rencana aksi · 2020. 9. 14. · permenkes nomor 75 tahun 2014 tentang pusat kesehatan masyarakat...

88
i Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN RENCANA AKSI 2020-2024

Upload: others

Post on 13-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • i Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    DIREKTORAT JENDERAL

    PELAYANAN KESEHATAN

    RENCANA AKSI

    2020-2024

  • ii Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    KATA PENGANTAR

    DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN KESEHATAN

    Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-

    Nya Rencana Aksi Program (RAP) Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan ini

    dapat tersusun.

    Dengan berakhirnya pembangunan nasional jangka panjang tahap ke-3 tahun

    2015-2019 dan berakhirnya Rencana Strategis (Renstra) Kementerian

    Kesehatan tahun 2015-2019, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana

    Strategis tahun 2020-2024 dengan menetapkan visi sesuai visi Pemerintah

    tahun 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat,

    Mandiri, dan Berkepribadian, Berlandaskan Gotong royong”.

    Berdasarkan potensi dan tantangan yang telah dan akan dihadapi, Direktorat

    Jenderal Pelayanan Kesehatan telah menyusun Rencana Aksi Program 2020-

    2024 sebagai penjabaran dalam melaksanakan Rencana Strategis Kementerian

    Kesehatan. Dalam Rencana Aksi Program ini telah ditetapkan Tujuan Direktorat

    Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 yaitu “Terwujudnya Akses dan

    Mutu Pelayanan Kesehatan dasar dan Rujukan yang Berkuaalitas”.

    Rencana Aksi Program merupakan acuan (guidance) di tingkat unit eselon I

    dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian Program Pembinaan Pelayanan

    Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan, sehingga hasil

    pencapaiannya terukur dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan

    kinerja tahunan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

    Dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini

    terdapat berbagai sasaran strategis dan ukuran keberhasilan kunci yang tujuan

    utamanya untuk penyempurnaan (penguatan) mutu kelembagaan Direktorat

    Jenderal Pelayanan Kesehatan. Tantangan dalam penguatan mutu kelembagaan

  • iii Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    di periode tahun 2020-2024 adalah kemampuan untuk mengintegrasikan

    Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, pengendalian

    kinerja, anggaran dan manajemen kinerja di berbagai lapisan dan fungsi

    organisasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan.

    Seiring dengan perubahan struktur organisasi di lingkungan Kementerian

    Kesehatan, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai peran yang

    sangat strategis dan sekaligus merupakan tugas berat yang harus kita pikul

    bersama. Perencanaan yang matang dan tidak asal-asalan harus tercermin

    dalam dokumen Rencana Aksi ini. Berbagai permasalahan, dinamika perubahan

    dan strategi pelaksanaan kegiatan harus tertata dengan baik sehingga target

    yang ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan harapan kita bersama. Jangan

    sampai terjadi perbedaan antara yang tertuang dalam Rencana Aksi dengan

    pelaksanaan di lapangan. Kita sendiri yang merencanakan dan membuat target-

    target kinerja, maka kita pula yang bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

    Kami menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah membantu tersusunnya Rencana Aksi ini. Semoga Tuhan

    meridhoi niat baik kita.

    Jakarta, Agustus 2020

    Plt. Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Prof. dr. Abdul Kadir, So. THT-KL(K), PhD, MARS

    NIP 196205231989031001

  • iv Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................... i

    DAFTAR ISI ................................................................................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 1

    I.1. Kondisi Umum ................................................................................................................................ 1

    I.2. Potensi dan Permasalahan ....................................................................................................... 5

    BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS ............................................................ 8

    2.1. Visi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan ............................................................... 8

    2.2. Misi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan .............................................................. 9

    2.3. Tujuan Direktorat jenderal pelayanan kesehatan ........................................................ 9

    2.4. Sasaran Stategis ...........................................................................................................................10

    BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ........................................................................................................................................ 11

    3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ..............................................................................11

    3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan .........13

    3.3. Kerangka Regulasi ......................................................................................................................16

    3.4. Kerangka Kelembagaan ...........................................................................................................16

    BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................................... 18

    4.1. Target Kinerja ...............................................................................................................................18

    4.2. Kerangka Pendanaan ................................................................................................................24

    BAB V PENUTUP .................................................................................................................................... 26

    LAMPIRAN .................................................................................................................................................. 27

    MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN ......................................................................................... 28

    MATRIKS FORMULASI INDIKATOR KINERJA ............................................................................ 36

    MATRIKS PEMBAGIAN WEWENANG ............................................................................................ 54

    MATRIKS KERANGKA REGULASI .................................................................................................... 74

  • 1 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1. Kondisi Umum

    Program pembinaan pelayanan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

    akses pelayanan kesehatan dasar primer dan rujukan yang berkualitas.

    Jumlah Puskesmas di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2015

    sampai dengan tahun 2018, yang semula berjumlah 9.754 menjadi 9.993

    Puskesmas. Dari 9.993 Puskesmas tersebut, 6.370 Puskesmas (63,7%)

    diantaranya adalah Puskesmas Non Rawat Inap dan sisanya 3.623

    Puskesmas (36,3%) adalah Puskesmas Rawat Inap (Puskesmas dengan

    tempat tidur). Berdasarkan SK Dirjen Yankes No. HK.02.02/II/0373/2019

    tentang Penetapan Pusat Kesehatan Masyarakat dengan Kategori Kawasan

    Terpencil dan Sangat Terpencil pada Kabupaten/Kota sebagai Sasaran

    Program Pelayanan Kesehatan Primer yang ditetapkan mengacu pada SK

    Bupati/Walikota terkait kategori kawasan Puskesmas sebanyak 2.105

    Puskesmas terletak di kawasan terpencil dan sangat terpencil yang

    tersebar di 238 kabupaten/kota.

    Telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas non rawat inap dan

    Puskesmas rawat inap yang memberikan pelayanan sesuai standar

    Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

    dari 848 Puskesmas di tahun 2015 menjadi 5.720 Puskesmas di tahun

    2018.

    Berdasarkan data yang diperoleh melalui website RS online tahun 2018

    tentang kondisi Rumah Sakit di Indonesia saat ini menunjukan, adanya

    pertumbuhan yang sangat pesat pada perkembangan Rumah Sakit Publik

    di bandingkan dengan Rumah Sakit Privat. Adapun RS Publik berjumlah

    1530 Rumah Sakit dan RS Privat 1283 Rumah Sakit. Sampai dengan tahun

    2018, tercatat terdapat 2813 rumah sakit di Indonesia, terdiri dari 2269

    rumah sakit umum dan 544 rumah sakit khusus. Sebanyak 1787 rumah

  • 2 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    sakit adalah milik swasta, selebihnya milik Pemerintah (Pusat, Provinsi,

    Kabupaten/Kota), TNI/POLRI, dan BUMN. Seperti halnya puskesmas, pada

    kurun waktu tahun 2014 – 2018 juga terjadi peningkatan jumlah rumah

    sakit umum (RSU) dari 1855 RSU di tahun 2014 menjadi 2269 RSU pada

    tahun 2018. Kenaikan terbesar terjadi pada RSU milik swasta. Tidak

    terdapat peningkatan yang bermakna dalam hal jumlah RS Khusus pada

    kurun waktu yang sama, dari 551 pada tahun 2014 menjadi 544 pada

    tahun 2018. Lebih dari separuh (50.4%) RS berlokasi di Pulau Jawa.

    Sebanyak 1970 RS (70%) telah terakreditasi (Pusdatin, Profil Kesehatan

    Indonesia 2018)

    Namun demikian, pesatnya perkembangan Rumah Sakit Publik masih

    terdapat sisi lain yang menjadi perhatian yakni tingginya jumlah Rumah

    Sakit dengan status kelas C dibandingkan dengan kelas A maupun B yakni

    sebanyak 708 Rumah Sakit. Sejak ditetapkannya 110 Rumah Sakit sebagai

    Rujukan Regional pada tahun 2014, beberapa diantaranya merupakan RS

    dengan kelas C sebesar 44 Rumah Sakit. Dengan demikian, terhitung 5

    tahun sejak ditetapkannya sebagai rumah sakit rujukan regional belum

    seluruhnya berstatus kelas B seperti yang distandarkan dalam peraturan.

    Pada tahun 2018, sebagian besar RSU adalah milik swasta sebanyak 53%,

    sedangkan RSU milik Pemerintah Kabupaten/Kota sebesar 30,4%. RSK

    juga berkembang pesat, yakni dari 321 RSK dengan 22.877 TT pada tahun

    2009 menjadi 503 RSK dengan 33.110 TT pada tahun 2013. Pada tahun

    2013, lebih dari separuh (51,3%) RSK itu adalah rumah sakit (RS) Bersalin

    dan RS Ibu dan Anak. Data Oktober 2014 menunjukkan bahwa saat ini

    terdapat 2.368 RS dan diprediksikan jumlah RS akan menjadi 2.809 pada

    tahun 2017, dengan laju pertumbuhan jumlah RS rata-rata 147 per tahun.

    Sebagai bentuk dukungan yang tertuang pada Peraturan Presiden

    (Perpres) Nomor 131 tahun 2015 tentang Penetapan Daerah Tertinggal

    Tahun 2015–2019, maka pelayanan kesehatan rujukan yang ada di

    seluruh provinsi/kabupaten/kota turut dilakukan pembangunan dan

    pengembangan guna meningkatkan optimalisasi pelayanan kesehatan. Hal

  • 3 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    tersebut juga didukung oleh Permenkes No 24 Tahun 2014 Tentang RS

    Kelas D Pratama. Kondisi ini membuktikan keseriusan pemerintah dalam

    hal ini Kementerian Kesehatan, dimana pembangunan RS Pratama dan

    pelayanan telemedicine sertakesiapan akses pelayanan rujukan,

    merupakan salah satu upaya pemerataan akses pelayanan kesehatan di

    rumah sakit. Namun begitu, capaian program masih menunjukan angka

    sebesar 65% pada pelayanan kesehatan rujukan sesuai standar di tahun

    2018. Pada peraturan lain yang mendasari terhadap pendekatan akses

    pelayanan kesehatan rujukan salah satunya yakni Permenkes No 19 Tahun

    2016 Tentang Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, sampai

    dengan tahun 2018 terdapat 184 PSC yang tersebar di seluruh wilayah

    Indonesia dan PSC yang sudah terintegrasi dengan NCC 119 sebanyak 54

    PSC.

