anak dibawah lima tahun. balita adalah istilah umu bagi ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/848/4/bab...
TRANSCRIPT
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Balita
1. Pengertian Balita
Balita adalah individu atau sekelompok individu dari suatu penduduk yang
berada dalam rentang usia tertentu. Usia balita dapat dikelompokkan menjadi tiga
golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan balita (2-3 tahun) dan
golongan prasekolah (>3-5 tahun). Adapun menurut WHO, kelompok usia balita
adalah 0-60 bulan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Anak balita adalah anak
yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian
anak dibawah lima tahun. Balita adalah istilah umu bagi anak usia 1-3 tahun
(batita) dan anak prasekolah(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung
penuh pada orangtua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air
dan makan (Setyawati dan Hartini, 2018).
Masa anak dibawah lima tahun (anak balita, umur 12-59 bulan), pada
masa ini, kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan dalam
perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi sekresi (Marmi
dan Rahardjo, 2015). Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah pada
masa balita. Pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Setelah lahir
terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-
sel otak masih berlangsung, dan terjadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan
cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
7
Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf, hingga bersosialisaasi. Pada masa balita, perkembangan
kemampuan bicara dan bahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang
manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu
keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa
tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak
akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan
(Setyawati dan Hartini, 2018).
2. Pertumbuhan Balita
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan strukur tubuh sebagian atau
keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (Kementrian
kesehatan RI, 2012). Pertumbuhan adalah bertambah jumlah dan dan besarnya sel
diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur (Whalley dan Wong
dalam Marmi dan Rahardjo, 2015). Pertumbuhan memiliki ciri-ciri khusus, yaitu
perubahan ukuran, perubahan proposi, hilangnya ciri-ciri lama, serta munculnya
ciri-ciri baru. Keunikan pertumbuhan adalah mempunyai kecepatan yang berbeda-
beda disetiap kelompok umur masing-masing organ juga mempunyai pola
pertumbuhan yang berbeda (Marmi dan Rahardjo, 2015).
8
Penilaian tumbuh kembang meliputi evaluasi pertumbuhan fisis (kurva
atau grafik berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,lingkar dada, dan lingkar
perut), evaluasi pertumbuhan gigi geligi, evaluasi neurologis, dan perkembangan
sosial serta evaluasi keremajaan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
a. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
Selama tahun kedua, angka penambahan berat badan adalah 0,25 kg/bulan.
Lalu, menjadi sekitar 2kg/bulan sampai berusia 10 tahun. Panjang rata-rata pada
akhir tahun pertama bertambah 50% (75 cm) dan menjadi dua kali lipat pada akhir
tahun keempat (100 cm). Nilai baku yang sering dipakai adalah grafik (peta
pertumbuhan atau growht chart) yang disusun oleh NCHS untuk berat badan dan
tinggi badan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
b. Perkembangan indra
Pada usia ini, kelima indra anak yaitu indra penglihatan, pendengaran,
pengecap, penciuman, peraba diharapkan sudah berfungsi optimal. Sejalan dengan
perkembangan kecerdasan dan banyaknya kata-kata yang ia dengar, anak usia
prasekolah sudah dapat berbicara dengan menggunakan kalimat lengkap yang
sederhana (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
c. Pertumbuhan gigi
Pembentukkan struktur gigi yang sehat dan sempurna dimungkinkan
dengan gizi yang cukup protein, kalsium, fosfat dan vitamin (terutama vitamin C
dan D). Klasifikasi gigi dimulai pada umur janin lima bulan mencakup seluruh
gigi susu. Erupsi gigi yang terlambat dapat ditemukan pada hipotiroidisme,
gangguan gizi dan gangguan pertumbuhan (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
9
Terdapat perbedaan pertumbuhan pada balita yang mengalami gangguan
pertumbuhan dengan balita yang pertumbuhannya normal. Balita normal dan
balita dengan pertumbuhan terganggu pada awalnya mengalami tingkatan
pertumbuhan yang sama, biasanya hal ini terjadi pada usia bayi. Namun pada usia
balita perbedaan pertumbuhan akan terlihat. Pada balita yang mendapatkan asupan
gizi secara baik saat usia bayi dan janin akan tumbuh secara normal sesuai dengan
usianya. (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
3. Kebutuhan Utama Tumbuh Kembang Anak
Pertumbuhan dan perkembangan buah hati menjadi perhatian orang tua.
Pertumbuhan merupakan salah satu bagian dari proses perkembangan, karena
proses pertumbuhan individu mengikuti proses perkembangan. Setiap anak tidak
akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.Menurutnya, proses tumbuh kembang tiap anak harus berjalan
optimal dan tidak lepas dari tiga kebutuhan dasar yaitu Asuh, Asih dan Asah.
Setiap pertumbuhan anak disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak
dan serabut saraf. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Berikut merupakan tiga kebutuhan utama dalam
tumbuh dan kembang anak:
a. Asuh
Menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya,
kebutuhan akan tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman, perawatan
kesehatan dini berupa imunisasi dan intervensi dini akan timbulnya gejala
penyakit.
10
b. Asih
Penting menimbulkan rasa aman (emotional security) dengan kontak fisik
dan psikis sedini mungkin dengan ibu. Kebutuhan anak akan kasih sayang,
diperhatikan dan dihargai, pengalaman baru, pujian, tanggung jawab untuk
kemandirian sangatlah penting untuk diberikan.
c. Asah
Cikal bakal proses pembelajaran, pendidikan dan pelatihan yang diberikan
sedini dan sesuai mungkin.Terutama pada usia 4 – 5 tahun pertama ( golden year)
sehingga akan terwujud etika, kepribadian yang baik, kecerdasan, kemandirian,
keterampilan dan produktivitas yang baik.
4. Ciri dan Prinsip Tumbuh Kembang
Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling
berkaitan. Ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut (Kementerian Kesehatan RI,
2012) :
a. Perkembangan menimbulkan perubahan
Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap
pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan
intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut
saraf. Seorang anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum
ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat,karena itu
perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembangan selanjutnya.
11
b. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda
Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisisk amupun perkembangan fungsi
organ dan perkembangan pada masing-masing anak.
c. Perkembangan berkolerasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian,
terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat,
bertambah umur, bertambah berat dan tinggi badannya serta bertambah
kepandaiannya.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Hampir tidak ada bayi yang sama dalam pertumbuhan,ada yang tetap
tumbuh kecil, tetapi ada juga yang menjadi besar, tumbuh secara berlebihan.
