rencana bisnis produk temulawak bubuk … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam...

88
RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN COPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ANISSA KHAIRINA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: phamthien

Post on 05-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK

BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN

COPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR

ANISSA KHAIRINA

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 3: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis

Produk Temulawak Bubuk Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan Cooperative

Entrepreneur di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2014

Anissa Khairina

NIM H3410013

Page 4: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

ABSTRAK

ANISSA KHAIRINA. Rencana Bisnis Produk Temulawak Bubuk Berorientasi

Ekspor Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh

LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) merupakan salah satu tanaman

yang memiliki khasiat obat dan berpontensi untuk dikembangkan di Jawa Barat.

Tujuan penelitian ini ialah untuk merancang rencana bisnis pengolahan rimpang

temulawak melalui pendekatan Cooperative Entrepreneurship dengan lokasi

usaha di Bogor. Pengolahan yang dilakukan ialah mengubah temulawak segar

menjadi temulawak bubuk dengan teknologi modern dan dikemas menggunakan

kemasan vakum. Target pasar dari produk ini ialah industri obat herbal dan

fitofarmaka di negara Amerika. Produk ini dijual dengan harga Rp244 000 per kg

atau USD21.4. Analisis finansial usaha menunjukkan usaha ini memiliki prospek

yang sangat bagus. Keuntungan bersih yang diperoleh di tahun pertama sebesar

Rp556 501 000, tahun kedua dan ketiga sebesar Rp535 503 000, dan tahun

keempat selanjutnya sebesar Rp562 785 000. Melalui pendekatan wirakoperasi

petani dapat memperoleh harga yang lebih tinggi sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan petani.

Kata Kunci : rencana bisnis, temulawak, wirakoperasi.

ABSTRACT

ANISSA KHAIRINA. Business Plan of Export Oriented Grain Temulawak

Product through Cooperative Entrepreneur Approach in Bogor. Supervised by

LUKMAN MOHAMMAD BAGA.

Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) is one of biopharmaceutical plant

that has a potency to be developed in West Java. This research aims to design the

business plan of the processing fresh java turmeric through Cooperative

Entrepreneur approach. The business will be located in Bogor. The production

processing is converting fresh java turmeric into granule using modern

technology, and packed using vacuum packing. The market target of this product

is herbal medicine industries and phyto-pharmacy in America. The product is

sold at the price of Rp 244 000 per kg or USD 21.4. Financial analysis shows that

the business is highly prospective and can be implemented. Net profit in the first

year is Rp556 501 000, second until third year is Rp535 503 000, and the next

year is Rp562 785 000. Through cooperative entrepreneur approach, farmers can

obtain the higher price so it can increase the wealthiness of the farmers.

Keywords : business plans, cooperative entrepreneur, java turmeric.

Page 5: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK

BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN

COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR

ANISSA KHAIRINA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 7: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 8: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 9: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’alla atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2003 ini ialah

rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Produk Temulawak Bubuk

Berorientasi Ekspor Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc

selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf

Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, staf Kementerian Perdagangan Republik

Indonesia, serta para petani dan pihak-pihak yang telah membantu selama

pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan kepada mama, papa,

Mas Ryan, Mas Adit, teman-teman sebimbingan skripsi (Rosalin Nur Ajani,

Prawitia Widhyarini, Ricko Marpaung, Kamil Saragih, Dani Yoga Nugraha, dan

Wuri Tri Handayani), teman-teman agribisnis 47, Inestha Naldi, Yuliana Mafiroh,

dan Angga Cahyo Utomo atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Anissa Khairina

Page 10: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 11: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

vi

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup 6

TINJAUAN PUSTAKA 7

Temulawak 7

Penelitian Terdahulu 8

KERANGKA PEMIKIRAN 9

Kerangka Pemikiran Teoritis 9

Kerangka Pemikiran Operasional 18

METODE PENELITIAN 20

Waktu dan Lokasi Penelitian 20

Jenis dan Sumber Data 20

Metode Pengumpulan Data 20

Metode Analisis Data 20

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA 24

RENCANA BISNIS 25

Rencana Produk 25

Strategi dan Rencana Pemasaran 26

Rencana Produksi (Operasional) 28

Rencana Manajemen 39

Rencana Keuangan 48

Prospek Pengembangan Bisnis Temulawak Berorientasi Ekspor 55

SIMPULAN DAN SARAN 55

Page 12: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

vii

Simpulan 55

Saran 56

DAFTAR PUSTAKA 56

RIWAYAT HIDUP 69

Page 13: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

viii

DAFTAR TABEL

1 Perkembangan produksi tanaman obat di indonesia periode 2010-2012 2

2 Volume ekspor temulawak berdasarkan negara tujuan tahun 2011 3

3 Luas panen, produksi, dan produktivitas temulawak di indonesia tahun 2012 4

4 Kebutuhan bahan baku per bulan 33

5 Rincian kebutuhan tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja 37

6 Standard Operating Procedure (SOP) pembuatan produk temulawak bubuk 38

7 Rincian upah karyawan per bulan 43

9 Hasil pendekatan wirakoperasi dalam usaha pengolahan rimpang temulawak 46

10 Biaya investasi awal usaha 50

11 Rincian biaya operasional tahun pertama 51

12 Rincian biaya operasional tahun selanjutnya 52

13 Modal awal usaha 52

DAFTAR GAMBAR

1 Tanaman temulawak 7

2 Rimpang temulawak 7

3 Kerangka pemikiran operasional penelitian 19

4 Temulawak bubuk 26

5 Mesin perajang 28

6 Mesin vacuum cabinet dryer 30

7 Mesin diskmill 30

8 Mesin vacuum packager 31

9 Kemasan plastik vakum 31

10 Mesin conveyor pendeteksi logam 32

11 Diagram manajemen pengumpulan bahan baku 34

12 Tata letak bangun 35

13 Diagram alir pengolahan temulawak bubuk 37

14 Diagram skema pembentukan usaha 39

15 Struktur organisasi usaha pengolahan rimpang temulawak 40

16 Diagram hubungan antara petani, koperasi, wirakoperasi, dan industri 45

DAFTAR LAMPIRAN

1 Alur proses produksi temulawak bubuk bulan pertama 59

Page 14: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

ix

2 Asumsi komponen biaya investasi 61

3 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan alat produksi 61

4 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 62

5 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur 62

6 Rincian biaya penyusutan 63

7 Asumsi komponen biaya tetap 64

8 Rincian biaya tetap komponen biaya tenaga kerja 64

9 Rincian biaya tetap komponen biaya utilitas 64

10 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran 65

11 Asumsi komponen biaya variabel 65

12 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama 65

13 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun selanjutnya 65

14 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin 66

15 Penjualan perusahaan 66

16 Harga rimpang temulawak segar yang diterima petani 66

17 Arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 67

18 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000) 68

19 Laporan arus kas per bulan tahun pertama (dalam Rp000) 68

20 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama (dalam Rp000) 69

Page 15: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 16: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sangat besar

dalam industri tanaman obat atau biofarmaka. Biofarmaka merupakan tanaman

herbal yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan jamu, obat herbal

terstandar, atau fitofarmaka. Perbedaan ketiga golongan obat dari bahan alami

tersebut terletak pada proses pembuatan serta tingkat pembuktian khasiat

produknya.

Jamu merupakan obat berbahan alami yang terdiri dari campuran lima

hingga sepuluh jenis bahan dan diolah secara sederhana. Khasiat dan

keamanannya terbukti berdasarkan pengalaman turun temurun atau sesuai dengan

proses pengolahan yang telah disetujui serta telah memenuhi syarat mutu. Obat

herbal terstandar merupakan obat berbahan alami yang berbentuk ekstrak dengan

bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Obat jenis ini

harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas kisaran dosis,

farmakodinamik (manfaat), dan teratogenik (keamanan terhadap janin).

Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar. Obat jenis

ini harus melewati dua jenis pengujian yaitu uji praklinis dan uji klinis. Klaim

khasiat dari obat jenis ini harus dibuktikan berdasarkan uji klinis pada manusia1.

Adanya kecenderungan gaya hidup back to nature dengan keyakinan

bahwa mengkomsumsi obat herbal relatif lebih aman dibanding dengan obat

kimiawi berdampak terhadap meningkatnya pertumbuhan industri obat herbal

baik di dalam maupun luar negeri. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2006 pasar obat

herbal di Indonesia mencapai lima triliun rupiah dan meningkat menjadi enam

triliun rupaiah pada tahun 2007. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan kembali

menjadi Rp7.2 triliun dan pada tahun 2012 mencapai tiga belas triliun rupiah2.

Penggunaan obat herbal secara global diprediksi mencapai 107 miliar dollar AS

pada tahun 20173. Hal ini menunjukkan suatu peluang pasar yang sangat besar

pada industri obat herbal.

Tanaman temulawak merupakan salah satu biofarmaka yang banyak

dibutuhkan oleh industri obat herbal dikarenakan khasiat yang dimiliki.

Temulawak dapat bermanfaat untuk memperbaiki nafsu makan, memperbaiki

fungsi pencernaan, memelihara kesehatan fungsi hati, pereda nyeri sendi dan

tulang, menurunkan lemak darah, antioksidan, dan membantu menghambat

pembekuan darah. Kandungan minyak atsiri pada temulawak atau xanthorrizol

dapat bermanfaat sebagai anti kanker, terutama kanker payudara4. Dibeberapa

negara Asia rimpang temulawak tidak hanya digunakan sebagai obat tetapi juga

1 http://ikmfstikesmadani.blogspot.com/2013/02/perbedaan-jamu-herbal-terstandar-dan.html

(Diacu 13 Mei 2014) 2http://health.kompas.com/read/2013/08/20/2026487/Pasar.Obat.Herbal.Diharapkan.Terus.Mening

kat (Diacu 14 Mei 2014) 3 http://www.prweb.com/releases/herbal_supplements/herbal_remedies/prweb9260421.htm (Diacu

14 Mei 2014) 4 http://perpustakaan.pom.go.id/KoleksiLainnya/InfoPOM/0605.pdf (Diacu 11 Oktober 2013)

Page 17: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

2

digunakan sebagai rempah, merangsang air susu (laktagoga), tonik bagi ibu yang

melahirkan (Melayu), perawatan kulit (India), bahan dasar jamu (Indonesia),

senyawa anti oksidan, dan anti hepatotoksik (Suksamrarn et al. 1994). Air rebusan

temulawak yang dicampur dengan biji moste dapat digunakan untuk mengurangi

kegemukan. Di Philipina, temulawak digunakan untuk mewarnai makanan dan

beberapa jenis kain, sedangkan di Sudan digunakan untuk campuran kosmetika

(Kristianti 1981).

Temulawak dapat dimanfaatkan sebagai obat dan diklaim dapat

menyembuhkan berbagai macam penyakit. Sebagai upaya menuju pola hidup

alami yang lebih aman, pemerintah melalui Badan POM mensosialisasikan

khasiat temulawak kepada masyarakat melalui ”Gerakan Nasional Minum

Temulawak” pada tahun 2007. Program ini telah berhasil membawa pemanfatan

temulawak mendunia baik di dalam negeri maupun di luar negeri seperti di Eropa,

Amerika, dan Asia5. Mendunianya khasiat temulawak mengakibatkan

pertumbuhan produksi temulawak berkembang dengan sangat cepat.

Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia periode 2010 sampai 2012

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan produksi tanaman obat di Indonesia periode 2010-2012a

aSumber : Direktorat Jendral Hortikultura (2013)

b Angka Prognosa

Tabel 1 menunjukkan temulawak memiliki nilai pertumbuhan

pertumbuhan produksi yang paling besar dibandingkan tanaman rimpang lainnya

yaitu 79.33%. Tingginya nilai pertumbuhan produksi ini mengindikasikan bahwa

permintaan atau kebutuhan akan temulawak semakin meningkat. Oleh sebab itu,

tanaman temulawak memiliki prospek untuk dikembangkan mengingat jumlah

produksinya yang cukup tinggi.

Tanaman temulawak dibutuhkan oleh banyak industri obat herbal berskala

besar ataupun menengah, seperti PT Sidomuncul, Soho Group, PT Air Mancur,

PT Indo Farma, Dayang Sumbi, CV Temu Kencono, Indotraco, PT Nyonya

Meneer, Herba Agronusa, dan Jamu Jenggot. Rata-rata kebutuhan perusahaan

5 http://abaherbal.com/gerakan-nasional-minum-temulawak/ (Diacu 25 Juni 2014)

No Komoditas Produksi (Kg) Pertumbuhan

2011-2012 2010 2011 2012b

1. Jahe 107 734 608 94 743 139 109 448 310 15.52%

2. Lengkuas 58 961 844 57 701 484 48 959 625 -15.15%

3. Kencur 29 638 827 34 016 850 39 687 597 16.67%

4. Kunyit 107 375 347 84 803 466 89 580 450 5.63%

5. Lempuyang 8 520 161 8 717 497 7 645 828 -12.29%

6. Temulawak 26 671 149 24 105 870 43 229 709 79.33%

7. Temuireng 7 140 926 7 920 573 8 123 842 2.57%

8. Temukunci 4 358 236 3 951 932 4 456 541 12.77%

9. Dringo 754 551 611 608 1 045 790 70.99%

Rimpang 351 154 949 316 572 419 352 177 692 11.25%

Page 18: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

3

tersebut dapat mencapai 3000 ton per tahun6. Selain pasar dalam negeri tanaman

ini juga dibutuhkan oleh pasar luar negeri seperti yang tertera pada tabel volume

ekspor tanaman temulawak (Kemendag 2011). Volume ekspor temulawak

berdasarkan negara tujuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Volume ekspor temulawak berdasarkan negara tujuan tahun 2011c

Negara Tujuan Volume (Kg) Harga (USD)

India 1 269 517 2 463 976

Other Asia 294 802 216 351

Amerika 253 753 412 294

Thailand 219 687 75 200

Malaysia 171 213 132 916

Vietnam 84 465 125 080

Argentina 66 979 140 537

United Arab Emirates 62 380 50 847

Belanda 54 116 151 971

Singapura 43 401 386 880 cSumber : Kementrian Perdagangan (2011)

Tabel 2 menunjukkan bahwa negara India merupakan negara tujuan

ekspor temulawak dengan volume terbesar yaitu 1 269 517 Kg dengan total nilai

ekspor sebesar USD2 463 976 pada tahun 2011. Selanjutnya, diikuti oleh negara

asia lain sebesar 294 802 Kg dan Amerika sebesar 253 753. Tingginya nilai

ekspor ini menunjukkan besarnya permintaan dari luar negeri untuk produk

temulawak.

Berdasarkan klaim khasiat yang dimiliki, jumlah serapan industri obat

herbal baik di dalam maupun luar negeri, serta perkembangan produksi

temulawak yang cukup besar, temulawak merupakan salah satu tanaman potensial

dalam pengembangan agribisnis tanaman obat unggulan. Tanaman temulawak

dapat dijual dalam bentuk segar atau olahan berupa produk setengah jadi

(simplisia, pati, minyak atsiri, ekstrak) dan produk jadi (sirup, jamu instan, tablet,

dan kapsul), namun petani temulawak di Indonesia umumnya menjual dalam

bentuk segar. Penjualan temulawak dalam bentuk segar tidak memberikan

pendapatan yang cukup besar hanya sebesar Rp87 638 per bulan per 1 000 m2

luas

panen dengan harga jual sebesar Rp1 500 per Kg (Ermiati 2011). Hal ini belum

mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Pengolahan produk menjadi bentuk

setengah jadi (simplisia atau bubuk) dapat memberikan nilai tambah sebesar 7

sampai 15 kali (Badan Litbang Pertanian 2007). Diversifikasi produk menjadi

sirup dan temulawak instan dapat memberikan keuntungan dengan nilai B/C rasio

sebesar 1.6 sampai 1.65 (Yuhono 2007).

Sentra budidaya tanaman temulawak di Indonesia tersebar di beberapa

propinsi di Pulau Jawa, yaitu propinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta. Propinsi Jawa Barat menempati posisi keempat

6 http://www.docstoc.com/docs/44729526/PASAR-DOMESTIK-DAN-EKSPOR-PRODUK-

TANAMAN-OBAT-%28BIOFARMA-KA%29 (Diacu 15 Oktober 2013)

Page 19: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

4

setelah Propinsi Jawa Tengah yang diikuti oleh Propinsi Jawa Timur dan Daerah

Istimewa Yogyakarta. Data produksi temulawak di Indonesia dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tabel 3 Luas panen, produksi, dan produktivitas temulawak di Indonesia tahun

2012d

Propinsi Luas Panen (m2) Produksi (Kg)

Produktivitas

(Kg/m2)

Jawa Tengah 8 671 783 28 707 216 3.28

Jawa Timur 6 203 118 8 316 896 1.32

DI Yogyakarta 1 582 606 3 441 605 2.17

Jawa Barat 471 346 831 112 1.75

Banten 143 057 49 337 2.21

DKI Jakarta 2 280 8 418 2.16 dSumber : Kementerian Pertanian (2013)

Tabel 3 menunjukkan bahwa Jawa Barat menduduki posisi keempat luas

panen terbesar setelah Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Hal ini

menunjukkan Jawa Barat memiliki potensi yang cukup besar untuk

pengembangan tanaman biofarmaka dikarenakan untuk propinsi Jawa Tengah,

Jawa Timur, dan DI Yogyakarta mayoritas petani sudah melakukan kerjasama

dengan industri jamu nasional. Pada saat ini, 97% Industri Obat Tradisional (IOT)

berada di Pulau Jawa dan mayoritas industri tersebut berada di Jawa Tengah, Jawa

Timur, dan DI Yogyakarta. Industri Obat Tradisional (IOT) tersebut rata-rata

sudah melakukan kerjasama dengan petani temulawak (Badan Litbang Pertanian

2007). Oleh karena itu, Jawa Barat memiliki potensi untuk pengembangan

temulawak dikarenakan masih banyaknya petani yang bekerja secara individual.

Terbukanya pasar serta potensi besar yang dimiliki Indonesia menciptakan

suatu peluang usaha pengembangan industri pengolahan tanaman temulawak di

Indonesia. Pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneurship) sangat cocok

untuk mengatasi permasalahan sosial yang ada pada agribisnis temulawak. Hal ini

dikarenakan pendekatan wirakoperasi lebih mementingkan kepentingan bersama

dibandingkan kepentingan pribadi, sehingga kesuksesan yang diperoleh

merupakan kesuksesan bersama. Sama seperti usaha lainnya, untuk memulai

usaha melalui pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneur) membutuhkan

modal dan rencana bisnis yang baik. Rencana bisnis dapat berguna sebagai

pedoman dalam menjalankan bisnis ataupun sebagai alat untuk keperluan

investasi.

Rumusan Masalah

Temulawak merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang banyak

dibutuhkan oleh industri obat herbal atau fitofarmaka. Peluang pasar serta potensi

besar yang dimiliki Indonesia tidak menjadikan agribisnis tanaman biofarmaka

khususnya temulawak berkembang dengan baik. Hal ini disebabkan antara petani

Page 20: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

5

dan pelaku usaha tidak terbentuk suatu integrasi vertikal yang baik. Selain itu,

skala usaha petani temulawak yang kecil serta tidak adanya pengolahan yang

dilakukan petani mengakibatkan petani tidak memiliki posisi tawar yang baik

terhadap para pelaku usaha.

Pemasaran temulawak oleh petani umumnya dilakukan melalui kegiatan

kemitraan kepada perusahaan obat herbal ataupun melalui tengkulak. Namun,

kedua hal ini tidak memberikan keuntungan yang besar kepada petani. Harga

temulawak segar di tingkat petani umumnya berada pada kisaran Rp1 500 sampai

Rp2 000 per Kg. Harga ini belum terlalu menguntungkan bagi petani yang

umumnya berskala kecil (Ermiati 2011). Selain itu, sistem kemitraan yang terjalin

antara perusahaan dan petani juga tidak memberikan keuntungan yang besar

dikarenakan harga yang dipatok perusahaan sangat rendah hanya sebesar Rp600

per Kg untuk temulawak segar dan Rp5 500 untuk simplisia7.

Petani sebagai pelaku usaha budidaya yang memiliki lahan tidak memiliki

posisi tawar yang baik sehingga harga yang diterima petani rendah. Hal ini

dikarenakan petani memiliki keterbatasan dalam hal teknologi serta informasi.

Rendahnya harga yang diterima petani mengakibatkan rendahnya motivasi petani

untuk membudidayakan temulawak dan agribisnis temulawak menjadi tidak

berkembang.

