rencana induk pembangunan industri nasional tahun 2015-2035

65
RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035 Kementerian Perindustrian Jakarta, 4 September 2014 Disampaikan pada acara: Focus Group Discussion Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015- 2035

Upload: livvy

Post on 04-Jan-2016

281 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035. Disampaikan pada acara: Focus Group Discussion Pembahasan Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035. Kementerian Perindustrian Jakarta, 4 September 2014. DAFTAR ISI. - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONALTAHUN 2015-2035

Kementerian PerindustrianJakarta, 4 September 2014

Disampaikan pada acara:Focus Group Discussion Pembahasan

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

tahun 2015-2035

Page 2: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

2

DAFTAR ISI

I PendahuluanII Visi dan Misi Pembangunan Industri III Sasaran, Strategi Dan Tahapan Pembangunan IndustriIV Bangun Industri NasionalV Perwilayahan IndustriVI Pembangunan Sumber Daya IndustriVII Pembangunan Sarana dan Prasarana IndustriVIII Pemberdayaan Industri

Page 3: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

3

RIPIN

PP

20 Thn

UU 3 TAHUN 2014 TTG PERINDUSTRIAN

KINPERPRES

5 Thn

RENJA PEMBANGUNAN

INDUSTRI

RIPIN paling sedikit meliputi :a. visi, misi, dan strategi pembangunan Industri;b. sasaran dan tahapan capaian pembangunan Industri;c. bangun Industri nasional;d. pembangunan sumber daya Industri;e. pembangunan sarana dan prasarana Industri;f. pemberdayaan Industri; dang. perwilayahan Industri.

PERMEN

KIN paling sedikit meliputi :a. sasaran pembangunan Industri;b. fokus pengembangan Industri;c. tahapan capaian pembangunan Industri;d. pengembangan sumber daya Industri;e. pengembangan sarana dan prasarana; f. pengembangan perwilayahan Industri;g. fasilitasi dan kemudahan.

RIPIN paling sedikit memper hatikan :a. potensi sumber daya Industri;b. budaya Industri dan kearifan lokal yang tumbuh di

masyarakat;c. potensi dan perkembangan sosial ekonomi wilayah;d. perkembangan Industri dan bisnis baik nasional maupun

internasional;e. perkembangan lingkungan strategis, baik nasional maupun

internasional; f. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang

Wilayah Provinsi, dan/atau Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota

1 Thn

Pasal 12 ayat 2

Pasal 9 ayat 2

Pasal 9 ayat 1

RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL (RIPIN)

Page 4: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

4

OUTLINE LAMPIRAN RPP TENTANG RIPIN

I. PendahuluanII. Visi dan Misi Pembangunan Industri III. Sasaran, Strategi Dan Tahapan Pembangunan IndustriIV. Bangun Industri Nasional

A. Kerangka Pikir Pembangunan Industri NasionalB. Penetapan Industri PrioritasC. Industri Prioritas Tahun 2015-2035D. Pentahapan Pembangunan Industri Prioritas

V. Perwilayahan IndustriA. Sasaran Pengembangan Perwilayahan IndustriB. Lingkup Perwilayahan Industri

1. Wilayah Pengembangan Industri2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)3. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri4. Pembangunan Kawasan Industri5. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

C. Program Pengembangan

Page 5: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

5

OUTLINE LAMPIRAN RPP TENTANG RIPIN

VI. Pembangunan Sumber Daya IndustriA. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) IndustriB. Pemanfaatan Sumber Daya AlamC. Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi IndustriD. Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan InovasiE. Penyediaan Sumber Pembiayaan

VII. Pembangunan Sarana dan Prasarana IndustriA. Standardisasi IndustriB. Infrastruktur Industri C. Sistem Informasi Industri Nasional

VIII. Pemberdayaan IndustriA. Industri Kecil Dan Industri Menengah B. Industri HijauC. Industri StrategisD. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri E. Kerjasama Internasional Dalam Bidang Industri

Page 6: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

6

I. PENDAHULUAN

Page 7: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

7

LATAR BELAKANGA

1. Masih lemahnya daya saing industri nasional,2. Belum kuat dan belum dalamnya struktur industri nasional,3. Kegiatan industri masih terkonsentrasi di Pulau Jawa,4. Belum optimalnya peran pemerintah dalam mendukung pengembangan sektor

industri.

Permasalahan Sektor Industri :

Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional

Pedoman bagi Pemerintah dan pelaku Industri dalam perencanaan dan pembangunan Industri dalam rangka mencapai tujuan pembangunan industri:1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta berwawasan

lingkungan;4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah

pemusatan atau penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;

5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan

Page 8: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

8

Perubahan jumlah dan komposisi penduduk, serta peningkatan

kesejahteraan

Perkembangan teknologi

Globalisasi proses produksi

Kelangkaan energi

Kelangkaan Bahan Baku Tidak Terbarukan

Peningkatan kepedulian terhadap lingkungan hidup

Peningkatan kebutuhan pangan

Paradigma manufaktur

Alih daya produksi dan kolaborasi

Ketersediaan tenaga kerja kompeten

1. Dinamika Sektor lndustri

PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGISB

Page 9: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

9

2. Perjanjian Kerjasama Perdagangan Internasional

perjanjian kerjasama perdagangan multilateral

perjanjian kerjasama perdagangan regional

perjanjian kerjasama perdagangan bilateral

Page 10: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

10

Permasalahan internal

•Lambannya birokrasi, •sinkronisasi kebijakan pusat-daerah, •regulasi yang tidak pro bisnis, •pembagian kewenangan yang tidak dilaksanakan, •Lemahnya koordinasi dengan pihak-pihak terkait, •Rendahnya kualitas SDM aparatur, •turn over pejabat pembina industri yang tinggi, serta•penempatan sumber daya manusia yang tidak sesuai dengan kompetensinya

Permasalahan eksternal

•ketersediaan infrastruktur dan lahan industri

3. Kebijakan Otonomi daerah

Page 11: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

11

II. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Page 12: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

12

A. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Menjadi Negara Industri Tangguh yang bercirikan:1. Struktur industri nasional yang kuat, dalam, sehat dan berkeadilan 2. Industri yang berdaya saing tinggi di tingkat global 3. Industri yang berbasis inovasi dan teknologi

1. mewujudkan Industri nasional sebagai pilar dan penggerak perekonomian nasional;2. mewujudkan kedalaman dan kekuatan struktur Industri;3. mewujudkan Industri yang mandiri, berdaya saing, dan maju, serta berwawasan lingkungan;4. mewujudkan kepastian berusaha, persaingan yang sehat, serta mencegah pemusatan atau

penguasaan Industri oleh satu kelompok atau perseorangan yang merugikan masyarakat;5. membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;6. mewujudkan pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna

memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional; dan7. meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara berkeadilan.

B. MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI

Page 13: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

13

III. SASARAN, STRATEGI DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI

Page 14: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

14

a. Meningkatnya pertumbuhan industri yang diharapkan dapat mencapai pertumbuhan 2 digit pada tahun 2035 sehingga share industri terhadap PDB mencapai 30 persen.

b. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri dengan mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, penolong dan barang modal, serta meningkatkan ekspor produk industri.

c. Tercapainya percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Indonesia.

d. Terwujudnya peningkatan kontribusi industri kecil terhadap pertumbuhan industri nasional;

e. Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi.f. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja yang kompeten di sektor industri.g. Kuatnya struktur industri dengan tumbuhnya industri hulu dan antara yang

berbasis sumber daya alam

SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRIA

1. Sasaran Kualitatif Pembangunan Industri

Page 15: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

15

2. Sasaran kuantitatif Pembangunan Industri

NO Indikator Pembangunan Industri Satuan 2014 2015 2020 2025 2035

1 Pertumbuhan sektor Industri Non Migas % 5,7 6,8 8,5 9,1 10,5

2 Share Industri non migas terhadap PDB % 20,8 21,2 24,9 27,4 30,0

3Share ekspor produk industri terhadap total ekspor

% 66,5 67,3 69,8 73,5 78,4

4 Jumlah tenaga kerja di sektor industriJuta

orang 14,88 15,44 18,44 21,73 29,19

(Persentase tenaga kerja di sektor industri terhadap total pekerja)

% 13,7 14,1 15,7 17,6 22,0

5Rasio impor bahan baku sektor industri terhadap PDB sektor industri non migas

% 43,5 43,1 26,9 23,0 20,0

6Realisasi Nilai Investasi sektor industri (Total PMA & PMDN)

Rp Trilyun 210 270 618 1.000 1.930

7Persentase nilai tambah sektor industri yang diciptakan di luar Pulau Jawa

% 29,00 30,00 32,00 35,00 40,00

Sumber : Kementerian Perindustrian, 2014

Page 16: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

16

a. Stabilitas politik dan ekonomi mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional antara 6-9 persen per tahun

b. Perkembangan ekonomi global dapat mendukung pertumbuhan ekspor nasional khususnya produk industri

c. Iklim yang mendorong peningkatan investasi dan pembiayaan di sektor industrid. Ketersediaan infrastruktur yang dapat mendukung peningkatan produksi dan kelancaran

distribusi e. Kualitas dan kompetensi SDM industri berkembang dan mendukung peningkatan

penggunaan teknologi dan inovasi di sektor industrif. Kebijakan terkait sumber daya alam yang mendukung pelaksanaan program hilirisasi

industri secara optimal g. Koordinasi antar Kementerian / Lembaga dan peran aktif pemerintah daerah dalam

pembangunan industri

3. Asumsi Penentuan Sasaran Kuantitatif

Page 17: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

17

1. Mengembangkan industri hulu dan antara berbasis sumber daya alam2. Pengendalian Ekspor Bahan Mentah dan Sumber Energi3. Meningkatkan penguasaan teknologi dan kualitas SDM industri.4. Mengembangkan Wilayah Pengembangan Industri (WPI), Wilayah Pusat

Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan Industri (KI), dan Sentra Industri Kecil dan Menengah.

5. Menyediakan langkah-langkah afirmatif berupa perumusan kebijakan, penguatan kapasitas kelembagaan dan pemberian fasilitas

6. Pembangunan sarana dan prasarana Industri 7. Pembangunan industri hijau8. Pembangunan industri strategis 9. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri 10. Kerjasama internasional bidang industri

STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONALB

Page 18: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

18

Tahap I 2015-2020Meningkatkan nilai tambah sumber daya alam

Tahap II 2020-2025Keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan

Tahap III 2025-2035Indonesia sebagai Negara Industri Tangguh

Catatan :Pentahapan pembangunan industri prioritas sejalan dengan tahapan pembangunan industri dalam RPJPN 2005-2025.

PENTAHAPAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PRIORITASC

Page 19: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

19

IV. BANGUN INDUSTRI NASIONAL

Page 20: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

20

Industri prioritas yang akan berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang, yang memiliki keunggulan komparatif berupa potensi

sumber daya alam, dan keunggulan kompetitif berupa sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

INDUSTRI ANDALAN

Industri prioritas yang akan berperan sebagai faktor pemungkin (enabler) bagi pengembangan industri andalan secara efektif, efisien, integratif dan komprehensif.

INDUSTRI PENDUKUNG

Industri prioritas yang bersifat sebagai basis industri manufaktur yang menghasilkan bahan baku yang dapat disertai perbaikan spesifikasi tertentu yang digunakan untuk industri hilirnya.

INDUSTRI HULU

Industri Prioritas1. Industri Andalan2. Industri Pendukung3. Industri Hulu

Modal Dasar1. Sumber daya alam2. Sumber daya manusia3. Teknologi, kreativitas dan

inovasi

Prasyarat1. Infrastruktur2. Kebijakan dan Regulasi3. Pembiayaan

BANGUN INDUSTRI NASIONAL

KERANGKA PIKIR PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONALA

Page 21: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

21

Faktor-faktor sumber daya yang digunakan dalam kegiatan industri untuk menghasilkan barang serta dalam penciptaan nilai tambah atau manfaat yang tinggi :a. Sumber daya alam b. Sumber daya manusia yang memiliki kompetensi kerja c. Pengembangan, penguasaan, dan pemanfaatan teknologi industri,

kreativitas serta inovasi

MODAL DASAR

kondisi ideal yang dibutuhkan sebagai syarat agar tujuan pembangunan industri dapat tercapai:a. Penyediaan infrastruktur industri di dalam dan di luar kawasan industri dan/atau

di dalam kawasan peruntukan Industri;b. Penetapan kebijakan dan regulasi yang mendukung iklim usaha yang kondusif bagi

sektor industri;c. Penyediaan alokasi dan kemudahan pembiayaan yang kompetitif untuk

pembangunan industri nasional

PRASYARAT

Page 22: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

22

1. Memenuhi kebutuhan dalam negeri dan substitusi impor (Memiliki pasar yang tumbuh pesat di dalam negeri).

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas penyerapan tenaga kerja (Berpotensi dan/atau mampu menciptakan lapangan kerja produktif).

3. Memiliki daya saing internasional (memiliki daya saing di pasar global).

4. Memberikan nilai tambah yang berkelanjutan di dalam negeri (Memiliki prospek untuk tumbuh pesat dalam kemandirian).

5. Memperkuat, memperdalam, dan menyehatkan struktur industri.6. Memiliki keunggulan komparatif, penguasaan bahan baku dan

teknologi.

1. Memperkokoh konektivitas ekonomi nasional.2. Menopang ketahanan pangan, kesehatan dan energi.3. Mendorong penyebaran dan pemerataan industri.

