profil · 2020. 6. 22. · nomor kp. 2128 tahun 2018 tentang rencana induk perkeretaapian nasional....

31
PROFIL POTENSI DAN PELUANG INVESTASI SEKTOR ENERGI DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH 2019

Upload: others

Post on 31-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PROFIL

    POTENSI DAN PELUANG INVESTASISEKTOR ENERGI

    DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

    PROVINSI JAWA TENGAH

    2019

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

    penyusunan buku Investment Project Ready To Offer (IPRO) dan Profil Potensi

    dan Peluang Investasi sektor Energi (Distribusi Energi melalui pemanfaatan Jalur

    Kereta Api). Penyusunan buku ini dilatarbelakangi perlunya kebutuhan energi

    yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktvitas

    ekonomi. Energi dalam kajian ini meliputi kebutuhan (demand) dan ketersediaan

    (supply) yang akan digunakan utamanya untuk mendukung sektor industri di

    wilayah Jawa Tengah.

    Dengan kondisi seperti di atas, berkaitan dengan Peluang Distribusi

    Energi melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api sangat penting untuk segera

    dilaksanakan. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada narasumber dari

    Pemerintah Kabupaten/Kota, pihak-pihak terkait, maupun pendamping kegiatan

    dari Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas

    Diponegoro, Semarang. Dengan harapan agar informasi ini dapat memicu

    tumbuhnya industry di Provinsi Jawa Tengah.

    Semarang, 2019

    KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

    PROVINSI JAWA TENGAH

    RATNA KAWURI, SH

  • INVESTMENT PROJECT READY TO OFFER ( IPRO)

    POTENSI DAN PELUANG

    DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API

    DI PROVINSI JAWA TENGAH

    DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH

  • Jawa Tengah merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang berbatasan dengan

    wilayah Provinsi Jawa Barat disisi barat, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) disisi selatan, Provinsi Jawa Timur disisi timur, dan dan Laut

    Jawa disisi utara. Luas wilayahnya 32.548 km², atau sekitar 28,94% total luas

    pulau Jawa. Dan Jawa Tengah, memiliki peranan penting dalam pembangunan

    skala nasional Indonesia. Letaknya yang berada di tengah Pulau

    Jawa membuat Jawa Tengah menjadi titik penting yang menghubungkan

    daerah-daerah di timur maupun barat Jawa melalui jalur udara, jalur laut dan jalur

    daratan.

    Gambar 1. Kedudukan Provinsi Jawa Tengah Pada Sistem Regional Pulau Jawa

    A. KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR JALUR KERETA API

    Infrastruktur Kereta Api Jawa Tengah, memiliki 131 Stasiun yang tersebar di

    wilayah bagian utara, tengah dan selatan. Terdapat 77 yang aktif saat ini. Stasiun

    terbagi atas 10 St.Besar, 11 St.Sedang, 115 St. Kecil. Dari seluruh stasiun yang

    ada, dibawahi oleh 4 Daerah Operasional (DAOP) Kereta Api. Total panjang Rel

    Kereta yaitu 1.557 Km yang terdiri dari 894 Km beroperasi dan 663 Km tidak

    beroperasi. Saat ini, 42,58% dari total jalur kereta api dalam kondisi tidak

    beroperasi. Rel Kereta Api khususnya di wilayah Jawa Tengah, jaringan yang

    ada berbentuk melingkar (loop) dan telah mampu menghubungkan Kabupaten/

    Pusat Kegiatan Nasional/ Global Pintu Gerbang Nasional

    Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

    Jalan Arteri Primer (Pulau Jawa)

    Orientasi Eksternal

    https://id.wikipedia.org/wiki/Provinsi_Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Barathttps://id.wikipedia.org/wiki/Samudra_Hindiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakartahttps://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Istimewa_Yogyakartahttps://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawahttps://id.wikipedia.org/wiki/Laut_Jawahttps://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Indonesiahttps://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawahttps://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Jawahttps://id.wikipedia.org/wiki/Jawa_Tengahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Jawa

  • Kota strategis di Jawa Tengah. Pada sisi utara, jaringan rel KA menghubungkan

    Kabupaten/ Kota seperti Tegal, Pekalongan, Semarang, Purwodadi, hingga

    Blora. Jaringan utara ini juga menghubungkan wilayah di atas dengan Provinsi

    Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk jaringan yang menghubungkan Utara ke

    Selatan atau sebaliknya, terdapat 2 jaringan yaitu Tegal/ Cirebon – Bumiayu –

    Purwokerto – Cilacap dan Semarang – Purwodadi – Solo – Yogyakarta.

