repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/584/1/skripsi rudolf tsunme 2.pdf · 2019. 2. 1. · skripsi ini...

74

Upload: others

Post on 28-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • v

    Aku senantiasa memandang kepada Tuhan,

    Karena ia berdiri disebelah kananku,

    Aku tidak goyah. ( Mazmur 16:8)

    Kita punya banyak impian

    Tetapi tak semua dapat terwujud

    Dan kita punya banyak harapan

    Tetapi semua tak dapat tercapai

    Tetapi kita punya doa yang pasti

    Suatu saat akan terwujud

    Yang penting bukan berapa kali aku gagal

    Tapi yang penting berapa kali aku bangkit dari kegagalan

    “Mio Sprito Santo”

    “Agimukinol Nao”

  • iii

    PERSEMBAHAN

    Hidup teruslah berjalan seiring waktu yang terus berlalu. Dalam setiap

    hentakannya, waktu mengajarkan banyak hal kepada kita semua. Apakah itu

    pengalaman suka maupun duka, itulah hidup; dimulai dari pagi hingga malam

    menjemputnya. Sebagai manusia pengembara, aku sadar aku pun berusaha selalu

    menghidupi pengalaman hidup yyang senantiasa mengiringi setiap langka ini.

    Pada perjalanan akademik di tanah pendidikan ini, aku sadar kaki kanan ini tak

    dapat berjalan tanpa kehadiran kaki kiri begitu juga pada kedua tanganku ini. Aku

    sadar akan hal ini. Kesadaran inilah yang kemudian menghantarkan untuk

    mengucapkan rasa hormat setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah

    berjasa dalam perjuangan selama ini. Secara khusus dalam proses pengerjaan

    skripsi ini dengan penuh kerendahan hati, saya ingin mengucapkan limpah terima

    kasih kepada:

    1. Sang maha kuasa, Tuhan Yesus dan Bunda Maria, yang telah memberikan

    berkat melimpah berupa, kesehatan dan tuntutan hingga saat ini.

    2. Buat Bundaku Alm. Rosina Alomang, anak mu ingin mengucapkan limpah

    terima kasih bunda atas semua perjuangan melahirkan anakmu hingga saya

    ada seperti sekarang ini. Semoga bunda juga ikut tersenyum atas kesuksesan

    anakmu ini disana. ( I Love Mama).

    3. Buat Bapak saya Bavo Tsunme, anakmu ingin mengucapkan limpah terima

    kasih yang tak terhingga atas segala perjuangan dan pengorbanannya.

    Kesetiaan dan kesabaranmu bapak akan saya teladani dalam keseharian hidup

    ini dan saya selalu berdoa semoga bapak selalu di berikan rezeki, kesehatan

    dan umur panjang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Teladan hidupmu

    menuntunku selalu dalam langkah hidupku ini. (Terima kasih bapakku)

    4. Buat Mama tercinta Bertha Tsenawatin, anakmu ingin mengucapkan limpah

    terima kasih yang tak terhingga atas semua perjuangan dan pengorbananmu

    mama. Kesetiaan dan kesabaranmu akan saya teladani dalam keseharian hidup

    ini dan saya selalu berdoa semoga mama senantiasa diberi kesehatan, umur

    panjang.

  • iv

    5. Terima kasih buat saudara-saudaraku; Kakak Flor dan anakku Rendi, Dik

    Helena,Neti, Marsel, dan Keluarga besar Tsunme saya ucapkan terima kasih

    doanya hingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

    6. Buat Teman-teman Kampus STPMD”APMD”, teman-teman IPMAMI. Terima

    kasih buat dukungan dan kebersamaan kita selama ini di kampus maupun di

    lingkungan organisasian salam kompak selalu.

    7. Terima kasih buat teman-temanku; Adik Kalapinus anak Esau,Silvester Chena,

    Emanuel, Lasarus, Yupinus, Paskalis, Bos Daniel, Oni, Peu Nel, Anton,

    Estagius, dll. Terima kasih buat dukungan dan kebersamaan kita, senang

    maupun duka, canda dan tawa selama ini di tanah perantauan. Sekali lagi ku

    ucapkan terimakasih teman-teman dan adik-adikku.

    8. Sekali lagi ku ucapkan banyak-banyak terimakasih buat saudara-saudaraku

    dan teman-teman,adik-adikku yang sudah ikut terlibat dalam pembuatan

    skripsi ini, maaf kalau tidak sempat memasukan namanya di skripsi ini.

    Terimakasih buat dukungan dan kebersamaan kita selama di bangku

    perkuliaan. Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria menyertai kita selalu.

    Yogyakarta, 16 Oktober 2018

    Rudolf Tsunme

    (12520121)

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur di panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah

    memberikan rahmat dan karunianya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat

    melaksanakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa melengkapi salah satu syarat

    menyelesaikan program study S1, melalui skripsi dengan judul “Upaya Badan

    Kepegawaian Daerah (BKD) dalam Pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN)

    Di Kabupaten Kulonprogo”.

    Sebagai manusi biasa yang tidak luput dari kesalahan tentunya penyusun

    menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

    karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, baik berupa berupa pengalaman

    maupun teori ilmu. Sehingga penyusun sangat berterima kasih atas setiap

    masukan dan kritikan yang disampaikan.

    Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya kepada :

    1. Bapak Habib Muhsin, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Sekolah Tinggi

    Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

    2. Bapak Geregorius Sahdan, S. IP, M.A, selaku Ketua Program Studi Ilmu

    Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa”APMD”

    Yogyakarta.

    3. Ibu Dra. B. Hari Saptaning Tyas, M.Si , selaku dosen pembimbing yang

    telah mencurahkan pikiran serta meluangkan waktu guna membimbing

    penyusun dalam menyelesaikan skripsi ini.

  • vii

    4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan (S1) Sekolah Tinggi

    Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

    5. Ibu Puji, selaku penanganan Kerja sama LPMAK, terima kasih banyak

    selalu setia mendampingin saya .

    6. Terima kasih banyak yang setingi-tingginya juga buat LPMAK yang

    mendukung saya dari SMA hingga kuliah dalam membiayai saya dalam

    studi ini.

    7. Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta c.q. Kepada BKD

    Kabupaten Kulon Progo.

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    HALAM PENGESAHAN............................................................................. ii

    HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii

    MOTTO........................................................................................................ v

    KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ x

    SINOPSIS..................................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

    A. Latar Belakang ....................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah .................................................................. 9

    C. Tujuan Penelitian ................................................................... 9

    D. Karangka Terori ..................................................................... 10

    1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).................... 10

    2 Pengertian Upaya ............................................................. 10

    3 Badan Kepegawaian Daerah (BKD) .................................. 18

    4 Pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN) .......................... 19

    E. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 23

    F. Metode Penelitian .................................................................. 24

    1 Jenis penelitian ................................................................ 24

    2 Unit Analisis .................................................................... 25

    3 Tenik Pengumpulan Data ................................................. 25

  • ix

    4 Teknik Analisis Data ........................................................ 28

    BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN.............................................. 30

    A. Gambaran Umum Kabupaten Kulon Progo ............................. 30

    1. Sejarah Singkat ................................................................. 30

    2. Letak Geografi dan Keadaan Alam ................................... 32

    3. Keadaan Demografi .......................................................... 39

    4. Kondisi sosial ekonomi ..................................................... 42

    5. Interaksi Wilayah .............................................................. 49

    B. Gambaran Umum Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten

    Kulon Progo ........................................................................... 54

    1. Sejarah Singkat ................................................................. 54

    2. Visi dan Misi .................................................................... 55

    3. Program BKD Kabupaten Kulon Progo ............................ 55

    4. Struktur Organisasi BKD Kabupaten Kulon Progo dan

    Tupoksinya ....................................................................... 61

    BAB III ANALISIS DATA ........................................................................ 63

    A. Deskripsi Informan ................................................................. 63

    B. Analisis Hasil Penelitian ......................................................... 65

    BAB IV PENUTUP .................................................................................... 90

    A. Kesimpulan ............................................................................. 90

    B. Saran ...................................................................................... 91

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel II.1 Jumlah Desa, Dusun dan luas Kecamatan di Kabupaten Kulon

    Progo tahun 2018 ..................................................................... 33

    Tabel II.2 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo ................... 36

    Tabel II.3 Jumlah dan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kulon Progo 39

    Tabel II.4 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ............................ 40

    Tabel II.5 Komposisi penduduk menurut kelompok umur di Kabupaten

    Kulon Progo tahun 2018 ........................................................... 41

    Tabel II.6 Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di

    Kabupaten Kulon progo tahun 2008 ......................................... 43

    Tabel II. 7 Komposisi pendudukmenurut mata pencaharian di Kabupaten

    Kulon Progo usaha tahun 2012 ................................................. 44

    Tabel II.8 Tahapan jumlah KK miskin dan persentase perkembangan

    keluarga.................................................................................... 46

    Tabel II.9 Komoditas Perdagangan Ekspor Kabupaten Kulon Progo ......... 47

    Tabel II.10 Data Pasar tradisional Kabupaten Kulon Progo ......................... 48

    Tabel II.11 Panjang jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Kulon Progo

    (Km) tahun 2018 ..................................................................... 49

    Tabel II.12 Nilai interaksi wilayah bagian utara (Sub SWP 1) ..................... 51

    Tabel II.13 Nilai interaksi Wilayah bagian tengah (Sub-SWP II) ................ 53

    Tabel II.14 Nilai Interaksi Wilayah bagian selatan (Sub-SWP III) .............. 62

    Tabel III.1 Klasifikasi informan atau narasumber berdasarkan jenis

    kelamin, umur, pendidikan, dan status sosial ............................ 64

  • xi

    SINOPSIS

    Manajemen sumber daya aparatur sipil negara merupakan salah satu

    bagian penting dari pengelolaan pemerintahan negara yang bertujuan untuk

    membantu dan mendukung seluruh sumber daya manusia aparatur sipil negara

    untuk merealisasikan seluruh potensi mereka sebagai pegawai pemerintah dan

    sebagai warga negara. Paradigma ini mengharuskan perubahan pengelolaan

    sumber daya tersebut dari perspektif lama manajemen kepegawaian yang

    menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju pespektif baru yang

    menekankan pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara

    strategis (strategic human resource management) agar selalu tersedia sumber daya

    aparatur sipil Negara unggulan selaras dengan dinamika perubahan misi aparatur

    sipil negara. Perubahan tersebut memerlukan manajemen pengembangan sumber

    daya manusia aparatur negara agar selalu maju dan memiliki kualifikasi dan

    kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan

    dan pembangunan selaras dengan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa

    Indonesia. Pembinaan kepegawaian diarahkan pada makin terwujudnya ASN yang

    handal, mantap, dan memiliki kesetiaan penuh kepada politik Negara dengan

    mengembangkan karier berdasarkan prestasi kerja, kemampuan profesional,

    keahlian, ketrampilan dan kesejahteraan serta memantapkan sikap mental aparat

    berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Maka judul penelitian ini

    adalah upaya badan kepegawaian daerah dalam pembinaan aparatur negara di

    BKD Kabupaten Kulonprogo dan jadikan rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah bagaimana Upaya Badan Kepegawaian Daerah BKD dalam Pembinaan

    Aparatur Sipil Negara ASN di Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta’’. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bersifat

    pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang objek

    yang diteliti. Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    pegawai negeri sipil di lingkup pemerintahan Kabupaten Kulonprogo, yang dilihat

    dengan tehknik porposive sedangkan objek adalah Organisasi pemerintah daerah

    di Kabupaten Kulonprogo. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

    menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi, dan mengunakan

    tehknik analisis kualitatif.