KRITERIA KUANTITATIF (BERDASARKAN PAST

PERFORMANCE)

KRITERIA KUALITATIF (BERDASARKAN VISI

KEDEPAN)

PENETAPAN INDUSTRI PRIORITASB

Page 23: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

23

Industri Pangan

Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan

Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka

Industri Alat Transportasi

Industri Elektronika dan Telematika (ICT)

Industri Pembangkit Energi

Industri Barang Modal, Komponen, Bahan

Penolong dan Jasa Industri

Industri Hulu Agro

Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam

Industri Kimia Dasar Berbasis Migas dan

Batubara

INDUSTRI PRIORITAS TAHUN 2015-2035C

Page 24: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

24

Industri Hulu AgroIndustri Hulu Agro Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan LogamIndustri Logam Dasar dan

Bahan Galian Bukan LogamIndustri Kimia Dasar Berbasis

Migas dan BatubaraIndustri Kimia Dasar Berbasis

Migas dan Batubara

Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri Industri Barang Modal, Komponen, Bahan Penolong dan Jasa Industri

Industri Farmasi, Kosmetik dan

Alat Kesehatan

Industri Farmasi, Kosmetik dan

Alat Kesehatan

Industri Alat TransportasiIndustri Alat Transportasi

Industri Elektronika &

Telematika (ICT)

Industri Elektronika &

Telematika (ICT)

Prasyarat

Industri Pendukung

Industri Andalan

Modal Dasar

Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki

dan Aneka

Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki

dan Aneka

VISI & MISI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL

Industri PanganIndustri Pangan

PembiayaanPembiayaanInfrastrukturInfrastruktur Kebijakan & RegulasiKebijakan & Regulasi

Teknologi, Inovasi & KreativitasTeknologi, Inovasi & KreativitasSumber Daya AlamSumber Daya Alam Sumber Daya ManusiaSumber Daya Manusia

Industri Pembangkit

Energi

Industri Pembangkit

Energi

Industri Hulu

BANGUN INDUSTRI NASIONALD

Page 25: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

25

V. PERWILAYAHAN INDUSTRI

Page 26: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

26

TUJUAN DAN SASARAN PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRIA

Pengembangan perwilayahan industri dilaksanakan dalam rangka percepatan penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan sasaran sebagai berikut:

1. Peningkatan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas luar Jawa dibanding Jawa dari 28% : 72 % pada tahun 2013 menjadi 40% : 60% pada tahun 2035.

2. Peningkatan kontribusi investasi sektor industri pengolahan non-migas di luar Jawa terhadap total investasi sektor industri pengolahan non migas nasional.

3. Penumbuhan kawasan industri sebanyak 36 kawasan yang memerlukan ketersediaan dengan lahan sekitar luas 50.000 Ha yang diprioritaskan berada di luar Jawa sampai dengan tahun 2035.

4. Pembangunan Sentra IKM baru minimal 1 Sentra IKM per Kabupaten/Kota, terutama di luar Jawa.

Page 27: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

27

1. Wilayah Pengembangan Industri (WPI)

Wilayah Pengembangan Industri (WPI) dikelompokkan berdasarkan

keterkaitan backward dan forward sumberdaya dan fasilitas

pendukungnya, serta memperhatikan jangkauan pengaruh kegiatan

pembangunan industri.

No. Wilayah Pengembangan Industri No Provinsi

1 Papua 1 Papua 2 Papua Barat 2 Papua Barat 3 Sulawesi Bagian Utara dan

Maluku 3 Sulawesi Utara 4 Gorontalo 5 Sulawesi Tengah 6 Sulawesi Tenggara 7 Maluku 8 Maluku Utara

4 Sulawesi Bagian Selatan 9 Sulawesi Barat 10 Sulawesi Selatan

5 Kalimantan Bagian Timur 11 Kalimantan Utara 12 Kalimantan Timur

6 Kalimantan Bagian Barat 13 Kalimantan Barat 14 Kalimantan Tengah 15 Kalimantan Selatan

7 Bali dan Nusa Tenggara 16 Bali 17 Nusa Tenggara Barat 18 Nusa Tenggara Timur

No. Wilayah Pengembangan Industri No Provinsi

8 Sumatera Bagian Utara 19 Aceh 20 Sumatera Utara 21 Sumatera Barat 22 Riau 23 Kep. Riau

9 Sumatera Bagian Selatan 24 Jambi 25 Bengkulu 26 Bangka Belitung 27 Sumatera Selatan 28 Lampung

10 Jawa 29 Banten 30 Jawa Barat31 DKI Jakarta32 DI Jogjakarta33 Jawa Tengah34 Jawa Timur

LINGKUP PERWILAYAHAN INDUSTRIB

Page 28: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

28

2. Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI)

Suatu wilayah dengan karakteristik tertentu yang berpotensi untuk menumbuhkan dan mengembangkan industri tertentu yang akan berperan

sebagai penggerak utama (prime mover) bagi pengembangan wilayah tersebut serta membawa peningkatan pertumbuhan industri dan ekonomi pada wilayah lain di sekitarnya dalam suatu wilayah regional atau provinsi

dengan batas-batas yang jelas.

DEFINISI WPPI

1. Potensi sumber daya alam (agro, mineral, migas) 2. Kelengkapan sistem logistik dan transportasi 3. Kebijakan affirmatif untuk pengembangan industri ke luar Pulau Jawa 4. Penguatan dan pendalaman rantai nilai 5. Kualitas dan kuantitas SDM 6. Memiliki potensi energi berbasis sumber daya alam (batubara, panas

bumi, air) 7. Memiliki potensi sumber daya air industri 8. Memiliki potensi dalam pewujudan industri hijau 9. Kesiapan jaringan pemanfaatan teknologi dan inovasi

