muhammad iv ah p ada masa kepemimpinan kh. abdur...
TRANSCRIPT
MUHAMMAD IV AH P ADA MASA KEPEMIMPINAN
KH. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN
(1969-1990)
SKRIPSI
Oleh:
DIANA SALIM RAHl"1AN NIM: 102022024360
FAl~lll.TAS ADAH DAN llllMANIORA
JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM
UIN SY ARIF HIDAY ATULLAH JAI<ART A
1427 H/2006 M
MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN
KH. ABDUR RAZZAQ FACRUDDIN
(1969- 1990)
Skripsi
Diajukan Kcpada Fakultas Adab dan Humaniorn untuk Memeuuhi Persyaratan
Mcncapai Gelar Sarjana Strata Satu (SI)
Diana Salim Rahman
NIM: 102022024360
Di Bawah Bimbingan
( DR. .
NIP : 150 270 616
PENGESAHAN PANITA UJIAN
Skripsi yang berjudul MUHAMMADIYAH PADA MASA
KEPEMIMPINAN K.H. ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN ( 1969-1990) telah
diujikan dalam sidang munaqosyah fakultas ADAB dan HUMANIORA UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA pada tanggal 23 November 2006.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Program Strata Satu (SI) pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam.
Jakarta, 22 Februari 2007
Sidang Munaqosyab
Ketua Sidang
/ /~~
nr{ H.? udi Sulistiono, M.Hum NIP: 150 236 276
Penguf
Anggota
.Prs. HM. Ma'ruf Misbah, MA NIP: 150 247 010
/
~~~MA NJ]>: 150 270 616
,t
!-:
. l ·
' 1 4<. (
,~
I
.. " . .
••
·' ............ \ ..... ~·~,..-. ·s··4"~·" .. .,.. :!\,("' "'· .: .
I . "
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan ke hadirat Ilahi Rabbi,
yang telah memberikan rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita diberikan
nikmat yang tak terhingga, dan atas sifat pemurah-Nya pula penulis dapat
merampungkan penulisan skripasi ini. Shalawat serta Salam penulis haturkan kepada
baginda Nabi Muhammad saw, karena jasamu ummat Islam da,pat keluar dari zaman
kebodohan. Karena kuasa-Nyalah penulis akhimya dapat menyelesaikan penulisan
skripsi berjudul MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN KB.
ABDUR RAZZAQ FACHRUDDIN (19169-1990).
Berka! dukungan dari berbagai pihak, terutama yang penulis sebutkan di
bawah ini, penulis dapat menyelesaikannya. Penni.is sangat berterimakasih kepada :
1. Dr. H. Abdul Chair, Dekan Fakultas adab dan Humaniora yang telah
menyetujui skripsi ini.
2. Drs. Budi Sulistiono, MA. selakn sekretaris jurusan sejarah ·dan peradaban
Islam. Dan Ors. Ma'ruf Misbah, MA, selaku sekretaris Jurusan Sejarah dan
peradaban Islam. Terima kasih atas waktunya melayanii keperluan akademik
kami.
3. Dr. Didin saefuddin, MA, selaku pembimbing skripsi. Terimakasih yang
sebesar-besamya penulis ucapkan atas kesediaan waktu Bapak rnenjadi
pembimbing penulis dengan penuh ketulusan dan perhatian yang telah
tercurahkan dalam memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, dari
awal hingga akhir.
4. Drs. Rizal Saeful Haq, MA, selaku pembimbing akademik, karena telah
meluangkan wal.."tunya bagi saya untuk berkonsultasi kegiatan akademik
5. Teristimewa buat kedua orang tua tercinta, _ay~handa H. Maman, ibunda Hj.
Kulsum yang dengan doanya telah memberi semangat tersendiri bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini. Saudara-saudaraku tersayang; Teh Hj.
Rohimah, Teh H_j. Odah, A' Hj. Ma'mun, Teh Idah, Teh Nurmah, Siti dan
Alfi, Tak lupa juga, Ponakan-ponakanku yang lucu-lucu .... Yang telah
menghibur di kala penulis jenuh. terimaksih atas segala do'a, dukungan,
motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
6. A. Saha! yang dengan penuh ketulusan, keikhlasan dan rasa sayangnya
memberikan doa, kesabaran, perhatian, motivasi dala.m .menyelesaikan skripsi
ini. Makasih juga buat Zulfan rental nya .... Thanks for all.
7. Kawan-kawan di jurusan SPI yang juga berperan besar dalam pengumpulan
sumber-sumber untuk penulisan skripsi saya.
Akhir kata penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi .masih mengandung
banyak kekurangan dan keterbatasan, bahkan tidak menutup kemungkinan
didalamnya terdapat kekeliruan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis
mengharapakan kritik dan saran konstruktif menuju ke arah yang lebih baik guna
mengembangkan wawasan intelektualitas dan produktifitas penu11is:
Semoga Allah SWT senantiasa membalas atas segala kebaikan clan
sumbangsih yang telah diberikan kepada penulis sebelwn dan selama penyusunan
skripsi ini. Semoga karya tulis yang sederhana ini dapat bermanfaat.
Jakarta 13 November 2006
Penulis
MUHAMMADIYAH PADA MASA KEPEMIMPINAN KH. ABDUR
RAZZAQ FACHRUDDIN (1969-1990)
Halaman
Kata Pengantar
Daftar Isi 1Jl
Bab I : PENDAHULUAN .........
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 4
c. Tujuan Penelitian 5
D. Metodologi Penelitian 5
E. Sistematika Penulisan 8
Bab II: SELAYANGPANDANGTENTANGMUHAMMADIYAH . ... .... 10
A. Kebangkitan Dunia Baru Islam di Indonesia . . . . . . . ... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . I 0
B. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 14
C. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18
Bab III: BIOGRAFI KH. AR. FACHRUDDIN ... ... ... ... .. . ... ... ... ....... ..... .. ... 23
A. Latar Belakang Kelahiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
B. Latar Belakang Pendidikian
C. Aktivitas KH. AR. Fachruddin
29
35
Bab IV : Pemiltiran Politik Mnhammadiyah Pada Masa Kepemimpinan
KH. Abdur Razzaq Fachruddin
A. Muhammadiyah diantara Nilai Agama Dan Politik
B. Pemikiran politik Muhammadiyah Periode KH Abdur Razzaq
41
41
F achruddin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44
Bab V : Penutup
A Kesimpulan
B. Saran .
Daftar Pustaka
Lampi ran
53
53
54
55
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Persyarikatan ini bernama Muhammadiyah1, yang didirikan di Kauman
Yogyakm1a pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H bertepatan dengan tanggal 18
Nopember 1912 M oleh KH. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah adalah gerakan
Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar, berakidah Islam dan bersumber
pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Persyarikatan Muhammadiyah ini berazaskan
Pancasila2.
Bahwa sesungguhnya ketuhanan itu adalah hak Allah semata-mata.
Be11uhan dan beribadah serta tunduk dan taata kepada Allah adalah satu-satunya
yang wajib atas tiap-tiap mahluk, terutama manusia.3
1 Sccara etymologis narna Muhammadiyah berasal dari "Muhammad" yaitu narna Rosulullah saw. Kemudiau meudapat tambahau Ya nisbah dan Ta' Marbutah yang artinya menjeniskan atau menisbatkan. Jadi yang dimaksud dengau Muharnrnadiyah yaitu ummat Muhammad saw, atau pengikut Muhammad saw yaitu semua orang yang beragarna Islam dan menyakini bahwa Nabi Muhanuuad saw adalah hamba dau pesuruh Allah terakhir, dengau kata lain siapa saja yang mengaku beragarna Islam maka sesungguhnya mereka adalah orang Muhanunadiyah tanpa dibatasi oleh adanya perbedaan golongau dalam masyarakat dau kedudukan kewargauegaraannya. Sedaugkan dari segi terminology, Muhamrnadiyah adalal1 gerakan Islam, dakwah autar ma'mf nalli munkar, yang beraqidah Islam dau bersumber pada al-Qur'au dau Sunnah, yang didirilam oleh KH. Altrnad Dahlau gerakan ini bernarna Muhanunadiyah, karena dengau narna ilu berharap atau bertafaul agar dapat mencontoh segala jejak perjuaugau dau pengabdiau Nabi Muhammad saw. Juga dimaksudkan agar semua auggota Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang muslim yang penuh pengabdiau dau tauggung jawab terhadap agamauya serta merasa baugga dengau kelsl.amarmya. Lih Mustafa Kamal dkk, Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003, IL 53
2 Nur Altrnad & Pramono U. Tanthowi, .Muhammadiyah "Digugat" Prosisi di tengah Indonesia yang beruhah, Jakarta: Kompas. 2000, h. 32
3 MT. Arifin, Gagasan Pembaharu J.1uhammadiyah "J.1uqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah ",Jakarta: Pustaka Jaya, 1987, Cet.I, h. 173
2
Muhammadiyah ini berdiri sebagai alternatif berbagai persoalan yang
dihadapi Ummat Islam Indonesia sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
James L Peacock menegaskan bahwa Muhammadiyah me:rupakan gerakan Islam
terkuat yang ada di kalangan gerakan Islam di Asia Tenggara, bahkan mungkin di
seluruh dunia Islam dengan melihat jumlah anggota gerakan. ini yang tersebar Iuas
bukan saja di Indonesia melainkan juga Malaysia, Penang, dan Singapura.4
Sebelum berdirinya Muhammadiyah telah muncul organisasi lain seperti
SI (Sarekat Islam) yang lahir pada tahun I 905, Budi Utomo dan Jami' at Khair.
Namun menurut Mukti Ali, salah satu ciri gerakan yang bernuansa Islam baru
dapat disebut modern manakala gerakan keagamaan tersebut menggunakan
metode organisasi. 5 Oleh karena Muhammadiyah sejak awal kelahirannya juga
telah menggunakan metode organisasi, maka berdasarkan parameter diatas,
Muhammadiyah dapat ppula disebut sebagai sebuah gerakan Islam yang modern. 6
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam, dan semenjak dua tahun dari
berdirinya telah mendapatkan pengakuan dari berdirinya telah mendapatkan
pengakuan dari pemerintah Hindia Belanda, dengan surat keputusan No. 81.
tanggal 22 Agustus 1914, yang berubah dan disempumakan lagi dengan surat
keputusan No. 36 tanggal 2 september 1921 menyebutkan:
4 James L. Peacock, Gerakan muhammad(vah Afenurnikan qiaran Islam di Indonesia, Jakarta: Citra Kreatif. 1986, h.5
5 Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Bu di Utomo sampail 908-0945, Yogyakarta Pustaka Pelajar, 1994), h.4
6 Alwi Shihab, Membendung Arus, Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Penetrasi Misi Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998, h.61
3
"Mensyahkan berdirinya persyarikatan Muhammadiyah di Hindia Belanda
untuk waktu 29 tahun sejak berdirinya dan diberi hak kerja melaksanakan
missinya, mengakui bahwa Muhammadiyah berbadan hukum Barat (eroupesche
rechts per.soon) disamakan kedudukannya dengan bangsa Belanda didalam dan
diluar pengadilan dan diluar setiap habis masa berlakunya dapat diperpanjang
kembali". 7
Begitu juga pada masa pemerintahan Jepang, gerakan Muhammadiyah
telah mendapatkan pengakuan, berdasarkan surat keputusan pemerintahan Jepang
di Jawa Madura tanggal 10 bulan IX tahun Jepang 2603 (10 September 1943),
persyarikatan Muhammadiayah di beri izin tetap berdiri meneruskan missinya
sebagai " Perkumpulan Agama Islam" dengan syarat tidak boleh mendirikan
kaum wanita, kaum pemuda. Pada masa pemerintahan Republik Indonesia.
Sampai Muhammadiyah di pimpin oleh KH. Abdur Razzq Fachruddin dan hingga
kini masih diakui keberadannya. 8
Masalah hubungan Muhammadiyah dengan politik sesungguhnya hingga
kini belum dapat diberikan jawaban tuntas. Orang Muhammadiyah tidak mau
dikatakan tidak berpolitik, dengan alsan Islam dan dakwah tidak dapat dipisahkan
dengan politik. Hanya saja Muhammadiyah tidak melakukan politik praktis.