    Dari keseluruhan kajian studi yang dikerjakan tersebut dapat disimpulkan

    bahwa upaya badan kepegawaian daerah dalam pembinaan pegawai negeri sipil

    dilakukan dengan 1) Meningkatkan kemampuan pegawai dalam memberikan

    pelayanan kepada masyarakat melalui tugas pokok dan fungsi pegawai,

    mengembangkan karier berdasarkan prestasi kerja, kemampuan profesional,

    keahlian, ketrampilan dan kesejahteraan serta memantapkan sikap mental aparat.

    Agar selalu tersedia sumberdaya aparatur sipil Negara unggulan selaras dengan

    dinamika perubahan misi aparatur sipil negara. 2) Pemenuhan jumlah dan mutu

    pegawai yang rasional, sesuai dengan jenis, sifat dan beban kerja yang dibebankan

    kepada pegawai, 3) Memberlakukan ketentuan yang sama kepada setiap pegawai

    sesuai tugasnya, 4) Tindakan korektif terhadap pegawai yang benar-benar

    melanggar ketentuan yang berlaku dilaksanakan secara tegas.

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembangunan nasional yang diarahkan untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana

    dalam UUD 1945 memerlukan adanya aparatur negara yang tanggu dan pembangunan sangatlah

    ditentukan oleh keberhasilan para pegawai negeri dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Majunya

    perkembangan suatu bangsa tidak mutlak ditentukan oleh faktor kekayaan alam yang dimiliki

    oleh bangsa tersebut, tetapi ditentukan oleh kemampuan dari segi sumber daya manusia agar

    dapat terwujud tujuan nasional. Kelancaran pembangunan nasional tergantung pada

    kesempurnaan aparatur sipil negara yaitu orang-orang yang terlibat langsung serta memegang

    peran penting dalam pembangunan tersebut, dalam hal ini adalah pegawai negeri. Sebagaimana

    dalam rangka menciptakan tujuan negara yang mampu memberikan peningkatan kesejahteraan

    masyarakat maka diperlukan pegawai pemerintah yang berkompoten agar nantinya mampu

    menunjang peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam hal mewujudkan tujuan negara.

    (Petrus, 2015:1)

    Manajemen sumber daya aparatur sipil negara merupakan salah satu bagian penting

    dari pengelolaan pemerintahan negara yang bertujuan untuk membantu dan mendukung seluruh

    sumber daya manusia aparatur sipil negara untuk merealisasikan seluruh potensi mereka sebagai

    pegawai pemerintah dan sebagai warga negara. Paradigma ini mengharuskan perubahan

    pengelolaan sumber daya tersebut dari perspektif lama manajemen kepegawaian yang

    menekankan hak dan kewajiban individual pegawai menuju pespektif baru yang menekankan

    pada manajemen pengembangan sumber daya manusia secara strategis (strategic human

  • 2

    resource management) agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara unggulan selaras

    dengan dinamika perubahan misi aparatur sipil negara. Perubahan tersebut memerlukan

    manajemen pengembangan sumber daya manusia aparatur negara agar selalu maju dan memiliki

    kualifikasi dan kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintahan

    dan pembangunan selaras dengan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.

    Pembinaan kepegawaian diarahkan pada makin terwujudnya ASN yang handal, mantap, dan

    memiliki kesetiaan penuh kepada politik negara dengan mengembangkan karier berdasarkan

    prestasi kerja, kemampuan profesional, keahlian, ketrampilan dan kesejahteraan serta

    memantapkan sikap mental aparat berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

    Upaya tersebut terus ditingkatkan secara berencana melalui pendidikan dan pelatihan

    ,penugasan, bimbingan dan konsultasi serta pengembangan motivasi, moral, etik, dan disiplin

    kedinasan yang sehat, didukung dengan penataan dan penetapan standarisasi pegawai menurut

    jenis dan jumlahnya secara rasional. Sistem kepegawaian yang mantap perlu dilengkapi dengan

    sistem pemberian penghargaan secara wajar serta sanksi secara tegas dan proporsional.

    Penepatan jumlah ASN secara besar-besaran semasa pemerintahan orde baru

    akhirnya membawa pada dua konsekuensi penting yaitu: pertama, penyediaan lapangan kerja

    baru di bidang pemerintahan dan pelayanan oleh pemerintah menjadi keharusan. Selama

    pemerintah orde baru berkuasa, pemerintah berusaha menciptakan lapangan pekerjaan untuk

    menampung jumlah pegawai negeri yang melebihi kapasitas. Penciptaan struktur organisasi baru

    di berbagai instansi pemerintah, baik di pusat maupun di daerah tumbuh begiru pesat tanpa

    memperhatikan analisis kebutuhan organisasi serta penyiapan sumberdaya manusianya.

    Banyaknya kasus yang dilakukan para aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada

    pengguna jasa yaitu masyarakat, semakin nyata karena keluhan yang dialami oleh masyarakat

  • 3

    sebagai konsumen. Tidak terpecahkannya suatu masalah yang timbul dalam masyarakat

    menggambarkan birokrasi tidak dapat mengambil tindakan dan pasif, akhirnya aparat birokrasi

    menggunakan jalan tempuh yang gampang yaitu banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh

    pegawai birokrasi.

    Kasus di atas disebabkan oleh faktor kualitas sumberdaya manusia yang relatif

    rendah. Hal ini ditandai dengan ketidakmampuan pegawai birokrasi memberikan solusi kepada

    konsumen (masyarakat) sehingga dikenal pegawai birokrasi mengambil tindakan yang disebut

    dengan tindakan diskresi. Faktor pendidikan para petugas pelayanan yaitu pegawai yang duduk

    di birokrasi dipengaruhi oleh pemikiran bahwa semua keputusan harus berasal dari atasan dan

    harus berpegang teguh kepada juklak dan juknis sehingga ketika seorang pengguna jasa

    memerlukan pelayanan yang cepat, aparat tidak mampu memenuhinya karena harus menunggu

    instruksi atasan terlebih dahulu. Permasalahan yang sangat mendasar bagi organisasi publik

    seperti di birokrasi kebutuhan keterampilan dalam rangka penyelenggaraan pelayanan

    masyarakat tidak begitu jelas. Karena jenis pekerjaan yang dilakukan rata-rata merupakan

    pekerjaan administratif. Untuk itulah dengan pelatihan yang telah diuraikan di atas untuk

    beberapa kasus dapat di adopsi oleh organisasi dalam rangka memberdayakan pengawainya.

    Kecendurungan di birokrasi faktor telah terjadi yang membuat kinerja pelayanan pegawai

    birokrasi rendah adalah tidak adanya publik motivasi dari pribadi aparat yang bersangkutan

    untuk mengembangkan diri menyesuaikan perkembangan yang terjadi di luar lingkungan

    birokrasi. Tuntutan untuk mengikuti pendidikan dan latihan bagi aparat birokrasi lebih

    didasarkan pada tuntutan pengembangan pengetahuan dan ketrampilan seseorang aparat.

    Lingkungan birokrasi juga dipengaruhi oleh keadaan yang monoton, yang mau tidak mau

    memberi andil bagi seseorang ASN untuk naik ke jenjang eselon tertentu. Jadi bukan atas dasar

  • 4

    tuntutan pengembangan pengetahuan dan keterampilan seseorang aparat. Lingkungan birokrasi

    juga dipengaruhi oleh keadaan yang monoton, yang mau tidak mau memberikan andil bagi

    seorang pegawai untuk memiliki pemikiran kedepan. Contohnya yaitu banyaknya aparat

    birokrasi setelah mengikuti pendidikan dan latihan (diklat), studi banding, ataupun menamatkan

    pendidikan S2 akan kembali dengan pola pikir yang lama seperti sebelumnya, sekembalinya ke

    birokrasi. Pada awalnya memegang pegawai tersebut menunjukkan perubahan, tetapi karena

    faktor lingkungan yang kuat apalagi adanya semua berdasarkan ketentuan harus instruksi

    pimpinan sehingga pimpinan tidak bisa dipersalahkan. Akhirnya faktor lingkungan yang berasal

    dari bawahan ataupun teman setingkat seringkali membuat seorang pegawai mengurungkan

    niatnya untuk mengemukakan ide-ide pembaharuannya yang dimilikinya. Hal tersebut terjadi

    karena seorang yang bertindak atau berpikir di luar pemikiran umum dianggap penentang arus

    dan akibatnya dapat dikucilkan dari lingkungan kerjanya. (https://asn.id/berita/12849/)

    Kasus yang terjadi di birokrasi dalam pendidikan dan pelatihan sebagai salah satu

    usaha pengembangan sumberdaya manusia khususnya pegawai adalah sedikit dari keseluruhan

    partisipan peserta latihan yang menyerap manfaat training ataupun pelatihan yang diberikan

    tersebut. Ketidakefektifan ini juga ditandai dengan pendidikan dan latihan diadakan tanpa

    analisis kebutuhan organisasi secara memadai, tidak ada tidak lanjut, dan tidak ada pengukuran

    dampaknya. ( Ambar Teguh Sulistiyani, 2011:289)

    Sebagai bagian integral dari pengembangan SDM ASN, pembinaan mental moral

    memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan bangsa di era globalisasi

    yang penuh kompetisi atau persaingan. Menyadari arti peran tersebut, maka pilihannya adalah

    upaya yang terus menerus untuk melakukan pembinaan terhadap ASN. ASN harus mampu

    memberikan pelayanan kepada masyarakat dan memuaskannya. Hakikat pelayanan adalah

    https://asn.id/berita/12849/

  • 5

    pemberian pemenuhan pelayanan kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban

    ASN sebagai abdi masyarakat.