Wirakoperasi ialah seorang pelaku usaha yang memiliki sebuah inovasi, ide

kreatif, dan teknologi namun tidak memiliki lahan yang cukup untuk melakukan

budidaya. Wirakoperasi berbeda dengan wirausaha pada umumnya. Wirakoperasi

tidak hanya berorientasi kepada keuntungan tetapi juga berorientasi kepada

manfaat atau kesejahteraan anggotanya. Berdasarkan keterbatasan serta kelebihan

yang dimiliki oleh petani dan wirakoperasi, diperlukan pengembangan usaha

melalui pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneur) agar tingkat

kesejahteraan petani meningkat dan agribisnis temulawak menjadi berkembang.

Jawa Barat sebagai daerah sentra penghasil temulawak terbesar keempat di

Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan mengingat daerah Jawa Barat

masih sedikit petani yang melakukan kemitraan. Rendahnya harga yang diterima

petani di pasar lokal mengharuskan adanya pengalihan pasar dari pasar lokal ke

pasar luar negeri agar petani dapat memperoleh harga yang lebih baik. Pengolahan

temulawak segar menjadi produk setengah jadi dalam hal ini simplisia dapat

menjadi pilihan karena dapat memberikan keuntungan sebesar 7 sampai 15 kali

(Badan Litbang Pertanian 2007).

Pengembangan usaha komoditas temulawak ini diharapkan dapat memenuhi

kebutuhan pasar dalam maupun luar negeri. Selain itu, peranan seorang

wirakoperasi diharapkan dapat meningkatkan tingkat kesejahteraan petani di

Indonesia. Pengembangan usaha sosial melaui peranan wirakoperasi belum

banyak digunakan dalam dunia bisnis sehingga menarik untuk dikaji mengenai :

1. Bagaimana rencana bisnis yang harus dirumuskan agar bisnis pengolahan

temulawak dapat memberikan keuntungan secara finansial dan sosial?

7 http://sains.kompas.com/read/2011/05/21/14453617/Berempat.Kompak.demi.Temulawak (Diacu

28 Juni 2014)

Page 21: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

6

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari

penelitian ini adalah:

1. Merancang rencana bisnis pengolahan rimpang temulawak melalui

pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneur)

Manfaat Penelitian

Peneletian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan

informasi dalam hal wirakoperasi (cooperative entrepreneur) dan potensi bisnis

pengolahan rimpang temulawak dalam bentuk rencana bisnis. Manfaat bagi

mahasiswa dan perguruan tinggi yaitu dapat dijadikan sebagai acuan dalam

mengembangkan usaha pengeringan dan pengemasan rimpang temulawak melalui

pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneur) juga sebagai bahan acuan

dalam hal perencanaan bisnis.

Bagi pemerintah terutama Kementrian Koperasi dan UKM, hasil penelitian

ini dapat digunakan dalam mengembangkan model bisnis dengan pendekatan

wirakoperasi (cooperative entrepreneur). Bagi petani dan pelaku bisnis penelitian

ini dapat digunakan sebagai alat untuk mendapatkan dana untuk usaha

pengeringan dan pengemasan rimpang temulawak dari investor atau lembaga

keuangan serta acuan dalam menjalankan usaha. Bagi investor atau lembaga

keuangan penelitian ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai

prospek tanaman biofarmaka sebagai acuan dalam proses pengambilan keputusan

investasi dan alokasi modal yang akan digunakan.

Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis produk berupa

temulawak bubuk melalui pendekatan wirakoperasi. Aspek perencanaan bisnis

yang dianalisis terdiri dari aspek non finansial dan aspek finansial. Pada aspek

non finansial akan dibahas mengenai rencana produk, strategi dan rencana

pemasaran, rencana operasional, dan rencana manajemen. Pada aspek finansial

akan dibahas mengenai rencana keuangan yang terdiri dari proyeksi laporan arus

kas, proyeksi laporan laba rugi, dan kriteria investasi. Perencanaan bisnis yang

dilakukan ialah mengolah barang mentah menjadi produk setengah jadi

(intermediate product) berupa temulaswak bubuk.Informasi mengenai harga dan

jumlah produksi ditentukan berdasarkan data sekunder berupa permintaan pasar

tanaman temulawak di negara tujuan ekspor. Mekanisme ekspor dibatasi kepada

sistem FOB (Free On Board). Hal lainnya, seperti analisa perilaku konsumen di

negara tujuan, kondisi persaingan industri di negara tujuan, regulasi di negara

tujuan ekspor merupakan hal-hal diluar batasan dan ruang lingkup penelitian

sehingga hal tersebut tidak dibahas lebih lanjut pada penelitian ini.

Page 22: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

7

TINJAUAN PUSTAKA

Temulawak

Tanaman temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) termasuk keluarga

Zingiberaceae bersama dengan jahe. Di daerah Jawa Barat, temulawak sering

disebut sebagai „Koneng Gede‟ sedangkan di Madura disebut „Temu Lobak‟.

Bagian tanaman temulawak yang umumnya digunakan ialah bagian rimpang.

Rimpang ini dapat digunakan dalam bentuk segar, rimpang kering, atau rimpang

yang telah diserbukkan (BPOM 2005). Tanaman temulawak dan rimpang

temulawak dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2

Temulawak dipercaya memiliki banyak khasiat untuk kesehatan.

Penelitian Fitriani (2013) menunjukkan bahwa temulawak terbukti dapat

menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Selain itu, Sidik (2006) membuktikan

bahwa kandungan kurkuminoid secara klini berkhasiat mencegah penyakit

jantung koroner, meningkatkan daya tahan tubuh, dan mencegah penggumpalan

darah. Penelitian Kurnia (2006) menunjukkan bahwa kandungan kurkumin pada

temulawak dapat bermanfaat sebagai acnevulgaris, anti inflamasi (anti radang),

antioksidan, anti hepopotoksik (anti keracunan empedu). Banyaknya khasiat yang

dimiliki menjadikan temulawak digunakan dalam hampir semua produk obat

tradisional (Badan Litbang Pertanian 2007).

Sentra produksi budidaya temulawak tersebar di beberapa provinsi di

Pulau Jawa, terutama provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Peningkatan produktivitas untuk tanaman temulawak mencapai 11% per tahun,

sedangkan serapan yang terdiri atas Industri Obat Tradisional (IOT) atau Industri

Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan farmasi mencapai rata-rata 63%, ekspor 14%,

serta untuk konsumsi rumah tangga 23%. Dalam kurun waktu 6 tahun

diperkirakan akan terjadi kekurangan suplai bahan baku dari komoditas

temulawak (Badan Litbang Pertanian 2007). Hal ini disebabkan oleh rendahnya

motivasi petani untuk membudidayakan tanaman temulawak.

Penelitian Purnaningsih (2008) menunjukkan bahwa para petani umumnya

menjual hasil panennya dalam bentuk segar tanpa pengolahan. Sistem pemasaran

umumnya disalurkan kepada pedagang pengumpul yang kemudian dari pedagang

pengumpul dilanjutkan kepada Industri Obat Tradisional (IOT). Harga yang

Gambar 1 Tanaman temulawak

Gambar 2 Rimpang temulawak

Page 23: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

8

diberikan oleh pedagang pengumpul cukup rendah yaitu Rp1 200 hingga Rp1 500

per kg. Berdasarkan penelitian Ermiati (2011) harga ini memberikan nilai

pendapatan yang tidak terlalu besar. Hal ini yang mengakibatkan rendahnya

motivasi petani dalam melakukan budidaya temulawak.

Penelitian Terdahulu

Keberhasilan peranan wirakoperasi dibuktikan melalui penelitian Baga

dan Firdaus (2009) pada kasus belimbing dewa di Kota Depok serta penelitian

Fajrian (2013) pada CV. Bunga Indah Farm di Kabupaten Sukabumi. Kedua

penelitian ini menunjukkan penerapan sistem kewirausahaan sosial mampu

memajukan usaha tidak hanya secara keuntungan pribadi tetapi juga usaha

anggotanya. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan petani setelah

melakukan kemitraan serta meningkatnya skala usaha petani. Keberhasilan usaha

ini tidak lepas dari adanya peran seorang pemimpin yang memiliki jiwa

wirakoperasi. Penelitian Baga (2011) Profil dan Peran Wirakoperasi dalam

Pengembangan Agribisnis menunjukkan bahwa karakter seorang wirakoperasi

digambarkan dengan locus of control yang sangat internal, mempunyai need for

achievment yang tinggi, sikap altruisme yang tinggi, serta perilaku kepemimpinan

yang efektif dengan orientasi tugas dan manusia secara seimbang. Hal ini sesuai

dengan penelitian Effendi (2005) pada Koperasi Simpan Pinjam Etam Mandiri

Sejahtera menunjukkan untuk meningkatkan dinamika organisasi maka

diperlukan keefektifan gaya kepemimpinan yang tidak hanya berorientasi kepada

tugas tetapi dikombinasikan dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi kepada

hubungan baik anggota. Selain itu penelitian Nurlina (2009) menunjukkan

kepemimpinan orientasi prestasi secara simultan signifikan berpengaruh terhadap

keberlanjutan usaha anggota koperasi.

Penelitian Effendi (2005) dan Nurlina (2009) menunjukkan peran seorang

pemimpin berpengaruh terhadap keberhasilan suatu organisasi. Oleh sebab itu

peran seorang pemimpin yang memiliki jiwa wirakoperasi akan berpengaruh

terhadap keberhasilan usaha. Sesuai dengan Selain peranan seorang wirakoperasi

agar usaha dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan sebuah perencanaan

bisnis. Perencanaan bisnis yang sistematis diperlukan untuk mengurangi

kegagalan pada pendirian suatu proyek bisnis. Menurut Pinson (2003) ada tiga

tujuan menulis rencana bisnis, yaitu sebagai panduan yang dapat diikuti sepanjang

usia bisnis, sebagai dokumentasi pendanaan, dan sebagai alat standart untuk

mengevaluasi potensi bisnis keluar negeri.

Wibowo (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Rencana Bisnis

Industri Manisas Stroberi menyusun sebuah rencana bisnis yang menganalisis

aspek non finansial dan finansial. Aspek non finansial terdiri dari analisis pasar,

analisis teknik dan teknologi, analisis manajemen dan organisasi, dan analisis

lingkungan. Pada analisis pasar, penulis menggunakan sistem bauran pemasaran

yang terdiri dari Product, Price, Promotion, dan Place. Product menggambarkan

jenis produk yang akan dijual. Price menjelaskan tentang tingkat harga yang akan

diberlakukan. Promotion menjelaskan tentang strategi promosi yang akan

digunakan. Place menjelaskan tentang lokasi tempat usaha yang akan didirikan.

Page 24: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

9

Analisis teknik dan teknologi terdiri dari aspek bahan baku, mesin dan

peralatan, aspek teknologi, dan proses produksi, penentuan tata letak dan ruang

pabrik, serta perencanaan tata letak dan kebutuhan ruang pabrik. Analisis bahan

baku yang dilakukan terdiri dari perencanaan bahan baku dn perencanaan mesin

dan peralatan.

Aspek selanjutnya yang dianalisis adalah aspek teknologi dan proses

produksi. Aspek ini berisi penjelasan tentang jenis teknologi yag akan digunakan

serta tahapan-tahapan proses produksi yang akan dilakukan. Setelah menganalisis

aspek teknologi dan proses produksi, aspek selanjutnya adalah penentuan tata

letak dan ruang pabrik. Penentuan tata letak dan ruang pabrik sangat penting

dilakukan untuk meningkatkan tingkat efisiensi dari kegiatan produksi. Usaha

yang didirikan lebih baik dilakukan pada lokasi yang dekat dengan bahan baku

dengan harapan dapat memperkecil biaya transportasi, ketersediaan sumberdaya

yang cukup, infrastruktur yang mendukung, serta dekat dengan target pasar.

Analisis manajemen dan organisasi terdiri dari aspek legalitas, kebutuhan

tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan. Pada aspek legalitas

akan ditentukan bentuk badan usaha yang akan digunakan. Kebutuhan tenaga

kerja menjelaskan jumlah kebutuhan tenaga kerja yang akan digunakan pada

kegiatan usahanya. Struktur organisasi menggambarkan hierarki manajemen dari

organisasi bisnisnya dan bagaimana hubungan antar setiap karyawan dalam

organisasi tersebut. Deskripsi pekerjaan menjelaskan tugas-tugas serta tanggung

jawab setiap personil yang ada dalam organisasi bisnis.

Aspek lingkungan mengaji apakah usaha yang akan didirikan dapat

dilaksanakan dengan layak dilihat dari kondisi lingkungan. Hal ini mencakup

pengolahan limbah yang dihasilkan usaha yang didirikan sehingga perlu dilakuan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Analisis ini dilakukan agar

kualitas lingkungan tidak terganggu akibat kegiatan usaha.

Berdasarkan penelitian Wibowo (2011), maka penelitian ini akan

menggunakan konsep rencana bisnis dengan mengkaji beberapa aspek yaitu,

rencana produk, strategi dan rencana pemasaran, rencana operasional, rencana

manajemen. Selain itu, pendekatan wirakoperasi yang digunakan sangat sesuai

untuk mengatasi masalah sosial yang ada pada agribisnis temulawak, sehingga

pada rencana manajemen akan dipaparkan sistem manajemen melalui pendekatan

cooperative entrepreneur. Berdasarkan keseluruhan penelitian maka akan

dirancang sebuah rencana bisnis untuk produk simplisia temulawak melalui

pendekatan cooperative entrepreneur.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini didasarkan pada permasalahan

yang dihadapi. Dasar kerangka pemikiran teoritis ini adalah potensi dari sebuah

bisnis pengeringan dan pengemasan tanaman biofarmaka khususnya tanaman

temulawak dengan menggunakan peran dan fungsi seorang wirakoperasi

(cooperative entrepreneur) didalamnya. Penelitian ini menggunakan sebuah

Page 25: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

10

rencana bisnis untuk melihat potensi usaha pengeringan dan pengemasan rimpang

temulawak.

Wirakoperasi (Cooperative Entrepreneur)

Menurut Hendar dan Kusnadi (2009) dalam Fajrian (2013) wirakoperasi

atau cooperative entrepreneur adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha

secara kooperatif dengan mengambil sikap inovatif serta keberanian mengambil

risiko dan berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi dalam memenuhi

kebutuhan serta peningkatan kesejahteraan bersama. Menurut Baga (2009)

wirakoperasi adalah orang-orang yang mampu membawa atau menemukan

peluang koperasi yaitu berupa efek koperasi kemudian melakukan upaya

persusasif meyakinkan para petani untuk bersama-sama mengembangkan

koperasi. Efek koperasi merupakan hal apapun yang menjadikan sesuatu lebih

mudah, lebih murah, dan lebih menguntungkan jika dilakukan bersama-sama

dibandingkan dilakukan secara sendiri-sendiri.

Peran seorang wirakoperasi adalah menemukan peluang berkoperasi dan

mewujudkannya dalam bentuk usaha yang menguntungkan bagi para anggotanya

(Baga 2011). Wirakoperasi menggabungkan antara jiwa kewirausahaan dengan

sikap kooperatif pada diri seorang pemimpin. Seorang wirakoperasi tidak hanya

mementingkan keberhasilan usahanya tetapi juga bertanggung jawab dalam

meningkatkan kesejahteraan para anggota dan para petani.

Tugas utama seorang wirakoperasi adalah menciptakan inovasi yang dapat

memberikan perubahan yang positif dalam organisasi usaha. Keberhasilan inovasi

sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauan dari wirakoperasi tersebut.

Tugas wirakoperasi akan berjalan dengan baik apabila seorang wirakoperasi

memiliki tingkat kemampuan dan motivasi yang tinggi, serta kebebasan dalam

bertindak (sepanjang tidak merugikan orang lain) dari wirausaha (Fajrian 2013).

Seorang wirakoperasi dikatakan berhasil apabila dia mampu untuk

mengembangkan usahanya juga meningkatkan kesejahteraan petani atau

anggotanya. Orientasi peningkatan kesejahteraan tersebut dikatakan berhasil

apabila terjadi peningkatan pendapatan petani atau anggota dan perubahan skala

usaha kecil menjadi skala usaha yang lebih besar bagi petani.

Konsep cooperative entrepreneur dapat diterapkan pada suatu rancangan

bisnis dengan melakukan kerjasama dengan petani untuk memasok bahan baku

yang akan digunakan. Penerapan konsep ini akan menciptakan suatu multiplier

effect bagi usaha yang dijalankan juga meningkatnya tingkat efisiensi rantai

pasokan karena terintegrasinya rantai pasok mulai dari on-farm hingga off-farm.

Rencana Bisnis

Rencana bisnis merupakan dokumen tertulis yang menjelaskan rencana

perusahaan atau pengusaha untuk memanfaatkan peluang-peluang usaha (business

opportunities) yang terdapat di lingkungan eksternal perusahaan, menjelaskan

keunggulan bersaing (competitive advantage) usaha, serta menjelaskan berbagai

langkah yang harus dilakukan untuk menjadikan peluang usaha tersebut menjadi

suatu bentuk usaha yang nyata (Solihin 2007).

Page 26: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

11

Perencanaan bisnis mencakup uraian tentang gambaran umum rencana,

kondisi perusahaan, produk/jasa yang akan diberikan oleh perusahaan, kondisi

pasar, kondisi manajemen, kondisi keuangan, kondisi operasional, strategi untuk

pengembangan di masa yang akan datang, informasi keuangan yang dibutuhkan

dan lampiran-lampiran. Perencanaan bisnis dapat digunakan sebagai alat untuk

mencari pinjaman dari pihak ketiga, seperti pihak perbankan, investor, lembaga

keuangan, dan sebagainya (Rangkuti 2005).

Rencana Produk

Perencanaan produk adalah proses penciptaan suatu produk hingga produk

tersebut diperkenalkan di pasar. Proses perencanaan produk diawali dengan

pengenalan terhadap kebutuhan pasar. Produk yang dijual dapat berupa fresh

product, intermediate product, atau final product.

Fresh product adalah produk segar yang belum dilakukan pemrosesan

terlebih dahulu. Fresh product umumnya tidak menghasilkan margin yang tinggi

bagi pelakunya, karena tidak memiliki nilai tambah. Intermediate product adalah

produk yang telah diproses namum memerlukan proses selanjutnya untuk

kemudian dijual kepada konsumen akhir. Intermediate product umumnya

dipasarkan pada industri manufaktur produk akhir. Final product adalah produk

yang langsung dapat dikonsumsi atau digunakan langsung oleh konsumen akhir.

Produk yang akan dihasilkan pada rencana bisnis ini adalah intermediate

product yaitu berupa simplisia temulawak dan temulawak bubuk. Produk

dihasilkan dengan mengolah rimpang temulawak segar menjadi simplisia kering

yang dapat meningkatkan umur simpan produk. Nilai tambah pada produk ini

diharapkan dapa memberikan keuntungan lebih bagi pelaku usaha.

Strategi dan Rencana Pemasaran

Persaingan pasar yang semakin ketat menuntut para pelaku usaha untuk

mempunyai suatu strategi dan perencanaan pemasaran yang matang agar dapat

bertahan dalam suatu idustri. Keinginan pengusaha besar adalah mampu

menerobos pasar dunia dan tidak kalah bersaing dengan produk luar negeri di

dalam negeri.

Pasar yang berubah dengan sangat cepat, selera konsumen yang mudah

berubah, dan keinginan konsumen untuk mencoba produk baru menjadikan

loyalitas konsumen sangat labil. Oleh karena itu, hal ini yang menjadi tantangan

bagi kegiatan pemasaran, mencari, memelihara konsumen yang sudah ada.

Strategi pemasaran harus menjawab tantangan ini dengan berbagai taktik. Setelah

mengetahui keseluruhan kondisi pasar dari industri tersebut, hal yang harus

dilakukan selanjutnya ialah menentukan usaha-usaha atau strategi pemasarannya.

Menurut Kotler dan Keller (2009) semua strategi pemasaran dibuat berdasarkan

STP (Segmentation, Targetting, Positioning) dan kemudian disesuaikan dengan

bauran pemasaran (Product,Price, Place, Promotion)

1. Segmenting

Segmenting adalah proses mengelompokkan pasar yang luas dan heterogen

menjadi kelompok yang homogen dan memiliki kesamaan dalam hal kebutuhan,

Page 27: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

12

keiginan, prilaku, dan respon terhadap program-program pemasaran spesifik.

Program-program pemasaran yang sesuai dengan segmentasi pasar akan

meningkatkan jumlah penjualan pada perusahaan.

Segmentasi pasar harus dapat diidentifikasi dan diukur terlebih dahulu

sehingga akan memudah untuk menentukan strategi yang efektif pada segmen

tersebut. Segmen pasar harus dapat terukur dengan baik tidak hanya berdasarkan

besar pasar potensial tetapi juga prilaku membeli konsumen (Zehle 2004).

