rencana strategis klhk, dan dukungan...

27
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Palangkaraya , 28 September 2016 RENCANA STRATEGIS KLHK, DAN DUKUNGAN KEGIATAN UNTUK MENCAPAI PENGELOLAAN SDA DAN LH BERKELANJUTAN Diasampaikan Pada: MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Upload: haanh

Post on 06-Feb-2018

237 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Kementerian Lingkungan Hidup dan KehutananPalangkaraya, 28 September 2016

RENCANA STRATEGIS KLHK, DAN DUKUNGAN KEGIATAN UNTUK MENCAPAI PENGELOLAAN

SDA DAN LH BERKELANJUTAN

Diasampaikan Pada:

MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

2

Tujuan Pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanan(2015-2019)

“Memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransiyang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dansumberdaya berada rentang populasi yang aman, sertasecara paralel meningkatkan kemampuan sumberdayaalam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomiannasional”

3

(1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragaman hayati serta pengendalianperubahan iklim;

(2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopangkehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species;

(3) Memelihara kualitas lingkungan hidup, menjagahutan, dan merawat keseimbangan ekosistem dankeberadaan sumberdaya.

Peran Utama Lingkungan Hidup dan Kehutanan(2015-2019)

4

(1) Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung

lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat.

Indikator: Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,5-68,6.

(1) Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari

untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang

berkeadailan

Indikator: peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP.

(1) Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta

keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung

pembangunan berkelanjutan

Indikator: derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun

(penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatan populasi

spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang

dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perusak ozon, dan lain-

lain).

Sasaran Strategis Pembangunan Lingkungan Hidup danKehutanan (2015-2019)

5

Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan

Sasaran Arah Kebijakan Strategi

a. Penyelesaian pengukuhan/penetapan kawasan hutan 100 persen

b. Penyelesaian tata bataskawasan dan tata batasfungsi sepanjang 40.000km

c. Operasionalisasi 629 KPH yang terdiri dari 347 KPHP, 182 KPHL, 50 Taman Nasional, dan 100 KPHK bukan Taman Nasional (TN)

d. Peningkatan kemitraandengan masyarakat dalampengelolaan hutan melaluipola HTR/HKm/HD, HutanAdat dan HR (dari 500.000 ha pada tahun 2014 menjadi 12.700.000 ha pada tahun 2019)

Mempercepat kepastianstatus hukum kawasanhutan, meningkatkanketerbukaan data daninformasi sumber dayahutan, dan meningkatkankualitas tata kelola di tingkat tapak.

• Melakukan percepatan pengukuhankawasan hutan melalui penataan batas, pemetaan dan penetapan, yang melibatkanberbagai pihak;

• Membentuk dan mewujudkan unit manajemen yang handal di tingkat tapakpada seluruh kawasan hutan dalam bentukKesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) untukmendukung fungsi produksi, lindung dankonservasi dikelola secara optimal, efisien, dan efektif;

• Meningkatkan kapasitas pengelola KPH sehingga mampu melakukan kegiatan tatahutan dan penyusunan rencanapengelolaan hutan, pemanfaatan hutandan penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, sertaperlindungan dan pengawetankeanekaragaman hayati dalam ekosistemhutan; dan

• Meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan antara masyarakat, termasuk masyarakat adat, dengan pemerintah dalam pengelolaan kawasan hutan.

6

Sasaran Arah Kebijakan Strategi

Peningkatan kualitas tatakelolaa. Berkurangnya kawasan

hutan berstatus open acces denganmengembangkan KPHP menjadi 347 unit

b. Meningkatnyapenerapan prinsippengelolaan hutanproduksi lestari untukKPHP dan hutanproduksi di bawahIUPHHK-HA

Meningkatkan tata kelolakehutanan (good forest governance)

• Pemisahan peran administrator (regulator) dengan pengelola(operator) kawasan hutan melaluipembentukan KesatuanPengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan operasionalisasinya

• Penerapan prinsip pengelolaan hutan lestari

• Pemberian jaminan legalitas hasilhutan kayu dan produk kayu

• Memperkuat sumber daya manusiayang berkompeten untukmendukung operasionalisasi KPH

• Pengembangan forest based cluster industry

• Memperkuat fungsi pemerintahsebagai fasilitator.

Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan

7

Sasaran Arah Kebijakan Strategi

Menurunnyafrekuensi danluasanpenebangan liar

Peningkatan instrumenpenegakan hukum

Peningkatan efektivitaspenegakan hukum

Peningkatan efektivitas dan kualitas pengelolaan hutan

• Penyusunan Satu Peta Tematik Hutan dengan tingkat akurasi yang memadai di tingkat tapak dan untuk dasar penindakan hukum

• Percepatan penyelesaian tata batas dan pengukuhan kawasanhutan, antara lain melaksanaan peraturan bersamaKemenhut, Kemendagri, PU dan BPN tentang Penye- lesaianPenguasaan Tanah di dalam Hutan

• Peningkatan kuantitas dan kualitas SDM pengawas danpenegak hukum (rekruitmen, mutasi, peningkatan kapasitas, promosi).

• Penyederhanaan prosedur penegakan hukum kasus penebangan liar

• Meningkatkan proses yustisi, mencabut izin pihak yang melakukan perusakan hutan illegal, dan meningkatkan efekjera pelaku illegal

• Peningkatan koordinasi dalam pengawasan dan penegakanhukum dalam kawasan hutan

• Pembentukan Lembaga Pencegahan dan PemberantasanPerusakan Hutan (P3H) sesuai UU No. 18/2013.

• Penyelesaian Pembangunan KPH untuk seluruh kawasanhutan;

• Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengamananhutan melalui kemitraan, termasuk pengembangan hutanadat.

Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan

8

Sasaran Arah Kebijakan Strategi

a. Meningkatnya populasi 25 spesies satwa terancampunah (sesuai The IUCN Red Lits of threatened species) sebesar 10 persen sesuaibaseline data tahun 2013 dalam rangka pengawetansumber daya alam hayatidan ekosistemnya

b. Optimalisasi pengelolaan kawasan konservasi seluas 27,12 juta ha termasuk perlindungan kawasan karst, gambut, dan mangrove

c. Pencegahan danpenanggulangan kebakaranhutan dengan cepat danbaik serta menurunkanjumlah hot spots kebakaranhutan

d. Peningkatan kualitas data dan informasikeanekaragaman hayati.

Meningkatkankapasitas pengelolahutan konservasidalam melindungi, mengawetkanekosistem hutan, sumber daya spesies, dan sumber dayagenetik,

• Peningkatan efektivitas pengelolaan Resort Based Management (RBM) pada seluruh kawasan hutankonservasi sehingga fungsi pemanfaatan, perlindungan dan pengawetan sumber daya hutandapat berjalan dengan baik;

• Pembentukan pusat penelitian terintegrasi tentangkeanekaragaman hayati di dalam taman nasional, danKPHK;

• Peningkatan kerja sama (kemitraan) dengan pihakketiga dalam pengelolaan penangkaran ex-situ tanaman dan satwa liar, serta penyelamatan 20 satwadan tumbuhan langka;

• Pengembangan skema pendanaan (trust fund) bagikawasan hutan konservasi berikut mekanismepengawasannya;

• Meningkatkan sarana dan prasarana perlindunganhutan dan pengendalian kebakaran hutan;

• Peningkatan kuantitas dan kualitas Manggala Agni dalam rangka penanggulangan kebakaran hutan; Peningkatan pelestarian keanekaragaman hayati di luar kawasan hutan; dan

• Peningkatan inventarisasi keanekaragaman hayatibaik di dalam maupun di luar kawasan hutan.

