalSkor InterpretasiPre test

, Anxiety and Stress Scale - 21 Items

StresKecemasan

DepresiKategori

Depression

(DASS21)

tenang. Gangguan-gangguan psikologis atau sakitfisik terjadi karena terdapat sejumlah hambatanenergi negatif pada pembuluh meridian tempatmengalirnya chi. Ketika subjek mengalami gangguanpsikologis tersebut, maka telah terjadi ketidakseimbangan berupa adanya hambatan berupa energinegatif pada sistem meridiannya.

Kondisi yang dialami subjek terjadi sebagai akibatketidakmampuannya untuk memaknai persoalanyang dihadapinya secara positif. Ketidakmampuansubjek memaknai setiap persoalan menyebabkanterganggunya sistem tubuh sehingga subjek seringmengalami sakit fisik, seperti: sakit kepala, jantungberdebar, tidak tenang, demam dan mudah sakitinfluensa. Dampak terganggunya sistem tubuhini menyebabkan subjek sering merasakan emosinegatif setiap hari.

Ketika mengalami persoalan atau penmasalahan,subjek tidak mampu memaknai persoalan yangdihadapi secara positif. Subjek tidak dapat mencapaikebahagiaan dan memaknai setiap peristiwa secarapositif dari sudut pandang spiritualitas, namun subjekmengatasi setiap masalahnya dengan mengalihkanfokus pada pengobatan sakit fisik yang diderita.Sehingga subjek selalu mengkonsumsi obat setiaphari secara teratur meskipun terkadang gejalagejala sakit fisik tidak muncul. Hal ini dilakukandengan tujuan untuk pencegahan sebelum terasasakit muncul, dan sebagai bentuk coping stress darimasalah masalah subjek. Selain itu, pengalamanmasa lalu ketika subjek sakit parah yang tak kunjungsembuh menyebabkan subjek bertindak tanpa berfikirpositif atas tindakannya. Penggunaan obat-obatanberjenis antibiotik yang dapat menghilangkan rasanyeri, analgesik yang dapat menghilangkan rasasakit pada keluhan keluhan fisik yang dirasakansubjek, antihistamin yang memiliki efek sampingmengantuk, sering di lakukan tanpa pengawasandokter.

Ketergantungan obat yang di alami olehsubjek merupakan kondisi yang disebabkan olehgagalnya subjek melakukan managemen strespada tahap resisten sehingga menyebabkan kondisikesehatan fisik subyek berpengaruh. Pengalihanmasalah masalah subjek untuk pada penggunaanobat-obatan pencegah dan penghilang penyakitfisik, pada dasarnya bersumber dari permasalahpsikologis subjek. Hasil pengukuran untuk menilaiefektifitas SEFT sebelum dan sesudah dilakukanintervensi pada subjek menunjukkan:

Page 5: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

55Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 2016

ketegangan otot. Respons relaksasi juga berpengaruhpada kondisi mental dan menurunkan keteganganotot sehingga menimbulkan suasana yang nyaman,dapat menurunkan stres juga memengaruhi interaksidari psychoneuroendocrine. Respons relaksasi dapatmemperbaiki prognosis pada penyakit jantungkoroner dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh,relaksasi dapat mengurangi intervensi sistem sarafsimpatis dan meningkatkan aktivitas sistem saraf

parasimpatis (Jacobs: 2001)Sedangkan, hasil penelitian yang dilakukan

Rifacky (2014), pada responden hipertensi kelompokintervensi yang diberikan perlakuan terapi SEFTmengalami perubahan penurunan tekanan darahsedangkan pada kelompok kontrol atau kelompokyang tidak diberikan perlakuan terapi teknik SEFTmengalami penurunan tekanan darah yang tidakbermakna. Hal tersebut salah satunya disebabkanoleh pemberian terapi SEFT selama satu kali 15menit selama satu hari dapat membantu menurunkantekanan darah karena bersifat relaksasi dan menekanproduksi hormon stres seperti epinefrin dan kortisol,yang akan berefek pada penurunan kerja jantung

dan curah jantung.Penelitian lain menunjukkan, masalah emosi

maupun masalah fisik yang dialami oleh seseorangmisalnya dismenorea maka tingkat nyeri yangdirasakan akan berkurang, bahkan akan hilang dalamwaktu yang singkat. Hal ini dikarenakan SEFT lebihmenekankan pada unsur spiritualitas (doa) dansistem energi tubuh dengan menggunakan metodetapping pada beberapa titik tertentu pada tubuh.Selain sistem energi tubuh terdapat pula metoderelaksasi dengan melibatkan faktor keyakinanpasien yang diyakini dapat mengurangi nyeri yangdirasakan (Zakiyyah:2013).