    Pada tahun 2015, Puskesmas yang terakreditasi di 93 Kecamatan dengan

    kategori kelulusan tingkat Paripurna sebanyak 2 Puskesmas (0,2%) dari

    Puskesmas yang disurvei, dari kategori kelulusan tersebut menunjukan

    bahwa Puskesmas yang sudah memberikan pelayanan sesuai standar

    khususnya terkait dengn mutu baru 0,2%. Dengan demikian dapat

    disimpulkan sementara mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas masih

    rendah. Periode 2015-2018 lebih mengedepankan pada tahap pengenalan,

    sosialisasi dan pemahaman serta sosialisasi budaya mutu dan

    keselamatan, dan pengenalan tata kelola yang baik (manajemen

    Puskesmas) dan tata kelola klinisnya. Untuk peningkatan mutu dan status

    kelulusan akreditasi Puskesmas, diperlukan kerjasama dari semua

    pemangku kepentingan, mengingat saat ini dari 9987 Puskesmas, baru

    7518 Puskesmas (75,3%) yang telah terakreditasi, dengan status

    kelulusan Dasar 32%, Madya 56,4%, Utama 10,5 % dan Paripurna 1%.

    Dalam rangka upaya peningkatan mutu secara berkelanjutan, pada

    periode 2109 - 2024 diharapkan sudah muncul kesadaran bagi Dinkes dan

    Puskesmas bahwa akreditasi adalah kebutuhan dalam upaya

  • 4 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    meningkatkan mutu dan keselamatan pasien yang bertahap dan

    berkesinambungan.

    Sedangkan untuk Rumah sakit, sejak tahun 1995 pemerintah juga telah

    melakukan inisiasi untuk melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan

    RS melalui akreditasi. Akreditasi dilaksanakan oleh lembaga Komisi

    Akreditasi RS dan sarana kesehatan lainnya (KARS) di bawah koordinasi

    Ditjen Pelayanan Medik. Secara bertahap KARS menerapkan standar

    akreditasi: 5 pelayanan, 12 pelayanan dan 16 pelayanan dengan orientasi

    pada input dan dokumen yang berlaku sampai dengan Juni 2012. Sejak

    tahun 2012 KARS menerapkan standar versi 2012 yang diadopsi dari JCI

    edisi 4. Dalam standar Versi 2012 sudah menerapkan input, proses, dan

    output secara terintegrasi. Pada tahun 2015 KARS menjadi lembaga

    independen dan mendapatkan Sertifikasi ISQUA yaitu lembaga

    internasional yang melaksanakan akreditasi lembaga akreditasi secara

    kelembagaan dan pelatihan surveyor, dan pada tahun 2019 KARS

    mendapatkan sertifikasi dari ISQUA untuk standar akreditasi. Pencapaian

    akreditasi RS di indonesia sampai dengan 2018 sebanyak 1970 dari 2813

    Rumah Sakit (70% dari jumlah seluruh Rumah Sakit) dan dinyatakan lulus

    Paripurna 40%, Utama 10%, Madya 6%, Dasar 3%, Perdana 41% dari

    seluruh Rumah Sakit di Indonesia. Dengan demikian masih perlu

    ditingkatkan pelayanan mutu dan keselamatan pasien agar dapat

    memenuhi standar akreditasi akreditasi dengan kelulusan Paripurna.

    Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan lainnya, termasuk

    peningkatan mutu laboratorium kesehatan telah mulai dilakukan sejak

    tahun 2012 setelah pembentukan Komisi Akreditasi Laboratorium

    Kesehatan dengan pedoman standar berdasarkan Kepmenkes 298 tahun

    2008 tentang akreditasi laboratorium kesehatan. Hingga saat ini jumlah

    laboratorium kesehatan yang terakreditasi baru mencapai 203

    laboratorium kesehatan dari 1271 laboratorium kesehatan (16%).

  • 5 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Selain upaya pelayanan kuratif dan rehabilitatif telah juga dilakukan upaya

    penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat utk

    mendukung paradigma sehat. Pelayanan kesehatan tradisional

    dilaksanakan dengan mengutamakan pendekatan preventif, promotif dan

    pemberdayaan masyarakat melalui asuhan mandiri kesehatan tradisional.

    Perkembangan pemanfaatan pelayanan kesehatan tradisional di

    masyarakat dalam bentuk pemberdayaan asuhan mandiri kesehatan

    tradisional melalui pemanfaatan TOGA dan Akupresure dapat dilihat pada

    hasil Riskesdas Tahun 2018, dimana proporsi nasional pemanfaatan

    Taman Obat Keluarga (TOGA) sebesar 24,6% dengan proporsi tertinggi di

    Provinsi Sulawesi Utara sebesar 55,6%. Upaya pelayanan kesehatan

    tradisional yang dimanfaatkan oleh masyarakat terbanyak dalam bentuk

    ramuan jadi (48%), ramuan buatan sendiri (31,8%), keterampilan manual

    (65,3), keterampilan olah pikir (1,9%), keterampilan energi (2,1%).

    Sedangkan pemberi pelayanan kesehatan tradisional masih didominasi

    oleh penyehat tradisional sebanyak 98,5% dan oleh Nakestrad masih

    terbatas sebesar 2,7%. Berdasarkan data proporsi rumah tangga yang

    memanfatkan upaya kesehatan tradisional, sudah 31,4% rumah tangga

    yang memanfaatkan Yankestrad, 12,9% rumah tangga yang melakukan

    upaya sendiri dan 55,7% rumah tangga yang tidak memanfaatkan

    yankestrad.

    I.2. Potensi dan Permasalahan

    a. Layanan kesehatan primer

    Dalam kurun waktu tahun 2014 – 2018, tercatat pertumbuhan

    jumlah puskesmas di Indonesia dari 9731 di tahun 2014 menjadi 9993

    puskesmas pada tahun 2018 (naik 2,7%). Ratio puskesmas

    berbanding kecamatan secara Nasional adalah 1,39 artinya rata-rata

    dalam 1 kecamatan terdapat 1,39 puskesmas, provinsi dengan ratio

    tertinggi adalah Provinsi DKI Jakarta (7,3), dan yang terendah Provinsi

    Papua dan Papua Barat (masing-masing 0,73). Sebanyak 3623

  • 6 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    puskesmas merupakan puskesmas rawat inap, dan 6.370 non rawat

    inap. Sekitar 75,23 % puskesmas telah terakreditasi sampai dengan

    akhir tahun 2018, namun hanya 73 puskesmas yang tercatat

    terakreditasi Paripurna (0,73%), terbanyak terakreditasi Madya 4242

    puskesmas (42,45%), selebihnya terakreditasi Dasar 2405 puskesmas

    (24,1%) dan Utama 798 puskesmas (8,0%). Dalam hal pelayanan

    kesehatan yang diberikan oleh klinik, baru 14 klinik yang tercatat

    telah terakreditasi (Komisi Akreditasi FKTP, 2019). Dalam konteks

    peningkatan mutu pelayanan kesehatan, dan juga terkait persyaratan

    kontrak dengan BPJS kesehatan (credentialing), masih perlu upaya

    yang lebih keras untuk meningkatkan cakupan dan tingkatan

    akreditasi FKTP (puskesmas dan klinik).

    Dalam konteks pencapaian standar pelayanan minimal bidang

    kesehatan dan penurunan AKI/AKB, puskesmas adalah

    kooordinator/komando dalam sistem pelayanan kesehatan primer di

    wilayah kerjanya, yang juga mencakup jejaringnya, yakni pustu,

    polindes, posyandu, posbindu, dan fasyankes swasta yang ada dalam

    wilayah kerjanya (klinik swasta, dokter praktik mandiri, bidan

    praktuk mandiri). Sesuai dengan deklarasi Astana tahun 2018, maka

    fungsi puskesmas adalah menjalankan pelayanan kesehatan dasar

    (essential health care) yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif,

    dan rehabilitatif), pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan

    (community involvement and empowerment), dan pelibatan

    multistakeholder dalam rangka aksi bersama (multistakeholder

    involvement and action). Selain itu, untuk percepatan penurunan

    AKI/AKB, puskesmas juga harus memenuhi dan melaksanakan

    PONED. Untuk menurunkan underweight, stunting, dan wasting,

    puskesmas juga harus mampu melaksanakan surveilans gizi dengan

    benar dan mampu melakukan manajemen balita gizi buruk atau balita

    sangat kurus.

  • 7 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    b. Layanan Kesehatan Sekunder dan Tersier

    Sa mpai dengan tahun 2018, tercatat terdapat 2813 rumah sakit

    di Indonesia, terdiri dari 2269 rumah sakit umum dan 544 rumah

    sakit khusus. Sebanyak 1787 rumah sakit adalah milik swasta,

    selebihnya milik Pemerintah Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,

    TNI/POLRI dan BUMN. Seperti halnya puskesmas, pada kurun waktu

    tahun 2014 – 2018 juga terjadi peningkatan jumlah rumah sakit

    umum (RSU) dari 1855 RSU di tahun 2014 menjadi 2269 RSU pada

    tahun 2018 (naik 22,3%). Kenaikan terbesar terjadi pada RSU milik

    swasta. Untuk rumah sakit khusus, dalam periode yang sama justru

    terjadi sedikit penurunan, yakni dari 551 pada tahun 2014 menjadi

    544 pada tahun 2018. Lebih dari separuh (50.4%) RS berlokasi di

    Pulau Jawa. Sebanyak 1970 RS (70%) telah terakreditasi (Pusdatin,

    Profil Kesehatan Indonesia 2018). Bila dilihat jenjang akreditasinya,

    akreditasi perdana 47%, dasar 2%, madya 6%, utama 9%, dan

    paripurna 36%. Peran rumah sakit diarahkan tidak hanya berfokus

    pada pelayanan kuratif dan rehabilitatif untuk mengejar revenue,

    tetapi harus mempunyai peran dalam program prioritas, seperti

    penurunan kematian maternal, penurunan kematian bayi, penurunan

    stunting, penurunan wasting, dan juga pengendalian penyakit.