Arah Kebijakan dan Strategi Lingkungan Hidup dan KehutananTerkait Tata Kelola Hutan

LUAS KAWASAN HUTAN INDONESIA

KSA/KPA 21.902.407 18,13%

HL 29.638.486 24,54%

HPT 26.843.748 22,22%

HP 29.265.410 24,23%

HPK 13.133.580 10,87%

Jumlah 120.783.631 100,00%

Luas kawasan hutan tersebut tidak termasuk kawasan konservasi perairan seluas + 5.531.934 Ha

Luas daratan Indonesia 1.890.739 km2)(SK Kepala BIG Nomor 20 Tahun 2013)

+ 63,66 % dari luas daratan Indonesia

KWS HTN (KH) DARAT KALTENG (12.697,16)

FUNGSI KH (x 1000 HA)

HK HL HPT HP HPK

1.608,28 1.346,06 3.317,46 3.881,82 2.543,54

NAWACITA1. M’hadir’n kmbli neg

utk mlindungi ….2. ……..3. Mbangun Ids dr

pinggiran dgnm’kuat drh2 & desadlm krangka negkstuan

4. ……..5. Mningkatkan

kualitas hdpmanusia Ids

6. ……..7. Mewujudkan

kemandirianekonomi dgnmenggerakkansektor strategisekonomi domestik

9. …..

PROGRAM PRIORITAS1. Revolusi Mental2. Pembangunan

Kesehatan3. Pembangunan

Perumahan danPermukiman

4. Kedaulatan Pangan5. Kedaulatan Energi dan

ketenagalistrikan6. Kemaritiman dan

Kelautan7. Pariwisata8. Kawasan Industri dan

KEK9. Pembangunan

Perkotaan10. Pembangunan

Pedesaan

1. Kelembagaan Tapak (KPH)2. Pemanfaatan

a. PIAPSb. Arahan Pemanfaatan

3. PENGGUNAANa. Infrastrukturb. Maritimc. Energyd. Pangan

4. TORA

RKTN

RTRWP

CONTROL : PIPIB, MORATORIUM

P

O

T

E

N

S

I

PERAN KLHK DALAM MENDUKUNG NAWACITA

DUKUNGAN LHK

POKOK-POKOK KEBIJAKAN REGIONAL (RKTN 2011-2030)

Wilayah Kebijakan Umum

JAWA

• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta meningkatkan efisiensi BUMN Kehutanan (Perum Perhutani).

• Pengembangan Industri kehutanan berbasis hutan rakyat danpeningkatan nilai tambah hasil hutan.

SUMATE

-RA

• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, peningkatan peranperlindungan dan konservasi hutan serta efisiensi usaha kehutanandan pengembangan usaha kehutanan bernilai tambah tinggi.

• Pengembangan hutan tanaman.

KALIMA

N-TAN

• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, peningkatan perankonservasi serta efisiensi dan pengembangan SFM bagi usahakehutanan

• Pengembangan hutan tanaman.

• Pengembangan industri kehutanan

SULAWE

SI

• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta usaha kehutanan bagi masyarakat lokal.

• Pengembangan hutan tanaman.

• Pengembangan industri kehutanan

• Pengembangan HHBK.

MALUKU

• Peningkatan peran perlindungan dan konservasi serta usahakehutanan bagi masyarakat lokal.

• Pengembangan hutan tanaman.

• Pengembangan industri kehutanan.

BALI

DAN

NUSA

TENGGA-

RA

• Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutanserta peningkatan perlindungan dan konservasi hutan.

• Pengembangan HHBK.

• Pengembangan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam

PAPUA

• Menyelesaikan masalah kawasan hutan, pengembangan usahabernilai tambah tinggi & pengelolaan hutan bagi masyarakat lokal.

• Pengembangan hutan tanaman.

• Pengembangan industri kehutanan.