SEFT menunjukkan dapat mengurangi tingkatkecemasan dan stres pada subjek, hal ini ditunjukkandengan mulai berkurangnya gejala-gejala stres yangdi alami subjek. Subjek telah mampu mempersepsisumber-sumber stres psikologis dan merespon denganmelakukan mekanisme coping stres dengan SEFT.Ketika respon positif terhadap stres dapat dikeloladengan baik, maka respon tubuh terhadap stresakan bersifat positif. Oleh karena itu, keluhan-keluhan fisik subjek berangsur-angsur mulaiberkurang dan menghilang. Berkurangnya keluhan-keluhan fisik di-ikuti mulai berkurangnya subjekmengkonsumsi obat-obatan sebagai penghilang rasasakit dan nyeri. Keluhan-keluhan tidak dirasakansubjek ketika beraktifitas sehari-hari. Kondisi inimengurangi perilaku ketergantungan obat subjek

tubuh untuk metnperbaiki kondisi pikiran, emosi

dan perilaku seseorang.Pada setiap ketukan-ketukan yang dilakukan

oleh subjek dengan disertai energi yang memusatkanpada aktivitas doa dan keyakinan diri atas kekuatanspiritualitas sebagai mahkluk yang bertuhan, subjekbelajar untuk menerima, sabar, ikhlas dan pasrahatas kondisi yang dialami subjek. Setiap tahapan-tahapan dalam SEFT mengubah kondisi kimia di dalamotak (neurotransmitter) yang selanjutnya dapatmengubah kondisi emosi seseorang termasuk kondisikecemasan dan stres yang dialami subjek.

Menurut Zainuddin (2012), setiap ketukan padaSEFT, sebagai berikut: (a) The Set-Up, bertujuanuntuk memberikan kepastian agar aliran tubuh yangdirasakan dengan tepat. Tujuan yang lebih pentingadalah menetralisasi psycholo^ical reversal atauperlawanan psikologis. The set up menggunakankata-kata sugesti spiritual yang pada akhirnyadapat memeberikan keyakinan atau kepasrahanuntuk dapat mengelola kegalauan emosi yanghadir termasuk kecemasan dan marah, (b) TheTune-in; dapat dilakukan dengan cara memikirkansesuatu atau peristiwa spesifik tertentu yang dapatmembangkitkan emosi negatif yang ingin dihilangkanatau merasakan sakit fisik yang sedang dialami. Caraini dapat menetralisasi emosi negatif atau sakitfisik yang sedang dirasakan. Saat melakukan tunein individu harus mengulang-ulang kata pengingatyang mewakili emosi negatif yang dirasakan, (c)The Tapping adalah mengetuk ringan dengan duaujung jari pada titik tertentu di tubuh kita lebihkurang 7 kali ketukan terus tune in. Titik titik iniadalah ujung jari dari the mayor energy meridianyang pada dasarnya apabila diketuk beberapa kaliakan berdampak pada ternetralisasinya gangguanemosi atau rasa sakit yang dirasakan.

Pengaruh SEFT juga di rasakan memberi perubahanpada tekanan darah subjek, yang ditunjukkan denganpenurunan tingkat detak jantung, berkurangnyarasa sakit kepala (pusing), tubuh tidak mudah lelahyang diikuti pola tidur yang lebih awal jam tidursubjek. Hal ini menunjukkan tingkat stres subjekmenurun setelah melakukan SEFT pada saat setelahibadah sholat. SEFT memberikan efek relaksasi padatubuh subjek. Efek relaksasi ini dapat menenanganemosi, dan perasaan subjek lebih terasa nyaman.Menurut Halm (2009), terapi spiritual berpengaruhterhadap aktivitas sistem saraf simpatis, dampakdari relaksasi tersebut pernapasan menjadi lebihlambat iramanya, nadi lambat, tekanan darah turun,menurunkan konsumsi oksigen otot jantung dan

Page 6: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201656

Semarang. Jurnal Program Studi keperawatanSTIKES Ngudi Waluyo Ungaran. www.perpusnwu.web.id

Jacobs, D,Gregg. (2001). Clinical applications ofthe relaxation responsse and mind-bodyinterventions. The Journal Of Altrenative andComplementary Medicine, 3, 93-101

http://gemini.utb.edu/nurs3304_84/Assignment_7_Mind%20Body^20Clinical^20Application_5921199.pdf

Papalia, Diane., Olds, S. Wendkos., & Feldman, R.

Duskin. (2009). Human Development. Edisi

10. Jitid 2. Jakarta: Salemba Humanika.

Poerwandari, E. Kristi. 2012. Pendekatan Kualitatifuntuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok:LPSP3 Universitas Indonesia.

DAFTAR ISIDavison, Gerald., Neale., John., & Kring., Ann.

2014. Psikologi Abnormal. Edisi ke 9. Depok:PT Rajagrafindo Persada.

Durand, V. Mark & David H.Barlow, 2006. PsikologiAbnormal. Edisi ke empat. 2006. Yogjakarta:Pustaka Pelajar.