  • 8 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    BAB II

    VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

    2.1. Visi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan

    Periode tahun 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari

    Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,

    sehingga menjadi sangat penting dan strategis. RPJMN 2020-2024 akan

    menjadi penentu keberhasilan dan pencapaian target pembangunan

    dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita Indonesia akan mencapai

    tingkat kesejahteraan setara dengan negara-negara berpenghasilan

    menengah atas (upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi

    infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta

    kesejahteraan rakyat yang lebih baik. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025,

    sasaran pembangunan jangka menengah 2020-2024 adalah mewujudkan

    masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui

    percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan

    terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

    keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh sumber

    daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing.

    Untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil,

    dan makmur sesuai dengan RPJPN 2005-2025, maka Pemerintah (Kabinet

    Indonesia Maju) telah menetapkan, Visi Pemerintah 2020-2024:

    “Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan

    Berkepribadian, Berlandaskan Gotong royong”

    Mengacu pada visi pemerintah dan visi Kementerian Kesehatan,

    maka Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan menetapkan Visi

    Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024: “Terwujudnya

    Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan untuk menuju

    Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian

    Berlandaskan Gotong Royong”.

  • 9 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    2.2. Misi Direktorat jenderal pelayanan kesehatan

    Dalam rangka mencapai terwujudnya Visi Kementerian Kesehatan

    yakni: Terwujudnya Masyarakat Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan

    untuk menuju Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan

    Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka telah ditetapkan 4

    (empat) Misi Kementerian Kesehatan 2020-2024, yakni:

    1. Memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau seluruh

    penduduk Indonesia

    2. Memberdayakan masyarakat dan pembangunan berwawasan

    kesehatan

    3. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan mutu sumberdaya

    kesehatan

    4. Memantapkan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif

    Guna memperkuat upaya kesehatan yang bermutu dan menjangkau

    seluruh penduduk Indonesia, maka Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan menetapkan misi sebagai berikut:

    • Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya

    upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.

    • Menyelenggarakan tata kelola yang baik.

    2.3. Tujuan Direktorat jenderal pelayanan kesehatan

    a. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan

    b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang

    berkualitas.

    c. Sebagai acuan bagi penanggung jawab/pelaksana program di

    lingkungan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dan menggerakan

    semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan Program Pelayanan

    Kesehatan.

    d. Menjamin agar program Pelayanan Kesehatan yang dilakukan oleh

    penanggung jawab/pelaksana kegiatan di lingkungan Direktorat

  • 10 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Jenderal Pelayanan Kesehatan dan semua pemangku kepentingan dapat

    berkembang secara dinamis dan bersinergi, serta saling melengkapi

    dan saling mendukung.

    2.4. Sasaran Stategis

    Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah:

    a. Terwujudnya dukungan terhadap upaya promotif preventif

    b. Terwujudnya penguatan mutu pelayanan fasyankes

    c. Terwujudnya pemenuhan pelayanan kesehatan di daerah khusus

    d. Terwujudnya penguatan fasilitas penunjang fasyankes

    e. Terwujudnya inovasi pelayanan kesehatan

    f. Terwujudnya optimalisasi fungsi fasyankes

    g. Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran

    h. Terwujudnya penguatan sistem rujukan

    i. Terwujudnya optimalisasi peran UPT Vertikal

    j. Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasyankes

    k. Terwujudnya penguatan advokasi, pembinaan dan pengawasan

    l. Terwujudnya sistem perencanaan yang terintegrasi

    m. Terwujudnya penguatan mutu organisasi

  • 11 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    BAB III

    ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN KERANGKA

    KELEMBAGAAN

    A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

    Arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan nasional 2020-2024

    merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

    bidang Kesehatan (RPJPK) 2005-2025. Pembangunan Indonesia 2020-2024

    ditujukan untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan

    berdaya saing, yaitu sumber daya manusia yang sehat dan cerdas, adaptif,

    inovatif, terampil, dan berkarakter. Untuk mencapai tujuan tersebut,

    kebijakan pembangunan manusia diarahkan pada pengendalian penduduk

    dan penguatan tata kelola kependudukan, pemenuhan pelayanan dasar dan

    perlindungan sosial, peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda,

    pengentasan kemiskinan, serta peningkatan produktivitas dan daya saing

    angkatan kerja. Kebijakan pembangunan manusia tersebut dilakukan

    berdasarkan pendekatan siklus hidup, dan inklusif termasuk

    memperhatikan kebutuhan penduduk usia lanjut maupun penduduk

    penyandang disabilitas, dan pengelolaan SDM bertalenta.

    Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025

    adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh

    meningkatnya Umur Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi,

    menurunnya Angka Kematian Ibu, menurunnya prevalensi gizi kurang pada

    balita.

    Dalam RPJMN 2020-2024, sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan

    derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan

    pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial

    dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pembangunan kesehatan

  • 12 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    pada RPJMN 2020-2024 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jendeal

    Pelayanan Kesehatan sebagai berikut:

    Indikator Sasaran Strategis RPJMN 2020-2024

    yang Menjadi Tanggung Jawab Ditjen Pelayanan Kesehatan

    No. Indikator Baseline Target

    2024

    1 Persentase fasilitas kesehatan

    tingkat pertama terakreditasi

    40%

    (Kemkes,

    2018)

    100

    2 Persentase rumah sakit

    terakreditasi

    63%

    (Kemkes,

    2018)

    100

    1. Arah Kebijakan Nasional Pembangunan Kesehatan

    Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada peningkatan

    pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama

    penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan

    mendorong peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi

    dan pemanfaatan teknologi.

    Arah kebijakan nasional tersebut dicapai melalui lima strategi,

    yaitu peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi;

    percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan

    penanggulangan permasalahan gizi ganda; peningkatan pencegahan dan

    pengendalian penyakit; pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

    (GERMAS); dan penguatan sistem kesehatan.

    2. Strategi Nasional Pembangunan Nasional

    Penguatan pelayanan Kesehatan dasar dan rujukan difokuskan pada:

    a) Penguatan fungsi puskesmas dan jaringannya dalam upaya

    kesehatan masyarakat yang berkualitas dan didukung peningkatan

    kapasitas tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, serta

    pembiayaan;

  • 13 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    b) Optimalisasi penguatan pelayanan kesehatan dasar melalui

    pendekatan keluarga;

    c) Revitalisasi posyandu dan upaya kesehatan bersumber daya

    masyarakat lainnya;

    d) Pengembangan kebijakan khusus untuk pelayanan kesehatan di

    daerah terpencil, sangat terpencil dan daerah dengan karakteristik

    geografis tertentu (kepulauan) termasuk sistem rujukan, pola

    pembiayaan, regulasi dan kelembagaan;

    e) Pengembangan pelayanan kesehatan lanjut usia;

    f) Penyempurnaan sistem akreditasi pelayanan kesehatan pemerintah

    dan swasta;

    g) Pemenuhan dan pemerataan penyediaan sarana, prasarana, dan alat

    kesehatan yang mengacu rencana induk penyediaan fasilitas

    pelayanan kesehatan;

    h) Inovasi dan pemanfaatan teknologi dalam pelayanan kesehatan

    meliputi perluasan sistem rujukan online termasuk integrasi fasilitas

    kesehatan swasta dalam sistem rujukan, perluasan cakupan dan

    pengembangan jenis layanan telemedicine, digitalisasi rekam medis

    dan rekam medis online;

    i) Perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying dan sailing health

    care) dan gugus pulau;

    j) Pengembangan dan peningkatan kualitas RS khusus;

    k) Penyediaan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan kesehatan

    dan pengendalian bahan berbahaya dan beracun (B3).

    B. Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan

    Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan didasarkan pada arah kebijakan dan strategi nasional

    sebagaimana tercantum di dalam Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan Rencana Strategi (Renstra)

  • 14 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Kementerian Kesehatan 2020-2024. Untuk menjamin dan mendukung

    pelaksanaan berbagai upaya kesehatan yang efektif dan efisien maka arah

    pengembangan upaya kesehatan, bergerak dari kuratif rehabilitatif

    menuju ke arah preventif dan promotif. Upaya kesehatan yang dianggap

    sebagai upaya prioritas dan mempunyai daya ungkit besar di dalam

    pencapaian hasil pembangunan kesehatan dilakukan secara terintegrasi

    dalam lokus dan fokus kegiatan dalam ruang lingkup Sistem Kesehatan

    Nasional.