Tetapi jika ditanya apakah politik praktis itu, maka Muhammadiyah hanya
7 Tim Pembina al -Islam dan Kemuhamrnadiyah, Muhammad1yah, Sejarah, Pemikiran dan Amal Usaha, Malang: Tiara Wacana Yogya. 1990, Crt. I, h. 39
8 Ibid .. h. 41
4
mampu memebrikan saru deskripsi tentang apa yang dilakukan Muhammadiyah
sekarang ini dalam kaitannya dengan biudang ketatanegaraan dan pemerintahan.
Mengapa Muhammadiyah tidak pernah menjadi organisasi politik, apakah
pilihan tersebut merupakan refleksi teologis, bahwa Islam tidak membawa konsep
negara tetapi konsep umat, atau hal tersebut merupakan refleksi teologis, bahwa
Islam tidak membawa konsep negara tetapi konsep ummat, aatau ha! tersebut
merupakan refleksi sosiologis bahwa kehidupan ummat Indonesia yang
pembangunannya justru tidak strategis lewat jalur politik '.1 jawabannya terhadap
kedua kemungkinan di atas mudah diperoleh dari publikasi resmi Muhammadiyah
atau dari tokoh-tokoh Muhammadiyah tidak banyaj mengemukakan pikiran
pikiran tentang politik. 9 Untuk itu mungkin dapat dicari dari sejarah
perkembangan pemikiran Muhammadiyah Pada Masa Kepemimpinan KH>
Abdur Razzaq Facluuddin.
B. Pembatasan dan Perumnsan Masalah
Agar penulisan ini tidak melebar jauh dari permasalahan yang inti, maka
penulis akan membatasinya pada usaha-usaha yang dilakukan KH. AR. Fahruddin
dalam perkembangan Muhammadiyah pada kurun waktu 1969-1990.
Pembatasan di atas dapat dirumuskan dengan bebernpa pertanyaan :
I. Bagaimana kehidupan pribadi KH. Fachruddin dari masa kecil sampai dengan
aktifnya dalam organisasi Muhammadiyah.
9 Din Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1990, h. 175
5
2. langkah-langkah apa yang dilakukan KH. AR. Fachruddin sebagai pimpinan
Muhammadiyah dalam menghadapi persoalan yang muncul di kalangan
Ummat Islam Muhammadiyah.
C. Tuj uan Penelitian
Membahas sejarah gerakan Muhammadiyah pacla masa kepemimpinan
KH. AR. Fachruddin merupakan tugasa yang cukup menarik, gerakannya yang
bersifat tajdid membuat para pemerhati masalah kelslaman berlombaO-lomba
untuk membahas hal tersebut, baik dari penjelasan sejarahnya maupun sosok para
tokohnya.
Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk lebih mengenal
pribadi KB.AR. Fachruddin, baik riwayat hidupnya, maupun perjuangannya
sebagai pucuk pimpinan Muhammadiyah.selain itu juga karena masih kurangnya
pembahasan mengenai salah seorang tokoh Muhammadiyah ini.
Tujuan lain yaitu ingin menjabarkan bagaimana Muhammadiyah di masa
awal berdirinya dan perkembangannya di masa KH. AR. Fachruddin. Dan
memberikan informasi kepada pembaca tentang Muhammadiyah pada masa
kepemimpinan antara tahun 1969-1970.
D. Metode Penelitian dan Penulisan
1. Sumber Data
Peneltian yang dilaksanakan dengan dua cara, yaitu Penelitian
Kepustakaan (Library Research) dan Analisis Dokumen.
6
Untuk mewujudkan skripsi ini diperlukan data yang tidak sedikit
jumlahnya disebabkan persoalan yang dikaji menyangkut peristiwa-peristiwa
yang sudah terjadi, maka untuk memperoleh data dilakukan dengan
pendekatan historis.
Peneltian di sekretariat PP Muhammadiyah rnerupak~n sumber utama
yang menghimpun data.usaha memperoleh data tidak hanya terbatas pada
publikasi Muhammadiyah, tetapi juga melalui berbagai literature lainnya,
seperti majalah, artikel clan browsing internet.
Penelitian kepustakaan dalam studi ini memegang peranan yang amat
menentukan. Penelitian kepustakaan diperlukan sebagai bahan analisis,
sekaligus bahan perbandingan terhadap objek kajian yang menjadi titik fokus
skripsi ini, termasuk untuk mempetajam analisis terhadap data yang diperoleh.
Dalam analisis dokumen, melihat tulisan-tulisan K.I-L Abdur Razzq
Fachruddin dan menganalisa kandungan intelektualnya guna dijadikan bahan
pelengkap dalam penulisan skripsi ini.
2. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode Library
Reseacrh, yaitu penelitian atau studi kepustakaan melalui buku-buku, majalah,
artikel-artikel, surat kabar. Studi kepustakaan dilakukan terhadap referensi
yang berhubungan dengan topik yang dibahas dalam penulisan skripsi. Studi
kepustakaan ini adalah sebagai salah satu langkah penelitian yang esensial
... .,
7
dan harus dilakukan guna mendapatkan konsep dan mempertajam
permasalahan penelitian yang akan dikaji lebih lanjut.10
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengadakan survey
keberbagai Perpustakaan UIN Syarif hidayatullah, :Perpustakaan Pimpinan
Pusat Muhammadiyah, Perpustakaan Nasional, dan lain-lain guna mencari
sumber-sumber yang ada hubungannya dengan pembahasan skripsi ini.
Langkah pertama, semua bahan-bahan literature dipelajari dengan
seksama, kemudian dilakukan penilaian terhadap bahan-bahan tersebut.
apakah dapat menjawab berbagai masalah yang akan dibahas dalam
penulisan.
Langkah kedua, bahan-bahan tersebut dipilah-pilah sesuai dengan
tema permasalahan, dengan menggunakan kritik interpretasi positif dan
negatif, guna menilai kredilibitas dan refresentasifnya dengan masalah yang
akan dibahas.
Langkah ketiga, bahan-bahan yang sudah dipilah kemudian
dibandingkan antara satu dengan lain dengan rnenggunakan rnetode
komfaratif, untuk mengetahui apakah antara satu bahan (data) yang lain ada
persamaan atau kemiripan tentang masalah yang menjadi pokok pembahasan
atau kemiripan tentang masalah yang menjadi pokok tersebut.
Langkah keempat, jawaban-jawaban yang sudah dirumuskan tersebut,
dituangkan kedalam tulisan sesuai sitematika penulisan skripsi.
'0 Muhammad Nazir,Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985, h. 54
8
Secara umum teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku
pedoman penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi UIN (UIN Jakarta Press,
2000).
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarah pembahasan pada skripsi ini,penulis membuat
sistematika penyusunan secara berurutan sesuai dengan masing-masing bab.
Dalam Penyusunan skripsi ini, penulis membagi kedalam lima bab,
masing-masing terdiri dari beberapa sub bab yang merupakan penjelasan dari bab
tersebut. Adapun sistematika penulisan penyusunannya adalah sebagai berikut
Bab Pertama, membahas tentang Pendah11/11a11, yang mengandung pokok
pikiran antara lain: Latar Be/akang Masalah,Perumusan dan Pembatasan
Masalah, Tujuan Pene!itian, Metode Penelitian dan Pembahasa11, dan
Sistematika Penulisan.
BabKedua, membahas tentang Selayang Pandang tentang
Muhammadiyah, antara lain: Kebangkitan Dunia Ban.r Islam di Indonesia,
Berdirinya Gerakan Muhammadiyah, Cita-cita dan Tujuan Muhammadiyah.
Bab Ketiga, membahas tentang Biografi KH. AR.Fachruddin, antara lain :
Latar Belakang keluarga, Latar Belakang Pendidikan, Aktivitas KH. AR
Fachruddin.
Bab Keempat, membahas tentang, Pemikiran Politik Muhammadiyah Pada
Masa Kepimpinan KH. AR. Fachruddin, antara lain : Muhammadiyah Diantara
9
Nilai Agama Dan politik, Pemikiran Politik Muhammadiyah Periode KH Abdur
Razzaq Fachruddin.
Bab Kelima, Penutup, terdiri dari : Kesimpulan clan Saran.
BAB II
SELA YANG PANDANG TENT ANG MUHAMMADIY AH
A. Kebangkitan Dunia Baru Muslim Di Indonesia
Benih pembaharuan dalam Islam sesungguhnya tel.ah muncul sekitar abad .. ke-13 Masehi, suatu masa di mana kemunduran Islam dalam berbagai bidang
dengan sangat drastisnya. Kemunduran dunia Islam tersebut ditandai dengan
timbulnya penyakit rohani seperti keserakahan, dan tamak kekuasaan. Kerusakan
dalam pemerintahan Islam di samping berbagai penyakit di atas, juga diakibatkan
dari tidak konsistennya pengamalan ajaran Islam dalam memimpin negara.
Akhirnya kejadian-kejadian tragis dan memilukan yang menimpa dunia Islam
seakan-akan tak kunjung berhenti, baik yang terjadi di Andalusia, Bagdad,
Yerussalem, dan tempat-tempat lainnya. Gejala deklinasi di dunia Islam di
Andalusia dimulai sekitar abad ke-11, yang ditandai dengan direbutnya kembali
kota Toledo (Spanyol) oleh raja Alfonso VI dari Leon dan Castilia pada tahun
I 085, sementara di belahan Timur di tandai dengan direbutnya kekuasaan
Abbasiyah oleh Turki pada tahun 1055. Mulai abad ke-11 dunia Islam mengalami
berbagai macam krisis yang demikian parah, baik krisis keagamaan, krisis politik
kenegaraan, krisis sosial ekonomi, krisis pendidikan dan kebudayaan dan lain
sebagainya. 1
1 Mustafa Kamal Pasha clan Alunad Adaby Darban, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005, Cet.ket-1, 11. 14-28
11
Benih pembaharuan di awali dengan pemahaman tentang Islam yang baru
di gagas oleh lbnu Taimiyyah yang hidup pada abad pera!;ihan ke-13 dan ke-14.
Beliau sering disebut dengan Bapak Tajdid, sampai pada gerakan-gerakan tajdid
yang ada di Saudi Arabia yang dipelopori oleh Muhammad Abdul Wahhab. 2
Kemudian di India oleh Sayyid Ahmad Khan dari Hindi yang kemudian
diteruskan oleh Syeikh Waliyullah dari Delhi, kemudian adanya gerakan salafiyah
yang lahir di Mesir pada sekitar abad ke-19 dan dipelopori oleh tiga tokoh Islam
yaitu Sayyid Jamaluddin al-Afghani pada tahun 1838-1897, Syekh Muhammad
Abduh 1849-1905, dan Rasyid Ridla pada tahun 1856- 1935.
Pembaharuan yang mereka pelopori secara garis besar yaitu bahwa pintu
ijtihad tetap terbuka, memerangi sikap syirik, bid' ah, khurafat, dan kembali pada
al-Qur' an dan al-Hadist. Pembaharuan yang dilakukan bukan tanpa alasan,
terjadinya kemunduran umat Islam telah jelas terlibat pada kurun waktu abad ke-
13 sampai abad ke- 19 yang ditandai dengan munculnya sikap keagamaan yang
tidak menganut dari ajaran Islam yang semestinya. 3
Tajdid sebagai implikasi dari sikap fatalisme terhadap a3aran syariat
menimbulkan sikap statis dan jumud. Sikap dinamis dan aktif telah hilang dari
ajaran jihad, yang sebenarnya adalah semangat yang sama pada saat Islam klasik
berkuasa, semua itu adalah alasan mendasar bagi pembaharu Islam untuk
2 Hamn Nasution, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah pemikiran dan Gerakan: Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet.ket-9, h.74
3 Abu Bakar, Sekitar Masu/mya Islam ke Indonesia, Semarang: Ramdhani, 1982, h.12
12
berjuang. Sampai pada abad ke-30 atau awal ke-20 gerakan pembaharuan yang
merupakan tanda kebangkitan Islam, kemudian merambah ke seluruh dunia Islam
sampai akhirnya ke Indonesia.