Halm, A.Margo. (2009), Relaxation: Aself-carehealingmodality reduces harmful effects of anxiety.The American Association of Critical-CareNurses AACN, 18,169172.http: / /citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.607.184&rep=rep1&type=pdf

Rofacky, H. Fajri. 2014. Pengaruh Terapi SpiritualEmotional Freedom Technique (Seft)terhadap Tekanan Darah pada PenderitaHipertensi di Wilayah Kerja PuskesmasBergas Kecamatan Bergas Kabupaten

Emotional Freedom Technique) dapat mengurangiperilaku ketergantungan obat, yang dikarenakanadanya kecemasan dan stres pada lansia. SEFTmenunjukkan efektif mengurangi keluhan-keluhanfisik dan psikologis secara bermakna. Hasil pre testdan post test menunjukkan tingkat stres menurun,skor post-test menurun 4 poin, dari skor pre test14 berkurang menjadi skor 10 point. Tingkat stressdari tinggi menjadi sedang, skor menurun 10 point,dari 19 menjadi 9. Sedangkan kecemasan Pada alatukurDASS-21 norma berat-ringan gangguan dilihatdari paling rendah ke tinggi yaitu: stres, kecemasanhingga depresi. Hasil pengukuran tersebut dapatdiartikan bahwa dengan intervensi yang diberikantingkat stres dan kecemasan mulai menurun. Darihasil derajat gangguan yang sebelumnya cemasmenjadi lebih ringan yaitu pada kategori stressaja.

Perubahan persepsi positif terhadap sumber-sumber stress berpengaruh pada meningkatnyaketahanan tubuh dan kesehatan fisik subjek. Subjekmampu mengelola sumber sumber stres dengan intensifmelakukan SEFT sebagai strategi managemen copingstress yang terfokus pada masalah. Berkurangnyamasalah fisik dan psikologis, diikuti berkurangnyakonsumsi obat-obatan antibiotik, analgesik danantihistamin. Dengan demikian SEFT menunjukkan .ada pengaruh yang efektif menyembuhkan lansiayang mengalami syndrome ketergantungan obat.

secara berangsur-angsur, dan kesehatan fisik subjektidak menunjukkan ada keluhan-keluhan fisik, makaperilaku mengkonsumsi obat sebagai mekanismecoping stres subjek dapat dihindari dan dialihkanpada aktivitas SEFT.

Suatu rangsangan atau stresor akan mengaktifkanaksis Hiphotalamic-Pituitary Adrenal (HPA), yangdicemninkan oleh pelepasan Cortocotropin-ReleasingHarmon (CRH) dan vasopresin (AVP) oleh nukleuspraventrikular dari hipotalamus, kemudian akanmerangsang produksi dari AndrenocorticotropicHormon (ACTH) oleh kelenjar pituatari anterior. ACTHini akan merangsang sintesis dari glukokortikoid dikelenjar korteks adrenal pengaturan aksis HPA yangseimbang sangat penting untuk ketahanan hidup seldan kesehatan (Herman dalam Putra: 2011).

Persepsi stres subjek mampu dirubah otak dansistem perifer yang menyebabkan subjek mampumelakukan mekanisme coping atau adaptasi terhadapstressor tersebut dengan SEFT. Perubahan persepsipositif berpengaruh pada meningkatnya ketahanantubuh dan kesehatan fisik subjek. Subjek mampumengelola sumber sumber stres dengan intensifmelakukan SEFT sebagai strategi managemen copingstress yang terfokus pada masalah. Sehingga subjekdapat mengurangi ketergantungan obat karenatidak lagi mengalami keluhan-keluhan fisik danpsikologis.

KESIMPULANBerdasarkan hasil studi kasus diatas dapat

disimpulkan bahwa intervensi SEFT (Spiritual

Page 7: EFEKTIFITAS SEFT (SPIRITUAL EMOTIONAL FREEDOM …

Jurnal Psikoislamika I Volume 13 Nomor 1 Tahun 201657

Putra, S.Taat. 2011.Ps/fajneuroimuno/ogiKecfc>l<teran. Zainuddin,A.F., 2012. Spiritual emotional fredomEdisi 2. Surabaya: Airlangga Universitytechnique (SEFT) for Healing, Succes, Happiness,PressGreatness. Jakarta: Afzan Publishing

Safari, T. ft Saputra, N.E., 2009. Alanagemen Zakiyyah. Muthmainnah. 2013. PengaruhEmosi:SebuahPandanganCerdasBagaimanaTerapi Spiritual Emosional FreedomMengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda.Technique (Seft) Terhadap PenangananJakarta: PT Bumi Aksara.Nyeri Dismenorea. Skripsi Prodi Akademi

Kebidanan,Hafshawaty Zainul Hasan, GenggongProbolinggo