rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

22
RENCANA AKSI KEGIATAN TAHUN 2015 2019 DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI 2015

Upload: dinhkhanh

Post on 12-Jan-2017

223 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

RENCANA AKSI KEGIATAN

TAHUN 2015 – 2019

DIREKTORAT BINA PRODUKSI DAN

DISTRIBUSI ALAT KESEHATAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT

KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

2015

Page 2: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015-2019 mengamanatkan Program Pembinaan

Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan untuk meningkatkan pengendalian pra dan pasca pemasaran

alat kesehatan dan PKRT serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan dan mutu dari alat

kesehatan itu. Pada tahun 2019, untuk mencapai target yang telah ditetapkan tersebut, maka

Program Pembinaan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan perlu memperhatikan dinamika

perkembangan program kesehatan lainnya, serta mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan

yang berada di lingkup Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan.

Penyusunan Rencana Aksi Kegiatan pembinaan Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan ini

merupakan perwujudan akuntabilitas kinerja terhadap amanat yang diberikan kepada Direktorat

Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan. Pada Rencana Aksi, telah diidentifikasi kendala/masalah

yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan, strategi pemecahan masalah tersebut, hingga

pada kebutuhan dana indikatif bagi pelaksanaan program selama periode 2015-2019.

Dokumen Rencana Aksi ini tidak terlepas dari Rencana Kerja Pemerintah, Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional 2015-2019, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Periode 2015-

2019, serta dokumen perencanaan kinerja lainnya. Dengan demikian, diharapkan Rencana Aksi ini

dapat memberikan arah dan pedoman dalam pelaksanaan Kegiatan Pembinaan Produksi dan

Distribusi Alat Kesehatan.

Page 3: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Ruang Lingkup

Sesuai amanat Undang Undang Dasar 1945 pasal 28H ayat (1) bahwa “Setiap orang berhak hidup

sejahtera lahir dan bathin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan

sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan” Amanat UUD 45 Pasal 1945 direspon oleh

pemerintah dengan menetapkan UU Kesehatan No 36 tahun 2009 tentang kesehatan dimana Pasal

46 menyatakan bahwa “Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya

kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat“.

Alat kesehatan merupakan salah satu komponen penting di samping tenaga dan obat dalam sarana

pelayanan kesehatan. Teknologi alat kesehatan berkembang sangat pesat seiring dengan

perkembangan teknologi IT dari teknologi sederhana sampai teknologi tinggi dan digunakan di

fasilitas pelayanan kesehatan , di pelayanan kesehatan pribadi, maupun di rumah tangga.

Peningkatan kebutuhan terhadap alat kesehatan belum diikuti dengan perkembangan industri alat

kesehatan dalam negeri. Hal ini yang menyebabkan 90% alat kesehatan yang beredar adalah produk

impor. Kemudahan keluar masuk barang dalam era globalisasi dan dengan jumlah penduduk lebih

dari 250 juta jiwa maka Indonesia merupakan pasar yang menarik untuk masuknya produk impor.

Hal tersebut sangat tidak mendukung terhadap kemandirian Nasional terhadap alat kesehatan

maupun ketahanan ekonomi nasional terutama dengan nilai tukar dolar yang semakin tinggi

sehingga menyebabkan tingginya harga alat kesehatan.

Untuk meningkatkan industri alat kesehatan dan meningkatkan produk alat kesehatan dalam negeri

maka harus dilakukan oleh berbagai pihak dan berbagai sektor terkait. Agar arah pengembangan

industri alat kesehatan dalam negeri dapat berjalan secara sinergis maka perlu disusun peta jalan

pengembangan industri alat kesehatan dalam negeri.

Page 4: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

BAB II

ANALISIS SITUASI

A. Kebijakan Pengendalian Alat Kesehatan

1. Regulasi Alat Kesehatan

Sesuai dengan Permenkes 1144/Menkes/Per/VIII/2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja

Kementerian Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35

Tahun 2013 Pasal 588 disebutkan bahwa "Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan

mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan

norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang

produksi dan distribusi alat kesehatan dan PKRT".