Perlu diketahui, bahwa agama Islam yang masuk ke Indonesia untuk
pertama kalinya pada sekitar abad ke-13 M, seperti negara-negara pesisir
Samutera, seluruh Jawa, Selebes Sulawesi dan sekeliling pantai Borneo
(Kalimantan). Bukannya masyarakat yang bersih dari berbagai macam ragam
keyakinan hidup. Masyarakat Pra-Islam adalah masyarakat yang telah memiliki
kepercayaan, seperti animisme, dinamisme, Hindu maupun Budha yang di yakini
telah menyatu dalam seluruh aspek hidupnya. Mereka percaya pada adanya
kekuatan benda-benda ghaib, meminta perlindungan pada kuburan keramat untuk
keselamatan dari malapetaka dan sebagainya. Hal ini ternyata berlangsung
berabad-abad dan sulit untuk dipisahkan antara ajaran Is.lam yang benar dengan
ajaran Hindu, Budha, animisme, dinamisme yang telah ada sebelumnya.4
Melihat pengalaman ajaran Islam yang bercampur dengan tradisi lokal
tersebut, maka bermunculanlah tokoh-tokoh agama Islam untuk mengadakan
pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan Islam yang semestinya. Di dalam
Islam gerakan pembaharuan atau tajdid secara sederhana dapat diartikan sebagai
upaya baik secara individual maupun kelompok dalm kurun waktu dan situasi
'' Deliar Nocr, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1942, Jakarta: LP3ES, 1996, Cet.Ket-6, h.19
13
tertentu, untuk mengadakan perubahan di dalam persepsi dan praktek keislaman
yang telah mapan kepada pemahaman dan pengamalan baru.5
Pembaharuan yang dibawa oleh Haji Miskin, Haji Sumanik, dan Haji
Pia bang yang pulang dari Mekah sekitar tahun 1803, 6 merupakan pengaruh ide
dan gerakan dri Timur Tengah, yakni Mekkah dan Kairo yang menjacli pusat studi
Islam. Mereka membawa semangat Islam Wahabi ke Minangkabau. Maka di
Minangkabau muncul tokoh paderi yaitu Muhammad Syabbab, yang dikenal
dengan Tuanku Imam Bonjol. Kegiatan pembaharuan mereka adalah mengadakan
perombakan masyarakat yang radikal, dalam banyak hal mereka menggunakan
kekerasan. Maka tidak mengherankan terjadi konflik antara kaum paderi dengan
sebagian kaum adat sehingga terjadinya perang pada tahun 1821-1837. Kaum adat
yang selalu kalah berperang bekerja sama dengan Belanda, yang pada akhirnya
perang yang semula melawan kaum adat berganti melawan Belanda. Aclapun
pengaruh icle-ide pembaharuan keagamaan tetap berjalan clitandai dengan
bermunculannnya tokoh-tokoh pembaharu seperti Syeikh Muhammad Jambek,
abclul Karim Amrullah, Abdul Shamad, Ahmad Dahlan clan lain-lain.7
Memasuki abad ke-20, perjungan Islam terutama di Jawa mulai
terealisasikan secara konkrit yang dimulai clengan menggunakan organisasi
sebagai alat perjuangannya. Maka bermunculan berbagai gerakan pembaharuan
clalam Islam, baik yang bergerak clalam bidang politik kenegaraan seperti Partai
5 Din Syamsuddin (ed),Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: PustakaPanjimas, 1990, IL12 6 Mustafa dan Adaby, Muhammadiyah &bagai Gerakan Islam, h. 75 7 Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1942, h. 38
14
Serikat Islam (PSI), Partai Islam Masyumi (PIM), Partai Muslimim Indonesia
(PMI), Partai Islam Indonesia (Pll), maupun yang bergerak dalam bidang bidang
sosial kemasyarakatan seperti al-Ishlah wal- Irsyad atau yang popoler dengan
sebutan al-Irsyad, Persatuan Islam (Persis) dan Muhammadiyah.8
B. Latar Belakang Berdirinya-Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah suatu organisasi Islam yang bergerak di bidang
dakwah, pendidikan dan sosial keagamaan. Secara resmi persyarikatan ini berdiri
pada hari Senin tanggal 18 Nopember 1912 Masehi bertepatan dengan tanggal 8
Dzulhijjah 1330 Hijriyyah di Yogyakarta, yang didirikan oleh KH. Ahmad
Dahlan, atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan beberapa orang
beberapa anggota Budi Utomo agar mendirikan suatu Iembaga pendidikan yang
bersifat permanen. 9
Gerakan ini diberi nama Muhammadiyah oleh pendirinya dengan maksud
untuk bertafaul (berpengharapan baik) agar dapat mencontoh segala jejak
perjuangan dan pengabdian Nabi Muhammad SAW. Juga dimaksudkan agar
semua anggota Muhammadiyah benar-benar menjadi seorang Muslim yang penuh
pengabdian dan tanggung jawab terhadap agamanya serta merasa bangga dengan
keislamannya. 10
8 Musataf dan Adaby, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam, h.77 9 Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia tahun 1900-1842, h. 84 '0 Mustafa Kamal Pasha, Rosyad Sholeh, dan Yusnan YusnJ'. Muhammadiyah Sebagai
Gerakan Tajdid, Yogyakarta: CitraKarsaMandiri, 2003, h.44
15
Berdirinya organisasi Muhammadiyah ini tidak dapat lepas dari kondisi
umat umat Islam Indonesia yang pada waktu sangat memperhatikan dalam
berbagai bidang kehidupan.
Untuk mengetahui sejarah kelahiran Muhammadiyah, secara gans
besamya dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu :
I. Faktor Subyektif
F aktor subyektif adalah suatu faktor yang berasal dari pribadi pendiri
Muhamamdiyah. Lahimya Muhamadiyah tidak dapat lepas dari pribadi
pendirinya. Pemahaman KH. Ahmad Dahlan tentang agama Islam yang
mendalam dan luas merupakan pendorong pendirian Muhammadiyah, apalagi
pada kenyataannya beliau melihat bahwa praktek pelaksanaan ajaran Islam di
Indonesia masih banyak yang belum sesuai dengan apa yang telah
dipahaminya. 11
Penelaahannya terhadap al-Qur' an beliau mulai dengan meneliti
sebab-sebab turun ayat tersebut (Asbabun Nuzul), dipertanyakan apa yang
mesti dilakukan. Sikap seperti inilah yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan
ketika menatap surat al-Imron ayat 104, yang berbunyi :
11 Tim Pembina al-Islam dan Kcmuhammadiyahan UMM, Muhammadiyah &jarah Pemikiran dan Amal Usaha, Jakarta: Tiara Wacana Yogya dengan UMM Press, 1990, eetket-1, h.4
16
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeruh kepada yang ma'ruf dan mencegah kepada yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung" (Al-Tmran: 104).
Memahami seruan ayat di atas K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya
untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi atau perserikatan yang
teratur untuk dan rapi yang tugasnya berkhidmat melakukan misi dakwah
Islam Amar Ma'rufNahi Munkar di tengah masyarakat luas.
2. Faktor Obyektif
Yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah, merupakan
keadaan dan kenyataan sosial budaya maupun sosial keagamaan pada masa itu
baik yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. 12
Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya gerakan
pembaharuan Muhammadiyah, menurut Sholihin Salam yaitu adanya faktor
intern dan ekstren yang mendorong lahirnya gerakan Muhammadiyah.
Adapun faktor intern itu meliputi :
I. Kehidupan beragama tidak sesuai dengan al-Qur'an dan al-Hadits, karena
merajalelanya perbuatan syirik, bid'ah dan khurafat, akhlak masyarakat
runtuh yang menyebabkan Islam menjadi beku.
2. Keadaan bangsa Indosesia umumnya dan ummat Islam khususnya yang hidup
dalam kemiskinan, kebodohan, kekolotan, kemunduran.
12 Mustafa Kamal dan Aluuad Adaby, }vfuhamamdiyah sebagai Gerakan Islam, h.100
17
3. Tidak terwujudnya semangat ukhuwah islamiyah serta tidak adanya organisasi
Islam yang kuat dan kompak.
4. Lembaga pendidikan Islam tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik,
tidak efisien, juga sistem pesantren yang sudah kuno.
Adapun faktor ekstren meliputi :
I. Merajalelanya kolonialisme Belanda di Indonesia.
2. Adanya kegiatan dan kemajuan yang dicapai oleh zending Kristen di
Indonesia.
3. Sebagian kaum intelektual di Indonesia yang memandang Islam sebagai
agama yang ketinggalan zaman.
4. Adanya rencana politik kristenisasi dari pemerin1ah Belanda, untuk
kepentingan politik kolonialnya. 13
Gerakan Muhammadiyah lahir pada saat ummat Islam Indonesia sedang
mengalami pembusukan secara sistematis dengan hilangnya spiritualitas Islam
untuk menangani persoalan-persoalan rasional yang etrjadi . dalam hidup
keseharian. Seperti kemiskinan, ketertindasan, kebodohan, keterbelakangan, dan
lain-lain. Dalam ha! ini, Muhamamdiyah memiliki concern yang besar untuk
memperdayakan ummat Islam Indonesia yang selama ratu:;an tahun mengalami
marginalisasi kolonial di berbagai bidang kehidupan.
13 M. Margono Puspo Suwamo, Gerakan Islam Muhammadiyah, Yogyakarta: Persatuan, 1986, cet.ket-3, lt27
18
Dalam menangani persolan kebodohan, misalnya, Muhammadiyah
mendirikan sekolah-sekolah yang menggunakan system moder, sehingga anak
anak muslim bumuputera (yang pada masa kolonial disebut inlander) bias
memperoleh wawasan yang lebih luas mengenai persolan keduniaan yang
rasioanal tanpa harus meninggalkan nilai-nilai dan spritual Islam. 14
Dalam persepektif ini, Muhammadiyah lahir didorong oleh kesadaran
yang dalam tentang tanggung jawab social yang pada masa itu sangat terabaikan.
Muhammadiyah tumbuh bersama gerakan rakyat dengan ideologis praktis yang
sangat kental. Dimensi keagaman menjadi penting pada perjalanan
Muhammadiyah, ini menjadi bagian terpenting dari identifikasi diri yang
diwujudkan dalam bentuk gerakan purifikasi yang :;angat kuat, karena
Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan puritan.
C. Maksud dan Tujuan Muhammadiyah
Adapun rumusan dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri sampai
sekarang ini mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan
bahsa dan istilah. Sekalipun begitu tidak sendirinya berubah isi dan jiwanya,
kerana hakekatnya antara yang lama dan yang baru tetap sama.
Pada waktu permulaan berdirinya dirumuskan sebagai berikut :
a. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad saw kepada
penduduk bumu-putra, di dalam residensi Y ogyakarta.
14 httpJ/www.muhammadiyah.or.id
19
b. Memajukkkan ha! agama Islam kepada anggota-a.nggotanya. 15
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan dakwah amar
ma'ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjungjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya,
yang menyangkut seluh aspek kehidupan meliputi Aqidah, ahlaq, dan mu'amalat
dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan
perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasi agama Islam menjadi
Rahmatan Lil Alamin dalam kehidupan di muka bumi ini. 16
Berkiprah dalam kehidupan bangsa dan negara rnerupakan salah satu
perwu judan dari misi dan fungsi melaksanakan dakwa.h amar ma' ruf nahi
munkaar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak zaman
pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran dalam
kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudakn dalam langkah-langkah
strategis dan taktis sesuai kepribadiaaaan, keyakinan dan cita-cita hidup, serta
khittaah perjuangannya sebagai acuan gerakan serta wujud komitmen dan
tanggung jawab dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun
Ghajur".
Berkenaan dengan khittah perjuangan Muhammadiyah, Tanwir
merumuskan pola dasar perjuangan yang dijelaskan dalam rumusan itu, bahwa
15 Mustafa kamal dkk., Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid, h.108 h.55 16 http://www.muhammadiyah.co.id
20
Muhammadiyah berjuang untuk mencapai dan mewujudkan suatu cita-cita dan
keyakinan hidup yang bersumber sebagaimana yang dituntunkan oleh Nabi
Muhammad SA \V. Yang merupakan satu-satunya jalan untuk mencapai cita-cita
dan keyakinan hidup tersebut denga dakwah Islam dan amar ma,ruf nahi munkar
yang bersumber kepada tuntunan Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar yang yang dimaksud adalha
harus dilakukan melalui dua saluran secra simultan, saluran politik kenegaraan
(politik praktis), dan saluran bidang kemasyarakatan, sedangkan alat perjuangan
dalam bidang politik kenegaraan (politik praktis ), Muhammadiyah membentuk
satu partai politik di luar organisasi Muhammadiyah.