    Kemudian pada jaringan di selatan, terdapat lintasan dari Banjar – Kebumen –

    Purworejo – Yogyakarta. Jaringan lintas selatan ini juga menghubungkan wilayah

    di atas dengan Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur.

    Tabel 1. Tahapan Pengembangan Jalur Kereta Api (Reaktivasi) di Jawa Tengah

    Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

  • Gam

    bar

    2.

    Infr

    ast

    ruktu

    r Jalu

    r K

    ere

    ta A

    pi

    Eksi

    stin

    g d

    an R

    encana (

    Reakti

    vasi

    ) di Jaw

    a T

    engah

    ST

    . T

    EG

    AL

    ST

    . PEK

    ALO

    NG

    AN

    ST

    . SEM

    AR

    AN

    G

    ST

    . PU

    RW

    OD

    AD

    I

    ST

    . SO

    LO

    ST

    . K

    EBU

    MEN

    ST

    . C

    ILA

    CA

    P

    ST

    . PU

    RW

    OK

    ER

    TO

    Jalu

    r K

    A E

    ksi

    stin

    g :

    Jalu

    r K

    A R

    eakti

    vit

    as

    :

  • B. SEBARAN INDUSTRI

    Total Luas Kawasan Industri baik eksisting maupun rencana adalah sebesar ±

    24.457,78 Ha dengan potensi logistic sebesar 2.514.807 TEUs/tahun. Untuk saat

    ini (2018), luas lahan eksisting untuk kawasan Industri di wilayah Kendal –

    Semarang sebesar ± 3.570 Ha dengan potensi logistik 885.560 TEUs/tahun.

    Sementara itu, kapasitas Pelabuhan Tanjung Mas saat ini, sebesar 608.201

    TEUs/tahun.

    Gambar 3. Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Semarang) dan Rencana Pengembangan KITW Technopark

    C. KEBUTUHAN GAS WILAYAH JAWA TENGAH

    Jawa Tengah, tahun 2012 – 2025 mengalami defisit pasokan gas bumi. Tahun

    2019, nilai defisit mencapai -256 mmscfd. Hal ini mencerminkan bahwa

    kebutuhan energi gas di Jawa Tengah sangat tinggi. Dari sudut pandang supply

    energi gas bumi, defisit ini dipandang sebagai peluang untuk memenuhi

    kebutuhan (Demand) energi gas.

    D. SEBARAN INDUSTRI PADA JARINGAN KERETA API JAWA TENGAH

    Industri di Provinsi Jawa Tengah, sebagian besar berada di wilayah bagian utara

    yang terbentang dari Tegal hingga Rembang. Konsentrasi titik lokasi industri

    tertinggi berada di wilayah Kedungsepur dengan pusatnya berada di Kota

  • Semarang. Untuk sebaran industri di wilayah bagian tengah berada pada koridor

    Banyumas, Purbalingga, Temanggung hingga Surakarta. Sedangkan disisi

    selatan berada pada koridor Cilacap hingga Kebumen dengan konsentrasi

    tertinggi berada di Cilacap. Berdasarkan sebaran Industri di Jawa Tengah, hanya

    ± 50 % dari total jumlah Industri yang berada di dekat jaringan Rel Kereta Api,

    dengan radius 0 – 10 Kilometer. Sisanya berada diluar jangkauan tersebut,

    namun terhubung dengan baik oleh jaringan jalan eksisting ke jaringan kereta api

    terdekat.

    Gambar 1 Sebaran Industri di Wilayah Jawa Tengah

    E. KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR INDUSTRI DI JAWA TENGAH

    Gambar 4. Sebaran Kebutuhan Energi Sektor Industri di Wilayah Jawa Tengah

    KORIDOR UTARA

    KORIDOR TENGAH

    KORIDOR SELATAN

    Cirebon

    -

    Rencana Ruas Transmisi

    Ruas Transmisi Kepodang –

    Kendal 23.9

    MMSCFD

    Solo-Sukoharjo-

    Sragen

    Salatiga-Boyolali

    1.7

    Magelang-DIY-Klaten

    1.6 MMSCFD

    Demak-Rembang

    Semarang-Ungaran

    7.7

    Rencana Ruas

    Transmisi

    SEMARANG

  • Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah Sebesar 63

    MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan volume

    mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih menggunakan Gas Bumi.