2. Targetting

Targetting adalah proses memilih target pasar produk yang dituju dari

setiap segmen-segmen pasar yang telah ditentukan. Segmen pasar yang

memberikan keuntungan menjadi target potensial bisnis. Sebuah bisnis dapat

berkonsentrasi pada satu, beberapa, atau seluruh target. Salah satu hal penting

dalam target pasar adalah komunikasi pasar, yaitu menempatkan produk sesuai

dengan posisi produk tersebut (Zehle 2004).

3. Positioning

Positioning adalah proses menempatkan produk pada suatu posisi khusus

sehingga konsumen dapat dengan mudah membedakan produk kita dengan

produk perusahaan pesaing. Positioning penting dilakukan untuk menciptakan

suatu citra produk pada konsumen.

Bauran pemasaran ialah suatu kombinasi yang memberikan hasil maksimal

dari unsur-unsur product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan

process keempat P pertama disebut 4 P tradisional dan 3 P terakhir dikatakan

unsur bauran pemasaran untuk pemasaran produk jasa (Alma 2010). Bauran

pemasaran digunakan sebagai suatu strategi agar proses pemasaran dapat

memberikan hasil yang maksimal.

1. Product (Produk)

Aspek ini terdiri dari spesifikasi produk yang ditawarkan oleh perusahaan,

seperti bentuk produk, merek produk, kemasan, serta hal lain terkait produk yang

akan dijual. Selain itu, pengembangan jenis-jenis atau variasi produk juga dapat

dianalisis pada aspek ini.

2. Price (Harga)

Aspek ini menjelaskan tentang harga yang diberlakukan kepada konsumen

untuk setiap jenis produk yang ditawarkan.

3. Place (Tempat)

Aspek ini mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan lokasi penjualan produk

maupun pendistribusian produk, serta ketersediaan fasilitas yang dapat

memberikan nilai tambah bagi konsumen dari sisi tempat.

4. Promotion (Promosi)

Aspek ini mencakup strategi-strategi promosi yang dilakukan perusahaan

untuk memasarkan produknya. Dalam aspek ini akan dikaji mengenai pemilihan

media promosi serta pemilihan cara penjualan.

Rencana Operasional (Produksi)

Teknis dan produksi merupakan kegiatan utama dalam suatu usaha yang

terdiri dari proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiaan maupun

kegiatan produksi yang dilakukan. Pemilihan lokasi dan tata ruang menjadi

langkah awal dalam analisis teknis dan produksi. Pemilihan lokasi dan tata ruang

Page 28: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

13

yang tepat akan meningkatkan tingkat efisiensi dari perusahaan tersebut. Pada

perencanaan operasional atau produksi juga dirancang suatu SOP (Standart

Operational Procedure) dari kegiatan bisnis pengeringan dan pengemasan

rimpang temulawak. Selain itu, perencanaan jumlah produksi dan pemilihan

teknologi yang tepat guna juga harus dilakukan sebelum melakukan bisnis. Hal ini

berguna untuk menghitung modal yang akan dibutuhkan.

a. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Perencanaan lokasi dan tata letak menjadi hal awal yang harus

dipertimbangkan, karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan

efisiensi kegiatan usaha. Pemilihan lokasi usaha dapat ditentukan berdasarkan

kedekatannya dengan bahan baku atau pasar potensial, tenaga kerja, serta

ketersediaan infrastruktur yang baik yang dapat menunjang kegiatan usaha.

Perancangan tata letak bangunan usaha terdiri dari ruang produksi, ruang

penyimpanan atau gudang, ruang administrasi, serta ruangan lain yang dibutuhkan

dalam kegiatan usaha harus dipertimbangkan dengan baik agar dapat

meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang akan dibutuhkan.

b. Teknologi Teknologi pengeringan rimpang temulawak dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu secara tradisional dengan menggunakan panas matahari dan

menggunakan oven. Namun, pengeringan dengan cara ini membutuhkan waktu

yang lebih lama dan memiliki risiko yang cukup tinggi terkontaminasi oleh

bakteri ataupun jamur.

Proses pengeringan lebih baik dilakukan menggunakan oven dengan suhu

±60oC. Hal ini akan mempercepat proses pengeringan dan memberikan hasil yang

lebih baik ditinjau dari segi tampilan fisik (Cahyono, dkk 2011). Lebih jauh lagi,

penelitian Cahyono, dkk (2011) juga menunjukkan bahwa proses pengeringan ini

berpengaruh terhadap kandungan kurkuminoid temulawak. Kadar total

kurkuminoid yang diekstrak dari simplisia kering memiliki kuantitas lebih banyak

daripada temulawak segar.

Selain proses pengeringan, penggunaan teknologi juga dilakukan pada

proses pengemasan. Pengemasan simplisia kering ataupun rimpang segara

temulawak dilakukan dengan menggunakan alat Vacuum Packaging. Alat ini

memiliki prinsip kerja dengan cara menyedot udara yang ada dalam kemasan dan

kemudian dlakukan penyegelan kemasan. Pengemasan dengan teknologi ini

dipilih karena memiliki keunggulan tidak merusak kandungan gizi, bentuk,

tekstur, dan dapat menekan pertumbuhan mikroba karena terbentuknya hampa

udara pada sisi dalam kemasan tersebut sehingga dapat memperpanjang umur

penyimpanan produk juga memperkecil ruang simpan.

c. Perencanaan Bahan Baku

Bahan baku merupakan input atau bahan dasar pada kegiatan produksi

untuk menghasilkan suatu produk yang akan ditawarkan oleh perusahaan. Untuk

menghasilkan suatu produk yang memiliki standar mutu tertentu maka bahan baku

yang digunakan juga harus memiliki standar mutu yang telah ditetapkan.

Pemilihan bahan baku harus diperhatikan dengan baik. Beberapa hal yang

termasuk kedalam perencanaan bahan baku, yaitu: (1) Jenis bahan baku, (2)

Page 29: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

14

Kuantitas bahan baku, (3) Kualitas bahan baku, (4) Persediaan bahan baku, dan

(5) Kemungkinan penggunaan jenis bahan baku lain.

Rencana Manajemen

Aspek manajemen dalam perencanaan bisnis berisi gambaran tentang

bisnis/proyek dalam masa pembangunan dan bisnis/proyek sudah berjalan.

Bisnis/proyek dalam masa pembangunan, berisi kajian lama waktu yang

dibutuhkan unrtuk penyiapan proyek sampai proyek siap beroperasi dan biaya

yang dibutuhkan untuk bisnis tersebut. Sedangkan bisnis/proyek sudah berjalan

berisi kajian bentuk badan hukum organisasi, struktur organisasi, jumlah

karyawan yang dibutuhkan, persyaratan karyawan, proses rekruitment, sistem

upah, dan sebagainya (Supriyanto 2011).

a. Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Koperasi

Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseoragan atau

badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai

modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama

di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi

(UU No. 17 tahun 2012). Koperasi terdiri atas dua jenis, yaitu koperasi primer dan

koperasi sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang didirikan oleh orang

perseorangan, sedangkan koperasi sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh

dan beranggotakan badan hukum koperasi. Koperasi primer didrikan oleh paling

sedikit 20 (dua puluh) orang perseorangan dengan memisahkan sebagian

kekayaan pendiri atau anggota sebagai modal awal koperasi. Koperasi sekunder

didirikan oleh paling sedikit 3 (tiga) koperasi primer.

Koperasi dalam pelaksanaannya harus menerapkan tujuh prinsip dasar

koperasi. UU No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyebutkan tujuh

prinsip dasar koperasi adalah sebagai berikut:

1. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka

2. Pengawasan oleh anggota dilaksanakan secara demokratis

3. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi

4. Koperasi merupakan badan usaha yang swadaya dan otonom

5. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota,

pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi

kepada masyarakat tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi

6. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat gerakan

koperasi, dengan bekerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat

lokal, nasional, regional, dan internasional; dan

7. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan

masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

b. Persyaratan Perusahaan untuk Mengekspor

Perusahaan yang ingin meluaskan pasarnya ke luar negeri atau ekspor,

harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya (Kemendag 2013):

1. Memiliki badan hukum dalam bentuk:

a. CV (Commanditaire Vennotschap)

b. Firma

Page 30: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

15

c. PT (Perseroan Terbatas)

d. Persero (Perusahaan Perseroan)

e. Perum (Perusahaan Umum)

f. Perjan (Perusahaan Jawatan)

g. Koperasi

2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti:

a. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan

b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian

c. Izin Usaha PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau PMA

(Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh BKPM (Badan

Koordinasi Penanaman Modal)

4. Memiliki Angka Pegenal Ekspor (APE)

Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan untuk koperasi harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi

2. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab koperasi

3. Fotokopi NPWP Koperasi

4. Neraca terakhir koperasi bermaterai Rp 6 000,-

5. Susunan Pengurus

6. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan atau kantor desa, diketahui

kecamatan

7. Pasfoto warna ukuran 4x6 dua lembar.

Ijin usaha perdagangan ini masuk kedalam ijin usaha perdagangan dan

berlaku selama lima tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menggambarkan tentang hierarki kepengurusan dari

organisasi bisnis. Struktur organisasi terdiri dari susunan bagian-bagian yang

diperlukan untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam organisasi bisnis

tersebut. Pada struktur organisasi akan digambarkan hubungan kerja antara orang

yang satu dengan yang lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan

hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

d. Deskripsi Kerja

Bagian-bagian yang dicantumkan pada struktur organisasi akan

mempunyai tugas dan tanggung jawab masing-masing. Penggambaran tugas dan

tanggung jawab masing-masing tenaga kerja atau pegurus dipaparkan dalam

bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan

berbeda-beda sesuai dengan jabatan dan bagiannya.

e. Upah dan Gaji

Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh

seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji merupakan imbalan yang

diberikan dengan jumlah yang tetap setiap bulannya, sedangkan upah merupakan

imblan yang diberikan per jam kerja sehingga besaran upah tergantung kepada

banyaknya jam kerja. Besarnya pemberian gaji dan upah berbeda-beda sesuai

dengan besar tanggung jawab yang dibebankan. Pemberian upah dipengaruhi oleh

masalah persaingan di pasar tenaga kerja, pendidikan, keterampilan, perilaku

Page 31: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

16

karyawan, dan pengalamannya. Penetapan upah tidak dapat ditentukan oleh satu

formula, karena penetapan besarnya upah juga melihat kepada tingkat

produktivitas, biaya hidup, dan laba yang diperoleh pengusaha.

Berdasarkan ketetapan Gubernur Jawa Barat No. 561/Kep.1636-

bangsos/2013 upah minimum regional (UMR) untuk Kabupaten Bogor untuk

industri ini adalah sebesar Rp2 578 576. Upah ini termasuk dengan gaji pokok

serta tunjangan.

f. Manajemen Risiko

Jalannya sebuah bisnis tidak akan terlepas dari sebuah risiko. Menurut

Siahaan (2007) risiko adalah kombinasi probabilitas suatu kejadian dengan

konsekuensi atau akibatnya. Darmawi (2007) mendefinisikan risiko adalah

penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Menurut Muslich (2007)

risiko adalah seluruh hal yang dapat mengakibatkan kerugian. Secara umum risiko

dapat didefinisikan sebagai penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan

yang dapat menimbulkan suatu kerugian.

Risiko dapat dikategorikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko,

akibat yang dilakukan, dan aktivitas yang dilakukan. (Kountur 2008).

- Risiko dari Sudut Pandang Penyebab Timbulnya Risiko

Sofyan (2004) menyebutkan penyebab timbulnya risiko pada umumnya

berasal dari dua sumber, yakni sumber intern dan sumber ekstern. Sumber intern

umumnya memiliki risiko yang lebih kebih kecil dikarenakan masalah intern

umumnya lebih mudah dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber ekstern berasal

dari luar organisasi dan umumnya jauh diluar kendali si pembuat keputusan,

antara lain muncul dari pasar, ekonomi dan politik, perkembangan teknologi,

perubahan sosial budaya, kondisi suplai atau pemasok, kondisi geografi dan

kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

- Risiko dari Sudut Pandang Akibat

Risiko dari sudut pandang akibat dibagi menjadi risiko murni dan risiko

spekulatif. Risiko murni terjadi apabila suatu ketidakpastian yang terjadi

menghasilkan kerugian. Tidak ada kemungkinan menghasilkan keuntungan.

Contoh dari risiko ini yaitu adanya barang yang hilang karena kemalingan,

kehancuran gedung, dan kebakaran gedung. Sebaliknya, risiko spekulatif yaitu

risiko dimana kita mengharapkan terjadinya kerugian dan juga keuntungan

(Hanafi 2006). Kerugian akibat risiko spekulatif akan merugikan individu

tertentu, tetapi akan menguntungkan individu lainnya. Contohnya adalah usaha

bisnis.

- Risiko dari Sudut Pandang Aktivitas

Jenis risiko pada kategori ini timbul dari aktivitas yang dilakukan.

Aktivitas yang dapat menimbulkan risiko ada berbagai macam, misalnya risiko

kredit timbul akibat adanya aktivitas pemberian kredit dan risiko produksi timbul

akibat adanya aktivitas produksi. Banyaknya risiko dari sudut pandang aktivitas

ini sebanyak jumlah aktivitas yang ada.

Rencana Keuangan

Page 32: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

17

Aspek finansial dapat digambarkan melalui proyeksi arus kas pada saat

bisnis tersebut dijalankan. Proyeksi arus kas dibutuhkan agar para investor dapat

melihat tingkat keuntungan yang akan didapatkan. Arus kas (cash flow) adalah

suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi,

kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan/pendanaan serta

kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode.

Laporan arus kas memiliki dua macam arus, yaitu cash inflow dan cash

outflow. Cash Inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas), terdiri dari: (1) Hasil penjualan

produk atau jasa, (2) Penagihan piutang dari penjualan kredit, (3) Penjualan aktiva

tetap yang ada, (4) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan

terbatas, (5) Pinjaman/hutang dari pihak lain, dan (6) Penerimaan sewa dan

pendapatan lain.

Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

mengakibatkan beban pengeluaran kas, terdiri dari: (1) Pengeluaran biaya bahan

baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain, (2) Pengeluaran biaya

administrasi umum dan administrasi penjualan, (3) Pembelian aktiva tetap, (4)

Pembayaran hutang-hutang perusahaan, (5) Pembayaran kembali investasi dari

pemilik perusahaan, dan (6) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan

pengeluaran lain-lain

Ada beberapa hal yang perlu dianalisis lebih lanjut untuk menyusun suatu

perencanaan bisnis yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR),

Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009).

Selain itu, tingkat Break Even Point (BEP) juga harus dianalisis untuk melihat

titik impas dari kegiatan penjualan.

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total Present value

penerimaan (benefit) dengan total Present Valure pengeluaran (cost) atau jumlah

Present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis

dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0

(NPV>0).

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk

menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan

dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan

layak atau dapat berjalan apabila nilai IRR lebih besar dari Discount Rate (DR)

atau tingkat suku bunga yang berlaku.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat

bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis

dikatakan layak apabila nilai Net B/C Rasio lebih besar dari 1 (Net B/C Rasio>1).

Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada

kerugian yang dialami.

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis

finansial. Merode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat

tingkat pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat

Page 33: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

18

pengembalian modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi

pada bisnis tersebut.

5. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik

impas yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan

sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun

keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan

keuntungan sama denga nol.

Kerangka Pemikiran Operasional

Kerangka pemikiran operasional digunakan sebagai landasan yang

berkaitan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penelitian.

Kerangka pemikiran operasional penelitian dimulai dari menganalisis potensi

tanaman temulawak. Tanaman temulawak memiliki banyak khasiat untuk

kesehatan dan permintaan tanaman temulawak sangat tinggi baik pada pasar

domestik maupun luar negeri. Namun, pada kenyataan di lapang para petani

memiliki keterbatasan dalm hal informasi pasar, sehingga petani tidak mengetahui

kebutuhan industri yang membutuhkan dalam bentuk olahan kering atau bubuk.

Petani umumnya menjual produk dalam bentuk segar sehingga harga yang

diberikan kepada petani sangat rendah. Harga di tingkat petani yang rendah

mengakibatkan rendahnya motivasi petani untuk membudidayakan temulawak.

Selain itu, skala usaha petani temulawak umumnya berukuran kecil dan lokasi

budidayanya tersebar sehingga jumlah produksi yang dihasilkan umumnya

sedikit. Hal ini menyebabkan kebutuhan atau permintaan pasar untuk produk

temulawak ini menjadi tidak terpenuhi dan agribisnis temulawak menjadi tidak

berkembang.

Ditinjau dari potensi serta kondisi atau kenyataan di lapang maka untuk

mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu usaha komersialisasi tanaman

temulawak. Komersialisasi ini dilakukan dengan memberikan nilai tambah pada

tanaman temulawak melalui kegiatan pengolahan dan pengemasan. Agar usaha

dapat berkembang dengan baik, maka diperlukan suatu kegiatan usaha bersama

dengan menggabungkan sumber daya yang kecil menjadi suatu usaha yang besar.

Pada kegiatan usaha bersama ini diperlukan peranan seorang wirakoperasi yang

berfungsi sebagai penggerak agar usaha dapat berjalan sesuai dengan prinsip-

prinsip koperasi. Agar usaha komersialisasi tanaman temulawak dapat

direalisasikan, maka diperlukan suatu perencanaan bisnis. Rencana bisnis ini

dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan usaha atau sebagai alat

untuk memperoleh pendanaan. Alur pemikiran kerangka operasional secara

ringkas dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 34: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

19

Gambar 3. Kerangka pemikiran operasional penelitian

- Temulawak memiliki banyak

khasiat untuk kesehatan

-Permintaan industri untuk produk

temulawak baik dalam maupun luar

negeri sangat tinggi

- Pulau Jawa merupakan sentra

penghasil temulawak

- Kurangnya pengetahuan petani

akan kebutuhan pasar temulawak

- Harga ditingkat petani yang rendah

karena tidak adanya nilai tambah

sehingga rendahnya motivasi petani

untuk membudidayakan temulawak

- Skala usaha yang kecil dan lokasi

usaha yang tersebar

Wirakoperasi

sebagai penggerak

Tidak terpenuhinya permintaan pasar sehingga

agribisnis temulawak menjadi tidak berkembang

Komersialisasi

tanaman

temulawak

Memberikan nilai

tambah pada produk

Membuat kerjasama

melakukan usaha

kolektif dengan petani

skala kecil

Rencana

Produk

Rencana

Keuangan

Rencana

Manajemen

Rencana

Operasional

Strategi dan

Rencana

Pemasaran

Rencana Bisnis Produk Simplisia Temulawak Berorientasi Ekspor

Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor

Page 35: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

20

METODE PENELITIAN

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pada analisis produksi penelitian dilakukan pada salah satu industri obat

tradisional dan beberapa petani yang ada di Kecamatan Cipaku, Tegal Waru,

Cimanggu, Gunung Leutik, dan Kecamatan Rancabungur. Untuk analisis pasar

penelitian dilakukan pada beberapa industri obat tradisional. Pemilihan lokasi

industri dilakukan dengan metode Purpossive sampling dengan pertimbangan

tempat tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangan dan lokasi yang

strategis untuk kelancaran penelitian ini. Penelitian ini dilakukan pada bulan

Oktober 2013-Februari 2014.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang

dilakukan oleh petani terutama mengenai jumlah produksi atau potensi jumlah

produksi. Selain itu, data kualitatif juga diperoleh dari industri obat tradisional

mengenai keadaan serta kondisi pasar. Data kuantitatif diperoleh dari hasil

produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yang berkaitan dengan

penelitian.

Data yang digunakan pada penelitian ini, merupakan data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi

penelitian serta wawancara dengan petani ataupun pihak pelaku industri.

Sedangkan data sekunder, diperoleh dari data Badan Pusat Statistik (BPS),

Kementerian Pertanian, perpustakaan, penelitian atau riset yang telah dilakukan,

serta penelusuran dari literatur yang relevan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan metode

observasi serta wawancara di lapang. Metode wawancara digunakan untuk

memperoleh informasi terkait harga di tingkat petani, harga di tingkat pengusaha,

proses pengolahan, serta Teknik pengumpulan data sekunder dilakukan dengan

cara studi literatur melalui buku ataupun melalui penelusuran internet.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah menggunakan dua jenis

analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial.