    Selama ini, posisi ASN sebagai salah satu tulang punggung penyelenggara negara,

    masih sering mendapat sorotan negatif akibat kemerosotan mental dan moral yang ditunjukkan

    dengan kurang optimalnya dalam melaksanakan tugas pelayanan kepada masyarakat, sehingga

    kinerja birokrasi ASN mendapatkan beberapa warning yang di antaranya adalah : (1) Birokrasi

    yang tidak bertanggung jawab, (2) Birokrasi yang cacat dan lemah, (3) Birokrasi disfungsional

    yang berada di bawah standar, (4) Birokrasi yang kinerjanya tidak efektif, (5) Birokrasi yang

    terbelakang dan ketinggalan, (6) Birokrasi arogan dan salah urus, (6) Birokrasi yang tidak etis,

    (7) Birokrasi yang kehadirannya tidak menyenangkan, (8) Birokrasi setengah hati, (9) Birokrasi

    yang tidak mampu beradaptasi, (10) Birokrasi yang tidak logis, irrasional, dan amburadul, (10)

    Birokrasi yang hampa budaya dan kehilangan arah, (11) Birokrasi terkutuk dan sebagainya.

    Banyaknya praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di kalangan aparatur

    pemerintahan, ini adalah bagian fakta yang tidak dapat dipungkiri, yang pada akhirnya

    berdampak semakin menurunnya kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, semestinya

    direspon dengan kebijakan strategis dan dibuktikan dengan program aksi yang menyentuh

    nurani aparat. (http://www.kulonprogokab.go.id/lihat/08/06/2018)

    Selanjutnya, ada beberapa contoh untuk uapaya meningkatkan motivasi kinerja di

    lingkup ASN sendiri di Kabupaten Kulonprogo. Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Daerah

    Istimewa Yogyakarta, akan memberlakukan tunjangan kinerja bagi Aparatur Sipil Negeri di

    wilayah itu mulai 2019. Bupati Kulonprogo Hasto Wardoyo di Kulonprogo, Jumat, mengatakan

    pada 2018, Pemkab masih melakukan kajian mulai dari anggaran yang akan dikeluarkan hingga

    besaran tunjangan kinerja. Saat ini masih dilakukan kajian, rencananya tunjangan kinerja baru

  • 6

    diberikan pada 2019," katanya. Menurut dia, kebijakan pemberian tunjangan kinerja sebagai

    upaya untuk perbaikan sistem tambahan penghasilan para pegawai. Insentif tersebut nantinya

    menggantikan sistem tunjangan perbaikan penghasilan (TPP) sebagai tambahan terhadap hak

    gaji pokok para pegawai. Perbaikan penghasilan yang berimbas pada peningkatan kemampuan

    ekonomi ASN ini tidak kemudian disalahgunakan dengan bersikap konsumtif," harapnya.

    Sementara itu,Kepala Bidang Data, Disiplin, dan Kesejahteraan, Badan Kepegawaian,

    Pendidikan, dan Pelatihan (BKPP) Kulonprogo Heri Warsito mengatakan pemberian tunjangan

    kinerja tidak berlaku bagi ASN guru yang sudah mendapatkan tunjangan sertifikasi profesi dan

    ASN rumah sakit umum daerah yang sudah mendapatkan jasa medis. Saat ini, konsep penerapan

    tukin masih berada dalam bentuk draft yang nantinya akan dilegalisasi dengan terbitnya

    Peraturan Bupati. Konsep tunjangan kinerja ini, besaran antara ASN satu dengan yang lainnya

    akan berbeda, menyesuaikan dengan beban kerja dan indikator kinerja. Indikator penilaian bagi

    ASN dijabarkan dalam poin dan komposisi persentase, serta dihitung oleh sebuah aplikasi.

    Kinerja individu memberikan porsi paling besar dalam komposisi, yaitu 60 persen. Hal itu.

    Terdiri dari presensi, catatan kerja harian, beban kerja dan waktu kerja. Jadi setiap ASN

    mencatat dan menuliskan serta mendaftar apa yang mereka kerjakan tiap harinya dalam aplikasi.

    Dari pekerjaan yang mereka lakukan itu, dibutuhkan persetujuan dari atasan langsung," katanya.

    Heri mengatakan bagi ASN tidak bekerja dalam harian, maka tidak mendapat nilai, sekalipun

    mereka membubuhkan jam presensi yang panjang. Sedangkan untuk posisi jabatan yang

    diemban ASN, akan mengisi porsi penilaian sebesar 20 persen, disusul kinerja OPD yang

    memberikan bobot 20 persen. Setiap ASN ada target bulanan dengan standar minimal poin

    tertentu yang harus dipenuhi," katanya.(https://jogja.antaranews.com/lihat/10/06/18)

  • 7

    Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Untuk

    meningkatkan kualitas dan menjamin penyediaan pelayanan publik sesuai dengan asas-asas

    umum pemerintahan yang baik pada satu sisi serta untuk memberi perlindungan bagi setiap

    warga negara dan penduduk dari penyalagunaan wewenang di dalam penyelenggaraan pelayanan

    publik pada sisi lain, pada tanggal 18 Juli 2009 telah disahkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun

    2009. Kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai

    dengan pertautran perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,

    jasa, dan pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Undang-

    Undang Pelayanan Publik yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang

    merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri. Undang-Undang republik

    indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang aparatur sipil Negara. Aparatur Sipil Negara (disingkat

    ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja

    yang bekerja pada instansi pemerintah. Pegawai ASN terdiri dari Pegawai Negeri Sipil dan

    Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian

    dan diberikan tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserasih tugas negara lainnya dan

    digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah diatur sesuai dengan apa yang

    menjadi keharusan dan/atau kebutuhannya. (Tedjakusuma,2013:51)

    Selanjutnnya, sebagaimana berdasarkan dengan fungsi dan peran dari BKD sangat

    diperlukan sesuai dengan apa yang menjadi tugas pokok dan fungsi BKD adalah sebagai berikut

    : Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 pasal 1 ayat (1), disebut bahwa

    Badan Kepegawaian Daerah yang selanjutnya disingkat BKD adalah perangkat daerah yang

    melaksanakan manajemen pegawai negeri sipil daerah dalam membantu tugas pokok pejabat

    pembina kepegawaian daerah.

  • 8

    Badan kepegawaian daerah berada di bawah dan bertanggungjawab kepada kepala

    daerah melalaui sekretaris daerah. BKD mempunyai tugas pokok membantu pejabat pembina

    kepegawaian daerah dalam melaksanakan manajemen pegawai negeri sipil. Selanjutnya, dalam

    pasal 4 keputusan presiden tersebut, disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya,

    BKD menyelenggarakan fungsi sebagai berikut : (1) penyiapan penyusunan peraturan

    perundang-undangan daerah di bidang kepegawaian sesuai dengan norma, standar, dan prosedur

    yang ditetapkan oleh pemerintah; (2) perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah; (3)

    penyiapan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah; (4) penyiapan dan pelaksanaan

    pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, dan pemberhentian pegawai negeri sipil daerah

    sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang di tetapkan dalam peraturan perundang-

    undangan; (5) pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan

    memberhentikan dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan norma, standar

    dan prosedur yang di tetapkan dengan peraturan perundang-undangan; (6) penyiapan dan

    penetapan pensiun pegawai negeri sipil daerah sesuai dengan norma, standar dan prosedur yang

    di tetapkan dengan peraturan perundang-undangan; (7) penyiapan penetapan gaji, tunjangan, dan

    kesejahteraan pegawai negeri sipil daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang di

    tetapkan dengan peraturan perundang-undangan; (8) penyelenggaraan administrasi pegawai

    negeri sipil daerah; (9) penyiapan informasi kepegawaian daerah kepada badan kepegawaian

    negara; (10) pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah.

    (http://www.sarjanaku.com/lihat/11/06/18)

    Dari pembahasan yang sudah diuraikan dapat diinterprestasikan bahwa upaya badan

    kepegawaian daerah BKD dalam pembinaan pegawai negeri sipil ASN di Kabupaten

    Kulonprogo menjadi fokus utama dalam penelitian ini, mencoba menakar sejauh mana persoalan

    http://www.sarjanaku.com/lihat/11/06/18

  • 9

    yang terjadi di bidang birokrasi manajemen sumber daya manusia atau sering disebut sebagai

    PNS di lingkup pemerintahan Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Dalam penelitian ini penulis ingin mendeskripsikan sajauh mana upaya pembinaan pegawai ASN

    yang terjadi di lingkup Kabupaten Kulonprogo. Pembinaan pegawai ASN ini mengarah kepada

    segala hal yang dilakukan BKD yang didalamnya kedisplinan kerja di lingkup ASN itu sendiri.

    Harapannya ialah dengan adanya upaya bembinaan pegawai ASN bisa menumbuhkan motivasi

    kerja di dalam menjalankan tugas yang diembani negara. Pembinaan masalah yang dituntut oleh

    konsep manajemen SDM pegawai, upaya pembinaan pegawai ASN dapat jalan keluar yang

    mempuni dalam melakukan pembenahan di bidang birokrasi khususnya di Kabupaten

    Kulonprogo.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini

    adalah: “ Upaya Badan Kepegawaian Daerah BKD dalam Pembinaan Aparatur Sipil Negara

    ASN di Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta’’

    C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui “ Upaya Badan Kepegawaian Daerah BKD

    dalam Pembinaan Aparatur Sipil Negara ASN di BKD Kabupaten Kulonprogo, Provinsi

    Daerah Istimewa Yogyakarta’’

    2. Manfaat Penelitian

  • 10

    a. Bagi Badan Kepegawaian Daerah: hasil penelitian ini bertujuan untuk memberikan

    masukan dan/atau kontribusi kepada pemerintah Kulonprogo, dalam upaya bembinaan

    Pegawai ASN di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

    b. Bagi peneliti: untuk menambah wawasan dan pengalaman

    c. Bagi mahasiswa: hasil penelitian ini diharapkan menjadi refrensi untuk menambah

    pengetahuan tentang upaya Pembinaan Badan Kepegawaian Daerah dalam Pembinaan

    Pegawai ASN.