Diantara pertumbuhan tersebut dinamakan “pertumbuhan rata-rata” (Maryunani,
2010). Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain
(Kementrian kesehatan RI, 2012:5) :
a. Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
1) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa indonesia atau sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
12
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada
laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-
laki lebih cepat.
5) Genetik
Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s.
b. Faktor luar (eksternal)
1) Faktor Prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital
seperti club foot.
13
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin, Thalidomid, dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes meilitus dapat menyebabkan mekrosomia, kardiomegali,
hiperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada
janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas
anggota gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
f) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma,
Rubella, Sitomegalo Virus Herpers simpleks) dapat menyebabkan
kelainan pada janin ; katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental,
dan kelainan jantung kongenital.
g) Kelainan imunologi
Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara
janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah
merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah
janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya
mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus yang akan
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
14
h) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
i) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia, dapat
menyebabkan kerusakan jaringan otak.
a) Faktor pasca persalin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
(2) Penyakit kronis/kelainan congenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan janin.
(3) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak
(provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuri,
rokok, dll) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan
anak.
15
(4) Psikologis
Hubungan anak dengan prang sekitarnya. Seorang anak yang tidak
diketahui oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan,
akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan
menghambat pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu-anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak.
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak,
keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang
terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan.
16
B. Status Gizi
1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut
dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan atau
panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson dalam
Marmi dan Rahardjo, 2015). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya
pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan
terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama akan timbul masalah
yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI dalam Marmi dan
Rahardjo, 2015).
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian pertumbuhan dan perkembangan dapat dilakukan sedini
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya penjaringan yang
dilaksanakan secara komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh
kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko pada balita, yang disebut
juga anak usia dini. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan tumbuh
kembang anak secara dini, sehingga upaya pencegahan, stimulasi, penyembuhan
serta pemulihan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas pada masa-masa kritis
proses tumbuh kembang. Upaya-upaya tersebut diberikan sesuai dengan umur
perkembangan anak, dengan demikian dapat tercapai kondisi tumbuh kembang
yang optimal (Tim Dirjen Pembinaan Kesmas dalam Marmi dan Rahardjo, 2015).
17
Cara penilaian status gizi dilakuakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan
fisik, data antopometri, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan radiologik
(Kapita Selekta Kedokteran dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012):
a. Anamnesis
Cari informasi tentang riwayat nutrisi selama dalam kandungan, saat
kelahiran, keadaan waktu lahir (termasuk berat dan panjang badan), penyakit dan
kelainan yang diderita, data imunisasi, data keluarga, riwayat kontak dengan
pasien penyakit menular tertentu, riwayaat makanan, keadaan fisik ayah ibu
(Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
b. Pemeriksaan fisik
Perhatikan bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh, dan anggota
gerak. Keadaan mental anak apakah kompos mentis, cengeng atau apatik. Pada
kepala anak, perhatikan rambut (warna, tekstur, mudah dicabut), wajah (serupa
anak sehat, orang tua susah, wajah bulan), mata termasuk sinar mata (biasa, sayu,
apatis), bulu mata (biasa, lurus, panjang, jarang), dan gejala difesiensi vitamin A
serta mulut (stomatitis, noma). Pada toraks, periksa bentuk seperti gambang atau
ada takda rakitis. Abdomen dapat terlihat biasa atau membucit, periksa adanya
asites, hepatogemeli, dan splenomegali. Pada ekstremitas, perhatikan adanya
edema dan hipotrofi otot. Sedang pada kulit periksa tanda perdarahan,
hiperkeratosis, dermatosis dan crazy pavement. Beberapa pemeriksaan khas gizi
dapat dilakukan berupa cubit tebal (terhadap otot hipotrofi atau atrofi), cubit tipis
(terhadap jaringan lemak), dan subkutis cabut rambut (terindikasi pada terduga
KKP berat) (Kapita Selekta Kedokteran dalam Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
18
c. Antropometri
Dasar utama dalam menilai pertumbuhan fisik anak adalah penilaian
menggunakan alat baku (standar). Untuk menjamin ketepatandan keakuratan
penilaian harus dilakukan dengan teliti dan rinci. Pengukuran perlu dilakukan
dalam kurun waktu tertentu untuk menilai kecepatan pertumbuhan (Marmi dan
Rahardjo, 2015) .
1) Berat badan
Pengukuran ini dilakukan secara teratur untuk memantau pertumbuhan dan
keadaan gizi balita. Balita ditimbang setiap bulan dan dicatat dalam Kartu Menuju
Sehat Balita (KMS Balita) sehingga dapat dilihat grafik pertumbuhannya dan
dilakukaninterfensi jika terjadi penyimpangan (Marmi dan Rahardjo, 2015). Berat
badan merupakan hasil peningkatan seluruh jaringan tulang, otot, lemak, cairan
tubuh dan lain-lainnya, merupakan indikator tunggal yang terbaik pada waktu ini
untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh kembang (Andriani dan Wirjatmadi,
2012). Menimbang anak dapat dilakukan dengan menggunakan kantong celana
timbang, kain sarung, atau keranjang. Harus selalu diingat bahwa sebelum anak
ditimbang, jarum menunjukkan skala 0 setelah ditambahkan kain sarung, atau
keranjang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan
anak antara lain (Andriani dan Wirjatmadi, 2012:228) :
a) Pemeriksaan alat timbang
Periksa dacin dengan seksama. Dacin yang adalah apabila bandul geser
berada pada pada posisi skala 0,0 kg, jarum penunjuk berada pada posisi
seimbang. Disamping itu, keadaan bandul geser tidak longgar terhadap tangkai
19
dancin, olek karena itu perlu dilakukan penerapan terhadap timbangan yang
dipakai agak lama.
b) Anak balita yang ditimbang
Penimbangan pertama dilakukan pada balita yang tidak takut untuk
ditimbang. Balita yang akan ditimbang sebaiknya memakai pakaian seminim
mungkinatau seringanmungkin. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka hasil
penimbangan harus dikoreksi denganberat kain balita yang ikut tertimbang. Jika
kondisi ini tetap tidak memungkinkan maka timbangan yang digunakan adalah
timbangan injak, dengan cara ibu ikut ditimbang bersama balitanya, kemudian
timbang ibunya saja. Hasil timbagan dihitung dengan mengurangi berat ibu dan
balita dengan berat ibu sendiri.
c) Keamanan
Faktor keamanan perlu diperhatikan, terutama letak timbangan. Hal ini,
dilakukan untuk menghindari balita yang ditimbang jatus dancin yang tidak
tergantung kuat.