    F. BESARAN PELUANG BERDASARKAN PENGEMBANGAN KONSEP

    DISTRIBUSI ENERGI HUB AND SPOKE

    Berdasarkan potensi, peluang, demand and supply gas bumi saat ini, sebaran

    lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan layanan kereta api di Jawa

    Tengah, maka sistem distribusi energi gas bumi melalui pemanfaatan jalur kereta

    api, dapat dibangun dengan sistem HUB and SPOKE. Konsep ini memanfaatkan

    jaringan rel kereta berbentuk loop, tank storage (gas) yang bersumber dari blok

    cepu, pipa transmisi gresik dan supply dari luar Jawa Tengah yang diterima di

    Kota Semarang.

    Gambar 5 Lokasi Hub and Spoke Pada Sistem Distribusi Energi melalui

    Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah

  • PROFIL POTENSI DAN PELUANG

    INVESTASI SEKTOR ENERGI

    DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN

    JALUR KERETA API

    DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

    PROVINSI JAWA TENGAH 2019

  • POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

    I. PENDAHULUAN

  • I.1. LATAR BELAKANG

    Kebutuhan energi semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan

    penduduk dan aktvitas ekonomi. Pada satu sisi, ketersediaan energi semakin

    terbatas, sehingga ada upaya untuk tidak hanya tergantung pada supply energi

    yang ada selama ini, namun mulai diupayakan mencari energi alternatif baik yang

    terbarukan maupun tidak terbarukan. Salah satu energi yang potensial dalam

    pemanfaatannya di masa depan adalah berbasis gas. Energi dalam kajian ini

    meliputi kebutuhan (demand) dan ketersediaan (supply) yang akan digunakan

    utamanya untuk mendukung sektor industri di wilayah Jawa Tengah. Jalur Kereta

    Api sebagai Moda Utama digunakan untuk pendistribusian yang akan

    diintegrasikan dengan moda transportasi lainnya baik darat maupun laut.

    Jalur kereta api yang dimiliki oleh Jawa Tengah hampir menjangkau kota-

    kota utama yang ada, berbentuk pola loop (melingkar). Jalur Pantura dan Jalur

    Pansela dihubungkan oleh koridor utara-selatan di bagian barat dan bagian

    timur. Di bagian tengah pantura sebagai pintu gerbang ke arah luar, baik skala

    regional maupun global, proses arus melingkar ini akan berperan penting untuk

    menciptakan pertumbuhan dan perkembangan wilayah yang merata di Provinsi

    Jawa Tengah.

    Produksi Konsumsi

    Pemetaan Aset

    Multiplier Effect

    Pertumbuhan Ekonomi & Wilayah

    JAWA TENGAH

    Ketersediaan Kebutuhan Energi

    DISTRIBUSI ENERGI

    Angk. Jalan KERETA API Angk. Laut Angk. Udara

    Jaringan Infrastruktur Pendukung

    Jaringan Infrastruktur Utama

    Gambar 1 Grafik Simulasi Biaya Transportasi Logistik

  • POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

    II. POTENSI JAWA TENGAH

  • II.1. POSITIONING JAWA TENGAH

    Provinsi Jawa Tengah secara geografis terletak antara 50 4’ dan 80 3’ Lintang

    Selatan dan antara 1080 30’ dan 1110 30’ Bujur Timur, dengan luas wilayah

    32.548 km², atau sekitar 25,04% dari luas pulau Jawa (1,70 persen dari luas

    Indonesia). Secara administratif Provinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29

    kabupaten dan 6 kota dengan Kota Semarang sebagai ibukota provinsi.

    II.2. KONDISI EKONOMI JAWA TENGAH

    Gambar 2 Grafik Kontribusi PDRB Jawa Tengah terhadap PDB Nasional

    II.3. LOGISTIK JAWA TENGAH

    Gambar 3 Kontribusi Sektor Industri

    Kontribusi sektor industri terhadap PDB Nasional, masih dominan

    dibandingkan dengan sektor lainnya, yaitu antara 24-26%. Dari prosentasi

  • tersebut, kontribusi Jabodetabek sebesar 65%, Jawa Tengah 4%, Jawa Timur

    15%, dan sisanya diluar Pulau Jawa.