    D. Kerangka Teori

    1. Pngertian Upaya

    Upaya adalah usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtisar. Upaya merupakan

    segala sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna

    dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut

    dilaksanakan. Poerwadarminta (1991 : 574)

    Upaya sangat berkaitan erat dengan penggunaan sarana dan prasarana dalam

    menunjang kegiatan tersebut, agar berhasil maka digunakanlah suatu cara, metode dan alat

    penunjang yang lain. Dari pengertian di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

    pengertian dari upaya adalah suatu kegiatan atau usaha dengan menggunakan segala kekuatan

    yang ada dalam mengatasi suatu masalah. Semua upaya yang dilakukan oleh suatu organiasi atau

    lembaga adalah untuk mempertahankan para pegawai agar tetap berada di lingkungan organisasi

    (membuat betah bekerja dan mengupayakan pula kedinamisan keterampilan, pengetahuan, serta

    sikapnya agar mutu kerjanya bias tetap dipertahankanya.

  • 11

    Untuk meningkatkan SDM ASN, maka diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan bagi

    aparatur negara sebagai investasi manusia yang tidak bisa tidak harus dilaksanakan oleh suatu

    organisasi, tidak saja meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja, juga dalam rangka

    mempercepat pemantapan perwujudan perilaku yang diinginkan (Siagian, 1983:32).

    Pendayagunaan aparatur pada dasarnya tidaklah dapat dipisahkan dari pembinaan

    pegawai negeri sipil secara menyeluruh yang merupakan segenap aktivitas yang bersangkut paut

    dengan masalah penggunaan tenaga kerja dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu

    dengan masalah pokoknya terutama berkisar pada penerimaan, pengembangan, pemberian balas

    jasa dan pemberhentian. (Liang Gie, 1986:32).

    Guna pembinaan Aparatur Negara diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan

    yang dapat mengembangkan kemampuan pegawai bukan saja untuk menangani pekerjaan

    mereka pada saat itu tetapi juga untuk pekerjaan-pekerjaan mereka dimasa mendatang. Artinya

    pendidikan dan pelatihan merupakan investasi didalam diri pekerja (bank bakat) yang nantinya

    siap dtimba bila untuk meningkatkan efektifitas operasional suatu organiasasi (Steers, 1985:67).

    2. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

    Dalam rangka persaingan tentunya organisasi atau perusahan harus memiliki sumber daya

    yang taguh. Sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan perusahan tidak dapat dilihat

    sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi dilihat sebagai suatu kesatuan yang tangguh

    membentuk suatu keutuhan yang sinergi. Dalam hal ini peran sumber daya manusia sangat

    menentukan. Semula SDM merupakan terjemahan dari “human resourse”, namun ada pula ahli

    yang menyamakan sumber daya manusia dengan “manpower”( tenaga kerja). Bahkan sebagian

    orang menyetarakan pengertian sumber daya manusia dengan personal (personal,

    kepegawaian,dan sebagainya). Sumber daya manusia merupakan satu-satunya sumber daya yang

  • 12

    memiliki akal perasaan, keinginan, ketrampilan,, pengetahan, dorongan, daya dan karya

    (rasio,rasa, dan karsa). Semua potensi SDM tersebut berpengaruh terhadap upaya organisasi,

    perkembangan informasi, tersediahnya modal dan memadainya bahan, jika tanpa SDM sulit

    untuk organisasi itu untuk mencapai tujuannya. (Sutrisno, 2009:3)

    Selanjutnya, Werther dan Davis ( dalam Sutrisno, 2009:4), menyatakan bahwa sumber

    daya manusi adalah pegawai yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai tujuan-tujuan sebuah

    organisasi. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa dimensi pokok sumber daya manusia adalah

    kontribusinya terhadap organisasi, sedangkan dimensi pokok mansuia adalah perilaku terhadap

    kontribusi terahadapnya yang pada gilirannya akan menentukan kualitas dan kapasitas hidupnya.

    Sumber daya manusia berkualitas tinggi menurut Ndraha (dalam Sutrisno, 2009:4)

    adalah sumber daya manusia yang mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif tetapi juga

    nilai kompetitif, generatif, inovatif dengan menggunakan energi tertinggi seperti: intelligence,

    creativity, dan imaginatiaon, tidak lagi semata-mata tidak lagi menggunakan energi kasar, seperti

    bahan mentah, lahan, air, tenaga otot, dan sebagainya.

    Dengan demikian sumber daya manusia dapat diartikan sebagai sumber dari kekuatan

    yang berasal dari manusi-manusi yang dapat didayagunakan ole organisasi yang bersumber daya

    dan merupakan kekuatan (power).

    Selanjutnya, manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bidang strategi dari

    organisasi. Manajemen sumber daya manusia harus dipandang sebagai perluasan dari pandangan

    tradisional untuk mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan pengetahuan

    tentang perilaku manusia dan kemampuan mengelolanya. Bermacam-macam pendapat tentang

    pengertian manajemen sumber daya manusia, antara lain adanya yang menciptakan human

    resocrces, ada juga yang mengartikan sebagai manpower management serta ada juga yang

  • 13

    menyetarakn dengan pengertian sumber daya manusia dengan personal (personalia,

    kepegawaian, dan sebagainya). Akan tetapi pada manajemen sumber daya manusia yang

    mungkin tepat adalah human resocrces management ( manajemen sumber daya manusia),

    dengan demikian secara sederhana pengertian manajemen sumber daya manusia adalah

    pengelola sumber daya manusia.

    Sementara itu, Menurut Schuler, et al (dalam Sutrisno, 2009:6). Mengartikan sumber

    daya manusia (MSDM), merupakan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi

    sebagai sumber daya manusia yang sangat penting dalam memberi kontribusi bagi tujuan

    organisasi, dan menggunakan beberapa fungsi dan kegiatan untuk memastikan bahwa SDM

    tersebut digunakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi, dan masyarakat.

    Dengan demikian, fokus MSDM terletak pada upaya pengelola SDM didalam dinamika

    interaksi antara organisasi pekerja yang sering kali memiliki kepentingan berbeda. MSDM dapat

    juga merupakan kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, serta

    penggunaan SDM untuk mencapai tujuan baik secara individu maupun organisasi.

    Selain itu, manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bagian manajemen

    keorganisasian yang memfokuskan diri pada unsur sumber daya manusia. MSDM mempunyai

    tugas untuk mengelola unsur manusia secara baik agar diperoleh tenaga kerja yang puas akan

    pekerjaanya. Menurut Umar (1999), dalam tugasnya MSDM dapat dikelompokan ada tiga

    fungsi, yaitu:

    a. Fungsi manajerial: perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengadilan.

    b. Fungsi operasional: pengadaan, pengembangan, kombensasi, pengintergrasian, pemeliharaan,

    dan pemutusan hubungan kerja.

  • 14

    c. Fungsi ketiga: kedudukan manajemen sumber daya manusia dalam pencapaian tujuan

    organisasi perusahan secara terpadu.

    Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia

    mempunyai definisi sebagai suatu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan

    atas pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemutusan

    hubungan kerja dengan maksud untuk mecapai tujuan organisasi perusahan secara terpadu.

    Selanjutnya, tiap organisasi setiap perusahan, menetapkan tujuan-tujuan tertentu

    yang ingin mereka capai dalam manajemen ini setiap sumber dayanya termasuk sumber daya

    manusia. Tujuan MSDM secara tepat sangatlah sulit dirumuskan karena sifatnya bervariasi dan

    tergantung pada penahapan perkembangan yang terjadi pada masing-masing organisasi. Menurut

    Cushway (dalam Irianto, 2001), tujuan MSDM meliputi :

    a. Mempertimbangkan manajemen dalam membuat kebijakan SDM untuk memastikan bahwa

    organisasi memiliki pekerja yang bermotivasi dan berkinerja yang tinggi, memiliki pekerja

    yang selalu tiap mengatasi perubahan dan memenuhi kewajiban pekerjaan secara legal.

    b. Mengimplementasikan dan menjaga semua kebijakan dan prosedur SDM yang

    memumgkinkan organisasi mampu mencapai tujuannya.

    c. Membantu dalam mengembangkan arah keseluruhan organisasi dan strategi, khususnya

    yang berkaitan dengan implikasi SDM.

    d. Memberikan dukungan dan kondisi yang akan membantu manajer mencapai tujuannya.

    e. Menangani berbagai krisis dan situasi sulit dalam hubungan antara pekerja untuk

    menyakinkan bahwa mereka tidak menghambat organisasi dalam mencapai tujuannya.

    f. Menyediakan media komunikasi antara pekerja dan manajemen organisasi.

    g. Bertindak sebagai pemelihara standar organisasional dan nilai dalam MSDM.

  • 15

    Sementara itu, perusahan atau organisasi dalam bidang sumber daya manusia tentunya

    menginginkan agar setiap saat memilikisumber daya manusia yang berkualitas dalam arti

    memiliki persyaratan kompensasi untuk didaya gunakan dalam usaha merealisasi visi dan

    mencapai tujuan-tujuan jangka menengah dan jangka pendek, sumber daya manusia seperti itu

    hanya akan diperoleh dari karyawan atau anggota organisasi yang memenuhi ciri-ciri atau

    karakteristik sebagai berikut : Memiliki pengetahuan (knowlendges) yang diberlakukan, terkait

    dengan pelaksaan tugasnya secara penuh. Mampu melaksanakan tugas-tugas yang harus

    dilaksanakan karena mempunyai keahlian atau keterampilan (skill) yang diperlakukan. Bersikap

    produktif, inovatif atau kreatif, mau kerja sama dengan orang lain, dapat dipercaya, loyal, dan

    sebagainya.

    Selanjutnya, dari penjelasan diatas terkait dengan ciri-ciri atau karakteristik untuk

    memperoleh karyawan atau anggota organisasi yang dapat merealisasikan visi dan mencapai

    tujuan yang ingin dicapai oleh perusahan atau organisasi tersebut. Tentunya dengan menerapkan

    manajemen sumber daya manusia yang tepat untuk organisasi atau perusahannya secara tepat

    dan efektif. Guna mencapai tujuan manajemen sumber daya manusia yang telah dikemukakan,

    maka sumber daya manusia harus dikembangkan dan dipelihara agar semua fungsi organisasi

    dapat berjalan seimbang. Kegiatan manajemen sumber daya manusia merupakan bagian proses

    manajemen sumber daya manusia yang paling sentral, dan merupakan suatu rangkaian dalam

    mencapai tujuan organisasi. Kegiatan tersebut akan berjalan lancar, apabila memanfaatkan

    fungsi-fungsi manajemen. Fungsi manajemen sumber daya manusia yang dimaksud yaitu :

    a. Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai

    dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien, dalam membantu terwujudnya

    tujuan. Perencanaan itu untuk menetapkan program kepegawaian, meliputi

  • 16

    pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kombensasi,

    integrasi, pemeliharaan, kedisplinan, dan pemberhentian pegawai.

    b. Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian

    kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi dan kordinasi, dalam bentuk bagian

    organisasi. Organisasi yang baik akan mambantu terwujudnya tujuan secara efektif.

    c. Pengarahan dan pengadaan adalah kegiatan member petunjuk pada pegawai, agar mau kerja

    sama dengan bekerja efektif serta efesien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi.

    d. Pengendalian adalah merupakan kegiatan merupakan kegiatan pengendalian pegawai agar

    mentaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai rencana.

    e. Pengembangan merupakan proses peningkatan ketrampilan teknis, teoritis, konseptual, dan

    moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan.

    f. Kompensasi merupakan pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada

    pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. Prinsip kompensasi adalah

    adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerja, sedangkan layak diartikan dapat

    memenuhi kebutuhan primer.

    g. Pengintegrasian merupakan kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan

    kebutuhan pegawai, agar tercapai kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan.

    h. Pemeliharaan merupakan kegiatan pemeliharaan untuk meningkatkan kondisi fisik, mental

    dan loyalitas, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai pensiun.

    i. Kedisplinan merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting

    dan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa adanya kedisplinan,

    maka, sulit mewujudkan tujuan maksimal.