POSISI KAWASAN HUTAN DALAM RTRW

UU No 41/1999 UU No 26/2007

Ps 15 (2) Pengukuhan KH memperhatikan

RTRW

Pasal 17 (1)Pola Ruang

Struktur Ruang

Struktur Ruang

1. Sistem perkotaan

2. Sistem transportasi

3. Sistem energi

4. Sistem telekomunikasi

5. Sistem sumber daya air.

Pola Ruang

Kawasan Lindung :

1. Perlindungan kawasan

bawahannya:

– Kawasan hutan lindung

– Kawasan bergambut

– Kawasan resapan air

2. Kawasan perlindungan setempat

3. KSA/KPA, dan cagar budaya

4. Kawasan rawan bencana alam

5. Kawasan lindung geologi, dan

lainnya

Kawasan Budidaya :

1. Kawasan hutan produksi

2. Kawasan hutan rakyat

3. Kawasan pertanian

4. Kawasan perikanan

5. Kawasan pertambangan

6. Kawasan industri

7. Kawasan pariwisata

8. Kawasan pemukiman dan atau

9. Kawasan lainnya

Kawasan Hutan Bagian Integral dari RTRW

TAPAK/HULU

(on forest)

HILIR

(off forest)

TATA KELOLA KPHPRA KONDISI PENGEMBANGAN

KWADRAN PEMBANGUNAN PENGELOLAAN KPH DAN PENDUKUNGNYA

SISTEM

TATA LAKSANA PENGELOLAAN HUTAN

• SISTEM PEMANENAN

• SISTEM PEMBIBITAN

• PEMANFAATAN, REHABILITASI, KHDTK, PERLINDUNGAN DAN KONSERVASI

• INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN

JALAN USAHA

PEMBENTUKAN KPH

• WILAYAH DAN ORGANISASI

• RENCANA

• MITRA USAHA

(HTR,HKM,HD ATAU IUPHHK)

INSENTIF DAN ADMINISTRASI

PEMERINTAH

• REGULASI PEMERINTAH

(NSPK/kebiJakan)

• PENDANAAN DAN INVESTASI

• PROGRAM DAN ANGGARAN

• IPTEK

SISTEM

INDUSTRI DAN PEMASARAN

• INDUSTRI BESAR

• TEKNOLOGI PENGOLAHAN

• PASAR DAN EKSPOR

• INFRASTRUKTUR DAN

JARINGAN PEMASARAN

KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN (KPH)

DINAS

UPTD TEKNIS UPTD KPH

Titik berat kepada

fungsi administrasi

Titik berat

kepada fungsi

operasional

ARAHAN PEMANFAATAN HUTAN

No Uraian Luas (Ha) Keterangan

1 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin danmenjadi acuan semuapemanfaatan hutan yang dapat dilakukan sesuaifungsinya yang berada di HP dan HL

11.327.816menjadi dasar permohonan untukIUPHHK-HTR, HPHD, IUPHKmdan Kemitraan dengan KPH

2 Pemanfaatan hutan melaluiskema usaha pemanfaatanhasil hutan yang berada di HP

4.668.532menjadi dasar permohonan untukIUPHHK-HA, IUPHHK-HT danIUPHHK-RE

J U M L A H 15.996.348

16

PerubahanPeruntukan

(adalahperubahan

kawasan hutanmenjadi APL) Tukar Menukar KH

(pada HPT dan HP)

PelepasanKawasan HPK

tdk dapat dilakukanpada Prov dg luas KH < 30%)

tdk dapat dilakukanpada HPK produktif

KH > 30 %TMKH 1 : 1

KH < 30 %TMKH 1 : 2

Lahan Pengganti

Secara

Parsial

Untuk Wilayah

ProvinsiDiintegrasikan pada usulan revisi RTRWP/Pengusul Gubernur

(dapat dilakukan pada semua fungsi kawasan hutan)

TIDAK DAPAT DILAKUKAN(Pada kawasan

Konservasi dan HL)

PerubahanFungsi

(perubahan antar fungsi

kawasanhutan)Perubahan

KAWASAN HUTAN

Perubahan dalamfungsi pokok

Perubahan antarfungsi kawasan

hutan

Untuk Wilayah

Provinsi

Secara

Parsial

Tidak boleh menjadi HPK bila KH < 30 %

Parsial: Usulan Perubahan

HL;HPT/HP olehGubernur

Usulan Perubahan KK oleh Pengelola

Pengusul:a. menteri atau pejabat setingkat

menteri; b. gubernur atau bupati/wali kota; c. pimpinan badan hukum; ataud. perseorangan, kelompok

orang, dan/atau masyarakat.