Muhammadiyah merupakan organisasi yang telah berdiri semenjak zaman
pejajahan Belanda dan Jepang, dalam ha! maksud dan tujuannya sejak berbiri
hingga sekrang, telah mengalami beberapa kali perubahan, perubahan ini
disebabkan oleh penyesuain-penyesuaian yang dilakukan berdasarkan keinginan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia yang di sesuaikan
dengan kondisi pada keadaan yang berlaku di Indonesia. 17
Maksud dan tujuan persyarikatan Muhamamdiyah sebagaimana yang telah
dirumuskan dalam Anggaran Dasar Muhamamdiyah hasil Muktamar ke-41 adalah
sebagai berikut : Menegakkan dan menjungjung tinggi agama Islam sehingga
tenvujud masyarakat utama, adil dan malmmr yang dirid~ai Allah Subhanahu
wata 'ala. Dengan kata lain, bahwa maksud dan tujuan }vluhammadiyah ialah
17 Lukman Harun, Muhamamdiyah dan Asas Pancasila, h. 28
21
'membangun, memelihara, dan memegang teguh agama Islam dengan rasa
ketaatan melebihi jaran faham-faham lainnya, untuk mendapatkan suatu
kehidupan dalam diri, keluarga dan masyarakat yang sungguh adil, makmur,
bahagia-sejahtera, lahir dan batin dalam naungan dan ridha Allah SWT
Maksud dan tujuan... Muhammadiyah dalam Anggaran Dasar
Muhammadiyah sejak didirikan pada tahun 1912, telah mengalami lima kali
perubahan secara konstitusional dari enam kali perubahan. Namun hakekat
maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah. Menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benamya.
Yang berubah hanyalah rumusannya, yaitu maksud 'menegakan agama Islam'
dan tujuan 'kehidupan Islami'. Jadi maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak
didirikan sampai sekarang, tidak berubah, yaitu menegakan agama Islam untuk
tujuan kehidupan yang islami. Artinya dalam berbaga.i rumusan mengalami
perubahan tetapi hakekat maksud dan tujuan tidak berubah. 18
Perubahan yang terjadi pada maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam
Anggaran Dasar itu, kuat dipengaruhi oleh suasana perhitungan dan tekana politik
yang terjadi di Indonesia, seperti halnya asas yang pada awalnya memakai asas
Islam, kemudian berubah menjadi asas pancasila dalam artian Muhammadiyah
memasukkan asas Pancasila ke dalam anggaran dasar tanpa membuang asas
Islam. Namun hal ini tidak mengubah cita-cita, maksud dan tujuan
Muhammadiyah dalam menegakkan agama Islam untuk tujuan kehidupan yang
18 Musatafa clan Adaby. Muhamamdiyah sebagai Gerakan Islam, h. 112
22
Islami, ha! itu justru Muhammadiyah ingin menyesuaikan cita-citanya dengan
cita-cita bangsa Indonesia demi terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur,
yang di ridhai oleh Tuhan Yang Maha Esa. Merumuskan asas pancasila dalam
Anggaran Dasar, tidaklah memepengaruhi Muhammadiyah berkecimpung dalam
pergulatan politik yang terjadi, tapi justru terobosan Muhammadyah terhadfap
politik lebih sistematis yang sesuai dengan cita-cita bang!>a. Terlibat atau tidaknya
Muhammadiyah ke dalam partai politik, itu demi memperjuangkan aspek politik
dari cara muhammadiyah mancapai maksud dan tujuannya, yaitu sebagai
penyaluran aspirasi, pemikiran, serta ide-ide untuk membangun bangsa.
Keterlibatan orang-orang Muhammadiyah dalam partai politik adalah sutau cara
memperjuangkan aspirasi politik tanpa terikat dengan partai politik.
Muhammadiyah hams melakukan politik kebijakan, dalam arti
memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kebikan pemerintah dan
publik yang didasarkan apada paradigma amar ma' ruf nahi munkar.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah dalam bidang politik tidak dijelaskan
dalam AD/ART, karena Muhammadiyah bukanlah organisasi politik melainkan
organisasi masyarakat yang lebih menekankan pada dakwah keagamaan. Namun
demikian Muhammadiyah bisa menampilkan diri menjadi payung semua
kelompok masyarakt, baik atas dasar agama, aliran politik kebijakan, dalam arti
memberikan arahan, aspirasi maupun kritik terhadap kekebijakan pemerintah dan
publik.
BAB III
BIOGRAFI KH. ABDUL RAZZAQ FACHRUDDIN
A. Latar Belakang Keluarga
Kiai Haji Abdur Razzaq Fachruddin adalah pemegang rekor yang paling
lama memimpin Muhammadiyah, yaitu selama 22 tahun (1968-1990). Sosok
sederhana yang kerap di sapa dengan sebutan Pak AR. Beliau dilahirkan pada
tanggal 14 Februari 1916, di Cilangkap, Purwanggan, Pakualam, Yogyakarta.
Ayahnya bernama KH. Facruddin atau Kiai Imam Puro, seorang Lurah Naib atau
penghulu dari Puro Pakualam yang diangkat oleh Kakek Sri Paduka Paku Alam
VIII, yang berasal dari Bleberan, Brosot, Galur, Kulonprogo. Ibunya bernama
Maimunnah binti KH. Idris Pakualam atau yang akrab dipanggil Nyai
Fachruddin. 1
A.R. Facruddin dan saudara-saudaranya berjumlah 10 orang, di antaranya
yang telah meninggal dua orang waktu masih kecil. Saudara.A.R. Facruddin
seayah dan seibu di antarannya bernama: (1). \:Vakiyah di Blowong; (2). Umi
Rohmah di Kedungpule, Srandakan; (3). Sukriyah di Bleberan, (4) Abdul Razzaq
Facruddin atau Pak AR; (5) Lukman di Bleberan. Adapun :;audara seayah lain ibu
ialah: (a) Saebani di Bleberan; (b) Mariyah di Bleberan; (c) Ismail di Bleberan.2
1 Tim Pcnyusuu dan Pencrbit Profil Mul1ammadiyah 2000, Proji/ Muhammadiyah 2000, Jakarta; Smya Sarana Utama, 2000, Cet.ket-1, h. 25
2 M. Yunan Yusuf, Yusro Rozak dan Sudarnoto Adul Hakim, Ensik!opedi Muhammadiyah, Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2005, Cet.kct-1, h.103
24
Masa kanak-kanaknya Ia habiskan di Pakualam. Setelah berusia tujuh
tahun Ia bersama orang tuanya pindah ke Purwangan dan disana Ia memasuki
sekolah Standaard School Muhammadiyah.3 Sejak kecil, Pak AR Facruddin sudah
berkecimpung di Muhammadiyah. Setelah lulus dari bangku Standaard School
(Sekolah Dasar) Muhammadiyah pada tahun 1928, AR kec.il melanjutkan sekolah
ke Muallimin selama dua tahun. Tidak sampai selesai, kar·ena orang tuanya jatuh
pailit. Pak AR pun dipanggil orang tuanya pulang ke desa, dan meneruskan
mengngaji kepada para Kiai di desanya. Pada tahun 1930 ayahnya meninggal di
Bleberan dalam usia 72 tahun. Dan dalam usia 16 tahun, Pak AR menjadi yatim.
Setelah ayahnya meninggal, Pak AR Facruddin kembali ke bangku sekolah, la
belajar di Wustho sampai tahun 1932 kemudian diteruskan ke M11a!limi11 hingga
tahun 1935.4 Sejak di bangku sekolah, Pak AR sudah dikenal pandai berpidato.
Pada tahun 1937, ketika Pak AR sedang liburan Ramadhan di Yogyakarta.
Pak AR dijodohkan oleh ibunya Nyai Facruddin, dengan Siti Komariyah putri
pamannya Kiai Abu Amar. Pada tanggal 28 Ramadhan 1337 Hijriyyah atau 1
Desember 1937 Masehi, Pak AR melangsungkan pemikahan dengan Siti
Komariyah. Pada waktu itu Siti Komariyah masih perlu meneruskan belajamya,
maka ia pun belum diajaknya ke Ulak Paceh, Sekayu, Palembang. Baru pada
3 Tim Pcnyusun Ensiklopcdi Indoncsi, Ensiklopedi Indonesia, Jakarta: Ictiar Barn Van Hocvc, 1997,h. 326
•1 Hery Sucipto dan Nadjamuddin Ramly, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad Dah/an hingga
A. Syafii Maarif: AR Facruddin Jalan Terjal Dakwah Kultural, Jakarta: Grafindo, 2005, Cet.ket-I, h. 180
25
tahun 1940 bersamaan dengan Muktamar Muhammadiyah ke-29 di Y ogyakarta
Siti Komariyah diajak ke Pelembang.
Pada tahun 1943 lahirlah putri pertamanya di Muara Maranjat, yang
bernama Wasilah. Anak yang pertama itulah Pak AR mendapat pertolongan dari
Ayuk Nyai H. Robbah Aisyiyah Talang Balai, Tanjung Raja, Ogan Ilir. Ketika
Wasilah berumur tiga belas tahun, Pak AR sekeluarga kembali ke Kulonprogo
Yogyakarta bersama-sama dengan guru Abdul Fatah Djasingan. Wasilah menikah
dengan Ors. H Sutrisno Muhdam, dan mereka dikaruniai tiga orang putra.
Pada tahun 1945, masih dalam zaman pendudukan Balatentara Jepang,
Pak AR bertugas sebagai Azacho di Kelurahan Banaran. Saat itu, lahirlah putra
kedua yang diberi nama Syukri. Nama ini adalah perwujudan rasa syukurnya
kepada Allah karena sudah kembali ke Y ogyakarta dan sebagai peringatan adanya
tentara dan pemuda-pemuda Indonesia yang tergabung dalam PUTRA (EMPAT
SERANGKAI) dan Pembela Tanah Air. Di kemudian hari Syukri menikah
dengan Dra. Khalifah binti H. Khozin asal Jember, Jawa Timur dan mereka
dikaruniai lima orang putra.
Pasca kemerdekaan tahun 1947, Pak AR masih tinggal di Bleberan,
lahirlah putrinya yang ketiga, yang bernama Siti Zahanah. Di kemudian hari ia
menikah dengan Sadikin dan dikaruniai tiga orang Putra. Ketika Pak AR di
Bleberan dan sudah menjabat sebagai Penghulu Kabupaten Kulonprogo, pada
tanggal 28 Desembar 1949 lahirlah putra yang keempat, diberi nama Lutfi
Pumomo. Di kemudian hari menikah dengan Barkah Setiyawati dan memiliki dua
26
orang putra. Pada tahun 1952, ketika sudah bertempat tinggal di GM 1 atau 260
B 1 di Kauman, Y ogyakarta, yang merupakan rumah sewa.an, lahirlah putra yang
kelima, yang bernama Farchan. Di kemudian hari ia menikah dengan Dra. Budi
Hartati dan di karuniai empat orang putra. 5
Pada tahun 1955, lahirlah putra yang keenam, yang bernama Fauzi. Di
kemudian hari ia menikah dengan Uun Ilmiyati dan karuniai dua orang putri. Dua
tahun kemudian tetapnya pada tahun 1957 lahirlah putra yang ketujuh, yang
bernama Siti Wasthiyah. Di kemudian hari ia menikah dengan Agus Purwantoro,
dan dikaruniai dua orang putra.