  • 17

    j. Pemberhentian merupakan putusnya hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi.

    Pemberhentian ini disebabkan oleh pegawai, keinginan organisasi, berakhir kontrak kerja,

    pensiun, atau sebab lainnya. (Sutrisno, 2009:10)

    Selanjutnya, pentingnya manajemen kepegawaian bagi pegawai negeri khususnya

    Pegawai Negeri Sipil, secara normatif telah tertuang dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

    2004 Pasal 129 yang menyatakan bahwa pemerintah melaksanakan pembinaan manajemen

    Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam satu kesatuan penyelenggaraan manajemen Pegawai Negeri

    Sipil secara nasional. Dimana manajemen pegawai negeri sipil daerah meliputi penetapan

    formasi, pengadaan, pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,

    tunjangan, kesejahteraan, hak dan kewajiban, kedudukan hukum, pengembangan kompetensi,

    dan pengendalian jumlah. Secara jelas manajemen kepegawaian juga dijelaskan pada UU No. 43

    Tahun 1999 pasal 1 butir 8 yang dapat digambarkan sebagai berikut yaitu, (1) perencanaan, (2)

    rekrutmen, (3) penempatan, (4) pengembangan Karier, (5) pemberhentian, (6) kesejahteraan, (7)

    penggajian, dan (8) promosi. (http://www.mekanisasikp.web.id/lihat/21/06/2018)

    Oleh karenanya, organisasi merupakan wadah tempat berkumpul sekelompok orang

    yang memiliki tujuan yang sama, oleh karena itu manusia merupakan inti dari organisasi itu

    sendiri. Kemajuan organisasi sangat tergantung dari manajemen sumber daya manusia yang bisa

    mengatur posisi orang-orang dalam organisasi yang menempati posisi strategis di organisasi

    tersebut. Menurut Dessler (dalam Sutrisno, 2009 : 5), manajemen sumber daya manusia dapat

    didefinisikan sebagai suatu kebijakan dan praktik yang dibutuhkan seseorang yang menjalankan

    aspek “orang” atau sumber daya manusia dari posisi manajemen meliputi perekrutan,

    penyaringan, pelatihan, pengimbalan, dan penilaian.

  • 18

    Sedangkan menurut Stoner (dalam Sutrisno, 2009 : 6), manajemen sumber daya

    manusia meliputi penggunaan sumber daya manusia secara produktif dalam mencapai tujuan-

    tujuan organisasi dan pemuasan kebutuhan pekerja secara individual. Dari pengertian diatas,

    dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen sumber daya manusia berfokus bagaimana

    memanfaatkan secara maksimal potensi yang dimiliki manusia itu sendiri agar bisa berkembang

    dengan baik. Sumber daya manusia merupakan aset utama dalam organisasi, oleh karena itu

    harus dimanfaatkan dengan baik guna menghadapi persaingan yang ada. Manajemen sumber

    daya manusia mengatur dan menempatkan program kepegawaian yang mencakup masalah-

    masalah sebagai berikut : (1) Menempatkan jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang

    efektif sesuai dengan kebutuhan organisasi berdasarkan Job Description, Job Spesification(tugas

    pekerjaan, spesifikasi pekerjaan); (2) Menetapkan penarikan, seleksi, dan penempatan pegawai

    berdasarkan atas the right man on the right place and right man on the right job(orang yang tepat

    di tempat yang tepat dan orag yang tepat di pekerjaan yang tepat); (3) Menempatkan program

    kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian; (4) Melaksanakan pendidikan,

    latihan, dan penilaian prestasi pegawai; (5)Mengatur mutasi pegawai baik vertikal maupun

    horizontal.

    Menurut Yuniarsih & Suwatno (2013 : 6) fungsi operasional manajemen sumber

    daya manusia meliputi :

    a. Perencanaan tenaga kerja, yaitu upaya untuk merencanakan ada upaya untuk merencanakan

    jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang digunakan guna

    mencapai tujuan organisasi ini. Fungsi ini meliputi analisis pekerjaan, rekrutmen,

    penempatan sampai pada orientasi pekerjaan;

  • 19

    b. Pengembangan tenaga kerja yang dapat dilakukan dengan mengadakan pendidikan dan

    latihan yang rutin, promosi dan mutasi. Penilaian prestasi kerja akan membantu mengetahui

    keryawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang baik;

    c. Pemberian kompensasi, meliputi kegiatan pemberian balas jasa kepada para karyawan;

    d. Pemeliharaan tenaga kerja yang diharapkan dapat memberi ketenangan kerja dan konsentrasi

    penuh bagi pekerja guna menghasilkan prestasi kerja yang diharapkan oleh organisasi;

    e. Pemberhentian, adalah fungsi operatif terakhir manajemen sumber daya manusia yang

    memungkinkan pemutusan hubungan kerja karena alasan-alasan tertentu.

    3. Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

    Dalam Keppres No. 159 Tahun 2000, yang dimaksud “BKD adalah perangkat daerah

    yang melaksanakan manajemen PNS daerah dalam membantu tugas pokok pejabat pembina

    kepegawaian daerah”. Salah satu fungsi dari BKD adalah untuk penyiapan dan pelaksanaan

    pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian PNS daerah sesuai dengan norma, standar dan

    prodesur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam Pasal 2 Keppres Nomor

    159 Tahun 2000 menyebutkan “BKD berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

    Daerah melalui Sekretaris Daerah”. Dari pasal itulah melekat tanggung jawab penuh BKD dalam

    menjalankan kinerjanya guna membantu pejabat pembina kepegawaian daerah dalam

    melaksanakan manajemen PNS daerah sesuai asas umum pemerintahan yang baik yaitu

    penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan yang dapat berdaya guna, berhasil guna dan

    bertanggungjawab serta bebas KKN. (Rahmanurrasjid 2008:14)

    Selanjutnya, Fungsi Badan Kepegawaian Daerah dalam pasal 4 keputusan Presiden

    tersebut, disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas pokoknya, BKD menyelenggarakan

    fungsi sebagai berikut :

  • 20

    a. Penyiapan penyusunan peraturan perundang-undangan daerah di bidang kepegawaian sesuai

    dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan oleh pemerintah;

    b. Perencanaan dan pengembangan kepegawaian daerah;

    c. Penyiapan kebijakan teknis pengembangan kepegawaian daerah;

    d. Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, dan

    pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar, dan prosedur

    yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;

    e. Pelayanan administrasi kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian

    dalam dan dari jabatan struktural atau fungsional sesuai dengan norma, standar dan prosedur

    yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

    f. Penyiapan dan penetapan pensiun Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai dengan norma, standar

    dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;

    g. Penyiapan penetapan gaji, tunjangan, dan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil Daerah sesuai

    dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan dengan peraturan perundangan

    undangan;

    h. Penyelenggaraan administrasi Pegawai Negeri Sipil Daerah;

    i. Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah;

    j. Penyampaian informasi kepegawaian daerah kepada Badan Kepegawaian Negara.

    4. Pembinaan Aparatur Sipil Negara (ASN)

    Dalam Undang-Undang No.43 tahun 1999 tentang pokok-pokok kepegawaian

    dinyatakan bahwa pembinaan pegawai merupakan suatu usaha yang penting dalam organisasi

    kerena dengan pembinaan pegawai ini organisasi akan lebih maju dan berkembang. Widjaja

    (1986:15) pembinaan pegawai adalah segala usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam

  • 21

    melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. jelas bahwa pembinaan pegawai

    dilaksanakan untuk pertumb uhan dan kesinambungan kualitas pegawai dalam suatu organisasi.

    Dengan demikian maka pembinaan pegawai pada hakekatnya adalah peningkatan kemampuan

    pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui tugas pokok dan fungsinya

    dalam pelaksanaan pembangunan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah ditetapkan.Arah

    Pembinaan Pegawai Negeri Sipil.

    Selanjutnya, pembinaan pegawai negeri diarahkan kepada: (1) Satuan organisasi

    lembaga pemerintah mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang rasional, sesuai dengan jenis,

    sifat dan beban kerja yang dibebankan kepadanya; (2) Pembinaan seluruh Pegawai Negeri Sipil

    terintegrasi artinya terhadap semua pegawai negeri sipil berlaku ketentuan yang sama; (3)

    Pembinaan Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan atas dasar sistem karir dan sistem prestasi; (4)

    Pengembangan sistem penggajian diarahkan untuk menghargai prestasi kerja dan besarnya

    tanggung jawab; (5) Tindakan korektif terhadap pegawai yang benar-benar melanggar ketentuan

    yang berlaku dilaksanakan secara tegas; (6) Penyempurnaan sistem administrasi kepegawaian

    dan sistem pengawasannya dapat dilaksanakan; (7) Pembinaan dan kesetiaan dan ketaatan penuh

    terhadap Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara dan pemerintah tetap terjamin.

    (Wursanto, 1997:13)

    Untuk memperoleh gambaran mengenai pembinaan aparatur sipil negara, berikut ini

    akan dikemukakan definisi-definisi mengenai pembinaan aparatur sipil negara menurut beberapa

    ahli :

    Menurut Mathis (2002:112),

  • 22

    “Pembinaan adalah suatu proses dimana orangorang mencapai kemampuan tertentu

    untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh karena itu, proses ini terkait dengan berbagai

    tujuan organisasi, pembinaan dapat dipandang secara sempit maupun luas.