A. Analisis Non Finansial

1. Rencana Produk

Page 36: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

21

Produk yang akan dijual pada bisnis pengolahan rimpang

temulawak ialah produk setengah jadi (Intermediate product). Produk

yang dihasilkan berupa simplisia temulawak yang kemudian digiling

menjadi bentuk bubuk. Produk ini kemudian akan dikemas menggunakan

vacuum packaging untuk memperpanjang umur simpan serta memperkecil

ruang simpan produk.

2. Strategi dan Rencana Pemasaran

Analisis strategi dan rencana pemasaran menggambarkan mengenai

bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan agar dapat bersaing dalam

pasar. Penentuan strategi dan rencana pemasaran didasarkan pada kondisi

persaingan pasar yang dihadapi. Pada analisis strategi dan rencana

pemasaran menggunakan analisis STP (Segmenting, Targetting, dan

Positioning) serta bauran pemasaran 4 P (Product, Price, Place, dan

Promotion).

a. Segmentasi Pasar

Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat

heterogen kedalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam

prosesnya aspek utama yang menjadi variabel dalam pengelompokan pasar

adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.

b. Target Pasar

Setelah menganalisis segmentasi pasar, hal selanjutnya yang dilakukan

adalah pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan target pasar. Pada

penentuan target pasar, kriteria yang harus diperhatikan adalah target pasar

yang dituju harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang

dilakukan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang

cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan pasar yang baik, serta pasar dapat

dijangkau oleh media pemasaran.

c. Posisi Pasar

Penentuan posisi pasar merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan

pada analisis strategi pemasaran. Penentuan posisi pasar dilakukan agar

konsumen dapat membedakan antara produk yang ditawarkan perusahaan

dengan produk pesaing. Penentuan posisi pasar dilakukan dengan cara

mengidentifikasi keunggulan kompetitif produk dibandingkan dengan

perusahaan pesaing.

3. Rencana Operasional (Produksi)

Rencana operasional merupakan keseluruhan kegiatan operasional

yang akan dilakukan pada bisnis yang akan mempengaruhi kebutuhan

biaya. Rencana operasional mencakup penentuan lokasi usaha, skala

operasi, kriteria pemilihan mesin atau equipment, proses produksi,

perumusan standar mutu input dan output, serta layout perusahaan.

4. Tim Manajemen

Perencanaan tim manajemen mencakup mengenai bagaimana

bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur

organisasi, deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja yang

digunakan, penentuan anggota dan tenaga kerja inti, serta sistem gaji dan

upah.

Page 37: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

22

B. Analisis Finansial

1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara total Present value

penerimaan (benefit) dengan total Present Valure pengeluaran (cost) atau jumlah

Present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Suatu bisnis

dikatakan layak atau dapat memberi keuntungan apabila nilai NPV lebih dari 0

(NPV>0).

Keterangan :

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnist ( t = 0,1,2,3,........, n), tahun awal bisa

tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya

i = Discount rate (%)

2. Internal Rate Return (IRR)

Internal Rate of Return menunjukkan kemampuan suatu proyek untuk

menghasilkan tingkat keuntungan yang akan dicapainya. Besaran yang dihasilkan

dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis dikatakan

layak atau dapat berjalan apabila nilai IRR lebih besar dari Discount Rate (DR)

atau tingkat suku bunga yang berlaku.

Keterangan :

i1 = Nilai percobaan pertama untuk discount rate positif

i2 = Nilai percobaan kedua untuk discount rate negatif

NPV1 = Nilai percobaan pertama untuk NPV

NPV2 = Nilai percobaan kedua untuk NPV

3. Net Benefit – Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara manfaat

bersih bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis

dikatakan layak apabila nilai Net B/C Rasio lebih besar dari 1 (Net B/C Rasio>1).

Hal ini berarti keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih besar daripada

kerugian yang dialami.

Page 38: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

23

Keterangan:

Bt = Manfaat pada tahun t

Ct = Biaya pada tahun t

t = Tahun kegiatan bisnist ( t = 0,1,2,3,........, n), tahun awal bisa

tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya

i = Discount rate (%)

4. Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan metode pelengkap dalam analisis finansial.

Merode perhitungan ini dilakukan untuk menghitung seberapa cepat tingkat

pengembalian modal dari bisnis tersebut. Semakin cepat tingkat pengembalian

modal, maka para investor akan semakin tertarik untuk berinvestasi pada bisnis

tersebut.

Keterangan :

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab = manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya

5. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu keadaan pada kondisi titik impas

yang terjadi ketika penjualan sama dengan jumlah biaya yang dikeluarkan

sehingga pada kondisi ini perusahaan tidak mengalami kerugian maupun

keuntungan (P = ATC minimum). Dengan kata lain pada kondisi ini kerugian dan

keuntungan sama denga nol.

6. Cash Flow

Laporan arus kas memiliki dua macam arus, yaitu cash inflow dan cash

outflow. Cash Inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas), terdiri dari: (1) Hasil penjualan

produk atau jasa, (2) Penagihan piutang dari penjualan kredit, (3) Penjualan aktiva

tetap yang ada, (4) Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan

terbatas, (5) Pinjaman/hutang dari pihak lain, dan (6) Penerimaan sewa dan

pendapatan lain.

Page 39: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

24

Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang

mengakibatkan beban pengeluaran kas, terdiri dari: (1) Pengeluaran biaya bahan

baku, tenaga kerja langsung dan biaya pabrik lain-lain, (2) Pengeluaran biaya

administrasi umum dan administrasi penjualan, (3) Pembelian aktiva tetap, (4)

Pembayaran hutang-hutang perusahaan, (5) Pembayaran kembali investasi dari

pemilik perusahaan, dan (6) Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga dan

pengeluaran lain-lain. Contoh tabel proyeksi arus kas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Contoh tabel proyeksi arus kas

No Uraian Komponen 1 2 ... n

I Inflow

1. Nilai Produksi

1. Pinjaman

2. Nilai Sewa

3. Grants

4. Salvage Value

Total Inflow

II Outflow

1. Biaya Investasi

2. Biaya Operasional

2.1 Biaya Variabel

2.2 Biaya Tetap

3. Pembayaran Bunga Pinjaman

4. Pajak

5. Biaya Lainnya

Total Outflow

III Net Benefit

IV Dengan i=DR (%)

V PV Net Benefit (NPV)=(III)(IV)

GAMBARAN UMUM LOKASI USAHA

Bogor terletak di bagian barat Pulau Jawa. Bogor dibagi menjadi dua

wilayah administratif, yaitu Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Secara geografis

Kota Bogor terletak diantara 106048

0 BT dan 6

026

0 LS. Kedudukan geografis

Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dekat dengan

ibukota negara sehingga memiliki potensi yang strategis bagi perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi dan jasa. Kota Bogor mempunyai rata-rata ketinggian

minimum 190 m dan 330 m dari permukaan laut. Kota Bogor memiliki suhu rata-

rata tiap bulan 26 0C dengan suhu terendah 21.8

0C dan suhu tertinggi 30.4

0C.

Curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3 500 sampai 4 000 mm dengan curah

hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari.

Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung

dengan ibukota dan secara geografis terletak pada posisi 6019

0 sampai 6

047

0 LS

Page 40: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

25

dan 10601

0 sampai 107

0103

0 BT. Batas-batas wilayah Kabupaten Bogor sebagai

berikut:

- Sebelah Utara : Kota Depok

- Sebelah Barat : Kabupaten Lebak

- Sebelah Barat Daya : Kabupaten Tangerang

- Sebelah Timur : Kabupaten Purwakarta

- Sebelah Timur Laut : Kabupaten Sukabumi

- Sebelah Selatan : Kabupaten Sukabumi

- Sebelah Tenggara : Kabupaten Cianjur

Kabupaten Bogor memiliki suhu rata-rata antara 20 0C sampai 30

0C.

Curah hujan tahunan antara 2 500 mm sampai dengan 5 000 mm/tahun, kecuali di

wilayah bagian utara yang berbatasan dengan DKI Jakarta, Tangerang, dan Bekasi

curah hujannya kurang dari 2 500 mm per tahun. Ketinggian rata-rata Kabupaten

Bogor berkisar antara 15 sampai 2 500 m diatas permukaan laut. Penyebaran

ketinggian yaitu daratan bergelombang (100 sampai 500 m) di bagian tengah,

pegunungan (500 sampai 1000 m), pegunungan tinggi dan daerah puncak (2 000

sampai 2 500 m).

Kondisi topografi yang dimiliki Kota Bogor dan Kabupaten Bogor sesuai

dengan kondisi dan syarat tumbuh tanaman temulawak. Tanaman temulawak

secara alami tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari

teriknya sinar matahari. Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara

19 sampai 30 0C. Tanaman ini memerlukan curah hujan tahunan antara 1 000

sampai 4 000 mm/tahun. Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5

sampai 1 000 m diatas permukaan laut dengan ketinggian tempat optimum adalah

750 m diatas permukaan laut. Kandungan pati tertinggi didalam rimpang

diperoleh pada tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m diatas permukaan

laut. Tanaman ini lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.

Pertumbuhan yang baik pada komoditas temulawak didukung oleh

karakteristik topografi dan iklim wilayah Bogor yang sesuai dengan kondisi dan

syarat tumbuh bagi tanaman itu sendiri. Karakteristik topografi dan iklim yang

sesuai menjadikan wilayah Bogor berpotensi untuk pengembangan budidaya

temulawak.

RENCANA BISNIS

Rencana Produk

Produk yang akan dihasilkan dalam rencana bisnis ini ialah intermediate

product dalam bentuk temulawak bubuk. Perencanaan produk ditentukan

berdasarkan permintaan pasar. Industri obat herbal atau fitofarmaka lebih banyak

membutuhkan bahan baku berupa olahan bubuk kering dibandingkan bentuk

segar. Hal ini dikarenakan bahan kering lebih tahan lama dibandingkan bahan

segar. Temulawak bubuk yang dihasilkan memiliki kadar air maksimum 10

persen dan murni tanpa campuran bahan lainnya. Selain kandungan zat

didalamnya hal yang harus diperhatikan adalah penampilan produk. Produk yang

dihasilkan berwarna kuning-jingga hingga coklat kuning-jingga. Produk yang

Page 41: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

26

sudah digiling kemudian akan dikemas dalam kemasan plastik vakum dengan

berat 10 kg dan kemasan sekunder berupa kardus berukuran netto 50 kg atau isi

lima kemasan plastik. Pengemasan dengan cara vakum dipilih untuk

memperpanjang umur produk dan juga mengecilkan ruang simpan.

Gambar 4 Temulawak bubuk

Perumusan Standar Mutu Input dan Output

Perumusan standar mutu input dan output diperlukan untuk meghasilkan

produk, sesuai dengan kualitas yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Mutu input

berupa spesifikasi dari seluruh bahan baku yang akan digunakan dalam proses

produksi. Mutu output berupa spesifikasi dari produk yang akan dijual. Mutu

input dan output yang digunakan disesuaikan dengan permintaan pasar atau dalam

hal ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh standar ekspor dari

Kementerian Pertanian (Kementan 2012). Namun, mutu output ini juga dapat

disesuaikan standar mutu yang telah ditetapkan oleh perusahaan pembeli.

- Standar mutu input

Input yang digunakan adalah rimpang temulawak segar yang diperoleh dari

petani mitra. Standar mutu bahan baku yang ditetapkan adalah rimpang

temulawak berumur 9 sampai 10 bulan dengan warna kuning-jingga. Selain

itu rimpang yang digunakan merupakan rimpang dengan kondisi yang baik,

tidak rusak, berjamur, ataupun cacat

- Standar mutu output

Output yang dihasilkan berupa temulawak bubuk. Standar mutu output untuk

produk temulawak bubuk ialah temulawak yang sudah digiling berwarna

coklat kuning-jingga dengan kehalusan 40 sampai 60 mesh dan kadar air 10

persen.

Strategi dan Rencana Pemasaran

Strategi Pemasaran

1. Segmenting

Pengelompokan segmen pasar untuk produk simplisia dan bubuk

temulawak ini didasarkan pada aspek tingkat penggunaan dan juga

geografis. Berdasarkan aspek tingkat penggunaan segmen pasar untuk

produk ini mencakup industri fitofarmaka, industri jamu atau obat herbal,

industri makanan dan minuman, dan perusahaan distributor bahan baku

herbal atau rempah. Berdasarkan aspek geografis segmen pasar produk ini

Page 42: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

27

mencakup Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, Thailand, Singapura,

Piliphina, Malaysia, Vietnam, Arab Saudi, India, Jordania, Arab Syria, Uni

Emirat Arab, Algeria, Australia, Amerika, Suriname, Argentina, Belanda,

Jerman, dan Ukraina.

2. Targetting

Target pasar yang dipilih dari segmen pasar yang telah ditentukan

adalah industri fitofarmaka yang membutuhkan simplisia ataupun bubuk

kering temulawak sebagai bahan baku produknya di negara Amerika.

Negara ini dipilih karena Amerika termasuk ke dalam tiga besar importir

terbesar untuk tanaman temulawak di Indonesia dan bukan negara

penghasil temulawak.

3. Positioning

Usaha pengolahan rimpang temulawak ini akan menawarkan

sebuah produk yang diolah dari tanaman eksotis Indonesia dengan kualitas

premium. Temulawak bubuk yang dihasilkan memiliki kadar air 8 persen.

Selain itu, produk temulawak bubuk ini juga diolah dari bahan baku yang

berkualitas dengan proses yang higienis. Produk ini akan dikemas

menggunakan teknologi pengemasan vakum sehingga dapat meningkatkan

daya simpan dan mempertahankan kualitas didalamnya.

Bauran Pemasaran

1. Product (Produk)

Produk yang akan dihasilkan oleh usaha ini ialah berupa

intermediate product dalam temulawak bubuk.. Temulawak bubuk yang

dihasilkan memiliki kadar air 10 persen. Produk yang sudah dikeringkan

ataupun digiling menjadi bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan

kemasan plastik vakum dengan berat 10 kg per kemasan lalu Pada

kemasan produk akan dicantumkan produk asal Indonesia, nama atau kode

perusahaan eksportir, nama barang, negara tujuan, berat kotor, berat

bersih, dan nama pembeli. Produk yang dijual tidak menggunakan merek

ataupun label produk hanya mencantumkan label perusahaan.

2. Price (Harga)

Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp244 000

per Kg atau setara dengan USD21.4 per kg. Harga ini ditetapkan

berdasarkan data dari International Trade Centre (2013) untuk produk

temulawak bubuk. (1 USD = Rp11 400)

3. Place (Tempat)

Lokasi penjualan produk temulawak bubuk ini adalah negara

Amerika. Saluran distributor dari produk ini adalah dengan melakukan

kerjasama dengan perusahaan lain yang mengekspor produk dengan tujuan

yang sama yaitu Amerika. Cara ini dilakukan karena skala usaha

pengolahan yang akan didirikan ini masih kecil. Pendistribusian produk

dilakukan melalui portal ekspor terdekat, dalam hal ini adalah pelabuhan

Tanjung Priok. Tempat usaha pengolahan rimpang temulawak ini akan

didirikan di Jalan KH Sholeh Iskandar atau Jalan Baru, Bogor. Lokasi ini

dipilih karena letaknya yang strategis, dekat dengan pintu tol sentul atau

Jagorawi, dan akses kendaraan yang mudah.

4. Promotion (Promosi)

Page 43: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

28

Strategi promosi dari produk yang dihasilkan dilakukan dengan

cara langsung (direct selling) kepada negara-negara importir rimpang

temulawak dalam bentuk simplisia ataupun bubuk. Strategi promosi

produk dilakukan menggunakan media internet dengan cara mengikuti

bursa penjualan ekspor impor yang ada di internet atau melakukan

penawaran kerjasama secara langsung kepada industri yang membutuhkan

produk ini. Selain itu, strategi promosi juga dapat menggunakan kerjasama

antara pengusaha dengan dinas terkait, dalam hal ini Kementerian

Perdagangan sebagai mediator antara eksportir dan importir.

Rencana Produksi (Operasional)

Rencana Jumlah Produksi

Kegiatan usaha pengolahan rimpang temulawak ini terdiri dari proses

pengeringan dan penggilingan produk kering serta pengemasan. Produk yang

dihasilkan ditujukan kepada industri manufaktur fitofarmaka ataupun biofarmaka

luar negeri yang menggunakan temulawak bubuk sebagai bahan baku produknya.

Rencana jumlah produksi ini adalah sebesar 1.7 ton per bulan pada tahun pertama

dan 2 ton per bulan pada tahun selanjutnya. Penentuan ini didasarkan kepada hasil

wawancara lapang disesuaikan dengan kemampuan petani.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam usaha pengolahan rimpang temulawak

ini adalah dengan menggunakan mesin untuk pengeringan, penggilingan, serta

pengemasan rimpang temulawak. Mesin yang digunakan dalam kegiatan

pengeringan rimpang temulawak adalah mesin perajang, Vacuum Cabinet Dryer

dengan output yang dihasilkan berupa simplisia temulawak serta mesin penggiling

Diskmill dengan output yang dihasilkan berupa temulawak bubuk. Pengemasan

dilakukan dengan menggunakan Vacuum Packaging untuk mengemas produk

berupa simplisia ataupun bubuk temulawak.

1. Mesin Perajang

Gambar 5 Mesin perajang

Sumber: http://www.kiosmesin.blogspot.com

Page 44: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

29

Temulawak yang sudah lolos tahap penyortiran dan pencucian dan

penirisan kemudian akan dirajang menggunakan mesin perajang. Prinsip kerja

mesin ini ialah memotong rimpang sesuai dengan ketebalan tertentu. Tingkat

ketebalan dapat disesuaikan dalam hal ini tingkat ketebalan yang digunakan

adalah 3-5 mm. Teknologi ini dipilih untuk menghasilkan irisan rimpang dengan

tingkat ketebalan yang seragam dan meningkatkan efisiensi waktu produksi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak penjual mesin, kapasitas mesin

perajang adalah 150 kg per jam, maka untuk merajang 1 000 kg rimpang basah

dibutuhkan dua unit mesin perajang yang masing-masing beroperasi selama 3.5

jam.

Spesifikasi mesin:

a. Tipe : Vertikal Blade

b. Dimensi : Tergantung Tipe

c. Material rangka : Siku Besi atau UNP

d. Material badan mesin : Stainless Steel

e. Material pisau : Baja

f. Penggerak : Diesel atau Motor Bensin

g. Kapasitas : 150 kg/jam

2. Vacuum Cabinet Dryer

Teknologi pengeringan dengan menggunakan Vacuum Cabinet Dryer

dipilih karena mesin ini dapat mengeringkan rimpang temulawak lebih cepat

dibandingkan dengan oven biasa. Proses kerja mesin ini tidak hanya

mengeringkan produk, tetapi juga menyedot sisa air yang terbentuk pada saat

pengeringan sehingga produk yang dihasilkan menjadi kering sempurna dan

memiliki penampilan yang lebih bagus dibandingkan dengan pengeringan secara

tradisional. Sumber panas yang digunakan berasal dari listrik. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pihak penjual mesin, mesin pengeringan ini memiliki

kapasitas 40 rak atau setara dengan 150 kg rimpang basah, sehingga untuk

mengeringkan 1 000 kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan alat

pengering sebanyak tujuh unit. Waktu yang dibutuhan untuk mengeringkan

rimpang temulawak basah menggunakan vacuum cabinet dryer adalah delapan

jam dengan suhu 50 hingga 60 oC

8.

8 Ofosi Harefa “TPL-IKM 2008” PTKI MEDAN (Desember 2010). (Diacu 26 Maret 2014)

Page 45: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

30

Gambar 6 Mesin vacuum cabinet dryer

Sumber: www.mesinpertanian.com

Spesifikasi mesin:

a. Tipe : OVG-40

b. Kapasitas : 40 rak / loyang atau setara dengan 150 Kg temulawak basah

c. Dimensi : 240x55x165 cm

d. Bahan : stainless stell

e. Listrik blower: 300 watt

f. Sumber panas : Gas LPG

3. Mesin Diskmill

Temulawak yang sudah dikeringkan kemudian digiling menggunakan

mesin diskmill untuk menghasilkan temulawak bubuk. Prinsip kerja mesin ini

ialah dengan menggiling bahan baku kasar menjadi bentuk yang lebih halus atau

bubuk dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan. Berdasarkan hasil

wawancara dengan pihak penjual mesin pengolahan, mesin penggiling kering

diskmill memiliki kapasitas 300 kg per jam, sehingga untuk menggiling 100 kg

Gambar 7 Mesin diskmill

Sumber : www.mesinpertanian.com

Page 46: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

31

temulawak kering maka dibutuhkan mesin penggiling sebanyak satu unit. Waktu

kerja mesin selama 0.3 jam.