d) Pengetahuan dasar petugas
Untuk memperlancar proses penimbangan, petugas dianjurkan mengetahui
berat badan anak secara umum pada umur-umur tertentu. Hal ini, dilakukan untuk
dapat memperkirakan posisi bandul geser yang mendekati skala berat pada dacin
sesuai umur anak yang ditimbang.
e) Panjang badan
Panjang badan atau tinggi badan merupakkan ukuran antopometri
terpenting kedua, keistimewaannya adalah nilai tinggi badan meningkat terus,
walaupun laju tumbuh berubah dari pesat pada masa bayi kemudian melambat dan
20
pesat lagi pada masa remaja. Pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang
sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa (microtoise)
yang mempunyai ketelitian 0,1 cm (Andriani dan Wirjatmadi, 2012). Cara
mengukur dengan posisi berdiri (Kementrian kesehatan RI, 2012):
(1) Anak tidak memakai sandal atau sepatu
(2) Berdiri tegak menghadap kedepan
(3) Punggung, pantat dan tumit menempel pada tiang pengukur
(4) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun
(5) Baca angka pada batas tersebut.
f) Lingkaran kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intracranial. Digunakan untuk
menaksir pertumbuhan otak, laju tumbuh pesat pada enam bulan pertama bayi dari
35 cm saat lahir menjadi 43 cm pada enam bulan. Laju tumbuh kemudian
berkurang, hanya menjadi 46,5 cm pada usia satu tahun dan 49 cm pada dua
tahun. Selanjutnya akan berkurang secara drastis hanya bertambah 1 cm sampai
usia 3 tahun dan bertambah lagi kira-kira 5 cm sampai usia remaja atau dewasa.
Oleh karena itu, manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas sampai usia tiga
tahun, kecuali jika diperlukan seperti pada kasus hidrosefalus (Andriani dan
Wirjatmadi, 2012).
Jadwal disesuaikan dengan umur anak. Umur 0–11 bulan, pengukuran
dilakukan setiap tiga bulan. Pada anak yang lebih besar, umur 12–72 bulan,
pengukuran dilakukan setiap enam bulan. Pengukuran dan penilaian lingkaran
kepala anak dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih.Cara mengukur lingkaran
kepala (Kementrian kesehatan RI, 2012):
21
(1) Alat pengukur dilingkarkan pada kepala anak melewati dahi, menutupi alis
mata, diatas kedua telinga, dan bagian belakang kepala yang menonjol, tarik
agak kencang.
(2) Baca angka pada pertemuan dengan angka O.
(3) Tanyakan tanggal lahir bayi/anak, hitung umur bayi/anak.
(4) Hasil pengukuran dicatat pada grafik lingkaran kepala menurut umur dan jenis
kelamin anak.
(5) Buat garis yang menghubungkan ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.
Interpretasi :
(a) Bila ukuran lingkar kepala anak berada di dalam “jalur hijau” maka
lingkaran kepala anak normal.
(b) Bila ukuran lingkaran kepala anak berada diluar “jalur hijau” maka ingkar
kepala anak tidak normal.
(c) Lingkar kepala anak tidak normal ada 2 (dua), yaitu makrosefal bila
berada diatas “jalur hijau” dan “mikrosefal” bila berada dibawah jalur
hijau.
g) Lingkaran lengan atas
Lingkaran lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
denan berat badan. Dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi atau keadaan
tumbuh kembangpada usia prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat
lahir menjadi 16 cm pada usia satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah
selama 1-3 tahun (Andriani dan Wirjatmadi, 2012).
22
h) Lipatan kulit
Tebalnya lipaatan kulit pada daerah triceps dan subskapuler merupakan
refleksi tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit yang mencerminkan
kecukupan energi. Dalam keadaan defisiensi, lipatan kulit menipis dan sebaliknya
menebal jika masukan energi berlebih. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk
menilai terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya kasus obesitas (Andriani dan
Wirjatmadi, 2012).
3. Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Melalui pengukuran antropometri, status gizi anak dapat ditentukan
apakah anak tersebut tergolong status gizi baik, kurang atau buruk. Untuk hall
tersebut maka berat badan dan tinggi badan hasil pengkuran dibandingkan dengan
suatu standar internasional yang dikeluarkan WHO. Status gizi tidak hanya
diketahui dengan mengukur BB atau TB sesuai dengan umur secara sendiri-
sendiri, tetapi juga merupakan kombinasi antara ketiganya. Masing-masing
indikator mempunyai makna sendiri-sendiri (Marmi dan Rahadjo, 2015).
Indikator BB/U (Berat Badan/Umur) dapat menggambarkan status gizi
saat ini (saat di ukur) karena mudah berubah, namun tidak spesifik karena berat
badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator
ini dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif
untuk melihat perubahan satus gizi dalam jangka waktu pendek; dan dapat
mendekteksi kegemukan (Marmi dan Rahadjo, 2015). Indikator TB/U (Tinggi
Badan/Umur) dapat menggambarkan status gizi masa lampau atau masalah gizi
kronis. Seseorang yang pendek kemungkinan keadaan gizi masalalu tidak baik.
Berbeda dengan berat badan yang dapat diperbaiki dalam waktu singkat, baik
23
pada anak maupun dewasa, maka tinggi badan pada usia dewasa tidak dapat lagi
dinormalkan.pada anak balita kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi
badan optimal masih bisa sedangkan anak usia sekolah sampai remaja
kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan tinggi badan masih bisa teteapi kecil
kemungkinan untuk mengejar pertumbuhan optimal. Dalam kegiatan normal
tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan TB
relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh kurang
gizi terhadap pertumbuhan TB baru terlihat dalam waktu sosial ekonomi
penduduk (Soekirman dalam Marmi dan Rahardjo, 2015).
Indikator BB/TB merupakan pengukuran antropometri yang terbaik karena
dapat menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini atau masalah
gizi akut. Berat badan berkolerasi linier dengan tinggi badan, artinya dalam
keadaan normal perkembangan berat badan akan mengikuti pertambahan tinggi
badan pada percepatan tertentu. Dengan demikian berat badan yang normal akan
proposional dengan tinggi badannya. Ini merupakan indikator yang baik untuk
menilai status giz saat ini terutama bila data umr yang akurat sering sulit
diperoleh. Untuk kegatan identifikasi dan manajemen penangan bayi dan anak
balita gizi buruk akut, maka WHO & Unicef merekomendasikan menggunakan
indikaor BB/TB dengan cut of point <-3 SD WHO (Marmi dan Rahardjo, 2015).