    1. Arah Kebijakan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Untuk mendukung kebijakan nasional pembangunan kesehatan, yakni

    meningkatkan pelayanan kesehatan guna mencapai derajat kesehatan

    setinggi-tingginya dengan penguatan pelayanan kesehatan dasar

    (primary health care) dan mendorong peningkatan upaya promotif

    dan preventif, didukung oleh inovasi dan pemanfaatan teknologi,

    maka ditetapkan arah kebijakan Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan sebagai berikut:

    a. Penguatan pelayanan kesehatan primer dengan mengutamakan

    UKM tanpa meninggalkan UKP, serta mensinergikan FKTP

    pemerintah dan FKTP swasta.

    b. Penguatan sistem kesehatan di semua level pemerintahan

    menjadi responsif dan tangguh, guna mencapai derajat kesehatan

    masyarakat yang setinggi-tingginya dengan didukung inovasi

    teknologi.

    c. Peningkatan sinergisme lintas sektor, pusat dan daerah, untuk

    menuju konvergensi dalam intervensi sasaran prioritas dan

    program prioritas, termasuk integrasi lintas program

    2. Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Meningkatnya ketersediaan dan mutu fasyankes dasar dan rujukan

    dilaksanakan melalui strategi:

    a) Peningkatan ketersediaan fasyankes dasar dan rujukan (FKTP dan

    FKRTL) yang difokuskan pada daerah yang akses secara fisik

  • 15 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    masih terkendala (DTPK), di mana untuk wilayah perkotaan lebih

    didorong peran swasta;

    b) Pengembangan dan pelaksanaan rencana induk nasional

    penyediaan fasilitas pelayanan Kesehatan;

    c) Penyempurnaan standar pelayanan kesehatan;

    d) Pemanfaatan inovasi teknologi dalam pelayanan kesehatan

    termasuk laboratorium kesehatan meliputi perluasan sistem

    rujukan online termasuk integrasi fasilitas kesehatan swasta

    dalam sistem rujukan, sistem rujukan khusus untuk daerah

    dengan karakteristik geografis tertentu (kepulauan dan

    pegunungan);

    e) Perluasan cakupan dan pengembangan jenis layanan

    telemedicine, digitalisasi rekam medis dan rekam medis online;

    perluasan pelayanan kesehatan bergerak (flying health care) dan

    gugus pulau;

    f) Penguatan Health Technology Assessment (HTA), dewan

    pertimbangan klinis, dan tim kendali mutu dan kendali biaya,

    pengembangan dan penerapan clinical pathway;

    g) Penguatan kemampuan RS Khusus;

    h) Penguatan pelayanan kesehatan primer sebagai sebuah sistem,

    melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, penguatan

    sistem koordinasi jejaring dan jaringan puskesmas, penguatan

    promotif, preventif dan penemuan dini kasus melalui penguatan

    UKBM, praktek mandiri, klinik pratama, penguatan aksi

    multisektoral melalui pelibatan seluruh stakeholder, dan

    penguatan konsep wilayah kerja;

    i) Penguatan kepemimpinan dan manajemen di dinas kesehatan

    kabupaten/kota dan puskesmas dalam rangka penguatan

    pelayanan kesehatan primer sebagai sebuah sistem;

    j) Perbaikan pengelolaan limbah medis fasilitas pelayanan

    kesehatan dan pengendalian Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).

  • 16 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    C. Kerangka Regulasi

    Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka

    perlu didukung dengan regulasi yang memadai. Perubahan dan penyusunan

    regulasi disesuaikan dengan tantangan global, regional dan nasional.

    Kerangka regulasi diarahkan untuk: 1) penyediaan regulasi dari turunan

    Undang-Undang yang terkait dengan kesehatan; 2) meningkatkan kualitas

    fasilitas pelayanan kesehatan; 3) meningkatkan akses dan kualitas

    pelayanan kesehatan dasar; 4) meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

    kesehatan rujukan; 5) meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang

    memenuhi persyaratan survei akreditasi; 6) meningkatkan akses pelayanan

    kesehatan tradisional yang berkualitas.

    Kerangka regulasi yang akan disusun antara lain adalah perumusan

    peraturan pemerintah, peraturan presiden, dan peraturan Menteri yang

    terkait, termasuk dalam rangka menciptakan sinkronisasi, integrasi

    penyelenggaraan pembangunan kesehatan antara pusat dan daerah.

    D. Kerangka Kelembagaan

    Desain organisasi yang dibentuk memperhatikan mandat konstitusi dan

    berbagai peraturan perundang-undangan, perkembangan dan tantangan

    lingkungan strategis di bidang pembangunan kesehatan, Sistem Kesehatan

    Nasional, pergeseran dalam wacana pengelolaan kepemerintahan

    (governance issues), kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, dan

    prinsip reformasi birokrasi (penataan kelembagaan yang efektif dan

    efisien).

    Fungsi pemerintahan yang paling mendasar adalah melayani kepentingan

    rakyat. Kementerian Kesehatan akan membentuk pemerintahan yang

    efektif melalui desain organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran (right

    sizing), menghilangkan tumpang tindih tugas dan fungsi dengan adanya

    kejelasan peran, tanggung jawab dan mekanisme koordinasi (secara

    horisontal dan vertikal) dalam menjalankan program-program Renstra

  • 17 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    2020-2024. Kerangka kelembagaan terdiri dari: 1) sinkronisasi

    nomenklatur kelembagaan dengan program Pembinaan Pelayanan

    Kesehatan; 2) penguatan kebijakan kesehatan untuk mendukung NSPK

    dan pengarusutamaan pembangunan berwawasan kesehatan; 3)

    penguatan pemantauan, pengendalian, pengawasan dan evaluasi program

    Pembinaan Pelayanan Kesehatan; 4) penguatan bisnis internal

    Kementerian Kesehatan yang meliputi pembenahan SDM Kesehatan,

    pembenahan manajemen, regulasi dan informasi kesehatan; 5) penguatan

    peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan; 6) penguatan

    sinergitas pembangunan kesehatan; 7) penguatan program prioritas

    pembangunan kesehatan; dan 8) penapisan teknologi kesehatan.

  • 18 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    BAB IV

    TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

    Memperhatikan Rencana Strategi (Renstra) Kementerian Kesehatan

    2020-2024, visi dan misi, tujuan, strategi dan sasaran strategis sebagaimana

    diuraikan dalam bab-bab sebelumnya, maka disusunlah target kinerja dan

    kerangka pendanaan kegiatan-kegiatan 2020-2024.

    Adapun Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan mempunyai 2 (dua)

    program yaitu:

    1. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

    2. Program Dukungan Manajemen

    Pada Program Pembinaan Pelayanan Kesehatan dan JKN terdapat

    beberapa kegiatan, meliputi:

    1. Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    2. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Dasar

    3. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan

    4. Kegiatan Pembinaan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

    5. Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional

    A. Target Kinerja

    Target kinerja merupakan penilaian dari pencapaian kegiatan yang diukur

    secara berkala dan dievaluasi pada akhir tahun 2024. Sasaran kinerja

    dihitung secara kumulatif selama lima tahun dan berakhir pada tahun 2024.

    Adapun uraian Indikator Kinerja Sasaran Strategis, indikator Kinerja

    Program (IKP)dan Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) adalah sebaga berikut:

    1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis

    Visi Presiden 2020-2024, yakni: “Terwujudnya Indonesia Maju

    yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong

    Royong” yang diterjemahkan ke dalam delapan misi. Salah satu misinya

    adalah meningkatkan SDM Indonesia yang Berkualitas. Untuk menuju

    SDM Indonesia yang berkualitas, maka Direktorat Jenderal Pelayanan

  • 19 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Kesehatan haruslah mencapai Tujuan Strategis, yang telah dijabarkan

    dalam Sasaran Strategis “Meningkatnya ketersediaan dan mutu

    fasyankes dasar dan rujukan”, dengan Indikator Sasaran Strategis,

    sebagai berikut:

    a) Seluruh kecamatan memiliki minimal 1 puskesmas

    b) Persentase kabupaten/kota yang memenuhi rasio TT 1:1.000

    sebesar 100%

    c) Persentase FKTP sesuai standar sebesar 100%

    d) Persentase RS terakreditasi sebesar 100%

    e) Jumlah fasilitas pelayanan kesehatan lain yang memenuhi

    persyaratan survei akreditasi sebanyak 500 fasyankes lain.

    2. Sasaran, Indikator Kinerja Program dan Kegiatan

    Dalam rangka menjamin tercapainya Tujuan Strategis, Sasaran

    Strategis, dan Indikator Sasaran Strategis, maka ditetapkan Sasaran

    Program, Indikator Kinerja Program, Sasaran Kegiatan dan Indikator

    Kinerja Kegiatan Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal pelayanan

    Kesehatan 2020-2024.

    a. Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan Kesehatan Nasional

    (JKN).

    Sasaran Program Pelayanan Kesehatan dan Jaminan

    Kesehatan Nasional (JKN) pada Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan adalah meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar

    dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1. Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai

    standar sebesar 100%

    2. Persentase rumah sakit terakreditasi sebesar 100%

    Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka kegiatan

    yang akan dilakukan adalah:

  • 20 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    a) Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya kualitas fasilitas

    pelayanan kesehatan.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Persentase FKTP yang memenuhi Sarana, Prasarana dan Alat

    (SPA) sesuai standar sebesar 100%.

    2) Persentase RS milik pemerintah daerah yang memenuhi

    Sarana Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar sebanyak

    100%.

    3) Jumlah RS UPT Vertikal di kawasan timur Indonesia yang

    dikembangkan sebanyak 10 RS.

    4) Jumlah rencana induk nasional pengembangan fasilitas

    pelayanan kesehatan sebanyak 2 rencana induk sampai

    dengan tahun 2021.

    5) Jumlah RSUD di Daerah Tertinggal, Terpencil, Perbatasan,

    Kepulauan (DTTPK) yang dibina sebanyak 35 RSUD.

    6) Jumlah puskesmas Daerah Tertinggal, Perbatasan,

    Kepulauan (DTPK) yang ditingkatkan SPA sesuai standar

    termasuk pemenuhan 1 puskesmas 1 kecamatan sebanyak

    300 puskesmas.

    7) Jumlah Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan

    Regional/Regional Maintanance Center yang dikembangkan

    dinas Kesehatan propinsi/kabupaten/kota sebanyak 37 unit.

    8) Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal yang ditingkatkan

    sarana prasarananya sebesar 100%.

    9) Jumlah RS UPT Vertikal yang mendapatkan peningkatan

    sarana prasarana sebanyak 30 RS.

    10) Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji

    Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan

    sesuai standar sebanyak 38 fasilitas Kesehatan.

    11) Persentase fasyankes lainnya yang memenuhi Sarana

    Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar sebesar 100%.