Spesifikasi mesin:

a. Tipe : AGC 23

b. Kapasitas : 300 kg/jam

c. Kecepatan rotasi : 5800 rpm

d. Kekuatan motor : 3 kw

e. Dimensi : 800x500x1000 mm

f. Bahan : Stainless steel

g. Berat (tidak termasuk motor) :75 kg

4. Mesin Vacuum Packager

Temulawak yang sudah diolah dalam bentuk bubuk kemudian

dikemasmenggunakan kemasan vakum dengan mesin Vacuum Packager. Prinsip

kerja mesin ini ialah dengan mengeluarkan udara dalam kemasan sehingga

menciptakan ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan. Teknologi

pengemasan ini dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta

meminimalisir ruang penyimpanan produk. Plastik kemas vakum yang digunakan

memiliki kapasitas sebesar 10 Kg, maka dalam satu bulan produksi akan

dihasilkan 200 kemasan. Mesin akan beroperasi selama ±2 jam. Berdasarkan

syarat ketentuan ekspor yang berlaku untuk bahan makanan, jenis plastik kemasan

yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran

dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene

Terephthalate) dan Nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan

Gambar 8 Mesin vacuum packager

Sumber: www.tokomesin .com

Gambar 9 Kemasan plastik vakum

Sumber: www.kaskus.co.id

Page 47: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

32

kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa

(Kemendag 2013).

Spesifikasi mesin:

a. Tipe : DZ600 W

b. Listrik : 380 V, 50 Hz

c. Tenaga Sealing : 800 watt

d. Tenaga vakum : 750 watt

e. Lebar seal : 600 mm x 10 mm

f. Ukuran meja kerja : 600x400 mm

g. Kecepatan pengemasan : 1-3 kali / menit

h. Dimensi Mesin : 670x500x1000 mm

i. Berat : 80 kg

5. Mesin Conveyor Pendeteksi Logam

Temulawak bubuk yang sudah dikemas kemudian akan melewati tahap

pengujian kandungan logam melalui mesin conveyor pendeteksi logam. Mesin ini

digunakan untuk mendeteksi kandungan logam pada makanan dengan sensitivitas

deteksi yang tinggi. Mesin ini dapat mendeteksi logam besi dan stainless steel,

seperti kawat atau timah, tembaga, alumunium, timah, dan logam lainnya.

Pengujian kandungan logam ini perlu dilakukan untuk menjaga mutu atau kualitas

produk.

a. Spesifikasi mesin:

b. Tipe : F500

c. Metode mendeteksi : Magnetic induksi

d. Lebar pendeteksian : 600 mm

e. Tinggi pendeteksian : 160 mm

f. Kemampuan mendeteksi : Ф1.0 bola besi

g. Metode alarm : Buzzer

Gambar 10 Mesin conveyor pendeteksi

logam

Sumber: www.indotrading.com

Page 48: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

33

h. Kecepatan belt : 40 m/min

i. Tegangan listrik : 230 V, 50-60 Hz

j. Ukuran dimensi : 1 620 x 1 000 x 1 100 mm

Bahan Baku

Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang temulawak ini berupa rimpang

temulawak segar yang diperoleh dari petani yang berada di wilayah Bogor dan

sekitarnya. Petani-petani yang memasok bahan baku merupakan petani yang

bermitra dengan usaha ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Bahan

baku dipasok setiap hari dengan jumlah pasokan per hari sebesar 1 053 kg.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pihak pelaku usaha dalam hal ini

Taman Sringganis, tingkat penyusutan bahan baku pada tahap penyortiran awal

yaitu sebesar 5%. Kebutuhan bahan baku per bulan dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil wawancara dan turun lapang kepada para petani, rata-

rata kepemilikan lahan oleh petani sebesar 1 000 m2 dengan jumlah produksi 1

750 Kg per panen. Oleh sebab itu, untuk memenuhi kebutuhan bahan baku per

bulan diperlukan ±11 orang petani mitra dengan kepemilikan lahan sebesar 1 000

m2. Agar produksi dapat berjalan lancar selama setahun maka diperlukan ±100

petani mitra dengan kepemilikan lahan sebesar 1 000 m2.

Tabel 5 Kebutuhan bahan baku per bulan

Satuan Jumlah pada

Tahun 1

Jumlah pada Tahun

Selanjutnya

Input

Rimpang temulawak segar

Penyusutan bahan baku

(sortasi) 5%

Kg

Kg

21 053

1 053

21 053

1 053

Plastik kemasan

Kemasan sekunder (kardus)

Lembar

Lembar

170

34

200

40

Output

Temulawak bubuk Kg 1 700 2 000

Manajemen Pengumpulan Bahan Baku

Kegiatan usaha ini menggunakan pendekatan wirakoperasi dimana para

petani dan koperasi bekerja secara bersama-sama. Petani akan menjual produknya

berupa temulawak segar melalui koperasi. Koperai sebagai badan usaha yang

melakukan pengolahan akan mengolah temulawak segar menjadi temulawak

bubuk. Agar usaha pengolahan ini dapat berlangsung secara lancar maka,

diperlukan manajemen pengumpulan bahan baku yang baik. Manajemen

pengumpulan bahan baku dapat dilihat pada Gambar 11

Page 49: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

34

Keterangan :

Aliran Produk (Temulawak segar)

Aliran Informasi

Aliran Uang

Temulawak segar dari petani akan dikumpulkan oleh Gapoktan atau

kelompok tani yang kemudian akan disalurkan ke koperasi. Agar bahan baku yang

dipasok dapat memenuhi kebutuhan usaha setiap bulannya harus ada minimal 11

orang petani dengan kepemilikan lahan sebesar 1 000 m2. Wirakoperasi akan

memberikan arahan atau informasi kepada Gapoktan mengenai pengaturan masa

tanam, teknik budidaya yang baik dan benar ataupun informasi lainnya yang

dibutuhkan oleh petani. Sistem pembayaran akan dilakukan pada saat bahan baku

diterima oleh koperasi.

Perencanaan Lokasi dan Tata Letak

Bangunan usaha berdiri di atas lahan seluas 3 000 m2 yang terdiri dari tiga

ruang utama yaitu ruang kantor, ruang produksi, dan ruang gudang penyimpanan.

Lokasi bangunan usaha yang akan didirikan adalah di sekitar Jl KH Sholeh

Iskandar atau biasa disebut Jalan Baru Bogor. Alasan pemilihan lokasi Lokasi ini

dipilih karena letaknya yang strategis, dekat dengan pintu tol sentul atau Jagorawi

sehingga memudahkan akses menuju pelabuhan Tanjung Priok. Selain itu

infrastruktur yang memadai seperti jalan dan jembatan. Tata letak dan layout

bangunan usaha dapat dilihat pada Gambar 12.

Petani

Petani

Petani

GAPOKTAN Koperasi

Wirakoperasi

Gambar 11 Diagram manajemen pengumpulan bahan baku

Page 50: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

35

Gambar 12 Tata letak bangun

Keterangan :

1 = Mesin Perajang

2 = Mesin vacuum dryer

3 = Mesin Penggilingan

4 = Mesin vacuum packager

5 = Mesin conveyor pendeteksi logam

Proses Produksi

Proses produksi pada pengolahan rimpang temulawak melalui tahapan

sebagai berikut:

1. Penyortiran dan pencucian temulawak

Rimpang temulawak yang datang dari petani akan disortir. Tujuan

penyortiran ini ialah untuk memisahkan rimpang temulawak yang bagus

dengan rimpang temulawak yang busuk atau rusak atau dari cemaran

bahan asing lainnya. Rimpang yang baik adalah rimpang yang tidak

berjamur dan tidak busuk. Pencucian sebaiknya menggunakan air bersih

dan bertekanan tinggi dan disikat secara berhati-hati. Setelah rimpang

temulawak dicuci, kemudian ditiriskan.

2. Penimbangan bahan

Rimpang yang terseleksi kemudian ditimbang. Penimbangan

dilakukan untuk mengetahui bobot bersih yang akan diproses.

3. Perajangan rimpang

Rimpang temulawak yang telah bersih kemudian dirajang dengan

ketebalan 3 sampai 5 mm. Proses perajangan dilakukan dengan

menggunakan mesin perajang

4. Pengeringan

Rimpang temulawak yang sudah dirajang kemudian dikeringkan

dengan menggunakan mesin vacuum cabinet dryer dengan suhu 50 sampai

600C selama 8 jam.

5. Penggilingan kering

Toilet

Mushalla

Gudang

Penyimpanan

1

1

2 2 2

2 2 2

2

3 4 5

Ruang Produksi

Ruang Kantor

Koperasi

Area Bongkar

Muat

Sortasi dan

Grading

Area

Penirisan

Area

Penyucian

Page 51: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

36

Rimpang temulawak yang sudah dikeringkan kemudian digiling

menggunakan alat diskmill untuk menghasilkan produk berupa temulawak

bubuk.

6. Penyortiran Akhir

Pada tahap penyortiran akhir, temulawak kering yang sudah

digiling menjadi bubuk disortir kembali. Hal ini dilakukan untuk

memisahkan temulawak bubuk dari cemaran bahan asing lainnya. Setelah

produk disortir, kemudian ditimbang kembali untuk menghitung rendemen

hasil dari pemrosesan.

7. Pengemasan

Rimpang temulawak yang sudah melalui tahap pengolahan

menjadi temulawak bubuk kemudian dikemas menggunakan kemasan

vakum. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan mesin vacuum

packager untuk menghasilkan kemasan yang kedap udara.

8. Penyimpanan

Penyimpanan dilakukan di ruang atau gudang usaha yang bersih

dan sirkulasi udaranya baik dan tidak lembab. Suhu ruangan tidak

melebihi 30 oC dan jauh dari bahan lain penyebab kontaminasi. Gudang

harus bebas dari hama atau penyakit. Diagram alir pengolahan temulawak

bubuk dapat dilihat pada Gambar 13.

Proses produksi dilakukan selama 3 hari dengan proses produksi bergulir.

Satu bulan produksi terdiri dari 20 hari kerja. Alur proses produksi dapat dilihat

pada Lampiran 1.

Page 52: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

37

Tenaga Teknis Produksi

Tenaga teknis produksi terdiri dari staf atau supervisor bagian produksi

dan tenaga kerja lepas harian untuk proses produksi langsung, mulai dari

penyortiran, pencucian, pengeringan, penggilingan, dan pengemasan. Staf atau

supervisor bagian produksi bertugas untuk membagi tugas kepada setiap tenaga

kerja. Berikut ini adalah rincian tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha

pengolahan rimpang temulawak:

Tabel 6 Rincian kebutuhan tenaga kerja berdasarkan deskripsi kerja

Jenis Pekerjaan Jumlah

Staf atau supervisor bagian produksi 1 orang

Staf ahli 1 orang

Tenaga kerja produksi 11 orang

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan sebanyak 13 orang dengan 1 orang

sebagai supervisor bagian produksi, 1 orang sebagai staf ahli dan 11 orang

sebagai tenaga kerja produksi. Staf atau supervisor bagian produksi bertugas

Gambar 13 Diagram alir pengolahan temulawak bubuk

Penyortiran Awal

(Temulawak Segar)

Pencucian,

penirisan, dan

penimbangan

selama 1 hari

Pengeringan

menggunakan mesin

vacuum cabinet dryer

selama 8 jam

Penggilingan simplisia

menggunakan mesin

diskmill selama 0.3

jam

Perajangan

menggunakan mesin

perajang selama 3.5

jam

Penyortiran

Akhir Temulawak

Bubuk

Pengemasan

menggunakan

mesin vacuum

packager selama 2

jam

Temulawak

bubuk kemasan

10 kg

Deteksi kandungan logam

menggunakan mesin

conveyor pendeteksi logam

Page 53: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

38

untuk mengontrol dan mengatur pembagian tugas pada tenaga kerja bagian

produksi.

Perumusan Standard Operating Procedure (SOP)

Perumusan Standard Operating Procedure (SOP) sangat diperlukan untuk

menghasilkan produk yang berkualitas. Penyusunan Standar Operating Procedure

(SOP) pada rencana bisnis produk temulawak bubuk disesuaikan dengan

penelitian (Fahma, dkk 2012) yang dilakukan pada klaster biofarmaka di

Karanganyar. Standard Operating Procedure (SOP) produk temulawak bubuk

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 7 Standard Operating Procedure (SOP) pembuatan produk temulawak

bubuk

Tahapan

Pembuatan

Temulawak

Bubuk

Prosedur Pembuatan Temulawak Bubuk

Pengumpulan

bahan baku

Rimpang temulawak dikumpulkan dari hasil panen lahan milik petani, apabila

ada petani yang ingin menjual keluar koperasi harus lapor terlebih dahulu.

Tahap

penyortiran

awal

1. Memilih rimpang yang cukup umur panennya, tidak rusak atau berjamur.

2. Membersihkan rimpang dari tanah, daun, dan akar

3. Kulit rimpang tidak dikupas

Tahap

pencucian

rimpan

1. Rimpang dicuci dengan air mengalir untuk membersihkan dari sisa tanah

yang masih menempel kemudian dibilas pada bak air.

2. Rimpang kemudian ditiriskan pada rak penirisan. Hindari kontaminasi

langsung dengan tanah.

3. Menimbang rimpang untuk mengetahui berat rimpang basah.

Tahap

pengirisan

rimpang

1. Rimpang diiris dengan ketebalan 3 sampai 5 mm dengan menggunakan

mesin perajang.

2. Menampung irisan ke dalam tempat yang telah disediakan

Tahap

pengeringan

rimpang

1. Rimpang yang telah diiris disusun pada rak-rak oven pengeringan.

2. Penyusunan rimpang tidak boleh bertumpuk

3. Rimpang dikeringkan dengan menggunakan mesin vacuum cabinet dryer

selama 8 jam.

Tahap

penggilingan

1. Rimpang yang telah dikeringkan kemudian digiling menggunakan mesin

diskmill

2. Temulawak bubuk kemudian ditampung kedalam tempat yang telah

disediakan.

Tahap

penyortiran

akhir

Memisahkan temulawak bubuk dengan benda asing selain temulawak bubuk,

seperti kerikil atau benda asing lainnya.

Tahap

pengemasan

dan pelabelan

1. Menyiapkan bahan pengemas berupa plastik kedap udara

2. Menimbang berat bersih untuk setiap kemasan

3. Memberi label produk dan menutup kemasan dengan menggunakan mesin

vacuum packager.

4. Memasukkan kemasan plastk kedalam kardus dan diberikan silica gel

Tahap

penyimpanan

Produk temulawak bubuk disimpang kedalam gudang yang bersih, tidak

lembab, dan tidak dicampur dengan bahan lain.

Page 54: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

39

Rencana Manajemen

Skema Pembentukan Usaha

Skema pembentukan usaha berisikan urutan langkah yang dilakukan untuk

mendirikan usaha pengolahan rimpang temulawak melalui pendekatan social

entrepreneurship. Urutan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Perumusan ide usaha

Pembentukan usaha ini harus diawali dengan perumusan ide usaha.

Perumusan ide usaha ini dimulai oleh seorang wirakoperasi. Seorang

wirakoperasi dituntut untuk membuat suatu ide usaha yang kreatif yang dapat

memberikan keuntungan finansial bagi badan usaha dan keuntungan sosial

bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya dalam hal ini adalah petani

temulawak.

2. Sosialisasi ide usaha kepada petani dan BAPPEDA (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah)

Sosialisasi kepada petani ditujukan untuk membuka wawasan petani terkait

potensi pasar dari tanaman temulawak. Selain itu, proses sosialisasi ini juga

bertujuan menarik minat para petani untuk bergabung kedalam usaha sebagai

mitra usaha. Sosialisasi kepada BAPPEDA (Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah) ditujukan untuk memperoleh dana yang nantinya akan

digunakan sebagai modal usaha.

3. Pembentukan badan usaha

Setelah tahap sosialisasi dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah

pembentukan badan usaha yang sah secara hukum. Badan usaha yang

digunakan pada perencanaan bisnis ini ialah koperasi.

Skema pembentukan usaha produk temulawak bubuk dapat dilihat pada

Gambar 14.

Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha

Bentuk badan usaha yang dipilih pada kegiatan usaha ini ialah koperasi.

Koperasi dipilih sebagai bentuk usaha karena proses pendiriannya tidak rumit dan

tidak memerlukan biaya yang besar. Selain itu, bentuk usaha koperasi ini akan

menciptakan suatu ikatan kekeluargaan yang kuat antar setiap anggota dan

menimbulkan rasa saling memiliki antar tiap anggotanya, hal ini dikarenakan

Ide Usaha

(Wirakoperasi)

Sosialisasi

BAPPEDA Sosialisasi Petani

Pembentukan

Koperasi

Gambar 14 Diagram skema pembentukan usaha

Page 55: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

40

pelaksanaannya yang berdasarkan asas kekeluargaan. UU No 17 tahun 2012

menyebutkan bahwa tujuan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota

pada khususnya dan masyarakat pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan

berkeadilan. Oleh sebab itu, bentuk usaha ini sangat cocok digunakan oleh

seorang wirakoperasi dalam menjalankan usahanya.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi kepengurusan usaha pengolahan rimpang temulawak

ini, terdiri dari rapat umum anggota (RUA), pengurus (ketua, sekretaris,

bendahara), pengawas, manajer usaha, staf administrasi, staf keuangan, dan

supervisor produksi. Pengurus koperasi berasal dari anggota koperasi yang terdiri

dari para petani mitra, sedangkan manajer usaha serta para staf dan supervisor

dapat berasal dari dalam maupun luar anggota. Struktur organisasi usaha

pengolahan rimpang temulawak dapat dilihat pada Gambar 15.

Ket :

= Koordinasi langsung

= Koordinasi tidak langsung

Jumlah pengurus koperasi yang direncanakan terdiri dari empat orang

yang terdiri dari ketua, sekertaris, bendahara, dan pengawas. Karyawan yang

direncanakan terdiri dari lima belas orang terdiri dari manajer usaha, staf

keuangan, supervisor produksi, staf tata usaha, staf ahli, dan sebelas orang

karyawan produksi.

Gambar 15 Struktur organisasi usaha pengolahan rimpang temulawak

RUA

(Rapat Umum Anggota)

Pengurus Pengawas

Supervisor

Produksi

Staff

Keuangan

Staff

Tata Usaha

Manajer

Usaha

Karyawan

Produksi

Staf Ahli

Page 56: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

41

Deskripsi, Wewenang dan Batasan Kerja

1. Rapat Umum Anggota

- Deskripsi : pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi dalam

pengambilan keputusan

2. Pengurus (Ketua, Sekertaris, dan Bendahara)

- Deskripsi Kerja : memimpin dan mengontrol jalannya organisasi dan

perusahaan koperasi

- Wewenang dan Batasan Kerja Ketua Koperasi:

a. Memimpin, mengkoordinir dan mengontrol jalannya aktivitas

koperasi.

b. Memimpin Rapat Umum Anggota tahunan dan menyampaikan

pertanggungjawaban kepada anggota.

c. Mengambil keputusan atas hal-hal yang dianggap penting bagi

kelancaran kegiatan koperasi.

- Wewenang dan Batasan Kerja Sekretaris Koperasi:

a. Melakukan kegiatan korespondensi (surat-menyurat) dan

ketatausahaan koperasi.

b. Melakukan pencatatan tentang kemajuan yang terjadi pada koperasi.

c. Membuat pendataan koperasi.

- Wewenang dan Batasan Kerja Bendahara Koperasi:

a. Merencanakan anggaran belanja dan pendapatan koperasi.

b. Memelihara semua harta kekayaan koperasi.

c. Melakukan pembukuan transaksi koperasi.

3. Pengawas Koperasi

- Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

dan pengelolaan koperasi.

- Wewenang dan Batasan Kerja:

a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan

pengurus menyangkut pengelolaan koperasi, baik yang menyangkut

aspek organisasi idiil maupun aspek usaha.

b. Meneliti catatan yang ada pada koperasi.

c. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan.

4. Manajer Usaha

- Deskripsi Kerja: melakukan pengawasan terhadap kegiatan bidang usaha

- Wewenang dan Batasan Kerja:

a. Melakukan perencanaan produksi, keuangan, penetapan organisasi

usaha serta melaksanakan pengawasan terhadap seluruh aktivitas

usaha.

b. Melakukan kegiatan penjualan dan promosi produk

c. Melaksanakan kegiatan perekrutan karyawan.

5. Staf Tata Usaha

- Deskripsi Kerja: bertanggungjawab atas kegiatan administrasi perusahaan.