KRITERIA WPPI

Page 29: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

29

DAERAH YANG DITETAPKAN SEBAGAI WPPI

No Lokasi Provinsi1 Lhokseumawe Aceh

2 Banda Aceh, Aceh Besar dan Pidie (KAPET BANDAR ACEH DARUSSALAM)

Aceh

3 Medan-Binjai-Deli Serdang-Serdang Bedagai

Sumatera Utara

4 Karo-Simalungun-Batubara Sumatera Utara

5 Dumai-Siak Riau6 Batam-Bintan Kep. Riau7 Muara Enim Sumatera Selatan

8 Banyuasin Sumatera Selatan

9 Lampung Bagian Selatan (Lampung Barat, Lampung Timur, Lampung Tengah, Tanggamus, Lampung Selatan)

Lampung

10 Cilegon-Serang-Tangerang Banten11 Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-

KarawangJawa Barat

12 Cirebon-Indramayu-Majalengka Jawa Barat 13 Kendal-Semarang-Demak Jawa Tengah

14 Tuban-Lamongan-Gresik-Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto-Bangkalan

Jawa Timur

No Lokasi Provinsi15 Pontianak-Landak-Sanggau-

Ketapang Kalimantan Barat

16 Tanah Bumbu-Kotabaru (KAPET BATULICIN)

Kalimantan Selatan

17 Samarinda, Balikpapan, dan Kutai Kertanegara (KAPET SASAMBA)

Kalimantan Timur

18 Bontang-Kutai Timur Kalimantan Timur

19 Tarakan Kalimantan Utara

20 Bitung-Manado-Tomohon-Minahasa-Minahasa Utara (KAPET MANADO BITUNG)

Sulawesi Utara

21 Morowali-Konawe-Pomala (Morowali + KAPET BANK SEJAHTERA SULTRA)

Sulawesi Tengah-Sulawesi Tenggara

22 Palu-Donggala-Parigi Mountong-Sigi (KAPET PALAPAS)

Sulawesi Tengah

23 Makassar-Maros-Gowa Sulawesi Selatan

24 Takalar-Jeneponto-Bantaeng Sulawesi Selatan

25 Halmahera Timur-Halmahera Tengah Maluku Utara

26 Pulau Morotai Maluku Utara

27 Mimika Papua

28 Teluk Bintuni Papua Barat

Page 30: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

30

3. Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri

Industri penggerak utama untuk setiap WPPI dan industri lainnya

haruslah dibangun dalam Kawasan Peruntukan Industri (KPI).

Pengembangan KPI dilakukan dengan mengacu pada RTRW masing-

masing kabupaten/kota. KPI adalah tempat berlokasinya kawasan

industri dan industri-industri di daerah yang tidak memiliki kawasan

industri. Bagi kabupaten/kota yang tidak termasuk dalam WPPI dan

tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak layak

secara teknis dan ekonomis, pengembangan industrinya dapat

dilakukan sepanjang berada di dalam KPI.

Page 31: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

31

4. Pembangunan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan industri akan diprioritaskan pada daerah-

daerah yang berada dalam WPPI. Daerah-daerah di luar WPPI yang

mempunyai potensi, juga dapat dibangun kawasan industri yang

diharapkan menjalin sinergi dengan WPPI yang sesuai. Dalam rangka

percepatan penyebaran industri keluar Pulau Jawa, pemerintah

membangun kawasan-kawasan industri sebagai infrastruktur industri

di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri. Pembangunan kawasan

industri sebagai perusahaan kawasan industri yang lebih bersifat

komersial didorong untuk dilakukan oleh pihak swasta.

Page 32: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

32

5. Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah

Pengembangan Sentra Industri Kecil dan Industri Menengah (Sentra

IKM) dilakukan pada setiap wilayah Kabupaten/Kota (minimal

sebanyak satu sentra IKM, terutama di luar Pulau Jawa) yang dapat

berada di dalam atau di luar kawasan industri. Bagi kabupaten/kota

yang tidak memungkinkan dibangun kawasan industri karena tidak

layak secara teknis dan ekonomis, maka pembangunan industri

dilakukan melalui pengembangan Sentra IKM yang perlu diarahkan

baik untuk mendukung industri besar sehingga perlu dikaitkan

dengan pengembangan WPPI, maupun sentra IKM yang mandiri yang

menghasilkan nilai tambah serta menyerap tenaga kerja.

Page 33: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

33

VI. PEMBANGUNAN SUMBER DAYA INDUSTRI

Page 34: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

34

PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA (SDM) INDUSTRIA

1. Pembangunan SDM industri difokuskan pada rencana pengembangan tenaga kerja industri. Pembangunan tenaga kerja industri bertujuan untuk menyiapkan tenaga kerja Industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri, meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor Industri dan memberikan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja Industri.

2. Sasaran yang akan dicapai meliputi:a. Sasaran penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas

berdasarkan jenis pekerjaan (manajerial dan teknisi)b. Sasaran Pembangunan Infrastruktur Kompetensi (SKKNI, asesor, LSP, TUK,

lembaga pendidikan berbasis komunitas)3. Program Pengembangan :

a. Pembangunan infrastruktur tenaga kerja industri berbasis Kompetensi b. Pembangunan tenaga kerja berbasis kompetensic. Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan pelatihan untuk

melengkapi unit pendidikan dan balai diklat melalui penyediaan laboratorium, teaching factory, dan workshop.

Page 35: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

35

Uraian Tahun

2015 2020 2035Jumlah Tenaga Kerja Industri Pengolahan Non Migas

15.439.320 18.435.206 29.185.712

1. Manajerial 1.836.478 2.257.644 3.918.182

2. Teknis 13.602.842 16.177.563 25.267.530

No Infrastruktur kompetensi 2015-2020 2020-2025 2025-20351 SKKNI bidang industri (standar) 100 100 200

2 Asesor kompetensi dan asesor lisensi (orang) 750 750 1.000

3 Lembaga Sertifikasi Profesi / LSP dan Tempat Uji Kompetensi / TUK (unit) 50 50 100

4 Tenaga kerja industri terampil di bidang industri berbasis kompetensi (ribu orang)

130 150 350

5 Tenaga kerja industri ahli di bidang industri yang tersertifikasi (ribu orang)

20 25 50

6 Lembaga Pendidikan / akademi komunitas berbasis kompetensi (unit)

20 25 50

Sasaran penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan menurut jenis pekerjaan

Sasaran Pembangunan Infrastruktur Kompetensi

Page 36: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

36

1. Pemanfaatan sumber daya alam untuk Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri diselenggarakan melalui prinsip tata kelola yang baik dengan tujuan untuk:a. pendalaman dan penguatan struktur Industri, b. peningkatan nilai tambah melalui proses pengolahan sumber daya alam;

danc. memenuhi kebutuhan dan keberlangsungan kegiatan Industri

2. Untuk mencapai tujuan pemanfaatan sumber daya alam tersebut, maka diproyeksikan kebutuhan dan pasokan sumber daya alam untuk industri hulu berbasis mineral tambang, migas dan batubara, serta agro .