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan memiliki tugas menjamin akses yang luas terhadap berbagai aspek dari alat

kesehatan yaitu untuk menjamin:

a) Keamanan, mutu, dan kemanfaatan alat kesehatan yang beredar;

b) Ketersediaan teknologi alat kesehatan dan penggunaan yang tepat guna serta terjangkau;

c) Melindungi masyarakat dari risiko penggunaan dan penyalahgunaan alat kesehatan.

Untuk menjamin alat kesehatan yang aman, bemutu dan bermanfaat dimulai dari proses design,

produksi, distribusi, penggunaan sampai proses pembuangan atau pemusnahan. Untuk memastikan

produk alat kesehatan memenuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan, maka dimulai dengan

melakukan proses pembuatan alat kesehatan yang mengacu pada Cara Pembuatan Alat Kesehatan

yang Baik (CPAKB), Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor

1189/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Produksi Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah

Tangga pasal 6 ayat (1) dinyatakan sebagai berikut “Produksi alat kesehatan dan/atau PKRT hanya

dapat dilakukan oleh perusahaan yang memiliki sertifikat produksi” dan pada Pasal 18 ayat (1)

dinyatakan sebagai berikut “Produksi alat kesehatan dan/atau PKRT dilaksanakan sesuai dengan

Cara Pembuatan Alat Kesehatan atau PKRT yang Baik”.

Sedangkan untuk proses pendistribusiannya mengacu pada Cara Distribusi Alat Kesehatan yang Baik

(CDAKB). Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1191/Menkes/Per/VIII/2010 tentang

Penyaluran Alat Kesehatan pasal 4 ayat (1) menyebutkan sebagai berikut “Produk Alat Kesehatan

yang beredar harus memenuhi standar dan/atau persyaratan mutu, keamanan dan kemanfaatan”.

Semua alat kesehatan memiliki risiko dalam penggunaan, disamping keuntungan dari penggunaan

alat kesehatan tersebut. Contoh penggunaan alat Rontgent dapat menyebabkan risiko radiasi yang

ditimbulkan. Tetapi dengan alat Rontgent tersebut pasien bisa mendapat manfaat lebih dimana

dapat didiagnosa lebih dini adanya penyakit sehingga dapat dilakukan penanganan lebih cepat dan

akan menyebabkan kemungkinan kesembuhan lebih besar.

Sistem regulasi alat kesehatan bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan alat kesehatan dan

meminimalkan risiko yang timbul terhadap pasien. Sistem regulasi alat kesehatan terdiri dari

Premarket Control yang dilakukan sebelum alat kesehatan beredar dan Post Market Control yang

dilakukan setelah alat kesehatan ada di peredaran.

Page 5: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

2. Kebutuhan Alat Kesehatan

Alat kesehatan merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan. Dengan diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan berlaku pada 1

Januari 2014 maka diprediksi akan terjadi kenaikan 2,5 sampai 3 kali lipat kebutuhan obat dan alat

kesehatan di berbagai tingkatan pelayanan kesehatan. Alat kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam

upaya mencapai Milenium Development Goals (MDGs), dimana peran alat kesehatan untuk

mendukung pencapaian tujuan ke 4, 5 dan 6.

B. Situasi Pasar dan Ekonomi

1. Kondisi Pasar Global Alat Kesehatan

Pasar global untuk alat kesehatan mempunyai nilai hampir USD 307.7 bilion pada tahun 2012. Nilai

ini diprediksikan akan meningkat mencapai kira-kira USD 434.4 bilion pada tahun 2017. United

States merupakan pasar terbesar dengan nilai USD 120.4 bilion pada tahun 2012, setara dengan

39.1% dari pasar global, diikuti oleh Jepang dengan nilai USD 31.5 billion (10.2%) dan Jerman dengan

USD 23.3 billion (7.6%). Pasar lainnya yang penting adalah Brazil, Russia, India dan China, di mana

semuanya bernilai USD 26.2 bilion pada tahun 2012, setara dengan 8.5% dari pasar total dunia.

Industri alat kesehatan sangat terfragmentasi, dengan US menduduki posisi lebih dari 305 dari pasar

global dunia. Beberapa prospek yang sangat baik terjadi pada pasar negara berkembang antara lain

di Asia, Amerika Latin dan Eropa Tengah/Timur, dimana pasar Eropa Barat diperkirakan lebih stabil.