- Wewenang dan Batasan Kerja:

a. Merancang SOP (Standard Operating Procedure) rangkaian

kegiatan produksi.

b. Mencatat segala biaya yang timbul akibat proses produksi

c. Membuat kontrak kemitraan dengan petani pemasok

Page 57: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

42

d. Menyusun kontrak kerjasama dengan industri.

e. Menyusun dan mengurus perijinan usaha.

f. Menyusun kebutuhan perlengkapan perusahaan.

6. Staf Keuangan

- Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap fungsi keuangan perusahaan.

- Spesifikasi Kerja:

a. Mengelola fungsi akuntasi dalam memproses data dan informasi

keuangan perusahaan.

b. Mengkoordinasikan dan mengontrol perencanaan, pelaporan dan

pembayaran kewajiban pajak perusahaan.

c. Merencanakan, mengkoordinasikan dan mengontrol arus kas

perusahaan terutama pengelolaan piutang dan hutang.

d. Merencanakan dan mengkoordinasikan penyusun anggaran

perusahaan.

e. Menyusun penetapan gaji dan upah bagi seluruh karyawan

perusahaan.

7. Staff atau Supervisor Produksi

- Deskripsi Kerja: bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan produksi

- Wewenang dan Batasan Kerja:

a. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penerimaan bahan baku.

b. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan pengolahan, mulai dari

pencucian hingga pengemasan.

c. Melakukan pengawasan terhadap kegiatan penyimpanan produk.

d. Melakukan kegiatan pendistribusian produk

e. Melakukan pembagian tugas kepada tenaga kerja produksi

8. Staf Ahli

- Deskripsi kerja: melakukan pengawasan mutu pada produk jadi berupa

temulawak bubuk.

- Wewenang dan batasan kerja:

a. Melakukan pengontrolan mutu pada produk jadi berupa temulawak

bubuk

b. Mengoperasikan mesin atau alat uji mutu

c. Melakukan perawatan pada mesin uji mutu.

9. Tenaga Kerja Produksi

- Deskripsi kerja: melakukan pengolahan bahan baku mulai dari penyortiran

hingga pengemasan

- Wewenang dan Batasan Kerja:

a. Melakukan penyortiran dan grading bahan baku.

b. Melakukan pencucian dan penirisan bahan baku yang telah lulus

tahap penyortiran dan grading.

c. Melakukan perajangan dan pengiringan bahan baku

d. Melakukan penggilingan temulawak kering

e. Melakukan pengemasan temulawak bubuk

f. Melakukan kegiatan penyimpanan

Page 58: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

43

Upah dan Gaji

Berdasarkan tingkat upah minimum regional (UMR) yang berlaku untuk

daerah Jawa Barat, maka rincian upah yang diberikan kepada masing karyawan

adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Rincian upah karyawan per bulan

Uraian Gaji per Bulan (Rp) Total Upah (Rp)

Manajer Usaha

- Gaji Pokok

- Uang Makan (@Rp30

000x20 hari)

- Uang Transport (@Rp30

000x20 hari)

2 500 000

600 000

600 000 3 700 000

Staf Keuangan

- Gaji Pokok

- Uang Makan (@Rp30

000x20 hari)

- Uang Transport (@Rp20

000x20 hari)

1 700 000

500 000

400.000 2 700 000

Staf Tata Usaha

- Gaji Pokok

- Uang Makan (@Rp30

000x20 hari)

- Uang Transport (@Rp20

000x20 hari)

1 700 000

600 000

400 000 2 700 000

Staf Produksi

- Gaji Pokok

- Uang Makan (@Rp30

000x20 hari)

- Uang Transport (@Rp20

000x20 hari)

1 850 000

600 000

400.000 2 850 000

Staf Ahli

- Gaji Pokok

-Uang Makan (@Rp30 000x20

hari)

-Uang Transport (@Rp20

000x20 hari)

2 000 000

600 000

400 000

3 000 000

Tenaga Kerja Produksi

- Upah per hari @Rp50 000 1 000 000 1 000 000

Manajemen Kemitraan

Usaha yang akan dijalankan atau didirikan akan menjalin kerjasama

dengan petani temulawak yang berada di wilayah Bogor dan sekitarnya sebagai

petani pemasok. Bentuk kerjasama yang akan dilakukan merupakan kerjasama

vertikal kebelakang dalam hal penyediaan bahan baku. Petani akan memasok

bahan baku berupa temulawak segar yang kemudian akan diolah dengan

menggunakan teknologi pengeringan, penggilingan, serta pengemasan.

Page 59: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

44

Kerjasama dilakukan untuk menjamin kontinuitas bahan baku berupa

temulawak segar juga mempertahankan kualitas dari bahan baku yang akan

dipasok. Selain itu, tujuan dari kerjasama ini ialah meningkatkan kesejahteraan

petani temulawak melalui peningkatan pendapatan. Konsep kerjasama yang akan

dilakukan berupa penentuan ketetapan bagi hasil dari keuntungan yang diperoleh

perusahaan koperasi atas penjualan produk. Ketetapan bagi hasil keuntungan

diperoleh berdasarkan kesepakatan antara petani dengan perusahaan koperasi.

Selain itu, untuk menjaga kualitas bahan baku temulawak segar, koperasi akan

memberikan pelatihan terkait budidaya yang baik dan benar agar petani dapat

menghasilkan temulawak dengan jumlah produksi optimal dan berkualitas. Usaha

yang akan didirikan ini tidak hanya berorientasi kepada keuntungan koperasi

tetapi juga kepada kesejahteraan para petani.

Bentuk kerjasama yang dijalin antara koperasi dan petani merupakan

kerjasama kooperatif yang diikat atas dasar keanggotaan koperasi. Agar kerjasama

ini dapat berjalan dengan baik dalam pelaksanaannya baik anggota ataupun

manajemen koperasi harus menjunjung nilai etis koperasi. Adapun nilai etis

koperasi yaitu sebagai berikut:

1. Kejujuran (Honesty)

Kejujuran manajemen koperasi kepada anggotanya akan menumbuhkan

kepercayaan anggota kepada koperasi. Kepercayaan anggota kepada

koperasi akan menningkatkan rasa ikut memiliki sehingga pasrtisipasi

anggota dalam mengembangkan koperasi juga akan meningkat. Pada

penerapannya, tingkat kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan

antara apa yang dijanjikan dengan kenyataan yang terjadi.

2. Keterbukaan (Openess)

Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela dan terbuka bagi semua

orang tanpa pandang bulu, yang bersedia menggunakan jasa-jasa koperasi

dan bersedia menerima tanggung jawab sebagai anggota. Anggota sebagai

koperasi berhak untuk mengetahui keadaan koperasi setiap saat. Di sisi

lain, pengurus juga memiliki kewajiban untuk memberi tahu secara

transparan keadaan koperasi kepada anggota.

3. Tanggung jawab sosial (Social responsibility)

Nilai ini berkaitan dengan watak sosial koperasi sebagai organisasi yang

bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat. Semangat peningkatan

kesejahteraan perlu diupayakan koperasi agar dapat meperbaiki kehidupan

anggota dan masyarakat lingkungannya. Hal ini dicerminkan melalui

pembinaan atau pelatihan yang dilakukan kepada anggota serta adanya

sebagian surplus koperasi yang dialokasikan untuk pembangunan sosial

dan hak-hak sosial.

4. Kepedulian terhadap orang lain (Care for others)

Pada pelaksanaannya, koperasi harus menggunakan pandangan dasar kerja

altruisme. Altruisme adalah pandangan dasar kerja dimana koperasi tidak

hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi koperasi juga memiliki

kepedulian terhadap orang lain. Altruisme berkaitan dengan semangat

yang kuat dari orang-orang tertentu untuk membantu meningkatkan

standar hidup. Altruisme akan menghasilkan loyalitas dan dedikasi yang

besar pada setiap anggota koperasi.

Page 60: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

45

Sistem kerjasama yang dilakukan menggunakan sistem kerjasama

kooperatif. Pelaku usaha dalam hal ini koperasi, akan memberikan pelatihan

kepada petani mitranya terkait budidaya yang baik dan benar. Pelatihan dilakukan

sebanyak dua kali dalam sebulan dengan sistem bergiliran pada tiap desa. Topik

yang akan dibahas disesuaikan dengan hasil diskusi dari anggota kelompok tan

berdasarkan kebutuhan para petani. Agar pelatihan dapat dilakukan dengan

mudah, maka diperlukan pembentukan kelompok tani atau Gapoktan pada desa.

Berdasarkan hasil observasi lapang, daerah yang dapat dikembangkan untuk

pembentukan kelompok tani temulawak bersada di daerah Rancabungur dan

Tegal Waru. Hal ini dikarenakan daerah tersebut masih banyak warga yang

menanam tanaman temulawak namun belum dimanfaatkan dengan baik.

Kerjasama yang terjalin pada usaha atau bisnis akan membentuk suatu

hubungan antar tiap individu dan institusi yang terlibat dalam hal ini, petani,

koperasi wirakoperasi, dan industri. Matriks hubungan antara petani, koperasi,

wirakoperasi, dan industri dapat dilihat pada Gambar 16.

Keterangan :

1 = Wirakoperasi sebagai mitra kerja petani perlu untuk membentuk kepercayaan

2 = Wirakoperasi sebagai mediator antara petani dan industri

3 = Wirakoperasi sebagai pembuka pasar dari petani ke industri luar negeri

4 = Koperasi sebagai penyedia sarana bagi wirakoperasi dan menciptakan

lapangan pekerjaan

5 = Industri sebagai klien bisnis

6 = Petani sebagai pemasok bahan baku berupa temulawak segar.

7 = Koperasi sebagai badan yang menyuplai bahan baku setengah jadi berupa

temulawak bubuk ke industri

8 = Industri Sebagai mitra usaha (hasil penjualan produk)

6

11

12

10 9

8

7

4 3

2

5

1

Petani

Wirakoperasi

Koperasi Industri

Desa

Gambar 16 Diagram hubungan antara petani, koperasi, wirakoperasi, dan industri

Page 61: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

46

9 = Koperasi sebagai sumber dana pembangunan desa dan unit usaha yang

dimiliki desa.

10 = Desa sebagai penyedia sarana dan prasarana berdirinya koperasi

11 = Koperasi sebagai badan yang melakukan pengolahan bahan baku berupa

temulawak segar menjadi temulawak bubuk

12 = Desa sebagai pendukung sarana dan prasarana program yang akan

dijalankan

Wirakoperasi diibaratkan sebagai sebuah motor penggerak dalam sebuah

usaha. Usaha yang dilakukan merupakan sebuah usaha bersama yang menerapkan

prinsip-prinsip koperasi. Adanya peranan wirakoperasi tidak hanya berefek

terhadap keberhasilan usaha, tetapi juga terhadap keberhasilan anggota.

Perbandingan hasil pendekatan wirakoperasi dan non-wirakoperasi dalam usaha

pengolahan rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Hasil pendekatan wirakoperasi dalam usaha pengolahan rimpang

temulawak

Uraian Tanpa Wirakoperasi Dengan Wirakoperasi

Sistem Jual

Petani menjual kepada

tengkulak

Petani menjual melalui

koperasi ke Industri

fitofarmaka diluar negeri

Sistem budidaya

Umumnya dilakukan

dengan caara berburu hanya

sedikit yang melakukan

budidaya.

Penerapan sistem budidaya

sesuai dengan Standard

Operational Procedure yang

sudah dirancang.

Kualitas bahan baku

Bervariasi, tidak ada standar

tertentu.

Seragam, sesuai dengan

standar kualitas yang telah

ditentukan.

Pelatihan dan pengawasan

Tidak ada pelatihan dan

pengawasan yang dilakukan

kepada petani

Ada pelatihan dan

pengawasan terhadap sistem

budidaya petani

Pasar

Tidak ada kepasatian pasar,

karen tidak ada kontrak

antar petani dan pengusaha

Ada kepastian pasar melalui

kerjasama kooperatif antar

petani dan koperasi.

Harga temulawak segar di

tingkat petani

Harga yang diterima petani

rendah

Harga yang diterima petani

meningkat hingga dua hingga

tiga kali lipat

Dana pengembangan desa

Tidak ada dana yang

dialokasikan guna

pengembangan desa

Ada dana yang dialokasikan

guna pembangunan desa.

Manajemen Risiko

Risiko Produksi

Risiko produksi terjadi akibat adanya aktivitas pada proses produksi.

Beberapa hal yang termasuk kedalam risiko produksi diantaranya adalah:

a. Biaya produksi yang tinggi (inefisien)

Page 62: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

47

Pada aktivitas produksi ada kemungkinan terjadinya inefisiensi sehingga

biaya produksi menjadi tinggi. Hal yang dapat dilakukan untuk menanggulangi

risiko tersebut yaitu dengan cara menggunakan teknologi tepat guna. Cara ini

dapat meningkatkan efisiensi perusahaan sehinnga biaya produksi dapat

diminimalisir.

b. Pasokan bahan baku terhambat

Usaha pengolahan rimpang temulawak menggunakan bahan baku yang

berasal dari petani mitra sehingga ada kemungkinan terjadinya keterlambatan

pada saat pemasokan bahan baku disebabkan oleh hambatan yang terjadi pada saat

pengambilan bahan baku. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

menanggulangi risiko tersebut yaitu dengan cara memperluas cakupan penyediaan

bahan baku atau menambah jumlah petani mitra di daerah lainnya. Selain itu,

penanggulangan juga dapat dilakukan melalui penambahan armada untuk

pengangkutan bahan baku.

c. Terjadinya pencurian

Pada aktivitas produksi ada ketidakpastian terjadinya pencurian. Kejadian

pencurian merupakan risiko yang tidak dapat dihitung probabilitasnya namun

memiliki kemungkinan untuk terjadi. Hal yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi terjadinya pencurian dengan cara memperketat sistem pengamanan

pabrik dan bekerjasama dengan aparat desa untuk menjaga keamanan pabrik.

d. Terjadinya kebakaran

Kebakaran merupakan salah satu ketidakpastian yang mungkin terjadi

pada aktivitas produksi. Kebakaran termasuk kedalam risiko murni, apabila terjadi

akan menimbulkan kerugian. Untuk mengantisipasi atau meminimalisir kerugian

yang ditimbulkan dapat dilakukan dengan menggunakan asuransi dan membeli

tabung pemadam kebakaran.

e. Kualitas, kuantitas, dan kontinuitas input

Usaha ini menggunakan pendekatan wirakoperasi dalam pelaksanaannya

sehingga adanya ketidakseragaman kualitas mungkin untuk terjadi. Untuk

meminimalisir ketidakseragaman kualitas maka dapat dilakukan pelatihan atau

pembinaan kepada petani mengenai cara budidaya yang baik dan benar. Selain itu,

waktu tanam yang berbeda-beda akan memunculkan risiko pada keberlangsungan

pasokan bahan baku. Sebab itu, untuk menanggulanginya dilakukan pengontrolan

masa tanam.

f. Produk ditolak

Produk yang sudah diproduksi dan siap untuk dipasarkan memiliki

kemungkinan untuk ditolak atau dikembalikan kembali saat dipasarkan

dikarenakan ketidaksesuaian kualitas. Untuk mengantsipasi hal tersebut maka

dapat dilakukan pengontrolan pada kualitas produk atau produk dialihkan ke

industri dalam negeri yang memberikan harga yang bersahabat.

Risiko Pasar

Risiko pasar terjadi akibat adanya aktivitas pemasaran. Sumber risiko dari

risiko pasar umumnya berasal dari faktor eksternal perusahaan. Beberapa hal yang

mungkin terjadi dan termasuk kedalam risiko pasar adalah sebagai berikut:

a. Menurunnya permintaan luar negeri

Pada aktivitas pemasaran akan terjadi kemungkinan menurunnya

permintaan akibat adanya inflasi di negara tujuan ekspor. Inflasi ini menyebabkan

Page 63: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

48

menurunnya daya beli masyarakat terhadap produk impor sehingga produk tidak

terlalu diminati dan penjualan menurun. Sebab itu, untuk mengantisipasi risiko

tersebut, perlu adanya alternatif pasar di berbagai negara sehingga apabila di salah

satu negara terjadi penurunan maka dapat dialihkan ke negara lain.

b. Pemutusan kontrak pembelian

Pemutusan kontrak pembelian merupakan salah satu ketidakpastian yang

mungkin terjadi dalam memasarkan produk. Untuk mengantisipasi hal tersebut

dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan dan

menjaga kepercayaan pelanggan. Namun untuk menanggulangi risiko tersebut

dapat dilakukan dengan cara membuat tujuan pasar lebih dari satu.

Risiko harga

Risiko harga merupakan salah satu risiko yang bersumber dari faktor

eksternal. Risiko ini terjadi akibat adanya fluktuasi harga pada harga jual produk.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerugian akibat adanya fluktuasi harga dapat

dilakukan dengan cara membuat kontrak harga dengan industri sehingga naik

turunnya harga di pasar tidak akan mempengaruhi harga jual produk.

Risiko nilai tukar mata uang (valas)

Risiko nilai tukar mata uang (valas) merupakan jenis risiko yang

bersumber dari faktor eksternal. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar

mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara lainnya. Usaha ini

merupakan usaha yang berorientasi ekspor sehingga apa bila nilai mata uang

domestik menguat akan menimbulkan kerugian. Hal yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi terjadinya kerugian akibat nilai tukar mata uang yaitu melakukan

tindakan hedging. Hedging merupakan kegiatan lindung nilai, apabila diprediksi

dimasa yang akan datang akan terjadi penguatan nilai mata uang maka perusahaan

harus menjual produk dengan harga diatas harga yang diprediksi.

Risiko keuangan atau permodalan

Risiko keuangan muncul dari aktivitas pendanaan. Hal yang termasuk

kedalam risiko pendanaan yaitu tidak ada dana hibah yang diberikan. Untuk

menanggulangi hal tersebut maka langkah yang dapat dilakukan dengan cara

mencari sumber pendanaan lain melalui modal ventura atau pinjaman kredit

syariah.

Rencana Keuangan

Asumsi Rencana Keuangan

Berdasarkan produk yang dihasilkan yaitu berupa temulawak bubuk, maka

produk ini tidak dikenakan bea keluar sesuai ketetapan Menteri Keuangan No

2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar

bahwa bea keluar hanya dikenakan pada CPO dan produk turunannya, karet, serta

kulit. Selain itu, mekanisme ekspor dibatasi pada sistem penjualan FOB (Free On

Board) sehingga biaya yang dikeluarkan hanya terbatas hingga biaya angkut ke

pelabuhan. Pajak yang diberlakukan adalah 25% sesuai dengan UU Nomor 36

Tahun 2008 pasal 17 ayat 2a tentang perpajakan. Asumsi ini digunakan karena

Page 64: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

49

omset yang dihasilkan diatas 4.8 miliar. Tarif pajak pertambahan nilai (PPN) atas

ekspor barang kena pajak adalah 0%. Tingkat Discount Factor yang digunakan

adalah 7.5% mengacu kepada tingkat suku bunga Bank Indonesia. Asumsi ini

digunakan karena sumber pendanaan tidak berasal dari kredit dan pelaku usaha

diasumsikan tidak melakukan deposito.

Rencana Investasi

Biaya investasi awal yang diperlukan bisnis ini adalah Rp2 874 870 000.

Barang-barang yang menjadi investasi awal pada bisnis ini merupakan barang-

barang yang diperlukan untuk memulai suatu kegiatan usaha. Sumber pembiayaan

berasal dari dana investor dengan sistem pengembalian berupa bagi hasil sesuai

dengan persetujuan kedua belah pihak. Sistem bagi hasil yang dilakukan sama

dengan sistem pembiayaan syariah dengan akad mudharrabah. Jenis pembiayaan

ini dipilih dikarenakan sistem pembiayaan dengan akad ini tidak terlalu

memberatkan bagi pelaku usaha dibandingkan pembiayaan melalui kredit bank

konvensional. Namun, sistem pembiayaan ini harus disertai oleh sikap kejujuran

dari pengelola modal (mudharrib) dan kepercayaan dari pemberi modal (shahibul

mal) (Tsabita 2013). Rincian biaya investasi awal usaha pengolahan dan

pengemasan rimpang temulawak dapat dilihat pada Tabel 10.

Biaya investasi yang dikeluarkan pada awal pendirian usaha akan

mengalami penyusutan setiap tahunnya. Besarnya biaya penyusutan dipengaruhi

oleh berapa lama umur ekonomis dari barang tersebut. Penghitungan nilai

penyusutan setiap tahunnya menggunakan metode garis lurus. Metode garis lurus

dihitung dengan cara harga beli aset dikurangi dengan nilai sisa hasil

pengurangan kedua nilai tersebut lalu dibagi dengan umur teknis, nilai sisa

ditentukan dengan proporsi lima persen dari nilai awal pembelian barang. Nilai

sisa adalah nilai yang timbul akibat belum habisnya nilai ekonomis suatu aset

diakhir masa proyeksi arus kas. Nilai sisa merupakan salah satu komponen dari

perhitungan laba rugi dan nilai sisa merupakan salah satu komponen penerimaan

kegiatan proyek.

