reproduksi ruang di sepanjang jalan tun abdul razak...
TRANSCRIPT
REPRODUKSI RUANG DI SEPANJANG JALAN
TUN ABDUL RAZAK, KABUPATEN GOWA DAN PENGARUHNYA
PADA NILAI LAHAN DI AREA BELAKANGNYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh
MIFTAKHAERIAH
NIM. 60800114062
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
REPRODUKSI RUANG DI SEPANJANG JALAN
TUN ABDUL RAZAK, KABUPATEN GOWA DAN PENGARUHNYA
PADA NILAI LAHAN DI AREA BELAKANGNYA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota
Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
pada Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Alauddin Makassar
Oleh
MIFTAKHAERIAH
NIM. 60800114062
TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2018
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan
bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti
bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata-Gowa, ...................
Penyusun,
Miftakhaeriah
60800114062
ii
v
KATA PENGANTAR
يمه ٱلرنمح ٱلله مسب ٱلرحه
Assalamualaikum Wr. Wb.
Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“ Reproduksi Ruang di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak, Kabupaten Gowa dan
Pengaruhnya pada Nilai Lahan di Area Belakangnya” Skripsi ini disusun guna
memenuhi persyaratan kelulusan Program Studi S1 Jurusan Teknik Perencanaan
Wilayah dan Kota, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar. Berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi selama penyusunan skripsi
ini, mulai dari persiapan sampai penyelesaian penulisan namun dapat teratasi berkat
bantuan, bimbingan, kerjasama dari berbagai pihak, serta tidak lepas dari pertolongan
Yang Maha Rahman dan Rahim. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengahanturkan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Arifuddin,S.Pd dan ibunda Rabiah
Songke,S.Pd atas jasa, pengorbanan, dukungan baik moril maupun materil
serta doa yang tiada hentinya sejak penulis masih dalam kandungan sampai
berhasil menyelesaikan studi di jenjang Universitas
2. Rektor UIN Alauddin Makassar Prof.Dr.Musafir Pababari M.Si beserta
seluruh jajarannya.
vi
3. Bapak Dekan Fakultas Sains Dan Teknologi Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin,
M.Ag yang telah memberikan arahan kepada kami selama perkuliahan sampai
penyelesaian pendidikan ini.
4. Para Pembantu Dekan, Staf Dosen, dan Staf Administrasi Fakultas Sains Dan
Teknologi yang telah banyak memberikan bantuan selama menempuh
perkuliahan.
5. Bapak Dr. H. Muhammad Anshar, S.Pt. M.Si selaku ketua jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota
6. Bapak Prof. Dr. Ir. Tommy SS Eisenring, M.Si dan A.Idham AP, S.T., M.Si
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan
masukan dalam penyusunan skripsi hingga selesai.
7. Bapak Nursyam Aksa, S.T., M.Si. dan Dr. M. Thahir Maloko,M.Hi selaku
penguji yang telah banyak memberikan pengarahan dan masukan kepada
penulis selama penyusunan skripsi hingga selesai.
8. Terimakasih kepada sahabat-sahabat saya Rizkiya Apriyanti,S.Si., Ummu
Shalwa,S.Farm., Miftahul Khaera,S.Pd., Sutarni,S.Pd,. Mustati’atul Wahida
Maksum dan Titi Kurninti HR yang selalu menemani saya dan menjadi
pendengar setia saya di dalam maupun di luar bangku kuliah.
9. Teman-teman seperjuangan saya A. Ayu Arumdani M, S.PWK.,
Ayustina,S.PWK., Aulia Putri Habibun S.PWK., Dhiaurrahma,S.PWK., Nadia
Nur N, Khairunnisa , Ruqayyah Ainuddin, Nuridha Bactiar, Nursaidah As’ad,
vii
Nur Aqila Jaya dan Andi Maddutana yang selalu memotivasi dan memberi saya
semangat dalam penyelesaian skripsi ini
10. Terimakasih kepada teman-teman angkatan saya PWK 2014 PERISAI tanpa
terkecuali yang telah menemani dalam suka maupun duka selama menempuh
pendidikan di UIN Alauddin Makassar
11. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu kelancaran penelitian dan penyusunan skripsi.
Serta ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga besarku yang tidak dapat
dituliskan namanya satu persatu atas dukungan dan doa demi kelancaran penyelesaian
pendidikanku. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu saran dan kritik selalu penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga amal
baik dari semua pihak mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, dan
semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
Makassar, 27 Agustus 2018
Penulis,
Miftakhaeriah
60800114062
viii
DAFTAR ISI
Judul ........................................................................................................... i
Lembar Pernyataan Keaslian .................................................................. ii
Lembar Persetujuan ................................................................................. iii
Lembar Pengesahan .................................................................................. iv
Kata Pengantar.......................................................................................... viii
Abstrak ....................................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ......................................................... 7
D. Ruang Lingkup ................................................................................... 7
E. Sistematika Pembahasan .................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................................... 10
B. Penggunaan Lahan ............................................................................. 17
C. Asas dan Tujuan Penataan Ruang ...................................................... 16
D. Tanah dan Bangunan .......................................................................... 20
E. Nilai Lahan dan Bangunan ................................................................ 21
F. Faktor-Faktor yang mempengaruhi nilai lahan dan bangunan ........... 24
G. Tanah .................................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 32
B. Jenis dan Sumber Data ....................................................................... 32
ix
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 33
D. Populasi dan Sampel .......................................................................... 34
E. Variabel Penelitian ............................................................................. 36
F. Metode Analisis Data ......................................................................... 37
G. Definisi Oprasional ............................................................................ 40
H. Tabel Metode Penelitian .................................................................... 43
I. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................. 46
J. Penelitian Relevan .............................................................................. 47
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Gowa.................................... 50
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Somba Opu ......................... 52
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 61
D. Gambaran Umum Responden ............................................................ 63
E. Analisis Perubahan Lahan Lokasi Penelitian ..................................... 67
F. Analisis Deskripsi Variabel................................................................ 69
G. Analisis Pengaruh Reproduksi Ruang ................................................ 77
H. Analisis Deskripsi Variabel................................................................ 69
I. Hasil Analisis dan Interpretasi ........................................................... 80
J. Analisis Pengendalian Reproduksi Ruang ......................................... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 96
B. Saran .................................................................................................. 97
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 98
x
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala Likert ................................................................................... 34
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ....................................................................... 36
Tabel 3.3 Penelitian Relevan ......................................................................... 38
Tabel 4.1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gowa ...................... 49
Tabel 4.2 Luas Wilayah berdasarkan Kecamatan ......................................... 50
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Somba Opu .................................. 52
Tabel 4.4 Jenis Penggunaan Lahan Kab.Gowa 2018 .................................... 60
Tabel 4.5 Luas Lokasi Penelitian berdasarkan Wilayah Pemerintah ............ 64
Tabel 4.6 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ................................ 65
Tabel 4.7 Karakteristik Responden berdasarkan Pendapatan........................ 66
Tabel 4.8 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ........................ 67
Tabel 4.9 Karakteristik Responden berdasarkan Milik Bangunan ................ 67
Tabel 4.10 Penggunaan Lahan 2007 ............................................................ 68
Tabel 4.11 Penggunaan Lahan 2017 ............................................................. 68
Tabel 4.12 Perubahan Penggunaan Lahan 2007-2017 .................................. 68
Tabel 4.13 Frekuensi Tanggapan Responden Harga Sewa ........................... 70
Tabel 4.14 Frekuensi Tanggapan Responden Harga Jual ............................. 70
Tabel 4.15 Jumlah Tanggapan Responden Variabel Nilai Lahan ................. 71
Tabel 4.16 Frekuensi Tanggapan Responden Kemudahah ........................... 72
Tabel 4.17 Frekuensi Tanggapan Responden Kondisi Fisik Jalan ................ 72
xi
Tabel 4.18 Frekuensi Tanggapan Responden Ketersediaan Fasilitas ........... 73
Tabel 4.19 Frekuensi Tanggapan Responden Kemudahan Akses................. 74
Tabel 4.20 Jumlah Tanggapan Responden Preferensi Fungsi Jalan.............. 74
Tabel 4.21 Frekuensi Tanggapan Responden Pengaruh................................ 76
Tabel 4.22 Frekuensi Tanggapan Responden Harga Jual ............................. 76
Tabel 4.23 Frekuensi Tanggapan Responden Keinginan Investasi ............... 77
Tabel 4.24 Jumlah Tanggapan Responden Kawasan Sekitar ........................ 77
Tabel 4.25 Ekonomi Formal dan Ekonomi Non Formal .............................. 79
Tabel 4.26 Nilai Rakapitulasi ....................................................................... 81
xii
DAFTAR GRAFIK
Diagram 4.1 Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gowa ................. 49
Diagram 4.2 Luas Wilayah berdasarkan Kecamatan .................................... 50
Diagram 4.3 Jumlah Penduduk Kecamatan Somba Opu ............................. 52
Diagram 4.4 Jenis Penggunaan Lahan Kab.Gowa 2018 ............................... 60
Diagram 4.5 Luas Lokasi Penelitian berdasarkan Wilayah Pemerintah ....... 64
DAFTAR PETA
Peta 1 Peta Administrasi Kabupaten Gowa
Peta 2 Peta Administrasi Kecamatan Somba Opu
Peta 3 Peta Penggunaan Lahan Kawasan Penelitian
Peta 4 Peta Overlay 2007
Peta 5 Peta Overlay 2008
Peta 6 Peta Overlay 2009
Peta 7 Peta Overlay 2010
Peta 8 Peta Overlay 2011
Peta 9 Peta Overlay 2012
Peta 10 Peta Overlay 2013
Peta 11 Peta Overlay 2014
Peta 12 Peta Overlay 2015
Peta 13 Peta Overlay 2016
Peta 14 Peta Overlay 2017
Peta 15 Peta Nilai Lahan 2007
Peta 16 Peta Nilai Lahan 2017
xiii
ABSTRAK
Nama : Miftakhaeriah
NIM : 60800114062
Judul Skripsi : Reproduksi Ruang di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak dan
Pengaruhnya terhadap Nilai Lahan di Area Belakangnya
Pembimbing : 1. Prof.Dr.Ir. Tommy SS Eisenring., M.S i
2. A. Idham AP,S.T.,M.Si
Salah satu fenomena yang cukup marak terjadi dalam pemanfaatan lahan adalah
Konversi lahan. Fenomena ini muncul seiring makin tinggi dan bertambahnya
kebutuhan dan permintaan terhadap lahan, baik pertanian maupun non pertanian akibat
pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan. Penelitian ini berlokasi di
Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan
menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi Reproduksi ruang di Sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak dan bagaimana pengaruhnya pada peningkatan nilai lahan di Area
belakangnya dalam kurung waktu 10 tahun terakhir. Penelitian ini menggunakan 2
pendekatan yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan analisis superimpose atau overlay, analisis identifikasi
variabel dan analisis deskriptif kuanlitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
Percepatan pertumbuhan ruang 10 tahun terakhir di Sepanjang Jalan Tun Abdul razak
mencapai 188,92 ha atau 4,7 % setiap 2 tahun selama 10 tahun terakhir, Pengaruh Nilai
lahan terhadap area di belakangnya peneliti menggunakan skala likert berdasarkan 3
faktor yang diteliti diperoleh angka mencapai 3.767 atau sekitar 70 % maka dengan hal
tersebut telah diketahui bahwa Nilai lahan di area belakang jalan tun abdul razak
meningkat dengan kritria “Agak Besar”. ternyata perubahan nilai lahan di daerah
belakang Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak tidak banyak dipengaruhi oleh Reproduksi
ruang komersil yang semakin banyak, melainkan lebih kuat dipengaruhi kedekatan
Jalan Tun Abdul Razak dengan pusat-pusat kegiatan Kota Metropolitan Mamminasata,
hal ini ditunjukkan oleh data responden 36%.
Kata Kunci: Reproduksi, Produksi, Ruang, Nilai lahan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu fenomena yang cukup marak terjadi dalam pemanfaatan lahan
adalah Konversi lahan. Fenomena ini muncul seiring makin tinggi dan bertambahnya
kebutuhan dan permintaan terhadap lahan, baik pertanian maupun non pertanian akibat
pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan (Iqbal,2007) dalam (Hidayati,
2017). Segala aktivitas manusia memerlukan ruang sekalipun harus dibayar mahal.
Kebutuhan ruang yang berada di atas tanah tersebut menjadi kebutuhan dasar sehingga
tanah menjadi komoditas ekonomi yang dapat dipertukarkan melalui mekanisme
tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa tanah mempunyai nilai (Sutawijaya, 2004).
Penggunaan lahan memiliki hubungan yang erat dengan nilai lahan. Nilai lahan dapat
dipengaruhi dari kesuburan dan lokasi lahan tersebut. Lahan yang subur dapat
memberikan output yang lebih besar pula, sehingga dapat memberikan nilai dan harga
lahan yang lebih tinggi. Semakin tinggi aksesibilitas, maka keberadaan kegiatan
konsumen terhadap barang dan jasa akan semakin meningkat (Presetya, 2013).
Peningkatan nilai lahan yang secara tidak langsung terjadi akibat adanya kegiatan
menambah nilai guna suatu lahan. Apabila pelaksanaan pembangunan tersebut
dilaksanakan berdasarkan pada peraturan yang ada maka akan tercipta keamanan dan
kenyamanan pada lingkungan, Lebih dari itu juga akan tercipta reproduksi
pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk wilayah di
2
sekitarnya. Sebagaimana telah di jelaskan dalam ayat al Qur’an yang dapat
menunjukan kekuasaan Allah swt mengenai kedudukan manusia untuk mensyukuri
nikmat alam berupa tanah dengan firman QS Hud/61 sebagai berikut:
ومه قى لهحا قىالى يى اهم صى خىى ثىمودى أ يه ٱللى ٱعبدوا ۞إولى ه غى هن إهلى ا لىكم م هوى ۥ مىهنى كم م
ىأ نشى
ىرضه أ
ىكم وى ٱل رى ا فى ٱستىعمى ه قىرهيب ٱستىغفهروه فهيهى ب هه إهن رى
ثم توبوا إهلىهيب ٦١مج
Terjemahnya :
Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia
telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya,
karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya,
Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa
hamba-Nya ) (Kementrian Agama,RI;2012)
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah menguraikan bahwa (Dan) Kami
utus (kepada Tsamud saudara mereka) yang satu kabilah (Saleh. Saleh berkata, “Hai
kaumku! Sembahlah Allah) artinya esakanlah Dia (sekali-kali tidak ada bagi kalian
Tuhan Selain Dia. Dia telah menciptakan kalian (dari bumi) yaitu dengan menciptakan
bapak moyang kalian, Adam, dari tanah (dan menjadikan kalian pemakmurnya) Dia
menjadikan kalian sebagai para penghuni bumi (karena itu mohonlah ampunan-Nya)
dari kemusyrikan (kemudian bertobatlah) kembali kalian (kepada-Nya) dengan
menjalankan ketaatan. (sesungguhnya Rabbku amat dekat) kepada makhluk-Nya (lagi
memperkenankan.”) doa orang yang meminta kepada-Nya (Shihab, 2007).
3
Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-
Esaan-Nya dalam bumi dalam hal ini tanah, Allah swt menjadikan kita sebagai para
penghuni bumi (karena itu mohonlah ampunan-Nya) dari kemusyrikan (kemudian
bertobatlah) kembali kalian (kepada-Nya) dengan menjalankan ketaatan. Tuhan yang
menciptakan, menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang
menentukan akhir keadaan semesta ini. Tanah dalam hal ini ruang sebagai indikator
pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi untuk mengelola dunia jelas
merupakan pesan strategis dari Allah swt untuk diwujudkan dengan sungguh-sungguh
oleh setiap muslim.
Terkait dengan perkembangan kota ada beberapa faktor yang menjadi pemicu
lajunya perkembangan kota pinggiran. Faktor yang pertama yakni lapangan kerja.
Lapangan kerja menjadi penentu masuknya masyarakat desa ke kota, ketika daerah
mampu memberikan kemudahan lapangan kerja akan lebih menarik masyarakat.
Kedua akses transportasi yakni ketersedian sarana transportasi akan lebih mudah
menjangkau tempat kerja. Anggapan masyarakat tinggal di kota lebih mudah
mendapatkan sarana transportasi. Ketiga faktor ekonomi, masyarakat lebih mudah
untuk melakukan berbagai jenis usaha di kota berbedaketika tinggal di desa hanya satu
jenis kegiatan usaha. Kondisi demikian yang menjadikan pembangunan daerah
pinggiran semakin berkembang. Banyak lahan yang dialih fungsikan sebagai sarana
untuk mendorong pertumbuhan pembangunan kota. Dalam proses pembangunan ini
sering kali alih fungsi lahan pertanian menjadi ekspansi wilayah perkotaan (latifa,
2013). Perubahan-perubahan tata ruang di perkotaan yang memiliki karakteristik
4
sebagai kota industri modern dan memengaruhi setiap warga serta kehadiran investor
atau pengembang yang melakukan pembangunan gedung, fasilitas umum, ruang
publik, dan lainnya merupakan bentuk investasi yang terkait dengan perubahan dan
tuntutan ekonomi global, perubahan-perubahan tata ruang di perkotaan dapat
memberikan pemahaman mengenai sinergi pemerintah lokal Kabupaten Gowa dan
pemerintah nasional (pusat) dengan kekuatan kapital (nasional dan internasional)
dalam mengembangkan kawasan industri, real estate, dan sebagainya. Pemahaman
mengenai praktik tata ruang, khususnya dalam pembuatan Rencana Tata Ruang dan
Wilayah (RTRW) suatu kota, dapat dilihat dengan cara bagaimana ruang-ruang itu
dikonstruksi dan diperebutkan oleh tiap-tiap aktor berdasarkan kepentingannya yang
diwujudkan dalam pendirian bangunan, jaringan transportasi, taman,ruang terbuka
hijau, dan sebagainya. Ruang itu memiliki karakteristik interaktif dari investor/kapitalis
(pengusaha), negara (pemerintah), dan masyarakat (termasuk lembaga swadaya
masyarakat yang memiliki kepedulian di bidang ekologi). Oleh sebab itu, konf lik dan
kontestasi antar aktor dalam praktik tata ruang tidak bisa dihindari. Hal ini sejalan
dengan gagasan Lefebvre (1974, 1991) yang mengatakan bahwa ruang adalah produk
politik dan instrumen bagi perubahan sosial ekonomi sehingga ruang itu tidak netral
dan pasif. Ruang sebagai produk politik mengakibatkan praktik tata ruang tidak pernah
bebas dari keberpihakan aktor yang membuat regulasi tata ruang. Keberpihakan atau
ketidaknetralan aktor-aktor dalam menjalankan kuasanya tercermin dari kebijakan
yang dibuat oleh regulator (pemerintah). Praktik penataan ruang meliputi kegiatan
produksi dan reproduksi ruang yang di dalamnya terdapat perjuangandari kelas-kelas
5
untuk mendapatkan dan menguasai ruang itu (Lavebre,1991) dalam (Eisenring, 2017).