    Gambar 4 Kinerja Logistik Jawa Tengah

    Kinerja Logistik di Jawa Tengah, memberi kontribusi 3,6 – 4,5% (500.000

    – 700.000 TEUs/tahun) terhadap Sistem Logistik Nasional. Besaran tersebut,

    kurang efisien dalam sistem logistik nasional (produksi dan distribusi). Namun

    begitu, dengan potensi-potensi yang ada di Jawa Tengah (sektor Industri), maka

    tidak menutup kemungkinan, prosentase tersebut dapat terus meningkat.

    II.4. TRANSPORTASI

    Perekonomian nasional dapat diwujudkan melalui pemerataan

    penyediaan sarana infrastruktur perhubungan yang memadai dan dapat

    dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Penyediaan infrastruktur di Jawa

    Tengah, terus dilakukan upaya peningkatan, baik infrastuktur darat, laut dan

    udara.

    • Kondisi Jaringan Jalan Penghubung Wilayah di Jawa Tengah

    Pembangunan Tol Trans Jawa, dibutuhkan guna meningkatkan

    konektivitas di Pulau Jawa yang memiliki kontribusi lebih dari 50 persen

    bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Selain itu, ketersediaan jalan tol

    juga diarahkan untuk lebih mendorong perkembangan potensi ekonomi

    lokal di sepanjang koridor tol.

    II.5. INFRASTRUKTUR KERETA API

    A. Kondisi Eksisting Infrastruktur Kereta Api

    Infrastruktur Kereta Api Jawa Tengah, memiliki 131 Stasiun yang

    tersebar di wilayah bagian utara, tengah dan selatan. Terdapat 77 yang

  • aktif saat ini. Stasiun terbagi atas 10 St.Besar, 11 St.Sedang, 115 St.

    Kecil. Dari seluruh stasiun yang ada, dibawahi oleh 4 Daerah

    Operasional (DAOP) Kereta Api.

    Total panjang Rel Kereta yaitu 1.557 Km yang terdiri dari 894 Km

    beroperasi dan 663 Km tidak beroperasi. Saat ini, 42,58% dari total jalur

    kereta api dalam kondisi tidak beroperasi. Rel Kereta Api khususnya di

    wilayah Jawa Tengah, jaringan yang ada berbentuk melingkar (loop) dan

    telah mampu menghubungkan Kabupaten/ Kota strategis di Jawa

    Tengah. Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Republik

    Indonesia Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk

    Perkeretaapian Nasional, adapun jalur KA yang akan direaktivasi adalah

    sebagai berikut:

    1. Lintas Purwokerto – Wonosobo;

    2. Lintas Semarang - Demak - Kudus - Pati - Juwana - Rembang -

    Lasem - Jatirogo – Bojonegoro;

    3. Lintas Kudus – Bakalan;

    4. Lintas Kedungjati – Ambarawa; dan

    5. Lintas Yogyakarta – Ambarawa.

    Tabel 1 Tahapan Pengembangan Jalur Kereta Api (Reaktivasi) di Jawa Tengah

    Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

    Nomor KP. 2128 Tahun 2018 Tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional

    II.6. SEBARAN INDUSTRI

    Total Luas Kawasan Industri baik eksisting maupun rencana adalah

    sebesar ± 24.457,78 Ha dengan potensi logistic sebesar 2.514.807 TEUs/tahun.

    Untuk saat ini (2018), luas lahan eksisting untuk kawasan Industri di wilayah

    Kendal – Semarang sebesar ± 3.570 Ha dengan potensi logistik 885.560

  • TEUs/tahun. Sementara itu, kepasitas Pelabuhan Tanjung Mas saat ini, sebesar

    608.201 TEUs/tahun.

    Gambar 5 Kawasan Industri Wijaya Kusuma (Semarang) dan Rencana Pengembangan KITW Technopark

    Gambar 2 Sebaran In

    Gambar 63 Sebaran Industri di wilayah Jawa Tengah

  • POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

    III. DEMAND AND SUPPLY GAS

  • III.1. KEBIJAKAN GAS PEMERINTAH PUSAT DI PROVINSI JAWA TENGAH

    A. Pasokan (Supply) Gas Bumi

    Dalam pembagian region Neraca Gas Bumi Indonesia 2018 – 2027

    (Kementerian ESDM), Provinsi Jawa Tengah masuk dalam wilayah Region III.