Total nilai atau biaya penyusutan dari investasi awal usaha pengolahan

rimpang temulawak di akhir tahun proyeksi adalah Rp146 865 000 dan nilai sisa

sebesar Rp1 123 540 000. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran

2.

Page 65: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

50

Tabel 10 Biaya investasi awal usaha

No Komponen Biaya Satuan Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Jumlah

1 Alat Produksi unit 470 510

2 Alat dan Furnitur

Perkantoran

unit 31 760

3 Bangunan dan

infrastruktur

unit 2 116 000

4 Kendaraan (mobil pick

up)

unit 2 105

000

210 000

5 Biaya Promosi

(pengadaan petani)

10 000 10 000

6 Biaya sertifikasi 30 000 30 000

7 Biaya pembentukan

koperasi

6 600 6 600

Total Investasi 2 874 870

Biaya Operasional

Biaya operasional adalah biaya yang diperlukan atau dikeluarkan untuk

kegiatan produksi. Biaya operasional mencakup biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak tergantung kepada jumlah produksi,

sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berubah tergantung kepada jumlah

produksi yang dihasilkan. Pada rencana bisnis produk temulawak bubuk terdapat

perbedaan jumlah produksi. Pada tahun pertama jumlah produksi sebanyak 20 400

Kg temulawak bubuk. Rincian biaya operasional pada tahun pertama dapat dilihat

pada Tabel 11. Pada tahun kedua dan selanjutnya terjadi peningkatan produksi

menjadi 24 000 Kg. Rincian biaya operasional tahun kedua dan selanjutnya dapat

dilihat pada Tabel 12.

Page 66: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

51

Tabel 11 Rincian biaya operasional tahun pertama

No Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp 000)

Satuan Per

Bulan

Per

Tahun

BIAYA VARIABEL

1 Biaya tenaga supir dan kuli

angkut

orang 2 50 2 000 24 000

2 Biaya pengemasan - - 1 598 19 176

4 Biaya gas tabung 35 130 4 550 54 600

5 Biaya transportasi (@Rp 200

000/hari)

- 200 4 000 48 000

6 Biaya solar mesin liter 580 11 6 380 76 560

7 Biaya rupa-rupa - - 200 2 400

8 Tenaga kerja produksi orang 11 50 11 000 132 000

Total Biaya Variabel 29 728 356 736

BIAYA TETAP

1 Tenaga kerja orang

- - 14 950 179 400

2 Online (sewa host) - - 8 100

3 Biaya utilitas - - 5 800 69 600

4 Biaya pemasaran 1 1 050 3 000 36 000

5 Biaya pemeliharaan dan perawatan - 350 4 200

6 Administrasi perkantoran unit - - 265 3 180

7 Jasa profesional - 1 000 12 000

8 Transportasi (sewa angkutan) unit 1 900 900 10 800

9 Biaya pelatihan karyawan - - - 500 6 000

10 Uang keamanan dan kebersihan - -

- 100 1 200

Total Biaya Tetap 28 873 346 480

Total Biaya Operasional 58 601 703 216

Page 67: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

52

Tabel 12 Rincian biaya operasional tahun selanjutnya

No Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp 000)

Satuan Per

Bulan

Per

Tahun

BIAYA VARIABEL

1 Biaya tenaga supir dan kuli

angkut

orang 2 50 2 000 24 000

2 Biaya pengemasan - - 1 880 22 560

4 Biaya gas tabung 35 130 4 550 54 600

5 Biaya transportasi (@Rp 200

000/hari)

- 200 4 000 48 000

6 Biaya solar mesin liter 580 11 6 380 76 560

7 Biaya rupa-rupa - - 200 2 400

8 Tenaga kerja produksi orang 11 50 11 000 132 000

Total Biaya Variabel 30 010 360 120

BIAYA TETAP

1 Tenaga kerja orang

- - 14 950 179 400

2 Online (sewa host) - - 8 100

3 Biaya utilitas - - 5 800 69 600

4 Biaya pemasaran 1 1 050 1 050 12 600

5 Biaya pemeliharaan dan perawatan - 350 4 200

6 Administrasi perkantoran unit - - 265 3 180

7 Jasa profesional - 1 000 12 000

8 Transportasi (sewa angkutan) unit 1 900 900 10 800

9 Biaya pelatihan karyawan - - - 500 6 000

10 Uang keamanan dan kebersihan - -

- 100 1 200

11 Insentif tempat pengumpulan - - 100 2 000 24 000

Total Biaya Tetap 28 873 346 480

Total Biaya Operasional 58 883 706 600

Modal Awal

Modal awal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha pengolahan

rimpang temulawak ini terdiri dari biaya investasi awal, biaya tetap, dan biaya

variabel pada bulan pertama persiapan usaha. Modal awal yang diperlukan untuk

menjalankan usaha pengolahan rimpang temulawak ini sebesar Rp717 048 000.

Tabel 13 Modal awal usaha

Uraian Jumlah (Rp 000)

Biaya Investasi 2 874 870

Biaya Variabel 29 728

Biaya Tetap 28 873

Biaya bagi hasil petani bulan pertama 128 820

Total 3 062 291

Page 68: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

53

Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi dari produk yang akan dijual diperoleh dengan cara

membagi biaya total dengan jumlah produksi.

1. Harga Pokok Produksi Tahun Pertama

2. Harga Pokok Produksi Tahun Selanjutnya

Harga pokok produksi temulawak bubuk ini adalah sebesar Rp110 247 per Kg

pada tahun pertama dan Rp128 609 per Kg pada tahun selanjutnya.

Penerimaan dan Hasil Produksi

Manfaat merupakan seluruh penerimaan yang diperoleh dari usaha

pengolahan rimpang temulawak ini tiap periodenya. Manfaat yang diperoleh dari

hasil penjualan pada tahun pertama sebesar Rp4 977 600 000. Jumlah ini terdiri

dari penerimaan dengan jumlah penjualan 1.7 ton per bulan. Hal ini diasumsikan

karena usaha pengolahan rimpang temulawak ini masih dalam proses pengenalan

sehingga tingkat penyusutan bahan baku lebih besar. Penerimaan yang diperoleh

usaha ini tahun-tahun berikutnya adalah sebesar Rp5 856 000 000 yang terdiri dari

penerimaan 12 bulan produksi dengan jumlah penjualan sesuai target yaitu dua

ton per bulan. Komposisi hasil penerimaan usaha pengolahan rimpang kunyit ini

dapat dilihat pada lampiran 14.

Break Even Point

Break Even Point temulawak bubuk tahun ke-1:

Page 69: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

54

Break Even Point temulawak bubuk tahun selanjutnya:

Pada tahun pertama, BEP unit dari produk temulawak bubuk bernilai 2 280

dengan BEP Harga sebesar Rp1 188 826 447. Dari angka tersebut memiliki arti

bahwa usaha pengolahan rimpang temulawak ini akan mencapai titik impas pada

tahun pertama bila terjual sebayak 2 280 Kg temulawak bubuk atau memperoleh

penerimaan sebesar Rp1 188 826 447 Pada tahun selanjutnya BEP unit dari

produk temulawak bubuk bernilai 2 643 unit dengan BEP harga sebesar Rp1 750

225 038. Angka tersebut memiliki arti usaha pengolahan rimpang temulawak ini

akan mencapai titik impas per tahun bila terjual sebanyak 2 643 Kg temulawak

bubuk atau memperoleh penerimaan sebesar Rp1 750 225 038.

Proyeksi Kriteria Investasi

Proyeksi kriteria investasi dilakukan untuk melihat seberapa besar

keuntungan yang dapat diperoleh dari sejumlah investasi yang dilakukan. Modal

yang dikeluarkan untuk usaha pengolahan rimpang temulawak ini akan kembali

dalam jangka waktu 1.29 tahun dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia yaitu

sebesar 7.5%. Penentuan tingkat suku bunga ini dikarenakan sumber pembiayaan

pada bisnis ini tidak berasal dari kredit bank dan tidak menggunakan deposito.

Pada proyeksi cash flow diperoleh NPV sebesar Rp2 229 875 000, IRR sebesar

30%, nilai Net B/C sebesar 1.78 yang memiliki arti bahwa setiap Rp1 kerugian

yang diterima maka akan mendapatkan manfaat bersih yang menguntungkan

sebesar Rp1.78. Berdasarkan hasil proyeksi kriteria investasi tersebut maka usaha

pengolahan temulawak melalui pendekatan cooperative entrepreneur ini layak

untuk dijalankan. Perhitungan laporan arus kas (cash flow) dapat dilihat pada

Lampiran 15.

Proyeksi Laporan Laba Rugi

Pada proyeksi laba rugi, usaha ini sudah mengalami keuntungan bersih di

tahun pertama yaitu sebesar Rp556 501 000. Pada tahun kedua dan ketiga

keuntungan bersih yang diperoleh adalah sebesar Rp 535 503 000. Pada tahun

Page 70: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

55

keempat dan selanjutnya keuntungan meningkat kembali menjadi Rp562 785 000.

Keuntungan ini merupakan keuntungan bersih setelah bagi hasil kepada petani

mitra, wirakoperasi, desa, dan investor serta pembayaran pajak. Persentase bagi

hasil petani sebesar 50% pada tahun pertama, 60% pada tahun kedua dan ketiga,

serta 70% pada tahun keempat dan selanjutnya. Sedangkan wirakoperasi sebesar

5% pada tahun pertama hingga ketiga dan meningkat menjadi 10% pada tahun

keempat dan selanjutnya.. Persentase bagi hasil desa sebesar 5%. Sisa persentase

merupakan keuntungan yang diterima koperasi yang akan dikurangin oleh pajak

sebesar 25%. Penetapan persentase pajak sebesar 25% berdasarkan UU PPh Pajak

Pasal 17. Perhitungan laporan laba rugi dapat dilihat pada Lampiran 16.

Prospek Pengembangan Bisnis Temulawak Berorientasi Ekspor

Bisnis produk temulawak bubuk ini merupakan bisnis yang sangat

prospektif dan potensial untuk dijalankan. Berdasarkan analisis kriteria investasi

menunjukkan bahwa bisnis ini sangat layak untuk dijalankan. Waktu

pengembalian investasi yang cukup cepat dan tingkat pengembalian modal yang

tinggi menjadi potensi pada pengembangan usaha komoditas temulawak.

Pendekatan wirakoperasi dapat menjadi motor penggerak pada kegiatan

ekonomi pedesaan. Pendekatan ini tidak hanya menguntungkan pelaku usaha

tetapi juga petani dan desa. Melalui pendekatan ini petani dapat memperoleh

harga yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan motivasi petani untuk

melakukan budidaya temulawak sesuai dengan proses budidaya yang baik. Hal ini

akan meningkatkan kualitas serta kuantitas temulawak yang dihasilkan oleh

petani.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Temulawak memiliki potensi serta peluang yang sangat besar untuk

dikembangkan dilihat dari tingginya permintaan pasar luar negeri terhadap

produk ini. Produk temulawak bubuk merupakan produk dengan nilai

ekonomis tinggi dan dibutuhkan oleh pasar luar negeri. Hal ini dapat dilihat

dari harga jual produk temulawak bubuk yang sangat tinggi di pasar luar

negeri yaitu sebesar USD21.4 atau setara dengan Rp244 000 per kg.

2. Bisnis pengolahan rimpang temulawak merupakan bisnis yang prospektif.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat pengembalian modal yang cepat yaitu selama

1.29 tahun. Selain itu, pada tahun pertama bisnis ini sudah memperoleh

keuntungan bersih sebesar Rp556 501 000, tahun kedua dan ketiga sebesar

Rp535 503 000, dan tahun keempat selanjutnya sebesar Rp562 785 000.

Pendekatan wirakoperasi (cooperative entrepreneur) yang digunakan dapat

meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan harga jual di tingkat

petani. Harga temulawak segar melalui bisnis konvensional adalah Rp1 800

sampai Rp2 000 per Kg. Namun, melalui pendekatan wirakoperasi petani

Page 71: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

56

mampu memperoleh harga pada tahun pertama sebesar Rp6 100 dan pada

tahun kedua dan ketiga sebesar Rp9 400 per kg, serta tahun keempat dan

selanjutnya sebesar Rp14 000. Tingginya harga yang diberikan akan

meningkatkan motivasi petani atau masyarakat untuk membudidayakan

tanaman temulawak dengan baik dan benar. Hal ini akan mendorong

berkembangnya agribisnis tanaman biofarmaka khususnya tanaman

temulawak di Indonesia.

Saran

Saran yang dapat diberikan setelah dilakukan penelitian rencana bisnis

pengolahan rimpang temulawak melalui pendekatan social entrepreneurship di

Jawa Barat adalah:

1. Agar rencana bisnis ini dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan

seorang pelaku usaha yang memiliki jiwa sosial yang baik dan sikap

altruisme.

2. Untuk penelitian dengan topik yang sama dapat dilakukan dengan

melakukan penelitian pada komoditas serta produk yang berbeda. Selain

itu, untuk penelitian selanjutnya dapat dilengkapi dengan analisis

persaingan serta kekuatan dan kelemahan produk yang diusulkan.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Laporan Expor-Import Indonesia [Internet].

[Diunduh 10 Okt 2013]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id

[ITC] International Trade Centre. 2013. Market News Service Report: Natural

Ingredients and Finished Products Focus on 30 Countries and Regions

Prioritized by The Government Malaysia [Internet]. {Diunduh 6 Maret

2014]. Tersedia di:

http://s3.amazonaws.com/zanran_storage/www.globinmed.com/ContentPag

es/2465374194.pdf

[KEMENDAG] Kementerian Perdagangan. 2011. Laporan Ekspor Indonesia

Tahun 2011. Jakarta (ID): Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[KEMENTAN] Kementerian Pertanian. 2013. Basis Data Statistik Pertanian

[Internet]. [Diunduh 15 Okt 2013]. Tersedia pada:

http://aplikasi.deptan.go.id/bdsp/index.asp.

Alma, B. 2008. Pengantar Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta

Baga LM dan M. Firdaus. 2009. Peran Co-operative Entrepreneur Dalam

Pengembangan Program OVOP dan Pembiayaan Pertanian Berbasis

Tanaman, Kasus Belimbing di Kota Depok, di dalam Baga LM, Fariyanti A,

Jahri S. Kewirausahaan dan Daya Saing Agribisnis. Bogor (ID): Fakultas

Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Baga LM. 2011. Profil dan Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis

[Laporan Akhir]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor

Page 72: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

57

Cahyono, Bambang, dkk. 2011. Pengaruh Proses Pengeringan Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Terhadap Kandungan dan

Komposisi Kurkuminoid. Jurnal Reaktor. 13(3): 167-171

Darmawi, H. 2007. Manajemen risiko. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

Departemen Hortikultura Kementrian Pertanian. 2013. Produksi Tanaman Obat

Tahun 2008-2012 [Internet]. [Diunduh 20 Sept 2013]. Tersedia pada:

http://hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=articl

e&id=320:tanobat-th2008-1012&catid=63:perkembangan&Itemid=454

Effendi, M. 2005. Analisis Dinamika Organisasi dan Kepemimpinan Koperasi

Simpan Pinjam Etam Mandiri Sejahtera [Internet]. EPP. 2(2):14-23

Ermiati. 2011. Analisa Kelayakan, Kendala Penegembangan Usahatani dan Solusi

Diversifikasi Produk Akhir Temulawak di Kabupaten Bogor (Studi Kasus

Kecamatan Cileungsi). Bogor (ID): Buletin Littro. 22(1):97-114

Fahma, Fakhrina, Wahid A. Jauhari, dan Pungky Nor Kusumawardhani. 2012.

Perancangan Standard Operating Procedures (SOP) Pengolahan Pasca

Panen Rimpang Tanaman Obat dan Identifikasi Good Manufacturing

Practice (GMP) di Klaster Biofarmaka Karanganyar. Prosiding SNST ke-3

Tahun 2012. Semarang (ID): Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim

Semarang.

Fitriani, Dwi Tias. 2013. Efektifitas Temulawak dalam Menurunkan Tekanan

Darah pada Lansia di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma

Kabupaten Kubu Raya [Skripsi]. Pontianak (ID): Proram Studi

Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura.

Fajrian H. 2013. Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman

Hias di CV. Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID):

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Hanafi, MM. 2006. Manajemen Risiko. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN.

Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta

(ID): PPM.

Kristianti. 1981. Budidaya Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) dan

Pengusahaan Jamu. PT. Air Mancur. Wonogiri Surakarta. Dep. Agronomi

IPB. Bogor. hlm. 10-11.

Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko Operasional. Jakarta (ID): PT Bumi Aksara

Nurlina L. 2009. Pengaruh Perilaku Kepemimpinan Orientasi Prestasi terhadap

Keberlanjuta Usaha Anggota Koperasi [Skripsi]. Bandung (ID): Fakultas

Peternakan, Universitas Padjajaran.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi, A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):

Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.

Pinson, L. 2003. Anatomy Of A Business Plan. Jakarta (ID): Canary Prana, MS. 1985. Beberapa Aspek Biologi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza

Roxb.). Prosiding Simposium Nasional Temulawak [Internet]. Bandung 17-

18 September 1985, hlm. 42-48

Rangkuti F. 2005. Business Plan: Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan

Analisis Kasus. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka Utama

Santosa, S.P. 2007. Peran socio entreprenurship dalam pembangunan. Makalah

dipaparkan dalam acara dialog “ Membangun Sinergisitas Bangsa Menuju

Indonesia yang Inovatif, Inventif dan Kompetitif” diselenggarakan oleh

Himpunan IESPFE-Universitas Brawijaya Malang, 14 Mei 2007.

Page 73: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

58

Siahaan, H. 2007. Manajemen Risiko. Jakarta (ID): PT Elex Media Computindo

Sofyan, I. 2004. Manajemen Risiko. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

Solihin, I. 2007. Memahami Business Plan. Jakarta (ID): Salemba Empat

Suksamrarn, A., S. Eiamong, P. Piyachaturawat dan J. Charoenpiboonsin. 1994.

Phenolic Diarylheptanoids from Curcuma xanthorrhiza. Phytochemistry

[Internet]. 36 : 1505-1508.

Supriyanto. 2009. Bussiness Plan sebagai Langkah Awal Memulai Usaha. Jurnal

Ekonomi dan Pendidikan Vol. 6, No.1, April 2009: 78-79

Tsabita, Khonsa. 2013. Analisis Risiko Pembiayaan Syariah pada Sektor

Pertanian Kasus: BPRS Amanah Ummah, Leuwiliang, Bogor [Skripsi].

Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Wibowo, MIA. 2011. Rencana Bisnis Industri Manisan Stroberi [Skripsi]. Bogor:

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Yuhono, J T. 2007. Potensi Ekonomi Budidaya Temu-temuam di Lahan Pasang

Surut Sumtera Selatan. Prosiding Seminar Nasional dan Pameran

Pengembangan Teknologi Tanaman Obat dan Aromatik. Bogor 6

September 2007, hlm. 681-690

Zehle, Stefan dan Graham Friend. 2004. Guide to Business Planning Second

Edition. London: Profile Books Ltd.