‘Lefebvre menegaskan bahwa berbagai perbedaan fenomena perjuangan kelas atas
suatu ruang itu terkait dengan suatu daerah, kawasan, wilayah, situs, tanah, dan
sebagainya, dan hal ini harus dipahami sebagai bagian dari proses spasialisasi yang
sama. (Aminah, 2015)
Perkembangan Jalan Tun Abdul Razak sangat berkonstibusi terhadap
perkembangan fisik spasial dan perubahan pemanfaatan ruang, khususnya lahan
pertanian produktif kemudian beralih fungsi menjadi kawasan permukiman dan fungsi-
fungsi ekonomi komersil lainnya yang dibangun oleh pengembang sehingga
berdampak pada luas lahan pertanian yang merupakan pemanfaatan ruang dominan
dari kondisi sebelumnya mengalami pengurangan luasan. Bangunan yang berada di
lokasi kajian memiliki karakteristik yang berbeda dengan koridor jalan lainnya yang
berada di kawasan pinggiran Kota Makassar. Semakin banyak bangunan yang berubah
bentuk dari rumah tinggal tunggal menjadi bangunan deret berupa rumah toko (ruko)
dan rumah kantor (rukan). Beberapa bangunan hunian dan toko menambah
bangunannya di lahan depan dan samping rumah/tokonya untuk menambah fungsi
komersil berupa cafe, rumah makan dan warung sehingga sempadan bangunan makin
kecil, bahkan garis sempadan bangunan berada pada batas lahan atau pagar. Bangunan
yang memanfaatkan ruang sempadan bangunan tidak hanya pada depan bangunan,
tetapi samping bangunan juga dipenuhi bangunan tambahan (Radhinal, 2017).
Oleh karena itu peningkatan nilai lahan yang di reproduksi terjadi akibat adanya
persaingan antara stakeholder yang masing masing memiliki kepentingan tersendri
6
terhadap lahan yang telah ada, perkembangan ini memicu pertambahan jumlah
penduduk yang semakin meningkat maka penggunaan ruang di pusat kota akan
semakin terbatas. Dengan banyaknya pembangunan yang dilakukan maka akan
berpengaruh pada perubahan harga lahan yang pasti akan terjadi, melihat keberadaan
Jalan Tun Abdul Razak merupakan penghubung dua pusat kota dan memiliki daya tarik
yang kuat , membuat keberadaan Jalan Tun Abdul Razak menjadi bagian kota dengan
berbagai fasilitas yang menyebabkan adanya Reproduksi ruang yang memungkinkan
peningkatan nilai lahan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti merasa penting untuk
melakukan penelitian tentang Reproduksi Ruang disepanjang Jalan Tun Abdul
Razak, Kabupaten Gowa dan Pengaruhnya pada Nilai Lahan di Area
Belakangnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana reproduksi ruang dari ruang pertanian ke ruang komersial terjadi di
sepanjang JalanTun Abdul Razak sejak tahun 2007?
2. Bagaimana reproduksi ruang di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak
berpengaruh pada Nilai lahan di Area Belakangnya ?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
7
Tujuan penelitian ini sebagai berikut:
a. Mengetahui reproduksi ruang dari ruang pertanian ke ruang komersial
terjadi di sepanjang JalanTun Abdul Razak sejak tahun 2007.
b. Mengetahui reproduksi ruang di sepanjang Jalan Tun Abdul Razak
berpengaruh pada nilai lahan di area belakangnya.
2. Manfaat penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka manfaat yang diperoleh dari
penelitian ini adalah :
a. Bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan terkhusus pemerintah Kabupaten
Gowa sendiri, bahwa dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai
masukan dalam pengembangan pusat pusat pertumbuhan.
b. Sebagai bahan masukan bagi Jurusan Planologi dalam upaya pengembangan
akademik khususnya dalam meneliti/mengkaji tentang Reproduksi Ruang dan
Pengaruhnya terhadap Nilai Lahan.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari ruang lingkup materi dan ruanglingkup
wilayah. Ruang lingkup materi bertujuan membatasi materi
pembahasan,sedangkan ruang lingkup wilayah bertujuan untuk membatasi lingkup
wilayahkajian.
a. Ruang Lingkup Materi
8
Kajian materi (analisis) sebagai ruang lingkup materi ialah penetapan
pembahasan faktor yang mempengaruhi peningkatan nilai lahan
b. Ruang Lingkup Wilayah
Adapun ruang lingkup bahasan dalam perencanaan ini yaitu difokuskan di
sepanjang Jalan Tun Abdul Razak ,Kabupaten Gowa.
E. Sistematika Pembahasan
Dalam penelitian ini dibagi dalam 3 (tiga) bab dengan sistematika pembahasan
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat,
lingkup pembahasan dan sistematika pembahasan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan beberapa teori yang berkaitan dengan penulisan, diantaranya
Landasan teori, Asas penataaan ruang, Penggunaan lahan, Nilai lahan dan
Bangunan, Faktor yang mempengaruhi nilai lahan .
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab inimenjelaskan tentang metode penelitian yang diantaranya terdiri dari
lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data,variabel
penelitian, metode pengolahan dan analisis data, definisioperasional, dan
kerangka pikir penelitian.
9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kabupaten Gowa, gambaran umum
wilayah Kecamatan Somba Opu, gambaran umum lokasi penelitan, gambaran
umum responden, dan analisis hasil penelitian.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran/implikasi,
berisii tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Konsektoral Tipe Amerika latin (Griffin dan Ford)
Teori konsektoral tipe Amerika Latin merupakan gabungan antara Teori
Konsentris dan Teori Sektor, diperkenalkan oleh Ernest Griffin dan Larry Ford
pada Tahun 1980 melalui artikel mereka yang berjudul “A Theory of Latin
American Structure” dalam majalah Geograpichal Review (1980) Griffin dan Ford
menunjukkan teori mereka mengenai struktur keruangan internal kota-kota di
Amerika Latin, sebagai kombinasi unsur-unsur tradisional dan modern yang
mengubah citra kotanya. Adanya sektor permukiman klas elite, jalur perdagangan,
zone konsentris melingkar yang menggambar “distant decay principles” mengenai
kualitas permukimannya (Eisenring, 2017)
Dalam memandang pola-pola pengembangan dari kota-kota Amerika latin,
Griffin dan Ford (1980) mengembangkan suatu model untuk menguraikan struktur
konseptual mereka yang dapat diberlakukan di hampir semua kota utama di
Amerika Latin. Model ini menunjukkan bahwa kebanyakan kota-kota memiliki
sebuah CBD, satusektor perumahan elit yang dominan dan senuah “spine”
komersil. Ada 6 zona struktur kota menurut Teori Konsektoral
11
a. Zone Central Business Distrect
Daerah ini masih merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan
dan lapangan pekerjaan. Berbeda dengan kota-kota di eropa dimana pusat kota
tidak hanya bersifat komersih, kota-kota di amerika Latin, Pusat Kota nya
adalah Central Business District. Area ini merupakan tempat bagi peluang
ketenaga-kerjaan yang terbaik, dan merupakan daerah komersil dan pusat
hiburan kota. CBD berkembang sangat baik di dalam hal prasarana dan
kebanyakan memiliki moda transportasi umum sehinggan orang dengan mudah
mengakses area ini.
b. Zone Commercial Spine
Pada dasarnya area ini adalah sektor perdagangan berbentuk jari yang
memanjang dari CBD ke arah luar kota. Dalam sektor ini terdapat banyak sekali
fasilitas perkotaan termaksud rumah-rumah mewah yang didesain dengan
sangat baik. Daya tarik yang kuat dari spin ini membuat daerah sekitarnya
menjadi bagian dari kota dengan berbagai fasilitas untuk mereka yang berselera
tinggi.
c. Zone Elite Resindential Zone
Zona ini berlokasi pada daerah yang mengapit spin komersil. Di zona
inilah terdapat istilah fasilitas terbaik bagi kehidupan yang nyaman
d. Zone of Maturity
12
Zona ini berlikasi disekitar CBD, dan merupakan daerah permukiman
dengan kondisi cukup baik
e. Zone of In Situ Accretion
Zona ini merupakan zona tradional yang khas di kota-kota Amerika
latin yang mana trdisional yang khas di maturitas dan zona permukiman liar
pinggiran. Zona ini ditandai oleh kualitas hunian yang sederhana walaupun
tidak terlalu buruk, dan menunjukkan gejala peralihan ke zona maturitas. Zona
ini ditandai oleh bervariasinya tipe, ukuran dan kualitas rumah. Pembanguan
perumahan dan lingkungannya di zona ini sangat dinamis dan cepat.
f. Zone of Peripheral Squatter Settlements
Zona ini berlokasi di pinggiran kota-kota di Amaerika Latin, di mana
orang orang bermukim di dalamnya, dan merupakan daerah yang paling buruk
kondisi permukian dan fasilitasnya (Eisenring, 2017).
2. Teori Produksi Ruang
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007, yang dimaksud : Ruang
adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk
lain hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya ;
Ruang sosial dibentuk oleh tindakan sosial (social action), baik secara
individual maupun secara kolektif. Tindakan sosiallah yang memberi “makna”
pada bagaimana suatu ruang spasial dikonsepsikan oleh mereka yang mengisi dan
menghidupkan ruang tersebut. Produksi ruang sosial berkenaan dengan bagaimana
13
praktik spasial diwujudkan melalui persepsi atas lingkungan (environment) yang
dibangun melalui jaringan (networks) yang mengaitkan aktivitas-aktivitas sosial
seperti pekerjaan, kehidupan pribadi (private life), dan waktu luang (leisure).
Lefebvre mendeskripsikan itu sebagai relasi yang bersifat dialektis antara ruang
(spasial dan sosial) yang hidup, ruang yang dipersepsikan, dan ruang yang
dikonsepsikan, atau apa yang disebut sebagai “tiga rangkaian konseptual atas
ruang” (a conceptual triad of social space production).Adalah pemahaman yang
komprehensif tentang cara kerja tiga rangkaian konseptual atas produksi ruang
sosial itu yang juga menjadi bagian penting dari reproduksi pengetahuan yang
bersifat ideologis bagi perkembangan suatu kota, khususnya karena hegemoni
pengetahuan tentang tata ruang kota semata-mata menjadikan kota sebagai objek
komoditas kapitalisme belaka (Pamungkas, 2016)
Tiga rangkaian konseptual atas ruang yang dimaksud Lefebvre
menjelaskan bagaimana suatu ruang sosial dihasilkan, yaitu sebagai berikut:
a. Praktik Spasial (Spatial Practices).
Praktik spasial mengacu pada produksi dan reproduksi hubungan spasial
antar objek dan produk. Hal inilah yang turut menjamin berlangsungnya
kontinuitas produksi ruang sosial dan kohesivitasnya. Dalam pengertian ini,
ruang sosial meliputi pula keterlibatan setiap anggota masyarakat yang memiliki
hubungan atau keterkaitan tertentu terhadap kepemilikan atas ruang itu. Dengan
demikian, kohesi sosial atas suatu ruang ditentukan oleh derajat kompetensi dan
14
tingkat kinerja atas pemakaian ruang (fisik atau material). Praktik spasial
semacam inilah yang dipahami sebagai “ruang yang hidup” (lived space).
b. Representasi Ruang (Representations of Space).
Representasi ruang tergantung pada pola hubungan produksi dan
tatanan yang bertujuan memaksakan suatu pola hubungan tertentu atas
“pemakaian” suatu ruang. Maka, representasi ruang berkenaan dengan
pengetahuan, tanda-tanda, atau kode-kode, bahkan sikap atau suatu hubungan
yang bersifat “frontal”.
Representasi-representasi yang dihasilkan oleh suatu ruang oleh karena
itu menjadi “beragam”. Representasi-representasi semacam itu merujuk pada
suatu ruang yang “dikonsepsikan”, seperti misalnya ruang untuk para ilmuwan,
para perencana tata ruang, masyarakaturban, para pengkaji dan pelaksana
teknokrat, dan para perekayasa sosial lainnya, seperti dari para seniman yang
memiliki ekspresi dan sikap mental misalnya yang unik dalam mengidentifikasi
“ruang” – sementara para pengkaji memandang proses pembentukan atas ruang
sebagai suatu rekayasa ilmiah – seperti melalui kajian (studi) atau penelitian
dengan cara mengidentifikasi apa saja yang menghidupi suatu ruang,
konsekuensi apa yang dirasakan oleh orang atas “ruang” itu serta apa yang
mereka pahami tentang ruang tersebut dan dinamikanya. Pada konteks inilah
ruang merupakan suatu produksi yang muncul dari konsepsi orang dan/atau
beberapa orang atau orang pada umumnya; “ruang” yang dikonsepsikan
(conceived space).
15
c. Ruang Representasional (Representational Space)
Ruang representational mengacu pada ruang yang secara nyata “hidup”
(lived space) dan berkaitan secara langsung dengan berbagai bentuk pencitraan
serta simbol yang terkait dengannya. Hal ini termasuk bagaimana para penghuni
ruang atau orang-orang yang menggunakannya saling berinteraksi melalui
praktik dan bentuk visualisasi di dalam suatu ruang. Konsepsi atas ruang pun
muncul berdasarkan berbagai pengalaman nyata yang dialami oleh setiap orang
sebagai sebab-akibat dari suatu hubungan yang bersifat dialektis antara praktik
spasial dan representasi ruang. Ruang menjadi sesuatu yang secara khusus
dipersepsikan oleh individu, kelompok, atau suatu masyarakat; ruang yang
dipersepsikan (perceived space).
Lefebvre kemudian juga menerapkan tiga rangkaian konsepsi atas ruang
sebagai metode untuk menganalisis sejarah spasial. Ia berpendapat bahwa ruang
sosial diproduksi dan direproduksi dalam kaitannya dengan berbagai kekuatan
yang mempengaruhi produksi ruang dan juga dengan berbagai relasi yang
terbentuk di dalam produksi ruang fisik atau material. Kekuatan-kekuatan
tersebut bukan sekadar menjadi “kompetisi” atas ruang fisik yang sepenuhnya
“hampa” atau “kosong” atau bahkan “netral”, melainkan proses tarik-menarik
kepentingan antar berbagai macam “kekuatan” yang saling mempengaruhi upaya
untuk menghuni “ruang material” (fisik) yang sebenarnya telah “ada”.
Secara konkret, Lefebvre menjabarkan bahwa perkembangan hegemoni
kapitalisme modern secara paralel berkonsekuensi logis pada produksi “ruang
16
abstrak”. Pada ruang “abstrak” inilah kapitalisme menciptakan bentuk-bentuk
homogenisasi, hierarki, dan berbagai macam fragmentasi sosial lainnya. Di sisi
lain, kapitalisme dan globalisasi, atau kapitalisme yang berlangsung secara
global dan secara spasial di berbagai tempat, melahirkan berbagai bentuk dan
pola relasi yang “sama”, “serupa”, “hampir mirip” di berbagai belahan dunia,
tetapi juga sekaligus melahirkan “perbedaan-perbedaan” praktik dan konsepsi
terhadap “ruang” itu sendiri. Ruang komunal, sejarah lokal suatu tempat, serta
kekhususan yang dimiliki suatu masyarakat atas tempat yang mereka huni
bersama merupakan proses budaya yang ikut mempengaruhi konsepsi atas ruang
”representasional” dan keunikan yang dimilikinya masing-masing.
Sementara di sisi lain, modernisme dan implikasinya terhadap “ruang fisik”
membentuk suatu pola mental yang nyaris menuju pada berbagai bentuk
“penyeragaman” sikap mental – perilaku atas penggunaan atau pemakaian ruang.
Hal ini karena kehidupan modern menekankan berbagai bentuk “kepemilikan”
sebagai sesuatu yang secara rigid berdasarkan pada “kepemilikan pribadi”
(personal belonging). Konsep kepemilikan pribadi inilah yang
dikembangbiakkan melalui “pasar” dan relasi yang terbangun di dalam
“hubungan produksi”.
Meski demikian, Lefebvre tidak sepenuhnya memandang “ruang modern”
secara sinis (pesimistis). Baginya, memang modernisme telah melahirkan
berbagai macam kontradiksi-kontradiksi termasuk kontradiksi yang bersifat
spasial. Akan tetapi, menurutnya, berbagai tekanan yang muncul akibat
17
kontradiksi yang mempengaruhi gangguan atas tatanan dan kohesi sosial
melahirkan berbagai macam atau keberagaman konsepsi “ruang abstrak” sebagai
suatu bentuk tawaran-tawaran alternatif atas pemakaian ruang “bersama”.
Dengan kata lain, kontradiksi yang muncul atas “produksi ruang” (sebagai
kesatuan proses secara material sosial) terus akan melahirkan “perlawanan atas
upaya-upaya untuk menghemonisasikan cara (praktik) penggunaan,
kepemilikan, dan rasa yang dimiliki atas suatu ruangyang dihuni oleh suatu
masyarakat” (Pamungkas, 2016).
B. Penggunaan Lahan
Menurut Lillesand dan Kiefer (1990) dalam (Amalia, 2016) penggunaan
lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di
permukaan bumi. Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan
sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan (Purwantoro &
Saiful, 2000 dalam Amalia, 2016), misalnya pada sektor pertanian, lahan digunakan
orang untuk areal persawahan, kebun, dan ladang, sedangkan untuk bidang lainnya
lahan digunakan untuk permukiman, prasarana umum, pekarangan, dan lain-lain
(Amalia, 2016). Penggunaan lahan yang terjadi di suatu wilayah cenderung bersifat
dinamis. Kondisi ini disebabkan karena perubahan penggunaan lahan di suatu wilayah
merupakan pencerminan upaya (tindakan) dan interaksi manusia dalam memanfaatkan
dan mengelola sumberdaya alam beserta kondisi lingkungan yang menyertainya.
Fenomena tersebut pada gilirannya akan berakibat pada perubahan mutu lingkungan
hidup dan peningkatan nilai lahan. Peningkatan nilai lahan tersebut apabila dikaitkan
18
dengan wilayah urban (perkotaan) akan lebih banyak berhubungan dengan letak
kestrategisannya (faktor lokasi), sedangkan untuk wilayah perdesaan (rural),
peningkatan nilai lahan tersebut lebih banyak disebabkan karena faktor kesuburan
(kualitas) lahan (Utoyo, 2012 dalam Amalia, 2016).
C. Asas dan Tujuan Penataan Ruang
Menurut (Hermit, 2008) sebagaimana asas hukum yang paling utama yaitu
keadilan, maka arah dan kerangka pemikiran serta pendekatan-pendekatan dalam
pengaturan (substansi peraturan perundang-undangan) apa pun, termasuk Undang-
Undang Penataan Ruang, wajib dijiwai oleh asas keadilan”. Berdasarkan Pasal 2
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ditegaskan bahwa penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
1. Keterpaduan
Keterpaduan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah,
dan lintas pemangku kepentingan. Pemangku kepentingan antara lain, adalah
pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
2. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan
Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola
ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannya keseimbangan
19
pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan.
3. Keberlanjutan.
Keberlanjutan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung
lingkungan dengan memperhatikan kepentingan generasi mendatang.
4. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan.
Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang
terkandung di dalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
5. Keterbukaan.
Keterbukaan adalah bahwa penataan ruang diselenggarakan dengan
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6. Kebersamaan dan kemitraan.
Kebersamaan dan kemitraan adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
7. Perlindungan kepentingan umum.
Perlindungan kepentingan umum adalah bahwa penataan ruang
diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8. Kepastian hukum dan keadilan.