  • 21 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    b) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses

    dan kualitas pelayanan kesehatan dasar.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan

    di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar

    sebanyak 150 PKB.

    2) Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK

    dengan 100% intervensi keluarga sebanyak 514

    kabupaten/kota.

    3) Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik

    kurang dari sama dengan 2% sebesar 100% FKTP.

    4) Persentase puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan

    mulut yang optimal sebesar 100%.

    5) Persentase kabupaten/kota yang memiliki puskesmas

    sebagai percontohan dan telah menerapkan Sistem Rujukan

    Terpadu (SISRUTE) sebesar 100%.

    6) Persentase kabupaten/kota yang melakukan pembinaan

    praktik mandiri dokter atau dokter gigi sesuai standar

    sebesar 100%.

    7) Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan

    kedokteran keluarga layanan primer sebanyak 400

    puskesmas.

    8) Persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pembinaan

    dan bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai

    dengan standar sebesar 100%.

    9) Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai

    standar pelayanan transfusi darah sebanyak 294

    UTD.

    c) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan

  • 22 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses

    dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Persentase RS yang menerapkan Rekam Medis Elektronik

    (RME) terintegrasi sebesar 100%.

    2) Jumlah fasyankes yang diampu dalam melaksanakan

    telemedicine sebanyak 335 fasyankes.

    3) Jumlah provinsi yang menerapkan Sistem Rujukan

    Terintegrasi (SISRUTE) sebanyak 34 provinsi.

    4) Jumlah RS yang melaksanakan respon time pelayanan

    operasi sectio sesarea darurat dalam waktu ≤ 30 menit

    sebanyak 331 RS.

    5) Persentase RS Kelas A dan B yang telah melakukan

    surveilans AMR sesuai standar sebesar 100%.

    6) Persentase RS Rujukan dan RS Vertikal dengan pelayanan

    sesuai standar sebesar 90%.

    7) Persentase RS milik pemerintah dengan pelayanan sesuai

    standar sebesar 90%.

    8) Jumlah kabupaten/kota yang mengimplementasikan Public

    Safety Center (PSC) 119 sebanyak 461 kabupaten/kota.

    9) Jumlah RS yang menyelenggarakan Pendidikan dan

    ditetapkan sebagai RS Pendidikan sebanyak 100 RS.

    10) Jumlah RS kelas A dan B Pendidikan yang memiliki pedoman

    antibiotic RS dan menerapkan sesuai standar sebanyak 82

    RS.

    11) Persentase rumah sakit yang terintegrasi pelayanan

    kegawatdarutannya dengan NCC/PSC 119 sebesar 100%.

    12) Persentase RS yang melakukan pencatatan dan pelaporan

    kematian ibu sebesar 100%.

    d) Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan

  • 23 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya fasilitas

    pelayanan Kesehatan yang memenuhi persaratan survei

    akreditasi.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Jumlah fasilitas pelayanan Kesehatan tingkat pertama yang

    memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak 5.706

    FKTP.

    2) Jumlah fasilitas pelayanan Kesehatan rujukan yang

    memenuhi persyaratan survei akreditasi sebanyak 991

    fasilitas pelayanan kesehatan rujukan.

    3) Jumlah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lain yang memenuhi

    persyaratan survei akreditasi sebanyak 500 fasilitas

    pelayanan Kesehatan lan.

    4) Persentase fasyankes melakukan pengukuran mutu

    pelayanan Kesehatan sebesar 70%.

    e) Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya akses

    pelayanan kesehatan tradisional yang berkualitas.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Jumlah puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan

    pelayanan kesehatan tradisional sebanyak 475 puskesmas.

    2) Jumlah RS pemerintah yang menyelenggarakan kegiatan

    pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi sebanyak 30

    RS.

    3) Jumlah griya sehat di kabupaten/kota sebanyak 60 griya

    sehat.

    b. Program Dukungan Manajemen.

    Sasaran Program Dukungan Manajemen pada Direktorat

    Jenderal Pelayanan Kesehatan adalah meningkatnya koordinasi

  • 24 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan

    manajemen Kementerian Kesehatan.

    Indikator pencapaian sasaran adalah nilai Reformasi

    Birokrasi Kementerian Kesehatan sebesar 80,58.

    Untuk mencapai sasaran hasil tersebut, maka dilakukan

    kegiatan dukungan manajemen dan pelaksanaan program.

    Sasaran kegiatan ini adalah meningkatnya dukungan

    manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.

    Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah:

    1) Nilai Reformasi Birokrasi di lingkup Direktorat Jenderal

    Pelayanan Kesehatan adalah 53.

    2) Persentase kinerja RKAKL pada lingkup Direktorat Jenderal

    Pelayanan Kesehatan sebesar 90%.

    4.1. Kerangka Pendanaan

    Guna memenuhi kebutuhan pendanaan secara keseluruhan untuk

    mencapai target Sasaran Strategis K/L, Sasaran Program, dan Sasaran

    Kegiatan sebagaimana tersebut diatas dapat bersumber dari APBN baik

    yang bersumber dari Rupiah Murni, Pendapatan Nasional Bukan Pajak

    (PNBP), Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), serta

    sumber/skema lainnya seperti Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha

    (KPBU) dan Corporate Social Responsibility (CSR).

    Kerangka pendanaan meliputi peningkatan pendanaan dan

    efektifitas pendanaan. Peningkatan pendanaan kesehatan dilakukan

    melalui peningkatan proporsi anggaran kesehatan secara signifikan

    seingga mencapai 5% dari APBN pada tahun 2024. Peningkatan

    pendanaan kesehatan juga melalui dukungan dana dari Pemerintah

    daerah, swasta dan masyarakat serta sumber dari tarif/pajak maupun

    cukai. Guna meningkatkan efektifitas pendanaan pembangunan

    kesehatan maka perlu mengefektifkan peran dan kewenangan Pusat-

  • 25 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    daerah, sinergitas pelaksanaan pembangunan kesehatan Pusat-Daerah

    dan pengelolaan DAK yang lebih tepat sasaran.

    Dalam upaya meningkatkan efektifitas pembiayaan kesehatan

    maka pendanaan kesehatan diutamakan untuk peningkatan akses dan

    mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat melalui

    kegiatan peningkatan fasilitas pelayanan kesehatan, penguatan

    kesehatan dasar dan rujukan pada masyarakat yang tinggal di daerah

    terpencil, kepulauan dan perbatasan, peningkatan pelayanan kesehatan

    tradisional untuk mendukung program prioritas pemerintah dalam

    upaya penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, Balita, penurunan Angka

    Stunting dan pengendalian penyakit.

    Untuk mendukung upaya kesehatan di daerah, Direktorat Jenderal

    Pelayanan Kesehatan memberikan porsi anggaran lebih besar bagi

    daerah melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), Dekonsentrasi dan kegiatan

    lain yang diperuntukkan bagi daerah.

  • 26 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    BAB V

    PENUTUP

    Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini

    disusun untuk menjadi acuan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian

    upaya Direktorat Jenderal pelayanan Kesehatan dalam kurun waktu lima tahun

    ke depan. Dengan demikian, Unit Kerja di lingkup Direktorat Jenderal Pelayanan

    Kesehatan mempunyai target kinerja yang telah ditetapkan dan akan dievaluasi

    pada pertengahan (2022) dan akhir periode 5 tahun (2024) sesuai ketentuan

    yang berlaku.

    Jika di kemudian hari diperlukan adanya perubahan pada Rencana Aksi

    Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024 ini, maka akan dilakukan

    penyempurnaan sebagaimana mestinya.

    Plt. DIREKTUR JENDERAL

    PELAYANAN KESEHATAN,

    ABDUL KADIR

  • 27 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    LAMPIRAN

    1. Matriks Kinerja dan Pendanaan

    2. Matriks Formulasi Indikator Kinerja

    3. Matriks Pembagian Wewenang

    4. Matriks Kerangka Regulasi

  • 28 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    LAMPIRAN 1

    MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN PROGRAM PEMBINAAN PELAYANAN KESEHATAN

    TAHUN 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    KEMENTERIAN KESEHATAN RI

    Sasaran Strategis 2:

    Meningkatnya

    ketersediaan dan mutu fasyankes

    dasar dan rujukan

    Seluruh kecamatan

    memiliki minimal 1

    puskesmas

    - 43 43 43 42

    Persentase

    kabupaten/kota yang

    memenuhi rasio

    TT 1:1.000

    - 50 65 80 100

    Persentase FKTP

    sesuai standar

    46 60 75 90 100

    Persentase RS

    terakreditasi

    80 85 90 95 100

    Jumlah fasilitas

    pelayanan kesehatan

    lain yang memenuhi

    persyaratan survey

    akreditasi

    151 228 307 399 500

    Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    422.644 477.018 509.744 543.958 583.624

    Meningkatnya akses pelayanan

    kesehatan dasar dan rujukan

    yang berkualitas bagi masyarakat

  • 29 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    1 Persentase fasilitas

    kesehatan tingkat

    pertama (FKTP) sesuai

    standar

    46 60 75 90 100

    2 Persentase rumah sakit

    terakreditasi

    80 85 90 95 100

    Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan 260.507 266.700 276.550 287.550 299.410