Klasifikasi status gizi digunakan untuk memilah-milah nilai status gizi
sedangkan garis pembatas (cut off points), digunakan untuk membedakan
(indikator) nilai status gizi (Kapita Selekta Kedokteran dalam Andriani dan
Wirjatmadi, 2012).
24
C. Gizi Kurang
1. Pengertian Gizi Kurang
Gizi kurang merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul
karena tidak cukup makan atau komsumsi energi dan protein kurang selama
jangka waktu tertentu (Cakrawati dan Mustika, 2014). Gizi kurang merupakan
salah satu masalah gizi utama pada balita di Indonesia. Rendahnya komsumsi
energi dan protein dari makanan sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang cukup
lama (Cakrawati dan Mustika, 2014).
2. Penyebab Gizi Kurang
Apabila tubuh kekurangan zat gizi, khususnyaa energi dan protein, pada
tahap awal akan meyebabkan rasa lapar kemudian dalam jangka waktu tertentu
berat badan akan menurun disertai dengan menurunnya produktivitas kerja.
Kekurangan zak gizi yang berkelanjutan akan menyebabkan status gizi kurang
dan buruk. Apabila tidak ada perbaikan komsumsi energi dan protein yang
mencukupi, tubuh akan mudah terserang penyakit infeksi yang dapat
menyebabkan kematian (Cakrawati dan Mustika, 2014).
UNICEF telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah
satu strategi untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut
ditunjukkan bahwa masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh sebagai berikut
(Alamsyah, 2013):
a. Penyebab Langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang.
Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang,
tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita
25
sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang
tidak memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan
akan mudah terserang penyakit.
b. Penyebab Tidak Langsung
Ada tiga penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu
sebagai berikut :
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga
diharapkan mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota
keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan masyarakat
diharapkan dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak
agar dapat tumbuh kembang dengan baik, baik fisik, mental dan sosial.
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan
sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang
membutuhkan.
Masalah gizi makro adalah masalah yang utamanya disebabkan
kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan protein. Manifestasi dari
masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil yang kurang
enegi kronik (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila
terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau
marasmic-kwashiorkor dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada
anak usia sekolah (Alamsyah, 2013). Asupan zat gizi pada anak yang tidak
adekuat dapat berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan perkembangan anak,
26
bahkan apabila kondisi tersebut tidak ditangani dengan baik maka risiko kesakitan
dan kematian anak meningkat. Tidak terpenuhinyaa zat gizi dalam tubuh anak
dapat berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang
lemah menyebabkan anak lebihh rentan terkena penyakit menular dari lingkungan
sekitarnya terutama pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk maupun dari
anak lain atau orang dewasa yang sedang sakit. Karena daya tahan tubuhnya yang
lemah, anak dengan asupan gizi tidak adekuat seringkali mengalami infeksi
saluran cerna berulang. Infeksi saluran cerna inilah yang meningkatkan resiko
kekurangan gizi semakin berat karena tubuh anakk tidak dapat menyerap nutrisi
baik. Status gizi yang buruk dikombinasikan dengan infeksi dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan (Septikasari, 2018).
Kekurangan salah satu zat gizi juga dapat menyebabkan kekurangan zat
gizi lainnya. Sebagai contoh kekurangan zat besi, magnesium dan zinc dapat
menyebabkan anoreksia yang berakibat tidak terpenuhinya zat gizi yang lain
seperti prottein. Kekurangan protein dapat mengganggu tumbuh kembang anak
sehigga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang. Tidak terpenuhinya zat
gizi juga berdapak pada perkembangan otak dan kapasitas intelektual di masa
kritis pertumbuhannya yang menyebabkan penurunan kecerdasan. Apabisa asupan
gizi yang tidak adekuat terus berlanjut dan semakin buruk maka dapat
menyebabkan kematian pada anak. Menurut WHO 54% kematian pada anak usia
dibawah lima tahun pada 2002 disebabkan oleh gizi buruk (Septikasari, 2018)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Gizi Kurang pada Balita
Pada semua masalah gizi, terdapat dua faktor langsung yang menjadi
penyebab gizi kurang pada balita, yaitu faktor makanan dan penyakit infeksi dan
27
keduanya saling mendorong. Sebagai contoh, balita yang tidak mendapat cukup
makanan bergizi memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga
mudah terkena infeksi seperti diare dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
dapat mengakibatkan asupan gizi tidak dapat diserap tubuh dengan baik sehingga
berakibat pada gizi buruk. Oleh karena itu, mencegah terjadinya infeksi juga dapat
mengurangi kejadian gizi kurang dan gizi buruk. Faktor penyebab langsung
pertama adalah makanan yang dikonsumsi, memenuhi jumlah dan komposisi zat
giziz yang memenuhi syarat gizi seimbang.konsumsi pangan dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh tingkat produksi
dan distribusi pangan. Ketersediaan pangan sepanjang waktu, dalam jumlah yang
cukup dan harga terjangkau sangat menentukan tingkat konsumsi pangan yang
dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, yang pada tingkat makro ditunjukkan oleh
tingkat produksi nasional dan cadangan pangan yang mencukupi dan pada tingkat
regional dan lokal ditunjukkan oleh tingkat produksi dan distribusi pangan
(Setiyawati dan Hartini, 2018).
4. Dampak Apabila Gizi Kurang Tidak ditangani
Gangguan akibat kekurangan gizi bergantung pada zat gizi yang
mengalami kekurangan, tetapi secara umum gangguan tersebut meliputi hal
berikut (Widodo, 2009):
a. Badan lemah, kurang energi untuk melakukan aktivitas.
b. Penurunan ketahanan tubuh terhadap serangan penyakit infeksi, misalnya
menjadi mudah terserang flu, diare dan borok kulit. Pada penderita penyakit
infeksi tertentu, penyakit tersebut menjadi tidak sembuh atau bahkan
bertambah parah.
28
c. Pertumbuhan badan terhambat, terutama pada anak-anak tampak pada
pertambahan berat badan, otot lembek, dan rambut mudah rontok.
d. Kemampuan berpikir dan perkembangan mental terhambat sehingga
seseorang tampak bodoh dan mental yang kurang wajar, seperti mudah panik,
tidak peduli, gampang tersinggung, mudah marah, dan cepat putus asa.