20
Kepastian hukum dan keadilan adalah bahwa penataan ruang
Diselenggarakan dengan berlandaskan hukumperundang-undangan dan bahwa
penataan ruang dilaksanakan dengan mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat
serta melindungi hak dan kewajiban semua pihak secara adil dengan jaminan
kepastian hukum.
9. Akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah bahwa penyelenggaraan penataan ruang dapat
dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaannya, maupun hasilnya.
D. Tanah dan Bangunan
Tanah arti lahan (site) adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda padat,
cair dan gas, sedangkan tanah (soil) yang dimaksud dalam hal ini adalah benda yang
berwujud padat, cair dan gas yang tersusun oleh bahan organik dan anorganik yang
terdapat dalam tanah. Tanah banyak dijadikan sebagai barang investasi yang
menguntung kan dan sekaligus mendorong untuk melakukan spekulasi karena di satu
aspek ketersediaan lahan tersebut, sedangkan di aspek lain permintaan akan lahan
semakin bertambah terus, sehingga mengakibatkan nilai tanah menjadi mahal terutama
bila berdekatan dengan pusat-pusat kota (Eckert, 1990).
Tanah mempunyai kekuatan ekonomis di mana nilai atau harga tanah sangat
tergantung pada penawaran dan permintaan. Dalam jangka pendek penawaran sangat
inelastis, ini berarti harga tanah pada wilayah tertentu akan tergantung pada faktor
21
permintaan, seperti kepadatan penduduk dan tingkat pertumbuhannya, tingkat
kesempatan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat serta kapasitas sistem
transportasi dan tingkat suku bunga (Eckert, 1990).
Tanah dan bangunan sebagai benda yang dapat memenuhi kebutuhan hidup
manusia memiliki nilai yang membuatnya menjadi berarti bagi manusia. Nilai tanah
dan bangunan bagi manusia dapat ditandai adanya 5 ciri tanah dan bangunan, yang
dapat disingkat sebagai DUST + V (Marihot P. Siahaan 2003). Ciri ini meliputi adanya
permintaan akan tanah dan bangunan (demand), adanya kegunaan tanah dan bangunan
bagi pemiliknya (utility), tanah dan bangunan memiliki kelangkaan (scarcity), tanah
dan bangunan dapat dipindah tangankan atau dialihkan (transferability), serta tanah
dan bangunan dapat dinilai dengan uang (valuable).
E. Nilai lahan dan bangunan
Nilai pasar adalah perkiraan jumlah uang pada tanggal penilaian, yang dapat
diperoleh dari transaksi jual beli atau hasil penukaran suatu aset, antara pembeli yang
berminat membeli dengan penjual yang berminat menjual, dalam suatu transaksi bebas
ikatan, yang penawarannya dilakukan secara layak, di mana kedua pihak setiap
mengetahui, bertindak hati-hati dan tanpa paksaan. Menurut Walcot (1987) adapun
Faktor-Faktor Nilai adalah a) Kegunaan Kemampuan untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan manusia, b) Kelangkaan Kekurangan pasokan barang secara relatif terhadap
permintaannya c) Keinginan Keinginan pembeli atas sebuah barang untuk memenuhi
22
kebutuhan manusia) Daya beli kemampuan dari individu atau kelompok untuk
berpartisipasi di pasar dengan menyertakan uang tunai maupun sesuatu yang setara.
Dalam melakukan penilaian terhadap tanah dan bangunan pada suatu kawasan tentunya
tidak lepas dari nilai yang melekat pada tanah dan bangunan tersebut berdasarkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga perlu dicermati perpaduan nilai antara
keduanya.
1. Nilai lahan
Lahan atau tanah merupakan suatu sumber daya yang menyediakan
ruangan (space) yang dapat mendukung semua kebutuhan makhluk hidup. Pada
dasarnya ruangan yang disediakan sangat terbatas, sementara itu kebutuhan akan
tanah mempunyai kecenderungan yang terus meningkat dari tahun ke tahun, baik
untuk kebutuhan perumahan ,pertanian, industri dan lain sebagainya. Nilai tanah
mempunyai definisi atau pengertian bermacam-macam tergantung pada konteks
dan tujuannya serta sudut pandangnya. Nilai tanah secara definisi diartikan sebagai
kekuatan nilai dari tanah untuk dipertukarkan dengan barang lain. Sebagai contoh
tanah yang mempunyai produktivitas rendah seperti tanah padang rumput relatif
lebih rendah nilainya karena keterbatasan dalam penggunaannya. Sedangkan nilai
pasar tanah didefinisikan sebagai harga (yang diukur dalam satuan uang) yang
dikehendaki oleh penjual dan pembeli (Sutawijaya, 2004)
Faktor non-manusia berkenaan dengan eksternalitas yang diterima oleh
tanah tersebut. Jika eksternalitas bersifat positif, seperti dekat dengan pusat
23
perekonomian, bebas banjir, kepadatan penduduk, dan adanya sarana jalan, maka
tanah akan bernilai tinggi jika dibandingkan dengan tanah yang tidak menerima
eksternalitas, meskipun luas dan bentuk tanah itu sama. Jika tanah menerima
eksternalitas yang bersifat negatif, seperti dekat dengan sampah, jauh dari pusat
kota/perekonomian, tidak bebas banjir, maka tanah akan bernilai rendah jika
dibandingkan dengan tanah yang tidak menerima eksternalitas yang negative
(Pearce and Turner 1990) dalam (Sutawijaya, 2004).
Nilai tanah dalam konteks pasar properti adalah nilai pasar wajar yaitu nilai
yang ditentukan atau ditetapkan oleh pembeli yang ingin membeli sesuatu dan
penjual ingin menjual sesuatu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan kedua
belah pihak dalam kondisi wajar tanpa ada tekanan dari pihak luar pada proses
transaksi jual beli sehingga terjadi kemufakatan. Pembeli dan penjual mempunyai
tenggang waktu yang cukup atas properti yang diperjualbelikan dan bertindak
untuk kepentingan sendiri. Nilai pasar pada dasarnya mencerminkan harga yang
terbaik atas suatu properti pada suatu waktu, tempat dan keadaan atau kondisi pasar
tertentu. Hal ini sejalan dengan pengertian nilai menurut (Eckert, 1990) yang
menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu waktu yang menggambarkan harga atau
nilai uang dari properti, barang atau jasa bagi pembeli dan penjual.
Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa nilai tanah adalah ukuran
kemampuan tanah untuk menghasilkan atau memproduksi sesuatu secara langsung
memberikan keuntungan ekonomis. Dalam konteks pasar properti nilai tanah sama
24
dengan harga pasar tanah tersebut misalnya harga pasar tanah tinggi maka nilai
tanahnya juga tinggi demikian pula sebaliknya (Sutawijaya, 2004).
2. Nilai bangunan
Dalam penentuan nilai bangunan yang dilakukan secara masal, maka
pelaksanaan penilaian dimulai dengan penyusunan Daftar Biaya Komponen
Bangunan (DBKB).Untuk menyusun atau membuat DBKB digunakan metode
survey kuantitas terhadap model bangunan yang dianggap dapat mewakili
kelompok bangunan tersebut dan dinilai dengan dasar perhitungan analisis BOW.
Biaya komponen bangunan perlu dikelompokkan kedalam biaya komponen utama,
komponen material dan komponen fasilitas bangunan (Sutawijaya, 2004).
a. Komponen utama adalah komponen struktur rangka bangunan yang terdiri
dari fondasi, plat lantai, kolom, balok, tangga, dinding geser. Struktur
bangunan bawah tanah (basemen) dalam perhitungannya dikeluarkan dari
struktur utama.
b. Komponen material adalah komponen pelapis (kulit) struktur rangka
bangunan.
c. Komponen fasilitas adalah komponen pelengkap fungsi bangunan.
D. Tanah
Fungsi bumi atau tanah, sebagai mesjid (tempat shalat) dan sifatnya yang
bersih/suci, memberi isyarat bahwa manusia harus terus menjaga dan melestarikan
kebersihan dan kesuciannya itu. Sebab bila ia kotor dan tercemari oleh sampah atau
25
bahan pencemar lain,misalnya, maka tentu tidak layak lagi di jadikan sebagai tempat
shalat maupun sebagai bahan untuk bersuci (bertayammum). Itulah sebabnya dilarang
melakukan kegiatan yang akan membuatnya kotor atau rusak, sehingga tidak dapat
digunakan sesuai peruntukannya. Terhadap kegiatan yang berkaitan dengan
pengotoran(pencemaran) tanah, sepanjang yangkami ketahui, tidak terlalu banyak
diungkap oleh ayat al-Quran ataupun Hadits Nabi saw. Salah satu penyebabnya,
mungkin adalah karena waktu itu belum banyak terjadi terjadi hal demikian. Sementara
kegiatan yang banyak di ungkapkan. Salah satu diantaranya terda dalam QS Al-
Naziat/30-33 :
رضى وى ىهكى ٱل ل ا بىعدى ذى ىهى جى ٣٠دىحى خرى
ىا أ ىهى رعى مى ا وى اءىهى ا مى بىالى وى ٣١مهنهى ا ٱله ىهى رسى
ىأ
عا ٣٢ تى مهكم مى نعىى ٣٣لكم وى له
Terjemahnya :
Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan daripadanya mata
airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya.Dan gunung-gunung
dipancangkan-Nya dengan teguh. (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
binatang-binatang ternakmu (Kementrian Agama,RI;2012).
Menurut Tafsir Ibnu Katsir dalam penafsiran ayat bahwa bumi telah
diciptakan sebelum langit, tetapi penghamparan bumi itu dilakukan setelah penciptaan
langit. Dengan pengertian,dia mengeluarkan segala sesuatu yang terkandung di
dalamnya dengan kekuatan menuju pada perbuatan. Dan itulah makna ungkapan Ibnu
‘Abbas dan yang lainnya menjadi pilihan Ibnu Jarir. Dan penetapan mengenai hal itu
26
telah diberikan sebelumnya. Allah swt maha bijak lagi maha mengetahui serta maha
lembut lagi maha penyayang kepada semua mahluknya (al-Mubarakfuri, 2007)
Dalam ayat ini disebut dua fungsi bumi atau tanah yaitu memancarkan air dan
menumbuhkan tanaman – tanaman, disamping sebagai tempat terpancangnya gunung-
gunung. Terkait dengan fungsi-fungsi ini, maka ada kewajiban dalam islam untuk
mengelola tanah dan larangan untuk menelantarkannya. Dalam upaya pengelolaan
lingkungan, dikenal dengan adanya lahan kritis, yang untuk penanggulangannya,
antara lain dilakukan dengan menanaminya atau tidk membiarkannya menganggur.
Dalam hukum islam kegiatan ini dikenal dengan istilah ihya- al mawat (menghiudpkan
tanah mati) (Prof.Dr.H.A.Qadir Gassing HT., 2005)
Langit yang lebih sulit penciptaannya tanpa dapat dibantah lagi telah dibangun
oleh-Nya. Bangunan itu mengesankan adanya kekuatan dan kekokohan. Demikian pula
langit, ia kokoh dan teguh, bintang gemintangnya tidak acak-acakan dan amburadul.
Mereka tidak pernah keluar dari garis edarnya, tidak berguguran, dan tidak berantakan.
Maka, langit ini adalah bangunan yang kuat, mantap, kokoh, dan saling menguatkan di
antara bagian-bagiannya. dan kekuatan. Berurutannya dua keadaan yang berupa gelap
dan terang pada waktu malam dan waktu siang merupakan suatu hakikat yang dapat
dilihat oleh setiap orang dan mengesankan setiap hati. Namun, kadang-kadang manusia
melupakannya karena lamanya kebiasaan ini dan seringnya berulang-ulang.
sesudah Allah Ta’ala mengatur langit dengan ruang angkasanya, dengan cakrawalanya,
27
maka Allah pun mulailah mendatarkan bumi. Mendatarkan bumi artinya bukan semata-
mata datar, melainkan datar buat dapat didiami oleh manusia. Dengan memahamkan
ayat ini dapatlah kita menyimpulkan bahwa Allah menciptakan terlebih dahulu
keseluruhan alam dan kemudian dari itu baru menyediakan tempat bagi manusia dalam
bumi agar layak dilewati di atasnya dan pembentukan tanahnya layak untuk ditumbuhi
tumbuh-tumbuhan . Jelas bahwa manusia diciptakan dan didijadikan khalifah dimuka
bumi ini setelah sekian lama alam semesta tercipta dengan disediakannya syarat-syarat
bagi manusia untuk dapat hidup dibumi itu.
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Lahan dan Bangunan
Beberapa faktor yang mempengaruhi nilai jual lahan dan bangunan yaitu :
1. Faktor fisik
a) Kondisi Alam (lingkungan)
1) Struktur / Jenis tanah
Jenis tanah tentunya dapat memberi pengaruh terhadap nilai jual lahan
tersebut. Tanah berpasir akan memiliki harga yang berbeda dengan tanah
berawa atau tanah bergambut.
2) Temperatur / suhu
Nilai fisik cenderung dapat diartikan sebagai faktor yang dapat dilihat,
diraba dan dirasakan. Temperatur / suhu merupakan faktor yang dapat
menimbulkan perasaan nyaman pada tempat tinggal. Banyak orang lebih
28
memilih tempat yang mempunyai suhu atau udara sejuk dibandingkan daerah
yang mempunyai udara panas ataupun sebaliknya tergantung penggunaan lahan
tersebut.
3) Kontur / kemiringan tanah
Kondisi tanah yang baik untuk mendirikan bangunan rumah adalah
tanah yang tidak terlalu miring dan cenderung datar karena untuk memperoleh
tingkat stabilitas tanah yang lebih baik sehingga bangunan yang berdiri b tanah
tersebut bisa lebih aman. Untuk tanah yang memiliki stabilitas rendah biasanya
diberiperkuatan tanah dan bangunan yang berada pada tanah miring diberi
dinding penahan.
4) Bebas banjir
Kondisi lahan yang bebas banjir menjadi perhatian penting dalam
menentukan lokasi sebagai tempat tinggal untuk memenuhi aspek kenyamanan
dan keselamatan. Tentunya setiap lokasi tempat tinggal harus betul-betul
berada pada lokasi yang bebas akan bencana banjir.
2. Luas tanah dan bangunan
Semakin luas tanah dan bangunan maka semakin besar pula nilai jual suatu
bangunan
3. Faktor ekonomi
a. Permintaan
29
Tanah mempunyai kekuatan ekonomis di mana nilai atau harga tanah
sangat tergantung pada penawaran dan permintaan. Dalam jangka pendek
penawaran sangat inelastis, ini berarti harga tanah pada wilayah tertentu akan
tergantung pada faktor permintaan, seperti 1) daya beli masyarakat, 2) tingkat
pendapatan masyarakat dan 3) tingkat suku bunga (Eckert 1990).
b. Penawaran
1) Jumlah lahan yang tersedia
Jumlah tanah yang relatif tetap sementara permintaan akan tanah
yang semakin meningkat membuat tanah menjadi benda yang langka.
Kelangkaan tanah ini ditandai oleh semakin sulitnya memperoleh tanah
untuk memenuhi kebutuhan, khususnya di kota besar di tempat lain yang
terus mengalami pertambahan penduduk. Hal inilah yang cenderung
menyebabkan kenaikan harga tanah.
2) Manfaat lahan
Tanah memiliki kegunaan bagi setiap pemiliknya karena setiap
pemilik dapat memanfaatkan tanah untuk mendirikan rumah tempat
berteduh, dan bangunan lain yang penting bagi kehidupan pemilik dan
orang di sekitarnya. Pemilik tanah juga dapat memanfaatkan tanah sebagai
faktor produksi, simbol status, dan berbagai kegunaan lainnya. Selain tanah
maka bangunan merupakan benda yang sangat berguna bagi manusia
karena berbagai aktivitas manusia dilakukan di dalam bangunan.
30
4. Faktor sosial
a. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk berdampak terhadap banyaknya permintaan akan
suatu lahan pada perumahan, hal ini memberi pengaruh terhadap nilai jual lahan
dan bangunan pada suatu perumahan.
b. Kepadatan penduduk
Tingkat kepadatan penduduk yang berkorelasi dengan jumlah tenaga
kerja, tingkat upah, tingkat pendapatan dan daya beli, tentunya berpengaruh
terhadap permintaan dan penawaran akan produk barang atau jasa.
1) Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan merupakan salah satu variable yang dapat
menunjukkan karakteristik penduduk yang kemudian akan membentuk suatu
pola penggunaan tanah pada suatu wilayah. Tingkat pendidikan masyarakat
juga berpengaruh terhadap pola penilaian tanah dan bangunan.
2) Tingkat kejahatan/keamanan
Perumahan yang tingkat keamanannya tidak terjamin akan
mengurangi minat masyarakat untuk menempati perumahan tersebut.
Kurangnya minat terhadap perumahan tersebut pastinya nilai jualnya akan
semakin rendah.
3) Pola hidup masyarakat
31
Dalam lingkungan masyarakat terjadi aktifitas sosial yang
membentuk suatu pola hidup masyarakat tersebut. Pola hidup masyarakat ini
mencerminkan karakteristik penduduknya yang meliputi perilaku, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi masyarakat dan kebutuhannya. Pola hidup
masyarakat yang sederhana akan berdampak terhadap pemanfaatan dan
kegunaan lahan dan bangunan.
5. Peraturan pada kawasan tersebut
Setiap kawasan mempunyai ciri dan karakteristik tersendiri begitupun
halnya dengan lingkungan perumahan. Untuk menciptakan lingkungan yang
nyaman dan aman sebagai tempat tinggal tentunya ada beberapa hal penting yang
menjadi aturan dan telah disepakati bersama. Hal ini biasanya menjadi
pertimbangan dalam memilih tempat tinggal (Sutawijaya, 2004).
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak, yang terletak di
4 Kelurahan, yaitu Kelurahan Tombolo, Kelurahan Paccinongan , Kelurahan Romang
Polong dan Kelurahan Samata, Kecamatan Sungguminasa, Kabupaten Gowa. Dengan
memperhatikan radius penelitian yaitu 250 m dari Jalan Tun Abdul Razak. Adapun
Waktu penelitian ini dilakukan selama enam bulan yaitu pada bulan maret sampai bulan
agustus 2018.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi atas dua jenis yaitu:
a. Data Kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi
karakteristik berwujud pernyataan atau berupa kata-kata. Data yang
dimaksud berupa, Preferensi memilih tanah.
b. Data Kuantitatif adalah data yang berupa angka atau numerik yang bisa
diolah dengan menggunakan metode perhitungan yang sederhana. Data ini
berupa Data penggunaan lahan, Pertumbuhan ruang 10 tahun terakhir,
Presentase nilai lahan.
34
2. Sumber Data
Menurut sumbernya, data terbagi atas dua yaitu :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh melalui observasi lapangan atau
pengamatan langsung objek penelitian. Jenis data yang dimaksud berupa
pengambilan sampel secara acak di sepanjang Jalan Tun Abdul Razak.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh pada instansi terkait guna
mengetahui data kuantitatif objek penelitian. Jenis data yang dimaksud
berupa Data penduduk yang di dapatkan pada Kantor Kelurahan, Data
Penggunaan lahan dan karakteristik wilayah pada Kantor Badan Pusat
Stattistika, dan Presentase nilai lahan pada Kantor Pertanahan Kabupaten
Gowa.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ialah :
1. Observasi lapangan yaitu
Pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan
langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada
pertolongan alat standart lain untuk keperluan tersebut (Nasir, 1998) dalam
(Yusuf, 2016). Observasi ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang
menggunakan penbamatan langung, metode ini memproleh data deskriptif yang
faktual, cermat dan rinci mengenai keadaan lokasi penelitian di lapangan.
Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan pengamatan dan di Sepanjang
35
Jalan Tun Abdul Razak dengan radius 250 meter dari Jalan Tun Abdul
Razakuntuk lahan yang belum ter-reproduksi. Penelitian ini di fokuskan pada
Reproduksi ruang pertanian ke ruang komersil.
2. Kuisioner
Untuk penelitian yang bersifat kuantitatif kuesioner juga dibutuhkan untuk
menunjang kebutuhan data. Hasil dari kuesioner nantinya akan dinarasikan
secara deskriptif dan di Kuantitafkan dengan skala likert . Kuesioner ini
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh reproduksi ruang
terhadap nilai lahan. Dalam kuesioner ini terdapat rancangan pertayaan yang
secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan
merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna. Peneliti menggunakan
Skala likert yang dipakai untuk mengukut sikap,pendapat, sekelompok orang
tentang fenomena sosial (Sugiyono,2008:70) dalam (Aslam, 2007). Skala ini
banyak digunakan dalam penelitian karena mudah dibuat, bebas memasukkan
pernyataan yang relevan, realibilitas yang tinggi dan aplikatif pada berbagai
aplikasi. Metode tersebut digunakan untuk melakukan transormasi data ordinal
mejadi data interval. Pada umumnya jawabanresponden yang di ukur
menggunakan skala likert (lykert scale) diadakan scoring yakni pemeberian
nilai numerikal 1,2,3,4,5 dan 6 setiap skor yang diperoleh akkan memilik
tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerikal tersebut dianggap sebagai objek
dan selanjutnya melalui proses ini dilaukan dengan penentuan skor pada setiap
alternatif jawaban yang dipilih oleh responden terhadap pengaruh Reproduksi
36
ruang (Saputra, 2008). selanjutnya jawaban pengaruh tersebut diberi nilai
berdasarkan kategori jawaban seperti tabel di bawah ini, sebagai berikut :
Tabel 3.1
Skala Likert Skor 1 2 3 4 5 6
Sangat Kecil Kecil Cukup Besar Agak besar Besar Sangat Besar
Hasil dari jawaban tersebut akan ditabulasikan dalam bentuk tabel untuk
dihitung berapa besar nilai masing-masing indikator.
3. Telaah pustaka
Telaah pustaka yaitu salah satu teknik pengumpulan data informasi dengan
cara membaca atau mengambil literatur laporan, bahan perkuliahan, dan
sumber-sumber lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.
4. Survey instansi
Pengumpulan data melalui instansi terkait guna mendapatkan data
kualitatif dan data kuantitatif obyek studi.
5. Studi Dokumentasi
Untuk melengkapi data maka kita memerlukan informasi dari dokumentasi
yang ada hubungannya dengan obyek yang menjadi studi. Caranya yaitu
dengan cara mengambil gambar, lefeat/brosur objek, dan dokumentasi foto.
D. Populasi dan Sampel
Melihat dari faktor yang telah ditetapkan sebelumnya maka populasi dan
sampek yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
37
1. Populasi dan sempel untuk perubahan lahan, dan pengaruh nilai lahan di
sepanjang Jalan Tun Abdul Razak yang terdapat di empat kelurahan. Serta
sampelnya berupa Citra satelit google earth 10 Tahun terakhir.
2. Adapun untuk faktor Nilai lahan, Preferensi fungsi jalan berupa aksesibilitas,
Prefernsi Kawasan yang berdekatan dan Preferensi lain. Sampelnya ialah populasi
dari jumlah penduduk di area yang di deliniasi yang terdapat di sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak, Kecamatan Somba Opu.
3. Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel untuk menentukan
sampel mana yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berkaitan dengan teknik
pengambilan sampel Nasution (1998-135) bahwa “mutu penelitian tidak selalu
ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya,
oleh desain penelitinnya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaanya dan
pengolahannya”. Memperhatikan pernyataan tersebut, karena jumlah populasi
lebih dari 100 orang, maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan
sampel secara acak (Random Sampling) sedangkan teknik pengambilan sampel
menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam (Riduwan, 2015)
adalah sebagai berikut :
𝑛 =𝑁
𝑁. 𝑑2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi = 59.932
d = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%)
Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :
38
𝑛 =𝑁
𝑁. 𝑑2 + 1
𝑛 =59.932
59.932. 0,12 + 1
𝑛 =59.932
600,32
𝑛 = 100
Maka sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 sampel
kemudian disebar di tiap Kelurahan yang termaksud dalam lokasi penelitian.
Seseorang yang diambil sebagai sampel ialah dianggap memiliki nformasi bagi
peneliti.
E. Variabel Penelitian
Variable dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat
diukur secara kuantitatif ataupu kualitatif (Sudjana, 1991). Variabel dipakai dalam
proses identifikasi, ditentukan berdasarkan kajian teori. Semakin sederhana suatu
rancangan penelitian semakin sedikit variable penelitian yang digunakan.Adapun
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 3.2
Variabel Penelitian
Rumusan Masalah Variabel Penelitian
Bagaimana reproduksi ruang dari
ruang pertanian ke ruang komersial
terjadi di sepanjang JalanTun Abdul
Razak sejak tahun 2007
Pertumbuhan ruang kegiatan
komersil di SepanjangJalan Tun
Abdul Razak 10 tahun teakhir.
Bagaimana reproduksi ruang di
sepanjang Jalan Tun Abdul Razak
berpengaruh pada nilai lahan di
area belakangnya
Nilai Lahan 10 tahun terakhir
Preferensi fungsi jalan
Preferensi kawasan yang
berdekatan
Prefernsi lain
F. Metode Analisis Data
Untuk menjawab rumusan masalah pada penelitian ini ada beberapa analisis :
39
1. Analisis Superimposed (Overlay) / Spatial Analysis
Analisis data menggunakan teknik superimposed (overlay peta) melaui peta
GIS dengan data time series untuk mengetahui sejauh mana perubahan penggunaan
lahan yang terjadi dari tahun 2007 s/d tahun 2017 terkait Reproduksi ruag yang
terjadi selama kurung waktu 10 tahun terakhir.
Overlay adalah prosedur penting dalam analisis SIG (Sistem Informasi
Geografis). Overlay yaitu kemampuan untuk menempatkan grafis satu peta diatas
grafis peta yang lain dan menampilkan hasilnya di layar komputer atau pada plot.
Secara singkatnya, overlay menampalkan suatu peta digital pada peta digital yang
lain beserta atribut-atributnya dan menghasilkan peta gabungan keduanya yang
memiliki informasi atribut dari kedua peta tersebut. Overlay merupakan proses
penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut
sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan
secara fisik. Pemahaman bahwa overlay peta (minimal 2 peta) harus menghasilkan
petabaru adalah hal mutlak. Dalam bahasa teknis harus ada poligon yang terbentuk
dari 2 peta yang di-overlay. Jika dilihat data atributnya, maka akan terdiri dari
informasi peta pembentukya. Adapun Analisis data yang akan diterapkan pada
metode ialah overlay peta dalam SIG (Sistem Informasi Geografi) dan adapun
aplikasi yang sesuai dengan analisis terebut Aplikasi Pemetaan atau Aplikasi G I
S. GIS atau Geographic Information System adalah aplikasi pengolahan data spatial
dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan menggabungkan antara data
grafis dengan data atribut obyek menggunakan peta dasar digital (basic map)
40
bergeoferensi bumi. GIS atau Geographic Information System adalah aplikasi
pengolahan data spatial dengan menggunakan sistem komputerisasi dan peta dasar
digital (basic map) bergeoferensi bumi (Aslam, 2007).
2. Analisis Distribusi Frekuensi
Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu
atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar (Hasan, 2001) dalam (Aslam,
2007). Dalam ilmu statistik distribusi frekuensi mengandung pengertian sebagai
berikut: suatu keadaan yang menggambarkan bagaimana frekuensi dari gejala atau
variabel yang dilambangkan dengan itu, tersalur terbagi atau terpancar. Pada
umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2005, p.188) dalam (Aslam, 2007) dengan rumus :
𝑃 =𝐹
𝑛 𝑥 100%
P = Presentase
F= Frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah
dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan.
N = Jumlah frekuensi seluruh alternatif jawaban yang menjadi pilihan
responden selama penelitian.
100 % = Bilangan genap
Setalah mendapatkan jumah presentase, maka selanjutnya mengkategorikan
penlilaian responden dengan menggunakan rumus sebagai berikut : ‘
𝑟𝑠 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100
41
𝑟𝑠 =𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑘𝑎𝑝𝑖𝑡𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100
𝑟𝑠 = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑝𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
Adapun yang dimaksud skor aktual dan skor ideal dapat dilihat pada
penjelasan dibawah ini:
Skor aktual : merupakan hasil penelitian (x) dari alternatif jawaban dalam skala
(5/4/3/2/1 dan 6) dengan frekuensi masing-masing alternatif jawaban tersebut.
Skor ideal : merupakan hasil penelitian (x) dari alternatif jawaban tertinggi yaitu
(6) sangat besar (SB) dengan seberapa banyak frekuensi pertanyaan.
Setelah menghitung nilai presentase akhir dari hasil penelitian. Maka
ditentukan kriteria presentase skor ahirnya. Adapun klasifikasi dalam penetapan
kriteria oleh Umi Narimawati (2007;85) dalam (Aslam, 2007) sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kriteria menentukan pengaruh
No. % Jumlah Skore Kriteria
1. 20,00 – 36,00 Sangat Kecil
2. 36,01 – 52,00 Kecil
3. 52,01 – 68,00 Cukup besar
4. 68,01 – 74,00 Agak besar
5. 74,01 – 84,00 Besar
6. 84,01- 100 Sangat Besar
42
3. Analisis Dekriptif Kuantitatif
Metode yang digunakan berupa analisis deskriptif kuantitatif. Dengan
melakukan beberapa pendekatan pendekatan secara sistematif. Analisis ini
digunakan untuk mendeskripsikan ciri dan karakteristik variabel yang telah
ditetapkan. Untuk mendukung hal tersebut, maka Reproduksi ruang yang
berpengaruh pada nilai lahan dapat diketahui penyebabnya. Adapun alat analisis
yang digunakan berupa pertanyaan yang akan dipilih responden, dari hasil
pertanyaan tersebut, dapat ditentukan pengaruh nilai lahan di Sepanjang Jalan Tun
Abdul Razak.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untukmelakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena. Dalam
defenisi operasional ini ada beberapa pengertian dan batasan yang berkaitan dengan
pokok pembahasan materi penelitian untuk dijadikan acuan:
1. Produksi merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan untuk menambah nilai guna
suatu benda/barang atau menciptakan benda/barang baru sehingga lebih
bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan (wikipedia.org).
2. Ruang adalah wadah yang meliputi ruangdarat, ruanglaut, danruang udara,
termasuk ruangdi dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia
dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan
43
hidupnya (UU No.26 Tahun 2007). Ruang yang dimaksud ialah ruang yang
terdapat di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak dengan radius 250 meter dari jalan
, bagi ruang-ruang yang belum terbangun.
3. Produksi ruang adalah kegiatan menambah nilai guna suatu wadah/ruang tempat
manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan. Produksi yang dimaksud
ialah produksi ruang dari ruang alami (hutan/rawa) menjadi ruang pertanian atau
menjadi ruang yang memiliki nilai..
4. Reproduksi ruang adalah kegiatan menghasilkan kembali atau menambah nilai
gunasuatu lahan menjadi lebih bernilai dari sebelumnya. Reproduksi ruang yang
dimaksud ialah ruang pertanian di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak yang ter
reproduksi menjadi ruang-ruang yang memiliki nilai dan didominasi oleh ruang
komersil
5. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan (KBBI)
6. Spine (istilah kedokteran : Spin/ tulang belakang) Istilah ini juga digunakan
untuk merujuk pada jalur jalan utama yang menghubungkan CBD dan luar kota
pada model kota-kota Amerika latin, di mana penggunaan lahan di koridor jalur
jalan utama.. Spine juga bisa berup jalan lingkar yang mengelilingi kota dengan
konstruksi beraspal. Spine yang dimaksud ialah Jalan Tun Abdul Razak yang
menghubungkan Kota Makassar dengan Kota baru Pattalassang, dan berbagai
fasilitas yang memadai.
7. CBD (Central Business District) : adalah daerah komersil dalam suatu kota, yang
sering juga digambarkan sebagai ‘jantung kota’. Istilah CBD merujuk pada
44
distrik daerah pusat dari sebuah kota yang biasanya dicrikan oleh konsentrasi
bangunan perkantoran dan penujalan barang eceran.
8. Nilai lahan adalah pengukuran nilai lahan yang didasarkan kepada kemampuan
lahan secara ekonomis dalam hubungannya dengan produktivitas dan strategi
ekonomis. Nilai lahan yang dimaksud ialah nilai lahan di sepanjang Jalan Tun
Abdul Razak.
9. Harga lahan adalah penilaian atas lahan yang diukur berdasarkan harga nominal
dalam satuan uang untuk satu satuan luas tertentu pada pasaran lahan
10. Ruang pertanian adalah lahan yang ditujukan atau cocok untuk dijadikan lahan
usaha tani untuk memproduksi tanaman pertanian. Ruang pertanian yang
dimaksud ialah ruang pertanian yang terreproduksi di Jalan Tun Abdul Razak
11. Komersil adalah berhubungan dengan niaga atau perdagangan. komersil yang
dimaksud ialah ruang pertanian yang telah di reproduksi di Jalan Tun Abdul
Razak
12. Ruang komersil adalah lahan yang bernilai ekonomis atau memiliki nilai lebih
sehingga dapat diambil keuntungan darinya. Ruang komersil yang dimaksud
ialah fasilitas berupa ; penjual pakaian bebas, penjual makanan siap saji, penjual
bahan bangunan, apotik, showroom motor, showroom mobil jasa/rental, Giant
Ekstra, Mabel,Cafe/warko, KFC, Pizza Hut dan wisma/rumah kos.
45
13. Preferensi adalah prioritas atau kecenderuangan. Preferensi yang dimaksud
dalam penelitian ini ialah kecenderungan masyarakat/responden memilih hal
yang menurut responeden mempengruhi reproduksi ruang terhadap nilai lahan .
46
No RumusanMasalah MetodePenelitian
Faktor yang teliti Jenis
Penelitian
Teknik
Sampling
Teknik
Analisis
Pemecahan
Masalah
Kesimpulan Saran/
Keterangan
1.
Bagaimana
Reproduksi Ruang
Sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak,
dari Ruang
Pertanian ke
Ruang Komersil
Pertumbuhan ruang
kegiatan komersil di
Sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak
selama 10 Tahun
terakhir
Pengamatan
Peta
Sampel
Peta Tata
Guna
Lahan 10
tahun
terakhir
-Analisis
Superimpose/
Overlay
- Perhitungan
ruang
tereproduksi
10 tahun
terakhir
Menyimpulkan
Bagaimana
Reproduksi
Ruang Terjadi
Selama 10
tahun terakhir
Semakian
besar / luas
area jalan
Tun abdul
razak
tereproduksi,
maka
semakin
tinggi nilai
lahan yang
belum
terreproduksi
di sisi kiri
dan kanan
jalan tun
abdul razak
- Bagi pemerintah
Provinsi sulawesi
selatan
penelitian ini
dapat
dimanfaatkan
sebagai masukan
dalam
pengembangan
pusat pusat
pertumbuhan
- Sebagai bahan
masukan bagi
Jurusan Planologi
dalam upaya
pengembangan
akademik
khususnya dalam
meneliti/mengkaji
tentang
Reproduksi
Ruang dan
Pengaruhnya
terhadap Nilai
Lahan.
2.
Apakah
Reproduksi Ruang
Sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak
Berpengaruh pada
Peningkatan Nilai
Lahan di Area
belakangnya
- Nilai lahanselama
10 tahun terakhir
- Preferensi fungsi
jalan (aksesibilitas)
- Preferensi
kawasan yang
berdekatan
- Preferensi lain
Observasi
langsung
Sampel
secara
acak
untuk
lahan
lahan
yang
belum
terbangun
Selama
10 Tahun
Terakhir
-Skala Likert
- Analisis
Deskriptif
Kuantitatif
Menyimpulkan
Bagaimana
Pengaruh
Peningkatan
Nilai Lahan
Terjadi Selama
10 tahun
terakhir
H. Tabulasi Metode Penelitian Tabel 3.4
Metode Penelitian
47
Reproduksi Ruang di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak dan Pengaruhnya
pada Nilai Lahan di Area Belakangnya
1. Bagaimana Reproduksi Ruang
Sepanjang Sisi Kiri Kanan Jalan Tun
Abdul Razak, dari Ruang Pertanian ke
Ruang Komersil?
2. Apakah Reproduksi Ruang Sepanjang
Sisi Kiri Kanan Jalan Tun Abdul Razak
Berpengaruh pada Peningkatan Nilai
Lahan di Area belakangnya?
UU No.27 Tentang Penataan Ruang
PP No. 16 Tahun 2004 Tentang Tata Guna Tanah
Permen PU No.18 Tentang Pedoman Revitalisasi
Kawasan
1. Teori Konsektoral
2. Teori Henri Lafebvre
3. Faktor-Faktor yang
mempengaruhi nilai
lahan dan bangunan
Rekomendasi
Kesimpulan
Pertumbuhan ruang kegiatan komersil, nilai lahan 10 tahun
terakhir, fungsi jalan, kawasan
yang berdekatan
Analisis Overlay
Lyckert Scale
Analisis Deskriptif Kuantitatiff
Surah Hud ayat 61
Allah SWT menciptakan
bumi dan tanah dan
menjadikan manusia sebagai
pemakmurnya
i. Kerangka Pikir Penelitian
48
Tabel 3.5
Penelitian Relevan
No. Nama Tahun Judul Kesimpulan
1. Fahirah F.Armin
Basong
Dan Hermansah
H. Tagala
2010
Identifikasi Faktor Yang
Mempengaruhi Nilai Jual
Lahan Dan Bangunan Pada
Perumahan Tipe Sederhana
Bedasarkan hasil penelitian yang diperoleh mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi nilai jual lahan dan Bangunan pada perumahan
tipe Sederhana khususnya perumahan di Palu Timur, dapat
disimpulkan :
A. Faktor yang paling berpengaruh Terhadap nilai jual lahan dan
bangunan pada: Perumahan Teluk Palu Permai; 1).ketersediaan
fasilitasjaringan listrik, 2) Perumahan Cipta Pesona Indah;
ketersediaan fasilitasair bersih, 3).Perumahan Nokilalaki; Perizinan
dalam hal ini surat izinMendirikan bangunan (IMB), 4)Perumahan
Bumi Talise Permai;Ketersediaan transportasi atauAngkutan umum,
dan 5) PerumahanBumi Roviga; faktor yang palingBerpengaruh
adalah jarak ke pusatKota. B. Secara umum dari semua
lokasiPerumahan 5 (lima) faktor yang paling berpengaruh terhadap
nilaijual lahan dan bangunan padaPerumahan adalah : a)
KetersediaanTransportasi, b) Jaringan air bersih, c)Jaringan listrik, d)
Kondisi jalan, dan e)Luas lahan dan bangunan.