3. Program Pengembangan :a. Pengelolaan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan

berkelanjutan melalui penerapan tata kelola yang baik b. Pelarangan atau pembatasan ekspor sumber daya alamc. Jaminan Penyediaan dan Penyaluran Sumber Daya Alam

PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAMB

Page 37: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

37

Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu

NO KELOMPOK

/ J ENIS INDUSTRI

KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM

KAPASITAS PRODUKSI (ton per tahun)

KEBUTUHAN BAHAN BAKU (ton per tahun) KETERSEDIAAN

BAHAN BAKU (J uta TON) 2015-2020 2020-2025 2025-2035 2015-2020 2020-2025 2025-2035

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

I INDUSTRI HULU BERBASIS MINERAL TAMBANG

1 Besi Baja Dasar 12 juta 17 juta 25 juta 20 juta 28 juta 40 juta

Cadangan bijih besi / pasir besi : 1.217 * Konsentrat dengan kandungan besi 62%

2 Nikel 200 ribu 250 ribu 300 ribu 11 juta 14 juta 17 juta

Cadangan bijih nikel : 2.905 * Total kandungan nikel Bahan baku nickel ore (1,8%)

3 Tembaga 500 ribu 750 ribu 1 juta 2 juta 3 juta 4 juta Cadangan bijih Tembaga : 3.044 * Kadar konsentrat 25%

4 Aluminium 300 ribu 600 ribu 1 juta 600 ribu 1,2 juta 2 juta

Cadangan bauksit : 1.129 * Bahan baku alumina kadar minimum 50%

Page 38: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

38

Proyeksi Kebutuhan dan Pasokan Sumber Daya Alam Industri Hulu

NO KELOMPOK

/ J ENIS INDUSTRI

KEBUTUHAN DAN PASOKAN SUMBER DAYA ALAM

KAPASITAS PRODUKSI (ton per tahun)

KEBUTUHAN BAHAN BAKU (ton per tahun) KETERSEDIAAN

BAHAN BAKU (J uta TON) 2015-2020 2020-2025 2025-2035 2015-2020 2020-2025 2025-2035

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

II INDUSTRI HULU BERBASIS MIGAS DAN BATUBARA;

1 Industri Petrokimia Hulu (olefin)

15,7 juta 20,5 juta 30 juta Gas : 7,3 juta

Batubara : 12,4 juta

Gas : 13,5 juta

Batubara : 23 juta

Gas : 19,7 juta

Batubara : 33,5 juta

Minyak bumi : 3,7 Milyar Barrel (503 juta ton)

Gas bumi : 152,89 TCF (3.142 juta ton)

CBM : 453,3 TCF (9.315 juta ton)

Shale gas : 574 TCF (11.796 juta ton)

Batubara : 21.131,84 juta ton

2 Industri Petrokimia Hulu (aromatik)

3,5 juta 4,2 juta 5,6 juta Minyak bumi : 71 juta

Minyak bumi : 82,3 juta

Minyak bumi :

105 juta

III INDUSTRI HULU BERBASIS AGRO

1 Industri Bahan Penyegar (kakao)

0,80 juta 1,05 juta 1,37 juta 0,90 juta 1,42 juta 1,85 juta Biji kakao: 2015-2019 : 1,36 2020-2024 : 2,04 2025-2035 : 2,86

2 Industri Oleofood, Oleokimia dan Kemurgi (kelapa sawit)

42,9 juta 59,5 juta 75 juta 25,3 juta 37,4 juta 47,5 juta CPO : 2015-2019 : 40 2020-2024 : 50 2025-2035 : 60

Page 39: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

39

1. Pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi industri bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional

2. Dalam rangka pengembangan, penguasaan dan pemanfaatan teknologi, maka perlu dipetakan kebutuhan teknologi yang akan dikembangkan untuk masing-masing kelompok industri prioritas.

3. Program Pengembangan :a. Peningkatan sinergi program kerjasama litbang antara balai-balai industri

dengan lembaga riset pemerintah, lembaga riset swasta, perguruan tinggi, dunia usaha dan lembaga riset untuk menghasilkan produk litbang yang aplikatif dan terintegrasi.

b. Implementasi pengembangan teknologi baru melalui pilot plant atau yang sejenis.

c. Pemberian jaminan resiko terhadap pemanfaatan teknologi yang dikembangkan berdasarkan hasil litbang dalam negeri melalui kerjasama dengan lembaga penjamin resiko pemanfaatan teknologi yang ditunjuk pemerintah.

d. Pemberian insentif bagi industri yang melaksanakan kegiatan R&D dalam pengembangan industri dalam negeri.

Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi IndustriC

Page 40: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

40

3. Program Pengembangan (lanjutan) :e. Pemberian insentif dalam bentuk royalti kepada unit R&D dan peneliti yang hasil

temuannya dimanfaatkan secara komersial di industrif. Peningkatan transfer teknologi melalui proyek putar kunci (turn key project)

apabila belum tersedia teknologi yang diperlukan di dalam negeri. g. Mendorong relokasi unit R&D milik perusahaan industri PMA melalui skema

insentif pajak (double tax deductable) terutama bagi industri yang berorientasi ekspor dan sifat siklus umur teknologinya singkat atau berubah cepat.

h. Meningkatkan kontribusi hasil kekayaan intelektual berupa desain, paten dan merk dalam produk industri untuk meningkatkan nilai tambah.

i. Melakukan audit teknologi terhadap teknologi yang dinilai tidak layak untuk industri antara lain boros energi, beresiko pada keselamatan dan keamanan, serta berdampak negatif pada lingkungan.

j. Mendorong tumbuhnya pusat-pusat inovasi (center of excellence) pada wilayah pusat pertumbuhan industri.

k. Mendorong terjadinya transfer teknologi dari perusahaan atau tenaga kerja asing yang beroperasi di dalam negeri.

l. Pemberian penghargaan bagi rintisan, pengembangan, dan penerapan teknologi industri

Page 41: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

41

1. Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi dimaksudkan untuk memberdayakan budaya Industri dan/atau kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat terutama dalam rangka pengembangan industri kreatif.

2. Ruang lingkup Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi meliputi:a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan

berinovasi; b. Pengembangan sentra Industri kreatif; c. Pelatihan teknologi dan desain; d. Konsultasi, bimbingan, advokasi, dan fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan

Intelektual khususnya bagi Industri kecil; dan e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif di dalam dan luar

negeri

Pengembangan dan Pemanfaatan Kreativitas dan InovasiD

Page 42: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

42

3. Program Pengembangan:a. Penyediaan ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan

berinovasi (Pembangunan techno park, pusat animasi dan pusat inovasi) b. Pengembangan sentra Industri kreatif (Bantuan mesin peralatan dan bahan

baku/penolong, Pembangunan UPT, Bantuan desain dan tenaga ahli, serta Fasilitasi pembiayaan)

c. Pelatihan teknologi dan desain (Pelatihan desain dan teknologi, dan Bantuan tenaga ahli)

d. Fasilitasi perlindungan Hak Kekayaan Intelektual (Konsultasi, bimbingan, advokasi HKI, serta Fasilitasi pendaftaran merk, paten, hak cipta dan desain industri)

e. Fasilitasi promosi dan pemasaran produk Industri kreatif (Promosi dan pameran di dalam negeri, Promosi dan pameran di luar negeri, dan Penyediaan fasilitas trading house di luar negeri)

Page 43: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

43

No SasaranPeriode

2015-2020 2020-2025 2025-2035

1 Bertambahnya ruang dan wilayah untuk masyarakat dalam berkreativitas dan berinovasi

10

12 23

2 Pengembangan Sentra Industri kreatif (% dari total sentra IKM yang dikembangkan/dikuatkan) 30 30 30

3 Terlatihnya SDM IKM di bidang teknologi dan desain (orang) 200 240 460

4 Fasilitasi Hak Kekayaan Intelektual bagi Industri kecil : a. paten 25 30 75b. desain industri 30 35 100c. hak cipta 30 35 100d. Merk 1.200 1.500 3.250

5 Terselenggaranya promosi dan pemasaran produk Industri kreatif:

a. luar negeri 11 15 24b. dalam negeri 29 40 60

Sasaran Pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan inovasi

Page 44: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

44

1. Dalam rangka pencapaian sasaran pengembangan industri nasional dibutuhkan pembiayaan investasi di sektor industri yang bersumber dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing, serta penanaman modal pemerintah khususnya untuk pengembangan industri strategis.