    Mathis (2009:307-308) juga mengemukakan empat tingkatan pokok dalam kerangka

    kerja untuk mengembangkan rencana pembinaan strategis, antara lain:

    1. Mengatur stretegi. Yaitu manajer-manajer SDM dan pembinaan harus terus lebih dahulu

    bekerja sama dengan manajemen untuk menentukan bagaimana pembinaan akan terhubung

    secara strategis pada rencana bisnis strategis, dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja

    karyawan dan organisasi.

    2. Merencanakan, yaitu perencanaan harus terjadi dengan tujuan untuk menghadirkan pembina

    yang akan membawa hasil-hasil positif untuk organisasi dan karyawannya. Sebagai bagian

    dari perencanaan, tujuan dan harapan dari pembinaan harus diidentifikasi serta diciptakan

    agar tujuan dari pembelajaran dapat diukur untuk melacak efektivitas pembinaan.

    3. Mengorganisasi, yaitu pembinaan tersebut harus diorganisasi dengan memutuskan

    bagaimana pembinaan akan dilakukan, dan mengembangkan investasi-investasi pembinaan.

    4. Memberi pembenaran yaitu mengukur dan mengevaluasi pada tingkat mana pembinaan

    memenuhi tujuan pembinaan tersebut. Kesalahankesalahan yang terjadi dapat diidentifikasi

    pada tahap ini, dan dapat meningkatkan efektivitas pembinaan dimasa depan.

    Menurut Ivancevich (2008:46)

    “Pembinaan sebagai usaha untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam pekerjaannya

    sekarang atau dalam pekerjaan lain yang akan dijabatnya segera. Selanjutnya sehubungan dengan

    definisi tersebut, Ivancevich mengemukakan sejumlah butir penting yaitu, pembinaan adalah

    sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok pegawai dalam

  • 23

    usaha meningkatkan kinerja organisasi. Pembinaan terkait dengan keterampilan dan kemampuan

    yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pembinaan berorientasi ke masa

    sekarang dan membantu pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (konpetensi)

    yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya.

    Menurut Hidayat, S (1979: 10)

    “Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan dengan sadar, terencana, teratur, dan

    terarah untuk meningkatkan sikap dan keterampilan anak didik dengan tindakantindakan,

    pengarahan, pembimbingan, pengembangan dan stimulasi dan pengawasan untuk mencapai

    suatu tujuan.

    Dari keempat definis menurut para ahli tersebut diatas dapat disumpulkan bahwa yang

    menjadi fokus penelitian dari peneliti yaitu: (1) Peningkatan kemampuan pegawai dalam

    memberikan pelayanan kepada masyarakat. (2) Jumlah dan mutu pegawai yang rasional, sesuai

    dengan jenis, sifat dan beban kerja yang dibebankan kepadanya; (3) Ketentuan yang sama

    dilaksanakan atas dasar sistem karir dan sistem prestasi; (4) Tindakan korektif terhadap pegawai

    yang benar-benar melanggar ketentuan yang berlaku dilaksanakan secara tegas. Untuk

    mewujudkan ASN sebagaimana yang dimaksud diatas maka aparatur sipil negeri perlu dibina

    dengan sebaik-baiknya. Adapun tujuan pembinaan ini untuk membentuk sikap aparatur negara

    agar berorientasi kepada pembangunan dan bertindak sebagai pemerakarsa pembaharuan dan

    bertindak sebagai penggerak pembangunan. Berdasarkan pra observasi penulis, saat ini masih

    ada ASN yang tidak melaksanakan tugas sesuai dengan yang diharapkan, hadir tidak tepat

    waktu, semangat kerja yang menurun yang kemungkinan disebabkan karena jenuh, dan adanya

    pegawai yang keluar masuk kantor pada jam kerja. Selain itu ada juga pegawai yang

    melimpahkan pekerjaannya kepada orang lain dengan berbagai alasan, padahal itu merupakan

  • 24

    tanggung jawabnya yang telah diberikan kepadanya. Pembinaan pada ASN yang ada, pada

    akhirnya akan meningkatkan prestasi kerja yang lebih baik. Berkaitan dengan hal itu maka

    seorang aparatur sipil negara perlu mendapatkan pembinaan. Dan pembinaan ASN harus

    dilakukan secara keseluruhan, sistematis dan berkesinambungan, yang berarti bahwa pembinaan

    ASN tidak bisa dilakukan secara terpisah, tapi perlu dilakukan secara terarah.

    Selanjutnya, berdasarkan uraian singkat diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan

    membahas hal ini menjadi objek penelitian. Adapun judul yang penulis ajukan adalah: “ Upaya

    Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pembinaan Aparatur Sipil Negara di Kabupaten

    Kulonprogo”

    E. Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup merupakan batasan penelitian yang digunakan untuk memfokuskan

    penelitian agar berjalan sesuai dengan yang menjadi fokus didalam pelaksanaan penelitian

    ini agar data dan informasi yang diambil sesuai dengan kebutuhan. Oleh karenanya yang

    menjadi menjadi ruang lingkup dalam penelitian tentang Upaya BKD dalam Pembinaan

    Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta, dapat di lihat sebagai :

    1. Meningkatkan kemampuan pegawai dalam memberikan pelayanan kepada

    masyarakat melalui tugas pokok dan fungsi pegawai.

    2. Penmenuhan jumlah dan mutu pegawai yang rasional, sesuai dengan jenis, sifat dan

    beban kerja yang dibebankan kepada pegawai.

    3. Memberlakukan ketentuan yang sama kepada setiap pegawai sesuai tugasnya

    4. Tindakan korektif terhadap pegawai yang benar-benar melanggar ketentuan yang

    berlaku dilaksanakan secara tegas.

  • 25

    F. Metode Penelitian

    1. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

    Menurut Lexi J. Moleong “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

    memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,

    persepsi, motivasi, tindakan dll, cecara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk

    kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

    berbagai metode alamiah”. (Moleong, 2005:6)

    Cara deskriptif, menurut Hadari Nawawi “Metode deskriptif tidak bisa diartikan

    sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan penggambaran atau melukiskan

    keadaan subjek atau objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dll) pada saat

    sekarang berdasarkan fakta yang tampil sebagaimana adanya”. (Nawawi, 1991:63) Masih

    menurut Nawawi, metode deskriptif mempunyai ciri-ciri :

    a. Memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat penelitian dilakukan (saat

    sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.

    b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya,

    disertai dengan interprestasi rasional yang idequet. (Nawawi, 1991:118)

    Dengan demikian, deskriptif kualitatif berusaha untuk melakukan penelitian dan

    menyajikan data apa adanya, serta menggambarkan atau melukiskan fakta-fakta yang

    diperoleh. Selanjutnya ditafsirkan, dianalisis dan disimpulkan berdasarkan dengan fakta-

    fakta yang ada.

  • 26

    2. Unit Analisis

    objek dalam penelitian ini adalah “upaya badan kepegawaian daerah dalam

    pembinaan aparatur sipil negara (ASN) di BKD Kabupaten Kuloprogo, Provinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta. Objek yang akan diteliti adalah upaya BKD dalam pembinaan

    aparatur sipil negara (ASN). Subjek penelitian berjumlah 8 orang, diantaranya;

    a. Kepala BKD (1 orang)

    b. Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian ( 1 orang )

    c. Kepala bagian pembinaan ( 1 orang )

    d. Kepala Bidang Data Informasi ( 1 orang )

    e. ASN dari OPD di Kabupaten Kulonprogo ( 5 orang )

    3. Teknik Pengumpulan Data

    a. Observasi (Pengamatan Pada Objek Penelitian)

    Teknik ini merupakan pengamatan secara langsung oleh peneliti mengenai beberapa

    bentuk kegiatan atau masalah dilokasi peneliti. Kegiatan ini sangat dibutuhkan untuk

    mendukung hasil penelitian yang diperoleh. Dengan adanya pengamatan, peneliti akan

    dengan sendiri mengetahui fenomena dilapangan sehingga mampu membuktikan data yang

    diperoleh melalui wawancara langsung dengan pemangku kepentingan dilokasi penelitian.

    Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan

    sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981:191-193) dalam

    Moleong; pertama, teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.

    Pengalaman digunakan untuk mengetes suatu kebenaran, dengan cara peneliti mengalami

    langsung peristiwa. Kedua, pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,

    kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaiman yang terjadi pada keadaan sebenarnya.

  • 27

    Ketiga, pengamatan memungkin peneliti mencatat peristiwa dalam sesuatu yang berkaitan

    dengan pengetahuan profesional maupun pengetahuan yang diperoleh dari data. Keempat,

    pengamatan digunakan untuk mengoreksi kesalahan data yang diperoleh. Kelima, pengamatan

    memungkin peneliti memahami situasi-situasi yang rumit. Keenam, pengamatan dilakukan

    bila tidak memungkinkan adanya komunikasi langsung dengan objek penelitian. (Moleong,

    2005:174-175)

    b. Interview (Wawancara)

    Menurut Masri Singarimbun, metode wawancara dalam teknik pengumpulan data

    dengan cara bertanya langsung kepada responden (Singarimbun, 1989). Hal yang sama

    didefinisikan Lexi J. Moleong, wawancara atau interview adalah percakapan dengan maksud

    tertentu. Percakapan itu dilakukan dua pihak, yaitu wawancara (interview) yang memberikan

    jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2000:155)

    Wawancara merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan data langsung dari

    sasaran penelitian. Wawancara diperlukan untuk mendukung hasil pengamatan dilapangan,

    selain itu juga guna menghasilkan penelitian yang objektif dalam arti tidak hanya merupakan

    subjektivitas peneliti ataupun dari narasumber yang tidak puas dengan objek yang diteliti.

    c. Dokumentasi

    Menurut Maleong, dokumentasi adalah metode pengumpulan data didasarkan pada

    dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang ada didaerah penelitian. Menurutnya, ada dua

    bentuk dokumentasi yakni, record dan dokumen. Record adalah setiap pernyataan tertulis

    yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau

    mengajukan akunting. Sedangkan, dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, karena

    alasan-alasan yang dapat dipertanggungjawabkan seperti berikut: dokumen dan record

  • 28

    digunakan karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, berguna sebagai bukti

    suatu pengujia. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena sifatnya

    yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada dalam konteks. Record relatif lebih

    murah dan mudah diperoleh, tetapi dokumen harus dicari dan ditemukan, keduanya tidak

    reaktif sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi dan, hasil pengkajian isi akan

    membuka kesempatan untuk memperluas tubuh pengetahuan tentang sesuatu yang diselidiki.