5. Pemenuhan Gizi Balita
Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah
dibuktikan dari barbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan
memengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Gizi kurang pada balita tidak hanya
memengaruhi gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga memengaruhi kualitas
kecerdasan dan perkembangan dimasa mendatang, oleh karena itu peran makanan
yang bernilai gizi tinggi sangat penting seperti pada makanan yang mengandung
energi, protein (terutama protein hewani), vitamin (vitamin B kompleks, vitamin
C, Vitamin A), dan mineral (Ca,Fe,Fosfor,Zn). Perhatian orang tua terhadap
makanan yang diberikan kepada anak harus bisa meningkatkan selera makan
anak. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai makanan yang bervariasi,
bentuk-bentuk makanan yang lucu dan berwarna-warni, lebih menyukai makan
bersama teman sebayanya (Andriani dan Wirjatadi, 2012).
Masa balita merupakan masa kehidupan yang sangat penting dan perlu
perhatian yang serius. Pada masa ini berlangsung proses tumbuh kembang yang
sangat pesat yaitu pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental,
dan sosial (Andriani dan Wirjatadi, 2012). Ketidak seimbangan makanan pada
pada masa balita akan mengakibatkan kelainan fisik dan mental, yang dapat
menghambat perkembangan dan pertumbuhan balita selanjutnya. Untuk
29
mendukung hal ini berdasarkan masalah gizi dan kebutuhan gizi pada balita,
pesan-pesan gizi seimbang perlu dipahami dan disampaikan pada sasaran
(Andriani dan Wirjatadi, 2012):
a. Makanlah aneka ragam makanan untuk balita
Aneka ragam makanan adalah apabila setiap hidangan terdiri dari minimal
empat jenis bahan makanan yang terdiri dari bahan makanan pokok, lauk-pauk,
sayuran, dan buah-buahan yang bervariasi. Akan lebih baik jika aneka ragam
makanan tersebut dikomsumsi setiap kali makan. Ketidaksukaan seseorang
terhadap makanan tertentu akan berdampak negatif terhadap pencapaian
keseimbangan gizi. Oleh karena itu, agar hal tersebut tidak terjadi maka
perkenalkan dan berikanlah aneka ragam makanan sejak usia dini. Hendaknya
berbagai jenis makanan diperkenalkan juga sejak usia dini. Komsumsi aneka
ragam bahan makanan bagi balita dapat menjamin kelengkapan zat gizi yang
diperlukan tubuhnya, karena setiap bahan makanan mengandung sumber zat gizi
yang berbeda baik jenis maupun jumlahnya. Kurangnya zat gizi pada bahan
mkanan tertentu dapat dilengkapi oleh bahan makanan lainnya. Namun perlu
dipertimbangkan bahan makanan lain yang kurang menguntungkan seperti es
krim, kue-kue manis, permen, dan makanan ringan yang banyak memakai bahan
tambahan makanan.
b. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi balita
Setiap balita dianjurkan makan dengan hidangan yang cukup mengandung
sumber zat tenaga dan energi, agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari
seperti bermain, belajar, rekreasi, dan keggiatan lainnya. Kebutuhan energi dapat
dipenuhi dengan mengkomsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, dan
30
lemak. Kecukupan energi bagi balita sangat penting agar diperoleh pertumbuhan
dan perkembangan anak secara optimal. Kecukupan energi anak bagi balita
ditandai oleh berat badan yang normal. Mengetahui berat badan normal balita
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS), komsumsi energi yang kurang
menyebabkan anak menjadi gemuk, sebaliknya komsumsi energi yang kurang
menyebabkan anak menjadi kurus.
c. Gunakan garam beryodium untuk makanan balita
Garam beryodium adlah garam yang dikomsumsi setelah ditambahkan
dengan kalium yodat (KIO3) sebanyak-banyaknya 30-80 ppm. Yodium adalah
salah satu mineral yang sangat penting bagi tubuh manusia. Pada balita
kekurangan yodium dapat menyebabkan berbagaigangguan seperti gondok,
gangguan pertumbuhan fisik dan mental, serta menurunnya konsentrasi dan
tingkat kecerdasan. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya akibat
kekurangan yodium, yakinkan pada orang tua balita untuk menggunakan garam
garam yodium pada makanan sesaat sesudahh masak.
d. Makanlah makanan sumber zat besi untuk balita
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembetukkan sel
darah merah, yang secara alamiah diperoleh dari makanan sehari-hari.
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat
menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat dengan penyakit
kurang darah.
e. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur enam bulan
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada satupun
makanan lain yang yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai
31
kelebihan yang meliputi empat aspek, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan, aspek
ekonomi dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk
perkembangan mental dan kecerdasan anak.
f. Biasakan makan pagi untuk balita
Sarapan atau makan pagi adlah makanan yang diberikan pada pukul 06.30
WIB dalam bentuk makanan pokok dan lauk pauk atau makanan atau kudapan.
Kebiasaan makan pagi membantu balita untuk memenuhi kebutuhan gizinya
sehari-hari. Jumlah makanan yang diberikan kurang lebih 1/3 dari makanan
sehari. Jenis hidangan untuk pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan
setempat. Makan pagi secara teratur setiap hari dalam jumlah yang cukup amat
penting untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh dan
dapat meningkatkan kecerdasan anak. Apabila anak tidak dibiasakan makan pagi
akan mengalami kekurangan tenaga, badan jadi lesu, keringat dingin, mengantuk,
kurang konsentrasi, dam kesadaran menurun. Para orang tua hendaknya
memberikan contoh yang baik yaitu membiasakan makan pagi, pada saat makan
pagi sebaiknya anak selalu ditemani oleh orang tua atau salah seorang anggota
keluarga. Untuk membiasakan anak yang belum biasa makan pagi , perlu cara
bertahap. Mula-mula diberikan dengan takaran sedikit atau porsi kecil, secara
bertahap porsi makanan ditambah sesuaianjuran. Contoh makan pagi misalnya
bubur ayam, bubur kacang hijau, bubur manado, roti isi telur dadar, kudapan
misalnya, pisang goreng, lontong isi dan sebagainya.
g. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya untuk balita
Air bersih adalah air bersih yang tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak
berasa. Air minum adalah air bersih yang direbus sampai mendidih serta disimpan
32
dalam wadah yang bersih dan tertutup. Air minum juga dibutuhkan oleh balita
untuk mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh untuk
manggantikan cairan tubuh yang keluar berupa keringat, air seni dan sebagainya.