2. Berdasarkan UU No 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, pemerintah memfasilitasi ketersediaan pembiayaan yang kompetitif untuk pembangunan industri melalui pembentukan lembaga pembiayaan pembangunan industri yang berfungsi sebagai lembaga pembiayaan investasi di bidang industri.

Penyediaan Sumber Pembiayaan E

InvestasiTahun

2013 2015-2020 2020-2025 2025-2035

PMA (US$ Milyar) 15,9 119,4 203,2 706,9

PMDN (Rp Trilyun) 51,2 497,2 848,8 2.942,7

Proyeksi Penyediaan Sumber Pembiayaan secara kumulatif

Page 45: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

45

VII.PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI

Page 46: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

46

STANDARDISASI INDUSTRIA

1. Standardisasi industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor.

2. Pengembangan Standardisasi industri meliputi perencanaan, pembinaan, pengembangan dan Pengawasan untuk Standar Nasional Indonesia (SNI), Spesifikasi Teknis (ST) dan Pedoman Tata Cara (PTC)

3. Sasaran pengembangan standardisasi industri meliputi a. Penyusunan rancangan dan pemberlakuan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau Pedoman

Tata Carab. Pembentukan Lembaga sertifikasi produk untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian c. Penyediaan Laboratorium penguji, lembaga inspeksi, laboratorium kalibrasi untuk

pelaksanaan penilaian kesesuaiand. Peningkatan Auditor/asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, dan petugas kalibrasi

untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian e. Peningkatan kuantitas Petugas Pengawas Standar Industri (PPSI) dan Penyidik

Pegawai Negeri Sipil Industri (PPNS-I)4. Program Pengembangan :

a. Pengembangan standardisasi industri dalam rangka peningkatan kemampuan daya saing industri

b. Pengembangan infrastruktur untuk menjamin kesesuaian mutu produk industri dengan kebutuhan dan permintaan pasar

Page 47: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

47

No UraianTarget

2015-2020 2020-2025 2025-20351 Tersusunnya Rancangan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau

Pedoman Tata Cara sesuai kebutuhan industri prioritas (judul)

500 1.000 2.000

2 Diberlakukannya SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau Pedoman Tata Cara secara wajib untuk kelompok industri prioritas (regulasi)

50 50 100

3 Terbentuknya Lembaga sertifikasi produk untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian (unit)

10 10 20

4 Tersedianya Laboratorium penguji, lembaga inspeksi, laboratorium kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian (unit)

15 15 30

5 Meningkatnya jumlah auditor/ asesor, petugas penguji, petugas inspeksi, dan petugas kalibrasi untuk pelaksanaan penilaian kesesuaian (orang)

500 500 1.000

6 Meningkatnya jumlah Petugas Pengawas Standar Industri (PPSI) dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Industri (PPNS-I) untuk pelaksanaan pengawasan penerapan SNI, Spesifikasi Teknis dan/atau Pedoman Tata Cara (orang)

500 1.000 2.000

Sasaran penambahan kebutuhan standardisasi industri

Page 48: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

48

Infrastruktur yang diperlukan oleh industri, baik yang berada di dalam dan/atau di luar Kawasan Peruntukan Industri, meliputi energi dan lahan kawasan industri.

INFRASTRUKTUR INDUSTRI B

No Jenis Energi Tahun2014 2020 2025 2035

1 Listrik (GWh) 70.777 123.554 178.845 446.993 2 Gas (Milyar MBTu) 482.937 621.712 782.691 1.559.8313 Batubara (ribu ton) 33.571 45.238 58.571 83.095

Proyeksi Kebutuhan Energi untuk Industri Tahun 2014-2035

1. Energi

Untuk mendukung pertumbuhan industri nasional yang ditargetkan, diperlukan penyediaan energi baik yang bersumber dari listrik, gas maupun batubara. Program penyediaan kebutuhan energi untuk industri meliputi:a. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyusunan rencana penyediaan

energi untuk mendukung pembangunan industri;b. Pembangunan pembangkit listrik untuk mendukung pembangunan industri;c. Pembangunan dan pengembangan jaringan transmisi dan distribusi; d. Pengembangan sumber energi yang terbarukan;e. Diversifikasi dan konservasi energi; danf. Pengembangan industri pendukung pembangkit energi.

Page 49: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

49

Tujuan pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalah a. memberikan kemudahan dalam memperoleh lahan industri yang siap pakai dan/atau

siap bangun, b. jaminan hak atas tanah yang dapat diperoleh dengan mudah, c. tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh investor, dan/atau d. kemudahan dalam mendapatkan perizinan. Program penyediaan lahan kawasan industri dan/atau kawasan peruntukan industri meliputi:e. Koordinasi antar kementerian/lembaga terkait dalam penyelesaian aspek-aspek yang

terkait pertanahan.f. Penyusunan rencana pembangunan kawasan industri, termasuk analisis kelayakan

dan penyusunan rencana induk (masterplan).g. Pembentukan kelembagaan dan regulasi bank tanah (Land Bank) untuk

pembangunan kawasan industri. h. Pembangunan kawasan industri. i. Koordinasi antar Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota dengan kementerian/lembaga

terkait untuk penetapan kawasan peruntukan industri dalam RTRW Kabupaten /Kota.

j. Melakukan review terhadap pengembangan KPI

2. Lahan Industri

Page 50: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

50

Uraian Tahun2015-2020 2020-2025 2025-2035

Kebutuhan lahan kawasan industri (Ha) 6.000 9.000 35.000

Kebutuhan lahan non-kawasan industri di dalam Kawasan Peruntukan Industri (Ha)

4.000 6.000 25.000

Total Kebutuhan Lahan Industri (Ha) 10.000 15.000 60.000

Jumlah Kawasan Industri yang akan dibangun (unit)

4 6 26

Proyeksi Kebutuhan Lahan Kawasan Industri dan Jumlah Kawasan Industri Baru Tahun 2015-2035