Rumah tangganya tampak harmonis dan Islami. Shalat berjamaah selalu
dianjurkan dalam keluarga. Dalam mengamalkan tuntunan agama Islam, Pak AR
mengajak putra-putrinya melakukan puasa sunnah Senin dan Kamis. Pak AR
sangat memperhatikan pendidikan putra-putrinya dan mela1:ih anak-anaknya untuk
bertanggung jawab. Karena itu, sejak kecil mereka dibiasakan membantu
pekerjaan di rumah. Di samping itu, putra-purinya dididik agar tidak menjadi
orang yang gumunan (meresa heran). Mengingat gajinya terbatas dan tidak
mencukupi untuk hidup sekeluarga, maka Ibu AR berjualan yang telah
dilakukannya sejak kecil. 6
Ketika Pak AR di Palembang, Ia bekerja swasta dan pasca kemerdekaan Ia
menjadi pegawai negeri. Oleh karena itu, walaupun dalam segi perekonomian
5 Yunan, (dkk.,), Ensik/opedi Muhammad(yah, h. 105 6 Ibid, h. 105
27
serba terbatas, akan tapi putra-putrinya berhasil menyelesaikan studinya. Dalam
ha! memilih pendidikan dan jodoh, Pak AR memberi kebebasan menurut pilihan
mereka sendiri-sendiri. Pak AR menganjurkan agar memilih pendidikan sesuai
dengan bakat dan minat masing-masing. Kebebasan semacam itu juga diserahkan
dalam memilih jodoh. Pak AR menyadari bahwa hidup berumah tangga hams ada
keharmonisan dan keserasian antara suami dan istri. 7
Pengabdian Pak AR bukan saja di Iingkungan Muhammadiyah, tetapi juga
di pemerintahan dan perguruan tinggi. Sedangkan di Muhammadiyah, dimulai
sebagai pimpinan Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1939-1941. Beliau
menjadi p1mpman mulai di tingkat ranting, cabang, wilayah, hingga menjadi
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Jabatan sebagai ketua PP Muhammadiyah ·' -,~
dipegangnya pada tahun 1968 setelah di fail accompli menggantikan Faqih
Usmat, yang meninggal. Dalam sidang Tanwir di Ponorogo Jawa Timur tahun
1969, Pak AR dikukuhkan menjadi ketua denitif sampai Muktamar
Muhammadiyah ke-38 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan tahun 1971. Dan
mulai saat itu Pak AR terpilih terns pada tiga mukhtamar lbrikutnya untuk periode
1971-1974, 1974-1978, 1978-1985.8 Hampir seperempa.t abad beliau menjadi
orang paling atas di Muhammadiyah, sebelum digantikan oleh Almarhum KH.
7 Ibid., h. 106 8 Nur Acluuad dan Prarnono U. Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah
Indonesia yang Berubah. Jakarta: Gramedia, 2000, h.203
28
Azhar Basyir ( setelah tidak lagi bersedia dicalonkan dalam Muktamar
Muhammadiyah 1990) 9
Beliau dikenal masyarakat sebagai orang besar yang rendah hati, bersikap
ngemong, ahli dakwah, penulis, pejuang (anggota pasukan Hizbu!Iah Yon 39 di
bawah pimpinan H. Dawam Razi), mubalig.
Ulama karismatik ini tidak bersedia dipilih kembali menjadi ketua
Pimpinan Muhammadiyah pada Muktamar ke-42 di Y ogyakarta, walaupun masih
diharapkan banyak orang, karena kearifan dan keteladanannya dalam memimpin
Muhammadiyah. Dan beliau pun berharap ada alih generasi yang sehat dalam
Muhammadiyah. 10
Kesehatan Pak AR semakin menurun sejak Agustus 1988. saat. beliau
dirawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Y ogyakarta karena stroke, beliau
pun pernah berobatke Rumah Sakit Lins of Wales, Sidney, Australia pada 12
Desember 1989 karena sakit vertigo. Pada tahun 1995 Pak AR kembali sakit.
Ketika Pak AR menjalani perawatan intensif di Rumah Saklt Islam (RSI) Jakarta
dalam kondisi tidak stabil. Pak AR wafat hari Jum'at pada tanggal 17 Maret 1995
atau bertepatan dengan 15 Syawal 1415 Hijriyyah di Rumah Sakit Islam Jakarta
pada jam 08. l 0 wib, dalam usia 79 tahun, yang meninggalkan tujuh putra - putri.
Beliau berpulang ke rahmatullah dan dimakamkan di komplek pemakaman
Karangkajen Yogyakarta.
h.180
9 Sucipto dan Rmnly, Tadjid Afuhammadiyah: AR Facruddin Jo/an Terjal Dakwah Kultural,
10 Aclunad dan Tanthowi, Muhammadiyah Digugat Refosisi ditengah Indonesia, h.203
29
B. Latar Balakang Pendidikan
Dari kecil Pak AR sudah berkecimpung di Muhammadiyah. Pada usia
tujuh tahun yaitu pada tahun 1923, A.R. memasuki sekolah formal di Standaard
School Muhammadiyah Bausasran, Kecamatan Danurejan Yogyakarta. Setelah
ayahnya tidak menjadi penghulu dan usaha dagang batiknya juga jatuh, maka Ia
pulang ke desanya di Bleberan, Kelurahan Banaran, Kecamatan Galur, Kabupaten
Kulonprogo. Karena keinginannya menuntut ilmu, maka pada tahun 1925 Ia
pindah ke sekolah Standaard School (Sekolah Dasar) Muhammadiyah Prenggan,
Kotagede, Y ogyakarta. Ketika duduk di kelas tiga, Ia tinggal bersama keluarga
kakak perempuannya. I I
Pada tahun 1928, A.R. Fachruddin menamatkan Standaard School
Muhammadiyah Prenggan yang dipimpim oleh M. Djayadisantra. Sekarang
sekolah ini terletak di sebelah Utara Masjid Perak Kotagede, Yogyakarta.
Kemudian Ia melanjutkan ke Madrasah Muallimin Muhammadiyah Y ogyakarta.
Setelah dua tahun belajar di Madrasah Muallimin, ayahnya memanggilnya untuk
pulang ke Bleberan. Di tanah kelahirannya Bleberan, Ia belajar mengaji kepada
beberapa Kiai di sana, seperti ayahnya sendiri KH. Fachruddin, KH. Abdullah
Rosad dan KH. Abu Amar. Adapun kitab-kitab yang di pelajarinya antara lain;
11 hUp:f/ww\y.M.!ill!lffi\lladiyah.Abdul. Razak Fachruddin.ir.cod
30
Matan Tagrib, Syarah Tagrib, Qatrul Ghaits, Jurumiyah dan lain-lain. Sedangkan
pada malam hari setiap ba'da Magrib kurang lebih jam 21.00, Ia belajar di
Madrasah Wustha Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur, Kulonprogo.
Dua tahun setelah ayahnya meninggal dunia, yaitu pada tahun 1932, AR
belajar di Madarasah Dami Ulum Muhammadiyah Wanapeti, Sewugalur yang
menjadi Kepala Sekolah adalah H.Dawam Razi, seorang alumni Madrasah
Mu'allimin Muhammadiyah dan berhasil tamat pada tahun 1935. Kemudian AR
melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Tablig School (Madrasah Muballigin)
Muhammadiyah kelas tiga di Kampung Suronatan, Y ogyakarta. Belajarnya dari
pukul 19.00 sampai dengan pukul 22.00. 12 Sejak di bangku sekolah, AR sudah
dikenal pandai berpidato.
Dengan bekal pendidikan tersebut, pada tahun 1935 Pak AR dikirim oleh
Hoojd Bestuur Muhammadiyah (pada periode KH. Hisyam) ke Muhammadiyah
Cabang Talangbalai (sekarang dikenal dengan Ogan Komering Ilir, Palembang,
Sumatera Selatan) untuk mengembangkan gerakan daklvah Muhammadiyah. Di
sana, Ia mendirikan Sekolah Wustha Mu 'allimin Muhammadiyah setingkat SMP.
Pada tahun 1938, Ia pindah ke Cabang Muhammadiyah Kulak Pajek, Sekayu,
Musi Ilir (sekarang dikenal dengan Kabupaten Muba, Musi Banyu Asin), juga
untuk mengembangkan gerakan dakwahnya di Muhammadiyah. Tiga tahun
kemudian, pada tahun 1941, Ia pindah ke Sungai Batang, Sungai Gerong,
12 Yusuf Yunan (dkk.,), Ensiklopedi Muhammadiyah, h.103
31
Palembang sebagai pengajar HIS (Hollandese Inlandevs School) Muhammadiyah
yang setingkat dengan SD. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu
pabrik minyak Sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajamya
ditutup. Kemudian Abdur Razaq dipindahkan menga3ar di Sekolah
Muhammadiyah Muara Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan
sampai tahun 1944. Sampai akhimya Ia kembali ke Yogyakarta. 13
Berdasarkan uraian di atas sekitar kehidupannya maupun dalam perjalanan
studinya, maka terlihatlah kalau Pak AR sejak kecilnya sudah berkecimpung
dalam Muhammadiyah dan merupakan seorang yang arif bijaksana dan
keteladanan baik dari segi keilmuan keisalamannya maupun dari segi yang
lainnya.
Kualitasnya sebagai seorang Muhammadiyah dinyatakan secara langsung
oleh keluarga Muhammadiyah maupun yang lainnya. Meskipun Pak AR tidak
bergelar Sarjana, akan tetapi tingkat ilmu keislamannya tidak kalah dengan yang
bergelar sarjana. Apalagi dalam memberikan materi ceramah dalam pengajiannya
berbobot dan bermutu. Adapun kelebihan dalam pendekatannya baik dengan umat
sebagai obyek dakwah maupun dalam pendekatannya dengan birokrasi
pemerintah sebagai kelancaran berdakwah sangat memikat.
Pak AR dikenal sebagai seorang mubaligh yang sejuk, beliau juga dikenal
sebagai penulis yang produktif Karya ditulisnya banyak dibukukan untuk
dijadikan pedoman hidup anggota Muhammadiyah clan dalam beragama.Disini
13 AR. Facruddin, http://www.Mnhannnadiyah.ir.cod
32
akan dipaparkan bukti-bukti yang otentik akan kearifan dan kebijakan dalam
ilmunya, yang ditandai dengan karya-karyanya, diantaranya adalah :
( 1) U11tuk Masuk Anggota Muhammadiyah;
(2) Mendirikan Ranting;
(3) Jamaah Anggota Muhammadiyah;
( 4) Pedomann Bapak atau Jbu Jamaah;
(5) Pedoman Khitan;
( 6) Pedoman Perkawinan;
(7) Pedoman Bagi ca/on Penga11ti11 Putra da11 Putri;
(8) Kewajiba11 Suami Jstri;
(9) Pedoman Sha/at;
(10) Pedoman Sesudah Sha/at;
(11) Pedoman Sha/at Nawqfil;
(12) Pedoman Ti/car Sembahyang;
(13) Pedoma11 Menasehati !stri dan Anak;
(l4)Mengatur Rumah Secara Modern;
(15) Pedoman Beradio;
(16) Pedoman Membangun dan Memperbaiki Rumah;
(17) Pedoman Sebagai Pimpinan Miuhammadiyah;
(18) Pedoman Memimpin sidang Anggota Muhammadiyah atau Sidang Cabang;
(19) Pedoman Melayani Menanggapi Pimpinan;
(20). Pedoman Menghadap Pimpinan;
33
(21 ). Pedo111a11 Membaca Al-Qur 'an;
(22). Pedoman Memelihara Kelangsungan Muhammadiyah;
(23). Pedoman Mengadakan Peringatan Hari Besar Islam dan lain; (24).
Pedoman Mengumpulkan Biaya Cabang;
(25). Pedoman Membina dan Memakmurkan Ma.~iid;
(26). Pedoman Memulyakan Tamu Sesama Keluarga;
(27). Pedoman Menghadapi Orang Yang Akan Meninggal;
(28). Pedoman di Waktu Miskin;
(29). Pedoman di Waktu Kaya;
(30). Pedoman Menjadi Anggota Pi111pi11a11;
(31 ). Pedoma11 Menjaga Kemurnian Tu.Juan Muhammadiyah;
(32). Pedoman Berdua.