SKEMA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

Penggunaan Kawasan Hutan

Untuk Pembangunan non kehutanan

Bersifat Sementara

(HL, HPT, HP, HPK)

pinjam pakai kawasan hutan

Tukar Menukar Kaw Hutan(HPT dan HP)

Kerjasama dengan pengelola

Pelepasan kaw HPK

Bersifat Permanen

(HPT, HP, HPK)

Jalan, Tol, Rel KA

Tambang, MIGAS

Pelabuhan/bandara

Sarpras waduk, Pembangkit

HL, HPT, HP, HPK

PL Mikro Hidro, Listrik Msk Desa, dll

HutanKonservasi

Kerjasama PenyelenggaraanKSA/KPA *)

Pemanfaatan dan Pengembangan EnergiBaru Terbarukan (EBT)

Listrik Kepentingan Nasional- geothermal- Menara Jar Listrik- Kabel & Pendukungnya- jalan pengawasan dan pemeliharaan

jaringan

Fungsi Skema

Pertanian dlm rangka ketahanan energi(bauran energi nabati)

Geothermal, Tansmisi dan distribusiteknologi EBTKE

*) dilarang pada CA dan Zonainti TN

Waduk/Bendungan

PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN(SKEMA PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK PEMBANGUNAN NON KEHUTANAN)

MANDAT

• Tersedianya sumber Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) danterlaksananya redistribusi tanah dan legalisasi aset (teridentifikasi kawasan hutan yang akan dilepaskan sedikitnya sebanyak 4,1 juta ha)

• Meningkatnya akses masyarakat untuk mengelola hutan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat, hutan adat dan hutan rakyat serta kemitraan seluas 12,7 juta ha.

• Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan (pembukaan1 juta lahan sawah baru).

NAWACITARPJMN 2015 – 2019

TORA DAN AKSES PENGELOLAAN HUTAN UNTUK RAKYAT

Alokasi 20% areal perkebunan masyarakat yang berasal daripelepasan kawasan hutan untuk perkebunan besar sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut-II/2011.

Penyelesaian pelepasan kawasan hutan untuk permukimantransmigrasi yang telah memperoleh persetujuan prinsip MenteriKehutanan.

Pelepasan areal permukiman, fasiilitas umum, fasilitas sosialdan lahan garapan masyarakat di dalam kawasan hutan.

Pelepasan HPK untuk cadangan pangan di Provinsi Kalteng, Kalbar dan Kaltim

Kriteria Penentuan Lokasi

Tanah Objek Reforma Agraria (TORA)

20

CATATAN PENUTUP

1. Kehutanan sebagai “benteng provider lahan terakhir” dalam menopang pembangunansektor lain berupaya membangun sinergitas rencana guna mengimbangi dinamika lajupembangunan nasional dengan tetap menjaga fungsi kawasan hutan sebagai sistempenyangga kehidupan.

2. Kawasan hutan merupakan bagian integral dari Perencanaan Wilayah (RTRW) sehinggadapat diarahkan untuk menopang optimalisasi kebutuhan ruang untuk permukiman, pertanian, fasum dan fasos, industri, dan pengembangan wilayah, berpedoman padaarahan pokok kebijakan RKTN dan Renstra KLHK 2015-2019, serta sejalan dgn peraturan.

3. Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dilakukanuntuk memenuhi tuntutan dinamika pembangunan nasional serta aspirasi masyarakatdengan tetap berlandaskan pada optimalisasi distribusi fungsi dan manfaat Kawasan Hutan, dengan tetap mempertahakan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional.