Uraian 2015-2020 2020-2025 2025-2035

Total Kebutuhan Lahan Industri (Ha) 10.000 15.000 60.000Daya Listrik (MW per tahun) 600 900 3.900Air baku (juta m3 per tahun) 50 75 325Telekomunikasi (ribu sst) 300 450 1.800Kapasitas Angkut (TEUs per tahun) 80.000 120.000 480.000

Proyeksi Tambahan Kebutuhan Daya Listrik, Air Baku, Telekomunikasi dan Kapasitas Angkut untuk Industri Tahun 2015-2035

Page 51: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

51

a. Tujuan Pembangunan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINAS) :i. Menjamin ketersediaan, keamanan/kerahasiaan, kualitas, dan akses terhadap data dan/atau

informasi industri ii. Mempercepat pengumpulan, penyampaian/pengadaan, pengolahan / pemrosesan, analisis,

penyimpanan, dan penyajian, termasuk penyebarluasan data dan/atau informasi industri yang akurat, lengkap, dan tepat waktu

iii. Meningkatkan efisiensi, inovasi, dan pelayanan publik dalam mendukung pembangunan industri

b. Sasaran penyelenggaraan Sistem Informasi Industri Nasional meliputi:i. Terlaksananya penyampaian data industri dan data kawasan industri secara online.ii. Tersedianya data perkembangan dan peluang pasar, serta data perkembangan teknologi

industri.iii. Tersedianya sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan stakeholders.iv. Tersedianya infrastruktur teknologi informasi dan tata kelola yang handal.v. Terkoneksinya Sistem Informasi Industri Nasional dengan sistem informasi yang

dikembangkan oleh kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota, dalam rangka pertukaran data.

vi. Tersedianya model sistem industri sebagai dasar dalam penyusunan kebijakan nasional.vii. Tersosialisasikannya Sistem Informasi Industri Nasional kepada seluruh stakeholders.viii. Terpublikasikannya laporan hasil analisis data industri secara berkala

3. Sistem Informasi Industri Nasional

Page 52: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

52

c. Institusi-institusi pemilik sistem informasi yang terhubung dengan Sistem Informasi Industri Nasional secara garis besar terdiri atas: i. Kementerian atau lembaga pemerintah non kementerian.ii. Pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota, termasuk Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (PTSP) di daerah, dan insitusi yang membidangi perindustrian.iii. Institusi di negara lain atau organisasi internasional

d. Tahapan pengembangan Sistem Informasi Industri Nasional i. Tahap Perencanaan (2015-2016)ii. Tahap Pengembangan Sistem (2015-2018)iii. Tahap Pengolahan Data dan Penyebarluasan Informasi (2015-2020)iv. Tahap Pengembangan Interkoneksi (2016-2020)

Page 53: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

53

VIII. PEMBERDAYAAN INDUSTRI

Page 54: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

54

INDUSTRI KECIL DAN INDUSTRI MENENGAH (IKM)A

1. Pemberdayaan IKM dimaksudkan untuk untuk mewujudkan IKM yang berdaya saing, berperan signifikan dalam penguatan struktur Industri nasional, berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui pemerataan pembangunan industri, perluasan kesempatan kerja, dan menghasilkan barang dan/atau Jasa Industri untuk pasar dalam negeri dan ekspor.

2. Program yang dilakukan dalam rangka pemberdayaan IKM meliputi :a. Penguatan kapasitas kelembagaan bagi IKMb. Pemberian fasilitas bagi IKM

3. Kebijakan afirmatif untuk IKM meliputi:a. Pengembangan IKM yang sejalan dengan penguatan struktur industri dengan

memperbesar keterkaitan antara industri besar dengan IKMb. Meningkatkan akses IKM terhadap sumber pembiayaanc. Mendorong tumbuhnya kekuatan bersama sehingga terbentuk kekuatan kolektif untuk

menciptakan skala ekonomis melalui standardisasi, procurement dan pemasaran bersama

d. Perlindungan dan fasilitasi terhadap inovasi baru dengan mempermudah pengurusan hak kekayaan intelektual bagi kreasi baru yang diciptakan IKM.

e. Diseminasi informasi dan fasilitasi promosi dan pemasaran di pasar domestik dan ekspor.

f. Menghilangkan bias kebijakan yang menghambat dan mengurangi daya saing industri kecil

Page 55: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

55

No Sasaran Periode2015-2020 2020-2025 2025-2035

I PENGUATAN KELEMBAGAAN 1 Penguatan Sentra IKM (sentra) 1.090 1.305 2285

2 Revitalisasi dan pembangunan Unit Pelayanan Teknis (UPT) 110 260 685

3 Penyediaan Tenaga Penyuluh Lapangan (orang) 1.000 1.200 2.100

4 Penyediaan Konsultan Industri kecil dan Industri menengah (orang) 590 649 1282

Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM

Page 56: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

56

No Sasaran Periode

2015-2020 2020-2025 2025-2035II PEMBERIAN FASILITAS 1 Peningkatan kompetensi SDM (Orang) 545 760 14152 Pemberian bantuan dan bimbingan teknis (unit IKM) 8805 14290 39350

3 Pemberian bantuan serta fasilitasi bahan baku dan bahan penolong (unit IKM) 600 975 2300

4 Pemberian bantuan mesin atau peralatan (unit IKM) 815 1165 26655 Pengembangan produk (unit IKM) 2065 2650 6390

6 Pemberian bantuan pencegahan pencemaran lingkungan hidup (unit IKM) 85 135 365

7 Pemberian bantuan informasi pasar, promosi, dan pemasaran (unit IKM) 1150 1500 2200

8 Fasilitasi akses pembiayaan (unit IKM) 5200 6300 12600

9 Penyediaan Kawasan Industri untuk IKM yang berpotensi mencemari lingkungan (Kawasan) 10 10 15

10 Fasilitasi kemitraan antara industri kecil, menengah dan besar (unit IKM) 145 280 790

11 Fasilitasi HKI terhadap IKM (unit IKM) 1250 1500 3250

12 Fasilitasi penerapan standar mutu produk bagi IKM (unit IKM) 2500 3000 6000

Sasaran Penguatan Kelembagaan dan Pemberian Fasilitas IKM

Page 57: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

57

1. Industri hijau bertujuan untuk efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat.

2. Lingkup penerapan industri hijau meliputi standardisasi, sertifikasi dan pemberian fasilitas untuk industri hijau.

3. Strategi pengembangan industri hijau akan dilakukan yaitu: a. mengembangkan industri yang sudah ada menuju industri hijau; dan b. membangun industri baru dengan menerapkan standar industri hijau