Gambar 2.1

Perubahan Pasar Global Alat Kesehatan/teknologi kesehatan

Page 6: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

2. Kecenderungan Global Alat Kesehatan

Perubahan kecenderungan penggunaan Alat Kesehatan di dunia dari yang bersifat konvensional ke

arah teknologi canggih yang berbasis teknologi informasi serta pemberdayaan pasien

(patientempowering). Hal tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan industri alat

kesehatan. Gambaran kecenderungan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2

Perubahan Kecenderungan Penggunaan Alat Kesehatan di Dunia Menjadi Swa-penggunaan Alat

Kesehatan dan Teknologi Informasi

3. Industri dan Pasar Alat Kesehatan Indonesia

Secara umum perkembangan industri dalam negeri dari waktu ke waktu mengalami pertumbuhan

yang cukup signifikan, sehingga hal ini juga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Untuk jenis industri manufaktur kontribusinya terhadap Gross Domestic Product (GDP) merupakan

yang terbesar (24%) dimana industri alat kesehatan termasuk di dalamnya. Gambaran ini dapat

dilihat pada diagram berikut:

Page 7: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

Gambar 2.3

Struktur GDP berdasarkan Jenis Industri (%) Tahun 2011

4. Nilai Ekspor Alat Kesehatan

Walaupun Indonesia masih merupakan negara pengimpor alat kesehatan yang cukup besar. Namun

nilai ekspor alat kesehatan cukup memberikan gambaran anomali yang menarik. Kementerian

Perdagangan melalui Indonesia Technical Regulation Information Management System (INATRIMS)

mencantumkan bahwa alat kesehatan termasuk dalam 10 produk potensial ekspor ke Uni Eropa.

Page 8: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

Tabel 2.3

Jumlah Ekspor Rata-Rata Alat Kesehatan Indonesia ke Uni Eropa tahun 2007-2011

Page 9: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi
Page 10: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

C. Industri Alat Kesehatan Saat Ini

1. Perkembangan Industri Alat Kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian International Monetary Fund, Indonesia diposisikan akan menjadi

kekuatan ekonomi baru dengan urutan ke-6 terbesar di dunia pada tahun 2030, seperti yang dapat

dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.8

Page 11: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

Hal yang sama diutarakan oleh Bank Dunia pada tahun 2011, bahwa apabila dilihat dalam “global

economic horizon” bahwa Indonesia merupakan 1 dari 6 negara di dunia yang akan memberikan

kontribusi 50% dari ekonomi Dunia pada tahun 2011 sampai dengan 2025. Keenam negara

berpotensi besar tersebut adalah China, India, Rusia, Brazil, Korea Selatan, dan Indonesia.

Indonesia akan mengalami demographic bonus yang puncaknya diprediksi pada tahun 2025,

menurut Bank Dunia. Kondisi ini hanya tercapai pada beberapa negara berkembang dan hanya

terjadi sekali dalam satu periode kependudukan. Kondisi dimana pertumbuhan penduduk produktif

tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Dengan banyaknya usia produktif masyarakat Indonesia tentu akan mempengaruhi kondisi

perekonomian Indonesia dan juga perekonomian dunia. Permintaan akan pasar konsumsi Indonesia

akan meningkat, demikian pula kemudahan ketenagakerjaan Indonesia yang melimpah tentu akan

menarik minat investasi asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kondisi ini dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. 3 Indonesia: Demografic Bonus

2. Data Sarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Jumlah rumah sakit di Indonesia cukup banyak, yaitu sejumlah 2.068 rumah sakit. Sebagian besar

rumah sakit dimiliki oleh pemerintah, baik itu pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

Pemerintah daerah tingkat II Kabupaten/Kota memiliki 444 rumah sakit. Kondisi di atas menunjukan

bahwa apabila terjadi peningkatan jumlah tempat tidur (ruang rawat inap), maka akan

meningkatkan kebutuhan alat kesehatan lainnya terutama dalam memenuhi kebutuhan fasyankes

pada penerapan SJSN.