    Hingga saat ini pasokan gas bumi Region III (Jawa Tengah) hanya berasal dari

    beberapa lapangan yang telah berproduksi, yaitu Lapangan Gundih, Mangkang

    (North Central Java A), dan Semanggi milik PT Pertamina EP serta Lapangan

    Kepodang milik Petronas Carigali Muriah Ltd. Per Januari 2017, cadangan gas

    bumi untuk Region III sebesar 0.67 TSCF yang didominasi oleh PT Pertamina

    EP (Pertamina EP Asset III) sebesar 0.38 dan dari PT Petronas Carigali sebesar

    0.29 TSCF .

    Tabel 2 Perkiraan Pasokan Gas Bumi Region III per 1 Januari 2018 (MMSCFD)

    No Uraian 2018 2022

    I Supply

    1. PT Pertamina EP 50,00 50,00

    2. Petronas Carigali Muriah 27,48

    TOTAL EXISTING SUPPLY 77,48 50,00

    II PROJECT SUPPLY

    1. PT Pertamina EP 2,50 2,50

    TOTAL PROJECT SUPPLY 2,50 2,50

    TOTAL SUPPLY REGION III 79,98 52,50

    Sumber: Analisis Data, 2019

    Gambar 7 Supply Gas Bumi Region III

  • B. Kebutuhan (Demand) Gas Bumi Sektor Industri

    Untuk memperkirakan jumlah kebutuhan gas industri di Provinsi Jawa

    Tengah, dalam Neraca Gas Bumi Indonesia 2018 – 2027, dilakukan

    dengan menggunakan 3 asumsi atau skenario. Berdasarkan data

    eksisting kemudian mengunakan pendekatan-pendekatan yang

    disimulasikan, maka kebutuhan gas industri di Provinsi Jawa Tengah

    dapat diperkirakan. Ketiga skenario kebutuhan gas untuk sektor industri

    adalah sebagai berikut:

    1. Simulasi skenario I dengan realisasi tahun 2017 0.45 MMSCFD dan

    pertumbuhan 1.1% per tahun maka besar kebutuhan gas bumi untuk

    sektor industri sebesar 0.50 MMSCFD di tahun 2027.

    2. Untuk skenario II, kebutuhan gas untuk sektor industri meningkat

    berdasarkan kontrak.

    3. Untuk skenario III, apabila rencana penggunaan gas di pabrik

    semen, non-retail dan dengan pertumbuhan industri non-retail 5.5%

    per tahun, maka kebutuhan industri sebesar 3.15 MMSCFD di tahun

    2018 dan 210.89 MMSCFD di tahun 2027 dengan onstream-nya

    Kilang Cilacap di tahun 2024 dengan kebutuhan 206 MMSCFD.

    Tabel 3 Asumsi Skenario Perhitungan Demand Gas

    Sektor Skenario

    I I III

    Industri Retail Realisasi (n-1) + 1,1% Realisasi (n-1) + 5,5% Kontrak + 5,5%

    Industri Non-Retail Realisasi (n-1) + 1,1% Kontrak Kontrak + Potensial

    Demand

    Sumber: Analisis Data, 2019

    Berdasarkan metodologi skenario I, II dan III, didapatkan skema sebagai

    berikut:

    1. Untuk Existing Supply Region III akan mengalami defisit supply untuk

    keseluruhan skenario dari tahun 2018–2027.

    2. Masuknya Project Supply di Region III tidak menambah pasokan

    secara signifkan sehingga perkiraan defisit supply tidak jauh dari

    exsisting supply yang ada.

  • Dari kondisi-kondisi tersebut dapat disimpulkan bahwa berdasarkan kebutuhan

    gas Skenario I, II dan III, pada tahun 2018–2027 belum dapat terpenuhi oleh

    pasokan yang berasal dari Region III. Diharapkan dengan tersambungnya pipa

    ruas Gresik – Semarang, maka kebutuhan gas pada Region III dapat juga

    dipenuhi dari supply Region IV (Jawa Bagian Timur).

    Berikut perkiraan kebutuhan gas untuk Region III (Provinsi Jawa Tengah)

    berdasarkan 3 skenario dari tahun 2018 – 2027.