2. Menik
Wahyuningsih
2008 Pola Dan Faktor Penentu
Nilai Lahan Perkotaan di
Kota Surakarta
Pola nilai lahan perkotaan Kota Surakarta paling tinggi berada di pusat
Kota Surakarta yang kemudian menurun di wilayah-
wilayahSekitarnya. Pola tidak bulat melingkar di pusat kota, tetapi
agak memanjang di sekitar jalan arteri SlametRiyadi. Agak di
pinggiran Kota Surakarta bagian timur terdapat wilayah yang memiliki
J. Penelitian yang Relevan
49
nilai lahan Lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah di dekatnya
karena keberadaan sarana pendidikan
3. Nararya Adi
Prasetya dan PM.
Broto Sunaryo
2013 Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Harga
Lahan di Kawasan
Banjarsar Kelurahan
Tembalang, Semarang
Mayoritas penduduk Tembalang juga membenarkan bahwa adanya
Universitas Diponegoro atau universitas yang memiliki akreditasi baik
di skala nasional nemberi kontribusi besar terhadap tumbuhnya
kawasan tembalang. Tetapi dari hasil observasi lapangan, dengan
semakin berkembang dan tumbuh, masalah pun muncul, yaitu
kemacetan, melonjaknya harga lahan, tidak teraturnya kawasan,
hingga semakin kotor lingkungan.
4. Mohammad
Zaidin
2017 Pengaruh Pengembangan
Perumahan Terhadap
Kehidupan Masyarakat di
Kawasan Pesisir
Kelurahan Salekoe
Kecamatan Wara Timur
Kota Palopo
Tingkat Pendapatan, menunjukkan bahwa pengaruh yang kuat antara
keduanya ini diakibatkan oleh adanya mobilisasi penduduk dan
material yang melibatkan penduduk setempat untuk dapat
meningkatkan pendapatannya. Tingkat Pendidikan, menunjukkan
pengaruh namun sedang dari adanya pengembangan perumahan, ini
diakibatkan pendapatan Masyarakat setempat memperoleh
penghasilan yang lebih baik dari Sebelumnya sehingga masyarakat
memanfaatkan kesempatan dalam Memperoleh pendidikan. Peluang
Kerja, menunjukkan adanya pengaruh kuat dari keberadaan
Pengembangan Perumahan. Ini disebabkan semakin bertambahnya
Penduduk setempat maka semakin bertambah pula kebutuhan
Masyarakat akan keperluan konsumsi hidup dan jasa sehingga hal ini
Melibatkan masyarakat setempat.
5. Siti Latifa 2014 PERKEMBANGAN KOTA
PINGGIRAN
(Dampak Alih Fungsi
Lahan Pertanian menjadi
Perumahan Elit )
Adanya pembangunan perumahan ini memiliki perubahan bagi
masyarakat sekitar terutama dalam akses transportasi, dan
perekonomian. Pembangunan perumahan memberikan dampak positif
bagi masyarakat Gunung Anyar Tambak. Meskipun lahan yang biasa
digunakan sebagai lapangan pekerjaan kini menjadi perumahan elit,
namun tetap memberikan perubahan bagi masyarakat terutama dari
50
segi perekonomian. Lapangan kerja semakin terlihatPola konsumsi
masyarakat yang Sederhana menjadi masyarakat konsumtif.
6. Budi Saputra 2007 Kajian Perubahan
Penggunaan Lahan dari
Hunian menjadi Industri
dan Pergudangan (studi
kasus : di Wilayah
Kelurahan Kamal dan Tegal
Alur.Kecamatat
Kalideres,Jakarta Barat)
Kegiatan industri yang terjadi di wilayah Kelurahan Kamal dan Teegal
Alur Kecamatan Kalideres Jakarta Barat, menurut Stitorus (1997;4)
merupakan kegiatan indsutri yang menghimpun perusahaan dalam
memproduksi barang-barang yang bersifat subsitusi dekat dan
memiliki nilai elastis permintaan silang yang relatif inggi. Artinya
bahwa kegiatan industri mengandung arti sebagai suatu himpunan
perusahaan yang memproduksi barang atau jasa yang sifatnya
homogen (satu jenis produk). Dalam konep dasar spasial bahwa faktor
jarak adalah sangat dominan dalam menentukan suatu lokasi industri.
7. Restu Yusuf 2016 Studi Alih Fungsi Lahan
Pertanian Pada Kawasan
Perkotaan Sungguminasa
Adapun penyebab terjadinya perubahan pemanfaatan lahan pertanian
di Kawasan Perkotaan Sungguminasa adalah: a. Faktor kependudukan,
pertumbuhan penduduk yang terus meningkat setiap tahun,tentunya
membutuhkan lahan, sehingga faktor kependudukan berpengaruh
terhadap perubahan fungsi lahan. b. Faktor kebutuhan lahan dengan
indikator nilai lahan memiliki nilai 74 yang berarti berpengaruh dan
lokasi lahan memiliki nilai 78 % yang juga berarti berpengaruh. c.
Faktor ekonomi dengan indikator tingkat pendapatan memiliki nilai 70
% yang berarti berpengaruh. d. Faktor sosial dengan indikator
karakteristik pemilik lahan (Harga lahan meningkat) memiliki nilai 91
% yang berarti berpengaruh.
8. Yan Radhinal 2017 Koeksistensi Dualisme
Ekonomi Di Kawasan
Metropolitan Mamminasata
Faktor yang mempengaruhi perubahan fisik spasial di Jalan Tun Abdul
Razak adalah : (1) faktor aksesibilitas, dimana ditandai dengan
perkembangan prasarana transportasi Jalan Tun Abd Razak secara
langsung mempengaruhi tingkat aksesibilitas sehingga mengondisikan
mobiliasi antara Kabupaten Gowa dan Kota Makassar meningkat
sehingga menjadi faktor penarik untuk berkembangnya fungsi-fungsi
baru, (2) Faktor pelayanan umum, ditandai dengan berkembangnya
51
fungsi baru antara lain pendidikan sehingga hal ini secara langsung
berpengaruh terhadap perubahan fisik spasial, (3) kepemilikan lahan
yang didominasi oleh masyarakat yang berstatus ekonomi lemah dan
kelompok inilah yang paling mudah terpengaruh oleh meningkatnya
harga lahan, sehingga kemampuan kelompok tersebut untuk
mempertahankan atau tidak menjual lahannya sangat rendah.
Sehingga hal ini yang menjadi salah satu faktor perubahan fisik spasial
yang ditandai dengan alih fungsi guna lahan pertanian menjadi lahan
terbangun.,
9. Iyan Awaluddin 2014 Studi Pengembangan Real
Estate Terhadap Kondisi
Fisik Lingkungan Di
Sepanjang Koridor Jalan
Tun Abdul Razak
Laju rata-rata pertumbuhan penggunaan lahan pada kawasan koridor
Jl. Tun Abdul Razak selama 8 tahun terakhir yaitu sekitar 17 % pada
periode 2007-2010. Dan 32 % pada periode 2010-2013. Adapun
kondisi lahan pada pinggiran jalan, pembangunan dan pengembangan
lahannya lebih banyak diusahakan dengan jenis bangunan pertokoan
(retail property). Sedangkan pembangunan real estate jenis
perumahan cenderung mengarah memanjang ke bagian luar jalan,
sehingga bagian pinggiran jalan cenderung lebih banyak
dimanfaatkan untuk pembangunan jenis pertokoan.
10. Rike Rahmawati 2016 Dampak Sosial Ekonomi
Pembangunan Perumahan Bagi
Masyarakat Di Kelurahan
Arjosari Kecamatan Blimbing
Kota Malang
Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan
kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan
dan kehidupan masyarakat yang baru. Kehidupan masyarakat kota di
kelurahan Arjosari dapat dibandingkan antara sebelum dan sesudah di
bangun perumahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak
sosial ekonomi pembangunan perumahan bagi masyarakat yaitu
adanya Alih fungsi lahan, komunitas berpagar, segregasi, hubungan
individu dengan kelompok, tratifikasi, peluang usaha baru, dan
perubahan mata pencaharian.
52
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Gowa
1. Letak Geografis
Secara geografis Kabupaten Gowa terletak pada titik kordinat 119o29’40”-
120o0’40” Bujur Timur dan 5o 5’ 36’ 40” Lintang Selatan dengan luas wilayah
1.883,33 km² yang meliputi 18 (delapan belas) kecamatan dan 167 (seratus enam
puluh tujuh) desa/kelurahan. Secara administratif kabupaten Gowa mempunyai
batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar
dan Kabupaten Jeneponto, Sebelah Utara berbatasan dengan dengan Kabupaten
Gowa dan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai,
Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng , dan Sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar. Kabupaten Gowa memiliki 2 (dua)
dimensi wilayah, yakni wilayah dataran rendah dan wilayah dataran tinggi. Wilayah
Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan dataran tinggi yaitu sekitar 72,26%.
Dari total luas Kabupaten Gowa 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40
derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya dan
Tompobulu. Kabupaten Gowa dilalui oleh banyak sungai yang cukup besar yaitu
ada 15 sungai. Sungai dengan luas daerah aliran yang terbesar adalah Sungai
Jeneberang yaitu seluas 881 km² dengan panjang 90 km.
53
Kabupaten Gowa merupakan daerah Sub-urban yang mengalami pergeseran
fungsi ruang yang menyebabkan perubahan fisik lingkungan dewasa ini sedang
terjadi di koridor Jalan Tun Abdul Razak yang berada diantara perbatasan
Kabupaten Gowa - Kec. Somba Opu (Kab. Gowa) yang memiliki posisi strategis.
Saat initelah marak terjadi pembangunan real estate khususnya bidang perumahan
skala besaroleh berbagai perusahaan developer yang ikut didukung dengan
kelengkapan prasarana dan sarana serta pengembangan retail property. Beberapa
perumahan real estate yangkini sedang dikembangkan diantaranya yaitu perumahan
CITRALAND, Royal Spring, dan Puri Diva Istanbul, merupakan perumahan
dengan skala besar ditambah denganberbagai proyek perumahan dan pembangunan
pertokoan (retail) lainnya yang sementara dibangun di kawasan sepanjang koridor
Jalan Tun Abdul Razak. Beberapa hal yang menjadi perhatian sehubungan dengan
penelitian terhadap fenomena maraknya alih fungsi lahan untuk pengembangan real
estate pada kawasan Koridor Jalan Tun Abdul Razak oleh para developer yaitu
gambaran mengenai laju perubahan fisik lingkungan yang terjadi pada lahan
tersebut selama beberapa tahun terakhir (Alwaluddin, 2013).
2. Wilayah Administratif
a. Administrasi Kabupaten Gowa
Secara administrasi Kabupaten Gowa terdiri dari 18 kecamatan dan 167
desa/ kelurahan, yang sebagian besar wilayahnya berada pada wilayah dataran
tinggi, yaitu sebesar 72,26%.Penduduk Kabupaten Gowa pada tahun 2016 adalah
54
735.493 jiwa dengan pertumbuhan penduduk produktif 65,74%/tahun dan
kepadatan penduduk 391 jiwa/km². Mayoritas penduduk Kabupaten Gowa
beragama Islam.Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Gowa dapat
dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini:
Tabel 4.1
Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gowa
No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 2012 329.673 340.792 670.465
2. 2013 339.575 367.321 691.309
3. 2014 348.706 360.680 709.386
4. 2015 355.381 367.321 722.702
5. 2016 361.814 373.679 735.493 Sumber: Badan Pusat Stattistika Kabupaten Gowa 2017
Diagram 4.1
Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Gowa
Pada Tabel 4.1 dan Diagram 4.1 diatas dilihat bahwa perkembangan
jumlah penduduk di Kabupaten Gowa mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Nampak bahwa Kabupaten Gowa memiliki peningkatan jumlah penduduk dari
2013 2014 2015 2016
55
tahun 2012 yakni 670.465 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar
329.673jiwa danjumlah penduduk wanita sebesar 340.792 jiwa, hingga di tahun
2016 jumlah penduduk Kabupaten Gowa meningkat pesat dengan mencapai
735.493 jiwadengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 361.814 jiwa dan
perempuansebesar 373.679 jiwa.Kabupaten Gowa mempunyai terdiri dari 18
kecamatan dan 167 desa/ kelurahan, 675 lingkungan/dusun , 1.546 RK/RW
serta 3.530 RT. Kabupaten Gowa memiliki luas wilayah 1.883,33 km2dengan
luas kecamatan dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Gowa
No. Nama Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
Presentase
(%)
Jumlah
Desa/Kelurahan
1 Bontonompo 30,39 1,79 14
2 Bontonompo Selatan 29,24 1.38 9
3 Bajeng 60,09 4.20 14
4 Bajeng Barat 19,04 0.01 7
5 Pallangga 48,24 2.56 16
6 Barombong 20,67 1.10 7
7 Somba Opu 28,09 1.49 14
8 Bontomarannu 52,63 2.79 9
9 Pattallassang 84,96 4.51 8
10 Parangloe 221,26 11.75 7
11 Manuju 91,90 4.88 7
12 Tinggimoncong 142,87 14.64 7
13 Tombolo Pao 251,82 13.37 9
14 Parigi 132,76 7.05 5
15 Bungaya 175,53 9.32 7
16 Bontolempangan 142,46 7.56 8
17 Tompobulu 132,54 7.04 8
18 Biringbulu 218,84 11.62 11
Jumlah 1.883,33 100 167
Sumber: Badan Pusat Stattistika Kabupaten Gowa 2017
56
Diagram 4.2
Nama Kecamatan di Kabupaten Gowa dan luas wilayahnya
Berdasarkan Tabel dan Diagram 4.2 dapat diketahui bahwa kecamatan
terluas di Kabupaten Gowa yakni Kecamatan Parangloe dengan luas wilayah
221,26 Km2Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah terkecil yakni
Kecamatan Bajeng Barat dengan luas wilayah 19,04 Km2.
B. Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Somba Opu
Kecamatan Somba Opu secara Geografis terletak antara 119o26’30”-119o31’0”
Bujur Timur dan 5o 11’0” - 5o 14’30”Lintang Selatan.Secara administratif Kecamatan
Somba Opu mempunyai batas-batas wilayahyaitu Sebelah Selatan berbatasan
denganKabupaten Gowa danKabupaten Takalar, Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bantaeng , Sebelah Timur
berbatasan dengan, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto dan Sebelah Barat
berbatasan dengan Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.
Bontonompo2%
Bontonompo Selatan
2%
Bajeng3%
Bajeng Barat1%
Pallangga3%
Barombong1%
Somba Opu1%Bontomarannu
3%Pattallassang5%
Parangloe12%
Manuju5%
Tinggimoncong8%
Tombolo Pao13%
Parigi7%
Bungaya9%
Bontolempangan8%
Tompobulu7%
Biringbulu12%
57
Kecamatan Somba Opu merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang terdapat
di Kabupaten Gowa. Kecamatan Somba Oputerdiri dari 14desa/kelurahandengan luas
wilayah 28,09 km². Dari luas wilayah tersebut pada kelurahanmawang memiliki
wilayah terluas yaitu 2,99 km², terluas kedua adalah kelurahan Romangpolong dengan
luas wilayah 2,71 km², sedangkan yang palingkecil luas wilayahnya adalah kelurahan
batangkaluku dengan luas 1,30 km².Tingkat klasifikasi desa/kelurahan di Kecamatan
Somba Oputahun terakhirterdiri dari 14 kelurahan, 476 RT, 134 RW dan –28
lingkungan. Perkembangan jumlah penduduk di Kecamatan Sombaopudapat dilihat
pada Tabel dan Diagram 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Somba Opu No. Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah
1. 2012 66,404 67,381 133,785
2. 2013 68,398 69,544 137,942
3. 2014 75,577 76,339 157,448
4. 2015 78,405 79,043 157,448
5. 2016 81,239 81,740 162,979 Sumber: Badan Pusat Stattistika Kabupaten Gowa 2017
Diagram 4.3
Jumlah Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Somba Opu
18%
18%
21%
21%
22%
2012 2013 2014 2015 2016
58
Pada Tabel dan Diagram 4.4 diatas dilihat bahwa perkembangan jumlah
penduduk diKecamatan Somba Opu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Nampak
bahwa Kecamatan Somba Opu memiliki peningkatan jumlah penduduk dari tahun
2012 yakni 133,785 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 66,404 jiwa
danjumlah penduduk wanita sebesar 67,381 jiwa, hingga di tahun 2016
jumlahpenduduk Kecamatan Somba Opu meningkat pesat dengan mencapai 162,979
jiwadengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 81,239 jiwa dan perempuansebesar
81,740 jiwa.
1. Kondisi Fisik Dasar Wilayah
a. Kondisi Topografi
Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar merupakan daerah dataran
tinggi yaitu sekitar 72,26 %. Ada 8 wilayah Kecamatan yang merupakan
dataran tinggi yaitu Parangloe, Manuju, Tinggi Moncong, Tombolo Pao,
Bungaya, Bontolempangan, Tompo Bulu dan Biring Bulu. Kondisi
topografi atau ketinggian tempat di Kabupaten Gowa cukup bervariasi
antara 0 sampai 2800 meter dari permukaan laut (mdpl).
b. Kondisi Klimatologi
Wilayah Indonesia pada umumnya mengenal dua musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau. Lama dan bulan jatuhnya awal setiap musim
sangat bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. November sampai
Maret angin bertiup sangat banyak mengandung uap air yang berasal dari
Benua Asia dan Samudera Pasifik sehingga pada bulan-bulan tersebut terjadi
59
musim hujan. 1) Iklim, Suhu Udara dan Curah Hujan Kabupaten Gowa
dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau
dimulai pada bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai
pada bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap
setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan
Oktober-November. Berdasarkan data curah hujan tertinggi yang di pantau
oleh beberapa stasiun/pos pengamatan seperti stasiun Geofisika Gowa dan
BPP Limbung terjadi pada bulan Januari yang mencapai rata- rata 470 mm,
sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli-Agustus yang bisa
dikatakan hampir tidak ada hujan. Keadaan yang mempengaruhi iklim suatu
daerah adalah suhu, kelembaban, arah angin dan kondisi cuaca pada saat
tertentu. Pada umumnya Kabupaten Gowa mempunyai iklim tropis basah.
Curah hujan dan hari hujan menunjukkan curah hujan untuk daerah dataran
rendah mempunyai variasi antara 500 - 1.000 mm/tahun sedangkan untuk
daerah hulu (pegunungan) berkisar antara 1.000 - 2.000 mm/tahun. Suhu
Udara rata-rata tahunan di dataran rendah berkisar antara 25,50 C - 27,90 C,
angka ini berkurang 0,60 C setiap kenaikan 100 meter. Curah Hujan dan hari
hujan akan menentukan pula potensi air permukaan (air sungai) maupun
ketersediaan air tanah (ground water) dapat digunakan sebagai data potensi
air tanah dalam jika diperlukan untuk prasarana pengairan menggunakan
sistem pompa air dalam (Yusuf, 2016).
c. Kondisi Hidrologi
60
Keadaan Hidrologi di Kabupaten Gowa umumnya dipengaruhi oleh
sumber air yang berasal dari Sungai Saddang dan anak sungai serta mata air
dengan debit yang bervariasi. Hulu Sungai Saddang yang merupakan sungai
terpanjang di Sulawesi Selatan merupakan satu daerah aliran sungai (DAS)
Jeneberang berada di Kabupaten Gowa merupakan sumber air bersih dan
pertanian di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar. Daerah aliran sungai
(DAS) lain adalah Je’netallasa, Pa’bundukang, Malino, Cadika,
Pallappakang. Anak sungai-sungai ini berlanjut ke sungai yang akhirnya
bermuara ke Samudra Indonesia ataupun selat Makassar. Kondisi hidrologi
Kabupaten Gowa secara umum adalah sebagai berikut:
1) Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman 40-100 m
2) Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan
genangan-genangan.