Page 12: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

Tabel 2.7 Jumlah Rumah Sakit Se-Indonesia

3. Situasi Alat Kesehatan Dalam Negeri Saat Ini

Tabel 3.1 Kebutuhan Alat Kesehatan Vs Ijin Edar Vs Jumlah Sarana

Page 13: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

PT. Surveyor Indonesia (Persero) ditunjuk Kementerian Kesehatan untuk melakukan pemetaan

kemampuan produsen alat kesehatan nasional. Dari Hasil survey di peroleh data sebagai berikut:

Tabel 3.2 Klasifikasi Hasil Survei Alat Kesehatan Indonesia 2013

Page 14: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

D. Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi industri alat kesehatan meliputi :

1. Regulasi

a. Kurangnya regulasi yang berpihak pada pengembangan industri

b. Kurangnya dukungan pemerintah untuk mendorong penggunaan alat kesehatan dalam negeri

2. Produksi

a. Industri alat kesehatan dalam negeri masih terbatas teknologi rendah sampai menengah.

b. Pemberlakuan pajak sebesar 5-20% terhadap bahan baku

c. Terbatasnya riset untuk pengembangan alat kesehatan

d. Masih belum maksimalnya kapasitas produksi industri

e. Masih banyak industri alat kesehatan yang belum memenuhi persyaratan CPAKB

3. Tingkat Kandungan Dalam Negeri

a. Terbatasnya bahan baku yang memenuhi persyaratan

b. Lebih dari 90% bahan baku alat kesehatan masih impor

c. Rendahnya minat investasi bahan baku

4. Infrastruktur

a. Masih minimnya lembaga Riset alat kesehatan

b. Masih terbatasnya laboratorium uji alat kesehatan

5. Sumber Daya

a. Masih terbatasnya tenaga ahli di bidang alat kesehatan

b. Masih banyak industri berskala UKM dengan modal terbatas

E. Analisa SWOT

Hasil diagnosa alternatif strategi ini dapat dilihat pada matrik SWOT di bawah ini dan digunakan

dalam penyusunan strategi.

Page 15: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi
Page 16: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi
Page 17: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

BAB III

SASARAN, STRATEGI, VISI, MISI DAN KEBIJAKAN

A. Sasaran

Dalam pengembangan industri alat kesehatan maka sasaran pengembangan industri alat kesehatan

dibagi 3 tahap yaitu :

1. Tahap Pertama (2014 – 2016)

2. Tahap Kedua (2017 – 2019)

1. Tahap Pertama (2014 – 2016)

a. Optimalisasi kemandirian alat kesehatan teknologi menengah ke bawah.

b. Meningkatnya jumlah sarana produksi alat kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu.

c. Meningkatkan penggunaan alat kesehatan dalam negeri.

d. Membangun penelitian dan pengembangan alat kesehatan.

e. Membangun kerja sama lintas sektor antara industri, akademi dan pemerintah

2. Tahap Kedua (2017 – 2019)

a. Membangun kemandirian alat kesehatan dengan teknologi menengah ke atas yang berbasis riset.

b. Peningkatan Sarana produksi alat kesehatan memenuhi persyaratan mutu mengacu ISO

13485:2003 dan Cara Pembuatan Alat Kesehatan Yang Baik (CPAKB).

c. Meningkatkan penelitian dan pengembangan alat kesehatan.

d. Peningkatan ketersediaan bahan baku dalam negeri.

e. Penurunan peredaran alat kesehatan impor dengan memaksimalkan penggunaan dalam negeri

f. Peningkatan ekspor alat kesehatan.

B. Strategi

Beberapa strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan industri alat kesehatan adalah

sebagai berikut:

1. Melakukan kerjasama dengan organisasi internasional untuk meningkatkan pengembangan

industri alat kesehatan.

2. Memanfaatkan investasi luar negeri untuk transfer ilmu, teknologi dan dana untuk memenuhi

sarana dan prasarana yang dibutuhkan bagi pengembangan industri dalam negeri

3. Memperkuat kerjasama antar lintas sektor untuk mengembangkan ekspor

Page 18: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

4. Meningkatkan pemahaman terhadap standar alkes untuk meningkatkan kepercayaan pengguna

terhadap produk dalam negeri

5. Melakukan advokasi untuk meningkatkan penegakkan regulasi produksi dan distribusi Alkes

dengan dukungan serta alokasi dana yang jelas dan memadai

6. Menggunakan dana yang tersedia untuk meningkatkan penelitian dalam pengembangan produk

alkes baru

7. Meningkatkan kerjasama lintas sektoral untuk mengembangkan laboratorium uji produk alkes.

8. Meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap produk dalam negeri untuk mengurangi alkes

impor.