    Tabel 4 Perkiraan Kebutuhan Gas Bumi Region III per 1 Januari 2018 (MMSCFD)

    Uraian

    2018 2022 2027

    Skenario I

    Skenario II

    Skenario III

    Skenario I

    Skenario II

    Skenario III

    Skenario I

    Skenario II

    Skenario III

    Industri Retail

    0,45 0,47 3,15 0,48 0,57 3,83 0,50 0,73 4,89

    Industri Non-Retail

    206,00

    TOTAL 0,45 0,47 3,15 0,48 0,57 3,83 0,50 0,73 210,89 Sumber: Analisis Data, 2019

    Gambar 8 Supply – Demand Gas Bumi Region III

  • III.2. RENCANA PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS BUMI DI PROVINSI

    JAWA TENGAH DAN SEKITARNYA

    Potensi di beberapa wilayah di Jawa Tengah seperti Ungaran, Kendal,

    Pati, Kudus, Demak, Yogya dan Solo dengan total kebutuhan energi setara ± 63

    MMSCFD, akan dipenuhi melalui pengembangan infrastruktur pipa gas bumi

    ataupun CNG. Refinery Cilacap yang saat ini menggunakan minyak bumi

    sebagai bahan bakar untuk mengolah BBM, direncanakan untuk konversi ke gas

    bumi, melalui LNG. Melalui konversi BBM ke gas bumi, setiap pemanfaatan 1

    BBTUD gas bumi setara dengan penghematan biaya bahan bakar Industri

    sebesar Rp 74 Milyar/Tahun dan Penghematan devisa sebesar Rp 121

    Milyar/Tahun.

    III.3. PERAN SUB HOLDING GAS PENGEMBANGAN TRANSJAWA PIPA

    CIREBON - SEMARANG – GRESIK

    Proyek pembangunan pipa Cirebon – Semarang – Gresik merupakan

    bagian dari Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional

    (RIJTDGBN) Tahun 2016 – 2030. Dengan adanya ruas pipa Cirebon – Semarang

    - Gresik, maka akan dapat menghubungkan Trans Java, sehingga berdampak:

    1. Pengelolaan terintegrasi Pipa Sumatera Jawa yang akan dikelola oleh

    Sub Holding Gas (Integrasi pipa PGN, pipa PTG, dan Cirebon

    Semarang) yang selanjutnya dapat menghubungkan wilayah di Pulau

    Jawa meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Tengah.

    2. Solusi integrasi Supply-Demand Sumatera – Jawa.

    Gambar 9 Rencana Pipanisasi Gas Industri di Provinsi Jawa Tengah

  • POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

    IV. PELUANG DISTRIBUSI ENERGI

  • IV.1. PELUANG DI WILAYAH JAWA TENGAH

    Jawa Tengah dengan potensi jaringan Infrastruktur dan sumber gas bumi

    dari dalam dan luar wilayahnya, berpeluang besar menempatkan posisinya

    sebagai central pasokan gas bumi untuk kebutuhan energi terutama sektor

    industri baik di Jawa Tengah sendiri maupun Kabupaten/Kota provinsi tetangga

    yang berbatasan langsung.

    Dengan kondisi seperti di atas, berkaitan dengan Peluang Distribusi

    Energi melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api sangat mungkin terjadi. Adapun

    peluang yang ada di wilayah Jawa Tengah diantaranya sebagai berikut:

    A. Infrastruktur Jaringan Kereta Api Eksisting di Jawa Tengah

    Jalur Kereta Api di Jawa Tengah berbentuk melingkar (loop), dimana

    hampir semua Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah bagian utara, selatan,

    dan tengah telah terhubung dengan jaringan Kereta Api.

    Gambar 10 Infrastruktur Jalur Kereta Api Eksisting dan Rencana Jawa Tengah

    B. Sumber Pasokan Gas Bumi (Supply)

    Kota Semarang, sebagai Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah akan

    mendapatkan sumber pasokan (Supply) dari setidaknya 3 sumber, yaitu

    meliputi Sumber Gas dari Gresik melalui Pipanisasi, Sumber Gas dari

    Blok Cepu (Lokal), dan Sumber Gas dari Takisung Kalimantan melalui

    Angkutan Laut.