    (Moleong, 2005:216-217)

    Dengan demikian, dokumentasi merupakan proses menghimpun data, mencatat data

    dan mengarsipkan setiap data yang diperoleh sehingga mampu memberi bukti yang kuat

    atas hasil penelitian. Dokumentasi dapat berupa dokumen-dokumen penting yang diperoleh

    peneliti ataupun dokumen yang tersedia dilokasi peneliatian, baik itu record ataupun

    dokumen.

    4. Teknik Analisis Data

    Dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif. Dimana, analisis data kualitatif

    menurut Bogdan & Biklen, adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data,

    mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

    mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa

    yang dicari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. (Moleong,

    2005:248)

    Oleh karenanya dalam mencapai hasil dari sebuah kesimpulan dalam menganalisis

    maka harus melalui langka-langkah sebagai berikut:

    a. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui berbagai teknik

    pengumpulan data;

  • 29

    b. Mengadakan reduksi data dengan melakukan abtraksi; yakni mereduksi data yang

    berkaitan dengan upaya BKD dalam pembinaan aparatur sipil negara (ASN) di

    Kabupaten Kulon progo;

    c. Menyusun data dalam satuan-satuan; yakni membagi-bagi data sesuai dengan yang

    dibutuhkan yakni data-data yang berkaitan dengan upaya BKD dalam pembinaan ASN

    di Kabupaten Kulonprogo;

    d. Mengkategorisasikan data yang sudah tersusun dalam satuan-satuan; yakni membagi

    data dalam sesuai dengan ketegori/topik yang berdasarkan atas dokumen yang sesuai

    dengan upaya BKD dalam pembinaan ASN di Kabupaten Kulonprogo;

    e. Melakukan pengkodean data; yakni memberikan kode dan membaginya sesuai dengan

    kebutuhan agar nantinya mempermudah didalam menganaisis;

    f. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data dengan teknik triangulasi; yakni

    membandingkan dan mengkaji data apakah sesuai atau tidaknya tentunya berkaitan

    dengan upaya BKD dalam pembinaan aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten

    Kulonprogo;

    g. Menafsirkan data sebagai dasar untuk menarik kesimpulan; yakni berkaitan dengan

    penarikan data melalui tafsiran-tafsiran yang diuraikan dalam sebuah kesimpulan

    sesuai dengan fokus penelitian, yaitu upaya badan kepegawaian daerah (BKD) dalam

    pembinaan aparatur sipil negara (ASN) di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah

    Istimewa Yogyakarta. (Moleong, 2001: 247)

  • 30

    BAB II

    DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

    A. Gambaran Umum Kabupaten Kulon Progo

    1. Sejarah Singkat

    Kulon progo adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa

    Yogyakarta, Indonesia ibu kotanya adalah Wates Kabupaten ini berbatasan

    dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, samudera hindia

    di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di

    utara. Nama Kulon progo berarti sebelah barat sungai progo (kata kulon

    dalam bahasa jawa artinya barat). Kali progo membatasi Kabupaten ini di

    sebelah timur. Kabupaten Kulon progo terdiri atas 12 kecamatan, yang

    dibagi lagi atas 88 desa dan kelurahan, serta 930 pedukuhan (sebelum

    otonomi daerah dinamakan dusun).

    Pusat pemerintahan di kecamatan wates, yang berada disekitar 25 km

    sebelah barat daya dari pusat ibu kota provinsi di jalur utama lintas selatan

    di pulau jawa (surabaya-yogyakarta-bandung wates juga dilintasi jalur

    kereta api lintas selatan jawa. Kulon progo menggunakan kode pos 55611

    (lama) dan 55600/55651 (baru). Bagian barat laut wilayah kabupaten ini

    berupa pegunungan (bukit menoreh) dengan puncaknya surohloyo

    diperbatasan dengan kabupaten magelang sedangkan dibagian selatan

    merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai yang ada di

    kabupaten kulon progo adalah pantai congo, pantai gelaga, (10 km arah

    barat daya kota wates atau 35 km dari pusat kota yogyakarta) dan pantai

  • 31

    trisik. Pada tahun 1674, keraton mataram, yogyakarta diserang oleh

    Trunojoyo yang mendapat bantuan dari makassar mengakibatkan kerusakan

    pada keraton dan terdesaknya amangkurah melarikan diri untuk meminta

    bantuan kepada belanda, hingga meniggal ditegal dalam pelariannya. Untuk

    mengantisipasi serangan dari pengikut Trunojoyo, pada tahun 1677 keraton

    mataram dipimpin oleh amangkurat yang merupakan putra mahkota dari

    amangkurat 1 meminta bupatai ponorogo untuk mendapatkan penjagaan

    keraton oleh balaearok yang terkenal pandai dalam perang dan memintan

    bantuan kepada kolonial belanda untuk menangkap Trunojoyo.

    Setelah dijaganya keraton mataram oleh para warok dari ponorogo,

    Trunojoyo kesulitan menembus keraton dan di tangkap serta dijatuhi

    hukuman mati pada tahun 1679. Pada warok yang berhasil menjaga keraton

    mendapat hadiah tempat tinggal di sebelah barat keraton untuk memudahkan

    penjagaan keraton ketika terjadi penyerangan terhadap keraton. Keraton

    tersebut diberi nama kulon ponorogo hingga dikenal saat ini menjadi kulon

    progo yang berarti keraton mataram sebelah barat Ponorogo.

    Daerah yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo

    hingga berakhirnya pemerintahan kolonial hindia belanda merupakan

    wilayah dua kabupaten, yaitu kabupaten kulon progo yang merupakan

    wilayah kesultanan yogyakarta Hadinigrat dan kabupaten Adikarto yang

    merupakan wilayah kadipaten pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung

    administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober

    1951.Sebelum perang di ponegoro di daerah negara agung, termasuk

    didalamnya wilayah kulon progo, belum ada pejabat pemerintahan yang

  • 32

    menjabat didaerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan

    dijalankan oleh pepatih dalen yang berkedudukan di yogyakarta hadinigrat.

    Setelah perang di ponegoro 1825-1830 di wilayah kulon progo

    sekarang yang masuk wilayah kesultanan terbentuk 4 kabupaten yaitu:

    1. Kabupaten pengasih, tahun 1831

    2. Kabupaten sentolo, tahun1831

    3. Kabupaten naggulan, tahun 1851

    4. Kabupaten kalibawang, tahun 1855

    Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang

    Tumenggung pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan,

    dan Kalibawang di gabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon

    Progo, dengan ibu kota Pengasih. Bupati pertama di jabat oleh Raden

    Tumenggung Powerbowinoto. Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927

    Kabupaten Kulon progo dibagi atas dua kawedanan dengan 8 kapanewon,

    sedangkan ibu kotanya dipindahkan ke Sentolo. Kedua kawedanan tersebut

    adalah kawedanan pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo,

    Pengasih dan Kokap Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon

    Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.

    2. Letak Geografi dan Keadaan Alam

    Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Kabupaten dari lima

    Kabupaten/Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak

    dibagian Barat. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu Kabupaten

    yang berada di provinsi daerah istimewa yogyakarta yang terletak di bagian

    barat, dengan ibukota kabupaten di wates. Secara administratif kabupaten

  • 33

    kulon progo terdiri dari 12 kecamatan 87 desa, satu keseluruhan rukun

    warga dan rukun tetangga luas wilayah kabupaten progo adalah 586,627,512

    dengan rincian kecamatan sebagai berikut. Untuk mengetahui dengan jelas

    bagaimana keberadaan desa dan dusun di Kulon Progo dapat dilihat dalam

    tebel berikut : Tabel II.1 Jumlah Desa, Dusun dan luas Kecamatan di

    Kabupaten Kulon Progo tahun 2018

    No Kecamatan Jumlah

    Desa

    Jumlah

    Dusun

    Luas

    (Ha)

    Persentase

    luas wilayah

    1. Temon 15 96 3.629,89 6,19

    2. Wates 8 68 3.200,24 5,46

    3. Panjatan 11 100 4.459,23 7,61

    4. Galur 7 75 3.291,23 5,61

    5. Lendah 6 62 3.559,19 6,07

    6. Sentolo 8 84 5.265,34 8,98

    7. Pengasih 7 78 6.166,47 10,52

    8. Kokap 5 62 7.379,95 12,59

    9. Girimulyo 4 57 5.490,42 9,36

    10. Nanggulan 6 61 3.960,67 6,76

    11. Kalibawang 4 84 5.296,37 9,03

    12. Samigalu 7 106 6.929,31 11,82

    Jumlah 88 933 58.627,51 100

    Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemerintah Desa Kab. Kulon

    Progo

  • 34

    Seperti halnya Kabupaten lain, Kabupaten Kulon Progo juga

    memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

    - Sebeleh Timur berbatasan dengan : Kabupaten bantul dan Kabupaten

    Sleman.

    - Sebelah barat berbatasan dengan : Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawah

    Tengah.

    - Sebelah utara berbatasan dengan : Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa

    Tengah.

    - Sebelah Selatan berbatasan dngan : Samudra Hindia.

    Kulon Progo memiliki topografi, yaitu berfariasi dengan ketinggian

    antara 0-1000 m diatas permukaan laut, yang terbagi menjadi tiga wilayah

    meliputi :

    a) Bagian utara

    Merupakan dataran tinggi/perbukitan menoreh dengan ketinggian antara

    500-1000 m diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Grimulyo,

    Kokap, Kalibawang, dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah

    diperuntukan sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan

    kawasan rawan bencana tanah longsor.

    b) Bagian tengah

    Merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 m

    diatas permukaan air laut, meliputi Kecamatan Nanggulan, Sentolo,

    Pengasih, dan sebagian Lendah, wilayah dengan lereng antara 2-15 %,

    tergolong berombak dan bergelombang merupakan peralihan dataran

    rendah dan perbukitan.

  • 35

    c) Bagian Selatan

    Merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-100 m diatas permukaan

    air laut, meliputi Kecamatan Temon, Wates, Panjatan, Galur dan

    sebagian Lendah. Berdasarkan kemiringan lahan, memiliki lereng 0-2 %,

    merupakan wilayah pantai sepanjang 24,9 km, apabila musim penghujan

    merupakan kawasan rawan bencana banjir.

    Dari luas lahan yang ada di kabupaten Kulon Progo, penggunaan

    atau pemanfaatan masih didominasi untuk sektor pertanian. Pola

    penggunaan lahan tersebut tercermin pada tabel 2. Kabupaten Kulon Progo

    dilewati oleh dua prasarana perhubungan yang merupakan perlintasan

    Nasional di Pulau Jawa, yaitu jalan Nasional sepanjang 28,57 km dan jalur

    kereta api sepanjang kurang lebih 25 km. Disamping itu hampir sebagian

    besar wilayah di Kabupaten Kulon Progo dapat dijangkau dengan

    menggunakan transportasi darat.