9. Penambahan sarana dan fasilitas organisasi untuk meningkatkan kinerja SDM menghadapi

perkembangan IPTEK & Prospek Bisnis Alkes.

10. Meningkatkan kualitas SDM untuk mengikuti perkembangan IPTEK Alkes yang cepat.

C. Visi dan Misi

1. Visi

Mewujudkan kemandirian industri alat kesehatan yang berbasis riset, memenuhi standar dan

berdaya saing

2. Misi

a. Meningkatkan mutu sarana produksi alat kesehatan

b. Meningkatkan junlah dan jenis alat kesehatan dalam negeri

c. Terpenuhinya kebutuhan alkes dalam negeri melalui industri DN

d. Mendorong Investasi alat kesehatan

e. Mengurangi ketergantungan impor

f. Meningkatkan ekspor alat kesehatan

3. Indikator Pencapaian

a. Tahun 2016 : tercapainya kemandirian industri alat kesehatan teknologi menengah ke bawah

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri

b. Tahun 2019 : tercapainya kemandirian industri alat kesehatan dengan teknologi menengah ke atas

yang berbasis riset untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

4. Upaya

Page 19: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

a. Melakukan pemetaan kemampuan industri alat kesehatan dalam penerapan Cara Pembuatan Alat

Kesehatan Yang Baik (CPAKB).

b. Penerapan CPAKB yang mengacu pada ISO 13485:2003, sehingga industri memiliki daya saing

skala nasional dan global.

c. Meningkatkan kemampuan industri terhadap penerapan CPAKB.

d. Melakukan sosialisasi peraturan dan kesepakatan harmonisasi ASEAN terhadap standar

keamanan, mutu dan manfaat alat kesehatan.

e. Melakukan promosi terhadap penggunaan alat kesehatan dalam negeri.

f. Meningkatkan kerjasama antara pemerintah, akademi dan industri dalam mengembangkan

industri dalam negeri.

g. Menyediakan sarana pengujian mutu alat kesehatan.

h. Menyediakan sarana riset dan pengembangan teknologi alat kesehatan.

i. Meningkatkan ketersediaan bahan baku lokal yang memenuhi persyaratan.

j. Pembinaan terus-menerus terhadap industri alat kesehatan melibatkan berbagai pihak terkait, baik

internal di Kementerian Kesehatan maupun dengan Kementerian/Lembaga lain, institusi dan asosiasi

terkait

D. Kebijakan

1. Menyusun standar mutu alat kesehatan

2. Mendorong penggunaan produk dalam negeri dan pengaturan tata niaga impor.

3. Menciptakan iklim usaha yang atraktif melalui kebijakanmendorong investasi sarana produksi alat

kesehatan

4. Melaksanakan penelitian dan pengembangan teknologi alatkesehatan dalam negeri yang

terintegrasi, berkualitas melaluipemberian insentif dan dukungan dana.

5. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturanpenggunaan produk dalam negeri dan

larangan subsidi impor dengan anggaran negara.

6. Membantu penambahan modal untuk meningkatkan mutu sarana produksi

Page 20: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

BAB IV

RENCANA AKSI

Sebagai salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan maka

ketersediaan alat kesehatan yang aman, bermutu dan bermanfaat merupakan salah satu bagian

penting dalam mencapai pelayanan kesehatan yang prima.

Dengan diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan berlaku pada 1 Januari 2014

maka diprediksi akan terjadi kenaikan 2,5 sampai 3 kali lipat kebutuhan obat dan alat kesehatan di

berbagai tingkatan pelayanan kesehatan. Alat kesehatan juga sangat dibutuhkan dalam upaya

mencapai Milenium Development Goals (MDGs), dimana peran alat kesehatan untuk mendukung

pencapaian tujuan ke 4, 5 dan 6. Perkembangan teknologi alat kesehatan sangat pesat. Ada lebih

dari 2.000 macam alat kesehatan yang terdiri dari teknologi rendah seperti tiang infus, tongue

depressor sampai yang berteknologi tinggi seperti CT scan, MRI dan lain-lain. Alat kesehatan ada

yang digunakan oleh tenaga kesehatan terhadap pasien seperti mesin Rontgen, USG, ada yang

langsung digunakan oleh pasien seperti lensa kontak, alat bantu dengar, Rapid test dan alat

kesehatan diagnostik reagensia yang digunakan untuk mendiagnosa spesimen dari pasien.