  • Gambar 11 Rencana Supply Energi Gas Bumi ke Wilayah Jawa Tengah

    C. Kebutuhan Gas Wilayah Jawa Tengah

    Jawa Tengah, tahun 2012 – 2025 mengalami defisit pasokan gas bumi.

    Tahun 2019, nilai defisit mencapai -256 mmscfd. Hal ini mencerminkan

    bahwa kebutuhan energi gas di Jawa Tengah sangat tinggi. Dari sudut

    pandang supply energi gas bumi, defisit ini dipandang sebagai peluang

    untuk memenuhi kebutuhan (Demand) energi gas.

    Gambar 124 Kebutuhan Gas Bumi (Demand) Wilayah Jawa Tengah

  • D. Sebaran Industri Pada Jaringan Kereta Api Jawa Tengah

    Berdasarkan sebaran Industri di Jawa Tengah, hanya ± 50 % dari total

    jumlah Industri yang berada di dekat jaringan Rel Kereta Api, dengan

    radius 0 – 10 Kilometer. Sisanya berada diluar jangkauan tersebut,

    namun terhubung dengan baik oleh jaringan jalan eksisting ke jaringan

    kereta api terdekat.

    E. Kebutuhan Energi Sektor Industri di Jawa Tengah

    Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah Sebesar 63

    MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan

    volume mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih

    menggunakan Gas Bumi.

    Gambar 135 Sebaran Kebutuhan Energi Sektor Industri di Wilayah Jawa Tengah

    IV.2. BESARAN PELUANG BERDASARKAN PENGEMBANGAN KONSEP

    DISTRIBUSI ENERGI HUB AND SPOKE

    Berdasarkan potensi, peluang, demand and supply gas bumi saat ini,

    sebaran lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan layanan kereta api di

    Jawa Tengah, maka sistem distribusi energi gas bumi melalui pemanfaatan jalur

    kereta api, dapat dibangun dengan sistem HUB and SPOKE.

    Konsep ini memanfaatkan jaringan rel kereta berbentuk loop, tank

    storage (gas) yang bersumber dari blok cepu, pipa transmisi gresik dan supply

    dari luar Jawa Tengah yang diterima di Kota Semarang.

    Cirebon

    -

    Rencana Ruas Transmisi Cirebon-

    Ruas Transmisi Kepodang – Tambak

    Kendal 23.9

    MMSCFD

    Solo-Sukoharjo-

    Sragen 10.9 MMSCFD

    Salatiga-Boyolali

    1.7 MMSCFD

    Magelang-DIY-Klaten

    1.6 MMSCFD

    Demak-Rembang

    17.2 MMSCFD Semarang-Ungaran

    7.7

    Rencana Ruas Transmisi Gresik-

    SEMARANG

  • Adapun untuk karakteristik antara Hub and Spoke yaitu:

    1. Karakteristik HUB, meliputi:

    a. Pusat Penyimpanan Utama dan Distribusi;

    b. Terdapat tank storage big capacity dan dilengkapi dengan fasilitas

    dry port skala besar (utama);

    c. Hub berfungsi untuk menerima supply gas bumi dari sumber utama

    dan selanjutnya bertindak mendistribusikan melalui kereta api dan

    trucking secara langsung menuju konsumen maupun ke titik

    penerimaan kedua (spoke);

    2. Karakteristik SPOKE, meliputi:

    a. Sub pusat distribusi, mendekati konsumen yang jauh dari lokasi hub.

    b. Terdapat tank storage medium capacity dan dengan dry port

    berskala sedang – kecil.

    c. Spoke menerima supply gas bumi dari hub (penyimpanan utama)

    melalui kereta api dan selanjutnya didistribusikan ke konsumen

    melalui trucking dan kereta api bila memungkinkan.

    Gambar 14 Lokasi Hub and Spoke Pada Sistem Distribusi Energi melalui

    Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah

    Lokasi Hub and Spoke ditentukan sesuai dengan karakteristik dan

    kedekatan dengan calon konsumen. Dengan menggunakan sistem Hub and

    Spoke tersebut diatas, didapati Peluang Distribusi Energi melalui Pemanfaatan

    Jalur Kereta Api dengan Sistem Layanan HUB and SPOKE yaitu:

  • 1. 33 % lokasi Industri berada pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi HUB;

    2. 27 % lokasi Industri berada pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi

    SPOKE;

    3. 40 % lokasi Industri berada pada radius di atas 15 Kilometer dari lokasi

    HUB and SPOKE;

    Penggunaan Sistem HUB and SPOKE yang dilayani Kereta Api dan

    Trucking sebagai moda distribusi ke konsumen (user), mempunyai Peluang

    sebesar 60% dari Total Industri di Jawa Tengah (asumsi seluruh industri

    menggunakan Gas Bumi).