Potensi sumberdaya air di Kabupaten Gowa selain dipengaruhi oleh
kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai
yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku
untuk kebutuhan lainnya. Potensi sumberdaya air di wilayah Kabupaten
Gowa yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan
kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal
(air permukaan dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat
berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain
61
sebagainya, sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air
melalui pengeboran. Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan
pokok penduduk di suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi
air tanahnya terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari
aspek kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih terbatas
dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanah dangkal, dalam
(artesis), air permukaan dan mata air yang bersumber dari pegunungan.
2) Peruntukan Air
Sungai sebagai sumberdaya air yang dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan yakni kebutuhan air bersih dan kepentingan pertanian (irigasi),
dengan keberadaan beberapa sungai menurut Daerah Aliran Sungai (DAS)
di Kabupaten Gowa. Berdasarkan pada kajian potensi sumberdaya air maka
daerah Kabupaten Gowa terdapat beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS)
utama, masing- masing terdiri dari DAS Je’neberang, je’netalasa,
Pa’bundukang, Malino, Candika dan Pallappakang. Di luar dari enam DAS
ini terdapat juga beberapa DAS kecil lainnya yang umumnya hampir
terdapat di seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. Air
dari beberapa DAS kecil ini yang terletak di bagian Timur wilayah studi
bermuara di laut Makassar (Yusuf, 2016).
3) Sumberdaya Air Buatan
Sumberdaya air buatan di Kabupaten Gowa dimanfaatkan dengan
membuat bendungan air yang antara lain berupa pembuatan 1 buah
62
bendungan yaitu bendungan Bili-Bili yang tercakup dalam wilayah
kecamatan Bontomarannu. setelah itu dibangun pula beberapa
bendungan/waduk Kecil sebagai aliran irigasi yang tersebar di beberapa
kecamatan di area wilayah Kabupaten Gowa.
4) Daerah Resapan Air
Daerah resapan air yang ada di Wilayah Kabupaten Gowa terdapat pada
beberapa wilayah kecamatan, seperti Kecamatan Parangloe, Sombaopu,
Pallangga, Patallassang dan Bontomarannu. Daerah-daerah tersebut
merupakan dataran rendah sehingga potensi resapan air pada wilayah
tersebut cukup besar (Yusuf, 2016).
5) Rawa dan Daerah Banjir
Wilayah Kabupaten Gowa yang terdiri dari wilayah dataran tinggi dan
dataran rendah serta daerah pesisir memiliki daerah- daerah rawa dan daerah
rawan banjir. Pada umumnya daerah tersebut berada pada wilayah
kecamatan yang berada di dataran rendah, seperti Kecamatan Bontonompo,
Bontonompo Selatan, Bajeng, Pallangga, Barombong, Sombaopu,
Bontomarannu, Patallassang dan Parangloe (Yusuf, 2016).
6) Kondisi Geologi
Struktur geologi batuan Kabupaten Gowa yang memiliki karakteristik
geologi yang kompleks dicirikan oleh adanya jenis satuan batuan yang
bervariasi akibat pengaruh struktur geologi. Beberapa jenis batuan yang
dapat ditemukan di Kabupaten Gowa pada umumnya antara lain:
63
a) Batuan epiklastik gunungapi (batu pasir andesitan, batu lanau,
konglomerat dan breksi
b) Batu gamping kelabu hingga putih berupa lensa-lensa besar
c) Batu gamping terumbu.
d) Batu pasir hijau, grewake, napal, batu lempung dan tuf, sisipan lava
bersisipan andesit-basal
e) Batu pasir, konglomerat, tufa, batulanau, batulempung, batu gamping,
napal
f) Batu sabak, kuarsit, filit, batu pasir kuarsa malih, batu lanau malih dan
pualam, setempat batu lempung malih
g) Granit, granodiorit, riolit, diorit, dan aplit
h) Hasil erupsi parasite
i) Konglomerat, sedikit batupasir glokonit dan serpih
j) Lava andesit dan basal, dan latit kuarsa
k) Lava, breksi, tufa, konglomerat
l) Napal diselingi batulanau gampingan dan batupasir gampingan
m) Napal, kalkarenit, batugamping koral bersisipan dengan tuf dan
batupasir, setempat dengan konglomerat
n) Serpih coklat kemerahan, sepi napalan kelabu, batugamping, batupasir
kuarsa, konglomerat, batugamping dan setempat batubara
7) Jenis Tanah
Jenis tanah di kabupaten Gowa diklasifikasikan dalam: 4 (empat) tipe:
64
a) Alluvial Muda merupakan endapan aluvium (endapan aluvial sungai,
pantai dan rawa) yang berumur kuarter (resen) dan menempati daerah
morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60 m dengan sudut kemiringan
lereng <3%. Tekstur beraneka mulai dari ukuran lempung, lanau, pasir,
lumpur, kerikil, hingga kerakal, dengan tingkat kesuburan yang tinggi.
b) Regosol adalah tanah hasil lapukan dari batuan gunungapi dan
menempati daerah perbukitn vulkanik, dengan ketinggian 110- 1.540 m
dengan sudut kemiringan lereng >15%. Sifat-sifat fisiknya berwarna
coklat hingga kemerahan, berukuran lempung lanauan – pasir
lempungan, plastisitas sedang, agak padu, tebal 0,1-2,0 m.
c) Litosol merupakan tanah mineral hasil pelapukan batuan induk, berupa
batuan beku (intrusi) dan/atau batuan sedimen yang menempati daerah
perbukitan intrusi dengan ketinggian 3-1.150 m dan sudut lereng < 70%.
Kenampakan sifat fisik berwarna coklat kemerahan, berukuran
lempung, lempung lanauan, hingga pasir lempungan, plastisitas sedang-
tinggi, agak padu, solum dangkal, tebal 0,2-4,5 m.
d) Mediteran merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batugamping
yang menempati daerah perbukitan karst, dengan ketinggian 8-750 m
dan sudut lereng > 70%. Kenampakan fisik yang terlihat berwarna coklat
kehitaman, berukuran lempung pasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak
padu, permeabilitas sedang, rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m.
8) Kondisi Penggunaan Lahan
65
Jenis penggunaan lahan yang terdapat di Kabupaten Gowa terdapat 10
jenis, adapun jenis penggunaan lahan dengan luas terbesar yakni Lahan
bukan pertanian (jalan, pemukiman, perkantoran, sungai,dll) dengan luas
47,037 Ha dengan persentase 24,98 %. Sedangkan jenis penggunaan lahan
terkecil yaitu Sementara tidak diusahakan (lahan kosong) dengan luas 3,278
Ha dengan persentase 1,74 %. untuk lebih jelasnya dapat diketahui melalui
tabel berikut :
Tabel 4.4
Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Gowa Tahun 2018 No Penggunahan Lahan Luas (ha) Persentase
1 Lahan Sawah 34,219 18,17
2 Tegal/kebun 31,627 16,79
3 Ladang/huma 12,356 6,56
4 Perkebunan 8,298 4,41
5 Ditanami Pohon/Hutan
Rakyat 19,685 10,45
6 Padang Pengembalan/padang
rumput 4,496 2,39
7 Hutan Negara 14,641 7,77
8 Sementara tidak diusahakan
(Lahan Kosong) 3,278 1,74
9 Lainnya (Tambak, kolam,
empang, dll) 12,696 6,74
10 Lahan Bukan Pertanian
(Jalan, pemukiman,
perkantoran, sungai,dll)
47,037 24,98
Jumlah 188,333 100 Sumber: Statistik Penggunahan Lahan Kabupaten Gowa 2018
Diagram 4.5
Jenis Penggunaan Lahan di Kabupaten Gowa
34,219 31,627
12,356 8,29819,685
4,49614,641
3,27812,696
0
10
20
30
40
66
C. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Wilayah Penelitian
Karakteristik dan Fungsi Jaringan Jalan pada lokasi penelitian ini
termasuk jalan provinsi. Jalan penghubung Kota Makassar dan Kabupaten Gowa
tersebut merupakan taggung jawab dari pihak pemerintah Provinsi Sulawesi
Selatan. Jalan Tun Abdul Razak, sebuah nama yang di ambil dari Najib Tun
Abdul Razak yaitu seorang PM Malaysia yang di lantik pada tahun 2000. Tun
Abdul Razak merupakan keturunan bangsawan suku Bugis-Makassar. Raja
Gowa (kerajaan Makassar) ke-16 yakni I Mallombasi Daeng Mattawang Karaeng
Bonto Mangape Muhammad Bakir yang bergelar Sultan Hasanuddin memiliki
putra yakni Raja Gowa ke-19 I Mappadulung Daeng Mattimung Karaeng
Sanrobone Sultan Abdul Djalil Tumenanga ri Lakiung. Salah satu dari putra
Sultan Abdul Djalil ini merantau ke Pahang, Malaysia, yang merupakan leluhur
Tun Abdul Razak. Jalan Tun Abdul Razak memberikan akses utama terhadap
perkembangan Kota Makassar menuju berbagai tempat salah satunya UIN
Alauddin Makassar dan perumahan bergengsi (kelas atas) Citraland Makassar.
Jl. Tun Abdul Razak yang terletak di Kecamatan Somba Opu, Kabupaten
Gowa merupakan jalan di kawasan perbatasan di sebelah utara Kecamatan Somba
Opu, yang merupakan jalan penghubung antara Kab. Gowa – Kota Makassar.
Wilayah penelitian ini dilakukan di sepanjang kiri kanan Jalan Tun
Abdul Razak, yang terletak di tiga Kelurahan, yaitu Kelurahan Tombolo,
67
Kelurahan Paccinongan dan Kelurahan Samata Kecamatan Sungguminasa,
Kabupaten Gowa, untuk lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.6
Tabel 4.6
Luas Lokasi Penelitian Berdasarkan Wilayah Pemerintahan
No. Lokasi Penelitian Luas (ha) %
1. Kelurahan Tombolo 206 20.7
2. Kelurahan Paccinongan 371 37.3
3. Kelurahan Romang-Polong 271 27.3
4. Kelurahan Samata 144 14.5
Jumlah 992 100% Sumber : Kecamatan Somba Opu dalam angka 2017
2. Kondisi Geologi
Keadaan geologi Kota Sungguminasa berdasarkan data yang diperoleh,
terdiri atas; relief kasar yang merupakan morfologi perbukitan, morfologi
pegunungan, sungai, daratan dan pantai. Satuan batuan yang membentuk
morfologi tersebut adalah batuan epiklastik gunung api (batu pasir andesitan,
batu lanau, konglomerat, dan breksi) serta lava, dan tufa. Morfologi yang
dominan adalah daratan, dan perairan dengan kelerengan yang sangat
bervariasi, diduga akibat adanya proses erosi, tanah longsor, dan gerakan massa
tanah lain yang sangat efektif.
3. Jenis Tanah
Jenis tanah yang terdapat di Kota Sungguminasa antara lain jenis tanah
alluvial muda, penyebarannya disepanjang Sungai Je’neberang, membujur dari
Kecamatan Bontomarannu, Pallangga, dan Somba Opu. Jenis tanah tersebut
meliputi jenis tanah dengan aneka tekstur mulai dari lempung, lanau, pasir,
68
lumpur, kerikil, hingga kerakal, digolongkan kedalam jenis tanah produktif
dengan tingkat kedalaman efektif tanah antara 0-60 m, secara umum berlokasi di
daerah pinggiran Kota Sungguminasa dan dimanfaatkan masyarakat untuk
kegiatan pertanian.
4. Kondisi Hidrologi
Keadaan hidrologi Kota Sungguminasa, berdasarkan hasil observasi
lapangan yang dilakukan ditemukan daerah-daerah dikawasan kota yang
mengalami genangan periodik. Sumber air permukaan berasal dari Sungai
Je’neberang. Pada kondisi tertentu terutama pada saat musim hujan air
permukaan mempengaruhi sebahagian wilayah Kota Sungguminasa, khususnya
di wilayah Kecamatan Somba Opu dan menerima air limpasan dari Sungai
Je’neberang yang merupakan ancaman banjir perkotaan, melalui kanal-kanal
yang bermuara ke Sungai Je’neberang.
5. Identifikasi Kawasan Penelitian
Peningkatan fasilitas ekonomi informal dan ekonomi formal mengalami
perkembangan kawasan yang diikuti oleh pergerakan arus urbanisasi dan migrasi
berdampak pada perkembangan kegiatan ekonomi informal dan ekonomi formal
perkotaan. Kawasan penelitian di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak, selama 10
tahun terakhir mengalami perubahan yang cukup signifikan dalam hal tersebut,
reproduksi ruang yang semakin hari semakin banyak di Sepanjang Jalan Tun
Abdul Razak membut fasilitas di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak meningkat.
69
Berikut Fasiltas yang terdapat di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak , dapat dilihat
pada Tabel 4.25 berikut :
Tabel 4.7
Fasilitas yang terdapat di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak
No Jenis usaha ekonomi informal Frekuensi Presentase
(%)
1. Kios/Warung kelontong 31 28
2. Tambal ban/bengkel 5 5
3. Penjual pakaian bebas 1 1
4. Penjual makanan siap saji 10 9
5. Penjual bahan bangunan 9 8
6. Kerajinan rumah tangga 8 7,2
7. Bank 1 1
8. Pertamina 1 1
9. Universitas 1 1
10. Rumah Sakit 1 1
11. Apotik 4 4
12. perumahan 7 5
13. mesjid 2 2
14. Pasar 2 2
15. Showroom motor 3 3
16. Showroom mobil/ Jasa rental mobil 6 5,4
17. Giant Ekstra 1 1
18. Mabel 10 9
19. Cafe/ warkop 5 5
20. KFC 1 1
21. Pizza Hut 1 1
22. Wisma/rumah kos 3 3
Jumlah 111 100%
Sumber : Survey Lapangan 2018
Sebaran perkembangan aktivitas ekonomi informal di dominasi oleh
kios dan warung kelontong dengan jumlah 31 atau sebesar 28%. Selain itu
perkembangan fasilitas lain di Jalan Tun Abdul Razak juga ditandai dengan
70
berkembangnya ekonomi formal seperti showroom motor, jasa rental
mobil/showroom mobil, wisma, cafe/warung kopi. Perkembangan berbagai
fasilitas ini dikarenakan lokasi yang stretegis, berkembangnya hunian skala
besar, pertumbuhan jumlah penduduk, dan perkembangan aktivitas baru
perkotaan. Perkembangan berbagai fasilitas ini dikarenakan akibat kurangnya
lahan terbuka di pusat kota, kurangnya kemampuan modal, dan peralihan
orientasi mata pencaharian sehingga kecenderungan masyarakat melakukan
aktivitas ekonomi di sepanjang jaringan jalan (ruang publik) dan berkembang
secara linear. Selain berbagai fasilitas ekonomi, Perumahan merupakan daya
tarik tersendiri masyarakat untuk bermukim dan memilih lahan di Sepanjang
Jalan Tun Abdul Razak. Berikut beberapa nama perumahan, nama pemilik dan
luas lahan pengembangan perumahan di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak ;
Tabel 4.8
Luas Pengembangan Perumahan
No. Nama Perumahan Nama Pemilik
Luas
Pengembangan
1. Bumi Aroepala PT.TBS 20
2. Citraland Celebes Ciputra 30,89
3. Puri Diva Istanbul Hj. Andi Fatmawati 22
5. Modren Land Idris Manggabarani 20
6. Royal Spring BSA Land 21
Jumlah 120,19 Sumber : Hasil olah data Arcgis 2018
Berikut Ruang Komersil yang terdapat di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak dengan
jumlah unit/frekuensi dan presentase jumlah frekuensi dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 4.9
Ruang Komersil
71
No Komersil Frekuensi Presentase (%)
1. Penjual pakaian bebas 1 2,8
2. Penjual makanan siap saji 10 28,5
3. Penjual bahan bangunan 9 25,7
4. Apotik 4 11,4
5. Showroom motor 3 8,5
6. Showroom mobil/ Jasa
rental mobil 6 17,1
7. Giant Ekstra 1 2,8
8. Mabel 10 28,5
9. Cafe/ warkop 5 14,2
10. KFC 1 2,8
11. Pizza Hut 1 2,8
12. Wisma/rumah kos 3 8,5
35 100%
Sumber : Survey Lapangan 2018
Perubahan karakteristik kepemilikan lahan pada kawasan Jalan Tun
Abdul Razak yang signifikan ditandai dengan luas lahan yang dikembangkan
oleh para pengembang kurang lebih 120,19 Ha atau sebesar 29,14% dari total
luas kawasan tapi tidak mencakup semua wilayah penelitian, dan Pembangunan
ruang komersil di Sepanjang Jalan Tun Abdul razak mencapai frekuensi 35
unit. Kondisi inilah yang kemudian memicu pertumbuhan dan perkembangan
pembangunan sekaligus mempengaruhi harga. Faktor prakarsa pengembang,
mempunyai pengaruh kuat dalam mengarahkan perkembangan fisik spasial
kawasan, dari hasil observasi yang dilakukan menunjukkan bahwa keberadaan
pengembang memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam pengembangan
spasial. Kondisi ini ditandai dengan penguasaan lahan dan ruang yang
dimanfaatkan untuk kegiatan pembangunan sehingga keberadaan perumahan
72
yang dibangun memiliki dampak yang sangat sangat besar terhadap perubahan
fisik spasial. Kondisi awal sebelum dibangun, diidentifikasi merupakan lahan
yang mempunyai nilai ekonomi yang rendah, setelah dibeli dan dibangun oleh
pengembang dan dimanfaatkan untuk pembangunan kawasan permukiman elit
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang modern, lengkap dan
memadai. Sehingga hal ini mengondisikan Jalan Tun Abdul Razak menjadi
lokasi bagi pemukim-pemukim baru dan pusat ekonomi baru bagi Kabupaten
Gowa. Hal inilah yang mendorong perkembangan fisik spasial yang lebih cepat
dibandingkan dengan kawasan pinggiran lain yang ada di kawasan
Metropolitan Mamminasata. Proses perkembangan fisik spasial terjadi secara
memanjang sehingga secara langsung mengondisikan penambahan areal
kekotaan. Berdasarkan hasil observasi di lapangan, ditemukan bahwa proses
penambahan areal kekotaan ini terjadi di sepanjang jalur memanjang di luar
daerah terbangun. Jalur memanjang ini adalah jalur jalan Tun Abd Razak yang
menuju ke arah Kota Makassar. Jalur memanjang inilah yang mengontrol
pertumbuhan permukiman maupun bangunan non permukiman sedemikian
rupa sehingga membentuk konsentrasi bangunan dengan sebaran keruangan
yang memanjang (linear).
D. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Lokasi Penelitian
Perubahan penggunaan lahan merupakan peralihan suatu bentuk dan lokasi
penggunaan lahan yang lama menjadi baru. Perubahan penggunaan lahan pada
73
penelitian ini meliputi perubahan lahan permukiman, lahan kosong, jalan, tambak,
perdagangan dan jasa, perkantoran, pergudangan, dan sawah yang telah terjadi dari
tahun 2007 hingga tahun 2017. Untuk mengetahui bagaimana proporsi penggunaan
lahan yang banyak berubah dapat kita ketahui dengan melihat tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Penggunaan Lahan Tahun 2007
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Permukiman 13.94 6.5
2 Pertanian 200.87 9.4
Jumlah 215,3 100.00 Sumber : Analisis GIS Tahun 2018
Tabel 4.11 Penggunaan Lahan Tahun 2017
No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)
1 Permukiman 104.3 48,4
2 Lahan Pertanian 87,4 40,5
3 Perdangan dan Jasa 21,4 9,9
4 Pendidikan 2,2 1,0
Jumlah 215,3 100.00 Sumber : Analisis GIS Tahun 2018
Tabel 4.12 Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2007 - 2017
Sumber : Analisis GIS Tahun 2018
No. Jenis Penggunaan
Lahan
TAHUN 2008 TAHUN 2009 DEVIASI
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)
1 Permukiman 7,5 3,48 7,5 3,48% -
2 Lahan Pertanian 199,8 92,9 189,3 87,9 % -10,5
3 Pembebasan Lahan 8 3,71 18,5 8,6 4,89
Jumlah 215,3 100 215,3 100 5,61
No. Jenis Penggunaan
Lahan
TAHUN 2010 TAHUN 2011 DEVIASI
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)
1 Permukiman dan
perumahan
21,87 10,5 21,87 10,5 -
2 Pembebasan Lahan 4,2 1,9 12,7 5,9 +8,5
3 Lahan Pertanian 189,2 87,8 180,7 83,9 -8,5
Jumlah 215,3 100% 215,3 100% 17
No. TAHUN 2012 TAHUN 2013 DEVIASI
74
Sumber : Analisis GIS Tahun 2018
Berdasarkan data pada tabel 4.12 diatas, dapat kita ketahui mengenai hasil
perhitungan perubahan lahan yang terjadi di lokasi penelitian dari tahun 2007 – 2017.
Data yang disajikan merupakan data perubahan penggunaan lahan saja. Dari jenis
penggunaan lahan yang ada, semua jenis penggunaan lahan tersebut mengalami
perubahan.
Pada tahun 2007 luas penggunaan lahan permukiman hanya sebesar 7,5 ha,
namun pada tahun 2017 jenis penggunaan lahan ini mengalami pertambahan lahan
sebesar +96,8 ha menjadi 104,3 ha. Jenis penggunaan lahan pertanian juga mengalami
penambahan luas yang awalnya 199,8 ha bekurang -112,4 ha menjadi 87,4 ha.
Jenis Penggunaan
Lahan
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)
1 Permukiman dan
perumahan
21,87 10,5 21,87 10,5 -
2 Pembebasan Lahan 2,1 0,97 35,9 16,7 +33,8
3 Perdagangan dan jasa 0,5 88,6 1,36 0,63 +0,86
4 Lahan Pertanian 190,83 0,5 156,2 75,5 -34,6
Jumlah 215,3 100 215,3 100 69,26
No. Jenis Penggunaan
Lahan
TAHUN 2014 TAHUN 2015 DEVIASI
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)
1 Permukiman dan
perumahan
95,2 44,2 95,2 44,2 -
2 Lahan Pertanian 99,5 46,2 98,7 45,8 -0,8
3 Perdagangan dan jasa 18,4 8,5 19,2 8,9 +0,8
4 Pendidikan 2,2 1,0 2,2 1,0 -
Jumlah 215,3 100 215,3 100 0,16
No. Jenis Penggunaan
Lahan
TAHUN 2016 TAHUN 2017 DEVIASI
Luas (Ha) % Luas (Ha) % Luas (Ha)
1 Permukiman 95,2 44,2 104.3 48,4 +91
2 Lahan Pertanian 97,7 45,3 87,4 40,5 -10,3
3 Perdangan dan Jasa 20,2 9,4 21,4 9,9 +1,2
4 Pendidikan 2,2 1,0 2,2 1,0 -
Jumlah 215,3 100 215,3 100 102,5
75
Penggunaan lahan Perdagangan dan Jasa yang belum terdapat pda tahun 2007
bertambah +18.44 ha menjadi 8.56 ha. . Dan yang terakhir adalah Penggunaan lahan
Pendidikan yang belum terdapat pda tahun 2007 bertambah +2.2 ha.
E. Gambaran Umum Responden
Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat yang bermukim dilingkup
wilayah penelitian. Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini berjumlah 100
orang. Ini sesuai dengan metode pengambilan sampel yang dipakai dalam penelitian
ini yaitu accidental sampling. Berdasarkan data dari 100 responden, melalui daftar
pertanyaan didapat kondisi responden tentang umur, jenis kelamin, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan per bulan, dan pengeluaran perbulan. Penggolongan ini
berutujuan untuk mengetahui secara jelas dan akurat mengenai gambaran responden
sebagai objek penelitian ini. Gambaran umum tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendapatan dan Pengeluaran
3. Deskripsi Responden Berdasarkan intensitas berkunjung
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Umur
Kriteria responden berdasarkan usia dibagi kedalam 3 kategori yakni usia
20-40 Tahun, 41-50 Tahun dan lebih dari 51 Tahun. Penelitian ini menggunakan
umur 20-40 tahun menjadi batas responden dikarenakan jumlah tersebut
merupakan usia kerja, kemudian untuk usia 41 hingga lebih dari 51 tahun diambil
76
karena usia ini berada ditengah – tengah antara masa kerja dengan pensiun kerja.
Jumlah responden dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.6 dibawah ini.
Tabel 4.13
Karakteristik Responden Berdasrkan Umur
No. Umur Banyaknya
(jiwa)
Presentase
(%)
1. 20 – 40 Tahun 20 20
2. 41 – 50 Tahun 41 41
3. ≥ 51 39 39
Jumlah Total 100 100 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018 (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
berusia 20-40 tahun sebanyak 20 orang atau (20%), yang berusia 41-50 tahun
sebanyak 41 orang atau (41%), yang berusia lebih dari 50 tahun sebanyak 39 orang
atau (39%).
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan
Kriteria responden berdasarkan Tingkat pendapatan dibagi kedalam 2
kategori yakni pendapatan ≤ Rp.1000.000,00 – Rp. 5000.000,00 dan pendapatan
Rp. 5000.000, 00 - ≥ Rp.10.000,000,00. Jumlah responden dan persentasenya dapat
dilihat pada Tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.14
Karakteristik Responden Berdasrkan Tingkat Pendidikan
No. Umur Banyaknya
(jiwa)
Presentase
(%)
1. ≤ Rp.1000.000,00 – Rp. 5000.000,00 63 63
2. Rp.5000.000,00- ≥ Rp.10.000,000,00 37 37
Jumlah Total 100 100
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018 (data diolah)
77
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
memiliki tingkat pendapatan ≤ Rp.1000.000,00 – Rp. 5000.000,00 ialah 63 jiwa
atau (63%), memiliki tingkat Rp.5000.000,00- ≥ Rp.10.000,000,00 ialah 37 jiwa
atau (37%).
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan
Kriteria responden berdasarkan Tingkat pendidikan dibagi kedalam 4
kategori yakni Tingkat SD/SLTP , Tingkat SLTA, Tingkat DIPLOMA dan Tingkat
SARJANA. Jumlah responden dan persentasenya dapat dilihat pada Tabel 4.8
dibawah ini.
Tabel 4.14
Karakteristik Responden Berdasrkan Tingkat Pendidikan
No. Umur Banyaknya
(jiwa)
Presentase
(%)
1. SD/SLTP 5 5
2. SLTA 38 38
3. DIPLOMA 15 15
4. SAJANA 42 42
Jumlah Total 100 100
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018 (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
memiliki tingkat Pendidikan terendah ialah tamat SD/SLTP sebanyak 5 jiiwa atau
(5%), dan Tingkat penidikan terbesar ialah Sarjana sebanyak 42 jiwa atau (42%).
4. Deskripsi Responden Berdasarkan Status Kepemilikan Tanah
Kriteria responden berdasarkan Status Kepemilikan Tanah dibagi kedalam 3
kategori yakni Kepemilikan bangunan milik sendiri, Kepemilikan bangunan milik
78
keluarga dan Kontrak. Jumlah responden dan persentasenya dapat dilihat pada
Tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.15
Karakteristik Responden Berdasrkan Kepemilikan Bangunan
No. Umur Banyaknya
(jiwa)
Presentase
(%)
1. Milik Sendiri 51 51
2. Milik Keluarga 39 39
3. Kontrak 10 10
Jumlah Total 100 100
Sumber : Data Primer Hasil Penelitian 2018 (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 100 responden yang
memiliki status kepemilikan tanah di lokasi penelitian, ialah Tanah Milik sendiri
51 jiwa atau (51%), milik keluarga 39 jiwa atau (39%) dan responden yang
menempati rumah konrak 10 jiwa atau (10%).
F. Analisis Deskripsi Variabel
1. Nilai lahan dan Bangunan
Untuk mengukur variabel Nilai lahan dan bangunan dilakukan pengukuran
dengan menggunakan dua indikator penelitian, yaitu harga sewa lahan dan harga
jual lahan (Saputra, 2007). Untuk mengetahui seberapa ‘besar’ pengaruh
reproduksi ruang terhadap nilai lahan dan bangunan. Hasil penelitian disampaikan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.16
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang seberapa besar harga
sewa lahan / bangunan
79
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
A
Sangat Besar 52 52
Besar 33 33
Agak Besar 15 15
Cukup Besar 0 0
Kecil 0 0
Sangat Kecil 0 0
Jumlah 100 100
Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih ‘Sangat Besar’ sebanyak 52 responden dan tidak ada yang memilih
cukup,keil dan sangat kecil. Hal ini menujukkan bawah Pengaruh Nilai lahan
selama kurun waktu 10 tahun terakhir sangat besar .
Tabel 4.17
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang seberapa besar harga
Jual lahan / bangunan
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
B
Sangat Besar 60 60
Besar 38 38
Agak Besar 1 1
Cukup Besar 1 1
Kecil 0 0
Sangat Kecil 0 0
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih
‘Sangat Besar’ untuk harga jual lahan/bangunan sebanyak 60 responden dan tidak
80
ada yang memilih kecil dan sangat kecil. Hal ini menujukkan bawah Pengaruh
Nilai lahan selama kurun waktu 10 tahun terakhir sangat besar .
Adapun perhitungan penjumlahan bobot dari tanggapan responden
mengenai variabel nilai lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.18
Jumlah Tanggapan Reseponden mengenai Variabel Nilai lahan dan bangunan
Item
Pertanyaan
Alternatif jawaban dan
frekuensi Skor
aktual
Presentase
(%) 6 5 4 3 2 1
A 52 33 0 0 0 0 477 37,25
B 60 38 1 1 0 0 557 46,41
Jumlah Skor Aktual 1.034 83,7
Skor Ideal 1.200 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan kedua indikator variabel Nilai lahan dan Bangunan, menujukkan
bahwa skore tertinggi dari jawaban responden dari kedua indikator variabel
tersebut ialah pernyataan B (Harga jual lahan/banguan) yakni nilai skore 445
(kategori sangatbesar) dengan total prsentase nilai skore 46,41 %. Disimpulkan
bahwa selama 10 tahun terakhir harga jual lahan di Sepanjang Jalan Tun Abdul
Razak “sangat besar/meningkat”
2. Preferensi Fungsi Jalan
Untuk mengukur variabel Preferensi Fungsi Jalan dilakukan pengukuran
dengan menggunakan 4 indikator penelitian, yaitu Kemudahan mencapai lokasi,
Kondisi fisik yang baik/memadai, Ketersediaan fasilitas transportasi/angkutan
81
umum dan Kemudahan menuju terminal/pelabuhan /bandara (Saputra, 2007).
Untuk mengetahui seberapa ‘besar’ pengaruh reproduksi ruang terhadap fungsi
jalan. Hasil penelitian disampaikan pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.16
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan Kemudahan mencapai lokasi
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
A
Sangat Besar 32 52
Besar 35 33
Agak Besar 30 15
Cukup Besar 1 0
Kecil 2 0
Sangat Kecil 0 0
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden memilih
‘Besar’ sebanyak 35 responden dan tidak ada yang memilih cukup kecil Hal ini
menujukkan bawah kemudahan mencapai lokasi yang diinginkan cukup memiliki daya
tarik responden selama kurun waktu 10 tahun terakhir.
Tabel 4.17
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang Kondisi Fisik Jalan
yang Memadai
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
B
Sangat Besar 5 5
Besar 8 8
Agak Besar 15 15
Cukup Besar 39 39
Kecil 23 23
Sangat Kecil 10 10
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
82
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih Cukup dan kecil sebanyak 30 responden memilih cukup dan 23
responden memilih kecil. Hal ini menujukkan bahwa Kondisi fisik jalan meskipun
telah memilik banyak perubahan selama kurun waktu 10 tahun terakhir tetapi
kondisinya tetap ‘Cukup”.
Tabel 4.18
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang Ketersediaan Fasilitas
Transportasi Angkutan Umum
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
C
Sangat Besar 0 0
Besar 0 0
Agak Besar 16 6
Cukup Besar 20 20
Kecil 44 44
Sangat Kecil 20 20
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih Cukup dan kecil sebanyak 20 responden memilih cukup dan 44
responden memilih kecil. Hal ini menujukkan bahwa Fasilitas angkutan umum di
Jalan Tun Abdul razak masih “Kurang”.
Tabel 4.19
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang Kemudahan Menuju
Terminal/Pelabuhan/Bandara
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
D
Sangat Besar 0 0
Besar 0 0
Agak Besar 0 0
Cukup Besar 5 5
83
Kecil 25 25
Sangat Kecil 70 70
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih Sangat kecil sebanyak 70 responden dan memilih 0 untu sangat besar.
Hal ini menujukkan bahwa kemudahan menuju terminal.bandara masih sangat
kecil.
Adapun perhitungan penjumlahan bobot dari tanggapan responden
mengenai variabel Prefernsi Fungsi Lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.20
Jumlah Tanggapan Responden Mengenai Variabel Preferensi Fungsi Jalan
Item
Pertanyaan
Alternatif jawaban dan
frekuensi Skor
aktual
Presentase
(%) 6 5 4 3 2 1
A 32 35 30 1 2 0 494 20,5
B 5 8 15 39 23 10 303 12,6
C 20 44 20 16 0 0 360 15
D 0 0 0 5 25 70 135 5,6
Jumlah Skor Aktual 1.292 53,7
Skor Ideal 2.400 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan keempat indikator variabel Preferensi Fungsi Jalan
menujukkan bawha skore tertinggi dari jawaban responden dari keempat
indikator variabel tersebut ialah pernyataan A (Kemudahan mencapai lokasi
yang dituju ) yakni nilai skore 494 (kategori sangat besar) dengan total
prsentase nilai skore 20,5 %. Disimpulkan bahwa selama 10 tahun terakhir
84
kemudahan mencapai lokasi sekitar yang diinginkan di Sepanjang Jalan Tun
Abdul Razak “sangat besar/meningkat”
3. Preferensi Kawasan yang berdekatan/disekitarnya
Untuk mengukur variabel aspek yang berdekatan maka digunakan
pengukuran dengan menggunakan dua indikator penelitian, yaitu Pengaruh
Kegiatan Kawasan sekitar, dan Ketersediaan Fasilitas teransportasi, dan Investasi
lahan (Saputra, 2007). Untuk mengetahui seberapa ‘besar’ pengaruh reproduksi
ruang terhadap nilai lahan dan bangunan. Hasil penelitian disampaikan pada tabel
di bawah ini :
Tabel 4.21
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang seberapa besar
Pengaruh kegiatan kawasan sekitar
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
A
Sangat Besar 70 70
Besar 33 33
Agak Besar 15 15
Cukup Besar 0 0
Kecil 0 0
Sangat Kecil 0 0
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih ‘Sangat Besar’ sebanyak 70 responden dan tidak ada yang memilih
cukup,kecil dan sangat kecil. Hal ini menujukkan bawah Pengaruh Kawasan
Sekitar selama kurun waktu 10 tahun terakhir sangat besar .
Tabel 4.22
85
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang seberapa besar harga
Jual lahan / bangunan
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
B
Sangat Besar 0 0
Besar 8 8
Agak Besar 0 0
Cukup Besar 23 23
Kecil 40 40
Sangat Kecil 14 14
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih Kecil sebanyak 40 responden dan tidak ada yang memilih sangat
besar,dan cukup besar. Hal ini menujukkan bawah Pengaruh Fasilitas transportasi
kurun waktu 10 tahun terakhir masih kurang.
Tabel 4.23
Frekuensi Tanggapan Responden dengan Pertanyaan tentang seberapa besar
Keinginan Berinvestasi
Item Pertanyaan Kategori Frekuensi Presentase
%
C
Sangat Besar 75 75
Besar 24 24
Agak Besar 0 0
Cukup Besar 0 0
Kecil 0 0
Sangat Kecil 4 4
Jumlah 100 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memilih ‘Sangat Besar’ sebanyak 75 responden dan tidak ada yang memilih
cukup,kecil dan sangat kecil terdapat 4 responden . Hal ini menujukkan bawah
86
Pengaruh kegiatan kawasan sekitar selama kurun waktu 10 tahun terakhir sangat
besar .
Adapun perhitungan penjumlahan bobot dari tanggapan responden
mengenai variabel nilai lahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.24
Jumlah Tanggapan Responden Mengenai Variabel Preferensi Kawasan yang
Berekatan
Item
Pertanyaan
Alternatif jawaban dan
frekuensi
Skor
aktual
Presentase
(%)
6 5 4 3 2 1
A 70 33 13 0 0 0 637 35,3
B 0 8 0 23 40 14 230 12,7
C 75 24 0 0 0 4 574 31,8
Jumlah Skor Aktual 1.441 79,8
Skor Ideal 1.800 100 Sumber : Data Primer hasil Penelitian 2018 (data diolah )
Berdasarkan kedua indikator variabel kawasan yang berdekatan
menujukkan bawha skore tertinggi dari jawaban responden dari ketiga indikator
variabel tersebut ialah pernyataan C (Investasi) yakni nilai skore 4637 (kategori
sangat besar) dengan total prsentase nilai skore 35,3 %. Disimpulkan bahwa selama
10 tahun terakhir Investasi di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak “sangat
besar/meningkat”
G. Hasil Analisis dan Interpretasi
87
Dari hasil analisis pada masing-masing indikator disetiap variabel, maka
didapatkan hasil dari analisis tersebut kemudian akan di interpretasikan. Adapun hasil
analisisnya dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.25
Nilai Presentase Total Skor Mengenai Peningkatan Nilai Lahan Di Area Belakang
Jalan Tun Abdul Razak
No. Faktor yang diteliti Total skor
aktual
Presentase skor
1. Nilai lahan dan bangunan 1.034 83,7 19,4
2. Preferensi Fungsi Jalan 1.292 53,7 23,9
3. Kawasan
berdekatan/sekitarnya
1.441 79,8 27
Skor Aktual 3767 70%
Skor Ideal 5.400 100%
𝑟𝑠 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑥 100
𝑟𝑠 =3.767
5.400 𝑥 100
𝑟𝑠 = 70 %
Dari perhitungan diketahui nilai presentase sebesar 70% hasil perhitungan
dengan rumus diatas dapat dilihat pada tabel skoring ahir dibawah ini :
Alternatif jawaban
Frekuensi
Jumlah Nilai lahan
dan
bangunan
Prferensi
fungsi jalan
Kawasan
berdekatan
/sekitarnya
6 (52/60) (32/5/20/0) (70/0/75) 314
5 (33/38) (35/8/44/0) (33/8/24) 223
4 (0/1) (30/15/20/0) (13/0/0) 79
3 (0/1) (1/39/16/5) (0/23/0) 85
88
Berdasarkan data hasil analisis penelitian tersebut menujukkan bahwa di
Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak meningkat nilai lahannya dengan skor aktual 3,676
% dengan kritria “Agak Besar”
Berdasarkan data perkembangan tersebut maka peneliti merumuskan
pernyataan yang dapat menentukan/mejawab bagaimana reproduksi ruang dapat terjadi
dan berpengaruh terhadap nilai lahan. Berikut pertanyaan yang diajukan :
No. Bagaimana Reproduksi Ruang berpengaruh pada nilai lahan ?