Di samping pedoman-pedoman tersebut, Pak ARjuga menulis topik-topik
umum dalam bidang keagamaan, antara lain;
(1). Ukhuwah Islamiyah;
(2) Propaganda Islam yang Istimewa;
(3) Menuju Negara keabadian;
(4). Jangan sampai Kumpul Keba;
(5). Seperti Matinys Kucingdan Hewan;
(6). Mencari Ketentraman Hidup;
(7). Pancasila itu Buka11 Agama;
(8). Mengamati Gerakan Nasrani;
34
(9). Calon Pimpinan Muhammadiyah;
(10). Pe11gajia11 Muihammadiyah;
( 11 ). Kesadaran Beragama dalam Muhammadiyah. 14
Disamping itu, Pak AR juga menulis beberapa. buku agama Islam dan
Kemuhammadiyahan antara lain :
Pedoman Pertama Anggota A1uhammadiyah tahun 1971; Pedoman Kedua
Anggota Muhammadiyah tahun 1971; Pedoman Ketiga Anggota Muhammadiyah
tahun 1971; Naskah Kesyukuran tahun 1985; Naskah E/1the11g, Sera/ Kmvruh
Islam Kml'edar, Mubal/igh Muhammadiyah (I.I.}; Upaya A1ew11j11dakan
Muhammadiyah Sebagai Gerakan Amal, Pemikiran dan Dakwah Islam (I.I.};
'
Syahadatain Kmvedar, Tanya Jawab Entheng-Enthengan tahun 1980;
Muhammadiyah atau Organisasi Dakwah Jslamiayah, A!-J'.slam Bagian Pertama
tahun 1981; Menuju Muhammadiyah tahun 1970; Kembali Kepada Al-Qur 'an
dan Hadist tahun 1970; Jn Memoriam Pak A.R. Facruddin, Sha/at Hart Raya !du!
Fitri 1408 secara Kenegaraan di Masjid Istiqlal tahun 1980; Sekaten dan
Tunt1111a11 Sha/at Basa Jmvi tahun 1982; Khutbah Nikah dan Terjemahannya yang
Tepat; Soal-Jmvab Entheng-Enthengan jilid l; Soal-Jawab Entheng-Enthengan
jilid II; Soal-Jmvab Entheng-Enthengan jilid III; Sarono Entheng-Enthengan
Pancasi la tahun 1983; Ruh Muhammadiyah. 15
14 Yusuf Yunan, (dkk.,), Ensiklopedi Afuhammadiyah, h.109 15 Ibid., h. 109
35
Hingga Pak AR wafat, beliau tidak meninggalkan apa-apa untuk keluarga
maupun kepada Muhammadiyah. Beliau hanya meninggalkan kejujuran,
kesederhanaan dan kebajikan.
C. Aktivitas KH. Abdur Razzaq Fachruddin
Aktivitas sosial-keagamaan Pak AR, lebih banyak dilakukan di
Muhammadiyah seperti telah di paparkan di atas. Pada tahun 1933, Pak AR
dikirim oleh Hoof Bestuur Muhammadiyah ke Palembang sebagai guru Sekolah
Dasar Muhammadiyah Cabang Talangbalai, Tanjung raja, (Ogan Komering Ilir ),
di sana juga beliau mengembangakn gerakan dakwah Muhammadiyah. Dan
beliau mendirikan Sekolah Wustha Muallimin Muhammadiyah setingkat SMP.
Pada tahun 1938 oleh Konsul Muhammadiyah Kulak Pajeh, Sekayu, Musi Ilir
yang sekarang bernama Kabupaten Muba (Musi Bayu Asin). Tiga tahun
kemudian, pada tahun 1941, beliau pindah ke kantor Muhammadiyah Sungai
Batang, Sungai Gerong (Palembang) sebagai pengajar HIS (Hollands Indians
School) Muhammadiyah yang setingkat dengan SD. Di sana selian mengajar
beliau juga melanjutkan misinya untuk mengembangkan gerakan dakwah
Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Februari 1942, Jepang menyerbu pabrik minyak
sungai Gerong. Dengan sendirinya sekolah tempat mengajarnya ditutup.
Kemudian Pak AR dipindahkan mengajar di sekolah Muhammadiyah Muara
36
Maranjat, Tanjung Raja, Palembang, Sumatera Selatan sampai dengan tahun
1944. Selanjutnya Pak AR akhirnya kembali ke Yogyakarta. 16
Sampai dengan tahun 1944 Pak AR memimpin Muhammadiyah di daerah
Palembang, selanjutnya pindah ke Kulonprogo lagi dan menjadi guru di
Madrasah Darul Ulum Muhammadiyah Wanapati waktu itu yang diketuai oleh
Kiai Haji Dawan Razi. Ketika tinggal di Kauman Yogyakarta, Pak AR banyak
berhubungan dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah. Karena Pak AR dikenal
pandai berppidato, beliau sering diutus oleh Muhammadiyah untuk memberi
ceramah di luar kota, seperti di Kebumen, Pemalang, Klaten, dan cabang-cabang
Muhammadiyah sekitar Y ogyakarta. Pengabdian beliau tidak hanya di
Muhammadiyah, akan tetapi di Pemerintah dan Perguruan Tinggi. Oleh karena itu
selain mengajar Pak AR dijadikan Azacho (Kepala Rukun Tetangga) Kelurahan
Banaran bersama saudara tertuanya M.Sabeni, menjadi Kucha (Kepala Desa),
Lurah Banaran pada tahun 1945. Pada waktu Indonesia Merdeka 17 Agustus
1945, Pak AR ikut bergerak pada Barisan Keamanan Rakyat (BKR), ikut
bergerak pada pasukan Hizbullah Yon 39 yang bermarkas di Wates Kulonprogo di
bawah pimpinan Kiai Haji Dawan Razi. 17
Pada tahun 1949 Pak AR menjadi pejabat sebagai Penghulu (Kepala
Kantor Urusan Agama) di Adikarto (Wates). Tidak lama kemudian di pindahkan
ke Kulonprogo dalam jabatan yang sama. Beliau juga ikLJt bergerilya melawan
16 AR Facruddin, http://W\\~v.Muhammadiyah.ir.cod 17 Hcri Sucipto dan Ramly, Tajdid Muhammadiyah Dari Ahmad Dah/an hingga A. Syafii
Ma 'arif h.180
37
Belanda tahun 1949. Selama sembilan tahun dari tahun 1950 sampai dengan
tahun 1959, Pak AR menjadi pegawai jawatan agama Propinsi Daerah Istimewa
Y ogyakarta (DIY) yang berkantor di Kapatihan. Tahun 1959 pindah ke Semarang
menjabat sebagai Kepala Kantor Penerangan Agama Propinsi Jawa Tengah
Sambil merangkap menjadi dosen Islamologi luar biasa di Universitas Sultan
Agung (Unissula), FKJP Universitas Dipenogoro (Undip) dan Sekolah Tinggi
Olah Raga (STO), di Semarang.
Pada tahun 1964 kembali ke Y ogyakarta menjabat sebagai kepala Kantor
Penerangan Agama Propinsi Daerah Istimewa Y ogyakarta. Kemudian pada tahun
I 972 Pak AR mengakhiri kariernya sebagai Kepala Penerangan dengan hak
Pensiun.
Dalam organisasi Muhammadiyah jabatan yang mula-mula dipercayakan
kepada beliau adalah ketua daerah Kota Mad ya Y ogyakarta (1950-1951 ), ketua
wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) (1952-1953) dan menjadi
pembantu PP Muhammadiyah. Sebagai pembantu Muhammadiyah Pak AR
pernah ditunjuk mewakili PP Muhammadiyah dalam acara Musyawarah Wilayah
Muhammadiyah Propinsi Aceh tahun 1953. pada tahun 1956 Pak AR menjadi
anggota PP Muhammadiyah dan sebagai wakil ketua. Dalam setiap Muktamar,
seperti Muktamar, seperti Muktamar ke-35 (setengah abad Muhammadiyah) di
38
Jakarta, Muktamar ke-36 di Bandung tahun 1956, Pak Ar dipercayakan untuk
menduduki jabatan tersebut. 18
Pak AR menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammacliyah pada tahunl968
setelah di-Fait Accomply untuk menjadi pejabat ketua PP Muhammadiyah
sehubungan dengan wafatnya KH. Faqih Usmat. Dalam Sidang Tanwir di
Ponorogo, Jawa Timur pada tahun 1969, Pak AR akhirnya dikukuhkan menjadi
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah sampai Mukatamar Muhammadiyah ke-
38 di Ujung Pandang, Sulawesi Selatan pada tahun 1971. Sejak saat itulah Pak
AR terpilih secara berturut-turut dalam tiga kali Muktamar Muhammadiyah untuk
periode 1971-1974, 1974-1978, 1978- 1985.19
Ulama berwajah sejuk dan bersahaja ini tidak bersedia lagi dipilih kembali
menjadi Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Muktamr Muhammadiyah
ke-42 di Yogyaka11a. Dan dalam Muktamar tahun 1990 Pak AR tidak bersedia
dipilih lagi. Dengan demikian, genaplah 22 tahun menjadi ketua PP
Muhammadiyah. 20
Pak AR merasa telah terlalu lama memimpin Muhammadiyah. Beliau
mengatakan bahwa KH. A. Dahlan menjabat ketua PP Muhammdiyah 11 tahun
(1912-1923). Kemudian Kiai Ibrahim memimpin dari tahun 1923-1933, Kiai
Hisyam dari tahun 1933-1942, Ki Bagus Hadikusumo memimpin tahun 1942-
18 Ibid, h.326 19 Tim Pcnyusun dan Pcncrbit Profil Mnhammadiyah 2000, Profil Muhammad(vah 2000,
h.26 20 Ibid,
39
1953, Pimpinan Muhammadiyah diteruskan oleh A.R. Sultan Mansyur sampai
dengan tahun 1959. kemudian KH. Yunus Anis dari tahun 1959-1962; kemudia
diteruskan oleh Kiai Badawi sampai tahun 1968. 21
KH. AR Facruddin berkali-kali ditawari untuk menjadi anggota DPR.
Akan tetapi, karena khawatir tersita waktunya untuk megurus Muhammadiyah
yang dipercayakan kepada beliau, Pak AR menolak tawaran tersebut. Namun
demikian beliau menerima menjadi anggota DPA dan dilantik pada tanggal 14
Agustus I 988n
Sebagai seorang Muslim, KH. AR Facruddin selalu berkecimpung dalam
bidang keagamaan dan kemasyarakatan. Sebagai ketua PP Muhammadiyah,
beliau telah memberi contoh teladan yang baik untuk para pengikutnya. Sebagai
'
contoh, dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin beliau selalu menempuh cara
kologial, yaitu memusyawarahkan segala tindakan yang akan ditempuh
organisasi, sekalipun dalam hal yang kecil. Prinsip-prinsip musyawarah benar-
benar dilaksanakannya, sehingga setiap anggota ikut bertanggung jawab terhadap
suatu keputusan yang telah diputuskan bersama. Sikapnya yang merendah dan
selalu optimis serta berserah diri kepada Allah S\VT membuat beliau lebih
berwibawa.
Pada tahun 197 5, bel iau melakukan berdakwah (kuliah sub uh) di Stasiun
TVRI Yogyakarta, meskipun waktunya 20 menit, pengajian dilakukannya setiap
21 Ensiklopedi Muhammadiyah, h. l 08 02 Ensiklopedi Indonesia, h: 327
40
malam Jum' at. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun 1985. Di samping itu
beliau juga mengasuh acara tanya jawab soal agama di harian Kedaulatan Rakyat,
Yogyakana dengan rubrik "Pak AR menjawab", setiap hari kamis. Kemudian
dalam bidang keagamaan Pak AR telah melaksanakan suatu pemabaharuan, yaitu
zakat yang telah terkumpul dibaginya pada saat paceklik dan beliau sendiri
terjunlangsung ke desa-desa untuk melihat sendiri siapa saja yang sangat
membutuhkan bantuan.
Figur Pak AR adalah Kiai yang mengayomi, menyantuni, dan merengkuh
ummat. Dengan gayanya, yang santun rendah hati diselingi humor, serta berwajah
sejuk, oleh karena itu dengan kesejukannya sebagai pemimpin, ummat jadi
tertarik dengan ajaran Islam yang menyejukkan, bahkan tidak hanya ummat Islam
saja, pemeluk agama lain pun menjadi tertarik kepada Islam yang disampaikan
dengan gaya Pak AR.