    HUB

    HUB

    HUB

    SPOKE

    • Kereta Api

    • Trucking

    SUMBER PASOKAN

    GAS HUB

    • Pipa Transmisi • Kapal Tanker

    • Trucking KONSUMEN

    HUB &

    SPOKE

    Gambar 15 Pola Pengangkutan Gas Bumi melalui Sistem Hub and Spoke

  • POTENSI DAN PELUANG DISTRIBUSI ENERGI MELALUI PEMANFAATAN JALUR KERETA API DI JAWA TENGAH

    V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

  • V.1. KESIMPULAN

    Kesimpulan Pelaksanaan Kajian Potensi dan Peluang Distribusi Energi

    melalui Pemanfaatan Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah, diantaranya:

    1. Ketersediaan infrastruktur Jalur Kereta Api yang melingkar (loop)

    menghubungkan sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

    Tengah;

    2. Total kebutuhan energi untuk Sektor Industri Jawa Tengah sebesar 63

    MMSCFD. Saat Ini terdapat + 115 Pelanggan Industri dengan kebutuhan

    volume mencapai 23 MMSCFD yang berpotensi untuk beralih

    menggunakan Gas Bumi.

    3. Penerapan sistem Hub and Spoke dalam distribusi energi melalui

    pemanfaatan jalur kerta api, dapat menjangkau industri sebagai berikut:

    a. 33 % lokasi Industri pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi HUB;

    b. 27 % lokasi Industri pada radius 0 – 15 Kilometer dari lokasi SPOKE;

    c. 40 % lokasi Industri pada radius di atas 15 Kilometer dari lokasi HUB

    and SPOKE;

    4. Penggunaan Sistem HUB and SPOKE yang dilayani Kereta Api dan

    didukung oleh Trucking sebagai moda distribusi ke sektor industri (user),

    menjadikan peluang untuk pendistribusian energi melalui pemanfaatan

    jalur kereta api di Jawa Tengah sebesar 60% (asumsi seluruh industri

    menggunakan Gas Bumi).

    V.2. REKOMENDASI

    Mendasari hasil kajian terkait potensi, peluang, demand and supply gas

    bumi saat ini, sebaran lokasi industri, serta ketersediaan infrastruktur dan

    layanan kereta api di jawa tengah, maka merekomendasikan sebagai berikut:

    1. Pada Tahun 2020

    a. Menyusun Feasibility Study Penerapan Konsep Hub and Spoke

    Distribusi Energi melalui Jalur Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah;

    b. Menetapkan titik Hub and Spoke Distribusi Energi melalui Jalur

    Kereta Api di Provinsi Jawa Tengah;

    c. Melakukan Kordinasi dengan Pihak Penyedia Gas, Investor, PT, KAI,

    dan Sinergi antar Dinas/ Instansi Pemerintah Provinsi & Daerah.

  • 2. Pada Tahun 2021

    a. Memulai Pembangunan lokasi Hub and Spoke sesuai hasil Studi

    Kelayakan lokasi;

    b. Optimasi Penerapan Distribusi Energi di wilayah Kedungsepur,

    Petanglong, Wanarakuti & Banglor.

    3. Pada Tahun 2022

    a. Melaksanakan Pembangunan Hub di Brebes/ Kota Tegal;

    b. Melaksanakan Pembangunan Spoke yang tersebar di wilayah Jawa

    Tengah bagian selatan;

    c. Optimasi Distribusi Energi di wilayah Kedungsepur, Petanglong,

    Wanarakuti & Banglor.

    4. Pada Tahun 2023

    a. Optimasi Distribusi Energi di seluruh wilayah Jawa Tengah

    b. Pemanfaatan Sistem Hub & Spoke untuk dapat diterapkan pada

    Sistem Distribusi Logistik di Jawa Tengah

    Cover Sektor Energi_2.pdfPage 1

    Kajian Energi_Fix #-dikonversi.pdf