Untuk memperlancar proses metabolisme dalam tubuh, balita dianjurkan
mengkomsumsi sedikitnya 4-6 gelas setiap hari, setiap gelasnya 200 cc.
h. Bacalah label pada makanan yang dikemas untuk balita.
Label makanan adalah keterangan atau pernyataan mengenai pangan
dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dalam berbagai
cara untuk pemasaran dan/atau perdagangan makanan. Tujuan pemberian label
pada makanan yang dikemas adalah untuk membantu calon konsumen dalam
menentukan pilihannya sebelum menggunakan. Keterangan dimaksud mencakup
nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih atau isi bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi atau memasukkan pangan kedalam wilayah
indonesia, indonesia, tanggal, bulan dan tahun produksi, dan kedaluwarsa.
Terhadap makanan dalam kemasan, sebelum dikomsumsi balita sebaiknya orang
tua meneliti label terlebih dahulu apakah makanan mengandung bahan-bahan
yang seharusnya dibatasi.
Pada masa ini balita ini balita perlu memperoleh zat gizi dari makanan
sehari-hari dalam jumlah yang tepat dan kualitas yang baik. Gizi seimbang balita
disusun berdasarkan 13 pesan dasar PUGS, bertujuan sebagai pedoman petugas
gizi puskesmas dalam meningkatkan perbaikan gizi keluarga (Andriani dan
Wirjatadi, 2012). Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi dan
masalah psikososial, diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua,
ibu atau pengasuh dalam keluarganya untuk selalu memberikan makanan dengan
33
gizi seimbang kepada balitanya. Perlu diketahui bahwa yang dimaksud dengan
gizi seimbang adalah makanan yang dikomsumsi balita dalam satu hari yang
beraneka ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangunan, dan zat pengatur
sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatan
dan tumbuh kembang balita yang optimal (Andriani dan Wirjatadi, 2012).
Balita dalam proses tumbuh kembangnya ditentukan oleh makanan yang
dimakan sehari-hari. Kebutuhan gizi balita dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
kegiatan, dan suhu lingkungan udara dingin atau panas. Kebutuhan gizi tersebut
terdiri dari (Depkes RI,dalam Andriani dan Wirjatadi,2012:218) :
1) Energi
2) Protein
3) Lemak
4) Vitamin
Angka kecukupan gizi rata-rata yang di anjurkan bagi anak dapat dilihat
pada tabel berikut ini (Setiyani, 2016):
Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi Rata-Rata yang Dianjurkan Bagi Anak
Kelompok usia Energi (kkal) Protein (gram)
Vitamin (A)
Besi (mg)
Kalsium (mg)
1-3 tahun 1.000 25 400 8,2 500 4-6 tahun 1.550 39 450 9 500
Sumber : Setiyani, 2016
Berdasarkan angka kecukupan gizi (AKG ) yang dikeluarkan dalam widya
karya nasional pangan dan gizi (WKNPG) tahun 1998, umur dikelompokkan 0-6
bulan, 7-12 bulan, 1-3 tahun, 4-6 tahun dan 7-12 tahun, dengan catatan
pengelompokkan di atas tidak membedakkan jenis kelamin. Selanjutnya menurut
takaran konsumsi makanan sehari (Depkes RI dalam Andriani dan Wirjatmadi,
2012):
34
Tabel 2 Contoh Menu Sehari
Pagi Siang Malem Nasi/Tim/Bubur nasi, semur bola-bola daging giling, tahu isi (wortel,tahu,bayam). Selingan jam 10.00 Bubur kacang ijo
Nasi/Tim/Bubur nasi, sop bakso ikan + wortel + buncis + terik tempe. jeruk. Selingan jam 16.00 Puding buah
Nasi/Tim/Bubur nasi, opor telur, perkedel tahu + sayuran tumis kacang panjang. Pisang Selingan jam 21.00 susu
Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011. Tabel 3
Takaran Komsumsi Makanan Sehari
Kel. Umur Bentuk makanan Frekuensi makan 0-4 bulan ASI eklusif Sesering mungkin 4-6 bulan Makanan lumat 2x sehari
2 sendok makan setiap kali 6 – 12 bulan makanan lembek 3 x sehari
Plus 2x makanan selingan 1-3 tahun Makanan keluarga
1 - 1½ piring nasi/pengganti 2 – 3 potong lauk hewani 1 – 2 potong lauk nabati ½ mangkuk sayur 2 – 3 potong buah-buah 1 gelas susu
3x sehari
4-6 tahun 1 – 3 piring nasi/pengganti 2 – 3 potong lauk hewani 1 – 2 potong lauk nabati 1 - 1½ mangkuk sayur 2 – 3 potong buah-buahan 1 – 2 gelas susu
3 x sehari
Sumber: Depkes RI dalam andriani wirjatmadi, 2012
Menurut Marmi dan Rahardjo (2015) pencegahan gizi kurang yang dapat
dilakukan, adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan
buang air kecil atau sebelum makan dan sesudah makan.
2) Makan makanan yang bersih dan higienis.
35
3) Membuang sampah pada tempatnya.
4) Menghindarkan diri pada kondisi lingkungan yang tidak bersih
5) Makan secara teratur dan tepat waktu.
6) Memperbanyak makanan yang mengandung karbohidrat protein
7) Menimbang berat badan setiap bulan
Selain itu ada juga tindakan yang dapat dilakukan orangtua untuk
menghindari anak tidak nafsu makan atau untuk meningkatkan nafsu makan anak.
Dengan mengetahui jika nafsu makan anak digerakkan oleh jumlah makanan yang
dibutuhkan tubuh, orangtua seharusnya menjaga nafsu makan anak dan
memastikan anak mendapatkan kebutuhan tubuhnya. Para ahli psikologi anak
sama sekali tidak menyarankan anak dipaksa untuk makan apapun penyebabnya,
karena semakin dipaksa anak akan semakin memberontak.
Lalu tindakan apa yang sebaiknya dilakukan orangtua untuk membuat
anak mau makan dan tidak kekurangan sumber energi yang dibutuhkan tuibuhnya.
Berikut beberapa saran yang dapat anda lakukan jika menghadapi anak yang sulit
makan” (Setyawati dan Hartini, 2018):
1) Kurangi kudapan atau tidak memberikan kudapan sama sekali antara jam
makan. Termasuk disini adalah pemberian susu kepada anak. Bagi anak yang
memiliki nafsu makan sangat baik, pemberian kudapan maupun susu diantara
jam makan masih diperbolehkan, tetapi harus dilakukan dengan jadwal tetap
dan dosis tepat sehingga tidak terjadi obesitas.