4. KPH merupakan unit organisasi pengelolaan kawasan hutan di tingkat tapak untukmenjamin pengelolaan hutan lestari; adapun politik alokasi ruang kehutanan diarahkanuntuk meningkatkan akses masyarakat terhadap pengelolaan hutan melalui PIAPS, HKmdan HD, selain menyediakan Tanah Obyek Reforma Agraria (TORA) untuk resolusi konfliklahan masyarakat di dalam kawasan hutan

5. Instrumen pengendalian pemanfaatan kawasan hutan melalui kebijakan integrasi KH/KPH dalam RTRWP, dan pengendalian penggunaan kawasan hutan melalui PIPIB dan Moratiumpelepasan kawasan hutan.

PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DALAM

REVISI RTRWP (2008-2016)

NO. PROVINSI

SK PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN/ SK PENUNJUKAN

KAWASAN HUTAN/ SURAT PERSETUJUAN SUBSTANSI

PERSETUJUAN PERUBAHAN PERUNTUKAN KAWASAN HUTAN SESUAI

SK

PERUBAHAN PERUNTUKAN (Ha) PERUBAHAN

FUNGSI (Ha)

PENUNJUKAN

(Ha)Nomor Tanggal NON DPCLS TOTAL

1 Aceh

SK.941/Menhut-II/2013 dan S.33/Menhut-

VII/2014 23/12/2013 dan 16/01/201442.616 37.640 80.256 130.542 26.461

2 Sumatera Utara*)

SK.579/Menhut-II/2014 dan S.407/Menhut-

VII/2014 24/06/2014 dan 18/09/2014686.326 21.153 707.479 - -

3 Sumatera Barat SK.304/Menhut-II/2011 dan SK.141/Menhut-

II/2012

09/06/2011 dan 15/03/2012 96.904 29.382126.286

147.213 9.906

4 Riau *) SK.314/Menlhk/Setjen/PLA.2/4/2016 20/4/2016 1.703.374 2.711 1.706.085 717.543 11.552

5 Kepulauan Riau *) SK.76/MenLHK-II/2015 6/3/2015 338.078 23.872 361.950 146.962 2370

6 Jambi

SK.727/Menhut-II/2012 dan S.11/Menhut-

VII/201310/12/2012 dan 07/01/2013 13.712 336 14.048 20.529 -

7 Sumatera Selatan*)

SK.866/Menhut-II/2014 dan

S.14/Menlhk/PKTL/PKTL.II/I/2016 29/9/2014 dan 11/01/2016 230.204 9.329 239.533 44.299 41.191