Page 74: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

59

LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur proses produksi temulawak bubuk bulan pertama

Hari Waktu Proses Produksi

1 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

2 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

siang -sore perajang bahan baku hari 1

3 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 1

siang - sore perajangan bahan baku hari 2

4 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 2

siang - sore perajangan bahan baku hari 3

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 1

5 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 3

siang - sore perajangan bahan baku hari 4

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 2

6 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 4

siang - sore perajangan bahan baku hari 5

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 3

7 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 5

siang - sore perajangan bahan baku hari 6

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 4

8 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 6

siang - sore perajangan bahan baku hari 7

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 5

9 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 7

siang - sore perajangan bahan baku hari 8

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 6

10 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 8

siang - sore perajangan bahan baku hari 9

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 7

11 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 9

siang - sore perajangan bahan baku hari 10

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 8

12 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 10

Page 75: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

60

Hari Waktu Proses Produksi

siang - sore perajangan bahan baku hari 11

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 9

13 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 11

siang - sore perajangan bahan baku hari 12

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 10

14 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 12

siang - sore perajangan bahan baku hari 13

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 11

15 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 13

siang - sore perajangan bahan baku hari 14

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 12

16 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 14

siang - sore perajangan bahan baku hari 15

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 13

17 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 15

siang - sore perajangan bahan baku hari 16

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 14

18 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 16

siang - sore perajangan bahan baku hari 17

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 15

19 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 17

siang - sore perajangan bahan baku hari 18

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 16

20 pagi - siang bahan baku datang, sortir, cuci, tiriskan

pengeringan bahan baku hari 18

siang - sore perajangan bahan baku hari 19

penggilingan dan pengemasan bahan baku hari 17

Page 76: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

61

Lampiran 2 Asumsi komponen biaya investasi

Asumsi

1. Mesin pengeringan kapasitas 150 kg terdiri dari 40 rak/tray, tipe cabinet

dengan blower bertenaga utama listrik dan sumber panas LPG, lama

pengeringan 8 jam

2. Kapasitas mesin penggilingan 300kg/jam, dengan tenaga utama solar

3. Kapasitas mesin perajang 150kg/jam, dengan tenaga utama solar

4. Kapasitas timbangan digital 50 Kg

5. Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg

6. Pembelian tabung gas LPG ukuran 12 Kg

7. Kapasitas tampah 20 Kg

8. Kapasitas baskom 100 Kg

9. Pembelian bak sampah ukuran 1 100 liter bahan PVC

10. Kapasitas mobil pick up 2 Ton

11. Kapasitas timbangan digital 15 Kg

12. Kapasitas timbangan mekanik gantung 500 Kg

13. Pembelian sofa kantor satu set dengan meja

14. Pembelian jenis besi arsip dengan pintu kaca geser

15. Pembelian lampu neon panjang 40 watt beserta rumah lampu

16. Pembelian AC ukuran 1 PK

17. Pembelian kursi lipat merk Chitose

18. Biaya sertifikasi terdiri dari sertifikasi ISO 22000

Lampiran 3 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan alat produksi

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp 000)

Harga Per

satuan

Jumlah

Biaya

a. mesin pengering unit 7 45 000 315 000

b. mesin pengemas vakum unit 1 34 000 34 000

c. mesin penggilingan unit 1 14 500 14 500

d. mesin perajang unit 2 5 000 10 000

e. pompa steam unit 1 1 800 1 800

f. timbangan duduk digital unit 1 2 000 2 000

g. Timbangan mekanik gantung unit 1 5 000 5 000

h. Tabung gas unit 7 500 3 500

i. Selang dan regulator unit 7 200 1 400

j. Tampah unit 100 25 2 500

k. Sikat unit 7 10 70

l. Baskom unit 20 35 700

m. Tempat sampah unit 1 1 500 1 500

n. Sepatu boots unit 11 70 770

o. Sarung tangan kain unit 11 30 330

p. Mesin pendeteksi logam unit 1 74 800 74 800

q. Kipas blower (untuk ruang produksi) unit 2 1 300 2 600

Total 470 470

Page 77: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

62

Lampiran 4 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp 000)

Harga Per

Satuan

Jumlah

Biaya

a. Meja Komputer unit 1 1 200 1 200

b. Kursi Kantor unit 1 1 000 1 000

c. Sofa kantor set 1 8 300 8 300

d. Papan tulis (90x120 cm) unit 1 300 300

e. Komputer PC unit 1 5 000 5 000

f. Printer (Print, Scan, Copy) unit 1 1 400 1 400

g. Lemari besi arsip unit 1 2 800 2 800

h. Laci besi arsip (4 laci) unit 2 2 000 4 000

i. Faximile unit 1 1 800 1 800

j. Telepon unit 1 310 310

k. Lampu unit 4 100 400

l. Air Conditioner unit 1 4 000 4 000

m. Kursi Tamu unit 5 250 1 250

Total 31 760

Lampiran 5 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Biaya (Rp 000)

Harga

Per

Satuan

Jumlah

Biaya

a. Layout manufaktur 1 1 000 1 000

b. Rak Besi Pengeringan set 1 5 000 5 000

c. Kanopi set 1 10 000 10 000

d. Tanah m2

3 000 200 600 000

e. Bangunan Pabrik 1 500 000 1 500 000

Total 2 116 000

Page 78: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

63

Lampiran 6 Rincian biaya penyusutan

No Komponen Biaya Satuan Jumlah

Fisik

Umur

Ekonomis (Tahun)

Jumlah

Biaya (Rp000)

Nilai sisa

(Rp000)

Biaya

Penyusutan (Rp000)

1 Alat Produksi

a. mesin pengering unit 7 10 315 000 157 500 15 750

b. mesin pengemas vakum

unit 1 5 34 000 - 6 800

c. mesin penggilingan unit 1 10 14 500 7 250 725

d. mesin perajang unit 2 5 10 000 - 2 000

e. pompa steam unit 1 5 1 800 - 360

f. timbangan duduk

digital

unit 1 5 2 000 - 400

g. Timbangan mekanik

gantung

unit 1 10 5 000 2 500 250

h. Selang dan regulator unit 7 5 1 400 - 280

i. Tampah unit 100 1 2 500 - 2 500

j. Sikat unit 7 1 70 - 70

k. Baskom unit 20 5 700 - 140

l. Tempat sampah unit 1 5 1 500 - 300

m. Sepatu boots unit 11 2 770 385 193

n. Sarung tangan kain unit 11 1 330 - 330

o. Mesin pendeteksi

logam

unit 1 10 74 800 37 400 3 740

p. Kipas blower unit 2 5 2 600 - 520

2 Alat dan Furnitur

Perkantoran

a. Meja Komputer unit 1 10 1 200 600 60

b. Kursi Kantor unit 1 10 1 000 500 50

c. Sofa kantor set 1 10 8 300 4 150 415

d. Papan tulis (90x120 cm)

unit 1 5 300 - 60

e. Komputer PC unit 1 5 5 000 - 1 000

f. Printer (Print, Scan, Copy)

unit 1 5 1 400 - 280

h. Lemari besi arsip unit 1 10 2 800 1 400 140

i. Laci besi arsip (4 laci) unit 2 10 4 000 2 000 200

j. Faximile unit 1 5 1 800 - 360

k. Telepon unit 1 10 310 155 16

l. Lampu unit 4 10 400 200 20

m. Air Conditioner unit 1 10 4 000 2 000 200

n. Kursi Tamu unit 5 5 1 250 - 250

3 Bangunan dan

infrastruktur

a. Rak besi pengeringan set 1 10 5 000 2 500 250

b. Kanopi set 1 5 10 000 - 2 000

c. Tanah m2 3 000 10 600 000 300 000 30 000

d. Bangunan pabrik 15 1 500 000 500 000 66 667

Kendaraan (mobil pick

up)

unit 2 10 210 000 105 000 10 500

Total 1 123 540 146 865

Page 79: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

64

Lampiran 7 Asumsi komponen biaya tetap

Asumsi

1. Tarif listrik prabayar untuk pemakaian diatas 3 500 VA dikenakan biaya

Rp 1 145/Kwh.

2. Kebutuhan listrik mesin blower pengering: 300 watt x 7 unit x 8 jam x 18

hari kerja = 302.4 Kwh

3. Kebutuhan listrik mesin pengemas: 400 watt x 1 unit x 10 jam x 17 hari

kerja = 68 Kwh

4. Kebutuhan listrik lampu: 50 watt x 10 buah x 10 jam x 20 hari kerja = 100

Kwh

5. Kebutuhan listrik kipas blower: 140 watt x 2 unit x 20 hari kerja = 96 Kwh

6. Biaya pemasaran ekspor ke negara tujuan, asumsi produksi 2 ton/bulan

dengan harga Rp12 600 000

7. Bangunan terdiri dari ruang produksi, gudang penyimpanan, dan ruang

kantor dengan luas bangunan 3.000 m2

8. Biaya jasa profesional terdiri dari jasa penyuluh pertanian, notaris, analis

atau laboran penngujian produk

9. Biaya transportasi terdiri dari biaya sewa mobil box untuk keperluan

pengangkutan produk dari tempat produksi menuju pelabuhan peti kemas

Tanjung Priok

Lampiran 8 Rincian biaya tetap komponen biaya tenaga kerja

Komponen Biaya Satuan Jumlah Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per Bulan Per Tahun

a. Manager usaha orang 1 3 700 3 700 44 400

b. Staf Keuangan orang 1 2 700 2 700 32 400

c. Staf Administrasi orang 1 2 700 2 700 32 400

d. Supervisor Produksi orang 1 2 850 2 850 34 200

e. Staf Ahli (operator mesin

metal detector) orang 1 3 000 3 000 36 000

Total 14 950 14 950 179 400

Lampiran 9 Rincian biaya tetap komponen biaya utilitas

Komponen Biaya Satuan Jumlah Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per Bulan Per Tahun

a. Manager usaha orang 1 3 700 3 700 44 400

b. Staf Keuangan orang 1 2 700 2 700 32 400

c. Staf Administrasi orang 1 2 700 2 700 32 400

d. Supervisor Produksi orang 1 2 850 2 850 34 200

e. Staf Ahli (operator mesin

metal detector) orang 1 2 850 2 850 34 200

Total 14 800 14 800 177 600

Page 80: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

65

Lampiran 10 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran

Komponen Biaya Satuan Jumlah Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per Bulan Per Tahun

a. Kertas rim 3 30 90 1 080

b. Tinta printer (infus) unit 2 37.5 75 900

c. Alat tulis set 1 100 1 200

Total 265 3 180

Lampiran 11 Asumsi komponen biaya variabel

Asumsi

1. Biaya tenaga supir dan kuli angkut terdiri dari biaya tenaga kerja untuk

mengambil dan mengangkut bahan baku dari petani ke tempat produksi

2. Biaya kemasan primer (plastik vakum) kapasitas 10 Kg dgn harga Rp4 000

per lembar [sumber: kaskus]

3. Biaya kemasan sekunder (kardus) kapasitas 50 Kg dgn harga Rp15 000 per

lembar [sumber: toko]

4. Mesin perajang 5,5 PK membutuhkan 0,7 liter solar per jam, diasumsikan

penggunaan 2 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 280 liter (harga

solar per liter Rp11 000)

5. Mesin penggiling 12 pk membutukan 1,5 liter per jam, diasumsikan

penggunaan 1 mesin per hari 10 jam selama 20 hari adalah 300 liter (harga

solar per liter Rp11 000)

6. Asumsi tiap mesin pengering membutuhkan 3 Kg gas per hari, sehingga

kebutuhkan tiap mesin per bulan adalah 5 tabung ukuran 12kg

7. Biaya transportasi meliputi: bensin, tol, pak ogah, pungli, parkir

8. Biaya rupa-rupa terdiri dari biaya cadangan yang digunaka jika terdapat

kekurangan biaya variabel tiap bulan

9. Tenaga kerja produksi terdiri dari tenaga kerja langsung untuk melakukan

proses produksi selama dua hari yang terdiri dari pencucian, perajangan,

pengeringan, penggilingan, dan pengemasan per volume produksi

Lampiran 12 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per

Bulan

Per

Tahun

a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) lembar 170 4 680 8 160

b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) lembar 34 15 510 6 120

c. Label lembar 204 2 408 4 896

Total 1 598 19 176

Lampiran 13 Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun

selanjutnya

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per

Bulan

Per

Tahun

a. Kemasan primer (plastik 10 Kg) lembar 200 4 800 9 600

b. Kemasan sekunder (kardus 50 Kg) lembar 40 15 600 7 200

c. Label lembar 240 2 480 5 760

Total 1 880 22 560

Page 81: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

66

Lampiran 14 Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin

Komponen Biaya Satuan Jumlah

Jumlah Biaya (Rp 000)

Satuan Per

Bulan

Per

Tahun

a. Mesin perajang (2 unit) liter 280 11 3 080 36 960

b. Mesin penggiling (1 unit) liter 300 11 3 300 39 600

Total 6 380 76 560

Lampiran 15 Penjualan perusahaan

Harga Jual per Kg

(Rp 000)

Jumlah per

bulan (Kg)

Pendapatan (Rp 000) Keterangan

Per Bulan Pe Tahun

244

1 7 00 414 800 4 977 600

Asumsi penjualan tahun

pertama sebesar 1.7 Ton

per Bulan

2 000 488 000 5 856 000

Asumsi penjualan tahun

berikutnya sebesar 2 Ton

per Bulan

Lampiran 16 Harga rimpang temulawak segar yang diterima petani

Tahun Uraian Jumlah (Rp000) Jumlah Bahan

baku (Kg)

Tahun Pertama Biaya bahan baku 1 545 837

252 636

Harga bahan baku

per Kg 6.1

Tahun Kedua dan

Ketiga

Biaya bahan baku 2 380 014

Harga bahan baku

per Kg 9.4

Tahun

Selanjutnya

Biaya bahan baku 3 501 775

Harga bahan baku

per Kg 14

Page 82: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

67

Lampiran 17 Arus kas proyeksi lima tahun (dalam Rp000)

No Uraian

Komponen

Tahun

- 1 2 3 4 5

I Inflow

1. Penjualan - 4 977 600 5 856 000 5 856 000 5 856 000 5 856 000

2. Nilai sisa - - - - - 1 123 540

Total Inflow - 4 977 600 5 856 000 5 856 000 5 856 000 6 979 540

II Outflow

1. Biaya Investasi

2 874 870 2 940 3 710 2 940 3 710 76 690

Total Biaya

Investasi

2 874 870 2 940 3 710 2 940 3 710 76 690

2. Biaya

Operasional

Biaya Tetap - 346 480 346 480 346 480 346 480 346 480

Biaya variabel - 356 736 360 120 360 120 360 120 360 120

Total Biaya

Operasional

- 703 216 706 600 706 600 706 600 706 600

3. Biaya Non Operasional

Cicilan

Pinjaman

- 1 035 845 1 035 845 1 035 845 - -

Total Biaya Non

Operasional

- 1 035 845 1 035 845 1 035 845

-

-

Biaya Bagi Hasil

Petani - 1 545 837 2 380 014 2 380 014 3 501 775 3 501 775

Wirakoperasi - 154 584 198 335 198 335 198 335 198 335

Desa - 154 584 198 335 198 335 198 335 198 335

Investor - 371 001 357 002 357 002 - -

Total Bagi Hasil - 2 226 006 3 133 685 3 133 685 3 3 898 444

Total Outflow 2 874 870 3 968 007 4 879 840 4 879 070 4 608 754 4 681 734

III Saldo Koperasi (2 874 870) 1 009 593 976 160 976 930 1 247 246 2 297 806

Akumulasi

Saldo Koperasi

1 009 593 1 985 753 2 962 683 4 209 929 6 507 735

Discount Factor

7.5%

1 0.930 0.865 0.805 0.749 0.697

PV Net Benefit (2 874 870) 939 157 844 703 786 390 933 939 1 600 557

PV Benefit untuk Gross B/C

- 4 630 326 5 067 388 4 713 849 4 384 976 4 861 659

PV Biaya untuk

Gross B/C

2 874 870 3 691 169 4 222 685 3 927 459 3 451 037 3 261 102

PV (+) 5 104 745

PV (-) (2 874 870)

IV NPV 2 229 875

V Gross B/C 1.10

VI Net B/C 1.78

VII IRR 30%

VIII Payback Period 1.29

Page 83: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

68

Lampiran 18 Laporan laba rugi proyeksi lima tahun (dalam Rp000)

No Uraian Komponen 1 2 3 4 5

I Penerimaan

Temulawak Bubuk 4 977 600 5 856 000 5 856 000 5 856 000 5 856 000

Total Penerimaan 4 977 600 5 856 000 5 856 000 5 856 000 5 856 000

II Biaya Operasional

1. Biaya tetap 493 345 493 345 493 345 493 345 493 345

2. Biaya variabel 356 736 360 120 360 120 360 120 360 120

Total Biaya Operasional 850 081 853 465 853 465 853 465 853 465

III Biaya Non Operasional

1. Cicilan Pinjaman 1 035 845 1 035 845 1 035 845

-

-

Total Biaya Non

Operasional

1 035 845 1 035 845 1 035 845 -

-

III Laba sebelum bagi hasil 3 091 674 3 966 690 3 966 690 5 002 535 5 002 535

IV Bagi hasil

Petani (50%,60%,70) 1 545 837 2 380 014 2 380 014 3 3 501 775

Wirakoperasi (5%,10%) 154 584 198 335 198 335 500 254 500 254

Desa (5%) 154 584 198 335 198 335 250 127 250 127

Total bagi hasil 1 855 005 2 776 683 2 776 683 4 252 155 4 252 155

V laba sebelum pajak (EBT) 1 236 670 1 190 007 1 190 007 750 380 750 380

VI Pajak 25% 309 167 297 502 297 502 187 595 187 595

pajak 0% (PPn) 0 0 0 0 0

VII laba bersih (EAT) 927 502 892 505 892 505 562 785 562 785

VIII Bagi hasil investor (40%) 371 001 357 002 357 002 - -

IX Laba bersih setelah bagi

hasil

556 501 535 503 535 503 562 785 562 785

Page 84: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 85: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

Lampiran 19 Laporan arus kas per bulan tahun pertama (dalam Rp000)

No Uraian

Komponen

Bulan

- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I Inflow

1. Penjualan - 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800

3. Nilai sisa - - - - - - - - - - - - -

Total Inflow - 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800

II Outflow

1. Biaya

Investasi

2 874 870 - - -

-

-

-

-

-

-

-

-

2 940

Total Biaya

Investasi

2 874 870 - - -

-

-

-

-

-

-

-

-

2 940

2. Biaya Operasional

Biaya Tetap - 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873 28 873

Biaya Variabel - 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728

Total Biaya

Operasional

- 58 601 58 601 58.601 58 601 58 601 58 601 58 601 58 601 58 601 58 601

58 601

58 601

3. Biaya Non

Operasional

Cicilan Pinjaman

- 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320

Total Biaya

Non Operasional

- 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86

320

3. Biaya Bagi

Hasil

Petani (50%) - 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820

Wirakoperasi

(5%)

- 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882

Desa (5%) - 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882

Investor - 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917

Total Bagi Hasil - 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501 185 501

Total Outflow 2 874 870 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 330 422 333 362

III Saldo Koperasi (2 874 870) 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 84 378 81 438

IV Akumulasi

Saldo Koperasi

84 378 168 756 253 134 337 512 421 890 506 267 590 645 675 023 759 401 843 779 928 157 1 009 595

69

Page 86: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

Lampiran 20 Laporan laba rugi per bulan tahun pertama (dalam Rp000)

No Uraian Komponen 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

I Penerimaan

1. Temulawak bubuk 414 800 414 800 414 800 414 800

414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800

Total Penerimaan 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414 800 414

800

414 800 414 800 414 800 414 800

II Biaya Operasional

1. Biaya Tetap 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112 41 112

2. Biaya variabel 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728 29 728

Total biaya operasional 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840 70 840

III Biaya Non Operasional

1. Cicilan Pinjaman 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320

Total Biaya Non

Operasional

86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320 86 320

III Laba sebelum bagi hasil 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640 257 640

IV Bagi hasil

Petani (50%) 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820 128 820

Wirakoperasi (5%) 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882

Desa (5%) 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882 12 882

V Laba Sebelum Pajak (EBT) 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056 103 056

VI Pajak 25% 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764 25.764

pajak 0% (PPn) - - - - - - - - - - - -

VI

I

Laba Bersih (EAT) 77b292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292 77 292

VI

II

Bagi hasil investor (40%) 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917 30 917

IX Laba bersih setelah bagi

hasil

46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375 46 375

70

Page 87: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya
Page 88: RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK … · 2015-09-02 · pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi ... (SOP) pembuatan produk ... 10 Rincian biaya

71

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, 6 Desember 1992. Penulis adalah putri dari

drh. Seno Adji Nugroho dan Ema Amalia, dan merupakan anak ketiga dari tiga

bersaudara. Kakak pertama bernama Aditya Irawan Wibisono dan kakak kedua

bernama Ryan Satria Nugroho.

Riwayat pendidikan penulis dimulai pada tahun 1999 di SD IKAL Medan

sampai tahun 2004. Pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2007, penulis

melanjutkan pendidikan ke SMP Ar-Rahman Full Day School. Tahun 2007

sampai 2010, penulis melanjutkan ke SMA Negeri 3 Medan. Pada tahun 2010,

penulis diterima dan melanjutkan studi sebagai mahasiswi di Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui

jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Selama mengikuti perkuliahan di Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis

berpartisipasi dalam organisasi kegiatan kampus IPB. Pada tahun 2011, penulis

menjadi pengurus organisasi mahasiswa daerah asal Medan dan menjadi anggota

Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis (HIPMA) periode 2011-2012

dan 2012-2013. Selain aktif pada organisasi kegiatan kampus, penulis juga aktif

pada berbagai kepanitian acara intra kampus.

67