2) Menghidangkan menu yang bervariasi. Sama seperti orang dewasa, jika
hampir setiap hari diberikan menu yang sama, maka anak akan merasa bosan
(meskipun menu yang diberikan merupakan menu favorit anak tersebut). Oleh
36
karena itu, orangtua harus jeli dan pintar untuk memberikan menu yang
bervariasi kepada anak. Misalnya: jika anak sering diberi ikan cobalah
mengganti ikan dengan ayam atau daging atau dapat pula diganti cara
memasaknya.
3) Mempercantik tampilan makanan. Contohnya, dalam sebuah iklan di TV, ada
orangtua yang menghidangkan nasi goreng dengan dengan diberi gambar
wajah, mata yang terbuat dari tomat, bibir dari sosis, dan dan hidung dari
ketimun. Penampilan nasi goreng yang seperti ini akan lebih menarik
perhatian bagi anak daripada nasi gorengyang terhidang begitu saja dipiring
tanpa hiasan.
4) Saat anak merasa sedang merasa sedih, cobalah untuk terlebih dahulu
membuat perasaan anak lebih baik dengan menunjukkan kasih sayang dan
mencoba mengerti penyebab mengapa anak merasa sedih. Contoh: anak sedih
karena kematian anjing yang disayanginya, maka bisa dihibur dengan
mengatakan bahwa “anjingnya sekarang sudah sembuh, tidak akan pernah
sakit lagi ditempat yang baru”.
6. Penatalaksanaan Gizi Kurang
Penanggulangan gizi kurang perlu dilakukan secara terpadu antar
departemen dan kelompok profesi, melalui upaya-upaya peningkatan pengadaan
pangan, penganekaragaman produksi dan komsumsi pangan, peningkatkan status
sosial ekonomi, pendidikan dan kesehatan masyarakat, serta peningkatkan
teknologi hasil pertanian dan teknologi pangan. Semua upaya ini bertujuan untuk
memperoleh perbaikan pola komsumsi pangan masyarakat yaang beraneka ragam,
37
dan seimbang dalam mutu gizi. Upaya penanggulangan masalah gizi kurang yang
dilakukan secara terpadu antara lain (Almatsier, 2009):
a. Upaya pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatkan
produksi beraneka ragam pangan.
b. Peningkatan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang diarahkan pada
pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah
tangga.
c. Peningkatan upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukkan dimulai dari
tingkat pos pelayanan terpandu (posyandu), hingga puskesmas dan rumah
sakit.
d. Peningkatan upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan
Pangan Dan Gizi (SKPG).
e. Peningkatan komunikasi, informasi, dan edukasi dibidang pangan dan gizi
masyarakat.
f. Peninggkatan teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk
pangan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat luas.
g. Intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), distribusi vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirop besi serta kapsul
minyak beryodium.
h. Peningkatan kesehatan lingkungan.
i. Upaya fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, iodium dan zat besi.
j. Upaya penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
Selain itu Intervensi lain yang dapat secara langsung diberikan kepada
sasaran yaitu pemberian modisco dan Pijat Tui Na.
38
a. Modisco
Dalam penelitian lahdzi aisyah, dkk (2016) Berdasar penelitian dan analisa
pada 50 sampel balita yang diberi Modisco selama 3 bulan dapat disimpulkan
bahwa: Sebagian besar orang tua balita di Kabupaten Purworejo memiliki tingkat
pendidikan tamat SMP. Sebagian besar orang tua balita memiliki penghasilan
rendah, yaitu < Rp500.000. Sebagian besar orang tua balita memiliki jumlah anak
yang ideal, yaitu sebanyak 1 hingga 3 anak. Sebagian besar orang tua balita
memberikan Modisco selama 3 bulan teratur. Sebagian besar balita diasuh oleh
orang tua kandungnya sendiri. Keaktifan orang tua memeriksakan balita rutin ke
Puskesmas masih kurang. Pemberian Modisco secara rutin 3 bulan teratur
berhubungan dengan kenaikanan status gizi balita (p = 0,001) dan merupakan
faktor yang paling berpengaruh terhadap kenaikan berat badan dan tinggi badan
pada balita. Apabila balita diberi Modisco berpotensi besar untuk menaikkan
status gizi balita dengan gizi kurang (p = 0,005).
Modisco (Modified Dried skimmed milk and coconut oil), menurut
ilmuwan yang juga pengembangnya, Ir. Annis Catur Adi, M.Psi., adalah
modifikasi dari ‘Disco 150′, minuman tinggi kalori (100 kal) yang formulanya
terdiri dari 7,85 g susu skim, 4,73 g gula, dan 5,93 g minyak biji kapas, yang
digunakan untuk mengobati gangguan gizi berat atau Kekurangan Energi Protein
(KEP) pada anak. Di Indonesia minuman tinggi kalori ini pertama kali
diperkenalkan oleh Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
UNAIR/RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, tahun 1973. “formula ini berhasil secara
memuaskan mengatasi anak-anak kekurangan BB kronis di Uganda, Afrika, dan
di Indonesia digunakan untuk mengatasi anak kurang BB dan kurang gizi, baik di
39
rumah sakit maupun di lapangan,” jelas Annis yang juga menerbitkan buku
tentang Modisco. Pemberian Modisco bagi anak efektif, lantaran porsi makanan
atau minuman relatif kecil namun mengandung kalori dan protein tinggi, mudah
dicerna karena terdiri dari lemak nabati dan lemak berantai sedang, merupakan
cara alternatif bagi anak yang tidak suka susu, juga dapat meningkatkan BB
secara cepat, yaitu 30-100 gram per hari.Guna mempopulerkan Modisco di
masyarakat, formulanya sedikit diubah agar mudah dicari, yaitu minyak biji kapas
diganti margarin. Pemberiannya disesuaikan dengan kasus kekurangan BB atau
KEP yang berbeda pada tiap-tiap anak, apakah rendah, sedang, maupun berat.
Tetapi sebenarnya menurut Anis Modisco juga dapat diberikan pada anak saat ia
membutuhkan ekstra enerji, seperti sedang kurang manfsu makn, baru sembuh
dari sakit, atau sedang melakukan kegiatan melelahkan (banyak kursus, ujian,
sedang lasak-lasaknya), dll.Hal lain yang harus diperhatikan, lanjut Sekretaris
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UNAIR ini, Modisco tidak boleh
diberikan pada anak kelebihan berat badan (obesitas) dan penderita penyakit
ginjal, hati (kuning), dan jantung, tanpa konsultasi dokter.b Rahmi. Bahan:
Modisco, Makanan Penambah Berat Badan Anak (Puskesmas Ayah Kebumen,
2016).