1. Reproduksi ruang pertanian ke ruang komersil yang semakin banyak
2. Berada pada daerah pinggirian Kota Makassar
3. Berada pada jalan yang menjadi pusat kota (spine) menghubungkan
Kota Baru Pattalassang
4. Kedekatan dengan pusat-pusat kegiatan Kota Metroolitan Mamminasata
Adapun hasil interview dari 100 responden untuk mengetahui apa sebenarnya
yang mempengaruhi Nilai Lahan di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak, berdasarkan 4
pertanyaan yang diajukan diperoleh hasil interview sebagai berikut :
2 (0/0) (2/23/0/25) (0/40/0) 90
1 (0/0) (0/10/0/70) (0/14/0) 94
Skor aktual 3.767
Skor Ideal 5.400
RS 70%
Kriteria Agak besar
89
No. Bagaimana Reproduksi Ruang berpengaruh pada nilai lahan ?
1. Reproduksi ruang pertanian ke ruang
komersil yang semakin banyak
27 Responden
2. Berada pada daerah pinggirian Kota
Makassar
6 Responden
3. Berada pada jalan yang menjadi
pusat kota (spine) menghubungkan
Kota Baru Pattalassang
29 Responden
4. Kedekatan dengan pusat-pusat
kegiatan Kota Metroolitan
Mamminasata
36 Responden
Berdasarkan hasil interview diperoleh jawaban responden , berdasarkan
pertanyaan 1 , dipilih oleh 27 responden atau 27 % dari hasil interiew, berdasarkan
pertanyaan 2, dipilih oleh 6 responden atau 6 % dari hasil interview, berdasarkan
pertanyaan 3 dipilih 29 responden atau 29 % dari hasil interview dan pertanyaan 4
dipilih oleh 36 responden atau 36% dari hasil interview.
0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40%
1
2
3
4
Hasil Interview
90
Berdasarkan data tersebut Bagaimana reproduksi ruang yang terdapat di
sepanjang Jalan Tun Abdul razak ternyata dipengaruhi atau diakibatkan oleh
“Kedekatan dengan pusat-pusat kegiatan Kota Metropolitan Mamminasata” sedangkan
reproduksi ruang yang cukup banyak dipilih oleh 27 responden. Faktor karakteristik
kepemilikan lahan, hal ini sangat berkaitan dengan persepsi penduduk terhadap
perkembangan baru maupun kemapanan ekonominya. Persepsi ini biasanya sangat
dipengaruhi oleh kegiatan spekulasi lahan (harga pasar tanah). Hasil observasi dan
wawancara yang dilakukan menunjukkan dominasi pemilik lahan berstatus ekonomi
lemah dan kelompok inilah yang paling mudah terpengaruh oleh meningkatnya harga
lahan. Pada sisi yang lain pengelolaan lahannya tidak menguntungkan, hal ini berkaitan
dengan nilai produktivitas secara ekonomi. Sehingga kemampuan kelompok tersebut
untuk mempertahankan atau tidak menjual lahannya sangat rendah. Kondisi inilah yang
mendasari mengapa karakteristik kepemilikan lahan mempunyai pengaruh terhadap
perubahan fisik spasial kawasan. Harga lahan pada tahun 2001 cukup rendah berkisar
antara Rp. 3.000 – 15.000 m², dan pada tahun 2007 meningkat Rp.150.000 – 300.000
dan Sejak tahun 2010 para pengembang yang memiliki kemampuan modal dalam
berinvestasi, membebaskan lahan dengan luasan yang cukup besar sehingga
kepemilikan lahannya sangat dominan hingga saat ini sehingga membuat peningkatan
yang sangat signifikan. Higga sekarang ini harga lahan di Sepanjang Jalan Tun Abdul
Razak berkisar Rp.5000.000,- sedangkan untuk harga lahan di area belakang jalan
memiliki harga yang bervariasi berkisar Rp.3000.000,- .
91
H. Analisis Pengendalian Reproduksi Ruang
Pengendalian ruang mempunyai tujuan mewujudkan pemanfaatan ruang yang
sesuai dengan aturan ditetapkan, mengakomodasikan kebutuhan ruang yang dinamis
dari berbagai kegiatan, baik oleh pemerintah swasta, maupun masyarakat secara
optimal dan berkelanjutan, dan menyelesaikan konflik-konflik pemanfaatan ruang baik
antara kawasan lindung dengan kawasan budidaya maupun antar kawasan budidaya
yang dapat menimbulkan tumpang- tindih dan konflik. Jadi secara umumnya
pengendalian pemanfaatan ruang ini bertujuan untuk mewujudkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan yaitu pembangunan yang sangat mempertimbangkan
keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Jika dikaitkan dengan
syariat islam, konsep pembangunan berkelanjutan ini dapat dikaji dari sisi lingkungan
hidupnya sebab selama ini permasalahan umum yang terjadi pada konteks penataan
ruang yaitu berupa lingkungan yang rusak akibat aktivitas pembangunan.
Aturan Islam haruslah mencakup semua sisi yang dibutuhkan oleh manusia
dalam kehidupannya. Demikian tinggi, indah dan terperinci aturan Sang Maha Rahman
dan Rahim ini, sehingga bukan hanya mencakup aturan bagi sesama manusia saja,
melainkan juga terhadap alam dan lingkungan hidupnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam dan para sahabat telah memberikan teladan pengelolaan lingkungan hidup
yang mengacu kepada tauhid dan keimanan karena agama Islam merupakan agama
yang selalu mengutamakan kebersihan sebagai standar lingkungan hidup. . Kesucian
dianggap sebagai suatu bentuk lain dari ibadah orang beriman dan merupakan salah
satu sumber kelapangan dan kesenangan yang besar bagi mereka. Jadi dengan tauhid
92
ini, manusia akan sadar bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini hanya merupakan
titipan semata oleh Allah swt sehingga manusia tidak boleh dengan seenaknya saja
mengeksplorasi alam secara besar-besaran tanpa mempertimbangkan keberlanjutan
dari kelestarian lingkungan itu sendiri karena dalam Islam itu sendiri, khalifah adalah
‘manusia hijau’. Yaitu sosok yang benar-benar melindungi dan memelihara lingkungan
hidupnya. Dalam hal ini, konsep ihsan dapat dijadikan sebagai landasan normatif-
teologis dalam menciptakan harmonitas manusia dan lingkungan hidup. Seperti yang
telah dicantumkan dalam al-Quran dan hadits tentang anjuran menjaga kelestarian
lingkungan hidup. Nabi Muhammad saw menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah
menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya.
Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan lingkungan
(lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara
umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-
tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya,
maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan
kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap lingkungan. Allah swt telah
mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya memanfaatkan segala yang Allah ciptakan di
muka bumi ini. Isyarat tersebut seperti diungkapkan dalam QS Al-Baqarah/29 :
لىقى لىكم ما فه ٱلهي هوى رضه خىىهيعا ثم ٱل اءه إهلى ٱستىوىى جى بعى ٱلسمى وىهن سى فىسىلهيم ء عى ه شى
هكل وىهوى ب ت وى مى ٢٩سى
93
Terjemahnya :
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (Kementrian Agama,RI;2012).
Menurut Imam Ibnu Katsir seusai menyebutkan dalil-dalil berupa penciptaan
umat manusia dan apa yang mereka saksikan dari diri mereka sendiri, Allah juga
menyebutkan dalil lain yang mereka saksikan berupa penciptaan langit dan bumi, maka
Ia berfirman, Dia-lah Allah yang menciptakan segala yang ada dibumi untuk kamu,
kemudian Dia berkendak menuju langit, lalu Dia jadikan tujuh langit.” Artinya, menuju
langit. Kata istawa’ dalam ayat di atas mengandung makna “berkehendak ” dan
“mendatangi “, karena menggunakan kata sambung “ilaa.”Fasawwaa Hunna;
maksudnya, “lalu Dia menciptakan langit, tujuh lapis.” As-samaa-u (“langit,”) di sini
adalah isim jinsi. Dia berfirman: fasawwaa Hunna sab’a samaawaati (“lalu Dia
menciptakan langit, tujuh lapis.”) wa Huwa bikulli syai-in ‘aliim (“Dan Dia
Mahamengetahui segala sesuatu”) artinya ilmu Allah itu meliputi segala sesuatu yang
Dia ciptakan, sebagaimana firman-Nya: “Apakah Allah yang menciptakan itu tidak
mengetahui [apa yang kamu tampakkan dan apa yang kamu sembunyikan].”)(al-Mulk:
14). Penjelasan rinci tentang bahasan ini terdapat pada surah as-Sajdah. Mengenai
firman Allah: Huwal ladzii khalaqa lakum fil ardli jamii’an (“Dia lah Allah yang
menciptakan segala sesuatu di bumi untuk kamu.”) Mujahid mengatakan Allah
menciptakan bumi sebelum langit, dan seusai menciptakan bumi membumbung asap
darinya [bumi], dan itulah makna firman-Nya: tsummastawaa ilas samaa-i wa Hiya
dukhaanun (“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih berupa asap.”)
94
(Fushshilat: 11) fasawwaa Hunna sab’a samaawaati (“lalu Dia menciptakan langit,
tujuh lapis.”) Mujahid mengatakan: sebagian langit di atas sebagian lainnya. Dan tujuh
bumi, yakni sebagian bumi di bawah bagian bumi lainnya
95
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Reproduksi ruang pertanian ke ruang komersil dalam kurung waktu 2007
sampai 2017 , di Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak Pada tahun 2007 luas
penggunaan lahan permukiman hanya sebesar 7,5 ha, namun pada tahun 2017
jenis penggunaan lahan ini mengalami pertambahan lahan sebesar +96,8 ha
menjadi 104,3 ha. Jenis penggunaan lahan pertanian yang awalnya 199,8 ha
bekurang -112,4 ha menjadi 87,4 ha. Percepatan pertumbuhan ruang 10 tahun
terakhir di Sepanjang Jalan Tun Abdul razak mencapai 188,92 ha atau 4,7 %
setiap 2 tahun selama 10 tahun terakhir.
2. Pengaruh Nilai lahan terhadap area di belakangnya peneliti menggunakan
skala likert berdasarkan 3 faktor yang diteliti diperoleh angka mencapai 3.767
atau sekitar 70 % maka dengan hal tersebut telah diketahui bahwa Nilai lahan
di area belakang jalan tun abdul razak meningkat dengan kritria “Agak Besar”.
Berdasarkan hasil interview diperoleh data responden, berdasarkan
pernyataan Reproduksi ruang pertanian ke ruang komersil yang semakin
banyak, diperoleh data responden 27 atau 27 % dari hasil interiew,
berdasarkan pernyataan 2 Berada pada daerah pinggirian Kota Makassar ,
diperoleh data responden 6 atau 6 % dari hasil interview, berdasarkan
pernyataan 3 Berada pada jalan yang menjadi pusat kota (spine)
96
menghubungkan Kota Baru Pattalassang diperoleh data responden 29
responden atau 29 % dari hasil interview dan pernyataan 4 Kedekatan dengan
pusat-pusat kegiatan Kota Metroolitan Mamminasata, diperoleh data
responden 36 responden atau 36% dari hasil interview. Berdasarkan data
tersebut ternyata perubahan nilai lahan di daerah belakang Sepanjang Jalan
Tun Abdul Razak tidak banyak dipengaruhi oleh Reproduksi ruang komersil
yang semakin banyak, melainkan lebih kuat dipengaruhi Kedekatan Jalan Tun
Abdul Razak dengan pusat-pusat kegiatan Kota Metropolitan Mamminasata,
hal ini ditunjukkan oleh data responden 36%.
B. Saran/ Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti menyarankan agar :
1. Implikasi terhadap studi mendatang hasil penelitian ini berimplikasi pada
pentingnya studi/penelitian di lokasi yang sama tetapi dengan memperhatikan
perbedaan peningkatan nilai lahan yang berdekatan dengan fasilitas-fasilitas
baru yang merupakan reproduksi berbagai jenis penggunaan lahan yang
terdapat pada lokasi penellitian
2. Implikasi bidang ilmu profesional menujukkan Teori Griffin and Ford di
Sepanjang Jalan Tun Abdul Razak menghubungkan Kota Makassar-Kota Baru
Pattalassang yang tumbuh menjadi spine , dimana di Sepanjang spine tumbuh
pusat pusat fasilitas
97
3. Implikasi dalam bidang perencanaan ketika mengembangkan Jalan Utama
maka Pusat Kota / Pinggiran Kota perlu di perhitungkan, karena Jalur Utama
(spine) akan terjadi peningkatan nilai dan terjadi reprodukdi permukiman
4. Semoga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh teman-
teman dan adik-adik yang mengambil judul skripsi yang sejenis.
98
DAFTAR PUSTAKA
Alwaluddin, I. (2013). Studi Pengembangan Real Estate Terhadap Kondisi Fisik
Lingkungan di Sepanjang Koridor Jalan Tun Abdul Razak. Plano Mandani.
Amalia, G. (2016). Ketersediaan Lahan Tempat Pemakaman Umum Kota Surakarta.
Skripsi Universitas Gajah Mada.
Aminah, S. (2015). Konflik dan Kontentasi Penataan Ruang Kota Surabaya. Jurnal
Sosiologi, 60.
Aslam, A. K. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Minimarket Terhadap Minat dan
Kebiasaan Belanja Masyarakat di Kelurahan Tamamaung Kota Makassar.
Skripsi, 41.
Departemen Agama RI, 2012. Al-Quran dan Terjemahnya.Semarang.Toho Putra
Eckert. (1990). Property Apparaisal and Assesment Administratiom. Chicago Ilinois:
IAAO.
Eisenring, T. (2017). Sosiologi Perkotaan. Makassar: Fahmis Pustaka.
Hermit, H. (2008). Pembahasan Undang-Undang Penataan Ruang. Bandung: Mandar
Maju.
Hidayati, O. (2017). Konversi Lahan Sawah di Kota Bogor dan Strategi Anggaran
dalam Mengendalikannya. Tesis Magister Sains IPB.
Latifa, S. (2013). Perkembangan Kota Pinggiran (Dampak Alih Fungi Lahan Pertanian
Menjadi Perumahan Elit). Skripsi Prodi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Surabaya.
Mohammad, Z. (2017). Pengaruh Pengembangan Perumahan Terhadap Kehidupan
Masyarakat di kawasan Pesisir Kelurahan Salekoe Kecamatan Wara Timur
Kota Palopo. Skripsi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota, UIN Alauddin
Makassar.
Pamungkas, A. S. (2016, 11 January). Produksi Ruang dan Reolusi Kaum Urban
Menurut Henri Lafebvre. Lembar Kebudayaan Indoprogress, LKIP Edisi 31.
Presetya, A. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Lahan Di Kawasan
Banjarsari Kelurahan Tembalang, Semarang. Jurnal Teknik Pwk Volume 2.
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah Dan Kota, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro.
Radhinal, Y. (2017). Koeksistensi Dualisme Ekonomi di Kawasan Metropolitan
Mamminasata. Plano Madani.
99
Riduwan. (2015). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian . Bandung:
Alfabeta.
Saputra, B. (2007). Kajian Perubahan Penggunaan Lahan dari Hunian menjadi Industri
dan Pegudangan. Tesis Uniiversitas Indonesia, 60.
Saputra, B. (2008). Kajian Perubahan Penggunaan Lahan dari Hunian menjadi Industri
dan Pergudangan. Tesis Universitas Indonesia, 54.
Shihab, M. Q. (2007). Tafsir Al- Misbah. Jakarta: Lentera Hati.
Sudjana, N. (1991). Media pengajaran (penggunaan dan pembuatannya). Bandung:
Sinar Baru Bandung .
Sutawijaya, A. (2004). Analisis Faktor Faktor Yang Memepengaruhi Nilai Tanah
Sebagai Dasar Penlilaian Nilai Jual Objek Pajak (Njop) Pbb Di Kota Semarang.
Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Sutawijaya, A. (2004). Analisis Faktor Faktor yang Mempengruhi Nilai Tanah sebagai
Dasar Penilaian Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) PBB di Kota Semarang. Jurnal
Ekonomi Pembangunan .
Yusuf, R. (2016). Studi Alih Fungsi Lahan Pertanian pada Kawasan Perkotaan
Sungguminas. Skripsi UIN Alauddin Makassar.
Yusuf, R. (2016). Studi Alih Fungsi Lahan Pertanian Pada Kawasan Perkotaan
Sungguminasa. Skripsi.
Prof.Dr.H.A.Qadir Gassing HT., M. (2005). Fiqih Lingkungan . Makassar: UIN
Allauddin Makassar.
100
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Miftakhaeriah, S.PWK Lahir di Kabupaten Sinjai
tanggal 1 Agustus tahun 1996, ia merupakan anak ke-2 dari-3
bersaudara dari pasangan Arifuddin, S.Pd. dan Rabiah
Songke, S.Pd. yang merupakan Suku Bugis yang tinggal dan
menetap di Kabupaten Sinjai. Ia menghabiskan masa
pendidikan Taman Kanak-kanak di Raudhatul Anfal Pertiwi 1
pada tahun 2001-2002.
Setalah itu melanjutkan pendidikan di tingkat sekolah dasar di SD Negeri 102 Sinjai
pada tahun 2002-2008, lalu pada akhirnya mengambil pendidikan sekolah menengah
pertama di SMA Negeri 1 Sinjai pada tahun 2008-2011 dan sekolah menengah atas di
SMA Negeri 1 Sinjai pada tahun 2011-2014. Hingga pada akhirnya mendapat
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di UIN
Alauddin Makassar melalui penerimaan Jalur UMM (Ujian Masuk Mandiri) dan
tercatat sebagai Alumni Mahasiswa Program Studi Sarjana (S1) pada Jurusan Teknik
Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Alauddin Makassar setelah berhasil menyelesaikan Bangku kuliahnya selama 3
Tahun 11 Bulan.