BAB JV
PEMJKIRAN POLITJK MUHAMMADIY AH PADA MASA KEPEMIMPINAN
K.H. ABDUL RAZZAQ FACHRUDDllN
Sebelum membahas lebih jauh, akan penulis paparkan terlebih dahulu
beberapa pengertian berikut ini, untuk membatasi suatu pengertian pemikiran politik
Muhammadiyah, beberapa pengertian itu, antara lain:
High Politics adalah politik tinggi dalam penge1tian yang luhur dan
berdimensi moral etis, bersikap tegas terhadap korupsi, mengajak masyarakat luas
untuk memerangi ketidakadilan, menghimbau pemerintah untuk terus menerus
menggelindingkan proses demokrasi dan keterbukaan. Sedangkan Low Politik adalah
politik yang terlalu praktis, berorientasikan kepada melakukan gerakan dan menuver
politik untuk memperebutkan kursi DPR, minta bagian di lembaga eksekutif,
membuat kelompok penekan, membangun Jobi se1ta berkasak kusuk
mempertahankan atau memperluas adanya vested interest.
Amin Rais mengungkapkan dalam buku Moralitas Politik Muhammadiyah,
sebagai berikut :
" ... High Politik adalah politik yang luhur, adiluhung dan berdimensi moral etis. Sedangkan Low Politik adalah poltik yang terlalu praktis dan sering kali
d · nl cen rung msta.
1 Amin Rais, Moralitas Polilik Muhammadiyah, Yogyakarta: Dinamika, 1995, h. 43
42
Sedangkan alokatif politik, menurut Din Syamsuddin adalah mengalokasikan
nilai-nilai keislaman kedalam kerangkan proses politik berda.sarkan konstitusi yang
telah menjadi keonsensus bersama. 2
A. Muhammadiyah Diantara Nilai Agama Dan .Moral Politik
Persyarikatan Muhammadiyah merupakan bagian dari daya kreatif
hazanah keislaman. Oleh karena itu perkembangan Muhammadiyah adalah
sebuah dinamika dan mekanisme hubungan anatara daya kreatif intelektual
muslim dengan pasang surutnya gelombang persoalan hidupnya dengan nilai dan
kaidah ajaran Islam. Kelahiran dan kemajuan Muhammadiyah mencerminkan
suatu kerangka berpikir yang rasional dan metodologis yang berupa pola sikap
dan tindakan anggota, kehidupan organisasi dan masyarakat luas secara universal.
Perkembangan Muhammadiyah sebagai oerganisasi yang bercirikan Islam,
dan tajdid mengendalikan suatu mata rantai hubungan histories dan dialog antara
dimensi normative (wahyu Allah) dengan dimensi obyektifumat yang merupakan
daya kreatifnya. Mata rantai dialogis tersebut mendorong dinamika sejarah yang
senantiasa berkembang dan berubah.
Aktivitas dakwah bagi Muhammadiyah adalah merupakan upaya kreatif
mengatasi berbagai persoalan kehidupan masa depan Muhamadiyah juga umat
Islam akan ditentukan oleh kemampuan sejauhmana dapat memberikan jawaban
2 M. Din Syarnsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: P. Panjirnas, 1990, h.168
43
terhadap persoalan dan tantangan, disipilin kesediaannya menenma dan
mengelola sikap kritis para warga Muhammadiyah. Maka sudah waktunya
disadari bahwa Muhammadyah sebagai organisasi social kemasyarakatan yang
bergerak dibidang dakwah dan hazanah pemikiran kelslaman tentu berbagai
dampak modernisasi sosial, ekonomi dan politik tentulah sangat berpengaruh
terhadap gerak dan dinamika persyarikatan.
Bagi persyarikatan Muhammadiyah, dakwah adalah mengajak manus1a
kepada Dinul Islam yang dapat dilakukan memalui berbagai aspek aktivitas
Muhammadiyah dalam bidang tabligh, pendidikan, sosial-ekonomi dan politik
yang di selenggarakan dalam rangka berupa mengembangkan potensi umat
khususnya potensi warga Muhammadiyah yang berdimensi pengembangan
masyarakat.
Mengahadapi tantangan demi tantangan, adalah keharuan bagi
persyarikatan Muhammadiyah untuk menata kembali strategi dakwahnya, dalam
arti berorientasi kemasa depan.
Dalam konteks ini Din Syamsuddin mengatakan .
"Agaknya Muhammadiyah perlu mengembangkan berbagai bentuk dan tipologi dakwah dengan memberikan penekanan pada : pertama; pendayagunaan media massa, guna menciptakan citra yang positif tentang Islam, bias disebutkan sebagai dakwah Lil al-shi 'ar (dakwah untuk syi'ar), dalam dalam bentuk ini dimaksudkan untuk menciptakan suasana kondusif bagi terselenggaranya proses dakwah itu sendiri. Kedua; pengembangan peranan politik yang signifikan sebagai aktalisasi dari amar ma'ruf nahi munkar, bisa disebut dakwah bi al-Siyasah (dakwah dengan politik)."3
3 Din Syamsuddin. Muhammadiyalt Kini dan Esok, h. X
44
Kesebawajahan organisasi Muhammadiyah sebagai persyarikatan yang
bergerak di bidang dakwah dan menyentuh semua bidang, dalam ha! ini tak luput
pula dimensi bidang politik.
Keterlibatan Muhammadiyah dalam politik di sini perlu sedini mungkin
dijelaskan bahwa politik yang dimaksudkan bukan dalam arti politik praktis, ·
yakni kerterlibatan pemilihan umum dan perwakilan di lembaga legistatif, politik
seperti ini dapat juga dinamakan politik konstitusional yang biasanya dibedakan
dengan politik alokatif
B. Pemikiran Politik Muhammadiyah Pada Masa K.H. Abdul Razzaq
Fachruddin
Pada tahun 1982 merupakan ujian bagi gerakan Muhammadiyah termasuk
ormas yang lainnnya, karena pada tahun itu diajukannya Ice DPR tentang recana
undang-undang organisasi kemasyarakatan yang mengandung pokok persoalan
menjadikan pancasila sebagai satu-satuan azas bagj seluruh organisasi
kemasyarakatan.
Bagi persyarikatan Muhammadiyah mengandung arti dihilangkan azas
Islam dari anggaran dasar oraganisasi yang sudah barang tentu membawa
konsekwensi perubahan sifat gerak dan tujuan.
Di kalangan Islam, baik kelembagaan maupun perorangan memberikan
penentangan yang keras terhadap rencana undang~undang ini, meneurut mereka
dijadikannya Pancasila sebagai Azas Tunggal mengandung ancaman terhadap
45
keberagaman umat Islam itu sendiri di Indonesia. Penentangan itu ditampakkan
dalam berbagai fomm-forum ilmiah dan keagamaan.
Muhammadiyah mengambil langkah dengan sangat hati-hati dalam
menghadapi prates politik ini. Kehati-hatian tersebut tampak dalam cara
Muhammadiyah memberikan respon sejak pemerintah memberi isyarat bahwa
sebuah undang-undang keormasan akan diajukan ke DPR hingga menetapkan
penerimaan Pancasila sebagi azas organisasi dalam mu 'tamar ke-41 di Surakarta.
Sebagai agenda sistematik dalam pemikiran politik, pemerintah setelah
berhasil memberikan penerapan Azas llmgga! Pancasila bagi seluruh organisasi
kekualan Politik berupaya untuk memberlakukannya bagi organisasi
kemasyarakatan. 4
Muhammadiyah memberikan tanggapan terhadap rnncana undang-undang
tersebut dengan diadakannya Sidang Tanwir Muhammacliyah pada bulan Mei
1983. tentang permasalahan ini Muhammadiyah mengambil kesimpulan, antara
lain :
I. Muhamadiyah setuju memasukkan Pancasila dalam anggaran dasar
Muhammadiyah dengan ticlak merubah azas Islam yang ada sekarang.
2. Masalah tersebut adalah masalah nasional yang dihadapi oleh Pimpinan Pusat
secara nasional. Oleh karena itu pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah dan
lain-lain tidak dibenarkan untuk mengeluarkan penclapat ataupun mengambil
sikap mengenal Azaz Tunggal tersebut .
. , Lukman Harun, Muhammadiyah danAzas Pancasi/a, Jakarta: Panjimas, 1986, h. 33
46
3. Pembahasannya dilakukan dalam mu'tamar ke-41. 5
Dengan demikian Muhammadiyah cukup tanggap yakni segera mencan
informasi mengenai issu tersebut dan segera membahasnya melalui forum-forum
yang berskala nasional, dengan melibatkan unsur Pimpinan Wilayah
Muhammdiyah di seluruh Indonesia. . ...
Untuk selanjutnya dalam muktamar ke-41 di Surakarta Pak AR
mengatakan, bahwa penerimaan Azas Pancasila adalah bagaikan memakai
"Helm" (topi pengaman) bagi pengendara motor.6
Tiga tahun setelah pengesahan undang-undangan keormasan, !obi
Muhammadiyah mendapat tantangan baru pada tahun 1988 dengan
mengajukannya kepada DPR Rencana Undang-undang tentang pendidikan
Nasional, hal ini mendapat perhatian khusus dari Muhammadiyah, disamping
karena organisasi Muhammadiyah bergerak dalam jumlah yang cukup banyak
dibidang pendidikan, juga menurut pandangan Muhammadiyah RUU-PN tersebut
mengyangkut ha! yang tidak sesuai dengan GBHN,, terutama eksistensi
pendidikan Agama.
Adapun pokok-pokok tanggapan Muhammadiyah mengenai ha! tersebut
adalah antara lain :
5 Lukman Harun, Muhammadiyah dan Azas Pancasi/a, h. 38 6 Rusli Karim, (cd), Muhammad(vah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: CV. Rajawali,
1986, Cet. Ke-I, h. 325
47
1. Tujuan Pendidikan Nasional
Rumusan pendidikan nasional tercantum pada RUU-PN adalah
Pendidikan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang be1iaqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa memiliki kesegaran jasmani dan rohani, sedangkan dalam
GBHN 1988 disebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila
bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indone:sia yaitu manusia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,
berkpribadian dan berdisiplin.
Dari kutipan tersebut terdapat perbedaan mendasar yang menyangkut
kata "beriman" yang dalam GBHN dicantumkan sebelum kata "bertaqwa",
ternyata tidak ada sama sekali dalam RUU-Pn. Oleh karena itu rumusan
tujuan pendidikan nasional dalam RUU-PN harus disesuaikan dengan
GBHN. 7
Seperti !obi yang dilakukan Muhammadiyah . dalam rangka
penyempurnaan RUU-PN ini ditujukan kepada pemerintah dan DPR.
Disamping pertemuan dengan beberapa pejabat terkait secara formal. Dan
juga pertemuan PP. Muhammadiyah dengan beberapa pejabat yang kahirnya
diakhiri dengan pertemuan dengan Pimpinan Fraksi di DPR.8
7 Rusli Karim, (cd)., lvfuhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, ha!. 13 8 Din Syamsuddin, lvfuhamamd(yah Kini dan Esok, h. 200
48
Semua butir dalam poko-pokok pikiran maupun sumbangan pemikiran
Muhammadiyah tertampung dalam undang-undang yang kemudian bernama
undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. 9 Demikianlah pemikiran
politik Muhammadyah dalam kegiatan lobbying dengan pemerintah maupun
DPR hingga RUU-PN ini disahkan.
Bila kita ingin mengungkap secara tuntas tentang peran dan pemikiran
politik Muhamamdiyah dalam berbagai kebijakan pemerintah masih banyak
yang dapat dibahas dan disimak seperti Rencana Undang-undang Peradilan
Agama dan lain-lainnya sebenarnya Muhamamdiyah senantiasa tanggap akan
hal tersebut, yang semuanya terjadi pada masa kepemimpinan K.H. AR.
F acruddin sampai akhir tahun 1990-an.
Disamping itu penulis akan memaparkan secara singkat tentang Pokok
pokok Pemikiran KH. Abdur Razzaq Facruddin.
Tokoh ini dilihat dari sejarah perjuangannya dalam Muhammadiyah dan
kariernya, telihat bahwa pada dirinya, seorang yang ngayomi .umat dan bijak.