Tabel 4 Formula Dasar Modisco
Modisco I Modisco II Modisco III
Bahan Nilai Gizi
Catatan Bahan Nilai Gizi
Catatan Bahan Nilai Gizi
Catatan
Susu skim 10 g atau full cream 12 g
Energi : 100 Kkal
Diberikan: Kepada KEP berat dengan edema
Susu skim 10 g atau full cream 12 g
Energi : 100 kal
Diberikan: Pada KEP tanpa edema
Susu full cream 12 g (1 1/4 sdm) atau susu segar 100 g (1/4 gelas).
Energi : 130 kal
Diberikan: Setelah modisco 1dan 2
40
Gula 5 g
Protein : 3,6 g
100 kkal/kg BB/hari
Gula 5 g
Protein : 3,6 g
100 kkal/kg BB/hari
Gula 7,5 g (11/4 sdt).
Protein : 3 g
150 kkal/ kg BB/hari.
Minyak 5 g
Lemak : 5 g
Margarin 5 g
Lemak : 4 g
Margarin 5 g (1/2 sdm)
Lemak : 7,5 g
Sumber : Puskesmas Ayah Kebumen, 2014
Bahan-bahan Modisco mudah diperoleh, karena hanya terdiri dari susu
skim atau susu full cream, minyak atau margarin, dan gula pasir. Cara
pembuatannya sederhana, begitu juga alat yang digunakan. Berikut ini cara
pembuatan tiga jenis formula Modisco:
1) Modisco I :
a) Campurkan susu bubuk, gula, dan minyak/margarin. Seduh dengan air
hangat/panas.
b) Aduk rata, tambah dengan air sedikit demi sedikit sambil terus diaduk.
Saring dan minum hangat-hangat.
2) Modisco II :
a) Larutkan margarin dalam air.
b) Larutkan susu dan gula dalam air.
c) Campur kedua larutan, lalu saring.
d) Minum hangat-hangat.
3) Modisco III :
a) Larutkan susu full cream dan gula dalam air dingin, aduk hingga rata.
b) Tambahkan minyak dan 1/2 bagian air panas.
c) Aduk hingga rata dan saring larutanbuburmodiscotersebut
41
Selain itu dalam pelatihan Baby and Mom SPA di Poltekkes Prodi
Kebidanan Metro, Obi Chandra Kapisa memberikan resep serupa dengan
modisco. Bahan-bahan yang digunakan adalah (Kapisa OC, 2018):
a) Susu fullcream : 1 sendok makan
b) Gula : 1 sendok makan
c) Minyak jagung : 1 sendok makan
d) Air hangat : ½ gelas
b. Formula WHO (F100)
Merupakan minuman bergizit inggi. Sifat Formula WHO (F100) ini sendiri
adalah tinggi kalori dan lemak. Ramuan ini dapat diberikan sebagai bahan
minuman untuk diet penuh atau dapat juga digunakan untuk pendukung makanan
pokok. Formula WHO(F100) sangat cocok untuk anak sehat yang kurus.
(KementerianKesehatan RI, 2011)
1) Bahan makanan yang digunakan untuk membuat FormulaWHO (F100):
a) Susu bubuk skim/fullcream : 85 gram
b) Gula pasir : 50 gram
c) Minyak sayur : 60 gram
d) Larutan elektrolit : 20 ml
e) Tambahan air : 1000 ml
2) Cara membuat Formula WHO (F100) dan modifikasinya
Campurkan gula dan minyak sayur, aduk sampai rat dan tambahkan larutan
mineral, kemudian masukkan susu skim sedikit demi sedikit, aduk sampai kalis
dan berbentuk gel. Encerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk
42
sampai rata. Larutan ini bisa langsung diminum atau dimasak dulu selama 4
menit.
3) Aturan minum Formula WHO (F100)
Ramuan ini dapat dikonsumsi sebanyak 3 x 1 hari.
4) Kontra indikasi ramuan Formula WHO (F100)
a) Anak yang gemuk.
b) Bayi di bawah usia 6 tahun.
c) Penderita penyakit ginjal, hati, danjantung.
c. Pijat Tui Na
TuiNa berasal dari kata Tui dan Na. Secara harfiah, Tui berarti dorong Na
artinya mengambil atau menggenggam. Jadi ada gerakan mendorong, menekan,
menggenggam, mengetuk menekan dengan kuku, memilin, menepuk dan
mengurut pada tubuh untuk melancarkan sirkulasi darah, mengusir patogen dari
luar (angin dan dingin), serta mengatur otot dan persendian (Wijaya, 2008).
Tui Na (Twee Na) berasal dari bahasa china yang memiliki arti “tekan-
pegang” Tui Na merupakan perawatan tangan pada tubuh menggunakan
acupressure sebagai dasar pengobatan china yang bertujuan untuk membawa
keseimbangan dalam tubuh. Tujuan melakukan pijat Tui Na adalah untuk
menghindari penyakit yang ada di dalam tubuh itu sendiri. Jika dibandingkan
dengan akupresur lainnya, Tui Na memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit
dibanding dengan perawatan modern yang berdasarkan obat kimia, tak heran jika
metode Tui Na saat ini sudah mulai banyak digunakan untuk mengobati penyakit
maupun hanya sekedar perawatan dan pencegahan.
43
Tui Na dilakukan di area sekitar persendian untuk membuka chi
(pertahanan tubuh) dan wei membuat energi bergerak di kedua meridian, yang
kemudian membuat otot-otot menstimulasi aliran chi dan darah agar membawa
kesembuhan. Jika anda memiliki anak yang susah makan, metode pijat Tui Na
mungkin bisa membantu meningkatkan nafsu makan dan penyerapan gizi di
dalam tubuhnya.(Rysna. 2016). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pijat Tui
Na:
1) Pemijatan hanya boleh dilakukan 1 kali dalam sehari selama seminggu/ 6 hari
berturut-turut.
2) Pada umunya, satu seri pijatan di atas sudah cukup untuk dilakukan, jika akan
menambahkan pijatan baru sebaiknya, berikan jeda 1-2 hari sebelum
melakukan seri pijatan baru.
3) Tidak disarankan untuk memaksa anak makan saat ia tidak mau, karena hal ini
akan memicu trauma psikologis anak terhadap makanan. Tidak membiasakan
anak untuk makan sambil membaca atau bermain.