Banyaknya jenis alat kesehatan maka dalam menyusun strategi peta jalan pengembangan industri

alat kesehatan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan hal hal sebagai berikut:

1. Prioritas kebutuhan alat kesehatan

2. Kemampuan sarana produksi

3. Sumber daya yang tersedia

Sedangkan berdasarkan ketersediaan dan kemampuan sarana produksi maka dapat dibagi 4 (empat)

kategori yaitu:

1. Jumlah sarana produksi banyak dengan quality system yang baik dantelah memenuhi cara

pembuatan alat kesehatan yang baik (CPAKB). Contoh : disposible syringe, hospital bed,

sphygmomanometer, IVcatheter.

2. Jumlah sarana produksi masih terbatas dengan quality system yangterbatas dan belum semua

sarana memenuhi cara pembuatan ala tkesehatan yang baik. Contoh : Infant Incubator

3. Jumlah sarana produksi banyak tetapi belum semua sarana memenuhi cara pembuatan alat

kesehatan yang baik (CPAKB). Contoh : kapas pembalut dan kasa hidrofil

4. Belum ada sarana produksi tetapi produknya dibutuhkan di pelayanan kesehatan. Contoh : MRI,

CT-Scan, USG, mesin X-Ray

Dalam upaya meningkatkan produk alat kesehatan dalam negeri melaluipeningkatan industri alat

kesehatan maka harus dilakukan secarabertahap berdasarkan skala prioritas kebutuhan alat

kesehatan,kemampuan sarana produksi dan sumber daya yang tersedia. Untuk mencapai sasaran

jangka pendek (2014 – 2016) maka perlu disusun rencana aksi.

Page 21: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

Pada tahap pertama akan difokuskan pada produk-produk alat kesehatan yang sangat dibutuhkan

untuk program pemerintah, sudah tersediasarana produksi yang memadai dan ketersediaan sumber

daya yang sudah mencukupi. Dari analisa dan evaluasi hal-hal tersebut di atas, maka rencana aksi

untuk tahap pertama peningkatan industri alat kesehatan dalam negeri difokuskan pada 3 (tiga)

produk yaitu :

1. Alat Suntik (Disposible Syringe)

2. Tempat Tidur Pasien (Hospital bed)

3. Kondom

Page 22: rencana aksi kegiatan tahun 2015 – 2019 direktorat bina produksi

BAB VI

PENUTUP

Perumusan Peta Jalan Pengembangan Industri Alat kesehatan Indonesia memerlukan

pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta mutlak membutuhkan

kerjasama dari berbagai pihak terkait lintas sektor sesuai dengan kewenangannya masing-masing.

Dengan adanya peta jalan pengembangan industri alat kesehatan Indonesia diharapkan dapat

menjadi petunjuk dalam berkontribusi dari setiap pemangku kepentingandalam melakukan

pembinaan dan pengembangan industri alat kesehatan.

Peta jalan yang dibuat diharapkan mampu saling berintegrasi dan sinergis dan diharapkan setiap

pemangku kepentingan (stake holder) dapat melaksanakan pembinaan dan pengembangan dengan

baik sesuai kewenangannya demi kemajuan industri alat kesehatan di Indonesia yang salah satunya

bermanfaat bagi perekonomian Indonesia dan yang lebih utama lagi bagi peningkatan derajat

kesehatan manusia Indonesia.

Dalam upaya meningkatkan industri alat kesehatan dalam negeri maka harus dilakukan dengan

melibatkan berbagai sektor, baik pemerintah, akademik, laboratorium, asosiasi maupun stakeholder

lain yang terkait.Untuk menjaga sinergi peran masing-masing sektor maka perlu disusunpembagian

tugas masing-masing sektor sesuai tugas pokok danfungsinya. Koordinasi masing-masing sektor

terkait sangat menentukanterhadap terlaksananya tujuan meningkatkan produk alat

kesehatandalam negeri dengan mendorong tumbuhnya industri alat kesehatan diIndonesia