Kondisi ini sangatlah wajar karena pendidikan formalnya yang sejak kecil di
Muhammadiyah serta Pak AR bergaul dan mengajar disana-sini ditambah lagi
dengan latar belakang yang mendukung. Pak AR adalah seorang yang
ngerengkuh tentu yang dipikirkan masalah . umat dan rekayasa politik
alokatifnya. Sebagimana yang diungkapkan Din Syamsuddin, politik alokafif
9 Syamsuddin, Muhammadiyah Kini dan Esokj, IL 202
49
adalah politik mengalokasikan nilai-nilai tertentu ke dalam kerangka proses
politik berdasarkan konstitusi yang telah menjadi konsensus bersama. 10
Nilai-nilai tertentu disini dimaksudkan adalah nilai keislaman yang
senantiasa dibawa kedalam misi dan perjuangannya secara matang dan sejarah
merupakan alat pijakan yang mengakar.
Setelah beberapa lama Pak AR menjabat sebagai ketua Rukun Tetangga
(RT), selang beberapa waktu menjadi Kepala Penerangan Agama di Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Ketua wilayah
Muhammadiyah, dan Pak AR diangkat sebagai anggota Dewan Pertimbangan
Agung (DP A) Republik Indonesia. Dalam meniti perjuangan kariernya
sebagai pejabat ini, napas Islam dan misi pergerakkan selalu terbawa,
sehingga pak AR selalu memperjuangankan nilai-nilai Islam yang sudah
tertanam dalam jiwanya.
2. Pemikiran Pak AR Tentang Rekayasa Politik Muhammadiyah Untuk Amar
Ma'ruf Nahi Munkar.
Sebagai sarana untuk memperlancar dakwah, maka Muhammadiyah
memerlukan "teman" (mitra kerja) sebagai tangan panjang dari gerakan
Muhammadiyah, dipegang teguh oleh Muhammadiyah sesuai dengan Islam.
Sesuai dengan Undang-undang ke-ormasan No. 8 tahun 1985, mengenal
pemberlakuan Pancasila sebagai satu-satunya azas datl juga mu'tamar ke-41
10 Ibid., h. 168
h.186
50
di Surakarta, bahwa Muhammadiyah dengan tegas menyebutkan azas
Pancasila pada bab II pasal 2 Anggaran Dasar Muhammadiyah, ini
mendorong agar kepada Muhammadiyah agar bertambah sungguh-sungguh
dalam memurnikan dalam memperkokoh akidah Islam, untuk itu
Muhammadiyah harus mampu berhubungan dengan "siapa saja".
Berikut ini ungkapan Pak AR., sesuai dengan kutipan :
"Dengan anggaran dasar Muhammadiyah yang baru, mendorong kepada
Muhammadiyah untuk dapat menjadikan Muhammadiyah untuk dapat
menjadikan Muhamamdiyah suatu persyarikatan yang terbuka dapat
berhubungan dan bekerjasama denga semua anggota masyarakat tanpa
menggoyahkan kepribadian dan keyakinan serta keikhlasannya."11
Untuk itu Muhammadiyah harus menjadi "kawan" orang banyak dan
sekaligus mempunyai "pendekatan baik kepada umat sebagai obyek dakwah
yang bersifat "merengkuh" dan "mengayomi" (meminjam istilah pak AR),
maupun kepada organisasi kemasyarakatan yang lain dan kepada pemerintah
sebagai kelancaran dalam berdakwah.
Keserbawajahan Muhammadiyah kali ini, merupakan konsekwensi logis
dari konsepsi dakwah yang dianutnya. Kerana Muhammadiyah adalah sebuah
gerakan dakwah Islam sedangkan Islam adalah rahmatan lil'alamin.
11 K.H. AR Facruddin, Afengenal & Menjadi Muhammadiyah, Malang: UMM Press, 2005,
51
3. Pemikiran Pak AR Tentang Dakwah Untuk Mewujudkan Amar Ma'ruf Nahi
Munkar.
Salah satu sisi persoalan pokok yang clihadapi umat Islam dewasa ini
adalah datangnya masyarakat industri, teknologi dan informasi yang
berdampak pada sosial-budaya. Masyarakat yang demikian ini cenderung
manusia terperangkap kedalam perangkap sistem budaya clan teknologi yang
sedemikian rupa sehingga dirinya menjadi komponen yang amat "dependent"
dari sistem. Hal ini mengakibatkan terjadinya pergeseran nilai yang
seharusnya sebagai pencipta dan pengendali budaya teknologi malahan
menjadi subordinate terhadap sistem budaya dan teknologi tersebut.
Akibat lain dari hal tersebut di atas aclalah terjadinya kecenderungan
pemikiran materialistik, rasinalistik, sekuralistik. Kecenclerungan tersebut
pada gilirannya akan mendorong terjaclinya paham materialisme dan
sekualrisme, ha! ini merupakan ancaman yang serius bagi kehidupan religius
masyarakat Indonesia.
Di sisi lain persoalan yang dihadapi umat Islam adalah adanya
masyarakat yang semakin tergeser kepinggiran, clan ha! ini kita kenal dengan
nama kaum Dhu'afa. Masyarakat seperti ini sulit untuk menentukan jalan
hidupnya, bahkan untuk memenuhi sehari-haripun terlalu terjal. Kalau
Muhammadiyah melihat sejarah Nabi Muhammad saw, nampaknya Islam ini
merupakan agama yang sangat memperhatikan kaum dhu'afa, seperti
ungkapan Pak AR dalam tulisannya sebagai berikut :
52
"Nampaknya Islam ini merupakan agama yang sangat memperhatikan kaum dhu' afa. Bahkan nabi sendiri selama hidupnya selalu bersama-sama kaum dhu'afa. KH. Ahmad Dahlan ketika memperkenalkan Muhammadiyah pertama-pertama, surat al-ma'un yaitu surat yang tegas-tegas berpihak kepada kaum dhu'afa (anak-anak yatim dan orang-orang miskin). 12
Muhammadiyah rupanya segera perlu memiliki strattegi dakwah untuk
masa yang ak!l.n datang. Jika Muhammadiyah tidak segera tanggap perkembangan
selama ini tidak ada artinya. Oleh karena itu dakwah yang dilaksanakan selama
bertahun-tahun akan dengan mudah dirusak oleh golongan lain yang menguasai
informasi.
1' AR. Facruddin; Pcningkatan Kulitas Kcpcmimpinan dan Gcralmn dalam Muhammadiyah,
dalam; Pergumulan Pemikiran da/am Muhammadiyah. Yogyakarta: Spress, 1990, h. 165
A. KESIMPULAN
BABV
PENUTUP
Dari pembahasan di muka pada bab-bab terdahulu tentang
Muhammadiyah pada masa kepemimpinan KH. Abdur Razzaq, maka dapat
diambil kesimpulan antara lain sebagai berikut :
1. Muhammadiyah adalah organisasi kemasyarakatan yang berdiri sebagai reaksi
terhadap lingkungan yang kacau dalam menjalankan syariat Islam dan untuk
mengimbangi kristenisasi dari kaum Nasrani. Maka KH. Ahmad Dahlan
mempelopori beridirnya Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912
Masehi atau bertepatan dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyyah di
Kauman Y ogyakarta.
2. Dilihat pada masa kepemimpinan Muhammadiyah KH. Abdur Razzaq
Fachrudin khususnya pada periode terakhir, merupakan periode "Pendalaman
kepribadian" yaitu periode memuhammadiyahkan orang Muhammadiyyah.
Hal dilakukan beliau adalah untuk mempersiapkan dan meninjau kembali apa
yang selama ini telah dan sedang dikerjakan.
3. Muhammadiyah meskipun sebagai organisasi kemasyarakatan tidak
menjalankan politik praktis sebagaimana halnya partai-partai politik yang ada.
Akan tetapi Muhammadiyah cukup menjadi kekuatan politik dan mewarnai
politik, dalam aktifitas dakwah amar ma' ruf nahi munkar dan Muhammadiyah
54
tidak pernah lepas dengan apa yang dinamakan politik, karena pengertian
politik merupakan bagian atau sub sistem dari arti dakwah Islamiyah secara
luas. Hanya politik disini mengalokasikan nilai-nilai Islam melalui organisasi
Muhammadiyah ke dalam kerangka politik yang ada di Negara ini sebagai
sebuah proses dan consensus di dalam bermuhammadiyah.
4. Muhammadiyah memfungsikan anggotanya untuk mengadakan !obi-Jobi
politik dengan aparat terkait untuk mengadakan "dialog ide" maupun "dialog
konsep" agar menghasilkan sebagiamana yang diharapkan oleh persyarikatan
Muhammadiyah.
B. Saran
Demikianlah bahasan tentang Muhammadiyah pada masa KH. Abdur
Razzag Fachruddin ini penulis sajikan dengan segala kekurangan di dalamnya.
Dari penjelasan yang telah disimpulkan diatas, penulis berharap besar agar
skripsi 1111 dapat menjadi bahan rujukan dalam sejarah perpolitikan
Muhammadiyah. Selain itu penulis berharap skripsi ini dapat menjadi salah satu
literature sejarah bagi para akademisi yang tertarik dengan pembahasan tentang
Muhammadiyah, atau bagi kalangan internal Muhammadiyah sendiri. Terlebih
dari itu berawal dari kesadaran penulis akan kekurangan skripsi ini penulis
meminta bantuan saran, kritik dan masukannya bagi kesempurnaan skripsi ini di
masa yang akan datang.
55
DAFT AR PUSTAKA
Kamal Pasya, Mustafa, & Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah sebagai Gerakan
Islam, Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2005, Cet.ket-L
-----, Sholeh, Rosyad, & Yusuf, Yusnan, Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid,
Y ogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.
Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam : Sejarah Pemikiran dan Gerakan,
Jakarta: Bulan Bintang, 1975, Cet. Ket.9.
Bakar, Abu, Sekitar Masulmya Islam ke Indonesia lahun 1900·-1942, Jakarta:LP3ES,
1996, Cet. Ket-6.
Syamsuddin, Din, (ed), Muhammadiyah Kini dan Esok, Jakarta: Pustaka Panjimas,
1990.
Ahmad, Nur & Tanthowi, Pramono U., Muhammadiyah "Digugat" Prosisi di tengah
Indonesia yang Berubah, Jaka1ia:Kompas, 2000.
Peacock, James L. Gerakan Muhammadiyah Memurnikan Ajaran Islam di Indonesia,
Jakarta: Citra kreatif, 1986.
Tim Pembina al-Islam dan Kemuhammadiyah, Muhammadiyah, Sejarah. Pemikiran
dan Amal Usaha, Malang: Tiara Wacana Yogya, 1990, Cet. Ke-I.
56
Suhartono, Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai 1908-19./5,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1994.
Suwarno, M. Margono Puspo, Gerakan ls/am Muhammadiyah, Y ogyakarta:
Persatuan, 1986, cet Ke-3
Tim Penyusun dan Penerbit Profil Muhammadiyah 2000, Projil Muhammadiyah
2000, Jakarta: Surya sarana Utama, 2000, Cet. Ket-!.
Yusuf, Yunan, Yusro Rozak & Sudarnoto Abdul Hakim, Ensiklopedi
Muhammadiyah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005, Cetke-L
Facruddin A.R., Mengenal dan Menjadi A1uhammadiyah, Malang: UMM Press,
2005.
Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Gerakan dalam Muhammadiyah,
dalam ; Pergumulan Pemikiran dalam Muhammadiyah, Yogyakaiia: Spress,
1990.
Sucipto, Heri., & Ramly, Nadjamuddin, Tajdid Muhammadiyah dari Ahmad J)ahlan
Hingga A. Syqfii Maarif : AR Fachruddin Jalan Terjal Dakwah Kultural,
Jakarta: Grafindo, 2005, Cet Ket-L
Arifin, MT, Gagasan Pembaharuan A1uhammadiyah, Jakarta: Pustaka Jaya, 1987,
Cet L
57
Shihab, Alwi, Membendung Arus Respon Gerakan Muhammadiyah Terhadap Misi
Kristen di Indonesia, Bandung: Mizan, 1998.
Karim, Rusli, M, Muhammadiyah dalam Kritik dan Komentar, Jakarta: Rajawali
Pers, 1986.
Rais, Amin, Moralitas Politik Muhammadiyah, Yogyakarta: Dinamika, 1995.
Harun, Lukman, Muhammadiyah dan Azas Pancasila, Jakarta: Panjimas, 1986.
Nazir, Muhammad, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997.