    Meningkatnya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan

    1 Persentase FKTP yang

    memenuhi sarana,

    prasarana dan alat (SPA)

    sesuai standar

    75 83 90 95 100

    2 Persentase RS milik

    Pemerintah Daerah yang

    memenuhi sarana

    prasarana dan alat (SPA)

    sesuai standar

    80 85 90 95 100

    3 Jumlah rumah sakit UPT

    Vertikal di Kawasan

    Timur Indonesia yang

    dikembangkan

    2 2 2 2 2

    4 Jumlah rencana induk

    nasional pengembangan

    fasilitas pelayanan

    kesehatan

    1 1 - - -

    5 Jumlah RSUD di Daerah

    Tertinggal, Terpencil,

    Perbatasan, Kepulauan

    (DTTPK) yang dibina

    7 14 21 28 35

  • 30 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    6 Jumlah puskesmas

    Daerah Tertinggal,

    Perbatasan, Kepulauan

    (DTPK) yang

    ditingkatkan SPA sesuai

    standar

    300 300 300 300 300

    7 Jumlah Unit Pemeliharaan

    Fasilitas Kesehatan

    Regional/Regional

    Maintanance Center yang

    dikembangkan Dinas

    Kesehatan

    Propinsi/Kab/Kota

    17 22 27 32 37

    8 Persentase RS Rujukan dan

    RS Vertikal yang

    ditingkatkan sarana

    prasarananya

    100 100 100 100 100

    9 Jumlah Balai Pengujian

    Fasilitas Kesehatan /

    Institusi Penguji Fasilitas

    Kesehatan yang Mampu

    Memberikan Pelayanan

    Sesuai Standar

    22 26 30 34 38

    10 Persentase Fasyankes

    lainnya yang memenuhi

    Sarana Prasarana dan Alat

    (SPA) sesuai standar

    - 45 60 80 100

    Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Primer 39,275 47,311 57,996 68,984 81,431

    Meningkatnya akses

    dan kualitas pelayanan

    kesehatan dasar

  • 31 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    1 Jumlah Pelayanan

    Kesehatan Bergerak

    (PKB) yang dilakukan di

    daerah terpencil dan

    sangat terpencil sesuai

    standar

    18 51 84 117 150

    2 Jumlah kabupaten/kota

    yang telah melaksanakan

    PIS-PK dengan 100%

    intervensi keluarga

    105 200 300 400 514

    3 Persentase FKTP dengan

    rasio rujukan non

    spesialistik kurang dari

    sama dengan 2%

    40 50 60 80 100

    4 Persentase Puskesmas

    dengan pelayanan

    kesehatan gigi dan mulut

    yang optimal

    50 60 70 80 100

    5 Persentase kabupaten/kota

    yang memiliki Puskesmas

    sebagai Percontohan dan

    telah menerapkan Sistem

    Rujukan Terpadu

    (SISRUTE)

    15 30 75 90 100

    6 Persentase Kab/Kota yang

    melakukan pembinaan

    praktik mandiri dokter

    atau dokter gigi sesuai

    standar

    50 60 70 80 100

    7 Jumlah Puskesmas yang

    menyelenggarakan

    pelayanan kedokteran

    keluarga layanan primer

    50 138 225 313 400

    8 Persentase Kab/Kota yang

    melaksanakan pembinaan

    dan bimtek terhadap klinik

    di wilayah kerjanya agar

    20 50 75 90 100

  • 32 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    sesuai dengan standar

    9 Jumlah UTD yang

    mendapatkan pembinaan

    sesuai standar pelayanan

    Transfusi Darah

    42 126 210 252 294

    Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Rujukan 69.121 76.033 83.636 92.000 101.200

    Meningkatnya akses

    dan kualitas pelayanan

    kesehatan rujukan

    1 Persentase rumah sakit

    yang menerapkan Rekam

    Medis Elektronik (RME)

    terintegrasi

    20 40 60 80 100

    2 Jumlah fasyankes yang

    diampu dalam

    melaksanakan

    telemedicine

    67 134 201 268 335

    3 Jumlah provinsi yang

    menerapkan Sistem

    Rujukan Terintegrasi

    (SISRUTE)

    34 34 34 34 34

    4 Jumlah RS yang

    Melaksanakan Respon

    Time Pelayanan Operasi

    Sectio Sesarea Darurat

    dalam waktu ≤ 30 menit

    66 132 198 264 331

    5 Persentase RS Kelas A dan

    B yang telah melakukan

    surveilans AMR sesuai

    standar

    20 40 60 80 100

    6 Persentase RS Rujukan dan

    RS Vertikal dengan

    pelayanan sesuai standar

    70 75 80 85 90

    7 Persentase RS milik

    Pemerintah dengan

    70 75 80 85 90

  • 33 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    pelayanan sesuai standar

    8 Jumlah Kabupaten/Kota

    yang

    mengimplementasikan

    Public Safety Center (PSC)

    119

    250 305 357 409 461

    9 Jumlah RS yang

    menyelenggarakan

    pendidikan dan ditetapkan

    sebagai RS Pendidikan

    20 40 60 80 100

    10 Jumlah rs kelas A dan B

    Pendidikan yang memiliki

    pedoman antibiotic RS dan

    menerapkan sesuai standar

    16 32 50 65 82

    11 Persentase Rumah Sakit

    yang terintegrasi pelayanan

    kegawatdarutannya

    dengan NCC/PSC 119

    20 40 60 80 100

    12 Persentase RS yang

    melakukan pencataan dan

    pelaporan kematian ibu

    40 50 60 80 100

    Kegiatan Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan 36.431 37.524 38.650 39.809 41.004

    Meningkatnya Fasilitas

    Pelayanan Kesehatan yang

    memenuhi persyaratan survei

    akreditasi

    1 Jumlah fasilitas

    pelayanan kesehatan

    tingkat pertama yang

    memenuhi persyaratan

    survei akreditasi

    4.478

    4.009

    4.720

    6.110

    5.706

    2 Jumlah fasilitas

    pelayanan kesehatan

    rujukan yang memenuhi

    1.028

    851

    1.195

    1.169

    991

  • 34 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    persyaratan survei

    akreditasi

    3 Jumlah Fasilitas Pelayanan

    Kesehatan Lain yang

    memenuhi persyaratan

    survei akreditasi

    151 228 307 399 500

    4 Persentase Fasyankes

    melakukan pengukuran

    mutu pelayanan kesehatan

    20 40 50 60 70

    Kegiatan Pembinaan Pelayanan Kesehatan Tradisional 17.310 49.450 52.912 55.615 60.579

    Meningkatnya akses

    pelayanan kesehatan

    tradisional yang berkualitas

    1 Jumlah puskesmas

    yang menyelenggarakan

    kegiatan pelayanan

    Kesehatan tradisional

    175 250 325 400 475

    2 Jumlah RS pemerintah yang

    menyelenggarakan

    kegiatan pelayanan

    Kesehatan tradisional

    integrasi

    10 15 20 25 30

    3 Jumlah griya sehat di

    kabupaten/kota

    4 11 26 42 60

    Program Dukungan Manajemen pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    16.167.779 19.216.175 20.046.579 22.563.430 26.817.711

    Meningkatnya dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya

    1 Nilai reformasi birokrasi

    Direktorat Jenderal

    Pelayanan Kesehatan

    50 51 52 53 53

  • 35 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    Program/ Kegiatan

    Sasaran Program

    (Outcome)/Sasaran Kegiatan

    (Output)/Indikator

    Lokasi

    Target Alokasi (dalam juta rupiah)

    2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

    2 Persentase kinerja RKA-

    K/L Kementerian

    Kesehatan yang efektif dan

    efisien pada program

    pembinaan pelayanan

    kesehatan

    80 82,5 85 87,5 90

  • 36 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    LAMPIRAN 2

    MATRIKS FORMULASI INDIKATOR KINERJA

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    I

    Program Pelayanan Kesehatan & JKN pada Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat

    Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan

    Persentase Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sesuai standar

    46 60 75 90 100 Puskesmas dan klinik pratama yang memenuhi standar akreditasi

    =

    𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖

    𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑠𝑚𝑎𝑠

    𝑑𝑎𝑛 𝑘𝑙𝑖𝑛𝑖𝑘 𝑝𝑟𝑎𝑡𝑎𝑚𝑎 (𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑏𝑎𝑠𝑒𝑙𝑖𝑛𝑒 = 16.536)

    𝑥 100%

    1. Menggunakan baseline

    data tahun 2018 (Jumlah

    puskesmas 9993, jumlah

    klinik yang bekerjasama

    dengan BPJS 6543)

    2. Tidak menghitung angka

    pertumbuhan Puskesmas

    maupun klinik

    Persentase rumah sakit terakreditasi

    2818 RS

    (0%)

    80 85 90 95 100 Persentase RS yang terakreditasi oleh Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan

    Jumlah Kumulatif RS yang terakreditasi / Jumlah seluruh RS yang teregistrasi di Kementerian Kesehatan x 100%

    Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

    a). Kegiatan Pembinaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

    Meningkatnya kualitas fasilitas pelayanan kesehatan

    Direktorat Fasilitas

    Pelayanan Kesehatan

  • 37 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Persentase FKTP

    yang memenuhi

    Sarana, Prasarana

    dan Alat (SPA)

    sesuai standar

    41 75 83 90 95 100 Persentase Puskesmas dan

    Klinik Pratama yang

    memiliki SPA sesuai standar

    Jumlah SPA Puskesmas +

    Klinik Pratama dengan SPA

    lebih besar sama dengan

    60% sesuai data SAPAK

    dibagi Jumlah total

    Puskesmas + Klinik

    Pratama (dengan data

    tahun 2020).