8 Bangka Belitung *)

SK.798/Menhut-II/2012 dan S.110/Menhut-

VII/201327/12/2012 dan 08/01/2013

19.131 4.45223.583 10.878 3.210

9 Bengkulu

SK.643/Menhut-II/2011 dan S.58/Menhut-

VII/201210/11/2011 dan 30/01/2013

2.192- 2.192 31.013 101

10 Lampung SK.256/Kpts-II/2000 dan S.519/Menhut-VII/2009 23/08/2000 dan 06/07/2009

TIDAK ADA USULAN PERUBAHAN

11 DKI Jakarta SK.220/Kpts-II/2000 dan S.97/Menhut-VII/2011 02/08/2000 dan 03/03/2011

12 Jawa Barat SK.195/Kpts-II/2003 dan S.276/Menhut-VII/2010 04/07/2003 dan 10/06/2010

13 Banten SK.419/Kpts-II/1999 dan S.277/Menhut-VII/2010 15/06/1999 dan 10/06/2010

14 Jawa Tengah SK.359/Menhut-II/2004 dan S.933/Menhut-

VII/200901/10/2004 dan 11/12/2009

15 D.I Yogyakarta SK.171/Kpts-II/2000 dan S.932/Menhut-VII/2009 29/06/2000 dan 11/12/2009

16 Jawa Timur SK.395/Menhut-II/2011 dan S.581/Menhut-

VII/201021/07/2011 dan 11/11/2010

17 Bali SK.433/Kpts-II/1999 dan S.728/Menhut-VII/2009 15/06/1999 dan 14/09/2009

18 Nusa Tenggara Barat SK.598/Menhut-II/2009 dan S.727/Menhut-

VII/200902/10/2009 dan 14/09/2009

19 Nusa Tenggara Timur *) SK.357/Menlhk/Setjen/PLA.0/5/2016 11/5/2016 54.163 3.490 57.653 12.168 11.811

20 Kalimantan Barat *) SK.936/Menhut-II/2013 dan S.26/Menhut-

VII/2014 20/12/2013 dan 10/01/2014554.137 69.294 623.431 352.772 52.386

21 Kalimantan Tengah SK.529/Menhut-II/2012 dan S.431/Menhut-

VII/201225/09/2012 dan 28/09/2012 1.168.656 236.939 1.405.595 689.666 29.672

22 Kalimantan Selatan SK.432/Menhut-II/2009 dan S.518/Menhut-

VII/2009

22/07/2009 dan 06/07/2009- - 59.503 99.594 39.747

23 Kalimantan Timur SK.554/Menhut-II/2013 dan S.519/Menhut-

VII/2013

02/08/2013 dan 05/09/2013395.621 73.731 469.352 276.240 11.732

24 Sulawesi Utara SK.434/Menhut-II/2013 dan S.521/Menhut-

VII/2013

17/06/2013 dan 05/09/20136.334 703 7.037 761 290

25 Sulawesi Barat SK.726/Menhut-II/2012 dan S.62/Menhut-

VII/2013

10/12/2012 dan 30/01/201364.261 9.295 73.556 251.600 -

26 Sulawesi Tengah SK.635/Menhut-II/2013, SK.708/Menhut-II/2014

dan S.884/Menhut-VII/2014

24/11/2013, 22/08/2014

dan 01/09/2014 94.759 15.312 110.071 42.788 91

27 Sulawesi Tenggara *) SK.465/Menhut-II/2011 dan S.61/Menhut- 09/08/2011 dan 30/01/2013

*) Perubahan Peruntukan DPCLS masih menunggu persetujuan DPR RI seluas 230.362 ha di 8 provinsi22

Permasalahan Pasca Terbitnya Persetujuan Substansi Kehutanan dan UpayaPenyelesaian

No

PERMASALAHAN UPAYA PENYELESAIAN

1 Keterlanjuran ijin non kehutanandalam kawasan hutan belum dapatdiatasi seluruhnya.

Penyelesaian keterlanjuran pada kawasanhutan mengacu pada PP 104/ 2015, dan PP 105/2015

2 Masih terdapat permukiman, fasumdan fasos di dalam kawasan hutan(belum diusulkan pada saat review).

Permukiman, Fasum, Fasos diselesaikanmelalui mekanisme:a. Tata Batas dengan mengikuti Permenhut P.

44/Menhut-II/2012 jo P. 62/Menhut-II/2013 Tentang Pengukuhan KawasanHutan

b. Peraturan Bersama 3 Menteri dan 1 KepalaBPN tahun 2014 (Tim IP4T)

c. TORA (Tanah Obyek Reforma Agraria) Perpres 2 Tahun 2015 (RPJMN 2015-2019)

3 Proyek strategis nasional belumseluruhnya terakomodir dalam RTRW (termasuk proyek infrastruktur, maritim, energi dan pangan/IMEP)

Proyek strategis nasional dapat diselesaikandengan mekanisme Izin Pinjam PakaiKawasan Hutan

Kawasan Hutan 120,78 juta Ha

HK : 21,90 juta Ha

HL : 29,64 juta Ha

HP : 69,24 juta Ha

Organisasi Tingkat Tapak (679 Unit KPH) :KPHK : 150 Unit (Pusat)KPHL : 183 Unit (Daerah)KPHP : 346 Unit (Daerah)

Kondisi S/D Juli 2016Kawasan HP dan HL217 Unit KPHL/KPHP

Luas: 28,65 juta Ha

Kawasan HP dan HL Belum Ada Organisasi Tingkat Tapak:

312 Unit KPHL/KPHP

Luas: 70,23 juta Ha

Kondisi S/D Juli 2016, Kawasan HK :- Penetapan 38 Unit KPHK TN- Penetapan 34 KPHK Non TN- Proses Penetapan 27 KPHK Non TN- Belum Penetapan 51 KPHK Non TNLuas : 21,90 juta Ha

KAWASAN HUTAN DAN WILAYAH KPH

25

INDIKATOR KINERJA PROGRAM DITJEN PKTL(2015-2019)

Sasaran Program Indikator ProgramTarget

2015 2016 2017 2018 2019

Seluruh kawasan hutan diakui secara legal dan aktual

Seluruh kawasan hutan ditetapkan sebagai kawasan hutan (penetapan kawasan hutan 100%) 65% 75% 85% 90% 100%

Tersedianya data dan informasi SDH

Sistem data dan informasi SDH mendukung KPH di 34 Provinsi

34 Provinsi

34 Provinsi

34 Provinsi

34 Provinsi

34 Provinsi

Terkendalinya penggunaan kawasan hutan

Persentase optimalisasi penatagunaan KH mendukung ketahanan pangan. energi dan air 100% 100% 100% 100% 100% 100%

Meningkatnya upaya pencegahan dampak lingkungan terhadap kebijakan wilayah dan sektor serta usaha dan kegiatan untuk menjaga daya dukung dan daya tampung

Seluruh pencegahan dampak lingkungan terhadap kebijakan wilayah dan sektor serta usaha dan kegiatan terlaksana 100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA 2015-2019

26

PERAN SEKTOR DALAM PEMBANGUNAN STRATEGIS NASIONAL DAN LH

Dengan Proporsi 63,66% dari Luas Daratan NKRI, maka KH berperan penting dalam pembangunan Nasional terutama terkait dengan penyediaan lahan khususnya untuk Pangan dan Energi, melalui:

1. Perubahan Peruntukan (KH menjadi Non KH) dan Fungsi KH Hutan (Parsial maupun terintegrasi dengan RTRWP)

2. Penggunaan Kawasan Hutan (IPPKH)

3. Peningkatan Kesejahteraan Rakyat melalui pemberian akses masyarakat mengelola hutan maupun penyelesaian TORA dari KH.

ARAHAN PERHUTANAN SOSIAL

No Uraian Luas (Ha) Keterangan

YANG DIPETAKAN

1 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin yang berada di hutan produksi

5.938.422Dasar permohonan untuk IUPHHK-HTR, HPHD, IUPHKm danKemitraan dengan KPH

2 Perhutanan sosial pada areal yang belum dibebani izin yang berada di hutan lindung

3.167.227Dasar permohonan untuk HPHD, IUPHKm dan Kemitraan denganKPH

3 Perhutanan sosial pada areal gambut2.222.167

Hanya dapat diberikan untuk pemanfaatan hasil hutan bukan kayudan pemanfaatan jasa lingkungan

J U M L A H I 11.327.816

YANG TIDAK DIPETAKAN

4 Potensi usaha kemitraan pada lokasi20% di wilayah pemegang IUPHHK-HT 2.134.286

Dasar permohonan PS melalui Kemitraan dengan pemegang ijinIUPHHK-HT, yang dipetakan adalah areal pemegang IUPHHK-HT.

5 Inisiatif hutan adat3.603.111

Pemanfaatan hutan adat dapat dilakukan sepanjang tidakmengganggu fungsinya

6 Areal indikatif akses masyarakat di hutankonservasi 620.021

a. PS dapat dilakukan pada semua jenis KK kecuali CA serta zonainti dan zona rimba pada Taman Nasional.

b. PS pada KK berupa pemberian akses pemanfaatan hutankonservasi melalui pemberian izin untuk memungut HHBK di zona/blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisonal, serta izinpengusahaan jasa wisata alam.

J U M L A H II 6.357.418

J U M L A H I dan II 17.685.234