5. Program yang dilakukan dalam rangka mewujudkan industri hijau :a. Penetapan standar industri hijaub. Pembangunan dan pengembangan lembaga sertifikasi industri hijau yang

terakreditasi serta peningkatan kompetensi auditor industri hijauc. Pemberian bantuan prasarana dan fasilitas untuk industri hijau

INDUSTRI HIJAUB

Page 58: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

58

NO URAIANPERIODE

2015-2020 2020-2025 2025-20351 Tersusunnya standar industri hijau (jenis

industri) 50 50 200

2 Terakreditasinya lembaga sertifikasi (unit) 25 30 603 Tersertifikasi auditor industri hijau (orang) 100 200 300

4 Bantuan prasarana industri hijau pada sentra IKM (unit) 50 50 100

5 Bantuan fasilitasi untuk sertifikasi industri hijau (kegiatan) 20 20 50

Sasaran Pengembangan Industri Hijau

Page 59: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

59

1. Industri strategis adalah Industri yang :a. memenuhi kebutuhan yang penting bagi kesejahteraan rakyat atau menguasai hajat

hidup orang banyak; b. meningkatkan atau menghasilkan nilai tambah sumber daya alam strategis; dan/atau c. mempunyai kaitan dengan kepentingan pertahanan serta keamanan negara

2. Industri strategis dikuasai oleh negara melalui :a. pengaturan kepemilikan; b. penetapan kebijakan; c. pengaturan perizinan; d. pengaturan produksi, distribusi, dan harga; dan e. pengawasan.

3. Strategi pembangunan industri strategis sebagai berikut:a. Mengembangkan industri hulu dan antara dalam rangka meningkatkan nilai tambah

sumber daya alam strategis, mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku, dan sekaligus memperkuat struktur industri nasional;

b. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketersediaan energi dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil;

c. Mengembangkan teknologi tinggi untuk meningkatkan efisiensi, mutu dan daya saing produk hasil industri yang memiliki keunggulan kompetitif.

d. Mengembangkan industri yang dapat meningkatkan ketahanan pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

INDUSTRI STRATEGISC

Page 60: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

60

4. Program pengembangan industri strategis sebagai berikut:a. Penyertaan modal seluruhnya oleh pemerintah pada industri strategis tertentub. Pembentukan usaha patungan antara pemerintah dan swasta dalam pembangunan

industri strategisc. Pengalihan sebagian modal yang dimiliki pemerintah pada industri strategis kepada

pemerintah daerahd. Pemberian Fasilitas kepada Industri Strategis yang melakukan:

i. pendalaman struktur;ii. penelitian dan pengembangan teknologi;iii. pengujian dan sertifikasi;iv. restrukturisasi mesin dan peralatan;

e. Renegosiasi kepemilikan industri strategis oleh pemerintah yang dimiliki oleh swasta nasional atau asing.

f. Pengkajian potensi industri strategis yang perlu dikembangkan

Page 61: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

61

1. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN) merupakan suatu kebijakan pemberdayaan industri yang bertujuan untuk:a. Meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh pemerintah, badan

usaha dan masyarakat. b. Memberdayakan industri dalam negeri melalui pengamanan pasar domestik,

mengurangi ketergantungan kepada produk impor, dan meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

c. Memperkuat struktur industri dengan meningkatkan penggunaan barang modal, bahan baku, komponen, teknologi dan SDM dari dalam negeri.

2. Sasaran Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri meliputi:a. Peningkatan penggunaan produk dalam negeri oleh Kementerian / Lembaga

Negara, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Badan Usaha Swasta maupun masyarakat.

b. Peningkatan capaian nilai Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). c. Peningkatan jumlah produk yang tersertifikasi TKDN.d. Peningkatan kecintaan dan kebanggaan masyarakat akan produk dalam negeri

PENINGKATAN PENGGUNAAN PRODUK DALAM NEGERI D

Page 62: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

62

3. Program peningkatan penggunaan produk dalam negeri :a. Sosialisasi kebijakan dan promosi P3DN melalui media elektronik, media cetak,

pameran dan talk show.b. Pemberian insentif sertifikasi TKDN.c. Program membangun kecintaan, kebanggaan dan kegemaran penggunaan produk

dalam negeri melalui pendidikan.d. Pemberian insentif kepada badan usaha swasta yang konsisten menggunakan

produk dalam negeri.e. Audit kepatuhan pelaksanaan kewajiban peningkatan penggunaan produk dalam

negeri.f. Pemberian penghargaan Cinta Karya Bangsa. g. Monitoring dan evaluasi dampak kebijakan P3DN bagi peningkatan daya saing dan

penguatan struktur industri.

UraianTahun

2020 2025 2030 2035Persentase Belanja Modal Pemerintah untuk pengadaan barang/jasa produksi Dalam Negeri (persen)

25 30 35 40

Sasaran Penggunaan Belanja Modal dari APBN untuk pengadaan barang/jasa produksi Dalam Negeri

Page 63: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

63

1. Kerjasama internasional bidang industri bertujuan untuk :a. melindungi dan meningkatkan akses pasar produk industri dalam negeri;b. membuka akses sumber daya industri yang mendukung peningkatan produktivitas dan

daya saing industri dalam negeri;c. meningkatkan integrasi industri dalam negeri kedalam jaringan rantai suplai global,

dan;d. meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan industri di dalam negeri.

2. Lingkup kerja sama internasional di bidang industri meliputi:a. Pemanfaatan akses pasar produk industri;b. Peningkatan kapasitas sumber daya industri;c. Pemanfaatan rantai suplai global, d. Peningkatan investasi industri, dan e. Pengolahan data dari kegiatan industrial intelligence di Negara akreditasi.

3. Program yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri antara lain:a. Perlindungan dan peningkatan akses pasar internasional produk industrib. Peningkatan Akses Sumber Daya Industri yang dibutuhkan dalam mendukung

peningkatan produktivitas Industri Dalam Negeric. Pengembangan jaringan rantai suplai global d. Peningkatan kerja sama investasi di sektor industri

KERJASAMA INTERNASIONAL DALAM BIDANG INDUSTRIE

Page 64: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

64

Sasaran Pengembangan Kerjasama Internasional di Bidang Industri

No Sasaran Periode

2015-2020 2020-2025 2025-2035

1 Penambahan jumlah negara sebagai pasar utama / main countries produk industri (negara)

2 2 5

2 Meningkatnya akses industri nasional untuk memanfaatkan sumber daya teknologi industri melalui kerjasama teknik (kerjasama)

5 5 10

3 Meningkatnya pemanfaatan jaringan rantai suplai global (rantai suplai)

5 5 10

4 Terselenggaranya forum investasi industri diluar negeri (forum)

15 15 30

Page 65: RENCANA INDUK PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2035

Kementerian PerindustrianGedung Kementerian Perindustrian Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta SelatanTelp/Fax : (021) 5255509 Website :

http://kemenperin.go.id

TERIMA KASIH