    PKM = 10060

    Klinik = 7000

    Sistem Informasi Laporan

    Persentase RS

    milik Pemerintah

    Daerah yang

    memenuhi Sarana

    Prasarana dan Alat

    (SPA) sesuai

    standar

    75 80 85 90 95 100 Persentase RSUD yang

    memiliki SPA sesuai standar

    perhitungan Persentase

    jumlah RSUD yang

    memiliki SPA lebih besar

    sama dengan 60%

    kelengkapan ASPAK

    -

    Jumlah Rumah

    Sakit UPT Vertikal

    di kawasan timur

    Indonesia yang

    dikembangkan

    1 2 2 2 2 2 Jumlah RS UPT Vertikal di

    Wilayah Timur yang

    didirikan/dibangun dan di

    lengkapi peralatan

    kesehatannya sehingga

    dapat beroperasional

    sebagai mestinya

    Jumlah RS UPT Vertikal di

    Wilayah Timur yang

    didirikan/dibangun

    (akumulasi)

    real data

    Jumlah rencana

    induk nasional

    pengembangan

    fasilitas pelayanan

    kesehatan

    0 1 1 - - - Jumlah rencana induk

    nasional pengembangan

    fasilitas pelayanan kesehatan

    baik untuk pelayanan Primer

    maupun Rujukan yang telah

    disusun

    Jumlah rencana induk

    nasional pengembangan

    fasilitas pelayanan

    kesehatan yang telah

    disusun

    -

    Jumlah RSUD di

    Daerah Tertinggal,

    Terpencil,

    Perbatasan,

    Kepulauan

    (DTTPK) yang

    dibina

    0 7 14 21 28 35 Jumlah RSUD di

    Kabupaten/Kota Perbatasan

    yang dilakukan

    rehabilitasi/renovasi/pemba

    ngunan baru sebagian

    Jumlah RSUD di

    Kabupaten/Kota

    Perbatasan yang dilakukan

    rehabilitasi/renovasi/pem

    bangunan baru sebagian

    (akumulasi)

    -

  • 38 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Jumlah puskesmas

    Daerah Tertinggal,

    Perbatasan,

    Kepulauan (DTPK)

    yang ditingkatkan

    SPA sesuai standar

    termasuk

    pemenuhan 1

    puskesmas 1

    Kecamatan

    564 300 300 300 300 300 Jumlah Puskesmas DTPK

    yang ditingkatkan SPA nya

    sesuai standar

    Jumlah Puskesmas DTPK

    yan melaksanakan

    pembangunan Puskesmas

    Data real

    Jumlah unit

    pemeliharaan

    fasilitas kesehatan

    regional/regional

    maintanance

    center yang

    dikembangkan

    dinas kesehatan

    propinsi/kabupate

    n/kota

    6 17 22 27 32 37 RMC yang dibentuk oleh

    Dinkes Prop./Kab./Kota

    RMC yang dibentuk oleh

    Dinkes Prop./Kab./Kota

    (akumulasi)

    -

    Persentase RS

    Rujukan dan RS

    Vertikal yang

    ditingkatkan

    sarana

    prasarananya

    70 100 100 100 100 100 14 RS Rujukan Nasional

    melalui ketetapan Menkes

    (Kepmenkes No. HK.

    02.02/MENKES/390/2014)

    dan Rumah sakit UPT

    Vertikal yang mendapatkan

    dana APBN /DAK dan

    ditunjukkan adanya

    peningkatan kualitas sarana

    prasarananya (tidak

    kumulatif)

    Perhitungan Presentasi

    RSU Rujukan Nasional non

    Vertikal dan RSUPT

    Vertikal yang telah

    meningkatkan SPA nya

    sesuai standar (tidak

    kumulatif)

    - RSU Rujukan Nasional

    non Vertikal = 4

    - RSUPT Vertikal = 34

    ASPAK

    Jumlah RS UPT

    Vertikal yang

    mendapatkan

    peningkatan

    sarana prasarana

    0 6 6 6 6 6 Jumlah Rumah sakit UPT

    Vertikal yang mendapatkan

    dana PHLN dan ditunjukkan

    adanya peningkatan kualitas

    sarana prasarananya (tidak

    kumulatif)

    Jumlah Rumah sakit UPT

    Vertikal yang

    mendapatkan dana PHLN

    dan ditunjukkan adanya

    peningkatan kualitas

    sarana prasarananya

    (tidak kumulatif)

    Laporan Pelaksanaan

    Kegiatan PHLN

  • 39 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Jumlah Balai

    Pengujian Fasilitas

    Kesehatan/

    Institusi Penguji

    Fasilitas Kesehatan

    yang mampu

    memberikan

    pelayanan sesuai

    standar

    21 22 26 30 34 38 BPFK /Institusi Penguji yang

    memiiki izin operasional dan

    sertifikasi akreditasi minimal

    3 parameter dasar

    jumlah BPFK /Institusi

    Penguji yang memiiki izin

    operasional dan sertifikasi

    akreditasi minimal 3

    parameter dasar

    (akumulasi)

    -

    Persentase

    fasyankes lainnya

    yang memenuhi

    Sarana Prasarana

    dan Alat (SPA)

    sesuai standar

    0 - 45 60 80 100 Persentase Fasyankes

    lainnya (UTD dan Labkes)

    milik pemerintah yang

    memiliki SPA sesuai standar

    Jumlah fasyankes lainnya

    (UTD + Labkes) milik

    pemerintah yang memiliki

    kelengkapan SPA lebih

    besar sama dengan 60%

    dari standar dibagi dengan

    jumlah total fasyankes

    lainnya (UTD + Labkes)

    milik pemerintah

    -> UTD = 3

    -> Labkes = 245

    ASPAK

    b). Kegiatan Pembinaan Pelayanan

    Kesehatan Primer

    Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan dasar

    Direktorat Pelayanan Kesehatan

    Primer

  • 40 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Jumlah Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) yang dilakukan di daerah terpencil dan sangat terpencil sesuai standar

    0 18 51 84 117 150 Jumlah pelaksanaan PKB sesuai Permenkes Nomor 90 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil, serta Pedoman Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan, dan Kepulauan (DTPK) yaitu: 1. PKB dilaksanakan di wilayah Puskesmas terpencil dan sangat terpencil yang membutuhkan PKB dengan prioritas di kawasan sangat terpencil; dan 2. Frekuensi PKB minimal 4 kali di wilayah yang sama, dalam tahun berjalan.

    Jumlah kumulatif PKB yang dilaksanakan sesuai standar di akhir tahun berjalan pada kabupaten/kota

    1. Sumber data berasal dari: a. laporan dinas kesehatan kabupaten/kota b. laporan dinas kesehatan provinsi; c. SK Bupati/Walikota tentang penetapan kategori Puskesmas di kawasan terpencil/sangat terpencil yang disampaikan kepada Kementerian Kesehatan, periode Januari 2019. 2. Cara pengumpulan data: Dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan PKB kepada Kementerian Kesehatan.

    Jumlah kabupaten/kota yang telah melaksanakan PIS-PK dengan 100% intervensi keluarga

    0 105 200 300 400 514 Jumlah kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan intervensi 100% keluarga di wilayahnya, pada akhir tahun berjalan

    Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang melaksanakan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) dengan cakupan kunjungan keluarga dan intervensi 100% keluarga di wilayahnya, pada akhir tahun berjalan

    1. Data jumlah keluarga yang dikunjungi dan intervensi awal diperoleh dari Aplikasi Keluarga Sehat

    2. Data jumlah keluarga diperoleh dari e monev STBM atau data hasil sensus/survei terbaru

    3. Persentase cakupan kunjungan keluarga diperoleh dari jumlah keluarga yang dikunjungi dan intervensi awal di tiap kabupaten/kota dibagi jumlah keluarga di kabupaten/kota tersebut dikali 100%

  • 41 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Persentase FKTP dengan rasio rujukan non spesialistik kurang dari sama dengan 2%

    20 40 50 60 80 100 Adalah persentase Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan melaksanakan PKBK (Pembiayaan Kapitasi Berbasis Kinerja) dengan Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik ≤ 2% pada akhir tahun berjalan. Yang dimaksud Rasio Rujukan Non Spesialistik adalah Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik, yaitu: Jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik yang termasuk kompetensi FKTP dibandingkan dengan total kasus rujukan di rawat jalan x 100% di akhir tahun berjalan. Rujukan kasus non spesialistik dengan kriteria TACC tidak diperhitungkan dalam jumlah rujukan rawat jalan kasus non spesialistik

    (Jumlah Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan melaksanakan PKBK dengan Rasio Rujukan Rawat Jalan Kasus Non Spesialistik kurang dari sama dengan 2% pada akhir tahun berjalan dibagi dengan Jumlah seluruh Puskesmas yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan melaksanakan PKBK pada akhir tahun berjalan) dikali 100%

    Data Puskesmas di

    Kementerian Kesehatan

    Hasil pencatatan rujukan

    peserta ke FKRTL pada

    aplikasi P care

    Laporan Dinas Kesehatan

    kab/Kota/Provinsi

    Hasil Monitoring evaluasi ke

    provinsi/kabupaten/kota

    Persentase puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang optimal

    30 50 60 70 80 100 Persentase Puskesmas

    dengan pelayanan kesehatan

    gigi dan mulut optimal pada

    akhir tahun berjalan.

    Puskesmas dengan

    pelayanan kesehatan gigi

    dan mulut yang optimal yaitu

    Puskesmas yang:

    1. Memiliki SDM, sarana,

    prasarana dan alat sesuai

    standar

    2.Melaksanakan Program

    UKGS sesuai standar di

    75% SD/MI dalam wilayah

    kerja Puskesmas

    3. Melaksanakan program

    Jumlah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan gigi & mulut yang optimal pada akhir tahun berjalan dibagi dengan jumlah seluruh Puskesmas diakhir tahun berjalan, dikali 100%

    Data Fasyankes Tk.I yang diperoleh dari Dinkes Kab/Kota/Provinsi Hasil Monitoring Evaluasi

  • 42 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    UKGM di 60%

    desa/kelurahan dalam

    wilayah kerja puskesmas

    4. Melaksanakan pelayanan

    kuratif kesehatan gigi dan

    mulut sesuai standar

    Persentase kabupaten/kota yang memiliki puskesmas sebagai percontohan dan telah menerapkan Sistem Rujukan Terpadu (SISRUTE)

    0 15 30 75 90 100 Persentase kumulatif kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan dan telah menerapkan SISRUTE sesuai ketentuan yang berlaku

    Jumlah kumulatif kabupaten/kota yang memiliki Puskesmas sebagai Percontohan yang telah menerapkan SISRUTE dibagi dengan jumlah seluruh kabupaten/kota, dan dikali 100% persen, di tahun berjalan

    Sumber data berasal dari 42ntibiotic monitoring dan evaluasi pembentukan Puskesmas sebagai Percontohan dan dashboard aplikasi SISRUTE.