    Kabupaten Kulon Progo memiliki luas Wilayah 58.627, 51 Ha

    (586,28 km2) dibagi kedalam beberapa peruntukan penggunaan lahan.

    Secara umum penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo digunakan

    untuk pekarangan, sawah, kebun/tegalan, hutan dan pertanian. Penggunaan

    lahan di kabupaten Kolon Proggo secara jelas dapat dilihat dalam tabel

    dibawah ini :

  • 36

    Tabel II.2 Pola penggunaan lahan di Kabupaten Kulon Progo

    No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase

    1. Kampung/pekarangan 12.506 21,33

    2. Sawah 10.304 17,58

    3. Kebun/Tegalan 21.981 37,49

    4. Hutan 1.037 1,77

    5. Lain-lain 12.799 21,83

    Jumlah 58.627 100,00

    Sumber : Bapeda Kabupaten Kulon Progo 2018

    Berdasarkan tabel 2, maka diketahui bahwa penggunaan lahan yang

    paling luas di kabupaten Kulon Progo adalah untuk

    tegal/kebun/ladang/rumah, yaitu sebesar 21.981 Ha (37,49 %). Dari

    keseluruhan luas lahan yang ada. Data dalam tabel di atas menunjukan

    bahwa lahan untuk pertanian masih tersedia cukup luas, sehingga dapat

    menjadi faktor pendorong dalam meningkatkan hasil-hasil pertanian. Akan

    tetapi penggunaan lahan sebagai kampung/pekarangan semakin mendekati

    kebun/tegalan, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka luas

    lahan untuk kampung/pekarangan ini akan bertambah pula.

    Pertambahan penduduk yang pesat dapat menjadi ancaman bagi

    ketersediaan lahan pertanian yang menyempit dan dapat menurunkan jumlah

    produksi pertanian (BAPPEDA Kabupaten Kulon Progo. 2011:42). Secara

    astronomis kabupaten kulon progo terletak di antara 738,30,7583. Posisi

    kabupaten kulon progo terletak di bagian barat Daerah Istimewa Yogyakarta

    dan berbatasan langsung dengan provinsi jawa tengah, merupakan pintu

  • 37

    gerbang daerah istimewa yogyakarta yang menghubungkan dengan pusat-

    pusat ekonomi dan pemerintahan yang terletak dengan bagian barat, utara,

    dan timur pulau jawa dan jalur kereta api yang menghubungkan dengan kota

    besar di pulau jawa antara lain: bandung, jakarta dan surabaya. Selain itu

    posisi kabupaten kulon progo yang berbatasan langsung dengan samudera

    indonesia juga sebagai pintu gerbang yang menghubungkan melalui laut

    dengan daerah-daerah di indonesia dan negara lain. Posisi ini memberikan

    keuntungan bagi perkembangan wilayah kabupaten maupun perkembangan

    wilayah daerah istimewa yogyakarta.

    Berdasarkan kondisi fisik wilayah kabupaten kulon progo dapat

    dibagi menjadi tiga kawasan antara lain:

    1. Kawasan pesisir

    Kawasan pesisir merupakan dataran rendah dengan ketinggian 100m

    dari permikaan air laut, meliputi kecamatan temon, kecamatan wates,

    kecamatan panjatan, kecamatan galur, dan sebagian kecamatan rendah.

    2. Kawasan dataran

    Kawasan dataran merupakan kawasan perbukitan dengan ketinggian

    100-500 m dari permukaan air laut, meliputi kecamatan nanggulan,

    kecamatan sentolo, kecamatan pengasih, dan sebagian kecamatan

    lendah.

    3. Kawasan pegunungan

    Kawasan pegunungan merupakan dataran tinggi atau perbukitan

    menoreh dengan ketinggian antara 500-100 m dari permukaan air laut,

  • 38

    meliputi kecamatan grimulyo, kecamatan kokap, kecamatan samigaluh,

    dan kecamatan kalih bawang.

    Sebagian besar wilayah kabupaten kulon progo masuk dalam

    kemiringan lereng dengan luas 40,10% dan kemiringan 40% dengan luas

    18,73% luas wilayah kecamatan dengan kemiringan lereng 40% terluas di

    kecamatan kokap dengan luas 364,63 kecamatan yang tidak mempunyai

    wilayah dengan kemiringan lereng 40% adalah kecamatan wates, kecamatan

    panjatan, kecamatan galur, kecamatan lendar, dan kecamatan sentoloh.

    Begitu pula karakteristik tanahnya, kabupaten kulon progo secara umum

    berupa kubah dengan struktur geologi daerah tinggi antara lain sebagai

    berikut:

    1. Strutur geologi

    Berupa perlipatan batuan, pelipatan batuan divormasisentolo. Perlipatan

    ini terdapat dibagian perbukitan formasisentolo di daerah pengasih,

    sentolo, panjatan, lendah dan galur.

    2. Struktur geologi patahan

    Merupakan bagian dari batuan yang saling bergerak antara bagian blok

    batuan satu dengan blok bagian yang lain yang dipisahkan oleh zona

    patahan atau dapat di istilahkan pecahan batuan yang disertai gerakan

    masa batuan.

    3. Struktur kekar

    Sruktur kekar yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan,

    sangat intensif terdapat diformasi batuan andesit dan vormasi andesit

    tua.

  • 39

    3. Keadaan Demografi

    Pertumbuhan penduduk Kulon Progo atas dasar registrasi pada tahun

    2007 sebesar 0.50 %, dengan jumlah penduduk sebanyak 462.418 orang

    terdiri dari laki-laki sebanyak 225.993 orang dan perempuan sebanyak

    236.425 orang. Berikut ini adalah kondisi demografi di kabupaten Kulon

    Progo :

    a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

    Jumlah penduduk kabupaten kolon progo menurut hasil sensus

    penduduk tahun 2010 berjumlah 388.869 jiwa yang menempati daerah di

    12 kecamatan yang ada (kulon progo dalam angka, 2012: 64). Jumlah

    dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel berikut ini.

    Tabel II.3

    Jumlah dan pertumbuhan penduduk di kabupaten Kulon Progo

    No Kecamatan Jumlah Penduduk

    (Jiwa)

    Kepadatan Penduduk/km2

    1. Temon 24.471 674

    2. Wates 43.995 1.375

    3. Panjatan 33.397 749

    4. Galur 29.120 885

    5. Lendah 36.447 1.024

    6. Sentolo 44.525 846

    7. Pengasih 45.175 733

    8. Kokap 31.124 422

    9. Grimulyo 21.893 399

    10. Nanggulan 27.139 688

    11. Kalibawang 26.802 506

    12. Samigalu 24.681 356

    Jumlah 388.869 663

    Sumber : BPS Kabupaten Kulon Progo (2012:67)

  • 40

    Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat difahami bahwa Kecamatan Wates

    memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah 1.375 jiwa

    per km2 dan kecamatan samih galuh sebagai daerah yang terjarang

    penduduknya. Kecamatan samih galuh memiliki jumlah kepadatan

    penduduk sejumlah 356 per km2 karena kecamatan samih galuh merupakan

    dataran tinggi/ perbukitan dengan topo grafi tinggi dan relief kasar sehingga

    penduduk yang tinggal disana masih jarang. Penduduk terbanyak umumnya

    tinggal di daerah perkotaan seperti kecamatan wates, lendah, galur dan

    sentolo, hal tersebut mengindikasikan bahwa kota selalu memiliki daya tarik

    untuk menjadi pilihan bagi tempat tinggal dan melangsungkan kehidupan

    karena berbagai kemudahan yang ada di kota.

    b. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

    Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk kulon progo disajikan

    dalam tabel 4 sebagai berikut.

    Tabel II.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

    No. Jenis kelamin Jumlah penduduk (jiwa) Presentase

    1. Laki-laki 190.694 49,04

    2. Perempuan 198.175 50,96J

    Jumlah 388.869 100

    Sumber : BPS Kabupaten Kulon Progo, data di olah (2012:64)

    Perbandingan antara banyaknya penduduk laki dengan banyaknya

    penduduk perempuan pada suatu daerah dinamakan dengan rasio jenis

    kelami (sex rasio), dinyatakan dengan banyaknya penduduk laki-laki per

  • 41

    100 penduduk perempuan (BPS Kabupaten Kulon Progo. 2012:65).

    Perbandingan ini menunjukan besarnya rasio penduduk laki-laki dengan

    penduduk perempuan.

    Berdasarkan data diatas, maka angka sex ratio di kabupaten kulon

    progo adalah 96.23 (96 dengan pembulatan), artinya dalam setiap 100

    penduduk wanita terdapat 96 penduduk laki-laki.

    c. Jumlah Penduduk berdasarkan Umur

    Penghitungan angka ketergantungan umur produktif dengan umur

    nonproduktif (Dependency Ratio) diperlukan penggolongan penduduk

    menurut umur berdasarkan umur penggolongan jumlah penduduk di

    kabupaten kulon progo disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut:

    Tabel II.5 Komposisi penduduk menurut kelompok umur di kabupaten

    kulon progo tahun 2018

    No Golongan umur (tahun) Jumlah (jiwa) Presentase

    1. 0-9 58.543 19,62

    2. 10-14 31.148 10,44

    3. 15-19 28.440 9,53

    4. 20-24 20.744 6,95

    5. 25-39 81.096 27,17

    6. 40-64 31.172 10,44

    7. >65 47.308 15,85

    Jumlah 298.451 100

    Sumber : BPS kabupaten Kulon Progo. Data diolah (2012:70).

  • 42

    Penghitungan angka beban ketergantungan di peroloh dengan

    melihat angka-angka dalam tabel tersebut.angka beban ketegantungan (

    dependency ratio) adalah angka yang menyatakan perbandingan tidak

    produktif (umur dibawah 15 tahun dan umur dibawa 15 tahun dan umur

    diatas 65 tahun) dengan banyaknya penduduk produktif (umur 15-64)

    besarnya angka beban ketergantungan di kabupaten kulon progo sebagai

    berikut: berdasarkan perhitungan di atas diperoleh angka dependency ratio

    penduduk kabupaten kulon progo adalah sebesar 89.709.78 artinya diantara

    100 penduduk nonproduktif terdapat 89.709.78 penduduk berusia produktif.

    Angka ini jelas menunjukan bahwa tenaga kerja produktif sangat mudah

    diperoleh untuk berbagai macam lapangan kerja. Tersedinya banyak tenaga

    kerja ini dapat menjadi faktor pendorong kuanititas produktif, baik produktif

    pertanian,industri, jasa dan perd