    Persentase

    kabupaten/kota

    yang melakukan

    pembinaan praktik

    mandiri dokter

    atau dokter gigi

    sesuai standar

    19 50 60 70 80 100 Adalah persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan tempat praktik mandiri dokter 42ntibiot dokter gigi dari segi standar SDM, Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan, agar dapat sesuai standar, pada akhir tahun berjalan

    Jumlah kumulatif Kab/Kota yang melakukan pembinaan tempat praktik mandiri dokter 42ntibiot dokter gigi pada akhir tahun berjalan / dibagi Jumlah seluruh Kab/Kota di Indonesia dikali 100%

    Data Kab/Kota yang diperoleh dari Laporan pembinaan di akhir tahun berjalan dan hasil Monitoring Evaluasi di lapangan

    Jumlah puskesmas

    yang

    menyelenggarakan

    pelayanan

    kedokteran

    keluarga layanan

    primer

    29 50 138 225 313 400 Jumlah Puskesmas yang: 1. Memiliki dokter dengan kompetensi kedokteran keluarga layanan primer 2. Memiliki sarana prasarana dan alat kesehatan untuk menunjang pelayanan sesuai kompetensi

    Jumlah kumulatif Puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran keluarga layanan primer pada akhir tahun berjalan

    Data Puskesmas yang

    diperoleh dari Dinkes

    Kab/Kota/Provinsi

    Hasil Monitoring Evaluasi

  • 43 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Persentase

    kabupaten/kota

    yang

    melaksanakan

    pembinaan dan

    bimbingan teknis

    terhadap klinik di

    wilayah kerjanya

    agar sesuai dengan

    standar

    0 20 50 75 90 100 Persentase Kab/Kota yang melakukan pembinaan dan Bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar pada akhir tahun berjalan Kabupaten/kota melaksanakan pembinaan dan bimtek secara rutin, sehingga didapat jumlah riil klinik yang ada di wilayah kerjanya, melakukan bimtek agar seluruh klinik tersebut dapat memenuhi standar

    Jumlah kumulatif Kab/Kota yang melakukan pembinaan dan Bimtek terhadap klinik di wilayah kerjanya agar sesuai dengan standar pada akhir tahun berjalan dikalikan 100%

    - Data klinik yang ada di Kab/Kota - Cara pengumpulan data : Langsung dengan monev,bimtek,pertemuan,koordinasi LS/LP, tidak langsung dengan surat menyurat dan email - workshop

    Jumlah UTD yang

    mendapatkan

    pembinaan sesuai

    standar pelayanan

    43ntibioti darah

    0 42 126 210 252 294 Jumlah UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai dengan Permenkes No. 91 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah

    Jumlah kumulatif UTD yang mendapatkan pembinaan sesuai dengan standar pelayanan 43ntibioti darah di akhir tahun berjalan

    Sumber data berasal dari hasil monitoring dan evaluasi pelayanan darah di UTD, workshop/pertemuan pembinaan, Sistem Informasi Pelayanan Darah (SIPDAH), laporan dari dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota yang melakukan pembinaan pelayanan darah di UTD

    c). Kegiatan Pembinaan Pelayanan

    Kesehatan Rujukan

    Meningkatnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan rujukan

    Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

  • 44 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Persentase rumah

    sakit yang

    menerapkan

    Rekam Medis

    Elektronik (RME)

    terintegrasi

    45 RS

    Rujukan

    Nasional/

    Rujukan

    Provinsi/

    Rujukan

    Regional

    (8%)

    20 40 60 80 100 Persentase Rumah Sakit

    Rujukan, Rumah Sakit Kelas

    A dan RS Kelas B dan RS

    Prioritas KIA yang

    menerapkan Rekam Medis

    Elektronik (RME) pada

    minimal 3 dari 6 unit

    layanan yaitu pendaftaran,

    rawat jalan, igd, rawat inap,

    pelayanan penunjang dan

    farmasi serta tersedianya

    Resume Medis Elektronik

    yang terintegrasi dengan

    SISRUTE, n = 575 RS

    Jumlah kumulatif Rumah

    Sakit Rujukan, Rumah

    Sakit Kelas A dan RS Kelas

    B dan RS Prioritas KIA

    yang menerapkan Rekam

    Medis Elektronik (RME)

    pada minimal 3 dari 6 unit

    layanan yaitu pendaftaran,

    rawat jalan, igd, rawat

    inap, pelayanan penunjang

    dan farmasi serta

    tersedianya Resume Medis

    Elektronik yang

    terintegrasi dengan

    SISRUTE dibagi seluruh

    jumlah Rumah Sakit

    Rujukan, Rumah Sakit

    Kelas A dan RS Kelas B dan

    RS Prioritas KIA (N= 575)

    dikali 100%

    Sumber data berasal dari

    hasil monitoring dan

    evaluasi, Laporan dari RS

    pada lokus RME terintegrasi

    Jumlah fasyankes

    yang diampu

    dalam

    melaksanakan

    telemedicine

    23% RS

    Pengampu

    Telemedic

    ine (30 RS

    Rujukan

    Provinsi

    dan

    Rujukan

    Regional)

    67 134 201 268 335 Jumlah fasilitas pelayanan

    kesehatan Diampu yang

    mampu melakukan

    konsultasi jarak jauh dalam

    penegakan diagnosis

    dan/atau tindakan medis

    melalui fasilitas

    telemedicine.

    Jumlah kumulatif fasilitas

    pelayanan kesehatan

    Diampu yang mampu

    melakukan konsultasi

    jarak jauh dalam

    penegakan diagnosis

    dan/atau tindakan medis

    melalui fasilitas

    telemedicine pada akhir

    tahun berjalan.

    Sumber data berasal dari

    hasil monitoring dan

    evaluasi, Sistem Informasi,

    Laporan dari Dinas

    Kesehatan Prov/Kab/Kota

    tentang pelayanan

    telemedicine pada lokus

    yang telah ditetapkan

    Jumlah provinsi

    yang menerapkan

    Sistem Rujukan

    Terintegrasi

    (SISRUTE)

    0 34 34 34 34 34 Jumlah kumulatif provinsi

    yang memiliki lebih dari atau

    sama dengan 65% kab/kota

    yang memiliki 60%

    Fasyankesnya yang telah

    menerapkan 44ntibi

    rujukan terintegrasi

    (SISRUTE)

    Jumlah kumulatif provinsi

    yang memiliki lebih dari

    atau sama dengan 65%

    kab/kota yang memiliki

    60% Fasyankesnya yang

    telah menerapkan

    44ntibi rujukan

    terintegrasi (SISRUTE)

    Sumber data berasal dari

    hasil monev dan laporan

    Dinas Kesehatan Provinsi

    terhadap penerapaan

    SISRUTE

  • 45 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    pada akhir tahun berjalan

    Jumlah RS yang

    Melaksanakan

    respon time

    pelayanan operasi

    45ntibio sesarea

    darurat dalam

    waktu ≤ 30 menit

    0 66 132 198 264 331 Jumlah RS yang

    melaksanakan operasi Sectio

    Caesaria darurat dengan

    waktu tanggap ≤ 30 menit

    sebesar 60%

    dengan kriteria inklusi

    1. RS Umum Publik kelas A

    dan B serta RSIA kelas A, B, C

    2. SC darurat dengan status

    kesehatan fisik pre operasi

    ASA 1 dan 2

    Jumlah kumulatif RS yang

    melaksanakan operasi

    Sectio Caesaria darurat

    dengan waktu tanggap ≤

    30 menit sebesar 60%

    dengan kriteria inklusi

    1. RS Umum Publik kelas A

    dan B serta RSIA kelas A, B,

    C

    2. SC darurat dengan

    status kesehatan fisik pre

    operasi ASA 1 dan 2

    pada akhir tahun berjalan

    Sumber data berasal dari

    hasil monitoring dan

    evaluasi pelayanan operasi

    SC darurat di RS Umum

    Publik Kelas A dan B serta

    RSIA kelas A, B, C. Laporan

    pelayanan operasi SC darurat

    dari RS Umum Publik Kelas A

    dan B serta RSIA kelas A,B,C

    Persentase RS

    Kelas A dan B yang

    telah melakukan

    surveilans AMR

    sesuai standar

    0 20 40 60 80 100 Persentase RS kelas A dan B

    Pendidikan yang telah

    melakukan surveilans AMR

    Sesuai standar.

    - RS kelas A adalah RS Umum

    dan Khusus Ibu anak, paru,

    infeksi, jantung, kanker,

    ortopedi kelas A

    - RS kelas B Pendidikan

    adalah dan RSU kelas B yang

    telah ditetapkan menjadi RS

    Pendidikan utama dari

    Fakultas Kedokteran oleh

    Menteri Kesehatan

    - surveilans AMR sesuai

    standar adalah surveilans

    AMR sesuai standar yang

    telah ditetapkan oleh

    Jumlah kumulatif RS kelas

    A dan B Pendidikan yang

    telah melakukan

    surveilans AMR Sesuai

    standar dibagi total jumlah

    RS kelas A dan RS Kelas B

    Pendidikan dikali 100%

    Sumber data berasal dari

    hasil monev, laporan dan

    hasil penilaian pada

    pelaksanaan Surveilans AMR

    di RS Kelas A dan B

    Pendidikan

  • 46 Rencana Aksi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan 2020-2024

    NO Program/ Kegiatan

    Sasaran Program (Outcome)/

    Sasaran Kegiatan (Output)/Indikator

    Baseline Data

    (Capaian 2018)

    Target Definisi Operasional Formulasi Perhitungan Sumber Data

    Unit Organisasi Pelaksana

    2020 2021 2022 2023 2024

    Kementerian Kesehatan

    - Denominator 82 RS (Kelas

    A 34 RS, Kelas B Pendidikan

    48 RS)

    Persentase RS

    Rujukan dan RS

    Vertikal dengan